bab iv hasil dan pembahasan deskripsi responden ......validitas dan reliabilitas alat ukur yang...
TRANSCRIPT
83
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini akan dilakukan pembahasan
mengenai deskripsi tempat penelitian yaitu di Klasis
Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah Gereja Masehi
Injili di Timor di Kupang, Nusa Tenggara Timur,
deskripsi responden penelitian yaitu Pendeta Wanita
yang menjadi sampel dalam penelitian ini, hasil uji
validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan,
hasil pengukuran variabel, dan uji statistik melalui
teknik analisis regresi berganda serta diskusi hasil
penelitian.
4.1. Deskripsi Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Gereja Masehi
Injili di Timor, terkhusus gereja-gereja yang berada di
daerah Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang
Tengah. Wilayah pelayanan Klasis Kota Kupang dan
Kupang Tengah meliputi daerah Kota Kupang dan
Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pemilihan
wilayah penelitian pada klasis kota kupang dan
klasis kupang tengah didasarkan pada keberadaan
pendeta wanita tersebar di dua klasis ini. Klasis Kota
Kupang terdiri dari 43 jemaat Gereja Masehi Injili di
Timor. Di hampir setiap jemaat terdapat satu sampai
tiga pendeta wanita. Sedangkan klasis Kupang
Tengah terdapat 65 jemaat GMIT yang terdiri dari
gereja induk maupun pos pelayanan atau mata
jemaat yang didalamnya terdapat pendeta wanita
84
yang melayani sebagai ketua majelis jemaat atau
pendeta kedua dan ketiga.
Di tiap Klasis terdapat 78 pendeta baik pada
klasis Kota Kupang maupun klasis Kupang Tengah
sehingga jumlah seluruh pendeta yang melayani
sebanyak 156 yang terdiri dari 17 pendeta pria dan
61 pendeta wanitapada klasis Kota Kupang dan 29
pendeta pria dan 49 pendeta wanita pada klasis
kupang tengah. Pemilihan sampel sebanyak 100
orang pendeta wanita disebabkan oleh adanya
pendeta wanita yang telah ditarik dari jemaat dan
ditempatkan di Kantor Sinode Gereja Masehi Injili di
Timor (GMIT) sebagai pegawai.
Sebelum skala disebar untuk pengumpulan data
telah diadakan uji coba instrumen di Klasis Kupang
Barat yang terdiri dari 45 jemaat dengan pendeta
wanita yang melayani sebanyak 60 orang dan
pendeta pria sebanyak 20 orang.
4.2. Deskripsi Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah pendeta
wanita atau pendeta perempuan yang melayani di
Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah
Gereja Masehi Injili di Timor. Terdapat beberapa
karakteristik dari responden, yang digambarkan
sebagai berikut: Pendeta yang menjadi responden
penelitian berjumlah 100 orang yang seluruhnya
adalah perempuan dan melayani jemaat secara
penuh waktu. Seluruh pendeta wanita di dua klasis
berjumlah 110 orang namun 10 orang menjadi
pegawai di kantor sinode GMIT.
85
4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.1
Persentase Responden Berdasarkan Usia
NO Usia
Responden
(Tahun)
Jumlah Presentase
%
1 25 ≤ x ≤ 30 5 5%
2 31 ≤ x ≤ 35 12 12%
3 36 ≤ x ≤ 40 17 17%
4 41 ≤ x ≤ 45 16 16%
5 46 ≤ x ≤ 50 30 30%
6 51 ≤ x ≤ 55 18 18%
7 56 ≤ x ≤ 60 3 3%
Total 100 100%
Tabel 4.2 menunjukkan gambaran responden
berdasarkan usia, yang diklasifikasikan dalam 8
kelompok usia. Responden penelitian didominasi oleh
pendeta wanita dengan rentang usia 46 ≤ x ≤
50tahun (30%). Kemudian diikuti oleh pendeta
wanita dengan rentang usia 51 ≤ x ≤ 55 tahun
sebanyak 18%, dan yang paling sedikit adalah guru
dengan rentang usia 56 ≤ x ≤ 60 tahun sebanyak 3
86
4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tabel 4.2
Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2 menggambarkan bahwa responden penelitian
yang paling banyak adalah guru dengan tingkat pendidikan
S1 sebanyak 93%, dan sisanya dengan tingkat pendidikan
Sarjana muda dan S2 masing-masing sebanyak 3% dan 4%
4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Tabel 4.3
Persentase Responden Berdasarkan Masa Kerja
NO Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase
1 SmTH 3 3%
2 S1 93 93%
3 S2 4 4%
Total 100 100%
NO
Masa Kerja
(Tahun)
Jumlah Frekuensi
1 ≤ 6 3 3%
2 6 ≤ x ≤10 14 14%
3 11 ≤ x ≤ 14 15 15%
4 15 ≤ x 20 19 19%
5 21 ≤ x ≤ 25 23 23%
6 26 ≤ x ≤ 30 14 14 %
7 31 ≤ x≤ 35 11 11 %
TOTAL 100 100 %
87
Tabel 4.3 menunjukkan gambaran responden
berdasarkan masa kerja, yang diklasifikasikan dalam 3
kelompok. Responden dengan rentang masa kerja 21 ≤ x ≤
25 tahun yang menempati jumlah terbesar yaitu 23%,
diikuti responden dengan rentang masa kerja 15 ≤ x ≤ 20
tahun sebanyak 19%, responden dengan rentang masa kerja
10 ≤ x ≤ 14 tahun sebanyak 15%.
