bab iv hasil dan pembahasan a. 1. deskripsi profil guru
TRANSCRIPT
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Profil Guru Biologi Berdasarkan Observasi Awal
Observasi awal yang dilakukan dengan cara pengisian formulir biodata dan
wawancara awal terhadap guru-guru Biologi, serta pengamatan selama berlangsungnya
mata pelajaran Biologi, menghasilkan data yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Aspek-
aspek berupa aktivitas guru yang dikaji dalam observasi awal ini meliputi pengalaman
mengajar, media yang sering diterapkan dalam pembelajaran, keikutsertaan dalam
pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan media maupun keprofesian guru
lainnya, keinginan untuk mengembangkan dan menerapkan media pembelajaran
berbasis ICT, serta pengalaman organisasi.
Berdasarkan pengalaman mengajar, guru X memiliki pengalaman mengajar paling
lama, yaitu 27 tahun (hingga 2014). Guru Y berpengalaman mengajar selama 24 tahun,
sedangkan guru Z 25 tahun. Pengalaman mengajar menjadi salah satu kriteria penentuan
subyek penelitian karena berpengaruh pada pengalaman dalam menerapkan berbagai
media pembelajaran, termasuk di dalamnya media berbasis ICT.
Hasil wawancara awal juga menunjukkan bahwa mata pelajaran selain Biologi
yang pernah diampu Guru X yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Guru Y memiliki pengalaman mengajar Bahasa
Sunda dan PLH. Sementara Guru Z (berdasarkan profil isian), selain mengajar Biologi
merangkap pula sebagai Wakasek Kurikulum.
Selama berlangsungnya observasi awal, diketahui bahwa terdapat beberapa jenis
media yang diterapkan dalam pembelajaran Biologi. Media-media tersebut meliputi
media ICT (Power Point, video, internet) dan media non-ICT (charta, bagan, model
torso). Perangkat hardware yang sering digunakan sebagai pendukung terselenggaranya
pembelajaran berbasis ICT yaitu komputer dan LCD proyektor/ infocus.
Guru X, Y, dan Z pernah mengikuti beberapa kali pelatihan, baik pelatihan yang
berhubungan dengan kompetensi guru untuk meningkatkan keprofesionalan mengajar
secara umum, maupun pelatihan khusus seperti pengembangan bahan dan media
pembelajaran. Menurut profil isian dan wawancara awal terhadap masing-masing guru
calon subjek, diketahui bahwa Guru X telah mengikuti pelatihan sebanyak tiga kali,
Guru Y dua kali, dan Guru Z empat kali.
39
Tabel 4.1. Matriks rekapitulasi hasil observasi awal (pengisian formulir profil guru, wawancara dan pengamatan pembelajaran) Guru
Aspek yang
Diamati
Guru X Guru Y Guru Z
Pengalaman Mengajar
Berpengalaman mengajar selama 27
tahun (hingga 2014) sebagai:
a. Guru Biologi
b. Guru TIK
c. Guru PLH
Berpengalaman mengajar selama 24
tahun (hingga 2014) sebagai:
a. Guru Biologi
b. Guru PLH
c. Guru Bahasa Sunda
Berpengalaman mengajar selama 25
tahun (hingga 2014) sebagai:
a. Guru Biologi
b. Lainnya
Media yang sering digunakan
dalam pembelajaran Biologi
Media:
a. Power Point
b. Video
c. Internet (penugasan)
d. Komputer
e. LCD/ infocus
Media:
a. Berbagai model charta
b. Model gen
c. Torso
Media:
a. Power Point
b. Internet (penugasan)
c. Komputer
d. LCD/ infocus
Keikutsertaan dalam
pelatihan
Pelatihan (3 kali):
a. Pendidikan dan Latihan Guru
b. Pendidikan dan Pelatihan
Multimedia dan Komputer SMU
Negeri (2001)
c. Diklat Penyusunan Naskah
Bahan Ajar Berbasis TIK (2010)
Pelatihan (2 kali):
a. Pendidikan dan Latihan Guru
(1990 dan 1992)
b. Pendidikan dan Latihan
Fungsional (2000)
Pelatihan (4 kali):
a. Pendidikan dan Latihan Guru
b. Diklat Penyusunan Naskah
Bahan Ajar Berbasis TIK
(2010)
c. (Tidak terdokumentasi)
d. (Tidak terdokumentasi)
Keinginan untuk
mengembangkan dan
menerapkan media
pembelajaran berbasis ICT
Memiliki keinginan untuk mengikuti
berbagai pelatihan media ICT seperti
Macromedia Flash dan lainnya
Memiliki keinginan untuk mulai
menerapkan media pembelajaran
berbasis ICT di tahun ajaran baru
Memiliki keinginan untuk
mengembangkan media PPT
(Power Point), video, dan
Macromedia Flash
Pengalaman organisasi
Organisasi:
a. Sekertaris PGRI (1998-2003)
b. Lainnya (tidak terdokumentasi)
Organisasi:
a. Anggota PGRI
b. Lainnya (tidak terdokumentasi)
Organisasi:
a. Anggota PGRI
b. Lainnya (tidak terdokumentasi)
Sumber: Penelitian 2014
40
39
Tabel di atas juga menunjukkan bahwa Guru X pernah mengikuti pelatihan umum
seperti Pendidikan dan Latihan Guru serta pelatihan pengembangan media (Pendidikan
dan Pelatihan Multimedia dan Komputer SMU Negeri tahun 2001 serta Diklat
Penyusunan Naskah Bahan Ajar berbasis TIK tahun 2010). Sementara Guru Y
cenderung sering mengikuti pelatihan kompetensi guru, yaitu: Pendidikan dan Latihan
Guru (tahun 1990 dan 1992) serta Pendidikan dan Latihan Fungsional (tahun 2000).
Sedangkan Guru Z telah mengikuti kedua jenis penelitian tersebut sebanyak empat kali,
yaitu: Pendidikan dan Latihan Guru; Diklat Penyusunan Bahan Ajar berbasis TIK
(tahun 2010); serta dua pelatihan lainnya yang tidak terdokumentasi.
Media ICT yang sering diterapkan Guru X yaitu Power Point, video, internet,
komputer, dan LCD proyektor. Sedangkan media yang diterapkan Guru Y berupa
berbagai model charta dan gen hasil karya sendiri, serta torso. Sebagai pendukung
terselenggaranya kelas yang aktif, Guru Y sering mengolaborasikan media yang
digunakan dengan metode diskusi kelompok dan presentasi. Sementara itu, Guru Z
menerapkan media Power Point, internet, komputer, dan LCD proyektor. Ketika
diwawancara, Guru Z juga menyatakan bahwa selain yang telah disebutkan, media yang
pernah diterapkan yaitu Macromedia flash.
Aspek berikutnya yang dipertimbangkan untuk menentukan subjek adalah adanya
keinginan untuk membuat, mengembangkan (memodifikasi), dan menerapkan media
pembelajaran berbasis ICT. Aspek ini dimiliki oleh ketiga Guru Bioogi tersebut. Jenis-
jenis media software yang ingin mereka buat dan kembangkan diantaranya Flashplayer/
Macromedia flash, video, Power Point, dan media ICT lainnya. Guru X memiliki
keinginan untuk mengikuti pelatihan media ICT dan bisa membuat berbagai media ICT,
terutama yang belum bisa dibuat, seperti media ICT jenis Macromedia flash. Guru Y
lebih fokus pada keinginan untuk dapat menerapkan media ICT di tahun ajaran baru
agar bisa mengimbangi makin pesatnya kemajuan teknologi, terutama teknologi yang
telah mendifusi di dunia pendiikan. Sementara Guru Z, memiliki keinginan untuk
mengembangkan media ICT jenis Power Point, video, dan Macromedia flash.
Aspek terakhir yang diperhatikan untuk menentukan subjek, yaitu keikutsertaan
guru-guru tersebut dalam organisasi. Ketiga guru Biologi tersebut mengikuti organisasi
PGRI sampai sekarang (tahun 2014). Menurut lembar isian profil, Guru X pernah
menjabat sebagai sekretaris PGRI selama satu periode atau lima tahun (1998-2003) dan
saat ini masih aktif sebagai anggota, serta anggota tim MGMP. Tidak berbeda dengan
Guru X, keanggotaan dalam PGRI juga diikuti oleh Guru Y dan Z.
41
39
Berdasarkan observasi awal tersebut, maka profil Guru X dianggap paling
representatif sebagai subjek penelitian yang akan dianalisis profilnya. Hasil observasi
awal yang ditinjau dari pengalaman mengajar, variasi media pembelajaran yang pernah
digunakan, jenis pelatihan yang diikuti, keinginan untuk mengembangkan media
berbasis ICT, serta pengalaman berorganisasi (yang masih berkaitan dengan
keterampilan dalam memanfaatkan teknologi untuk pendidikan), semuanya mengarah
pada Guru X.
2. Analisis Profil Guru Biologi Berdasarkan Penerapan Media Pembelajaran
Berbasis ICT
a. Observasi Pembelajaran di Kelas
Tahap penelitian lapangan lanjutan (setelah observasi awal) diawali dengan
observasi atau pengamatan pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan dengan
diiringi pengisian lembar observasi yang dibuat dari pengembangan indikator
menurut Permendiknas No. 16 Tahun 2007. Rekapitulasi hasil observasi
pembelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Hasil observasi pembelajaran di kelas
No. Aktivitas Guru Waktu (15 menit ke-)
Observasi 1 Observasi 2
A. Memanfaatkan TIK sebagai Bentuk Komunikasi
1. Memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran di kelas
a. Menyampaikan tujuan dan indikator dalam media ICT - -
b. Menginformasikan konsep yang akan dipelajari melalui
media ICT
1 2
c. Mengkondisikan siswa dengan apersepsi 1 1
d. Menggunakan media ICT sesuai silabus, RPP, dan
kurikulum yang berlaku (relevan) 1-5 2-7
e. Mencantumkan tabel isi program media ICT dalam RPP - -
f. Menerapkan pembelajaran e-learning dan active learning 1-5 1-7
2. Kualitas penguasaan dan penjelasan materi berbantuan media ICT
g. Kejelasan kalimat (artikulasi) 1-5 1-9
h. Substansi materi disampaikan dengan bantuan media ICT 1-5 2-7
i. Tidak terpaku pada media ICT dan mampu
mengembangkan konsep secara kontekstual 1-5 2-9
j. Memiliki media alternatif atau sebagai kolaborasi media
ICT
1-5 8-9
k. Kesesuaian media ICT dengan indikator, bahan ajar, dan
materi
1-5 2-7
l. Kesesuaian waktu dan kemudahan pengoperasian media
ICT
1-5 2-7
m. Kesesuaian media dengan karakteristik siswa 1-5 2-7
n. Media ICT membantu siswa memahami informasi 1-5 2-7
o. Memiliki keterampilan bertanya, merespon, dan
menjawab pertanyaan siswa 1-5 1-9
p. Mendorong siswa belajar mandiri (memunculkan
motivasi dan kreativitas) 1-5 2-9
42
39
Sumber: Penelitian 2014
Adapun tabel di atas menunjukkan hasil observasi ke-2 dan ke-5 yang
selanjutnya menjadi bahasan utama penelitian, yaitu pertemuan ke-2 materi
Ekosistem dan pertemuan ke-5 materi Perubahan Lingkungan. Indikator
Permendiknas 2007 No. 16 tentang kompetensi profesional guru dalam
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, dikembangkan menjadi enam
indikator yang selanjutnya dibagi kembali ke dalam 25 aktivitas guru. Proses
perekaman dengan kamera digital dilakukan untuk lebih mengakuratkan hasil
penelitian dan memudahkan pengecekan ulang terhadap aktivitas yang terjadi selama
berlangsungnya pembelajaran.
Proses pembelajaran yang berlangsung selama tiga jam pelajaran (135 menit)
dibagi dalam sembilan waktu (tiap 15 menit) dalam lembar observasi. Indikator
pertama yaitu memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran. Aktivitas yang
dilakukan guru selama 15 menit pertama yaitu menginformasikan konsep yang akan
dipelajari melalui media ICT, mengondisikan siswa dengan apesepsi. Sedangkan
penggunakan media ICT sesuai silabus, RPP dan kurikulum yang berlaku serta
menerapkan pembelajaran e-learning dan active learning dilakukan guru sejak menit
pertama hingga menit ke-75. Aktivitas yang tidak terakomodasi yaitu menyampaikan
tujuan dan indikator dalam media ICT serta tidak mencantumkan tabel isi program
media ICT dalam RPP.
Indikator kedua yaitu kualitas penguasaan dan penjelasan materi berbantuan
media ICT. Sebelas aktivitas guru dapat teramati dalam 15 menit pertama hingga
terselesaikannya materi Ekosistem (75 menit). Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi
q. Menunjukkan keterampilan dalam menggunakan media
ICT 1-5 2-7
3. Memanfaatkan fasilitas penunjang pembelajaran berbasis ICT
r. Menggunakan laboratorium komputer dan WIFI
(internet) - -
s. Menggunakan infocus/ LCD 1-5 1-7
t. Memperbolehkan siswa menggunakan laptop 1-5 1-7
B. Memanfaatkan TIK sebagai Bentuk Pengembangan Diri
4. Supervisi Kepala Sekolah
u. Menggunakan RPP dan silabus yang telah diperiksa
Kepala Sekolah 1-5 1-9
v. Kunjungan kelas - -
5. Keikutsertaan dalam pelatihan media ICT
6. Membuat dan mengembangkan media ICT
w. Menerapkan media ICT buatan sendiri dan hasil
pelatihan
- -
x. Mengkolaborasikan media ICT dengan variasi metode 1-5 2-8
y. Menerapkan modifikasi media ICT hasil download 1-5 3-7
43
39
kejelasan kalimat (artikulasi); substansi materi disampaikan dengan bantuan media
ICT; tidak terpaku pada media ICT dan mampu mengembangkan konsep secara
kontekstual; memiliki media alternatif pengganti atau sebagai kolaborasi media ICT;
kesesuaian penggunaan media ICT dengan indikator, bahan ajar, dan materi;
kesesuaian waktu dengan kemudahan pengoperasian media ICT; kesesuaian media
dengan dunia siswa; media ICT membantu siswa memahami informasi; memiliki
keterampilan bertanya, merespon, dan menjawab pertanyaan siswa; mendorong
siswa belajar mandiri (memunculkan motivasi dan kreativitas); serta menunjukkan
keterampilan dalam menggunakan media ICT.
Indikator ketiga yaitu memanfaatkan fasilitas penunjang pembelajaran berbasis
ICT. Aktivitas guru selama 75 menit pembelajaran meliputi pemanfaatan LCD/
infocus dan diperbolehkannya siswa menggunakan laptop. Aktivitas yang tidak
terakomodasi yaitu penggunaan laboratorium komputer dan Wi-Fi (internet).
Indikator keempat merupakan supervisi kepala sekolah yang dikembangkan
menjadi dua aktivitas guru, yaitu menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan silabus yang telah diperiksa kepala sekolah serta kunjungan kelas. Selama
pembelajaran berlangsung, guru menerapkan media ICT yang disesuaikan dengan
bagan media ICT dalam RPP yang telah dibuat. Sedangkan supervisi kepala sekolah
dalam bentuk kunjungan kelas, tidak terakomodasi di sini.
Indikator kelima (keikutsertaan dalam pelatihan media ICT) tidak
dikembangkan dalam aktivitas yang harus diamati karena terdistribusi saat
wawancara dan dokumentasi. Keikutsertaan guru dalam pelatihan media ICT
tersebut dapat dilihat dari sertifikat pelatihan, foto, dan wawancara mendalam.
Indikator terakhir atau keenam yaitu membuat dan mengembangkan media
ICT. Indikator terakhir ini akan lebih terakomodasi dengan cara wawancara
mendalam. Namun melihat tampilan media ICT yang ditayangkan selama
berlangsungnya pembelajaran, dua dari tiga aktivitas guru dalam indikator ini dapat
teramati. Aktivitas-aktivitas tersebut yaitu mengolaborasikan media ICT dengan
variasi metode dan menerapkan media ICT hasil download atau modifikasinya.
Sedangkan penerapan media ICT buatan sendiri dan hasil pelatihan tidak dapat
terdistribusi melalui observasi pembelajaran. Oleh karena pertemuan ini adalah
pertemuan tambahan untuk menyelesaikan dan mengingat kembali materi Ekosistem,
maka materi selesai dalam waktu 75 menit. Waktu 60 menit yang tersisa
dimanfaatkan guru untuk melakukan remidial MID Test.
44
39
Penelitian lapangan selanjutnya (observasi 2) berlangsung seperti halnya
penelitian lapangan ke-2 sebelumnya di kelas X MIA/ MIPA 2. Aktivitas dalam
indikator pertama yang dilakukan guru selama 15 menit pertama yaitu
mengondisikan siswa dengan apesepsi dan menginformasikan konsep yang akan
dipelajari melalui media ICT pada 15 menit kedua, karena 15 menit pertama
digunakan untuk proses pengambilan dan pemasangan infocus. Sejalan dengan
terpasangnya infocus, maka penggunaan media ICT sesuai silabus, RPP dan
kurikulum yang berlaku pun teramati sejak 15 menit ke-2 hingga ke-7 (menit ke-
105). Seperti observasi sebelumnya, aktivitas yang tidak dilakukan guru atau tidak
teramati selama pembelajaran yaitu tujuan dan indikator tidak disampaikan kembali
oleh guru (pertemuan ke-4 materi Perubahan Lingkungan) serta tidak adanya tabel isi
program media ICT dalam RPP. Sedangkan e-learning dan active learning dapat
diamati saat siswa diajak berpikir tentang solusi terkait pencemaran dan perubahan
lingkungan yang terjadi.
Sebagian besar aktivitas guru berdasarkan indikator kedua dapat diamati sejak
15 menit ke-2 hingga terselesaikannya materi Perubahan Lingkungan (135 menit).
Berdasarkan lembar observasi, aktivitas guru yang teramati sejak menit pertama
hingga berakhirnya pembelajaran yaitu kejelasan artikulasi dalam menyampaikan
materi serta keterampilan dalam bertanya, merespon, dan menjawab pertanyaan
siswa yang dilakukan guru sejak apersepsi.
Aktivitas-aktivitas lainnya dapat diamati sejak 15 menit ke-2 hingga ke-7 (105
menit), diantaranya substansi meteri disampaikan dengan media ICT; kesesuaian
penggunaan media ICT dengan indikator, bahan ajar, dan materi; kesesuaian waktu
dengan kemudahan pengoperasian media ICT; kesesuaian media dengan dunia siswa;
media ICT membantu siswa memahami informasi; serta menunjukkan keterampilan
dalam menggunakan media ICT. Sedangkan 15 menit ke-2 hingga ke-9 (selesai),
aktivitas yang teramati yaitu tidak terpaku pada media ICTdan mampu
mengembangkan konsep secara kontekstual serta mendorong siswa belajar mandiri
(memunculkan motivasi dan kreativitas). Adanya alternatif media pengganti atau
sebagai kolaborasi media ICT, dapat diamati dengan dilakukannya evaluasi
menggunakan media buku dan LKS untuk mengisi waktu yang tersisa (30 menit)
setelah materi Perubahan Lingkungan tertuntaskan.
Aktivitas guru menurut indikator ketiga yang terakomodasi yaitu pemanfaatan
LCD/ infocus dan diperbolehkannya siswa menggunakan laptop. Sedangkan untuk
45
39
pemanfaatan laboratorium komputer dan Wi-Fi (internet) tidak terakomodasi karena
pembelajaran dilakukan di kelas.
Indikator keempat yang terakomodasi yaitu adanya Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan silabus yang telah diperiksa kepala sekolah. Selama
pembelajaran berlangsung, guru menerapkan media ICT yang disesuaikan dengan
bagan media ICT dalam RPP yang telah dibuat.
Indikator kelima (keikutsertaan dalam pelatihan media ICT) tidak
dikembangkan dalam aktivitas yang harus diamati karena terakomodasi saat
wawancara dan dokumentasi. Informasi dan data keikutsertaan guru dalam pelatihan
media ICT tersebut dapat diperoleh dari sertifikat pelatihan, foto, atau wawancara
mendalam terhadap Guru X yang dilakukan setelah observasi pembelajaran selesai
dilakukan dan data yang diperoleh telah jenuh.
