bab iv hasil dan pembahasan a. 1. deskripsi profil guru

61
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Profil Guru Biologi Berdasarkan Observasi Awal Observasi awal yang dilakukan dengan cara pengisian formulir biodata dan wawancara awal terhadap guru-guru Biologi, serta pengamatan selama berlangsungnya mata pelajaran Biologi, menghasilkan data yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Aspek- aspek berupa aktivitas guru yang dikaji dalam observasi awal ini meliputi pengalaman mengajar, media yang sering diterapkan dalam pembelajaran, keikutsertaan dalam pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan media maupun keprofesian guru lainnya, keinginan untuk mengembangkan dan menerapkan media pembelajaran berbasis ICT, serta pengalaman organisasi. Berdasarkan pengalaman mengajar, guru X memiliki pengalaman mengajar paling lama, yaitu 27 tahun (hingga 2014). Guru Y berpengalaman mengajar selama 24 tahun, sedangkan guru Z 25 tahun. Pengalaman mengajar menjadi salah satu kriteria penentuan subyek penelitian karena berpengaruh pada pengalaman dalam menerapkan berbagai media pembelajaran, termasuk di dalamnya media berbasis ICT. Hasil wawancara awal juga menunjukkan bahwa mata pelajaran selain Biologi yang pernah diampu Guru X yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Guru Y memiliki pengalaman mengajar Bahasa Sunda dan PLH. Sementara Guru Z (berdasarkan profil isian), selain mengajar Biologi merangkap pula sebagai Wakasek Kurikulum. Selama berlangsungnya observasi awal, diketahui bahwa terdapat beberapa jenis media yang diterapkan dalam pembelajaran Biologi. Media-media tersebut meliputi media ICT (Power Point, video, internet) dan media non-ICT (charta, bagan, model torso). Perangkat hardware yang sering digunakan sebagai pendukung terselenggaranya pembelajaran berbasis ICT yaitu komputer dan LCD proyektor/ infocus. Guru X, Y, dan Z pernah mengikuti beberapa kali pelatihan, baik pelatihan yang berhubungan dengan kompetensi guru untuk meningkatkan keprofesionalan mengajar secara umum, maupun pelatihan khusus seperti pengembangan bahan dan media pembelajaran. Menurut profil isian dan wawancara awal terhadap masing-masing guru calon subjek, diketahui bahwa Guru X telah mengikuti pelatihan sebanyak tiga kali, Guru Y dua kali, dan Guru Z empat kali.

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Profil Guru Biologi Berdasarkan Observasi Awal

Observasi awal yang dilakukan dengan cara pengisian formulir biodata dan

wawancara awal terhadap guru-guru Biologi, serta pengamatan selama berlangsungnya

mata pelajaran Biologi, menghasilkan data yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Aspek-

aspek berupa aktivitas guru yang dikaji dalam observasi awal ini meliputi pengalaman

mengajar, media yang sering diterapkan dalam pembelajaran, keikutsertaan dalam

pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan media maupun keprofesian guru

lainnya, keinginan untuk mengembangkan dan menerapkan media pembelajaran

berbasis ICT, serta pengalaman organisasi.

Berdasarkan pengalaman mengajar, guru X memiliki pengalaman mengajar paling

lama, yaitu 27 tahun (hingga 2014). Guru Y berpengalaman mengajar selama 24 tahun,

sedangkan guru Z 25 tahun. Pengalaman mengajar menjadi salah satu kriteria penentuan

subyek penelitian karena berpengaruh pada pengalaman dalam menerapkan berbagai

media pembelajaran, termasuk di dalamnya media berbasis ICT.

Hasil wawancara awal juga menunjukkan bahwa mata pelajaran selain Biologi

yang pernah diampu Guru X yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Guru Y memiliki pengalaman mengajar Bahasa

Sunda dan PLH. Sementara Guru Z (berdasarkan profil isian), selain mengajar Biologi

merangkap pula sebagai Wakasek Kurikulum.

Selama berlangsungnya observasi awal, diketahui bahwa terdapat beberapa jenis

media yang diterapkan dalam pembelajaran Biologi. Media-media tersebut meliputi

media ICT (Power Point, video, internet) dan media non-ICT (charta, bagan, model

torso). Perangkat hardware yang sering digunakan sebagai pendukung terselenggaranya

pembelajaran berbasis ICT yaitu komputer dan LCD proyektor/ infocus.

Guru X, Y, dan Z pernah mengikuti beberapa kali pelatihan, baik pelatihan yang

berhubungan dengan kompetensi guru untuk meningkatkan keprofesionalan mengajar

secara umum, maupun pelatihan khusus seperti pengembangan bahan dan media

pembelajaran. Menurut profil isian dan wawancara awal terhadap masing-masing guru

calon subjek, diketahui bahwa Guru X telah mengikuti pelatihan sebanyak tiga kali,

Guru Y dua kali, dan Guru Z empat kali.

39

Tabel 4.1. Matriks rekapitulasi hasil observasi awal (pengisian formulir profil guru, wawancara dan pengamatan pembelajaran) Guru

Aspek yang

Diamati

Guru X Guru Y Guru Z

Pengalaman Mengajar

Berpengalaman mengajar selama 27

tahun (hingga 2014) sebagai:

a. Guru Biologi

b. Guru TIK

c. Guru PLH

Berpengalaman mengajar selama 24

tahun (hingga 2014) sebagai:

a. Guru Biologi

b. Guru PLH

c. Guru Bahasa Sunda

Berpengalaman mengajar selama 25

tahun (hingga 2014) sebagai:

a. Guru Biologi

b. Lainnya

Media yang sering digunakan

dalam pembelajaran Biologi

Media:

a. Power Point

b. Video

c. Internet (penugasan)

d. Komputer

e. LCD/ infocus

Media:

a. Berbagai model charta

b. Model gen

c. Torso

Media:

a. Power Point

b. Internet (penugasan)

c. Komputer

d. LCD/ infocus

Keikutsertaan dalam

pelatihan

Pelatihan (3 kali):

a. Pendidikan dan Latihan Guru

b. Pendidikan dan Pelatihan

Multimedia dan Komputer SMU

Negeri (2001)

c. Diklat Penyusunan Naskah

Bahan Ajar Berbasis TIK (2010)

Pelatihan (2 kali):

a. Pendidikan dan Latihan Guru

(1990 dan 1992)

b. Pendidikan dan Latihan

Fungsional (2000)

Pelatihan (4 kali):

a. Pendidikan dan Latihan Guru

b. Diklat Penyusunan Naskah

Bahan Ajar Berbasis TIK

(2010)

c. (Tidak terdokumentasi)

d. (Tidak terdokumentasi)

Keinginan untuk

mengembangkan dan

menerapkan media

pembelajaran berbasis ICT

Memiliki keinginan untuk mengikuti

berbagai pelatihan media ICT seperti

Macromedia Flash dan lainnya

Memiliki keinginan untuk mulai

menerapkan media pembelajaran

berbasis ICT di tahun ajaran baru

Memiliki keinginan untuk

mengembangkan media PPT

(Power Point), video, dan

Macromedia Flash

Pengalaman organisasi

Organisasi:

a. Sekertaris PGRI (1998-2003)

b. Lainnya (tidak terdokumentasi)

Organisasi:

a. Anggota PGRI

b. Lainnya (tidak terdokumentasi)

Organisasi:

a. Anggota PGRI

b. Lainnya (tidak terdokumentasi)

Sumber: Penelitian 2014

40

39

Tabel di atas juga menunjukkan bahwa Guru X pernah mengikuti pelatihan umum

seperti Pendidikan dan Latihan Guru serta pelatihan pengembangan media (Pendidikan

dan Pelatihan Multimedia dan Komputer SMU Negeri tahun 2001 serta Diklat

Penyusunan Naskah Bahan Ajar berbasis TIK tahun 2010). Sementara Guru Y

cenderung sering mengikuti pelatihan kompetensi guru, yaitu: Pendidikan dan Latihan

Guru (tahun 1990 dan 1992) serta Pendidikan dan Latihan Fungsional (tahun 2000).

Sedangkan Guru Z telah mengikuti kedua jenis penelitian tersebut sebanyak empat kali,

yaitu: Pendidikan dan Latihan Guru; Diklat Penyusunan Bahan Ajar berbasis TIK

(tahun 2010); serta dua pelatihan lainnya yang tidak terdokumentasi.

Media ICT yang sering diterapkan Guru X yaitu Power Point, video, internet,

komputer, dan LCD proyektor. Sedangkan media yang diterapkan Guru Y berupa

berbagai model charta dan gen hasil karya sendiri, serta torso. Sebagai pendukung

terselenggaranya kelas yang aktif, Guru Y sering mengolaborasikan media yang

digunakan dengan metode diskusi kelompok dan presentasi. Sementara itu, Guru Z

menerapkan media Power Point, internet, komputer, dan LCD proyektor. Ketika

diwawancara, Guru Z juga menyatakan bahwa selain yang telah disebutkan, media yang

pernah diterapkan yaitu Macromedia flash.

Aspek berikutnya yang dipertimbangkan untuk menentukan subjek adalah adanya

keinginan untuk membuat, mengembangkan (memodifikasi), dan menerapkan media

pembelajaran berbasis ICT. Aspek ini dimiliki oleh ketiga Guru Bioogi tersebut. Jenis-

jenis media software yang ingin mereka buat dan kembangkan diantaranya Flashplayer/

Macromedia flash, video, Power Point, dan media ICT lainnya. Guru X memiliki

keinginan untuk mengikuti pelatihan media ICT dan bisa membuat berbagai media ICT,

terutama yang belum bisa dibuat, seperti media ICT jenis Macromedia flash. Guru Y

lebih fokus pada keinginan untuk dapat menerapkan media ICT di tahun ajaran baru

agar bisa mengimbangi makin pesatnya kemajuan teknologi, terutama teknologi yang

telah mendifusi di dunia pendiikan. Sementara Guru Z, memiliki keinginan untuk

mengembangkan media ICT jenis Power Point, video, dan Macromedia flash.

Aspek terakhir yang diperhatikan untuk menentukan subjek, yaitu keikutsertaan

guru-guru tersebut dalam organisasi. Ketiga guru Biologi tersebut mengikuti organisasi

PGRI sampai sekarang (tahun 2014). Menurut lembar isian profil, Guru X pernah

menjabat sebagai sekretaris PGRI selama satu periode atau lima tahun (1998-2003) dan

saat ini masih aktif sebagai anggota, serta anggota tim MGMP. Tidak berbeda dengan

Guru X, keanggotaan dalam PGRI juga diikuti oleh Guru Y dan Z.

41

39

Berdasarkan observasi awal tersebut, maka profil Guru X dianggap paling

representatif sebagai subjek penelitian yang akan dianalisis profilnya. Hasil observasi

awal yang ditinjau dari pengalaman mengajar, variasi media pembelajaran yang pernah

digunakan, jenis pelatihan yang diikuti, keinginan untuk mengembangkan media

berbasis ICT, serta pengalaman berorganisasi (yang masih berkaitan dengan

keterampilan dalam memanfaatkan teknologi untuk pendidikan), semuanya mengarah

pada Guru X.

2. Analisis Profil Guru Biologi Berdasarkan Penerapan Media Pembelajaran

Berbasis ICT

a. Observasi Pembelajaran di Kelas

Tahap penelitian lapangan lanjutan (setelah observasi awal) diawali dengan

observasi atau pengamatan pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan dengan

diiringi pengisian lembar observasi yang dibuat dari pengembangan indikator

menurut Permendiknas No. 16 Tahun 2007. Rekapitulasi hasil observasi

pembelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Hasil observasi pembelajaran di kelas

No. Aktivitas Guru Waktu (15 menit ke-)

Observasi 1 Observasi 2

A. Memanfaatkan TIK sebagai Bentuk Komunikasi

1. Memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran di kelas

a. Menyampaikan tujuan dan indikator dalam media ICT - -

b. Menginformasikan konsep yang akan dipelajari melalui

media ICT

1 2

c. Mengkondisikan siswa dengan apersepsi 1 1

d. Menggunakan media ICT sesuai silabus, RPP, dan

kurikulum yang berlaku (relevan) 1-5 2-7

e. Mencantumkan tabel isi program media ICT dalam RPP - -

f. Menerapkan pembelajaran e-learning dan active learning 1-5 1-7

2. Kualitas penguasaan dan penjelasan materi berbantuan media ICT

g. Kejelasan kalimat (artikulasi) 1-5 1-9

h. Substansi materi disampaikan dengan bantuan media ICT 1-5 2-7

i. Tidak terpaku pada media ICT dan mampu

mengembangkan konsep secara kontekstual 1-5 2-9

j. Memiliki media alternatif atau sebagai kolaborasi media

ICT

1-5 8-9

k. Kesesuaian media ICT dengan indikator, bahan ajar, dan

materi

1-5 2-7

l. Kesesuaian waktu dan kemudahan pengoperasian media

ICT

1-5 2-7

m. Kesesuaian media dengan karakteristik siswa 1-5 2-7

n. Media ICT membantu siswa memahami informasi 1-5 2-7

o. Memiliki keterampilan bertanya, merespon, dan

menjawab pertanyaan siswa 1-5 1-9

p. Mendorong siswa belajar mandiri (memunculkan

motivasi dan kreativitas) 1-5 2-9

42

39

Sumber: Penelitian 2014

Adapun tabel di atas menunjukkan hasil observasi ke-2 dan ke-5 yang

selanjutnya menjadi bahasan utama penelitian, yaitu pertemuan ke-2 materi

Ekosistem dan pertemuan ke-5 materi Perubahan Lingkungan. Indikator

Permendiknas 2007 No. 16 tentang kompetensi profesional guru dalam

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, dikembangkan menjadi enam

indikator yang selanjutnya dibagi kembali ke dalam 25 aktivitas guru. Proses

perekaman dengan kamera digital dilakukan untuk lebih mengakuratkan hasil

penelitian dan memudahkan pengecekan ulang terhadap aktivitas yang terjadi selama

berlangsungnya pembelajaran.

Proses pembelajaran yang berlangsung selama tiga jam pelajaran (135 menit)

dibagi dalam sembilan waktu (tiap 15 menit) dalam lembar observasi. Indikator

pertama yaitu memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran. Aktivitas yang

dilakukan guru selama 15 menit pertama yaitu menginformasikan konsep yang akan

dipelajari melalui media ICT, mengondisikan siswa dengan apesepsi. Sedangkan

penggunakan media ICT sesuai silabus, RPP dan kurikulum yang berlaku serta

menerapkan pembelajaran e-learning dan active learning dilakukan guru sejak menit

pertama hingga menit ke-75. Aktivitas yang tidak terakomodasi yaitu menyampaikan

tujuan dan indikator dalam media ICT serta tidak mencantumkan tabel isi program

media ICT dalam RPP.

Indikator kedua yaitu kualitas penguasaan dan penjelasan materi berbantuan

media ICT. Sebelas aktivitas guru dapat teramati dalam 15 menit pertama hingga

terselesaikannya materi Ekosistem (75 menit). Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi

q. Menunjukkan keterampilan dalam menggunakan media

ICT 1-5 2-7

3. Memanfaatkan fasilitas penunjang pembelajaran berbasis ICT

r. Menggunakan laboratorium komputer dan WIFI

(internet) - -

s. Menggunakan infocus/ LCD 1-5 1-7

t. Memperbolehkan siswa menggunakan laptop 1-5 1-7

B. Memanfaatkan TIK sebagai Bentuk Pengembangan Diri

4. Supervisi Kepala Sekolah

u. Menggunakan RPP dan silabus yang telah diperiksa

Kepala Sekolah 1-5 1-9

v. Kunjungan kelas - -

5. Keikutsertaan dalam pelatihan media ICT

6. Membuat dan mengembangkan media ICT

w. Menerapkan media ICT buatan sendiri dan hasil

pelatihan

- -

x. Mengkolaborasikan media ICT dengan variasi metode 1-5 2-8

y. Menerapkan modifikasi media ICT hasil download 1-5 3-7

43

39

kejelasan kalimat (artikulasi); substansi materi disampaikan dengan bantuan media

ICT; tidak terpaku pada media ICT dan mampu mengembangkan konsep secara

kontekstual; memiliki media alternatif pengganti atau sebagai kolaborasi media ICT;

kesesuaian penggunaan media ICT dengan indikator, bahan ajar, dan materi;

kesesuaian waktu dengan kemudahan pengoperasian media ICT; kesesuaian media

dengan dunia siswa; media ICT membantu siswa memahami informasi; memiliki

keterampilan bertanya, merespon, dan menjawab pertanyaan siswa; mendorong

siswa belajar mandiri (memunculkan motivasi dan kreativitas); serta menunjukkan

keterampilan dalam menggunakan media ICT.

Indikator ketiga yaitu memanfaatkan fasilitas penunjang pembelajaran berbasis

ICT. Aktivitas guru selama 75 menit pembelajaran meliputi pemanfaatan LCD/

infocus dan diperbolehkannya siswa menggunakan laptop. Aktivitas yang tidak

terakomodasi yaitu penggunaan laboratorium komputer dan Wi-Fi (internet).

Indikator keempat merupakan supervisi kepala sekolah yang dikembangkan

menjadi dua aktivitas guru, yaitu menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dan silabus yang telah diperiksa kepala sekolah serta kunjungan kelas. Selama

pembelajaran berlangsung, guru menerapkan media ICT yang disesuaikan dengan

bagan media ICT dalam RPP yang telah dibuat. Sedangkan supervisi kepala sekolah

dalam bentuk kunjungan kelas, tidak terakomodasi di sini.

Indikator kelima (keikutsertaan dalam pelatihan media ICT) tidak

dikembangkan dalam aktivitas yang harus diamati karena terdistribusi saat

wawancara dan dokumentasi. Keikutsertaan guru dalam pelatihan media ICT

tersebut dapat dilihat dari sertifikat pelatihan, foto, dan wawancara mendalam.

Indikator terakhir atau keenam yaitu membuat dan mengembangkan media

ICT. Indikator terakhir ini akan lebih terakomodasi dengan cara wawancara

mendalam. Namun melihat tampilan media ICT yang ditayangkan selama

berlangsungnya pembelajaran, dua dari tiga aktivitas guru dalam indikator ini dapat

teramati. Aktivitas-aktivitas tersebut yaitu mengolaborasikan media ICT dengan

variasi metode dan menerapkan media ICT hasil download atau modifikasinya.

Sedangkan penerapan media ICT buatan sendiri dan hasil pelatihan tidak dapat

terdistribusi melalui observasi pembelajaran. Oleh karena pertemuan ini adalah

pertemuan tambahan untuk menyelesaikan dan mengingat kembali materi Ekosistem,

maka materi selesai dalam waktu 75 menit. Waktu 60 menit yang tersisa

dimanfaatkan guru untuk melakukan remidial MID Test.

44

39

Penelitian lapangan selanjutnya (observasi 2) berlangsung seperti halnya

penelitian lapangan ke-2 sebelumnya di kelas X MIA/ MIPA 2. Aktivitas dalam

indikator pertama yang dilakukan guru selama 15 menit pertama yaitu

mengondisikan siswa dengan apesepsi dan menginformasikan konsep yang akan

dipelajari melalui media ICT pada 15 menit kedua, karena 15 menit pertama

digunakan untuk proses pengambilan dan pemasangan infocus. Sejalan dengan

terpasangnya infocus, maka penggunaan media ICT sesuai silabus, RPP dan

kurikulum yang berlaku pun teramati sejak 15 menit ke-2 hingga ke-7 (menit ke-

105). Seperti observasi sebelumnya, aktivitas yang tidak dilakukan guru atau tidak

teramati selama pembelajaran yaitu tujuan dan indikator tidak disampaikan kembali

oleh guru (pertemuan ke-4 materi Perubahan Lingkungan) serta tidak adanya tabel isi

program media ICT dalam RPP. Sedangkan e-learning dan active learning dapat

diamati saat siswa diajak berpikir tentang solusi terkait pencemaran dan perubahan

lingkungan yang terjadi.

Sebagian besar aktivitas guru berdasarkan indikator kedua dapat diamati sejak

15 menit ke-2 hingga terselesaikannya materi Perubahan Lingkungan (135 menit).

Berdasarkan lembar observasi, aktivitas guru yang teramati sejak menit pertama

hingga berakhirnya pembelajaran yaitu kejelasan artikulasi dalam menyampaikan

materi serta keterampilan dalam bertanya, merespon, dan menjawab pertanyaan

siswa yang dilakukan guru sejak apersepsi.

Aktivitas-aktivitas lainnya dapat diamati sejak 15 menit ke-2 hingga ke-7 (105

menit), diantaranya substansi meteri disampaikan dengan media ICT; kesesuaian

penggunaan media ICT dengan indikator, bahan ajar, dan materi; kesesuaian waktu

dengan kemudahan pengoperasian media ICT; kesesuaian media dengan dunia siswa;

media ICT membantu siswa memahami informasi; serta menunjukkan keterampilan

dalam menggunakan media ICT. Sedangkan 15 menit ke-2 hingga ke-9 (selesai),

aktivitas yang teramati yaitu tidak terpaku pada media ICTdan mampu

mengembangkan konsep secara kontekstual serta mendorong siswa belajar mandiri

(memunculkan motivasi dan kreativitas). Adanya alternatif media pengganti atau

sebagai kolaborasi media ICT, dapat diamati dengan dilakukannya evaluasi

menggunakan media buku dan LKS untuk mengisi waktu yang tersisa (30 menit)

setelah materi Perubahan Lingkungan tertuntaskan.

