bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Nyatnyono
1. Letak Geografis
Secara Geografis Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang terletak di lereng Gunung Ungaran atau sebelah Barat
Kota Ungaran, dengan ketinggian berkisar + 600-800 meter diatas
permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 240-28
0C. Tipologi tanahnya
berbukit sedang dan sebagian dataran. Disamping itu keadaan tanahnya
merupakan tanah yang sebagian besar untuk kegiatan pertanian dan sisanya
untuk tanaman budidaya. Desa Nyatnyono boleh dikatakan cukup subur,
kesuburan ini terutama karena sifat tanahnya yang berhumus, bebatuan
serta didukung ketersediaan air yang cukup. Potensi ini yang akhirnya
menghijaukan daerah atau wilayah desa Nyatnyono dan sekitarnya. Batas
wilayah desa Nyatnyono, sebelah utara berbatasan dengan desa Lerep,
sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Genuk, sebelah barat berbatasan
dengan PTP Sebigo, dan sebelah selatan berbatasan dengan desa Gogik.
Luas desa Nyatnyono + 425 Ha yang terdiri dari tanah sawah ladang
15.5 Ha, tanah untuk pemukiman 67 Ha, tanah tegalan 6.5 Ha, bangunan
umum 7.4 Ha, jalan, dan makam sekitar 28 Ha, dan lain-lain 63 Ha.
Ditinjau dari segi demografis, Desa Nyatnyono dibagi menjadi 8 dusun, 8
Rukun Warga (RW), dan 35 Rukun Tetangga (RT).
17
Tabel. 1
Nama Dusun dan Jumlah RT
No Nama Dusun Nama RW Jumlah RT
1 Ngaglik I 3
2 Gelap II 3
3 Gundang III 2
4 Krajan IV 6
5 Siroto V 6
6 Sendang Putri VI 2
7 Sendang Rejo VII 7
8 Blanten VIII 6
Jumlah 8 35
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dusun Sendang Rejo, dusun
Krajan, dusun Siroto, dan Blanten memiliki jumlah RT yang banyak yakni 7
dan 6 RT. Dari informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan
Muhalim, 6 Agustus 2016 didapatkan data baku jumlah RT menunjukkan
jumlah/ banyaknya penduduk yang tinggal di dusun itu.
2. Kependudukan
a. Jumlah penduduk Desa Nyatnyono pada tahun 2015 adalah 9.839 jiwa,
terdiri dari 2977 Kepala Keluarga, dengan perincian sebagai berikut:
Tabel. 2
Jumlah penduduk desa Nyatnyono 2015
No Jenis Kelamin Jumlah/Orang
1 Laki-laki 4.986
2 Perempuan 4.853
Jumlah 9.839
(Monografi desa Nyatnyono tahun 2015).
Dari tabel di atas tampak bahwa jumlah penduduk desa berjenis kelamin
laki-laki (4.986 orang) lebih banyak dari pada penduduk berjenis kelamin
perempuan (4.853 orang).
18
b. Tingkat Pendidikan penduduk Desa Nyatnyono
Tabel. 3
Tingkat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Jumlah/Orang
1 Belum Sekolah 1.212
2 Belum Tamat Sekolah Dasar (SD) 1.035
3 Tidak Tamat Sekolah Dasar (SD) 463
4 Tamat Sekolah Dasar (SD) 2.790
5 Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 2.161
6 Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 1.680
7 Akademi/Diploma 116
8 Sarjana Ke atas 382
Jumlah 9.839
(Monografi desa Nyatnyono tahun 2015).
Tingkat pendidikan masyarakat desa Nyatnyono tergolong sudah maju,
terlihat dari tabel tersebut terdapat 382 orang lulusan sarjana, kemudian
tamatan akademi/diploma 116 orang, tamatan SLTA 1.680 orang, dan
tamatan SLTP 2.161 orang. Di desa Nyatnyono terdapat 1 sekolah Taman
Kanak-kanak (TK) dan 1 Sekolah Dasar (SD), sehingga anak-anak kecil
untuk bersekolah tidak perlu jauh ke tempat lain.
c. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama
Tabel. 4
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Kelompok Agama Jumlah/Orang
1 Islam 9.661
2 Kristen 72
3 Katolik 102
4 Hindhu -
5 Budha 4
Jumlah 9.839
(Monografi desa Nyatnyono tahun 2015).
