bab iv hasil penelitian dan pembahasan 1.1 ......kriteria ketuntasan minimal yakni dengan nilai...
TRANSCRIPT
-
47
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Pelaksanaan Tindakan
Penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan untuk memperbaiki hasil
belajar peserta didik kelas 5 pada mata pelajaran matematika, penulis lakukan di
SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang,
tahun pelajaran 2013-2014. Penulis memilih SD Negeri Samirono dikarenakan
masih banyak siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Saat melakukan diskusi dengan guru SD Negeri Samirono, guru mengungkapkan
bahwa penyebab utama masalah tersebut adalah siswa kurang antusias, cenderung
pasif bahkan cepat jenuh saat pembelajaran, dan tidak sedikit siswa yang
berbicara dengan teman saat diterangkan. Bahkan saat pembelajaran berlangsung
terdapat siswa yang tidak mencatat, tidak mau bertanya jika belum bisa dan tidak
bisa menjawab dengan benar atau diam saja saat guru mengajukan pertanyaan.
Keprihatinan penulis akan hasil belajar siswa yang belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal, menggugah hati penulis untuk memperbaiki hasil
belajar siswa. Oleh karena itu penulis bertekat untuk mengubah hasil belajar siswa
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sekiranya tepat dan cocok
untuk diterapkan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika. Upaya penulis dalam menghadapi permasalah di SD Samirono
akhirnya menemukan titik terang. Penulis berupaya menerapkan pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe STAD (student team achievement devision) untuk
memperbaiki hasil belajar siswa.
Penulis memiliki penafsiran bahwa pembelajaran kooperatif memiliki
keunggulan tersendiri jika dibandingkan dengan pembelajaran lainnya (individu
dan kompetitif). Pembelajaran kooperatif mengajak siswa untuk berinteraksi satu
sama lain, bertukar pengetahuan sehingga dapat mempengaruhi pola piker,
kreatifitas dan kaktifan siswa. Sehingga dengan demikian penulis mengharapkan
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang penulis terapkan pada siswa kelas 5 SD
Negeri Samirono tahun pelajaran 2013-2014 dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
47
http://www.pdfdesk.com
-
48
1.2 Deskripsi Persiklus
Pelaksanaan perbaikan hasil belajar yang penulis lakukan di SD Negeri
Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, tahun pelajaran
2013-2014 berlangsung dalam dua siklus. Pembelajaran pada siklus I dan II,
penulis uraikan secara singkat melalui diskripsi dibawah ini.
1.2.1 Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa
Penulis melakukan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki hasil
belajar siswa kelas V di SD Negeri Samirono dengan jumlah siswa sebanyak 23
siswa. Sebanyak 23 siswa yang masih berada dikelas V dijadikan obyek
perbaikan nilai penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran matematika. Upaya
perbaikan ini penulis lakukan karena setelah penulis melakukan pengamatan,
penulis memperoleh hasil pengamatan di SD Samarino berupa nilai siswa kelas V
pada mata pelajaran matematika dengan materi pembelajaran perbandingan dan
skala menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih banyak yang memperoleh
nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) yang ditetapkan sekolah.
Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran masih berpusat kepada guru.
Siswa hanya mendengarkan ceramah guru tentang materi pembelajaran, sehingga
siswa kurang antusias, cenderung pasif bahkan cepat jenuh dalam mengikuti
pembelajaran, dan tidak sedikit siswa yang berbicara dengan teman saat
diterangkan. Berikut ini nilai siswa kelas 5 yang penulis peroleh saat pengamatan
dan sebelum tindakan perbaikan yang penulis terapkan.
Tabel 13Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal
SD Negeri Samiron, Tahun Pelajaran 2013-2014Nilai Frekuensi Persen Keterangan
-
49
Hasil belajar siswa pada kondisi awal di SD Negeri Samirono, berdasarkan
tabel diatas kurang memuaskan. dikatakan tidak memuaskan karena terdapat
siswa dengan perolehan nilai terendah yakni 18 dan perolehan nilai akhir tertinggi
yakni 74 (nilai terlampir) dengan nilai rata-rata kelas adalah 56. Tabel diatas
menggambarkan bahwa masih banyak terdapat siswa yang tidak tuntas kriteria
ketuntasan minimal yakni sebanyak 14 siswa (60,87%) dan hanya sebanyak 9
siswa (29,13%) tuntas kriteria ketuntasan minimal. Peroleh nilai akhir dengan
skor nilai kurang dari 50 sebanyak 6 siswa (26,08%), peroleh nilai akhir dengan
skor nilai antara 50-54 sebanyak 1 siswa (4,35%), peroleh nilai akhir dengan skor
nilai antara 55-59 sebanyak 4 siswa (17,39%), peroleh nilai akhir dengan skor
nilai antara 60-64 sebanyak 3 siswa (13,05%), peroleh nilai akhir dengan skor
nilai antara 65-69 sebanyak 6 siswa (26,08%), dan peroleh nilai akhir dengan skor
nilai antara 70-74 sebanyak 3 siswa (13,05%). Berdasarkan keseluruhan nilai
siswa, diperoleh rata-rata kelas dari 23 siswa sebesar 56. Memperhatikan nilai
yang diperoleh siswa kelas V SD Negeri Samirono, penulis merasa tergerak untuk
melakukan perbaikan agar siswa kelas V memperoleh hasil yang lebih baik dan
dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan pada mata pelajaran
matematika di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang, tahun pelajaran 2013-2014. Melalui upaya perbaikan yang akan
penulis lakukan, penulis berharap siswa dapat memperoleh hasil yang lebih baik
dari hasil sebelumnya. Perolehan Hasil yang lebih baik dapat memperbaiki hasil
yang selama ini sudah diperoleh siswa. penulis juga berharap dengan perolehan
hasil yang lebih baik, dapat meningkatkan nilai akhir siswa dan nilai rata-rata
kelas.