Indikator keenam yang terakomodasi yaitu aktivitas guru yang meliputi
mengolaborasikan media ICT dengan variasi metode serta menerapkan media ICT
hasil download atau modifikasinya. Sedangkan penerapan meda ICT buatan sendiri
dan hasil pelatihan tidak terakomodasi melalui observasi pembelajaran. Materi
Perubahan Lingkungan selesai disampaikan sebelum jam pelajaran habis, sehingga
guru melakukan evaluasi kepada tiap siswa untuk menjawab pertanyaan yang
terdapat dalam beberapa slide Power Point dan buku pegangan siswa (paket).
b. Jenis Media ICT yang Diterapkan
1) Media Power Point
Power Point yang ditayangkan guru pada materi Ekosistem dan
Perubahan Lingkungan diantaranya berjudul Ekosistem, Daur Ulang, dan
Lingkungan. Media ini merupakan media jadi, baik yang bersumber dari PSB,
hasil download maupun penerbit buku pegangan siswa.
Sebagian besar slide didominasi dengan visualisasi objek makhluk hidup
dalam bentuk foto dan gambar komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem.
Indikator yang terakomodasi yaitu guru tidak terpaku dengan materi yang
terdapat pada media Power Point dan mampu mengembangkanya sesuai dengan
pemahaman siswa. Selain itu, siswa juga tampak tertarik dan termotivasi dengan
adanya software tambahan berupa hyperlink dan iSpring.
46
39
a) Power Point 1 (Materi Ekosistem)
Power Point pertama yang ditampilkan guru saat observasi yaitu
Ekosistem. Narasi atau penjelasan isi slide terdapat pada slide ke-2 (satu slide
atau mencakup 5 % slide yang ditampilkan). Slide yang memuat gambar dan
tabel yaitu 15 slide (79 %) dan 3 slide (16 %), sehingga total 95 % berisi
gambar/ foto. Deskripsi isi slide dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.3 Deskripsi isi slide media Power Point 1 (Ekosistem) No.
Slide
Sub-judul
Slide Isi Slide Konten
1 Ekosistem Judul Ekosistem disertai foto faktor-faktor
penyusun ekosistem dan adaptasi
- Gambar
2 Tujuan
pembelajaran
Berisi tujuh tujuan yang ingin dicapai setelah
pembelajaran dilakukan (masih mengacu KTSP)
- Narasi
3 Pengertian
ekologi
Memuat pengertian ekosistem dan ekologi serta
ilustrasi ekosistem dan pencetusnya
- Gambar/
foto
4 Komponen
penyusun
ekosistem
(berdasarkan
sifatnya)
Memuat ilustrasi makhluk hidup dari tingkaan
individu hingga ekosistem (mencakup juga biosfer)
- Tabel
5 Adaptasi
makhluk
hidup
Ilustrasi contoh adaptasi morfologi, fisiologi, dan
perilaku dari kantung induk hewan kanguru, warna
kulit bunglon, dan migrasi pada ikan
- Gambar
6 Faktor biotik Mencantumkan ilustrasi tanah, air, gurun es, dan
sinar matahari
- Gambar
7 Komponen
penyusun
ekosistem
(berdasarkan
fungsinya)
Mencantumkan rantai makanan di daratan, yang
mencakup faktor biotik dan abiotik
- Gambar
8 Simbiosis
antar-
komponen
ekosistem
Memuat illustrasi contoh simbiosis mutualisme
(penyerbukan bunga oleh kupu-kupu), parasitisme
(pagar hidup yang membatasi gerak tanaman di
dekatnya), serta komensalisme (ikan paus dan ikan
pemakan sisa makanan)
- Gambar
9 Aliran energi
dan daur
biogeokimia
(rantai
makanan)
Berupa dua rantai makanan yang terjadi di darat
dan di laut, serta tambahan berupa kedudukan tiap
makhluk hidup dalam lingkungannya
(produsenkonsumen tingkat IV)
- Gambar
10 Jaring-jaring
makanan
Memuat ilustrasi jaring-jaring makanan pada
ekosistem darat dan air serta tambahan berupa
kedudukan tiap makhluk hidup dalam
lingkungannya (produsen primerkonsumen
sekunder dan tersier)
- Gambar
11 Tingkat trofik Memuat tangga kedudukan makhluk hidup dalam
lingkungannya (produsen karnivor II) yang
dikorelasikan dengan tingkatan-tingkatan trofik
- Tabel/
Grafik
tangga
12 Piramida
ekologi
Berupa piramida segitiga yang memuat urutan
kedudukan makhluk hidup yang dikorelasikan
dengan piramida energi
- Tabel/
Grafik
piramida
13 Daur nitrogen Berupa daur nitrogen, dari terbentuk, manfaat,
hingga terbentuknya kembali nitrogen
- Gambar
47
39
14 Daur fosfor Berupa daur fosfor, dari terbentuk, manfaat, hingga
terbentuknya kembali fosfor
- Gambar
15 Daur karbon Berupa daur karbon, dari terbentuk, manfaat,
hingga terbentuknya kembali karbon
- Gambar
16 Daur sulfur Berupa daur sulfur, dari terbentuk, manfaat, hingga
terbentuknya kembali sulfur
- Gambar
17 Kerusakan
lingkungan
Memuat foto hujan asam, kerusakan hutan, dan
pencemaran sungai
- Gambar/
foto
18 Upaya
pelestarian
lingkungan
Memuat foto tempat sampah yang dikelompokkan
sesuai jenisnya, pembuatan taman kota, dan
reklamasi pantai
- Gambar/
foto
19 Limbah dan
daur ulang
limbah
Mencantumkan ilustrasi penanggulangan limbah
rumah tangga, dari pengumpulan, pengelompokkan,
ditampung di pemilahan limbah untuk diolah
kembali, dan dilengkapi narasi
- Gambar
(kompos
isi
konten
hampir
sama)
Keterangan:
∑ Narasi : 1 slide (5 %)
∑ Gambar/ foto : 15 slide (79 %)
∑ Tabel/ grafik : 3 slide (16 %) 95 % gambar
∑ Total : 19 slide (100 %)
Sumber: Penelitian 2014
b) Power Point 2 (Materi Perubahan Lingkungan: Daur Ulang Limbah)
Power Point ke-2 yang ditampilkan guru selama observasi yaitu berjudul
Daur Ulang Limbah. Media ini memuat narasi dengan cakupan 60 % dari
keseluruhan slide (9 slide) dan gambar foto 33 % (5 slide). Sedangkan tabel/
grafik hanya mencakup 7 % atau satu dari keseluruhan jumlah slide. Power
Point ini didominasi oleh slide yang berisi narasi. Deskripsi isi slide dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.4 Deskripsi isi slide media Power Point 2 (Daur Ulang Limbah) No.
Slide Sub-judul Slide Isi Slide Konten
1 Penyusun (PSB-PSMA) Memuat logo Tut Wuri Handayani dan
tim penyusun, serta dilengkapi dengan
hyperlink ke slide-slide lainnya
- Gambar/
logo
2 Daur ulang limbah Memuat judul materi dan gambar-
gambar pendukung
- Gambar/
foto
3 Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi
Dasar (KD)
Mencantumkan SK dan KD
pembelajaran (masih menyesuaikan
dengan kurikulum KTSP)
- Narasi
4 Indikator dan tujuan
pembelajaran
Memuat dua indikator dan tujuan yang
ingin dicapai siswa setelah pembelajaran
- Narasi
5 Daur ulang limbah Mencakup ruang lingkup daur ulang
limbah da jenis-jenisnya
- Narasi
6 Lanjutan slide ke-5 Memuat tentang upaya penanggulangan
limbah
- Narasi
7 - Memuat gambar pembagian jenis limbah - Gambar/
foto
8 Pengolahan limbah Memuat empat cara penanggulanagn - Narasi
48
39
organik limbah
9 - Memuat perbandingan sifat fisik dan
kimia antara bioplastik dengan
polipropilen
- Tabel
10 Hasil pengolahan limbah Memuat gambar-gambar kerajinan dari
limbah
- Gambar/
foto
11 Pembuatan kertas dari
limbah kertas
Memuat langkah-langkah daur ulang
limbah jenis kertas
- Narasi
12 Alat pembuatan kertas
dari limbah kertas
Memuat alur/ skema pembuatan kertas
dari limbah kertas
- Gambar/
foto
13 Latihan (contoh soal) Memuat soal pilihan ganda tentang
limbah rumah tangga
- Narasi
14 Lanjutan slide ke-13 Memuat soal pilihan ganda tentang
limbah B3
- Narasi
15 Sumber materi/ referensi Memuat referensi materi yang dijadikan
slide Power Point
- Narasi
Penyusun
Mencantumkan penyusun dan editor
media Power Point ‘Daur Ulang
Limbah’
-
Tanggungjawab penyusun dan
pengelola PSB-PSMA
Berisi tentang lepas tanggungjawabnya
pengelola website dari konten media
yang dibuat penyusun
-
Keterangan:
∑ Narasi : 9 slide (60 %)
∑ Gambar/ foto : 5 slide (33 %)
∑ Tabel/ grafik : 1 slide (7 %) 40 % gambar
∑ Total : 15 slide (100 %)
Sumber: Penelitian 2014
c) Power Point 3 (Materi Perubahan Lingkungan: Lingkungan)
Power Point ke-3 yang ditampilkan guru saat observasi berjudul
Lingkungan. Narasi atau penjelasan tiap slide terdapat pada 11 slide (79 % dari
keseluruhan slide yang ditampilkan). Slide yang memuat gambar/ foto yaitu
berjumlah satu slide (7 %). Sedangkan slide yang memuat dan tabel, masing-
masing berjumlah dua slide (14 %) sehingga slide berjudul Lingkungan ini
memuat lebih banyak narasi dibandingkan gambar maupun tabel. Deskripsi isi
slide dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.5 Deskripsi isi slide media Power Point 3 (Lingkungan) No.
Slide Sub-judul Slide Isi Slide Konten
1 Lingkungan Mencantumkan nama dan judul bab dan
hyperlink ke slide berikutnya
- Gambar/
foto
2 Kompetensi inti
(KI)
Mencantumkan empat kompetensi inti yang
disesuaikan dengan kurikulum 2013
- Narasi
3 Kompetensi dasar
(KD)
Mencantumkan dua kompetensi dasar untuk
materi lingkungan
- Narasi
4 Indikator Mencantumkan indikator yang harus dipenuhi
siswa setelah mengikuti pembelajaran
- Narasi
5 Pilihan materi Mencantumkan enam pilihan materi berikut
halaman dalam buku yang tercantum dalam
slide-slide berikutnya (mengandung
pendekatan sains)
- Narasi
6 Pengertian Mencakup pengertian lingkungan dan - Narasi
49
39
lingkungan dan
pencemaran
lingkungan
pencemaran
7 Macam-
macampencemaran
lingkungan
Berisi skema macam-macam pencemaran
lingkungan serta pengertian dan contoh-
contohnya (mengandung pendekatan sains)
- Tabel/
diagram
8 Perubahan
lingkungan
Mencakup faktor-faktor yangmempengaruhi
perubahan lingkungan
- Narasi
9 Pelestarian
lingkungan
Mencakup upaya pelestarian lingkungan,
pengertian limbah, serta contoh-contoh
limbah rumahtangga
- Narasi
10 Jenis-jenis limbah
dan penanganannya
Berisi tentang penjelasan dari limbah organik
dan anorganik serta penanganannya
(mengandung pendekatan sains)
- Tabel/
diagram
11 Menghayati dan
mengamalkan
perilaku ramah
lingkungan
Berisi tentang sikap dan perilaku ramah
lingkungan
- Narasi
12 Quiz Berisi pertanyaan yang harus dijawab siswa
secara lisan
- Narasi
Hyperlink
(iSpring)
13 Evaluasi Bab 10
(Lingkungan)
Isi slide mengarah pada tugas yang ada dalam
buku pegangan siswa (kerjakan evaluasi bab
10 halaman 329-330)
- Narasi
14 Tugas portofolio Isi slide mengarah pada tugas yang ada dalam
buku pegangan siswa (lihat halaman 330)
- Narasi
Keterangan:
∑ Narasi : 11 slide (79 %)
∑ Gambar/ foto : 1 slide (7 %)
∑ Tabel/ grafik : 2 slide (14 %) 21 % gambar
∑ Total slide : 14 slide (100 %)
Sumber: Penelitian 2014
2) Media Video
Video yang ditayangkan mencakup How Ecosystem Work: Energy Flow &
Nutrient Cycles, Tropical Rain Forest/ Hutan Hujan Tropis, serta Hutan Wisata
mata Kucing-Batam. Sama seperti halnya dengan media Power Point, ketiga
video ini merupakan media jadi yang berasal dari PSB, penerbit buku paket
(pegangan siswa), serta hasil searching dan download guru di internet.
Indikator yang terakomodasi yaitu guru mampu mengembangkan dan
menjelaskan isi tayangan serta menerjemahkan kalimat berbahasa Inggris yang
diucapkan narator. Guru juga mampu mengaitkan tayangan video dengan
peristiwa yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Nasihat untuk menjaga
lingkungan yang disampaikan guru merupakan bentuk implementasi nilai-nilai
kehidupan yang tercantum dalam Kompetensi Inti Kurikulum 2013 yang
bditerapkan saat ini.
50
39
a) Video 1 (How Ecosystem Work: Energy Flow & Nutrient Cycles)
Video berjudul How Ecosystem Work: Energy Flow & Nutrient Cycles
ini terdiri dari 38 pergantian gambar dokumentasi. Narasi hanya terdapat pada
tayangan awal yang berisi judul (3 % dari keseluruhan tayangan), sedangkan
37 tayangan selanjutnya berisi gambar berbagai ekosistem (97 %). Cuplikan
ketiga puluh tujuh tayangan tersebut diiringi dengan narator yang membantu
menjelaskan isi video dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Tabel 4.6 Deskripsi isi tayangan media Video 1 (How Ecosystem Work:
Energy Flow & Nutrient Cycles)
No.
Slide Sub-judul Slide Isi Tayangan Konten
1 How Ecosystem
Work: Energy
Flow & Nutrient
Cycles
-
- Narasi
2 -
Menayangkan ekosistem sabana dan stepa,
berikut populasi gajah, jerapah, dan rusa
- Gambar/
dokumentasi
3 -
Tampilan jerapah tengah mengunyah
rumput
- Gambar/
dokumentasi
4 -
Menayangkan populasi jerapah dan zebra - Gambar/
dokumentasi
5 -
Menayangkan rusa berlari di ekosistem
sabana pada tengah hari
- Gambar/
dokumentasi
6 -
Jerapah dan anoa beraktivitas di ekosistem
sabana
- Gambar/
dokumentasi
7 -
Anoa tengah meminum air di sungai dekat
padang rumput
- Gambar/
dokumentasi
8-11
-
Berurutan menayangkan ekosistem laut,
kanopi dari hutan hujan tropis, danau, dan
air sungai
- Gambar/
dokumentasi
12 -
Menayangkan populasi kambing liar di
padang rumput
- Gambar/
dokumentasi
13 -
Menayangkan serigala mencari mangsa - Gambar/
dokumentasi
14 -
Menayangkan harimau dan singa - Gambar/
dokumentasi
15 -
Menayangkan sekumpulan burung gagak
yang memakan bangkai
- Gambar/
dokumentasi
16 -
Menayangkan bangkai/ tulang hewan sisa
makanan gagak
- Gambar/
dokumentasi
17 -
Menayangkan ekosistem sabana - Gambar/
dokumentasi
18 -
Menayangkan tumbuhan jamur di hutan - Gambar/
dokumentasi
19 -
Menayangkan populasi kambing liar di
padang rumput pada musim dingin
- Gambar/
dokumentasi
20 -
Menayangkan kambing yang minum di
sungai
- Gambar/
dokumentasi
21 -
Menayangkan ekosistem sabana - Gambar/
dokumentasi
22 -
Menayangkan cahaya matahari sore
(sebagai komponen abiotik)
- Gambar/
dokumentasi
51
39
23 -
Menayangkan ekosistem gurun pasir - Gambar/
dokumentasi
24 -
Menayangkan hutan hujan tropis - Gambar/
dokumentasi
25 -
Menayangkan hujan di hutan hujan tropis - Gambar/
dokumentasi
26 -
Menayangkan tumbuhan yang ada di hutan
hujan tropis
- Gambar/
dokumentasi
27 -
Menayangkan ekosistem sabana - Gambar/
dokumentasi
28 -
Menayangkan suasana gurun pasir - Gambar/
dokumentasi
29 -
Menampilkan tumbuhan berdaun lebar di
hutan hujan tropis
- Gambar/
dokumentasi
30 -
Menayangkan jamur merang yang
menempel di pohon berkayu
- Gambar/
dokumentasi
31-33 -
Menayangkan tumbuhan dan danau di
hutan hujan tropis, dan pegunungan
- Gambar/
dokumentasi
34 -
Menayangkan kambing yang hidup di alam
bebas (ekosistem air sungai)
- Gambar/
dokumentasi
35 -
Menayangkan ekosistem sungai - Gambar/
dokumentasi
36 -
Menayangkan populasi gajah, jerapah dan
kambing liar di ekosistem sabana
- Gambar/
dokumentasi
37 -
Menayangkan populasi zebra di ekosistem
sabana
- Gambar/
dokumentasi
38 -
Menayangkan harimau dan singa yang
tengah mengintai mangsa
- Gambar/
dokumentasi
Keterangan:
∑ Narasi : 1 tayangan (3 %)
∑ Gambar/ dokumentasi : 37 tayangan (97 %)
∑ Total tayangan : 38 tayangan (100 %)
Sumber: Penelitian 2014
b) Video 2 (Tropical Rain Forest/ Hutan Hujan Tropis)
Video ke-2 berjudul Tropical Rain Forest atau Hutan Hujan Tropis ini
menampilkan 74 tayangan yang terdiri dari 28 tayangan (38 %) didominasi
oleh narasi dan 46 (62 %) tayangan lainnya didominasi oleh gambar. Video
dilengkapi dengan musik pengiring dan suara narator yang muncul pada
beberapa cuplikan/ tayangan.
Tabel 4.7 Deskripsi isi tayangan media Video 2 (Tropical Rain Forest/
Hutan Hujan Tropis) No.
Tayang
an
Sub-judul Slide Isi Tayangan Konten
1-6 22 Senior High
School , XI IS-5,
Geografi, Biosfer,
Tropical Rain
Forest, Heart of
the World
Pemandangan hutan hujan tropis di
berbagai belahan dunia dilihat dari udara,
mencakup lembah-lembah dan Sungai
Mississipi (diiringi dengan musik
pembuka)
- Narasi
(6 tayangan)
7 - Pertanyaan pembuka: Apa yang
dimaksud dengan Biosfer?
- Narasi
52
39
8 - Jawaban dari pertanyaan pada tayangan
sebelumnya: Biosfer adalah . . .
(pengertian biosfer)
- Narasi
9 - Diagram lingkaran yang memuat
hubungan antara atmosphere, ecosphere,
hydrosphere, lithosphere dalam
lingkupan biosphere (biosfer)
- Gambar
10 - Pertanyaan: Hutan hujan tropis itu apa
sih?
- Narasi
11 - Jawaban dari pertanyaan pada tayangan
sebelumnya: Hutan hujan Tropis adalah
. . . (pengertian hutan hujan tropis)
- Narasi
12 Tropical Rain
Forest
Gambar latar menunjukkan kondisi di
dalam hutan hujan tropis
- Narasi
13 - Pertanyaan: Ciri-ciri hutan hujan tropis
apa?