Aktivitas guru menurut indikator ketiga yang terakomodasi yaitu pemanfaatan

LCD/ infocus dan diperbolehkannya siswa menggunakan laptop. Sedangkan untuk

45

39

pemanfaatan laboratorium komputer dan Wi-Fi (internet) tidak terakomodasi karena

pembelajaran dilakukan di kelas.

Indikator keempat yang terakomodasi yaitu adanya Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan silabus yang telah diperiksa kepala sekolah. Selama

pembelajaran berlangsung, guru menerapkan media ICT yang disesuaikan dengan

bagan media ICT dalam RPP yang telah dibuat.

Indikator kelima (keikutsertaan dalam pelatihan media ICT) tidak

dikembangkan dalam aktivitas yang harus diamati karena terakomodasi saat

wawancara dan dokumentasi. Informasi dan data keikutsertaan guru dalam pelatihan

media ICT tersebut dapat diperoleh dari sertifikat pelatihan, foto, atau wawancara

mendalam terhadap Guru X yang dilakukan setelah observasi pembelajaran selesai

dilakukan dan data yang diperoleh telah jenuh.

Indikator keenam yang terakomodasi yaitu aktivitas guru yang meliputi

mengolaborasikan media ICT dengan variasi metode serta menerapkan media ICT

hasil download atau modifikasinya. Sedangkan penerapan meda ICT buatan sendiri

dan hasil pelatihan tidak terakomodasi melalui observasi pembelajaran. Materi

Perubahan Lingkungan selesai disampaikan sebelum jam pelajaran habis, sehingga

guru melakukan evaluasi kepada tiap siswa untuk menjawab pertanyaan yang

terdapat dalam beberapa slide Power Point dan buku pegangan siswa (paket).

b. Jenis Media ICT yang Diterapkan

1) Media Power Point

Power Point yang ditayangkan guru pada materi Ekosistem dan

Perubahan Lingkungan diantaranya berjudul Ekosistem, Daur Ulang, dan

Lingkungan. Media ini merupakan media jadi, baik yang bersumber dari PSB,

hasil download maupun penerbit buku pegangan siswa.

Sebagian besar slide didominasi dengan visualisasi objek makhluk hidup

dalam bentuk foto dan gambar komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem.

Indikator yang terakomodasi yaitu guru tidak terpaku dengan materi yang

terdapat pada media Power Point dan mampu mengembangkanya sesuai dengan

pemahaman siswa. Selain itu, siswa juga tampak tertarik dan termotivasi dengan

adanya software tambahan berupa hyperlink dan iSpring.

46

39

a) Power Point 1 (Materi Ekosistem)

Power Point pertama yang ditampilkan guru saat observasi yaitu

Ekosistem. Narasi atau penjelasan isi slide terdapat pada slide ke-2 (satu slide

atau mencakup 5 % slide yang ditampilkan). Slide yang memuat gambar dan

tabel yaitu 15 slide (79 %) dan 3 slide (16 %), sehingga total 95 % berisi

gambar/ foto. Deskripsi isi slide dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.3 Deskripsi isi slide media Power Point 1 (Ekosistem) No.

Slide

Sub-judul

Slide Isi Slide Konten

1 Ekosistem Judul Ekosistem disertai foto faktor-faktor

penyusun ekosistem dan adaptasi

- Gambar

2 Tujuan

pembelajaran

Berisi tujuh tujuan yang ingin dicapai setelah

pembelajaran dilakukan (masih mengacu KTSP)

- Narasi

3 Pengertian

ekologi

Memuat pengertian ekosistem dan ekologi serta

ilustrasi ekosistem dan pencetusnya

- Gambar/

foto

4 Komponen

penyusun

ekosistem

(berdasarkan

sifatnya)

Memuat ilustrasi makhluk hidup dari tingkaan

individu hingga ekosistem (mencakup juga biosfer)

- Tabel

5 Adaptasi

makhluk

hidup

Ilustrasi contoh adaptasi morfologi, fisiologi, dan

perilaku dari kantung induk hewan kanguru, warna

kulit bunglon, dan migrasi pada ikan

- Gambar

6 Faktor biotik Mencantumkan ilustrasi tanah, air, gurun es, dan

sinar matahari

- Gambar

7 Komponen

penyusun

ekosistem

(berdasarkan

fungsinya)

Mencantumkan rantai makanan di daratan, yang

mencakup faktor biotik dan abiotik

- Gambar

8 Simbiosis

antar-

komponen

ekosistem

Memuat illustrasi contoh simbiosis mutualisme

(penyerbukan bunga oleh kupu-kupu), parasitisme

(pagar hidup yang membatasi gerak tanaman di

dekatnya), serta komensalisme (ikan paus dan ikan

pemakan sisa makanan)

- Gambar

9 Aliran energi

dan daur

biogeokimia

(rantai

makanan)

Berupa dua rantai makanan yang terjadi di darat

dan di laut, serta tambahan berupa kedudukan tiap

makhluk hidup dalam lingkungannya

(produsenkonsumen tingkat IV)

- Gambar

10 Jaring-jaring

makanan

Memuat ilustrasi jaring-jaring makanan pada

ekosistem darat dan air serta tambahan berupa

kedudukan tiap makhluk hidup dalam

lingkungannya (produsen primerkonsumen

sekunder dan tersier)

- Gambar

11 Tingkat trofik Memuat tangga kedudukan makhluk hidup dalam

lingkungannya (produsen karnivor II) yang

dikorelasikan dengan tingkatan-tingkatan trofik

- Tabel/

Grafik

tangga

12 Piramida

ekologi

Berupa piramida segitiga yang memuat urutan

kedudukan makhluk hidup yang dikorelasikan

dengan piramida energi

- Tabel/

Grafik

piramida

13 Daur nitrogen Berupa daur nitrogen, dari terbentuk, manfaat,

hingga terbentuknya kembali nitrogen

- Gambar

47

39

14 Daur fosfor Berupa daur fosfor, dari terbentuk, manfaat, hingga

terbentuknya kembali fosfor

- Gambar

15 Daur karbon Berupa daur karbon, dari terbentuk, manfaat,

hingga terbentuknya kembali karbon

- Gambar

16 Daur sulfur Berupa daur sulfur, dari terbentuk, manfaat, hingga

terbentuknya kembali sulfur

- Gambar

17 Kerusakan

lingkungan

Memuat foto hujan asam, kerusakan hutan, dan

pencemaran sungai

- Gambar/

foto

18 Upaya

pelestarian

lingkungan

Memuat foto tempat sampah yang dikelompokkan

sesuai jenisnya, pembuatan taman kota, dan

reklamasi pantai

- Gambar/

foto

19 Limbah dan

daur ulang

limbah

Mencantumkan ilustrasi penanggulangan limbah

rumah tangga, dari pengumpulan, pengelompokkan,

ditampung di pemilahan limbah untuk diolah

kembali, dan dilengkapi narasi

- Gambar

(kompos

isi

konten

hampir

sama)

Keterangan:

∑ Narasi : 1 slide (5 %)

∑ Gambar/ foto : 15 slide (79 %)

∑ Tabel/ grafik : 3 slide (16 %) 95 % gambar

∑ Total : 19 slide (100 %)

Sumber: Penelitian 2014

b) Power Point 2 (Materi Perubahan Lingkungan: Daur Ulang Limbah)

Power Point ke-2 yang ditampilkan guru selama observasi yaitu berjudul

Daur Ulang Limbah. Media ini memuat narasi dengan cakupan 60 % dari

keseluruhan slide (9 slide) dan gambar foto 33 % (5 slide). Sedangkan tabel/

grafik hanya mencakup 7 % atau satu dari keseluruhan jumlah slide. Power

Point ini didominasi oleh slide yang berisi narasi. Deskripsi isi slide dapat

dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.4 Deskripsi isi slide media Power Point 2 (Daur Ulang Limbah) No.

Slide Sub-judul Slide Isi Slide Konten

1 Penyusun (PSB-PSMA) Memuat logo Tut Wuri Handayani dan

tim penyusun, serta dilengkapi dengan

hyperlink ke slide-slide lainnya

- Gambar/

logo

2 Daur ulang limbah Memuat judul materi dan gambar-

gambar pendukung

- Gambar/

foto

3 Standar Kompetensi

(SK) dan Kompetensi

Dasar (KD)

Mencantumkan SK dan KD

pembelajaran (masih menyesuaikan

dengan kurikulum KTSP)

- Narasi

4 Indikator dan tujuan

pembelajaran

Memuat dua indikator dan tujuan yang

ingin dicapai siswa setelah pembelajaran

- Narasi

5 Daur ulang limbah Mencakup ruang lingkup daur ulang

limbah da jenis-jenisnya

- Narasi

6 Lanjutan slide ke-5 Memuat tentang upaya penanggulangan

limbah

- Narasi

7 - Memuat gambar pembagian jenis limbah - Gambar/

foto

8 Pengolahan limbah Memuat empat cara penanggulanagn - Narasi

48

39

organik limbah

9 - Memuat perbandingan sifat fisik dan

kimia antara bioplastik dengan

polipropilen

- Tabel

10 Hasil pengolahan limbah Memuat gambar-gambar kerajinan dari

limbah

- Gambar/

foto

11 Pembuatan kertas dari

limbah kertas

Memuat langkah-langkah daur ulang

limbah jenis kertas

- Narasi

12 Alat pembuatan kertas

dari limbah kertas

Memuat alur/ skema pembuatan kertas

dari limbah kertas

- Gambar/

foto

13 Latihan (contoh soal) Memuat soal pilihan ganda tentang

limbah rumah tangga

- Narasi

14 Lanjutan slide ke-13 Memuat soal pilihan ganda tentang

limbah B3

- Narasi

15 Sumber materi/ referensi Memuat referensi materi yang dijadikan

slide Power Point

- Narasi

Penyusun

Mencantumkan penyusun dan editor

media Power Point ‘Daur Ulang

Limbah’

-

Tanggungjawab penyusun dan

pengelola PSB-PSMA

Berisi tentang lepas tanggungjawabnya

pengelola website dari konten media

yang dibuat penyusun

-

Keterangan:

∑ Narasi : 9 slide (60 %)

∑ Gambar/ foto : 5 slide (33 %)

∑ Tabel/ grafik : 1 slide (7 %) 40 % gambar

∑ Total : 15 slide (100 %)

Sumber: Penelitian 2014

c) Power Point 3 (Materi Perubahan Lingkungan: Lingkungan)

Power Point ke-3 yang ditampilkan guru saat observasi berjudul

Lingkungan. Narasi atau penjelasan tiap slide terdapat pada 11 slide (79 % dari

keseluruhan slide yang ditampilkan). Slide yang memuat gambar/ foto yaitu

berjumlah satu slide (7 %). Sedangkan slide yang memuat dan tabel, masing-

masing berjumlah dua slide (14 %) sehingga slide berjudul Lingkungan ini

memuat lebih banyak narasi dibandingkan gambar maupun tabel. Deskripsi isi

slide dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.5 Deskripsi isi slide media Power Point 3 (Lingkungan) No.

Slide Sub-judul Slide Isi Slide Konten

1 Lingkungan Mencantumkan nama dan judul bab dan

hyperlink ke slide berikutnya

- Gambar/

foto

2 Kompetensi inti

(KI)

Mencantumkan empat kompetensi inti yang

disesuaikan dengan kurikulum 2013

- Narasi

3 Kompetensi dasar

(KD)

Mencantumkan dua kompetensi dasar untuk

materi lingkungan

- Narasi

4 Indikator Mencantumkan indikator yang harus dipenuhi

siswa setelah mengikuti pembelajaran

- Narasi

5 Pilihan materi Mencantumkan enam pilihan materi berikut

halaman dalam buku yang tercantum dalam

slide-slide berikutnya (mengandung

pendekatan sains)

- Narasi

6 Pengertian Mencakup pengertian lingkungan dan - Narasi

49

39

lingkungan dan

pencemaran

lingkungan

pencemaran

7 Macam-

macampencemaran

lingkungan

Berisi skema macam-macam pencemaran

lingkungan serta pengertian dan contoh-

contohnya (mengandung pendekatan sains)

- Tabel/

diagram

8 Perubahan

lingkungan

Mencakup faktor-faktor yangmempengaruhi

perubahan lingkungan

- Narasi

9 Pelestarian

lingkungan

Mencakup upaya pelestarian lingkungan,

pengertian limbah, serta contoh-contoh

limbah rumahtangga

- Narasi

10 Jenis-jenis limbah

dan penanganannya

Berisi tentang penjelasan dari limbah organik

dan anorganik serta penanganannya

(mengandung pendekatan sains)

- Tabel/

diagram

11 Menghayati dan

mengamalkan

perilaku ramah

lingkungan

Berisi tentang sikap dan perilaku ramah

lingkungan

- Narasi

12 Quiz Berisi pertanyaan yang harus dijawab siswa

secara lisan

- Narasi

Hyperlink

(iSpring)

13 Evaluasi Bab 10

(Lingkungan)

Isi slide mengarah pada tugas yang ada dalam

buku pegangan siswa (kerjakan evaluasi bab

10 halaman 329-330)

- Narasi

14 Tugas portofolio Isi slide mengarah pada tugas yang ada dalam

buku pegangan siswa (lihat halaman 330)

- Narasi

Keterangan:

∑ Narasi : 11 slide (79 %)

∑ Gambar/ foto : 1 slide (7 %)

∑ Tabel/ grafik : 2 slide (14 %) 21 % gambar

∑ Total slide : 14 slide (100 %)

Sumber: Penelitian 2014

2) Media Video

Video yang ditayangkan mencakup How Ecosystem Work: Energy Flow &

Nutrient Cycles, Tropical Rain Forest/ Hutan Hujan Tropis, serta Hutan Wisata

mata Kucing-Batam. Sama seperti halnya dengan media Power Point, ketiga

video ini merupakan media jadi yang berasal dari PSB, penerbit buku paket

(pegangan siswa), serta hasil searching dan download guru di internet.

Indikator yang terakomodasi yaitu guru mampu mengembangkan dan

menjelaskan isi tayangan serta menerjemahkan kalimat berbahasa Inggris yang

diucapkan narator. Guru juga mampu mengaitkan tayangan video dengan

peristiwa yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Nasihat untuk menjaga

lingkungan yang disampaikan guru merupakan bentuk implementasi nilai-nilai

kehidupan yang tercantum dalam Kompetensi Inti Kurikulum 2013 yang

bditerapkan saat ini.

50

39

a) Video 1 (How Ecosystem Work: Energy Flow & Nutrient Cycles)

Video berjudul How Ecosystem Work: Energy Flow & Nutrient Cycles

ini terdiri dari 38 pergantian gambar dokumentasi. Narasi hanya terdapat pada

tayangan awal yang berisi judul (3 % dari keseluruhan tayangan), sedangkan

37 tayangan selanjutnya berisi gambar berbagai ekosistem (97 %). Cuplikan

ketiga puluh tujuh tayangan tersebut diiringi dengan narator yang membantu

menjelaskan isi video dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Tabel 4.6 Deskripsi isi tayangan media Video 1 (How Ecosystem Work:

Energy Flow & Nutrient Cycles)

No.

Slide Sub-judul Slide Isi Tayangan Konten

1 How Ecosystem

Work: Energy

Flow & Nutrient

Cycles

-

- Narasi

2 -

Menayangkan ekosistem sabana dan stepa,

berikut populasi gajah, jerapah, dan rusa

- Gambar/

dokumentasi

3 -

Tampilan jerapah tengah mengunyah

rumput

- Gambar/

dokumentasi

4 -

Menayangkan populasi jerapah dan zebra - Gambar/

dokumentasi

5 -

Menayangkan rusa berlari di ekosistem

sabana pada tengah hari

- Gambar/

dokumentasi

6 -

Jerapah dan anoa beraktivitas di ekosistem

sabana

- Gambar/

dokumentasi

7 -

Anoa tengah meminum air di sungai dekat

padang rumput

- Gambar/

dokumentasi

8-11

-

Berurutan menayangkan ekosistem laut,

kanopi dari hutan hujan tropis, danau, dan

air sungai

- Gambar/

dokumentasi

12 -

Menayangkan populasi kambing liar di

padang rumput

- Gambar/

dokumentasi

13 -

Menayangkan serigala mencari mangsa - Gambar/

dokumentasi

14 -

Menayangkan harimau dan singa - Gambar/

dokumentasi

15 -

Menayangkan sekumpulan burung gagak

yang memakan bangkai

- Gambar/

dokumentasi

16 -

Menayangkan bangkai/ tulang hewan sisa

makanan gagak

- Gambar/

dokumentasi

17 -

Menayangkan ekosistem sabana - Gambar/

dokumentasi

18 -

Menayangkan tumbuhan jamur di hutan - Gambar/

dokumentasi

19 -

Menayangkan populasi kambing liar di

padang rumput pada musim dingin

- Gambar/

dokumentasi

20 -

Menayangkan kambing yang minum di

sungai

- Gambar/

dokumentasi

21 -

Menayangkan ekosistem sabana - Gambar/

dokumentasi

22 -

Menayangkan cahaya matahari sore

(sebagai komponen abiotik)

- Gambar/

dokumentasi

51

39

23 -

Menayangkan ekosistem gurun pasir - Gambar/

dokumentasi

24 -

Menayangkan hutan hujan tropis - Gambar/

dokumentasi

25 -

Menayangkan hujan di hutan hujan tropis - Gambar/

dokumentasi

26 -

Menayangkan tumbuhan yang ada di hutan

hujan tropis

- Gambar/

dokumentasi

27 -

Menayangkan ekosistem sabana - Gambar/

dokumentasi

28 -

Menayangkan suasana gurun pasir - Gambar/

dokumentasi

29 -

Menampilkan tumbuhan berdaun lebar di

hutan hujan tropis

- Gambar/

dokumentasi

30 -

Menayangkan jamur merang yang

menempel di pohon berkayu

- Gambar/

dokumentasi

31-33 -

Menayangkan tumbuhan dan danau di

hutan hujan tropis, dan pegunungan

- Gambar/

dokumentasi

34 -

Menayangkan kambing yang hidup di alam

bebas (ekosistem air sungai)

- Gambar/

dokumentasi

35 -

Menayangkan ekosistem sungai - Gambar/

dokumentasi

36 -

Menayangkan populasi gajah, jerapah dan

kambing liar di ekosistem sabana

- Gambar/

dokumentasi

37 -

Menayangkan populasi zebra di ekosistem

sabana

- Gambar/

dokumentasi

38 -

Menayangkan harimau dan singa yang

tengah mengintai mangsa

- Gambar/

dokumentasi

Keterangan:

∑ Narasi : 1 tayangan (3 %)

∑ Gambar/ dokumentasi : 37 tayangan (97 %)

∑ Total tayangan : 38 tayangan (100 %)

Sumber: Penelitian 2014

b) Video 2 (Tropical Rain Forest/ Hutan Hujan Tropis)

Video ke-2 berjudul Tropical Rain Forest atau Hutan Hujan Tropis ini

menampilkan 74 tayangan yang terdiri dari 28 tayangan (38 %) didominasi

oleh narasi dan 46 (62 %) tayangan lainnya didominasi oleh gambar. Video

dilengkapi dengan musik pengiring dan suara narator yang muncul pada

beberapa cuplikan/ tayangan.

Tabel 4.7 Deskripsi isi tayangan media Video 2 (Tropical Rain Forest/

Hutan Hujan Tropis) No.

Tayang

an

Sub-judul Slide Isi Tayangan Konten

1-6 22 Senior High

School , XI IS-5,

Geografi, Biosfer,

Tropical Rain

Forest, Heart of

the World

Pemandangan hutan hujan tropis di

berbagai belahan dunia dilihat dari udara,

mencakup lembah-lembah dan Sungai

Mississipi (diiringi dengan musik

pembuka)

- Narasi

(6 tayangan)

7 - Pertanyaan pembuka: Apa yang

dimaksud dengan Biosfer?

- Narasi

52

39

8 - Jawaban dari pertanyaan pada tayangan

sebelumnya: Biosfer adalah . . .

(pengertian biosfer)

- Narasi

9 - Diagram lingkaran yang memuat

hubungan antara atmosphere, ecosphere,

hydrosphere, lithosphere dalam

lingkupan biosphere (biosfer)

- Gambar

10 - Pertanyaan: Hutan hujan tropis itu apa

sih?

- Narasi

11 - Jawaban dari pertanyaan pada tayangan

sebelumnya: Hutan hujan Tropis adalah

. . . (pengertian hutan hujan tropis)

- Narasi

12 Tropical Rain

Forest

Gambar latar menunjukkan kondisi di

dalam hutan hujan tropis

- Narasi

13 - Pertanyaan: Ciri-ciri hutan hujan tropis

apa?