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk desa Nyatnyono
beragama Islam berjumlah 9.661 orang dan pemeluk agama Budha 4 orang.
19
d. Jumlah Mata Pencarian Penduduk Desa Nyatnyono
Tabel. 4
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 PNS 130
2 TNI 30
3 POLRI 22
4 Guru 189
5 Dokter 4
6 BUMN 5
7 Pegawai Swasta 2.066
8 Wiraswasta 1.784
9 Buruh Harian Lepas 1.056
10 Pensiunan 41
11 Pengusaha 62
12 Buruh Industri 1.120
13 Petani 409
14 Mengurus Rumah Tangga 670
15 Lain-lain 4
Jumlah 7.592
(Monografi desa Nyatnyono tahun 2015).
Dari tabel diatas tampak bahwa sebagian besar penduduk desa Nyatnyono
memiliki mata pencarian sebagai pegawai swasta di perusahaan
garmen/kain, perusahaan makanan dan perusahaan minuman. Wiraswasta,
berdagang di sekitar lingkungan wisata religi, dan petani.
B. Kehidupan Masyarakat
Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu melakukan hubungan sosial
dengan individu lain atau kelompok-kelompok tertentu. Hubungan sosial yang
terjadi antar individu maupun antar kelompok tersebut juga dikenal dengan
istilah interaksi sosial. Interaksi antara berbagai segi kehidupan yang sering
dialami dalam kehidupan sehari-hari itu membentuk suatu pola hubungan yang
saling mempengaruhi sehingga membentuk suatu sistem sosial dalam
20
masyarakat. Masyarakat mempunyai bentuk struktural, seperti kelompok sosial
dan lembaga sosial, tetapi semuanya itu mempunyai derajat dinamika tertentu
yang menyebabkan pola perilaku berbeda-beda (Tri Widiarto, 2008: 2).
Masyarakat yang terdiri dari banyak pribadi, saling berinteraksi dan
saling berhubungan atau bergaul, hubungan antara pribadi didasarkan atas
aturan tertentu seperti saling menghormati antar individu, saling kerja sama
tanpa membandingkan suku dan agama agar terjalin suatu interaksi sosial yang
harmonis. Aturan itu sendiri berpedoman pada suatu nilai tertentu yang disebut
nilai budaya. Nilai budaya merupakan salah satu unsur dari sistem budaya yang
dimiliki oleh suatu kesatuan sosial, seperti keluarga, klen atau marga dan suku
bangsa. Sistem budaya itu sendiri merupakan seperangkat nilai yang dianggap
baik, seperti kepercayaan, gagasan, adat, tradisi, aturan, norma dan hukum.
Semua unsur saling berhubungan sebagai suatu sistem. Apabila suatu unsur
berubah maka sistem budaya akan bergeser atau berubah. Nilai budaya bersifat
abstrak dan dapat dipelajari, diresapi oleh anggota masyarakat sejak kecil
melalui proses sosialisasi dan enkulturasi (Widiarto, 2008:18).
1. Struktur organisasi dan perangkat desa Nyatnyono dilihat dari monografi
desa Nyatnyono, sebagai berikut:
21
2. Kehidupan sosial
Warga desa Nyatnyono bisa dikatakan cukup kondusif dan teratur, banyak
perkumpulan warga dalam berbagai bentuk yaitu tahlilan bapak-bapak di
setiap RT sekali dalam seminggu setiap Kamis malam, dalam dua minggu,
serta kerja bakti atau gotong royong yang dilaksanakan tiap hari Minggu.
Kerja bakti selain dilaksanakan setiap hari Minggu juga dilaksanakan setiap
hari dalam rangka pembangunan masjid. Kegiatan pertemuan ibu-ibu PKK
dilaksanakan sekali dalam satu bulan dan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) bayi lima tahun (balita) dan Lanjut Usia (lansia) dilaksanakan
sekali dalam satu bulan, setiap hari Minggu.
