bab iv hasil dan pembahasan a. karakteristik produk · permasalahan pada kulit wajah dengan...
TRANSCRIPT
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Produk
Setiap orang mempunyai masalah yang berbeda pada kulit wajahnya.
“Masker Wajah “BEAUTYBELLE” diproduksi untuk membantu
permasalahan pada kulit wajah dengan kandungan zat aktif di dalamnya.
Kandungan karbon pada arang aktif membantu proses detoksifikasi pada
permukaan kulit wajah. Fungsi detoksifikasi adalah mengeluarkan toksik dan
zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh. Arang aktif juga mengandung
mineral yang menyehatkan kulit wajah. Tepung beras berfungsi sebagai scrub
yang mengandung amylum, vitamin A dan B yang dapat membantu
mencerahkan kulit wajah, mengangkat sel kulit mati, serta menyamarkan
noda hitam dan bekas jerawat. Kandungan vitamin dan antioksidan pada
madu dapat menutrisi kulit, membantu menghaluskan kulit serta menangkal
radikal bebas.
Masker wajah “BEAUTYBELLE” merupakan alternatif perawatan
kulit wajah secara alami. “BEAUTYBELLE” terbuat dari bahan alam yang
mudah didapatkan di lingkungan sekitar dan tidak mempunyai efek samping
yang berarti. Hidup pada jaman yang selalu menuntut segalanya berlangsung
cepat dan dinamis, membuat aktivitas menumpuk sehingga waktu untuk
merawat tubuh semakin sedikit. Masker wajah “BEAUTYBELLE”
diproduksi dalam sediaan pasta yang sangat mudah diaplikasikan pada semua
jenis kulit dan mudah dibersihkan, sehingga sangat cocok sekali dengan gaya
hidup sekarang. Tren gaya hidup sehat dan back to nature merupakan peluang
pasar yang cukup bagus dalam pengembangan usaha masker wajah
“BEAUTYBELLE”.
B. Bahan Baku Produksi
1. Pemilihan Bahan Baku
a) Arang Aktif
25
26
Menurut Siti (2014) arang aktif merupakan senyawa karbon
amorph, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung
karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk
mendapatkan permukaan yang lebih luas. Arang aktif dapat
mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu. Karbon aktif
disusun oleh atom-atom C yang terikat secara kovalen dalam suatu
kisi heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap sudutnya yang
luas permukaan berkisar antara 300 m2/g hingga 3500 m/g dan ini
berhubungan dengan struktur pori internal sehingga mempunyai sifat
sebagai adsorben (Meilita Taryana, 2002).
Arang aktif tidak hanya mengandung atom karbon saja, tetapi
juga mengandung sejumlah kecil oksigen dan hidrogen yang terikat
secara kimia dalam bentuk gugus-gugus fungsi yang bervariasi,
misalnya gugus karbonil (CO), karboksil (COO), fenol, lakton, dan
beberapa gugus eter. Arang aktif merupakan adsorben adalah suatu
padatan berpori, yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas
dan masing-masing berikatan secara kovalen, dengan demikian,
permukaan arang aktif bersifat non polar. Selain komposisi dan
polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting
diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan,
semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan
semakin besar, dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah.
Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar
menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan.
Arang aktif yang digunakan sebagai bahan baku masker
berasal dari arang tempurung kelapa. Arang yang masih berbentuk
granul kemudian dihaluskan menjadi bentuk serbuk. Arang
tempurung kelapa merupakan salah satu arang aktif dengan
kemampuan adsorbsi yang baik dibandingkan dengan arang dari kayu
maupun batu bara. Namun apabila sulit menemukan arang aktif dari
tempurung kelapa, dapat digantikam dengan arang dari sekam padi.
27
Arang aktif biasanya didapatkan dari toko bahan kimia atau apotik
tertentu. Guna membedakan arang biasa dan arang aktif di pasaran
dapat dilakukan dengan cara mengecek kejernihan air, misalnya dua
gelas berisi air sirup yang sama lalu diberi arang aktif dan arang biasa,
arang aktif akan menyebabkan warna sirup menjadi memudar atau
semakin jernih tetapi arang biasa tidak merubah apapun. Selain itu
apabila dilihat secara visual arang aktif tampak lebih berkilau.
Kandungan senyawa karbon dan mineral dalam arang aktif
memberikan banyak manfaat bagi kesehatan dan kebersihan kulit
wajah. Berdasarkan manfaat dari senyawa karbon tersebut, arang aktif
mempunyai fungsi detoksifikasi pada kulit wajah, karena arang aktif
menarik bakteri, racun, bahan kimia, dan kotoran pada permukaan
kulit (Anonim, 2017). Detoksifikasi pada wajah oleh arang aktif dapat
membantu untuk menyembuhkan jerawat. Detoksifikasi wajah
merupakan penyerapan kotoran dan racun dari wajah, racun dan
kotoran tersebut nantinya akan dikeluarkan bersama jerawat, sehingga
jerawat yang baru muncul di wajah akan cepat matang. Jerawat yang
sudah matang pada akhirnya akan mudah mengering dan mengelupas.
Kandungan mineral pada arang aktif juga mempunyai manfaat bagi
kulit wajah, karena dapat menyehatkan dan menghaluskan kulit
wajah. Namun, penggunaan arang yang berlebihan dapat membuat
kulit menjadi kering karena kulit mengalami dehidrasi, akibat
kandungan air dalam kulit ikut terserap.
b) Tepung Beras
Beras kaya akan vitamin B, juga mengandung sedikit lemak
dan mineral. Protein yang terdapat di dalam tepung beras lebih tinggi
dari pada pati beras yaitu tepung beras sebesar 5,2-6,8% dan pati
beras 0,2-0,9% (Inglett dan Munk, 1980; Singh, et al., 2000). Menurut
Nirmala (2012) dalam Sulistianingrum (2014), tepung beras sangat
berkhasiat sebagai bahan dasar masker kulit wajah, karena
mengandung amilosa, amilopektin, hydralized amylum/dekstrin,
28
gamma oryzanol dan asam kojik yang dapat mencerahkan kulit
sebagai hasil dari fermentasi amilum selama perendaman.