4.3. Deskripsi Hasil Pengukuran Variabel Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data
tentang variabel Work-Family Conflict, Work-Family
Conflict Self-Efficacy, dan kinerja pendeta wanita.
Agar mudah dipahami, data yang diperoleh dari hasil
penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk tabulasi
yaitu penyajian data yang sudah diklasifikasikan
atau dikategorikan ke dalam bentuk tabel atau
diagram, sehingga dapat memberikan gambaran
deskriptif tentang I, dan kinerja pendeta wanita.
4.3.1. Variabel Work-Family Conflict
Skala Work-Family Conflict digunakan untuk
mengukur Work-Family Conflict yang
menggambarkan seberapa besar Work-Family Conflict
yang dialami oleh pendeta wanita GMIT. Dalam hal
ini responden diminta untuk memberikan penilaian
atau memberikan tanggapan sejauh mana Work-
Family Conflict yang dialami oleh responden. Skala
Work-Family Conflict terdiri dari 21 item pernyataan
yang valid dengan menggunakan 5 pilihan jawaban
yaitu skor 5 untuk sangat setuju, skor 4 untuk
setuju, skor 3 untuk ragu-ragu, dan skor 2 untuk
88
tidak setuju dan 1 untuk sangat tidak setuju. 5
pilihan jawaban ini berlaku untuk pernyataan yang
bersifat positif, dan sebaliknya bila pernyataan
bersifat negatif. Skor total teoritik data Work-Family
Conflict menyebar dari skor terendah 21 sampai skor
tertinggi 105. Semakin tinggi skor total menunjukkan
Work-Family Conflict yang tinggi, sebaliknya semakin
rendah skor total menunjukkan Work-Family Conflict
yang semakin rendah. Skor total data Work-Family
Conflict yang diperoleh masing-masing responden,
diklasifikasikan dalam 5 kategori yaitu sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah
Cara membuat kategori:
Jumlah item yang digunakan untuk mengukur
Work-Family Conflict adalah 21 item valid, maka
secara teoritik skor minimum yang diperoleh adalah
21 dan skor maksimum yang diperoleh adalah 105.
Menentukan panjang kelas interval (p) dengan cara:
i = skor tertinggi – skor terendah
Jumlah kategori
Sehingga kategorinya adalah:
i = 105 – 21 = 16,8
5
Dengan demikian, gambaran tinggi atau rendahnya
Work-Family Conflict dikategorikan pada tabel 4.4. dibawah
ini.
89
Tabel 4.4
Deskripsi Pengukuran Variabel Work-Family Conflict
Mean = 51,02 StDev = 12,07
Tabel di atas menunjukkan hasil pengisian
skala Work-Family Conflict yang dinilai berdasarkan
keterlibatan responden dalam bekerja, di mana
diperoleh skor rata-rata untuk Work-Family Conflict
adalah 51,02 dan standar deviasi 12,07. Responden
menyatakan Work-Family Conflict dengan rentang
kategori sangat tinggi sebesar 0%, Work-Family
Conflict berada pada kategori tinggi sebesar 8%,
Work-Family Conflictberada pada kategori sedang
sebesar 27 %, Work-Family Conflict berada pada
kategori rendah sebesar 59%, Work-Family Conflict
pada kategori sangat rendah sebesar 6%.
