bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 deskripsi...

21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Peneliian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro merupakan salah satu sekolah yang ada di Kota Gorontalo yang sebelumnya bernama TK Kihajar Dewantoro. Sekolah ini didirikan pada tanggal 1 agustus 1988 di bawah asuhan darma wanita Dikbud Kota Gorontalo dimana ketua yayasannya yakni ibu Dra Ha. Sartin Dunggio Monoarfa dengan kepala sekolahnya yakni ibu Silvoni Rahman. Namun pada tanggal 16 Januari 2006 nama sekolah ini berubah menjadi TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro dengan kepala sekolah yang baru yakni ibu Ha. Anitje Wahidji, S.Pd dan lokasi yang baru pula yaitu berada di kelurahan Limba U2 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. TK ini memiliki visi, misi, tujuan serta ikrar PAUD untuk menunjang kegiatan operasional pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini. Masing-masing akan dijelaskan berikut ini : a. Visi TK Terwujudnya seluruh aspek perkembangan anak dan secara optimal melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam proses pendidikan anak. b. Misi TK 1) Misi Pendidikan yaitu : Peserta didik dan warga masyarakat melalui perkembangan melalui efektif-normatif dalam kehidupan kehoranian dan yang terkuat dengan masa depan. 2) Misi Perkembangan yaitu : Memfasilitas perkembangan individu kearah pengembangan optimal melalui strategis upaya pengembangan individu pengembangan lingkungan bpelajar.

Upload: duongmien

Post on 17-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Peneliian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro merupakan salah satu sekolah yang ada di Kota

Gorontalo yang sebelumnya bernama TK Kihajar Dewantoro. Sekolah ini didirikan pada tanggal

1 agustus 1988 di bawah asuhan darma wanita Dikbud Kota Gorontalo dimana ketua yayasannya

yakni ibu Dra Ha. Sartin Dunggio Monoarfa dengan kepala sekolahnya yakni ibu Silvoni

Rahman. Namun pada tanggal 16 Januari 2006 nama sekolah ini berubah menjadi TK Negeri

Pembina Kihajar Dewantoro dengan kepala sekolah yang baru yakni ibu Ha. Anitje Wahidji,

S.Pd dan lokasi yang baru pula yaitu berada di kelurahan Limba U2 Kecamatan Kota Selatan

Kota Gorontalo. TK ini memiliki visi, misi, tujuan serta ikrar PAUD untuk menunjang kegiatan

operasional pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini. Masing-masing akan dijelaskan

berikut ini :

a. Visi TK

Terwujudnya seluruh aspek perkembangan anak dan secara optimal melalui tersedianya

pelayanan bantuan dalam proses pendidikan anak.

b. Misi TK

1) Misi Pendidikan yaitu : Peserta didik dan warga masyarakat melalui perkembangan

melalui efektif-normatif dalam kehidupan kehoranian dan yang terkuat dengan masa

depan.

2) Misi Perkembangan yaitu : Memfasilitas perkembangan individu kearah pengembangan

optimal melalui strategis upaya pengembangan individu pengembangan lingkungan

bpelajar.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

3) Misi pengembangan masalah, membantu dan memfasilitas pengetasan masalah individu

mengaku kepada kehidupan sehari-hari.

c. Tujuan TK

1) Mengembangkan dan menyalurkan minat, bakat anak dalam bidang jasmani dan

kesenian.

2) Anak didik yang cerdas, aktif dan kreatif.

3) Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana serta program pendidikan yang mendukung.

d. Sembilan Pilar Karakter yang Ada di TK

1) Kecintaan terhadap Tuhan dan ciptaannya

2) Kemandirian, disiplin dan tanggung jawab

3) Kejujuran, amanah dan dapat dipercaya

4) Hormat dan santun

5) Dermawan, suka menolong dan gotong royong (kasih sayang, kepedulian dan kerjasama)

6) Percaya diri, kreatif dan pekerja keras (Pantang Menyerah)

7) Kepedulian dan keadilan

8) Baik dan rendah hati

9) Toleransi dan cinta damai

Selanjutnya untuk melengkapi data penelitian ini, maka peneliti mendeskripsikan data-

data pendukung lainnya berupa stuktur kelembagaan TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro,

keadaan guru, jenis peserta didik, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya. Untuk

mempermudah pemahaman kita terhadap data pendukung tersebut, maka penulis akan sajikan

dalam bentuk tabel sebagaimana berikut ini :

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

a. Struktur Kelembagaan TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro

Struktur Kelembagaan TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo Tahun Pelajaran 2012/2013

b. Keadaan Guru

Tabel 4.1 Keadaan Guru di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro

NO NAMA NIP JABATAN STATUS MENGAJAR DI KELAS KET.