3. Kehidupan Ekonomi
Sumber daya alam desa Nyatnyono tentu sangat mempengaruhi aktivitas
perekonomian warga. Mata pencaharian petani desa Nyatnyono adalah
menanam buah-buahan berupa: manggis, durian, dan cengkeh serta beternak
Kepala Desa
Sekretaris Desa
Kepala Seksi
Keuangan Kepala Urusan
Umum
Kepala Urusan
Pemerintahan
Kepala Urusan
Pembangunan
Kepala Urusan
Kesejahteraan
Kepala
Dusun
Gelap
Kepala
Dusun
Ngaglik
Kepala
Dusun
Gundang
Kepala
Dusun
Krajan
Kepala
Dusun
Siroto
Kepala
Dusun
S.Putri
Kepala
Dusun
S. Rejo
Kepala
Dusun
Blanten
22
sapi, dan kambing. Untuk sebagian kecil warga khususnya yang tinggal di
lingkungan wisata religi berupa kompleks pemakaman Waliyulloh Hasan
Munadi dan Pemandian air Sendang Khalimah Toyyibah ada pula yang
berjualan nasi bungkus, oleh – oleh dan cindera mata, menyewakan kain
sarung untuk mandi, sedangkan kalau musim buah – buahan hasil bumi
adalah manggis, durian dan petai. Sektor pariwisata mengalami
perkembangan di bidang perdagangan, jasa ojek, jasa sewa sarung, dan jasa
angkutan. Sektor ini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat
sehingga tercipta ekonomi yang kondusif.
4. Kehidupan Sosial Keagamaan
Masyarakat desa Nyatnyono merupakan masyarakat yang taat
beragama. Mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat desa Nyatnyono
adalah agama Islam, ini terbukti adanya kegiatan yang berhubungan dengan
keagamaan. Kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat desa
Nyatnyono yaitu tahlilan, pengajian, sholat 5 waktu, puasa, dan peringatan
hari-hari besar agama Islam yaitu Idul Fitri, Idul Adha, tahun baru Islam
diperingati pada tanggal 1 muharram, Maulid Nabi Muhhammad SAW, Isra
Miraj. Sistem keyakinan masyarakat terhadap agama Islam sangat kuat,
namun dalam pelaksanaannya masih tercampur dengan tradisi dan adat
istiadat yang ada di masyarakat. Tradisi dan adat istiadat masyarakat desa
Nyatnyono yaitu: selikuran, merti desa, dan upacara atau yang berkaitan
dengan peringatan kematian seperti mitung ndino (tujuh hari), matang puluh
23
(empat puluh hari), nyatus (seratus hari), dan nyewu (seribu hari). Semua itu
sampai sekarang masih dilakukan oleh masyarakat desa Nyatnyono.
C. Sejarah Tradisi Upacara Malem Selikuran
Tradisi upacara malem selikuran merupakan adat kebiasaan yang
diwariskan oleh nenek moyang masyarakat desa Nyatnyono dan dilakukan
secara turun temurun oleh masyarakat desa Nyatnyono
Tradisi upacara Malem Selikuran merupakan tradisi tahunan yang
dilaksanakan oleh masyarakat desa Nyatnyono tidak dapat dilepaskan dari
leluhur dan juga tokoh Islam yaitu Sunan Hasan Munadi. Semula kerajaan
Demak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Keberhasilan yang dicapai
oleh kerajaan Demak tersebut tidak luput dari berperannya seorang
ulama/Waliyulloh yang menjabat Tumenggung di kerajaan Demak. Ia adalah
Waliyulloh/Sunan Hasan Munadi. Ia memimpin tentara kerajaan Demak dalam
melawan segala kejahatan dan keangkuhan yang ingin menggoyahkan
kerajaan. Ia merupakan sosok pemimpin yang pemberani, bijaksana,
berwibawa, kuat (ampuh/sakti). Namun ia tidak selamanya menetap di kerajaan
Demak bahkan pangkat Tumenggung yang disandang ditinggalkannya.
Kebesaran, kemegahan, kemewahan juga dilepaskan. Ini disebabkan karena ia
selalu mengingat kondisi/keadaan di luar wilayah kerajaan Demak masih
banyak sekali harus diperjuangkan termasuk di sebelah selatan Demak, di
mana rakyatnya masih banyak yang hidup dalam kegelapan iman. Mereka
belum mendapat petunjuk yang benar oleh Allah. Mereka masih kebingungan
dalam memilih tata cara yang baik untuk beribadah kepada Sang Maha
24
Pencipta. Masih banyak di antara mereka yang menyembah batu, pohon, hantu,
setan, dan lain-lain. Pada saat itulah Sunan Hasan Munadi bertekad
menyampaikan ajaran-ajaran yang benar dan menerima Allah sebagai
Tuhannya. Dalam perjalanannya ke wilayah Ungaran beliau berusaha
mendekati, mengajak rakyat kecil untuk beriman dan beribadah kepada Allah.
