bab iv hasil penelitian dan...

100
53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Umum Tempat Penelitian Penelitian Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di laksanakan di SMA Negeri 2 Salatiga yang terletak di Jalan Tegalrejo Nomor 79 Salatiga. Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data bahwa SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai 1.029 sumber daya manusia yang meliputi 59 tenaga pendidik, 22 tenaga kependidikan, 8 tenaga kebersihan, dan 940 siswa. Ada tiga jurusan untuk setiap jenjang angkatan, kelas X terdiri dari enam kelas jurusan MIPA, empat kelas jurusan IPS dan satu kelas jurusan bahasa. Sedangkan kelas XI dan kelas XII terdiri dari lima kelas jurusan MIPA, lima kelas jurusan IPS dan satu kelas jurusan bahasa. Kelas X menggunakan sistem kurikulum 2013 dan kelas XI dan kelas XII menggunakan sistem kurikulum 2006. SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai luas lingkungan sekolah 28.850 m 2 , terdiri dari 5.971 m 2 bangunan dan 22.879 m 2 ruang terbuka hijau, rindang dan sejuk. Jumlah pohon yang memiliki lingkar batang lebih dari 50 cm di lingkungan sekolah ada 71 pohon dengan keanekaragaman jenis vegetasi sekitar 500 jenis di topang dengan 10 sumur resapan, 105 buah biopori,

Upload: dodang

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Deskripsi Umum Tempat Penelitian

Penelitian Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di

laksanakan di SMA Negeri 2 Salatiga yang terletak di

Jalan Tegalrejo Nomor 79 Salatiga. Dari hasil observasi

dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

bahwa SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai 1.029

sumber daya manusia yang meliputi 59 tenaga

pendidik, 22 tenaga kependidikan, 8 tenaga kebersihan,

dan 940 siswa. Ada tiga jurusan untuk setiap jenjang

angkatan, kelas X terdiri dari enam kelas jurusan MIPA,

empat kelas jurusan IPS dan satu kelas jurusan

bahasa. Sedangkan kelas XI dan kelas XII terdiri dari

lima kelas jurusan MIPA, lima kelas jurusan IPS dan

satu kelas jurusan bahasa. Kelas X menggunakan

sistem kurikulum 2013 dan kelas XI dan kelas XII

menggunakan sistem kurikulum 2006.

SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai luas

lingkungan sekolah 28.850 m2, terdiri dari 5.971 m2

bangunan dan 22.879 m2 ruang terbuka hijau, rindang

dan sejuk. Jumlah pohon yang memiliki lingkar batang

lebih dari 50 cm di lingkungan sekolah ada 71 pohon

dengan keanekaragaman jenis vegetasi sekitar 500 jenis

di topang dengan 10 sumur resapan, 105 buah biopori,

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

54

10 sumur resapan, satu instalansi pengolahan limbah

(IPAL), tempat pengolahan sampah terpadu, ruang bank

sampah dan ruang kreatif sebagai tempat pengolahan

dan penyimpanan hasil karya pengolahan sampah

anorganik, dan lima kolam ikan dengan dua

diantaranya sebagai penampungan air cuci tangan (air

wundu). Sekolah juga dilengkapi dengan kebun

konservasi tanaman, kebun kelas, green house, kebun

obat, taman sekolah, vertical garden, ruang terbuka,

lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan bola

volly dan kantin kejujuran.

Untuk melayani kebutuhan warga sekolah

dibangun 32 kamar mandi-WC yang terawat

kebersihannya. Kebutuhan praktikum dalam ruangan

dilayani dengan disediakan satu laboratorium bahasa,

satu laboratorium kimia, satu laboratorium fisika, satu

laboratorium biologi, dan empat laboratorium TIK serta

perpustakaan sesuai kriteria standar nasional

pendidikan. Proses belajar mengajar di dalam kelas

dilayani di 33 ruang kelas. Ruang guru, ruang TU,

ruang BP/BK, ruang Kepala Sekolah, ruang Waka,

ruang Kurikulum, ruang kesiswaan dan ada 33 kelas.

Warga sekolah disediakan Mushola, ruang agama

Katolik, ruang agama Kristen dan agama Hindu.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

55

1.2 Hasil Penelitian

1.2.1 Context Program Sekolah Adiwiyata

1.2.1.1 Kebutuhan Program

Dibandingkan dengan SMA lain di Salatiga, SMA

Negeri 2 Salatiga termasuk terletak dipinggiran kota.

Namun demikian dalam pengelolaan lingkungan

sekolah dapat dikategorikan membanggakan. Seiring

dengan pencanangan program Sekolah Adiwiyata oleh

Kementrian Lingkungan Hidup melalui Dinas

Lingkungan Hidup (DLH) Kota Salatiga, mulai tahun

2011 penataan dan pengelolaan lingkungan sekolah

dilakukan secara terencana dengan melibatkan warga

sekolah. DLH Kota Salatiga mempunyai program

pelestarian lingkungan hidup dengan menanamkan

karakter budaya dan kepedulian lingkungan melalui

pendidikan dari tingkat SD, SMP dan SMA. Melalui

lomba Sekolah Adiwiyata diharapkan sekolah-sekolah

mengimplementasikan pendidikan karakter budaya

peduli lingkungan kepada semua unsur warga sekolah.

Guru, siswa dan karyawan belajar dan sekaligus

membudayakan kebiasaan hidup peduli lingkungan di

lingkungan sekolah. Kebiasaan ini diharapkan juga

diterapkan dilingkungan hidup bermasyarakat,

sehingga sekolah menjadi sangat strategi mengubah

perilaku masyarakat dalam masalah lingkungan.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

56

Sekolah diharapkan menjadi agen perubahan perilaku

masyarakat terhadap masalah lingkungan. Hal ini

seperti yang diungkapkan Kepala Bidang Lingkungan

DLH Kota Salatiga, Arif Suryadi, ST., MM., dalam

kutipan wawancara berikut:

“Pemerintah dalam hal ini Dinas Lingkungan

mengajak sekolah-sekolah untuk melakukan

pembelajaran pelestarian lingkungan hidup. Karena melalui pembelajaran pelestarian

lingkungan di sekolah sangat potensial mendidik

warga negara dalam hal mengelola lingkungan,

merawat lingkungan dan melestaikan

lingkungan. DLH akan selalu membimbing

sekolah-sekolah potensial sebagai pioner , virus program adiwiyata. Sehingga sekolah dapat

mencapai standar sekolah adiwiyata kota,

provinsi, nasional bahkan adiwiyata mandiri.

Selain melaui penyuluhan-penyuluhan juga

diadakan lomba Sekolah Adiwiyata.” (Wawancara tanggal 14 November 2017)

Didorong oleh kebijakan DLH Kota Salatiga ini,

SMA Negeri 2 Salatiga mulai membenahi lingkungan

sekolah dengan merencanakan program Sekolah

Adiwiyata. Sekolah mulai berbenah dengan mengelola

lingkungan secara terprogram. Usaha ini mengantarkan

sekolah mendapatkan penghargaan Wali Kota Salatiga

sebagai Juara 1 Calon Sekolah Adiwiyata SMA/SMK

Kota Salatiga pada tahun 2011. Hal ini seperti yang

diungkapkan Waka Sarana Prasarana dalam kutipan

wawancara berikut :

“Smanda dulu relatif gersang, belum ada penataan lingkungan. Namun sejak tahun 2011

sekolah mulai membenahi lingkungannya.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

57

Sedikit demi sedikit lingkungan mulai tertata. Alhamdulillah tahun 2011 mendapat

penghargaan juara I sebagai calon sekolah

adiwiyata Kota Salatiga pada lomba sekolah

adiwiyata yang diselenggarakan oleh Dinas

Lingkungan Hidup Kota Salatiga. Secara bertahap setiap tahun dilakukan pembenahan

sarana dan prasarana. Sampai sekarang

kebijakan sekolah terhadap pendidikan

lingkungan terus dilaksanakan walaupun

sekolah sudah mendapatkan penghargaan

sebagai sekolah adiwiyata nasional.” (Wawancara tanggal 14 November 2017)

Pelestarian lingkungan yang diwujudkan dalam

program Sekolah Adiwiyata juga sejalan dengan Visi

Sekolah, yaitu : Bertaqwa, berkarakter, berwawasan

lingkungan, dan berdaya saing. Untuk mencapai visi ini

sekolah melaksanakan misi :

a. Meningkatkan semangat hidup yang agamis.

b. Melaksanakan kegiatan akademik dan non

akademik sebagai wadah bagi peserta didik

untuk mengembangkan potensi diri secara

optimal. c. Menerapkan peraturan sekolah secara

konsisten.

d. Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang

dapat menumbuhkan rasa kepedulian sosial

para peserta didik. e. Menciptakan sekolah yang berbudaya literasi

f. Meningkatkan rasa cinta tanah air.

g. Melibatkan orang tua/wali untuk

menciptakan peserta didik yang berkarakter.

h. Menciptakan budaya sekolah yang mencintai

lingkungan. i. Mengadakan koordinasi dengan orang tua,

masyarakat, perguruan tinggi dan instasi

pemerintah maupun swasta.

j. Mengoptimalkan pengembangan diri dalam

persaingan di era global. (KTSP SMA Negeri 2 Salatiga Dokumen I)

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

58

Kepala SMA Negeri 2 Salatiga mulai tahun 2012

telah membuat program pembentukan karakter

berbudaya lingkungan dengan pencanangan program

pengembangan Sekolah Adiwiyata. Kebijakan ini dapat

diketahui dari hasil wawancara dengan Kepala SMA

Negeri 2 Salatiga berikut:

“Program Sekolah Adiwiyata merupakan

program berkelanjutan yang harus didukung

karena program ini juga membentuk karakter kepedulian peserta didik terhadap pelestarian

lingkungan. Apalagi Smanda juga telah

mendapat penghargaan sebagai Sekolah

Adiwiyata tingkat kota, provinsi dan nasional.”

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan juga

dapat dicermati dari hasil wawancara dengan Wakil

Kepala Sekolah Managemen Mutu seperti kutipan

berikut:

“Sekolah melalui kebijakannya untuk setiap tahun pelajaran selalu mengeluarkan SK

Pembentukan Tim Program Adiwiyata. Ini

merupakan salah satu wujud secara formal

bahwa pimpinan berupaya sekolah adiwiyata

yang telah dan sedang berjalan ini dapat terus

berjalan.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum juga mengutarakan hal yang senada, yaitu:

“Kurikulum Smanda sejak bergulirnya program

adiwiyata tahun 2012 menempatkan karakter

peduli lingkungan pada perangkat

pembelajaran. Silabus dan RPP mencantumkan

karakter-karakter kepedulian lingkungan. Hampir semua mapel mencantumkannya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

59

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Gambar 2 : Piagam Penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Kota Salatiga

Hasil wawancara dengan Bendahara Sekolah

tanggal 2 Oktober 2017 mendapatkan data bahwa,

dibidang penganggaran, sejak tahun 2013 secara rutin

sekolah mengalokasikan anggaran belanja 20% dari

total anggaran belanja sekolah khusus untuk program

pengembangan Sekolah Adiwiyata.

Usaha membudayakan kepedulian warga sekolah

terhadap lingkungan mulai nampak sejak tahun 2013,

terlebih dengan mendapat penghargaan sebagai

Sekolah Adiwiyata. SMA Negeri 2 Salatiga pada tahun

2013 dan 2015 mendapat piagam penghargaan sebagai

sekolah kategori Sekolah Adiwiyata tingkat Kota

Salatiga. Pada tahun 2013 dan 2014 mendapat

penghargaan kategori Sekolah Adiwiyata tingkat

Provinsi Jawa Tengah. Dan pada tahun 2016 SMA

Negeri 2 Salatiga merupakan satu-satunya sekolah

tingkat SMA/SMK baik negeri maupun swasta di Kota

Salatiga yang mendapat penghargaan kategori Sekolah

Adiwiyata tingkat nasional.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

60

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

(Dokumen SMA N 2 Salatiga) Gambar 3 : Piagam Penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Nasional

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Dari analisis data hasil pengamatan lingkungan,

visi-misi sekolah, data hasil wawancara dengan Kepala

Sekolah, Waka Kurikulum, Waka Managemen Mutu,

Bendahara Komite, data hasil wawancara dengan Kabid

Lingkungan DLH Kota Salatiga dan penghargaan yang

diperoleh SMA Negeri 2 Salatiga dapat disimpulkan

bahwa SMA Negeri 2 Salatiga didorong oleh kebijakan

Pemerintah yang menjalankan program pelestarian

lingkungan, telah mengambil kebijakan menjalankan

pengembangan program Sekolah Adiwiyata.

Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan tidak

lepas dari upaya sekolah untuk memenuhi salah satu

kebutuhan warga sekolah tentang kenyamanan dan

keamanan lingkungan sekolah sebagai tempat

pembelajaran warga sekolah. Pembelajaran ilmu

pengetahuan, ketrampilan dan spiritualitas. Seperti

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

61

salah satu hasil wawancara dengan sekelompok peserta

didik berikut:

“Saya senang di Smanda walaupun jauh dari

rumah saya karena tempatnya bagus, sejuk, nyaman. Untuk belajar enak, tidak bising.

Banyak tempat terbuka dan terbuka hijau

sehingga kami bisa belajar dimana saja.”

(Wawancara tanggal 6 September 2017)

Kenyamanan siswa belajar Dari visi-misi sekolah,

SMA Negeri 2 Salatiga juga mempunyai tujuan

membangun karakter terutama dalam hal ini karakter

waga sekolah yang peduli berbudaya lingkungan (KTSP

SMA Negeri 2 Salatiga dokumen satu). Observasi

peneliti menemukan beberapa kasus, masih ada

beberapa warga sekolah yang membuang sampah tidak

ditempatnya. Kepedulian meggunakan energi

secukupnya juga belum semua warga jalani, ada

peserta didik yang justru menyalakan lampu teras

disiang hari atau lupa mematikan kran air sehabis

dipakai. Seperti petikan wawancara dengan karyawan

ini.

“Smanda sekarang sudah lumayan, bersih, rapi,

tapi itu lo masih ada saja anak anak yang

membuang sampah sembarangan. Mbok yo

pengertian dikit lah wong yo wis adiwiyata

nasional kok yo ijih ngono, gawan bayi kali.” (Wawancara tanggal 4 September 2017)

Senada dengan wawancara di atas, dalam

wawancara dengan Ketua Program Adiwiyata tanggal

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

62

29 September 2017 mendapat keterangan bahwa warga

sekolah belum seluruhnya terbangun karakter peduli

lingkungan.

“Terkadang siswa bahkan guru dan karyawan juga

masih belum bisa menempatkan, bukan membuang sampah ditempatnya. Sampah plastik

malah dibuang di tempat sampah organik yang

kertas atau daun ditempatkan di anorganik. Perlu

sekali untuk selalu diingatkan baik di upacara

ataupun di pembelajaran di kelas sehingga

pembelajaran terintegrasi dengan budaya lingkungan juga.” (Wawancara tanggal 29

September 2017)

Dari temuan peneliti dan wawancara dengan

karyawan dan Ketua program ada benang merah bahwa

pembudayaan karakter peduli lingkungan di SMA

Negeri 2 Salatiga masih perlu ddiperhatikan. Terlebih

ada guru yang masih mempunyai kebiasaan merokok

dilingkungan sekolah seperti dari petikan wawancara

dengan siswa berikut.

“Pak, kok ada guru yang merokok di parkiran ya.

Kok ndak memberi contoh yang baik. Maaf kok ndak risi sama anak-anak, katanya guru harus

memberi contoh, ya contoh yang baik to. Nanti jika

anak yang ngrokok dimarahi? Gemana tu?”

(Wawancara tanggal 6 September 2017)

Pernyataan ini dibenarkan oleh seorang ibu guru

yang melihatnya juga, bahkan dikatakan ada beberapa

guru dan karyawan jika istirahat merokok di parkiran.

“Sekolah Adiwiyata di Smanda belum sepenuhnya berhasil, karena masih ada warga sekolah

terutama beberapa bapak guru dan karyawan yang

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

63

belum bisa meninggalkan kebiasaan merokoknya, terutama di sekolah. Kadang mereka merokok

diparkiran belakang. Guru sebagai panutan

seharusnya memberi contoh yang baik.”