1 Ha. Anitje Wahidji, S.Pd

198610281 986032021 Guru Pembina PNS - Kepala

Sekolah

2 Salma Mohamad 196311181 986032010 Guru Pembina PNS Kelompok

Anggrek

3 Ha. Elwy Tangahu

195702171 987012001 Guru Pembina PNS Kelompok

Anthurium

4 Isnawati 196912011 Guru Dewasa PNS Kelompok

KOMITE Leksi Hasan, S.Pd

KEPALA TK Hj. Anitje Wahidji , S.Pd

YAYASAN

GURU KELOMPOK A Risna Mile, S.Pd

GURU KELOMPOK B1 Salma Mohamad

GURU PLAY GROUP Ha. Elwy Tangahu

GURU KELOMPOK B3 ISNAWATI LASIMPALA

GURU KELOMPOK B2 HASMITA BARUWADI, S.Pd

GURU NUR’AIN

GURU SRI DEWI

SISWA

MASYARAKAT

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

Lasimpala 989032008 Melati

5 Risna Mile S.Pd 196803042 005012006 Guru Muda PNS Kelompok

Mawar

6 Hasmita Baruwadi, S.Pd

196707102 006042013 Pratama PNS Kelompok

Nusa Indah

7 Sri Dewi - Guru honor - -

8 Nur’ain - Guru honor - -

Sumber : Profil TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo Tahun 2013

c. Jumlah Peserta Didik

Peserta didik atau anak didik adalah generasi penerus masa depan. Oleh karena itu,

kesadaran orang tua dalam menyekolahkan anak adalah faktor penting bagi kemajuan bangsa.

Berikut adalah tabel jumlah anak didik dalam tiga tahun terakhir sejak tahun 2012-2013.

Tabel 4.2 Keadaan Anak di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro

NO KELAS KELOMPOK UMUR

JUMLAH ANAK KET. PRIA WANITA

1 Anthurium 3-4 Tahun 10 orang 19 orang

2 Kelompok A Mawar 4-5 Tahun 16 orang 14 orang

3 Kelompok B Anggrek 5-6 Tahun 13 orang 20 orang

4 Kelompok B Nusa Indah 5-6 Tahun 16 orang 19 orang

5 Kelompok B Melati 5-6 Tahun 19 orang 15 orang

Sumber : Profil TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo Tahun 2013

d. Sarana dan Prasarana

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

Keberhasilan suatu penyelenggaraan tentunya tak lepas dari keberadaan sarana dan

prasarana itu sendiri. Sarana dan prasarana yang menjadi pendukung berlangsungnya pendidikan

agar berjalan dengan optimal.

Tabel 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana (Data Bangunan/Ruang Lainnya)

NO Jenis Bangunan Kondisi Ket. 1 Ruang Kepala Sekolah Baik 2 Ruang Guru Baik 3 Ruang UKS Baik 4 Ruang Tunggu Baik 5 Ruang Baca Baik 6 Dapur Baik 7 Gudang Baik 8 Ruang Sholat Baik 9 WC / Kamar Mandi Baik

Dari tabel sebelumnya dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang

ada di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo telah

berkembang dan digunakan secara efektif dalam menunjang proses pembelajaran sesuai

kebutuhan dan kondisi yang ada.

e. Data Buku Perpustakaan

Membaca buku adalah jendela dunia, jendela untuk menatap masa depan. Budaya

membaca buku sangat penting dikenalkan pada anak usia dini. Selain itu, buku juga menjadi

media pembelajaran bagi pendidik dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Berikut adalah data buku perpustakaan yang ada di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro

Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo.

Tabel 4.4 Data Buku Perpustakaan

No Judul Buku Jumlah Tahun Pengadaan

Kondisi Baik Rusak

1 Serigala 6 2008 √ 2 Kupu-kupu yang lucu 5 2008 √ 3 Cerda bermain matematika 6 2008 √

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

4 Majalah anak (Tiko) 100 2010 √ 5 Aku anak hebat 6 2010 √

6 Menggunting, menempel dan mewarnai 6 2010 √

7 Gara-gara mama 6 2010 √

8 Pengorbanan hewan kurban 6 2010 √

9 Belajar mewarnai pesawat tempur 6 2010 √

10 Ayo mengenal warna 6 2010 √ 11 Nyamuk nakal 6 2010 √ 12 Mentimun mas 10 2010 √ 13 Mengenal kata sifat 3 2010 √

Sumber : Profil TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo Tahun 2013

4.1.2 Hasil Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara objektif faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan emosi pada anak, maupun dalam faktor kondisi anak, konflik-

konflik dalam proses perkembangan, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan masyarakat

dan faktor lingkungan sekolah.

Terkait dengan hal tersebut peneliti mengajukan pertanyaan sesuai dengan indikator

penelitian yakni faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak usia 5-6 Tahun di

TK Negeri Pembina Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Data diperoleh melalui

wawancara dengan responden.

a. Faktor keadaan fisik (kondisi anak)

Untuk mengetahui secara objektif perkembangan emosi anak di TK Negeri Pembina

Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya, adapun pertanyaannya adalah “apakah keadaan fisik (kondisi anak) sangat

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

mempengaruhi pada perkembangan emosi anak ?” Berikut ini merupakan hasil dari

wawancara ;

“iya, karena anak yang mempunyai kekurangan (cacat fisik) dan ekonomi yang lemah, biasanya akan menjadi bahan tertawa anak-anak yang lainnya, sehingga anak tersebut merasa tersisihkan dengan teman-temannya yang lain. (AM, wawancara 2 juli 2013)

Informan lain menambahkan ; “iya, karena pada diri anak tersebut yang memiliki kekurangan sudah mengerti dan paham dengan keadaannya terlebih lagi jika anak tersebut melihat teman sebayanya yang berbeda dengan dirinya namun anak tersebut hanya terlihat biasa-biasa saja jika sedang bermain dengan teman-temannya. (SU, wawancara 3 juli 2013)