Hasil belajar siswa SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang, tahun pelajaran 2013-2014 sebelum dilakukan perbaikan
dapat digambarkan dalam diagram berikut ini.
http://www.pdfdesk.com
-
50
Gambar 1Diagram linear Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa SD Negeri Samirono
Pada Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2013-2014
Rendahnya hasil belajar siswa dan rendahnya tingkat perolehan ketuntasan
kriteria minimum yang diperoleh siswa SD Negeri Samirono dapat dipengaruhi
oleh berbagai hal. Pengaruh yang muncul bisa berasal dari faktor eksternal dan
faktor internal siswa yang akhirnya mempengaruhi hasil akhir yang diperoleh
siswa pada pembelajaran matematika. Kemampuan guru menjadi faktor yang
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam sebuah mata pelajaran. Sebab
dengan kemampuan guru yang baik, tentu akan meningkatkan keinginan siswa
untuk belajar dan menguasai mata pelajaran yang disampaikan guru. Akan tetapi,
jika seorang guru tidak begitu mampu dalam mengajar, tentu keinginan siswa
untuk belajarpun rendah. Rendahnya keinginansiswa untuk belajar juga dapat
disebabkan oleh monotonnya metode pembelajaran guru yang digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014.
Frekuensi
-
51
Metode caramah yang digunakan guru dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa pada mata pelajaran yang disampaikan, siswa menjadi kurang antusias,
cenderung pasif bahkan cepat jenuh dalam mengikuti pembelajaran, dan tidak
sedikit siswa yang berbicara dengan teman saat diterangkan. Bahkan dalam
proses pembelajaran terdapat siswa yang tidak mencatat, tidak mau untuk
bertanya jika merasa belum bisa dan jika diberikan pertanyaaan oleh guru tidak
bisa menjawab dengan benar atau diam saja. Hal ini pada akhirnya menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa yang diperoleh saat diadakan tes. Rendahnya hasil
tes terbukti dari perolehan nilai siswa dalam tabel hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014.
1.2.2 Penerapan Siklus I
Pelaksanaan penerapan siklus I dilakukan dalam beberapa tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan observasi serta refleksi. Penerapan siklus I
dilakukan dalam 3 kali tatap muka di SD Negeri Samirono, Pongangan,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014 yang
masing-masing tatap muka memiliki alokasi waktu 2 X 35 menit. Pelaksanaan
pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa tanggal 1 April 2014 pada jam
pelajaran ke 4 dan 5, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis tanggal 3
April 2014 pada jam pelajaran ke 7 dan 8 sedangkan pertemuan ketiga
dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 5 April 2014 pada jam pelajaran ke 1 dan 2.
Materi pembelajaran yang diterapkan pada siklus I adalah materi pembelajaran
tentang sifat-sifat bangun datar segitiga dan persegi panjang. Berikut pelaksanaan
penerapan siklus I yang dilakukan dalam beberapa tahap.
1.2.2.1 Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahap awal sebelum melakukan penelitian
tindakan kelas. Tahap perencanaan bertujuan untuk mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan penulis. Dalam tahap ini penulis mengidentifikasi masalah yang ada di
http://www.pdfdesk.com
-
52
SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang,
Tahun Pelajaran 2013-2014. Penulis mempersiapkan segala sesuatu yang dapat
menunjang penerapan pertemuan pertama, kedua dan ketiga pada siklus I yang
meliputi diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pertemuan 1
sampai pertemuan 3, lembar kerja kelompok, lembar observasi guru dan siswa,
materi pembelajaran, buku pedoman, alat dan media pembelajaran yang
digunakan pada penerapan siklus I di kelas V SD Negeri Samirono.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pertemuan pertama sampai
dengan ketiga pada siklus I (RPP terlampir), penulis rancang dengan pokok
bahasan sifat-sifat bangun dengan materi pembelajaran sifat-sifat bangun datar
segitiga dan persegi panjang. Penulis juga menetapkan tujuan pembelajaran,
pendekatan dan model pembelajaran, agar kegiatan ini dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada di SD Negeri Samirono.
