bab iv hasil dan pembahasan 4.1.1 kabupaten...
TRANSCRIPT
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Kabupaten Cirebon
Wilayah Kabupaten Cirebon membentang dari Barat Laut ke Tenggara,
merupakan pintu gerbang Provinsi Jawa Barat dari sebelah Timur, dan berbatasan
dengan Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Cirebon memiliki letak geostrategis dijalur
Pantai Utara Jawa Barat dengan panjang garis pantai ± 54 kilometer (km). Secara
geografis berada dalam koordinat 60 30’ – 70 00’ Lintang Selatan (LS) dan 1080 40’ –
1080 48’ Bujur Timur (BT). Cirebon merupakan daerah pesisir utara Pulau Jawa yang
terdiri dari dataran rendah dibagian utara dan dataran tinggi di bagian barat daya.
Secara administratif, Kabupaten Cirebon memiliki Wilayah seluas 990,36 km2
yang terbagi menjadi 40 Kecamatan, 412 Desa, 9.377 Rukun Tetangga (RT), dan 2.700
Rukun Warga (RW). Batas-batas administratif Kabupaten Cirebon yaitu sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, dan Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Kuningan
Sebelah Barat Laut : Kabupaten Majalengka
Sebelah Timur : Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah
2
Kabupaten Cirebon memiliki struktur dan jenis tanah beragam. Kondisi struktur
geologis tersebut dipengaruhi oleh keberadaan gunung Ciremai. Ditinjau dari kondisi
jenis tanah, wilayah Kabupaten Cirebon didominasi oleh jenis tanah aluvial, baik
aluvial kelabu, aluvial kelabu tua, maupun asosiasi dari keduanya dan regosol cikolat
keterabuan. Jenis-jenis tanah tersebut umumnya sesuai untuk pertanian semusim
terutama padi, palawija, peternakan, dan perikanan.
Kabupaten Cirebon memiliki iklim tropis dengan suhu minimum 240 dan suhu
maksimum 280 serta memiliki jumlah curah hujan antara 0-3.317 mm dengan rata-rata
jumah curah hujan sebanyak 1.265,15 mm. Curah hujan tertinggi terdapat di
Kecamatan Dukupuntang (3.317 mm) dan Kecamatan Palimanan (3.204 mm),
sedangkan curah hujan terendah terdapat di Kecamatan Suranenggala (136 mm).
Jumlah penduduk Kabupaten Cirebon menurut data dari Badan Statistika Kabupaten
Cirebon tahun 2017 adalah 2.126.178 jiwa dengan rasio perempuan sebanyak
1.036.486 jiwa dan laki-laki sebanyak 1.089. 692 jiwa.
4.1.2 Desa Gempol Kecamatan Gempol
Desa Gempol merupakan salah satu lokasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk.. Secara administrasi, Desa Gempol masuk dalam wilayah Kecamatan Gempol
Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Desa Gempol yaitu ± 98.858
Ha yang terdiri dari 4 Dusun, 4 RW dan 15 RT. Secara administratif Desa Gempol
3
berbatasan dengan beberapa Desa, yaitu sebelah utara dengan Desa Kedungbunder,
sebelah selatan dengan Desa Palimanan Barat, sebelah barat dengan Desa
Kedungbunder, dan sebelah timur dengan Desa Palimanan Barat. Orbitasi (Jarak dari
pusat pemerintahan) Desa Gempol yaitu 20 Km jarak dengan Ibu Kota Kabupaten, 120
Km jarak dengan Ibu Kota Provinsi, dan 221 Km jarak dengan Ibu Kota Negara.
Berikut peta adminsitrasi Desa Gempol.
Letak Desa Gempol Secara geografis yaitu di ketinggian 10-11 mil diatas
permukaan laut atau setara dengan 16,093,44-17.702,78 meter diatas permukaan laut.
Umumnya Desa Gempol merupakan daerah agraris pertanian dengan suhu rata-rata
harian 300 C, serta memiliki iklim seperti daerah pada umumnya di Indonesia yaitu
iklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan penghujan. Sumber air di Desa
Gempol yaitu berasal dari air permukaan yang berasal dari sungai Kepuh, air tanah
berupa sumur dan ada pula dari PDAM..
Penduduk Desa Gempol berjumlah 3.439 jiwa yang tersebar dalam empat
wilayah, dengan jumlah laki-laki 1.799 dan 1.640 perempuan, dengan jumlah rumah
tangga sebanyak 992 kepala keluarga. Dengan jumlah penduduk tersebut, keadaan
sosial ekonomi masyarakat Desa Gempol terus mengalami perubahan terutama dari
masyarakat petani kearah industri. Meski demikian, masyarakat Desa Gempol masih
banyak yang sbermata pencaharian sebagai petani atau buruh tani. Sesuai data dari
Desa, sekitar 144 orang bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Mata
4
pencaharian sebagai petani memungkinkan menjadikan peternakan sebagai usaha
sampingan. Potensi bidang peternakan di Desa Gempol, terletak di Dusun I yakni RW
I serta Dusun II yakni RW II, yang terbagi dalam peternak ikan (15 lokasi), ayam (1
lokasi), kambing/domba (8 lokasi) serta sapi (4 lokasi). Dalam data permasalahan desa,
masalah yang dimiliki masyakat dalam bidang peternakan khususunya yaitu peternak
masih perlu dukungan pengadaan bibit serta sebagian besar pemilik ternak perlu
mendapatkan pelatihan tentang pemasaran. Tingkat pendidikan di desa gempol
disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Gempol
No Pendidikan Jumlah
Orang %
1. Tidak Tamat SD 78 2,50 2. SD / Sederajat 996 31,95
3. SLTP / Sederajat 939 30,12
4. SLTA / Sederajat 1.028 32,98
5. AK / PT. 76 2,44
Total 3.117 100
Sumber : Profil Desa Gempol, 2017
Dilihat dari tabel 1. terlihat bahwa mayoritas masyarakat Desa Gempol
mengenyam pendidikan. Tingkat pendidikan paling banyak yaitu setingkat SLTA
sebanyak 32,98% kemudian SD sebanyak 31,95% dan SMP sebanyak 30,12%.
Presentasi masyarakat yang tidak tamat SD dan lulus perguruan tinggi hampir sama
besar yakni 2,50 % dan 2,4%.
5
Tingkat pendidikan memengaruhi mata pencaharian yang digeluti oleh
masyarakat sehingga penduduk Desa Gempol memiliki mata pencaharian yang
beragam, diantaranya adalah buruh tani, petani, pedagang, PNS, TNI/POLRI,
pengrajin, penjahit dan lain sebagainya. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 2. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Gempol
No Mata Pencaharian Jumlah Orang %
1. Buruh Tani 89 15,97 2. Petani 55 9,87
3.
Pedagang / Wiraswasta /Pengusaha 81
14,54
4. PNS 24 4,3
5. TNI / POLRI 18 3,23
6. Pengrajin 6 1,08
7. Penjahit 12 2,15
8. Montir 3 0,54
9. Sopir 40 7,18
10. Karyawan Swasta 25 4,49
11. Tukang Kayu 29 5,20
12. Tukang Batu 54 9,69
13. Guru Swasta / Guru Bantu 6 1,07
14. Buruh / Pegawai Swasta 115 20,65
Total 557 100
Sumber : Profil Desa Gempol, 2017
Tabel 2 menunjukkan keragaman mata pencaharian penduduk di Desa Gempol.
Mata pencaharian terbanyak yaitu sebagai buruh sebanyak 20,65% dan sebagai buruh
tani 15,97% sedangakan mata pencaharian terkecil adalah pengrajin sebanyak 1,08 %,
guru swasta atau guru bantu sebanyak 1,07 % dan montir sebanyak 0,54%. Mata
6
pencaharian sebagai peternakan domba di Desa ini kebanyakan menjadi usaha
sampingan dari pekerjaan mereka sebagai buruh swasta atau buruh tani.
Dipilihnya Desa Gempol menjadi salah satu desa yang bersentuhan dengan
kawasan pabrik PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., sehingga desa ini menjadi
salah satu desa binaan perusahaan yang mendapatkan berbagai program CSR dari
perusahaan termasuk program Inkubator Agribisnis Ternak. Di Desa Gempol juga
terdapat satu kelompok peternak domba yang bernama Kelompok Sumber Urip, yang
anggotanya merupakan alumni peserta program Inkubator Agribisnis Ternak, sehingga
Desa ini dipilih menjadi lokasi penelitian.
4.1.3 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. berdiri sejak tahun 1985, awalnya
bernama PT. Indocement Tunggal Prakarsa yang berdiri pada tanggal 16 Januari 1985
berdasarkan akta pendirian No.227 dibuat dihadapan notaris Ridwan suselo, S.H.,
notaris publik di Jakarta yang kemudian disahkan oleh Mentri Kehakiman Repblik
Indonesia dalam surat keputusan No C2-2876HT.01.01.Th.85 tanggal 17 Mei 1985 dan
di umumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.57. PT. Indocement Tunggal
Prakarsa didirikan untuk melebur keenam perusahaan semen sebelumnya menjadi satu
manajemen yang terpadu. Akta pendirian Indocement mengalami perubahan dengan
akta notaris No. 81 dibuat dihadapan notaris publik bernama Benny Kristianto, S.H
7
yang disahkan oleh menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No.