Informan dari guru kelas, menambahkan ; “pada umumnya anak yang memiliki kekurangan (kondisi fisik) karena adanya factor fisik yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti anak yang tidak bisa berbicara atau bisu namun anak tersebut hanya terlihat biasa saja”. (IL, wawancara 4 juli 2013) Informan dari kepala sekolah, menambahkan ; “alasannya karena anak yang memiliki fisik yang sesuai dengan orang-orang disekitarnya, biasanya emosinya berbeda dengan orang yang memiliki fisik yang normal. (AW, wawancara 5 juli 2013)

Informan lain menambahkan ; “karena jika kondisi anak yang kurang normal ketika teman-temannya sedang bermain anak tersebut akan menghindar karena dia merasa tersisihkan jadi keadaan fisik anak sangat berpengaruh pada perkembangan emosi anak. (AY, wawancara 6 juli 2013) Informan dari masyarakat, menambahkan ; “iya, pasti sangat berpengaruh karena di saat kondisi diri anak lemah atau cacat fisik maka dalam melakukan suatu aktivitas akan terganggu, sehingga akan berpengaruh pada perkembangan emosi anak tersebut. (FA, wawancara 7 juli 2013)

Berdasarkan pernyataan para informan di atas, maka kesimpulan awal yang dapat

dirumuskan adalah faktor kondisi anak dapat menjadi faktor mempengaruhi perkembangan

emosi anak TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

b. Faktor keadaan diri (intelegensi)

Selanjutnya untuk memperoleh informasi peneliti mengajukan pertanyaan kedua “apakah

faktor keadaan diri (intelegensi) dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak ?” Berikut ini

tanggapan yang diperoleh dari orang tua, guru dan masyarakat ;

“iya sangat mempengaruhi juga, karena jika emosi anak itu tinggi biasanya anak marah-marah jika berada dalam kelas bahkan dia akan melempar-lempar pensil atau mencoret-coret buku yang dia miliki dan itu biasanya menjadi pelampiasan emosi anak maka dari itu keadaan diri (intelegensi) sangat mempengaruhi perkembangan emosi pada anak. (AM, wawancara 2 juli 2013)

Informan lain menambahkan ; “karena jika anak tersebut melihat dari keadaan dirinya yang kurang baik (kurang sempurna) maka anak tersebut akan merasa minder atau malu jika ingin bergabung dengan teman-temannya saat akan bermain. (SU, wawancara 3 juli 2013) Informan dari guru kelas, menambahkan ; “iya, karena di kelas ini tidak ada anak yang idiot semuanya rata-rata normal jadi kalau seandainya ada anak yang seperti itu dia pasti sangat mempengaruhi emosinya karena anak tersebut merasa kurang pada dirinya maka anak tersebut biasanya akan menyendiri, karena di kelas ini rata-rata normal jadi keadaan diri anak seperti itu tidak ada dikelas ini. (IL, wawancara 4 juli 2013) Informan dari kepala sekolah, menambahkan ; “karena jika keadaan diri pada anak yang tidak normal anak tersebut hanya bisa diam dan hanya bisa melihat teman-temannya yang sedang bermain sehingga guru yang ada dikelas tersebut hanya bisa menghiburnya dengan mengajak anak tersebut bercerita. (AW, wawancara 5 juli 2013) Informan lain menambahkan ; “jika anak merasa dirinya terancam maka perkembangan emosinya tidak akan berjalan dengan seimbang. (AY, wawancara 6 juli 2013) Informan dari masyarakat, menambahkan ; “iya tentu berpengaruh karena di saat anak ingin bergabung bermain bersama dengan teman sebayanya kemudian teman sebayanya mengejeknya, maka anak tersebut akan merasa tersisihkan dan itu dapat berpengaruh pada perkembangan emosi anak. (FA, wawancara 7 juli 2013)

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

c. Gangguan-gangguan perkembangan emosi pada anak

Demikian pula, untuk memperoleh informasi lebih lanjut peneliti kembali mengajukan

pertanyaan “apakah proses perkembangan anak dapat menyebabkan gangguan-gangguan

perkembangan pada anak ?” Berikut ini jawaban yang diperoleh dari orang tua, seorang guru dan

masyarakat ;

