bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. gambaran … · 2017. 5. 4. · benda misalnya didorong...

30
42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga. Adapun subyek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 40 siswa, yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. 4.2. Deskripsi Awal Berdasarkan data yang diperoleh menunjukan bahwa skor ulangan harian siswa kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 05 Salatiga masih di bawah KKM. Hal ini ditunjukan dari rekapitulasi hasil penilaian ulangan harian siswa. Sebagian siswa masih mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu dengan nilai KKM 70 peserta didik hanya mampu mencapai rata-rata 67,625, dengan 24 siswa yang belum tuntas dan hanya 16 siswa yang tuntas sesuai dengan KKM yang ditentukan Table 4.1 Ketuntasan Belajar Pra Siklus Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 5 Salatiga Dari table 4.2 dapat ditemukan siswa yang mencapai ketuntasan belajar ≥ KKM 70 sebanyak 16 siswa (40%), dan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar atau < 70 sebanyak 24 siswa (60%). No. Nilai KKM (70) Ketuntasan Keterangan Frekuensi Persentase 1 ≥ 70 16 40 % Tuntas 2 < 70 24 60 % Tidak Tuntas Jumlah 40 100%

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 42

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga. Adapun subyek

    penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga tahun ajaran

    2015/2016 dengan jumlah siswa 40 siswa, yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 18

    siswa perempuan.

    4.2. Deskripsi Awal

    Berdasarkan data yang diperoleh menunjukan bahwa skor ulangan harian

    siswa kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 05 Salatiga masih di bawah KKM. Hal ini

    ditunjukan dari rekapitulasi hasil penilaian ulangan harian siswa. Sebagian siswa masih

    mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu dengan nilai KKM 70

    peserta didik hanya mampu mencapai rata-rata 67,625, dengan 24 siswa yang belum tuntas

    dan hanya 16 siswa yang tuntas sesuai dengan KKM yang ditentukan

    Table 4.1

    Ketuntasan Belajar Pra Siklus Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4

    SD Negeri Sidorejo Lor 5 Salatiga

    Dari table 4.2 dapat ditemukan siswa yang mencapai ketuntasan belajar ≥ KKM 70

    sebanyak 16 siswa (40%), dan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar atau < 70

    sebanyak 24 siswa (60%).

    No. Nilai KKM (70) Ketuntasan Keterangan

    Frekuensi Persentase

    1 ≥ 70 16 40 % Tuntas

    2 < 70 24 60 % Tidak Tuntas

    Jumlah 40 100%

  • 43

    Dan rendahnya skor rata-rata kelas yang hanya mencapai 67,625 dan masih di bawah

    KKM 70. Melihat tingkat ketuntasan belajar yang masih rendah, maka peneliti akan

    melakukan sebuah penelitian tindakan kelas sesuai dengan rancangan peneitian yang telah

    diuraikan pada bab sebelumnya.

    Dalam penelitian tersebut peneliti akan menerapkan model kooperative learning

    tipe Think Pair Share (TPS), yang akan diterapkan melalui dua siklus yaitu pada materi

    Gaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 pada mata pelajaran IPA semester II.

    Hal ini dapat disampaikan melalui diagram 1.

    Diagram 1

    Ketuntasan Nilai Hasil Belajar Siswa Pra Siklus Mata Pelajaran IPA

    Kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 05 Salatiga

    Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga

    4.3 Pelaksanaan Penelitian

    4.3.1. Pelaksanaan Siklus I

    Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan masing-masing

    alokasi waktu per pertemuan dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Adapun indikator

    pada siklus I adalah sebagai berikut:

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    Tidak Tuntas Tuntas

    60%

    40%

    Tingkat Ketuntasan Belajar Pra Siklus

    Tidak Tuntas

    Tuntas

  • 44

    a. Mengidentifikasi gaya berdasarkan sumber tenaganya.

    b. Mengidentifikasi factor- factor yang mempengaruhi gerak benda,

    misalnya jatuh bebas akibat gravitasi, gerak dilantai yang datar karena

    dorongan.

    c. Mendemonstrasikan cara menggerakkan benda misalnya didorong dan

    dilempar.

    4.3.1.1. Perencanaan Siklus I

    Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan beberapa persiapan atau hal yang

    akan dilakukan dalam penelitian, yaitu:

    a. Menetapkan tempat yang akan digunakan dalam penelitian yaitu SDN

    Sidorejo Lor 05 Salatiga.

    b. Peneliti mengidentifikasi data dari observasi dan wawancara guru kelas 4

    dan dari pihak kepala sekolah.

    c. Menentukan titik fokus penelitian (menggunakan model pembelajaran TPS

    (Think Pair Share), dalam mata pelajaran IPA kelas 4.

    d. Peneliti menetapkan Standar Kompetensi (SK) yang akan dikaji, yaitu

    memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda.

    Menetapkan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dikaji, yaitu menyimpulkan

    hasil percobaan bahwa gaya (dorongan atau tarikan) dapat mengubah gerak

    suatu benda.

    e. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA

    dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dalam

    dua kali pertemuan.

    f. Menyiapkan kisi-kisi soal mengenai materi gaya dapat merubah gerak

    benda.

    g. Membuat Tabel lembar observasi bagi guru dan siswa selama pembelajaran

    mata pelajaran IPA berlangsung.

  • 45

    4.3.1.2. Tindakan Siklus I

    a. Pertemuan I

    Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 28 Maret

    2016 selama dua jam pelajaran. Adapun rincian kegiatan yang peneliti lakukan

    adalah:

    (1) Kegiatan Awal

    Pada saat di dalam kelas guru menyiapkan segala alat dan bahan untuk

    mengajar, serta menyapa siswa, untuk memulai pembelajaran guru

    mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa. Guru juga menyiapkan

    materi yang akan diajarkan pada hari itu, yaitu tentang mengidentifikasi gaya

    berdasarkan sumber tenaganya serta mengidentifikasi factor- factor yang

    mempengaruhi gerak benda, misalnya jatuh bebas akibat gravitasi, gerak

    dilantai yang datar karena dorongan.

