bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. gambaran … · 2017. 5. 4. · benda misalnya didorong...
TRANSCRIPT
-
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga. Adapun subyek
penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga tahun ajaran
2015/2016 dengan jumlah siswa 40 siswa, yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 18
siswa perempuan.
4.2. Deskripsi Awal
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukan bahwa skor ulangan harian
siswa kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 05 Salatiga masih di bawah KKM. Hal ini
ditunjukan dari rekapitulasi hasil penilaian ulangan harian siswa. Sebagian siswa masih
mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu dengan nilai KKM 70
peserta didik hanya mampu mencapai rata-rata 67,625, dengan 24 siswa yang belum tuntas
dan hanya 16 siswa yang tuntas sesuai dengan KKM yang ditentukan
Table 4.1
Ketuntasan Belajar Pra Siklus Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4
SD Negeri Sidorejo Lor 5 Salatiga
Dari table 4.2 dapat ditemukan siswa yang mencapai ketuntasan belajar ≥ KKM 70
sebanyak 16 siswa (40%), dan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar atau < 70
sebanyak 24 siswa (60%).
No. Nilai KKM (70) Ketuntasan Keterangan
Frekuensi Persentase
1 ≥ 70 16 40 % Tuntas
2 < 70 24 60 % Tidak Tuntas
Jumlah 40 100%
-
43
Dan rendahnya skor rata-rata kelas yang hanya mencapai 67,625 dan masih di bawah
KKM 70. Melihat tingkat ketuntasan belajar yang masih rendah, maka peneliti akan
melakukan sebuah penelitian tindakan kelas sesuai dengan rancangan peneitian yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya.
Dalam penelitian tersebut peneliti akan menerapkan model kooperative learning
tipe Think Pair Share (TPS), yang akan diterapkan melalui dua siklus yaitu pada materi
Gaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 pada mata pelajaran IPA semester II.
Hal ini dapat disampaikan melalui diagram 1.
Diagram 1
Ketuntasan Nilai Hasil Belajar Siswa Pra Siklus Mata Pelajaran IPA
Kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 05 Salatiga
Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga
4.3 Pelaksanaan Penelitian
4.3.1. Pelaksanaan Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan masing-masing
alokasi waktu per pertemuan dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Adapun indikator
pada siklus I adalah sebagai berikut:
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Tidak Tuntas Tuntas
60%
40%
Tingkat Ketuntasan Belajar Pra Siklus
Tidak Tuntas
Tuntas
-
44
a. Mengidentifikasi gaya berdasarkan sumber tenaganya.
b. Mengidentifikasi factor- factor yang mempengaruhi gerak benda,
misalnya jatuh bebas akibat gravitasi, gerak dilantai yang datar karena
dorongan.
c. Mendemonstrasikan cara menggerakkan benda misalnya didorong dan
dilempar.
4.3.1.1. Perencanaan Siklus I
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan beberapa persiapan atau hal yang
akan dilakukan dalam penelitian, yaitu:
a. Menetapkan tempat yang akan digunakan dalam penelitian yaitu SDN
Sidorejo Lor 05 Salatiga.
b. Peneliti mengidentifikasi data dari observasi dan wawancara guru kelas 4
dan dari pihak kepala sekolah.
c. Menentukan titik fokus penelitian (menggunakan model pembelajaran TPS
(Think Pair Share), dalam mata pelajaran IPA kelas 4.
d. Peneliti menetapkan Standar Kompetensi (SK) yang akan dikaji, yaitu
memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda.
Menetapkan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dikaji, yaitu menyimpulkan
hasil percobaan bahwa gaya (dorongan atau tarikan) dapat mengubah gerak
suatu benda.
e. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA
dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dalam
dua kali pertemuan.
f. Menyiapkan kisi-kisi soal mengenai materi gaya dapat merubah gerak
benda.
g. Membuat Tabel lembar observasi bagi guru dan siswa selama pembelajaran
mata pelajaran IPA berlangsung.
-
45
4.3.1.2. Tindakan Siklus I
a. Pertemuan I
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 28 Maret
2016 selama dua jam pelajaran. Adapun rincian kegiatan yang peneliti lakukan
adalah:
(1) Kegiatan Awal
Pada saat di dalam kelas guru menyiapkan segala alat dan bahan untuk
mengajar, serta menyapa siswa, untuk memulai pembelajaran guru
mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa. Guru juga menyiapkan
materi yang akan diajarkan pada hari itu, yaitu tentang mengidentifikasi gaya
berdasarkan sumber tenaganya serta mengidentifikasi factor- factor yang
mempengaruhi gerak benda, misalnya jatuh bebas akibat gravitasi, gerak
dilantai yang datar karena dorongan.
(2) Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi tentang gaya dapat merubah letak atau gerak
benda kepada siswa. Pada pertemuan pertama guru menjelaskan tentang gaya
berdasarkan sumber tenaganya, faktor- faktor yang mempengaruhi gerak
benda,. Guru menerangkan secara lisan dan menuliskan dipapan tulis maupun
menggunakan video tentang gaya yang telah disiapkan.
Setelah guru menjelaskan materi, kemudian guru membentuk kelompok
dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.
Setelah pembagian kelompok guru menjelaskan cara kerja dalam kelompok.