(Wawancara tanggal 25 September 2017)

Sarana prasarana pengolahan sampah mulai dari

tiap ruangan kelas ( ada tempat sampah basah dan

kering, organik dan anorganik), tempat sampah di luar

kelas atau ruangan (organik, anroganik, dan kaca) dan

di pembuangan akhir di sekolah sudah tersedia komplit

dan bagus. Namun dari pengamatan peneliti sayang

sarana ini belum sepenuhnya dioptimalkan, sampah

masih dicampur belum ada pemisahan. Sarana

komposterpun belum digunakan sepenuhnya. Petikan

wawancara dengan petugas kebersihan menguatkan

data hasil peneliti.

“Terkadang kadang saya memisahkan sampah

organik dan anorganik, tetapi susah juga karena

dari kelas sudah tercampur. Nanti di tempat

pembuangan sementara (TPS) juga belum ada

tempat pemilahan sehingga kadang terasa

percuma walaupun itu sebetulnya salah juga.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)

Ketua program adiwiyata membenarkan hal

tersebut, ketika peneliti mewancarainya seperti petikan

wawancara berikut :

“Sekolah sudah menyediakan sarana prasarana

pengelolahan sampah lengkap, tetapi praktek

dilapangan masih banyak kendala untuk

memanfaatkannya. Pembiasaan memilah sampah belum sepenuhnya berhasil.” (Wawancara tanggal

29 September 2017)

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

64

Kebiasaan berbudaya lingkungan juga belum

sepenuhnya tertanam di lingkungan kantin sekolah.

Dari pengamatan peneliti bulan Oktober 2007 didapat

bahwa katin sekolah masih melayani penjualan

makanan kemasan plastik, apalagi di kantin kejujuran

hampir semua makanan berkemasan plastik tidak

ramah lingkungan. Alasan praktis mengalahkan

penanaman karakter berbudaya lingkungan. Hal ini

dibenarkan oleh petugas kantinnya seperti petikan

wawancara berikut:

“Kami mendukung sekolah adiwiyata, tetapi kami

kewalahan melayani ketika istirahat jika pakai

piring. Dan ada makanan yang tidak bisa dibungkus dengan kertas atau daun bahkan

disajikan dengan piring. Maka kai ambil

praktisnya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Pendapat peserta didik sebagai konsumen utama

kantin juga senada, mereka mengambil praktisnya dan

sering membawa makanan ke luar kantin dan

makannya tidak dikantin tetapi di selasar kelas atau

bahkan di bawa ke kelas.

“Kantinnya walau sudah ada 7 tempat masih

terasa kurang jika pas istirahat. Berdesak-

desakan. Praktis jika pakai plastik dan lebih nyaman. Jika makan lebih santai di selasar kelas,

atau taman, santai longgar.” (Wawancara tanggal

2 Oktober 2017)

Jika ditelaah dari hasil penelitian di atas, hasil

wawancara dengan peserta didik, hasil wawancara

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

65

dengan karyawan, hasil wawancara dengan petugas

kantin, hasil wawancara dengan ketua program, studi

dokumen dan pengamatan peneliti di lapangan maka

dapat disimpulkan bahwa warga SMA Negeri 2 Salatiga

membutuhkan lingkungan yang bersih, sehat, nyaman

dan aman. Dan untuk mendukungnya dibutuhkan

kebijakan sekolah dalam pembudayaan karakter

kepedulian lingkungan.

Semakin jelas bahwa program Adiwiyata

Kementrian Lingkungan Hidup sebagai salah satu

solusi dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman masyarakat terhadap pelestarian fungsi

lingkungan hidup sejalan dengan kebutuhan warga

SMA Negeri 2 Salatiga. Peserta didik membutuhkan

pengetahuan dan ketrampilan tentang lingkungan

hidup serta lingkungan yang nyaman dan aman.

Lingkungan yang nyaman dan aman akan memberi

energi positif untuk belajar. Pengetahuan dan

ketrampilam tentang lingkungan akan memberi bekal

praktik mengelola lingkungan dalam hidup di

masyarakat. Sekolah membutuhkan partisipasi semua

warga sekolah baik siswa, guru dan karyawan dalam

mengelola sampah, lingkungan dan kebersihan

lingkungan. Kebiasaan warga sekolah memilah

sampah, mengurangi sampah, mendaur ulang sampah

dan hemat energi sangat membantu sekolah upaya

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

66

dalam menanta lingkungan menjadi lebih baik. Dengan

kebiasaan hemat energi air, listrik, kertas, maupun

listrik, juga membantu effisiensi anggaran sekolah.

Sehingga Program Sekolah Adiwiyata memang

dibutuhkan di SMA negeri 2 Salatiga.

1.2.1.2 Tujuan Program Sekolah Adiwiyata

Untuk menjawab kebutuhan pengembangan

sekolah berbudaya dan peduli lingkungan, maka

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan membuat kebijakan

diadakan Program Adiwiyata.

Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota Salatiga

berpendapat bahwa Program Adiwiyata ingin

mewujudkan masyarakat yang berbudaya dan peduli

terhadap lingkungan seperti kutipan wawancara

berikut:

“Dengan program sekolah adiwiyata diharapkan

sekolah menjadi agen perubahan budaya

lingkungan. Semoga warga sekolah membawa

ilmu dan kebiasaan berbudaya lingkungan ke

tempat hidup dalam bermasyarakat, terutama di

rumahnya masing-masing. Itu merupakan kontribusinyang besar di bidang lingkungan.”

(Wawancara 14 November 2017)

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua

Program Sekolah Adiwiyata seperti dalam kutipan

wawancara berikut:

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

67

“Tujuan sekolah adiwiyata adalah menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah, nyaman

dan aman. Untuk masalah mendapatkan

penghargaan itu merupakan salah satu

dampaknya atau bonusnya saja. Dan yang

terpenting lagi adalah perubahan karakter warga sekolah yang semakin baik terhadap

permasalahan pelestarian lingkungan.”

(Wawancara 29 September 2017)

Tujuan diselenggarakannya program Sekolah

Adiwiyata nampak dan jelas, yaitu mewujudkan warga

sekolah yang bertanggungjawab dalam upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

melalui tata kelola sekolah yang baik untuk

mendukung pembangunan berkelanjutan. Warga

sekolah dituntut bertanggungjawab dalam tata kelola

lingkungan hidup, tata kelola sekolah yang

berwawasan lingkungan.

Untuk mendukung tercapainya tujuan program

adiwiyata tersebut, sekolah adiwiyata melaksanakan

dua prinsip dasar yaitu partisipatif dan berkelanjtan.

Partisipatif mempunyai pengertian bahwa komunikasi

sekolah terlibat dalam menajeman sekolah yang

meliputi keseluruhan proses perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan

peran. Warga sekolah terlibat dalam seluruh rangkaian

proses kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di

sekolah, mulai dari perencanaan program,

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

68

pelaksanaan program sampai dengan evaluasi

program. Sendangkan prinsip berkelanjutan

mempunyai pengertian bahwa seluruh kegiatan harus

dilakukan secara terencana dan terus menerus secara

komprehensif. Program tidak hanya dilaksanakan

sesaat saja tetapi berkelanjutan, karena penanaman

karakter akan berhasil jika dilakukan secara berulang

dan terus menerus. Secara tidak langsung maka

sekolah turut menciptakan pembangunan karakter

bangsa seperti yang diharapkan yang diharapkan

dalam program adiwiyata berikut:

Dengan melaksanakan program Adiwiyata

akan menciptakan warga sekolah, khususnya

peserta didik yang peduli dan berbudaya

lingkungan, sekaligus mendukung

dan mewujudkan sumberdaya manusia yang memiliki karakter bangsa terhadap perkembangan

ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam

mencapai pembangunan berkelanjutan di

daerah. (Buku Paduan Adiwiyata 2012)

Program adiwiyata terintegrasi dalam empat

komponen kebijakan sekolah yang menjadi satu

kesatuan secara utuh. Hasil dari studi dokumentasi

(Oktober 2017) didapat bahwa keempat komponen

tersebut adalah : kebijakan berwawasan lingkungan,

kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan

berbasis partisipatif, dan pegelolaan sarana pendukung

ramah lingkungan. Kebijakan sekolah berwawasan

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

69

lingkungan merupakan awal dari diselenggarakannya

program adiwiyata di sekolah sehingga kebijakan ini

perlu. Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan

diterjemahkan dala pembelajaran melalui kurikulum

berbasis lingkungan. Silabus, RPP dan UKBM sekolah

mengintegrasikan pembelajaran lingkungan di dalam

setiap mata pelajaran sehingga semua pendidik

bergerak dalam pembelajaran lingkungan. Peserta didik

belajar lingkungan demikian juga tenaga kependidikan

juga melaksanakan kegiatan berwawasan lingkungan

sehingga semua warga sekolah berpartisipasi dalam

pelaksanaan program. Data dari dokumentasi ini

diperkuat dari hasil wawancara dengan Waka

Kurikulum seperti dalam petikan berikut:

“Kurikulum SMA Negeri 2 Salatiga sudah memuat

pembelajaran lingkungan hidup baik secara teori

maupun praktik. Hampir 85% Silabus, RPP menyantumkan pembelajaran lingkungan

berkaitan adiwiyata. Gurupun dalam

pembelajaran sudah menggunakan lingkungan

sekolah sebagai salah satu sarana pembelajaran.

Diharapkan dengan pembelajaran lingkungan

masuk dalam kurikulum, warga sekolah khususnya pesrta didik nantinya mempunyai

wawasan lingkungan dalam berperilaku, terlebih

setelah menjadi orang pengambil kebijakan

mereka tetap memperhatikan kelestarian

lingkungan.” (Wawancara tanggal 2 Oktober

2017)

Jika diteliti dari kelengkapan dan keberadaan

sarana prasarana sekolah, peneliti dalam studi

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

70

lapangan atau pengamatan menemukan data bahwa

sarana prasarana yang ada sangat ramah lingkungan.

Lingkungan terdapat banyak ruang terbuka hijau,

pengembangan ruangan cenderung vertikal, banyak

dibuat resapan-resapan air, adanya pemanfaatan lahan

untuk konservasi tanaman, adanya berbagai macam

vertipot, IPAL dan kolam pemanfaatan air wundlu

sehingga mendukung ketercapain program.

Hasil dari studi pustaka, studi lapangan atau

pengamatan dan wawancara dengan Waka Kurikulum

dapat disimpulkan bahwa tujuan Sekolah Adiwiyata

adalah sekolah yang menanamkan karakter budaya

dan peduli lingkungan kepada warga sekolah melalui

kebijakan berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis

lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif,

dan pegelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.

Pelaksanaan program ini memiliki dasar partisipatif

dan berkelanjutan. Partisipatif memiliki arti bahwa

komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah

yang meliputi keseluruhan proses perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan

peran. Berkelanjutan memiliki arti bahwa seluruh

kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus

menerus secara komprehensif.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

71

1.2.1.3 Manfaat Program

Manfaat dari pelaksanaan program Sekolah

Adiwiyata antara lain adalah pembelajaran tentang

nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan,

menciptakan kebersamaan warga sekolah, menciptakan

kondisi belajar yang lebih nyaman dan kondusif,

meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional

sekolah melalui penghematan dan pengurangan

konsumsi dari berbaai sumber daya dan energi serta

mendukung pencapaian standar kopetensi dan standar

kelulusan. Hal ini dapat dicermati dari Buku Panduan

Adiwiyata 2012 mengenai manfaat program Sekolah

Adiwiyata sebagai berikut:

Keuntungan atau manfaat mengikuti Program Adiwiyata adalah :

1. Mendukung pencapaian standar kompetensi atau

kompetensi dasar dan standar lulusan (SKL)

pendidikan dasar dan menengah.

2. Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui penghematan dan

pengurangan konsumsi dari berbaai sumber daya

dan energi.

3. Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kond

isi belajar mengajar yang lebih nyaman dan

kondusif. 4. Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai

pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan yang

baik dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat

sekitar.

5. Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui kegiatan

pengendalian pencemaran, pengendalian

kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan.

(Panduan Adiwiyata 2012)

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

72

Penulis menganalisis bahwa manfaat program

Adiwiyata dalam Pedoman Adiwiyata 2012 selaras

dengan visi SMA Negeri 2 Salatiga yaitu bertaqwa,

berkarakter, berwawasan lingkungan, dan berdaya

saing. Berkarakter dan berwawasan lingkungan

mempunyai pengertian juga menanamkan nilai-nilai

pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan yang baik

dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar,

sesuai manfaat nomor empat. Dengan pengelolaan

lingkungan yang baik, akan tercipta lingkungan yang

nyaman dan kondusif sehingga mendukung pencapaian

SKL. Hal ini senada yang diungkapkan peserta didik

dalam petikan wawancara berikut:

“Saya senang sekolah di Smanda karena lingkungan sekolah mendukung untuk

pembelajaran. Banyak ruang terbuka hijau

sehingga nyaman untuk belajar. Udara masih

sejuk. Selain itu saya juga dapat belajar

mengelola lingkungan dengan baik.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)

Dari hasil wawancara tersebut peserta didik juga

merasa mendapat pendidikan mengelola lingkungan

dengan baik, selain dampak langsung yaitu

kenyamanan dan lingkungan yang kondusif sehingga

situasi pembelajarannya terdukung. Lain dengan hasil

wawancara dengan bendahara sekolah seperti petikan

wawancara berikut:

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

73

“Program Sekolah Adiwiyata sedikit banyak membantu sekolah mengurangi pengeluaran

untuk biaya terutama air, listrik dan kertas.

Siswa atau guru bisa berhemat pengunaan air

dan listrik. Sampah yang bisa diolah juga dapat

dimanfaatkan untuk bahan kerajinan.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Manfaat program Sekolah Adiwiyata bagi

Bendahara sekolah yaitu adanya penghematan

pembiyaan operasional, terlebih pengeluaran biaya

bayar air dan listrik menurun. Hasil wawancara dengan

salah satu guru senior memperoleh data yang berbeda,

guru tersebut merasakan perubahan lingkungan

sekolah dari yang gersang dan kurang terawat menjadi

sekolah yang rindang, banyak taman, lebih terawat dan

dan nyaman seperti petikan berikut:

“Njenengan ki saiki penak, dulu sekolah ini masih gersang, jika kemarau bledhug. Semenjak ada

program Adiwiyata mulai terbenahi

lingkungannya sampai seperti sekarang ini, ya

nyaman, disawang ki ora ngisin-ngisini.”

(Wawancara tanggal 6 September 2017)

Pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata dirasakan

manfaatnya oleh guru selaku pelaku dan penerima

manfaat yang mengetahui keadaan sebelum dan setelah

sekolah menjalankan program Sekolah Adiwiyata.

Lingkungan sekolah lebih terawat, nyaman dan warga

sekolah dapat belajar cara mengelola lingkungan yang

baik dan benar.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

74

Tenaga kebersihan yang secara langsung

mengelola sampah sekolah sangat merasakan manfaat

program Sekolah Adiwiyata. Mereka merasa terbantu

dalam memilah sampah, sampah sudah terpilah dan

sampah jadi berkurang. Ada tambahan pemasukan

finasial juga dari hasil penjualan pengelolaan sampah

organik menjadi pupuk dan pengolahan sampah

anorganik. Berikut petikan hasil wawancaranya.

“Saya terbantu dengan adanya program

adiwiyata. Beban sedikit berkurang, ringan

karena sampah sedikit berkurang, Dan yang jelas

kami mendapat penghasilan tambahan juga dari hasil pengelolaan sampah. Terimakasih sekolah

telah mengadakan program adiwiyata.”

(Wawancara tanggal 6 September 2017)

Manfaat program Sekolah Adiwiyata sangat

dirasakan oleh peserta didik yang merasa nyaman dan

aman dalam belajar, demikian juga guru merasakan

perubahan perawatan dan pelestarian lingkungan dari

sekolah sebelum dan setelah melaksanakan program

Sekolah Adiwiyata. Tenaga kebersihan mendapatkan

keuntungan finansial dan berkurangnya beban kerja

karena pengelolaan sampah yang baik oleh warga

sekolah. Dari segi pembiayaan sekolah, ternyata ada

pengurangan biaya energi, biaya air maupun listrik.

Diharapkan ada pengurangan pengeluaran kertas juga.

Sekolah yang bersih, nyaman, ramah lingkungan, dan

warganya berbudaya lingkungan merupakan manfaat

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

75

yang dirasakan oleh warga sekolah. Manfaat program

Sekolah Adiwiyata yang utama adalah terbentuknya

karakter waga sekolah yang berbudaya dan peduli pada

pelestarian lingkungan.

1.2.2 Input Pengembangan Program Sekolah

Adiwiyata

1.2.2.1 Program

Hasil penelitian dokumen dapat dijelaskan bahwa

semula perencanaan program Sekolah Adiwiyata tidak

dipersiapkan oleh SMA Negeri 2 Salatiga. Program

Sekolah Adiwiyata pada tahun 2011 dilaksanakan

karena adanya kewajiban sekolah untuk mengikuti

lomba yang diselenggarakan Pemerintah Kota Salatiga.