    (2) Kegiatan Inti

    Guru menyampaikan materi tentang gaya dapat merubah letak atau gerak

    benda kepada siswa. Pada pertemuan pertama guru menjelaskan tentang gaya

    berdasarkan sumber tenaganya, faktor- faktor yang mempengaruhi gerak

    benda,. Guru menerangkan secara lisan dan menuliskan dipapan tulis maupun

    menggunakan video tentang gaya yang telah disiapkan.

    Setelah guru menjelaskan materi, kemudian guru membentuk kelompok

    dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.

    Setelah pembagian kelompok guru menjelaskan cara kerja dalam kelompok.

    Cara kerja dalam kelompok sebagai berikut: guru memberikan lembar kerja

    pada setiap siswa, kemudian guru meminta setiap siswa mengerjakan soal

    pada LKS secara individu, siswa mengerjakan LKS secara individu selama 5

    menit. Kemudian setelah alarm berbunyi guru meminta siswa untuk

    mencocokan jawaban mereka pada teman sebangkunya secara berpasangan,

    setelah selesai mendiskusikan jawaban mereka, guru meminta siswa untuk

  • 46

    bergabung dalam kelempok awal di dalam kelompok siswa mendiskusikan

    jawaban mereka.

    Setelah mencocokan dan mendiskusikan jawaban mereka dalam

    kelompok guru meminta setiap perwakilan kelompok maju kedepan untuk

    mempresentasikan hasil kerja mereka, untuk kelompok yang belum maju

    diperisilahkan untuk menanggapi dan memberikan pertanyaan, guru sebagai

    moderator dan meluruskan kosep jika terjadi kesalahan pada saat siswa

    menjawab pertanyaan.

    (3) Kegiatan Penutup

    Siswa beserta guru menyimpulkan meteri tentang gaya dapat mengubah

    letak atau gerak benda secara bersama-sama dan membuat kesimpulan.

    Setelah berdiskusi, siswa kembali ke tempat duduk masing-masing

    mengerjakan soal pemahaman secara individual.

    b. Pertemuan II

    Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 April 2016

    selama dua jam pelajaran. Adapun rincian kegiatan yang peneliti lakukan adalah:

    (1) Kegiatan Awal

    Pada saat di dalam kelas guru menyiapkan segala alat dan bahan untuk

    mengajar, serta menyapa siswa, untuk memulai pembelajaran guru

    mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa. Guru juga menyiapkan

    materi yang akan diajarkan pada hari itu, yaitu tentang cara menggerakkan

    benda misalnya didorong dan dilempar.

    (2) Kegiatan Inti

    Guru menyampaikan materi tentang gaya dapat merubah letak atau gerak

    benda kepada siswa. Pada pertemuan kedua guru menjelaskan tentang gaya

    berdasarkan sumber tenaganya mendemonstrasikan cara menggerakkan benda

    misalnya didorong dan dilempar. Guru mengulas sedikit materi tentang

  • 47

    mengidentifikasi gaya berdasarkan sumber tenaganya, mengidentifikasi

    factor- factor yang mempengaruhi gerak benda, misalnya jatuh bebas akibat

    gravitasi, gerak dilantai yang datar karena dorongan.

    Guru menerangkan secara lisan dan menuliskan dipapan tulis maupun

    menggunakan video tentang gaya yang telah disiapkan. Setelah guru

    menjelaskan materi, kemudian guru membentuk kelompok dengan masing-

    masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.

    Setelah pembagian kelompok guru menjelaskan cara kerja dalam kelompok.

    Cara kerja dalam kelompok sebagai berikut: guru memberikan lembar kerja

    pada setiap siswa, kemudian guru meminta setiap siswa mengerjakan soal

    pada LKS secara individu, siswa mengerjakan LKS secara individu selama 5

    menit. Kemudian setelah alarm berbunyi guru meminta siswa untuk

    mencocokan jawaban mereka pada teman sebangkunya secara berpasangan,

    setelah selesai mendiskusikan jawaban mereka, guru meminta siswa untuk

    bergabung dalam kelempok awal di dalam kelompok siswa mendiskusikan

    jawaban mereka.

    Setelah mencocokan dan mendiskusikan jawaban mereka dalam kelompok,

    Kemudian setelah selesai berdiskusi guru membagikan bahan-bahan untuk

    siswa melakukan percobaan membuktikan bahwa gaya dapat merubah letak

    atau gerak benda. Semua kelompok mengerjakan percobaan yang mereka

    lakukan sesuai dengan petunjuk kerja, setelah selesai setiap kelompok maju ke

    depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja mereka kemudian siswa yang

    lain menanggapi guru sebagai moderator dan meluruskan kosep jika terjadi

    kesalahan pada saat siswa menjawab pertanyaan.

    (3) Kegiatan Penutup

    Siswa beserta guru menyimpulkan meteri tentang gaya dapat mengubah

    letak atau gerak benda secara bersama-sama dan membuat kesimpulan.

  • 48

    Setelah berdiskusi, siswa kembali ke tempat duduk masing-masing

    mengerjakan soal evaluasi secara individual.

    4.3.1.3. Pengamatan Siklus I

    Dalam penelitian ini, peneliti juga mengamati proses belajar mengajar

    antara guru dan siswa.

    (1) Pertemuan pertama

    Adapun penelitian pengamatan ini sesuai dengan yang ditulis oleh peneliti

    sesuai dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun demikian

    masih banyak kendala yang dialami peneliti, antara lain masih ada beberapa

    ssiwa yang masih pasif, ada beberapa siswa yang belum mau berkerjasama

    dalam kelompok, masih beberapa siswa yang sibuk sendiri dan kurang

    memperhatikan dan juga ada beberapa langkah-langkah dalam RPP yang belum

    dilaksanakan.