Selain bermanfaat membantu mencerahkan kulit, tepung beras
juga dapat berfungsi sebagai peeling. Peeling adalah proses
pengelupasan kulit mati pada wajah. Tepung beras membantu
mengangkat sel kulit mati yang menumpuk yang dapat menyebabkan
wajah menjadi kusam. Sel kulit mati yang tertimbun di dalam wajah
menyebabkan pori-pori wajah tersumbat, sehingga dapat memicu
munculnya noda hitam dan jerawat. Masalah kulit wajah yang
kompleks tersebut dapat menyebabkan penuaan dini, karena sirkulasi
darah pada wajah tidak lancar sehingga menyebabkan kerutan di
wajah. Tepung beras juga bermanfaat menyamarkan noda hitam dan
bekas jerawat, serta meratakan warna kulit wajah. Dilansir dari
Boldsky.com (21/5/2017) masker tepung beras dapat membantu
menghilangkan kerutan dan garis-garis halus di wajah,
menghilangkan bintik-bintik hitam, bekas luka, dan kulit kusam.
Beras dengan berbagai varietas memiliki komposisi penyusun
yang berbeda-beda, terutama kandungan amilosa-amilopektin beras
tersebut. Secara umum varietas beras dapat digolongkan ke dalam 3
golongan yang berdasarkan pada kandungan amilosanya yaitu :
golongan amilosa rendah, sedang dan tinggi. Beras dengan golongan
amilosa rendah mempunyai kandungan amilosa 10-20 persen,
misalnya beras cisadane dengan kandungan amilosa 20 persen.
Apabila kandungan beras tersebut antara 20-25 persen maka dapat
digolongkan ke dalam amilosa sedang, contohnya adalah beras IR 64
dengan kandungan amilosa 24 persen, dan golongan amilosa tinggi
dengan kandungan amilosa 25-32 persen, contohnya adalah beras IR
36 dengan kandungan amilosa 25 persen. Beras yang digunakan
sebagai bahan baku adalah varietas IR-64 yang termasuk kategori
amilosa sedang. Kadar amilosa-amilopektin berhubungan dengan
asam kojik yang dihasilkan beras hasil dari proses perendaman beras.
29
Asam kojik diketahui bermanfaat dalam mencerahkan kulit wajah,
menghilangkan bekas jerawat dan noda hitam serta melindungi wajah
dari radiasi sinar UV. Penggunaan beras varietas IR-64 karena lebih
banyak dijumpai dan harganya cukup terjangkau.
c) Madu
Menurut Yeni, et all (2015), madu mengandung mineral berupa
kalsium, magnesium, yodium, besi fosfor, dan seng. Vitamin-vitamin
yang terdapat dalam madu adalah thiamin (B1), riboflavin (B2), asam
askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat,biotin, asam
folat dan vitamin K. Vitamin C yang terkandung dalam madu inilah
yang berkhasiat sebagai antioksidan (Suranto, 2004). Antioksidan
mempunyai manfaat sebagai penangkal radikal bebas juga mencegah
penuaan dini. Madu banyak digunakan sebagai salah satu bahan
produk kecantikan untuk perawatan kulit seperti sabun, krim, lotion,
yang dikenal dapat membuat kulit menjadi halus, menutrisi kulit, dan
menjaga kelembaban kulit (Yeni et all, 2015).
Manfaat madu akan lebih efektif daripada penggunaan krim
wajah atau minyak wajah karena disamping dapat melembabkan kulit
dapat pula memberikan gizi pada kulit. Sifat madu yang higroskopis
dapat menyerap sekresi dan lemak dari kulit, disamping mengandung
senyawa inhibine yang dapat bekerja sebagai desinfektan. Praktek
masker wajah dengan madu, menyebabkan kulit wajah menjadi halus,
menghilangkan noda-noda di wajah serta sehat bagi kulit. Madu yang
digunakan sebagai bahan baku adalah madu multiflora dengan merk
Asy-Syifa madu Kalimantan. Madu multiflora atau madu poliflora
merupakan madu yang sumber nektar dari berbagai jenis tanaman,
contohnya madu Nusantara, madu Sumbawa dan madu Kalimantan.
Madu yang digunakan adalah madu murni, pengecekan kemurnian
dapat dilakukan dengan cara meneteskan madu ke dalam segelas air.
Madu murni akan langsung sampai ke dasar gelas ketika diteteskan,
sedangkan madu yang tidak murni akan tercampur ke dalam air,
30
dengan cara lain yaitu meneteskan madu diatas kertas Koran dimana
madu murni tidak akan langsung meresap ke dalam kertas sedangkan
madu tidak murni langsung meresap. Madu dapat mengangkat
kotoran dan minyak pada permukaan kulit tanpa membuat kulit
kering. Madu memiliki PH yang bersifat asam sekitar 3.9 sehingga
tidak akan menggangu PH alami kulit (PH alami kulit bersifat asam
berkisar antara 3.5 sampai 5.5). Madu sangat lembut pada kulit
sehingga tidak akan mengiritasi kulit yang sangat sensitif sekalipun.
Madu baik untuk segala jenis kulit karena sifatnya yang melembabkan
bagus untuk kulit yang kering, yang sekaligus juga dapat
menyeimbangkan minyak berlebih pada kulit yang berminyak. Madu
mengandung antiseptik yang dapat membunuh bakteri penyebab
jerawat sehingga dapat membantu mengatasi jerawat dan mencegah
jerawat.
2. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku pembuatan masker wajah “BEAUTYBELLE” Herb
Black Mask adalah arang aktif, tepung beras, dan madu. Ketiga bahan
tersebut mudah didapatkan di lingkungan sekitar. Arang aktif diperoleh
dari Toko Agung Jaya yang beralamatkan di Jalan Yosodipuro Surakarta
dengan nama kimia karbon aktif/activated carbon/active charcoal.
Tepung beras diperolah dengan cara menepungkan sendiri, beras menjadi
tepung beras. Beras yang digunakan diperoleh dari warung kelontong di
sekitar rumah penulis. Madu diperoleh dari Griya Herbal “Hana” yang
beralamatkan di Jalan Lawu km.430, Karanganyar. Bahan-bahan yang
digunakan merupakan bahan yang terjamin kualitasnya dengan parameter
diperoleh dari sumber yang tepat dan tidak kadaluwarsa.
3. Pengendalian Mutu Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan harus tepat jenis dan sumbernya. Arang
aktif yang digunakan merupakan hasil aktivasi arang tempurung kelapa.
Beras yang digunakan merupakan beras yang terjamin kualitasnya,
warnanya putih bersih, tidak rapuh, tidak berbau tengik, dan tidak
31
terdapat kutu.madu yang digunakan adalah madu murni dengan merk
Asy-Syifa yang merupakan madu hasil lebah multiflora dari hutan
Kalimantan. Multiflora berarti madu yang dihasilkan tidak hanya
bersumber dari satu tanaman saja, melainkan dari beragam jenis tanaman
yang ada di hutan. Madu multiflora lebih banyak kandungan gizinya
karena berbagai tanaman di hutan memiliki kandungan yang beragam,
baik dari tanaman bunga, buah, kayu, maupun tanaman obat. Bahan baku
yang telah siap disimpan pada tempat yang kering dan sejuk untuk
menghindari kontaminasi, contohnya tumbuh jamur dan mikroba.