Cara kerja dalam kelompok sebagai berikut: guru memberikan lembar kerja
pada setiap siswa, kemudian guru meminta setiap siswa mengerjakan soal
pada LKS secara individu, siswa mengerjakan LKS secara individu selama 5
menit. Kemudian setelah alarm berbunyi guru meminta siswa untuk
mencocokan jawaban mereka pada teman sebangkunya secara berpasangan,
setelah selesai mendiskusikan jawaban mereka, guru meminta siswa untuk
-
46
bergabung dalam kelempok awal di dalam kelompok siswa mendiskusikan
jawaban mereka.
Setelah mencocokan dan mendiskusikan jawaban mereka dalam
kelompok guru meminta setiap perwakilan kelompok maju kedepan untuk
mempresentasikan hasil kerja mereka, untuk kelompok yang belum maju
diperisilahkan untuk menanggapi dan memberikan pertanyaan, guru sebagai
moderator dan meluruskan kosep jika terjadi kesalahan pada saat siswa
menjawab pertanyaan.
(3) Kegiatan Penutup
Siswa beserta guru menyimpulkan meteri tentang gaya dapat mengubah
letak atau gerak benda secara bersama-sama dan membuat kesimpulan.
Setelah berdiskusi, siswa kembali ke tempat duduk masing-masing
mengerjakan soal pemahaman secara individual.
b. Pertemuan II
Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 April 2016
selama dua jam pelajaran. Adapun rincian kegiatan yang peneliti lakukan adalah:
(1) Kegiatan Awal
Pada saat di dalam kelas guru menyiapkan segala alat dan bahan untuk
mengajar, serta menyapa siswa, untuk memulai pembelajaran guru
mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa. Guru juga menyiapkan
materi yang akan diajarkan pada hari itu, yaitu tentang cara menggerakkan
benda misalnya didorong dan dilempar.
(2) Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi tentang gaya dapat merubah letak atau gerak
benda kepada siswa. Pada pertemuan kedua guru menjelaskan tentang gaya
berdasarkan sumber tenaganya mendemonstrasikan cara menggerakkan benda
misalnya didorong dan dilempar. Guru mengulas sedikit materi tentang
-
47
mengidentifikasi gaya berdasarkan sumber tenaganya, mengidentifikasi
factor- factor yang mempengaruhi gerak benda, misalnya jatuh bebas akibat
gravitasi, gerak dilantai yang datar karena dorongan.
Guru menerangkan secara lisan dan menuliskan dipapan tulis maupun
menggunakan video tentang gaya yang telah disiapkan. Setelah guru
menjelaskan materi, kemudian guru membentuk kelompok dengan masing-
masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.
Setelah pembagian kelompok guru menjelaskan cara kerja dalam kelompok.
Cara kerja dalam kelompok sebagai berikut: guru memberikan lembar kerja
pada setiap siswa, kemudian guru meminta setiap siswa mengerjakan soal
pada LKS secara individu, siswa mengerjakan LKS secara individu selama 5
menit. Kemudian setelah alarm berbunyi guru meminta siswa untuk
mencocokan jawaban mereka pada teman sebangkunya secara berpasangan,
setelah selesai mendiskusikan jawaban mereka, guru meminta siswa untuk
bergabung dalam kelempok awal di dalam kelompok siswa mendiskusikan
jawaban mereka.
Setelah mencocokan dan mendiskusikan jawaban mereka dalam kelompok,
Kemudian setelah selesai berdiskusi guru membagikan bahan-bahan untuk
siswa melakukan percobaan membuktikan bahwa gaya dapat merubah letak
atau gerak benda. Semua kelompok mengerjakan percobaan yang mereka
lakukan sesuai dengan petunjuk kerja, setelah selesai setiap kelompok maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja mereka kemudian siswa yang
lain menanggapi guru sebagai moderator dan meluruskan kosep jika terjadi
kesalahan pada saat siswa menjawab pertanyaan.
(3) Kegiatan Penutup
Siswa beserta guru menyimpulkan meteri tentang gaya dapat mengubah
letak atau gerak benda secara bersama-sama dan membuat kesimpulan.
-
48
Setelah berdiskusi, siswa kembali ke tempat duduk masing-masing
mengerjakan soal evaluasi secara individual.
4.3.1.3. Pengamatan Siklus I
Dalam penelitian ini, peneliti juga mengamati proses belajar mengajar
antara guru dan siswa.
(1) Pertemuan pertama
Adapun penelitian pengamatan ini sesuai dengan yang ditulis oleh peneliti
sesuai dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun demikian
masih banyak kendala yang dialami peneliti, antara lain masih ada beberapa
ssiwa yang masih pasif, ada beberapa siswa yang belum mau berkerjasama
dalam kelompok, masih beberapa siswa yang sibuk sendiri dan kurang
memperhatikan dan juga ada beberapa langkah-langkah dalam RPP yang belum
dilaksanakan.
Berdasarkan tabel perhitungan lembar observasi yang telah diisi, observer
mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2
Aktivitas Siswa dan Guru Siklus I Pertemuan I
Aktivitas Skor Skor
Maks Persentase Kualifikasi
Tingkat
keberhasilan
aktivitas
Siswa 59 96 61,45 % Cukup Baik Berhasil
Guru 66 88 75 % Baik Berhasil
Jumlah skor aktivitas pertemuan I siklus I lembar observasi siswa adalah
59 dari 96 dengan memperoleh persentase 61,45 %. Sedangkan aktivitas guru
memperoleh 66 dari 88 dengan persentase 75 %.