    Berdasarkan tabel perhitungan lembar observasi yang telah diisi, observer

    mendapatkan hasil sebagai berikut:

    Tabel 4.2

    Aktivitas Siswa dan Guru Siklus I Pertemuan I

    Aktivitas Skor Skor

    Maks Persentase Kualifikasi

    Tingkat

    keberhasilan

    aktivitas

    Siswa 59 96 61,45 % Cukup Baik Berhasil

    Guru 66 88 75 % Baik Berhasil

    Jumlah skor aktivitas pertemuan I siklus I lembar observasi siswa adalah

    59 dari 96 dengan memperoleh persentase 61,45 %. Sedangkan aktivitas guru

    memperoleh 66 dari 88 dengan persentase 75 %.

    siklus 1 dihitung dengan cara sebagai berikut:

    Nilai ∑

    ∑ × 100%

  • 49

    Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

    >86% = Sangat Baik

    70-85% = Baik

    55-69 = Cukup Baik

  • 50

    Jumlah skor aktivitas pertemuan II siklus I lembar observasi siswa adalah

    73 dari 92 dengan memperoleh persentase 79,34 %. Sedangkan aktivitas guru

    memperoleh 75 dari 88 dengan persentase yaitu 81,81 %. siklus II dihitung

    dengan cara sebagai berikut:

    Nilai ∑

    ∑ × 100%

    Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

    >86% = Sangat Baik 55-69 = Cukup Baik

    70-85% = Baik

  • 51

    pembelajaran, siswa tertarik dengan media yang digunakan oleh guru, siswa

    tertarik mengikuti pembelajaran menggunakan model TPS (Think Pair Share)

    Dalam proses pertemuan pertama juga masih terdapat beberapa

    kekurangan, hal ini dikarenakan sebagian kecil siswa belum mengerti tentang

    pelaksanaan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) itu sendiri. Dalam

    catatan peneliti di lembar observasi guru dan siswa, tercantum bahwa dalam

    pertemuan pertama ini siswa belum sepenuhnya aktif dalam mengeluarkan

    pendapatnya dan masih ada beberapa siswa yang masih belum mau bekerja

    sama dalam kelompoknya sehingga langkah-langkah model pembelajaran TPS

    belum begitu lancar dilaksanakan.

    Sebagai contoh, sebelum melakukan kerja kelompok, guru membagikan

    siswa satu kelompok terdiri dari 4 orang siswa kemudian guru membacakan

    cara kerja dalam kelompok yaitu menggunakan langkah-langkah model TPS

    (Think Pair Share), dimana pada tahap pertama setiap siswa dalam kelompok

    mengisi soal pada lembar kerja mereka secara individu (Think) selama 5 menit,

    setelah selesai guru meminta siswa untuk mendiskusikan jawaban mereka

    secara berpasangan (Pair), dalam berdiskusi siswa mencocokan hasil kerja

    mereka, mereka melakukan mendiskusikan jawaban mereka jika salah satu dari

    mereka ada yang berbeda jawaban maka mereka menjelaskan kepada temannya

    untuk mendapatkan jawaban yang tetap, setelah berdiskusi berpasangan, guru

    meminta siswa untuk bergabung dalam kelompok besar (Share) yang terdiri

    dari 4 orang siswa, dalam kelompok besar 4 orang siswa ini mendiskusikan

    hasil kerja mereka, jika dalam kelompok tersebut terdapat perbedaan jawaban

    maka mereka secara berkelompok mendiskusikan dan mencari jawaban yang

    paling tepat dalam mengisi soal tersebut.

    Pada saat melakukan tahap-tahap model pembelajaran TPS (Think Pair

    Share) ini beberapa siswa masih bingung melakukannya di dalam kelompok.

  • 52

    Dalam pertemuan ini juga waktu yang digunakan untuk berdiskusi peneliti rasa

    kurang, karena masih terdapat beberapa siswa yang belum maksimal dalam

    hasil diskusinya. Hal ini yang peneliti rasa penggunaan model pembelajaran

    TPS (Think Pair Share) masih belum berhasil.

    Namun walaupun demikian guru dan peneliti sebagai pengajar sekaligus

    sebagai moderator dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model

    pembelajaran TPS (Think Pair Share) ini tetap memaksimalkan kondisi kelas

    agar tetap terkontrol dengan baik sehinnga siswa dapat mengikuti dan

    memahami pembelajaran dengan baik.

    Untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam pertemuan pertama,

    peneliti merancang perbaikan guna mendapatkan hasil di petemuan berikutnya.

    Peneliti mengubah alokasi waktu untuk siswa berdiskusi dalam kelompoknya,

    yaitu menambah waktu untuk berdiskusi dan mengintensifkan penyampaian

    materi, serta menyiapkan media dan alat peraga yang lebih menarik perhatian

    siswa, seperti; menyiapkan video tentang gaya, menyiapkan alat peraga yaitu:

    kelereng, balok, bola pingpong, kelereng, mobil mainan, benang kasur, serta

    melakukan percobaan bahwa gaya dapat merubah gerak dan letak benda

    menggunakan gaya tarikan atau dorongan.

    Di samping itu peneliti juga mengordinasikan instruksi kepada guru agar

    guru lebih jelas menyampaikan proses pembelajaran menggunakan model TPS

    (Think Pair Share).

    Pertemuan kedua dalam siklus I, peneliti masih menggunakan perlakuan

    yang sama, yaitu dengan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). Dalam

    pertemuan ini peneliti mendapatkan hasil yang lebih baik dalam penelitiannya.

    Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) berhasil meningkatkan keaktifan

    siswa dalam menyampaikan pendapatnya dalam pembelajaran. Hal ini

    dibuktikan dalam kegiatan kelompok, peneliti mengamati bahwa sebagian besar

  • 53

    siswa mampu dan bisa melakukan sharing jawaban serta alasan dari jawaban

    tersebut yang disampaikan kepada teman pasangannya maupun kelompoknya.

    Hal ini dapat berjalan mulus dengan juga ditunjukkannya hasil tabel

    pengamatan guru dan siswa pada pertemuan kedua dalam lembar observasi.