1.2.2.2 Tahap Pelaksanaan dan Observasi
Tahap pelaksanaan dan observasi pada siklus I terdiri dari 3 kali
pertemuan tatap muka yang dilaksanakan pada tanggal 1,3, 5 April 2014. Tatap
muka dilakukan sesuai dengan jam pelajaran matematika kelas V yang ditetapkan
di SD Negeri Samirono. Materi pokok pada siklus I adalah sifat-sifat bangun
dengan materi pembelajaran sifat-sifat bangun datar segitiga dan persegi panjang.
Prosedur pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai seperti rancangan
pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh penulis (terlampir). Pertemuan
pertama sampai dengan pertemuan ketiga dimulai dengan kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir dengan pemberian tugas kelompok dan evaluasi
pembelajaran dengan tes tertulis. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar analisa
untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran.
Observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan pada
settiap pertemuan. Oservasi dilakukan untuk memperoleh data baik data dari
kegiatan siswa maupun dari kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi (data observasi terlampir) dapat
diketahui bahwa siswa belum maksimal dalam memainkan tugasnya masing-
http://www.pdfdesk.com
-
53
masing untuk menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru, sehingga
terdapat beberapa soal yang tidak terjawab dengan baik. Selain itu, dapat
diketahui juga bahwa siswa belum berani untuk mengajukkan argumentasinya
kepada anggota kelompok. Akan tetapi pada pertemuan-peretemuan selanjutnya
(pertemuan kedua dan ketiga) siswa sudah mulai menunjukkan keberaniannya
untuk mengajukkan argumentasinya dan sudah maksimal dalam menyelesaikan
tugas kelompok dan evaluasi.
Observasi terhadap guru juga dilakukan dalam siklus I dalam tiga kali
tatap muka. Data hasil observasi guru menggambarkan bahwa bahwa guru sudah
menerapkan pembelajaran kooperatif STAD dengan baik, langkah-langkah
dilakukan sesuai rancangan pelaksanaaan pembelajaran dan sesuai alur yang
terdapat pada pebelajaran kooperatif tipe STAD. Guru menggunakan peraga,
metode dan contoh yang tepat dalam penerapan pembelajaran sesuai dengan
materi dan tujuan akhir yang ingin dicapai pada hasil akhir pembelajaran yang
ingin dicapai. Hasil observasi guru dan siswa pada siklus I, penulis gunakan untuk
dasar perbaikan dalam siklus berikutnya. Hasil observasi juga menjadi bahan
refleksi bagi penulis untuk mengetahui kekurangan dan untuk dasar merancang
perbaikan dalam siklus berikutnya sehingga penerapan siklus berikutnya dapat
berjalan lebih baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
1.2.2.3 Tahap Refleksi
Tahap refleksi pada proses perbaikan hasil belajar di siklus I, ditemukan
beberapa permasalahan yang ditemukan, diantaranya:
1. Siswa belum maksimal dalam memainkan tugasnya masing-masing
untuk menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru,
sehingga terdapat beberapa soal yang tidak terjawab dengan baik.
2. Siswa belum dapat mengembangkan keterampilannya
3. Siswa belum memaparkan hasil diskusi dengan kelompoknya
4. Anggota kelompok belum saling bekerja sama untuk membantu
anggota kelompok memahami materi dan tugas
http://www.pdfdesk.com
-
54
5. Siswa belum mengungkapkan gagasan atau ide dalam menyelesaikan
tugas kelompok
6. Siswa belum aktif bertanya saat mengalami kesulitan atau memberikan
tanggapan terhadap hasil kerja kelompok lain
7. Siswa belum memiliki motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan
tugas kelompok
Permasalahan yang diperoleh diatas, menggambarkan bahwa siswa dalam
penerapan perbaikan dalam siklus I masih memiliki pemahaman yang rendah
dalam proses belajar, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi hasil belajar
yang diperoleh siswa. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I tergolong
masih rendah, terbukti dengan masih banyaknya siswa yang belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal yakni dengan nilai sebesar 65 pada siklus I (nilai
terlampir). Berdasarkan hasil rekapitulasi evaluasi hasil belajar siswa diketahui
sebanyak 10 siswa dari total siswa sebanyak 23 siswa tidak tuntas kriteria
ketuntasan minimal dan 13 siswa sudah tuntas kriteria ketuntasan minimal.
Berdasarkan hasil refleksi ini, maka dapat dijadikan sebagai dasar untuk
perbaikan dalam penerapan siklus kedua sehingga siswa dapat memperoleh hasil
belajar yang lebih baik.
1.2.2.4 Hasil Belajar Peserta Didik
Hasil Belajar Peserta Didik diperoleh dari data hasil analisa evaluasi yang
dikerjakan oleh siswa setelah penerapan siklus I. Hasil analisa evaluasi ini
menggambarkan seberapa besar tingkat pemahaman dan keberhasilan siswa dalam
proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus I, sehingga dapat diketahui
seberapa besar tingkat perolehan nilai siswa pada mata pelajaran matematika
dengan materi pembelajaran sifat-sifat bangun datar segitiga dan persegi panjang
berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan di SD Negeri Samirono.