Berdasarkan pilihan jawaban responden tersebut
Skor Kategori N %
88,2 ≤ X < 105 Sangat
tinggi
0 0%
71,4 ≤ X < 88,2 Tinggi 8 8%
54,6 ≤ X < 71,4 Sedang 27 27%
37,8 ≤ X < 54,6 Rendah 59 59%
21 ≤ X < 37,8 Sangat
Rendah
6 6%
90
menunjukkan bahwa Work-Family Conflict sudah
sepenuhnya berada pada tingkat yang diharapkan,
karena pada dasarnya, para pendeta wanita memiliki
Work-Family Conflict yang sudah tergolong dalam
kategori rendah dan sangat rendah sehingga para
pendeta harus mempertahankan Work-Family
Conflictnya dalam melaksanakan kinerja
pelayanannya sebagai pendeta di GMIT wilayah
Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah, Nusa
Tenggara Timur.
4.3.2. Variabel Work-Family Conflict Self-Efficacy
Skala Work-Family Conflict Self-Efficacy yang
digunakan dalam penelitian menggambarkan Work-
Family Conflict Self-Efficacy pendeta wanita dalam
bekerja di GMIT wilayah Klasis Kota Kupang dan
Klasis Kupang Tengah. Dalam hal ini responden
diminta untuk memberikan penilaian atau tanggapan
sejauh mana tingkat Work-Family Conflict Self-
Efficacy. Skala Work-Family Conflict Self-Efficacy
terdiri dari 17 item pernyataan dengan 5 pilihan
jawaban yaitu skor 5 untuk sangat sangat setuju, 4
untuk setuju, 3 untuk ragu-ragu, 2 untuk tidak
setuju dan 1 untuk sangat tidak setuju. 5 pilihan
jawaban ini berlaku untuk pernyataan yang bersifat
positif, dan sebaliknya untuk pernyataan bersifat
negatif. Skor total empiris yang diperoleh dalam
penelitian ini menyebar dari skor terendah 17 sampai
skor tertinggi 85. Semakin tinggi skor total
menunjukkan Work-Family Conflict Self-Efficacy yang
semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah skor total
91
menunjukkan Work-Family Conflict Self-Efficacy yang
semakin rendah. Skor total data Work-Family Conflict
Self-Efficacy yang diperoleh masing-masing
responden, diklasifikasikan dalam 5 kategori yakni
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat
rendah.
Cara membuat kategori :
Jumlah item yang digunakan untuk mengukur
Work-Family Conflict Self-Efficacy adalah 17 item ,
maka secara teoritik skor minimum yang diperoleh
adalah 17 dan skor maksimum yang diperoleh
adalah 85.
Menentukan panjang kelas interval (p) dengan cara
:
i = skor tertinggi – skor terendah
Jumlah kategori
Sehingga kategorinya adalah:
i = 85 – 17
5
= 13,6
Dengan demikian, gambaran tinggi rendahnya Work-
Family Conflict Self-Efficacy dikategorikan pada Tabel 4.5.
92
Tabel 4.5
Deskripsi Pengukuran Variabel Work-Family Conflict Self-
Efficacy
Tabel di 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata skor
Work-Family Conflict Self-Efficacy pendeta di Klasis
Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah adalah
sebesar dengan standar deviasi. Adapun gambaran
sebaran Work-Family Conflict Self-Efficacy adalah
sebesar 33% pendeta wanita berada pada kategori
Work-Family Conflict Self-Efficacy yang sangat tinggi
dan pada kategori tinggi, 57%, pada kategori sedang
sebesar 10% . Berdasarkan pilihan jawaban
responden tersebut menunjukkan bahwa Work-
Family Conflict Self-Efficacy sudah berada pada
kategori yang tinggi, sehingga para pendeta yang
melayani di jemaat pada Klasis Kota Kupang dan
Klasis Kupang Tengah perlu mempertahankan work-
Skor Kategori N %
71,4 ≤ X < 85 Sangat
tinggi
33 33%
57,8 ≤ X < 71,4 Tinggi 57 57%
44,2 ≤ X < 57,8 Sedang 10 10%
30,6 ≤ X < 44,2 Rendah 0 0%
17 ≤ X < 30,6 Sangat
Rendah
0 0%
Mean= 66,76 StDev= 7,90
93
family conflict self-efficacy yang sudah dimiliki agar
tidak terjadi penurunan
4.3.3 Variabel Kinerja pendeta wanita
Skala kinerja pendeta wanita yang digunakan
dalam penelitian menggambarkan kinerja pendeta
wanita yang bekerja di Klasis Kota Kupang dan
Klasis Kupang Tengah. Dalam hal ini responden
diminta untuk memberikan penilaian atau tanggapan
sejauh mana tingkat kinerja pendeta wanita. Skala
kinerja pendeta wanita terdiri dari 37 item dengan
menggunakan lima pilihan jawaban yaitu skor lima
untuk sangat setuju, empat untuk setuju, tiga untuk
ragu-ragu, dua untuk tidak setuju dan satu untuk
sangat tidak setuju. Lima pilihan jawaban ini berlaku
untuk pernyataan yang bersifat positif, dan
sebaliknya bila pernyataan bersifat negatif. Skor total
empiris yang diperoleh dalam penelitian ini menyebar
dari skor 37 sampai skor yang tertinggi 185. Semakin
tinggi skor total menunjukkan kinerja pendeta
wanita yang semakin tinggi, sebaliknya semakin
rendah skor total menunjukkan kinerja pendeta
wanita yang semakin rendah.