- Narasi

14 - Penjelasan empat ciri hutan hujan tropis - Narasi

15 - Ajakan untuk mengetahui lebih lanjut

tentang hutan hujan tropis (perjalanan

menuju hutan hujan tropis)

- Narasi

16 Google earth

HERO

Bola dunia (musik memelan dan mulai

diiringi narator yang memberi penjelasan

berbahasa inggris)

- Gambar

17 - Ekosistem dunia yang termasuk dalam

100 place to remember

- Gambar

18 - Visualisasi Borneo (Kalimantan) dilihat

dari bola dunia hingga difokuskan pada

hutan hujan tropis yang ada di dalamnya

(penjelasan nama pulau, lokasi, dan

negara menggunakan Bahasa Inggris)

- Gambar

19 - Kondisi hutan hujan tropis yang ada di

kawasan Pulau Kalimantan (nampak

monyet di atas pohon)

- Foto/

dokumentasi

20 - Penjelasan tentang hutan hujan tropis - Narasi

21 - Penjelasan rinci terkait lapisan-lapisan

vegetasi yang terdapat dalam hutan hujan

tropis (5 lapisan)

- Narasi

22-43 - Kondisi ekosistem dunia, diantaranya

menayangkan Sungai Amazone dan

Mississipi, air terjun, burung,

pegunungan, hutan hujan tropis, harimau,

populasi gajah, bunga, Raflesia arnoldii,

pohon salak, rotan, air payau, badak

bercula satu, danau, lintah, kantung

semar, paku-pakuan, tikus mondok, dan

tumbuhan berkanopi

- Foto/

dokumentasi

(22

tayangan)

44 Permasalahan

Hutan Hujan

Tropis

-

- Narasi

45-47

-

Penjelasan tentang berbagai

permasalahan yang menyangkut hutan

hujan tropis, terutama kerusakan yang

- Narasi

(5 tayangan)

53

39

terjadi di dalamnya

48-63

-

Menayangkan babi hutan, tumbuhan

tinggi dan berkanopi khas hutan hujan

tropis, trenggiling di atas pohon,

bunglon, iguana, salamander, tikus

mondok, populasi monyet, tumbuhan

paku-pakuan, anak beruang, tarsius, serta

berbagai makhluk yang hidup di kawasan

hutan hujan tropis lainnya

- Foto/

dokumentasi

(15

tayangan)

64 Pelestararian

hutan hujan tropis -

- Narasi

65-69

-

Ajakan-ajakan dan hal-hal yang dapat

diupayakan untuk melestarikan hutan

hujan tropis (menggunakan Bahasa

Inggris berikut translasinya dalam

Bahasa Indonesia)

- Narasi

(5 tayangan)

70-73

-

Menayangkan hutan hujan tropis berikut

komponen biotik dan abiotik yang ada di

dalamnya (pepohonan, kabut, serigala,

matahari, dan lainnya)

- Foto/

dokumentasi

(4 tayangan)

End

Tropical Rain Forest

22 Senior High School

Keterangan:

∑ Narasi : 28 tayangan (38 %)

∑ Gambar/ dokumentasi : 46 tayangan (62 %)

∑ Total tayangan : 74 tayangan (100 %)

Sumber: Penelitian 2014

c) Video 3 (Hutan Wisata Mata Kucing-Batam/ HWMK)

Video terakhir atau yang ke-3 berjudul Hutan Wisata Mata Kucing-

Batam/ HWMK. Video ini menampilkan 33 tayangan yang terdiri dari 4

tayangan (12 %) didominasi oleh narasi dan 29 (88 %) tayangan lainnya

didominasi oleh foto/ gambar/ dokumentasi. Video berupa dokumentasi

perjalanan wisata di HWMK-Batam ini dilengkapi dengan musik pengiring

tanpa narator.

Tabel 4.8 Deskripsi isi tayangan media Video 3 (Hutan Wisata Mata

Kucing-Batam/ HWMK) No.

Slide Sub-judul Slide Isi Slide Konten

1-3 Hutan Wisata

Mata Kucing,

Batam

Berurutan menayangkan kalimat: selamat

datang di Hutan Wisata Mata Kucing

(HWMK)-Batam Indonesia dengan latar

gambar ekosistem danau buatan

- Narasi

(3 tayangan)

4-5 - Kondisi lalu lintas menuju dan halaman

depan gapura HWMK

- Dokumentasi

(2 tayangan)

6 - Menayangkan mading berisi peta dan

sejarah HWMK

- Dokumentasi

54

39

7-9 Kolam ikan Ekosistem kolam ikan (di permukaan

kolam ditumbuhi banyak teratai)

- Dokumentasi

(3 tayangan)

10 -

Pagar kayu di tengah kolam ikan sebagai

bedeng/ pemisah

- Dokumentasi

11-12

-

Pohon salak, rotan, humus, serta

tumbuhan yang tumbuh di daerah berair

lainnya

- Dokumentasi

(2 tayangan)

13 - Pepohonan berkayu - Dokumentasi

14-19 Mini zoo Monyet-monyet di dalam kandang,

burung petengger, ayam, dan bangau

- Dokumentasi

(6 tayangan)

20 - Logo HWMK di dinding luar HWMK - Dokumentasi

21 - Populasi semut di permukan tanah - Dokumentasi

22 - Monyet bergelantungan bebas di pohon - Dokumentasi

23 Goa Mata Menayangkan goa (mirip iglo) dengan

bentuk kepala hewan dengan mata

berukuran besar di bagian kanopinya

- Dokumentasi

24 Jungle Track Menampilkan berbagai wahana

olaharaga di alam bebas

- Dokumentasi

25 -

Menampilkan tempat istirahat dan

mushola

- Dokumentasi

26 -

Menayangkan tupai yang aktif berlarian

mengelilingi bagian dalam kandang

- Dokumentasi

27 - Pepohonan di area HWMK - Dokumentasi

28 Camping

ground

Area yang bisa digunakan pengunjung

untuk mendirikan perkemahan

- Dokumentasi

29 Rest area +

mushola

Tempat istirahat para pengunjung

HWMK

- Dokumentasi

30 -

Kolam renang lengkap dengan berbagai

wahana air

- Dokumentasi

31 Parking area Area parkir kendaraan di HWMK - Dokumentasi

32 - Pepohonan di sekitar HWMK - Dokumentasi

33

-

Kalimat penutup berisi anjuran berikut:

Hutan Kita, Paru-paru Dunia. Mari Kita

Jaga dan Lestarikan Bersama (diselingi

foto kadal berwarna hijau)

- Narasi

Keterangan:

∑ Narasi : 4 tayangan (12 %)

∑ Gambar/ dokumentasi : 29 tayangan (88 %)

∑ Total tayangan : 33 tayangan (100 %)

Sumber: Penelitian 2014

c. Prinsip-prinsip Pemilihan Media

Berikut ini kriteria media ICT yang diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip

pemilihan media menurut Carey dkk dalam Sadiman (2003: 83), selain disesuaikan

dengan tujuan perilaku belajarnya. Media yang dianalisis meliputi media ICT yang

telah diterapkan guru sebagai penunjang terlaksananya pembelajaran berbantuan

media ICT.

55

39

Media-media yang digunakan guru mencakup Power Point, video, dan portal

website (untuk searching). Sedangkan alat penunjang berupa hardware yang

dianalisis meliputi komputer dan infocus. Kesesuaian media ICT yang diterapkan

dianalisis berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan media menurut Carey (Sadiman,

2003: 83).

Tabel 4.9 Matriks checklist jenis potensi media ICT yang digunakan

berdasarkan kriteria atau prinsip-prinsip pemilihan media

No. Jenis Media

ICT

Prinsip-prinsip Pemilihan Media

Ketersediaan

sumber

setempat

Dana,

tenaga dan

fasilitas

tersedia

Dapat

bertahan

untuk waktu

yang lama

Efektifias

biaya dalam

jangka waktu

yang panjang

Media Software

1. Power Point √ √ √ √

2. Video √ √ √ √

3. Web portal

(internet) dan

Wi-Fi

- √ √ √

Perangkat Hardware

5. Komputer

(notebook) √ √ √ √

6. LCD/ infocus √ √ √ √

Sumber: Penelitian 2014

Tahap pencarian data dan informasi penelitian dilanjutkan dengan

wawancara mendalam dengan Guru X sebagai subyek utama penelitian. Sedangkan

wawancara terhadap kepala sekolah, guru Biologi non-subyek, wakasek sarana dan

prasarana, serta guru TIK dijadikan sebagai sumber data sekunder. Pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan berdasarkan enam indikator kompetensi profesional guru

dalam memanfatkan TIK sebagai komunikasi dan pengembangan diri. Hasil

rekapitulasi wawancara terhadap guru subyek dan narasumber-narasumber lainnya

tersebut tercantum dalam tabel 4.9 berikut.

56

Tabel 4.9 Rekapitulasi data wawancara penelitian profil guru biologi dalam memanfaatkan media ICT INDI-

KATOR

PERTANYA-

AN No.

JAWABAN REDUKSI

DESKRIPSI/

CONCLUSI TEKS ASLI KATA KUNCI KONTEN

1

Apakah guru-

guru Biologi

pernah/ sering

menerapkan

media ICT

dalam

pembelajaran?

1. Iya (sering), tiap pertemuan kecuali

praktik. Paling sering Power Point dan

video (Guru X)

Sering

Tiap pertemuan,

kecuali praktik

Power Point

dan video

Sering Power Point

dan video Guru-guru Biologi telah

mengenal media

pembelajaran berbasis

ICT, terutama Power

Point, dan internet.

Penerapan Power Point

lebih sering

dimanfaatkan saat

pembelajaran di kelas,

sedangkan internet

seringditerapkan dalam

penugasan atau PR

2. Belum. Untuk tahun ini masih

menggunakan model charta dan gen

buatan sendiri. Penerapan media ICT

tahun depan, insya Allah (Guru Y).

Belum

Rencananya

diterapkan tahun

depan

Model charta

dan gen

Belum

menerapkan

Model charta

dan gen

3. Sering, media Power Point dalam

pembelajaran dan internet dalam

penugasan (Guru Z).

Sering

Saat pembelajaran

dan penugasan

Power Point

dan internet

Sering

Power Point

dan internet

2

Bagaimana

kemampuan

Guru Biologi

dalam

menggunakan

media ICT di

sekolah?

(Terutama

Bapak X, Y, dan

Z?

1 Semuanya sudah mahir ICT Mahir ICT ICT Mahir ICT

Guru X, Y, Z dan I

terampil menggunakan

komputer dan bisa

membuat media Power

Point. Tapi, yang paling

terampil yaitu Guru X

dan Z karena sering

mengikuti pelatihan

media ICT.

2 Secara keseluruhan bagus. Semuanya

sudah bisa menggunakan komputer dan

membuat Power Point (media presentasi).

Bagus Bisa

menggunakan

komputer dan

Power Point

Bagus Komputer dan

Power Point

3 Ketiga-tiganya terampil Semua Terampil Semua Terampil

4. Pak X dan Pak Z terampil, karena

keduanya sering mengikuti pelatihan

media ICT.

Terampil Pak X dan Pak

Z

Sering

mengikuti

pelatihan media

ICT.

Terampil Pelatihan

media ICT.

5. Pak Z yang paling pandai dalam bidang

IT. Tapi bukan berarti yang lainnya tidak

bisa. Pak X juga bisa. Mereka bisa, hanya

saja tidak semahir Pak Z. Pak X, Pak Y,

dan Bu I juga mampu menerapkan

Pandai bidang IT

Mampu

menerapkan

Pak Z

Pak X, Pak Y,

dan Bu IP

Pandai IT

Pembelajaran

berbasis ICT

Pak Z

Pak X, Y, dan

Ibu I.

57

pembelajaran berbasis ICT.

pembelajaran

berbasis ICT

3

Bagaimana

kondisi sarana

dan prasarana

pendukung

terselenggarany

a pembelajaran

berbasis ICT?

Apakah lab

komputer atau

Wi-Fi pernah

dimanfaatkan

dalam

pembelajaran

Biologi?

1. Masih belum memadai. Wi-Fi seringkali

lama, kecuali yang menggunakannya

masih sedikit, itu bisa. Kalau pas pelajaran

TIK atau pelajaran lainnya memanfaatkan

Wi-Fi, koneksinya jadi sulit. (Koneksi)

sebenarnya sampai ke ruang guru dan

kelas-kelas.

Belum memadai

Koneksi internet

menjangkau

seluruh sekolah

Koneksi Wi-Fi

lama

Kesulitan

koneksi internet

Belum

memadai

Menjangkau

seluruh

sekolah

Koneksi lama

Sulit ber-

internet

Kondisi sarana dan

prasarana pendukung

pembelajaran berbasis

ICT sudah cukup

memadai dan lengkap

meski masih terkendala

koneksi internet, namun

untuk sarana

laboratorium dan

perpustakaan yang

representatif masih

belum ada.

2. Kalau untuk ICT, sudah termasuk bagus.

Ada ruang laboratorium komputernya, ada

ruang PSB-nya, termasuk lengkap. Disini

sudah ada PSB (Pusat Sumber Belajar)

juga. Pelajaran-pelajaran lainnya bisa

memanfaatkan, tidak hanya (mata

pelajaran) TIK/ ICT.

Sudah memadai, jika ada yang rusak

langsung diperbaiki.

Bagus dan

lengkap

Sarana bisa

dimanfaatkan

siswa di semua

pelajaran

Dilengkapi

ruang lab

komputer dan

PSB

Sarana media

ICT sudah

memadai

Bagus

Bisa

dimanfaatkan

di semua

pelajaran

Ruang lab

komputer dan

PSB

Media ICT

sudah

memadai

3. Memadai, sudah ada sekitar 20 LCD dan

semua siswa bisa mengakses Wi-Fi.

Memadai 20 LCD dan

bisa diakses

semua siswa

Memadai 20 LCD dan

mudah diakses

4. Infocus sudah ada, tapi tidak di semua

kelas, mungkin sekitar 20-an.

Sudah dilengkapi

infocus

Sekitar 20-an Ada infocus 20 infocus

5. Belum, karena lab biologi yang

representatif masih belum punya. Kalau

alat standar lab sudah ada, hanya yang

representatif sedang mengusulkan. Lab,

Perpustakaan, lab bahasa, lab IPS itu

belum ada. Yang ada baru lab fisika dan

kimia. Ruang lab yang lama

dialihfungsikan sebagai ruang kesenian.

Belum memadai Masih belum

memiliki

laboratorium

sains yang

representatif

Belum

memadai

Laboratorium

sains belum

representatif

4 Apakah Kepala

sekolah pernah

1. Selama ini, ada (Kepala Sekolah) yang

pernah. Ada yang hanya melihat dari luar,

Pernah, tapi tidak

masuk ke kelas

Terkadang

diwakili oleh

Pernah

Terkadang

diwakili

Supervisi Kepala

Sekolah dilakukan

58

melakukan

supervisi

dengan

mengunjungi

kelas?

tidak masuk ke kelas. Terkadang Kepala

Sekolah menugaskan Wakasek Bidang

Kurikulum untuk melihat proses

pembelajaran di kelas-kelas tertentu.

Kepala Sekolah juga selalu memeriksa

silabus dan RPP tiap awal semester dan

tahun ajaran baru yang dibuat guru.

Kepala Sekolah

selalu memeriksa

silabus dan RPP

guru

Wakasek

Bidang

Kurikulum

Silabus dan RPP

guru

Memeriksa

RPP guru

Wakasek

Silabus dan

RPP guru

dengan cara

mengunjungi dan

mengamati proses

pembelajaran di kelas

kelas tertentu serta

dengan memeriksa

silabus dan RPP

sebelum digunakan

guru.

2. Pernah. Karena supervisi memang

merupakan program rutin, jadi sering

dilakukan.

Pernah, sering

dilakukan

Supervisi adalah

program rutin

Kepala Sekolah

Pernah Program rutin

Kepala

Sekolah

5

Siapakah yang

paling sering

mengikuti

pelatihan?

1. Yang rutin mengikuti pelatihan itu Pak Z

dan Pak X. Rutin dan sering keluar,

dikirim untuk mengikuti pelatihan-

pelatihan, baik itu pelatihan Biologi,

maupun pelatihan komputer.

Pelatihan media

ICT

Pak X dan Z Pelatihan

media ICT

Pak X dan Z

Semua guru pernah

mengikuti pelatihan,

dan yang sering

mengikuti pelatihan

media ICT adalah Pak

X dan Pak Z.

2. Dari kurikulum yang banyak. Paling Pak

X dan Pak Z

Banyak/ sering Guru Biologi

yang merangkap

Kurikulum (Pak

X dan Z)

Sering Pak X dan Z

3. Pak X sudah 3 kali. Di Lembang, Cimahi,

dan Cianjur.

Tiga kali Pak X Tiga kali Pak X

4. Pak Y sudah 2 kali Dua kali Pak Y Dua kali Pak Y

5. Pak Z sudah 4 kali Empat kali Pak Z Empat kali Pak Z

6. Semuanya pernah. Pak X dan Pak Z

sering. Pelatihan bagi guru-guru bukan

komputer saja tetapi bersinergi dengan

pelatihan lainnya juga. Contohnya dalam

kurikulum 2013 (yang cender

memanfaatkan IT, jadi semuanya

diikutsertakan. Tahun ini diadakan dua

kali. Namanya IHT (In House Training)/

Semua guru

pernah ikut

Bukan hanya

pelatihan

komputer, ada

IHT.

Pak X dan Z

paling sering

Dua kali

setahun

Semua guru

pernah ikut

Pelatihan

komputer dan

IHT

Pak X dan Z

Dua kali

setahun

59

implementasi kurikulum 2013, yang

nantinya menghasilkan produk berupa

RPP. Diadakannya di sekolah sampai

menghasilkan produk RPP tersebut.

6

Apakah Guru X

Biologi pernah

berupaya

membuat dan

mengembangka

n media ICT

untuk

diterapkan saat

pembelajaran?

1. Pernah, tapi baru Power Point yang

dimodifikasi, sebagian buatan sendiri,

sebagian lagi dari penerbit buku. Video

yang ditampilkan masih buatan orang lain.

Dulu pernah mencoba membuat video,

tapi belum pernah disampaikan ke siswa.

Ada keinginan untuk mengembangkan

media ICT seperti flashplayer atau yang

lainnya agar materi bisa disampaikan

dengan lebih baik ke siswa. (Guru X)

Pernah membuat

dan

mengembangkan

Power Point

dan video

(video buatan

sendiri belum

pernah

diterapkan)

Power Point

hasil modifikasi

antara buatan

sendiri dengan

buatan penerbit

buku

Ingin membuat

flashplayer

Pernah Power Point

dan video

Power Point

hasil

modifikasi

Ingin

membuat

flashplayer

Guru X (guru subjek

terpilih) sering

mengikuti pelatihan

pembuatan dan

pengembangan media

atau bahan ajar, lalu

menyosialisasikannya

ke guru-guru di

sekolah. Media yang

pernah dibuat,

dikembangkan, dan

diterapkan adalah

Power Point.

Sedangkan video

buatan sendiri belum

diterapkan dan

menerapkan video yang

telah jadi.

2. Ya, sering, sudah beberapa kali (guru

belajar bersama-sama). Karena guru yang

sering mengikuti pelatihan memang

dituntut untuk menyampaikan atau

menyosia-lisasikan di sekolahnya masing-

masing. Langsung, tidak lama setelah

mengikuti pelatihan di luar. Contohnya

Power Point, karena guru minimal harus

membiasakan menggunakan Power Point.

Sering, beberapa

kali sekolah

Sosialisasi guru

yang mengikuti

pelatihan

kepada guru-

guru di msing-

masing

Beberapa kali Sosialisasi

pengembanga

n media hasil

pelatihan

3. Sering, (sebagai sesama guru Biologi),

kadang-kadang kami saling share atau

pinjam (materi yang telah dibuat (Power

Point). Jadi saling melengkapi.

Sering, saling

melengkapi

Saling share

Power Point

Sering Saling share

Power Point

Sumber: Penelitian 2014

60

Pertanyaan pertama (indikator pertama) pada wawancara yang tercantum

dalam tabel data rekapitulasi wawancara di atas berkaitan dengan penerapan media

ICT dalam pembelajaran Biologi. Jawaban yang diperoleh dari narasumber yaitu

guru-guru Biologi telah mengenal media pembelajaran berbasis ICT, terutama

Power Point, dan internet.

Penerapan Power Point sering dimanfaatkan saat pembelajaran di kelas,

sedangkan internet sering diterapkan dalam penugasan atau PR (pekerjaan rumah).

Kurtilas yang kini diberlakukan di SMAN 1 Jatiwangi mendorong guru-guru untuk

lebih meningkatkan kompetensi mengajar, termasuk pengetahuan tentang teknologi

pendidikan yang mendifusi dalam tiap mata pelajaran, seperti pemanfaatan media

pembelajaran berbasis ICT.