C2-3641HT.01.04.Th.85 tanggal 15 Juni 1985 dan menetapkan bahwa saham seluruh
perusahaan yang sebelumnya diakuisisi oleh Indocement melalui penerbitan sahamnya
sendiri.
Tahun 1989, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. melakukan penawaran
umum perdana dan menjadi perusahaan publik kemudian menyesuaikan namanya
menjadi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Perusahaan pertama kali mencetak
sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode “INTP” pada 5 Desember 1989.
Kantor pusat perseroan berlokasi di wisma Indocement Lt. 13 Jalan Jenderal Sudirman
Kav. 70-71, Jakarta Selatan. Pada saat ini, Indocement merupakan bagian dari
perusahaan internasional HeidelbergCement AG yang berbasis di Jerman, yang
merupakan salah satu perusahaan manufaktur bahan bangunan yang terbesar di Dunia,
dan pemain terkemuka pasar agregat semen dan beton siap pakai.
PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. Memiliki visi yaitu menjadi pemain
terkemuka dalam bisnis semen dan beton siap pakai, pemimpin pasar di Jawa, pemain
kunci di luar Jawa dan memasok agregat dan pasir untuk bisnis beton siap pakai secara
mandiri. Misi dari PT. Indocement yaitu berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen
dan bahan bangunan berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memerhatikan
pembangunan berkelanjutan, sendangkan moto perusahaan adalah turut membangun
kehidupan bermutu.
8
Mengantisipasi pertumbuhan pasar yang semakin kuat, PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi dengan cara
menambah jumlah pabrik. Berikut jumlah pabrik yang dimiliki PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk.
Tabel 3. Jumlah Pabrik PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tahun 2018
Lokasi Pabrik Kapasitas Terpasang
(juta Ton)
Citeureup, Bogor, Jawa Barat
Palimanan Cirebon Jawa Barat
Tarjun Kota Baru, Kalimantan Selatan
10
2
1
13,8
4,1
2,6
Total 13 20,5
Sumber : Profil Company PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
Kawasan pabrik yang menjadi tempat penelitian yaitu pabrik yang berada di
Cirebon Jawa Barat, tepatnya di Desa Gempol Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon
Provinsi Jawa Barat. Pabrik tersebut diselesaikan pada tahun 1996 dan sampai saat ini
masih beroperasi.
4.1.4 CSR Section PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Sesuai Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT.)
dalam pasal 74 ayat 1, bahwa perseroan yang menjalankan usahanya dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan,
serta tertulis dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 tahun 2012 dalam pasal 2, bahwa
setiap perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial kepada
9
General Maneger
Asistant To GM Section
Kepala CSR Section
Program 5 Pilar OfficerSustainable Development
Project (SDP) Officer
lingkungannya. Oleh karena itu, PT. Indocemet Tunggal Prakarsa Tbk. dalam sutrktur
organisasinya memiliki departemen khusus dalam rangka menjalankan peraturan
tersebut yaitu departemen CSR/ CSR Section. Berikut struktur organisasi CSR Section
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Ilustrasi 2. Struktur Organisasi CSR Section PT. Indocement Tunggal Prakara
Tbk.
Departemen CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. didirikan pada tahun
2005 dan berubah nama menjadi CSR Section pada tahun 2014. CSR Section menjadi
ujung tombak kebermanfaatan perusahaan bagi masyarakat dengan menjalankan
tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility). CSR Section berpijak pada
tiga pilar pembangunan berkelanjutan (Triple Botton Line) yaitu (1) Profit
(keuntungan) yaitu setiap program CSR yang dilaksanakan akan menjadi nilai positif
bagi perusahaan sehingga kepercayaan publik terhadap perusahaan akan semakin kuat.
10
Hal tersebut menjadi daya jual perusahaan untuk mendapatkan atau membuat
para pemodal semakin tertarik untuk berinvestasi; (2) People (Masyarakat) yaitu setiap
program CSR diharapkan memberikan manfaat terhadap masyarakat terutama
penduduk sekitar perusahaan. Dengan diberlakukannya program tersebut, memberikan
pandangan bahwa perusahaan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar; (3)
Planet (Lingkungan) yaitu setiap kegiatan CSR tidak hanya berdampak positif bagi
masyarakat tetapi juga dengan lingkungan sekitar. Ketiga pilar tersebut menjadi acuan
dalam pengembangan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
CSR Section PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dipimpin oleh seorang
Head Officer yaitu bapak Arifin dan memiliki 15 staf yang menjadi Community
Development Section (Comdev Section) yang dikepalai Bapak Haji Lancar serta
Sustainable Develompment Project (SDP Section) yang dikepalai Bapak Misnen. Visi
CSR Section yaitu menjadi hubungan saling mendukung antara perseroan dan
masyarakat, khususnya masyarakat dimana unit operasional perseroan berdiri melalui
keterlibatan yang intens dalam peningkatan kesejahteraan sosial masyarkat dan secara
khusus masyarakat lokal, menjadi masyarakat mandiri sehingga tercipta hubungan
yang harmonis. Misi CSR Section yaitu menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan
tetap memerhatikan kesejahteraan komunitas dan dengan menerapkan konsep ramah
lingkungan dengan tetap memerhatikan pengembangan perusahaan yang
berkelanjutan.
11
Visi misi tersebut direalisasikan melalui berbagai program CSR yang ditujukan
kepada masyarakat sekitar perusahaan yang dalam hal ini diberikan kepada tujuh Desa
binaan yang berdekatan dengan lingkungan perusahaan. Tujuh desa binaan tersebut
terdapat di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Gempol yang terdiri dari Desa Palimanan
Barat, Desa Gempol, Desa Kadungbunder, Desa Cikeusal, Desa Walahar, Desa Cupang
serta Kecamatan Ciwaringin yang terdiri dari satu desa yakni Desa Ciwaringin.
Informasi tersebut didapatkan dari hasil wawancara bersama Bapak RA, 55 tahun.
Secara garis besar, program kegiatan CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk. untuk ketujuh desa binaan terbagi menjadi dua bagian, yaitu lima pilar dan
Sustainable Development Program (SDP). Berikut bagan program SCR Section PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Ilustrasi 3. Program CSR Section PT. Indocement Tunggal Prakasra Tbk.
CSR PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk.
Lima Pilar
1. Pendidikan
2. Ekonomi
3. Kesehatan
4. Sosial, Budaya, Agama dan
Olahraga
5. Keamanan
Sustainable Development Project (SDP)
1. Agribisnis (Jamur, keripik buah,
proklin)
2. Perikanan
3. Peternakan (program inkubator
agribisnis ternak )
4. Energy crop (Pemanfaatan bahan bakar
dari king grass, sekam, dan serbuk
gergaji)
12
Program Lima Pilar terdiri dari : (1) Pendidikan; (2) Ekonomi; (3) Sosial,
Budaya, dan Olah raga (SOSBUDAGOR); (4) Kesehatan; dan (5) Keamanan. Berikut
tabel program Lima Pilar CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Tabel 4 : Program Lima Pilar CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian
Selain Program Lima Pilar terdapat juga Program dari SDP yaitu program yang
bersifat usaha berkelanjutan dibidang usaha mikro kecil dan menengah, pertanian,
peternakan, dan energi hayati terbarukan. Salah satu program SDP adalah agribisnis
(jamur, keripik, proklin), perikanan, peternakan (Inkubator Agribisnis Ternak), Energy
No 5 Pilar Kegiatan
1. Pendidikan Beasiswa
Seni Kebudayaan
Membina Sekolah Adiwiyata
Membina Pondok Pesantren
2. Ekonomi Memberi Bantuan modal bergulir untuk usaha-
usaha kecil menengah (UMKM)
3. Kesehatan Bantuan kesehatan
Bidan-bidan Desa
Puskesmas Keliling
Ibu-ibu Posyandu
Penyuluhan kesehatan
4. Sosial Budaya Agama dan
Olahraga
Perbaikan infrastruktur masjid
Perbaikan sekolah
Perbaikan jalan
Perbaikan rumah tak layak huni
Bantuan hewan Kurban
Safari Ramadhan
Fasilitas Olahraga (Lapang Futsal, Sepakbola,
Voli, Basket)
Sanggar Seni
5. Keamanan Mengambil Linmas (Perlindungan
Masyarakat_ dari Desa Sekitar
13
Crop (pemanfaatan bahan bakar dari king grass, sekam, dan serbuk gergaji) serta
budidaya tanaman jarak.
Program CSR yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Program
Inkubator Agribisnis Ternak yang merupakan bagian dari program Sustainable
Development Project (SDP). Program tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun pada
bulan Maret dimulai tahun 2010 sampai saat ini.