Walaupun tidak melalui kajian mendalam namun

karena setiap tahun Pemerintah Kota mewajibkan

sekolah untuk mengikuti lomba Sekolah Adiwiyata

maka mulailah disusun perencanaan program

sederhana. Demikian seperti yang dikatakan Waka

Sarpras pada wawancara yang dikutib berikut:

“Smanda dulu relatif gersang, belum ada

penataan taman. Namun sejak tahun 2011

sekolah mulai membenahi lingkungan sekolah.

Sedikit demi sedikit lingkungan mulai tertata.

Secara bertahap setiap tahun dilakukan pembenahan sarana dan prasarana, seperti

biopori, sumur resapan, taman terbuka, tempat

cuci tangan, tempat-tempat sampah, kolam ikan

dsb. Semula belum ada perencanaan program

yang memadahi. Adanya lomba yang rutin

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

76

mendorong sekolah untuk membuat program dengan mengalokasikan dana tersendiri.”

(Wawancara tanggal 14 November 2017)

Sekolah mulai melakukan perencanaan program

Sekolah Adiwiyata secara terencana dengan membuat

kebijakan pada visi SMA Negeri 2 Salatiga, yaitu

“Bertaqwa, berkarakter, berwawasan lingkungan, dan

berdaya saing”. SMA Negeri 2 Salatiga berkomitmen

untuk menjadi Sekolah Adiwiyata. Indikator kunci

keberhasilan Sekolah Adiwiyata adalah terciptanya

karakter budaya dan peduli lingkungan bagi warga

sekolah.

Waka Managemen Mutu dalam wawancara

mengungkapkan bahwa program Sekolah Adiwiyata

sejalan dengan pendidikan karakter dan program

sekolah sehat, sejalan dengan visi sekolah sehingga

akan saling menguatkan jika program Sekolah

Adiwiyata diterapkan di SMA Negeri 2 Salatiga. Berikut

petikan wawancara tersebut:

“Smanda mengikuti regulasi pemerintah, dalam

hal ini Dinas Lingkungan Hidup tentang program

Sekolah Adiwiyata. Untuk Sekolah mengeluarkan

kebijakan program Sekolah Adiwiyata. SK

kepanitiaan dan anggaran ditentukan. Karena memang program Adiwiyata sejalan dengan

pendidikan karakter dan visi sekolah.”

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

77

Untuk mencapai tujuan program Sekolah

Adiwiyata, terdapat 4 (empat) komponen program yang

menjadi satu kesatuan utuh yang harus dilaksanakan

oleh sekolah penyelenggara program Sekolah Adiwiyata.

Keempat komponen tersebut adalah: (1) Kebijakan

berwawasan lingkungan, (2) Pelaksanaan kurikulum

berbasis lingkungan, (3) Kegiatan lingkungan berbasis

partisipatif, dan (4) Pengelolaan sarana prasarana

pendukung ramah lingkungan. Komponen-komponen

ini dapat dilihat pada uraian di dalam Panduan

Adiwiyata 2012 seperti kutipan berikut :

Komponen Adiwiyata :

Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka

ditetapkan 4 (empat) komponen program yang

menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai se-

kolah Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah;

1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan

2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan

3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah

Lingkungan (Panduan Adiwiyata 2012 halaman 3)

Dari keempat komponen program tersebut

kemudian dikembangkan menjadi program dan

subprogram Sekolah Adiwiyata oleh SMA Negeri 2

Salatiga seperti yang tercantum dalam tabel Program

Sekolah Adiwiyata sebagai berikut:

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

78

Tabel 8 : Program Sekolah Adiwiyata

No Program & Sub Program Indikator Kinerja (Bentuk Kegiatan) Penanggung

Jawab 1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

1 KTSP 2 Struktur Kurikulum

3 Visi-Misi-Tujuan Sekolah 4 KKM

Waka Managemen

Mutu

b. RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup

1 Perlindungan Lingkungan Hidup 2 Pengelolaan Lingkungan Hidup

2 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan

a.Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan

kegiatan pembelajaran lingkungan hidup.

1 Metode pembelajaran 2 Materi pembelajaran 3 Indikator dan penilaian 4 RPP

5 Partisipasi orang tua 6 Komunikasi inovasi pembelajaran 7 Penguasaan dan aplikasi konsep

Waka Kurikulum

b. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup

1 Peserta didik menghasilkan karya LH

2 Peserta didik berkemampuan memecahkan masalahLH

3 Peserta didik mengkomunikasikan hasil pelajaran LH 4 Kegiatan lain

3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

a. Pelaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah

1. Warga sekolah terlibat kegiatan LH 2. Warga sekolah memenfaatkan lahan dan fasilitas untuk kegiatan LH

3. Kegiatan ekstrakurikuler pembelajaran kegiatan LH

4. Lebih 5 klasifikasi kegiatan kreativitas dan inovasi warga

sekolah dalam upaya LH 5. Warga sekolah Lebih dari 6 kali terlibat

kegiatan LH

Waka Kesiswaan

b. Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta,

media, sekolah lain).

1. Lebih dari 3 mitra sebaai nara Sumber 2. Lebih dari 3 mitra mendukung kegiatan LH

3. Lebih dari 3 mitra dari fasilitas komite mendukung kegiatan LH

4. 4. Lebih dari tiga kali sebagai nara sumber kegiatan LH

5. 5. Lebih dari 3 kali mendukung kegiatan LH

Waka Humas

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

79

(Sumber: Lembar kerja Program Sekolah Adiwiyata, 2016, diolah)

Ketua pelaksana program menjelaskan bahwa

untuk mencapai tujuan Sekolah Adiwiyata, terlebih

mencapai kategori sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat

Kota, Kategori Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi,

Kategori Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional maupun

kategori Sekolah Adiwiyata Mandiri ada target yang

harus dipenuhi. Penjelasan ini dapat dilihat juga dari

kutipan berikut:

“Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten/ kota jika

mencapai nilai minimal 56, yaitu 70 % dari total

nilai maksimal (80). Penetapan sekolah sebagai

penerima penghargaan sekolah Adiwiyata tingkat

Propinsi apabila mencapai mencapai nilai minimal 64, yaitu 80 % dari total nilai maksimal (80). Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan

sekolah Adiwiyata Nasional apabila mencapai

mencapai nilai minimal 72, yaitu 90 % dari total

nilai maksimal (80). Penetapan sekolah sebagai

penerima penghargaan sekolah Adiwiyata Mandiri apabila telah melakukan pembinaan terhadap

sekolah lain, sehingga menghasilkan minimal 10

sekolah Adiwiyata kabupaten/ kota.” (Panduan

Adiwiyata 2012)

4 Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan

a. Ketersediaan sarana prasarana pendukung

yang ramah lingkungan

1. Tersedianya 6 sarana prasarana berkaitan dengan kegiatan LH

2. Tersedianya 6 sarana prasarana pendukung pembelajaran LH

Waka Sarpras

b. Peningkatan kualitas

pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah

1 Tersedianya minimal 3 sarana

prasarana sesuai fungsinya 2 Tersedianya 4 unsur pemeliharaan dan pengelolaan sarana prasarana 3 Effisiensi pemanfaatan air, listrik

dan ATK 4 Kantin menimal 3 kali melaukan upaya meningkatakan kualitas pelayanan

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

80

Dari hasil wawancara, studi pustaka dan studi

dokumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

mencapai tujuan dari Sekolah Adiwiyata, diperlukan

panduan dan rencana program. Kementrian

Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Panduan

Adiwiyata tahun 2012 yang dapat diunduh secara

online. Rencana program yang jelas dan

berkesinambungan akan memudahkan pencapain

target-terget dari setiap program sehingga tujuan

program akan tercapai.

1.2.2.2 Jadwal Pelaksanaan Program

Agar tujuan program Sekolah Adiwiyata dapat

tercapai sesuai yang direncanakan maka diperlukan

jadwal pelaksanaan program. Adapun jadwal

pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata ditampilkan

dalam tabel 9 dibawah ini:

Tabel 9 Pelaksanaan Program Sekolah Adiwiyata

Fokus Pengembangan Komponen dan Sub Program

PELAKSANAAN

2013 2014 2015 2016 2017

1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

V V V V V

b. RKAS memuat program dalam upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

V V V V V

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

81

2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan

a. Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup.

V V V V V

b. Peserta didik melakukan kegiatan

pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

V V V V V

3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

a. Pelaksanakan kegiatan perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah

V V V V V

b. Menjalin kemitraan dalam rangka

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain).

V V V V V

4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan

a. Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan

V V V V V

b. Peningkatan kualitas pengelolaan

sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah

V V V V V

(Sumber: Jadwal Pelaksanaan Sekolah Adiwiyata SMA Negeri 2 salatiga)

Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa

program Sekolah Adiwiyata merupakan program yang

terintegrasi dari setiap unsur kehidupan sekolah, baik

kebijakan sekolah, kurikulum yang dipakai, gerak

hidup warga sekolah maupun sarana prasarana

pendukung. Hal ini senada dengan hasil wawancara

dengan Waka Managemen Mutu SMA Negeri 2 Salatiga

berikut:

“Keberhasilan Program Sekolah Adiwiyata

membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh warga

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

82

sekolah baik, guru, karyawan maupun siswa. Seluruh komponen ini harus saling mendukung.

Program akan behasil jika dilaksanakan secara

kontinu terus menerus, program berkelanjutan.

Misalkan tidak ada danapun program ini harus

dilanjutkan karena menyangkut penanaman karakter, budaya kepedulian tehadap lingkungan,

maka harus dilaksanakan secara terus menerus”.

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Pendapat senada dengan Waka Managemen Mutu

berhasil peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan

salah seorang guru yang kebetulan staf kurikulum,

berikut kutipan hasil wawancara tersebut:

“Program Sekolah Adiwiyata di SMANDA telah dan sedang dilaksanakan. Dilaksanakan sudah cukup

lama, kira-kira mulai tahun 2012. Sehingga

berkelanjutan.Perlu jadwal jadwal. Program ini

memerlukan partisipasi dari seluruh warga sekolah,

tidak hanya panitianya saja yang bekerja.” (Wawancara tanggal 25 September 2017)

Lebih rinci Ketua program menjelaskan bahwa

program Sekolah Adiwiyata diterjemahkan dalam

jadwal-jadwal yang lebih rinci dari tahun demi tahun

sehingga pencapaian target kategori sekolah semakin

jelas. Berikut kutipan wawancaranya:

“Program Sekolah Adiwiyata yang sudah terbentuk dijabarkan dalam jadwal. Jadwal ini digunakan agar

target pencapaian kategori sekolah dapat mudah

dicapai dan dievaluasi pencapaiannya. Jika ada

kendala dapat dipecahkan secara terlokalisir dan

cepat teratasi.” (Wawancara tanggal 29 September

2017)

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

83

Berdasarkan data penelitian baik dari data hasil

studi dokumen maupun hasil wawancara diketahui

bahwa program Sekolah Adiwiyata merupakan program

yang secara prinsip dilaksanakan secara partisipatif

dan berkelanjutan dengan penjadwalan agar tujuan

program dapat tercapai sesuai target.

1.2.2.3 Mekanisme Pelaksanaan

Hasil penelitian tentang mekanisme implementasi

program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

menunjukkan bahwa proses perencanaan program

Sekolah Adiwiyata sampai implementasi di lapangan

dilaksanakan melalui koordinasi antara Kepala

Sekolah, para wakil kepala sekolah dan Ketua

pelaksana program. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Kepala SMA Negeri 2 Salatiga pada

saat wawancara, yaitu:

“Program Adiwiyata ada yang ngurusi secara khusus

yaitu Tim pelaksana program, walaupun tetap

dibawah koordinasi Kapala Sekolah. Para Waka

sudah pasti sebagai pendukung utama, misalnya kurikulum berkaitan dengan tanggung jawab

diperangkat dan pembelajaran lingkungan,

pembangunan sarana prasarana dibawah koordinasi

Waka Srapras. Waka melaksanakan tugas sesuai

dengan tupoksinya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober

2017)

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

84

Ketua Pelaksana Program menjelaskan bahwa

mekanisme pelaksanaan program dapat dipelajari dari

Pedoman pelaksanaan Adiwiyata.

“Untuk melaksanakan program Adiwiyata

sebetulnya sudah ada buku pedomanya. Buku tersebut dapat di akses melalui internet.

Kementrian Lingkungan Hidup memberi

kemudahan untuk itu.” Wawancara tanggal 29

September 2017)

Dari buku pedoman menunjukkan bahwa

Pedoman pelaksanaan Adiwiyata sudah diterbitkan

tahun 2012 dan dapat diakses dengan mudah oleh

siapapun. Sedangkan jika ditinjau dari mekanisme

pembiyaan program, program ini pembiyaannya

diserahkan disekolah masing-masing secara mandiri

tanpa ada bantuan dana dari pemerintah secara

khusus. Namun sekolah dapat bekerja sama dengan

lembaga lain untuk sebagai wujud partisipasi

masyarakat dalam kegiatan lingkungan hidup.

Pemerintah dalam hal ini DLH masih terbatas sebagai

penggerak. Hal ini senada dengan yang dikatakan

Kabid Lingkungan DLH Kota Salatiga berikut:

“Pembiayaan program Sekolah Adiwiyata

sepenuhnya di serahkan sekolah masing-masing.

Bagaimana sekolah kreatif melibatkan orangtua atau masyarakat untuk terlibat dalam pendidikan

anak-anaknya. Pemerintah dalam hal ini DLH

sifatnya mendorong, fasilitator program.”

(Wawancara tanggal 14 November 2017)

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

85

Mekanisme pelaksanaan program baik secara

teknis maupun keuangan dapat disimpulkan dari

wawancara ketiga nara sumber bahwa mekanisme lebih

diutamakan dari partisipasi sekolah, pemerintah

sebatas sebagai fasilitator program. Pelaksanaan

program dapat berpedoman pada Buku Pedoman

Adiwiyata 2012 yang diterbitkan oleh Kementrian

Lingkungan Hidup dan Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

1.2.2.4 SDM

Kepala Sekolah telah membentuk Tim khusus

untuk menangani program Sekolah Adiwiyata, yaitu

Tim Program Sekolah Adiwiyata. Kepala Sekolah

sebagai penanggung jawab program langsung

membawai ketua program. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan Kepala SMA Negeri 2 Salatiga

sebagai berikut:

““Program Adiwiyat ada yang ngurusi secara khusus

yaitu panitia pelaksana kegiatan, walaupun tetap

dibawah koordinasi Kapala Sekolah. Para Waka sudah pasti sebagai pendukung utama, misalnya

kurikulum berkaitan dengan tanggung jawab

diperangkat dan pembelajaran lingkungan,

pembangunan sarana prasarana dibawah koordinasi

Waka Srapras. Waka melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksinya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober

2017)

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

86

Ketua program dibantu sekretaris dan bendahara

membawahi empat bidang dari empat komopenen

adiwiyata yang didalamnya dikoordinir oleh Waka-Waka

seperti yang tertera dalam Gambar 4.