siklus 1 dihitung dengan cara sebagai berikut:
Nilai ∑
∑ × 100%
-
49
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = Sangat Baik
70-85% = Baik
55-69 = Cukup Baik
-
50
Jumlah skor aktivitas pertemuan II siklus I lembar observasi siswa adalah
73 dari 92 dengan memperoleh persentase 79,34 %. Sedangkan aktivitas guru
memperoleh 75 dari 88 dengan persentase yaitu 81,81 %. siklus II dihitung
dengan cara sebagai berikut:
Nilai ∑
∑ × 100%
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = Sangat Baik 55-69 = Cukup Baik
70-85% = Baik
-
51
pembelajaran, siswa tertarik dengan media yang digunakan oleh guru, siswa
tertarik mengikuti pembelajaran menggunakan model TPS (Think Pair Share)
Dalam proses pertemuan pertama juga masih terdapat beberapa
kekurangan, hal ini dikarenakan sebagian kecil siswa belum mengerti tentang
pelaksanaan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) itu sendiri. Dalam
catatan peneliti di lembar observasi guru dan siswa, tercantum bahwa dalam
pertemuan pertama ini siswa belum sepenuhnya aktif dalam mengeluarkan
pendapatnya dan masih ada beberapa siswa yang masih belum mau bekerja
sama dalam kelompoknya sehingga langkah-langkah model pembelajaran TPS
belum begitu lancar dilaksanakan.
Sebagai contoh, sebelum melakukan kerja kelompok, guru membagikan
siswa satu kelompok terdiri dari 4 orang siswa kemudian guru membacakan
cara kerja dalam kelompok yaitu menggunakan langkah-langkah model TPS
(Think Pair Share), dimana pada tahap pertama setiap siswa dalam kelompok
mengisi soal pada lembar kerja mereka secara individu (Think) selama 5 menit,
setelah selesai guru meminta siswa untuk mendiskusikan jawaban mereka
secara berpasangan (Pair), dalam berdiskusi siswa mencocokan hasil kerja
mereka, mereka melakukan mendiskusikan jawaban mereka jika salah satu dari
mereka ada yang berbeda jawaban maka mereka menjelaskan kepada temannya
untuk mendapatkan jawaban yang tetap, setelah berdiskusi berpasangan, guru
meminta siswa untuk bergabung dalam kelompok besar (Share) yang terdiri
dari 4 orang siswa, dalam kelompok besar 4 orang siswa ini mendiskusikan
hasil kerja mereka, jika dalam kelompok tersebut terdapat perbedaan jawaban
maka mereka secara berkelompok mendiskusikan dan mencari jawaban yang
paling tepat dalam mengisi soal tersebut.
Pada saat melakukan tahap-tahap model pembelajaran TPS (Think Pair
Share) ini beberapa siswa masih bingung melakukannya di dalam kelompok.
-
52
Dalam pertemuan ini juga waktu yang digunakan untuk berdiskusi peneliti rasa
kurang, karena masih terdapat beberapa siswa yang belum maksimal dalam
hasil diskusinya. Hal ini yang peneliti rasa penggunaan model pembelajaran
TPS (Think Pair Share) masih belum berhasil.
Namun walaupun demikian guru dan peneliti sebagai pengajar sekaligus
sebagai moderator dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran TPS (Think Pair Share) ini tetap memaksimalkan kondisi kelas
agar tetap terkontrol dengan baik sehinnga siswa dapat mengikuti dan
memahami pembelajaran dengan baik.
Untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam pertemuan pertama,
peneliti merancang perbaikan guna mendapatkan hasil di petemuan berikutnya.
Peneliti mengubah alokasi waktu untuk siswa berdiskusi dalam kelompoknya,
yaitu menambah waktu untuk berdiskusi dan mengintensifkan penyampaian
materi, serta menyiapkan media dan alat peraga yang lebih menarik perhatian
siswa, seperti; menyiapkan video tentang gaya, menyiapkan alat peraga yaitu:
kelereng, balok, bola pingpong, kelereng, mobil mainan, benang kasur, serta
melakukan percobaan bahwa gaya dapat merubah gerak dan letak benda
menggunakan gaya tarikan atau dorongan.
Di samping itu peneliti juga mengordinasikan instruksi kepada guru agar
guru lebih jelas menyampaikan proses pembelajaran menggunakan model TPS
(Think Pair Share).
Pertemuan kedua dalam siklus I, peneliti masih menggunakan perlakuan
yang sama, yaitu dengan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). Dalam
pertemuan ini peneliti mendapatkan hasil yang lebih baik dalam penelitiannya.
Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) berhasil meningkatkan keaktifan
siswa dalam menyampaikan pendapatnya dalam pembelajaran. Hal ini
dibuktikan dalam kegiatan kelompok, peneliti mengamati bahwa sebagian besar
-
53
siswa mampu dan bisa melakukan sharing jawaban serta alasan dari jawaban
tersebut yang disampaikan kepada teman pasangannya maupun kelompoknya.
Hal ini dapat berjalan mulus dengan juga ditunjukkannya hasil tabel
pengamatan guru dan siswa pada pertemuan kedua dalam lembar observasi.
Dan hasilnya lebih baik dari pada pertemuan pertama. Dalam pertemuan ini
guru sudah berhasil mencapai peningkatan karena berhasil menyampaikan
instruksi tentang pelaksanaan model pembelajaran TPS (Think Pair Share)
dengan baik dari pertemuan sebelumnya.