4.2 Identitas Informan
Pengambilan data informan dilakukan dengan metode wawancara terhadap
para informan untuk mendapatkan data penelitian yang dibutuhkan. Pemilihan
informan dilakukan dengan cara purposive yang merupakan salah satu teknik
pengambilan sampel dengan sengaja atau menunjuk diantara anggota populasi untuk
menjadi sampel sesuai dengan kebutuhan penelitian. Informan dalam penelitian ini
merupakan pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan program inkbator agribisnis
ternak yaitu dari pihak penyelenggara program yaitu staf CSR perusahaan, masyarakat
yang menjadi peserta program, dan pihak pemerintahan setempat.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari 12 orang dengan rincian dua orang
dari pihak perusahaan selaku penyelenggara program, sembilan orang dari masyarakat
yang menjadi peserta program, dan satu orang dari pihak pemerintahan setemapat
14
setingkat desa yang mengetahui adanya program-program dari CSR PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk.
Program inkubator agribisnis ternak ini merupakan salah satu bagian dari
program SDP, sehingga informan dari pihak perusahaan dipilih dari pihak yang
mengelola program SDP. Informan tersebut diantaranya adalah berinisial (MS, Lk, 34
tahun) dengan pendidikan terakhir yaitu magister pertanian dan (RA, Lk, 55 tahun)
dengan pendidikan terakhir sarjana tarbiyah/pendidikan. Kedua informan tersebut
dipilih karena beliau merupakan pihak yang menjadi pelaksana kegiatan tersebut
dimana keduanya meupakan bagian SDP officer dalam departemen CSR/CSR Section
sehingga faham dan tau mengenai program inkubator agribisnis ternak.
Masyarakat yang menjadi informan yaitu peternak yang merupakan alumni
Inkubator Agribisnis Ternak yang bertempat tinggal di Desa Gempol yang masih
memiliki domba dari hasil program tersebut, selain itu mereka juga merupakan anggota
dari kelompok peternak Sumber urip yang merupakan kelompok peternak binaan
perusahaan yang anggotanya merupakan alumni dari Inkubator Agribisnis Ternak.
Informan tersebut diantaranya (SL, 40 tahun) yang juga merupakan ketua kelompok
peternak Sumber Urip, (AS, 40 tahun) dengan pekerjaan utama sebagai pengrajin
anyam, (AP, 41 tahun) dengan pekerjaan utamanya sebagai pengrajin anyam, (KJ, 53
tahun) pekerjaan utamanya sebagai kuli kapur, (JL, 62 tahun) yang menjadikan
berternak domba menjadi profesi utamanya, (RM, 52 tahun) seorang perempuan yang
15
pekerjaan utamanya sebagai peternak domba, (TM, 41 tahun) seorang perempuan
dengan pekerjaan utamanya sebagai buruh tani, (NR, 50 tahun), (MK, 45 tahun).
Informan tersebut dipilih karena merupakan alumni dari program tersebut yang berasal
dari Desa Gempol dan mengetahui serta merasakan langsung adanya manfaat program
tersebut.
Guna melengkapi data yang dibutuhkan, diambil juga informan dari aparat
pemerintah setempat karena setiap program yang diberikan kepada masyarakat selalu
mendapat tembusan terhadap pemerintahan Desa. Informan yang diambil dari pihak
pemerintah desa yaitu (RS, 39 tahun) yang menjabat sebagai kepala Desa Gempol.
Beliau dipilih menjadi informan karena merupakan pejabat kepala desa sementara di
Desa Gempol yang juga sudah cukup lama menjadi staf aparat Desa, sehingga beliau
dianggap mengetahui informasi-informasi mengenai program inkbator agribisnis
ternak. Berikut Tabel Data Informan dan Klasifikasinya.
Tabel 5. Data Informan dan Klasifikasinya
No Nama Usia Jenis Kelamin Pendidikan Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12
MS
RA
SL
AS
AP
KJ
JL
RM
TM
MK
NR
RS
35 Tahun
55 Tahun
40 Tahun
40 Tahun
41 Tahun
53 Tahun
62 Tahun
52 Tahun
41 Tahun
45 Tahun
50 Tahun
39 Tahun
Laki-Laki
Laki-Laki
Laki-Laki
Laki-Laki
Laki-Laki
Laki-Laki
Laki-Laki
Perempuan
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
Laki-laki
Magister
Sarjana
SD
SD
SD
Tidak Tamat SD
Tidak Sekolah
Tidak Sekolah
SD
SMA
SD
SMA
SDP Officer
SDP Officer
Peternak
Peternak
Peternak
Peternak
Peternak
Peternak
Peternak
Peternak
Peternak
Kepala Desa
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian
16
Tabel 5. menunjukkan rentang usia informan yaitu dari 35 Tahun sampai 62
tahun. Dari usia tersebut terlihat bahwa rata-rata usia informan merupakan usia
produktif. Hal tersebut sesuai dengan Pusat Badan Statistik 2018 yang menyatakan
bahwa kelompok usia produktif adalah mereka yang berada dalam rentang usia 15
sampai dengan 64 tahun. Pertimbangan usia menjadi penting karena menurut Masloch
dalam Hastuti (2003) menyatakan bahwa pekerja lebih muda cenderung mengalami
ketidakberdayaan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua.
Berdasarkan jenis kelamin pada tabel 5. menunjukkan bahwa informan
didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak sembilan orang, dan perempuan
sebanyak tiga orang. Faktor jenis kelamin berpengaruh terhadap nilai kerja, khususnya
untuk informan yang merupakan seorang peternak. Pekerjaan berternak domba
mempunyai karakteristik bekerja dengan tenaga seperti mengarit rumput,
membersihkan domba, dan memberi pakan domba yang biasanya dilakukan oleh laki-
laki. Oleh karena itu, jenis kelamin laki-laki lebih mendominasi informan daripada
jenis kelamin perempuan.
Klafikasi informan selanjutnya berdasarkan Pendidikan Terakhir. Pendidikan
Terakhir merupakan faktor yang memengaruhi terhadap kemampuan pola pikir dan
ketersediaan menerima hal-hal yang baru. Berdasarkan tabel 5, terdapat perbedaan
strata pendidikan antara pihak perusahaan atau penyelenggara program dengan
17
peternak yang merupakan peserta dari program sehingga ada kemungkinan sulitnya
menransfer ilmu pengetahuan kepada para peserta.
4.3 Mekanisme Pelaksanaan Program Inkubator Agribisnis Ternak dan
Tanggapan Informan
Program Inkubator agribisnis ternak telah dilaksanakan sejak tahun 2010, yang
mana setiap tahun selalu dilaksanakan sebagai salah satu implementasi dari kegiatan
CSR perusahaan. Sebelum dilaksanakan dengan konsep program inkubator agribisnis
ternak, CSR dari PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. sudah memiliki program
dalam bidang peternakan dengan hanya memberikan ternak kepada masyarakat tanpa
ada proses pelatihan dan pengawasan. Konsep tersebut berjalan tetapi tidak menjadikan
masyarakat mandiri dan tidak menunjang perekonomian dalam jangka panjang, karena
dengan bentuk pemberian seperti itu peternak kurang memiliki tanggung jawab
sehingga ternak yang didapatkan selalu tidak bertahan lama karena dijual tanpa ada
perputaran kembali. Harapan dari kegiatan tersebut sebagai bentuk pemberdayaan
masyarakat untuk jangka panjang tidak tercapai, karena pemberdayaan masyarakat
pada dasarnya harus membuat masyarakat menjadi berdaya dan juga mandiri dalam
melaksanakan berbagai aspek kehidupan. Staf CSR menyampaikan hal tersebut
sebagai berikut :
Program inkubator merupakan hasil evaluasi yang dulu hanya hibah awal
muawalnya, yang setelah evaluasi tidak ada peningkatan. “Ingin mencetak
18
masyarakat yang tadinya tidak punya kegiatan menjadi punya kegiatan” (RA,
55 Tahun).
Pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan kemampuan masyarakat
agar secara berdiri sendiri memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah
mereka sendiri (Rianingsih, 1996 dalam Yunasaf, 2004). Pemberian ternak secara
cuma-cuma mengakibatkan masyarakat penerima berperan menjadi objek kegiatan
sehingga masyarakat tidak merasa ikut berperan dalam pelaksanaan program.
Pendekatan pemeberdayaan menempatkan masyarakat bukan sebagai objek tetapi
sebagai subjek pelaku pembangunan yang menetukan hidup dan merupakan
pembangunan yang berpusat pada rakyat (Sulistyati, 2011)
Program pemberian ternak tersebut kemudian diubah konsepnya dan diberi
nama program Inkubator Agribisnis Ternak yang di dalamnya terdapat proses pelatihan
sampai pengawasan terhadap peserta program. Inkbator Agribisnis Ternak adalah
pemberdayaan masyarakat sekitar pabrik dalam bentuk kelompok ternak sebagai upaya
penumbuhan agribisnis bidang peternakan. Program CSR ini menggunakan acuan dari
Process Goal Corporate Social Responsibility perusahaan, dan KEY ACTIVITY (SOP
PLANT ISO 9001 : 2000) sesuai dengan yang tertera dalam SOP program tersebut.
