bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1...
TRANSCRIPT
19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
4.1.1. Kondisi Awal
Pelaksanaan pembelajaran pada kondisi awal belum memanfaatkan kerja kelompok
dengan teman sebangku dan alat batu benda konkret. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
masih rendah, siswa cenderung pasif dan lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru.
Saat guru menjelaskan materi pelajaran, banyak siswa yang kurang memperhatikan.Keaktifan
atau motifasi belajar siswa yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar,
sehingga indikator keberhasilan belum tercapai sesuai dengan KKM yaitu (60).
Hasil tes kondisi awal dapat dilihat pada lembar lampiran 5. Dari hasil tes kondisi awal
dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas, nilai minimum, nilai
maksimum, dan nilai rata-rata kelas. Berikut kategori ketuntasan belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika pada kondisi awal:
Tabel 4.1 Deskripsi Kategori Ketuntasan Belajar MATEMATIKA Kondisi Awal
Kategori Frekuensi Prosentase
Tuntas 10 37,04%
Tidak Tuntas 17 62,96%
Total 27 100%
Tabel 4.1 dapat dilihat jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas dari siswa yang
berjumlah 27.Jumlah siswa yang tuntas adalah 10 anak dengan persentase 37,04%.
Sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah 17 anak dengan persentase 62,96%.
Deskripsi kondisi awal, dapat diketahui bahwa separuh lebih dari jumlah siswa tidak
tuntas. Untuk memperjelas Tabel 4.1 dapat dilihat pada diagram lingkaran 4.1
19
20
Gambar 4. 1 Diagram Ketuntasan Belajar Matematika Kondisi Awal
Selain dapat melihat jumlah dan persentase siswa yang mencapai tuntas sesuai
dengan indikator kinerja yang diharapkan, yaitu 80% siswa memperoleh nilai ≥ 60.
Tabel 4. 2 Nilai maksimum, nilai minimum, dan mean atau rata-rata nilai hasil belajar Matematika
Kondisi Awal
No Data Ket
1 Nilai Minimum 30
2 Nilai Maksimum 70
3 Mean (rata-rata nilai) 50,35
Tabel 4.2 diketahui nilai minimumnya adalah 30, dan maksimumnya adalah 70.
Sedangkan mean atau rata-rata nilai yang diperoleh pada kondisi awal adalah 50,35.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka peneliti ingin
meningkatkan lagi hasil belajar siswa kelas VI SD N 3 Depok Kecamatan Toroh Grobogan.
Peningkatan tersebut dapat diwujutkan dengan melakukan tindakan siklus I dengan
memanfaatkan kelompok kecil dan penggunaan alat bantu benda konkret.
21
4.1.2 Siklus 1
1. Rencana Tindakan
Proses pembelajaran difokuskan pada permasalahan yang ada pada pembelajaran
sebelumnya yuaitu sebelum penerapan metodepembelajaran kooperatif tipe TPS.Pada saat
ini peneliti menyusun strategi pembelajaran yang sesuai dan menggunakan alat bantu benda
konkret agar hasil belajar siswa dapat meningkat.Siklus 1 dilaksanakan dalam 2
pertemuan.Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Selasa, 15 November 2011 pukul 07.00
sampai pukul 08.45.
. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pembelajaran, LKS, soal tes Formatif, lembar observasi pengelolaan pembelajaran
guru , lembar observasi motivasi belajar siswa , lembar angket motivasi belajar siswa dan
alat-alat pembelajaran yang mendukung.Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan 1 di
antaranya: 1. Memotivasi siswa, Menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan cara
belajar metode TPS, Apersepsi,Kegiatan inti: Menyampaikan materi menghitung volume
bangun ruang,Memberikan pretes, Mengorganisasikan siswa ke dalam belajar kelompok
dengan teman sebangkunya,Membimbing siswa dalam belajar kelompok, Presentasi hasil
kerja kelompok, Membahas hasilkerja kelompok,tes formatif dan menyimpulkan hasil
pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan 1
Kegiatan awal guru memulai pembelajaran dengan memberikan motivasi dengan
mengajak siswa „‟menyebutkan bangun ruang yang diketahui ” dan apersepsi melalui tanya
jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan bangun ruang, serta penjelasan indikator
dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Untuk mempermudah pemahaman siswa pada saat kegiatan inti guru
menyampaikan materi pelajaran dengan memanfaatkan benda konkret berupa balok dan
kubus.Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Setelah kegiatan diskusi
selesai, dilanjutkan dengan pembahasan hasil diskusi dan guru menyempurnakan hasil
diskusi dan siswa mencatanya. Kegiatan akhir guru dan juga sebagi peneliti memberi
pemantapan dengan memberikan pertanyaan secara lisan.