Ketika sampai di Gunung Suralaya beliau berkhalwat (bertapa) memohon pada
Allah agar dalam perjuangannya bisa berhasil.
Setelah kira-kira bertapa selama seratus hari di Gunung Suralaya ketika
Sunan Hasan Munadi akan meninggalkan tempat bertapanya, kemudian ia
mendapat petunjuk agar mendirikan sebuah masjid. Yang kemudian dari
peristiwa itu ia mengatakan dalam perkataan Jawa: lagi menyat wis ono, artinya
baru bangun sudah ada. Dari perkataan ini menjadi nama Nyatnyono. Maka
kemudian ia menetap di tempat itu untuk membangun masjid, dijadikan
sebagai tempat/pusat kegiatannya menyampaikan ajaran-ajarannya hingga ia
wafat yang kemudian dimakamkan tidak jauh dari tempat tersebut yang
diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan/sosial, contohnya pada
acara haul dan 10 (sepuluh) hari terakhir di bulan Ramadhan atau yang lebih
dikenal dengan istilah Selikuran. (Trah Keluarga Besar Nyatnyono, hal: 6)
Masyarakat di Desa Nyatnyono masih memliki kepercayaan yang kuat
dengan tradisinya. Menurut masyarakat apabila Tradisi Upacara Malem
Selikuran tidak dilaksanakan, atau maka akan terjadi sebuah bencana yang
tidak diinginkan dan dapat mengancam keselamatan penduduk sekitar.
Contohnya: pernah terjadi wabah penyakit atau dalam istilah Jawa disebut
25
pagebluk, yang diderita oleh masyarakat, karena tidak diadakan Upacara
malem selikuran. Karena itu Upacara Malem Selikuran terus dijaga dan
dipertahankan kelestariannya hingga saat ini.
1. Tujuan Pelaksanaan Tradisi Upacara Malem Selikuran
Pada 10 (sepuluh) hari terakhir di bulan Ramadhan atau yang lebih
dikenal dengan istilah Selikuran. Di Desa Nyatnyono dilaksanakan Tradisi
Upacara Malem Selikuran sebagai puncak dari upacara untuk memperingati
wafatnya Sunan Hasan Munadi atau yang disebut dengan "Haul". Kata Haul
berasal dari bahasa Arab, artinya setahun. (Muhammad Sholikhin, 2010:
198). Haul berarti peringatan genap satu tahun, atau peringatan tahunan.
Jika yang diperingati adalah tokoh kharismatik, maka dapat dipastikan
masyarakat sekitar datang berduyun duyun. Warga di luar kota pun,
bersedia hadir secara rombongan untuk menghadiri acara haul. Tradisi
Selikuran ini tujuannya meminta kepada Allah SWT melalui perantara
Sunan Hasan Munadi untuk meminta keselamatan di dunia dan akhirat serta
agar diberi keimanan yang kuat agar dimudahkan rezekinya, dijauhkan dari
mara bahaya, dan kesusahan (Wawancara dengan Muhari, 20 Juni 2016)
Hal ini menunjukkan bahwa, Tradisi Upacara Malem Selikuran di
desa Nyatnyono mempunyai tujuan untuk menghormati arwah para leluhur
dan mengirim doa kepada leluhur agar diampuni segala dosa-dosanya, dan
meminta kepada Allah supaya diberi keselamatan dan kelancaran rezeki
(Wawancara dengan Muhalim, 20 Juni 2016).