Namun dalam pertemuan tersebut tidak lepas dari kekurangan dalam
pembelajaran. Sejumlah siswa terlalu lama melakukan percobaan karena
beberapa siswa memainkan alat peraga sehinnga waktu yang digunakan sedikit
terbuang, siswa tidak terlalu konsentrasi karena siswa terlalu merasa antusias
dengan adanya percobaan dan alat peraga. Namun walaupun demikian guru dan
peneliti sebagai pengajar sekaligus sebagai moderator dalam kegiatan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) ini
tetap memaksimalkan kondisi kelas agar tetap terkontrol dengan baik sehinnga
siswa dapat mengikuti dan memahami pembelajaran dengan baik.
4.3.2 Pelaksanaan siklus II
Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan masing-masing
alokasi waktu per pertemuan dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Adapun indikator
pada siklus II adalah sebagai berikut:
Indikator pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi perubahan bentuk
benda
b. Memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari cara gaya mengubah bentuk
atau gerak benda
c. Dapat membuktikan bahwa gaya dapat mengubah betuk benda
-
54
d. Melalui percobaan anak dapat menjelaskan cara gaya mengubah bentuk
benda
4.3.2.1 Perencanaan Siklus II
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan beberapa persiapan atau hal yang akan
dilakukan dalam penelitian, yaitu:
a. Peneliti menetapkan Standar Kompetensi (SK) yang akan dikaji, yaitu
memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda.
b. Menetapkan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dikaji, yaitu
menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan atau tarikan) dapat
mengubah gerak suatu benda.
c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA
dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dalam
dua kali pertemuan.
d. Menyiapkan kisi-kisi soal mengenai materi gaya dapat merubah bentuk
benda.
e. Mengubah alokasi waktu diskusi siswa menjadi 5-6 menit
f. Menyiapkan alat peraga yaitu plastisin, kertas, kaleng soda kosong, video
animasi bergerak tentang gaya dapat merubah bentuk benda
g. Menjelaskan kembali tentang langkah-langkah model TPS kepada wali
kelas 4
h. Membuat tabel lembar observasi bagi guru dan siswa selama
pembelajaran mata pelajaran IPA berlangsung.
4.3.2.2 Tindakan Siklus II
a. Pertemuan I
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 4 April
2016 selama dua jam pelajaran. Adapun rincian kegiatan yang peneliti
lakukan adalah:
(1) Kegiatan Awal
-
55
Pada saat di dalam kelas guru menyiapkan segala alat dan bahan untuk
mengajar, serta menyapa siswa, untuk memulai pembelajaran guru
mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa. Guru juga menyiapkan
materi yang akan diajarkan pada hari itu, yaitu tentang mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan bentuk benda.
(2) Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi tentang gaya dapat merubah bentuk benda
kepada siswa. Pada pertemuan kedua guru menjelaskan tentang gaya
berdasarkan sumber tenaganya, faktor- faktor yang mempengaruhi gerak
benda,. Guru menerangkan secara lisan dan menuliskan dipapan tulis serta
menggunakan LCD untuk menampilkan video dan powerpoint tentang gaya
dapat merubah bentuk benda.
Setelah guru menjelaskan materi, kemudian guru membentuk kelompok
dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa.
Setelah pembagian kelompok guru menjelaskan cara kerja dalam kelompok.
Cara kerja dalam kelompok sebagai berikut: guru memberikan lembar kerja
pada setiap siswa, kemudian guru meminta setiap siswa mengerjakan soal
pada LKS secara individu, siswa mengerjakan LKS secara individu selama 5
menit. Kemudian setelah alarm berbunyi guru meminta siswa untuk
mencocokan jawaban mereka pada teman sebangkunya secara berpasangan,
setelah selesai mendiskusikan jawaban mereka, guru meminta siswa untuk
bergabung dalam kelempok awal di dalam kelompok siswa mendiskusikan
jawaban mereka.
Setelah selesai setiap kelompok maju ke depan kelas untuk
mempresentasikan hasil kerja mereka kemudian siswa yang lain menanggapi
guru sebagai moderator dan meluruskan kosep jika terjadi kesalahan pada saat
siswa menjawab pertanyaan.
(3) Kegiatan Penutup
-
56
Siswa beserta guru menyimpulkan meteri tentang gaya dapat mengubah
bentuk benda secara bersama-sama dan membuat kesimpulan. Setelah
berdiskusi, siswa kembali ke tempat duduk masing-masing dan mengerjakan
soal pemahaman.
b. Pertemuan II
Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 25 April 2016
selama dua jam pelajaran. Adapun rincian kegiatan yang peneliti lakukan adalah:
(3) Kegiatan Awal
Pada saat di dalam kelas guru menyiapkan segala alat dan bahan untuk
mengajar, serta menyapa siswa, untuk memulai pembelajaran guru
mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa. Guru juga menyiapkan
materi yang akan diajarkan pada hari itu, yaitu tentang cara mengubah bentuk
benda misalnya ditekan dan remas.
(4) Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi tentang gaya dapat bentuk benda benda
kepada siswa. Pada pertemuan kedua guru menjelaskan tentang gaya
berdasarkan sumber tenaganya mendemonstrasikan cara bentuk benda
misalnya tekan dan di remas. Guru mengulas sedikit materi tentang
mengidentifikasi gaya berdasarkan sumber tenaganya, mengidentifikasi
factor- factor yang mempengaruhi bentuk benda.
Guru menerangkan secara lisan dan menuliskan dipapan tulis maupun
menggunakan video tentang gaya yang telah disiapkan. Setelah guru
menjelaskan materi, kemudian guru membentuk kelompok dengan masing-
masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.
Setelah pembagian kelompok guru menjelaskan cara kerja dalam kelompok.