- Narasi
14 - Penjelasan empat ciri hutan hujan tropis - Narasi
15 - Ajakan untuk mengetahui lebih lanjut
tentang hutan hujan tropis (perjalanan
menuju hutan hujan tropis)
- Narasi
16 Google earth
HERO
Bola dunia (musik memelan dan mulai
diiringi narator yang memberi penjelasan
berbahasa inggris)
- Gambar
17 - Ekosistem dunia yang termasuk dalam
100 place to remember
- Gambar
18 - Visualisasi Borneo (Kalimantan) dilihat
dari bola dunia hingga difokuskan pada
hutan hujan tropis yang ada di dalamnya
(penjelasan nama pulau, lokasi, dan
negara menggunakan Bahasa Inggris)
- Gambar
19 - Kondisi hutan hujan tropis yang ada di
kawasan Pulau Kalimantan (nampak
monyet di atas pohon)
- Foto/
dokumentasi
20 - Penjelasan tentang hutan hujan tropis - Narasi
21 - Penjelasan rinci terkait lapisan-lapisan
vegetasi yang terdapat dalam hutan hujan
tropis (5 lapisan)
- Narasi
22-43 - Kondisi ekosistem dunia, diantaranya
menayangkan Sungai Amazone dan
Mississipi, air terjun, burung,
pegunungan, hutan hujan tropis, harimau,
populasi gajah, bunga, Raflesia arnoldii,
pohon salak, rotan, air payau, badak
bercula satu, danau, lintah, kantung
semar, paku-pakuan, tikus mondok, dan
tumbuhan berkanopi
- Foto/
dokumentasi
(22
tayangan)
44 Permasalahan
Hutan Hujan
Tropis
-
- Narasi
45-47
-
Penjelasan tentang berbagai
permasalahan yang menyangkut hutan
hujan tropis, terutama kerusakan yang
- Narasi
(5 tayangan)
53
39
terjadi di dalamnya
48-63
-
Menayangkan babi hutan, tumbuhan
tinggi dan berkanopi khas hutan hujan
tropis, trenggiling di atas pohon,
bunglon, iguana, salamander, tikus
mondok, populasi monyet, tumbuhan
paku-pakuan, anak beruang, tarsius, serta
berbagai makhluk yang hidup di kawasan
hutan hujan tropis lainnya
- Foto/
dokumentasi
(15
tayangan)
64 Pelestararian
hutan hujan tropis -
- Narasi
65-69
-
Ajakan-ajakan dan hal-hal yang dapat
diupayakan untuk melestarikan hutan
hujan tropis (menggunakan Bahasa
Inggris berikut translasinya dalam
Bahasa Indonesia)
- Narasi
(5 tayangan)
70-73
-
Menayangkan hutan hujan tropis berikut
komponen biotik dan abiotik yang ada di
dalamnya (pepohonan, kabut, serigala,
matahari, dan lainnya)
- Foto/
dokumentasi
(4 tayangan)
End
Tropical Rain Forest
22 Senior High School
Keterangan:
∑ Narasi : 28 tayangan (38 %)
∑ Gambar/ dokumentasi : 46 tayangan (62 %)
∑ Total tayangan : 74 tayangan (100 %)
Sumber: Penelitian 2014
c) Video 3 (Hutan Wisata Mata Kucing-Batam/ HWMK)
Video terakhir atau yang ke-3 berjudul Hutan Wisata Mata Kucing-
Batam/ HWMK. Video ini menampilkan 33 tayangan yang terdiri dari 4
tayangan (12 %) didominasi oleh narasi dan 29 (88 %) tayangan lainnya
didominasi oleh foto/ gambar/ dokumentasi. Video berupa dokumentasi
perjalanan wisata di HWMK-Batam ini dilengkapi dengan musik pengiring
tanpa narator.
Tabel 4.8 Deskripsi isi tayangan media Video 3 (Hutan Wisata Mata
Kucing-Batam/ HWMK) No.
Slide Sub-judul Slide Isi Slide Konten
1-3 Hutan Wisata
Mata Kucing,
Batam
Berurutan menayangkan kalimat: selamat
datang di Hutan Wisata Mata Kucing
(HWMK)-Batam Indonesia dengan latar
gambar ekosistem danau buatan
- Narasi
(3 tayangan)
4-5 - Kondisi lalu lintas menuju dan halaman
depan gapura HWMK
- Dokumentasi
(2 tayangan)
6 - Menayangkan mading berisi peta dan
sejarah HWMK
- Dokumentasi
54
39
7-9 Kolam ikan Ekosistem kolam ikan (di permukaan
kolam ditumbuhi banyak teratai)
- Dokumentasi
(3 tayangan)
10 -
Pagar kayu di tengah kolam ikan sebagai
bedeng/ pemisah
- Dokumentasi
11-12
-
Pohon salak, rotan, humus, serta
tumbuhan yang tumbuh di daerah berair
lainnya
- Dokumentasi
(2 tayangan)
13 - Pepohonan berkayu - Dokumentasi
14-19 Mini zoo Monyet-monyet di dalam kandang,
burung petengger, ayam, dan bangau
- Dokumentasi
(6 tayangan)
20 - Logo HWMK di dinding luar HWMK - Dokumentasi
21 - Populasi semut di permukan tanah - Dokumentasi
22 - Monyet bergelantungan bebas di pohon - Dokumentasi
23 Goa Mata Menayangkan goa (mirip iglo) dengan
bentuk kepala hewan dengan mata
berukuran besar di bagian kanopinya
- Dokumentasi
24 Jungle Track Menampilkan berbagai wahana
olaharaga di alam bebas
- Dokumentasi
25 -
Menampilkan tempat istirahat dan
mushola
- Dokumentasi
26 -
Menayangkan tupai yang aktif berlarian
mengelilingi bagian dalam kandang
- Dokumentasi
27 - Pepohonan di area HWMK - Dokumentasi
28 Camping
ground
Area yang bisa digunakan pengunjung
untuk mendirikan perkemahan
- Dokumentasi
29 Rest area +
mushola
Tempat istirahat para pengunjung
HWMK
- Dokumentasi
30 -
Kolam renang lengkap dengan berbagai
wahana air
- Dokumentasi
31 Parking area Area parkir kendaraan di HWMK - Dokumentasi
32 - Pepohonan di sekitar HWMK - Dokumentasi
33
-
Kalimat penutup berisi anjuran berikut:
Hutan Kita, Paru-paru Dunia. Mari Kita
Jaga dan Lestarikan Bersama (diselingi
foto kadal berwarna hijau)
- Narasi
Keterangan:
∑ Narasi : 4 tayangan (12 %)
∑ Gambar/ dokumentasi : 29 tayangan (88 %)
∑ Total tayangan : 33 tayangan (100 %)
Sumber: Penelitian 2014
c. Prinsip-prinsip Pemilihan Media
Berikut ini kriteria media ICT yang diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip
pemilihan media menurut Carey dkk dalam Sadiman (2003: 83), selain disesuaikan
dengan tujuan perilaku belajarnya. Media yang dianalisis meliputi media ICT yang
telah diterapkan guru sebagai penunjang terlaksananya pembelajaran berbantuan
media ICT.
55
39
Media-media yang digunakan guru mencakup Power Point, video, dan portal
website (untuk searching). Sedangkan alat penunjang berupa hardware yang
dianalisis meliputi komputer dan infocus. Kesesuaian media ICT yang diterapkan
dianalisis berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan media menurut Carey (Sadiman,
2003: 83).
Tabel 4.9 Matriks checklist jenis potensi media ICT yang digunakan
berdasarkan kriteria atau prinsip-prinsip pemilihan media
No. Jenis Media
ICT
Prinsip-prinsip Pemilihan Media
Ketersediaan
sumber
setempat
Dana,
tenaga dan
fasilitas
tersedia
Dapat
bertahan
untuk waktu
yang lama
Efektifias
biaya dalam
jangka waktu
yang panjang
Media Software
1. Power Point √ √ √ √
2. Video √ √ √ √
3. Web portal
(internet) dan
Wi-Fi
- √ √ √
Perangkat Hardware
5. Komputer
(notebook) √ √ √ √
6. LCD/ infocus √ √ √ √
Sumber: Penelitian 2014
Tahap pencarian data dan informasi penelitian dilanjutkan dengan
wawancara mendalam dengan Guru X sebagai subyek utama penelitian. Sedangkan
wawancara terhadap kepala sekolah, guru Biologi non-subyek, wakasek sarana dan
prasarana, serta guru TIK dijadikan sebagai sumber data sekunder. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan berdasarkan enam indikator kompetensi profesional guru
dalam memanfatkan TIK sebagai komunikasi dan pengembangan diri. Hasil
rekapitulasi wawancara terhadap guru subyek dan narasumber-narasumber lainnya
tersebut tercantum dalam tabel 4.9 berikut.
56
Tabel 4.9 Rekapitulasi data wawancara penelitian profil guru biologi dalam memanfaatkan media ICT INDI-
KATOR
PERTANYA-
AN No.
JAWABAN REDUKSI
DESKRIPSI/
CONCLUSI TEKS ASLI KATA KUNCI KONTEN
1
Apakah guru-
guru Biologi
pernah/ sering
menerapkan
media ICT
dalam
pembelajaran?
1. Iya (sering), tiap pertemuan kecuali
praktik. Paling sering Power Point dan
video (Guru X)
Sering
Tiap pertemuan,
kecuali praktik
Power Point
dan video
Sering Power Point
dan video Guru-guru Biologi telah
mengenal media
pembelajaran berbasis
ICT, terutama Power
Point, dan internet.
Penerapan Power Point
lebih sering
dimanfaatkan saat
pembelajaran di kelas,
sedangkan internet
seringditerapkan dalam
penugasan atau PR
2. Belum. Untuk tahun ini masih
menggunakan model charta dan gen
buatan sendiri. Penerapan media ICT
tahun depan, insya Allah (Guru Y).
Belum
Rencananya
diterapkan tahun
depan
Model charta
dan gen
Belum
menerapkan
Model charta
dan gen
3. Sering, media Power Point dalam
pembelajaran dan internet dalam
penugasan (Guru Z).
Sering
Saat pembelajaran
dan penugasan
Power Point
dan internet
Sering
Power Point
dan internet
2
Bagaimana
kemampuan
Guru Biologi
dalam
menggunakan
media ICT di
sekolah?
(Terutama
Bapak X, Y, dan
Z?
1 Semuanya sudah mahir ICT Mahir ICT ICT Mahir ICT
Guru X, Y, Z dan I
terampil menggunakan
komputer dan bisa
membuat media Power
Point. Tapi, yang paling
terampil yaitu Guru X
dan Z karena sering
mengikuti pelatihan
media ICT.
2 Secara keseluruhan bagus. Semuanya
sudah bisa menggunakan komputer dan
membuat Power Point (media presentasi).
Bagus Bisa
menggunakan
komputer dan
Power Point
Bagus Komputer dan
Power Point
3 Ketiga-tiganya terampil Semua Terampil Semua Terampil
4. Pak X dan Pak Z terampil, karena
keduanya sering mengikuti pelatihan
media ICT.
Terampil Pak X dan Pak
Z
Sering
mengikuti
pelatihan media
ICT.
Terampil Pelatihan
media ICT.
5. Pak Z yang paling pandai dalam bidang
IT. Tapi bukan berarti yang lainnya tidak
bisa. Pak X juga bisa. Mereka bisa, hanya
saja tidak semahir Pak Z. Pak X, Pak Y,
dan Bu I juga mampu menerapkan
Pandai bidang IT
Mampu
menerapkan
Pak Z
Pak X, Pak Y,
dan Bu IP
Pandai IT
Pembelajaran
berbasis ICT
Pak Z
Pak X, Y, dan
Ibu I.
57
pembelajaran berbasis ICT.
pembelajaran
berbasis ICT
3
Bagaimana
kondisi sarana
dan prasarana
pendukung
terselenggarany
a pembelajaran
berbasis ICT?
Apakah lab
komputer atau
Wi-Fi pernah
dimanfaatkan
dalam
pembelajaran
Biologi?
1. Masih belum memadai. Wi-Fi seringkali
lama, kecuali yang menggunakannya
masih sedikit, itu bisa. Kalau pas pelajaran
TIK atau pelajaran lainnya memanfaatkan
Wi-Fi, koneksinya jadi sulit. (Koneksi)
sebenarnya sampai ke ruang guru dan
kelas-kelas.
Belum memadai
Koneksi internet
menjangkau
seluruh sekolah
Koneksi Wi-Fi
lama
Kesulitan
koneksi internet
Belum
memadai
Menjangkau
seluruh
sekolah
Koneksi lama
Sulit ber-
internet
Kondisi sarana dan
prasarana pendukung
pembelajaran berbasis
ICT sudah cukup
memadai dan lengkap
meski masih terkendala
koneksi internet, namun
untuk sarana
laboratorium dan
perpustakaan yang
representatif masih
belum ada.
2. Kalau untuk ICT, sudah termasuk bagus.
Ada ruang laboratorium komputernya, ada
ruang PSB-nya, termasuk lengkap. Disini
sudah ada PSB (Pusat Sumber Belajar)
juga. Pelajaran-pelajaran lainnya bisa
memanfaatkan, tidak hanya (mata
pelajaran) TIK/ ICT.
Sudah memadai, jika ada yang rusak
langsung diperbaiki.
Bagus dan
lengkap
Sarana bisa
dimanfaatkan
siswa di semua
pelajaran
Dilengkapi
ruang lab
komputer dan
PSB
Sarana media
ICT sudah
memadai
Bagus
Bisa
dimanfaatkan
di semua
pelajaran
Ruang lab
komputer dan
PSB
Media ICT
sudah
memadai
3. Memadai, sudah ada sekitar 20 LCD dan
semua siswa bisa mengakses Wi-Fi.
Memadai 20 LCD dan
bisa diakses
semua siswa
Memadai 20 LCD dan
mudah diakses
4. Infocus sudah ada, tapi tidak di semua
kelas, mungkin sekitar 20-an.
Sudah dilengkapi
infocus
Sekitar 20-an Ada infocus 20 infocus
5. Belum, karena lab biologi yang
representatif masih belum punya. Kalau
alat standar lab sudah ada, hanya yang
representatif sedang mengusulkan. Lab,
Perpustakaan, lab bahasa, lab IPS itu
belum ada. Yang ada baru lab fisika dan
kimia. Ruang lab yang lama
dialihfungsikan sebagai ruang kesenian.
Belum memadai Masih belum
memiliki
laboratorium
sains yang
representatif
Belum
memadai
Laboratorium
sains belum
representatif
4 Apakah Kepala
sekolah pernah
1. Selama ini, ada (Kepala Sekolah) yang
pernah. Ada yang hanya melihat dari luar,
Pernah, tapi tidak
masuk ke kelas
Terkadang
diwakili oleh
Pernah
Terkadang
diwakili
Supervisi Kepala
Sekolah dilakukan
58
melakukan
supervisi
dengan
mengunjungi
kelas?
tidak masuk ke kelas. Terkadang Kepala
Sekolah menugaskan Wakasek Bidang
Kurikulum untuk melihat proses
pembelajaran di kelas-kelas tertentu.
Kepala Sekolah juga selalu memeriksa
silabus dan RPP tiap awal semester dan
tahun ajaran baru yang dibuat guru.
Kepala Sekolah
selalu memeriksa
silabus dan RPP
guru
Wakasek
Bidang
Kurikulum
Silabus dan RPP
guru
Memeriksa
RPP guru
Wakasek
Silabus dan
RPP guru
dengan cara
mengunjungi dan
mengamati proses
pembelajaran di kelas
kelas tertentu serta
dengan memeriksa
silabus dan RPP
sebelum digunakan
guru.
2. Pernah. Karena supervisi memang
merupakan program rutin, jadi sering
dilakukan.
Pernah, sering
dilakukan
Supervisi adalah
program rutin
Kepala Sekolah
Pernah Program rutin
Kepala
Sekolah
5
Siapakah yang
paling sering
mengikuti
pelatihan?
1. Yang rutin mengikuti pelatihan itu Pak Z
dan Pak X. Rutin dan sering keluar,
dikirim untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan, baik itu pelatihan Biologi,
maupun pelatihan komputer.
Pelatihan media
ICT
Pak X dan Z Pelatihan
media ICT
Pak X dan Z
Semua guru pernah
mengikuti pelatihan,
dan yang sering
mengikuti pelatihan
media ICT adalah Pak
X dan Pak Z.
2. Dari kurikulum yang banyak. Paling Pak
X dan Pak Z
Banyak/ sering Guru Biologi
yang merangkap
Kurikulum (Pak
X dan Z)
Sering Pak X dan Z
3. Pak X sudah 3 kali. Di Lembang, Cimahi,
dan Cianjur.
Tiga kali Pak X Tiga kali Pak X
4. Pak Y sudah 2 kali Dua kali Pak Y Dua kali Pak Y
5. Pak Z sudah 4 kali Empat kali Pak Z Empat kali Pak Z
6. Semuanya pernah. Pak X dan Pak Z
sering. Pelatihan bagi guru-guru bukan
komputer saja tetapi bersinergi dengan
pelatihan lainnya juga. Contohnya dalam
kurikulum 2013 (yang cender
memanfaatkan IT, jadi semuanya
diikutsertakan. Tahun ini diadakan dua
kali. Namanya IHT (In House Training)/
Semua guru
pernah ikut
Bukan hanya
pelatihan
komputer, ada
IHT.
Pak X dan Z
paling sering
Dua kali
setahun
Semua guru
pernah ikut
Pelatihan
komputer dan
IHT
Pak X dan Z
Dua kali
setahun
59
implementasi kurikulum 2013, yang
nantinya menghasilkan produk berupa
RPP. Diadakannya di sekolah sampai
menghasilkan produk RPP tersebut.
6
Apakah Guru X
Biologi pernah
berupaya
membuat dan
mengembangka
n media ICT
untuk
diterapkan saat
pembelajaran?
1. Pernah, tapi baru Power Point yang
dimodifikasi, sebagian buatan sendiri,
sebagian lagi dari penerbit buku. Video
yang ditampilkan masih buatan orang lain.
Dulu pernah mencoba membuat video,
tapi belum pernah disampaikan ke siswa.
Ada keinginan untuk mengembangkan
media ICT seperti flashplayer atau yang
lainnya agar materi bisa disampaikan
dengan lebih baik ke siswa. (Guru X)
Pernah membuat
dan
mengembangkan
Power Point
dan video
(video buatan
sendiri belum
pernah
diterapkan)
Power Point
hasil modifikasi
antara buatan
sendiri dengan
buatan penerbit
buku
Ingin membuat
flashplayer
Pernah Power Point
dan video
Power Point
hasil
modifikasi
Ingin
membuat
flashplayer
Guru X (guru subjek
terpilih) sering
mengikuti pelatihan
pembuatan dan
pengembangan media
atau bahan ajar, lalu
menyosialisasikannya
ke guru-guru di
sekolah. Media yang
pernah dibuat,
dikembangkan, dan
diterapkan adalah
Power Point.
Sedangkan video
buatan sendiri belum
diterapkan dan
menerapkan video yang
telah jadi.
2. Ya, sering, sudah beberapa kali (guru
belajar bersama-sama). Karena guru yang
sering mengikuti pelatihan memang
dituntut untuk menyampaikan atau
menyosia-lisasikan di sekolahnya masing-
masing. Langsung, tidak lama setelah
mengikuti pelatihan di luar. Contohnya
Power Point, karena guru minimal harus
membiasakan menggunakan Power Point.
Sering, beberapa
kali sekolah
Sosialisasi guru
yang mengikuti
pelatihan
kepada guru-
guru di msing-
masing
Beberapa kali Sosialisasi
pengembanga
n media hasil
pelatihan
3. Sering, (sebagai sesama guru Biologi),
kadang-kadang kami saling share atau
pinjam (materi yang telah dibuat (Power
Point). Jadi saling melengkapi.
Sering, saling
melengkapi
Saling share
Power Point
Sering Saling share
Power Point
Sumber: Penelitian 2014
60
Pertanyaan pertama (indikator pertama) pada wawancara yang tercantum
dalam tabel data rekapitulasi wawancara di atas berkaitan dengan penerapan media
ICT dalam pembelajaran Biologi. Jawaban yang diperoleh dari narasumber yaitu
guru-guru Biologi telah mengenal media pembelajaran berbasis ICT, terutama
Power Point, dan internet.
Penerapan Power Point sering dimanfaatkan saat pembelajaran di kelas,
sedangkan internet sering diterapkan dalam penugasan atau PR (pekerjaan rumah).
Kurtilas yang kini diberlakukan di SMAN 1 Jatiwangi mendorong guru-guru untuk
lebih meningkatkan kompetensi mengajar, termasuk pengetahuan tentang teknologi
pendidikan yang mendifusi dalam tiap mata pelajaran, seperti pemanfaatan media
pembelajaran berbasis ICT.
Menurut narasumber, kemampuan Guru Biologi terkait penggunaan media
ICT (indikator ke-2) adalah mampu dan terampil menggunakan komputer serta
membuat media Power Point. Antara guru X, Y, Z dan I, yang paling terampil yaitu
Guru X dan Z karena sering mengikuti pelatihan atau diklat, baik itu berkaitan
dengan pengembangan bahan ajar media ICT, maupun keprofesionalan guru.
Sedangkan guru-guru lainnya sering mengikuti pelatihan keprofesian umum yang
rutin diselenggarakan secara umum untuk seluruh guru.
Indikator ketiga mengenai kondisi sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran berbasis ICT. Fasilitas penunjang pembelajaran berbasis media ICT
cukup memadai dan lengkap meski masih terkendala koneksi internet. Wakasek
sarana dan prasarana menambahkan fasilitas berupa PSB (Pusat Sumber Belajar)
yang disediakan untuk digunakan siswa dalam mencari bahan untuk tugas.
Menurut guru TIK, keberadaan PSB belum optimal dimanfaatkan oleh
siswa dan sering dimanfaatkan guru-guru untuk menambah sumber atau bahan ajar.
Sedangkan fasilitas lainnya seperti laboratorium praktik dan perpustakaan yang
representatif masih belum ada. Pengalihfungsian laboratorium lama (Biologi, Fisika
dan Kimia) menjadi ruang kesenian dan pindahnya ketiga laboratorium tersebut
turut mempengaruhi fungsi dan fasilitas laboratorium praktik yang belum optimal.