22
Pada saat pembelajaran siklus I pertemuan I berlangsung, peneliti meminta bantuan
Observer untuk mengamati proses pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan
cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi
item untuk mengamati aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran dan motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui apa yang
menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.
Kekurangan-kekurangan pada pertemuan ini adalah sebagian besar siswa pada aspek
mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan, membantu teman yang kesulitan
,menjawab pertanyaan dengan benar masih belum dilakukan. Sedangkan kekurangan guru
dalam pengelolaan pembelajaran antara lain pada saat kegiatan pembelajaran guru kurang
jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, pengaturan waktu masih perlu diperbaiki,
guru kurang optimal dalam membimbing siswa pada saat diskusi kelompok, saat menyusun
kesimpulan telah melibatkan siswa. Adapun kekurangan-kekurangan dalam pertemuan I
akan diperbaiki pada pertemuan II.
Pertemuan ke 2
Perencanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan II sebagai tindak lanjut dan perbaikan
serta penyempurnaan proses pembelajaran pada pertemuan I, pada pertemuan II ini
dilaksanakan pada hari Kamis, 17 November 2011 dengan pencapaian indikator “Menghitung
banyak rusuk,sisi dan menghitung volume bangun ruang kerucut dan limas segiempat”
selama 3 jam pelajaran. 2 jam pelajaran penyampaian materi dan 1 jam pelajaran berikutnya
evaluasi dan analisis. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini dimulai dengan
memberikan motivasi dan apersepsi melalui tanya jawab tentang materi pada pertemuan
pertama kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi yang sudah disiapkan. Kegiatan
pembelajaran dilanjutkan dengan evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dari
materi pertemuan I sampai pertemuan II, dan pemberian angket untuk mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran yang memanfaatkan teman sebangku sebagai kelompok kecil
dan pemanfaatan alat bantu benda konkret.
23
3. Pelaksanaan Tindakan
Pada saat pembelajaran siklus I pertemuan II berlangsung, peneliti meminta bantuan
Observer untuk mengamati proses pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan
cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi
item untuk mengamati aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran dan motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui apa yang
menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.
Refleksi Pertemuan 2
Kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan II ini sudah berjalan dengan baik. Sebagian
besar siswa sudah aktif dalam pembelajaran,yaitu sudah memanfaatkan teman sebangku
sebagai teman belajar dan menggunakan alat bantu benda konkret sebagai alat belajar.Hal ini
dapat dibuktikan saat guru memberi pertanyaan, sebagian besar siswa sudah menjawab dan
ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab, sebagian besar siswa sudah berani
menjawab, walaupun masih ada siswa yang malu dan takut dalam menjawab, guru
memberikan pengertian kepada siswa bahwa tak ada jawaban yang salah tapi yang ada
hanya jawaban yang kurang tepat, aktif bekerja sama dengan anggota kelompok dan aktif
dalam berdiskusi.
Saat guru menjelaskan tentang materi siswa juga sudah memperhatikan dengan tekun
karena pada awal pembelajaran guru meminta kepada seluruh siswa untuk memperhatikan
penjelasan guru dengan serius, hal ini terbukti dapat memfokuskan siswa kepada penjelasan
guru. Dalam kerjasama kelompok siswa sudah kompak, aktif memberikan pendapatnya. Di
dalam diskusi kelompok siswa juga sudah mulai aktif dalam memberi pendapat, sanggahan
atau pertanyaan. Tetapi masih ada juga siswa yang pasif dalam bertanya, kerjasama
kelompok maupun dalam diskusi. Untuk mengatasinya guru memberi dorongan dengan
memberi kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk menjawab. Kegiatan
pembelajaran pertemuan ke II ini dari keseluruhan aspek siswa sudah termotivasi belajar,
keaktifan atau motivasi belajar siswa sudah ada peningkatan di bandingkan dengan
pertemuan I.