4.3.1 Tujuan Program Inkubator Agribisnis Ternak
Menurut SOP Program Inkubator Agribisnis Ternak, tujuan dari program
Inkubator Agribisnis Ternak adalah menciptakan peternak mandiri melalui pelatihan
19
SMI ternak dan pendampingan kelompok ternak di lokasi peternakan PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Tujuan tersebut, selaras dengan tanggapan dari pihak SDP
officer. Menurutnya, program ini bertujuan untuk menjadikan peternak mandiri yang
diharapakan dapat membantu perekonomian masyarakat, dan menjadi peluang usaha
baik utama maupun sampingan bagi masyarakat. Berikut tanggapan dari pihak SDP
officer mengenai tujuan program:
Ya diharapkan program ini menjadi peluang usaha bagi masyarakat khususnya
sekitar pabrik, supaya jadi pemasukan gitu bagi mereka, kan lumayan bisa buat
tambahan-tambahan juga (MS, 35 tahun)
Tujuan tersebut juga diketahui oleh peserta program, disampaikan oleh (SL, 41
tahun) bahwa menurut beliau tujuan dari program ini adalah untuk membantu
masyarakat supaya memliki usaha yang berkelanjutan sehingga dapat membantu
perekonomian bagi keluarga yang mengikuti program tersebut.
Katanya sih itu untuk masyarakat punya usaha yang langgeng, dan tidak
ketergantungan kalo dikasih cuma-cuma kan kita juga bingung gimana, dulu-
dulu katanya banyak dijual sekarang saya enggak dari 2012 domba saya itu
masih ada (SL, 41 tahun)
Hal serupa juga disampaikan oleh alumni yang lain, seperti halnya yang
disampaikan oleh (RM, 55 tahun) bahwa tujuan program tersebut untuk membantu
masyarakat khususnya masyarakat kecil supaya memiliki usaha dibidang peternakan.
Tujuan dari program ini to de, ya katanya untuk ngebantu masyarakat yang
miskin, kaya saya gitu de hehehe. Katanya itu apa supaya punya usaha gitu
berpenghasilan. Jadinya ya ini dikasih domba (RM. 55 tahun).
Berikut tujuan program inkubator yang dapat digambarkan dalam bentuk tabel.
20
Tabel 6. Tujuan Program Inkubator Agribisnis Ternak
Sumber Data Tujuan Program
SOP (Standar Operasional
Prosedur)s
Menciptakan peternak mandiri melalui
pelatihan SMI ternak dan pendampingan
kelompok ternak di lokasi peternakan PT
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
Informan Pihak Perusahaan Memberi peluang usaha bagi masyarakat
sekitar pabrik agar mendapatkan pemasukan
uatam maupun sampingan bagi peserta
Informan Peserta Program
Membantu masyarakat supaya memliki usaha
yang berkelanjutan sehingga dapat membantu
perekonomian bagi keluarga
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 6. di atas, ketiga informan memiliki persepsi yang sama
mengenai tujuan program inkubator agribisnis ternak. Tujuan tersebut adalah
memberikan peluang usaha bagi masyarakat sekitar pabrik supaya memiliki
penghasilan baik sebagai sumber utama maupun sampingan dengan cara memberikan
pelatihan guna mencetak peternak domba yang mandiri dan berkelanjutan.
Konsep inkubator ternak sampai saat ini dirasakan lebih baik daripada program
sebelumnya yang hanya berupa hibah atau pemberian. Hal tersebut dapat terlihat dari
keberlangsungan kegiatan berternak para alumni kegiatan tersebut yang masih berjalan
sampai saat ini. Oleh karena itu, dilihat dari adanya keberlangsungan kegiatan
berternak yang berjalan sampai saat ini, maka program inkubator agribisnis ternak
sebagai program pemberdayaan masyarakat dapat dinilai berhasil.
21
Dipilihnya domba menjadi komoditas ternak yang digunakan tidak lepas dari
pertimbangan kondisi lingkungan dan potensi alam yang ada, luasnya lahan yang
banyak ditumbuhi hijauan menjadi modal alam yang sudah dimiliki untuk aktivitas
berternak di daerah tersebut. Selain itu kondisi tubuh domba yang tahan panas
merupakan pertuimbangan berikutnya mengingat Cirebon merupakan dataran rendah
yang berada di pesisir utara Jawa sehingga suhu di daerah tersebut cukup panas. Hal
tersebut disampaikan oleh RA, 55 tahun yaitu sebagai berikut :
Perusahaan memilih ternak domba dalam program inkubator ini karena dilihat
dari potensi desa penerima program ini. Potensi pertama yaitu orang- orang di
desa sekitar sudah dari dulu banyak yang membudidayakan domba, hijauan
domba sangat melimpah, suasana daerah yang panas cocok untuk beternak
domba karena domba sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan panas dari
pada kambing. (RA, 55 tahun)
Pertimbangan di atas sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1992), yang
menyatakan bahwa daya adaptasi ternak domba terhadap lingkungan yang keras sangat
tinggi, sehingga dapat mengkonsumsi lebih banyak pakan hijauan. Tumbuh domba
yang hampir seluruhnya ditutupi bulu tebal dapat menahan penguapan melalui
permukaan kulit sehingga domba tidak memerlukan terlalu banyak air minum dan
tahan dalam kondisi lingkungan yang relatif panas. Hal tersebut sesuai dengan yang
disampaikan oleh Sudarmoso dan Sugeng (2003), bahwa domba mudah beradaptasi
dengan lingkungan walaupun Indonesia berada di daerah tropis.
Pertimbangan berikutnya yaitu mengenai peluang pasar domba yang terbuka di
Indonesia. Selain untuk konsumsi sehari-hari, domba juga digunakan untuk ritual
22
peribadahan akikah dan kurban sehingga target pemasaran domba di Indonesia terbuka
disetiap waktu.
4.3.2 Prosedur Pelaksanaan Inkubator Agribisnis Ternak
Program Inkubator Agribisnis Ternak adalah program yang diberikan kepada
masyarakat yang berasal dari tujuh desa binaan, ketujuh Desa tersebut yaitu Desa
Gempol, Desa Cikesal, Desa Palimanan Barat, Desa Walahar, Desa Cupang, Desa
Kedung Bunder, dan Desa Ciwaringin. Dipilihnya ketujuh desa binaan tersebut karena
letaknya yang bersentuhan langsung dengan kawasan pabrik sehingga ketujuh Desa
tersebut menjadi prioritas dalam menerima bantuan-bantuan dari program CSR. Hal
tersebut dipaparakan oleh SDP Officer seperti berikut :
Yang menerima program ini masyarakat dari tujuh desa binaan ada Gempol,
Cikesal, PALBAR (Palimanan Barat), Walahar, Cupang, Ciwaringin terus satu
lagi itu apa namaya oh Kedung Bunder. Soalnya itukan dekat dengan pabrik ya,
jadi ya sebelum menjangkau yg jauh diutamakan yang dekat dulu soalnya
bersentuhan paling dekat gitu. (RA, 55 tahun)
Prosedur pelaksanaan Inkubator Agribisnis ternak secara konsep terdiri dari
tiga bagian yaitu, pelatihan, pelaksanaan/praktek, dan pengawasan. Hal tersebut di
sampaikan oleh SDP Officer sebagai berikut:
Secara umum dari program ini ya tiga tahapan itu, peserta nanti dilatih dulu
secara kematerian tentang bertenak itu loh, bagaimana berternak yang baik
diperhatikannya apa saja, kemudian mereka memelihara dikandang perusahaan
sampai anakannya itu lahir, nah anaknya nanti di bawa pulang kami kemudian
mengawasi saja. (MS, 35 tahun)
23
Sekolah Magang Indocement Ternak (SMI Ternak)
Inkubator Agribisnis Ternak
Pengakhiran Program Inkubator Agribisnis Ternak
Pelaksanaan pelatihan Inkubator Agribisnis Ternak dilakukan dengan
melaksanakan Sekolah Magang Indocement (SMI Ternak), pelaksanaan atau praktek
merupakan pelaksanaan Inkubator Agribisnis Ternak yang diselenggarakan di
lingkungan perusahaan, dan pengawasann merupakan proses pengakhiran dari program
Inkubator. Berikut bagan pelaksanaan program Inkubator Agribisnis Ternak.