26
2. Manfaat Pelaksanaan Tradisi Upacara Malem Selikuran
Menurut masyarakat sekitar, manfaat pelaksanaan Tradisi Upacara Malem
Selikuran yaitu:
a. Dapat mempererat tali persaudaraan dan menjalin kerukunan antar
warga. Hal ini terbukti pada saat pelaksaan Tradisi Upacara Malem
Selikuran, masyarakat yang berada di perantauan berusaha
menyempatkan diri untuk pulang kampung demi mengikuti pelaksanaan
Tradisi Upacara Malem Selikuran bersama-sama dengan sanak saudara.
b. Bagi para pedagang yang menjual dagangannya, bisa mendapat untung
yang banyak dari penjuallannya. Karena ramainya para pengunjung yang
datang. (Wawancara dengan Darminah: 20 Juni 2016)
c. Sedangkan manfaat lainnya adalah banyak dari masyarakat yang datang
bukan hanya dari masyarakat sekitar tetapi banyak juga dari masyarakat
luar kota yang datang dengan rombongan sehingga wisata religi di Desa
Nyatnyono menjadi lebih dikenal di luar daerah. (Wawancara dengan
Fahrodin, 20 Juni 2016)
D. Tradisi Upacara Malem Selikuran
1. Persiapan
Persiapan Tradisi Upacara Malem Selikuran di desa Nyatnyono,
sebelum dilaksanakannya kegiatan terlebih dahulu dibentuk panitia yang
terdiri dari: ketua: Kepala desa, Wakil ketua: Sekretaris desa, Bendahara:
Perangkat desa, penasehat: Para sesepuh desa. Kerja bakti dilakukan terlebih
dahulu oleh masyarakat dengan membersihkan jalan, area makam,
27
membersihkan sendang, masjid dan pembuatan tempat parkir. Pengumpulan
dana diperoleh melalui kotak amal atau sumbangan dari para peziarah.
2. Pelaksanan
Pelaksanaan Tradisi Upacara Malem Selikuran di desa Nyatnyono,
diadakan dua kali dimulai dari malam dua puluh dan acara puncaknya pada
malam dua puluh satu Ramadhan, atau yang lebih dikenal selikuran.,
bersamaan dengan diadakannya Tradisi Upacara Malem Selikuran sebagai
haul "Sunan Hasan Munadi" sebagai leluhur masyarakat desa Nyatnyono.
Kegiatan dimulai pada malam dua puluh ramadhan dari jam 10.00-
01.00 WIB diadakan pengajian dengan mendatangkan Habib Umar
Muntohar dari Gunung Pati. Kemudian acara puncaknya pada malam dua
puluh satu, atau selikuran kegiatan dilanjutkan dengan bersuci dahulu ke
sendang dan mengikuti sholat tarawih, setelah selesai sholat tarawih
sebagian warga yang membawa makanan dibawa masuk ke dalam masjid
lalu dipanjatkan doa dipimpin oleh modin. Setelah berdoa lalu dimakan
bersama-sama oleh warga. Kegiatan dilanjutkan dengan tahlilan di makam
Sunan Hasan Munadi tujuannya untuk mendoakan dan memintakan
ampunan dosa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta untuk mencari berkah
dan ketrentraman hidup. Urut-urutan pelaksanaan Tradisi Upacara Malem
Selikuran sebagai berikut:
2.1 Bersuci atau Mandi
Bersuci atau mandi dilakukan di sendang yang dianggap keramat oleh
masyarakat sekitar yaitu, sendang "Kalimah Toyyibah" yang letaknya
28
tidak jauh dari makam. Sebelum mandi diwajibkan membaca doa
sebagai berikut:
Assalamu'alaika ya nabiyallah khidhir balyan bin malkan
'alaihissalam Laailaaha illallaah 3x, Asyhadu alaa ilaaha illallah,
asy-hadu anna muhammadar rasuulullah Ila hadhoroti waliyullah
hasan munadi wa waliyullah hasan dipura Allahuma sholi 'ala
sayyidina Muhammad 3x
Adapun larangannya tidak ada, kecuali mandi dengan telanjang bulat,
dan bagi orang yang sedang datang bulan atau haid dilarang mandi.
(Trah Keluarga Besar Nyatnyono, hal: 23).
2.2 Melakukan Sholat Tarawih
Sholat Tarawih adalah sholat sunah yang dilakukan masyarakat pada
setiap bulan ramadhan. Dilakukan setelah sholat isya, pada hari ke dua
puluh ramadhan.