Cara kerja dalam kelompok sebagai berikut: guru memberikan lembar kerja
pada setiap siswa, kemudian guru meminta setiap siswa mengerjakan soal
-
57
pada LKS secara individu, siswa mengerjakan LKS secara individu selama 5
menit. Kemudian setelah alarm berbunyi guru meminta siswa untuk
mencocokan jawaban mereka pada teman sebangkunya secara berpasangan,
setelah selesai mendiskusikan jawaban mereka, guru meminta siswa untuk
bergabung dalam kelempok awal di dalam kelompok siswa mendiskusikan
jawaban mereka.
Setelah mencocokan dan mendiskusikan jawaban mereka dalam kelompok,
Kemudian setelah selesai berdiskusi guru membagikan bahan-bahan untuk
siswa melakukan percobaan membuktikan bahwa gaya dapat merubah bentuk
benda. Semua kelompok mengerjakan percobaan yang mereka lakukan sesuai
dengan petunjuk kerja, setelah selesai setiap kelompok maju ke depan kelas
untuk mempresentasikan hasil kerja mereka kemudian siswa yang lain
menanggapi guru sebagai moderator dan meluruskan kosep jika terjadi
kesalahan pada saat siswa menjawab pertanyaan.
(3) Kegiatan Penutup
Siswa beserta guru menyimpulkan meteri tentang gaya dapat mengubah
letak atau gerak benda secara bersama-sama dan membuat kesimpulan.
Setelah berdiskusi, siswa kembali ke tempat duduk masing-masing
mengerjakan soal evaluasi secara individual.
4.3.2.3 Pengamatan Siklus II
Dalam penelitian ini, peneliti juga mengamati proses belajar mengajar
antara guru dan siswa.
(1) Pertemuan pertama
Pengamatan ini sesuai dengan yang ditulis oleh peneliti sesuai dengan
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun demikian masih ada
kendala yang dialami peneliti, Salah satunya tentang beberapa anak masih tidak
melakukan diskusi ke pasangannya sehingga model pembelajaran TPS (Think
-
58
Pair Share) kurang berjalan dengan lancar. Namun sebagian besar kelompok
atau siswa sudah menjalankan tugas sesuai dengan langkah-langkah yang
diinstruksi guru.
Berdasarkan Tabel perhitungan lembar observasi yang telah diisi, observer
mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5
Aktivitas Siswa dan Guru Siklus II pertemuan I
Aktivitas Skor Skor
Maks Persentase Kualifikasi
Tingkat
keberhasilan
aktivitas
Siswa 77 96 80,20 % Sangat
Baik
Berhasil
Guru 74 88 83,33 % Sangat
Baik
Berhasil
Jumlah skor aktivitas pertemuan I siklus II lembar observasi siswa adalah
77 dari 96 dengan memperoleh persentase 80,20 %. Sedangkan aktivitas guru
memperoleh 74 dari 88 dengan persentase 83,33 %.
Nilai ∑
∑ × 100%
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = Sangat Baik 55-69% = Cukup Baik
70-85% = Baik
-
59
dan semakin meningkatnya daya aktivitas siswa terhadap model pembelajaran
TPS (Think Pair Share).
(2) Pertemuan II
Pertemuan kedua dalam pengamatan siswa dan guru menunjukkan
peningkatan dalam aktivitas pembelajaran. Siswa lebih aktif, siswa juga sudah
sangat paham dengan langkah-langkah model pembelajaran TPS (Think Pair
Share) sehingga guru dan peneliti dengan mudah memberikan instruksi kepada
siswa, proses diskusi berpasangan dan berkelompok berjalan dengan lancar
dengan di bimbing oleh guru dan peneliti sehingga waktu yang sudah di
alokasikan sesuai dengan RPP, antusias siswa dalam melakukan percobaan
gaya dapat merubah bentuk benda serta siswa juga sudah tidak cangung untuk
bertanya dan mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka.
Tabel 4.6 Aktivitas Siswa dan Guru Siklus II Pertemuan II
Aktivitas Skor Skor
Maks Persentase Kualifikasi
Tingkat
keberhasilan
aktivitas
Siswa 80 96 83,33 % Sangat
Baik
Berhasil
Guru 76 88 86, 36 % Sangat
Baik
Berhasil
Jumlah skor aktivitas pertemuan II siklus II lembar observasi siswa adalah
80 dari 96 dengan memperoleh persentase 83,33 %. Sedangkan aktivitas guru
memperoleh 76 dari 88 dengan persentase yang lebih tinggi yaitu 86, 36 %.
Nilai ∑
∑ × 100%
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = Sangat Baik 55-69% = Cukup Baik
70-85% = Baik
-
60
Hasil pada pertemuan II siklus II ini sangat memuaskan dan berhasil karena
pengulangan tindakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) berhasil
dilaksanakan.
Pada pertemuan kedua ini seluruh siswa dapat mengikuti pembelajaran
dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan proses model pembelajaran TPS (Think
Pair Share) berhasil dilaksanakan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini dirasa oleh peneliti cukup dan sangat memuaskan.
4.3.2.4 Refleksi Siklus II
Dengan adanya tindak lanjut mengenai pembelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dalam pelaksanaan
pertemuan pertama siklus II, peneliti merancang melakukan penelitian dalam
dua pertemuan selama siklus II. Pertemuan pertama, hasil refleksi perancangan
sebagian besar siswa sudah memahami langkah-langkah dalam kegiatan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share)
sehingga kegiatan pembelajaran sudah berjalan cukup baik, walaupun beberapa
siswa masih tidak berdiskusi dengan pasangannya maupun dengan
kelompoknya tetapi peneliti dan guru bisa membimbing beberapa siswa yang
masih terlihat bingung.