C. Proses Produksi
1. Persiapan Bahan Baku
a) Arang Aktif
Arang aktif yang digunakan untuk bahan masker adalah berupa
serbuk. Arang aktif yang didapatkan dari toko Agung Jaya masih
berupa granul berukuran besar, sehingga membutuhkan perlakuan
lebih lanjut untuk menjadi bentuk serbuk. Berikut tahapan proses
pembuatan serbuk arang aktif:
1) Menimbang granul arang aktif sesuai kebutuhan satu kali produksi
yaitu sebanyak 200 gram dengan menggunakan timbangan digital
Gambar 4. Proses Penimbangan Arang Aktif
2) Menghaluskan granul arang aktif dengan menggunakan bantuan
alu lumpang. Arang aktif ditumbuk sedikit demi sedikit hingga
halus.
32
Gambar 5. Proses Penghalusan Arang Aktif dengan Alu Lumpang
3) Mengayak arang aktif yang telah menjadi serbuk menggunakan
ayakan agar ukuran partikelnya seragam dan memudahkan proses
selanjutnya.
Gambar 6. Proses Pengayakan Serbuk Arang Aktif
4) Menyimpan serbuk arang aktif yang telah lolos ayakan ke dalam
toples penyimpanan.
b) Tepung Beras
Tepung beras yang digunakan diolah sendiri dengan cara
menepungkan beras secara manual dengan menggunakan lumpang
alu. Berikut tahapan persiapan tepung beras:
1) Menimbang beras sesuai kebutuhan produksi yaitu sebanyak 500
gram
33
Gambar 7. Proses Penimbangan Beras
2) Membersihkan beras dari kotoran yang ada seperti kerikil, kulit
biji beras, atau bahan asing lain yang tidak diperlukan,
3) Mencuci beras dengan air yang mengalir, bertujuan agar kotoran
yang masih melekat pada beras dapat terlarut dibawa air.
Gambar 8. Proses Pencucian Beras
4) Merendam beras selama ± 8 jam, agar beras menjadi lebih lunak
dan memudahkan proses selanjutnya, yaitu proses penepungan.
Gambar 9. Proses Perendaman Beras
5) Meniriskan beras yang telah direndam, menghaluskan beras
dengan alu lumpang agar menjadi serbuk atau tepung beras.
34
Gambar 10. Proses Penepungan Beras dengan Alu Lumpang
6) Mengayak tepung beras dengan ayakan agar ukurannya seragam
dan mudah digunakan untuk proses selanjutnya.
Gambar 11. Proses Pengayakan Tepung Beras
7) Menyimpan tepung beras ke dalam toples
c) Madu
Madu yang digunakan merupakan madu murni siap pakai sehingga
tidak memerlukan tahap pre treatment bahan baku.
Gambar 12. Madu Murni Siap Pakai
2. Tahap Proses Produksi
Proses pembuatan masker hitam diawali dari proses penimbangan
serbuk arang aktif sebanyak 200 gram dan tepung beras sebanyak 500
35
gram. Perbandingan komposisi bahan baku antara arang aktif dan tepung
beras adalah 2:5 dengan asumsi bahwa tepung beras merupakan bahan
dasar pembuatan masker sehingga jumlahnya lebih banyak. Tepung beras
juga berfungsi sebagai scrub yang bermanfaat untuk membersihkan
kotoran dan mengangkat sel kulit mati.
Gambar 13. Proses Penimbangan Serbuk Arang Aktif
Gambar 14. Proses Penimbangan Tepung Beras
Tahap selanjutnya yaitu mencampur serbuk arang aktif dan tepung
beras hingga merata. Campuran kedua bahan tersebut lalu dicampur
dengan madu sebanyak 200 gr sedikit demi sedikit hingga homogen.
Kehomogenan ditandai dengan bentuk fisik masker yang kental
berbentuk pasta dan lengket.
36
Gambar 15. Proses Pencampuran Serbuk Arang Aktif
dan Tepung Beras
Gambar 16. Proses Pencampuran Serbuk Arang Aktif, Tepung
Beras, dan Madu.
Masker yang sudah jadi selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah
kemasan masker sebanyak @40 gram. Kemasan lalu disegel dengan
menggunakan alumunium foil. Alumunium foil direkatkan dengan cara
memasang alumunium foil sesuai ukuran pada leher pot lalu di press
dengan menggunakan tutup kemasan. Penyegelan bertujuan agar kualitas
produk terjaga dan masker tidak mudah tumpah. Penyegelan juga
mempercantik kemasan masker, karena terlihat bersih dan rapi. Kemasan
selanjutnya ditutup hingga rapat.
37
Gambar 17. Pengemasan Masker ke dalam Wadah Kemasan
Masker Sebanyak @40 gram
Gambar 18. Penyegelan Kemasan dengan Alumunium Foil
Masker yang telah dikemas selanjutnya diberi penanda berupa label.
Label berisi informasi penting berkaitan dengan produk. Label
mencamtumkan beberpa informasi seperti, nama produk, cara pakai,
aturan pakai, tanggal kadaluwarsa, dan sebagainya. Penentuan tanggal
kadaluwarsa berdasarkan pengamatan secara organoleptik selama ± 4
minggu dalam suhu ruang, sedangkan dalam lemari pendingin hampir 2
bulan. Pada dasarnya produk dari alam mempunyai masa simpan yang
relatif lama, yaitu minimal 6 bulan lamanya.
38
Gambar 19. Pemberian Label pada Kemasan
Gambar 20. Produk Jadi “BEAUTYBELLE”
3. Pengemasan
Definisi pengemasan secara sederhana menurut (Tjiptono,
1997:106) adalah sarana yang membawa produk dari produsen ke tempat
pelanggan atau pemakai dalam keadaan yang memuaskan. Bahan
kemasan harus memiliki beberapa sifat komersial agar dapat difungsikan
dengan baik,yang antara lain: harus dapat mewadahi produk, harus dapat
melindungi produk, harus dapat menjual produk dan biaya-biaya bahan
pengemasan tersebut ditinjau secara keseluruhan adalah wajar dan
otomatis.
a) Kemasan
Pengemasan (packaging) merupakan proses yang berkaitan
dengan perancangan dan pembuatan wadah (container) atau
pembungkus (wrapper) untuk suatu produk. Untuk suatu produk.