“iya, karena ketika anak yang masih dalam masa perkembangan biasanya sering terjadi gangguan-gangguan yang akan terjadi seperti anak yang sering sakit, sehingga anak tersebut tidak bersemangat dalam beraktifitas dan itu juga dapat menghambat pertumbuhan pada anak. (AM, wawancara 2 juli 2013) Informan lain menambahkan ; “karena jika proses perkembangan anak terganggu maka anak tersebut tidak dapat berkembang dengan baik, gangguan tersebut berupa nutrisi pada otak misalnya tidak adanya stimulus yang dapat mengembangkan pola pikir anak, maka anak tersebut jelas akan mengalami keterlambatan dalam berfikir. (SU, wawancara 3 juli 2013) Informan dari guru kelas, menambahkan ; “karena jika proses perkembangan anak tidak normal jelas perkembangannya juga tidak normal itulah yang menyebabkan gangguan-gangguan perkembangan pada anak tetapi selama stimulasi yang diberikan itu stimulasi yang positif jelas gangguan perkembangan anak akan sedikit/kecil”. (IL, wawancara 4 juli 2013) Informan dari kepala sekolah, menambahkan ; “karena jika proses perkembangan anak mengalami gangguan maka perkembangannya tidak akan berjalan dengan baik, salah satu contohnya adalah pada bagian otak. (AW, wawancara 5 juli 2013) Informan lain menambahkan ; “iya, karena bila anak yang mempunyai gangguan pada perkembangannya (kurang gizi) jelas perkembangan emosinya akan timbul dan anak tersebut tidak akan bersemangat dalam beraktivitas. (AY, wawancara 6 juli 2013) Informan dari masyarakat, menambahkan ; “karena pada masa perkembangan anak banyak gangguan yang terjadi seperti asupan gizi anak setiap hari apakah sudah terpenuhi atau tidak, ketika asupan gizi tidak terpenuhi maka anak tersebut akan banyak mengalami gangguan pada perkembangannya. (FA, wawancara 7 juli 2013)

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

Berdasarkan penuturan ketiga informan di atas dapat dimaknai bahwa, perkembangan

emosi pada anak akan mengikuti perkembangan usia kronologisnya. Artinya bahwa,

perkembangan emosi pada anak selalu mengikuti dan berkembang sesuai dengan perkembangan

dan pertambahan usianya. Namun gejala pertama perilaku emosional dapat dilihat dari

keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi anak yang kuat.

d. Perubahan dalam aspek fisik usia prasekolah dalam perkembangan emosi anak

Selanjutnya, untuk memperoleh informasi lebih lanjut peneliti kembali mengajukan

pertanyaan “apakah perubahan dalam aspek fisik usia prasekolah dapat mempengaruhi

perkembangan emosi pada anak ?” Berikut ini tanggapan dari orang tua, seorang guru dan

masyarakat ;

“karena kalau memang aspek fisik anak itu dari sejak kecil manja atau cengeng dan terbiasa bersama dengan orang tuanya bahkan sampai tidak mau lepas dari ibunya maka ketika berada disekolah anak tersebut akan mulai beradaptasi atau bermain dengan teman-temannya maka kebiaasaan anak yang manja dan cengeng itu akan mengurang atau hilang. (AM, wawancara 2 juli 2013) Informan lain menambahkan ; “karena aspek fisik sangatlah berpengaruh pada perkembangan emosi anak, dimana ketika anak dalam masa pertumbuhan maka akan ada perubahan pada dirinya misalnya berat badan, jadi anak tersebut akan merasa sulit berakativitas terutama kejar-kejaran dengan temannya sehingga akan timbul emosi pada dirinya. (SU, wawancara 3 juli 2013) Informan dari guru kelas, menambahkan ; “pada umumnya aspek fisik usia prasekolah itu dilihat dari postur (bentuk) tubuh anak, tapi biasanya pada anak postur tubuh itu tidak terlalu berpengaruh, namun kebanyakan anak yang sudah kelihatan besar akan terlihat seperti anak SD, jadi untuk perubahan dalam aspek fisik usia prasekolah menurut ibu tidak berpengaruh pada emosi anak karena walaupun fisik mereka besar tapi perkembangan mereka itu akan sesuai dengan umur mereka jadi tidak ada aspek fisik bisa mengganggu perkembangan emosi pada anak. (IL, wawancara 4 juli 2013)

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

Informan dari kepala sekolah, menambahkan ; “karena biasanya jika anak sudah merasa siap untuk sekolah apalagi jika ia melihat teman sebayanya sudah sekolah, maka ia akan meminta untuk segera sekolah sekalipun umurnya belum cukup untuk masuk dibangku sekolah. (AW, wawancara 5 juli 2013) Informan lain menambahkan ; “karena aspek fisik pada anak akan berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan pada anak jadi jika perkembangannya baik maka perkembangan emosi anak juga akan lebih baik. (AY, wawancara 6 juli 2013) Informan dari masyarakat, menambahkan ; “iya tentu berpengaruh, karena anak ini sudah mengalami pertumbuhan sehingga sudah banyak perubahan pada diri anak tersebut, maka sangatlah berpengaruh pada perkembangan emosi pada anak. (FA, wawancara 7 juli 2013)

Berdasarkan penuturan informan di atas dapat dipahami bahwa, anak dalam aspek fisik

merupakan perubahan yang sangat bertarti dalam pertumbuhan anak terutama pada perubahan

pada diri anak dan pada organ-organ tubuh lainnya juga sangat berpengaruhi terhadap

pertumbuhan dan perkembangan emosi anak.

e. Perubahan dalam aspek psikis usia sekolah dalam perkembangan emosi anak

Selanjutnya, terkait dengan aspek psikis usia sekolah maka peneliti kembali mengajukan

pertanyaan “apakah perubahan dalam aspek psikis usia sekolah dapat mempengaruhi

perkembangan emosi pada anak ?” Berikut ini penuturan orang tua, masyarakat dan guru ;