Iluustrasi 4. Alur Program Inkubator Agribisnis Ternak
Program inkubator agribisnis ternak, berlangsung seperti bagan di atas. Berikut
penjelasan mengenai setiap tahap pelaksanaan program :
A. Sekolah Magang Indocement Ternak (SMI Ternak)
Pelaksanaan program Inkubator Agribisnis Ternak diawali dengan adanya
pelatihan terlebih dahulu dalam Sekolah Magang Indocement (SMI). Tercantum dalam
SOP program SMI Ternak meliputi :
a. Peserta berasal dari desa binaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
b. Seleksi meliputi : Minat sebagai peternak, berasal dari keluarga peternak dan
atau non peternak dan memiliki daya dukung lingkungan untuk ternak.
c. Materi Pelatihan : Pemilihan bibit ternak, pakan ternak, kandang ternak,
reproduksi ternak, pengendalian penyakit ternak, dan pemasaran serta agribis
ternak.
24
d. Lama pelatihan 1 minggu meliputi teori, praktek, dan pendampingan.
e. Instruktur bekerja sama dengan Dinas Peternakan setempat.
Secara prosedural informasi tentang program Inkubator Agribisnis ternak dari
pihak perusahaan diberikan kepada pemerintaah Desa setempat dalam bentuk surat dan
juga penyampaian secara lisan, kemudian dari pemerintahan setempat Informasi
disebarluaskan kepada masyarakat. Bagi yang berminat dapat langsung mendaftar ke
kantor CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. yang bertempat di kawasan pabrik.
Persyaratan bagi calon peserta cukup membawa fotokopi KTP dan Kartu Keluarga
sebagai bukti peserta merupakan penduduk asli daerah desa binaan tersebut diatas. Hal
tersebut dikemukakan oleh SDP Officer :
Kegiatan apapun yang bentuknya program dari kami tentu yang pertama itu
kami kirim tembusan ke anu apa namanya itu aparat Desa, pemerintahan desa.
Kemudian nanti biasanya tuh orang desanya yang menginformasikan kepada
masyarakat nanti yang berminat mendaftar bisa langsung kesini cukup bawa
apa namaya foto kopi KTP aja. (MS, 35 tahun)
Berkaitan dengan hal tersebut juga dikemukakan oleh aparatur Desa yaitu :
Iya pada dasarnya program apapun itu pasti masuk dulu ke Desa, ada tembusan
dulu ke Desa. Nanti dari sini baru di informasikan kepada masyarakat, kan yang
di informasikan juga ga boleh sembarang program gitu ya. Nanti dari sini di
informasikan baru masyarakat yang berminat mendaftar gituloh, dan untuk
CSR dari pabrik ituloh setahu saya selalu ada tembusan ke Desa. (RS, 39
Tahun).
Kemudian peserta yang mendaftar diseleksi dengan cara wawancara untuk
melihat keseriusan, tanggung jawab dan kesiapan peserta mengingat program
berlangsung cukup lama. Selain wawancara juga dilihat terkait kemampuan untuk
25
menyabit rumput karena setiap pendaftar harus siap mencari rumput sendiri selepas
kegiatan karena diharapkan seluruh peserta dapat menjadikan peternakan sebagai usaha
yang berkelanjutan. Proses seleksi tersebut dijelaskan pula oleh alumni program
tersebut sebagai berikut :
Jadi pas mau ikutan inkubator itu tuh kita di tanya-tanyai dulu apa kaya
wawancara kaya gitu mau serius ngga terus ditanya-tanyai tentang berternak itu
apa gimana-gimananya ya kita jawab orang kita bener-bener mau berternak loh
mas, udah itu kita dikasih arit disuruh ngarit dulu kita diliatin megang aritnya
bener atau ngga ya jelas benerlah wong ngarit itu udah biasa kalo buat padi atau
bersiin rumpu (TM, 41 tahun)
Seleksinya itu kita di liatin sama orang sananya cara ngarit yang bener gimana
terus istilahnya di wawancara kalau kita itu sungguh-sungguh atau engganya.
(AS, 40 tahun)
Seleksi dengan wawancara dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana
keseriusan serta gambaran kepribadian calon peserta, pertanyaan yang dimunculkan
meliputi motivasi berternak, latar belakang keluarga, dan potensi yang dimiliki. Selain
itu dilihat juga skill calon peserta, hal tersebut dibutuhkan dengan tujuannya untuk
mencetak peternak yang mandiri melalui kemampuan dasar yang sudah dimiliki.
Setelah proses wawancara peserta yang diterima kemudian mengikuti pelatihan
selama satu minggu. Pelatihan yang di berikan berupa teori dan juga praktek yang
dibimbing oleh intrukstur dan bekerja sama dengan dinas peternakan setempat. Materi
pelatihan meliputi pemilihan bibit ternak, pakan ternak, perkandangan, pengendalian
penyakit, dan pemasaran ternak, materi tersebut sesuai dengan konsep panca usaha
ternak dimana terdiri dari lima sub seektor diantaranya yaitu : (1) pemilihan bibit dan
26
reproduksi; (2) pemberian pakan; (3) tatalaksana pemeliharaan; (4) perkandangan; dan
(5) kesehatan dan penyakit (Sulistyati, 2011). Berikut tabel materi pelatihan inkubator
agribisnis ternak:
Tabel 7 Materi Pelatihan Inkubator Agribisnis Ternak
Sumber : Data Primer Hasil Wawancara
B. Inkubator Agribisnis Ternak
Tahap berikutanya dalam prosedur pelaksanaan program setelah selesai
melaksanakan kegiatan SMI Ternak, peserta mengikuti program selanjutnya yaitu
program inkubator selama waktu yang dijadwalkan oleh pihak perusahaan. Peserta
akan melaksanakan pemeliharaan di kandang ternak Pusat Penelitian, Pelatihan, dan
Pemberdayaan Masyarakat (P4M) milik perusahaan dengan bimbingan instruktur dari
perusahaan yang bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat.
No. Panca Usaha Ternak Domba Materi
1. Bibit Unggul Tujuan pemilihan bibit
Kriteria pemilihan bibit
2. Pakan yang baik Syarat-syarat pakan yang baik
Jenis pakan dan tambahan pakan
ternak
Tata cara pemberian pakan ternak
3. Kandang yang sehat Fungsi kandang
Letak kandang
Kontruksi kandang
Ukuran kandang
Peralatandan perlengkapan kandang
4. Pencegahan dan pengendalian
penyakit
Pengertian pengendalian penyakit
Pencegahan penyakit
Penyakit yang umum menyerang
ternak domba
5. Pemasaran hasil Alur pemasaran
27
Proses pelaksanaan program inkubator agribisnis ternak dalam SOP yaitu
sebagai berikut :
a. Persiapan kandang dan induk hewan ternak
b. Seleksi pengadaan induk hewan ternak :
- Koordinasi dengan Dinas Peternakan Kab Cirebon.
- HR&GA membuat PR (Purchase Requested).
- Pelaksanaan pembelian oleh Supply Department dengan supervisi dari
CSR Section dan Dinas Peternakan setempat.
c. Serah terima bantuan pinjaman induk hewan ternak antara PT. Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk. dengan peserta dilakukan dengan perjanjian tertulis
untuk dibudidayakan di kandang ternak Pusat Penelitian, Pelatihan dan
Pemberdayaan Masyarakat (P4M).
Pelaksanaan inkubator dimulai dengan mempersiapkan kandang untuk
pemeliharaan, persiapan dengan cara memberikan pinjaman kepada peternak satu
kandang setiap orang di kandang P4M, kemudian masing dari peternak membersihkan
kandang dan mulai diberikan tanggung jawab untuk merawat kandang tersebut sampai
program berakhir. Hal tersebut dikemukakan oleh alumni program sebagai berikut :
Pas saat mau mulai itu tuh dibagi dulu satu-satu dikocok kamu yang itu, kamu
yang itu, kamu yang itu. Yaudah gitu langsung diberesin dibersiin yang kotor-
kotor diuruslah kalo istilahnya ya. Udah nanti dikasih dombanya itu dipiara disana
(JL, 62 tahun)
28
Setelah itu setiap peserta diberi pinjaman sepuluh ekor domba betina dewasa
dengan kondisi bunting atau sudah siap kawin, proses pengadaan domba dilakukan
oleh pihak perusahaan dengan prosedur sesuai dengan sistem perusahaan. Setelah itu
dilakukan serah terima bantuan pinjaman dan peternak mulai memelihara sampai
waktu yang ditentukan dan setelah waktu yang disepakati berakhir peternak berhak
membawa anak dari domba yang dipeliharanya sendiri.
C. Pengakhiran Program Inkubator Agribisnis Ternak
Kegiatan terakhir dari program Inkubator Agribisnis Ternak adalah
pengakhiran program. Berikutnya merupakan pengakhiran program dimana dalam
SOP tertulis :
a. Setelah mengakhiri program, peserta wajib mengembalikan induk hewan ternak
yang dipinjam dari PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
b. Setelah selesai program, hasil anakan selama inkubator dibawa pulang untuk
dikembangkan di rumah masing-masing atau di kawasan ternak.
c. Bimbingan/ konsultasi pasca program dilakukan oleh Dinas peternakan
setempat.