Supervisi kepala sekolah (indikator keempat) dilakukan dengan cara
mengunjungi dan mengamati proses pembelajaran di kelas-kelas tertentu serta
dengan cara memeriksa silabus dan RPP sebelum digunakan guru. Pengumpulan
silabus dan RPP dapat dilakukan guru tiap semester atau pergantian tahun ajaran
baru. Kunjungan kelas tidak dapat dilakukan kepala sekolah secara rutin sehingga
61
sering digantikan oleh wakasek. Melalui wawancara ini, indikator kunjungan
kepala sekolah menjadi terakomodasi.
Pertanyaan untuk indikator kelima berkaitan dengan keikutsertaan Guru X
dalam pelatihan media berbasis ICT. Semua guru pernah mengikuti pelatihan dan
yang sering mengikuti pelatihan media ICT adalah Pak X dan Pak Z. Selain
dikarenakan pernah mengampu mata pelajaran TIK, Guru X juga pernah menjadi
wakasek sehingga sering dijadikan wakil sekolah untuk mengikuti berbagai
pelatihan, terutama yang berkaitan dengan pengembangan bahan ajar berbasis ICT.
Dua dokumen berupa sertifikat pelatihan komputer dan bahan ajar ICT menjadi
data sekunder yang mendokumentasikan keikutsertaan Guru X dalam pelatihan
tersebut (Lampiran J).
Guru X sebagai subjek terpilih sering mengikuti pelatihan pembuatan dan
pengembangan media atau bahan ajar, lalu menyosialisasikannya ke guru-guru di
sekolah. Media yang pernah dibuat, dikembangkan, dan diterapkan adalah Power
Point. Video yang sering ditayangkan untuk mengiringi media Power Point
merupakan hasil download melalui internet. Guru X pernah membuat video, namun
belum pernah diterapkan dalam pembelajaran di kelas.
3. Deskripsi Respon Siswa terhadap Penerapan Media ICT dalam Pembelajaran
Tahap perolehan data berikutnya ditempuh melalui penyebaran angket respon
siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran berbasis ICT yang
diterapkan guru. Angket yang disebar merupakan angket yang telah diuji coba pada
kelas yang setara, kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya (Lampiran E1 dan E2).
Berikut ini data dalam bentuk tabel dan grafik yang diperoleh berdasarkan hasil sebaran
angket respon siswa terhadap aktivitas guru dalam penerapan media pembelajaran
berbasis ICT.
Tabel 4.10 Data rekapitulasi hasil angket respon siswa kelas X MIPA/ MIA 2
terhadap Guru X dalam pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT
No. Pilihan Jawaban Persentase
1. Selalu 16,5 %
2. Sering 46,5 %
3. Jarang 25,4 %
4. Tidak Pernah 11,5 %
Total 99,9 %
Sumber: Penelitian 2014
62
Berdasarkan tabel rekapitulasi angket di atas, jawaban rata-rata tertinggi siswa
adalah ‘Sering’, yaitu sebesar 46,5 %. Selanjutnya 25 % untuk jawaban ‘Jarang’, 16,5
% untuk jawaban ‘Selalu’, dan 11,5 % siswa menjawab ‘Tidak Pernah’. Sedangkan
persentase untuk siswa yang mengosongkan pilihannya yaitu 0,1 %. Persentase
tingkatan setiap pilihan jawaban siswa terhadap angket yang disebar dapat dilihat juga
pada grafik 4.1 berikut.
Grafik 4.1 Data rekapitulasi hasil angket respon siswa terhadap Guru X dalam
pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT
Tabel dan grafik di atas juga menunjukkan bahwa pilihan jawaban ‘Sering’
tertinggi terdapat pada 17 dari 25 item pernyataan (Lampiran G). Tujuh belas
pernyataan tersebut meliputi penerapan media ICT dan perasaan positif siswa terhadap
pembelajaran dengan media ICT. Guru sering menerapkan pembelajaran ICT,
menguasai, terampil, dan tidak mengalami kesulitan dalam penerapannya. Siswa juga
merasa termotivasi dan terpacu untuk aktif dalam pembelajaran.
Persentase tertinggi berikutnya yaitu ‘Jarang’, sebesar 25,4 %. Empat dari 25 item
pernyataan, paling banyak dijawab siswa dengan jawaban ini. Pernyataan-pernyataan
tersebut mencakup apersepsi dan motivasi melalui tampilan media ICT, hubungan
penerapan media ICT dengan nilai mata pelajaran, serta penguasaan konsep oleh siswa
setelah pembelajaran.
Empat item lainnya yang didominasi jawaban ‘Tidak Pernah’ mencakup
pemanfaatan fasilitas (sarana dan prasarana) sekolah sebagai penunjang pembelajaran
63
berbasis ICT serta materi online. Rata-rata siswa yang memilih jawaban ini yaitu
sebesar 11,5 %. Selanjutnya untuk pilihan jawaban ‘Selalu’ dengan total 16,5 %, tidak
didominasi dalam item manapun (rata), serta siswa yang tidak menjawab yaitu 0,1 %.
Kompetensi profesional guru selanjutnya dianalisis berdasarkan
keterakomodasian indikator-indikator pendukungnya, baik yang terakomodasi maupun
yang tidak. Perhitungan dilakukan terhadap keseluruhan data yang diperoleh, yaitu dari
observasi pembelajaran, wawancara, dan penyebaran angket. Pendalaman perhitungan
hasil dilakukan untuk menghindari generalisasi hasil penelitian. Hasil perhitungan
tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11 Analisis keterakomodasian indikator profil Guru Biologi dalam
memanfaatkan media ICT berdasarkan lembar observasi, rekapitulasi hasil
wawancara, dan angket
No. Indikator Relevansi dan Kesesuaian dengan Indikator
Terakomodasi Tidak Terakomodasi
1. Memanfaatkan TIK dalam Berkomunikasi
a. Memanfaatkan media ICT
dalam pembelajaran √ -
b. Kualitas penguasaan dan
penjelasan materi √ -
c. Memanfaatkan fasilitas
penunjang pembelajaran
berbasis ICT
√ -
2. Memanfaatkan TIK untuk Pengembangan Diri
a. Supervisi Kepala Sekolah - √
b. Keikutsertaan dalam pelatihan
media ICT √ -
c. Membuat dan mengembangkan
media ICT √ -
Jumlah (%) 5 1
Sumber: Penelitian 2014
Hasil dan keterangan:
Persentase terakomodasi = x 100 % = 83 %
Persentase tidak terakomodasi = x 100 % = 17 %
B. Pembahasan
1. Analisis Profil Guru Biologi Berdasarkan Observasi Awal
Berdasarkan data hasil observasi awal yang diperoleh melalui pengisian formulir
biodata oleh guru-guru Biologi, wawancara awal, serta pengamatan pembelajaran
selama berlangsungnya mata pelajaran Biologi, maka diperoleh data mengerucut yang
mengarah pada salah satu guru biologi yang selanjutnya dijadikan subyek penelitian.
64
Indikator-indikator kompetensi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis
ICT menjadi tolok ukur dalam pemilihan subyek penelitian tersebut.
Wawancara awal kepada Guru X, Y, dan Z yang dilakukan sebagai bentuk
penelitian pendahuluan untuk menentukan subjek penelitian, menghasilkan data bahwa
Guru X memiliki pengalaman mengajar paling lama meskipun bukan guru tertua (27
tahun hingga saat ini). Aspek ini dianggap penting mengingat pengalaman mengajar
seorang guru turut mempengaruhi pengalamannya dalam memanfaatkan dan melakukan
inovasi dari berbagai jenis media pembelajaran, termasuk media ICT. Selain mata
pelajaran Biologi, guru X pun pernah mengampu mata pelajaran TIK sehingga
memungkinkan guru untuk memiliki pengetahuan lebih dalam mengenai media ICT
serta menjadi kelebihan bagi guru X untuk menerapkan media pembelajaran berbasis
ICT untuk mata pelajaran selain TIK.
Aspek kedua yang diamati selama observasi maupun wawancara awal yaitu jenis-
jenis media yang digunakan dalam pembelajaran. Guru X dan guru Z telah menerapkan
media software ICT jenis Power Point dalam pembelajaran serta internet dalam
penugasan. Siswa diminta untuk mencari dan mempelajari melalui internet, materi yang
akan di pelajari pada pertemuan berikutnya. Media lainnya yang diterapkan guru X saat
proses pembelajaran berlangsungyaitu video.
Media Power Point mampu menjembatani komunikasi antara guru dan siswa,
sebagaimana fungsinya yang dinyatakan Daryanto (2010: 157), bahwa Microsoft Power
Point merupakan salah satu program berbasis multimedia yang dirancang khusus untuk
menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan,
pendidikan, maupun perorangan sehingga mampu menjadikannya sebagai media
komunikasi yang menarik.
Selama observasi awal (materi Kingdom Animalia-Invertebrata), guru X sering
menampilkan media Power Point sebagai alat bantu penyampaian informasi kepada
siswa. Metode diskusi kelompok dan tanya jawab membuat siswa ikut berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran. Selain itu, pemutaran video membuat siswa tampak antusias
dan tidak mengobrol. Sedangkan guru Y, menyatakan akan mulai menerapkan media
ICT di tahun ajaran berikutnya. Sebagai media pengganti, saat ini guru Y masih
menggunakan media non-ICT buatan sendiri berupa berbagai model charta dan gen.
Proses pembelajaran di kelas guru Y tetap berlangsung efektif dan aktif, karena guru
mengolaborasikannya dengan diskusi kelompok sehingga siswa dilibatkan secara
langsung untuk turut berperan aktif dalam pembelajaran.
65
Aspek selanjutnya yaitu keikutsertaan dalam pelatihan atau workshop yang
berkaitan dengan pengembangan kompetensi mengajar guru. Semua guru Biologi
termasuk Guru X, Y, Z, dan I, terampil mengoperasikan komputer dan mampu
membuat media Power Point. Guru X dan Z sering mewakili sekolah untuk dikirim
menjadi delegasi seminar atau pelatihan pengembangan bahan ajar, media, maupun
yang berkaitan dengan keprofesian. Media-media tersebut sebagian besar telah
diterapkan dalam pembelajaran Biologi. Namun demikian, ketiga Guru Biologi tersebut
memiliki keinginan untuk membuat, mengembangkan serta menerapkan media
pembelajaran berbasis ICT sebagai penunjang proses pembelajaran, (Tabel 4.1).
Guru X juga memiliki pengalaman organisasi keguruan, yaitu tergabung sebagai
anggota PGRI. Guru X pernah memegang jabatan sebagai sekertaris di PGRI wilayah
Majalengka selama satu periode (1998-2003). Pengalaman mengajar dan berorganisasi,
secara tidak langsung mampu membentuk karakter guru sebagai seorang pengajar
sekaligus pendidik. Kriteria guru menurut pandangan Imam Al-Ghazali dalam Ihya
Ulumudin harus mencakup cerdas, sempurna akal, baik akhlaknya, dan kuat fisiknya.
Ketiga kriteria tersebut membantunya menguasai ilmu pengetahuan secara mendalam,
menjadi teladan bagi anak didiknya, serta mampu melaksanakan tugasnya sebagai
pengajar, pendidik, dan pengarah anak didiknya, (Irfan, 2012: 135).
Hasil observasi awal dengan mengikuti lima kali pembelajaran di kelas guru X, Y,
dan Z menunjukkan kredibilitas data dari wawancara awal, yakni guru X selalu
menggunakan media berbasis ICT seperti Power Point dan video pembelajaran yang
disertai observasi di lingkungan sekolah, guru Y selalu memanfaatkan media charta dan
torso yang dikolaborasikan dengan metode diskusi kelompok, serta guru Z selalu
memanfaatkan media Power Point, (lihat tabel 4.1).
Guru Biologi yang mengajar kelas XII IPA telah menyampaikan semua materi
untuk kelas XII sehingga dipilih menjadi narasumber untuk diwawancara sebagai guru
biologi non-subjek. Selain kepala sekolah dan wakasek bidang kurikulum yang
mengurus perizinan penelitian, Guru I merupakan salah satu gatekeeper (Bungin, 2008),
yaitu orang yang pertama menerima di lokasi objek penelitian yang dapat memberi
petunjuk tentang siapa yang dapat diwawancarai atau diobservasi dalam rangka
memperoleh informasi tentang subyek penelitian. Selain Guru I, wawancara awal juga
dilakukan terhadap Kepala sekolah dan wakasek 2.
Profil Guru X selanjutnya akan dikaji dan dianalisis, terutama berkaitan dengan
pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran Biologi. Profil guru yang ditinjau dari
66
salah satu indikator kompetensi profesional, yaitu aspek pemanfaatan TIK/ ICT dalam
komunikasi pembelajaran dan pengembangan diri.
Observasi pembelajaran awal di kelas dilakukan terhadap Guru X yang mengajar
di enam kelas, yaitu X MIPA/ MIA1-6 (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam);
Guru Y yang mengajar di dua kelas, yaitu XI IPA 1-2 (Ilmu Pengetahuan Alam); serta
Guru Z yang mengajar di kelas XI IPA 3-5. Selama observasi awal tersebut, terdapat
konsistensi penerapan media.Guru X sering menerapkan pembelajaran berbasis ICT
berupa Power Point dan video. Kemudian pertemuan-pertemuan selanjutnya
disesuaikan dengan RPP, seperti menerapkan observasi lingkungan sekitar sekolah
untuk kemudian didiskusikan di kelas.
Guru Y yang belum menerapkan media ICT, memanfaatkan berbagai alat peraga,
charta, dan metode diskusi. Pada materi Sistem Ekskresi, siswa kelas XI IPA
melakukan praktikum Uji Urin di laboratorium. Sedangkan guru Z, sering
memanfaatkan media Power Point yang dikolaborasikan dengan ceramah. Berdasarkan
berbagai pertimbangan atas pemenuhan aspek-aspek di atas, maka guru X dipilih
sebagai subyek penelitian. Nama subjek dinyatakan dengan huruf ‘X’, untuk menjaga
nama baik subyek.
Berdasarkan profil isian dan uji konfirmabilitas terhadap lembar profil isian yang
dilakukan, Guru X lahir di Majalengka pada tanggal 12 Agustus 1964. Hingga saat ini
tinggal di Majalengka, tepatnya di Desa Andir RT 002 RW 004 Dusun
Pahing,Kecamatan Jatiwangi. Saat ini, Guru X telah dikaruniai 2 putra dan 1
putri.Kalimat ‘Hidup adalah Perjuangan’ menjadi motto hidup Guru X.
Riwayat pendidikan SD hingga SMA Guru X dialami di Majalengka, yaitu di
SDN 1 Cijati dari tahun 1971 hingga tahun 1977. Segera setelah itu, masih pada tahun
yang sama, melanjutkan pendidikan ke Majalengka Kota, yaitu di SMPN 1 Majalengka
Kabupaten dan lulus tahun 1980. Kemudian melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya
yang terletak tidak jauh dari sekolah asal, di SMAN 1 Majalengka. Setelah lulus SMA,
Guru X melanjutkan pendidikan di IKIP Bandung mengambil konsentrasi Pendidikan
Biologi tingkat Diploma III, hingga lulus tahun 1986. Tahun berikutnya (1987) hingga
sekarang, Guru X mengajar di SMAN 1 Jatiwangi, tempat mengabdi dan mengamalkan
ilmu yang telah diperoleh. Tahun 1991, Guru X melanjutkan pendidikan Strata-1 di
tempat yang sama seperti saat mengambil pendidikan tingkat Diploma, lulus tahun
1993.
67
Pengalaman organisasi Guru X yaitu pernah diamanahi jabatan sebagai sekertaris
PGRI se-Majalengka selama satu periode (lima tahun), yaitu 1998-2003. Guru X masih
aktif sebagai tim MGMP dan anggota pengurus PGRI sampai 2014. Berdasarkan hasil
perolehan data awal tersebut, maka guru X merupakan profil guru dan fasilitator yang
tepat untuk dipilih menjadi subjek penelitian untuk diamati pembelajarannya di dalam
kelas, terutama saat memanfaatkan media pembelajaran berbasis ICT, baik sebagai
bentuk komunikasi (pembelajaran di kelas dan penugasan/ PR) maupun sebagai
pengembangan diri.
2. Analisis Profil Guru Berdasarkan Penerapan Media Pembelajaran Berbasis ICT
Penelitian lapangan untuk memperoleh data lebih lengkap diawali dengan
observasi lanjutan yang didokumentasikan menggunakan kamera digital. Keberadaan
peneliti diupayakan tidak mengganggu proses pembelajaran dan berusaha memosisikan
diri sebagai peserta sebagai pengamat (participant as observer) yang merupakan salah
satu jenis pengamat menurut kategori Denzin dalam Mulyana (2006: 176), yaitu
membiarkan kehadiran sebagai peneliti dan mencoba membentuk serangkaian
hubungan dengan subjek sehingga mereka berfungsi sebagai responden dan informan.
Observasi di kelas X MIA/ MIPA 2 dilakukan sebanyak lima kali, termasuk
observasi awal. Hasil observasi ke-2 dan ke-5 selanjutnya menjadi bahasan utama
penelitian, yaitu pertemuan ke-2 materi Ekosistem dan pertemuan ke-5 materi
Perubahan Lingkungan.
Kompetensi inti ke-5 dalam Kompetensi Profesional Guru yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 16 Tahun 2007 tentang kompetensi profesional
guru dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, dikembangkan menjadi
enam indikator yang dibagi kembali ke dalam 25 aktivitas guru. Aktivitas-aktivitas ini
diamati tiap 15 menit selama berlangsungnya proses pembelajaran untuk kemudian
dijadikan bahasan utama penelitian, selain data yang diperoleh dari wawancara
mendalam dan penyebaran angket.
Data observasi 1 dan 2 yang terdapat dalam tabel 4.2 menunjukkan bahwa guru
telah menerapkan media ICT jenis Power Point dan video di kelas. Berdasarkan
Kurikulum 2013 yang telah diberlakukan di SMAN 1 Jatiwangi, maka jam pelajaran
untuk mata pelajaran Biologi berlangsung selama tiga (3) jam pelajaran atau 135 menit
tiap pekannya.
68
Pembelajaran Biologi di Kelas X MIA/ MIPA 2 berlangsung di kelas dengan
materi pokok berjudul Ekosistem. Guru memanfaatkan media ICT berupa Power Point
dan video. Indikator pertama yaitu memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran yang
terbagi dalam enam aktivitas (a sampai f). Aktivitas dalam observasi 1 yang dilakukan
guru selama 15 menit pertama yaitu: menyampaikan tujuan, indikator, serta
menginformasikan konsep yang akan dipelajari melalui media ICT, serta
mengondisikan siswa dengan apesepsi.
Guru selalu mengabsen dan mengondisikan kelas dengan apersepsi sambil
menunggu proses pemasangan infocus oleh siswa. Proses pemasangan infocus tidak
memerlukan waktu lama karena guru telah membawanya saat memasuki kelas. Selain
menulis judul materi di papan tulis, melalui halaman awal slide yang ditampilkan pun
secara tidak langsung guru menginformasikan konsep yang akan dipelajari. Hal ini
dikarenakan adanya judul Ekosistem yang disertai gambar makhluk hidup dan
lingkungan pendukung terbentuknya ekosistem dalam slide Power Point tersebut.
Guru memberikan pertanyaan yang bersifat menggali kembali pengetahuan siswa
atau informasi yang telah dijelaskan guru pada pertemuan sebelumnya sebagai bentuk
apersepsi. Menurut Berlo (1960) dalam Susilana dan Riyana (2007: 4), komunikasi
pembelajaran akan berjalan efektif jika ditandai dengan adanya ‘area of experience’
atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan. Saat
menjelaskan tiap konsep, guru selalu melakukan brainstorming (mencari tahu
pengetahuan awal siswa). Hal ini disesuaikan dengan Kurikulum 2013 yang
menetapkan guru sebagai fasilitator, bukan lagi sebagai satu-satunya sumber informasi.
Metode ini juga memunculkan kondisi active learning. Siswa termotivasi untuk mencari
terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai. Menurut Ariani (2010: 171), penggunaan
komputer dan internet dalam pendidikan pada masa kini memiliki nilai tambah yang
baik, dimana pola interaksifitas siswa sangat tinggi. Adanya interaksi ini juga
menunjukkan feedback dari komunikasi pembelajaran yang berlangsung, Susilana dan
Riyana (2007: 3).