Menurut narasumber, kemampuan Guru Biologi terkait penggunaan media

ICT (indikator ke-2) adalah mampu dan terampil menggunakan komputer serta

membuat media Power Point. Antara guru X, Y, Z dan I, yang paling terampil yaitu

Guru X dan Z karena sering mengikuti pelatihan atau diklat, baik itu berkaitan

dengan pengembangan bahan ajar media ICT, maupun keprofesionalan guru.

Sedangkan guru-guru lainnya sering mengikuti pelatihan keprofesian umum yang

rutin diselenggarakan secara umum untuk seluruh guru.

Indikator ketiga mengenai kondisi sarana dan prasarana pendukung

pembelajaran berbasis ICT. Fasilitas penunjang pembelajaran berbasis media ICT

cukup memadai dan lengkap meski masih terkendala koneksi internet. Wakasek

sarana dan prasarana menambahkan fasilitas berupa PSB (Pusat Sumber Belajar)

yang disediakan untuk digunakan siswa dalam mencari bahan untuk tugas.

Menurut guru TIK, keberadaan PSB belum optimal dimanfaatkan oleh

siswa dan sering dimanfaatkan guru-guru untuk menambah sumber atau bahan ajar.

Sedangkan fasilitas lainnya seperti laboratorium praktik dan perpustakaan yang

representatif masih belum ada. Pengalihfungsian laboratorium lama (Biologi, Fisika

dan Kimia) menjadi ruang kesenian dan pindahnya ketiga laboratorium tersebut

turut mempengaruhi fungsi dan fasilitas laboratorium praktik yang belum optimal.

Supervisi kepala sekolah (indikator keempat) dilakukan dengan cara

mengunjungi dan mengamati proses pembelajaran di kelas-kelas tertentu serta

dengan cara memeriksa silabus dan RPP sebelum digunakan guru. Pengumpulan

silabus dan RPP dapat dilakukan guru tiap semester atau pergantian tahun ajaran

baru. Kunjungan kelas tidak dapat dilakukan kepala sekolah secara rutin sehingga

61

sering digantikan oleh wakasek. Melalui wawancara ini, indikator kunjungan

kepala sekolah menjadi terakomodasi.

Pertanyaan untuk indikator kelima berkaitan dengan keikutsertaan Guru X

dalam pelatihan media berbasis ICT. Semua guru pernah mengikuti pelatihan dan

yang sering mengikuti pelatihan media ICT adalah Pak X dan Pak Z. Selain

dikarenakan pernah mengampu mata pelajaran TIK, Guru X juga pernah menjadi

wakasek sehingga sering dijadikan wakil sekolah untuk mengikuti berbagai

pelatihan, terutama yang berkaitan dengan pengembangan bahan ajar berbasis ICT.

Dua dokumen berupa sertifikat pelatihan komputer dan bahan ajar ICT menjadi

data sekunder yang mendokumentasikan keikutsertaan Guru X dalam pelatihan

tersebut (Lampiran J).

Guru X sebagai subjek terpilih sering mengikuti pelatihan pembuatan dan

pengembangan media atau bahan ajar, lalu menyosialisasikannya ke guru-guru di

sekolah. Media yang pernah dibuat, dikembangkan, dan diterapkan adalah Power

Point. Video yang sering ditayangkan untuk mengiringi media Power Point

merupakan hasil download melalui internet. Guru X pernah membuat video, namun

belum pernah diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

3. Deskripsi Respon Siswa terhadap Penerapan Media ICT dalam Pembelajaran

Tahap perolehan data berikutnya ditempuh melalui penyebaran angket respon

siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran berbasis ICT yang

diterapkan guru. Angket yang disebar merupakan angket yang telah diuji coba pada

kelas yang setara, kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya (Lampiran E1 dan E2).

Berikut ini data dalam bentuk tabel dan grafik yang diperoleh berdasarkan hasil sebaran

angket respon siswa terhadap aktivitas guru dalam penerapan media pembelajaran

berbasis ICT.

Tabel 4.10 Data rekapitulasi hasil angket respon siswa kelas X MIPA/ MIA 2

terhadap Guru X dalam pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT

No. Pilihan Jawaban Persentase

1. Selalu 16,5 %

2. Sering 46,5 %

3. Jarang 25,4 %

4. Tidak Pernah 11,5 %

Total 99,9 %

Sumber: Penelitian 2014

62

Berdasarkan tabel rekapitulasi angket di atas, jawaban rata-rata tertinggi siswa

adalah ‘Sering’, yaitu sebesar 46,5 %. Selanjutnya 25 % untuk jawaban ‘Jarang’, 16,5

% untuk jawaban ‘Selalu’, dan 11,5 % siswa menjawab ‘Tidak Pernah’. Sedangkan

persentase untuk siswa yang mengosongkan pilihannya yaitu 0,1 %. Persentase

tingkatan setiap pilihan jawaban siswa terhadap angket yang disebar dapat dilihat juga

pada grafik 4.1 berikut.

Grafik 4.1 Data rekapitulasi hasil angket respon siswa terhadap Guru X dalam

pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT

Tabel dan grafik di atas juga menunjukkan bahwa pilihan jawaban ‘Sering’

tertinggi terdapat pada 17 dari 25 item pernyataan (Lampiran G). Tujuh belas

pernyataan tersebut meliputi penerapan media ICT dan perasaan positif siswa terhadap

pembelajaran dengan media ICT. Guru sering menerapkan pembelajaran ICT,

menguasai, terampil, dan tidak mengalami kesulitan dalam penerapannya. Siswa juga

merasa termotivasi dan terpacu untuk aktif dalam pembelajaran.

Persentase tertinggi berikutnya yaitu ‘Jarang’, sebesar 25,4 %. Empat dari 25 item

pernyataan, paling banyak dijawab siswa dengan jawaban ini. Pernyataan-pernyataan

tersebut mencakup apersepsi dan motivasi melalui tampilan media ICT, hubungan

penerapan media ICT dengan nilai mata pelajaran, serta penguasaan konsep oleh siswa

setelah pembelajaran.

Empat item lainnya yang didominasi jawaban ‘Tidak Pernah’ mencakup

pemanfaatan fasilitas (sarana dan prasarana) sekolah sebagai penunjang pembelajaran

63

berbasis ICT serta materi online. Rata-rata siswa yang memilih jawaban ini yaitu

sebesar 11,5 %. Selanjutnya untuk pilihan jawaban ‘Selalu’ dengan total 16,5 %, tidak

didominasi dalam item manapun (rata), serta siswa yang tidak menjawab yaitu 0,1 %.

Kompetensi profesional guru selanjutnya dianalisis berdasarkan

keterakomodasian indikator-indikator pendukungnya, baik yang terakomodasi maupun

yang tidak. Perhitungan dilakukan terhadap keseluruhan data yang diperoleh, yaitu dari

observasi pembelajaran, wawancara, dan penyebaran angket. Pendalaman perhitungan

hasil dilakukan untuk menghindari generalisasi hasil penelitian. Hasil perhitungan

tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11 Analisis keterakomodasian indikator profil Guru Biologi dalam

memanfaatkan media ICT berdasarkan lembar observasi, rekapitulasi hasil

wawancara, dan angket

No. Indikator Relevansi dan Kesesuaian dengan Indikator

Terakomodasi Tidak Terakomodasi

1. Memanfaatkan TIK dalam Berkomunikasi

a. Memanfaatkan media ICT

dalam pembelajaran √ -

b. Kualitas penguasaan dan

penjelasan materi √ -

c. Memanfaatkan fasilitas

penunjang pembelajaran

berbasis ICT

√ -

2. Memanfaatkan TIK untuk Pengembangan Diri

a. Supervisi Kepala Sekolah - √

b. Keikutsertaan dalam pelatihan

media ICT √ -

c. Membuat dan mengembangkan

media ICT √ -

Jumlah (%) 5 1

Sumber: Penelitian 2014

Hasil dan keterangan:

Persentase terakomodasi = x 100 % = 83 %

Persentase tidak terakomodasi = x 100 % = 17 %

B. Pembahasan

1. Analisis Profil Guru Biologi Berdasarkan Observasi Awal

Berdasarkan data hasil observasi awal yang diperoleh melalui pengisian formulir

biodata oleh guru-guru Biologi, wawancara awal, serta pengamatan pembelajaran

selama berlangsungnya mata pelajaran Biologi, maka diperoleh data mengerucut yang

mengarah pada salah satu guru biologi yang selanjutnya dijadikan subyek penelitian.

64

Indikator-indikator kompetensi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis

ICT menjadi tolok ukur dalam pemilihan subyek penelitian tersebut.

Wawancara awal kepada Guru X, Y, dan Z yang dilakukan sebagai bentuk

penelitian pendahuluan untuk menentukan subjek penelitian, menghasilkan data bahwa

Guru X memiliki pengalaman mengajar paling lama meskipun bukan guru tertua (27

tahun hingga saat ini). Aspek ini dianggap penting mengingat pengalaman mengajar

seorang guru turut mempengaruhi pengalamannya dalam memanfaatkan dan melakukan

inovasi dari berbagai jenis media pembelajaran, termasuk media ICT. Selain mata

pelajaran Biologi, guru X pun pernah mengampu mata pelajaran TIK sehingga

memungkinkan guru untuk memiliki pengetahuan lebih dalam mengenai media ICT

serta menjadi kelebihan bagi guru X untuk menerapkan media pembelajaran berbasis

ICT untuk mata pelajaran selain TIK.

Aspek kedua yang diamati selama observasi maupun wawancara awal yaitu jenis-

jenis media yang digunakan dalam pembelajaran. Guru X dan guru Z telah menerapkan

media software ICT jenis Power Point dalam pembelajaran serta internet dalam

penugasan. Siswa diminta untuk mencari dan mempelajari melalui internet, materi yang

akan di pelajari pada pertemuan berikutnya. Media lainnya yang diterapkan guru X saat

proses pembelajaran berlangsungyaitu video.

Media Power Point mampu menjembatani komunikasi antara guru dan siswa,

sebagaimana fungsinya yang dinyatakan Daryanto (2010: 157), bahwa Microsoft Power

Point merupakan salah satu program berbasis multimedia yang dirancang khusus untuk

menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan,

pendidikan, maupun perorangan sehingga mampu menjadikannya sebagai media

komunikasi yang menarik.

Selama observasi awal (materi Kingdom Animalia-Invertebrata), guru X sering

menampilkan media Power Point sebagai alat bantu penyampaian informasi kepada

siswa. Metode diskusi kelompok dan tanya jawab membuat siswa ikut berpartisipasi

aktif dalam pembelajaran. Selain itu, pemutaran video membuat siswa tampak antusias

dan tidak mengobrol. Sedangkan guru Y, menyatakan akan mulai menerapkan media

ICT di tahun ajaran berikutnya. Sebagai media pengganti, saat ini guru Y masih

menggunakan media non-ICT buatan sendiri berupa berbagai model charta dan gen.

Proses pembelajaran di kelas guru Y tetap berlangsung efektif dan aktif, karena guru

mengolaborasikannya dengan diskusi kelompok sehingga siswa dilibatkan secara

langsung untuk turut berperan aktif dalam pembelajaran.

65

Aspek selanjutnya yaitu keikutsertaan dalam pelatihan atau workshop yang

berkaitan dengan pengembangan kompetensi mengajar guru. Semua guru Biologi

termasuk Guru X, Y, Z, dan I, terampil mengoperasikan komputer dan mampu

membuat media Power Point. Guru X dan Z sering mewakili sekolah untuk dikirim

menjadi delegasi seminar atau pelatihan pengembangan bahan ajar, media, maupun

yang berkaitan dengan keprofesian. Media-media tersebut sebagian besar telah

diterapkan dalam pembelajaran Biologi. Namun demikian, ketiga Guru Biologi tersebut

memiliki keinginan untuk membuat, mengembangkan serta menerapkan media

pembelajaran berbasis ICT sebagai penunjang proses pembelajaran, (Tabel 4.1).

Guru X juga memiliki pengalaman organisasi keguruan, yaitu tergabung sebagai

anggota PGRI. Guru X pernah memegang jabatan sebagai sekertaris di PGRI wilayah

Majalengka selama satu periode (1998-2003). Pengalaman mengajar dan berorganisasi,

secara tidak langsung mampu membentuk karakter guru sebagai seorang pengajar

sekaligus pendidik. Kriteria guru menurut pandangan Imam Al-Ghazali dalam Ihya

Ulumudin harus mencakup cerdas, sempurna akal, baik akhlaknya, dan kuat fisiknya.

Ketiga kriteria tersebut membantunya menguasai ilmu pengetahuan secara mendalam,

menjadi teladan bagi anak didiknya, serta mampu melaksanakan tugasnya sebagai

pengajar, pendidik, dan pengarah anak didiknya, (Irfan, 2012: 135).

Hasil observasi awal dengan mengikuti lima kali pembelajaran di kelas guru X, Y,

dan Z menunjukkan kredibilitas data dari wawancara awal, yakni guru X selalu

menggunakan media berbasis ICT seperti Power Point dan video pembelajaran yang

disertai observasi di lingkungan sekolah, guru Y selalu memanfaatkan media charta dan

torso yang dikolaborasikan dengan metode diskusi kelompok, serta guru Z selalu

memanfaatkan media Power Point, (lihat tabel 4.1).

Guru Biologi yang mengajar kelas XII IPA telah menyampaikan semua materi

untuk kelas XII sehingga dipilih menjadi narasumber untuk diwawancara sebagai guru

biologi non-subjek. Selain kepala sekolah dan wakasek bidang kurikulum yang

mengurus perizinan penelitian, Guru I merupakan salah satu gatekeeper (Bungin, 2008),

yaitu orang yang pertama menerima di lokasi objek penelitian yang dapat memberi

petunjuk tentang siapa yang dapat diwawancarai atau diobservasi dalam rangka

memperoleh informasi tentang subyek penelitian. Selain Guru I, wawancara awal juga

dilakukan terhadap Kepala sekolah dan wakasek 2.

Profil Guru X selanjutnya akan dikaji dan dianalisis, terutama berkaitan dengan

pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran Biologi. Profil guru yang ditinjau dari

66

salah satu indikator kompetensi profesional, yaitu aspek pemanfaatan TIK/ ICT dalam

komunikasi pembelajaran dan pengembangan diri.

Observasi pembelajaran awal di kelas dilakukan terhadap Guru X yang mengajar

di enam kelas, yaitu X MIPA/ MIA1-6 (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam);

Guru Y yang mengajar di dua kelas, yaitu XI IPA 1-2 (Ilmu Pengetahuan Alam); serta

Guru Z yang mengajar di kelas XI IPA 3-5. Selama observasi awal tersebut, terdapat

konsistensi penerapan media.Guru X sering menerapkan pembelajaran berbasis ICT

berupa Power Point dan video. Kemudian pertemuan-pertemuan selanjutnya

disesuaikan dengan RPP, seperti menerapkan observasi lingkungan sekitar sekolah

untuk kemudian didiskusikan di kelas.

Guru Y yang belum menerapkan media ICT, memanfaatkan berbagai alat peraga,

charta, dan metode diskusi. Pada materi Sistem Ekskresi, siswa kelas XI IPA

melakukan praktikum Uji Urin di laboratorium. Sedangkan guru Z, sering

memanfaatkan media Power Point yang dikolaborasikan dengan ceramah. Berdasarkan

berbagai pertimbangan atas pemenuhan aspek-aspek di atas, maka guru X dipilih

sebagai subyek penelitian. Nama subjek dinyatakan dengan huruf ‘X’, untuk menjaga

nama baik subyek.

Berdasarkan profil isian dan uji konfirmabilitas terhadap lembar profil isian yang

dilakukan, Guru X lahir di Majalengka pada tanggal 12 Agustus 1964. Hingga saat ini

tinggal di Majalengka, tepatnya di Desa Andir RT 002 RW 004 Dusun

Pahing,Kecamatan Jatiwangi. Saat ini, Guru X telah dikaruniai 2 putra dan 1

putri.Kalimat ‘Hidup adalah Perjuangan’ menjadi motto hidup Guru X.

Riwayat pendidikan SD hingga SMA Guru X dialami di Majalengka, yaitu di

SDN 1 Cijati dari tahun 1971 hingga tahun 1977. Segera setelah itu, masih pada tahun

yang sama, melanjutkan pendidikan ke Majalengka Kota, yaitu di SMPN 1 Majalengka

Kabupaten dan lulus tahun 1980. Kemudian melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya

yang terletak tidak jauh dari sekolah asal, di SMAN 1 Majalengka. Setelah lulus SMA,

Guru X melanjutkan pendidikan di IKIP Bandung mengambil konsentrasi Pendidikan

Biologi tingkat Diploma III, hingga lulus tahun 1986. Tahun berikutnya (1987) hingga

sekarang, Guru X mengajar di SMAN 1 Jatiwangi, tempat mengabdi dan mengamalkan

ilmu yang telah diperoleh. Tahun 1991, Guru X melanjutkan pendidikan Strata-1 di

tempat yang sama seperti saat mengambil pendidikan tingkat Diploma, lulus tahun

1993.

67

Pengalaman organisasi Guru X yaitu pernah diamanahi jabatan sebagai sekertaris

PGRI se-Majalengka selama satu periode (lima tahun), yaitu 1998-2003. Guru X masih

aktif sebagai tim MGMP dan anggota pengurus PGRI sampai 2014. Berdasarkan hasil

perolehan data awal tersebut, maka guru X merupakan profil guru dan fasilitator yang

tepat untuk dipilih menjadi subjek penelitian untuk diamati pembelajarannya di dalam

kelas, terutama saat memanfaatkan media pembelajaran berbasis ICT, baik sebagai

bentuk komunikasi (pembelajaran di kelas dan penugasan/ PR) maupun sebagai

pengembangan diri.

2. Analisis Profil Guru Berdasarkan Penerapan Media Pembelajaran Berbasis ICT

Penelitian lapangan untuk memperoleh data lebih lengkap diawali dengan

observasi lanjutan yang didokumentasikan menggunakan kamera digital. Keberadaan

peneliti diupayakan tidak mengganggu proses pembelajaran dan berusaha memosisikan

diri sebagai peserta sebagai pengamat (participant as observer) yang merupakan salah

satu jenis pengamat menurut kategori Denzin dalam Mulyana (2006: 176), yaitu

membiarkan kehadiran sebagai peneliti dan mencoba membentuk serangkaian

hubungan dengan subjek sehingga mereka berfungsi sebagai responden dan informan.

Observasi di kelas X MIA/ MIPA 2 dilakukan sebanyak lima kali, termasuk

observasi awal. Hasil observasi ke-2 dan ke-5 selanjutnya menjadi bahasan utama

penelitian, yaitu pertemuan ke-2 materi Ekosistem dan pertemuan ke-5 materi

Perubahan Lingkungan.

Kompetensi inti ke-5 dalam Kompetensi Profesional Guru yang tercantum dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 16 Tahun 2007 tentang kompetensi profesional

guru dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, dikembangkan menjadi

enam indikator yang dibagi kembali ke dalam 25 aktivitas guru. Aktivitas-aktivitas ini

diamati tiap 15 menit selama berlangsungnya proses pembelajaran untuk kemudian

dijadikan bahasan utama penelitian, selain data yang diperoleh dari wawancara

mendalam dan penyebaran angket.

Data observasi 1 dan 2 yang terdapat dalam tabel 4.2 menunjukkan bahwa guru

telah menerapkan media ICT jenis Power Point dan video di kelas. Berdasarkan

Kurikulum 2013 yang telah diberlakukan di SMAN 1 Jatiwangi, maka jam pelajaran

untuk mata pelajaran Biologi berlangsung selama tiga (3) jam pelajaran atau 135 menit

tiap pekannya.

68

Pembelajaran Biologi di Kelas X MIA/ MIPA 2 berlangsung di kelas dengan

materi pokok berjudul Ekosistem. Guru memanfaatkan media ICT berupa Power Point

dan video. Indikator pertama yaitu memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran yang

terbagi dalam enam aktivitas (a sampai f). Aktivitas dalam observasi 1 yang dilakukan

guru selama 15 menit pertama yaitu: menyampaikan tujuan, indikator, serta

menginformasikan konsep yang akan dipelajari melalui media ICT, serta

mengondisikan siswa dengan apesepsi.

Guru selalu mengabsen dan mengondisikan kelas dengan apersepsi sambil

menunggu proses pemasangan infocus oleh siswa. Proses pemasangan infocus tidak

memerlukan waktu lama karena guru telah membawanya saat memasuki kelas. Selain

menulis judul materi di papan tulis, melalui halaman awal slide yang ditampilkan pun

secara tidak langsung guru menginformasikan konsep yang akan dipelajari. Hal ini

dikarenakan adanya judul Ekosistem yang disertai gambar makhluk hidup dan

lingkungan pendukung terbentuknya ekosistem dalam slide Power Point tersebut.

Guru memberikan pertanyaan yang bersifat menggali kembali pengetahuan siswa

atau informasi yang telah dijelaskan guru pada pertemuan sebelumnya sebagai bentuk

apersepsi. Menurut Berlo (1960) dalam Susilana dan Riyana (2007: 4), komunikasi

pembelajaran akan berjalan efektif jika ditandai dengan adanya ‘area of experience’

atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan. Saat

menjelaskan tiap konsep, guru selalu melakukan brainstorming (mencari tahu

pengetahuan awal siswa). Hal ini disesuaikan dengan Kurikulum 2013 yang

menetapkan guru sebagai fasilitator, bukan lagi sebagai satu-satunya sumber informasi.