Ketika program berakhir peserta wajib mengembalikan indukan yang dipinjamkan
perusahaan, kecuali apabila sampai program berakhir masih terdapat indukan yang
masih bunting, pihak perusahaan memberikan kebijaksanaan dengan meminjamkan
29
indukan yang masih bunting tersebut melahirkan kemudian indukan tetap
dikembalikan kepada pihak perusahaan. Hal tersebut dipaparkan oleh pihak SDP
Officer sebagai berikut :
Jadi kami berikan pinjaman kepada peserta inkubator sepuluh ekor induk
domba dengan satu ekor jantan biasanya, dipelihara sesuai waktu yang
ditentukan, nah kemudian nanti pas programnya berakhir peserta boleh
membawa pulang hasil anakannya itu. Oh iya kadang juga ada yang masih
bunting saat programnya selesai misalnya, biasanya kami berikan keringanan
boleh bawa pulang dulu dombanya nanti setelah melahirkan tetap harus di
kembalikan ke perusahaan. (MS, 35 tahun).
Setelah berakhirnya program para peserta diarahkan untuk mulai
mengembangkan ternaknya di tempatnya masing-masing, dan dari pihak perusahaan
memberikan bimbingan atau konsultasi pasca program serta memonitoring peserta.
4.3.3 Pemberian Fasilitas Peternak
Program inkubator agribisnis ternak memberikan bantuan kepada masyarakat
khususnya peternak domba supaya dapat memiliki usaha mandiri dalam bidang
peternakan, selain sistem program yang dikonsep sedemikian rupa, pihak perusahaan
juga memberikan fasilitas-fasilitas kepada peserta kegiatan untuk menunjang tujuan
dari program tersebut. Dalam SOP Inkubator Agribisnis Ternak tertulis fasilitas
sebagai berikut :
Peminjaman kandang ternak
30
Peminjaman induk ternak sejumlah yang memadai untuk memulai usaha
(minimal 10 ekor domba)
Diberikan bantuan pakan ternak berupa konsentrat 0,3 Kg/ ekor/ hari untuk
domba
Diberikan bantuan pengobatan standar PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
untuk pemeliharaan kesehatan hewan
Pendampingan dilakukan oleh petugas PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
dan Dinas peternakan setempat.
Pelaksanaan program selama 4 bulan
Kewajiban peserta : hadir, memelihara, dan merawat ternak yang dipinjamkan
agar dapat berkembang dengan baik.
Hak peserta : mendapatkan hasil anakan ternak yang dihasilkan selama program
inkubator
Apabila peserta mengundurkan diri ditengah jalan karena alasan yang bisa
diterima hak yang belum diterima dibatalkan
Selain fasilitas yang tertulis dalam SOP, peserta juga mendapatkan uang
transport selama mengikuti kegiatan, serta saat program berakhir peserta diberikan
modal untuk membuat kandang ditempat masing-masing berupa material kandang serta
ongkos untuk biaya pembangunannya.
31
4.4 Manfaat Pelaksanaan Inkubator Agribisnis Ternak Dalam
Pengembangan Peternakan Domba
4.4.1 Pengetahuan Peternak Berdasarkan Panca Usaha Ternak
Program Inkubator Agribisnis Ternak diawali dengan Sekolah Magang
Indocement (SMI) ternak yang dilaksanakan selama satu minggu. SMI ternak
merupakan pelatihan kepada calon peserta inkubator mengenai teori peternakan. Teori
yang disampaikan mengenai pemilihan bibit ternak, pakan ternak, perkandangan,
pengendalian penyakit, dan pemasaran ternak.
Materi tersebut sesuai konsep panca usaha ternak dimana terdiri dari lima sub seektor
diantaranya yaitu : (1) pemilihan bibit dan reproduksi; (2) pemberian pakan; (3)
tatalaksana pemeliharaan; (4) perkandangan; dan (5) kesehatan dan penyakit
(Sulistyati, 2011). Menurut Nurcahyo dkk (2017) panca usaha peternakan terdiri dari
bibit unggul, pakan yang baik, kandang yang sehat, pencegahan dan pengendalian
penyakit, dan pemasaran hasil ternak. Berikut Tabel Pengetahuan Peternak sebagai
berikut:
32
Tabel 8. Pengetahuan Peternak
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian
Secara umum peternak mengetahui tujuan dari pemilihan bibit yang baik yaitu
supaya menghasilkan anakan domba yang baik sesuai yang diharapkan. Pemilihan bibit
yang baik dapat dilihat dari keadaan fisik domba. Domba yang baik untuk dibibitkan
dapat dilihat dai bentuk badan, bentuk kaki, lebar dada, ambing dan bentuk punggung.
Mulyadi (2011) menyatakan bahwa calon bibit domba yang baik adalah ukuran badan
normal, pinggang dan punggung lurus, dada dalam dan lebar, keempat kakinya lurus
dan terlihat kokoh, bentuk ukuran kelamin normal, bulu bersih dan mengkilap, tidak
ada cacat dibagian tubuh, gerakan lincah dan terlihat ganas. Sifat kualitatif domba
tersebut disampaikan oleh peternak SL, 41 tahun sebagai berikut:
Bibit yang bagus untuk perkembanganya, biar hasil anakan yang bagus. Ciri-
cirinya itu kalau indukan atau bibit domba badan tegap, kaki tegap, dada lebar,
ekor gemuk, dan punggungnya rata. (SL, 41 tahun)
No Materi Pengetahuan peternak
1 Pemilihan bibit Mengetahui tujuan pemilihan bibit domba
Mengetahui kriteria bibit domba yang baik
secara kualitatif
2 Pemberian pakan Mengetahui syarat-syarat pakan hijauan yang
baik
Mengetahui jenis-jenis pakan yang diberikan
Mengetahui tatacara pemberian pakan yang
baik
3 Perkandangan Mengetahui perkandangan yang baik
4 Pengendalian penyakit Mengetahui pencegahan dan pengendalian
penyakit
5 Pemasaran hasil Peternak mengetahui cara pemasaran yang
baik
33
Hal serupa juga disampaiakan oleh peternak AS, 40 tahun bahwa:
Induk domba yang baik agak tinggi kakinya, punggungnya lurus, perutnya agak
gendut itu yang bagus, payudaranya bagus itu buat indukan (AS, 40 tahun)
Berikutnya pengetahuan mengenai pakan yang baik sudah diketahui oleh para
peternak, hal tersebut dapat terlihat dari pernyataan peternak sebagai berikut:
Pakannya nyari sendiri, rumput yang hijau, tidak terlalu muda. Bahan pakan
domba seperti rumput, kosentrat boleh juga diberikan seperti dedak, ampas
tahu, dicampur menjadi kosentrat sebagai pakan tambahan. Kalau disini yang
saya lakukan 2 kali sehari, jam 6 pagi sorenya jam 4 atau jam 5. Karena keadaan
buat belinya kosentrat begitu ya kasih pakan alami saja. (AS, 40 tahun)
Pakan buat domba yang saya kasih ya cuma hijauan dari rerumputan, tidak diberi
dedaunan karena berbeda dengan kambing.Terus kalau mencari pakan pas
pagi-pagi ditunggu hari panas dulu biar rumput basahnya berkurang, kalau
dikasih pas masih basah nanti dombanya malah kembung. Pemberian pakan
dilakukan 2 kali sehari pagi sama sore. (KJ, 53 tahun)
Pakan harus senantiasa tersedia di kandang itu, dan domba banyak
makannya berarti sehat. Kalau kurang sehat berarti makannya itu kurang.
(TM,41 tahun)
Tiga pernyataan informan tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum
peternak sudah mengetahui pakan yang baik untuk domba. Pakan yang diberikan
mudah didapatkan, tidak membahayakan domba, disukai (palatabilitas), dan mudah
dimakan. Peternak juga mengetahui bahwa pakan untuk domba yang baik adalah
hijauan yang segar berupa rerumputan dan konsentrat, tetapi yang digunakan oleh
peternak hanya bergantung pada hijauan yang didapatkan dari alam dengan alasan
harga konsentrat yang relatif tinggi bagi peternak. Secara umum peternak juga
mengetahui cara pemberian pakan salah satunya dengan menghindari pemberian
34
pakan yang basah karena dapat menyebabkan penyakit kembung. Untuk menghindari
hal tersebut peternak menyabit rumpu setelah ada matahari tinggi supaya hijauan tidak
dalam keadaan basah atau hijauan yang sudah disabit didiamkan terlebih dahulu
sampai tidak terlalu basah. Peternak memberikan pakan domba sebanyak dua kali
sehari yaitu pada pagi dan sore hari dengan tanpa ditimbang terlebih dahulu hanya
diperkirakan dengan memenuhi tempat pakan yang sudah tersedia.