Cara membuat kategori:
Jumlah item yang digunakan untuk mengukur
kinerja pendeta wanita adalah 37 item valid, maka
secara teoritik skor minimum yang diperoleh adalah
37 dan skor maksimum yang diperoleh adalah 185.
Menentukan panjang kelas interval (p) dengan cara:
i = skor tertinggi – skor terendah
Jumlah kategori
94
Sehingga kategorinya adalah:
i = 185– 37
5
= 29,8
Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya kinerja
pendeta wanita dikategorikan pada Tabel 4.6
Tabel 4.6
Deskripsi Pengukuran Variabel Kinerja pendeta wanita
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata skor
kinerja pendeta wanita di Klasis Kota Kupang dan
Klasis Kupang Tengah adalah 152,77 dan standar
deviasi 15,13. Adapun gambaran sebaran kinerja
pendeta wanita yang berada kategori sangat tinggi
adalah sebesar 54%, kategori tinggi sebesar 42%,
kategori sedang 4%. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa kinerja pendeta wanita di Klasis
Skor Kategori N %
155,4 ≤ X < 185 Sangat
tinggi
54 54%
125,8 ≤ X < 115,4 Tinggi 42 42%
96,2 ≤ X < 125,8 Sedang 4 4%
66,6 ≤ X < 96,2 Rendah 0 0%
37 ≤ X < 66,6 Sangat
Rendah
0 0%
Mean= 152,77 StDev= 15,13
95
Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah, berada
pada kategori yang dapat diharapkan yaitu sangat
tinggi, sehingga perlu dilakukan usaha untuk
mempertahankan kinerja pendeta wanita di kedua
Klasis tersebut.
4.4. Hasil Uji Persyaratan Analisis (Uji Asumsi)
Supramono & Haryanto (2005) menyatakan bahwa
sebelum melakukan pengujian hipotesis, data perlu
terlebih dahulu diuji agar memenuhi Criteria Best Linear
Unbiased Estimator (BLUE), sehingga dapat menghasilkan
parameter penduga yang sahih. Uji tersebut meliputi uji
normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas,
dan uji linearitas
4.4.1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas pada penelitian ini
dilakukan dengan analisa grafik histogram, grafik
normal p-p plot of regression standardized residual,
dan uji one somple Kolmogorov Smirnov. Pada analisa
grafik, normalitas dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik
atau dengan melihat histogram dari residualnya.
Adapun dasar pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut :
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh garis diagonal dan tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
96
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2009).
Gambar 4.1 Histogram
Tampilan histogram pada Gambar 4.1 di atas
menunjukkan pola distribusi normal. Sebab
memperlihatkan grafik mengikuti sebaran kurva
normal, di mana kurva berbentuk lonceng/bell
shapped curve yang tidak melenceng ke kiri atau ke
kanan.
97
Gambar 4.2 Grafik P-Plot Test
Berdasarkan grafik normal p-p plot of regression
standardized residual pada Gambar 4.2.
menunjukkan bahwa sebaran data (berupa titik-titik)
berada di sekitar garis diagonal dan penyebarannya
mengikuti arah garis diagonal tersebut,dari angka
terendah sampai angka tertinggi secara signifikan
sehingga asumsi normalitas dapat dipenuhi.
Uji normalitas data dapat pula dilakukan secara
statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov. Data dikatakan terdistribusi secara normal,
bila nilai signifikansi pada output kolmogorov-smirnov
di atas nilai alpha (p>0,05). Adapun hasil uji
normalitas data dengan menggunakan kolmogorov-
smirnov ditunjukkan pada tabel 4.8.