Pada saat pembelajaran siklus I pertemuan II berlangsung, peneliti diamati oleh 1
Observer untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran. Dari
hasil observasi tersebut dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama
24
pembelajaran berlangsung. Kekurangan guru dan juga sebagai peneliti dalam pembelajaran
antara lain pengaturan waktu masih perlu diperbaiki. Sedangkan kelebihan guru pada saat
mengajar adalah guru sudah lebih optimal dalam membimbing siswa pada saat diskusi
kelompok dan selama pengamatan, persiapan guru sebelum mengajar telah optimal, adanya
ketegasan guru saat menegur siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, saat
menyusun kesimpulan telah melibatkan siswa, dan kegiatan pembelajaran sudah terprogram
dengan baik, sebagian besar siswa aktif dan antusias dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan kelompok kecil dan alat bantu benda konkret ini akan
dilanjutkan ke siklus II sebagai pemantapan keberhasilan siklus I.
Setelah kegiatan pembelajaran berakhir peneliti memberi angket pada semua siswa
yang bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran. Hasil
temuan angket pada siklus I sebagian besar siswa menjawab tertarik, senang dengan
pembelajaran yang memanfaatkan teman sebangku sebagai kelompok belajar dan
penggunaan alat bantu benda konkret.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
yang memanfaatkan kelompok kecil dan alat bantu benda konkret berjalan lancar sesuai
yang direncanakan. Siswa merasa senang dan antusias sehingga termotivasi untuk mengikuti
setiap langkah pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari semangat dan perhatiannya terhadap
alat dan media pembelajaran yang berupa gambar dan model tiruan benda sesungguhnya.
Keaktifan siswa pada siklus I meningkat dari pasif menjadi aktif dan dapat dikatakan motivasi
belajar siswa tinggi. Kegiatan pembelajaran pada siklus I ada kelebihan dan ada kekurangan.
Kekurangan – kekurangan pada siklus I antara lain: masih ada siswa yang belum berani
bertanya. Kekurangan ini akan diperbaiki siklus II
25
4. Hasil tindakan
1. Data hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran
Data Pengelolaan pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Deskrisi Nilai Minimum,Maksimum dan Rata-rata Pengukuran
Pengelolaan Pembelajaran Siklus I
Jumlah item Skor minimum Skor maksimum
Rata-rata
Pengelolaan Pembelajaran
16 25 100 62,5
Tabel 4.3 diketahui skor maksimal pengelolaan pembelajaran adalah 100
sedangkan skor minimal sebesar 25 dan skor rata-rata adalah 62,5. Untuk menentukan tinggi
rendahnya tingkat pengelolaan pembelajaran digunakan 5 kategori, yakni, kategori sangat
kurang , kategori kurang , kategori cukup baik , kategori baik, dan kategori sangat baik.
Jumlah item yang digunakan untuk mengukur tingkat pengelolaan pembelajaran adalah 10
item. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari rentang adalah sebagai berikut:
maksimalskor
perolehanskorNilai
.
. x 100%
Dengan demikian, tinggi rendahnya hasil pengukuran dapat dikategorikan sebagai berikut:
Tabel:4.4 Kategori Hasil Pengukuran
Rentang nilai Kategori
90 – 100 Sangat Baik
75 - 89 Baik
60 - 74 Cukup baik
50 - 59 Kurang
0 - 49 Sangat kurang
26
Tabel 4.5 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I
Berdasarkan data tabel 4.5 kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan kelompok
kecil dan alat peraga benda konkret rata-rata keseluruhan kegiatan telah mencapai indikator
keberhasilan yaitu 78%. Namun dalam kegiatan pendahuluan, inti dan penutup perlu
disempurnakan karena masih ada kekurangan dan beberapa kegiatan penting yang telah
direncanakan terlewatkan.
Tabel 4.6 Deskrisi Nilai Minimum,Maksimum, Rata-rata Pengukuran keaktifan Siswa dalam Pembelajarn
Uraian Jumlah siswa Skor minimum Skor maksimum Rata-rata
Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
27
0
100
50
Tabel 4.6 diketahui skor maksimal sebesar 100 dan skor minimal 25 dengan rata-rata
50. Hasil pengukuran tersebut kemudian dikelompokkan menjadi lima golongan yakni sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah , dan sangat rendah. Sebagai pengelompokan digunakan rumus
sebagai berikut:
maksimalskor
perolehanskorNilai
.