Pengetahuan tentang perkandangan dilihat dari keadaan perkandangan yang
digunakan. Saat diamati kandang yang digunakan sudah memenuhi syarat
perkandangan seperti jauh dari pemukiman penduduk, dekat dengan sumber pakan,
lokasi yang terbuka sehingga pada pagi hari terkena sinar matahari, ventilasi yang
terbuka sehingga sering terjadi pertukaran udara, serta perkandangan jauh dari
permukaaan tanah. Kandang juga sudah diberikan pemisah untuk kandang domba
bunting dan anakan, kandang kawin, dan kandang pejantan. Tetapi peternak belum
memiliki kandang isolasi sehingga apabila satu domba terkena penyakit mudah
menular ke domba yang lainnya.
Pengetahuan peternak mengenai penyakit yang terjadi pada domba tidak terlalu
banyak, peternak hanya mengetahui penyakit yang sering terjadi seperti kembung dan
mencret. Guna menghindari penyakit tersebut peternak mensiasati dengan menyabit
rumput pada siang hari supaya rumput yang didapatkan dalam keadaan kering.
Pengendalian penyakit kembung tersebut sesuai dengan pernyataaan Mulyadi (2011)
35
yang menyatakan bahwa bahwa kembung perut dapat terjadi karena domba tidak
mampu menghilangkan gas yang dihasilkan oleh lambung pertama (rumen) gas juga
timbul karena domba terlalu banyak makan hijauan legume, pemberian pakan yang
tidak teratur, domba yang terlalu lapar, lalu makan hijauan/rumput basah (embun).
Pencegahan kembung dapat dilakukan dengan membatasi pakan legume, mengatur
pemberian pakan hingga tidak lapar, dan pengembalaan domba setelah tidak ada
embun. Pengobatan yang diketahui oleh peternak yaitu menggunakan bahan alami
seperti kencur, temulawak, kunyit dan lain-lain. Pengobatan menggunakan bahan
kimia biasanya peternakan kembali meminta bantuan kepada pihak CSR Section.
Seperti yang disampaikan oleh JL, 62 tahun yaitu:
Kalau domba sakit ya dikasih obat cacing sama Alam Marta. Bikin jamu juga
dari temulawak, kunyit. Itu ada obatnya yang warna biru, kalau domba ga nafsu
makan di kasih ini. Cara ngasihnya dimasukin kemulutnya pake jarum suntik.
Pas mencret dikasih rumput yang kering, rumput yang banyak air dikeringin.
Rumput yang banyak air penyebab mencret. (JL, 62 tahun)
Mengenai pemasaran peternak menjual domba melalui palen atau bandar
atau individu konsumen yang mendatangi peternak, hal tersebut dilakukan karena
dianggap lebih memudahkan peternak karena dalam proses transaksi pihak palen
yang mendatangi peternak sehingga peternak tidak perlu repot membawa dan
menawarkan domba kepada calon konsumen. Penjualan dilakukan dengan sistem
kesepakatan harga sesuai taksiran tanpa ada penimbangan terlebih dahulu.
36
Berdasarkan materi yang telah di sampaikan kebanyakan para peternak sudah
mengetahui terhadap materi yang disampaikan pada saat pelaksanaan program, tetapi
tidak mempraktekan semua materi tersebut, yang pada akhirnya para peternak tetap
melaksanakan pemeliharaan secara konvensional tanpa ada perencanaan dan juga
pencatatan.
4.4.2 Populasi Ternak Domba Yang Dipelihara Peternak
Alumni program Inkubator Agribisnis Ternak sejak tahun 2010 – 2017, yang
berasal dari Desa Gempol berjumlah dua belas orang. Berikut data alumni program
Inkubator Agribisnis Ternak Desa Gempol.
Tabel 9. Data Alumni Program Inkubator Agribisnis Ternak Desa Gempol
No Nama (Inisial) Tahun Angkatan Keterangan
1. AB 2011 Berhenti
2. TM 2012 Aktif
3. AM 2013 Aktif
4. SL 2013 Aktif
5. JY 2014 Berhenti
6. MK 2014 Berhenti
7. RM 2015 Aktif
8. NR 2016 Ganti Jenis Ternak
9. AS 2016 Aktif
10. AP 2016 Aktif
11. KJ 2017 Aktif
12. JL 2017 Aktif
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian
37
Berdasarkan tabel 9. terdapat delapan orang yang masih aktif berternak, tiga
orang berhenti berternak, dan satu orang beralih jenis ternak. Alasan berhenti berternak
diantaranya memenuhi kebutuhan pribadi yang mendesak, memilih bekerja ke luar kota
dan mengosongkan sementara kandang karena domba sakit. Seorang alumni memilih
berganti hewan ternak menjadi ternak kambing. Pergantian jenis ternak tersebut karena
domba hasil program yang dipelihara mati, sehingga perusahaan memberi kambing
untuk diternakan kembali.
Alumni yang masih aktif berternak berjumlah delapan orang. Menurut
informan yang masih beternak, adanya program tersebut mendukung untuk terus
berjalannya usaha peternakan baik yang sudah berprofesi sebagai peternak ataupun
peternak pemula yang tadinya tidak memiliki ternak. Seperti yang disampaikan oleh
salah satu alumni program tersebut, yaitu:
Saya dulu tidak punya domba de, dulu tuh saya ngurusi domba orang berapa
ekor ya banyak dikasih upah, pas itu dikasih tau ada inkubator ya saya daftar
ikutan ya alhamdulillah sekarang saya dombanya banyak ada 30-an buat
kebutuhan saya sama anak ada (RM, 52 tahun)
Oleh karena itu, program Inkubator Agribisnis Ternak berpengaruh terhadap
jumlah populasi ternak yang dimiliki oleh peternak. Berikut data jumlah populasi
ternak yang dimiliki oleh alumni program inkubator agribisnis ternak di Desa gempol:
38
Tabel 10. Jumlah Kepemilikan Ternak
No Nama
Tahun
Awal
Beternak
Populasi (Ekor) Status
Usaha Sebelum
Program
Awal
Program Saat Ini
1 TM 2012 0 13 6 Sampingan
2
3
SL
AM
2013
2013
2
0
9
5
15
7
Sampingan
Sampingan
4 AS 2016 0 3 11 Sampingan
5 AP 2016 0 3 6 Sampingan
6 RM 2016 0 11 33 Utama
7 KJ 2017 0 8 9 Sampingan
8 JL 2017 0 8 9 Utama
Jumlah 2 60 96
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian
Tabel 10. menunjukkan bahwa manfaat dari pelaksanaan Inkubator Agribisnis
Ternak dalam pengembangan peternakan domba dapat dilihat dari penambahan jumlah
ternak yang dimiliki oleh peserta program. Semua peserta mengalami pertambahan
populasi ternak yang dimiliki dari sebelum mengikuti kegiatan sampai saat ini, seperti
yang terjadi pada bapak SL, 41 tahun sebelum mengikuti program beliau hanya
memiliki dua ekor domba saja sedangkan saat ini beliau sudah memiliki sebanyak 15
ekor itupun sudah mengalami proses beberepa kali penjualan.
Peningkatan jumlah ternak menunjukkan manfaat yang besar bagi para peserta
program inkubator agribisnis ternak. Manfaat tersebut terlihat ketika peserta belum
mengikuti kegiatan mereka tidak memiliki domba sama sekali bahkan belum berprofesi
sebagai peternak tetapi saat ini mereka memiliki usaha ternak domba yang
39
berkelanjutan dari awal mengikuti program sampai saat ini walaupun tidak dijadikan
sebagai usaha utama bagi mereka.
Keberhasilan perogram dalam mencetak peternak yang mandiri juga dapat
dilihat dari jumlah populasi ternak domba dari awal peserta mengikuti program sampai
saat ini. Para peserta mengalami peningkatan jumlah kepemilikan ternak dari saat awal
selesai mengikuti program sampai saat ini. Berikut tabel persentase peningkatan jumlah
kepemilikan ternak peserta program Inkubator Agribisnis Ternak :
Tabel. 11 Persentase Peningkatan Pemilikan Pernak
No Nama
Populasi (Ekor)
Presentase Keterangan Awal
Program Saat Ini
1 TM 13 6 -53,84% Turun
2 SL 9 15 66,67% Naik
3 AM 5 7 40% Naik
4 AS 3 11 266% Naik
5 AP 3 6 100% Naik
6 RM 11 33 200% Naik
7 KJ 8 9 12,5% Naik
8 JL 8 9 12,5% Naik
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian
Tabel menunjukkan bahwa 87,5% dari jumlah informan mengalami
peningkatan jumlah populasi domba yang dimiliki. Informan yang memiliki persentase
peningkatan jumlah kepemilikan domba terbesar yaitu RM, 52 dan AS 40 tahun yang
mengalami peningkatan sebanyak 200% dan 266% dari awal kegiatan Inkubator
hingga saat ini. Peningkatan juga dialamai oleh AP, 41 tahun juga mengalami
40
peningkatan 100% dari awal mengikuti kegiatan inkubator diikuti oleh SL, 41 tahun
yang mengalami peningkatan sebanyak 66,67% dan KJ, 12,5%.