98
Tabel 4.7
Hasil Uji Kolmogorov Smirnov Residual
Dari tabel di 4.8 dapat diketahui bahwa
berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, nilai signifikasi
(Asymp. Sig 2-tailed) 0,754. Karena nilai signifikansi
lebih dari 0,05 (0,754>0,05), maka ketiga variabel ini
berdistribusi normal.
Secara keseluruhan, dengan menggunakan
metode grafik histogram, grafik normal p-p plot of
regression standardized residual, dan one sample
kolmogorov-smirnov dapat dinyatakan bahwa data
penelitian ini memenuhi asumsi normalitas dan
model regresi ini layak untuk digunakan.
4.4.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain.
Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu
asumsi dasar regresi linear, yaitu bahwa variasi
variabel sama untuk semua pengamatan atau
99
disebut homokedastisitas (Gujarati, 1995). Model
regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000). Pengujian
asumsi ini dilakukan dengan analisis grafik
scatterplot dengan komitmen organisasi sebagai
variabel dependennya. Dasar pengambilan
keputusan adalah jika titik-titik pada output
tersebut membentuk suatu pola tertentu yang
teratur maka terjadi heterokedastisitas. Bentuk
grafik scatterplot yang dihasilkan dapat dilihat
sebagai berikut:
Gambar 4.3 Scatterplot
Gambar 4.3. Scatterplot di atas menunjukkan bahwa titik-
titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola-pola
tertentu yang jelas, serta tersebar di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas, sehingga model regresi dapat
dipakai untuk memprediksi variabel kinerja pendeta wanita
berdasarkan Work-Family Conflict dan Work-Family Conflict
Self-Efficacy.
100
4.4.3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji
ada tidaknya hubungan linear secara sempurna atau
mendekati sempurna antara variabel bebas
(independen) dalam model regresi. Asumsi klasik
yang digunakan pada model regresi berganda adalah
bahwa tidak adanya masalah multikolinearitas dalam
hal ini tidak terjadi korelasi antar variabel
independen. Pedoman yang digunakan dalam
pengujian ini adalah nilai tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor). Multikolinearitas terjadi apabila nilai
tolerance ≤ 0.10 dan VIF ≥10 (Ghozali, 2009).
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel 4.9. menunjukkan bahwa kedua variabel
bebas yang digunakan memiliki nilai tolerance
sebesar 0.807 lebih besar dari 0.10 dan nilai
Variance Inflation Factor sebesar 1.239 lebih kecil
dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi masalah multikolinearitas pada variabel
yang digunakan.
Selain melihat nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF), matriks korelasi antar variabel
101
independen (zero order correlation matrix) juga dapat
digunakan untuk melihat ada tidaknya
multikolinearitas dalam model regresi, jika antar
variabel bebas (independen) ada korelasi yang tinggi
(umumnya di atas 0,90) maka hal ini merupakan
indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2009).
Hasil uji zero order correlation matrix dapat dilihat
pada Tabel 4.10.
Tabel 4.9
Hasil Uji Zero Order Correlation Matrix
Correlations
Work-
Family
Conflict
Work-
Family
Conflict
Self-
Efficacy
Kinerja
Pendeta
Wanita
Work-
Family
Conflict
Pearson
Correlation
1 -.439** -.325**
Sig. (2-
tailed)
.000 .001
N 100 100 100
Work-
Family
Conflict
Self-
Efficacy
Pearson
Correlation
-.439** 1 .648**
Sig. (2-
tailed)
.000
.000
N 100 100 100
Kinerja
Pendeta
Wanita
Pearson
Correlation
-.325** .648** 1
Sig. (2- .001 .000
102
tailed)
N 100 100 100
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa besaran
koefisien korelasi antar variabel Work-Family Conflict dan
Work-Family Conflict Self-Efficacy berada di bawah 0,90
yaitu, -0,439. Berpijak dari kedua model uji
multikolinearitas di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
model regresi dalam penelitian ini bebas dari masalah
multikolinearitas.
4.4.4. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui
linearitas hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi
penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut.
Suatu data dikatakan adanya hubungan linear
apabila nilai ρ pada linearity > 0.05. Hasil uji
linearitas terhadap variabel Work-Family Conflict
transformasional, Work-Family Conflict Self-Efficacy,
dan kinerja pendeta wanita dinyatakan pada Tabel
4.11.