Penggunaan media ICT sesuai silabus, RPP dan kurikulum yang berlaku serta
menerapkan pembelajaran e-learning dan active learning dilakukan guru sejak menit
pertama hingga menit ke-75. Guru berkomunikasi dengan siswa melalui pemanfaatan
media ICT ini. Guru pun mencantumkan salah satu cuplikan slide ke dalam RPP (pada
jawaban soal sebagai alat penilaian), yaitu aliran energi dan daur biogeokimia. Kondisi
ini dapat dilihat dari seringnya guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebelum
69
menjelaskan suatu konsep (brainstorming) atau substansi materi yang sebagian besar
ditampilkan slide dalam bentuk gambar, bagan (skema), dan siklus seperti jaring-jaring
dan rantai makanan serta daur-daur biogeokimia sehingga siswa siswa selalu diajak
untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Meski dalam wawancara Guru X
mengatakan bahwa Kelas MIPA/ MIA 2 termasuk dalam kategori kelas tengah atau
siswa dengan kecerdasaan rata-rata sama, namun dengan pemanfaatan media Power
Point ini, guru mampu membuat seluruh siswa aktif dan tercipta pembelajaran yang
kondusif.
Guru selalu melakukan pengacakan nama siswa yang akan ditanya. Jika siswa
yang ditanya tidak mampu menjawab atau memberi jawaban yang kurang tepat, maka
siswa lain diperbolehkan menyempurnakan jawaban siswa sebelumnya sehingga dalam
proses pembelajaran ini, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing
secara kompetitif. Slide yang ditampilkan dalam bentuk gambar tersebut memudahkan
siswa untuk menjawab. Kemudian guru memberi konfirmasi terhadap jawaban siswa
tersebut. Siswa terdorong untuk aktif dalam pembelajaran sehingga tidak hanya
mengarahkan pada e-learning, melainkan pembelajaran aktif (active learning) juga.
Aktivitas yang tidak terakomodasi dari indikator pertama yaitu menyampaikan
tujuan dan indikator dalam media ICT serta tidak mencantumkan tabel isi program
media ICT dalam RPP. Guru tidak menjelaskan ulang tentang tujuan dan indikator
pembelajaran yang sebenarnya ditampilkan di halaman awal slide Power Point, tetapi
karena bukan pertemuan pertama untuk materi Ekosistem, maka guru langsung
memberikan penjelasan untuk slide berikutnya yang merupakan lanjutan materi pada
pertemuan sebelumnya. Sedangkan tabel isi program media ICT diganti dengan salah
satu bagan materi yang tercantum dalam salah satu slide Power Point, (Lampiran I1).
Indikator ke-2 berkaitan dengan kualitas penguasaan dan penjelasan materi
berbantuan media ICT. Seluruh aktivitas guru (sebelas aktivitas, diberi simbol berupa
huruf g sampai q) dapat teramati dalam 15 menit pertama hingga terselesaikannya
materi Ekosistem (75 menit). Guru menjelaskan materi dengan kalimat dengan
artikulasi yang tepat dan jelas. Selain itu, guru mengulang kembali jawaban siswa untuk
memberi penguatan (reinforcement) sehingga dapat menghindari penafsiran ganda atau
miskonsepsi oleh siswa.
Sebelum guru memberi penguatan, guru memberi kesempatan pada siswa lainnya
untuk merespon atau menambahkan jawaban dari siswa sebelumnya. Guru sering
mengaitkan pertanyaan dengan ilustrasi yang ditampilkan dalam slide PowerPoint.
70
Siswa diminta menginterpretasikan gambar atau bagan (misal, jaring-jaring atau rantai
makanan). Pemanfaatan media ICT berupa Power Point ini membuat siswa memperoleh
kesempatan yang sama untuk berpikir dan mencari tahu mengenai konsep tersebut.
Guru tidak terpaku pada media ICT karena substansi materi yang disampaikan
dengan bantuan media ICT dalam bentuk gambar dan bagan, dengan konsep yang
mampu dikembangkan oleh guru secara kontekstual. Selain memanfaatkan media
elektronik (teknologi ICT), guru juga memanfaatkan peralatan konvensional seperti
white board sehingga mobile dan tidak berada di tempat yang sama selama
pembelajaran berlangsung.
Guru juga tidak mengalami kesulitan dalam mengoperasikan komputer (notebook)
dan menampilkan media sesuai dengan tujuan dan karakteristik siswa. Hal ini dapat
dilihat dari sebagian besar siswa yang aktif dan berusaha menjawab ketika diberi
pertanyaan. Setelah itu, guru memberi penjelasan dan reinforcement (penguatan)
terhadap jawaban siswa. Guru selalu memberi reward berupa pujian atau ucapan
terimakasih terhadap siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar.
Media alternatif pengganti yang juga berfungsi sebagai kolaborasi media ICT
terdapat dalam RPP yaitu diskusi kelompok, tanya jawab, dan observasi lingkungan
sekolah. Ketika mengalami hambatan dalam pemanfaatan media (seperti listrik yang
mati), media pengganti bisa diterapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Irfan (2012: 35)
yang menyatakan bahwa manjadi guru memang akan dihadapkan pada suatu kenyataan
di lapangan yang berbeda dengan teori, sehingga guru perlu memiliki metode atau
media alternatif jika media yang tercantum dalam RPP tidak dapat diterapkan.
Media Power Point dan video yang diterapkan sesuai dengan indikator, bahan
ajar, dan materi yang disampaikan. Guru tidak mengalami kesulitan dalam
menggunakan komputer dan infocus sehingga tidak ada hambatan dalam menyampaikan
materi pada siswa. Pertanyaan yang diberikan pada siswa pun selalu dikaitkan dengan
materi dalam slide sehingga siswa didorong untuk berpikir dan aktif dalam
pembelajaran.
Keberadaan media, dalam hal ini Power Point maupun video yang diterapkan,
mampu menampilkan objek pembelajaran yang sulit untuk diamati secara langsung.
Selain itu, objek yang terkadang sulit dijelaskan dengan bahasa verbal, bisa dengan
mudah dijelaskan secara detail melalui slide tentang obyek yang tengah dipelajari
tersebut. Hal ini membantu siswa memahami informasi karena objek yang dipelajari
dalam materi Ekosistem mencakup dunia luas (seperti ekosistem hutan, sawah, dan
71
lainnya) yang tidak dapat dipelajari dalam waktu singkat di lingkungan sekolah atau
kelas. Media Power Point dan video yang menampilkan variasi gambar pun dapat
membuat siswa termotivasi untuk belajar mandiri saat diberi tugas atau PR, karena
informasi dan materi yang dipelajari bisa diakses di luar pembelajaran sekolah, seperti
melalui internet dan buku, (Lampiran H1).
Media yang diterapkan merupakan hasil modifikasi dari media ICT yang telah ada
agar lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Sedangkan
dalam pemanfaatan sarana, guru tidak mengadakan pembelajaran di laboratorium
komputer atau PSB. Media hasil modifikasi merupakan salah satu karya inovatif Guru
X dapat disebut sebagai upaya pengembangan kompetensi diri. Karya inovatif adalah
salah satu dari 3 (tiga) Kegiatan PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan),
disamping pengembangan diri dan publikasi ilmiah. Kegiatan PKB yang berupa karya
inovatif terdiri dari 4 (empat) kelompok, yaitu menemukan teknologi tepat guna (karya
sains/ teknologi), menemukan/ menciptakan karya seni, membuat atau memodifikasi
alat pelajaran/ peraga/ praktikum, serta mengikuti pengembangan penyusunan standar,
pedoman, soal, dan sejenisnya. (Priatna, 2013: 227).
Indikator selanjutnya yaitu memanfaatkan fasilitas penunjang pembelajaran
berbasis ICT. Indikator ketiga ini mencakup tiga aktivitas (huruf r sampai t). Aktivitas
guru yang dapat diamati selama 75 menit pembelajaran meliputi pemanfaatan infocus
dan diperbolehkannya siswa menggunakan laptop. Infocus digunakan untuk
menampilkan materi melalui media Power Point dan video. Meskipun tidak
menggunakan sound system, volume video mampu mencapai seluruh ruangan, termasuk
siswa yang duduk di belakang. Guru tidak menginformasikan secara langsung untuk
memperbolehkan siswa menggunakan laptop, tetapi guru juga tidak menegur siswa
yang menggunakannya. Aktivitas yang tidak terakomodasi yaitu penggunaan
laboratorium komputer dan Wi-Fi (internet) karena proses pembelajaran berlangsung di
kelas.
Supervisi kepala sekolah yang merupakan indikator keempat dikembangkan
menjadi dua aktivitas guru, yaitu kunjungan kelas serta penggunaan RPP dan silabus
oleh guru yang telah diperiksa kepala sekolah (huruf u dan v). Sagala (2006: 170, 171)
menyatakan bahwa kepala sekolah memerlukan instrumen yang mampu menjelaskan
berbagai aspek lingkungan sekolah dan kinerjanya dalam memantau perjalanan ke arah
masa depan yang menjanjikan. Kepala sekolah harus mengenal kebutuhan para guru
dan profesional pendidikan lainnya dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
72
Selama pembelajaran berlangsung, guru menerapkan media ICT berupa Power
Point dan video yang sesuai dengan salah satu slide Power Point dalam lampiran
pertanyaan dan jawaban (evaluasi) di RPP. Slide tersebut terdapat pada lampiran
jawaban atas pertanyaan untuk siswa (evaluasi). Lembar lampiran RPP dilengkapi
dengan lembar pengamatan sikap siswa, lembar penilaian diri, serta lembar observasi
lingkungan sekitar, (Lampiran I1).
Indikator kelima yang berkaitan dengan keikutsertaan guru dalam pelatihan media
ICT, tidak dikembangkan dalam aktivitas yang harus diamati karena terakomodasi
melalui wawancara dan dokumentasi. Keikutsertaan guru dalam pelatihan media ICT
tersebut dapat dilihat dari wawancara mendalam, sertifikat pelatihan, dan foto terkait
pelatihan yang diikuti tersebut.
Indikator terakhir atau keenam yaitu membuat dan mengembangkan media ICT.
Indikator terakhir ini seperti halnya dengan indikator kelima yang lebih mudah diamati
dengan adanya dokumen berupa sertifikat dan foto maupun wawancara mendalam.
Namun melihat tampilan media ICT yang ditayangkan selama berlangsungnya
pembelajaran, dua dari tiga aktivitas yang terdapat dalam indikator enam ini dapat
teramati.
Guru menerapkan diskusi kelompok dan metode ceramah sebagai bentuk
kolaborasi dengan media yang digunakan. Melihat logo salah satu penerbit buku paket
di sudut kanan atas tiap slide Power Point yang ditampilkan, dapat diketahui bahwa
media tersebut dibuat oleh penerbit yang bersangkutan. Sedangkan untuk video yang
diputar, dapat diketahui pembuatnya melalui tayangan pembuka dan penutup video
tersebut yang merupakan hasil download dan searching melalui internet. Aktivitas yang
tidak teramati yaitu menerapkan media ICT buatan sendiri dan hasil pelatihan.
Pertemuan ini merupakan pertemuan terakhir untuk menyelesaikan dan
mengingatkan kembali materi Ekosistem sehingga penyampaian materi selesai dalam
waktu 75 menit. Setelah siswa tidak ada yang bertanya, selanjutnya waktu 60 menit
yang tersisa dimanfaatkan guru untuk melakukan remidial Mid Test. Jadi dalam
observasi 1 ini, guru telah menerapkan media ICT sebagai komunikasi pembelajaran
karena telah menerapkan media Power Point dan video serta sebagai pengembangan
diri dengan menerapkan media tersebut melalui proses pencarian bahan ajar atau
searching.
Video yang ditampilkan untuk materi Ekosistem ini meliputi How Ecosystems
Work-Biology-Ecology, Trip to Pulau Peucang (Aku Cinta Indonesia) Visit Banten, dan
73
Tropical Rainforest.wmv. Ketiga video yang ditampilkan telah memenuhi prinsip-
prinsip pemilihan media karena sesuai dengan konsep yang dipelajari, karakteristik
siswa, serta tujuan pembelajaran, (lampiran F1).
Guru memberi tugas pada siswa untuk mencari bahan lewat internet sebagai
bentuk pemanfaatan ICT di luar sekolah, (lampiran B1). Meskipun singkat, siswa
tampak aktif mengomentari video Tropical Rainforest yang ditayangkan. Video tersebut
menampilkan kondisi hutan hujan tropis di Indonesia, khususnya Borneo (Kalimantan)
yang terus berkurang secara signifikan akibat eksploitasi yang dilakukan secara tidak
bertanggungjawab.
Tahap penelitian untuk observasi 2 dilakukan seperti halnya penelitian lapangan
sebelumnya di kelas X MIA/ MIPA 2. Aktivitas dalam indikator pertama yang
dilakukan guru selama 15 menit pertama yaitu mengucap salam sebelum memulai
pelajaran dan mengondisikan siswa dengan apesepsi. Proses pembelajaran dengan
materi Perubahan Lingkungan diawali dengan pertanyaan tentang jenis-jenis limbah
yang dipelajari siswa pada pertemuan sebelumnya, (Lampiran H1). Guru
menginformasikan konsep yang akan dipelajari melalui media ICT pada 15 menit
kedua, karena 15 menit pertama digunakan untuk proses pengambilandan pemasangan
infocus oleh siswa.
Sejalan dengan terpasangnya infocus, maka penggunaan media ICT sesuai silabus,
RPP dan kurikulum yang berlaku pun teramati sejak 15 menit ke-2 hingga ke-7 (menit
ke-105). Seperti observasi sebelumnya, aktivitas yang tidak dilakukan guru atau tidak
teramati selama pembelajaran yaitu tujuan dan indikator tidak disampaikan kembali
oleh guru (pertemuan ke-4 materi Perubahan Lingkungan) serta tidak adanya tabel isi
program media ICT dalam RPP. Kesesuaian media dengan kurikulum ini dapat dilihat
dari indikator dan kompetensi inti yang merupakan ciri dari Kurikulum 2013. Siswa
juga diajak untuk berpikir saat guru memberikan pertanyaan tentang solusi atas
pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar rumah.
Aktivitas-aktivitas guru berdasarkan indikator kedua tentang kualitas penguasaan
dan penjelasan materi berbantuan media ICT sebagian besar dapat diamati sejak 15
menit ke-2 hingga terselesaikannya materi Perubahan Lingkungan (135 menit).
Berdasarkan data yang terdapat pada lembar observasi, aktivitas guru yang dilakukan
sejak menit pertama hingga berakhirnya pembelajaran yaitu kejelasan artikulasi dalam
menyampaikan materi serta keterampilan dalam bertanya, merespon, dan menjawab
pertanyaan siswa yang dilakukan guru sejak apersepsi. Suara guru terdengar hingga
74
bagian belakang kelas sehingga kesulitan dalam memahami informasi dapat dihindari.
Selain itu, konsep yang dibahas sekilas melalui slide PowerPoint, dijelaskan kembali
oleh guru hingga siswa paham. Pertanyaan dan jawaban/ respon yang diberikan telah
disesuaikan dengan dunia siswa dan permasalahan lingkungan yang sering terjadi di
sekitar rumah siswa.
Aktivitas selajutnya yang dapat sejak 15 menit ke-2 hingga ke-7 (105 menit),
yaitu substansi meteri disampaikan dengan media ICT. Konsep yang dijelaskan sepintas
dalam slide, dijelaskan kembali oleh guru secara kontekstual sesuai dengan dunia siswa
sehingga dapat membantu siswa memahami informasi.
Kesesuaian penggunaan media ICT dengan indikator, bahan ajar, dan materi dapat
diketahui dari kesesuaian materi dalam slide PowerPoint yang ditampilkan. Kesesuaian
waktu dengan kemudahan pengoperasian media ICT terakomodasi dengan pemanfaatan
media hingga 15 menit ke-7, karena materi Perubahan Lingkungan telah selesai.
Meskipun infocus dipasang oleh siswa, indikator keterampilan guru dalam
memanfaatkan teknologi terakomodasi karena guru tidak mengalami kesulitan dalam
mengoperasikan komputer (notebook) saat menampilkan media ICT.
Aktivitas guru pada 15 menit ke-2 hingga ke-9 (selesai) yaitu kemampuan guru
dalam mengembangkan konsep secara kontekstual dan tidak terpaku pada media ICT
serta mendorong siswa belajar mandiri (memunculkan motivasi dan kreativitas).
Motivasi dan semangat siswa ini dapat diamati dari antusias dalam menjawab
pertanyaan terkait inovasi dalam membuat produk daur ulang.
Alternatif media pengganti atau sebagai kolaborasi media ICT dapat teramati
dengan dilakukannya evaluasi menggunakan media buku dan LKS untuk mengisi waktu
yang tersisa (30 menit) setelah materi Perubahan Lingkungan tertuntaskan. Selain itu,
guru mencantumkan media pengganti dalam bentuk observasi lingkungan sekitar dan
model/ gambar ekosistem di dalam RPP yang dibuat.
Observasi lapangan yang dilakukan siswa di sekitar lingkungan sekolah menjadi
kolaborasi media ICT, sesuai dengan sumber belajar yang tercantum dalam RPP. Akan
tetapi, keduanya jarang diterapkan secara bersamaan. Ketika media ICT diterapkan hari
ini, maka observasi dilakukan pada pertemuan berikutnya. Pernah pula dilakukan
rolling, yaitu satu jam pelajaran untuk penerapan media ICT di kelas, selanjutnya
observasi selama satu jam, dan kembali menerapkan pembelajaran berbasis ICT di kelas
pada satu jam terakhir, (Lampiran D1).
75
Pemanfaatan fasilitas penunjang pembelajaran berbasis ICT merupakan indikator
ketiga yang selanjutnya diamati. Pembelajaran dilakukan di kelas sehingga laboratorium
komputer serta Wi-Fi (internet) tidak digunakan. Infocus yang dibawa dari ruang guru
mampu memfasilitasi guru untuk menampilkan media ICT jenis Power Point. Aktivitas
yang dapat diamati selama 105 menit pembelajaran yaitu pemanfaatan LCD/ infocus
dan diperbolehkannya siswa menggunakan laptop. Penggunaan portable computer
(laptop/ notebook) oleh siswa ini diperbolehkan selama penggunaannya masih
berhubungan dengan materi yang tengah dipelajari.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus yang telah diperiksa kepala
sekolah merupakan satu-satunya aktivitas dalam indikator keempat (supervisi kepala
sekolah). Guru mencantumkan salah satu slide Power Point dalam lampiran RPP
(Lampiran I2). Setelah diamati, lampiran yang dicantumkan dalam RPP materi
Perubahan Lingkungan ini tidak berbeda dengan lampiran dalam RPP untuk materi
Ekosistem (Lampiran I1). Kondisi ini dipengaruhi oleh pergantian kurikulum dari KTSP
ke K-2013 (Kurtilas), karena dua konsep yang sebelumnya berada dalam satu bab, kini
menjadi dua.
Membuat dan mengembangkan media ICT yang merupakan indikator keenam ini
sama halnya dengan indikator 5, yang akan terdistribusi dengan cara wawancara
mendalam, namun aktivitas guru yang meliputi mengolaborasikan media ICT dengan
metode tanya jawab dan menerapkan media ICT hasil download atau modifikasinya
dapat diamati. Aktivitas yang tidak teramati yaitu penerapan media ICT buatan sendiri
dan hasil pelatihan. Materi Perubahan Lingkungan selesai disampaikan sebelum jam
pelajaran berakhir sehingga guru melakukan evaluasi kepada tiap siswa untuk
menjawab pertanyaan yang terdapat dalam slide Power Point dan buku pegangan siswa
(paket).
Guru menerapkan metode ceramah dan tanya jawab sebagai bentuk kolaborasi
dengan media Power Point yang digunakan sehingga mampu menciptakan suasana
kondusif dan active learning. Secara berkelanjutan, guru pertanyaan pada siswa yang
dilanjutkan dengan pertanyaan susulan berdasarkan jawaban siswa tersebut sehingga
pembelajaran berlangsung seperti diskusi antara siswa dan guru serta antara siswa
dengan siswa lainnya yang saling mengomentari atau menambahkan jawaban siswa
sebelumnya. Guru melibatkan siswa untuk mengomentari sikap yang harus diambil
ketika melihat orang lain membuang sampah sembarangan atau melakukan pencemaran
lingkungan, seperti yang ditampilkan dalam slide Power Point.
76
Sejalan dengan berlangsungnya diskusi tersebut, Susilana dan Riyana (2007: 4)
menyatakan bahwa sistem pembelajaran modern saat ini menunjukkan bahwa siswa
tidak hanya berperan komunikan atau penerima pesan, tetapi bisa bertindak sebagai
komunikator atau penyampai pesan. Kondisi ini mengarah pada terjadinya komunikasi
dua arah (two way traffic communication) bahkan komunikasi banyak arah (multiway
traffic communication). Bentuk komunikasi seperti apapun sangat membutuhkan peran
media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan atau
kompetensi. Artinya, proses pembelajaran akan terjadi apabila ada komunikasi antara
penerima pesan dengan sumber/ penyalur pesan melalui media tersebut. Media yang
diterapkan di sini adalah PPT.