Hasil analisa evaluasi pada siklus I menunjukkan hasil yang kurang memuaskan
karena masih terdapat beberapa siswa dengan nilai yang rendah, belum tuntas
http://www.pdfdesk.com
-
55
kriteria ketuntasan minimal dan rendahnya rata-rata kelas. Berikut hasil belajar
siswa pada siklus I yang disajikan dalam tabel frekuensi.
Tabel 14Hasil Belajar Siswa Siklus I SD Negeri Samirono
Pada Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2013-2014Nilai Frekuensi Persen Keterangan50-54 2 8,70% Tidak tuntas55-59 3 13,04% Tidak tuntas60-64 5 21,73% Tidak tuntas70-74 2 8,70% Tuntas75-79 1 4,35% Tuntas80-84 6 26,09% Tuntas85-89 4 17,39% Tuntas
jumlah 23 100% -Mean 72
Dari tabel siklus I dapat dilihat hasil belajar siswa dengan menerapkan
pembelajaraan kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran matematika kelas V semester II SD Negeri Samirono,
Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013-2014
terdapat perbedaan dan peningkatan hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan
nilai pada kondisi awal. Perbedaan terlihat jelas dari perolehan nilai siswa, pada
kondisi awal terdapat 6 siswa dengan hasil belajar
-
56
Gambar 3Diagram linear Siklus I Hasil Belajar Siswa SD Negeri Samirono
Pada Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2013-2014
Hasil belajar pada siklus I pada mata pelajaran matematika dengan materi
pembelajaran sifat-sifat bangun datar segitiga dan persegi panjang sudah
mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan hasil belajar kondisi awal siswa
pada mata pelajaran matematika di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014. Pernyataan ini
terbukti dari berkurangnya jumlah siswa yang belum tuntas kriteria ketuntasan
minimal (KKM=65) yang ditetapkan SD Negeri Samirono. Siklus I menunjukkan
bahwa sebanyak 10 siswa (43,48%) tidak tuntas KKM dan 13 (56,52%) siswa
tuntas KKM.
Hasil belajar siklus I yang dilakukan oleh penulis, belum mengalami
peningkatan yang signifikan, oleh karena itu akan diadakan penerapan siklus dua
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di SD
Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun
Pelajaran 2013-2014.
Nilai
Frekuensi
http://www.pdfdesk.com
-
57
1.2.3 Penerapan Siklus II
Pelaksanaan penerapan siklus II dilakukan dalam beberapa tahap seperti
tahap-tahap pada siklus I yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi serta
refleksi. Siklus II dilakukan dalam 3 kali tatap muka di SD Negeri Samirono,
Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-
2014 yang masing-masing tatap muka memiliki alokasi waktu 2 X 35 menit.
Pelaksanaan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa tangggal 8 April
2014 pada jam pelajaran ke 4 dan 5, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
kamis tanggal 10 April 2014 pada jam pelajaran ke 7 dan 8 sedangkan pertemuan
ketiga dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 12 April 2014 pada jam pelajaran ke 1
dan 2. Materi pembelajaran yang diterapkan pada siklus II adalah materi tentang
sifat-sifat bangun ruang prisma tegak segiempa, prisma tegak segitiga, limas
segiempat, limas segitiga, tabung dan kerucut. Berikut pelaksanaan penerapan
siklus I yang dilakukan dalam beberapa tahap.
1.2.3.1 Tahap Perencanaan
Tahap perencaan merupakan tahap yang sangat penting dalam sebuah
penelitian tindakan kelas. Perencanaan dianggap sangat penting karena dalam
tahap ini penulis dan pihak yang terkait (guru) dapat mempersiapkan segala
keperluan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang
bertujuan untuk memperbaiki hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran
matematika. Tahap perencanaan siklus duia ini mengacu pada hasil evaluasi
peserta didik dan hasil refleksi pada siklus I yang belum mengalami perubahan
secara signifikan. Sehingga dengan mengacu pada hasil siklus I, diharapkan
permasalahan-poermasalahan yang muncul pada siklus I dapat diatasi pada siklus
II. Perencanaan yang dilakukan penulis dengan pihak yang terkait (guru) adalah
menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pertemuan 1 sampai
pertemuan 3, lembar kerja kelompok, lembar observasi guru dan siswa, materi
pembelajaran, buku pedoman, alat dan media pembelajaran yang digunakan pada
penerapan siklus II di kelas V SD Negeri Samirono.
