bab iv hasil penelitian dan pembahasan · 2018. 7. 12. · pemasaran ( pm/ps) a = 90,27 07-11-2008...
TRANSCRIPT
-
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran SMK Negeri 1 Klaten
4.1.1. Letak Sekolah
SMK Negeri 1 Klaten terletak di jalan Dr. Wahidin
Sudirohusodo nomor 22 Klaten. SMK Negeri 1 Klaten
terlatak Desa Sekarsuli RT : 02/05, Kecamatan Klaten
Utara, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Kode
Pos 57432, Nomor Telepon & Fax ( 0272 ) 321266 Fax
(0272) 321567, dan E-Mail [email protected],
Website www.smkn1klaten.sch.id
4.1.2. Status Akreditasi Sekolah menurut kompetensi
keahlian
Tabel 1.
Status Akreditasi Sekolah
No Kompetensi Keahlian
Nilai Mulai Tahun
Berakhir Tahun
1. Teknik Komputer
Dan Jaringan (TKJ)
A = 87,23 04-12 -2008 2013/2014
2. Multimedia (MM) Dalam Proses
Akreditasi
3. Teknik Produksi
dan Penyiaran
Program
Pertelevisian (TP4)
Dalam Proses
Akreditasi
4. Akuntansi (AK) A = 90,13 07-11-2008 2013/2014
5. Administrasi
Perkantoran (AP)
A = 90,37 07-11-2008 2013/2014
6. Pemasaran ( PM/PS) A = 90,27 07-11-2008 2013/2014
mailto:[email protected]://www.smkn1klaten.sch.id/
-
40
4.1.3. Jumlah Siswa Per Kelas dan Per kompetensi
Keahlian
Tabel 2.
Jumlah Siswa
No
Kompetensi
Keahlian
Kelas I Kelas II Kelas III
Jml Juml Ruang
Jml Siswa
Juml Ruang
Jml Siswa
Juml Ruang
Jml Siswa
1. TKJ 3 111 3 120 3 115 346
2. MM 2 73 2 76 2 71 220
3. TP4 2 73 2 76 2 63 212
4. AK 4 148 4 159 4 157 464
5. AP 2 72 2 79 2 78 229
6. PM 2 72 - - - - 72
7. PS - - 2 78 2 74 152
JUMLAH 15 549 15 588 15 558 1.695
4.1.4. Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Tabel 3.
Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan
No Tenaga Pendidik
Dan Kependidikan Jumlah Jumlah Sertifikasi
Sudah Belum
1. Guru Normatif 40 18 24
2. Guru Adaptif 33 8 24
3. Guru Produktif 43 19 24
-
41
No Tenaga Pendidik
Dan Kependidikan Jumlah Jumlah Sertifikasi
Sudah Belum
4. Guru BP/BK 08 5 3
5. Tenaga Kependidikan 29 - 29
Jumlah 153 50 103
4.2. Implementasi Pendidikan Karakter di
SMK Negeri 1 Klaten
4.2.1. Faktor Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu kegiatan untuk
menyampaikan pemikiran dan perasaan, harapan atau
pengalaman kepada orang lain. Komunikasi dalam
implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten
dapat dilihat dari beberapa unsur, yaitu penyampai
pesan, isi pesan, dan perubahan setelah menerima pesan.
Kemampuan penyampai pesan dalam menyampaikan
pesan sangat menentukan dalam proses komunikasi,
sebab dari kemampuan tersebut akan ditransmisikan
kepada sasaran atau penerima pesan.
Penyampai pesan dalam implementasi pendidikan
karakter di SMK Negeri 1 Klaten adalah kepala sekolah,
wakil kepala sekolah yang terdiri dari bagian kurikulum
(WKS1), kesiswaan (WKS2), hubungan masyarakat
(WKS3) dan sarana dan prasarana (WKS4). Kepala
sekolah dan keempat wakil kepala sekolah tersebut
mempunyai tugas dalam implementasi pendidikan
karakter di SMK Negeri 1 Klaten.
Berdasarkan hasil wawancara dapat dijelaskan
bahwa pesan tentang implementasi pendidikan karakter
-
42
di SMK Negeri 1 Klaten telah disampaikan oleh kepala
sekolah dalam forum koordinansi pimpinan dan staf guru
& karyawan pada haris Senin, 20 Desember 2010.
Disampaikan juga oleh petugas dari Dinas Pendidikan
Kabupaten Klaten, yaitu Bp. Drs. Wahono, M.Pd. pada
rapat guru dan karyawan di SMK negeri 1 Klaten.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh keterangan
bahwa wakil kepala sekolah bagian kesiswaan juga
pernah melakukan sosialisasi tentang implementasi
pendidikan karakter pada upacara bendera tanggal 29
Desember 2012. Sedangkan wakil kepala sekolah bidang
kurikulum pernah menyampaikan sosialisasi tentang
pendidikan karakter pada saat pertemuan rapat-rapat di
SMKN 1 Klaten, dan saat upacara apel Korpri setiap
tanggal 17.
Isi pesan yang disampaikan oleh kepala sekolah dan
wakil kepala sekolah memang tentang implementasi
pendidikan karakter, namun keutuhan, kelengkapan dan
sistematika penyampaian kurang sempurna sehingga
kualitas komunikasi menjadi kurang mengena ke tujuan.
Informasi tentang implementasi pendidikan
karakter memang disampaikan namun bagaimana teknik
pelaksanaannya tidak ada aturan tertulis yang
memantapkan kebijakan tersebut, seperti yang
diungkapkan oleh guru PAI SMK Negeri 1 Klaten sbb:
“……memang dalam setiap rapat-rapat selalu disinggung oleh kepala sekolah bahwa semua guru
diminta untuk menanamkan karakter kepada anak baik melalui pelajaran maupun contoh perilaku guru, tetapi guru belum pernah diberi
aturan yang jelas tentang pelaksanaan pendidikan
-
43
karakter tersebut” (wawancara Jumat, 11 April 2014).