Gambar 4. Struktur Pelaksana Program Sekolah Adiwiyata

di SMA Negeri 2 Salatiga

Berdasarkan gambar 3 di atas, dapat diketahui

bahwa tidak ada pemilihan khusus untuk anggota Tim

Program Sekolah Adiwiyata, tetapi lebih berdasarkan

kewenangan yang dimiliki sesuai jabatan. Sehingga

kemampuan dan kewajibannya sesuai bidang kerja

masing-masing. Hal ini sesuai penjelasan Ketua

Program berikut:

“Koordinator Pelaksana Program Sekolah Adiwiyata

pada masing-masing seksi di Smanda ini melekat

Sekretaris

Penanggung Jawab

Kepala Sekolah

Ketua Program Sekolah

Adiwiyata

Bid. Kebijakan (Waka MM)

Bid. Kurikulum

(Waka Kurikulum)

Bendahara

Bid. Sarpras

(Waka Sarpras)

Bid. Partisipasi

(Waka Humas)

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

87

pada tugas Waka-Waka sehingga memudahkan dalam koordinasi dan tugasnya. Waka Sarpras

bertanggungjawab terhadap sarana penunjang

berwawasan lingkungan, Waka kurikulum

bertanggungjawab terhadap pembelajaran

lingkungan yang terintegrasi di RPP dan Silabus guru.” (Wawancara tanggal 29 September 2017)

Pernyataan ini sejalan dengan hasil wawancara

dengan Waka Manajemen Mutu berikut:

“Untuk memudahkan tugas dan koordinasi

pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata maka

masing-masing Waka-Waka mempunyai tugas dan

tanggung jawab sesuai bidang kerjanya. Maka kerjaan juga akan lebih ringan.” (Wawancara tanggal

29 September 2017)

Pelaksana program kegiatan adalah para Wakil

Kepala Sekolah sesuai bidang kerjanya, seperti terlihat

pada Struktur Tim Program Sekolah Adiwiyata pada

gambar 3. Ketua Program mengkoordinir pelaksanaan

program yang dijalankan oleh para Waka sesuai

mekanisme yang disepakati. Sehingga pelaksanaan

program tidak ada kendala yang berarti karena

dipegang oleh orang yang kompeten dibidangnya. Waka

Manajemen Mutu bertanggungjawab dibidang kebijakan

berwawasan lingkungan, Waka Kurikulum

bertanggungjawab dibidang kurikulum berbasis

lingkungan, Waka Kesiswaan dan Humas

bertanggungjawab dibidang kegiatan berbasis

partisipatif dan Waka Sarpras bertanggunjawab

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

88

dibidang pengelolaan sarana prasarana pendukung

pelestarian lingkungan. Dengan penempatan personel-

personel sesuai kompetensinya maka SDM pelaksana

program Sekolah Adiwiyata SMA Negeri 2 Salatiga

sangat memadai untuk melaksanakan program.

1.2.2.5 Pembiayaan

Pembiayaan pelaksanaan program Sekolah

Adiwiyata sepenuhnya berasal dari dana sekolah

secara mandiri. Dana partisipasi dari masyarakat dan

waga sekolah jika ada bersifat sukarela. Menurut

Bendahara Sekolah, penggunaan dana untuk program

Adiwiyata berasal dari dana komite dan BOS. Hal ini

sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:

“Program Aiwiyata Smnada dibiayai dari dana

BOS dan uang komite. Perawatan dan

peningkatan SDM diambilkan dari dana BOS sedangkan biaya pengadaan barang atau

pembangunan dan operasiona sekolah diambilka

dari uang komite.” (Wawancara tanggal 2 Oktober

2017)

Kepala Sekolah dalam wawancara dengan

peneliti mengungkapkan bahwa ada dana alokasi

khusus untuk program Sekolah Adiwiyata, berikut

kutipan wawancara tersebut:

“Program Sekolah Adiwiyata sesuai ketentuan

Kementrian Lingkunga Hidup di SMANDA

mengambik kebijakan mengalokasikan 20% dari

total anggaran sekolah. Anggaran berasal dari dana

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

89

Komite maupun dari dana BOS” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Dana BOS dan dana Komite yang dialokasikan

untuk program Sekolah Adiwiyata disusun berdasar

Rincian Alokasi Anggaran seperti terlihat dari tabel 10

berikut ini.

Tabel 10. Rincian Alokasi Anggaran Sekolah Adiwiyata

No Program (Fokus pengembangan)

Sub Program Anggaran Per Tahun

1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

2.550.000

b. RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

26.950.000

2 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan

a.Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup

76.553.000

b. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup

122.500.000

3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

a. Pelaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah

55.700.000

b. Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain).

95.000.000

4 Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah

a. Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan

105.000.000

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

90

Lingkungan b. Peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah

9.467.750

Total 493.720.750

(Sumber: Lembar kerja-Rincian Alokasi Anggaran Adiwiyata, 2016)

Berdasarkan hasil telaah dokumen, peneliti

menemukan bahwa pemerintah tidak memberikan dana

khusus untuk mengembangkan program Sekolah

Adiwiyata. Bantuan dana dari pemerintah yang

diberikan lebih banyak difokuskan pada pembangunan

fisik bukan karena program Adiwiyata.

Tabel 11. Draf Penggunaan Dana Bantuan SMA Negeri 2 Salatiga

No Uraian Dana Pusat Dana Sharing

1 Fisik

a. Pembangunan Ruang Kelas Baru

Rp. 756.250.000,-

Rp. 195.000.000,-

2 Non Fisik

a. Sistem Manajemen Mutu

b. Metodologi dan Peningkatan Mutu Pembelajaran

c. Studi Banding

Rp. 12.000.000,-

-

-

-

Rp. 10.000.000,-

Rp. 10.000.000,-

Rp. 10.000.000,-

3 Perencanaan dan Pengelolaan

a. Perencanaan

b. Pengelolaan

Rp. 35.000.000,-

Rp. 25.000.000,-

4 Biaya Pengelolaan

a. Biaya Pengelolaan administrasi (1% dari sub total)

Rp. 1.750.000,-

Total Dana Rp.1.000.000.000,- Rp. 903.750.000,-

(Sumber: Lembar kerja-Rincian Dana Bantuan, 2016)

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

91

Data di atas menunjukkan bahwa bantuan

pembiayaan yang diberikan oleh pemerintah untuk

SMA Negeri 2 Salatiga lebih difokuskan kepada

pembangunan fisik.

Dari data hasil wawancara Kepala Sekolah,

Bendahara Sekolah dan data hasil studi dokumen

dapat ditarik kesimpulan bahwa SMA Negeri 2 Salatiga

telah mengalokasikan dana 20% dari anggaran

keseluruhan untuk membiayai program Sekolah

Adiwiyata. Pemerintah walaupun hanya membantu

dalam hal fisik secara tidak langsung juga telah

membantu pelaksanaan program ini. Maka secara

keuangan pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata di

SMA Negeri 2 Salatiga dapat dibiayai.

1.2.2.6 Sarana dan Prasarana

Hasil pengamatan dan studi dokumentasi yang

dilakukan peneliti, SMA Negeri 2 Salatiga memiliki

sarana prasarana yang lengkap. Dilihat dari lahan yang

luas, gedung aula, ruang kelas, laboratorium kimia,

laboratorium fisika, laboratorium bahasa, ruang TIK,

ruang UKS, ruang agama (Mushola, ruang agama

Katolik, ruang agama Kristen), ruang terbuka hijau,

kebun dan taman sekolah, kebun konservasi, kebun

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

92

tanam obat, green house, taman vertikal, sarana

sanitasi-IPAL, sarana pengolahan sampah terpadu dan

fasilitas lainnya, Sekolah ini patut menjadi Sekolah

Adiwiyata. Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota

Salatiga menguatkan pendapat ini, dalam wawancara

didapatkan informasi sebagai berikut:

“SMA Negeri 2 Salatiga sangat pantas menjadi Sekolah Adiwiyata. Sarana prasarana dan lahan

terbuka hijau mendukung seklai. Sekolah tinggal

menguatkan kerjasama dan partisipasi semua

komponen warga sekolah.Kami berharap lebih

terhadap sekolah ini, semoga bisa menjadi inspirasi sekolah-sekolah lain di Salatiga.” (Wawancara

tanggal 14 November 2017)

Memperkuat pendapat di atas, peneliti telah

mendapat data dokumentasi hasil pengamatan dan

studi dokumen pada sarana prasarana SMA Negeri 2

Salatiga. Berikut dokumen gambar sarana prasarana

pendukung ramah lingkungan yang dimiliki SMA Negeri

2 Salatiga:

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

93

Gambar 5 : Sarana Prasarana pemanfaatan air limbah

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Gambar 6 : Sarana Prasarana pemanfaatan lahan

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

94

Gambar 7 : Sarana Prasarana ruangan (Dokumen SMA N 2 Salatiga)

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Waka Sarpras mengungkapkan, SMA Negeri 2

sudah memiliki Sarpras yang baik dalam mendukung

program Sekolah Adiwiyata, namun pemanfaatannya

masih perlu dioptimalkan. Hal ini terungkap dari hasil

wawancara dengan Waka Sarpras sebagai berikut:

“Sarpras pedukung adiwiyata di Smanda ini sudah sangat memadahi, saya berharap semua

warga sekolah memanfaatkannya secara baik.

Sarana pengolahan sampah belum digunakan

dengan baik, digunakan jika ada penilaian saja.

Warga sekolah belum sepenuhnya bisa memilah sampah dengan meletakan sampah sesuai

peruntukannya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober

2017)

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

95

Peserta didik dalam tanggapan perihal sarana

prasaran sekolah mengungkapakan bahwa sarana WC-

kamar mandi sudah baik dan bersih, banyak lahan

terbuka hijau dan ada tribun serta gasebo untuk

belajar di luar kelas yang tidak semua sekolah

mempunyai. Pendapat ini dapat diperhatikan pada

kutipan wawancara berikut:

“Saya senang sekolah di Smanda. Sarana

prasarana sekolah sudah memadai. Kamarmandi-

WC setiap lajur kelas sudah ada dan bersihAda

Gasebo dan tribun untuk belajar di luar kelas. Udara masih sejuk dan segar.” (Wawancara

tanggal 6 September 2017)

Berdasarkan data dari wawancara ketiga nara

sumber, studi lapangan dan studi dokumentasi, dapat

disimpulkan bahwa sarana prasarana SMA Negeri 2

Salatiga baik sarana prasarana pembelajaran maupun

sarana prasarana pedukung adiwiyata sangat

mendukung dan memenuhi syarat bahwa SMA Negeri 2

Salatiga sebagai Sekolah Adiwiyata.

1.2.3 Proses Pengembangan Program Sekolah

Adiwiyata

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

penanggung jawab program Sekolah Adiwiyata, dalam

hal ini Ketua Program Sekolah Adiwiyata telah

melaksanakan mekanisme program Sekolah Adiwiyata

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

96

sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dibuktikan dari

dokumen pembagian tugas kegiatan Sekolah Adiwiyata

sebagai berikut:

Tabel 12. Pembagian Tugas Kegiatan Sekolah Adiwiyata

No Kegiatan Waktu Penanggung Jawab

1 Penyusunan Komponen

a. Kebijakan

Berwawasan Lingkungan

Oktober 2015 Dra. Sulastri, M.Pd

b. Pelaksanaan

Kurikulum Berbasis Lingkungan

Oktober 2015 Dra. Enni Haristiyati

c. Kegiatan Lingkungan

Berbasis Partisipatif Oktober 2015 Sulistyaningsih,S.Pd.,

M.Pd, dan Sofatinajah,S.Pd

d. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan

Oktober 2015 Siti Purwatiningsih,S.Pd

2 Tahapan Pengembangan Januari 2016 Sugiono,S.Pd

Data penelitian menunjukkan, kegiatan

sosialisasi program Sekolah Adiwiyata kepada warga

sekolah yaitu peserta didik, guru, karyawan dan komite

telah dilakukan sekolah secara resmi. Hal ini seperti

yang diungkapkan dalam wawancara dengan Waka

Humas seperti berikut:

“Untuk mengenalkan dan mengajak berbartisipasi,

Program Sekolah Adiwiyata telah dilakukan

sosialisasi kepada seluruh warga sekolah yaitu guru,

karyawan dan siswa. Bahkan juga sosialisasi dengan

warga sekitar yaitu ketua RT, ketus RW dan ketua

Karang Taruna.” (Wawancara tanggal 25 September 2016)

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

97

Dari hasil wawancara dengan Ketua program

Sekolah Adiwiyata juga didapatkan data mengenai

kegiatan sosialisasi program Sekolah Adiwiyata dalam

petikan wawancara sebagai berikut

“Sudah ada sosialisasi program Sekolah Adiwiyata

terhadap siswa yaitu melalui perwakilan kelas secara

khusus dan sosialisasi juga dalam kegiatan upacara, yang dilakukan secara berulang ulang. Guru dalam

pembelajaran secara tidak langsung juga

memberikan informasi.” (Wawancara tanggal 29

September 2017)

SMA Negeri 2 Salatiga bekerja sama dengan

Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga juga telah

mengadakan sosialisai kegiatan Adiwiyata. Waka

Manajemen Mutu menegaskan hal itu seperti kutipan

hasil wawancara berikut:

“Sekolah bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga telah mengadakan sosialisasi

Sekolah Adiwiyata terhadap warga masyarakat

sekitar sekolah, SDN o4 Tegalrejo, SMPN 6 Salatiga,

Kelurahan, Kecamatan dan Pukesmas. Sosialisasi

ini bertujuan agar semakin banyak masyarakat yang

mengetahui pentingnya program Adiwiyaa dalam melestarikan lingkunga hidup.”(Wawancara tanggal

2 Oktober 2017)

Kegiatan sosialisasi Sekolah Adiwiyata oleh SMA

Negeri 2 Salatiga, dapat dilihat juga dari dokumen data

dokumentasi gambar berikut:

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

98

Gambar 8 : Sosialisasi kepada komite dan guru

Gambar 9 : Sosialisasi kepada peserta didik

Gambar 10 : Sosialisasi kepada karyawan

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

8

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

99

Gambar 11 : Sosialisasi kepada warga dan sekolah lain

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui

bahawa SMA Negeri 2 Salatiga telah melakukan

bimbingan teknis dan kegiatan lain seperti sosialisasi

program kepada semua unsur yang terkait dengan

program Sekolah Adiwyata. Melalui kegiatan tersebut

diharapkan implementasi program akan berjalan sesuai

dengan yang direncanakan.

Proses implementasi program Sekolah Adiwiyata

di SMA Negeri 2 Salatiga meliputi 4 komponen. Adapun

proses dari keempat komponen tersebut akan bahas

satu per satu komponen.

1.2.3.1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan

Penanggung jawab untuk Komponen Kebijakan

Berwawasan Lingkungan adalah Waka Manajemen

Mutu. Pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata pada

kebijakan berwawasan lingkungan dapat peneliti

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

100

temukan dalam studi dokumentasi pelaporan

pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata. Adapun

proses pelaksanaan program komponen kebijakan

berwawasan lingkungan penulis jabarkan berdasarkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).

1.2.3.1.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Hasil penelitian dari dokumen satu Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di peroleh bahwa visi

SMA Negeri 2 Salatiga adalah “Bertaqwa, berkarakter,

berwawasan lingkungan, dan berdaya saing” telah

menanamkan karakter berbudaya lingkungan.

Kurikulum yang diterapkan SMA Negeri 2 Salatiga saat

ini adalah Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.

Kurikulum 2006 diterapkan dijenjang kelas XI dan XII

sedangkan Kurikulum 2013 diterapkan dijenjang kelas

X. Namun demikian semua kurikulum yang diterapkan

menggunakan karakteristik berwawasan dan peduli

lingkungan. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

juga mengutarakan hal yang senada, yaitu:

“Smanda sekarang menggunakan kurikulum

2006 untuk kelas XI dan XII, sedangkan kelas X

mengunakan kurikulum 2013 dan sitem SKS.

Kurikulum Smanda sejak bergulirnya program adiwiyata menempatkan karakter peduli

lingkungan pada perangkat pembelajaran.

Silabus dan RPP mencantumkan karakter-

karakter kepedulian lingkungan. Misalnya

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

101

pembuatan media dengan barang-barang bekas. Alam sekolah sebagai sarana dan sumber

belajar. Memang belum semua mapel

mencantumkannya.” (Wawancara tanggal 2

Oktober 2017)

Kepala Sekolah menegaskan bahwa SMA Negeri

2 Salatiga mempunyai komitmen untuk mendidik

warga sekolah agar peduli dan berbudaya lingkungan,

pernyataan ini seperti kutipan wawan cara berikut;

“Walaupun SMA Negeri 2 Salatiga menggunakan

kurikulum 2006 dan kurikulum 2013, Visi

Smanda tidak berubah yaitu “Bertaqwa,

berkarakter, berwawasan lingkungan, dan

berdaya saing”. Berwawasan lingkungan menunjukan bahwa Smanda komitmen untuk

menempatkan karakter peduli lingkungan pada

pembelajaran. Sehingga warga sekolah dapat

menjadi agen solusi pemecahan masalah

lingkungan di masyarakat mereka tinggal.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Dari hasil studi dokumen I KTSP dan

wawancara Waka Kurikulum serta Kepala Sekolah

dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang diterapkan

di SMA Negeri 2 Salatiga adalah Kurikulum 2006

untuk kles XI dan kelas XII dan kurikulum 2013

dengan sistem SKS untuk kelas X. Kebijakan SMA

Negeri 2 Salatiga secara jelas menempatkan pendidikan

karakter peduli dan budaya lingkungan dalam tujuan

sekolah oleh karena itu karakter dan budaya

lingkungan menjadi salah satu visi sekolah.