Metode ini juga memunculkan kondisi active learning. Siswa termotivasi untuk mencari

terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai. Menurut Ariani (2010: 171), penggunaan

komputer dan internet dalam pendidikan pada masa kini memiliki nilai tambah yang

baik, dimana pola interaksifitas siswa sangat tinggi. Adanya interaksi ini juga

menunjukkan feedback dari komunikasi pembelajaran yang berlangsung, Susilana dan

Riyana (2007: 3).

Penggunaan media ICT sesuai silabus, RPP dan kurikulum yang berlaku serta

menerapkan pembelajaran e-learning dan active learning dilakukan guru sejak menit

pertama hingga menit ke-75. Guru berkomunikasi dengan siswa melalui pemanfaatan

media ICT ini. Guru pun mencantumkan salah satu cuplikan slide ke dalam RPP (pada

jawaban soal sebagai alat penilaian), yaitu aliran energi dan daur biogeokimia. Kondisi

ini dapat dilihat dari seringnya guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebelum

69

menjelaskan suatu konsep (brainstorming) atau substansi materi yang sebagian besar

ditampilkan slide dalam bentuk gambar, bagan (skema), dan siklus seperti jaring-jaring

dan rantai makanan serta daur-daur biogeokimia sehingga siswa siswa selalu diajak

untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Meski dalam wawancara Guru X

mengatakan bahwa Kelas MIPA/ MIA 2 termasuk dalam kategori kelas tengah atau

siswa dengan kecerdasaan rata-rata sama, namun dengan pemanfaatan media Power

Point ini, guru mampu membuat seluruh siswa aktif dan tercipta pembelajaran yang

kondusif.

Guru selalu melakukan pengacakan nama siswa yang akan ditanya. Jika siswa

yang ditanya tidak mampu menjawab atau memberi jawaban yang kurang tepat, maka

siswa lain diperbolehkan menyempurnakan jawaban siswa sebelumnya sehingga dalam

proses pembelajaran ini, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing

secara kompetitif. Slide yang ditampilkan dalam bentuk gambar tersebut memudahkan

siswa untuk menjawab. Kemudian guru memberi konfirmasi terhadap jawaban siswa

tersebut. Siswa terdorong untuk aktif dalam pembelajaran sehingga tidak hanya

mengarahkan pada e-learning, melainkan pembelajaran aktif (active learning) juga.

Aktivitas yang tidak terakomodasi dari indikator pertama yaitu menyampaikan

tujuan dan indikator dalam media ICT serta tidak mencantumkan tabel isi program

media ICT dalam RPP. Guru tidak menjelaskan ulang tentang tujuan dan indikator

pembelajaran yang sebenarnya ditampilkan di halaman awal slide Power Point, tetapi

karena bukan pertemuan pertama untuk materi Ekosistem, maka guru langsung

memberikan penjelasan untuk slide berikutnya yang merupakan lanjutan materi pada

pertemuan sebelumnya. Sedangkan tabel isi program media ICT diganti dengan salah

satu bagan materi yang tercantum dalam salah satu slide Power Point, (Lampiran I1).

Indikator ke-2 berkaitan dengan kualitas penguasaan dan penjelasan materi

berbantuan media ICT. Seluruh aktivitas guru (sebelas aktivitas, diberi simbol berupa

huruf g sampai q) dapat teramati dalam 15 menit pertama hingga terselesaikannya

materi Ekosistem (75 menit). Guru menjelaskan materi dengan kalimat dengan

artikulasi yang tepat dan jelas. Selain itu, guru mengulang kembali jawaban siswa untuk

memberi penguatan (reinforcement) sehingga dapat menghindari penafsiran ganda atau

miskonsepsi oleh siswa.

Sebelum guru memberi penguatan, guru memberi kesempatan pada siswa lainnya

untuk merespon atau menambahkan jawaban dari siswa sebelumnya. Guru sering

mengaitkan pertanyaan dengan ilustrasi yang ditampilkan dalam slide PowerPoint.

70

Siswa diminta menginterpretasikan gambar atau bagan (misal, jaring-jaring atau rantai

makanan). Pemanfaatan media ICT berupa Power Point ini membuat siswa memperoleh

kesempatan yang sama untuk berpikir dan mencari tahu mengenai konsep tersebut.

Guru tidak terpaku pada media ICT karena substansi materi yang disampaikan

dengan bantuan media ICT dalam bentuk gambar dan bagan, dengan konsep yang

mampu dikembangkan oleh guru secara kontekstual. Selain memanfaatkan media

elektronik (teknologi ICT), guru juga memanfaatkan peralatan konvensional seperti

white board sehingga mobile dan tidak berada di tempat yang sama selama

pembelajaran berlangsung.

Guru juga tidak mengalami kesulitan dalam mengoperasikan komputer (notebook)

dan menampilkan media sesuai dengan tujuan dan karakteristik siswa. Hal ini dapat

dilihat dari sebagian besar siswa yang aktif dan berusaha menjawab ketika diberi

pertanyaan. Setelah itu, guru memberi penjelasan dan reinforcement (penguatan)

terhadap jawaban siswa. Guru selalu memberi reward berupa pujian atau ucapan

terimakasih terhadap siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar.

Media alternatif pengganti yang juga berfungsi sebagai kolaborasi media ICT

terdapat dalam RPP yaitu diskusi kelompok, tanya jawab, dan observasi lingkungan

sekolah. Ketika mengalami hambatan dalam pemanfaatan media (seperti listrik yang

mati), media pengganti bisa diterapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Irfan (2012: 35)

yang menyatakan bahwa manjadi guru memang akan dihadapkan pada suatu kenyataan

di lapangan yang berbeda dengan teori, sehingga guru perlu memiliki metode atau

media alternatif jika media yang tercantum dalam RPP tidak dapat diterapkan.

Media Power Point dan video yang diterapkan sesuai dengan indikator, bahan

ajar, dan materi yang disampaikan. Guru tidak mengalami kesulitan dalam

menggunakan komputer dan infocus sehingga tidak ada hambatan dalam menyampaikan

materi pada siswa. Pertanyaan yang diberikan pada siswa pun selalu dikaitkan dengan

materi dalam slide sehingga siswa didorong untuk berpikir dan aktif dalam

pembelajaran.

Keberadaan media, dalam hal ini Power Point maupun video yang diterapkan,

mampu menampilkan objek pembelajaran yang sulit untuk diamati secara langsung.

Selain itu, objek yang terkadang sulit dijelaskan dengan bahasa verbal, bisa dengan

mudah dijelaskan secara detail melalui slide tentang obyek yang tengah dipelajari

tersebut. Hal ini membantu siswa memahami informasi karena objek yang dipelajari

dalam materi Ekosistem mencakup dunia luas (seperti ekosistem hutan, sawah, dan

71

lainnya) yang tidak dapat dipelajari dalam waktu singkat di lingkungan sekolah atau

kelas. Media Power Point dan video yang menampilkan variasi gambar pun dapat

membuat siswa termotivasi untuk belajar mandiri saat diberi tugas atau PR, karena

informasi dan materi yang dipelajari bisa diakses di luar pembelajaran sekolah, seperti

melalui internet dan buku, (Lampiran H1).

Media yang diterapkan merupakan hasil modifikasi dari media ICT yang telah ada

agar lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Sedangkan

dalam pemanfaatan sarana, guru tidak mengadakan pembelajaran di laboratorium

komputer atau PSB. Media hasil modifikasi merupakan salah satu karya inovatif Guru

X dapat disebut sebagai upaya pengembangan kompetensi diri. Karya inovatif adalah

salah satu dari 3 (tiga) Kegiatan PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan),

disamping pengembangan diri dan publikasi ilmiah. Kegiatan PKB yang berupa karya

inovatif terdiri dari 4 (empat) kelompok, yaitu menemukan teknologi tepat guna (karya

sains/ teknologi), menemukan/ menciptakan karya seni, membuat atau memodifikasi

alat pelajaran/ peraga/ praktikum, serta mengikuti pengembangan penyusunan standar,

pedoman, soal, dan sejenisnya. (Priatna, 2013: 227).

Indikator selanjutnya yaitu memanfaatkan fasilitas penunjang pembelajaran

berbasis ICT. Indikator ketiga ini mencakup tiga aktivitas (huruf r sampai t). Aktivitas

guru yang dapat diamati selama 75 menit pembelajaran meliputi pemanfaatan infocus

dan diperbolehkannya siswa menggunakan laptop. Infocus digunakan untuk

menampilkan materi melalui media Power Point dan video. Meskipun tidak

menggunakan sound system, volume video mampu mencapai seluruh ruangan, termasuk

siswa yang duduk di belakang. Guru tidak menginformasikan secara langsung untuk

memperbolehkan siswa menggunakan laptop, tetapi guru juga tidak menegur siswa

yang menggunakannya. Aktivitas yang tidak terakomodasi yaitu penggunaan

laboratorium komputer dan Wi-Fi (internet) karena proses pembelajaran berlangsung di

kelas.

Supervisi kepala sekolah yang merupakan indikator keempat dikembangkan

menjadi dua aktivitas guru, yaitu kunjungan kelas serta penggunaan RPP dan silabus

oleh guru yang telah diperiksa kepala sekolah (huruf u dan v). Sagala (2006: 170, 171)

menyatakan bahwa kepala sekolah memerlukan instrumen yang mampu menjelaskan

berbagai aspek lingkungan sekolah dan kinerjanya dalam memantau perjalanan ke arah

masa depan yang menjanjikan. Kepala sekolah harus mengenal kebutuhan para guru

dan profesional pendidikan lainnya dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

72

Selama pembelajaran berlangsung, guru menerapkan media ICT berupa Power

Point dan video yang sesuai dengan salah satu slide Power Point dalam lampiran

pertanyaan dan jawaban (evaluasi) di RPP. Slide tersebut terdapat pada lampiran

jawaban atas pertanyaan untuk siswa (evaluasi). Lembar lampiran RPP dilengkapi

dengan lembar pengamatan sikap siswa, lembar penilaian diri, serta lembar observasi

lingkungan sekitar, (Lampiran I1).

Indikator kelima yang berkaitan dengan keikutsertaan guru dalam pelatihan media

ICT, tidak dikembangkan dalam aktivitas yang harus diamati karena terakomodasi

melalui wawancara dan dokumentasi. Keikutsertaan guru dalam pelatihan media ICT

tersebut dapat dilihat dari wawancara mendalam, sertifikat pelatihan, dan foto terkait

pelatihan yang diikuti tersebut.

Indikator terakhir atau keenam yaitu membuat dan mengembangkan media ICT.

Indikator terakhir ini seperti halnya dengan indikator kelima yang lebih mudah diamati

dengan adanya dokumen berupa sertifikat dan foto maupun wawancara mendalam.

Namun melihat tampilan media ICT yang ditayangkan selama berlangsungnya

pembelajaran, dua dari tiga aktivitas yang terdapat dalam indikator enam ini dapat

teramati.

Guru menerapkan diskusi kelompok dan metode ceramah sebagai bentuk

kolaborasi dengan media yang digunakan. Melihat logo salah satu penerbit buku paket

di sudut kanan atas tiap slide Power Point yang ditampilkan, dapat diketahui bahwa

media tersebut dibuat oleh penerbit yang bersangkutan. Sedangkan untuk video yang

diputar, dapat diketahui pembuatnya melalui tayangan pembuka dan penutup video

tersebut yang merupakan hasil download dan searching melalui internet. Aktivitas yang

tidak teramati yaitu menerapkan media ICT buatan sendiri dan hasil pelatihan.

Pertemuan ini merupakan pertemuan terakhir untuk menyelesaikan dan

mengingatkan kembali materi Ekosistem sehingga penyampaian materi selesai dalam

waktu 75 menit. Setelah siswa tidak ada yang bertanya, selanjutnya waktu 60 menit

yang tersisa dimanfaatkan guru untuk melakukan remidial Mid Test. Jadi dalam

observasi 1 ini, guru telah menerapkan media ICT sebagai komunikasi pembelajaran

karena telah menerapkan media Power Point dan video serta sebagai pengembangan

diri dengan menerapkan media tersebut melalui proses pencarian bahan ajar atau

searching.

Video yang ditampilkan untuk materi Ekosistem ini meliputi How Ecosystems

Work-Biology-Ecology, Trip to Pulau Peucang (Aku Cinta Indonesia) Visit Banten, dan

73

Tropical Rainforest.wmv. Ketiga video yang ditampilkan telah memenuhi prinsip-

prinsip pemilihan media karena sesuai dengan konsep yang dipelajari, karakteristik

siswa, serta tujuan pembelajaran, (lampiran F1).

Guru memberi tugas pada siswa untuk mencari bahan lewat internet sebagai

bentuk pemanfaatan ICT di luar sekolah, (lampiran B1). Meskipun singkat, siswa

tampak aktif mengomentari video Tropical Rainforest yang ditayangkan. Video tersebut

menampilkan kondisi hutan hujan tropis di Indonesia, khususnya Borneo (Kalimantan)

yang terus berkurang secara signifikan akibat eksploitasi yang dilakukan secara tidak

bertanggungjawab.

Tahap penelitian untuk observasi 2 dilakukan seperti halnya penelitian lapangan

sebelumnya di kelas X MIA/ MIPA 2. Aktivitas dalam indikator pertama yang

dilakukan guru selama 15 menit pertama yaitu mengucap salam sebelum memulai

pelajaran dan mengondisikan siswa dengan apesepsi. Proses pembelajaran dengan

materi Perubahan Lingkungan diawali dengan pertanyaan tentang jenis-jenis limbah

yang dipelajari siswa pada pertemuan sebelumnya, (Lampiran H1). Guru

menginformasikan konsep yang akan dipelajari melalui media ICT pada 15 menit

kedua, karena 15 menit pertama digunakan untuk proses pengambilandan pemasangan

infocus oleh siswa.

Sejalan dengan terpasangnya infocus, maka penggunaan media ICT sesuai silabus,

RPP dan kurikulum yang berlaku pun teramati sejak 15 menit ke-2 hingga ke-7 (menit

ke-105). Seperti observasi sebelumnya, aktivitas yang tidak dilakukan guru atau tidak

teramati selama pembelajaran yaitu tujuan dan indikator tidak disampaikan kembali

oleh guru (pertemuan ke-4 materi Perubahan Lingkungan) serta tidak adanya tabel isi

program media ICT dalam RPP. Kesesuaian media dengan kurikulum ini dapat dilihat

dari indikator dan kompetensi inti yang merupakan ciri dari Kurikulum 2013. Siswa

juga diajak untuk berpikir saat guru memberikan pertanyaan tentang solusi atas

pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar rumah.

Aktivitas-aktivitas guru berdasarkan indikator kedua tentang kualitas penguasaan

dan penjelasan materi berbantuan media ICT sebagian besar dapat diamati sejak 15

menit ke-2 hingga terselesaikannya materi Perubahan Lingkungan (135 menit).

Berdasarkan data yang terdapat pada lembar observasi, aktivitas guru yang dilakukan

sejak menit pertama hingga berakhirnya pembelajaran yaitu kejelasan artikulasi dalam

menyampaikan materi serta keterampilan dalam bertanya, merespon, dan menjawab

pertanyaan siswa yang dilakukan guru sejak apersepsi. Suara guru terdengar hingga

74

bagian belakang kelas sehingga kesulitan dalam memahami informasi dapat dihindari.

Selain itu, konsep yang dibahas sekilas melalui slide PowerPoint, dijelaskan kembali

oleh guru hingga siswa paham. Pertanyaan dan jawaban/ respon yang diberikan telah

disesuaikan dengan dunia siswa dan permasalahan lingkungan yang sering terjadi di

sekitar rumah siswa.

Aktivitas selajutnya yang dapat sejak 15 menit ke-2 hingga ke-7 (105 menit),

yaitu substansi meteri disampaikan dengan media ICT. Konsep yang dijelaskan sepintas

dalam slide, dijelaskan kembali oleh guru secara kontekstual sesuai dengan dunia siswa

sehingga dapat membantu siswa memahami informasi.

Kesesuaian penggunaan media ICT dengan indikator, bahan ajar, dan materi dapat

diketahui dari kesesuaian materi dalam slide PowerPoint yang ditampilkan. Kesesuaian

waktu dengan kemudahan pengoperasian media ICT terakomodasi dengan pemanfaatan

media hingga 15 menit ke-7, karena materi Perubahan Lingkungan telah selesai.

Meskipun infocus dipasang oleh siswa, indikator keterampilan guru dalam

memanfaatkan teknologi terakomodasi karena guru tidak mengalami kesulitan dalam

mengoperasikan komputer (notebook) saat menampilkan media ICT.

Aktivitas guru pada 15 menit ke-2 hingga ke-9 (selesai) yaitu kemampuan guru

dalam mengembangkan konsep secara kontekstual dan tidak terpaku pada media ICT

serta mendorong siswa belajar mandiri (memunculkan motivasi dan kreativitas).

Motivasi dan semangat siswa ini dapat diamati dari antusias dalam menjawab

pertanyaan terkait inovasi dalam membuat produk daur ulang.

Alternatif media pengganti atau sebagai kolaborasi media ICT dapat teramati

dengan dilakukannya evaluasi menggunakan media buku dan LKS untuk mengisi waktu

yang tersisa (30 menit) setelah materi Perubahan Lingkungan tertuntaskan. Selain itu,

guru mencantumkan media pengganti dalam bentuk observasi lingkungan sekitar dan

model/ gambar ekosistem di dalam RPP yang dibuat.

Observasi lapangan yang dilakukan siswa di sekitar lingkungan sekolah menjadi

kolaborasi media ICT, sesuai dengan sumber belajar yang tercantum dalam RPP. Akan

tetapi, keduanya jarang diterapkan secara bersamaan. Ketika media ICT diterapkan hari

ini, maka observasi dilakukan pada pertemuan berikutnya. Pernah pula dilakukan

rolling, yaitu satu jam pelajaran untuk penerapan media ICT di kelas, selanjutnya

observasi selama satu jam, dan kembali menerapkan pembelajaran berbasis ICT di kelas

pada satu jam terakhir, (Lampiran D1).

75

Pemanfaatan fasilitas penunjang pembelajaran berbasis ICT merupakan indikator

ketiga yang selanjutnya diamati. Pembelajaran dilakukan di kelas sehingga laboratorium

komputer serta Wi-Fi (internet) tidak digunakan. Infocus yang dibawa dari ruang guru

mampu memfasilitasi guru untuk menampilkan media ICT jenis Power Point. Aktivitas

yang dapat diamati selama 105 menit pembelajaran yaitu pemanfaatan LCD/ infocus

dan diperbolehkannya siswa menggunakan laptop. Penggunaan portable computer

(laptop/ notebook) oleh siswa ini diperbolehkan selama penggunaannya masih

berhubungan dengan materi yang tengah dipelajari.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus yang telah diperiksa kepala

sekolah merupakan satu-satunya aktivitas dalam indikator keempat (supervisi kepala

sekolah). Guru mencantumkan salah satu slide Power Point dalam lampiran RPP

(Lampiran I2). Setelah diamati, lampiran yang dicantumkan dalam RPP materi

Perubahan Lingkungan ini tidak berbeda dengan lampiran dalam RPP untuk materi

Ekosistem (Lampiran I1). Kondisi ini dipengaruhi oleh pergantian kurikulum dari KTSP

ke K-2013 (Kurtilas), karena dua konsep yang sebelumnya berada dalam satu bab, kini

menjadi dua.

Membuat dan mengembangkan media ICT yang merupakan indikator keenam ini

sama halnya dengan indikator 5, yang akan terdistribusi dengan cara wawancara

mendalam, namun aktivitas guru yang meliputi mengolaborasikan media ICT dengan

metode tanya jawab dan menerapkan media ICT hasil download atau modifikasinya

dapat diamati. Aktivitas yang tidak teramati yaitu penerapan media ICT buatan sendiri

dan hasil pelatihan. Materi Perubahan Lingkungan selesai disampaikan sebelum jam

pelajaran berakhir sehingga guru melakukan evaluasi kepada tiap siswa untuk

menjawab pertanyaan yang terdapat dalam slide Power Point dan buku pegangan siswa

(paket).

Guru menerapkan metode ceramah dan tanya jawab sebagai bentuk kolaborasi

dengan media Power Point yang digunakan sehingga mampu menciptakan suasana

kondusif dan active learning. Secara berkelanjutan, guru pertanyaan pada siswa yang

dilanjutkan dengan pertanyaan susulan berdasarkan jawaban siswa tersebut sehingga

pembelajaran berlangsung seperti diskusi antara siswa dan guru serta antara siswa

dengan siswa lainnya yang saling mengomentari atau menambahkan jawaban siswa

sebelumnya. Guru melibatkan siswa untuk mengomentari sikap yang harus diambil

ketika melihat orang lain membuang sampah sembarangan atau melakukan pencemaran

lingkungan, seperti yang ditampilkan dalam slide Power Point.