103
Tabel 4.10
Hasil Uji Linearitas
Work-Family Conflict dengan Kinerja Pendeta Wanita
Hasil uji linearitas variabel Work-Family Conflict
dengan Kinerja Pendeta Wanita dapat diketahui
pada Tabel 4.10, yaitu nilai ρ sebesar 0,000 (ρ < 0,05)
dengan nilai F sebesar 14.411 sehingga dapat
disimpulkan terdapat linearitas antara Work-Family
Conflict dengan kinerja pendeta wanita.
104
Tabel 4.11
Hasil Uji Linearitas
Work-Family Conflict Self-Efficacy dengan Kinerja Pendeta
Wanita
Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji linearitas
terhadap variabel gaya Work-Family Conflict Self-
Efficacy dengan kinerja pendeta wanita di mana hasil
uji linearitas dengan nilai ρ sebesar 0,00 (ρ<0,05)
dengan nilai F sebesar 25.990 yang berarti Work-
Family Conflict Self-Efficacy dengan kinerja pendeta
wanita terdapat hubungan yang linear.
Secara keseluruhan hasil uji asumsi klasik
menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian karena memenuhi
beberapa persyaratan analisis yaitu data terdistribusi
secara normal, tidak terjadi heteroskedastisitas,
seluruh variabel independen tidak terdapat problem
multikolinearitas, dan adanya hubungan linear
antara variabel independen terhadap variabel
dependen.
105
4.5. Uji Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis yang telah
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda baik secara simultan maupun parsial yang
melibatkan 2 variabel independen yaitu Work-Family
Conflict dan Work-Family Conflict Self-Efficacy serta 1
variabel dependen yaitu kinerja.
Hipotesis: Pengaruh yang signifikan Work-Family
Conflict dan Work-Family Self-Efficacy secara
bersamaan terhadap kinerja Pendeta Wanita di Klasis
Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah Gereja
Masehi Injili di Timor (GMIT).
Hasil Uji Anova
WFC (X1) dan WFCSE (X2) terhadap Kinerja Pendeta(Y)
Tabel.4.12
Untuk membuktikan hipotesis digunakan uji
signifikansi simultan (uji F) dengan tujuan untuk
mengetahui keberartian koefisien regresi secara
bersama-sama dan uji signifikansi parameter
individual (uji statistik t) untuk mengetahui
keberartian koefisien secara parsial serta analisis
regresi linear berganda.
106
Melalui tabel di atas, diketahui nilai Fhitung
sebesar 35,468 dengan nilai signifikansi sebesar
0.000 (nilai p < 0.05), maka dapat dikatakan bahwa
secara simultan Work-Family Conflict dan Work-
Family Conflict Self-Efficacy secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja Pendeta Wanita. Dari hasil ini maka hipotesis
dalam penelitian diterima.
4.5.1. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui
pengaruh secara parsial antara Work-Family Conflict
dan Work-Family Conflict Self-Efficacy terhadap
kinerja pendeta wanita. Hasil uji statistik secara
parsial untuk variabel Work-Family Conflict dan
Work-Family Conflict Self-Efficacy terhadap variabel
kinerja pendeta wanita diperoleh hasil pada Tabel
4.13.
Hasil uji t X1 dan X2 terhadap Y
WFC dan WFCSE terhdap Kinerja Pendeta
Tabel 4.13
107
Berdasarkan tabel 4.14 diperoleh persamaan regresi
linear sebagai berikut:
Y = � + ��1 + ��2
Y = 75.774 + -0.062X1 + 1.201 X2
Keterangan:
1. Koefisien regresi Work-Family Conflict Self-Efficacy
bernilai positif yaitu 1,201 yang berarti bahwa
terdapat pengaruh positif Work-Family Conflict self-
efficacy terhadap kinerja Pendeta wanita. Dalam hal
ini setiap penambahan satu satuan atau tingkat
Work-Family Conflict self-efficacy akan berdampak
pada meningkatnya kinerja pendeta wanita sebesar
1,201, dengan asumsi bahwa variabel independen
yang lain dari model regresi adalah tetap.
2. Koefisien regresi work-family conflict bernilai negatif
yaitu -0,62 yang berarti terdapat pengaruh negatif
terhadap kinerja pendeta wanita. Dalam hal ini
setiap peningkatan satu satuan atau tingkat pada
work-family conflict akan berdampak pada
menurunnya kinerja pendeta wanita sebesar -062
dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya
adalah tetap.