http://www.pdfdesk.com
-
58
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pertemuan pertama sampai
dengan ketiga pada siklus II (RPP terlampir), penulis rancang dengan pokok
bahasan sifat-sifat bangun dengan materi pembelajaran sifat-sifat bangun ruang
prisma tegak segiempat, prisma tegak segitiga, limas segiempat, limas segitiga,
tabung dan kerucut. Penulis juga menetapkan tujuan pembelajaran, pendekatan
dan model pembelajaran, agar kegiatan ini dapat menyelesaikan permasalahan
yang ada di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014
1.2.3.2 Tahap Pelaksanaan dan Observasi
Hasil siklus I yang belum menunjukkan perubahan yang signifikan,
mendorong penulis untuk melakukan penerapan siklus II guna memperbaiki hasil
belajar siswa pada mata pelajaran matematika di SD Negeri Samirono,
Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-
2014. Tahap pelaksanaan dan observasi siklus II dilaksanakan pada tanggal 8, 10
dan 12 April yang dilaksanakan dalam 3 kali tatap muka. satu kali tatap muka
dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran selama 70 menit (2 JP X 35 menit).
Pelaksanaan dan observasi dilakukan sesuai dengan jam pelajaran yang ditetapkan
di SD Negeri Samirono. Materi pokok pada siklus II adalah sifat-sifat bangun
dengan materi pembelajaran sifat-sifat bangun ruang prisma tegak segiempat,
prisma tegak segitiga, limas segiempat, limas segitiga, tabung dan kerucut. Materi
pembelajaran yang disiapkan disampaikan dalam 3 kali tatap muka yang
dilaksnakan sesuai seperti rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh
penulis (terlampir). Pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga dimulai
dengan kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir dengan pemberian tugas
kelompok dan evaluasi pembelajaran dengan tes tertulis. Evaluasi dalam bentuk
tes tertulis, dikerjakan siswa secara mandiri. Hasil dari evaluasi yang dikerjakan
siswa, menjadi tolak ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses
pembelajaran setelah melewati tahap analisis evaluasi yang dilakukan oleh
penulis. tingkat keberhasilan siklus II dilakukan oleh penulis dengan cara
http://www.pdfdesk.com
-
59
membandingkan hasil belajar siswa pada kondisi awal dengan hasil belajar siswa
pada siklus I.
Pelaksanaan tindakan diikuti dengan kegiatan observasi untuk mengamati
jalannya pelaksanaan tindakan dan kegiatan guru beserta siswa di kelas. Observasi
bertujuan untuk memperoleh data baik data dari kegiatan siswa maupun dari
kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan data observasi yang
diperoleh pada siklus II baik dalam pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga,
dapat diketahui bahwa siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran secara
maksimal, siswa dapat mengembangkan keterampilannya, siswa dapat
memaparkan hasil diskusi dengan kelompoknya, anggota kelompok dapat saling
bekerja sama untuk membantu anggota kelompok memahami materi dan tugas,
siswa berani mengungkapkan gagasan atau ide dalam menyelesaikan tugas
kelompok, siswa sudah aktif bertanya saat mengalami kesulitan atau memberikan
tanggapan dan argumentasinya terhadap hasil kerja kelompok lain.
Guru dalam siklus II tetap menjadi objek untuk diamati oleh pengamat.
Hal ini bertujuan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan tindakan yang
dilakukan oleh guru. Hasil pengamatan siklus I menunjukkan bahwa pelaksanaan
tindakan guru dalam setiap tatap muka sudah sangat baik, akan tetapi dalam siklus
II tindakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran harus tetap diamati untuk
dijadikan pembanding dengan siklus I. Hasil observasi guru pada siklus II tidak
berbeda dengan hasil pengamatan siklus I, dalam siklus II (data terlampir) dapat
digambarkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif STAD yang dilakuukan
guru sudah sangat baik, langkah-langkah pembelajaran dilakukan sesuai
rancangan pelaksanaaan pembelajaran dan sesuai alur yang terdapat pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Alat peraga, metode dan contoh yang tepat
digunakan oleh guru untuk memberikan gambaran tentang materi pembelajaran
agar tujuan akhir yang ingin dicapai pada hasil akhir pembelajaran dapat tercapai.
Hasil observasi guru dan siswa pada siklus II yang menunjukkan perbaikan dalam
setiap item dalam lembar observasi, memberikan keyakinan bagi penulis bahwa
hasil siklus kedua akan lebih baik dari hasil kondisi awal dan siklus I. Refleksi
tetap dilakukan oleh penulis dan pihak yang terkait (guru), agar penulis dan pihak
http://www.pdfdesk.com
-
60
yang terkait (guru) dapat mengetahui dan menerapkan item-item penting pada
pembelajaran selanjutnya agar dapat menunjang peningkatan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran matematika kelas V di SD Negeri Samirono, Pongangan,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014.
1.2.3.3 Tahap Refleksi
Tahap refleksi pada siklus II bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan pada proses pembelajaran. Penulis dan pihak yang terkait (guru) pada
siklus II tetap melakukan refleksi agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang
sudah dilakukan dan membawa keberhasilan pada siklus II agar dapat diterapkan
pada tahap penerapan tindakan pembelajaran selanjutnya. Penulis menyadari
bahwa keberhasilan sebuah pembelajaran bergantung dari penggunaan pendekatan
dan metode pembelajaran yang tepat, dan juga dukungan dari sarana dan
pendukung yang ada di sekolah (misal alat peraga, media audo visual dan buku
pegangan siswa).