Peningkatan kepemilikan ternak dipengaruhi oleh faktor status usaha. Seperti
yang terjadi pada RM, 52 tahun, yang mengalami peningkatan populasi sebanyak
200%. Peninggatan tersebut karena RM menjadikan usaha peternakan sebagai mata
pencaharian utamanya. Dengan demikian, RM dapat terus meningkatkan jumlah
populasi ternak yang dimilikinya karena ia memiliki lebih banyak waktu untuk
memerhatikan ternaknya. Alasan RM menjadikan usaha peternakan sebagai mata
pencaharian utama adalah RM melihat adanya peluang usaha yang memberikan
pemasukan untuk kehidupan rumah tangganya. Hal tersebut, ia dapatkan setelah
mengikuti program inkubator agribisnis ternak PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk..
Berbeda halnya dengan TM, 41 Tahun yang mengalami penurunan populasi
sebanyak 53,84%. Penurunan kepemilikan ternak disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor tersebut yaitu faktor kebutuhan hidup, seperti yang dialami oleh TM, 41 tahun,
yang menjual sebagian ternaknya untuk memenuhi biaya sekolah anaknya. Hal tersebut
disampaikan langsung oleh TM, 41 tahun.
Saya dombanya tinggal 3 ekor, soalnya kemaren tuh, anak saya mau masuk
SMP, dari bapanya belum ada. Ya, saya jual dulu aja lumayan jadinya kan, yang
penting anak saya tuh ketutup dulu, buat anu sekolahnya. (TM, 41 tahun)
Adanya peningkatan dan penurunan jumlah populasi ternak pasca program
Inkubator Agribisnis Ternak PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dapat disimpulkan
41
bahwa program inkubator tersebut memberikan manfaat bagi peserta. Kebermanfaatan
tersebut ditandai dengan peternekan domba menjadi usaha yang berkelanjutan bagi
peserta sesuai dengan tujuan dari program tersebut yakni mencetak peternak mandiri.
4.4.3 Terbentuknya Kelompok Peternak
Pasca mengikuti program inkubator agribisnis ternak, pihak penyelenggara
menyarankan untuk menghimpun peserta kegiatan dalam sebuah kelompok peternak.
Saran tersebut, direalisasikan oleh peserta yang berasal dari Desa Gempol dengan
membentuk sebuah kelompok peternak, yang diberi nama “Sumber Urip”. Kelompok
Sumber Urip dibentuk pada tahun 2014, diketuai oleh Bapak Solikin, dan sampai
Februari 2018 memiliki anggota sejumlah 12 orang.
Anggota kelompok Sumber Urip mendirikan kandang dalam satu tempat yang
difasilitasi oleh pemerintah Desa di atas tanah Bengkok atau Carik Desa. Lahan
tersebut sengaja dipinjamkan oleh pihak Desa dengan status hak guna pakai untuk
membantu masyarakat yang ingin berternak, sehingga masyarakat yang tidak memiliki
lahanpun dapat ikut berternak.
Kelompok peternak tersebut dibentuk dengan tujuan untuk menjalin
komunikasi yang baik antar peternak domba Alumni Inkubator dan sebagai wadah para
peternak untuk saling membantu dan bertukar informasi dalam proses berternak. Posisi
kandang yang berada dalam satu tempat membuat interasksi antar anggota menjadi
42
lebih intens sehingga rasa kekeluargaan dalam kelompok Sumber Urip sangat begitu
terasa. Hal tersebut ditunjukan dengan saling memerhatikan dan saling membantu
memelihara ternak milik sesama anggota.
4.4.4 Manfaat Ekonomi Dari Pelaksanaan Kegiatan
1) Memiliki Lapangan Pekerjaan
Program inkbator agribisnis ternak memberikan manfaat secara ekonomi bagi peserta
program, karena program tersebut memberikan peluang usaha atau lapangan pekerjaan
di bidang peternakan bagi masyarakat baik sebagai usaha utama ataupun sampingan.
Aktivitas berternak memberikan pemasukan untuk membantu memenuhi kebutuhan
para peternak. Manfaat tersebut disampaikan oleh seserta sebagai berikut :
Ya dengan adanya inkubator ini ya membantu, dulu saya Cuma miara punya
orang kalo ada yang hilang saya dimarahin, sekarang saya punya sendiri
alhamdulillah. Enak kalo butuh tinggal jual nanti lahir lagi banyak domba saya
(RM, 52 tahun)
Manfaat sekali membantu kebutuhan rumah kalo ada urusan apa-apa ya dijual
itung-itung tabungan saja, sehari-hari Cuma cukup buat makan kalau ada
kebutuhan anak sekolah anak sakit ya tinggal jual (KJ, 53 Tahun)
Alhamdulillah terasa, untuk nutup-nutupi kebutuhan dapur, kalau ada keperluan
yang mendadak atau anak mau sekolah ya gampang kalau ada domba, tinggal
jual iya dianggap tabungan aja (TM, 41 tahun).
2) Mendapat Bantuan Materil Untuk Memulai Usaha Peternakan
Manfaat lainnya yaitu masyarakat terbantu secara materil untuk dapat
berternak, karena bantuan yang diberikan dari program tersebut lengkap untuk menjadi
43
modal awal memulai usaha peternakan. Bantuan yang diberikan seperti yang sudah
dipaparkan diatas dimuali dari bibit sampai perlengkapan kandang sehingga selesai
program inkubator peternak sudah dapat memulai usahanya di tempat masing-masing.
3) Bertambahnya Penghasilan
Berternak domba baik sebagai usaha utama ataupun usaha sampingan akan
memberikan tambahan penghasilan bagi peserta progam. Sehingga manfaat dari
adanya program tersebut dapat dinikmati jangka panjang untuk membantu memenuhi
kebutuhan keluarga. Seperti yang disampaiakan oleh alumni program tersebut :
Ya alhamdulillah saya itu jadi punya usaha sendiri kalau misalkan uang saya
habis buat kebutuhan sehari-hari ya tinggal jual saja nanti lumayan buat beli-
beli kebutuhanlah gitu (RM, 52 tahun)
4.4.5 Manfaat Sosial Dari Pelaksanaan Kegiatan
1) Manfaat Sosial Bagi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Manfaat sosial dirasakan oleh pihak perusahaan juga oleh masyarakat, dengan
adanya program inkubator yang berlangsung cukup lama membuat pihak perusahaan
merasa memiliki hubungan sosial yang lebih dekat dengan masyarakat. Masyarakat
pun merasakan manfaatnya dari keberadaan perusahaan dengan adanya interaksi yang
mudah dengan pihak perushaan. Hal tersebut disampaikan oleh pihak perusahaan dari
SDP officer sebagai berikut:
Relasi dengan masyarakat berjalan baik, menjadi merasa lebih dekat dengan
masyarakat, ini membantu kami untuk menjalankan program-program
44
berikutnya dan masyarakatpun dapat merasakan manfaatnya dari adanya pabrik
di daerah sini (MS, 35 Tahun)
Hubungan sosial dengan masyarakat semakin baik, terbangun kedekatan
dengan masyarakat, khususnya yang mengikuti program-program dari
Indocement mereka merasakan hubungan baiknyatidak segan atau canggung ya
menjadi semakin dekat pada intinya (RA, 55 tahun)
Selain hubungan sosial dengan masyarakat manfaat sosial dari program ini juga
dirasakan oleh perusahaan dengan aparat setempat, komunikasi dengan pemerintahan
desa setempat berjalan lancar dan berhubungan baik dalam bekerja sama untuk
berbagai program. Hal tersebut disampaiakan oleh kepala Desa gempol :
Hubungan dengan perusahaan baik, sering ada program untuk masyarakat kita
sama-sama untuk gimana caranya membangun masyarakat ya sejauh ini
hubungan dengan perusahaan baik, lancar (RM, 39 tahun).
2) Manfaat Sosial Bagi Masyarakat
Masyarakat merasakan kebaikan dari program tersebut yaitu dengan hubungan
dan interaksi yang baik dengan pihak perusahaan, sehingga masyarakat merasa dekat
serta merasakan kebermanfaatan dari adanya perusahaan di Desa mereka. Hal tersebut
disampaikan oleh salah satu masyarakat yang juga alumni program Inkubator
Agribisnis Ternak :
Hubungan dengan perusahaan jadi lebih dekat, merasa terbantu kalau ada apa-
apa tinggal lapor saja ke kantor kalo ada ya dibantu kalau diarahkan jadi merasa
dekat dengan orang-orang disana kalo papasan dijalan suka nyapa (SL, 40
tahun)
45
Selain hubungan dengan pihak perusahaan, manfaat sosial juga dirasakan
dengan aparat pemerintahan setepat, dengan kedekatan tersebut mempermudah untuk
saling mendukung dalam berbagai program. Lokasi kandang yang dimiliki peternak
pun difasilitasi oleh pihak pemerintahan Desa di sebuah lahan carik Desa sehingga
masyarakat yang tidak mempunyai lahan pun dapat ikut berternak.