Tujuan penggunaan kemasan antara lain:
a. Sebagai pelindung isi (protection), misalnya dari kerusakan,
kehilangan, berkurangnya kadar/isi, dan sebagainya.
39
b. Memberikan kemudahan dalam penggunaan (operating), misalnya
supaya tidak tumpah,
c. Bermanfaat dalam pemakaian ulang (reusable), misalnya untuk
diisi kembali (refill) atau untuk wadah lain.
d. Memberikan daya tarik (promotion), yaitu aspek artistic, warna,
bentuk maupun desainnya.
e. Sebagai identitas (image) produk, misalnya berkesan kokoh/awet,
lembut, atau mewah.
f. Distribusi (shipping), misalnya mudah disusun, dihitung, dan
ditangani.
g. Informasi (labeling), yaitu menyangkut isi, pemakaian, dan
kualitas.
h. Sebagai cermin inovasi produk, berkaitan dengan kemajuan
teknologi dan daur ulang.
(Tjiptono, 1997:106).
Gambar 21. Wadah Kemasan Masker
Kemasan “BEAUTYBELLE” adalah wadah kemasan masker
lulur dan standar ukuran 50 gram berwarna putih bersih yang
diperoleh dari Toko Cipta Kimia yang beralamatkan di JL Yos
Sudarso No.244, Solo. Wadah kemasan masker tersebut sudah
memenuhi tujuan dari proses pengemasan. Kemasan
“BEAUTYBELLE” mampu melindungi produk dari kerusakan,
mudah digunakan, reusable, mudah didistribusikan, dan awet.
b) Labelling
40
Salah satu daya tarik yang dapat ditonjolkan dari sebuah produk
adalah kemasannya. Kekuatan desain kemasan mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap keputusan pembelian karena desain kemasan yang
unik memiliki daya tarik tersendiri bagi para konsumen. Label
merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi
mengenai produk dan penjual. Sebuah label bisa merupakan bagian
dari kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang
ditempelkan pada produk.
Gambar 22. Label Kemasan “BEAUTYBELLE”
Brand Label pada kemasan yaitu “BEAUTYBELLE”
merupakan nama merk dari produk masker wajah. Brand label
diletakkan di sisi depan dengan posisi center agar mudah dilihat dan
dibaca. Bagian sisi depan label berisi konten gambar komposisi
bahan, slogan “all you need is”, dan berat bersih produk. Backgroud
label berwarna hitam sesuai dengan tagline produk yaitu Herb Black
Mask dengan kombinasi warna gold di sekelilingnya menambah
kesan elegan label kemasan, slogan “all you need is” bertujuan bahwa
produsen mempunyai harapan produk “BEAUTYBELLE” merupakan
salah satu barang yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen secara
keseluruhan. Label pada sisi belakang mencantumkan konten berupa
informasi produk meliputi, manfaat produk, cara pakai, aturan pakai,
41
komposisi, tanggal kadaluwarsa, layanan konsumen, dan nama
produsen. Desain label kemasan tersebut terlihat unik, mewah, dan
elegan karena jarang sekali produk masker wajah yang mengenakan
label berwarna hitam, kebanyakan berwarna putih atau warna cerah
lainnya. Desain yang eyecatching tersebut mampu menarik minat para
konsumen untuk membeli karena merasa penasaran dan ingin
mencoba produk “BEAUTYBELLE”.
4. Evaluasi Sediaan
a) Organoleptik
Secara organoleptik sediaan masker wajah “BEAUTYBELLE”
berwarna hitam legam dan agak berkilau, karena dipengaruhi oleh
kilau madu. Masker berbentuk pasta yang kental dengan scrub di
dalamnya. Masker beraroma khas arang dan madu, sehingga terkesan
manis.
b) Lama Waktu Sediaan Mengering
Lama waktu mengering ditentukan dengan cara mengoleskan
masker pada punggung tangan sampai mengering, dan dihitung
jangka waktu mengeringnya. Setelah beberapa waktu didapatkan
waktu mengering selama 30 menit untuk kering secara sempurna.
D. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu kegiatan sosial dan manajerial yang di
dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler 1997).
1. Strategi Pemasaran
a) Produk
Menurut Daryanto (2013:52), produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,
dipergunakan atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan
atau kebutuhan. Konsep lain produk adalah apapun yang dapat
ditawarkan pada pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan
42
merek (Widiyono dan Pakkanna, 2013:137). Produk Masker Wajah
“BEAUTYBELLE” adalah inovasi baru masker alami dengan
kombinasi bahan alam dari arang aktif, tepung beras, dan madu.
Kombinasi ketiga bahan alam tersebut memberikan banyak manfaat
bagi wajah. Setiap orang mempunyai masalah yang berbeda pada
kulit wajahnya. Masker wajah “BEAUTYBELLE” diproduksi untuk
membantu permasalahan pada kulit wajah dengan kandungan zat aktif
di dalamnya. Masker wajah “BEAUTYBELLE” dapat diaplikasikan
pada semua jenis kulit baik kulit normal,kering, maupun berminyak.
Sediaan fisik masker dalam bentuk pasta memudahkan para
konsumen untuk langsung mengaplikasikannya pada kulit wajah
tanpa harus mencampur dengan air terlebih dulu seperti masker pada
umumnya. Wadah kemasan masker yang ekonomis dan fleksibel
sehingga mudah dibawa kemana-mana. Kemasan juga dilengkapi
dengan segel yang berfungsi menjaga kualitas produk dan mencegah
produk agar tidak mudah tumpah. Desain kemasan yang eye catching
mampu menarik minat pembeli dari kalangan pria maupun wanita,
remaja maupun tua untuk membeli produk masker wajah
“BEAUTYBELLE”. Masker wajah dari bahan alam ini selain aman
digunakan juga sangat ekonomis.
b) Price (Harga)
Daryanto (2013:62) mendefinisikan harga adalah jumlah uang
yang ditagihkan untuk suatu produk atau sejumlah nilai yang
dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan
produk. Harga masker wajah “BEAUTYBELLE” sebesar
Rp 17.000,00, harga tersebut berdasarkan perhitungan Harga Pokok
Produksi (HPP) ditambah dengan keuntungan. Harga Pokok Produksi
produk sebesar sekian ditambah dengan keuntungan yang diharapkan
agar tidak mengalami kerugian. Harga tersebut merupakan harga yang
relatif standar jika dibandingkan dengan harga yang berlaku di
pasaran. Harga masker wajah “BEAUTYBELLE” sebesar
43
Rp 17.000,00, merupakan harga yang cukup terjangkau bagi semua
kalangan.