2.3 Selamatan
Setelah melakukan sholat tarawih dilanjutkan dengan upacara
selamatan di masjid tersebut, sebagian warga laki-laki yang datang ke
masjid membawa makanan yang diletakkan pada ancak (anyaman dari
bambu yang berbentuk datar). Makanan tersebut terdiri dari nasi, sayur
tahu, goreng-gorengan berupa tempe, dan kerupuk. Dalam
pelaksanaannya makanan dibawa ke masjid kemudian dipanjatkan doa
dipimpin oleh modin. Setelah berdoa lalu makanan dimakan bersama-
sama oleh warga. Mereka makan bersama dengan tujuan sebagai wujud
rasa syukur masyarakat desa Nyatnyono terhadap leluhurnya yang telah
diberi kesejahteraan lahir dan batin. Memohon kepada Tuhan Yang
29
Maha Esa agar diberi rezeki yang melimpah, keselamatan dan
kesehatan.
Sedangkan sisa makanannya, dibungkus kemudian dibawa pulang oleh
warga yang hadir dalam pelaksanaan selamatan. Karena oleh warga,
setempat sisa dari nasi tersebut apabila dijemur dan dikeringkan
kemudian dicampurkan ke dalam air putih, diyakini dapat
menyembuhkan penyakit. Juga dengan ancak atau anyaman bambu
yang berbentuk datar, diyakini apabila menancapkannya ke tanah
sekitar sawah dapat mengusir hama yang menyerang padi.
2.4 Tahlilan di dalam kompleks makam
Setelah melakukan selamatan di masjid pada malam ke dua puluh
ramadhan, masyarakat desa Nyatnyono menuju makam Sunan Hasan
Munadi untuk melakukan tahlilan. Kegiatan ini merupakan puncak dari
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat desa, diikuti oleh para
peziarah dengan tujuannya untuk mendoakan dan memintakan ampunan
dosa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebelum masuk ke makam dan melakukan tahlilan para pengunjung
wajib berwudhu atau bersuci, dengan tujuan agar didalam mendoakan
dan memintakan ampunan dosa diterima dan dikabulkan oleh Tuhan
Yang Maha Esa tanpa ada halangan dan rintangan. Doa tahlil sebagai
berikut:
Illa hadharatinnabiyil mushthafaa sayyidina Muhammad
shallalahu ‘alaihi wasallama wa'ala aili wa ash khabihi wa
adzwaa jihi wa dhurriyaatihi wa ahlihi bartihi wa atbaa ihi syaiu
lillahi lahumul fatikhah.
30
Wa ilaa arwaakhi saa daa tinaa abibakrin wa'umara wa'usmaana
wa'aliyyi wa talkhata, wa sa'din, wa saiidin, wa'abdirrahmaanibni
'aurin, waabi 'ubaidah 'aamiribni jaraakhi wazubaribni awwaam wa
ushuulihim wa furu 'ihim wa ahli baitihim syaiu illahi lahumul
fatikhah. Summa ilaa arwakhil aimmatil arba'ati, minal mujtahidiin,
wa muqallidiihim fidiini, wal ulamaail amiliina wal fuquha wal
muhaddistiina watta bi'ihim bi ikhsaanin ilaa yaumiddini wailaa
arwaakhisy syuhada'a washaalikhiina ainamaa kaanuu mimasyaariqil
ardhi wamaghari bihaa barrihaa wa bakhriha wabilaadihaa
wajibaalihaa khushulshan ilaa kadharatissayyidil qudbiirabbaanii
wal'ina a aadallahu alainaa bibara kaatihim wakaramatihim fiddun
yaa wal akhhirati syaiu lillahi lahumul fatikhah Summa ilaa khadarati
khushusan waliyullahi Hasan Munadi waliyullahi hasan dipuro fii
hadal maqaam w ilaa khadarati Raden Arifin wailaa khadarati Syekh
Abdullah, Syekh Abdurrahim, Syekh Ibrahim, Syekh Anwar wa
ushuulihin wafuruu ihim waazwaajihim waddhurriyaatihim waatbaa
ihim minal muslimina wal muslimaati syaiu lillahi lahumul fatikhah
Summa ilaa hadiroti abaa inaa wa abaai abaa inaa wa ummahaatinaa
waummahaati ummahaatina wa azwaajina wa ajdaadiajdaadinaa
wajaddaatinaa wajaddaati jaddaatina wa akwaalinaa wa khoolatinaa
wa amma mina wa ammatinaa wa masyaahi masyaa yikhinaa wajami
il muslimina walmuslimati wal mukminiina walmukminaatil akhyai
minhum wal amwawati min ummati sayyidinaa muhammadin shallahu
alaihi wa sallama khushusan syaui lillahi lahumul fatikhah (Trah
Keluarga Besar Nyatnyono, hal: 18).