76

Sejalan dengan berlangsungnya diskusi tersebut, Susilana dan Riyana (2007: 4)

menyatakan bahwa sistem pembelajaran modern saat ini menunjukkan bahwa siswa

tidak hanya berperan komunikan atau penerima pesan, tetapi bisa bertindak sebagai

komunikator atau penyampai pesan. Kondisi ini mengarah pada terjadinya komunikasi

dua arah (two way traffic communication) bahkan komunikasi banyak arah (multiway

traffic communication). Bentuk komunikasi seperti apapun sangat membutuhkan peran

media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan atau

kompetensi. Artinya, proses pembelajaran akan terjadi apabila ada komunikasi antara

penerima pesan dengan sumber/ penyalur pesan melalui media tersebut. Media yang

diterapkan di sini adalah PPT.

Melihat logo PSB-SMA di sudut kiri bawah tiap slide Power Point berjudul Daur

Ulang Limbah yang ditampilkan, dapat diketahui bahwa media tersebut Tim Pusat

Sumber Belajar Siswa SMA. Sedangkan untuk Power Point berjudul Lingkungan,

merupakan buatan salah satu penerbit buku paket. Aktivitas yang tidak terakomodasi

melalui observasi pembelajaran ini yaitu menerapkan media ICT buatan sendiri dan

hasil pelatihan. Menurut Guru X, belum dilakukan modifikasi terhadap Power Point

tersebut.

Pertemuan ke-4 dengan konsep limbah dan daur ulang ini merupakan pertemuan

terakhir untuk materi Perubahan Lingkungan sekaligus persiapan menuju UKK (Ujian

Kenaikan Kelas). Power Point yang digunakan guru merupakan hasil download dari

PSB-SMA (Daur Ulang Limbah) yang masih menggunakan Kurikulum KTSP serta

Power Point berjudul Lingkungan yang telah menerapkan Kurtilas. Jadi dalam

observasi 2 ini, guru telah menerapkan media ICT sebagai komunikasi pembelajaran

karena telah menerapkan media Power Point serta sebagai pengembangan diri dengan

menerapkan media tersebut melalui proses pencarian bahan ajar atau searching.

Sebelum direduksi dan dibuat rekapitulasi hasil penelitian, dilakukan pengkodean

atau koding data yang bertujuan untuk mengorganisasikan data, juga bertujuan untuk

memudahkan peneliti untuk memilah data bermakna dan tidak bermakna. Berdasarkan

transkripsi video observasi pembelajaran (Lampiran H) dari perekaman pertemuan atau

observasi ke-4, diperoleh pengkodingan dan reduksi data tersebut yang selanjutnya

disajikan dalam tabel rekapitulasi, (tabel 4.2).

Hasil koding (berupa huruf kecil dan tulisan bercetak tebal) tersebut menunjukkan

bahwa guru menerapkan media Power Point dan video pembelajaran yang disesuaikan

dengan konsep, tujuan dan kebutuhan atau karakteristik siswa, yaitu pada pokok

77

bahasan Ekosistem, (Lampiran H1). Pemanfaatan media ini memudahkan guru dalam

menyampaikan materi pelajaran. Ariani (2010: 81) mengungkapkan bahwa salah satu

penyebab ketidakberhasilan poses pembelajaran adalah kurangnya media dan bahan

ajar.

Berdasarkan lembar observasi 1 dan 2, dapat diketahui bahwa tujuh komponen

aktivitas guru telah terakomodasi, yakni mengucap salam sebelum memulai pelajaran;

menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran melalui media Power Point;

mengondisikan siswa dengan apersepsi; menggunakan media ICT sesuai silabus, RPP,

dan kurikulum yang berlaku (relevan); mencantumkan tabel isi program media ICT

dalam RPP (terdapat dalam penilaian); menginformasikan konsep yang dipelajari

melalui media ICT; serta menerapkan pembelajaran active learning melalui tanya

jawab. Tetapi penerapan pembelajaran e-learning belum terakomodasi, karena selama

penelitian berlangsung, guru tidak menerapkan pembelajaran berbasis internet di

sekolah. Berdasarkan wawancara dengan guru X, pembelajaran Biologi pernah

dilakukan di laboratorium komputer, (lampiran B1).

Indikator kedua mencakup kejelasan kalimat (artikulasi); penyampaian substansi

materi melalui media ICT; tidak terpaku pada media ICT dan mengembangkan konsep

secara kontekstual; memiliki alternatif media pengganti atau sebagai kolaborasi media

ICT; kesesuaian penggunaan media ICT dengan indikator, bahan ajar, dan materi;

kesesuaian waktu dengan kemudahan pengoperasian media ICT; kesesuaian media

dengan dunia siswa; media ICT membantu siswa memahami informasi; memiliki

keterampilan bertanya, merespon, dan menjawab pertanyaan siswa; mendorong siswa

belajar mandiri (memunculkan motivasi dan kreativitas); serta menunjukkan

keterampilan dalam menggunakan media ICT.

Indikator ketiga yang diobservasi yaitu meliputi menggunakan laboratorium

komputer; memanfaatkan layanan Wi-Fi dan internet; serta memperbolehkan siswa

menggunakan laptop. Ketiga indikator ke-3 tersebut tidak terakomodasi karena tidak

diterapkan dalam pembelajaran selama penelitian berlangsung. Tetapi berdasarkan hasil

wawancara, ketiga indikator tersebut pernah dilakukan, (lampiran B1).

Indikator keempat yaitu menggunakan RPP dan silabus yang telah diperiksa

Kepala Sekolah.Guru X dan guru-guru lainnya diwajibkan menyerahkan RPP per tahun

ajaran baru atau per semester, (lampiran B1). Pengumpulan dan pemeriksaan silabus

dan RPP oleh Kepala Sekolah rutin dilakukan pada Bulan Juli dan Desember.

78

Indikator kelima mencakup menerapkan media ICT buatan sendiri dan hasil

pelatihan (tidak terakomodasi); mengkolaborasikan media ICT dengan variasi metode

(terakomodasi, yaitu dilakukan dengan mengkolaborasikan metode ceramah, diskusi,

dan tanya jawab); serta menerapkan media ICT hasil download (tidak terakomodasi).

Indikator yang tidak terakomodasi selama observasi, diperoleh dari hasil wawancara

dengan guru X.

Guru juga memanfaatkan sarana penunjang pembelajaran berupa infocus.

Keberadaan infocus ini tidak hanya memudahkan guru dalam menyampaikan materi,

tetapi juga bertujuan agar siswa mampu mengingat dan memahami konsep yang tengah

dipelajari, karena berdasarkan pembagian daya serap manusia terhadap suatu informasi

dari pengguna alat indera menurut Daryanto (2010: 14), kemampuan manusia untuk

menyerap informasi melalui penglihatannya adalah 82 %. Pencapaian jelas jauh lebih

tinggi dari pada informasi yang diperoleh melalui pendengaran (11 %), perabaan (3,5

%), pencecapan (2,5 %), serta penciuman (1 %).

Guru tidak hanya menerapkan media, tetapi juga menumbuhkan rasa ingin tahu

dan keaktifan siswa melalui tanya jawab di seiap peralihan konsep. Menurut Ariani

(2010: 82-83), unsur kreatifitas bukan terletak pada produk/ media yang sudah jadi,

tetapi lebih pada pola pikir dan strategi yang digunakan secara tepat oleh seorang guru

itu sendiri dalam merancang dan mengajarkan materi pelajarannya bagi para muridnya.

Sehingga diharapkan siswa terlibat dalam proses pembelajaran tuntas (Mastery

Learning) dan bermakna (Meaningful Learning).

Guru X telah berupaya menjadi fasilitator profesional, karena dalam kondisi

perkembangan informasi, teknologi, dan globalisasi yang begitu cepat, Guru X telah

menjadi fasilitator dengan menyampaikan materi pelajaran menggunakan berbagai

media dan internet. Bahkan berdasarkan hasil wawancara mendalam, diketahui bahwa

Guru X memiliki keinginan kuat untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, bahkan

memiliki keinginan untuk belajar dari siswa.

Media infocus/ LCD proyektor berjumlah 18 buah tidak sesuai dengan jumlah

rombongan belajar yang berjumlah 29 kelas, sehingga ditempatkan di ruang guru dan

ruang Wakasek (wakil kepala sekolah). Namun karena tidak semua guru memanfaatkan

media ICT, maka tidak ada kendala saat akan menggunakannya. Sedangkan meja

infocus yang telah dilengkapi terminal, tersedia di sudut belakang tiap kelas.

Layanan internet berupa Wi-Fi (wireless LAN) yang di pasang di 5 titik sekitar

lingkungan sekolah, belum memfasilitasi guru dan siswa untuk menerapkan

79

pembelajaran berbasis media ICT. Kondisi ini dipengaruhi oleh jumlah pemakai

layanan dan daya jangkau atau koneksi internet yang digunakan sehingga dapat

dikatakan, keberadaan layanan internet ini masih belum memadai. Priyambodo (2005:

4-5) menyebutkan satu dari enam kelemahan jaringan Wi-Fi, yaitu kapasitas jaringan

kecil karena keterbatasan spektrum (pita frekuensi yang tidak dapat diperlebar).

Ruang kelas dan laboratorium komputer memiliki merupakan tempat yang paling

mendukung terselenggaranya pembelajaran berbasis ICT. Fasilitas yang ada di

laboratorium dan dalam kondisi sangat memadai yaitu mencakup semua fasilitas yang

ada dalam ruang kelas ditambah komputer (lengkap meja khusus komputer dan kursi)

yang bisa digunakan oleh siswa sekelas, layar infocus, tape recorder, loudspeaker dan

sound system, serta operator/ staf ahli/ guru TIK yang selalu ada saat jam aktif sekolah

sehingga siswa dapat bertanya saat mengalami kesulitan dalam pengoperasian

komputer. Semua fasilitas tersebut dalam kondisi memadai di laboratorium, tetapi

layanan Wi-Fi (wireless LAN), hanya berfungsi selama jam aktif pembelajaran di

sekolah, yaitu sejak pukul 8 atau 9 hingga jam pelajaran terakhir. Laboratorium

komputer merupakan salah satu titik tempat pemasangan layanan Wi-Fi sehingga

koneksinya cukup memadai, kecuali jika sudah dinon-aktifkan, terutama setelah

melewati jam pelajaran terakhir.

Laboratorium komputer lebih sering digunakan oleh siswa kelas XI dan XII yang

masih menerapkan kurikulum KTSP, karena mata pelajaran TIK belum diintegrasikan

dalam tiap pelajaran seperti di kelas X yang telah menerapkan Kurikulum 2013.

Pengintegrasian TIK dalam pelajaran Biologi cenderung mengarah pada Bioteknologi,

yaitu mencakup pembuatan prakarya, rekayasa, dan kerajinan, dengan produk berupa

tempe atau pupuk.

Menurut guru TIK, pengintegrasian TIK dalam pelajaran Biologi tidak

berhubungan dengan mata pelajaran TIK seperti yang diterapkan dalam Kurikulum

2013, (lampiran B6). Pemanfaatan media ICT di kelas X IPA (sekarang berubah

menjadi MIA/ MIPA) cenderung menerapkan media ICT jenis searching (search

engine), (Arini, 2010, 64) untuk mencari bahan atau cara membuat prakarya, sehingga

selanjutnya dapat diterapkan untuk membuat prakarya tersebut.

Fasilitas tambahan yang berfungsi seperti laboratorium komputer yaitu PSB

(Pusat Sumber Belajar) telah ada di SMAN 1 Jatiwangi. PSB adalah suatu unit dalam

suatu lembaga (khususnya sekolah/ universitas/ perusahaan) yang berperan mendorong

efektifitas serta optimalisasi proses pembelajaran melalui penyelenggaraan berbagai

80

fungsi yang meliputi fungsi layanan (seperti layanan media, pelatihan, konsultasi

pembelajaran, dan lain-lain), fungsi pengadaan/ pengembangan (produksi) media

pembelajaran, fungsi penelitian dan pengembangan, dan fungsi lain yang relevan untuk

peningkatan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, (Teknologi Pendidikan: 2009).

Fungsi dan fasilitas dalam ruangan PSB hampir sama seperti ruang laboratorium

komputer, yaitu untuk memfasilitasi siswa belajar komputer atau mencari bahan

pelajaran lainnya melalui internet. Berbeda dengan laboratorium komputer yang hanya

digunakan saat pelajaran TIK, keberadaan PSB ini memungkinkan siswa untuk belajar

atau mencari bahan pelajaran lainnya, seperti Biologi. Tetapi selama penelitian dan

berdasarkan wawancara dengan guru TIK, pemanfaatan ruang PSB masih belum

optimal dan lebih sering digunakan guru untuk mencari bahan ajar, (lampiran B6).

Fasilitas PSB ini disediakan sekolah dengan tujuan agar dapat dimanfaatkan

seoptimal mungkin oleh siswa dalam memperoleh informasi atau tugas mata pelajaran.

Berbeda dengan laboratorium komputer yang biasanya hanya digunakan untuk mata

pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Meskipun siswa leluasa

menggunakan internet dan sumber belajar, sekolah tetap memantau pemanfaatan PSB

ini agar tidak disalahgunakan. Keberadaan PSB dilengkapi dengan staf khusus untuk

mengawasi penggunaan internet disana.

Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi multimedia mampu memberi dampak

besar dalam komunikasi dan pendidikan karena bisa mengintegrasikan teks, grafik,

animasi, audio, dan video, serta mengembangkan proses belajar ke arah yang lebih

dinamis. Akan tetapi, sarana mengajar tidak hanya mengandalkan perangkat

multimedia. Alat audiovisual tetap harus dibarengi perlengkapan lainnya. Murid tetap

membutuhkan papan tulis, pensil, bolpoin, gunting atau karton. Segalanya harus

seimbang dan mempertimbangkan situasi dan kondisi para siswa dan kelas, (Ariani,

2010: 9 dan 42). Sehingga pembelajaran yang diiringi dengan pemanfaatan media

cenderung berjalan lebih efektif, efisien dan aktif.

Sebagaimana layanan Wi-Fi di berbagai institusi pendidikan maupun tempat-

tempat umum lainnya, kemudahan mengakses internet diperoleh ketika jumlah

pengguna internet masih sedikit. Pemasangan Wi-Fi secara menyebar di 4 (empat) titik,

sebenarnya telah menjangkau seluruh kelas. Namun koneksi internet masih menjadi

kendala utama bagi siswa untuk memanfaatkan layanan ini di jam-jam aktif sekolah.

Kemudahan mengakses internet diperoleh ketika berada di sekitar titik pemasangan Wi-

Fi.

81

Siswa seringkali memanfaatkan media ICT secara mandiri di luar pelajaran

Biologi atau jam-jam kosong seperti jam istirahat di laboratorium komputer atau PSB,

terutama selama Wi-Fi diaktifkan. Kebijakan sekolah melarang siswa membawa telepon

seluler, tetapi boleh membawa laptop/ notebook. Alternatif lainnya adalah berusaha

mengakses internet di luar sekolah, seperti di rumah (jika memiliki jangkauan internet)

atau warnet.

Tahap penelitian selanjutnya dilakukan dengan wawancara terbuka (mendalam)

terhadap guru subyek dan narasumber lainnya yang representatif. Narasumber-

narasumber tersebut meliputi kepala sekolah, guru Biologi non-subyek, wakasek sarana

dan prasarana, guru TIK, serta siswa. Hasil penelitian wawancara lapangan dalam

bentuk rekapitulasi wawancara terdapat dalam tabel 4.2, yang telah direduksi dari

transkrip wawancara asli, (Lampiran D1-D5).

Indikator yang digunakan untuk pedoman wawancara seperti halnya indikator

yang digunakan untuk membuat lembar observasi dan angket, dikembangkan dari salah

satu kompetensi inti yang terdapat dalam kompetensi profesional guru dalam

memanfaatkan TIK untuk tujuan komunikasi pembelajaran dan pengembangan diri

berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007. Enam indikator dikembangkan kembali

menjadi 35 pertanyaan yang selanjutnya dijadikan pedoman wawancara.

Berdasarkan wawancara mendalam dengan Guru X sebagai subjek penelitian

sekaligus narasumber utama (Lampiran D1), maka diperoleh informasi yang

melengkapi data yang tidak terakomodasi melalui observasi. Guru-guru Biologi telah

mengenal media pembelajaran berbasis ICT, terutama Power Point dan internet.

Penerapan Power Point lebih sering dimanfaatkan saat pembelajaran di kelas oleh guru,

sedangkan internet sering diterapkan dalam penugasan atau PR (Pekerjaan Rumah)

yang dibebankan pada siswa melalui pencarian materi yang akan didiskusikan pada

pertemuan berikutnya. Tiap pembelajaran Biologi, Guru X selalu menerapkan media

pembelajaran berbasis ICT jenis PowerPoint dan video, kecuali saat praktikum.

Media yang diterapkan selalu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dalam RPP

yang telah dibuat, begitupula saat mengajar di kelas Lintas Minat, yaitu kelas non-IPA

yang memiliki minat untuk mempelajari Biologi. Perbedaan antara pembelajaran di

kelas regular MIA/ MIPA dengan Lintas Minat terletak pada materi yang disampaikan,

yaitu materi Biologi yang dipelajari di kelas Lintas Minat lebih sederhana daripada di

kelas MIA reguler.

82

Pemilihan media telah diupayakan agar sesuai dengan kebutuhan/ karakteristik

siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, dan katersediaan media. Terutama saat aliran

listrik terputus, maka guru telah memiliki alternatif menggunakan metode ceramah,

diskusi atau presentasi, sesuai dengan materi yang dipelajari. Selain tugas praktik,

pemutaran video adalah media yang paling membuat siswa antusias belajar, tertarik, dan

aktif. Pengkolaborasian media ICT dengan observasi disesuaikan dengan situasi dan

kondisi. Penerapan media ICT bisa diseling dengan observasi dan diskusi (masing-

masing satu jam pelajaran), tetapi pembelajaran seperti ini jarang dilakukan karena

keefektifan waktu yang berkurang. Sebagai solusinya, maka observasi dilakukan pada

pertemuan berikutnya.

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan pula oleh Guru X, namun karena tiap kelas

menggunakan metode dan media yang sama, maka tidak muncul perbedaan yang

signifikan terhadap hasil belajar siswa. Selama ini, media ICT jenis Power Point dan

video jarang dikolaborasikan dengan dengan pemanfaatn internet karena terkendala

koneksi sehingga pemanfaatan internet dilakukan siswa di luar jam pelajaran, seperi di

laboratorium komputer, PSB (Pusat Sumber Belajar), atau di rumah saat diberi tugas.

Pemanfaatan fasilitas penunjang pembelajaran berbasis ICT seperti laboratorium

komputer pun masih sering bentrok dengan mata pelajaran TIK yang memang

pembelajarannya dilakukan di sana.

Terkait PTK yang dilakukan guru, Glickman (1981) dalam Bafadal (2003: 41)

menyatakan bahwa seorang guru yang memiliki level abstraksi tinggi cenderung selalu

mengidentifikasi kelemahan proses pembelajaran yang dikelola dan secara mandiri

berusaha mencari alternatif perbaikannya. Begitupula dengan Guion dalam Uno (2008:

78) yang mendefinisikan kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang

menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir,

dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama.

Menurut Guru X, selain memeriksa RPP tiap awal tahun ajaran baru yang

sebelumnya dikumpulkan pada Wakasek, supervisi yang dilakukan dalam bentuk

kunjungan kelas dan mengamati proses pembelajaran yang berlangsung pernah

dilakukan pula oleh Kepala Sekolah atau diwakili oleh Wakasek Kurikulum. Gwyn

(1961: 48-49) dalam Bafadal (2003: 46) menyebut kunjungan kelas (classroom

visitation) sebagai salah satu dari 4 teknik supervisi perorangan (individual devices).

Tiga teknik supervisi lainnya yaitu percakapan pribadi, kunjungan antarkelas, dan

penilaian sendiri (self evaluation). Sebagai upaya peningkatan kompetensi profesi guru,

83

sekolah rutin mengadakan pelatihan yang diikuti seluruh guru. Terutama setelah

Kurikulum 2013 diterapkan, in House Training yang merupakan bentuk implementasi

diadakan tiap satu semester.

In House Training merupakan salah satu upaya peningkatan kompetensi yang

diakibatkan adanya perubahan kurikulum, peningkatan kinerja staf pengajar

(pengembangan profesional), serta peningkatan efektivitas belajar peserta didik,

(Maryumi dalam Prawiradilaga, dkk. 2004: 392-392) dan (Uno, 2011: 72).