c) Promosi
Menurut Tjiptono (2008:219), promosi adalah aktivitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/
membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan
produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk
yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Istilah lainnya
promosi merupakan teknik-teknik atau berbagai cara yang dirancang
untuk menjual produk atau pesan yang disampaikan perusahaan
kepada konsumen tentang produknya, menurut Widiyono dan
Pakkanna (2013:148). Promosi penjualan masker wajah
“BEAUTYBELLE” dilakukan secara online dan offline. Secara
online dengan menggunakan media sosial seperti facebook,
instagram, dan aplikasi chat seperti whatsapp dan bbm. Secara offline
promosi dilakukan secara langsung kepada calon konsumen di sekitar
rumah penulis dan mahasiswa sekitar Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Pemasaran secara online sangat efisien karena informasi
berkenaan dengan produk dapat menyebar secara luas dengan lebih
cepat, sehingga dapat menjangkau pembeli kapanpun dan dimanapun.
Pemasaran secara offline atau secara langsung juga tidak kalah efektif
karena produsen dapat secara langsung mengutarakan spesifikasi dan
keunggulan produk untuk meyakinkan calon konsumen. Pemasaran
dari mulut ke mulut berdasarkan testimoni para konsumen sangat
membantu penjualan produk, karena calon konsumen yang baru lebih
yakin untuk membeli karena sudah terdapat bukti nyata. Produk
masker wajah “BEAUTYBELLE” sebanyak 20 buah dapat terjual
habis dalam waktu ± 14 hari secara online dan offline.
45
Gambar 25. Promosi dan Respon Konsumen via Media
Sosial Instagram
d) Distribusi (Place)
Menurut Daryanto (2013:100), distribusi adalah saluran yang
dipakai oleh produsen untuk menyalurkan barang hasil produksinya
kepada konsumen, baik berpindahnya hak (penguasaan) hingga
pemindahan barang maupun hanya pemindahan hak kepemilikannya.
Produk masker wajah “BEAUTYBELLE” dipasarkan di lingkungan
sekitar rumah produsen, lingkungan kampus UNS Surakarta, dan
lingkungan Karanganyar. Distribusi di sekitar kampus UNS Surakarta
dan Karanganyar dilakukan dengan cara Cash on Delivery (COD),
yaitu pembeli sebelumnya melakukan pemesanan secara online
kepada produsen via media sosial atau aplikasi chat, namun calon
pembeli tidak perlu melakukan transfer pembayaran, karena calon
pembeli mendapatkan produk tepat setelah pembayaran secara tunai
(cash) di tempat yang telah disetujui. Distribusi masker wajah
“BEAUTYBELLE” secara offline dengan cara menawarkan produk
secara langsung kepada calon pembeli di sekitar rumah produsen dan
46
teman kampus hingga terjadi kesepakatan jual beli antara produsen
dan konsumen.
2. Target Pasar
Produk masker wajah “BEAUTYBELLE” ditujukan untuk
konsumen baik pria maupun wanita, usia remaja hingga dewasa. Saat ini
tidak hanya kaum wanita saja yang memerhatikan perawatan kulit wajah,
sebaliknya kaum pria juga demikian. Usia remaja yang suka mencoba
hal-hal baru cocok untuk pemasaran masker wajah “BEAUTYBELLE”,
begitu pula usia dewasa yang cenderung sudah lebih banyak mengalami
permasalahan pada kulit wajah. Masker wajah “BEAUTYBELLE”
dipasarkan dengan label masker alami yang menggunakan bahan dari
alam yang sangat aman bagi kulit wajah.
Sediaan masker dengan bentuk pasta cocok untuk para konsumen
yang cenderung fleksibel dalam berbagai hal, sangat cocok karena tidak
perlu dicampur dengan air terlebih dahulu sebelum digunakan. Masker
wajah “BEAUTYBELLE” dikemas dalam kemasan yang efisien yang
mudah dibawa kemana saja, mudah penyimpanannya, dan sangat
reuseable. Harga masker wajah “BEAUTYBELLE” yang cukup
terjangkau yaitu Rp 17.000.00 sangat terjangkau bagi semua kalangan.
Semua konsumen dari kalangan bawah sampai atas dapat menjangkau
harga tersebut.
E. Analisa Usaha
Analisis usaha sangat penting dilakukan dalam memulai suatu usaha.
Hasil analisis dapat menjadi bahan dalam pengambilan keputusan terkait
keberlanjutan usaha. Menurut Mubyarto (1989), analisis usaha adalah proses
perhitungan tentang besarnya seluruh biaya (pengeluaran) yang diperlukan
dalam suatu proses produksi, penerimaan dan pendapatan yang akan diperoleh
dari usaha tersebut. Melalui analisis usaha, pengusaha dapat mengetahui
seberapa besar prospek bisnis yang akan dijalani dan berapa keuntungan yang
dapat diraih. Aspek yang dianalisis adalah biaya produksi, harga pokok
produksi, penerimaan dan laba usaha.
47
1. Biaya tetap (Fixed cost)
Biaya tetap merupakan biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya
tetap yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi.