Melihat logo PSB-SMA di sudut kiri bawah tiap slide Power Point berjudul Daur
Ulang Limbah yang ditampilkan, dapat diketahui bahwa media tersebut Tim Pusat
Sumber Belajar Siswa SMA. Sedangkan untuk Power Point berjudul Lingkungan,
merupakan buatan salah satu penerbit buku paket. Aktivitas yang tidak terakomodasi
melalui observasi pembelajaran ini yaitu menerapkan media ICT buatan sendiri dan
hasil pelatihan. Menurut Guru X, belum dilakukan modifikasi terhadap Power Point
tersebut.
Pertemuan ke-4 dengan konsep limbah dan daur ulang ini merupakan pertemuan
terakhir untuk materi Perubahan Lingkungan sekaligus persiapan menuju UKK (Ujian
Kenaikan Kelas). Power Point yang digunakan guru merupakan hasil download dari
PSB-SMA (Daur Ulang Limbah) yang masih menggunakan Kurikulum KTSP serta
Power Point berjudul Lingkungan yang telah menerapkan Kurtilas. Jadi dalam
observasi 2 ini, guru telah menerapkan media ICT sebagai komunikasi pembelajaran
karena telah menerapkan media Power Point serta sebagai pengembangan diri dengan
menerapkan media tersebut melalui proses pencarian bahan ajar atau searching.
Sebelum direduksi dan dibuat rekapitulasi hasil penelitian, dilakukan pengkodean
atau koding data yang bertujuan untuk mengorganisasikan data, juga bertujuan untuk
memudahkan peneliti untuk memilah data bermakna dan tidak bermakna. Berdasarkan
transkripsi video observasi pembelajaran (Lampiran H) dari perekaman pertemuan atau
observasi ke-4, diperoleh pengkodingan dan reduksi data tersebut yang selanjutnya
disajikan dalam tabel rekapitulasi, (tabel 4.2).
Hasil koding (berupa huruf kecil dan tulisan bercetak tebal) tersebut menunjukkan
bahwa guru menerapkan media Power Point dan video pembelajaran yang disesuaikan
dengan konsep, tujuan dan kebutuhan atau karakteristik siswa, yaitu pada pokok
77
bahasan Ekosistem, (Lampiran H1). Pemanfaatan media ini memudahkan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran. Ariani (2010: 81) mengungkapkan bahwa salah satu
penyebab ketidakberhasilan poses pembelajaran adalah kurangnya media dan bahan
ajar.
Berdasarkan lembar observasi 1 dan 2, dapat diketahui bahwa tujuh komponen
aktivitas guru telah terakomodasi, yakni mengucap salam sebelum memulai pelajaran;
menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran melalui media Power Point;
mengondisikan siswa dengan apersepsi; menggunakan media ICT sesuai silabus, RPP,
dan kurikulum yang berlaku (relevan); mencantumkan tabel isi program media ICT
dalam RPP (terdapat dalam penilaian); menginformasikan konsep yang dipelajari
melalui media ICT; serta menerapkan pembelajaran active learning melalui tanya
jawab. Tetapi penerapan pembelajaran e-learning belum terakomodasi, karena selama
penelitian berlangsung, guru tidak menerapkan pembelajaran berbasis internet di
sekolah. Berdasarkan wawancara dengan guru X, pembelajaran Biologi pernah
dilakukan di laboratorium komputer, (lampiran B1).
Indikator kedua mencakup kejelasan kalimat (artikulasi); penyampaian substansi
materi melalui media ICT; tidak terpaku pada media ICT dan mengembangkan konsep
secara kontekstual; memiliki alternatif media pengganti atau sebagai kolaborasi media
ICT; kesesuaian penggunaan media ICT dengan indikator, bahan ajar, dan materi;
kesesuaian waktu dengan kemudahan pengoperasian media ICT; kesesuaian media
dengan dunia siswa; media ICT membantu siswa memahami informasi; memiliki
keterampilan bertanya, merespon, dan menjawab pertanyaan siswa; mendorong siswa
belajar mandiri (memunculkan motivasi dan kreativitas); serta menunjukkan
keterampilan dalam menggunakan media ICT.
Indikator ketiga yang diobservasi yaitu meliputi menggunakan laboratorium
komputer; memanfaatkan layanan Wi-Fi dan internet; serta memperbolehkan siswa
menggunakan laptop. Ketiga indikator ke-3 tersebut tidak terakomodasi karena tidak
diterapkan dalam pembelajaran selama penelitian berlangsung. Tetapi berdasarkan hasil
wawancara, ketiga indikator tersebut pernah dilakukan, (lampiran B1).
Indikator keempat yaitu menggunakan RPP dan silabus yang telah diperiksa
Kepala Sekolah.Guru X dan guru-guru lainnya diwajibkan menyerahkan RPP per tahun
ajaran baru atau per semester, (lampiran B1). Pengumpulan dan pemeriksaan silabus
dan RPP oleh Kepala Sekolah rutin dilakukan pada Bulan Juli dan Desember.
78
Indikator kelima mencakup menerapkan media ICT buatan sendiri dan hasil
pelatihan (tidak terakomodasi); mengkolaborasikan media ICT dengan variasi metode
(terakomodasi, yaitu dilakukan dengan mengkolaborasikan metode ceramah, diskusi,
dan tanya jawab); serta menerapkan media ICT hasil download (tidak terakomodasi).
Indikator yang tidak terakomodasi selama observasi, diperoleh dari hasil wawancara
dengan guru X.
Guru juga memanfaatkan sarana penunjang pembelajaran berupa infocus.
Keberadaan infocus ini tidak hanya memudahkan guru dalam menyampaikan materi,
tetapi juga bertujuan agar siswa mampu mengingat dan memahami konsep yang tengah
dipelajari, karena berdasarkan pembagian daya serap manusia terhadap suatu informasi
dari pengguna alat indera menurut Daryanto (2010: 14), kemampuan manusia untuk
menyerap informasi melalui penglihatannya adalah 82 %. Pencapaian jelas jauh lebih
tinggi dari pada informasi yang diperoleh melalui pendengaran (11 %), perabaan (3,5
%), pencecapan (2,5 %), serta penciuman (1 %).
Guru tidak hanya menerapkan media, tetapi juga menumbuhkan rasa ingin tahu
dan keaktifan siswa melalui tanya jawab di seiap peralihan konsep. Menurut Ariani
(2010: 82-83), unsur kreatifitas bukan terletak pada produk/ media yang sudah jadi,
tetapi lebih pada pola pikir dan strategi yang digunakan secara tepat oleh seorang guru
itu sendiri dalam merancang dan mengajarkan materi pelajarannya bagi para muridnya.
Sehingga diharapkan siswa terlibat dalam proses pembelajaran tuntas (Mastery
Learning) dan bermakna (Meaningful Learning).
Guru X telah berupaya menjadi fasilitator profesional, karena dalam kondisi
perkembangan informasi, teknologi, dan globalisasi yang begitu cepat, Guru X telah
menjadi fasilitator dengan menyampaikan materi pelajaran menggunakan berbagai
media dan internet. Bahkan berdasarkan hasil wawancara mendalam, diketahui bahwa
Guru X memiliki keinginan kuat untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, bahkan
memiliki keinginan untuk belajar dari siswa.
Media infocus/ LCD proyektor berjumlah 18 buah tidak sesuai dengan jumlah
rombongan belajar yang berjumlah 29 kelas, sehingga ditempatkan di ruang guru dan
ruang Wakasek (wakil kepala sekolah). Namun karena tidak semua guru memanfaatkan
media ICT, maka tidak ada kendala saat akan menggunakannya. Sedangkan meja
infocus yang telah dilengkapi terminal, tersedia di sudut belakang tiap kelas.
Layanan internet berupa Wi-Fi (wireless LAN) yang di pasang di 5 titik sekitar
lingkungan sekolah, belum memfasilitasi guru dan siswa untuk menerapkan
79
pembelajaran berbasis media ICT. Kondisi ini dipengaruhi oleh jumlah pemakai
layanan dan daya jangkau atau koneksi internet yang digunakan sehingga dapat
dikatakan, keberadaan layanan internet ini masih belum memadai. Priyambodo (2005:
4-5) menyebutkan satu dari enam kelemahan jaringan Wi-Fi, yaitu kapasitas jaringan
kecil karena keterbatasan spektrum (pita frekuensi yang tidak dapat diperlebar).
Ruang kelas dan laboratorium komputer memiliki merupakan tempat yang paling
mendukung terselenggaranya pembelajaran berbasis ICT. Fasilitas yang ada di
laboratorium dan dalam kondisi sangat memadai yaitu mencakup semua fasilitas yang
ada dalam ruang kelas ditambah komputer (lengkap meja khusus komputer dan kursi)
yang bisa digunakan oleh siswa sekelas, layar infocus, tape recorder, loudspeaker dan
sound system, serta operator/ staf ahli/ guru TIK yang selalu ada saat jam aktif sekolah
sehingga siswa dapat bertanya saat mengalami kesulitan dalam pengoperasian
komputer. Semua fasilitas tersebut dalam kondisi memadai di laboratorium, tetapi
layanan Wi-Fi (wireless LAN), hanya berfungsi selama jam aktif pembelajaran di
sekolah, yaitu sejak pukul 8 atau 9 hingga jam pelajaran terakhir. Laboratorium
komputer merupakan salah satu titik tempat pemasangan layanan Wi-Fi sehingga
koneksinya cukup memadai, kecuali jika sudah dinon-aktifkan, terutama setelah
melewati jam pelajaran terakhir.
Laboratorium komputer lebih sering digunakan oleh siswa kelas XI dan XII yang
masih menerapkan kurikulum KTSP, karena mata pelajaran TIK belum diintegrasikan
dalam tiap pelajaran seperti di kelas X yang telah menerapkan Kurikulum 2013.
Pengintegrasian TIK dalam pelajaran Biologi cenderung mengarah pada Bioteknologi,
yaitu mencakup pembuatan prakarya, rekayasa, dan kerajinan, dengan produk berupa
tempe atau pupuk.
Menurut guru TIK, pengintegrasian TIK dalam pelajaran Biologi tidak
berhubungan dengan mata pelajaran TIK seperti yang diterapkan dalam Kurikulum
2013, (lampiran B6). Pemanfaatan media ICT di kelas X IPA (sekarang berubah
menjadi MIA/ MIPA) cenderung menerapkan media ICT jenis searching (search
engine), (Arini, 2010, 64) untuk mencari bahan atau cara membuat prakarya, sehingga
selanjutnya dapat diterapkan untuk membuat prakarya tersebut.
Fasilitas tambahan yang berfungsi seperti laboratorium komputer yaitu PSB
(Pusat Sumber Belajar) telah ada di SMAN 1 Jatiwangi. PSB adalah suatu unit dalam
suatu lembaga (khususnya sekolah/ universitas/ perusahaan) yang berperan mendorong
efektifitas serta optimalisasi proses pembelajaran melalui penyelenggaraan berbagai
80
fungsi yang meliputi fungsi layanan (seperti layanan media, pelatihan, konsultasi
pembelajaran, dan lain-lain), fungsi pengadaan/ pengembangan (produksi) media
pembelajaran, fungsi penelitian dan pengembangan, dan fungsi lain yang relevan untuk
peningkatan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, (Teknologi Pendidikan: 2009).
Fungsi dan fasilitas dalam ruangan PSB hampir sama seperti ruang laboratorium
komputer, yaitu untuk memfasilitasi siswa belajar komputer atau mencari bahan
pelajaran lainnya melalui internet. Berbeda dengan laboratorium komputer yang hanya
digunakan saat pelajaran TIK, keberadaan PSB ini memungkinkan siswa untuk belajar
atau mencari bahan pelajaran lainnya, seperti Biologi. Tetapi selama penelitian dan
berdasarkan wawancara dengan guru TIK, pemanfaatan ruang PSB masih belum
optimal dan lebih sering digunakan guru untuk mencari bahan ajar, (lampiran B6).
Fasilitas PSB ini disediakan sekolah dengan tujuan agar dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin oleh siswa dalam memperoleh informasi atau tugas mata pelajaran.
Berbeda dengan laboratorium komputer yang biasanya hanya digunakan untuk mata
pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Meskipun siswa leluasa
menggunakan internet dan sumber belajar, sekolah tetap memantau pemanfaatan PSB
ini agar tidak disalahgunakan. Keberadaan PSB dilengkapi dengan staf khusus untuk
mengawasi penggunaan internet disana.
Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi multimedia mampu memberi dampak
besar dalam komunikasi dan pendidikan karena bisa mengintegrasikan teks, grafik,
animasi, audio, dan video, serta mengembangkan proses belajar ke arah yang lebih
dinamis. Akan tetapi, sarana mengajar tidak hanya mengandalkan perangkat
multimedia. Alat audiovisual tetap harus dibarengi perlengkapan lainnya. Murid tetap
membutuhkan papan tulis, pensil, bolpoin, gunting atau karton. Segalanya harus
seimbang dan mempertimbangkan situasi dan kondisi para siswa dan kelas, (Ariani,
2010: 9 dan 42). Sehingga pembelajaran yang diiringi dengan pemanfaatan media
cenderung berjalan lebih efektif, efisien dan aktif.
Sebagaimana layanan Wi-Fi di berbagai institusi pendidikan maupun tempat-
tempat umum lainnya, kemudahan mengakses internet diperoleh ketika jumlah
pengguna internet masih sedikit. Pemasangan Wi-Fi secara menyebar di 4 (empat) titik,
sebenarnya telah menjangkau seluruh kelas. Namun koneksi internet masih menjadi
kendala utama bagi siswa untuk memanfaatkan layanan ini di jam-jam aktif sekolah.
Kemudahan mengakses internet diperoleh ketika berada di sekitar titik pemasangan Wi-
Fi.
81
Siswa seringkali memanfaatkan media ICT secara mandiri di luar pelajaran
Biologi atau jam-jam kosong seperti jam istirahat di laboratorium komputer atau PSB,
terutama selama Wi-Fi diaktifkan. Kebijakan sekolah melarang siswa membawa telepon
seluler, tetapi boleh membawa laptop/ notebook. Alternatif lainnya adalah berusaha
mengakses internet di luar sekolah, seperti di rumah (jika memiliki jangkauan internet)
atau warnet.
Tahap penelitian selanjutnya dilakukan dengan wawancara terbuka (mendalam)
terhadap guru subyek dan narasumber lainnya yang representatif. Narasumber-
narasumber tersebut meliputi kepala sekolah, guru Biologi non-subyek, wakasek sarana
dan prasarana, guru TIK, serta siswa. Hasil penelitian wawancara lapangan dalam
bentuk rekapitulasi wawancara terdapat dalam tabel 4.2, yang telah direduksi dari
transkrip wawancara asli, (Lampiran D1-D5).
Indikator yang digunakan untuk pedoman wawancara seperti halnya indikator
yang digunakan untuk membuat lembar observasi dan angket, dikembangkan dari salah
satu kompetensi inti yang terdapat dalam kompetensi profesional guru dalam
memanfaatkan TIK untuk tujuan komunikasi pembelajaran dan pengembangan diri
berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007. Enam indikator dikembangkan kembali
menjadi 35 pertanyaan yang selanjutnya dijadikan pedoman wawancara.
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Guru X sebagai subjek penelitian
sekaligus narasumber utama (Lampiran D1), maka diperoleh informasi yang
melengkapi data yang tidak terakomodasi melalui observasi. Guru-guru Biologi telah
mengenal media pembelajaran berbasis ICT, terutama Power Point dan internet.
Penerapan Power Point lebih sering dimanfaatkan saat pembelajaran di kelas oleh guru,
sedangkan internet sering diterapkan dalam penugasan atau PR (Pekerjaan Rumah)
yang dibebankan pada siswa melalui pencarian materi yang akan didiskusikan pada
pertemuan berikutnya. Tiap pembelajaran Biologi, Guru X selalu menerapkan media
pembelajaran berbasis ICT jenis PowerPoint dan video, kecuali saat praktikum.
Media yang diterapkan selalu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dalam RPP
yang telah dibuat, begitupula saat mengajar di kelas Lintas Minat, yaitu kelas non-IPA
yang memiliki minat untuk mempelajari Biologi. Perbedaan antara pembelajaran di
kelas regular MIA/ MIPA dengan Lintas Minat terletak pada materi yang disampaikan,
yaitu materi Biologi yang dipelajari di kelas Lintas Minat lebih sederhana daripada di
kelas MIA reguler.
82
Pemilihan media telah diupayakan agar sesuai dengan kebutuhan/ karakteristik
siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, dan katersediaan media. Terutama saat aliran
listrik terputus, maka guru telah memiliki alternatif menggunakan metode ceramah,
diskusi atau presentasi, sesuai dengan materi yang dipelajari. Selain tugas praktik,
pemutaran video adalah media yang paling membuat siswa antusias belajar, tertarik, dan
aktif. Pengkolaborasian media ICT dengan observasi disesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Penerapan media ICT bisa diseling dengan observasi dan diskusi (masing-
masing satu jam pelajaran), tetapi pembelajaran seperti ini jarang dilakukan karena
keefektifan waktu yang berkurang. Sebagai solusinya, maka observasi dilakukan pada
pertemuan berikutnya.
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan pula oleh Guru X, namun karena tiap kelas
menggunakan metode dan media yang sama, maka tidak muncul perbedaan yang
signifikan terhadap hasil belajar siswa. Selama ini, media ICT jenis Power Point dan
video jarang dikolaborasikan dengan dengan pemanfaatn internet karena terkendala
koneksi sehingga pemanfaatan internet dilakukan siswa di luar jam pelajaran, seperi di
laboratorium komputer, PSB (Pusat Sumber Belajar), atau di rumah saat diberi tugas.
Pemanfaatan fasilitas penunjang pembelajaran berbasis ICT seperti laboratorium
komputer pun masih sering bentrok dengan mata pelajaran TIK yang memang
pembelajarannya dilakukan di sana.
Terkait PTK yang dilakukan guru, Glickman (1981) dalam Bafadal (2003: 41)
menyatakan bahwa seorang guru yang memiliki level abstraksi tinggi cenderung selalu
mengidentifikasi kelemahan proses pembelajaran yang dikelola dan secara mandiri
berusaha mencari alternatif perbaikannya. Begitupula dengan Guion dalam Uno (2008:
78) yang mendefinisikan kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang
menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir,
dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama.
Menurut Guru X, selain memeriksa RPP tiap awal tahun ajaran baru yang
sebelumnya dikumpulkan pada Wakasek, supervisi yang dilakukan dalam bentuk
kunjungan kelas dan mengamati proses pembelajaran yang berlangsung pernah
dilakukan pula oleh Kepala Sekolah atau diwakili oleh Wakasek Kurikulum. Gwyn
(1961: 48-49) dalam Bafadal (2003: 46) menyebut kunjungan kelas (classroom
visitation) sebagai salah satu dari 4 teknik supervisi perorangan (individual devices).
Tiga teknik supervisi lainnya yaitu percakapan pribadi, kunjungan antarkelas, dan
penilaian sendiri (self evaluation). Sebagai upaya peningkatan kompetensi profesi guru,
83
sekolah rutin mengadakan pelatihan yang diikuti seluruh guru. Terutama setelah
Kurikulum 2013 diterapkan, in House Training yang merupakan bentuk implementasi
diadakan tiap satu semester.
In House Training merupakan salah satu upaya peningkatan kompetensi yang
diakibatkan adanya perubahan kurikulum, peningkatan kinerja staf pengajar
(pengembangan profesional), serta peningkatan efektivitas belajar peserta didik,
(Maryumi dalam Prawiradilaga, dkk. 2004: 392-392) dan (Uno, 2011: 72).
Implementasi Kurikulum 2013 dan pelatihan yang diikuti Guru X merupakan
salah satu perwujudan dari Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Bab IV
bagian kedua (Hak dan Kewajiban Guru) poin d, e, h, j, dan k, yang menyebutkan
bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh
kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, memperoleh dan memanfaatkan sarana-
prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan, memiliki
kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi, memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi, serta
memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Media yang telah dibuat dan dikembangkan adalah Power Point, yang dilengkapi
pula oleh Power Point dari penerbit buku. Sedangkan video yang ditampilkan, masih
berupa media jadi hasil download melalui internet. Bahan ajar Biologi berbasis TIK
atau ICT belum pernah di-upload di internet. Tetapi untuk mata pelajaran TIK yang
pernah diampu, Guru X pernah mempublikasikannya di website.