Antusias siswa dalam berdiskusi dan bertukar pendapat dalam kelompok
juga sudah terlihat baik, siswa yang awal pertemuan siklus I masih tidak mau
berkelompok setelah beberapa kalian pertemuan mengajar menggunakan model
pembelajaran TPS (Think Pair Share) siswa sudah bisa saling berdiskusi.
Adanya penambahan alokasi waktu yang telah direncanakan sebelumnya oleh
peneliti juga berhasil meningkatkan kualitas diskusi siswa dalam presentasi
mereka di depan kelas.
Dalam penelitian ini peneliti merasa masih ada sedikit kekurangan yaitu
ada beberapa siswa yang masih tidak melakukan diskusi kepasangannya
-
61
maupun diskusi pada kelompok besarnya sehinnga waktu yang ditetapkan
peneliti menggunakan alarm tersita karena harus menunggu beberapa siswa
yang dibimbing guru untuk berdikusi.
Agar kekurangan tersebut dapat diperbaiki, maka peneliti merancang agar
pada pertemuan berikutnya siswa dan guru menambah sumber bahan
pembelajaran dengan menggunakan media dan alat pembelajaran untuk siswa
melakukan percobaan gaya dapat merubah bentuk benda, sebagai contoh
peneliti menyiapkan balon yang berwarna warni sehingga siswa merasa tertarik
untuk mengikuti pembelajaran, peneliti menyiakan plastisin, kaleng soda
kosong serta kertas.
Dalam pertemuan kedua siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar
dengan cakupan yang sangat memuaskan, rancangan hasil belajar dengan target
80% berhasil dengan adanya berbagai macam sumber serta media dan alat
peraga sehingga siswa tidak kehabisan bahan untuk berdiskusi. Pada pertemuan
ini peneliti rasa sudah tidak ada lagi kekurangan dalam pembelajaran model
pembelajaran TPS (Think Pair Share).
Dengan adanya tindakan penelitian menggunakan model pembelajaran
TPS (Think Pair Share) hasil belajar siswa kelas 4 dari siklus I dan siklus II
meningkat. Hal ini dapat dilihat pada hasil siklus II, kemampuan siswa tentang
materi gaya dari 75,45 menjadi 91,25. Adanya permasalahan yang terdapat
pada siklus I sebelumnya juga dapat teratasi dengan lebih mengintensifkan
model pembelajaran TPS (Think Pair Share) ini, sehingga siswa bisa lebih
berpengalaman dalam menyampaikan pendapat, melakukan tanya jawab
bersama teman sekelompok maupun teman lainya sehingga siswa dengan
mudah berbagi dalam menyelesaikan suatu masalah dan siswa juga bisa belajar.
Mempresentasikan hasil kerja mereka di depan siswa lain.
Berdasarkan dari hasil belajar siswa yang telah mencapai ketuntasan,
peneliti dan guru melakukan kesepakatan bahwa tidak ada siklus lanjutan
terhadap pembelajaran.
-
62
4.4 Hasil Penelitian dan Analisis Data
4.4.1.1 Analisis Data Ketuntasan Siklus I
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, model pembelajaran TPS (Think
Pair Share) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal yang perlu ditekankan pada
pembelajaran model ini adalah untuk meningkatkan kerjasama antar siswa agar siswa
lebih mudah memahami materi dari penjelasan siswa lain sehingga siswa dapat
bertanya dan menjelaskan kepada siswa lain tanpa merasa takut ataupun cangung.
Model ini juga efektif mengurangi rasa individualistis siswa terhadap siswa
yang lain sehingga siswa menjadi aktif untuk berdiskusi dan bekerja sama dengan
siswa yang lain.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 70. Berdasar hasil dari siklus I
masih terdapat beberapa siswa yang belum tuntas dapat dilihat dari hasil evaluasi
siklus I. Berikut ini merupakan persentase nilai hasil belajar IPA siswa kelas 4 siklus
I dapat di lihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7
Ketuntasan Nilai Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga
Siklus 1
No Ketuntasan
KKM (70) Frekuensi Persentase
1 Tuntas ≥70 29 72,5%
2 Tidak Tuntas
-
63
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
TidakTuntas
Tuntas
27,5%
72,5%
Tingkat Ketuntasan Belajar Siklus I
Tidak Tuntas
Tuntas
Minimun 45
Dari tabel di atas dapat diperlihatkan dalam diagram batang persentase
ketuntasan siswa:
Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor Salatiga Siklus I
Berdasarkan tabel di atas 29 siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih
dari KKM 70 atau 72,5% sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar kurang
dari 70 adalah 11 anak atau 27,5%. Nilai ini belum mencapai indikator ketuntasan
hasil belajar yang peneliti tetapkan yaitu mencapai 80 %. 29 siswa yang tuntas.
4.4.1.2 Analisis Data Ketuntasan Siklus II
Sedangkan dalam peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari tes uji siklus II
mengenai gaya dapat merubah bentuk benda dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.8
Ketuntasan Nilai Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga
Siklus II
-
64
No Ketuntasan
KKM 70 Frekuensi Persentase
1 Tuntas ≥70 38 95%
2 Tidak Tuntas <
70 2 5%
Jumlah 40 100%
Maksimum 95
Minimun 45
Berdasarkan tabel di atas 38 siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih
dari KKM 70 atau 95% sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar kurang
dari 70 adalah 2 anak atau 5%. Nilai ini sudah mencapai indikator ketuntasan hasil
belajar yang peneliti tetapkan yaitu mencapai 80%.