“biasanya anak yang baru masuk sekolah tk ketika masih di kelompok a anak tersebut tidak suka menulis namun ketika berada di kelompok b anak tersebut sudah mulai suka menulis atau mulai rajin menulis karena mungkin anak itu melihat teman-temannya yang lain sering di puji atau diperhatikan oleh guru maka anak itu mulai mengikutinya. (AM, wawancara 2 juli 2013)

Informan lain menambahkan ; “karena ketika anak sedang belajar dan ada sesuatu yang anak tersebut tidak ketahui maka anak tersebut akan mengganggu teman yang lainnya dan dari situlah akan timbul emosi pada anak tersebut. (SU, wawancara 3 juli 2013)

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

Informan dari guru kelas, menambahkan ; “bisa dibilang relevan karena bisa juga dikatakan sangat berpengaruhi, tapi bisa juga di katakan tidak karena biasanya kalau di sekolah tergantung dari pendekatan guru dan anak sedangkan kalau dirumah pendekatan orang tua dan anak kalau memang bisa mendekati anak dengan sesuai usia anak dan tidak membeda-bedakan mereka seperti apa maka semuanya akan berjalan normal. (IL, wawancara 4 juli 2013) Informan dari kepala sekolah, menambahkan ; “karena aspek tersebut merupakan aspek penting yang dapat berpengaruh pada perkembangan emosi anak, jika sekolah tidak mengasuh dan melatih perkembangan anak dalam aspek ini maka pola pikir dan ingatannya tidak akan berkembang. (AW, wawancara 5 juli 2013) Informan lain menambahkan ; “karena aspek psikis pada anak yang usia sekolah pola pikir mereka masih bagus sehingga anak tersebut jika berada disekolah sangatlah senang jika diberikan tugas dan di ajak bercerita sambil bertanya jawab. (AY, wawancara 6 juli 2013) Informan dari masyarakat, menambahkan ; “iya jelas sangat berpengaruh karena biasanya anak yang cara berpikirnya tidak normal banyak teman-teman sebayanya yang mengejek anak tersebut sehingga anak ini akan merasa tersisihkan dari teman-temannya. (FA, wawancara 7 juli 2013)

Berdasarkan hasil penuturan informan di atas dapat disimpulkan bahwa, dari perubahan

aspek psikis usia sekolah sangatlah penting pendekatan antara orang tua dan anak sebab semakin

bertambahnya usia anak maka kemampuan berfikir anak atau proporsi tubuh anak berubah sesuai

dengan fase perkembangannya.

f. Faktor lingkungan keluarga

Selanjutnya, terkait dengan aspek fisik dan aspek psikis anak maka peneliti mengajukan

kembali pertanyaan “apakah faktor lingkungan keluarga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak ?” Berikut ini jawaban yang diperoleh dari orang tua, seorang guru dan

masyarakat :

“karena dalam masa perkembangan dan pertumbuhan anak, biasanya anak mengikuti tingkah laku orang tuanya, jadi secara otomatis anak akan mengikuti tingkah laku orang yang ada disekitarnya salah satunya di lingkungan keluarga, sehingga sebagai orang tua dan keluarga

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

harus memberikan contoh yang baik pada anak, dan keluarga adalah merupakan pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. (AM, wawancara 2 juli 2013)

Informan lain menambahkan ; “iya, sangat mempengaruhi karena lingkungan keluarga merupakan titik awal dari masa pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut sehingga jika kita sebagai orang tua atau keluarga menanamkan kebiasaan atau perilaku yang buruk maka anak tersebut akan mengikutinya. (SU, wawancara 3 juli 2013)

Informan dari guru kelas, menambahkan ; “karena jika anak berada diluar sekolah jelas anak berada dalam tanggung jawab keluarga terutama orang tua sehingga jika dalam pertumbuhan (gizi) yang kurang, pertumbuhan anak tidak akan normal tetapi jika dalam perkembangan anak orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan anaknya maka tidak akan baik perkembangannya”. (IL, wawancara 4 juli 2013)

Informan dari kepala sekolah, menambahkan ; “iya sangatlah berpengaruh, karena keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam membimbing anak jadi jika dalam lingkungan keluarga yang selalu bertengkar dan anak tersebut mendengarnya jelas anak tersebut pasti akan mengikutinya. (AW, wawancara 5 juli 2013)

Informan lain menambahkan ; “karena lingkungan keluarga merupakan faktor penting dan yang pertama dalam mengajarkan pola pengasuhan yang baik pada pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. (AY, wawancara 6 juli 2013) Informan dari masyarakat, menambahkan ; “karena dalam lingkungan keluarga mempunyai pola pikir berbeda-beda dalam mengasuh anak, ada yang keras pada anak dan ada juga yang tidak maka ketika anak tersebut ini diajarkan dengan yang tidak bagus maka anak ini akan mengikutinya. (FA, wawancara 7 juli 2013)

Dari pendapat orang tua dan guru tersebut menggambarkan bahwa keluarga adalah

merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan emosi anak-anak, dan jika

pertumbuhan dan belajar anak dalam keluarga tidak memadai maka penyesuaian emosi

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

berikutnya juga akan terhambat bahkan mungkin mendapat beberapa gangguan pada anak

tersebut.

g. Faktor lingkungan masyarakat

Untuk memperoleh informasi lebih lanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan “apakah

faktor lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi perkembangan emosi pada anak ?”