Keberhasilan tidak hanya didukung dari pendekatan, metode dan sarana
pendukung di sekolah, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
belajar dan kondisi lingkungan sekolah. Lingkungan belajar meliputi diantaranya
kondisi siswa di kelas, suasana ruang pembelajaran, hubungan antar siswa yang
dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik. Sedangkan lingkungan
sekolah sendiri misalnya meliputi keadaan sosial masyarakat dan letak sekolah
tempat belajar siswa. Apabila semua saling mendukung maka pembelajaran akan
berjalan dengan baik dan hasil blajar siswapun akan menunjukkan pada tingkat
keberhasilan yang tinggi.
Keberhasilan pada siklus II dapat diketahui dari hasil evaluasi siswa yang
memperoleh hasil akhir dengan kriteria tuntas (nilai terlampit) dengan KKM yang
ditetapkan si SD Samirono yakni sebesar 65. Hasil akhir siswa yang keseluruhan
tergolong dalam kriteria tuntas, menunjukkan keberhasilan pembelajaraan dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
http://www.pdfdesk.com
-
61
1.2.3.4 Hasil Belajar Peserta Didik
Hasil belajar peserta didik pada siklus II menjadi sebuah tolak ukur untuk
menentukan keberhasilan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013-2014. Peroleh hasil belajar
peserta didik diperoleh dari data hasil analisa evaluasi yang dikerjakan oleh siswa
setelah penerapan siklus II selesai. Hasil analisa evaluasi ini menggambarkan
seberapa besar tingkat pemahaman dan keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran yang berlangsung pada siklus II, sehingga dapat diketahui seberapa
besar tingkat perolehan nilai siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi
pembelajaran sifat-sifat bangun ruang prisma tegak segiempat, prisma tegak
segitiga, limas segiempat, limas segitiga, tabung dan kerucut berdasarkan kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan di SD Negeri Samirono. Hasil analisa
evaluasi pada siklus II menunjukkan hasil yang memuaskan, sebanyak 23 siswa
tuntas kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan SD Negeri Samirono yakni
sebensar 65 dan dengan rata-rata diatas KKM. Berikut hasil belajar siswa pada
siklus II yang disajikan dalam tabel frekuensi.
Tabel 15Hasil Belajar Siswa Siklus II SD Negeri Samirono
Pada Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2013-2014Nilai Frekuensi Persen Keterangan70-74 1 4,35% Tuntas75-79 3 13,04% tuntas85-89 4 17,39% Tuntas90-94 9 39,13% Tuntas95-100 6 26,09% Tuntasjumlah 23 100% -Mean 89,57
Tabel siklus II memberikan data hasil belajar siswa di SD Negeri
Samirono dengan menerapkan pembelajaraan kooperatif tipe STAD dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V
semester II SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten
http://www.pdfdesk.com
-
62
Semarang tahun pelajaran 2013-2014. Tabel siklus II memberikan gambaran
bahwa sebanyak 23 siswa dinyatakan tuntas kriteria ketuntasan minimal yang di
tetapkan di SD Negeri Samirono. selain memberikan gambaran tentang ketuntasan
siswa dalam belajar, tabel siklus II juga memberikan gambaran tentang
peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan jika dibandingkan dengan nilai
pada siklus I. Perbedaan hasil belajar siswa terlihat jelas dari perolehan nilai
siswa, pada siklus II secara keseluruhan tidak terdapat hasil belajar siswa yang
berada pada nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di
SD Negeri Samirono yakni dengan nilai sebesar 65. Berdasarkan tabel siklus II
tentang hasil belajar siswa, dapat diungkapkan bahwa dari keseluruhan jumlah
siswa terdapat siswa dengan nilai 70-74 sebanyak 1 siswa dan persentase sebesar
4,35%, nilai 75-79 sebanyak 3 siswa dan persentasi sebesar 13,04%, nilai 85-89
sebanyak 4 siswa dan persentasi sebesar 17,39%%, nilai 90-94 sebanyak 9 siswa
dan persentase 39,13%, nilai 95-100 sebanyak 6 siswa dan persentase 26,09%.
Keterangan dari hasil belajar siswa SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013-2014dapat dilihat dalam
diagram linear berikut ini.