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

102

Pendidikan karakter dan budaya lingkungan

terintegrasi di dalam pembelajaran setiap mata

pelajaran, sehingga dalam struktur kurikulum tidak

mencantumkan secara khusus mata pelajaran

lingkungan atau karakter budaya lingkungan. Hal ini

sesuai dari hasil penelitian dari dokumen I KTSP dan

hasil petikan wawancara dengan Waka Kurikulum

berikut:

“Pendidikan karakter berbudaya peduli

lingkungan terintegrasi pada setiap perangkat

dan pembelajaran mata pembelajaran. Sehingga

tidak ada mata pelajaran khusus mengenai lingkungan hidup.” (Wawancara tanggal 2

Oktober 2017)

Keterangan ini senada dengan yang

diungkapkan Waka Managemen Mutu dalam petikan

wawancara berikut:

“Tidak ada mata pelajaran khusus tentang

lingkungan hidup. Guru diharapkan

mengintrgrasikan pendidikan lingkungan di dalam pembelajarannya, apapun itu mata

pelajarannya. Pandai-pandailah guru

menghubungkan materi pelajaran dengan nilai-

nilai pelestarian lingkungan.” (Wawancara

tanggal 2 Oktober 2017)

Hasil wawancara dengan peserta didik juga

mendapatkan data bahwa tidak ada pelajaran khusus

tentang lingkungan hidup, namun ada pelajaran

ketrampilan yang secara khusus mengajarkan

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

103

pengolahan limbah untuk bahan kerajinan seperti

petikan wawan cara berikut:

“Ada pelajaran ketrampilan dan kewirausahaan

yang mengajarkan pengolahan barang-barang bekas menjadi hasil kerajinan. Guru menilai

kreatifitas penggunaan barang bekas, kegunaan

hasil kerajinan.” (Wawancara tanggal 6

September 2017)

Secara struktur kurikulum dapat disimpulkan

bahwa di SMA Negeri 2 Salatiga tidak ada mata

pelajaran khusus tentang lingkungan. Pembelajaran

tentang lingkungan dan karakter peduli dan budaya

lingkungan terintegrasi di dalam pembelajaran setiap

mata pelajaran.

Hubungan penanaman nilai-nilai karakter peduli

dan budaya lingkungan dengan hasil prestasi peserta

didik tidak secara khusus peneliti teliti. Data dokumen

I KTSP SMA Negeri 2 Salatiga menunjukan bahwa

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) setiap mata

pelajaran hampir semua sama. KKM setiap mata

pelajaran dapat dilihat dari tabel 16 berikut.

Tabel 13 : KKM Mata Pelajaran Tahun Pelajaran 2016/2017

No Mata

Pelajaran

Kelas

X

Kelas XI Kelas XII

IPA IPS BHS IPA IPS BHS

1 Agama 75 75 75 75 75 75 75

2 PKn 75 75 75 75 75 75 75

3 Bhs. Indonesia 75 75 75 75 75 75 75

4 Bhs. Inggris 75 75 75 75 75 75 75

5 Matematika 75 75 75 75 75 75 75

6 Fisika 75 75 75

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

104

7 Biologi 75 75 75

8 Kimia 75 75 75

9 Sejarah 75 75 75 75 75 75 75

10 Geografi 75 75

75

11 Ekonomi 75 75 75

12 Sosiologi 75 75 75

13 Seni Budaya 75 75 75 75 75 75 75

14 Penjaskes 75 75 75 75 75 75 75

15 TIK 75 75 75 75 75 75 75

16 Bhs. Jawa 75 75 75 75 75 75 75

17 Sastra Ind. 75 75

18 Antropologi 75 75

19 Bhs Jerman 75 75 75

20 Bahasa Jepang 75 75 75 75 75 75

(Sumber: Dokumen I KTSP, 2016)

Tinggi rendahnya KKM tidak dipengaruhi secara

langsung oleh faktor pendidikan karakter

pembudayaan peduli lingkungan, demikian yang

diungkapkan Waka Kurikulum dalam petikan

wawanvara berikut:

“Penentuan tinggi rendahnya KKM mata pelajaran ditentukan oleh karakteristik peserta

didik atau intake , karakteristik mata pelajaran

atau kompleksitas dan kondisi satuan

pendidikan atau daya dukung.” (Wawancara

tanggal 2 Oktober 2017)

Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat yang

diungkapkan oleh guru mata pelajaran seperti petikan

wawan cara berikut:

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

105

“Tinggi rendahnya nilai dari KKM, kami hitung berdasarkan kemampuan awal anak atau intake

,taraf kesulitan materi pelajaran atau

kompleksitas materi pelajaran dan daya dukung

sekolah, baik dari kompetensi guru maupun

keberadaan sarana prasarana penunjang.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)

Dari hasil nalisis data KKM di atas dan hasil

wawan cara dapat disimpulkan bahwa nilai KKM

hampir sama untuk setiap jenjang dan setiap mata

pelajaran tidak dipengaruhi secara signifikan oleh

pendidikan karakter peduli lingkungan.

1.2.3.1.2 Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah

(RKAS)

Dalam hal ini yang akan dibahas di sini hanya

tentang rencana anggaran sekolah dan yang berkaitan

dengan program sekolah Adiwiyata. Hasil wawancara

dengan Bendahara sekolah didapat data bahwa

anggaran untuk program Sekolah Adiwiyata telah

dilaksanakan 20% dari total anggaran belanja sekolah.

Berikut petikan wawancara tersebut:

“Sekolah dalam hal ini Bendahara , secara rutin

sekolah mengalokasikan anggaran belanja 20% dari total anggaran belanja sekolah khusus

untuk program pengembangan sekolah

adiwiyata.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

106

Hal itu dibenarkan oleh Ketua Program yang

mengungkapkan terimakasih karena sekolah telah

berani mengalokasikan anggaran untuk program

Adiwiyata seperti yang terungkap pada petikan wawan

cara berikut:

“Terima kasih kepada sekolah yang telah

menganggarkan secara rutin anggaran belanja

20% dari total anggaran belanja sekolah khusus untuk program pengembangan sekolah

adiwiyata.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota Salatiga

walaupun tidak melihat secara langsung alokasi

anggaran untuk program Sekolah Adiwiyata di SMA

Negeri 2 Salatiga sangat percaya jika anggaran dari

sekolah lebih dari 20% dari total anggaran

pengeluaran sekolah. Hal itu diungkapkan dalam

petikan wawancara berikut:

“Soal anggaran SMA Negeri 2 Salatiga untuk program Sekolah Adiwiyata, saya percaya

anggarannya lebih dari 20% dari total anggaran

belanja sekolah. Sarana parasaran pendukung

adiwiyata komplit, penataan lingkungannya

sudah bagus. Jika dihitung keseluruhan dengan

partisipasi warga sekolah baik materi maupun tenaganya, pasti lebih dari 20%.” (Wawancara

tanggal 14 November 2017)

Hasil analisis dari data hasil studi dokumen di

atas, dan data hasil wawancara didapat bahwa SMA

Negeri 2 Salatiga sudah mengalokasikan secara

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

107

khusus anggaran untuk program Sekolah Adiwiyata

yaitu Rp 493.720.750,- pada tahun 2016. Anggaran

sekolah sudah memenuhi standart yaitu 20% dari

total anggaran sekolah. Anggaran digunakan untuk

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang

terbagi dalam empat komponen program Sekolah

Adiwiyata.

1.2.3.2 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan

Pembahasan pelaksanaan kurikulum berbasis

lingkungan di SMA Negeri 2 Salatiga dibagi menjadi

dua bagian, yaitu Tenaga pendidik memiliki kompetensi

dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran

lingkungan hidup dan Peserta didik melakukan

kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. Tenaga pendidik

diharapkan memahami metode pembelajaran, materi

pelajaran, merumuskan indikator penilaian,

menyususn RPP, mengkomunikasikan inovasi

pembelajaran, menguasai-mengaplikasikan konsep dan

ada partisipasi orang tua dalam pembelajaran.

Sedangkan peserta didik mampu menghasilkan lebih

80% karya LH, lebih 805 mampu memecahkan

masalah LH, lebih 80% mengkomunikasikan hasil

pelajaran LH dan melakukan kegiatan lainnya.

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

108

1.2.3.2.1 Tenaga Pendidik

Kompetensi guru sebagai tenaga pendidik dalam

mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan

hidup sudah baik. Metode pembelajaran yang

digunakan sangat variatif berdasarkan materi

pelajaran. Guru mengarahkan peserta didik untuk

menemukan kaitan materi pelajaran dengan

pelestarian lingkungan hidup. Petikan wawancara

dengan Waka Kurikulum berikut menguatkan

pernyataan tersebut.

“Guru SMA Negeri 2 Salatiga melakukan

pembelajaran dengan berbagai metode sesuai

karakteristik materi dari pelajarannya. Ada yang

studi lapangan, ada yang metode percobaan dan

penelitian.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Peserta didik merasakan pembelajaran yang

tidak membosankan dari guru. Guru mempunyai ciri

khasnya sendiri dalam menyampaikan materi

pelajaran. Pernyataan ini diperkuat oleh peserta didik

sesuai petikan wawancara berikut:

“Saya senang sekolah di Smanda karena

pembelajaran menarik, kadang diskusi, kadang

praktik di lapangan, kadang belajar sambil

bermain. Kami merasa santai sehingga beben pelajaran berkurang, tidak sepaneng.”

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Data dokumentasi berikut menguatkan bahwa

pembelajaran dilakukan secara variatif.

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

109

Gambar 12 : Pembelajaran diskusi dan praktik lapangan terbimbing sekolah lain

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

(Dokumen SMA N 2 Salatiga) Gambar 13 : Lingkungan sekolah sebagai lab belajar dan presentasi hasil pengamatan lapangan terbimbing sekolah lain

Perangkat pembelajaran baik silabus maupun

RPP telah mengintegrasikan materi lingkungan dengan

materi pelajaran. Guru pengajar bidang sudi geografi

menegaskan bahwa telah mengajarkan nilai-nilai

berwawasan lingkungan dalam pembelajaran.

Pernyataan tersebut terungkap dalam petikan

wawancara berikut:

“Silabus dan RPP pelajaran geografi yang saya

ampu telah menerapkan dilai-nilai karakter

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

110

berwawasan lingkungan. Pembelajaran saya juga menggunakan alam lingkungan sekolah

untuk beberapa materi, karena tidak semua

materi pelajaran ada obyeknya di lingkungan

sekolah.” (Wawancara tanggal 4 Oktober 2017)

Waka Manajemen Mutu sebagai pengkoordinir

kelengkapan pembelajaran mengungkapkan bahwa

lebih 90% RPP dan Silabus SMA Negeri 2 Salatiga telah

mengintegrasikan pembelajaran berwawasan

lingkungan. Hal ini terungkap seperti pada kutipan

hasil wawancara berikut:

“Bapak Ibu guru telah mengintegrasikan

karakter berwawasan lingkungan pada Silabus

dan RPP. Sudah lebih 90% Silabus dan RPP

yang menerapkan dilai-nilai karakter berwawasan lingkungan.” (Wawancara tanggal 2

Oktober 2017)

Pembelajaran di SMA Negeri 2 Salatiga telah

menerapkan pembelajaran pelestarian lingkungan

secara terintegrasi dalam setiap pempelajaran mata

pelajaran. Pada perangkat pembelajaran, guru telah

mengintegrasikan nilai-nilai kepedulian lingkungan.

Peneliti mendapatkan tersebut dalam studi pustaka di

dokumen II KTSP SMA Negeri 2 Salatiga. Data tersebut

dapat dilihat pada tabel 14 berikut.

Tabel 14. Perangkat Pembelajaran

NO

Mata Pelajaran

Silabus dan RPP Kelas X Berwawasan Lingkungan

Silabus dan RPP Kelas XI Berwawasan Lingkungan

Silabus dan RPP Kelas XII Berwawasan Lingkungan

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

111

Ya Belum Ya Belum Ya Belum

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Pendidikan Agama

PKn

Bahasa Indonesia

Bahasa Inggris

Matematika

Fisika

Biologi

Kimia

Ekonomi

Geografi

Sosiologi

SNB Pendidikan Olah Raga

TIK

Bahasa Jerman

Bahasa Jepang

Sastra Indonesia

Bahasa Jawa

Ketrampilan

Antropologi

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

v

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

(Sumber: Dokumen II KTSP 2016, diolah)

Berdasarkan data di atas, dapat dianalisis bahwa

tenaga pendidik telah melaksanakan pembelajaran

pelestarian lingkungan melalui proses implementasi di

hampir 100% mata pelajaran. Pendidik telah

mengintegrasikan nilai-nilai karakter pelestarian

lingkungan di perangkat pembelajaran. Pembelajaran

dilakukan dengan berbagai metode sehingga menarik

dan menggunakan lingkungan sekolah sebagai sarana

atau sumber belajar siswa.

1.2.3.2.2 Peserta Pendidik

Peserta didik telah melakukan kegiatan

pembelajaran tentang lingkungan dan pengelolaan

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

112

Gambar 14 : Peserta didik piket membersihkan lingkungan sekolah lain

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Gambar 15 : Peserta didik membuat biopori dan pendataan volume sampah

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

lingkungan hidup. Hal ini dapat dilihat dari dokumen

gambar berikut:

Peserta didik juga menghasilkan karya-karya

kerajinan ataupun seni dari mengolah barang-barang

bekas. Hasil ini dipanjang dirumah kreatif dan gallery

sekolah. Berikut beberapa hasil karya peserta didik.

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

113

Gambar 16 : Batik dengan pewarna alami

Gambar 17 : Beberapa hasil kerajinan dari barang bekas

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Dari hasil wawancara dengan peserta didik juga

mendapatkan data bahwa mereka selain mendapatkan

pembelajaran lingkungan juga terlibat dalam menjaga

dan merawat lingkungan serta membuat hasil karya

dari barang-barang bekas. Berikut cuplikan wawancara

tersebut :

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

114

“Di Smanda kami selain mendapat pembelajaran tentang perlindungan lingkungan , juga

mempraktikan pengelolaan lingkungan. Misalnya

dengan membuat biopori, ikut mengolah sampah,

ikut kerja bakti dll.” (Wawancara tanggal 6

September 2017)

Hal senada juga diungkapkan oleh seorang guru

pada wawancara pada hari Senin, 25 September 2017.

Dikatakan bahwa peserta didik SMA Negeri 2 Salatiga

selain mendapat pengetahuan tentang pengelolaan

lingkungan juga melakukan kegiatan pelestarian dan

pengelolaan lingkungan.

“Siswa telah mendapat pelajaran tentang

lingkungan hidup, dan mengimplikasikan dalam tugas membuat kerajianan dari barang-barang

bekas. Siswa juga turut membantu melestarikan

lingkungan dengan piket kebersihan, turut

menanam, membuat biopori, mengurangi sumbe

sampah dengan membawa bekal dari rumah.”(Wawancara tanggal 25 September 2017)

Sejalan dengan pendapat di atas, Ketua Program

Sekolah Adiwiyata juga mengungkapkan hal yang sama

dalam hasil wawancara berikut ini:

“Siswa selain mendapat pengetahuan juga diajak

turut memecahkan masalah lingkungan. Siswa juga

diajak untuk bisa memanfaatkan barang bekas

menjadi barang kerajinan yang bisa dijual. Siswa

diajak untuk bisa mengurangi sumber sampah, dengan membawa bekal dari rumah, memakai alat

minum yang tidak habis pakai, atau menggunakan

bungkus yang bisa di daur ulang.” (Wawancara

tanggal 29 September 2017)

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

115

Gambar 18 : Siswa memelihara kebun kelas maupun kebun sekolah

Gambar 19 : Pakaian daur ulang sampah dan kolam penampung air wundlu

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Memperkuat hasil wawancara di atas,

berdasarkan studi dokumentasi dari dokumen gambar,

didapatkan data sebagai berikut:

Dari hasil studi dokumen dan hasil wawancara

peneliti dengan siswa, guru, dan ketua program dapat

disimpulkan bahwa peserta didik telah melakukan

kegiatan pembelajaran tentang lingkungan hidup dan

pengelolaan lingkungan hidup. Peserta didik telah

menghasilkan karya lingkungan hidup, berkemampuan

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

116

memecahkan masalah lingkungan hidup dan

mengkomunikasikan hasil pelajaran lingkungan hidup

dalam bentuk karya.

1.2.3.3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif

dilaksanakan dengan melakukan kegiatan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang

terencana bagi warga sekolah dan kegiatan menjalin

kemitraan dengan berbagai pihak.

1.2.3.3.1 Pelaksanaan Kegiatan

Partisipasi warga sekolah pada kegiatan

perlindungan lingkungan dan pengelolaan lingkungan

hidup di SMA Negeri 2 Salatiga sudah berjalan baik.