Biaya tetap meliputi peralatan yang dibutuhkan selama proses produksi
dan juga terdiri dari biaya penyusutan alat (Soeharjo 1973). Berikut biaya
tetap yang dikeluarkan untuk produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE”
20 buah dengan berat 40 gram :
Tabel 4.12. Biaya Tetap Produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE”
Nama
Barang
Jum
Lah
Harga
/
Satua
n (Rp)
Nilai
Awal
(Rp)
Nilai
Sisa
(Rp)
Um
ur
(Bul
an)
Biaya
Penyusut
an/Bulan
(Rp)
Lumpang
Alu
1 50.000 50.000 5.000 36 1250
Timbangan 1 40.000 40.000 4.000 24 1500
Sewa
Bangunan
1 100.000 100.000 10.000 1 90.000
Baskom 1 5.000 5.000 500 12 375
Mangkok
Kaca
3 3.000 9.000 900 12 675
Toples 2 7.000 14.000 1.400 12 1050
Saringan 1 2.000 2.000 200 12 150
Sendok 4 2.000 8.000 800 12 600
Panci 1 20.000 20.000 2.000 12 1500
Nampan 1 8000 8000 800 12 600
Gunting 1 3.000 3.000 300 12 225
Total Biaya 97.825
Sumber: Data Primer
Keterangan: 1 tahun = 12 bulan
*Nilai Sisa = 10% Nilai Awal
*Penyusutan =
48
Berdasarkan Tabel 4.6.1 menunjukkan jumlah biaya tetap yang
dikeluarkan dalam produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE”. Biaya
tetap merupakan biaya penyusutan mesin dan peralatan produksi Masker
Wajah “BEAUTYBELLE”. Berdasarkan data primer dapat diketahui
bahwa biaya tetap yang dikeluarkan untuk pembuatan Masker Wajah
“BEAUTYBELLE”. adalah sebesar Rp 97.825,00
2. Biaya Tidak Tetap (Biaya Variabel / VC)
Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan
dengan besar kecilnya produksi, yang jumlah totalnya berubah secara
sebanding dengan perubahan volume produksi (Soeharjo, 1973). Biaya
tidak tetap disebut juga biaya variabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya
berubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Berikut biaya
tidak tetap yang dikeluarkan untuk produksi Masker Wajah
“BEAUTYBELLE” sebanyak 20 buah dengan berat 40 gram :
Tabel 4.2. Biaya Variable Produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE”
Nama
Bahan
Kuantitas Harga Satuan
(Rp)
Jumlah (Rp)
Masker 1 buah 1.000 1.000
Lateks 1 buah 1.000 1.000
Arang Aktif 250 gram 18.000/kg 5.400
Beras 500 gram 10.000/kg 5.000
Madu 200 gram 70.000/kg 14.000
Alumunium
Foil
2 meter 18.000/8 m 4.500
Wadah
kemasan
masker
20 buah 2.000 40.000
Stiker 40 buah 300 12.000
Lap 1 buah 3.000 3.000
Tenaga
Kerja
10 jam 6.000 60.000
Promosi 10.000 10.000
Transport 2 liter 8.000 16.000
Listrik 1 kali produksi 5.000 5.000
Total Biaya 176.900
Sumber: Data Primer
49
Berdasarkan Tabel 4.6.2 menunjukan total biaya variabel yang harus
dikeluarkan dalam produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE”. Total
biaya variabel yang dihasilkan dalam produksi Masker Wajah
“BEAUTYBELLE” sebanyak 20 buah dengan berat 40 gram adalah
sebesar Rp 176.900,00
3. Biaya Total Produksi (Total Cost/ TC)
TC = Biaya Tetap (FC) + Biaya Variabel (VC)
= Rp 97.825 + Rp 176.900
= Rp 274.725
Total biaya produksi merupakan hasil penjumlahan dari total
biaya tetap dan total biaya variabel yang dikeluarkan dalam 1 periode
produksi. Jadi, total biaya keseluruhan untuk produksi Masker Wajah
“BEAUTYBELLE” sebanyak 20 buah adalah sebesar Rp. 274.725,00.
4. Harga Pokok Penjualan (HPP)
Perhitungan HPP (Harga Pokok Penjualan) dimaksudkan untuk
menetapkan modal atau biaya yang diperlukan untuk membuat suatu
produk, untuk kemudian dijadikan pedoman dalam menentukan harga jual
produk (Soekartawi 1995). Harga pokok produksi (HPP) merupakan harga
suatu barang yang dapat ditentukan dan dikontrol oleh produsen. Berikut
adalah Harga Pokok Penjualan Masker Wajah “BEAUTYBELLE” per
kemasan (buah) :
HPP = Biaya Total TC
Total unit produk
= p .
= Rp 13.736
Berdasarkan perhitungan HPP produksi Masker Wajah
“BEAUTYBELLE” diatas, diperoleh HPP per unit sebesar Rp 13.736,00.
Hal tersebut berarti nilai biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produk Masker Wajah “BEAUTYBELLE” per kemasan adalah sebesar Rp
13.736,00/ unit.
5. Harga Jual Produksi (HJP)
50
Penetapan HJP dimaksudkan untuk menghindari kerugian dengan
mendapatkan keuntungan (maksimal) yang diinginkan oleh produsen..
Penetapan HJP didasarkan pada Harga Pokok Produksi (HPP) suatu
produk untuk kemudian ditambahkan dengan laba yang diinginkan
(Soekartawi 1995). Dalam kondisi nyata HJP dapat menyesuaikan dengan
tingkat harga pasar. Pada kondisi pasar sempurna HJP yang lebih tinggi
dari harga pasar mengakibatkan barang tidak laku dijual, sebaliknya bila
HJP jauh dibawah harga pasar berakibat kepada berkurangnya keuntungan
atau laba.
HJP = HPP + Laba Usaha
= Rp 13.736+ Rp 3.264 (24 %)
= Rp 17.000
Harga jual produk dimaksudkan untuk menghindari kerugian dengan
mendapatkan keuntungan yang layak. Berdasarkan perhitungan HJP
diatas, harga jual produk Masker Wajah “BEAUTYBELLE” adalah
sebesar Rp 17.000,00/ unit dengan laba yang diinginkan sebesar
Rp 3.264,00/ unit.
6. Total Penerimaan (TR)
Penerimaan (Revenue) usaha adalah penerimaan dari hasil penjualan
outputnya (Boediono, 2002). Penerimaan adalah sejumlah uang yang
diperoleh dari hasil penjualan produk yang sebanding dengan banyaknya
produk yang berhasil dijual. Berikut adalah total penerimaan usaha dari
produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE” :
Total Penerimaan (TR) = Harga Produk x Jumlah Produksi
= Rp 17.000 x 20
= Rp 340.000
Total Penerimaan usaha yaitu jumlah nilai uang (rupiah) yang
diperhitungkan dari seluruh produk yang laku terjual. Dengan kata lain
total penerimaan usaha merupakan hasil perkalian antara jumlah produk
yang terjual dengan harga produk. Total penerimaan dari penjualan produk
51
Masker Wajah “BEAUTYBELLE” sebanyak 20 unit dengan harga jual
produk sebesar Rp 17.000,00 adalah sebesar Rp. 340.000,00.
7. Keuntungan
Total Keuntungan = Penerimaan Usaha – Biaya Total
= Rp 340.000 – Rp 274.725
= Rp 65.275
Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dengan biaya
total produksi. Keuntungan yang didapat dari penjualan Masker Wajah
“BEAUTYBELLE” ini adalah sebesar Rp. 65.275,00.
F. Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha penting dilakukan guna menghindari kerugian
dan tolak ukur dalam pengembangan serta kelangsungan usaha. Analisis
Kelayakan Usaha merupakan suatu cara untuk mengetahui kelayakan suatu
usaha, baik dari segi ekonomis, teknik maupun finansial. Pada usaha skala
kecil (mikro) paling tidak menggunakan BEP, R/C Ratio dan B/C Ratio
sebagai alat analisis kelayakan agribisnis (Mahyuddin, 2008).