Guru matematika jurusan Teknologi Informasi (TI)
SMKN 1 Klaten juga mengatakan tentang isi pesan
pendidikan karakter:
“Penyampaian informasi mengenai implementasi pendidikan karakter sudah dilakukan tetapi belum
secara maksimal sebab ketika menyampaikan informasi tersebut, kepala sekolah dan wakilnya hanya sekedar berbicara saja, juga tidak
menyertakan peraturan yang mengatur tentang implementasi kebijakan tersebut” (wawancara,
Sabtu, 12 April 2014) Berdasarkan pengamatan di SMK Negeri 1 Klaten
dapat diketahui bahwa penyampaian pesan (proses
komunikasi) berkaitan dengan implementasi pendidikan
karakter dilakukan secara informal. Asumsi ini
didasarkan pada kenyataan bahwa belum pernah ada
pertemuan/rapat yang khusus membahas tentang
implementasi pendidikan karakter. Penyampaian
informasi tentang pendidikan karakter memang sering
dilakukan tetapi waktunya masih bersamaan dengan
kepentingan-kepentingan sekolah yang lain.
Berdasarkan analisis peneliti, tingkat keberhasilan
suatu kebijakan dipengaruhi oleh adanya informasi yang
disampaikan dan aturan yang mengatur pelaksanaan
kebijakan tersebut sehingga penerima informasi paham
apa yang diinginkan oleh kebijakan tersebut. Kejelasan
informasi dapat menjadi patokan dalam implementasi
suatu kebijakan publik. Kejelasan informasi hendaknya
dipahami terlebih dahulu oleh pelaksana kebijakan baru
-
44
disampaikan kepada sasaran kebijakan. Dalam
kenyataannya dapat dijelaskan bahwa kejelasan
penyampaian kebijakan tentang implementasi pendidikan
karakter di SMK Negeri 1 Klaten belum dapat dipahami
secara tuntas oleh guru dan karyawan. Seperti yang
dikemukakan guru matematika SMK Negeri 1 Klaten
berikut:
“Penjelasan tentang implementasi hanya secara
garis besarnya saja, guru diminta ikut mengimplementasikan sesuai dengan bidang studi dan kompetensi yang diajarkan. Tetapi belum ada
aturan yang jelas yang mengatur inplementasi tersebut, misalnya ada sanksi atau tidak bagi guru yang tidak melaksanakan penanaman karakter
kepada siswa, atau karyawan yang tidak menegur siswa yang berbuat melanggar karakter di
lingkungan sekolah” (wawancara Sabtu, 12 April 2014).
Pelaksanaan suatu kebijakan harus didasarkan
pada peraturan-peraturan yang ditentukan, karena
peraturan tersebut akan menjadi pedoman bagi
pelaksanaan dalam bertindak sehingga tujuan yang
ditetapkan dapat tercapai. Peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa penyampaian informasi tentang
implementasi pendidikan karakter sudah dilakukan tetapi
belum konsisten. Penyampai informasi belum
menunjukkan aturan yang tegas tentang implementasi
pendidikan karakter, juga belum dilakukan
pengecekan/kroscek ke lapangan (KBM) apakah guru
benar-benar menanamkan karakter kepada siswa, dan
mengamati apakah karyawan membimbing siswa untuk
menjadi berkarakter atau tidak. Hal ini terlihat dari hasil
-
45
pengamatan peneliti bahwa belum semua guru di SMK
Negeri 1 Klaten menanamkan nilai-nilai karakter selama 3
- 5 menit ketika mengajar, masih ada beberapa guru yang
hanya mengajar materi yang mereka ampu saja, tanpa
menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Ketika
peneliti bertanya alasannya mengapa tidak menanamkan
karakter, sebagian besar mengatakan menghabiskan
waktu yang seharusnya untuk materi pelajaran, lebih
baik untuk mengajarkan materi saja.
4.2.2. Faktor Sumber Daya
Untuk menunjang keberhasilan implementasi
pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten, sumber-
sumber kebijakan patut diperhatikan sehingga dapat
memperlancar implementasi yang efektif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
sekolah sebagai penanggung jawab pelaksanaan
pendidikan karakter diperoleh keterangan bahwa para
petugas penyampai kebijakan (wakil kepala sekolah)
masih kurang konsisten dalam melakukan pengawasan
terhadap guru dan karyawan berkaitan dengan
implementasi pendidikan karakter. Artinya belum
dilakukan kegiatan khusus oleh wakil kepala sekolah
untuk mengecek pelaksanaan pendidikan karakter di
lapangan (kelas atau di lingkungan sekolah) seperti yang
dikemukakan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan
berikut.
”Selama ini kontrol pelaksanaan pendidikan
karakter baru sampai pada cek administrasi kelengkapan mengajar guru, seperti silabus
berkarakter, RPP berkarakter. Kami merasa belum perlu melakukan cek langsung karena: (1) kami
-
46
yakin ketika mengajar di kelas, bapak ibu guru telah mengimplementasikan pendidikan karakter
seperti yang direncanakan pada RPP, (2) mengingat banyaknya guru yang ada di SMK
Negeri 1 Klaten, yaitu 124 orang sangat sulit menentukan waktu untuk observasi ke dalam kelas”. (Wawancara Kamis, 10 April 2014).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
guru di SMK Negeri 1 Klaten, memang para guru
mengakui bahwa dalam melaksanakan pendidikan
karakter kepada anak belum dilaksanakan secara
maksimal. Alasan mereka karena tidak ada pengarahan
khusus implementasi pendidikan karakter, kontrol
langsung maupun teguran dari atasan juga tidak ada,
sehingga pelaksanaannya sangat tergantung pada
kemauan dan kemampuan guru. Salah satu guru
produktif mengatakan bahwa materi produktif tidak akan
selesai kalau setiap masuk kelas harus menanamkan
nilai-nilai karakter kepada anak.