Implementasi Kurikulum 2013 dan pelatihan yang diikuti Guru X merupakan

salah satu perwujudan dari Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Bab IV

bagian kedua (Hak dan Kewajiban Guru) poin d, e, h, j, dan k, yang menyebutkan

bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh

kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, memperoleh dan memanfaatkan sarana-

prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan, memiliki

kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi, memperoleh kesempatan untuk

mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi, serta

memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

Media yang telah dibuat dan dikembangkan adalah Power Point, yang dilengkapi

pula oleh Power Point dari penerbit buku. Sedangkan video yang ditampilkan, masih

berupa media jadi hasil download melalui internet. Bahan ajar Biologi berbasis TIK

atau ICT belum pernah di-upload di internet. Tetapi untuk mata pelajaran TIK yang

pernah diampu, Guru X pernah mempublikasikannya di website.

Keikutsertaan guru dalam pelatihan dan menerapkan media hasil pelatihan

tersebut menunjukkan bahwa guru memiliki keinginan untuk mengembangkan

kompetensi diri dan memosisikan diri daripadasumber informasi utama siswa. Mulyasa

(2013: 57) dan Munir (2009: 95) menyatakan bahwa guru harus siap menjadi fasilitator

yang profesional, karena dalam kondisi perkembangan informasi, teknologi, dan

globalisasi yang begitu cepat, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam hal tertentu,

peserta didik lebih pandai atau lebih dulu tahu dari guru seperti dalam hal media

internet. Selain itu, pembelajaran yang berorientasi pada pebelajar dapat dilakukan

dengan membangun sistem pembelajaran yang memungkinkan pebelajar memiliki

kemampuan untuk belajar lebih menarik, interaktif, dan bervariasi.

Seiring dengan perkembangan teknologi berikut infrastruktur penunjangnya,

upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui pemanfaatan

teknologi tersebut dalam suatu sistem yang dikenal dengan online learning. Online

84

learning merupakan suatu sistem yang dapat memfasilitasi pebelajar sehingga dapat

belajar lebih luas, lebih banyak, dan bervariasi.

Hasil wawancara dengan narasumber lainnya yang terdapat dalam tabel 4.4 juga

menguatkan hasil wawancara mendalam terhadap Gur X, yaitu yang berkaitan dengan

pengenalan media pembelajaran berbasis ICT oleh guru-guru, terutama Power Point

dan internet. Penerapan Power Point sering dimanfaatkan di kelas saat pembelajaran,

sedangkan internet dilakukan secara mandiri oleh siswa saat diberi tugas oleh guru.

Guru Biologi dan sebagian besar guru telah terampil menggunakan komputer dan

mampu membuat media Power Point. Tapi yang paling terampil yaitu Guru X dan Z

karena sering mengikuti pelatihan media ICT. Hasil pelatihan selanjutnya

disosialisasikan kepada guru-guru yang tidak mengikuti pelatihan. Pelatihan yang

diikuti guru merupakan bentuk latihan dan upaya meningkatkan kompetensi mengajar,

karena guru memang merupakan komponen paling menentukan dalam sistem

pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan

utama, (Mulyasa, 2013: 5).

Kondisi sarana dan prasarana pendukung terselenggaranya pembelajaran berbasis

ICT sudah cukup memadai dan lengkap meski masih terkendala koneksi internet.

Namun untuk sarana laboratorium dan perpustakaan yang representatif masih belum

tersedia. Wakasek sarana dan prasarana menambahkan fasilitas PSB sebagai salah satu

fasilitas yang memiliki kesamaan fungsi dengan laboratorium komputer, yang dapat

digunakan dalam setiap mata pelajaran (tidak hanya TIK).

Guru X yang sering mengikuti pelatihan pembuatan dan pengembangan media

atau bahan ajar (bersama Guru Z) kemudian menyosialisasikan hasil pelatihan tersebut

kepada guru-guru lain di sekolah sebagai bentuk tindak lanjut yang diwajibkan bagi

peserta pelatihan media ICT. Meskipun belum menerapkan semua jenis media ICT,

tetapi guru X telah menerapkan standar pembelajaran berbasis ICT untuk Sekolah

Menengah Atas. Media yang pernah dibuat, dikembangkan (dimodifikasi) dan

diterapkan yaitu Power Point. Sedangkan video buatan sendiri belum diterapkan dan

masih menerapkan video jadi hasil searching/ download.

Media ICT jenis Power Point dan video merupakan perangkat lunak (software)

sedangkan LCD infocus, Wi-Fi, dan komputer (notebook) merupakan perangkat

hardware. Davies dkk dalam Suyanto (2003) menyatakan bahwa teknologi informasi

dalam pendidikan diaplikasikan dalam bentuk multimedia yang berfungsi sebagai

perangkat lunak (software), yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempelajari

85

suatu materi. Sedangkan menurut AECT (1977) dalam Sadiman (1996: 19) media atau

bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang

biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau

perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk menampilkan pesan yang

terkandung pada media tersebut.

Berdasarkan pembagian potensi dan jenis-jenis aplikasi software ICT, hardware

(komputer, infocus, dan perangkat keras), serta internet dalam pembelajaran (Ariani,

2010: 64, dan Wahana Komputer 2008: 1), jenis potensi media pembelajaran berbasis

ICT yang telah diterapkan oleh guru X selama penelitian berlangsung melalui hasil

wawancara dan observasi pengamatan pembelajaran, tercantum dalam matriks checklist

pada Lampiran B4.

Media pembelajaran berbasis ICT merupakan media pembelajaran yang

mencakup pemanfaatan semua teknologi yang dapat digunakan untuk menyimpan,

mengolah, menampilkan, dan menyampaikan informasi dalam proses komunikasi.

Contohnya meliputi perangkat hardware (komputer, CD, DVD), software (video

interaktif dan berbagai aplikasi), internet, sistem multimedia, konferensi video atau

telekonferensi (teleconference), dan lainnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara (lampiran B4),

jenis potensi media ICT yang telah diterapkan yaitu searching (search engine seperti

mesin pencari Google), collecting (Power Point dan video), sharing (portal

website),serta socializing (beragam kelompok sosial online seperti facebook), komputer

(notebook), LCD/ infocus, dan Wi-Fi (wireless LAN). Sedangkan potensi media ICT

yang belum diterapkan yaitu creating (membuat web, membuat game), communicating

(e-mail, im, chat), coordinating (workgroups, maling list), meeting (forum, chatroom),

evaluating (on line test, on line advisor), buting-selling on-line, gaming (game on line),

serta mobile learning (jurnal on line, riset on line).

Jenis potensi media ICT dalam bentuk hardware sebagian besar telah diterapkan,

yaitu komputer (notebook), infocus/ LCD Proyektor, internet tanpa kabel atau Wi-Fi

(Wireless LAN), dan CD/ DVD. Berdasarkan indikator kompetensi profesional guru

dalam memanfaatkan ICT sebagai media pembelajaran (Permen No. 6 Tahun 2007),

sebagian besar media ICT diterapkan guru sebagai bentuk pengembangan diri (mencari

referensi bahan ajar), sedangkan yang lainnya diterapkan selama proses pembelajaran di

kelas sebagai bentuk komunikasi dan penyampaian informasi materi kepada siswa.

86

Indikator kompetensi profesional guru dalam memanfaatkan media pembelajaran

berbasis ICT dikembangkan dari dua menjadi enam indikator. Sebagian besar

terakomodasi atau dapat diamati selama observasi pengamatan pembelajaran.

Sedangkan untuk indikator yang tidak terakomodasi, dialihkan dengan teknik

pengumpulan data lainnya, yaitu wawancara. Berdasarkan pengamatan pembelajaran

pada observasi awal, pertemuan ke-1 dan ke-2, indikator yang tidak terakomodasi yaitu

keikutsertaan dalam pelatihan.

Penerimaan media dan metode pembelajaran yang diterapkan guru kepada siswa

turut mempengaruhi suasana kelas. Media dan metode yang sesuai dengan materi ajar,

mampu menciptakan kondisi aktif sehingga memudahkan informasi sampai ke siswa.

Munir (2009: 84) menyatakan bahwa sistem pendidikan berbasis teknologi informasi

dan komunikasi tidak terlepas dari sentuhan psikologi pembelajar. Oleh karena itu

terdapat beberapa unsur yang perlu dimasukkan ke dalam pengembangan software

untuk keperluan pendidikan, diantaranya berhubungan dengan kehidupan yang

sebenarnya, ‘Hands-on’, pendekatan indirect-tematik, menyenangkan, memberi

penguatan yang positif, pencarian dan pengaplikasian, serta pendekatan penyelesaan

masalah.

Mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi yang dihapuskan dari

kurikulum 2013, pada dasarnya dimaksudkan agar TIK tidak berdiri sendiri sebagai satu

mata pelajaran, melainkan setiap pelajaran harus berbasis TIK. Hal ini menuntut

pendidik dan peserta didik untuk ‘melek’ IT, (Anggraeni: 2014). Pemenuhan

penguasaan semua jenis potensi ICT dapat dilakukan guru jika terus berupaya membuat,

mengembangkan, dan menerapkan berbagai media ICT secara konsisten dan

berkesinambungan. Materi Biologi yang mencakup variasi makhluk hidup berikut

kehidupannya menuntut penyampaian yang jelas dan komprehensif agar terhindar dari

miskonsepsi sehingga pengetahuan ICT manjadi sebuah keharusan bagi seorang guru.

Berdasarkan data hasil penelitian yang tercantum dalam tabel 4.4, jenis software

(Power Point, video, facebook, dan web portal) maupun perangkat hardware

(komputer/ notebook, LCD/ infocus, dan layanan internet/ Wi-Fi) yang diterapkan

hampir memenuhi seluruh prinsip-prinsip pemilihan media menurut Carey dkk dalam

Sadiman (2003: 83), yaitu ketersediaan sumber setempat; dana, tenaga dan fasilitas

tersedia; dapat bertahan untuk waktu yang lama; serta efektifias biaya dalam jangka

waktu yang panjang. Mengenai ketersediaan sumber setempat, kendala terdapat pada

koneksi layanan internet. Padahal keberadaan internet maupun media ICT yang bisa

87

diakses tanpa tersambung dengan layanan internet merupakan media yang memenuhi

tiga syarat utama sehingga bisa dijadikan bahan ajar, yaitu dapat tersedia dengan cepat,

memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri, serta bersifat individual, misalnya

harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan para siswa dalam belajar mandiri, (Anonim).

Pemanfaatan media software dan perangkat hardware juga telah memenuhi

prinsip pemilihan media menurut Setyosari (2008) dan Akbar (2011: 117-119) dalam

Akbar, yaitu mencakup prinsip-prinsip yang diantaranya yaitu: kesesuaian media

dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan kerakteristik pebelajar, dapat menjadi

sumber belajar, efisiensi dan efektifitas pemanfaatan media, keamanan bagi pebelajar,

kemampuan media dalam mengembangkan keaktifan dan kreativitas pebelajar,

kemampuan media dalam mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan,

serta kualitas media.

Dokumen pendukung diperoleh peneliti sejalan dengan masih berjalannya waktu

penelitian. Dokumen tersebut berupa RPP dan sertifikat pelatihan merupakan dokumen

penguat terhadap kemampuan Guru X dalam menerapkan media pembelajaran berbasis

ICT. Blumer mengemukakan dalam Mulyana (2006), bahwa dokumen manusia adalah

suatu paparan pengalaman individu yang melukiskan tindakan individu sebagai peserta

kehidupan sosial. Keberadaan dua dokumen pendukung berupa sertifikat keikutsertaan

dalam pelatihan pengembangan media pembelajaran berbasis ICT mampu

merefleksikan kemampuan subjek penelitian yang merupakan guru pertama yang

menerapkan Kurtilas (Kurikulum 2013) sejak diberlakukannya kurikulum tersebut pada

semester genap tahun ajaran 2013-2014.

Arikunto (2007) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap informasi

yang didokumentasikan ke dalam berbagai bentuk rekaman, biasa dikenal dengan

analisis dokumen atau analisis isi (content analisys). Penelitian analisis isi yang

digunakan untuk melengkapi penggunaan metode pengamatan (observasi). Isi transkrip

rekaman dapat diputar ulang untuk melengkapi data yang sudah ada atau yang akan

diperoleh melalui pengamatan. Analisis dokumen ini bertujuan agar peneliti bekerja

secara objektif dan sistematis dalam mendeskripsikan isi bahan komunikasi melalui

pendekatan. Analisis ini juga digunakan untuk melengkapi penggunaan metode

pengamatan atau observasi.

Berdasarkan hasil temuan fakta di lapangan dan referensi pendukung, diketahui

bahwa kemampuan guru dan intensitas pemanfaatan media ICT pun dipengaruhi oleh

usia. Mengingat perkembangan teknologi baru dirasakan di Indonesia berlangsung

88

sekitar satu dekade terakhir, maka usia guru berhubungan erat dengan kemampuan

penguasaan teknologi. Namun bagi Guru X yang akan memasuki usia 51 tahun,

merupakan sebuah keharusan untuk mengembangkan kompetensi mengajar agar sesuai

dengan perkembangan zaman, salah satunya dengan mempelajari teknologi pendidikan.

Hasil dokumentasi menunjukkan bahwa guru melibatkan siswa dalam

memanfaatkan media ICT, yaitu dalam bentuk komunikasi tanya-jawab tiap konsep

yang dipelajari. Siswa dilibatkan secara aktif dalam pemahaman materi maupun

pemanfaatan media tersebut. Dokumentasi dilakukan secara bersamaan dengan

observasi. Catatan penting ditulis dalam lembar observasi. Dokumentasi ini membantu

peneliti untuk mengulang rekaman agar diperoleh data yang benar-benar valid.

Dokumen tambahan atau pendukung yang diperoleh dari penelitian yaitu RPP

semester genap tahun ajaran 2013-2014, media PPT dan video selama 2 semester (Kelas

X), serta dua buah sertifikat pelatihan pengembangan media ICT. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang dibuat Guru X merupakan RPP yang pembuatannya telah

disesuaikan dengan standar Kurikulum 2013 tersebut.Guru X merupakan pertama yang

menerapkan Kurikulum 2013 di seluruh Kelas X MIA (X MIA 1 - X MIA 6).

Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut, dapat diidentifikasi beberapa media

yang diterapkan selama pembelajaran materi Ekosistem dan Perubahan Lingkungan,

yaitu mencakup media jadi (hasil searching/ download dari internet), media yang

ditampilkan, maupun yang tidak ditampilkan (hanya dijadikan referensi mengajar).

Dokumen pendukung pertama yaitu RPP yang telah dibuat sesuai dengan

Kurikulum 2013 dan diperiksa Kepala Sekolah. Jenis media yang dicantumkan dalam

RPP adalah halaman sekolah (observasi) dan model ekosistem. Sedangkan media Power

Point hanya disajikan dalam evaluasi, yakni berupa cuplikan slide. Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat, telah dilengkapi dengan lembar pengamatan

kerja siswa, lembar kerja siswa serta lembar penilaian diri. Namun di dalamnya tidak

dicantumkan model perencanaan media agar berjalan efektif yaitu ASSURE seperti

yang diajukan Heinich dkk (1982) dalam Arsyad (2010: 67-69).

Adanya RPP membuktikan bahwa guru telah melaksanakan kewajiban dalam

merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta

menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, seperti yang tercantum dalam Undang-

undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Bab IV bagian ke satu (Kualifikasi,

Kompetensi, dan Sertifikasi Guru) pasal 20, bagian a dan b menyebutkan kewajiban

guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, diantaranya: Guru juga harus mempu

89

meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara

berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Berdasarkan RPP pertemuan ke-1 (Ekosistem), guru mencantumkan halaman

sekolah sebagai media pembelajaran. Hal ini dikarenakan di pertemuan pertama pada

materi Ekosistem, siswa melakukan observasi di lingkungan sekitar sekolah kemudian

mengisi lembar kerja siswa yang telah disiapkan guru berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan.

Power Point yang ditampilkan saat observasi 1 yaitu Ekosistem (Lampiran K1),

yang didalamnya dicantumkan tujuan pembelajaran, tetapi tidak mencantumkan

kompetensi inti maupun indikator. Selanjutnya Daur Ulang Limbah (Lampiran K2),

yang di dalamnya dicantumkan standar kompetensi dan kompetensi dasar (masih

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/ KTSP). Terakhir, Power Point

berjudul Lingkungan (Lampiran K3), yang telah dibuat berdasarkan Kurikulum 2013,

karena terdapat kompetensi inti yang menjadi ciri kurikulum tersebut.

Power Point pertama yang ditampilkan (Ekosistem) terdiri dari 95 % slide yang

memuat foto atau gambar dari keseluruhan slide yang berjumlah 19 slide. Slide yang

memuat narasi hanya 16 % (tiga slide). Sedangkan slide yang memuat keterangan

singkat dan tabel yaitu berjumlah 79 % dan 58 %. Sebagian besar konten slide berisi

gambar yang disertai alur kemudian disampaikan guru secara jelas dan rinci melalui

pengembangan konsep tertentu setelah siswa ditanya terlebih dahulu tentang isi slide

yang ditampilkan.

Power Point kedua yang ditayangkan guru berjudul Daur Ulang Limbah. Slide

yang memuat konten berupa narasi berjumlah 60 % (sembilan slide), keterangan singkat

29 % (tiga slide), dan gambar foto 33 % (lima slide) dari keseluruhan slide yang

berjumlah 15 slide (ditambah dua slide terakhir berisi identitas penyusun). Sedangkan

dan tabel/ alur/ grafik hanya terdapat dalam satu slide (7 %). Power Point ini

didominasi oleh slide yang memuat konten narasi sehingga sulit untuk mengukur

kompetensi siswa setelah slide ditampilkan. Guru memberi pertanyaan yang berkaitan

dengan isi slide sebagai bentuk pendekatan sains sebelum slide tersebut ditampilkan.

Power Point ketiga yang ditayangkan guru saat observasi yaitu Lingkungan.

Narasi atau penjelasan tiap slide terdapat pada 11 slide (79 % dari keseluruhan slide

yang ditampilkan). Slide yang memuat keterangan singkat yaitu berjumlah dua slide (14

%). Sedangkan slide yang memuat gambar/ foto dan tabel/ alur/ grafik/ diagram,

masing-masing berjumlah satu slide (7 %) sehingga slide berjudul Lingkungan ini

90

memuat narasi lebih banyak dibandingkan dengan keterangan singkat, gambar, maupun

tabel. Namun pada slide ke-5, ke-7, dan ke-10, terdapat pendekatan sains di dalamnya.

Siswa diberi pertanyaan tentang suatu konsep yang terdapat pada slide sebelum guru

menayangkan pengertian atau penjelasan dari konsep tersebut yang ada pada slide yang

sama.

Power Point pertama merupakan Power Point yang memberi pengaruh positif

pada pembelajaran, karena jumlah gambar yang lebih banyak daripada narasi membuat

pemanfaatan media sebagai bentuk komunikasi pembelajaran dan pengembangan diri

guru dapat berjalan optimal, efektif, dan efisien. Namun pendekatan sains hanya

terdapat dalam tiga slide di Power Point ketiga.

Dokumen Power Point yang tidak ditampilkan yaitu Biodiversity (Lampiran L1)

serta Polusi dan Solusi (Lampiran L2) yang merupakan hasil download. Dokumen

Power Point yang pernah dibuat yaitu Keanekaragaman Hayati dan Tumbuhan

(Lampiran M1 dan M2) yang telah disertai menu hyperlink. Kedua materi ini

merupakan materi yang dipelajari di semester ganjil dan menjadi bentuk pengaplikasian

terhadap hasil pelatihan yang diikuti Guru X pada tahun 2001. Sedangkan pemenfaatan

mesin pencari Google dan lainnya merupakan aplikasi dari penerapan hasil pelatihan

yang diikuti Guru X pada tahun 2011. Berdasarkan dokumen Power Point pembelajaran

Biologi selama satu tahun ajaran yang diperoleh, diketahui bahwa Guru X telah mampu

membuat dan mengembangkan media Power Point, yaitu untuk materi

Keanekaragaman Hayati dan Tumbuhan (Lampiran M1 dan M2).

Video yang ditampilkan (Lampiran K4) ada tiga, yaitu How Ecosystem Work-

Biology-Ecology (menggunakan narator berbahasa Inggris), Tropical Rainforest, dan

Hutan Wisata Mata Kucing-Batam. Video-video yang ditayangakan dalam

pembelajaran di kelas ini merupakan video jadi yang diperoleh melalui searching

internet.

Video pertama berjudul How Ecosystem Work-Biology-Ecology (menggunakan

narator berbahasa Inggris) menayangkan 38 pergantian tampilan gambar berbagai

ekosistem di dunia. Satu tayangan diantaranya memuat konten berupa narasi yang

mencantumkan judul video (3 % dari keseluruhan tayangan), sedangkan 37 tayangan

lainnya (97 %) memuat konten gambar yang diiringi dengan suara narator yang

menggunakan Bahasa Inggris. Penggunaan bahasa asing ini membuat guru dan siswa

saling mengeksplorasi pengetahuan dan berdiskusi tentang isi video yang ditayangkan.