Dari tabel di atas dapat diperlihatkan dalam diagram batang persentase ketuntasan
siswa:
Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor Salatiga Siklus II
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tidak Tuntas Tuntas
5%
95%
Tingkat Ketuntasan Belajar Siklus II
Tidak Tuntas
Tuntas
-
65
4.4.2 Analisis Komparasi
Analisis Komparasi digunakan setelah adanya penggunaan metode
pembelajaran.Analisis ini juga digunakan untuk membandingkan hasil belajar siswa
dimulai dari Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II dengan memperhatikan capaian
indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya.
Tabel 4.9
Komparasi Ketuntasan Nilai Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga
(Pra Siklus, Siklus I, Siklus II)
No Ketuntasan
KKM 70
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
f % f % F %
1 Tuntas ≥70 16 40% 29 72,5% 38 95%
2 Tidak Tuntas < 70 24 60% 11 27,5% 2 5%
Jumlah 40 100% 40 100% 40 100%
Maksimum 89 95 100
Minimun 31 45 65
-
66
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat adanya peningkatan rata-rata kelas dari
75,45 menjadi 91,25. Nilai terendah dari siklus I adalah 45 sedangkan siklus II adalah
65. Namun persentase ketuntasan siswa kelas 4 ini meningkat dari 72,5% menjadi
95%.
Dari paparan di atas terlihat bahwa proses pembelajaran IPA pada siswa kelas 4
SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga dengan menggunakan TPS (Think Pair Share) telah
mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan hasil 72,5% pada siklus I dan
91,25% pada siklus II. Persentase kelulusan belajar siswa sudah mencapai indikator
keberhasilan yang peneliti tetapkan yaitu 80% tuntas.
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini merupakan diagram hasil peningkatan siswa
pada siklus II:
Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 Pra
Siklus, Siklus I dan Siklus II
4.5 Pembahasan
Pada penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di SDN Sidorejo Lor 05
Salatiga, dalam penelitian ini peneliti menggunakan model kooperative learning tipe
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
60%
28%
5%
40%
73%
95%
Tidak Tuntas
Tuntas
-
67
Think Pair Share (TPS) yang dilaksanakan dengan empat kali pertemuan dalam dua
siklus. Dalam penelitian ini peneliti juga berhasil meningkatkan hasil belajar IPA
khususnya materi gaya, siswa mampu mendapatkan hasil dengan mencapai diatas
KKM. Pada tiap pertemuan peneliti menyajikan penugasan yaitu dengan diskusi
berpasangan serta berdiskusi dengan kelompok besar serta tugas presentasi
(kelompok). Dalam peneletian ini juga model kooperative learning tipe Think Pair
Share (TPS) mempunyai keunggulan/kelebihan yaitu: (1) meningkatkan kemandirian
siswa; (2) meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena
leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya; dan (3) melatih kecepatan berpikir
siswa.
Pada siklus I, sebelum melakukan adanya kegiatan belajar mengajar
menggunakan model kooperative learning tipe Think Pair Share (TPS), guru terlebih
dahulu memberikan instruksi tentang bagaimana caranya menggunakan model
kooperative learning tipe Think Pair Share (TPS) kepada siswa. Hal tersebut
membantu siswa memahami bagaimana caranya melakukan tugasnya. Dalam
pelaksanaannya, siswa dapat menjalankan model ini sesuai dengan apa yang
diinstruksikan oleh guru dan peneliti. Peningkatan hasil belajar IPA dengan
menerapkan model kooperative learning tipe Think Pair Share (TPS) juga dapat
dibuktikan dengan meningkatnya hasil tes evaluasi pada setiap siklus.
Hasil analisis terbukti bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat karena
meningkatnya kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses kegiatan belajar
mengajar. Ketuntasan siswa pada siklus 1 yang di atas KKM berjumlah 29 siswa
(72,5%) dan siswa yang belum tuntas dibawah KKM berjumlah 11 siswa (27,5%).
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah meningkat tetapi
hasil tersebut masih di bawah indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 80%
karena ketuntasan hasil belajar baru mencapai 72,5%.
-
68
Dalam proses pertemuan di siklus I ini juga masih terdapat beberapa
kekurangan, hal ini dikarenakan sebagian kecil siswa belum mengerti tentang
pelaksanaan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) itu sendiri. Dalam catatan
peneliti di lembar observasi guru dan siswa, tercantum bahwa dalam pertemuan
pertama ini siswa belum sepenuhnya aktif dalam mengeluarkan pendapatnya saat
berdiskusi, hampir sebagian siswa masih bingung dengan langkah-langkah dalam
kegiatan berkelompok, ada beberapa siswa yang belum mau berkerjasama dalam
kelompok. Di dalam pertemuan ini guru dan peneliti serta siswa juga masih belum
maksimal dalam interaksi pembelajaran.