Dengan melakukan tahlilan di dalam makam Sunan Hasan Munadi,
merupakan bukti untuk menghormati leluhurnya sehingga tradisi ini
masih dilestarikan hingga saat ini. Kegiatan tahlilan dilakukan oleh
masyarakat desa Nyatnyono juga para peziarah yang datang dari luar
kota. Para peziarah mendoakan arwah leluhur sehingga mengingatkan
bahwa semua orang kelak akan mengalami kematian (Wawancara
dengan Suyatno, 20 Juni 2016). Sebagaimana hadis riwayat Ahmad
Muslim, dan Ashabusunan dari Abdullah bin Buraidah yang diterima dari
bapaknya bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Dahulu saya melarang
31
menzirahi kubur, adapun sekarang, berziarahlah kesana, karena yang
demikian itu akan mengingatkanmu akan hari akhirat” .
Dengan adanya hadis ini, maka ziarah kubur itu hukumnya boleh bagi
laki-laki dan perempuan (Muhammad Sholikhin, 2010: 129).
Para peziarah beranggapan bahwa dengan tahlilan di makam Sunan
Hasan Munadi akan mendapat ketrentraman hidup dan berkah yang oleh
masyarakat dikenal dengan sebutan ngalap berkah. Karena anggapan
masyarakat, dan cerita dari mulut ke mulut sehingga tradisi tersebut
dengan mudah menyebar luas hingga keluar kota maupun luar daerah.
E. Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Upacara Malem Selikuran
Menurut Witermans (1995), kata nilai berasal dari bahasa latin value
secara harfiah berarti baik atau kuat. Pengertian ini merupakan pengertian
dasar dan akhirnya berkembang menjadi segala sesuatu yang disenangi,
diinginkan, dicita-citakan, bila sesuatu itu baik, adil dan berguna sehingga
kemudian muncul ungkapan bernilai (Tri Widirto, 2009: 92).
Dalam pelaksaannya pada tradisi Upacara Malem Selikuran terdapat
nilai-nilai pendidikan sebagai berikut:
1. Nilai Religi
Kegiatan tahlilan dilakukan oleh masyarakat desa Nyatnyono juga para
peziarah yang datang dari luar kota. Para peziarah mendoakan arwah
leluhur sehingga mengingatkan bahwa semua orang kelak akan
mengalami kematian.
32
2. Nilai Menghormati Leluhur
Terkait dalam pelaksanaan Tradisi Upacara Malem Selikuran,
masyarakat melakukan ziarah dengan melakukan tahlilan di dalam
makam Sunan Hasan Munadi mengirim doa agar diampuni segala dosa-
dosanya, merupakan bukti untuk menghormati leluhurnya dan tradisi ini
masih dilestarikan hingga saat ini.
3. Nilai Syukur
Hal ini terlihat dalam pelaksanaan Tradisi Upacara Malem Selikuran,
masyarakat melakukan ibadah sholat terlebih dahulu sebelum
melaksanakan selamatan dan tahlilan di makam. Mereka beranggapan
bahwa segala sesuatu kegiatan harus didahului dengan doa atau
permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4. Nilai ketrentraman
Pelaksanaan Tradisi Upacara Malem Selikuran di desa Nyatnyono, agar
mendapat ketrentraman pada masyarakat desa Nyatnyono, yaitu seperti
agar dimudahkan rezekinya, dijauhkan dari mara bahaya, dan kesusahan.
5. Nilai Kekeluargaan
Nilai kekeluargaan tampak pada pelaksanaan Tradisi Upacara Malem
Selikuran yaitu saat prosesi selamatan, warga datang ke masjid dengan
membawa makanan kemudian didoakan dan makam bersama.
6. Nilai Gotong-royong
Nilai Gotong-royong dalam tradisi Upacara Malem Selikuran tampak
pada masyarakat desa Nyatnyono sebelum pelaksanaan acara kerja bakti
33
dilakukan selain dilaksanakan setiap hari Minggu juga dilaksanakan
ketika ada warga membangun sarana dan prasarana jalan, membersihkan
sumber air di dekat makam, dan saat ini warga sedang melaksanakan
kerja bakti bergilir yang dilaksanakan setiap hari dalam rangka
pembangunan masjid.