. x 100%
No Kegiatan Indikator
Keberhasilan Hasil (%)
Ketercapaian Indikator
1 Kegiatan Awal 75 % 75% Belum
2 Inti 75 % 80 % Tercapai
3 Penutup 75 % 79 % Tercapai
Rata-rata 75 % 78% Tercapai
27
Dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa ,yakni sejumlah 66,66% menunjukkan
tingkat motivasi belajar yang tinggi skor 75 – 89 dicapai 18 siswa, 14,81% menunjukkan
motivasi belajar yang sangat tinggi dengan skor 90 – 100 dicapai 4 siswa, 14,81% cukup
sedang dengan skor 60 – 74 dicapai oleh 4 siswa, sementara 3,72% siswa yang menunjukkan
tingkat motivasi belajar yang rendah dengan skor 50 – 59 dicapai 1 siswa, dan siswa yang
menunjukkan motivasi belajar yang sangat rendah 0% dengan skor 0 – 49% tidak dicapai
siswa atau 0. Maka dikatakan bahwa sebagian besar tingkat motivasi belajar siswa kelas 6
SDNegeri 3 Depok Toroh Grobogan berada pada tingkat tinggi.
Untuk memperoleh data respon siswa terhadap pembelajaran yang memanfaatkan
kelompok kecil dan alat bantu benda konkret peneliti memberikan sebuah angket. Adapun
angket berisi tentang pernyataan-pernyataan yang harus dijawab siswa sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya, yang meliputi 10 aspek perilaku siswa. Adapun pernyataan –
pernyataan yang diberikan adalah : (1) Pelajaran menjadi menarik setelah guru membentuk
kelompok kecil dan menggunakan alat bantu benda konkret, sehingga saya merasa senang
dalam mengikuti pembelajaran, (2) Ketika materi pelajaran disampaikan saya memperhatikan
dengan sungguh-sungguh atau serius,(3) Saya bertanya pada guru atau teman jika
mengalami kesulitan, (4) Setiap tugas yang diberikan guru saya kerjakan dengan sungguh-
sungguh,(5) Bila ada teman/kelompok belajar yang mengalami kesulitan saya bantu,(6)Saya
terlibat/ikut dalam menyimpulkan materi dan membuat rangkuman,(7) Ada ulangan maupun
tidak saya tetap belajar setiap hari, (8) Dengan belajar sungguh- sungguh yakin saya
mendapat nilai bagus, (9) Saya merasa puas jika mendapat nilai bagus, (10) Karena
ketekunan belajar saya, nilai menjadi meningkat. Dan hasil dari pengukuran dikelompokkan
menurut kategori yang telah ditentukan.
Pengamatan pembelajaran diketahui skor maksimal angket motivasi belajar adalah
100 sedangkan skor minimal sebesar 0. Untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat motivasi
belajar siswa digunakan 5 kategori, yakni, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat
tinggi. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur angket motivasi belajar adalah 10 item.
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari rentang adalah sebagai berikut:
maksimalskor
perolehanskorNilai
.
. x 100%
28
Keberhasilan belajar dapat dilihat bahwa sebagian besar responden, yakni sejumlah
70,38% memiliki tingkat motivasi belajar yang tinggi , 14,81% responden memiliki tingkat
motivasi belajar sangat tinggi, 14,81% memiliki tingkat motivasi belajar yang sedang,
sementara responden yang memiliki tingkat motivasi rendah, dan sangat rendah adalah 0%.
Maka, dapat dikatakan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat motivasi belajar yang
tinggi.