1. BEP (Break Event Point)
BEP adalah situasi dimana suatu usaha tidak mendapatkan
keuntungan tetapi juga tidak menderita kerugian usaha. Break Event Point
(BEP) adalah titik impas dimana posisi jumlah pendapatan dan biaya
bertemu seimbang sehingga belum terdapat selisih atau keuntungan
maupun kerugian. BEP memiliki dua tinjauan yaitu ditinjau dari unit atau
jumlah produksi dan ditinjau dari harga penjualan produk. Menurut
Suratiyah (2006), ada 3 pendekatan penetapan BEP, yaitu BEP Unit, BEP
Penerimaan dan BEP Harga. Berikut adalah BEP dari produksi Masker
Wajah “BEAUTYBELLE”:
a. BEP Unit (Produksi)
BEP unit yaitu jumlah produksi (unit) yang dihasilkan dimana
produsen pada posisi tidak rugi dan tidak untung. Dengan kata lain
BEP satuan menjelaskan jumlah produksi minimal yang harus
52
dihasilkan oleh produsen. BEP unit diperoleh dari total biaya produksi
dibagi harga produk.
BEP Unit (Produksi) = Biaya Tetap
Harga Produk - Biaya Variabel
= p
p . - .
= p .
p . - p .
= p
p .
= 11,9
= 12 unit
Berdasarkan perhitungan diatas, BEP Produksi (Unit) Masker
Wajah “BEAUTYBELLE” adalah 12 unit. Artinya, untuk
mendapatkan titik impas dimana tidak mengalami keuntungan dan
kerugian maka perlu melakukan penjualan sebanyal 12 unit.
b. Nilai BEP
Nilai BEP yaitu sejumlah uang yang didapatkan produsen dari
hasil penjualan produk agar tidak mengalami untung atau rugi..
BEP Rupiah (Rp) = Biaya Tetap
- Biaya Variabel Unit
Harga Produk
= p .
- p .
p .
=
= Rp 203.802,00
= Rp 204.000,00
. Nilai BEP artinya uang penjualan Masker Wajah
“BEAUTYBELLE” yang perlu diterima agar terjadi BEP adalah
sebesar Rp 204.000,00
2. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio)
53
Efisien tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya hasil
yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang
diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. R/C Ratio (Revenue Cost
Ratio) merupakan efisiensi usaha, yaitu ukuran perbandingan antara
Penerimaan usaha (Revenue = R) dengan Total Biaya (Cost = TC).
Dengan nilai R/C, dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan
atau tidak menguntungkan. Usaha efisiensi (menguntungkan) jika nilai
R/C > 1.
R/C Ratio Total Penerimaan
Biaya total
= p .
p .
= 1,23 > 1
Berdasarkan perhitungan diatas, R/C Ratio merupakan salah satu
analisis untuk mengetahui apakah suatu unit usaha dalam melakukan
proses produksi mengalami kerugian, impas atau untung. R/C Ratio = 1
berarti impas (BEP), R/C Ratio < 1 berarti mengalami kerugian dan R/C
Ratio > 1 mengalami keuntungan. R/C Ratio penjualan Masker Wajah
“BEAUTYBELLE” adalah sebesar 1,23 yang artinya lebih dari satu
menunjukkan bahwa usaha produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE”
layak untuk dijalankan.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan tugas akhir dan analisa usaha, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Proses produksi masker wajah “BEAUTYBELLE” dapat dilakukan
dengan baik dan cukup berhasil. Tahapan produksi dimulai dari pemilihan
bahan baku, persiapan bahan baku (arang aktif yang telah dihaluskan,
tepung beras, dan madu), proses pembuatan masker (menimbang arang
aktif 200 gr, tepung beras 500 gr, madu 200 gr, lalu mencampur arang
aktif dan tepung beras hingga merata, mencampur serbuk arang dan
tepung beras yang sudah rata dengan madu hingga homogen, mengemas
masker ke dalam wadah kemas sebanyak @40 gr, menyegel kemasan
dengan alumunium foil, kemudian diberi label pada kemasan) hingga
produk siap dipasarkan.
b. Pemasaran masker wajah “BEAUTYBELLE” bertajuk Herb Black Mask
with Carbon Active yang dilakukan melalui media sosial Instagram dan
aplikasi chat Whatssapp dan BBM serta pemasaran secara langsung dari
mulut ke mulut. Kedua media pemasaran sangat efektif dan efisien,
produk “BEAUTYBELLE” yang berjumlah buah dapat terjual habis
selama kurang lebih 14 hari.
c. Usaha masker wajah “BEAUTYBELLE” bertajuk Herb Black Mask with
Carbon Active mempunyai R/C Ratio sebesar 1,23 yaitu lebih dari satu,
yang artinya layak untuk dijalankan.
B. Saran
Untuk menghasilkan kosmetik herbal yang teruji keamanannya
secara klinis maka perlu dilakukan uji laboratorium yang lebih mendalam.
Kosmetik yang sudah memiliki sertifikat pengujian, lebih disukai oleh
konsumen secara luas. Oleh sebab itu, diperlukan pengujian skala
laboratorium agar benar-benar teruji khasiat dan keamanannya.
54
55
DAFTAR PUSTAKA
Aceng Ridwan Fauzi dan Nurmalina. 2012. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta:
Elex Media Komputindo
Anonim. 2017. 5 Manfaat Rahasia Arang Untuk Kecantikan Alam.
http://breaktime.com.Diakses pada 6 Juni 2017 Pukul 11.15
WIB
2017. Manfaat Tepung Beras Untuk Kecantikan Anda.
http://lifestyle.liputan6.com. Diakses pada 6 Juni 2017 Pukul
11.20 WIB
2017. Kandungan Tepung Beras. www.organisasi.org.. Diakses pada
6 Juni 2017 Pukul 10.57 WIB
2017. Tepung Beras Untuk Kecantikan . www.boldsky.com. Diakses
pada 19 Mei 2017 Pukul 11.01 WIB
Austin, G.T. . Shreve’s Chamical Process Industry. Fifth Edition. MCGraw-
Hill Book Company, New York : 136-138.
Budiono. 2002. Ekonomi Mikro Seri Sinopsis: Pengantar Ilmu Ekonomi No.1.
BPFE, Yogyakarta.
Christine Suharto Cenadi, Peranan Desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran
Jurnal Nirmana Vol. 2 – No. 1, Januari 2000, Universitas Kristen Petra
Surabaya
Daryanto. 2013. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Cetakan II. Januari 2013.
PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Bandung.
David. 2000. Manajemen Strategi. Prendhallindo, Jakarta
Dewi Muliyawan dan Neti Suriana. 2013. A-Z tentang Kosmetik. Jakarta: Elex
Media
Dwikarya, Maria. 2002. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Kawan Pustaka.
Engel, J; Blackwell, R. 2004. Consumer Behavior. Dryden Press Chicago Fehri,
B., Aiache, J. M., Mrad, S., Korbi, S. & Lamaison, J. L. 1996. Olea
europaea L. : stimulant, anti-ulcer and anti-inflammatory effects. Boll.
Chim. Pharm. Vol 135 (1), 42-49.
Fellow, P.J. 1988. Food Processing Technology Principle and Practice. Ellis
Horwood, New York.
Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Buku
dua Edisi delapan, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara
Harris, P. 1999. On charcoal. Interdisciplinary Science Review 24(4):301306.
56
Harry, Ralph G. (1973). Harry’s Cosmeticology. Edisi keenam. New York.
Chemical Publishing., Inc. Hal : 103-109.
Hasnelly dan Sumartini. 2011. Kajian sifat fisiko kimia formulasi tepung
komposit produk organik. Seminar Nasional PATPI.375-379.
Inglett, G. E. dan L. Munk. 1980. Rice ricen progressin chemistry and nutrition.
cereal for food and beverages. Academic Press, New York.
J. Rio Purbaya., 2002. Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Madu Alami. Edisi
1. Bandung: Pionir Jaya.
Jamilatun, Siti, Martomo S. 2014. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung
Kelapa dan Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair Spektrum Industri,
2014, Vol. 12, No. 1, 1 – 112
Kadariah. 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Karo - karo et al. 1995. Tingkat Pendapatan Usaha Kereman Sapi Aceh (The
Level of Income From Aceh Cattle Fattening Scheme), JPPS Vol 1 No. 5,
Januari 1995.
Kotler Philip dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Pengendalian. Edisi Pertama. Penerbit Prentice Hall,
Salemba Empat, Jakarta.
Kotler, P., V.Wong, J. Saunders, G. Armstrong. 2006. Principles of Marketing.
Pearson Education Limited, England.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta:
Erlangga
Kottler, Philip dan Keller, K. 2008. Manajemen Pemasaran. Erlangga, Jakarta.
Lempang, M. 2014. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Jurnal Penelitian
Kehutanan Vol 11 No 2. Balai Penelitian Kehutanana Makassar, Makassar.
Madjid, Emma. 2011. 500 Rahasia Cantik Alami. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Maysuhara, S., 2009, Rahasia Cantik, Sehat, dan Awet Muda, Yogyakarta (ID),
Pustaka Panasea.
Meilita, Taryana. 2002. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya),
Skripsi Jurusan Teknik Industri, FT-USU, (2002)
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta
Mulyadi. 1993. Akutansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Penjualan
Pengendalian Biaya. Yogyakarta. BPFE UGM.
Mutchler, 1991 cit Sutarna, Titta, 2013. Formulasi Sediaan Masker Gel dari
Ekstrak Etanol Daun The Hijau (Camelia sinensis L.) dan madu Hitam
(Apisordata) sebagai Antioksidan. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 1 (1),
17-23
57
Nurminah, M. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik Dan
Kertas Serta Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. Laporan
Penelitian. Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Sumatera Utara.
Prawirosentono, Sujadi. 1997. Manajemen Produksi Dan Operasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sacharow, S and Griffin, R. 1980. Principles of Food Packaging. The AVI
Publishing Co Inc., Westport Connecticut.
Saraf, S. 2006. Textbook of Oral Pathology. Jjeypee Brother Publisher, USA.
Sari, Reny Puspita. 2011. Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Usaha
Agroindustri Chip Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Pembuatan MOCAF
(Modified Cassava Flour) di Kabupaten Trenggalek. Malang.
Sethpakdee, S. 2002. Citrus aurantifolia, In: adible fruit and nut: prosea sent
resources of south east asia. 2, 126-128.
Setiadi, 2007 cit Sutarna, Titta, 2013. Formulasi Sediaan Masker Gel dari
Ekstrak Etanol Daun The Hijau (Camelia sinensis L.) dan madu Hitam
(Apisordata) sebagai Antioksidan. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 1 (1),
17-23
Shinta, Agustina. 2011. Manajemen Pemasaran. Universitas Brawijaya Press,
Malang
Slavtcheff, 2000 cit Rahmi, Formulasi dan Evaluasi Sediaan Masker Gel Peel-
Off Ekstrak daging Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan
Perbedaan Konsentrasi PVA. Karya Tulis Ilmiah: Progam Studi D3
farmasi. STIKES Muhammadiyah Ciamis.
Soeharjo dan Patong. 1973. Sendi - sendi Pokok Usaha Tani. Departemen Ilmu
ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soekartawi, 1995, Analisis Usaha Tani, UI-Press, Jakarta
Sriyono, R.A., Andriani, I., 2014, Naskah Publikasi: Daya Bakteri Ekstrak
Eetanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap Bakteri
Porphyromonas gingivalis, Yogyakarta: FKIK UMY
Supriyadi. 2009. Panduan Lengkap Itik.. Jakarta. Penebar Swadaya.
Suranto, 2004 cit Sutarna, Titta, 2013. Formulasi Sediaan Masker Gel dari
Ekstrak Etanol Daun The Hijau (Camelia sinensis L.) dan madu Hitam
(Apisordata) sebagai Antioksidan. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 1 (1),
17-23
Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Penebar
Swadaya
Swastha, Basu dan Irawan. 2005. Manajemen Pemasaran Modern.Yogyakarta:
Liberty.
58
Syamsudin, M dan Wajdi, M. 2015. Desain Kemasan Makanan KUB Sukarasa
di Desa Wisata Organik Sukorejo Sragen. Benefit Jurnal Manajemen dan
Bisnis. Vol 19 (2), 68-78.
Syamsuhidayat, S dan Hutape, J, R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Tjiptono, Fandi. 1996. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Andy, Yogyakarta.
Tranggono, R.I., dan F. Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. PT. Gramedia, Jakarta
Vita, M. 2015. Pembuatan Ketan Hitam sebagai Masker. Skripsi. Fakultas
Teknik. Uness.Semarang
Widiyono dan Mukhaer Pakkanna. 2013. Pengantar Bisnis : Respon terhadap
Dinamika Global. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Youngson, Robert. 2005. Antioksidan Manfaat Vitamin C dan E Bagi
Kesehatan. Gramedia EGC