”Untuk saya bu, sebagai guru produktif kalau
setiap masuk kelas harus menanamkan nilai-nilai karakter kok eman-eman waktunya, sebab materi produktif yang harus diberikan kepada anak itu
cakupannya luas. Jadi untuk penanaman nilai lebih baik diserahkan kepada guru PKn atau guru
agama saja”. (wawancara Jumat, 11 April 2014.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dapat
dijelaskan bahwa sudah ada beberapa petugas pelaksana
implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten
sudah menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Di
sisi lain terlihat pula bahwa kemampuan atau kompetensi
yang menunjang bagi para petugas pelaksana
-
47
implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten
belum dimaksimalkan. Hal ini terlihat dari masih ada
beberapa guru yang ketika mengajar di kelas hanya
membahas materi tanpa menyisihkan waktu untuk
menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak. Masih
terlihat juga karyawan SMK Negeri 1 Klaten yang tidak
peduli ketika dijalan berpapasan dengan siswa yang
minum atau makan sambil berjalan, membuang sampah
bekas makanan sembarangan. Mereka melihat perilaku
anak-anak seperti itu tidak ditegur malah didiamkan saja.
Menurut analisis peneliti, pada dasarnya semua
petugas yang terlibat dalam implementasi pendidikan
karakter (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru,
karyawan) mempunyai kesempatan untuk menanamkan
nilai-nilai karakter kepada anak. Pada kenyataannya ada
guru yang menyampaikan nilai-nilai karakter kepada
anak, tetapi ada juga guru yang dengan berbagai alasan
mereka sendiri, mereka menjadi tidak menyampaikan
tugas tersebut.
Selain sumber daya manusia, dalam implementasi
pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten, ternyata
sumber informasi masih kurang memadai. Informasi
mengenai pelaksaaan pendidikan karakter diterima oleh
para pelaksana kebijakan baru sebatas perintah lisan dari
rapat, dari adanya workshop atau dari kesempatan-
kesempatan lain. Untuk informasi (petunjuk) yang
sifatnya tertulis sampai sekarang belum ada. Hal itu juga
yang menyebabkan belum terlaksananya implementasi
pendidikan karakter dengan baik di SMK Negei 1 Klaten.
Salah satu guru adaptif mengatakan:
-
48
”Kenapa harus repot-repot bu, wong saya belum pernah membaca sumber tertulis untuk
implementasi pendidikan karakter. Jadi saya tidak takut jika tidak menanamkan nilai-nilai karakter
kepada anak sebab tidak ada sanksi yang menakutkan buat saya. Dan memang selama ini tidak ada sanksi bagi guru yang tidak
mengimplementasikan nilai-nilai karakter kepada anak”. (Wawancara Sabtu, 12 April 2014)
4.2.3. Faktor Kecenderungan
Disposisi merupakan komitmen, keinginan, atau
kesepakatan bersama semua guru bidang studi untuk
menyampaikan pendidikan karakter bagi siswa sehingga
dapat dilakukan pada setiap pembelajaran dengan nilai-
nilai karakter yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Hal ini tidak semua dapat melakukan seperti apa yang
telah menjadi kebijakan sekolah, antara lain disebabkan
kerena kecenderungan bagi masing-masing guru selalu
beranggapan bahwa pendidikan karakter tidak tepat jika
mereka mengajar sambil menanamkan karakter kepada
peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari pendapat salah
satu guru produktif sebagai berikut:
”Pendidikan karakter kan yang paling strategis pada pembelajaran PPKn, Pendidikan Agama, dan
Budi pekerti, sedangkan seperti lainnya kurang bisa diaplikasikan dalam pembelajaran, apalagi pada mata pelajaran produktif. Jadi materi
pelajaran produktif kurang tepat, jika diselipkan sebenarnya juga bisa hanya masalahnya materi kurang sesuai dengan pesan yang disampaikan
(pendidikan Karakter)” (Wawancara Jumat, 11 April 2014)
-
49
Dari kutipan hasil wawancara di atas merupakan
indikasi bahwa guru ada kecenderungan tidak mau
dititipi pesan tersebut, padahal tidak selamanya harus
sesuai dengan materi, tetapi melalui tindakan-tindakan
secara tersiratpun juga telah menanamkan pendidikan
karakter. Hanya karena ketidaktahuan guru saja, cara
memahaminya kurang dalam, sehingga perilaku tindakan
yang dapat mengarah pada pendidikan karakter misalnya:
pada tahap awal pembelajaran siswa ditanya bagaimana
PR-nya, sudah dikerjakan atau belum, setiap awal
pembelajaran diawali doa, penyampaian materi tahap
awal diperkenalkan, dan sebagainya. Tindakan seperti ini
sebenarnya telah menanamkan nilai-nilai karakter, antara
lain nilai kedisiplinan, nilai religius, rasa ingin tahu, dan
sebagainya. Sehingga dengan cara seperti itu siswa akan
memiliki karakter dari apa yang biasa guru tanyakan dan
tindakan ketika mengajar. Oleh karena itu, tindakan
membudayakan sikap positif tanpa mengatakannya
kepada siswa pun sebenarnya sudah bisa dikatakan
menanamkan karakter.
Ada kecenderungan sikap guru kurang kompak
dalam melaksanakan kebijakan yang diambil di SMK
Negeri 1 Klaten. Ada 114 guru yang bertanggungjawab
terhadap pembelajaran di SMK Negeri 1 Klaten, jika ada
kekompakan baik dalam pelaksanaan maupun
penanganan terhadap nilai-nilai karakter di sekolah,
maka ini menjadi modal besar terwujudnya sekolah yang
berkarakter. Seperti kutipan hasil wawancara penulis
dengan guru bahasa Indonesia, guru Sejarah, dan siswa
berikut ini:
-
50
“Kekompakan dari pihak sekolah (Kepala sekolah, wakil-wakil kepala sekolah, guru, dan karyawan)
dalam menanamkan karakter dan menangani anak yang melanggar nilai belum maksimal. Jumlah
guru dan murid yang banyak juga menghambat penanaman karakter di SMK Negeri 1 Klaten” (Wawancara Senin, 14 April 2014).