Warga sekolah terlibat dalam setiap kegiatan

lingkungan hidup yang diselenggarakan dan warga

sekolah juga memanfaatkan lahan serta fasilitas sekola

untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Demikian

seperti yang terekam dalam dokumentasi berikut.

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

117

Gambar 20 : Siswa memanfaatkan fasilitas sekolah untuk belajar lingkungan

Gambar 21 : Warga sekolah terlibat dalam kegiatan kebersihan lingkungan

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Kegiatan pemanfaatan fasilitas sekolah untuk

kegiatan lingkungan dan partisipasi warga sekolah

dalam kegiatan lingkungan juga dibenarkan oleh siswa

seperti dalam petikan wawancara berikut:

“Warga sekolah yaitu siswa, guru dan karyawan

juga terlibat aktif dalam kerja bakti membersihkan

dan merawat lingkungan. Ketika guru memberi tugas, kami sering memanfatkan gezebo, atau

taman sekolah untuk mengerjakan tugas.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

118

Peserta didik khususnya telah menggunakan

fasilitas seperti gazebo, taman sekolah, kebun sekolah

sebagai tempat belajar sekaligus sumber belajar. Hal

ini dikuatkan oleh guru yang mengajarkan di luar kelas

seperti petikan wawancara berikut:

“Partisipasi warga sekolah yaitu siswa, guru dan

karyawan sudah baik dalam kegiatan adiwiyata ini.

Guru juga telah memanfaatkan fasilitas yang ada misalnya lapangan, kebun sekolah, gazebo untuk

pembelajaran di luar kelas.” (Wawancara tanggal

27 September 2017)

Pendapat ini dikuatkan juga oleh Waka

Manajemen Mutu seperti dalam petikan wawancara

berikut:

“Partisipasi warga sekolah yaitu siswa, guru dan

karyawan sudah baik dalam kegiatan adiwiyata ini.

Guru juga telah memanfaatkan fasilitas yang ada

misalnya lapangan, kebun sekolah, gazebo, kolam

untuk pembelajaran di luar kelas.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Dari analisis data hasil studi dokumen dan

wawancara penetili dengan siswa, guru dan Waka

Managemen Mutu dapat disimpulkan bahwa warga

sekolah yaitu siswa, guru dan karyawan SMA Negeri 2

Salatiga telah melakukan kegiatan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan. Kegiatan tersebut antara lain

berupa membuat kolam ikan menampung air wundlu,

merawat lingkungan, menanam tanaman,

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

119

Gambar 22 : Giz Paklim Jerman dan UKSW Sebagai mitra sekolah dalam pelatihan lingkungan untuk warga sekolah

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

Gambar 23 : Kerjasama dengan sekolah lain Warga sekitar sekolah

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

memanfaatkan lingkungan yaitu taman, kebun,

lapangan, gazebo, kolam untuk pembelajaran.

1.2.3.3.2 Menjalin Kemitraan

Kegiatan menjalin kemitraan dalam rangka

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

dengan berbagai pihak telah dilakukan sekolah. Hal ini

terekam dalam dokumen berikut:

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

120

Kerjasama dengan GIZ-Paklim Jerman dilakukan

dalam rangka tentang pelatihan lingkungan hidup

secara global dan berkaitan dengan mapping

pengelolaan energi. Sedangkan secara khusus Fakultas

pertanian UKSW memberikan pelatihan mengelola

sumber energi air dan membuat pupuk organik dengan

membuat biopori. Hal ini diterangkan oleh Waka

Sarpras seperti dalam petikan wawancara berikut.

“Smanda menjalin dengan CSR GIZ-Paklim Jerman

yang bergerak di bidang lingkungan. Mereka

memberika pelatihan bagaimana caa menghemat

energi, mebuat energi terbarukan, mengelola

sumber sampah sehingga sampah bisa dikurangi.Kerjasama Smanda juga dilakukan

dengan UKSW khususnya Fakultas Pertanian;

UKSW memberikan pelatihan tentang konservasi

air dengan pembuatan biopori. Biopori bisa

menangkap air sehingga air bisa meresap tidak langsung mengalir hilang. Biopori juga bisa untuk

mebuat pupuk organik.” (Wawancara tanggal 14

November 2017)

SMA Negeri 2 Salatiga dalam melaksanakan

program Sekolah Adiwiyata telah menjalin kemitraan

dengan sejumlah SKPD Kota Salatiga seperti Dinas

Lingkungan Hidup, Dinas Ciptakaru, Dinas Kesehatan-

Puskesmas Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo,

Kelurahan Tegalrejo, Rt-RW sekitar sekolah dan

sekolah-sekolah sekitar SMA Negeri 2 salatiga. Ada

sekolah-sekolah di luar Salatiga yang pernah studi ke

SMA Negeri 2 Salatiga seperti SMA Negeri 1 Blora, SMA

Negeri Randublatung, SMA Negeri 2 Kendal. Hal ini

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

121

diperkuat dari data hasil wawancara dengan Waka

Humas seperti dalam petikan wawancara berikut.

“Banyak lembaga atau badan yang mejalin

kerjasama dengan Smanda. GIZ-Paklim Jerman, UKSW, SKPD Kota Salatiga misalnya Ciptakaru,

Birikrasi dari RT-RT sampai Kecamatan di

Argomulyo, Dinas Kesehatan beserta Puskesmas

Tegalrejo, Sekolah- sekolah disekitar seperti SDN

04, SMPN6, SMKN3. Smanda pernahnuntuk kunjungan studi dari SMA N 1 Blora, SMAN

Randublatung, SMAN Kendal. Bahkan yang

menarik dari beberapa sekolah yang studi ke sini

justru lebih dulu menjadi sekolah adiwiyata

nasional seoerti SMPN6, SMAN Randu Blatung.” (Wawancara tanggal 25 September 2017)

SMA Negeri 2 Salatiga juga aktif terlibat dalam

kegiatan lingkungan hidup di luar sekolah. Hal ini

seperti yang dikemukakan oleh Ketua Program Sekolah

Adiwiyata dalam petikan wawancara berikut.

“Smanda selalu terlibat dala kegiatan lingkungan

yang diadakan DLH misalnya penanaman hutan

kota. Kita juga aktif kerjabakti membersihkan

Jalan Raya Tegalrejo, ada juga kerjabakti di

sumber air Senjoyo dan mengadakan penghijauan

penghijauan di sekitar Senjayao melalui Lintas Penghijauan.” (Wawancara tanggal 29 September

2017)

Dari data dokumen gambar dan hasil wawancara

dari Waka Humas, Waka Sarpras, Ketua Program

peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan menjalin

kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup dengan berbagai pihak telah

dilakukan SMA Negeri 2 Salatiga.

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

122

Gambar 24 : Ruang terbuka yang ramah lingkungan

(Dokumen SMA N 2 Salatiga)

1.2.3.4 Pengelolaan Sarana Prasarana Pendukung

Ramah Lingkungan

Pengelolaan sarana praarana pendukung ramah

lingkungan meliputi ketersediaan sarana prasarana

pendukung yang ramah lingkungan dan peningkatan

kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah

lingkungan di sekolah.

Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang

ramah lingkungan telah dipenuhi oleh SMA Negeri 2

Salatiga. Data dokumen gambar berikut akan

menguatkan hal tersebut.

Siswa merasakan bahwa banyak fasilitas di

sekolah yang ramah lingkungan, seperti adanya

galonisasi di kelas-kelas, gazebo, ruang kelas yang

pencahayaan dan penyinaran yang baik, kolam tempat

wundlu, dan sarana olah raga yang lengkap. Hal ini

seperti petikan wawancara berikuti ini.

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

123

“Sarana prasarana pembelajaran di Smanda menurut saya sudah baik, ramah lingkungan.

Ruang kelas yang lebar dan banyak jendela

terbuka, kolam penampungan air wundlu, banyak

ruang terbuka hijau.” (Wawancara tanggal 22

Januari 2016)

Hal ini di kuatkan oleh data hasil wawancara

dengan Waka Sarpras bahwa SMA Negeri 2 Salatiga

memprogramkan sarana prasarana yang ramah

lingkungan. Ruangan yang tata pencahayaannya cukup

sehingga menghemat energi. Tetap mempertahankan

ruang terbuka dan ruang tebuka hijau. Tambahan

ruang kelas dan taman secara vertikal. Berikut petikan

wawancara tersebut.

“Semenjak SMA Negeri 2 menjalankan program

Adiwiyata, pembangunan sarana prasarana sangat

mempertimbangkan sarana yang ramah lingkungan. Maka di buat ruangan yang seterbuka

mungkin tetapi tetap aman. Untuk menambah

kelas dilakukan secara vertikal, ada contoh taman

vertikal,dsb.” (Wawancara tanggal 10 November

2017)

Secara berkala mulai tahun 2013 sarana

prasarana pendukung yang ramah lingkungan mulai

dilengkapi. Tahum 2015 sudah terbangun ruang kreatif

sebagai ruangan tempat berkreasi siswa membuat

kerajinan dari barang-barang bekas dan tempat

memajang hasil karya tersebut. Pada tahun 2015 juga

sudah dibangun tempat pengelolaan sampah terpadu.

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

124

Hal ini seperti petikan hasil wawancara dengan Ketua

Program berikut.

“Sekitar tahun 2015 sekolah membangun tempat

pengolahan sampah terpadu dan ruang kreatif temapat siswa berkreasi dan tempat memajang

hasil kreasi siswa.Sarana prasarana semakin

lengkap, dan tetap ramah dengan lingkungan.”

(Wawancara tanggal 22 Januari 2016)

Dari data dokumen gambar dan data hasil

wawancara nara sumber tersebut dapat disimpulkan

bahwa SMA Negeri 2 Salatiga telah mengadakan

pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan.

Sekolah sudah tersedia sarana prasarana pendukung

yang ramah lingkungan dan sudah ada peningkatan

kualitas pengelolaan sarana prasarana sekolah.

1.2.3.5 Faktor Pendukung dan Penghambat

Dari keempat komponen Adiwiyata masing-

masing ada faktor-faktor yang mendukung dan

menghambat jalannya pelaksanaan program.

Komponen kebijakan berwawasan lingkungan,

pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan dan

pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan

sangat mendukung pelaksanaan program, namun

komponen kegiatan berbasis partisipatif masih perlu

ditingkatkan. Hal tersebut seperti yang dikemukakan

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

125

Waka Manajemen Mutu seperti dalam petikan

wawancara berikut:

“Tiga komponen Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

mempunya nilai yang bagus, jatuhnya di komponen partisipasi warga sekolah. Itu sebabnya

tahun 2015 Smanda gagal mencapai Adiwiyata

Nasional. Puji syukur pada taun 2016 keadaan ini

dapat diatasi. ” (Wawancara tanggal 2 Oktober

2017)

Hal senada diungkapkan oleh Ketua Program

dalam suatu wawancara dengan penulis. Dikatakan

bahwa siswa maupun guru dan karyawan belum bisa

secara konsisten bersikap peduli lingkungan.

Terkadang siswa membuang bungkus makanan masih

sembarangan, guru masih ada yang merokok

dilingkungan sekolah atau partisipasi dalam merawat

lingkungan masih sulit. Kepedulian mematikan lampu

yang sudah tidak terpakai pada siang hari masih

masing kurang. Berikut petikan wawancara tersebut.

“Partisipasi warga sekolah sudah bagus ketika ada

kegiatan secara bersama-sama, namun dalam

kehidupan rutin sehari-hari, masih saja ada siswa

yang membuang sampah sembarangan, sampah juga belum dipilah secara rutin. Ada guru juga

yang belum memberi contoh dengan tidak merokok

di sekolah. Pembinaan karakter perlu secara terus-

menerus.” (Wawancara tanggal 29 September 2017)

Komitmen warga sekolah untuk berbudaya

lingkungan masih perlu dikuatkan, sehingga dalam

keseharianpun tetap berperilaku peduli lingkungan.

Pembiasaan peduli lingkungan dengan mematikan

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

126

lampu yang masih menyala, menempatkan sampah

sesuai tempatnya, bahkan berani memungut sampah

yang ditemui, hidup hemat energi, sampai membawa

minum atau makan dari rumah dengan tempat yang

tidak habis pakai merupakan beberapa perilaku yang

perlu dikuatkan. Hasil wawancara dengan siswa

menguatkan pendapat tersebut.

“Keadaan lingkungan sekolah sudah bagus,

namun sayang temen-temen kadang belum bisa

menjaga kebersihan. Ada beberapa masih sulit

diajak piket kebersihan. Temen-temen memang sudah banyak yang membawa bekal makan dan

minum dari rumah, artinya sudah membatu

mengurangi sumber sampah, dan hidup sehat.” (Wawancara tanggal 6 SEptember 2017)

Namun demikian tiga komponen adiwiyata yang

lain merupakan faktor pendukung program yang kuat.

Waka Sarpras mengungkapkan bahwa sarana-

prasarana sekolah sudah sangat memadahi, bahkan

untuk mencapai syarat Adiwiyata Mandiri sarana

prasarana sangat memungkinkan, seperti kutipan

wawancara berikut:

“Smanda sudah mempunyai berbagai fasilitas

prasyarat Sekolah Adiwiyata. Sarana prasarana

sudah sangat memadahi sebagai Sekolah Mandiri. Jadi untuk sarpras tidak masalah, apalagi

didukung alokasi dana BOS.” (Wawancara tanggal

14 November 2017)

Waka kurikulum mengiyakan bahwa ada

tiga komponen lain yang sangat potensial

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

127

mendukung terlaksananya program Sekolah

Adiwiyata. Kebijakan berwawasan lingkungan

sudah terlaksana dengan baik. Komponen

pelaksanaan kurikulum berwawasan lingkungan

tidak ada hambatan. Perangkat pembelajaran

dan dokumen KTSP berwawasan lingkungan

secara administrasi lengkap dan mendukung.

Demikian seperti petikan wawancara berikut.

“Jika tidak ada program Adiwiyata pun perangkat

kurikulum tetap berwawasan lingkungan, Metode

dan model pembelajaran menyesuaikan keadaan

dan materi ajar sehingga tetap memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.” (Wawancara

tanggal 14 November 2017)

Dari data hasil wawancara dan data hasil

pengamatan di lapangan dapat disimpulkan

bahwa SMA Negeri 2 Saatiga mempunyai lebih

banyak faktor pendukung program Sekolah

Adiwiyata dari pada faktor penghambatnya.

Keadaan lingkungan yang luas, nyaman dan

sudah tertata dengan sarana prasarana ramah

lingkungan yang lengkap, menjadi faktor

pendukung utama selain kebijakan Kepala

Sekolah yang telah diterapkan. Kelengkapan

perangkat administrasi mendukung sekali. Yang

menjadi kendala sekarang ini justru komitmen

warga sekolah yang menurun.

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

128

1.2.4 Product Program Pengembangan Sekolah

Adiwiyata

1.2.4.1 Ketercapaian tujuan

Dari 4 komponen yang dikembangkan, program

Sekolah Adiwiyata berjalan sesuai dengan perencanaan.

Keberhasilan pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata

dipaparkan oleh Waka Sarpras dalam petikan

wawancara sebagai berikut:

“Pelaksanaan program Sekola Adiwiyata berjalan

sesuai harapan. Sebagai bukti bahwa SMA Negei 2

Salatiga sudah mendapat penghargaan kategori

Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional pada tahun 2016. Kategori ini tidak mudah untuk

mencapainya, harus melalui kategori kota maupun

provinsi.” (Wawancara tanggal 14 November 2017)

Menurut Kepala SMA Negeri 2 Salatiga, kunci

sukses pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata adalah

adanya kerjasama tim yang bagus terlebih adanya

partisipasi warga sekolah. Berikut pendapat dari Kepala

SMA Negeri 2 Salatiga.

““Pelaksanaan program Sekola Adiwiyata berjalan

sesuai harapan. Sebagai bukti bahwa SMA Negei 2

Salatiga sudah mendapat penghargaan kategori

Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional pada tahun

2016. Kategori ini tidak mudah untuk mencapainya, harus melalui kategori kota maupun

provinsi.”. (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Waka

Manajemen mutu dalam petikan wawancara sebagai

berikut:

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

129

“Program ini jika dipandang dari tercapainya penghargaan tingkat nasional, berhasil baik.

Tingkat partisipasi warga juga sudah baik sekali.

Yang perlu diperbaiki adalah perilaku pelestarian

dan kepedulian lingkungan warga sekolah, perlu

ditanamkan secara terus menerus, masih ada saja siswa belum membuang sampah sembarangan ”.