Gambar 5Diagram linear Siklus II Hasil Belajar Siswa SD Negeri Samirono
Pada Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2013-2014
Nilai
Frekuensi
http://www.pdfdesk.com
-
63
1.2.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II pada mata
pelajaran matematika terhadap siswa SD Negeri Samirono, Pongangan,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014
mengalami perubahan signifikan pada hasil akhir penerapan siklus II. Pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa SD Samirono memberikan hasil yang memuaskan pada siklus II jika
dibandingkan dengan kondisi awal dan siklus I. Perolehan hasil belajar siswa pada
kondisi awal masih menunjukkan perolehan hasil belajar yang belum tuntas
kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) sebanyak 14 siswa. Siklis I yang
diterapkan pada siswa SD Samirono mengalami perbaikan yakni dengan hasil
belajar yang belum tuntas kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) yang ditetapkan
SD Samirono sebanyak 10 siswa dan pada siklu II sudah tidak terdapat siswa
dengan nilai
-
64
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil belajar siswa kondisi awal, siklus I,
siklus II dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaraan kooperatif tipe
STAD yang diterapkan terhadap siswa kelas V pada mata pelajaran matematika di
SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang,
Tahun Pelajaran 2013-2014 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Bukti dari
keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar
siswa SD Negeri Samirono dapat dilihat secara keseluruhan dari rata-rata nilai
kelas pada kondisi awal, sikuls I dan siklus II. Kondisi awal dengan perolehan
hasil belajar siswa yang kurang baik (6 siswa dengan nilai
-
65
peningkatan nilai rata-rata pada siklus I yakni dengan rata-rata sebesar 72 dari
rata-rata kondisi awal hanya 56,96. Siklus I yang sudah menunjukkan perbaikan,
diperbaiki lagi dengan siklus II. Siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan jika dibandingkan dengan kondisi awal dan siklus I, karena tidak
diperoleh hasil belajar siswa yang berada pada nilai
-
66
1.3 Pembahasan
Hasil belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan awal pembelajaran
sebelum penerapan siklus I dan siklus II di SD Negeri Samirono, Pongangan,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013-2014
menunjukkan hasil belajar siswa yang rendah, hal ini disebabkan karena Siswa
hanya mendengarkan ceramah guru tentang materi pembelajaran, sehingga siswa
kurang antusias, cenderung pasif bahkan cepat jenuh dalam mengikuti
pembelajaran, dan tidak sedikit siswa yang berbicara dengan teman saat
diterangkan. Kecenderung yang dilakukan siswa pada proses pembelajaran
berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak memuaskan. Nilai rata-rata yang
diperoleh siswa pada kondisi awal adalah 56. Perolehan nilai tertinggi pada
kondisi awal adalah 74 dan nilai terendah adalah 18. Kondisi awal dengan metode
ceramah guru dalam proses pembelajaran, menunjukkan siswa yang tidak tuntas
kriteria ketuntasan minimal sebanyak 14 siswa (60,87%) dan hanya sebanyak 9
siswa (29,13%) tuntas kriteria ketuntasan minimal. Kemampuan guru menjadi
faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam sebuah mata
pelajaran. Sebab dengan kemampuan guru yang baik, tentu akan meningkatkan
keinginan siswa untuk belajar dan menguasai mata pelajaran yang disampaikan
guru. Akan tetapi, jika seorang guru tidak begitu mampu dalam mengajar, tentu
keinginan siswa untuk belajarpun rendah. Rendahnya keinginan siswa untuk
belajar juga dapat disebabkan oleh monotonnya metode pembelajaran guru yang
digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran di SD Negeri Samirono,
Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada semester ganjil tahun
pelajaran 2013-2014.
Bertolak dari hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran,
dapat dikatakan bahwa keberhasilan dalam pembelajaran bukanlah hal yang
mudah untuk dicapai oleh guru. Hal ini disebabkan karena keberhasilan dalam
pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada saat pembelajaran
berlangsung. Faktor kemampuan guru dalam memilih metode yang sesuai dengan
materi pembelajaran, ketersediaan media, alat dan sumber belajar, serta
kemampuan guru dalam melakukan koordinasi dan pengkondisian siswa dalam
http://www.pdfdesk.com
-
67
mengikuti dan menerima yang disampaikan guru menjadi faktor-faktor penentu
dalam keberhasilan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) dikembangkan oleh Robert E. Slavin, dimana pembelajaran tersebut
mengacu pada belajar kelompok peserta didik, peserta didik dibagi dalam
beberapa kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang dan setiap
kelompok haruslah hetergogen. Menurut Slavin (dalam Taniredja, dkk. 2011: 64)
“tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif paling sederhana,
dan merupakan model yang paling baik untuk pemulaan bagi para guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif”.
Menurut Slameto dalam modul perkuliahan Penelitian dan Inovasi
Pendidikan SD S1 PGSD UKSW, STAD diungkapkan sebagai salah satu model
pembelajaran kooperatif dengan pengarahan, pembuat kelompok heterogen (4-5
orang), diskusikan bahan belajar (LKS, modul) secara kolaboratif, sajian
(presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas), kuis individual dan buat skor
perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan
berikan reward.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan
termotivasi untuk bekerjasama dengan anggota kelompok dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan, membantu meningkatkan gagasan atau ide yang bermutu
dan kreatif dalam diri siswa dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar individu maupun
kelompok. berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di SD Negeri
Samirono, terdapat hasil belajar yang rendah pada mata pelajaran matematika.
untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa SD Negeri Samirono
diperlukan model pembelajaran yang menekankan pada kerjasama dalam
kelompok yakni dengan menggunakan pembelajaran koperatif tipe student teams
achievement devision (STAD) yakni sebuah model pembelajaran yang
mengelompokkan siswa secara heterogen untuk bekerjasama dalam kelompok
dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.
http://www.pdfdesk.com
-
68
Teori pembelajaran Robert E. Slavin yakni pendekatan pembelajaran
kooperatif tipe STAD penulis terapkan di SD Negeri Samirono untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Penerapan
pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD penulis terapkan dalam dua
siklus.