    Dan hasilnya lebih baik dari pada pertemuan pertama. Dalam pertemuan ini

    guru sudah berhasil mencapai peningkatan karena berhasil menyampaikan

    instruksi tentang pelaksanaan model pembelajaran TPS (Think Pair Share)

    dengan baik dari pertemuan sebelumnya.

    Namun dalam pertemuan tersebut tidak lepas dari kekurangan dalam

    pembelajaran. Sejumlah siswa terlalu lama melakukan percobaan karena

    beberapa siswa memainkan alat peraga sehinnga waktu yang digunakan sedikit

    terbuang, siswa tidak terlalu konsentrasi karena siswa terlalu merasa antusias

    dengan adanya percobaan dan alat peraga. Namun walaupun demikian guru dan

    peneliti sebagai pengajar sekaligus sebagai moderator dalam kegiatan

    pembelajaran menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) ini

    tetap memaksimalkan kondisi kelas agar tetap terkontrol dengan baik sehinnga

    siswa dapat mengikuti dan memahami pembelajaran dengan baik.

    4.3.2 Pelaksanaan siklus II

    Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan masing-masing

    alokasi waktu per pertemuan dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Adapun indikator

    pada siklus II adalah sebagai berikut:

    Indikator pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:

    a. Mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi perubahan bentuk

    benda

    b. Memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari cara gaya mengubah bentuk

    atau gerak benda

    c. Dapat membuktikan bahwa gaya dapat mengubah betuk benda

  • 54

    d. Melalui percobaan anak dapat menjelaskan cara gaya mengubah bentuk

    benda

    4.3.2.1 Perencanaan Siklus II

    Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan beberapa persiapan atau hal yang akan

    dilakukan dalam penelitian, yaitu:

    a. Peneliti menetapkan Standar Kompetensi (SK) yang akan dikaji, yaitu

    memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda.

    b. Menetapkan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dikaji, yaitu

    menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan atau tarikan) dapat

    mengubah gerak suatu benda.

    c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA

    dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dalam

    dua kali pertemuan.

    d. Menyiapkan kisi-kisi soal mengenai materi gaya dapat merubah bentuk

    benda.

    e. Mengubah alokasi waktu diskusi siswa menjadi 5-6 menit

    f. Menyiapkan alat peraga yaitu plastisin, kertas, kaleng soda kosong, video

    animasi bergerak tentang gaya dapat merubah bentuk benda

    g. Menjelaskan kembali tentang langkah-langkah model TPS kepada wali

    kelas 4

    h. Membuat tabel lembar observasi bagi guru dan siswa selama

    pembelajaran mata pelajaran IPA berlangsung.

    4.3.2.2 Tindakan Siklus II

    a. Pertemuan I

    Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 4 April

    2016 selama dua jam pelajaran. Adapun rincian kegiatan yang peneliti

    lakukan adalah:

    (1) Kegiatan Awal

  • 55

    Pada saat di dalam kelas guru menyiapkan segala alat dan bahan untuk

    mengajar, serta menyapa siswa, untuk memulai pembelajaran guru

    mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa. Guru juga menyiapkan

    materi yang akan diajarkan pada hari itu, yaitu tentang mengidentifikasi

    faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan bentuk benda.

    (2) Kegiatan Inti

    Guru menyampaikan materi tentang gaya dapat merubah bentuk benda

    kepada siswa. Pada pertemuan kedua guru menjelaskan tentang gaya

    berdasarkan sumber tenaganya, faktor- faktor yang mempengaruhi gerak

    benda,. Guru menerangkan secara lisan dan menuliskan dipapan tulis serta

    menggunakan LCD untuk menampilkan video dan powerpoint tentang gaya

    dapat merubah bentuk benda.

    Setelah guru menjelaskan materi, kemudian guru membentuk kelompok

    dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa.

    Setelah pembagian kelompok guru menjelaskan cara kerja dalam kelompok.

    Cara kerja dalam kelompok sebagai berikut: guru memberikan lembar kerja

    pada setiap siswa, kemudian guru meminta setiap siswa mengerjakan soal

    pada LKS secara individu, siswa mengerjakan LKS secara individu selama 5

    menit. Kemudian setelah alarm berbunyi guru meminta siswa untuk

    mencocokan jawaban mereka pada teman sebangkunya secara berpasangan,

    setelah selesai mendiskusikan jawaban mereka, guru meminta siswa untuk

    bergabung dalam kelempok awal di dalam kelompok siswa mendiskusikan

    jawaban mereka.

    Setelah selesai setiap kelompok maju ke depan kelas untuk

    mempresentasikan hasil kerja mereka kemudian siswa yang lain menanggapi

    guru sebagai moderator dan meluruskan kosep jika terjadi kesalahan pada saat

    siswa menjawab pertanyaan.

    (3) Kegiatan Penutup

  • 56

    Siswa beserta guru menyimpulkan meteri tentang gaya dapat mengubah

    bentuk benda secara bersama-sama dan membuat kesimpulan. Setelah

    berdiskusi, siswa kembali ke tempat duduk masing-masing dan mengerjakan

    soal pemahaman.

    b. Pertemuan II

    Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 25 April 2016

    selama dua jam pelajaran. Adapun rincian kegiatan yang peneliti lakukan adalah:

    (3) Kegiatan Awal

    Pada saat di dalam kelas guru menyiapkan segala alat dan bahan untuk

    mengajar, serta menyapa siswa, untuk memulai pembelajaran guru

    mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa. Guru juga menyiapkan

    materi yang akan diajarkan pada hari itu, yaitu tentang cara mengubah bentuk

    benda misalnya ditekan dan remas.

    (4) Kegiatan Inti

    Guru menyampaikan materi tentang gaya dapat bentuk benda benda

    kepada siswa. Pada pertemuan kedua guru menjelaskan tentang gaya

    berdasarkan sumber tenaganya mendemonstrasikan cara bentuk benda

    misalnya tekan dan di remas. Guru mengulas sedikit materi tentang

    mengidentifikasi gaya berdasarkan sumber tenaganya, mengidentifikasi

    factor- factor yang mempengaruhi bentuk benda.