“Kurangnya fasilitas dan kekompakkan dalam menerapkan peraturan dan menangani apabila terjadi pelanggaran disiplin oleh siswa maupun
guru” (wawancara Senin, 14 April 2014). “Kedisiplinan dan kekompakkan guru dalam
menyampaikan nilai-nilai karakter dan menangani siswa yang menyimpang/melanggar. Kadang konsekuensi yang diterima siswa untuk
pelanggaran yang sama antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda karena guru yang
menanganinya berbeda. Dari pengamatan saya, ada juga beberapa guru yang tidak disiplin contohnya datang ke sekolah terlambat, masuk
kelas terlambat, yang rambutnya panjang tidak dikucir, memakai seragam tidak sesuai jadwal” (Wawancara Selasa, 15 April 2014)
Dari tiga kutipan hasil wawancara di atas
menunjukkan kecenderungan para pelaksana yang
kurang kompak dalam mengimplementasikan nilai-nilai
karakter kepada siswa. Dalam hal ini kurang kompak
terhadap dua hal, yaitu dalam menegakkan peraturan
berkaitan dengan nilai-nilai karakter dan dalam
menangangi pelanggaran.
Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa
kekompakkan antara pelaksana pendidikan karakter di
SMK Negeri 1 Klaten belum maksimal. Hal ini terlihat dari
adanya beberapa perbedaan perilaku guru dalam
mengambil tindakan. Hasil pengamatan menunjukkan
-
51
bahwa yang lebih sering terlihat melaksanakan
pendidikan karakter baik di dalam kelas/ruangan
maupun di luar kelas adalah guru-guru yang tergabung
dalam petugas STP2K (Satuan Tugas Pelaksana
Pembinaan Kesiswaan) yang dianggap sebagai polisi
sekolah. Untuk guru yang lain, belum semuanya
melaksanakan pendidikan karakter pada saat mengajar di
kelas maupun di luar kelas. Dengan beberapa pernyataan
baik dari guru maupun dari karyawan dapat ditarik suatu
pengertian bahwa disposisi pendidikan karakter di SMK
Negeri 1 Klaten kurang memiliki komitmen untuk
melakukan implementasi pendidikan karakter.
Menurut analisis peneliti dapat dijelaskan bahwa
para pelaksana kebijakan di SMK Negeri 1 Klaten belum
sepenuhnya menyadari tujuan implementasi pendidikan
karakter. Apabila para pelaksana menyadari bahwa
penanaman karakter tersebut pada masa yang akan
datang bisa memunculkan generasi pemimpin bangsa
yang religius, disiplin, demokratis, bertanggungjawab juga
mempunyai kepedulian yang tinggi, maka pelaksanaan
pendidikan karakter dapat berjalan dengan efektif dan
berhasil.
4.2.4. Faktor Struktur Birokrasi
Di SMK Negeri 1 Klaten, sumber-sumber untuk
implementasi suatu kebijakan cukup ada, para pelaksana
juga sudah mengetahui apa dan bagaimana cara
melakukannya walau belum sempurna, dan ada
komitmen untuk melakukan kebijakan meskipun masih
rendah. Implementasi pendidikan karakter belum efektif
-
52
jika ada ketidaksempurnaan dalam struktur birokrasi.
Faktor birokrasi sangat penting dalam implementasi
pendidikan karakter, sebab birokrasi merupakan bagian
dari kelembagaan yang memiliki potensial yang mengarah
pada masing-masing pribadi orang dalam hal ini para
pelaku contoh pendidikan karakter di sekolah.
Pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 1
Klaten tidak ada tim khusus yang menanganinya
/mengelolanya. Pelaksanaannya disampaikan secara lisan
oleh kepala sekolah bahwa penanaman karakter kepada
siswa menjadi tanggungjawab semua guru dan karyawan
baik melalui penyampaian materi di kelas maupun
melalui keteladanan. Hal ini seperti dijelaskan oleh KTU
dan guru matematika berikut ini.
“Meskipun hanya dijelaskan secara lisan dan garis
besarnya saja, namun cukup jelas untuk mengingatkan kembali tentang nilai-nilai karakter,
nasionalisme dan jatidiri bangsa” (Wawancara Kamis, 10 April 2014) “Penjelasan tentang implementasi hanya secara
garis besarnya saja, guru diminta ikut mengimplementasikan sesuai dengan bidang studi dan kompetensi yang diajarkan. Tetapi belum ada
aturan yang jelas yang mengatur inplementasi tersebut, misalnya ada sanksi atau tidak bagi guru
yang tidak melaksanakan penanaman karakter kepada siswa, atau karyawan yang tidak menegur siswa yang berbuat melanggar karakter di
lingkungan sekolah” (Wawancara Sabtu, 12 April 2014).
“Ya. Semua guru mata pelajaran diwajibkan untuk
menanamkan nilai-nilai karakter kepada kelas yang diajar seperti berdoa, kerjasama piket,
kerapian baju, sepatu, kaos kaki” (Wawancara Senin, 14 April 2014).
-
53
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa
yang ditunjuk untuk melaksanakan pendidikan karakter
di SMK Negeri 1 Klaten adalah semua guru dengan cara
menyelipkan nilai-nilai karakter pada mata pelajaran
mereka masing-masing. Penanaman karakter oleh guru-
guru tersebut sebelumnya telah dicantumkan pada
silabus dan RPP masing-masing kemudian diaplikasikan
dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan penulis, tidak ada aturan
khusus yang mengatur tentang pelaksanaan pendidikan
karakter. Urutan nilai karakter mana yang akan
disampaikan oleh guru juga tidak ada aturan khusus,
semua tergantung pada guru masing-masing ketika
mengajar. Setiap guru berpedoman pada silabus dan RPP
yang telah dibuat, dimana pada silabus dan RPP tersebut
sudah dicantumkan nilai-nilai karakter yang sesuai
dengan materi yang sedang disampaikan guru. Hal ini
didukung oleh pernyataan salah satu guru bahasa
Indonesia berikut ini.