3. Melalui analisa uji t (Tabel 4.14) dapat diketahui
bahwa variabel Work-Family Conflict mempunyai nilai
thitung sebesar -0,576 dengan signifikansi 0,566
(p>0,05), yang berarti Work-Family Conflict tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
Pendeta wanita. Variabel Work-Family Conflict self-
efficacy mempunyai nilai thitung sebesar 7,297 dengan
108
signifikansi 0,000 (p<0,05), yang berarti Work-Family
Conflict self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pendeta wanita. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa secara parsial hanya Work-Family
Conflict self efficacy yang memengaruhi kinerja
pendeta wanita.
Tabel 4.14
Hasil Uji Regresi X1 dan X2 terhadap Y
Dari tabel 4.14 diketahui nilai r (koefisien
korelasi) sebesar 0,650 menggambarkan bahwa
terdapat korelasi secara simultan antara Work-Family
Conflict dan Work-Family Conflict self-efficacy
terhadap kinerja Pendeta wanita. Koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,422, menggambarkan
bahwa sumbangan pengaruh Work-Family Conflict
dan work –family conflict self-efficacy terhadap
kinerja pendeta wanita sebesar 42,2% sedangkan
sisanya 57,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Dari hasil analisis
data diketahui bahwa hanya terdapat pengaruh yang
signifikan Work-Family Conflict self-efficacy terhadap
kinerja Pendeta wanita di Klasis Kota Kupang dan
109
Klasis Kupang Tengah Gereja Masehi Injili di Timor
(GMIT).
4.5.2. Sumbangan Efektif
Sumbangan efektif digunakan untuk
mengetahui berapa besar sumbangan efektif masing-
masing variabel bebas. Sumbangan efektif semua
variabel bebas sama dengan koefisen determinasi
(Budiono, 2004).Untuk mengetahui sumbangan
efektif dari tiap variabel independen terhadap
variabel dependen dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
SE X1 = Nilai β x koefisien Korelasi X1Y x 100%
SE X2 = Nilai β x koefisien korelasi X2Y x 100%
Nilai β yang digunakan dalam perhitungan
adalah nilai yang sudah distandarisasi, untuk dapat
membandingkan besarnya pengaruh dari variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.15
Sumbangan Efektif Variabel Independen
Terhadap Variabel Dependen
Variabel Sumbangan
Efektif
X1(Work-Family Conflict) 2,2%
X2 (Work-Family Conflict self-
efficacy)
40%
Total 42,2%
110
Tabel 4.15 memaparkan besarnya sumbangan
efektif yang diberikan oleh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen, dimana
Work-Family Conflict tidak memberikan pengaruh
yang signifikan sebesar 2,2% (β= -0.62 dan koefisien
korelasi 0,325) dan Work-Family Conflict self efficacy
memberikan pengaruh yang signifikan sebesar 40%
(β=0,627 dan koefisien korelasi 0,648). Dari hasil ini
juga menunjukkan bahwa work –family conflict self-
efficacy berpengaruh lebih besar terhadap Kinerja
pendeta wanita dan ada sedikit pengaruh yang
signifikan dari Work-Family Conflict terhadap kinerja
pendeta wanita.
Diskusi
Secara umum hasil pengukuran di atas
membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa Work-Family Conflict dan Work-
Family Conflict self-efficacy secara bersamaan dapat
dijadikan sebagai prediktor terhadap kinerja pendeta
wanita. variabel Work-Family Conflict self-efficacy
secara parsial menjadi prediktor positif signifikan.
Secara simultan pengaruh Work-Family Conflict dan
Work-Family Conflict Self-Efficacy terhadap Kinerja
Pendeta Wanita tercermin dalam hasil penelitian
dengan uji F (uji signifikansi simultan) dengan nilai F
sebesar 35,468 pada taraf signifikansi 0,000
(ρ<0,05) yang artinya kedua variabel secara simultan
mempengaruhi kinerja pendeta wanita karena
tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Sehingga
hipotesis dalam penelitian ini terjawab, dan variabel
111
work-family conflict tetap harus diperhitungkan.
Temuan ini juga didukung dengan pembuktian nilai
R square (R2) sebesar 0,422 yang menjelaskan bahwa
42,2% dari total varians Kinerja pendeta wanita
dapat dijelaskan secara simultan oleh Work-Family
Conflict dan Work-Family Conflict self-efficacy, sisanya
sebesar 57,8% dipengaruhi oleh variabel lain.
Dengan demikian kinerja pendeta wanita di Klasis
Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah, hanya
dipengaruhi oleh Work-Family Conflict self-efficacy.