2. Data hasil Tes Formatif
Tabel 4.7 Deskripsi Kategori Ketuntasan Belajar Matematika Siklus 1
Kategori Frekuensi Prosentase
Tuntas 17 62,96%
Tidak Tuntas 10 37,04%
Total 27 100%
Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas pada siklus ini adalah 17 siswa
dengan persentase 62,96% dan siswa yang belum tuntas pada siklus ini sebanyak 10 siswa
dengan persentase 37,04%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara
klasikal siswa belum tuntas, belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 hanya sebesar
62,96% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum terbiasa atau mengerti apa yang
dimaksudkan dengan kerja kelompok kecil dengan teman sebangku. Untuk lebih jelasnya
dapat melihat diagram 4.4
29
Gambar 4.2
Diagram Hasil Belajar Matematika Siklus I
Selain kategori ketuntasan siswa, juga dapat disajikan data untuk nilai minimum,
maksimum, mean atau nilai rata-rata. Berikut merupakan data nilai minimum, maksimum,
mean atau rata-rata nilai:
Tabel 4.8 Nilai maksimum, nilai minimum, dan mean atau rata-rata nilai hasil belajar Matematika
Siklus 1
No Data Ket
1 Nilai Minimum 40
2 Nilai Maksimum 80
3 Mean (rata-rata nilai) 60
Tabel 4.11 diketahui nilai minimumnya adalah 40, dan maksimumnya adalah 80.
Sedangkan mean atau rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus 1 adalah 60. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama ini nilai maksimum, minimum, dan rata-rata juga
mengalami peningkatan.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan siklus I diperoleh hasil refleksi sebagai
berikut:
30
Tabel 4.9 Hasil refleksi siklus I
No Uraian Kondisi
awal Siklus I Refleksi
1
Memanfaatkan teman sbg sumber belajar dan alat bantu benda konkrets
- Baik
(78%)
Kondisi awal belum teramati. Siklus I telah mencapai indikator keberhasilan.
2
Prosentase motivasi siswa dalam pembelajaran
Rendah Tinggi (67,85%)
Kondisi awal masih rendah. siklus I belum mencapai prosentase indikator keberhasilan,ada peningkatan dari tingkat rendah menjadi tingkat Tinggi.
3
Prosentase angket motivasi belajar
Rendah Tinggi (71,42%)
Kondisi awal motivasi belajar rendah, siklus I belum mencapai prosentase indikator keberhasilan. Ada peningkatan dari tingkat rendah menjadi tinggi.
4 Prosentase ketuntasan
35,71 % 60,71% Kondisi awal dan siklus I belum mencapai indikator keberhasilan. Peningkatan sebesar 25%.
5 Kekurangan Siswa kurang berani mengajukan Pertanyaan
6 Revisi Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa untuk bertanya.
Berdasarkan tabel 4.12 diatas kekurangan-keklurangan yang ada pada siklus I akan
diperbaikipada siklus berikutnya.
4.1.3 Siklus 2
1. Rencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pembelajaran 2, LKS , sal tes Formatif, lembar observasi kinerja guru , lembar
31
observasi motivasi belajar siswa , lembar angket motivasi belajar siswa dan alat-alat
pembelajaran yang mendukun yaitu benda konkret berupa kerucut,limas segi empat, prisma
segitiga dan tabung lingkaran. Pada siklus 2 ini di pertemuan 1 dan pertemuan 2 kegiatan
belajar siswa sama denga pada siklus 1 yaitu berkelompok denga pasangan teman sebangku.
Pertemuan I
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari selasa,22 November 2011.
Indikator pada pertemuan pertama ini adalah ”Menghitung banyak rusuk,sisi dan volume
bangun ruang prisma segitiga ”. yang terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti, kegiatan akhir.
Kegiatan awal guru memulai pembelajaran dengan memberikan motivasi dengan
mengajak siswa tanya jawab ” Apa nama bangun ruang yang alasnya berbentuk segitiga‟?
dan apersepsi ”Bangun ruang balok apabila dibelah menjadi dua dengan garis belah diagonal
akan menjadi bangun apa”? serta penjelasan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan lembar kerja
kelompok dan alat bantu benda konkret siswa secara kelompok sebangku mengerjakan
lembar kerja sesuai petunjuki. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok.
Setelah kegiatan diskusi selesai, dilanjutkan dengan pembahasan hasil diskusi dan guru
menyempurnakan hasil diskusi dan siswa mencatanya. Kegiatan akhir peneliti dan juga
sebagi guru memberi pemantapan dengan memberikan pertanyaan secara lisan.
Pertemuan 2
Pada saat pembelajaran siklus II pertemuan I berlangsung, peneliti meminta bantuan
Observer untuk mengamati proses pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan
cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi
item untuk mengamati aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran dan motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui apa yang
menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.