“Iya. Ikut bu. Apa yang tercantum dalam RPP sebisa mungkin melaksanakan sesuai yang tertulis
di dalam RPP. Misal pada RPP kita ingin mengembangkan karaker tanggung jawab dan disiplin, maka kalau guru memberikan PR ya
harus ditanyakan PR nya sebagai wujud tanggungjawab siswa”
(Wawancara, Senin, 14 April 2014)
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap silabus
dan RPP yang menjadi pedoman guru dalam mengajar,
terlihat dengan jelas pada silabus bagian akhir tertulis
nilai-nilai karakter yang akan disampaikan kepada siswa.
-
54
Begitu juga pada RPP masing-masing guru tertulis dengan
jelas pada langkah-langkah pembelajaran terdapat kolom
”karakter yang dikembangkan”, pada kolom tersebut
dituliskan nilai karakter yang akan disampaikan kepada
siswa pada saat mengajar.
Hasil analisis penulis menunjukkan bahwa (1)
belum ada petugas khusus (tim) di SMK Negeri 1 Klaten
yang diberikan SK (surat keputusan) kepala sekolah yang
bertanggungjawab terhadap implementasi pendidikan
karakter, (2) belum ada aturan khusus tentang
implementasi pendidikan karakter. Mekanisme
implementasi pendidikan karakter diserahkan kepada
guru untuk dilaksanakan sesuai kemampuan guru.
4.3. Hambatan yang ditemui dalam
Implementasi pendidikan karakter di
SMK Negeri 1 Klaten
Setiap langkah kegiatan baik awal maupun akhir
dan ditengah-tengah pelaksanaan pendidikan karakter
pasti terdapat segudang hambatan yang harus
diselesaikan, agar implementasi pendidikan karakter
dapat sampai pada sasaran terutama kepada siswa juga
pelaku kebijakan pendidikan karakter dapat membudaya
dalam lembaga sekolah. Hal ini dapat dimengerti oleh
berbagai pihak. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru dan siswa, dan hasil pengamatan, serta analisis
peneliti, hambatan yang ditemui dalam implementasi
pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten antara lain
adalah sbb.
-
55
1. Kurangnya koordinasi antar wakil-wakil kepala
sekolah, guru BP/BK, para wali kelas dan pembina
OSIS yang terlibat dalam implementasi pendidikan
karakter sehingga mengakibatkan ketidaksamaan
persepsi dalam penanganan terhadap siswa yang
melanggar /menyimpang.
2. Kurangnya kesadaran guru dan peserta didik dalam
implementasi pendidikan karakter. Kompetensi guru
yang rendah mengakibatkan adanya cara
pandang/cara pikir yang berbeda-beda tentang
implementasi pendidikan karakter. Peserta didik yang
berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke
bawah dan tingkat pendidikan orang tua siswa yang
rata-rata juga rendah mengakibatkan kesadaran
terhadap pelaksanaan pendidikan karakter juga belum
maksimal
3. Sikap beberapa guru yang masa bodoh terhadap
keberhasilan pendidikan karakter mengakibatkan
siswa menjadi tidak berkarakter karena guru tidak
mengontrol perilaku siswa dan tidak mendidik
karakter dengan baik
4. Inkonsistensi dan kurangnya keteladanan guru dalam
berperilaku dan menyampaikan nilai-nilai karakter.
Jika ada siswa yang melanggar peraturan, oleh
sebagian guru diambil tindakan sesuai prosedur,
tetapi ada sebagian guru lain yang membiarkan saja
siswanya melanggar peraturan.
-
56
5. Kurangnya koordinasi komunikasi antara pihak
sekolah dengan orang tua siswa. Pihak sekolah
kurang mengkomunikasikan tentang adanya
implementasi pendidikan karakter kepada orang tua
siswa sehingga terjadi kesalahpahaman antara
sekolah dengan orangtua siswa.
6. Kurangnya fasilitas yang dapat memicu siswa menjadi
berkarakter, seperti terbatasnya tempat sepeda, ruang
kelas yang berjumlah 38 ruang padahal seharusnya
45 ruang, laboratorium yang jumlah alatnya tidak
sesuai dengan jumlah siswa, pintu masuk/keluar di
SMK Negeri 1 Klaten yang berjumlah enam pintu,
gedung yang berada di unit 1 dan unit 2.
4.4. Pembahasan
4.4.1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam SMK
Negeri 1 Klaten dengan dasar Pedoman
Pendidikan Karakter
Selain siswa, dari segi input dari tenaga pendidik
termasuk baik. Hal ini bisa dilihat dari segi latar
belakangnya. Dari guru normatif, adaptif dan produktif
yang berjumlah 124 orang, semuanya berlatar belakang
pendidikan S1, 14% diantaranya sudah S2. Selain dari
penyampaian nilai-nilai karakter melalui mata pelajaran
masing-masing guru, dari keteladanan para guru bisa
diandalkan, meskipun belum semua guru bisa
memberikan keteladanan yang baik.
Perencanaan Pendidikan Karakater ini sudah sesuai
dengan Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan
-
57
Karakter yang dikeluarkan Kemendiknas, yakni dalam
perencanaan Pendidikan Karakter dalam mata pelajaran
dicantumkan dalam silabus dan RPP. Dalam pembuatan
silabus dan RPP ada satu kolom untuk nilai pendidikan
karakter yang dikembangkan. Contoh silabus PKn untuk
Kompetensi Dasar “Mendeskripsikan Pancasila sebagai
idiologi terbuka”, pada kolom terakhir setelah sumber
belajar ada aspek nilai karakter terdapat nilai karakter
religiusi, toleransi kerjasama, jujur, gemar membaca, dan
tanggungjawab.