Tanggapan yang diperoleh dari orang tua, guru dan masyarakat adalah sebagai berikut :

“sangat berpengaruh karena anak biasanya sering beradaptasi dengan masyarakat dan mulai bergurau dengan masyarakat yang ada disekitar lingkungan rumahnya sehingga akan timbul emosional pada anak tersebut. (AM, wawancara 2 juli 2013) Informan lain menambahkan ; “karena jika anak-anak berada dilingkungan masyarakat dan akan bertemu dengan teman-temannya maka anak-anak tersebut pasti akan bermain dan pasti akan terjadi perebutan mainan, sehingga perkembangan emosi pada anak akan timbul. (SU, wawancara 3 juli 2013) Informan dari guru kelas, menambahkan ; “iya, jelas faktor lingkungan masyarakat sangat berpengaruh dengan perkembangan anak, misalnya anak tersebut tinggal dilingkungan masyarakat yang bisa dikatakan tempat yang awam (yang tidak terawat) sehingga emosi anak menjadi begitu tinggi karena semua itu dari faktor lingkungan masyarakat sehingga sangat berpengaruh sekali pada perkembangan anak”. (IL, wawancara 4 juli 2013) Informan dari kepala sekolah, menambahkan ; “karena lingkungan masyarakat adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak. Dengan adanya interaksi antara anak dan masyarakat sekitar maka anak tersebut biasanya meniru sifat dan perilaku orang tersebut. (AW, wawancara 5 juli 2013) Informan lain menambahkan ; “karena anak tersebut jika berada dirumah pasti akan bersama-sama dengan masyarakat yang ada di lingkungannya dan anak pasti akan beradaptasi dengan masyarakat tersebut sehingga ketika anak melihat teman-temannya yang berkelahi anak tersebut pasti akan menirunya dan itu akan berpengaruh pada perkembangan emosi pada anak. (AY, wawancara 6 juli 2013) Informan dari masyarakat, menambahkan ;

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

“iya, sangat berpengaruh karena anak tersebut biasanya tidak suka mainannya diambil/dipegang oleh orang lain, maka anak ini pasti akan marah dan emosinya akan timbul. (FA, wawancara 7 juli 2013)

Berdasarkan hasil penuturan informan di atas maka peneliti berasumsi bahwa dalam

faktor lingkungan masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap tingkah laku serta

perkembangan emosi dan pribadi anak, dan kondisi lingkungan masyarakat yang dapat

mempengaruhi emosi pada anak adalah daerah yang terlalu padat, daerah yang memiliki angka

kejahatan yang tinggi serta tidak adanya aktivitas-aktivitas yang diorganisasi dengan baik untuk

anak-anak.

h. Faktor lingkungan sekolah (gangguan tingkah laku pada anak)

Lebih lanjutnya lagi untuk memperoleh informasi peneliti mengajukan pertanyaan

“apakah faktor lingkungan sekolah dapat menyebabkan tingkah laku pada anak ?” Dapat disimak

melalui penuturan dari orang tua, guru dan masyarakat adalah sebagai berikut :

“iya dapat menyebabkan tingkah laku pada anak, karena sekolah adalah wadah pendidikan yang mengajarkan berbagai macam pembelajaran pada anak baik secara metode pembelajaran dan pada kehidupan sehari-hari anak, dan dari sekolah itu sendiri pemikiran anak akan terbuka, dan anak juga sudah mulai tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena apabila anak di didik dengan baik maka selama itu pula anak akan menjadi baik dan di lingkungan sekolah lah tingkah laku anak telah dilatih. (AM, wawancara 2 juli 2013)

Informan lain menambahkan ; “iya, karena biasanya jika anak pulang dari sekolah pasti anak tersebut akan bercerita dan menirukan apa yang telah ibu guru berikan kepada anak saat berada disekolah atau dalam kelas, sehingga faktor lingkungan sekolah sangatlah menyebabkan tingkah laku pada anak. (SU, wawancara 3 juli 2013) Informan dari guru kelas, menambahkan ; “walaupun waktu anak begitu sedikit jika berada disekolah tetapi sangat mempengaruhi pada tingkah laku anak maka disitulah pembentukan perilaku anak mulai tidak mantap, karena jika berada dirumah kebanyakan orang tua tidak mempunyai banyak waktu untuk anak tidak seperti halnya jika berada disekolah, maka disekolah tingkah laku anak telah dilatih”. (IL, wawancara 4 juli 2013)

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

Informan dari kepala sekolah, menambahkan ; “karena masa perkembangan anak itu akan terlihat pada saat dia masuk sekolah dan terkadang ada anak yang lebih nampak tingkah lakunya yang baik maupun yang buruk jika berada disekolah sebab sekolah anak banyak berinteraksi dengan teman-teman maupun guru-guru. (AW, wawancara 5 juli 2013) Informan lain menambahkan ; “iya, karena jika di sekolah anak paling banyak bermain dengan teman-temannya sehingga lingkungan sekolah sangatlah dapat menyebabkan tingkah laku pada anak tersebut dan sangat berpengaruh pada perkembangan emosi pada anak. (AY, wawancara 6 juli 2013) Informan dari masyarakat, menambahkan ; “iya, jika anak mendapat perlakuan baik atau tidak di sekolah maka hal tersebut akan berpengaruh tingkah laku pada anak baik tidaknya tingkah laku anak tergantung apa yang dia dapat dan pelajari salah satunya melalui sekolah tersebut. (FA, wawancara 7 juli 2013)