Sebagai contoh, sebelum melakukan kerja kelompok, guru membagikan siswa
satu kelompok terdiri dari 4 orang siswa kemudian guru membacakan cara kerja
dalam kelompok yaitu menggunakan langkah-langkah model pembelajaran TPS
(Think Pair Share), dimana pada tahap pertama setiap siswa dalam kelompok mengisi
soal pada lembar kerja mereka secara individu (Think) selama 5 menit, setelah selesai
guru meminta siswa untuk mendiskusikan jawaban mereka secara berpasangan
(Pair), dalam berdiskusi siswa mencocokan hasil kerja mereka, mereka melakukan
mendiskusikan jawaban mereka jika salah satu dari mereka ada yang berbeda
jawaban maka mereka menjelaskan kepada temannya untuk mendapatkan jawaban
yang tetap, setelah berdiskusi berpasangan, guru meminta siswa untuk bergabung
dalam kelompok besar (Share) yang terdiri dari 4 orang siswa, dalam kelompok besar
4 orang siswa ini mendiskusikan hasil kerja mereka, jika dalam kelompok tersebut
terdapat perbedaan jawaban maka mereka secara berkelompok mendiskusikan dan
mencari jawaban yang paling tepat dalam mengisi soal tersebut.
Dalam pertemuan tersebut waktu yang digunakan untuk berdiskusi peneliti
rasa kurang, karena masih terdapat beberapa siswa yang belum maksimal dalam hasil
diskusinya. Hal ini yang peneliti rasa penggunaan model pembelajaran TPS (Think
Pair Share) masih belum berhasil dan kurang efektif.
-
69
Untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam pertemuan sebelumnya,
peneliti merancang perbaikan guna mendapatkan hasil di petemuan berikutnya.
Peneliti mengubah alokasi waktu untuk siswa berdiskusi dalam kelompoknya, yaitu
menambah waktu untuk berdiskusi dan mengintensifkan penyampaian materi
pembelajaran. Namun walaupun demikian guru dan peneliti sebagai pengajar
sekaligus sebagai moderator dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran TPS (Think Pair Share) ini tetap memaksimalkan kondisi kelas agar
tetap terkontrol dengan baik sehingga siswa dapat mengikuti dan memahami
pembelajaran dengan baik.
Untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam pertemuan pertama, peneliti
merancang perbaikan guna mendapatkan hasil di petemuan berikutnya. Peneliti
mengubah alokasi waktu untuk siswa berdiskusi dalam kelompoknya, yaitu
menambah waktu untuk berdiskusi dan mengintensifkan penyampaian materi, serta
menyiapkan media dan alat peraga yang lebih menarik perhatian siswa, seperti;
menyiapkan video tentang gaya, menyiapkan alat peraga yaitu: kelereng, balok, bola
pingpong, kelereng, mobil mainan, benang kasur, serta melakukan percobaan bahwa
gaya dapat merubah gerak dan letak benda menggunakan gaya tarikan atau dorongan.
Selain itu pada pertemuan lainnya, kesalahan dan kekurangan penerapan model
pembelajaran TPS (Think Pair Share) semakin kecil karena adanya beberapa
perbaikan dari pertemuan sebelumnya dalam siklus I. Pada pertemuan ini peneliti
mengamati adanya keberhasilan atas tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Siswa
yang belum bisa menguasai materi, dalam pertemuan ini mereka sudah dapat
menyelesaikannya, bahkan dalam pengerjaan lembar observasi, hampir semua siswa
dapat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think
Pair Share) dengan baik.
Ketuntasan siswa pada siklus II yang di atas KKM berjumlah 38 siswa (95%)
dan siswa yang belum tuntas dibawah KKM berjumlah 2 siswa (5%). Dari data
-
70
tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah meningkat dan hasil tersebut
sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 80% karena
ketuntasan hasil belajar mencapai 95%.
Hasil analisis lembar observasi guru sudah meningkat. Siswa lebih aktif
dibandingkan guru. Siswa juga lebih tertarik dengan pembelajaran. Ketidak tuntasan
siswa disebabkan karena siswa dengan nomor absen 17 kurang berkonsentrasi dalam
pembelajaran dan cenderung diam dan sering tidak masuk sekolah setelah peneliti
melakukan tanya jawab dengan wali kelas ternyata siswa tersebut agak lamban dalam
menangkap materi pembelajaran dan juga agak susah bergaul dengan teman
sekelasnya kemudian untuk siswa dengan nomor absen 24 siswa ini sering
menganggu teman-teman lainnya pada saat belajar sehingga siswa tersebut tidak
memperhatikan dengan benar, hal ini disebabkan karena siswa saat pulang sekolah
hanya sendiri di rumah sedangkan orangtua siswa tersebut bekerja hingga sore
sehingga peneliti dan guru berkesimpulan bahwa siswa tersebut kurang perhatian.
Pada pembelajaran siklus II ketuntasan belajar telah mencapai 95% > 80% dari
indikator keberhasilan dari yang telah ditetapkan. Dengan demikian PTK ini terbukti
mencapai keberhasilan. Peningkatan hasil belajar IPA ini dikarenakan model
kooperative learning tipe Think Pair Share (TPS) dapat melibatkan siswa secara aktif
dalam pembelajaran, dan lebih banyak terfokus pada siswa. Siswa bekerja secara
berpasangan dan berkelompok. Mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru.
Siswa dituntut untuk bekerja sama, benar-benar belajar dan berpendapat. Hal ini juga
mebuat siswa lebih rileks tidak tegang dalam menerima materi. Setelah itu siswa juga
diajarkan untuk berani mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.
Berdasarkan penelitian yang diuraikan, maka penggunaan model kooperative
learning tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran IPA pada kelas 4 Semester
2 SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 bahwa model
-
71
kooperative learning tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar
IPA.