Dengan kata lain, makin tinggi Work-Family Conflict
self-efficacy maka makin tinggi pula kinerja kerja
pendeta wanita yang dihasilkan. Sebaliknya, makin
rendah Work-Family Conflict self- efficacy maka
makin rendah pula kinerja pendeta wanita. Hal ini
mungkin terjadi karena para pendeta wanita
menyadari bahwa dalam melakukan peran sebagai
pelayan dalam gereja dan peran sebagai ibu rumah
tangga konfliknya rendah sehingga dibutuhkan
keyakinan akan kemampuan diri sendiri dalam
menghadapi konflik tersebut yang disebut dengan
Work-Family Conflict self-efficacy. Pengaruh Work-
Family Conflict self-efficacy yang kuat pengaruhnya
terhadap kinerja pendeta wanita yang nampak pada
penelitian ini juga mendukung pernyataan bahwa
self efficacy adalah karakteristik internal yang
mempengaruhi perilaku dan reaksi dalam cara yang
relatif konstan dan terprediksi, ditentukan oleh
situasi dan merupakan suatu konstrak dalam
domain motivasi yang sangat relevan dengan kinerja
112
(Bandura, 1997; Stajkovic & Luthans, 1998 dalam
Sonnentag & Frese, 2001).
Dalam hasil penelitian ini juga diperoleh
sumbangan efektif dari Work-Family Conflict sebesar
2,2% (β= -0,062 dan koefisien korelasi 0,325) ini
menjelaskan 2,2% dari varians kinerja pendeta
wanita dapat dijelaskan oleh dan sisanya 97,8%
dipengaruhi oleh variabel lain. Dengan demikian
tidak ada pengaruh Work-family conflict terhadap
kinerja Pendeta Wanita di Klasis Kota Kupang dan
Klasis Kupang Tengah GMIT. Hal ini dapat
disebabkan oleh lama masa kerja seorang pendeta
wanita di GMIT dan juga tingkat pendidikan yang
dimiliki dan atau seperti yang ditemukan dalam
penelitian ini yaitu tingginya keyakinan diris akan
kemampuan dalam menghadapi work-family conflict
yang ada pada diri pendeta wanita yang berakar pada
iman seorang pendeta wanita kepada Tuhan dimana
mereka yakin bahwa Tuhan akan memampukan
mereka dalam menghadapi segala sesuatu. Hasil
penelitian ini didukung oleh hasil penelitian oleh
Netemeyer, et al., (1996) yang menyatakan work-
family conflict sangat jarang berkorelasi dengan
variabel-variabel yang biasa dipakai untuk mengukur
kinerja.
Hasil uji t dalam penelitian ini menyatakan
bahwa variabel Work-Family Conflict mempunyai nilai
thitung sebesar -0,576 dengan signifikansi 0,566
(p>0,05), yang berarti Work-Family Conflict tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
113
Pendeta wanita. Variabel Work-Family Conflict self-
efficacy mempunyai nilai thitung sebesar 7,297 dengan
signifikansi 0,000 (p<0,05), yang berarti Work-Family
Conflict self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pendeta wanita. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa secara parsial hanya Work-Family
Conflict self efficacy yang memengaruhi kinerja
pendeta wanita.
Dalam penelitian ini semua data berdistribusi
normal. Data penelitian juga bersifat linear namun
untuk data work-family conflict bersifat linear negatif
yaitu ketika work-family conflict meningkat maka
akan terjadi penurunan pada tingkat kinerja seorang
pendeta wanita dan sebaliknya. Sedangkan pada
hubungan linearitas antara work-family conflict self-
efficacy dan kinerja pendeta wanita bersifat positif
yaitu ketika work-family conflict self-efficacy
meningkat maka kinerja pendeta wanita juga ikut
meningkat.
Hal ini terlihat pada persentase pada variabel
work-family conflict pada kategori rendah sebesar
59% sedangkan work-family conflict self-efficacy
sebesar 57% pada kategori tinggi dan kinerja pendeta
wanita sebesar 54% pada kategori sangat tinggi.
Hasil persentase ini menunjukkan hubungan
linearitas seperti yang tersebut di atas. Dengan
tingkat persentase di atas, maka para pendeta wanita
perlu berusaha mempertahankan Work-family conflict
self-efficacy dan kinerjanya pada tingkat tinggi dan
114
sangat tinggi agar work-family conflict tetap berada
pada tingkat rendah.