Sedangkan dalam RPP disebutkan dalam materi
yang sama, nilai karakter tersebut ditampilkan dalam
langkah-langkah pembelajaran terdapat empat kolom,
yakni: nomor, kegiatan belajar, alokasi waktu, dan
karakter yang dikembangkan. Dari RPP tersebut
perencanaan Pendidikan Karakter dalam PKn muncul
dalam kolom yang ke empat, yakni karakter yang
dikembangkan.
Kemudian dalam proses (process) sudah dijelaskan
pelaksanaan pendidikan karakter dimulai dari
mancantumkan nilai-nilai dalam silabus, kemudian
dituangkan dalam RPP dan diaplikasikan dalam
pembelajaran. Intinya bahwa Pendidikan Karakter dalam
mata pelajaran normatif dan adaptif sudah dilaksanakan
dengan baik.
Sedangkan dampak (outcome) adanya pelaksanaan
Pendidikan karakter dalam mata pelajaran normatif dan
adaptif di SMK Negeri 1 Klaten ternyata dirasakan siswa
SMK Negeri 1 Klaten. Hal ini terlihat dari hasil wawancara
dengan salah satu siswa kelas XI yang menyatakan
bahwa siswa merasa beruntung masih ada beberapa guru
-
58
di SMK Negeri 1 Klaten yang memberikan penjelasan dan
pengarahan tentang nilai-nilai yang berkarakter sehingga
siswa dapat merubah perilaku yang tidak baik menjadi
lebih baik (wawancara tanggal 15 April 2014).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti, adanya
Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Klaten dapat
memberi dampak positif bagi peserta didik. Hal ini bisa
dilihat dampak adanya pelaksanaan Pendidikan karakter
dalam kegiatan pembelajaran di SMK Negeri 1 Klaten yang
dirasakan siswa SMK Negeri 1 Klaten. Siswa SMK Negeri 1
Klaten yang diwawancari peneliti mengatakan adanya
pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran
mengarahkan dirinya menjadi lebih baik dan memberikan
bekal untuk mereka terjun di masyarakat atau di tempat
kerja.
Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat menarik
suatu pengertian bahwa pelaksanaan pendidikan karakter
di SMK negeri 1 Klaten sudah dilaksanakan namun
pelaksanaan dan hasilnya belum maksimal. Masih perlu
kerjasama, konsistensi dan komitmen dari semua warga
SMK Negeri 1 Klaten. Untuk itu agar hasilnya menjadi
maksimal perlu penanganan yang professional, seperti
yang dijelaskan oleh Tilaar (2004), bahwa agar dapat
mewariskan budaya dan karakter dengan baik dan tidak
gagal mendidik generasi muda diperlukan penanganan
secara professional.
-
59
4.4.2. Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam SMK
Negeri 1 Klaten dengan dasar Teori Edward 3
Dimensi komunikasi dalam implementasi
Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Klaten ditentukan
dari beberapa unsur yang terdapat dalam komunikasi,
seperti penyampai pesan, isi pesan, media yang
digunakan, serta sasaran penerima pesan, serta
perubahan sebagai akibat komunikasi.
Penyampai pesan/informasi dalam implementasi
Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Klaten adalah
Kepala sekolah dan wakil-wakil kepala sekolah yang
dalam tugasnya disamping sebagai pemberi informasi
juga berfungsi sebagai pengontrol kegiatan, namun dalam
praktiknya terdapat keluhan dari pelaksana kebijakan.
Kepala sekolah memang melakukan observasi terhadap
kegiatan pembelajaran tetapi tidak mungkin setiap hari,
begitu juga dengan para wakil kepala sekolah, mereka
melakukan observasi pembelajaran jika ada tugas dari
kepala sekolah. Jadi kontrol terhadap pelaksanaan
pendidikan karakter lebih banyak berhenti pada kroscek
silabus dan RPP. Hal ini yang mengakibatkan belum
semua guru di SMK Negeri 1 Klaten menanamkan nilai-
nilai karakter selama 3 - 5 menit ketika mengajar.
Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
masih memanfaatkan kondisi rapat-rapat sekolah yang
materi rapatnya bukan tentang implementasi pendidikan
karakter.
Dimensi sumber daya dalam implementasi
pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten. Pada
kenyataannya ada guru yang menyampaikan nilai-nilai
-
60
karakter kepada anak, tetapi ada juga guru yang dengan
berbagai alasan, mereka tidak menyampaikan nilai-nilai
karakter kepada anak. Dalam implementasi pendidikan
karakter di SMK Negeri 1 Klaten, ternyata sumber
informasi masih kurang memadai. Salah satu guru
matematika jurusan Teknologi Informasi (TI) malah
mengatakan tidak mau repot-repot menanamkan nilai-
nilai karakter karena informasinya kurang jelas, dan
sanksi bagi yang tidak melaksanakan tidak ada.
Informasi mengenai pelaksanaan pendidikan
karakter diterima oleh para pelaksana kebijakan baru
sebatas perintah lisan dari rapat, dari adanya workshop
atau dari kesempatan-kesempatan lain. Untuk informasi
(petunjuk) yang sifatnya tertulis sampai sekarang belum
ada. Hal ini menyebabkan belum terlaksananya
implementasi pendidikan karakter dengan baik.
Dimensi kecenderungan dalam implementasi
pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten. Terdapat
kesediaan dari para guru di SMK Negeri 1 Klaten untuk
menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Tetapi
kesediaan tersebut belum disertai dengan kekompakkan
yang baik sehingga hasil belum maksimal, dan akibatnya
masih terjadi pelanggaran-pelanggaran. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa yang lebih sering terlihat
melaksanakan pendidikan karakter baik di dalam
kelas/ruangan maupun di luar kelas adalah guru-guru
yang tergabung dalam petugas STP2K (Satuan Tugas
Pelaksana Pembinaan Kesiswaan) yang dianggap sebagai
polisi sekolah, wali kelas, dan guru BP/BK. Untuk guru
yang lain, belum semuanya melaksanakan pendidikan
karakter pada saat mengajar di kelas maupun di luar
-
61
kelas. Jadi implementasi pendidikan karakter di SMK
Negeri 1 Klaten kurang memiliki komitmen yang baik.