Keikutsertaan guru dalam pelatihan dan menerapkan media hasil pelatihan
tersebut menunjukkan bahwa guru memiliki keinginan untuk mengembangkan
kompetensi diri dan memosisikan diri daripadasumber informasi utama siswa. Mulyasa
(2013: 57) dan Munir (2009: 95) menyatakan bahwa guru harus siap menjadi fasilitator
yang profesional, karena dalam kondisi perkembangan informasi, teknologi, dan
globalisasi yang begitu cepat, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam hal tertentu,
peserta didik lebih pandai atau lebih dulu tahu dari guru seperti dalam hal media
internet. Selain itu, pembelajaran yang berorientasi pada pebelajar dapat dilakukan
dengan membangun sistem pembelajaran yang memungkinkan pebelajar memiliki
kemampuan untuk belajar lebih menarik, interaktif, dan bervariasi.
Seiring dengan perkembangan teknologi berikut infrastruktur penunjangnya,
upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui pemanfaatan
teknologi tersebut dalam suatu sistem yang dikenal dengan online learning. Online
84
learning merupakan suatu sistem yang dapat memfasilitasi pebelajar sehingga dapat
belajar lebih luas, lebih banyak, dan bervariasi.
Hasil wawancara dengan narasumber lainnya yang terdapat dalam tabel 4.4 juga
menguatkan hasil wawancara mendalam terhadap Gur X, yaitu yang berkaitan dengan
pengenalan media pembelajaran berbasis ICT oleh guru-guru, terutama Power Point
dan internet. Penerapan Power Point sering dimanfaatkan di kelas saat pembelajaran,
sedangkan internet dilakukan secara mandiri oleh siswa saat diberi tugas oleh guru.
Guru Biologi dan sebagian besar guru telah terampil menggunakan komputer dan
mampu membuat media Power Point. Tapi yang paling terampil yaitu Guru X dan Z
karena sering mengikuti pelatihan media ICT. Hasil pelatihan selanjutnya
disosialisasikan kepada guru-guru yang tidak mengikuti pelatihan. Pelatihan yang
diikuti guru merupakan bentuk latihan dan upaya meningkatkan kompetensi mengajar,
karena guru memang merupakan komponen paling menentukan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan
utama, (Mulyasa, 2013: 5).
Kondisi sarana dan prasarana pendukung terselenggaranya pembelajaran berbasis
ICT sudah cukup memadai dan lengkap meski masih terkendala koneksi internet.
Namun untuk sarana laboratorium dan perpustakaan yang representatif masih belum
tersedia. Wakasek sarana dan prasarana menambahkan fasilitas PSB sebagai salah satu
fasilitas yang memiliki kesamaan fungsi dengan laboratorium komputer, yang dapat
digunakan dalam setiap mata pelajaran (tidak hanya TIK).
Guru X yang sering mengikuti pelatihan pembuatan dan pengembangan media
atau bahan ajar (bersama Guru Z) kemudian menyosialisasikan hasil pelatihan tersebut
kepada guru-guru lain di sekolah sebagai bentuk tindak lanjut yang diwajibkan bagi
peserta pelatihan media ICT. Meskipun belum menerapkan semua jenis media ICT,
tetapi guru X telah menerapkan standar pembelajaran berbasis ICT untuk Sekolah
Menengah Atas. Media yang pernah dibuat, dikembangkan (dimodifikasi) dan
diterapkan yaitu Power Point. Sedangkan video buatan sendiri belum diterapkan dan
masih menerapkan video jadi hasil searching/ download.
Media ICT jenis Power Point dan video merupakan perangkat lunak (software)
sedangkan LCD infocus, Wi-Fi, dan komputer (notebook) merupakan perangkat
hardware. Davies dkk dalam Suyanto (2003) menyatakan bahwa teknologi informasi
dalam pendidikan diaplikasikan dalam bentuk multimedia yang berfungsi sebagai
perangkat lunak (software), yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempelajari
85
suatu materi. Sedangkan menurut AECT (1977) dalam Sadiman (1996: 19) media atau
bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang
biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau
perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk menampilkan pesan yang
terkandung pada media tersebut.
Berdasarkan pembagian potensi dan jenis-jenis aplikasi software ICT, hardware
(komputer, infocus, dan perangkat keras), serta internet dalam pembelajaran (Ariani,
2010: 64, dan Wahana Komputer 2008: 1), jenis potensi media pembelajaran berbasis
ICT yang telah diterapkan oleh guru X selama penelitian berlangsung melalui hasil
wawancara dan observasi pengamatan pembelajaran, tercantum dalam matriks checklist
pada Lampiran B4.
Media pembelajaran berbasis ICT merupakan media pembelajaran yang
mencakup pemanfaatan semua teknologi yang dapat digunakan untuk menyimpan,
mengolah, menampilkan, dan menyampaikan informasi dalam proses komunikasi.
Contohnya meliputi perangkat hardware (komputer, CD, DVD), software (video
interaktif dan berbagai aplikasi), internet, sistem multimedia, konferensi video atau
telekonferensi (teleconference), dan lainnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara (lampiran B4),
jenis potensi media ICT yang telah diterapkan yaitu searching (search engine seperti
mesin pencari Google), collecting (Power Point dan video), sharing (portal
website),serta socializing (beragam kelompok sosial online seperti facebook), komputer
(notebook), LCD/ infocus, dan Wi-Fi (wireless LAN). Sedangkan potensi media ICT
yang belum diterapkan yaitu creating (membuat web, membuat game), communicating
(e-mail, im, chat), coordinating (workgroups, maling list), meeting (forum, chatroom),
evaluating (on line test, on line advisor), buting-selling on-line, gaming (game on line),
serta mobile learning (jurnal on line, riset on line).
Jenis potensi media ICT dalam bentuk hardware sebagian besar telah diterapkan,
yaitu komputer (notebook), infocus/ LCD Proyektor, internet tanpa kabel atau Wi-Fi
(Wireless LAN), dan CD/ DVD. Berdasarkan indikator kompetensi profesional guru
dalam memanfaatkan ICT sebagai media pembelajaran (Permen No. 6 Tahun 2007),
sebagian besar media ICT diterapkan guru sebagai bentuk pengembangan diri (mencari
referensi bahan ajar), sedangkan yang lainnya diterapkan selama proses pembelajaran di
kelas sebagai bentuk komunikasi dan penyampaian informasi materi kepada siswa.
86
Indikator kompetensi profesional guru dalam memanfaatkan media pembelajaran
berbasis ICT dikembangkan dari dua menjadi enam indikator. Sebagian besar
terakomodasi atau dapat diamati selama observasi pengamatan pembelajaran.
Sedangkan untuk indikator yang tidak terakomodasi, dialihkan dengan teknik
pengumpulan data lainnya, yaitu wawancara. Berdasarkan pengamatan pembelajaran
pada observasi awal, pertemuan ke-1 dan ke-2, indikator yang tidak terakomodasi yaitu
keikutsertaan dalam pelatihan.
Penerimaan media dan metode pembelajaran yang diterapkan guru kepada siswa
turut mempengaruhi suasana kelas. Media dan metode yang sesuai dengan materi ajar,
mampu menciptakan kondisi aktif sehingga memudahkan informasi sampai ke siswa.
Munir (2009: 84) menyatakan bahwa sistem pendidikan berbasis teknologi informasi
dan komunikasi tidak terlepas dari sentuhan psikologi pembelajar. Oleh karena itu
terdapat beberapa unsur yang perlu dimasukkan ke dalam pengembangan software
untuk keperluan pendidikan, diantaranya berhubungan dengan kehidupan yang
sebenarnya, ‘Hands-on’, pendekatan indirect-tematik, menyenangkan, memberi
penguatan yang positif, pencarian dan pengaplikasian, serta pendekatan penyelesaan
masalah.
Mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi yang dihapuskan dari
kurikulum 2013, pada dasarnya dimaksudkan agar TIK tidak berdiri sendiri sebagai satu
mata pelajaran, melainkan setiap pelajaran harus berbasis TIK. Hal ini menuntut
pendidik dan peserta didik untuk ‘melek’ IT, (Anggraeni: 2014). Pemenuhan
penguasaan semua jenis potensi ICT dapat dilakukan guru jika terus berupaya membuat,
mengembangkan, dan menerapkan berbagai media ICT secara konsisten dan
berkesinambungan. Materi Biologi yang mencakup variasi makhluk hidup berikut
kehidupannya menuntut penyampaian yang jelas dan komprehensif agar terhindar dari
miskonsepsi sehingga pengetahuan ICT manjadi sebuah keharusan bagi seorang guru.
Berdasarkan data hasil penelitian yang tercantum dalam tabel 4.4, jenis software
(Power Point, video, facebook, dan web portal) maupun perangkat hardware
(komputer/ notebook, LCD/ infocus, dan layanan internet/ Wi-Fi) yang diterapkan
hampir memenuhi seluruh prinsip-prinsip pemilihan media menurut Carey dkk dalam
Sadiman (2003: 83), yaitu ketersediaan sumber setempat; dana, tenaga dan fasilitas
tersedia; dapat bertahan untuk waktu yang lama; serta efektifias biaya dalam jangka
waktu yang panjang. Mengenai ketersediaan sumber setempat, kendala terdapat pada
koneksi layanan internet. Padahal keberadaan internet maupun media ICT yang bisa
87
diakses tanpa tersambung dengan layanan internet merupakan media yang memenuhi
tiga syarat utama sehingga bisa dijadikan bahan ajar, yaitu dapat tersedia dengan cepat,
memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri, serta bersifat individual, misalnya
harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan para siswa dalam belajar mandiri, (Anonim).
Pemanfaatan media software dan perangkat hardware juga telah memenuhi
prinsip pemilihan media menurut Setyosari (2008) dan Akbar (2011: 117-119) dalam
Akbar, yaitu mencakup prinsip-prinsip yang diantaranya yaitu: kesesuaian media
dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan kerakteristik pebelajar, dapat menjadi
sumber belajar, efisiensi dan efektifitas pemanfaatan media, keamanan bagi pebelajar,
kemampuan media dalam mengembangkan keaktifan dan kreativitas pebelajar,
kemampuan media dalam mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
serta kualitas media.
Dokumen pendukung diperoleh peneliti sejalan dengan masih berjalannya waktu
penelitian. Dokumen tersebut berupa RPP dan sertifikat pelatihan merupakan dokumen
penguat terhadap kemampuan Guru X dalam menerapkan media pembelajaran berbasis
ICT. Blumer mengemukakan dalam Mulyana (2006), bahwa dokumen manusia adalah
suatu paparan pengalaman individu yang melukiskan tindakan individu sebagai peserta
kehidupan sosial. Keberadaan dua dokumen pendukung berupa sertifikat keikutsertaan
dalam pelatihan pengembangan media pembelajaran berbasis ICT mampu
merefleksikan kemampuan subjek penelitian yang merupakan guru pertama yang
menerapkan Kurtilas (Kurikulum 2013) sejak diberlakukannya kurikulum tersebut pada
semester genap tahun ajaran 2013-2014.
Arikunto (2007) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap informasi
yang didokumentasikan ke dalam berbagai bentuk rekaman, biasa dikenal dengan
analisis dokumen atau analisis isi (content analisys). Penelitian analisis isi yang
digunakan untuk melengkapi penggunaan metode pengamatan (observasi). Isi transkrip
rekaman dapat diputar ulang untuk melengkapi data yang sudah ada atau yang akan
diperoleh melalui pengamatan. Analisis dokumen ini bertujuan agar peneliti bekerja
secara objektif dan sistematis dalam mendeskripsikan isi bahan komunikasi melalui
pendekatan. Analisis ini juga digunakan untuk melengkapi penggunaan metode
pengamatan atau observasi.
Berdasarkan hasil temuan fakta di lapangan dan referensi pendukung, diketahui
bahwa kemampuan guru dan intensitas pemanfaatan media ICT pun dipengaruhi oleh
usia. Mengingat perkembangan teknologi baru dirasakan di Indonesia berlangsung
88
sekitar satu dekade terakhir, maka usia guru berhubungan erat dengan kemampuan
penguasaan teknologi. Namun bagi Guru X yang akan memasuki usia 51 tahun,
merupakan sebuah keharusan untuk mengembangkan kompetensi mengajar agar sesuai
dengan perkembangan zaman, salah satunya dengan mempelajari teknologi pendidikan.
Hasil dokumentasi menunjukkan bahwa guru melibatkan siswa dalam
memanfaatkan media ICT, yaitu dalam bentuk komunikasi tanya-jawab tiap konsep
yang dipelajari. Siswa dilibatkan secara aktif dalam pemahaman materi maupun
pemanfaatan media tersebut. Dokumentasi dilakukan secara bersamaan dengan
observasi. Catatan penting ditulis dalam lembar observasi. Dokumentasi ini membantu
peneliti untuk mengulang rekaman agar diperoleh data yang benar-benar valid.
Dokumen tambahan atau pendukung yang diperoleh dari penelitian yaitu RPP
semester genap tahun ajaran 2013-2014, media PPT dan video selama 2 semester (Kelas
X), serta dua buah sertifikat pelatihan pengembangan media ICT. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang dibuat Guru X merupakan RPP yang pembuatannya telah
disesuaikan dengan standar Kurikulum 2013 tersebut.Guru X merupakan pertama yang
menerapkan Kurikulum 2013 di seluruh Kelas X MIA (X MIA 1 - X MIA 6).
Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut, dapat diidentifikasi beberapa media
yang diterapkan selama pembelajaran materi Ekosistem dan Perubahan Lingkungan,
yaitu mencakup media jadi (hasil searching/ download dari internet), media yang
ditampilkan, maupun yang tidak ditampilkan (hanya dijadikan referensi mengajar).
Dokumen pendukung pertama yaitu RPP yang telah dibuat sesuai dengan
Kurikulum 2013 dan diperiksa Kepala Sekolah. Jenis media yang dicantumkan dalam
RPP adalah halaman sekolah (observasi) dan model ekosistem. Sedangkan media Power
Point hanya disajikan dalam evaluasi, yakni berupa cuplikan slide. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat, telah dilengkapi dengan lembar pengamatan
kerja siswa, lembar kerja siswa serta lembar penilaian diri. Namun di dalamnya tidak
dicantumkan model perencanaan media agar berjalan efektif yaitu ASSURE seperti
yang diajukan Heinich dkk (1982) dalam Arsyad (2010: 67-69).
Adanya RPP membuktikan bahwa guru telah melaksanakan kewajiban dalam
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, seperti yang tercantum dalam Undang-
undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Bab IV bagian ke satu (Kualifikasi,
Kompetensi, dan Sertifikasi Guru) pasal 20, bagian a dan b menyebutkan kewajiban
guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, diantaranya: Guru juga harus mempu
89
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Berdasarkan RPP pertemuan ke-1 (Ekosistem), guru mencantumkan halaman
sekolah sebagai media pembelajaran. Hal ini dikarenakan di pertemuan pertama pada
materi Ekosistem, siswa melakukan observasi di lingkungan sekitar sekolah kemudian
mengisi lembar kerja siswa yang telah disiapkan guru berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan.
Power Point yang ditampilkan saat observasi 1 yaitu Ekosistem (Lampiran K1),
yang didalamnya dicantumkan tujuan pembelajaran, tetapi tidak mencantumkan
kompetensi inti maupun indikator. Selanjutnya Daur Ulang Limbah (Lampiran K2),
yang di dalamnya dicantumkan standar kompetensi dan kompetensi dasar (masih
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/ KTSP). Terakhir, Power Point
berjudul Lingkungan (Lampiran K3), yang telah dibuat berdasarkan Kurikulum 2013,
karena terdapat kompetensi inti yang menjadi ciri kurikulum tersebut.
Power Point pertama yang ditampilkan (Ekosistem) terdiri dari 95 % slide yang
memuat foto atau gambar dari keseluruhan slide yang berjumlah 19 slide. Slide yang
memuat narasi hanya 16 % (tiga slide). Sedangkan slide yang memuat keterangan
singkat dan tabel yaitu berjumlah 79 % dan 58 %. Sebagian besar konten slide berisi
gambar yang disertai alur kemudian disampaikan guru secara jelas dan rinci melalui
pengembangan konsep tertentu setelah siswa ditanya terlebih dahulu tentang isi slide
yang ditampilkan.
Power Point kedua yang ditayangkan guru berjudul Daur Ulang Limbah. Slide
yang memuat konten berupa narasi berjumlah 60 % (sembilan slide), keterangan singkat
29 % (tiga slide), dan gambar foto 33 % (lima slide) dari keseluruhan slide yang
berjumlah 15 slide (ditambah dua slide terakhir berisi identitas penyusun). Sedangkan
dan tabel/ alur/ grafik hanya terdapat dalam satu slide (7 %). Power Point ini
didominasi oleh slide yang memuat konten narasi sehingga sulit untuk mengukur
kompetensi siswa setelah slide ditampilkan. Guru memberi pertanyaan yang berkaitan
dengan isi slide sebagai bentuk pendekatan sains sebelum slide tersebut ditampilkan.
Power Point ketiga yang ditayangkan guru saat observasi yaitu Lingkungan.
Narasi atau penjelasan tiap slide terdapat pada 11 slide (79 % dari keseluruhan slide
yang ditampilkan). Slide yang memuat keterangan singkat yaitu berjumlah dua slide (14
%). Sedangkan slide yang memuat gambar/ foto dan tabel/ alur/ grafik/ diagram,
masing-masing berjumlah satu slide (7 %) sehingga slide berjudul Lingkungan ini
90
memuat narasi lebih banyak dibandingkan dengan keterangan singkat, gambar, maupun
tabel. Namun pada slide ke-5, ke-7, dan ke-10, terdapat pendekatan sains di dalamnya.
Siswa diberi pertanyaan tentang suatu konsep yang terdapat pada slide sebelum guru
menayangkan pengertian atau penjelasan dari konsep tersebut yang ada pada slide yang
sama.
Power Point pertama merupakan Power Point yang memberi pengaruh positif
pada pembelajaran, karena jumlah gambar yang lebih banyak daripada narasi membuat
pemanfaatan media sebagai bentuk komunikasi pembelajaran dan pengembangan diri
guru dapat berjalan optimal, efektif, dan efisien. Namun pendekatan sains hanya
terdapat dalam tiga slide di Power Point ketiga.
Dokumen Power Point yang tidak ditampilkan yaitu Biodiversity (Lampiran L1)
serta Polusi dan Solusi (Lampiran L2) yang merupakan hasil download. Dokumen
Power Point yang pernah dibuat yaitu Keanekaragaman Hayati dan Tumbuhan
(Lampiran M1 dan M2) yang telah disertai menu hyperlink. Kedua materi ini
merupakan materi yang dipelajari di semester ganjil dan menjadi bentuk pengaplikasian
terhadap hasil pelatihan yang diikuti Guru X pada tahun 2001. Sedangkan pemenfaatan
mesin pencari Google dan lainnya merupakan aplikasi dari penerapan hasil pelatihan
yang diikuti Guru X pada tahun 2011. Berdasarkan dokumen Power Point pembelajaran
Biologi selama satu tahun ajaran yang diperoleh, diketahui bahwa Guru X telah mampu
membuat dan mengembangkan media Power Point, yaitu untuk materi
Keanekaragaman Hayati dan Tumbuhan (Lampiran M1 dan M2).
Video yang ditampilkan (Lampiran K4) ada tiga, yaitu How Ecosystem Work-
Biology-Ecology (menggunakan narator berbahasa Inggris), Tropical Rainforest, dan
Hutan Wisata Mata Kucing-Batam. Video-video yang ditayangakan dalam
pembelajaran di kelas ini merupakan video jadi yang diperoleh melalui searching
internet.
Video pertama berjudul How Ecosystem Work-Biology-Ecology (menggunakan
narator berbahasa Inggris) menayangkan 38 pergantian tampilan gambar berbagai
ekosistem di dunia. Satu tayangan diantaranya memuat konten berupa narasi yang
mencantumkan judul video (3 % dari keseluruhan tayangan), sedangkan 37 tayangan
lainnya (97 %) memuat konten gambar yang diiringi dengan suara narator yang
menggunakan Bahasa Inggris. Penggunaan bahasa asing ini membuat guru dan siswa
saling mengeksplorasi pengetahuan dan berdiskusi tentang isi video yang ditayangkan.
91
Video kedua yang ditampilakan dalam pembelajaran Biologi berjudul Tropical
Rain Forest/ Hutan Hujan Tropis. Video ini memuat konten 74 tayangan foto
dokumentasi berbagai ekosistem di dunia. Tayangan yang memuat konten narasi
berjumlah 28 (38 % dari keseluruhan tayangan), sedangkan 46 lainnya (62 %)
didominas foto dokumentasi. Video ini mampu mendorong keingintahuan siswa karena
diiringi dengan musik pengiring dan tampilan yang menarik sehingga proses
pembelajaran berjalan aktif, efektif, dan efisien, (Lampiran K). Penggunaan bahasa
asing oleh narator di tengah-tengah pemutaran video tidak membuat siwa kesulitan
memahami isi video karena selain penjelasan diberikan guru saat pemutaran
berlangsung, guru juga melakukan eksplorasi pengetahuan dan berdiskusi tentang isi
video yang telah ditayangkan.