Berdasarkan pendapat dari orang tua dan guru tersebut dapat digambarkan bahwa

lingkungan sekolah adalah yang dapat menimbulkan tingkah laku pada anak seperti hubungan

harmonis antara guru dan anak, hubungan yang kurang harmonis dengan teman-temannya karena

orang yang terdekat dengan anak di lingkungan sekolah adalah guru dan teman-temannya.

i. Hubungan anak dengan guru jika berada disekolah

“hubungan anak dengan guru jika disekolah baik karena bisa dibilang juga seperti hubungan orang tua dan anaknya dan guru tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan anak yang lainnya semuanya sama dan disitulah juga guru mengajar dan membimbing anak tersebut dengan baik. (AM, wawancara 2 juli 2013)

Informan lain menambahkan ; “hubungan anak dengan guru ketika di sekolah sangat baik karena ketika di sekolah atau berada dalam kelas anak tersebut (bisa dikatakan cerdas) maka saat belajar anak tersebut sangat dekat dengan gurunya tetapi guru yang ada dikelas tersebut tidak pernah membeda-bedakan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya semuanya dinilai oleh guru sama. (SU, wawancara 3 juli 2013) Informan dari guru kelas, menambahkan ; “kalau di kelas ini hubungan guru dan anak sangat baik, dan guru tidak membeda-bedakan anak, apakah dia dari golongan mana, ekonomi yang rendah atau ekonomi yang tinggi atau

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

yang elit, disini guru menganggap semuanya sama dari pembelajarannya dan pelayanan guru terhadap anak-anak. (IL, wawancara 4 juli 2013) Informan dari kepala sekolah, menambahkan ; “baik, dan harus baik karena jika tidak anak akan merasa takut dan tidak nyaman jika pergi ke sekolah apalagi jika berada di dalam kelas. (AW, wawancara 5 juli 2013) Informan lain menambahkan ; “hubungan anak jika berada di sekolah sangatlah baik dan sangatlah terbuka dengan seorang guru atau pendidik yang ada di sekolah tersebut. (AY, wawancara 6 juli 2013) Informan dari masyarakat, menambahkan ; “hubungan antara guru dan anak terjalin dengan baik, karena tugas guru adalah membimbing murid-muridnya dengan baik. (FA, wawancara 7 juli 2013)

Dengan pernyataan dari informan tersebut, maka peneliti mengasumsikan bahwa

hubungan guru dan anak sangatlah penting dalam membimbing atau mengasuh anak jika berada

di sekolah. Dan guru juga harus dapat memberikan pelatihan dan pendidikan kepada anak didik

agar dapat mengembangkan emosinya ke hal-hal yang positif.

j. Hubungan anak dengan teman-teman jika berada disekolah “pada umumnya hubungan anak dengan teman-temannya biasa saja, dan anak tersebut sering bermain bersama-sama dan belajar bersama-sama bahkan saling pinjam barang atau mainan terhadap temannya. (AM, wawancara 2 juli 2013)

Informan lain menambahkan ; “hubungan anak tersebut dengan teman-temannya sangat baik, karena ketika saat belajar anak tersebut akan membantu dan meminjamkan barang yang temannya tidak punya, begitu pula saat bermain dia sangat dekat dengan teman-temannya bahkan ketika temannya yang tidak membawa bekal (makanan) anak tersebut akan berbagi dengan temannya itu. (SU, wawancara 3 juli 2013)

Informan dari guru kelas, menambahkan ; “begitu pula hubungan anak dengan teman-temannya, karena anak-anak jika dengan teman-temannya pada umumnya emosi mereka baik jadi tidak ada saling meremehkan atau mengejek satu sama lain, bahkan mereka saling membantu atau tolong menolong jadi sifat egoisme pada anak itu tidak ada. (IL, wawancara 4 juli 2013)

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

Informan dari kepala sekolah, menambahkan ; “sangatlah baik, karena anak tersebut sangat akrab dengan teman-temannya bahkan ketika salah satu temannya yang tidak membawa bekal untuk makan maka anak tersebut akan memberikannya dan anak tersebut akan mengajaknya makan bersama. (AW, wawancara 5 juli 2013) Informan lain menambahkan ; “baik, karena anak tersebut memiliki sikap yang mau berbagi dan tidak membeda-bedakan temannya. (AY, wawancara 6 juli 2013) Informan dari masyarakat, menambahkan ; “hubungan anak teman-temannya sangatlah baik dan tersebut saling berbagi dengan teman-temannya dan sangat akur jika sedang bermain bersama-sama. (FA, wawancara 7 juli 2013)

Dari hasil penelitian diatas yang dikolaborasikan dengan observasi peneliti dilapangan,

maka peneliti berasumsi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak

usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota

Gorontalo adalah (a) faktor keadaan fisik (keadaan anak), (b) faktor keadaan diri (intelegensi),