Dimensi Struktur birokrasi dalam implementasi
pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten. Dari hasil
analisis peneliti menunjukkan bahwa (1) semua guru
diberi wewenang untuk menyampaikan nilai-nilai
karakter tetapi, (2) belum ada petugas khusus di SMK
Negeri 1 Klaten yang diberikan SK (surat keputusan)
kepala sekolah yang bertanggungjawab mengontrol lancar
atau tidaknya implementasi pendidikan karakter, (3)
belum ada aturan khusus tentang implementasi
pendidikan karakter. Mekanisme implementasi
pendidikan karakter diserahkan kepada guru untuk
dilaksanakan sesuai kemampuan guru.
4.4.3. Perbandingan pelaksanaan pendidikan karakter
dalam SMK Negeri 1 Klaten dengan hasil
penelitian sebelumnya
Perilaku pelanggaran di SMK Negeri1 Klaten yang
berkaitan dengan nilai-nilai karakter prosentasenya
tergolong kecil tetapi hal itu menjadi awal terjadinya krisis
karakter. Untuk menghilangkan krisis karakter perlu
adanya pendidikan karakter dengan informasi yang jelas
dan aturan yang jelas dari pembuat kebijakan. Informasi
yang jelas perlu didukung sumber daya manusia yang
memadai, komitmen yang tinggi dan organisasi yang jelas
sehingga hasilnya dapat maksimal. Hal ini sejalan dengan
alasan pentingnya pendidikan karakter yang
dikemukakan oleh Mulyono (2013) bahwa di Indonesia
telah terindikasi adanya masalah akut dalam bangunan
karakter bangsa sehingga pembangunan karakter bangsa,
-
62
menjadi sangat berarti dan mendesak untuk segera
dilakukan. Sama halnya dengan alasan yang
dikemukakan oleh Astuti (2010), bahwa salah satu alasan
dicanangkannya pendidikan karakter adalah adanya
krisis karakter yang cukup memprihatinkan dan
meningkatkan problem karakter generasi muda bangsa
Indonesia.
Perbedaan nilai karakter yang ditanamkan antara
peneliti dengan peneliti terdahulu terletak pada nilai
karakter yang ditekankan untuk ditanamkan pada siswa.
Menurut peneliti, semua nilai karakter (18 nilai) penting
untuk ditanamkan pada peserta didik agar membentuk
dirinya menjadi warga negara Indonesia yang baik. Tetapi
pada penelitian terdahulu ternyata terdapat nilai-nilai
ideal yang diinginkan melalui pembelajaran. Pada
penelitian Mulyono nilai yang diidealkan dalam
pembelajaran ISMUBA adalah karakter religius, cinta
ilmu, mampu bekerja sama, dan peduli, sedangkan pada
pembelajaran ISBD (Astuti) nilai karakter yang
ditekankan adalah berkerjasama, bertanggungjawab,
berkomunikasi, semangat bekerja/belajar, kepercayaan
diri, kejujuran, ketaatan beribadah.
Hasil penelitian terdahulu (Abdul Basar, 2012)
hampir sama dengan hasil penelitian ini, hasilnya adalah
perencanaan dilakukan dengan menyiapkan silabus, RPP,
serta menyiapkan bahan ajar yang berwawasan karakter,
selanjutnya disajikan dalam proses pembelajaran mulai
dari materi, langkah pembelajaran, media dan metode,
dan penilaian dilakukan pada tahap proses, yaitu melihat
sikap siswa selama pembelajaran berlangsung, serta salah
-
63
satu kendala juga sama yaitu kurangnya sarana dan
prasarana.
4.4.4. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi
hambatan
1. Untuk masalah kurangnya koordinasi dapat diatasi
dengan memaksimalkan adanya koordinasi yang baik
dan konsisten antar wakil-wakil kepala sekolah, guru
BP/BK, para wali kelas dan pembina OSIS yang
terlibat dalam implementasi pendidikan karakter
sehingga terjadi kesamaan persepsi dalam
penanganan terhadap siswa yang melanggar
/menyimpang. Cara ini dapat diwujudkan dengan
rapat bersama antara kepala sekolah, wakil kepala
sekolah dan semua guru yang ada di SMK Negeri 1
Klaten.
2. Untuk masalah kurangnya kesadaran guru dan
peserta didik. Kepala sekolah dapat meningkatkan
kesadaran guru dengan kegiatan pembinaan-
pembinaan. Meskipun terdapat cara pandang/cara
pikir guru yang berbeda-beda tentang implementasi
pendidikan karakter, jika guru menyadari pentingya
pendidikan karakter maka hasilnya akan maksimal.
Peserta didik yang berasal dari latar belakang ekonomi
menengah ke bawah dan tingkat pendidikan orang tua
siswa yang rata-rata juga rendah bila diberikan
pengertian dan pemahaman yang tepat tentang
manfaat pendidikan karakter mengakibatkan orang
tua memiliki kesadaran terhadap pelaksanaan
pendidikan karakter juga belum maksimal dan
menjadi ikut bertanggungjawab.
-
64
3. Untuk sikap beberapa guru yang masa bodoh. Kepala
sekolah mengikutsertakan guru dalam pelatihan-
pelatihan pendidikan karakter sehingga sedikit demi
sedikit akan mengubah sikap beberapa guru yang
masa bodoh terhadap keberhasilan pendidikan
karakter yang akhirnya memiliki kemampuan
membimbing siswa menjadi berkarakter baik
4. Untuk masalah inkonsistensi dan kurangnya
keteladanan guru. Kepala sekolah berusaha
melakukan pembinaan agar para guru memiliki
konsistensi dan keteladanan yang baik dalam
berperilaku sehari-hari. Konsistensi dibutuhkan jika
ada siswa yang melanggar peraturan, agar semua
guru mengambil tindakan sesuai prosedur. Sedangkan
keteladanan dibutuhkan untuk memberikan contoh
konkrit kepada siswa.