Video terakhir yang analisis yaitu berjudul Hutan Wisata Mata Kucing-Batam
yang menayangkan 33 pergantian tampilan gambar berbagai ekosistem di kawasan
hutan yang kini dijadikan tempat wisata tersebut. Empat tayangan diantaranya memuat
konten berupa narasi yang mencantumkan judul video (12 % dari keseluruhan
tayangan), sedangkan 29 tayangan lainnya (88 %) memuat konten gambar. Video
berupa dokumentasi perjalanan wisata di HWMK-Batam ini dilengkapi dengan musik
pengiring tanpa narator. Selama video diputar, siswa tampak antusias menyaksikan
tayangan.
Selanjutnya untuk video yang tidak ditampilkan dan dijadikan referensi mengajar
yaitu Trip to Pulau Peucang (Aku Cinta Indonesia)-Visit Banten, yang merupakan
video tentang perjalanan wisata di Pulau Peucang. Ada pula Hutan Hujan Tropis, video
dengan tampilan berupa foto-foto yang dibuat slide video serta Explore the Heart of
Borneo Wildlife at Betung Kerihun National Park yang berupa video trailer sebuah biro
wisata.
Media yang diterapkan merupakan hasil modifikasi dari media ICT yang telah ada
agar lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Sedangkan
dalam pemanfaatan sarana, guru tidak mengadakan pembelajaran di laboratorium
komputer atau PSB. Media hasil modifikasi merupakan salah satu karya inovatif Guru
X dapat disebut sebagai upaya pengembangan kompetensi diri.
Karya inovatif adalah salah satu dari 3 (tiga) Kegiatan PKB (Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan), disamping pengembangan diri dan publikasi ilmiah.
Kegiatan PKB yang berupa karya inovatif terdiri dari 4 (empat) kelompok, yaitu
menemukan teknologi tepat guna (karya sains/ teknologi), menemukan/ menciptakan
92
karya seni, membuat atau memodifikasi alat pelajaran/ peraga/ praktikum, serta
mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya. (Priatna,
2013: 227).
Pelatihan pembuatan dan pengembangan bahan ajar berbasis TIK/ ICT diikuti
Guru X tahun 2001 dan 2010. Berdasarkan dua buah dokumen sertifikat keikutsertaan
Guru X dalam pelatihan pengembangan media berbasis ICT tersebut, diketahui bahwa
materi yang dibahas diantaranya yaitu pembuatan Power Point dan cara memanfaatkan
mesin pencari (search engine) seperti Google yang diaplikasikan Guru X dalam
mengupayakan terselenggaranya pembelajaran berbasis ICT.
Sertifikat pertama diperoleh Guru X setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
Multimedia dan Komputer SMU Negeri di Balai Penataran Guru di Bandung yang
berlangsung selama 10 hari (27 November-6 Desember 2001). Struktur program
pelatihan dengan total waktu 100 jam tersebut mencakup program-program berupa mata
sajian pokok diklat yang meliputi: MIS (Management Information System), Multimedia
Pendidikan (Media Konvensional dan Media Elektronik), Pengenalan Internet,
Microsoft Windows, Microsoft Word, Microsoft Excel, Microsoft Power Point, Project
Work A, serta Project Work B. Keikutsertaan Guru X dalam pelatihan menunjukkan
keinginan untuk mengembangkan profesionalisme penguasaan ICT sebagai pendukung
keberhasilan proses pembelajaran.
Pelatihan kedua yaitu Diklat Penyusunan Naskah Bahan Ajar Berbasis TIK yang
diikuti selama 40 jam (7-20 Maret) di Garut pada tahun 2010 dengan materi diklat yang
meliputi: pengembangan bahan belajar berbasis TIK, mengenal portal bahan belajar e-
dukasi.net, pemanfaatan search engine untuk penelusuran bahan belajar di internet,
teknik penulisan naskah bahan presentasi, teamwork pengembangan bahan belajar
berbasis internet, penyusunan naskah, serta presentasi hasil.
Berdasarkan dua buah dokumen sertifikat keikutsertaan dalam pelatihan
pengembangan media berbasis ICT, diketahui bahwa hasil pelatihan yang telah
diterapkan Guru X diantaranya yaitu pembuatan Power Point sebagai media presentasi
yang efektif digunakan dalam pembelajaran serta cara memanfaatkan mesin pencari
(search engine). Salah satu contohnya adalah Google yang digunakan untuk mencari
bahan ajar, termasuk Power Point dan video yang ditampilkan dalam pembelajaran
yang telah diobservasi.
3. Deskripsi Respon Siswa terhadap Penerapan Media ICT dalam Pembelajaran
93
Tahap pencarian data yang terakhir ditempuh yaitu melalui penyebaran angket.
Penyebaran angket dilakukan dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai
tanggapan atau respon siswa terhadap proses pembelajaran Biologi ketika guru
menerapkan media pembelajaran berbasis ICT. Sebelum disebar pada kelas yang telah
ditentukan, angket diberikan pada kelas lain yang setara untuk kemudian hasil
perolehan data tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan program
statistik SPSS 16 for Windows.
Item pernyataan yang terdapat dalam uji angket berjumlah 35 item (Lampiran E1)
dan diujikan di kelas X MIA/ MIPA 4 yang berjumlah 38 siswa.Data tersebut diolah
validitasnya menggunakan uji faktor (R kritis). Hasilnya diketahui 15 item yang
korelasi Pearson-nya lebih besar dari R kritis 0,3 sehingga diperoleh 15 item yang
dinyatakan valid, yaitu pertanyaan ke-2, 3, 4, 5, 9, 11, 13, 15, 17, 20, 23, 24, 28, 31, dan
35.
Lima belas item yang telah dinyatakan valid tersebut selanjutnya diuji reliabilitas
menggunakan koefisien Croanbach’s Alpha, dan hasilnya 0,935, yang menurut tabel
George dan Mellery, angka tersebut termasuk kategori istimewa (excellent). Kategori
ini menunjukkan tingkat validitas Croanbach’s Alpha untuk kelima belas item tersebut
adalah sudah reliabel.
Menurut Sugiyono (2013), setiap instrumen penelitian pada umumnya terdiri dari
20 hingga 50 item. Oleh karena itu, hasil angket diolah kembali menggunakan uji
validitas PPM-Excel, dengan kriteria valid jika angka validitasnya ≥ 0,321. Hasil uji
angket menunjukkan item yang valid berjumlah 28, termasuk di dalamnya 15 item yang
dinyatakan valid dan reliabel menurut perhitungan SPSS 16 for Windows. Selanjutnya
25 item yang terdiri dari 25 item yang dianggap valid berdasarkan perhitungan statistik
Excel dan 15 item yang dinyatakan valid dalam perhitungan SPSS 16 for Windows
disebarkan pada siswa.
Angket berjumlah 25 item pernyataan diberikan kepada 48 siswa kelas X MIA 2
dan MIA 6. Tiap jawaban sesuai pilihan siswa (selalu, sering, jarang, dan tidak pernah)
selanjutnya dihitung persentasenya dan dianalisis berdasarkan angka yang diperoleh.
Hasil angket dapat dilihat pada tabel 4.6 dan grafik 4.1.
Hasil angket respon siswa yang tercantum dalam tabel dan grafik hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata persentase tertinggi jawaban siswa terdapat pada pilihan
jawaban ‘Sering’, yaitu 46,5 %. Selanjutnya 25 % untuk jawaban ‘Jarang’, 16,5 %
untuk jawaban ‘Selalu’, dan 11,5 % siswa menjawab ‘Tidak Pernah’. Sedangkan
94
persentase untuk siswa yang mengosongkan pilihannya yaitu 0,1 %. Berdasarkan
kriteria interpretasi skor angket menurut Riduwan (2012: 89), jawaban sering termasuk
dalam interval 26% - 50%yaitu kategori cukup. Sedangkan tiga alternatif jawaban
lainnya (selalu, jarang, dan, tidak pernah) termasuk dalam kategori lemah. Hasil ini
menunjukkan bahwa siswa memberi respon berupa jawaban ‘Sering’terhadap aktivitas
penerapan media pembelajaran berbasis ICT selama mata pelajaran Biologi.
Pilihan jawaban ‘Sering’ tertinggi terdapat pada 16 dari 25 item pernyataan
(Lampiran G). Artinya, dari 25 pernyataan dalam angket tersebut, 16 pernyataan
dijawab mayoritas siswa dengan pilihan jawaban ‘Sering’. Tujuh belas pernyataan
tersebut meliputi penerapan media ICT dan perasaan positif siswa terhadap
pembelajaran dengan media ICT. Guru sering menyampaikan tujuan pembelajaran,
terutama pada pertemuan pertama untuk suatu konsep atau materi yang akan
disampaikan. Selain diucapkan secara lisan, oleh guru, kompetensi inti, tujuan, dan
indikator juga terdapat dalam slide Power Point yang ditampilkan. Media ICT yang
sering diterapkan yaitu jenis Power Point dan video. Termotivasinya siswa ini
dikarenakan guru tidak hanya mengandalkan media sebagai tolok ukur penunjang
keberhasilan proses pembelajaran, tetapi juga pengembangan konsep secara kontekstual
sesuai dengan pengalaman dan dunia siswa serta mengupayakan pembelajan active
learning dengan melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, baik dalam bentuk
diskusi, presentasi, maupun tanya jawab.
Siswa dilibatkan dalam penerapan ICT di luar pembelajaran seperti ditugaskan
untuk membuat Power Point atau menonton acara yang berkaitan dengan Biologi,
seperti Dunia Hewan dan Tumbuhan. Selain penggunaan bahasa formal, ilustrasi (bagan
atau siklus) dalam slide yang ditampilkan pun disesuaikan dengan dunia siswa sehingga
mudah untuk dipahami.
Guru tampak menguasai, terampil, dan tidak mengalami kesulitan dalam
menerapkan media ICT. Media tersebut mampu menumbuhkan rasa ingin tahu siswa
dan menambah pengetahuan secara lebih luas dan mendalam karena informasi yang
disampaikan melalui media ICT mampu menembus batas ruang dan waktu dari objek
yang dipelajari. Rasa ingin tahu ini didukung dengan variasi media ICT seperti
pemutaran video dikarenakan guru tidak hanya mengandalkan media sebagai tolok ukur
penunjang keberhasilan proses pembelajaran, tetapi juga pengembangan konsep secara
kontekstual sesuai dengan tujuan pembelajaran, pengalaman dan dunia siswa serta
mengupayakan pembelajan active learning dengan melibatkan siswa untuk aktif dalam
95
pembelajaran, baik dalam bentuk diskusi kelompok, presentasi, maupun tanya jawab.
Siswa juga merasa senang dengan diterapkannya media tersebut, termotivasi untuk lebih
giat belajar, dan tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh informasi melalui
layanan internet karena telah tersedia warnet (warung internet) di banyak tempat.
Persentase tertinggi berikutnya yaitu ‘Jarang’, sebesar 25,4 %. Lima dari 25 item
pernyataan paling banyak dijawab siswa dengan pilihan jawaban ini. Pernyataan-
pernyataan tersebut mencakup pemberian motivasi sebagai apersepsi melalui tampilan
media ICT (seperti video), penginformasian media ICT hasil pelatihan, semakin
aktifnya pembelajaran saat media ICT diterapkan, hubungan penerapan media ICT
dengan nilai mata pelajaran, serta penguasaan konsep atau tergalinya potensi siswa
setelah pembelajaran.
Empat item lainnya yang didominasi jawaban ‘Tidak Pernah’ mencakup
pemanfaatan fasilitas berupa sarana dan prasarana sekolah seperti laboratorium
komputer dan layanan Wi-Fi sebagai penunjang pembelajaran berbasis ICT serta
penggunaan materi online yang dibuat guru. Rata-rata siswa yang memilih jawaban ini
yaitu sebesar 11,5 %. Selanjutnya untuk pilihan jawaban ‘Selalu’ dengan total 16,5%,
tidak didominasi dalam item manapun (rata), serta siswa yang tidak menjawab yaitu 0,1
%. Persentase jawaban setiap item pilihan jawaban siswa terhadap angket, secara
terperinci dapat dilihat di lampiran hasil angket (Lampiran G).
Perolehan jawaban terhadap angket yang disebarkan kepada 48 siswa tersebut
menunjukkan bahwa guru telah mengupayakan penerapan media pembelajaran berbasis
ICT jenis Power Point dan video sebagai bentuk komunikasi pembelajaran, tetapi
belum secara optimal diimbangi dengan pengembangan media ICT sebagai bentuk
pengembangan kompetensi diri. Menurut Uni dan Lamatenggo (2010: 191), pada
tingkat pendidikan SMA implikasi IT (Informasi dan Teknologi) juga sudah mulai
dilakukan. Rata-rata penggunaan internet di SMA hanyalah sebagai fasilitas tambahan.
Selain itu, IT belum menjadi media database bagi siswa, guru atau yang lainnya.
Namun prospek di masa depan, penggunaan IT di SMA cukup cerah.
Guru X mampu memodifikasi media ICT berupa Power Point dan menerapkan
media sesuai materi, kebutuhan, dan karakteristik siswa. Faktor usia yang pada
umumnya menjadi kendala bagi guru untuk mempelajari teknologi tidak berlaku bagi
Guru X. Ketika guru-guru yang mayoritas berusia di atas 45 tahun masih kesulitan
menggunakan komputer, siswa telah akrab dengan internet, (Anggraeni, 2014: 27).
Meskipun telah berusia 50 tahun (lebih dari 45 tahun), Guru X masih mampu
96
mengembangkan media ICT serta beradaptasi dengan mata pelajaran TIK/ ICT yang
diimersikan dalam tiap mata pelajaran lainnya (khususnya Biologi), seiring
dihapuskannya mata pelajaran tersebut dalam Kurikulum 2013 yang kini diberlakukan.
Jika selama ini hanya Guru TIK yang memahami IT, maka sekarang guru-guru non-
pelajaran TIK seperti guru X tengah diupayakan agar mampu menerapkan media
pembelajaran berbasis ICT/ TIK dalam pelajaran non-TIK.
Guru X dalam menerapkan media ICT dipengaruhi oleh fasilitas pendukung
berupa komputer, infocus, dan akses internet. Pemanfaatan internet digunakan untuk
mencari bahan ajar dan referensi. Sedangkan PPT yang dibuat dan diterapkan,berperan
dalam komunikasi pembelajaran dan pengembangan diri.
Hasil observasi, wawancara, dan sebaran angket di atas menjelaskan bahwa dari
jumlah enam indikator yang dikembangkan dari dua indikator kompetensi profesional
guru dalam teknologi pembelajaran (sebagai komunikasi pembelajaran dan
pengembangan diri) berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, lima indikator
terakomodasi (83 %), dan satu tidak terakomodasi (17 %). Persentase ini menunjukkan
bahwa Guru X merupakan profil guru Biologi yang memiliki kriteria cukup baik dalam
menerapkan beberapa jenis media ICT yang berpedoman pada prinsip-prinsip pemilihan
media, menyesuaikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, tujuan
pembelajaran, konsep yang dipelajarai, serta karakteristik siswa, (Tabel 4.11).
Guru X belum pernah membuat bahan ajar dalam bentuk e-modul (termasuk
pembelajaran berbasis media ICT yang lebih mendalam seperti CAI atau CAL),
memanfaatkan layanan sms, e-mail, facebook, atau telepon dalam komunikasi
pembelajaran. Internet dan variabel-variabel pendukung terselenggaranya pembelajaran
berbasis ICT tersebut dimanfaatkan siswa secara mandiri saat mengerjakan PR dan
tugas kelompok. Oetomo (2007: 117) menyatakan bahwa penggunaan media
pembelajaran yang berbasis ICT/ TIK merupakan hal yang tidak mudah, karena dalam
menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang
dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari
tujuan media tersebut (komputer dan LCD Proyektor).
Guru X telah menerapkan prinsip pemilihan media pembelajaran, yaitu
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, karakteristik pebelajar Kelas X IPA-SMA,
dapat menjadi sumber belajar mandiri, efisiensi dan efektivitas pemanfaatan media bagi
pelajar, kemampuan media dalam mengembangkan keaktifan dan kreativitas pebelajar,
97
kemampuan media dalam mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
serta kualitas media (Sa’dun Akbar 2013; 117).
Konsistensi penggunaan media ICT juga ditunjukkan oleh guru dalam mengajar,
yang disertai dengan inovasi bahan ajar (modifikasi) dan mengembangkan media sesuai
hasil pelatihan yang diikuti. Sebagai seorang pengajar sekaligus pendidik, Guru X juga
menanamkan nilai dan etika dalam pembelajarannya, seperti saat menghimbau siswa
agar peduli lingkungan dan menegur dengan cara yang sopan saat melihat ada orang
yang membuang sampah di sungai.
Ma’arif (2011: 33) menyebutkan tiga tugas lain dari seorang guru selain mengajar,
yaitu mendidik, melatih, dan meneliti. Pemanfaatan tekonologi dan informasi telah
dimanfaatkan dalam komunikasi pembelajaran dan pengembangan kompetensi diri,
sesuai dengan Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang tercantum
dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 merupakan contoh tugas guru dalam melatih
(kemampuan siswa dalam pembelajaran) dan meneliti (dalam upaya meningkatkan
profesionalisme diri).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengimbangi
perkembangan teknologi, terutama setelah mata pelajaran TIK diimersikan dalam
semua mata pelajaran, adalah memfasilitasi agar tiap sekolah mampu
menyelenggarakan pembelajaran berbasis ICT. Berkaitan dengan portal ajar yang
tercantum dalam materi diklat nomor dua tahun 2010 yang tercantum dalam sertifikat
Guru X, Pemkot Bandung telah meresmikan sebuah komunitas guru dengan nama yang
sama, yaitu berkonsentrasi pada pembuatan dan pengembangan bahan ajar berbasis ICT
pada Oktober tahun 2014.
Masih minimnya perlengkapan media pembelajaran berbasis ICT di sekolah
menengah diungkapkan Uno dan Lamatenggo (2010: 61) yang menganggap bahwa
penerapannya masih didominasi oleh pendidikan pada tingkat perguruan tinggi. Kondisi
ini muncul karena adanya anggapan bahwa media ICT mampu mengatasi permasalahan
antara dosen dan mahasiswa yang memiliki kesibukan.
Portal yang merupakan kependekan dari Pelopor Guru Digital merupakan
komunitas bagi guru dan tenaga pendidik untuk berinovasi memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Portal memiliki visi membentuk komunitas guru
digital yang mampu berinovasi memanfaatkan TIK dalam proses pembelajaran demi
perkembangan kualitas pendidikan. Revolusi terhadap pembelajaran harus didukung
dengan peningkatan kualitas dari para pengajarnya. Menurut ketua portal, Bambang,
98
Portal ingin melakukan blended learning atau kolaborasi pembelajaran tradisional dan
digital. Portal juga rutin mengadakan pelatihan mulai dari penggunaan internet tahap
dasar hingga pembuatan dan penggunaan konten ajar digital, (Anggraeni, 2014: 27).
Keberhasilan pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran, tidak hanya
dipengaruhi oleh guru sebagai tenaga pengajar, tetapi juga sarana prasarana pendukung
dari pemerintah, serta kondisi psikologis siswa saat mengikuti pembelajaran. Seperti
halnya yang dikatakan oleh Lesmana (2014: 27), bahwa kualitas dan mutu pendidikan
dipengaruhi oleh subsistem yang dibangun oleh 3 (tiga) pilar, yaitu kualitas tenaga
pengajar, motivasi peserta didik, serta fasilitas yang tersedia. Selain itu, untuk
mewujudkan pendidikan berkualitas tersebut perlu waktu dan kontinuitas dalam
meningkatkan kualitas guru. Sinergi dari komponen-komponen tersebut mampu
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang-undang No. 20
Tahun 2003 pasal 3.
Selama melaksanakan penelitian, kendala yang dialami peneliti mencakup waktu
penelitian yang cenderung overlapping dan tidak efektif. Penyebab ketidakefektifan ini
yaitu peneliti lebih dulu terjun ke lapangan sebelum instrumen pengumpul data
divalidasi oleh dosen pembimbing, sehingga penelitian diulang kembali. Peneliti pun
mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi secara mendalam untuk studi
komparasi sehingga di tengah-tengah penelitian, peneliti mengubah haluan dari yang
semula meneliti tiga guru Biologi, menjadi fokus pada satu guru.