    Guru menerangkan secara lisan dan menuliskan dipapan tulis maupun

    menggunakan video tentang gaya yang telah disiapkan. Setelah guru

    menjelaskan materi, kemudian guru membentuk kelompok dengan masing-

    masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.

    Setelah pembagian kelompok guru menjelaskan cara kerja dalam kelompok.

    Cara kerja dalam kelompok sebagai berikut: guru memberikan lembar kerja

    pada setiap siswa, kemudian guru meminta setiap siswa mengerjakan soal

  • 57

    pada LKS secara individu, siswa mengerjakan LKS secara individu selama 5

    menit. Kemudian setelah alarm berbunyi guru meminta siswa untuk

    mencocokan jawaban mereka pada teman sebangkunya secara berpasangan,

    setelah selesai mendiskusikan jawaban mereka, guru meminta siswa untuk

    bergabung dalam kelempok awal di dalam kelompok siswa mendiskusikan

    jawaban mereka.

    Setelah mencocokan dan mendiskusikan jawaban mereka dalam kelompok,

    Kemudian setelah selesai berdiskusi guru membagikan bahan-bahan untuk

    siswa melakukan percobaan membuktikan bahwa gaya dapat merubah bentuk

    benda. Semua kelompok mengerjakan percobaan yang mereka lakukan sesuai

    dengan petunjuk kerja, setelah selesai setiap kelompok maju ke depan kelas

    untuk mempresentasikan hasil kerja mereka kemudian siswa yang lain

    menanggapi guru sebagai moderator dan meluruskan kosep jika terjadi

    kesalahan pada saat siswa menjawab pertanyaan.

    (3) Kegiatan Penutup

    Siswa beserta guru menyimpulkan meteri tentang gaya dapat mengubah

    letak atau gerak benda secara bersama-sama dan membuat kesimpulan.

    Setelah berdiskusi, siswa kembali ke tempat duduk masing-masing

    mengerjakan soal evaluasi secara individual.

    4.3.2.3 Pengamatan Siklus II

    Dalam penelitian ini, peneliti juga mengamati proses belajar mengajar

    antara guru dan siswa.

    (1) Pertemuan pertama

    Pengamatan ini sesuai dengan yang ditulis oleh peneliti sesuai dengan

    Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun demikian masih ada

    kendala yang dialami peneliti, Salah satunya tentang beberapa anak masih tidak

    melakukan diskusi ke pasangannya sehingga model pembelajaran TPS (Think

  • 58

    Pair Share) kurang berjalan dengan lancar. Namun sebagian besar kelompok

    atau siswa sudah menjalankan tugas sesuai dengan langkah-langkah yang

    diinstruksi guru.

    Berdasarkan Tabel perhitungan lembar observasi yang telah diisi, observer

    mendapatkan hasil sebagai berikut:

    Tabel 4.5

    Aktivitas Siswa dan Guru Siklus II pertemuan I

    Aktivitas Skor Skor

    Maks Persentase Kualifikasi

    Tingkat

    keberhasilan

    aktivitas

    Siswa 77 96 80,20 % Sangat

    Baik

    Berhasil

    Guru 74 88 83,33 % Sangat

    Baik

    Berhasil

    Jumlah skor aktivitas pertemuan I siklus II lembar observasi siswa adalah

    77 dari 96 dengan memperoleh persentase 80,20 %. Sedangkan aktivitas guru

    memperoleh 74 dari 88 dengan persentase 83,33 %.

    Nilai ∑

    ∑ × 100%

    Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

    >86% = Sangat Baik 55-69% = Cukup Baik

    70-85% = Baik

  • 59

    dan semakin meningkatnya daya aktivitas siswa terhadap model pembelajaran

    TPS (Think Pair Share).

    (2) Pertemuan II

    Pertemuan kedua dalam pengamatan siswa dan guru menunjukkan

    peningkatan dalam aktivitas pembelajaran. Siswa lebih aktif, siswa juga sudah

    sangat paham dengan langkah-langkah model pembelajaran TPS (Think Pair

    Share) sehingga guru dan peneliti dengan mudah memberikan instruksi kepada

    siswa, proses diskusi berpasangan dan berkelompok berjalan dengan lancar

    dengan di bimbing oleh guru dan peneliti sehingga waktu yang sudah di

    alokasikan sesuai dengan RPP, antusias siswa dalam melakukan percobaan

    gaya dapat merubah bentuk benda serta siswa juga sudah tidak cangung untuk

    bertanya dan mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka.

    Tabel 4.6 Aktivitas Siswa dan Guru Siklus II Pertemuan II

    Aktivitas Skor Skor

    Maks Persentase Kualifikasi

    Tingkat

    keberhasilan

    aktivitas

    Siswa 80 96 83,33 % Sangat

    Baik

    Berhasil

    Guru 76 88 86, 36 % Sangat

    Baik

    Berhasil

    Jumlah skor aktivitas pertemuan II siklus II lembar observasi siswa adalah

    80 dari 96 dengan memperoleh persentase 83,33 %. Sedangkan aktivitas guru

    memperoleh 76 dari 88 dengan persentase yang lebih tinggi yaitu 86, 36 %.

    Nilai ∑

    ∑ × 100%

    Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

    >86% = Sangat Baik 55-69% = Cukup Baik

    70-85% = Baik

  • 60

    Hasil pada pertemuan II siklus II ini sangat memuaskan dan berhasil karena

    pengulangan tindakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) berhasil

    dilaksanakan.

    Pada pertemuan kedua ini seluruh siswa dapat mengikuti pembelajaran

    dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan proses model pembelajaran TPS (Think

    Pair Share) berhasil dilaksanakan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

    Hal ini dirasa oleh peneliti cukup dan sangat memuaskan.