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)

Ketercapain program dari segi penghargaan

berdasarkan data dan hasil wawancara dapat

disimpulkan berhasil baik. Pencapaian penghargaan

sebagai sekolah kategori Sekolah Adiwiyata Nasional

pada tahun 2016 merupakan bukti keberhasilan.

Namun dari pembudayaan karakter berbasis

lingkungan, masih perlu pembenahan.

1.2.4.2 Hasil Pengembangan Program

Dalam melaksanakan program Sekolah Adiwiyata

ini, secara fisik SMA Negeri 2 Salatiga telah berhasil

melengkapi sarana prasarana ramah lingkungan,

sehingga sekolah semakin asri, indah dan nyaman.

Keadaan ini memberi manfaat kepada warga sekolah

seperti petikan hasil wawancara dengan siswa berikut.

“Manfaat yang kami rasakan dari program Sekolah

Adiwiyata adalah kenyamanan belajar, kami lebih

nyaman dan senang di sekolah. Semoga keadaan ini

bisa terus berlangsung. Semoga temen-teman bisa menjaga kebersihan.”(Wawancara tanggal 6

September 2016)

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

130

Senada hal tersebut, diungkapkan oleh seorang

guru mata pelajaran yang merasa nyaman dan krasan

di sekolah seperti dalam petikan wawancara berikut.

“Keadaan sekolah ada perubahan dalam hal

kebersihan, lingkungan menjadi tertata rapi dan

indah, lebih nyaman. Di sekolah jadi krasan.Hanya masih ada guru yang diam-diam masih merokok di

lingkungan sekolah.”(Wawancara tanggal 27

September 2017)

Dari program Sekolah Adiwiyata tenaga

kebersihan mendapat manfaat yaitu beban pekerjaan

menjadi semakin ringan. Volume sampah semakin

berkurang, pemilahan sampah semakin ringan dan

kebersihan lingkungan terbant. Hal ini seperti cuplikan

wawancara berikut.

“Sekarang beban kerja saya semakin ringan karena lingkungan sudah bersih. Pemilahan sampah juga

menjadi ringan, sampah sudah terbantu dipilah-

pilah. Harapannya siswa tetap bisa membuang

sampah ditempatnya.”(Wawancara tanggal 4

September 2017)

Dari data hasil wawancara tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa warga sekolah merasakan

manfaat dari pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata.

Siswa dan guru merasa nyaman dan betah di sekolah.

Karyawan merasa beban kerjanya menjadi berkurang.

Masih adanya guru dan siswa yang belum bisa

melakukan perilaku budaya lingkungan, maka perlu

adanya pendampingan tersendiri.

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

131

1.2.4.3 Dampak dan Keberlanjutan Program

Berdasarkan studi dokumentasi, SMA Negeri 2

Salatiga telah mendapatkan penghargaan sebagai

Sekolah Adiwiyata Kota pada tahun 2011, 2013 dan

2015. Pada tahun 2013 dan 2014 mendapat

penghargaan kategori Sekolah Adiwiyata tingkat

Provinsi Jawa Tengah. Dan pada tahun 2016 SMA

Negeri 2 Salatiga mendapat penghargaan kategori

Sekolah Adiwiyata tingkat nasional. Kepala Sekolah

menyatakan bahwa SMA Negeri 2 Salatiga telah

berhasil menjalankan program Sekolah Adiwiyata

dalam hasil wawancara sebagai berikut:

“SMA Negeri 2 telah berhasil sebagai Sekolah

Adiwiyata karena sudah mendatkan penghargaan

Nasional dan ada sekolah lain yang studi ke SMA

Negeri 2 dalam pengelolaan lingkungan. Untuk itu

SMA Negeri 2 sangat layak meneruskan

programnya sehingga nanti bisa menjadi Sekolah Adiwiyata Mandiri”. (Wawancara tanggal 2

Oktober 2017)

Senada dengan pendapat di atas, Ketua Program

Sekolah Adiwiyata mengungkapkan seperti hasil

wawancara tersebut:

“SMA Negeri 2 Salatiga sudah berhasil menjadi Sekolah Adiwiyata Nasional dan sangat layak

sekali menjadi Sekolah Adiwiyata Mandiri.

Pencapain sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional

menunjukan sekolah mempunyai potensi besar.”

(Wawancara tanggal 25 September 2017)

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

132

Keberhasilan dalam menjalankan program

Sekolah Adiwiyata memberikan dampak bagi sekolah-

sekolah di Salatiga dan memberi kontribusi terhadap

Kota Salatiga, Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota

Salatiga mengungkapkan hal itu hasil wawancara

tersebut:

“SMA Negeri 2 Salatiga sangat layak sekali menjadi

Sekolah Adiwiyata Mandiri. Pencapain sebagai

Sekolah Adiwiyata Nasional menunjukan sekolah mempunyai potensi besar. SMA 2 menjadi

sekarang menjadi model sekolah Adiwiyata di

Salatiga, sehingga sekolah-sekolah di Salatiga

saya harapkan bisa belajar di sini. SMA 2 juga

sudah memberi kontribusi dalam pencapaian

piala Adipura untuk Kota Salatiga”. (Wawancara tanggal 14 November 2017)

Dari beberapa sumber wawancara di atas semua

sepakat bahwa dampak Sekolah Adiwiyata di SMA

Negeri 2 sangat positif, mendorong sekolah lain

berpacu memperbaiki lingkungannya dan memberi

kontribusi yang baik tercapainya piala Adipura Kota

Salatiga. Maka jika disimpulkan dari menganalisis

data-data produk, program Sekolah Adiwiyata SMA

Negeri 2 Salatiga untuk tetap diteruskan.

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

133

1.3 Pembahasan

1.3.1 Context Program Sekolah Adiwiyata

Dalam penelitian ini, Evaluasi Conteks

mempertimbangkan beberapa aspek antara lain latar

belakang, kebutuhan program, tujuan program,

sasaran program, serta kebijakan Adiwiyata.

Warga SMA Negeri 2 Salatiga menyadari bahwa

lingkungan sekolahnya luas, gersang dan kurang

terawat membutuhkan pengelolaan yang baik agar

menjadi lebih asri, indah, nyaman dan aman. Dari hasil

penelitian menunjukan bahwa stakeholder, guru dan

karyawan terutama siswa membutuhkan situasi yang

nyaman dan aman untuk mendukung prestasi

belajarannya. Oleh karena itulah dibutuhkan suatu

program, sebuah rencana yang dilakukan untuk

mencapai tujuan ,Jaedun (2010). Maka sejak tahun

2011 SMA Negeri 2 Salatiga merintis menjadi Sekolah

Adiwiyata dan sampai saat ini program tersebut masih

berjalan. Program tersebut sejalan dengan program

yang dicanangkan Kementrian Lingkungan Hidup yaitu

program Adiwiyata yang mengajak institusi sekolah

terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan melalui

penanaman karakter peduli dan budaya lingkungan di

dalam pendidikan lingkungan hidup (PLH) di sekolah.

PLH diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif

solusi yang efektif dalam upaya meningkatkan

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

134

pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap

pelestrian fungsi lingkungan hidup (Panduan Adiwiyata

2012).

Program Sekolah Adiwiyata bertujuan mendorong

dan membentuk sekolah peduli dan berbudaya

lingkungan yang mampu berpartisipasi dan

melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan

pembangunan berkelanjutan. Maka diharapkan dengan

program Sekolah Adiwiyata yang diturunkan melalui

kebijakan Kepala Sekolah mampu menjawab

kebutuhan stakeholder SMA Negeri 2 Salatiga yaitu

suatu tuntutan pendidikan yang bermutu sesuai

amanat dari UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 50 ayat 2 : “Pemerintah

menentukan kebijakan nasional dan standar nasional

pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan

nasional”, Suhardi (2010).

Berdasarkan hasil evaluasi Context di atas,

diketahui bahwa terjadi kesenjangan kondisi

lingkungan SMA Negeri 2 Salatiga dengan harapan

warga sekolah yang mengharapkan keadaan

lingkungan aman dan nyaman melalui pendidikan

lingkungan yang baik dan bermutu. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut perlu proses perubahan

pendiddikan dalam rangka meningkatkan kualitas

pendidikan atau inovasi, Fattah (2012). Maka

Page 83: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

135

diperlukan kreativitas dan inovasi untuk menanamkan

dan menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter peduli

dan berbudaya lingkungan di sekolah. Sehingga

program Sekolah Adiwiyata yang telah ada perlu di

restrukturisasi.

1.3.2 Input Program Sekolah Adiwiyata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program

Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 dirintis mulai tahun

2011. Sedangkan Kementrian Lingkungan Hidup

mengembangkan pendidikan lingkungan hidup mulai

tahun 2006 dan mengeluarkan Panduan Adiwiyata

tahun 2012. Buku tersebut sangat jelas baik ditinjau

dari latar belakang, tujuan, manfaat, sasaran maupun

mekanisme pelaksanaannya. Ada beberapa tahapan

yang harus dilalui SMA Negeri 2 Salatiga untuk

mencapai sekolah kriteria Sekolah Adiwiyata Nasional,

yaitu harus mencapai kriteria Sekolah Adiwiyata Kota

kemudian diusulkan oleh DLH untuk memenuhi

kriteria Sekolah Adiwiyata Provinsi baru diusulkan ke

kriteria nasional jika memenuhi standar kriteria

Sekolah Adiwiyata Nasional.

Untuk mempersiapkan strategi pelaksanaan

program Sekolah Adiwiyata, SMA Negeri 2 Salatiga

telah melakukan analisa SWOT. Analisa tersebut

Page 84: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

136

menelaah tentang kekuatan dan kelemahan SMA Negeri

2 (analisa faktor internal) serta peluang dan ancaman

SMA Negeri 2 (analisa faktor eksternal). Namun setelah

melakukan analisis SWOT, SMA Negeri 2 tidak

menetapkan strategi apa yang akan diambil apakah

strategi agresif, strategi diversifikasi, strategi turn-

around atau strategi defensif. Padahal menurut

Rangkuti (2006), analisis terhadap kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman akan menghasilkan

alternatif-alternatif strategi sesuai yang dimiliki

organisasi berupa strategi agresif, strategi diversifikasi,

strategi turn-around atau strategi defensif. Strategi ini

yang seharusnya dijadikan dasar pengambilan

kebijakan. Hal ini menunjukkan bahwa tahap analisa

SWOT yang dilakukan oleh SMA Negeri 2 Salatiga tidak

ditindak lanjuti dengan tepat karena belum melibatkan

seluruh komponen. Analisis SWOT seharusnya

dilakukan dengan melibatkan berbagai komponen yang

ada, sehingga menghasilkan strategi kebijakan yang

tepat.

Setelah melakukan analisis SWOT, SMA Negeri 2

menetapkan dalam 4 (empat) komponen program yang

menjadi satu kesatuan yaitu :(1) Kebijakan berwawasan

lingkungan, (2) Pelaksanaan kurikulum berbasis

lingkungan, (3) Kegiatan lingkungan berbasis

partisipatif dan (4) Sarana prasarana pendukung ramah

Page 85: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

137

lingkungan. Keempat komponen ini diletakan pada dua

prinsip dasar partisipatif dan berkelanjutan.

Pada komponen (1) ditetapkan 2 subprogram

yang meliputi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah

(RKAS). Masing-masing program diwujudkan dalam

bentuk kegiatan. Adapun yang menjadi penanggung

jawab dari komponen Kebijakan berwawasan

lingkungan adalah adalah Waka Manajemen Mutu.

Untuk komponen Pelaksanaan Kurikulum Berbasis

Lingkungan terdiri dari 2 sub program yang meliputi

tenaga pendidik dan peserta didik. Dan yang menjadi

penanggung jawab Komponen ini adalah Waka

Kurikulum.

Komponen Kegiatan Lingkungan Berbasis

Partisipatif berada dibawah tanggung jawab Waka

Humas dan Waka Kesiswaan, Waka Humas untuk

urusan di luar sekolah dan Waka Kesiswaan untuk

urusan di dalam sekolah. Komponen ini teriri dari 2

sub program yaitu: program pelaksanaan kegiatan dan

menjalin kemitraan. Untuk komponen sarana

prasarana pendukung ramah lingkungan dituangkan

dalam 2 sub program yaitu ketersediaan sarana

prasarana dan kualitas pengelolaan sarana prasarana.

Bidang sarana prasarana berada dibawah tanggung

jawab Waka Sarpras.

Page 86: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

138

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke-4

komponen program yang dikembangkan sudah disusun

secara rinci dan memiliki sasaran serta tujuan yang

jelas. Ke-4 komponen manajemen yang dikembangkan

SMA Negeri 2 Salatiga sesuai dengan Pedoman Sekolah

Adiwiyata tahun 2012 yang menyatakan bahwa Sekolah

Adiwiyata harus mengembangkan 4 manajemen unggul

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh

pemerintah. Penanggung jawab juga sudah disesuaikan

dengan tupoksinya masing-masing. Misal untuk

Komponen kebijakan berwawasan lingkungan

diserahkan kepada Waka Manajemen Mutu yang

merupakan lulusan S2 Master Manajemen, komponen

kegiatan berbasis partisipatif diserahkan kepada Waka

Kesiswaan yang juga merupakan lulusan Master

Manajemen. Begitu juga komponen yang lain.

Untuk mendukung ke-4 komponen yang

dimaksud, SMA Negeri 2 Salatiga telah menyusun

alokasi anggaran dana yang sudah include dengan

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)

sebesar 20% dari total anggaran yang ada. Dalam hal

ini berarti sekolah sudah mempersiapkan diri sehingga

Anggaran Sekolah sengaja didesain untuk mendukung

pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata. Berdasarkan

hasil penelitian, pelaksanaan program Sekolah

Adiwiyata merupakan program jangka panjang. SMA

Page 87: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

139

Negeri 2 Salatiga telah membuat rencana sampai tahun

2018. Hal ini dapat kita lihat dari School Development

Plan (SDP) yang dibuat sekolah dengan tujuan untuk

mencapai target Sekolah Adiwiyata Mandiri di tahun

2018.

Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2011

SMA Negeri 2 Salatiga telah memulai program adiwiyata

walaupun belum dilaksanakan secara optimal , namun

sudah mendapat piagam penghargaan sebagai Calon

Sekolah Adiwiyata tingkat kota. Mulai tahun 2012 Tim

dibentuk di bawah Koordinasi Ketua Tim (Waka

Sarpras) yang dikawal langsung oleh Kepala Sekolah.

Tim khusus telah dibentuk dan masing-masing tim

memiliki staf khusus sesuai dengan bidang

garapannya.

Program Sekolah Adiwiyata ada beberapa unsur

sehingga menunjukkan bahwa program ini layak

dikatakan sebagai sebuah program pendidikan.

Program dikaitkan dengan kesatuan kegiatan yang

merupakan realisasi atau implementasi dari suatu

kebijakan, yang berlangsung dalam proses

berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi

yang melibatkan sekelompok orang, Arikunto (2012).

Data penelitian menunjukkan bahwa pendanaan

program Sekolah Adiwiyata murni berasal dari dana

Page 88: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

140

komite sekolah dan dari dana BOS. Namun demikian

alokasi dana tersebut tetap mencukupi. Pemerintah

tidak membiayai sama sekali untuk program Sekolah

Adiwiyata. Jika ada dana dari pemerintah bukan terkait

dengan program Sekolah Adiwiyata dan lebih banyak

dialokasikan untuk pembangunan fisik sesuai

kebutuhan sekolah. Draf Rancangan Penggunaan

Dana Bantuan SMA Negeri 2 Salatiga (Tabel 11) untuk

pembangunan fisik bersumber dari pemerintah pusat

sebesar Rp1.000.000.000,00 dan dana sharing dari

komite sebesar Rp 903.750.000,00.

Rincian Alokasi Anggaran Pengembangan Sekolah

Adiwiyata (Tabel 10) sebesar Rp 493.730.750,- terbagi

menurut 4 komponen program yang ditetapkan.

Komponen kebijakan berwawasan lingkungan

dialokasikan sebesar Rp 39.500.000,- sedangan

komponenprogram pelaksanaan kurikulum berbasis

lingkungan dialokasikan dana sebesar Rp

199.053.000,-Untuk komponen program kegiatan

berbasis partisipatif dalokasikan dan sebesar Rp

150.700.000,- dan komponen sarana prasarana

pendukung ramah lingkungan mendapat alokasi dana

sebesar Rp 114.467.750,-. Dimana masing-masing

komponen program masih terbagi dalam 2 sub

program.