• SIKLUS I
Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
peningkatan hasil belajar siswa belum mengalami peningkatan yang signifikan
dari hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena siswa belum maksimal dalam
memainkan tugasnya masing-masing untuk menyelesaikan tugas kelompok yang
diberikan oleh guru, sehingga terdapat beberapa soal yang tidak terjawab dengan
baik; siswa belum dapat mengembangkan keterampilannya; siswa belum
memaparkan hasil diskusi dengan kelompoknya; anggota kelompok belum saling
bekerja sama untuk membantu anggota kelompok memahami materi dan tugas;
siswa belum mengungkapkan gagasan atau ide dalam menyelesaikan tugas
kelompok; siswa belum aktif bertanya saat mengalami kesulitan atau memberikan
tanggapan terhadap hasil kerja kelompok lain; dan siswa belum memiliki motivasi
yang tinggi dalam menyelesaikan tugas kelompok. Berdasarkan kondisi tersebut
maka diperolehlah hasil belajar siswa yang belum begitu baik. Hasil belajar siswa
yang belum baik terlihat dari ketuntasan hasil belajar siswa yakni sebanyak 10
siswa dari total siswa sebanyak 23 siswa tidak tuntas kriteria ketuntasan minimal
dan 13 siswa sudah tuntas kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) yang
ditetapkan di SD Negeri Samirono. Adapun nilai rata-rata kelas yang diperoleh
pad siklus I adalah sebesar 72. Berdasarkan hasil belajar siswa, maka penulis
merasa perlu ada perbaikan pembelajaran yang akan diterapkan pada siklus II.
• SIKLUS II
Perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang
penulis terapkan dalam siklus II masih menggunakan penerapan pembelajaraan
kooperatif tipe STAD. Penerapan siklus II penulis siapkan dengan menyiapkan
media, alat dan sumber belajar yang dibutuhkan untuk mendukung peningkatan
hasil belajar siswa secara signifikan di SD Negeri Samirono.
http://www.pdfdesk.com
-
69
Penerapan siklus II menunjukkan bahwa siswa sudah dapat mengikuti
pembelajaran secara maksimal, siswa dapat mengembangkan keterampilannya,
siswa dapat memaparkan hasil diskusi dengan kelompoknya, anggota kelompok
dapat saling bekerja sama untuk membantu anggota kelompok memahami materi
dan tugas, siswa berani mengungkapkan gagasan atau ide dalam menyelesaikan
tugas kelompok, siswa sudah aktif bertanya saat mengalami kesulitan atau
memberikan tanggapan dan argumentasinya terhadap hasil kerja kelompok lain.
Dengan demikian hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang
signifikan jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I. Peningkatan
hasil belajar siklus II dapat dilihat dari ketercapaian kriteria ketuntasan minimal
(KKM=65) sebanyak 23 siswa atau sebesar 100% dan tidak ada siswa yang
memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal yang di tetapkan SD
Negeri Samirono. Peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 89,57 dengan nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 72. Hasil
belajar siswa pada siklus II yang mengalami peningkatan dapat menjawab
hipotesis yang tindakan yang sudah dirancang penulis diawal rencana penelitian
tindakan kelas ini.
Hasil penelitian yang dilakukan penulis sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sumarsono (2008) dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa SMU
Al Muayyad Surakarta. Hasil penelitian Sumarsono menujukan bahwa penerapan
tipe STAD pada siswa mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam
belajar. Dampak lebih lanjut adalah adanya peningkatan hasil belajar diatas
ketuntasan minimal. dari hasil penelitisn tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan antara motivasi dan keaktifan siswa dengan hasil belajar sehingga dapat
dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tingkat prestasi siswa dalam sebuah
pembelajaran.
Hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I dan siklus II, memberikan
pemahaman bahwa penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat membantu siswa mengembangkan dirinya melalui pengembangan
keterampilannya, mengajak siswa untuk memaparan hasil diskusi dengan
http://www.pdfdesk.com
-
70
kelompoknya, mengajak siswa untuk membantu anggota kelompok memahami
materi dan tugas melalui kerja sama dengan anggota kelompok, mengajak siswa
untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang dimiliki siswa, meningkatkan
keaktifan siswa untuk bertanya saat mengalami kesulitan atau memberikan
tanggapan dan melalui argumentasinya terhadap hasil kerja kelompok lain,
sehingga berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2013-2014.
http://www.pdfdesk.com