(c) gangguan-gangguan perkembangan emosi pada anak, (d) perubahan dalam aspek fisik usia

prasekolah dalam perkembangan emosi anak, (e) perubahan dalam aspek fisik usia sekolah

dalam perkembangan emosi anak, (f) faktor lingkungan keluarga, (g) faktor lingkungan

masyarakat, (h) faktor lingkungan sekolah (gangguan tingkah laku pada anak), (i) hubungan anak

dengan guru jika berada di sekolah, (j) hubungan anak dengan teman-teman jika berada di

sekolah, sangat perlu di perhatikan baik melalui contoh keteladanan orang tua, guru, dan orang

dewasa yang ada disekitar kehidupan anak, maupun melalui bimbingan secara intesif dalam

bentuk proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap guru dan orang

tua di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro dapat disimpulkan bahwa cacat tubuh ataupun

yang dianggap oleh diri anak sebagai sesuatu kekurangan pada dirinya dan sangat mempengaruhi

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

perkembangan emosinya, dampak yang muncul pada anak akibat keadaan dirinya tersebut, pada

tingkatan tertentu akan menjadi sangat membahayakan terutama pada saat anak mengidentifikasi

diri dan menemukan bahwa hal tersebut merupakan faktor nyata yang dianggap dapat

meremehkan dirinya dalam lingkunganya.

Hal tersebut akan semakin mempengaruhi jika lingkungan secara nyata menghindari

dirinya dan memberikan reaksi penolakan. Tindakan preventif yang utama adalah membangun

kesadaran bahwa kekurangan yang utama adalah suatu kewajaran, dan semua anak atau orang

yang pasti memiliki kekurangan, hanya yang berbeda adalah letak dan bagian mana kekurangan

itu berada. Jika kesadaran terbangun maka harus diikuti dengan membangkitkan semangat anak

untuk berperan kembali di dalam lingkungannya, bahkan diarahkan untuk dapat berpartisipasi

serta berkompetisi sesuai dengan kemampuan dan keberadaan dirinya.

Menurut Goleman (2005:35) perkembangan emosi anak adalah suatu tingkat kepandaian

dalam memahami emosi orang lain dan mengatur emosinya sendiri, seperti misalnya mampu

memotivasi diri sendiri dan tahan menghadapi rasa frustasi, mengontrol gerak hati dan menunda

kegembiraan, mengatur untuk berpikir, berempati (mampu membayangkan dan merasakan

perasaan orang lain). Pada anak usia ini, kosa kata anak yang berhubungan dengan emosi

meningkat secara bertahap, sehingga mereka mengenal lebih banyak variasi ekspresi orang lain,

bersamaan dengan itu anak juga belajar ekspresi emosi dirinya.

Perkembangan emosi pada anak usia dini mengikuti pola tertentu sesuai pola yang

berkembang dalam kelompok sosial dan kehidupannya. Pola perilaku emosional anak masa ini,

meliputi marah, takut, gembira, sedih, cemburu, dan kasih sayang. Ada kemungkinan anak usia

5-6 tahun menunjukkan sejumlah perilaku agresif. Hal ini normal dan dapat terjadi karena ia

masih belajar membedakan antara bersikap tegas (dengan meminta secara jelas apa yang ia

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

inginkan) dan bersikap agresif (dengan cara mengambil apapun yang ia inginkan tanpa

mengindahkan perasaan orang lain). Ia juga akan menyadari bahwa perasaan frustasi sulit

ditangani sehingga cenderung bereaksi secara fisik, seperti memukul atau merusak.

Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa orang tua dan guru dalam

mengoptimalisasikan perkembangan emosi anak perlu dilakukan sejak dini dengan

menggunakan pendekatan santun, sabar, serta memahami apa yang menjadi keluhan dan

kebutuhan anak. Di samping itu, penciptaan lingkungan kehidupan anak yang kondusif serta

memilih teman sebaya yang baik untuk dijadikan teman bermain harus menjadi perioritas utama

dalam kehidupan anak.

Berdasarkan uraian tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu diberikan penegasan

untuk diperhatikan oleh orang tua dan guru dalam meminimalisir perkembangan emosi anak usia

5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo

yaitu :

a. Orang tua harus mempunyai pengetahuan yang cukup dan sangat baik dalam mengasuh

dan membimbing anak

b. Orang tua harus intensif melakukan perilaku-perilaku positif agar anak bisa

meneladaninya

c. Karakteristik anak sangat berbeda-beda, itulah sebabnya orang tua harus mempunyai

pengetahuan tentang psikologi anak agar dalam pemberian bimbingan terhadap anak

dapat berkesesuaian dengan tingkat perkembangan dan intelegensinya

d. Anak adalah individu yang butuh sentuhan kasih sayang dan perhatian penuh dari orang

tua, oleh karenanya dalam memberikan bimbingan terhadap anak, orang tua harus lebih

bersifat santun dan tidak otoriter.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1146/10/2013-2-86207-153409020-bab4... · yang tidak normal seperti adanya gangguan berbahasa dalam arti

e. Guru harus dapat mengoptimalkan kegiatan pembelajarannya terutama dalam mendidik

anak yang bersifat afektif dan psikomotorik.

Dengan demikian peneliti juga mengemukakan adalah jika orang tua dapat

mengoptimalkan perannya dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan

keagamaan, maka kepribadian anak akan terbentuk secara sempurna terutama menjadi insan

yang berguna untuk bangsa dan negara.