91

Video kedua yang ditampilakan dalam pembelajaran Biologi berjudul Tropical

Rain Forest/ Hutan Hujan Tropis. Video ini memuat konten 74 tayangan foto

dokumentasi berbagai ekosistem di dunia. Tayangan yang memuat konten narasi

berjumlah 28 (38 % dari keseluruhan tayangan), sedangkan 46 lainnya (62 %)

didominas foto dokumentasi. Video ini mampu mendorong keingintahuan siswa karena

diiringi dengan musik pengiring dan tampilan yang menarik sehingga proses

pembelajaran berjalan aktif, efektif, dan efisien, (Lampiran K). Penggunaan bahasa

asing oleh narator di tengah-tengah pemutaran video tidak membuat siwa kesulitan

memahami isi video karena selain penjelasan diberikan guru saat pemutaran

berlangsung, guru juga melakukan eksplorasi pengetahuan dan berdiskusi tentang isi

video yang telah ditayangkan.

Video terakhir yang analisis yaitu berjudul Hutan Wisata Mata Kucing-Batam

yang menayangkan 33 pergantian tampilan gambar berbagai ekosistem di kawasan

hutan yang kini dijadikan tempat wisata tersebut. Empat tayangan diantaranya memuat

konten berupa narasi yang mencantumkan judul video (12 % dari keseluruhan

tayangan), sedangkan 29 tayangan lainnya (88 %) memuat konten gambar. Video

berupa dokumentasi perjalanan wisata di HWMK-Batam ini dilengkapi dengan musik

pengiring tanpa narator. Selama video diputar, siswa tampak antusias menyaksikan

tayangan.

Selanjutnya untuk video yang tidak ditampilkan dan dijadikan referensi mengajar

yaitu Trip to Pulau Peucang (Aku Cinta Indonesia)-Visit Banten, yang merupakan

video tentang perjalanan wisata di Pulau Peucang. Ada pula Hutan Hujan Tropis, video

dengan tampilan berupa foto-foto yang dibuat slide video serta Explore the Heart of

Borneo Wildlife at Betung Kerihun National Park yang berupa video trailer sebuah biro

wisata.

Media yang diterapkan merupakan hasil modifikasi dari media ICT yang telah ada

agar lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Sedangkan

dalam pemanfaatan sarana, guru tidak mengadakan pembelajaran di laboratorium

komputer atau PSB. Media hasil modifikasi merupakan salah satu karya inovatif Guru

X dapat disebut sebagai upaya pengembangan kompetensi diri.

Karya inovatif adalah salah satu dari 3 (tiga) Kegiatan PKB (Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan), disamping pengembangan diri dan publikasi ilmiah.

Kegiatan PKB yang berupa karya inovatif terdiri dari 4 (empat) kelompok, yaitu

menemukan teknologi tepat guna (karya sains/ teknologi), menemukan/ menciptakan

92

karya seni, membuat atau memodifikasi alat pelajaran/ peraga/ praktikum, serta

mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya. (Priatna,

2013: 227).

Pelatihan pembuatan dan pengembangan bahan ajar berbasis TIK/ ICT diikuti

Guru X tahun 2001 dan 2010. Berdasarkan dua buah dokumen sertifikat keikutsertaan

Guru X dalam pelatihan pengembangan media berbasis ICT tersebut, diketahui bahwa

materi yang dibahas diantaranya yaitu pembuatan Power Point dan cara memanfaatkan

mesin pencari (search engine) seperti Google yang diaplikasikan Guru X dalam

mengupayakan terselenggaranya pembelajaran berbasis ICT.

Sertifikat pertama diperoleh Guru X setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan

Multimedia dan Komputer SMU Negeri di Balai Penataran Guru di Bandung yang

berlangsung selama 10 hari (27 November-6 Desember 2001). Struktur program

pelatihan dengan total waktu 100 jam tersebut mencakup program-program berupa mata

sajian pokok diklat yang meliputi: MIS (Management Information System), Multimedia

Pendidikan (Media Konvensional dan Media Elektronik), Pengenalan Internet,

Microsoft Windows, Microsoft Word, Microsoft Excel, Microsoft Power Point, Project

Work A, serta Project Work B. Keikutsertaan Guru X dalam pelatihan menunjukkan

keinginan untuk mengembangkan profesionalisme penguasaan ICT sebagai pendukung

keberhasilan proses pembelajaran.

Pelatihan kedua yaitu Diklat Penyusunan Naskah Bahan Ajar Berbasis TIK yang

diikuti selama 40 jam (7-20 Maret) di Garut pada tahun 2010 dengan materi diklat yang

meliputi: pengembangan bahan belajar berbasis TIK, mengenal portal bahan belajar e-

dukasi.net, pemanfaatan search engine untuk penelusuran bahan belajar di internet,

teknik penulisan naskah bahan presentasi, teamwork pengembangan bahan belajar

berbasis internet, penyusunan naskah, serta presentasi hasil.

Berdasarkan dua buah dokumen sertifikat keikutsertaan dalam pelatihan

pengembangan media berbasis ICT, diketahui bahwa hasil pelatihan yang telah

diterapkan Guru X diantaranya yaitu pembuatan Power Point sebagai media presentasi

yang efektif digunakan dalam pembelajaran serta cara memanfaatkan mesin pencari

(search engine). Salah satu contohnya adalah Google yang digunakan untuk mencari

bahan ajar, termasuk Power Point dan video yang ditampilkan dalam pembelajaran

yang telah diobservasi.

3. Deskripsi Respon Siswa terhadap Penerapan Media ICT dalam Pembelajaran

93

Tahap pencarian data yang terakhir ditempuh yaitu melalui penyebaran angket.

Penyebaran angket dilakukan dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai

tanggapan atau respon siswa terhadap proses pembelajaran Biologi ketika guru

menerapkan media pembelajaran berbasis ICT. Sebelum disebar pada kelas yang telah

ditentukan, angket diberikan pada kelas lain yang setara untuk kemudian hasil

perolehan data tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan program

statistik SPSS 16 for Windows.

Item pernyataan yang terdapat dalam uji angket berjumlah 35 item (Lampiran E1)

dan diujikan di kelas X MIA/ MIPA 4 yang berjumlah 38 siswa.Data tersebut diolah

validitasnya menggunakan uji faktor (R kritis). Hasilnya diketahui 15 item yang

korelasi Pearson-nya lebih besar dari R kritis 0,3 sehingga diperoleh 15 item yang

dinyatakan valid, yaitu pertanyaan ke-2, 3, 4, 5, 9, 11, 13, 15, 17, 20, 23, 24, 28, 31, dan

35.

Lima belas item yang telah dinyatakan valid tersebut selanjutnya diuji reliabilitas

menggunakan koefisien Croanbach’s Alpha, dan hasilnya 0,935, yang menurut tabel

George dan Mellery, angka tersebut termasuk kategori istimewa (excellent). Kategori

ini menunjukkan tingkat validitas Croanbach’s Alpha untuk kelima belas item tersebut

adalah sudah reliabel.

Menurut Sugiyono (2013), setiap instrumen penelitian pada umumnya terdiri dari

20 hingga 50 item. Oleh karena itu, hasil angket diolah kembali menggunakan uji

validitas PPM-Excel, dengan kriteria valid jika angka validitasnya ≥ 0,321. Hasil uji

angket menunjukkan item yang valid berjumlah 28, termasuk di dalamnya 15 item yang

dinyatakan valid dan reliabel menurut perhitungan SPSS 16 for Windows. Selanjutnya

25 item yang terdiri dari 25 item yang dianggap valid berdasarkan perhitungan statistik

Excel dan 15 item yang dinyatakan valid dalam perhitungan SPSS 16 for Windows

disebarkan pada siswa.

Angket berjumlah 25 item pernyataan diberikan kepada 48 siswa kelas X MIA 2

dan MIA 6. Tiap jawaban sesuai pilihan siswa (selalu, sering, jarang, dan tidak pernah)

selanjutnya dihitung persentasenya dan dianalisis berdasarkan angka yang diperoleh.

Hasil angket dapat dilihat pada tabel 4.6 dan grafik 4.1.

Hasil angket respon siswa yang tercantum dalam tabel dan grafik hasil penelitian

menunjukkan bahwa rata-rata persentase tertinggi jawaban siswa terdapat pada pilihan

jawaban ‘Sering’, yaitu 46,5 %. Selanjutnya 25 % untuk jawaban ‘Jarang’, 16,5 %

untuk jawaban ‘Selalu’, dan 11,5 % siswa menjawab ‘Tidak Pernah’. Sedangkan

94

persentase untuk siswa yang mengosongkan pilihannya yaitu 0,1 %. Berdasarkan

kriteria interpretasi skor angket menurut Riduwan (2012: 89), jawaban sering termasuk

dalam interval 26% - 50%yaitu kategori cukup. Sedangkan tiga alternatif jawaban

lainnya (selalu, jarang, dan, tidak pernah) termasuk dalam kategori lemah. Hasil ini

menunjukkan bahwa siswa memberi respon berupa jawaban ‘Sering’terhadap aktivitas

penerapan media pembelajaran berbasis ICT selama mata pelajaran Biologi.

Pilihan jawaban ‘Sering’ tertinggi terdapat pada 16 dari 25 item pernyataan

(Lampiran G). Artinya, dari 25 pernyataan dalam angket tersebut, 16 pernyataan

dijawab mayoritas siswa dengan pilihan jawaban ‘Sering’. Tujuh belas pernyataan

tersebut meliputi penerapan media ICT dan perasaan positif siswa terhadap

pembelajaran dengan media ICT. Guru sering menyampaikan tujuan pembelajaran,

terutama pada pertemuan pertama untuk suatu konsep atau materi yang akan

disampaikan. Selain diucapkan secara lisan, oleh guru, kompetensi inti, tujuan, dan

indikator juga terdapat dalam slide Power Point yang ditampilkan. Media ICT yang

sering diterapkan yaitu jenis Power Point dan video. Termotivasinya siswa ini

dikarenakan guru tidak hanya mengandalkan media sebagai tolok ukur penunjang

keberhasilan proses pembelajaran, tetapi juga pengembangan konsep secara kontekstual

sesuai dengan pengalaman dan dunia siswa serta mengupayakan pembelajan active

learning dengan melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, baik dalam bentuk

diskusi, presentasi, maupun tanya jawab.

Siswa dilibatkan dalam penerapan ICT di luar pembelajaran seperti ditugaskan

untuk membuat Power Point atau menonton acara yang berkaitan dengan Biologi,

seperti Dunia Hewan dan Tumbuhan. Selain penggunaan bahasa formal, ilustrasi (bagan

atau siklus) dalam slide yang ditampilkan pun disesuaikan dengan dunia siswa sehingga

mudah untuk dipahami.

Guru tampak menguasai, terampil, dan tidak mengalami kesulitan dalam

menerapkan media ICT. Media tersebut mampu menumbuhkan rasa ingin tahu siswa

dan menambah pengetahuan secara lebih luas dan mendalam karena informasi yang

disampaikan melalui media ICT mampu menembus batas ruang dan waktu dari objek

yang dipelajari. Rasa ingin tahu ini didukung dengan variasi media ICT seperti

pemutaran video dikarenakan guru tidak hanya mengandalkan media sebagai tolok ukur

penunjang keberhasilan proses pembelajaran, tetapi juga pengembangan konsep secara

kontekstual sesuai dengan tujuan pembelajaran, pengalaman dan dunia siswa serta

mengupayakan pembelajan active learning dengan melibatkan siswa untuk aktif dalam

95

pembelajaran, baik dalam bentuk diskusi kelompok, presentasi, maupun tanya jawab.

Siswa juga merasa senang dengan diterapkannya media tersebut, termotivasi untuk lebih

giat belajar, dan tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh informasi melalui

layanan internet karena telah tersedia warnet (warung internet) di banyak tempat.

Persentase tertinggi berikutnya yaitu ‘Jarang’, sebesar 25,4 %. Lima dari 25 item

pernyataan paling banyak dijawab siswa dengan pilihan jawaban ini. Pernyataan-

pernyataan tersebut mencakup pemberian motivasi sebagai apersepsi melalui tampilan

media ICT (seperti video), penginformasian media ICT hasil pelatihan, semakin

aktifnya pembelajaran saat media ICT diterapkan, hubungan penerapan media ICT

dengan nilai mata pelajaran, serta penguasaan konsep atau tergalinya potensi siswa

setelah pembelajaran.

Empat item lainnya yang didominasi jawaban ‘Tidak Pernah’ mencakup

pemanfaatan fasilitas berupa sarana dan prasarana sekolah seperti laboratorium

komputer dan layanan Wi-Fi sebagai penunjang pembelajaran berbasis ICT serta

penggunaan materi online yang dibuat guru. Rata-rata siswa yang memilih jawaban ini

yaitu sebesar 11,5 %. Selanjutnya untuk pilihan jawaban ‘Selalu’ dengan total 16,5%,

tidak didominasi dalam item manapun (rata), serta siswa yang tidak menjawab yaitu 0,1

%. Persentase jawaban setiap item pilihan jawaban siswa terhadap angket, secara

terperinci dapat dilihat di lampiran hasil angket (Lampiran G).

Perolehan jawaban terhadap angket yang disebarkan kepada 48 siswa tersebut

menunjukkan bahwa guru telah mengupayakan penerapan media pembelajaran berbasis

ICT jenis Power Point dan video sebagai bentuk komunikasi pembelajaran, tetapi

belum secara optimal diimbangi dengan pengembangan media ICT sebagai bentuk

pengembangan kompetensi diri. Menurut Uni dan Lamatenggo (2010: 191), pada

tingkat pendidikan SMA implikasi IT (Informasi dan Teknologi) juga sudah mulai

dilakukan. Rata-rata penggunaan internet di SMA hanyalah sebagai fasilitas tambahan.

Selain itu, IT belum menjadi media database bagi siswa, guru atau yang lainnya.

Namun prospek di masa depan, penggunaan IT di SMA cukup cerah.

Guru X mampu memodifikasi media ICT berupa Power Point dan menerapkan

media sesuai materi, kebutuhan, dan karakteristik siswa. Faktor usia yang pada

umumnya menjadi kendala bagi guru untuk mempelajari teknologi tidak berlaku bagi

Guru X. Ketika guru-guru yang mayoritas berusia di atas 45 tahun masih kesulitan

menggunakan komputer, siswa telah akrab dengan internet, (Anggraeni, 2014: 27).

Meskipun telah berusia 50 tahun (lebih dari 45 tahun), Guru X masih mampu

96

mengembangkan media ICT serta beradaptasi dengan mata pelajaran TIK/ ICT yang

diimersikan dalam tiap mata pelajaran lainnya (khususnya Biologi), seiring

dihapuskannya mata pelajaran tersebut dalam Kurikulum 2013 yang kini diberlakukan.

Jika selama ini hanya Guru TIK yang memahami IT, maka sekarang guru-guru non-

pelajaran TIK seperti guru X tengah diupayakan agar mampu menerapkan media

pembelajaran berbasis ICT/ TIK dalam pelajaran non-TIK.

Guru X dalam menerapkan media ICT dipengaruhi oleh fasilitas pendukung

berupa komputer, infocus, dan akses internet. Pemanfaatan internet digunakan untuk

mencari bahan ajar dan referensi. Sedangkan PPT yang dibuat dan diterapkan,berperan

dalam komunikasi pembelajaran dan pengembangan diri.

Hasil observasi, wawancara, dan sebaran angket di atas menjelaskan bahwa dari

jumlah enam indikator yang dikembangkan dari dua indikator kompetensi profesional

guru dalam teknologi pembelajaran (sebagai komunikasi pembelajaran dan

pengembangan diri) berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, lima indikator

terakomodasi (83 %), dan satu tidak terakomodasi (17 %). Persentase ini menunjukkan

bahwa Guru X merupakan profil guru Biologi yang memiliki kriteria cukup baik dalam

menerapkan beberapa jenis media ICT yang berpedoman pada prinsip-prinsip pemilihan

media, menyesuaikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, tujuan

pembelajaran, konsep yang dipelajarai, serta karakteristik siswa, (Tabel 4.11).

Guru X belum pernah membuat bahan ajar dalam bentuk e-modul (termasuk

pembelajaran berbasis media ICT yang lebih mendalam seperti CAI atau CAL),

memanfaatkan layanan sms, e-mail, facebook, atau telepon dalam komunikasi

pembelajaran. Internet dan variabel-variabel pendukung terselenggaranya pembelajaran

berbasis ICT tersebut dimanfaatkan siswa secara mandiri saat mengerjakan PR dan

tugas kelompok. Oetomo (2007: 117) menyatakan bahwa penggunaan media

pembelajaran yang berbasis ICT/ TIK merupakan hal yang tidak mudah, karena dalam

menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang

dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari

tujuan media tersebut (komputer dan LCD Proyektor).

Guru X telah menerapkan prinsip pemilihan media pembelajaran, yaitu

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, karakteristik pebelajar Kelas X IPA-SMA,

dapat menjadi sumber belajar mandiri, efisiensi dan efektivitas pemanfaatan media bagi

pelajar, kemampuan media dalam mengembangkan keaktifan dan kreativitas pebelajar,

97

kemampuan media dalam mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan,

serta kualitas media (Sa’dun Akbar 2013; 117).

Konsistensi penggunaan media ICT juga ditunjukkan oleh guru dalam mengajar,

yang disertai dengan inovasi bahan ajar (modifikasi) dan mengembangkan media sesuai

hasil pelatihan yang diikuti. Sebagai seorang pengajar sekaligus pendidik, Guru X juga

menanamkan nilai dan etika dalam pembelajarannya, seperti saat menghimbau siswa

agar peduli lingkungan dan menegur dengan cara yang sopan saat melihat ada orang

yang membuang sampah di sungai.

Ma’arif (2011: 33) menyebutkan tiga tugas lain dari seorang guru selain mengajar,

yaitu mendidik, melatih, dan meneliti. Pemanfaatan tekonologi dan informasi telah

dimanfaatkan dalam komunikasi pembelajaran dan pengembangan kompetensi diri,

sesuai dengan Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang tercantum

dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 merupakan contoh tugas guru dalam melatih

(kemampuan siswa dalam pembelajaran) dan meneliti (dalam upaya meningkatkan

profesionalisme diri).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengimbangi

perkembangan teknologi, terutama setelah mata pelajaran TIK diimersikan dalam

semua mata pelajaran, adalah memfasilitasi agar tiap sekolah mampu

menyelenggarakan pembelajaran berbasis ICT. Berkaitan dengan portal ajar yang

tercantum dalam materi diklat nomor dua tahun 2010 yang tercantum dalam sertifikat

Guru X, Pemkot Bandung telah meresmikan sebuah komunitas guru dengan nama yang

sama, yaitu berkonsentrasi pada pembuatan dan pengembangan bahan ajar berbasis ICT

pada Oktober tahun 2014.

Masih minimnya perlengkapan media pembelajaran berbasis ICT di sekolah

menengah diungkapkan Uno dan Lamatenggo (2010: 61) yang menganggap bahwa

penerapannya masih didominasi oleh pendidikan pada tingkat perguruan tinggi. Kondisi

ini muncul karena adanya anggapan bahwa media ICT mampu mengatasi permasalahan

antara dosen dan mahasiswa yang memiliki kesibukan.

Portal yang merupakan kependekan dari Pelopor Guru Digital merupakan

komunitas bagi guru dan tenaga pendidik untuk berinovasi memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK). Portal memiliki visi membentuk komunitas guru

digital yang mampu berinovasi memanfaatkan TIK dalam proses pembelajaran demi

perkembangan kualitas pendidikan. Revolusi terhadap pembelajaran harus didukung

dengan peningkatan kualitas dari para pengajarnya. Menurut ketua portal, Bambang,

98

Portal ingin melakukan blended learning atau kolaborasi pembelajaran tradisional dan

digital. Portal juga rutin mengadakan pelatihan mulai dari penggunaan internet tahap

dasar hingga pembuatan dan penggunaan konten ajar digital, (Anggraeni, 2014: 27).

Keberhasilan pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran, tidak hanya

dipengaruhi oleh guru sebagai tenaga pengajar, tetapi juga sarana prasarana pendukung

dari pemerintah, serta kondisi psikologis siswa saat mengikuti pembelajaran. Seperti

halnya yang dikatakan oleh Lesmana (2014: 27), bahwa kualitas dan mutu pendidikan

dipengaruhi oleh subsistem yang dibangun oleh 3 (tiga) pilar, yaitu kualitas tenaga

pengajar, motivasi peserta didik, serta fasilitas yang tersedia. Selain itu, untuk

mewujudkan pendidikan berkualitas tersebut perlu waktu dan kontinuitas dalam

meningkatkan kualitas guru. Sinergi dari komponen-komponen tersebut mampu

mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang-undang No. 20

Tahun 2003 pasal 3.

Selama melaksanakan penelitian, kendala yang dialami peneliti mencakup waktu

penelitian yang cenderung overlapping dan tidak efektif. Penyebab ketidakefektifan ini

yaitu peneliti lebih dulu terjun ke lapangan sebelum instrumen pengumpul data

divalidasi oleh dosen pembimbing, sehingga penelitian diulang kembali. Peneliti pun

mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi secara mendalam untuk studi

komparasi sehingga di tengah-tengah penelitian, peneliti mengubah haluan dari yang

semula meneliti tiga guru Biologi, menjadi fokus pada satu guru.