    4.3.2.4 Refleksi Siklus II

    Dengan adanya tindak lanjut mengenai pembelajaran IPA dengan

    menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dalam pelaksanaan

    pertemuan pertama siklus II, peneliti merancang melakukan penelitian dalam

    dua pertemuan selama siklus II. Pertemuan pertama, hasil refleksi perancangan

    sebagian besar siswa sudah memahami langkah-langkah dalam kegiatan

    pembelajaran menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share)

    sehingga kegiatan pembelajaran sudah berjalan cukup baik, walaupun beberapa

    siswa masih tidak berdiskusi dengan pasangannya maupun dengan

    kelompoknya tetapi peneliti dan guru bisa membimbing beberapa siswa yang

    masih terlihat bingung.

    Antusias siswa dalam berdiskusi dan bertukar pendapat dalam kelompok

    juga sudah terlihat baik, siswa yang awal pertemuan siklus I masih tidak mau

    berkelompok setelah beberapa kalian pertemuan mengajar menggunakan model

    pembelajaran TPS (Think Pair Share) siswa sudah bisa saling berdiskusi.

    Adanya penambahan alokasi waktu yang telah direncanakan sebelumnya oleh

    peneliti juga berhasil meningkatkan kualitas diskusi siswa dalam presentasi

    mereka di depan kelas.

    Dalam penelitian ini peneliti merasa masih ada sedikit kekurangan yaitu

    ada beberapa siswa yang masih tidak melakukan diskusi kepasangannya

  • 61

    maupun diskusi pada kelompok besarnya sehinnga waktu yang ditetapkan

    peneliti menggunakan alarm tersita karena harus menunggu beberapa siswa

    yang dibimbing guru untuk berdikusi.

    Agar kekurangan tersebut dapat diperbaiki, maka peneliti merancang agar

    pada pertemuan berikutnya siswa dan guru menambah sumber bahan

    pembelajaran dengan menggunakan media dan alat pembelajaran untuk siswa

    melakukan percobaan gaya dapat merubah bentuk benda, sebagai contoh

    peneliti menyiapkan balon yang berwarna warni sehingga siswa merasa tertarik

    untuk mengikuti pembelajaran, peneliti menyiakan plastisin, kaleng soda

    kosong serta kertas.

    Dalam pertemuan kedua siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar

    dengan cakupan yang sangat memuaskan, rancangan hasil belajar dengan target

    80% berhasil dengan adanya berbagai macam sumber serta media dan alat

    peraga sehingga siswa tidak kehabisan bahan untuk berdiskusi. Pada pertemuan

    ini peneliti rasa sudah tidak ada lagi kekurangan dalam pembelajaran model

    pembelajaran TPS (Think Pair Share).

    Dengan adanya tindakan penelitian menggunakan model pembelajaran

    TPS (Think Pair Share) hasil belajar siswa kelas 4 dari siklus I dan siklus II

    meningkat. Hal ini dapat dilihat pada hasil siklus II, kemampuan siswa tentang

    materi gaya dari 75,45 menjadi 91,25. Adanya permasalahan yang terdapat

    pada siklus I sebelumnya juga dapat teratasi dengan lebih mengintensifkan

    model pembelajaran TPS (Think Pair Share) ini, sehingga siswa bisa lebih

    berpengalaman dalam menyampaikan pendapat, melakukan tanya jawab

    bersama teman sekelompok maupun teman lainya sehingga siswa dengan

    mudah berbagi dalam menyelesaikan suatu masalah dan siswa juga bisa belajar.

    Mempresentasikan hasil kerja mereka di depan siswa lain.

    Berdasarkan dari hasil belajar siswa yang telah mencapai ketuntasan,

    peneliti dan guru melakukan kesepakatan bahwa tidak ada siklus lanjutan

    terhadap pembelajaran.

  • 62

    4.4 Hasil Penelitian dan Analisis Data

    4.4.1.1 Analisis Data Ketuntasan Siklus I

    Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, model pembelajaran TPS (Think

    Pair Share) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal yang perlu ditekankan pada

    pembelajaran model ini adalah untuk meningkatkan kerjasama antar siswa agar siswa

    lebih mudah memahami materi dari penjelasan siswa lain sehingga siswa dapat

    bertanya dan menjelaskan kepada siswa lain tanpa merasa takut ataupun cangung.

    Model ini juga efektif mengurangi rasa individualistis siswa terhadap siswa

    yang lain sehingga siswa menjadi aktif untuk berdiskusi dan bekerja sama dengan

    siswa yang lain.

    Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 70. Berdasar hasil dari siklus I

    masih terdapat beberapa siswa yang belum tuntas dapat dilihat dari hasil evaluasi

    siklus I. Berikut ini merupakan persentase nilai hasil belajar IPA siswa kelas 4 siklus

    I dapat di lihat pada tabel 4.7

    Tabel 4.7

    Ketuntasan Nilai Hasil Belajar IPA

    Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga

    Siklus 1

    No Ketuntasan

    KKM (70) Frekuensi Persentase

    1 Tuntas ≥70 29 72,5%

    2 Tidak Tuntas

  • 63

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    TidakTuntas

    Tuntas

    27,5%

    72,5%

    Tingkat Ketuntasan Belajar Siklus I

    Tidak Tuntas

    Tuntas

    Minimun 45

    Dari tabel di atas dapat diperlihatkan dalam diagram batang persentase

    ketuntasan siswa:

    Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor Salatiga Siklus I

    Berdasarkan tabel di atas 29 siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih

    dari KKM 70 atau 72,5% sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar kurang

    dari 70 adalah 11 anak atau 27,5%. Nilai ini belum mencapai indikator ketuntasan

    hasil belajar yang peneliti tetapkan yaitu mencapai 80 %. 29 siswa yang tuntas.