5. Untuk kurangnya koordinasi komunikasi antara pihak
sekolah dengan orang tua siswa. Kepala sekolah
bersama stafnya melakukan koordinasi antara pihak
sekolah dengan orang tua siswa agar terjalin
komunikasi yang baik. Orang tua perlu disosialisasi
tentang implementasi pendidikan karakter melalui
guru BP/BK dan wali kelas sehingga orangtua siswa
menjadi ikut bertanggungjawab terhadap
implementasi pendidikan karakter.
6. Untuk masalah kurangnya fasilitas. Pihak sekolah
menambah fasilitas yang dapat memicu siswa menjadi
-
65
berkarakter, seperti penambahan tempat sepeda
siswa, penambahan ruang kelas yang berjumlah
sesuai jumlah kelas yang seharusnya, yaitu 45 ruang,
perbaikan laboratorium agar alatnya yang ada
didalamnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
siswa, penjagaan pintu masuk/keluar di SMK Negeri 1
Klaten, perlu diadakan tempat penitipan helm dan
handphone untuk siswa.
4.4.5. Tabulasi Implementasi Pendidikan Karakter
dan Hambatannya
Untuk membantu mempermudah memahami hasil
pelaksanaan pendidikan karakter, berikut ini disajikan
dalam bentuk tabel.
Tabel 4.
Tabulasi Implementasi Pendidikan Karakter
No Implementasi Hasil Masukan peneliti 1. Berdasarkan
pedoman
pendidikan
karakter
Nilai-nilai karakter
masuk dalam
silabus dan RPP
namun belum
semua mata
pelajaran normatif dan adaptif ada
Sebaiknya nilai-nilai
karakter
dimasukkan pada
silabus dan RPP
untuk semua mata
pelajaran yang diajarkan
Aplikasi dalam
proses
pembelajaran
belum dilakukan
oleh semua guru
Sebaiknya semua
guru menanamkan
nilai-nilai karakter
kepada siswa tidak
hanya melalui mata pelajaran yang
diampu tetapi juga
keteladanan dari
para guru
2. Berdasarkan teori
Edward 3
-
66
No Implementasi Hasil Masukan peneliti a. Komunikasi Penyampai pesan
adalah kepala
sekolah dan wakil kepala sekolah
(WKS1, WKS2,
WKS3, dan WKS4)
-
Isi pesan
disampaikan
tetapi keutuhan, kelengkapan dan
sistematika tidak
ada
Pesan tentang
pendidikan karakter
sebaiknya disampaikan dengan
jelas dan disertai
aturan yang tegas,
serta pengawasan
yang konsisten
Media dalam
menyampaikan pesan
menggunakan
moment rapat-
rapat sekolah
Sebaiknya dibuat
rapat khusus untuk membahas tentang
implementasi
pendidikan karakter
Belum semua
guru menyampaikan
pesan tentang
nilai-nilai karakter
kepada siswa,
sebagian besar
masih berfokus pada materi
Semua guru dan
elemen sekolah sebaiknya
menyampaikan nilai-
nilai karakter kepada
siswa baik melalui
pemberian informasi
maupun tindakan nyata (keteladanan)
b. Sumber daya Penyampai pesan
tidak konsisten
dan kontrol
kurang maksimal
Sebaiknya pesan
disampaikan secara
konsisten dan
dilakukan kontrol
secara berkala dan terjadwalkan
Ada beberapa
guru yang tidak
peduli dengan
karakter siswa
Sebaiknya semua
guru peduli terhadap
pelaksananan
pendidikan karakter,
karena semua
mempunyai kesempatan sama
Sumber informasi
masih perintah
lisan dan tidak
ada petunjuk
Sebaiknya ada
perintah tertulis dan
disertai petunjuk
pelaksanaannya
-
67
No Implementasi Hasil Masukan peneliti khusus
c. Kecenderungan Tidak semua guru
bersedia
menanamkan nilai-nilai karakter
kepada siswa
Sebaiknya semua
guru bersedia
menanamkan nilai-nilai karakter kepada
siswa
Guru kurang
kompak dan
kurang konsisten
dalam pelaksanaan
pendidikan
karakter
Sebaiknya guru
kompak dan
konsisten dalam
pelaksanaan pendidikan karakter
Terdapat
perbedaan
perilaku guru
dalam mengambil tindakan
Sebaiknya ada
kesamaan persepsi
dalam mengambil
tindakan
d. Struktur
birokrasi
Tidak ada tim
khusus yang
mengelola
pendidikan
karakter
Sebaiknya dibentuk
tim khusus yang
bertanggungjawab
atas pelaksanaan
pendidikan karakter
Tidak ada pedoman khusus
bagi guru tentang
pelaksanaan
pendidikan
karakter
Sebaiknya dibuat pedoman khusus
dan petugas khusus
Sumber: data diolah
Hambatan yang ditemui dalam implementasi
pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten disajikan
dalam bentuk tabel menjadi sbb:
Tabel 5.
Kendala dalam Pendidikan Karakter
No Kendala Solusi peneliti 1. Kurang koordinasi antar
warga sekolah
Koordinasi dilakukan secara
konsisten dan maksimal
2. Kurang kesadaran guru Meningkatkan kesadaran guru
-
68
No Kendala Solusi peneliti dengan pembinaan
3. Sikap guru masa bodoh Guru diikutsertakan dalam
pelatihan-pelatihan karakter
4. Inkonsistensi guru dan
kurang keteladanan
Dilakukan pembinaan terhadap
semua guru
5. Kurang komunikasi antara pihak sekolah
dengan orang tua siswa
Dilakukan koordinasi agar terjalin komunikasi yang baik
antara sekolah dengan orang tua
siswa. Perlu disosialisasi tentang
implementasi pendidikan
karakter kepada orang tua
6. Kurang fasilitas sekolah Pihak sekolah menambah fasilitas yang dibutuhkan untuk
lencarnya pelaksanaan
pendidikan karakter
Sumber: data diolah