Page 89: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

141

Sebuah Sekolah Adiwiyata memerlukan sarana

prasarana pendukung yang ramah lingkungan. Hasil

penelitian membuktikan bahwa SMA Negeri 2 Salatiga

memiliki sarana prasarana pendukung ramah

lingkungan yang dibutuhkan. Hal ini juga didukung

oleh bukti dokumentasi kondisi sarana prasarana di

SMA Negeri 2 Salatiga. Luas lahan yang mencapai

28.879 m2 sangat memungkinkan sekolah untuk

melakukan pengembangan pembangunan, namun

demikian pengembangan ruang kelas direncanakan

untuk vertikal sehingga luasan terbuka hijau tetap

lebih luas dari luasan dasar bangunan. Luasan dasar

bangunan 5.971m2 dan luas lahan terbuka hijaunya

22.879m2 mempunyai perbandingan 20,7% luasan

bangunan dan 79,35 luas terbuka hijau. Ruangan

terbuka masih sangat luas untuk resapan air maupun

tempat tanam-menanam sehingga meudahkan

pengelolaan dan pelestarian lingkungan.

Program Pengembangan Sekolah Adiwiyata

merupakan operasionalisasi dari konsep peningkatan

mutu lingkungan yang telah dicanangkan pemerintah.

SMA Negeri 2 Salatiga telah mendesain program

Sekolah Adiwiyata dengan mempertimbangkan berbagai

aspek. Artinya program Sekolah Adiwiyata merupakan

suatu program yang memadai untuk menjawab

kebutuhan dilihat dari programnya yang cukup jelas,

Page 90: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

142

memiliki tujuan meningkatkan kualitas lingkungan,

dan kualitas warga sekolah dilaksanakan oleh SDM

yang sesuai dengan kualifikasi, didukung dengan

sarpras yang memadai serta melalui mekanisme yang

sah. Desain program yang telah disusun, SMA Negeri 2

Salatiga berusaha merealisasikan mutu pendidikan

dalam berbagai program karena yang dimaksud mutu

dalam pendidikan meliputi mutu input, proses, output,

dan outcomes, Fattah. (2012). Demikian pula dalam

program Sekolah Adiwiyata penerapan program ini

melibatkan seluruh unsur pendidikan yang ada di SMA

Negeri 2 dalam mengendalikan dan secara terus

menerus meningkatkan kinerja dalam rangka

mempertahankan bahkan dapat meningkatkan

mutunya.

1.3.3 Process Program Pengembangan Sekolah

Adiwiyata

SMA Negeri 2 telah melaksanakan Bimbingan

Teknis untuk persiapan program pengembangan

Sekolah Adiwiyata. Sesuai dengan Buku Pedoman

Adiwiyata 2012. Bimtek berupa bedah Buku Pedoman

Adiwiyata untuk setiap 4 ( empat) komponen program.

Sosialisasi juga sudah dilakukan baik kepada

guru, komite maupun kepada siswa. Sosialisasai

kepada guru dan komite disampaikan melalui agenda

pembinaan dan ratas rapat (terbatas) sedangkan

Page 91: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

143

sosialisasi kepada siswa disampaikan dalam pertemuan

umum di aula dan apel pagi secara berulang-ulang.

Unsur-unsur dalam process program yaitu persiapan

warga sekolah, pelaksanaan kegiatan, efektivitas

penggunaan dana dan efektivitas program

terintegrasikan dalam empat komponen program

Adiwiyata. Adapun pembahasan mengenai ke-4

komponen dalam program Sekolah Adiwiyata akan

disajikan dalam paparan berikut.

1.3.3.1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan

Kebijakan berwawasan lingkungan mempunyai

sub program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup dan Rencana Kegiatan dan Anggaran

Sekolah (RKAS). KTSP yang dilaksanakan SMA Negeri 2

Salatiga menggunakan Kurikulum 2006 untuk kelas XI

dan XII serta Kurikulum 2013 untuk kelas X.

Walaupun menggunakan 2 kurikulum yang berbeda

namun masing-masing perangkat pembelajaran tetap

mengintegrasikan nilai-nilai karakter peduli dan

berbudaya lingkungan seperti yang tercantum pada

Tabel 9 Pelaksanaan Program Sekolah Adiwiyata. Hal

ini sejalan dengan penelitian Burhan dan Ismail (2011)

yang merekomendasi bahwa diperlukannya kurikulum

lingkungan dalam pelatihan guru.

Page 92: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

144

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa guru

telah mengajar menggunakan sarana lingkungan, dan

telah mengintegrasikan nilai-nilai pelestarian

lingkungan dalam pembelajarannya walaupun bukan

mata pelajaran lingkungan hidup. Dari hasil penelitian

juga menunjukan bahwa siswa merasa senang dengan

model dan metode pengajaran yang menggunakan

lingkungan dan sarana sekolah sebagi media, alat,

maupun sumber belajar. Siswa merasa senang dan

tidak jenuh. Hasil ini menunjukan bahwa pelaksanaan

kurikulum berwawasan lingkungan dapat berjalan

tanpa kendala. Sehingga bisa diteruskan dan jika perlu

ditingkatkan.

Dari uraian pada bagian atas disebutkan bahwa

anggaran khusus untuk prgram pengembangan

Sekolah Adiwiyata adalah 20% dari total anggaran yang

berasal dari dana komite dan dan BOS menunjukan

bahwa sekolah telah berkomitmen untuk

melaksanakan program Sekolah Adiwiyata ini dengan

sungguh-sungguh.

1.3.3.2 Pelaksanaan Kurikulum Bebasis Lingkungan

Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan

terdiri dua sub program, yaitu tenaga pendidik memiliki

kopetensi dalam mengembangkan kegiatan lingkungan

hidup dan sup program peserta didik melaksanakan

kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan

Page 93: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

145

pelestarian lingkungan hidup. Penddidik SMA Negeri 2

Salatiga minimal lulusan S1 yang kompeten

dibidangnya dan hampir 20% lulusan S2. Maka secara

kompetensi kemampuan guru tidak diragukan. Dari

hasil penelitian guru telah mengajar dengan berbagai

media dan metode. Pembelajaran dinilai siswa sangat

menyenangkan karena menggunakan memanfaatkan

alam, lingkungan dan saarana prasarana sekolah

sebagai media, alat seta sumber belajar.

Siswa dengan bimbingan guru mengeksplorasi

diri melalui pembelajaran kontekstual yang

memanfaatkan lingkungan. Siswa berproses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan,

memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan

kepribadian, Suyono (2012). Dari pemamparan tentang

tenaga pendidik dan peserta didik di atas dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan kurikulum berbasis

lingkungan sudah baik dan dapat diteruskan.

1.3.3.3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif terbagi

menjadi dua sub program, yaitu kegiatan perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup bagi warga sekolah

dan sub program menjalin kemitraan dalam rangka

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupdengan

berbagai pihak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Page 94: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

146

kegiaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup bagi warga sekolah sudah berjalan baik. Warga

sekolah telah bisa memilah-milah sampah menurut

sampah organik dan anorganik, sampah bisa di daur

ulang dan tidak. Warga sekolah juga telah

memanfaatkan sampak-sampah anorganik menjadi

barang-barang kerajinan bernilai seni. Ada kerajinan

buat baju dari barang bekas, lukisan dari bungkus

permen, kerajinan dari gelas bekas, memperbaiki kipas

yang rusak dimodifikasi menjadi barang seni dan

sebagainya. Sekolah berkomitmen untuk itu sehingga

dibangunkan gedung sebagi “Rumah Kreatif “ tempat

berkarya dan memajang barang-barang hasil kerajinan

selain dapat disimpan di gallery yang ada. Untuk

mengurangi sumber sampah warga sekolah sudah

berupaya membawa alat minum dan tempat makan

dari rumah yang tidak habis.pakai, dan mengurangi

penggunaan plastik. Di masing-masing ruang ada galon

sebagi upaya hemat energi dan mengurangi sumber

sampah dari bungkus minum. Untuk mengolah

sampah organik, warga sekolah telah belajar membuat

kompos organik yang telah dibuatkan ruang

pengolahan sampah terpadu. Penghematan energi telah

dilaukandengan dibuatnya kolam ikan hasil

penampungan air wundlu serta banyak dibuat biopori

oleh warga sekolah. Jelas bahwa kegiatan pengolahan

Page 95: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

147

dan perlindungan lingkungan sudah berjalan di SMA

negeri 2 Salatiga dengan baik.

SMA Negeri 2 Salatiga berdasarkan data

penelitian telah melakukan kerjasama kemitraan

mengelola dan mengolah lingkungan dengan berbagai

pihak. GIZ-Paklim Jerman telah mendampingi warga

sekolah bagaimana mengurangi pengeluaran energi dan

mempelajari sumber energi terbarukan. Kemitraan

dengan Fakultas Petanian UKSW dilaksanakan dalam

pembelajaran membuat biopori untuk menangkap air

hujan dan sebagi wahana membuat pupuk organik.

Kemitraan juga dilakukan dengan instansi secara

struktura, yaitu DLH Kota Salatiga, Ciptakaru Kota

Salatiga, Dinas Kesehatan Kota Salatiga dan sekolah-

sekolah terdekat dan sekkolah mitra. DLH selalu

mendampingi Sekolah Adiwiyata dalam uoaya

meningkatkan kriteria komponen, sedangkan dengan

Ciptakaru bekerja sama dalam penyediaan air bersih

maupun bekerja bakti bersama-sama. Jika kemarau

panjang lingkungan sekolah tanahnya kering dan air

tidak mencukupi kebutuhan wundlu, maka Ciptakaru

sering memasoki air ke sekolah.

Jelas bahwa dari kegiatan lingkungan berbasis

partisipatif telah dilaksanakan dengan baik. Hanya

memang ada kendala terkadang perilaku warga sekolah

yang kurang terpuji yaitu membuang sampah masih

Page 96: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

148

sembarangan, belum mempunyai kebiasaan untuk

peka mematikan lampu di siang hari, dan masih ada

guru yang kurang peduli dengan merokok di

lingkungan sekolah. Kebiasaan ini yang masih perlu

mendapat perhatian untuk pelaksanaan program

selanjutnya agar mutu pelaksanaan program bisa

dicapai sesuai target. Hasil penelitian Hidayati (2013)

menegaskan bahwa pembiasaan perilaku berkarakter

lingkungan akan berhasil jika diajarkan dengan contoh,

ditularkan dan disebarkan kepada warga sekolah

dengan membiasakan, memberikan pengertian dan

contoh perilaku peduli lingkungan. Maka dibutuhkan

komitmen bersama. Sejalan dengan hal tersebut

Nanang (2012) berpendapat bahwa upaya peningkatan

mutu berkelanjutan melibatkan semua personil sekolah

yang di dalam prosesnya menuntut komitmen bersama

terhadap permasalahan mutu pendidikan di sekolah.

1.3.3.4 Sarana Prasarana Pendukung Ramah

Lingkungan

Komponen Sarana pendukung ramah lingkungan

meliputi dua sub program yaitu, ketersediaan sarana

prasarana pendukung yang ramah lingkungan dan

peningkatan kualitas pengelolaan sarana prasarana

yang ramah lingkungan. Dari hasil penelitian

meenunjukan bahwa ketersediaan sarana prasarana

Page 97: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

149

SMA Negeri 2 Salatiga sudah ramah lingkungan dan

mencukupi penggunanya. Sarana ibadah ada mushola

dan ruang agama lainnya yang cukup menampung

peserta, Kamar MCK ada 33 yang bersih dan terkelola

dengan baik. Lapangan olah raga baik sepak bola, bola

basket, volly ball, arena lari baik yang terbuka maupun

yang tertutup di dalam gedung (aula) sangat baik

sekali, yang masing-masing terawat oleh tenaga

kebersihan yang profesional. Adanya lab. kimia, lab.

biologi, lab. bahasa, lab. fisika maupun gedung

perpustakaan yang representatif dan terawat baik.

Ruang kelas sesuai jumlah rombelnya dengan ruang

guru, rung TU, ruang BP/BK, Ruang Waka dan ruang

Kepala sekolah masing masing representatif dan

terawat dengan baik. Tidak kalah pentingnya adalah

ruang terbuka hijau yang sangat luas berupa lapangan

hijau, kebun sekolah, kebun toga, kolam ikan, kebun

konservasi tanaman, hutan mini, green school sangat

baik dan terawat. Sarana prasarana penunjang dan

perawatannya sangat layak untuk menopang program

Sekolah Adiwiyata. Penelitian Sonadi (2015),

menegaskan bahwa sarana dan prasarana sekolah

cenderung linier dengan pencapaian Sekolah Adiwiyata.

Page 98: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

150

1.3.3.5 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

Hasil penelitian menunjukkan ada 4 faktor yang

menjadi kunci keberhasilan implementasi program SMK

Rujukan. Faktor tersebut adalah: (1) kerjasama Tim

yang bagus, (2) adanya komitmen bersama untuk

mensukseskan program, (3) keterbukaan anggaran dan

(4) memiliki potensi lahan, peralatan, guru dan siswa.

Adanya kerjasama dan koordinasi dari Tim Sekolah

Adiwiyata serta komitmen yang luar biasa dari pihak

yang terlibat dalam program Sekolah Adiwiyata

menjadikan SMA Negeri 2 Salatiga dapat mencapai

kriteria sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional tahun

2016. Walaupun hasil penelitian Sighal dan Virma

(2012) menunjukan bahwa tingkat kemampuan tidak

selalu mempengaruhi kesadaran dan perilaku terhadap

lingkungan, namun karena SDM SMA Negeri 2 Salatiga

memadahi sehingga mampu mencapai penghargaan-

penghargaan tersebut. Adanya tuntutan SDM yang

berkualitas sesuai dengan pendapat Kalangi (2015)

yang menyatakan sumber daya manusia merupakan

faktor yang sangat sentral dalam organisasi, apapun

bentuk dan tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan

berbagai visi untuk kepentingan manusia.

Berkaitan dengan Faktor Sumber Daya, SMA

Negeri 2 memiliki sarana prasarana yang mendukung

untuk pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata. Dilihat

Page 99: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

151

dari sisi luasan lahan, sarana gedung, sarana

pendukung pembelajaran, sarana umum cukup baik

mendukung program Sekolah Adiwiyata.

Di samping faktor pendorong juga terdapat faktor

penghambat, yaitu: Kebiasan kurang baik yang sulit

untuk dirubah dari sebagian warga sekolah misalnya

merokok dilingkungan sekolah, membuang sampah

sembarangan, corat-coret tembok, dan belum bisa

hemat energi dengan tidak mematikan lampu di siang

hari. Kebiasaan ini sebetulnya bisa diatasi bila ada

komitmen untuk mencapai tujuan bersama dan

pendampingan secara terus menerus.

Program Sekolah Adiwiyata SMA Negeri 2 telah

berhasil memenuhi target dengan mendapat

penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat

Nasional. Walaupun masih ada satu sasaran yang di

atasnya lagi yaitu Sekolah Adiwiyata Mandiri, namun

sasaran ini bukanlah suatu target utama, karena

tujuan dari program Sekolah Adiwiyata adalah

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik yaitu

habitus peduli dan berbudaya lingkungan.

1.3.4 Product Program Sekolah Adiwiyata

Program Sekolah Adiwiyata SMAN Negeri 2

Salatiga sudah sesuai dengan harapan yaitu

Page 100: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16466/4/T2_942014013_BAB IV...Dari hasil observasi dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data

152

tertanamnya sikap peduli dan berbudaya lingkungan,

walau masih perlu penyempurnaan. Terbuktinya

dengan terciptanya lingkungan sekolah yang asri,

indah, aman dan nyaman. Pengelolaan sampah juga

mulai tertata dengan baik. Karakter peduli dan

berbudaya lingkungan warga sekolah sudah nampak.

Suatu dampak positif dari dilaksanakannya

program Sekolah Adiwiyata, yaitu sekolah mendapat

penghargaan sebagai calon Sekolah Adiwiyata Kota

pada tahun 2011, mendapat penghargaan sebagai

Sekolah Adiwiyata Kota tahun 2013 dan 2015. Pada

tahun 2013 dan 2014 mendapat penghargaan sebagai

Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Tengah. Serta

tahun 2016 SMA Negeri 2 Salatiga merupakan satu-

satunya SMA/SMK baik negeri maupun swasta di Kota

Salatiga yang mendapat penghargaan sebagai Sekolah

Adiwiyata tingkat nasional. Dampak positif lainnya

dengan melaksanakan program Adiwiyata SMA Negeri

2 adalah turut berkontribusi tercapainya piala Adipura

Kota Salatiga.