    4.4.1.2 Analisis Data Ketuntasan Siklus II

    Sedangkan dalam peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari tes uji siklus II

    mengenai gaya dapat merubah bentuk benda dapat dilihat sebagai berikut:

    Tabel 4.8

    Ketuntasan Nilai Hasil Belajar IPA

    Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga

    Siklus II

  • 64

    No Ketuntasan

    KKM 70 Frekuensi Persentase

    1 Tuntas ≥70 38 95%

    2 Tidak Tuntas <

    70 2 5%

    Jumlah 40 100%

    Maksimum 95

    Minimun 45

    Berdasarkan tabel di atas 38 siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih

    dari KKM 70 atau 95% sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar kurang

    dari 70 adalah 2 anak atau 5%. Nilai ini sudah mencapai indikator ketuntasan hasil

    belajar yang peneliti tetapkan yaitu mencapai 80%.

    Dari tabel di atas dapat diperlihatkan dalam diagram batang persentase ketuntasan

    siswa:

    Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor Salatiga Siklus II

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    90%

    100%

    Tidak Tuntas Tuntas

    5%

    95%

    Tingkat Ketuntasan Belajar Siklus II

    Tidak Tuntas

    Tuntas

  • 65

    4.4.2 Analisis Komparasi

    Analisis Komparasi digunakan setelah adanya penggunaan metode

    pembelajaran.Analisis ini juga digunakan untuk membandingkan hasil belajar siswa

    dimulai dari Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II dengan memperhatikan capaian

    indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya.

    Tabel 4.9

    Komparasi Ketuntasan Nilai Hasil Belajar IPA

    Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga

    (Pra Siklus, Siklus I, Siklus II)

    No Ketuntasan

    KKM 70

    Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

    f % f % F %

    1 Tuntas ≥70 16 40% 29 72,5% 38 95%

    2 Tidak Tuntas < 70 24 60% 11 27,5% 2 5%

    Jumlah 40 100% 40 100% 40 100%

    Maksimum 89 95 100

    Minimun 31 45 65

  • 66

    Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat adanya peningkatan rata-rata kelas dari

    75,45 menjadi 91,25. Nilai terendah dari siklus I adalah 45 sedangkan siklus II adalah

    65. Namun persentase ketuntasan siswa kelas 4 ini meningkat dari 72,5% menjadi

    95%.

    Dari paparan di atas terlihat bahwa proses pembelajaran IPA pada siswa kelas 4

    SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga dengan menggunakan TPS (Think Pair Share) telah

    mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan hasil 72,5% pada siklus I dan

    91,25% pada siklus II. Persentase kelulusan belajar siswa sudah mencapai indikator

    keberhasilan yang peneliti tetapkan yaitu 80% tuntas.

    Untuk lebih jelasnya, dibawah ini merupakan diagram hasil peningkatan siswa

    pada siklus II:

    Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 Pra

    Siklus, Siklus I dan Siklus II

    4.5 Pembahasan

    Pada penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di SDN Sidorejo Lor 05

    Salatiga, dalam penelitian ini peneliti menggunakan model kooperative learning tipe

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    90%

    100%

    Pra Siklus Siklus I Siklus II

    60%

    28%

    5%

    40%

    73%

    95%

    Tidak Tuntas

    Tuntas

  • 67

    Think Pair Share (TPS) yang dilaksanakan dengan empat kali pertemuan dalam dua

    siklus. Dalam penelitian ini peneliti juga berhasil meningkatkan hasil belajar IPA

    khususnya materi gaya, siswa mampu mendapatkan hasil dengan mencapai diatas

    KKM. Pada tiap pertemuan peneliti menyajikan penugasan yaitu dengan diskusi

    berpasangan serta berdiskusi dengan kelompok besar serta tugas presentasi

    (kelompok). Dalam peneletian ini juga model kooperative learning tipe Think Pair

    Share (TPS) mempunyai keunggulan/kelebihan yaitu: (1) meningkatkan kemandirian

    siswa; (2) meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena

    leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya; dan (3) melatih kecepatan berpikir

    siswa.

    Pada siklus I, sebelum melakukan adanya kegiatan belajar mengajar

    menggunakan model kooperative learning tipe Think Pair Share (TPS), guru terlebih

    dahulu memberikan instruksi tentang bagaimana caranya menggunakan model

    kooperative learning tipe Think Pair Share (TPS) kepada siswa. Hal tersebut

    membantu siswa memahami bagaimana caranya melakukan tugasnya. Dalam

    pelaksanaannya, siswa dapat menjalankan model ini sesuai dengan apa yang

    diinstruksikan oleh guru dan peneliti. Peningkatan hasil belajar IPA dengan

    menerapkan model kooperative learning tipe Think Pair Share (TPS) juga dapat

    dibuktikan dengan meningkatnya hasil tes evaluasi pada setiap siklus.

    Hasil analisis terbukti bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat karena

    meningkatnya kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses kegiatan belajar

    mengajar. Ketuntasan siswa pada siklus 1 yang di atas KKM berjumlah 29 siswa

    (72,5%) dan siswa yang belum tuntas dibawah KKM berjumlah 11 siswa (27,5%).

    Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah meningkat tetapi

    hasil tersebut masih di bawah indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 80%

    karena ketuntasan hasil belajar baru mencapai 72,5%.

  • 68

    Dalam proses pertemuan di siklus I ini juga masih terdapat beberapa

    kekurangan, hal ini dikarenakan sebagian kecil siswa belum mengerti tentang

    pelaksanaan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) itu sendiri. Dalam catatan

    peneliti di lembar observasi guru dan siswa, tercantum bahwa dalam pertemuan

    pertama ini siswa belum sepenuhnya aktif dalam mengeluarkan pendapatnya saat

    berdiskusi, hampir sebagian siswa masih bingung dengan langkah-langkah dalam

    kegiatan berkelompok, ada beberapa siswa yang belum mau berkerjasama dalam

    kelompok. Di dalam pertemuan ini guru dan peneliti serta siswa juga masih belum

    maksimal dalam interaksi pembelajaran.

    Sebagai contoh, sebelum melakukan kerja kelompok, guru membagikan siswa

    satu kelompok terdiri dari 4 orang siswa kemudian guru membacakan cara kerja

    dalam kelompok yaitu menggunakan langkah-langkah model pembelajaran TPS

    (Think Pair Share), dimana pada tahap pertama setiap siswa dalam kelompok mengisi

    soal pada lembar kerja mereka secara individu (Think) selama 5 menit, setelah selesai

    guru meminta siswa untuk mendiskusikan jawaban mereka secara berpasangan

    (Pair), dalam berdiskusi siswa mencocokan hasil kerja mereka, mereka melakukan

    mendiskusikan jawaban mereka jika salah satu dari mereka ada yang berbeda

    jawaban maka mereka menjelaskan kepada temannya untuk mendapatkan jawaban

    yang tetap, setelah berdiskusi berpasangan, guru meminta siswa untuk bergabung

    dalam kelompok besar (Share) yang terdiri dari 4 orang siswa, dalam kelompok besar

    4 orang siswa ini mendiskusikan hasil kerja mereka, jika dalam kelompok tersebut

    terdapat perbedaan jawaban maka mereka secara berkelompok mendiskusikan dan

    mencari jawaban yang paling tepat dalam mengisi soal tersebut.

    Dalam pertemuan tersebut waktu yang digunakan untuk berdiskusi peneliti

    rasa kurang, karena masih terdapat beberapa siswa yang belum maksimal dalam hasil

    diskusinya. Hal ini yang peneliti rasa penggunaan model pembelajaran TPS (Think

    Pair Share) masih belum berhasil dan kurang efektif.

  • 69

    Untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam pertemuan sebelumnya,

    peneliti merancang perbaikan guna mendapatkan hasil di petemuan berikutnya.

    Peneliti mengubah alokasi waktu untuk siswa berdiskusi dalam kelompoknya, yaitu

    menambah waktu untuk berdiskusi dan mengintensifkan penyampaian materi

    pembelajaran. Namun walaupun demikian guru dan peneliti sebagai pengajar

    sekaligus sebagai moderator dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model

    pembelajaran TPS (Think Pair Share) ini tetap memaksimalkan kondisi kelas agar

    tetap terkontrol dengan baik sehingga siswa dapat mengikuti dan memahami

    pembelajaran dengan baik.

    Untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam pertemuan pertama, peneliti

    merancang perbaikan guna mendapatkan hasil di petemuan berikutnya. Peneliti

    mengubah alokasi waktu untuk siswa berdiskusi dalam kelompoknya, yaitu

    menambah waktu untuk berdiskusi dan mengintensifkan penyampaian materi, serta

    menyiapkan media dan alat peraga yang lebih menarik perhatian siswa, seperti;

    menyiapkan video tentang gaya, menyiapkan alat peraga yaitu: kelereng, balok, bola

    pingpong, kelereng, mobil mainan, benang kasur, serta melakukan percobaan bahwa

    gaya dapat merubah gerak dan letak benda menggunakan gaya tarikan atau dorongan.

    Selain itu pada pertemuan lainnya, kesalahan dan kekurangan penerapan model

    pembelajaran TPS (Think Pair Share) semakin kecil karena adanya beberapa

    perbaikan dari pertemuan sebelumnya dalam siklus I. Pada pertemuan ini peneliti

    mengamati adanya keberhasilan atas tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Siswa

    yang belum bisa menguasai materi, dalam pertemuan ini mereka sudah dapat

    menyelesaikannya, bahkan dalam pengerjaan lembar observasi, hampir semua siswa

    dapat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think

    Pair Share) dengan baik.

    Ketuntasan siswa pada siklus II yang di atas KKM berjumlah 38 siswa (95%)

    dan siswa yang belum tuntas dibawah KKM berjumlah 2 siswa (5%). Dari data

  • 70

    tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah meningkat dan hasil tersebut

    sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 80% karena

    ketuntasan hasil belajar mencapai 95%.

    Hasil analisis lembar observasi guru sudah meningkat. Siswa lebih aktif

    dibandingkan guru. Siswa juga lebih tertarik dengan pembelajaran. Ketidak tuntasan

    siswa disebabkan karena siswa dengan nomor absen 17 kurang berkonsentrasi dalam

    pembelajaran dan cenderung diam dan sering tidak masuk sekolah setelah peneliti

    melakukan tanya jawab dengan wali kelas ternyata siswa tersebut agak lamban dalam

    menangkap materi pembelajaran dan juga agak susah bergaul dengan teman

    sekelasnya kemudian untuk siswa dengan nomor absen 24 siswa ini sering

    menganggu teman-teman lainnya pada saat belajar sehingga siswa tersebut tidak

    memperhatikan dengan benar, hal ini disebabkan karena siswa saat pulang sekolah

    hanya sendiri di rumah sedangkan orangtua siswa tersebut bekerja hingga sore

    sehingga peneliti dan guru berkesimpulan bahwa siswa tersebut kurang perhatian.

    Pada pembelajaran siklus II ketuntasan belajar telah mencapai 95% > 80% dari

    indikator keberhasilan dari yang telah ditetapkan. Dengan demikian PTK ini terbukti

    mencapai keberhasilan. Peningkatan hasil belajar IPA ini dikarenakan model

    kooperative learning tipe Think Pair Share (TPS) dapat melibatkan siswa secara aktif

    dalam pembelajaran, dan lebih banyak terfokus pada siswa. Siswa bekerja secara

    berpasangan dan berkelompok. Mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru.

    Siswa dituntut untuk bekerja sama, benar-benar belajar dan berpendapat. Hal ini juga

    mebuat siswa lebih rileks tidak tegang dalam menerima materi. Setelah itu siswa juga

    diajarkan untuk berani mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.

    Berdasarkan penelitian yang diuraikan, maka penggunaan model kooperative

    learning tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran IPA pada kelas 4 Semester

    2 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 bahwa model

  • 71

    kooperative learning tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar

    IPA.