Siklus II pertemuan I ini kegiatan pembelajaran sudah mulai berjalan dengan baik hal
ini dapat dibuktikan saat guru memberi pertanyaan, sebagian besar siswa sudah menjawab
dan ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab, sebagian besar siswa sudah
berani menjawab walaupun ada juga siswa yang masih malu, karena sebagian besar siswa
sudah mulai merasa tidak takut dengan jawaban yang salah atau kurang tepat. Guru
32
memberikan pengertian kepada siswa bahwa tak ada jawaban yang salah tapi yang ada
hanya jawaban yang kurang tepat.
Saat guru menjelaskan tentang materi yang dipelajari siswa telihat aktif dan
memperhatikan dengan serius. Hal ini dapat dilihat dari semangat dan perhatiannya terhadap
alat dan media pembelajaran yang berupa gambar dan model tiruan benda sesungguhnya,
serta semangat dan perhatiannya dalam mengikuti setiap langkah kegiatan pembelajaran.
Saat diskusi kelompok siswa juga sudah mulai aktif dalam memberi pendapat,
sanggahan atau pertanyaan. Tetapi masih ada juga siswa yang pasif dalam bertanya,
kerjasama kelompok maupun dalam diskusi. Untuk mengatasinya guru memberi dorongan
dengan memberi kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk menjawab. Kegiatan
pembelajaran pertemuan ke I ini keaktifan atau motivasi belajar siswa bertambah meningkat
di bandingkan dengan pertemuan II siklus I.
Pada saat pembelajaran siklus II pertemuan I berlangsung, peneliti diamati oleh 1
Observer untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran. Dari
hasil observasi tersebut dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama
pembelajaran berlangsung. Kekurangan guru dalam mengajar antara lain, guru kurang
optimal dalam membimbing siswa pada saat diskusi kelompok. Sedangkan kelebihan guru
pada saat mengajar adalah persiapan guru sebelum mengajar telah optimal, adanya
ketegasan guru saat menegur siswa yang melakukan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran,
saat menyusun kesimpulan telah melibatkan siswa. Adapun kekurangan dalam pertemuan I
akan diperbaiki pada pertemuan II.
1) Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan II sebagai tindak lanjut dan perbaikan
serta penyempurnaan proses pembelajaran pada pertemuan I. Pada pertemuan II ini
dilaksanakan pada hari Kamis,24 November 2011 dengan indikator pembelajaran
“Menghitung volume tabung lingkaran” selama 3 jam pelajaran. 2 jam pelajaran penyampaian
materi dan 1 jam pelajaran berikutnya evaluasi. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini
dimulai dengan memberikan motivasi dan apersepsi melalui tanya jawab tentang materi pada
pertemuan pertama kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi yang sudah disiapkan.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa dari materi pertemuan I sampai pertemuan II, dan pemberian angket untuk mengetahui
33
respon siswa terhadap pembelajaran yang memanfaatkan t.man sebangku sebagai teman
belajar dan penggunaan alat bantu benda konkret.
Kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan II berlangsung sudah sesuai dengan
harapan dan berjalan dengan baik. Siswa sangat antusias dan aktif dalam mengikuti jalannya
kegiatan pembelajaran, yaitu saat tanya jawab, aktif bekerjasama dengan anggota kelompok
dan aktif dalam berdiskusi, Dari keseluruhan aspek motivasi belajar siswa sudah termotivasi
dalam belajar.
Pada saat pembelajaran siklus II pertemuan II berlangsung, peneliti diamati I Observer
untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara
mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi item
untuk mengamati aktivitas guru. Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa pada siklus II
guru telah melaksanakan pembelajaran yang memanfatkan media power point dengan
kategori baik.
Di akhir Kegitan pembelajaran diadakan evaluasi dengan menggunakan tes tertulis
yaitu siswa menjawab 5 pertanyaan uraian yang dibagikan peneliti dan diakhiri dengan
refleksi.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
yang memanfaatkan alat bantu benda konkret berjalan sesuai yang direncanakan. Siswa
merasa senang dan antusias sehingga termotivasi untuk mengikuti setiap langkah
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari semangat dan perhatiannya terhadap alat dan media
pembelajaran yang berupa gambar dan model tiruan benda sesungguhnya. Keaktivan siswa
pada siklus II meningkat dari aktif menjadi lebih aktif dan dapat dikatakan motivasi belajar
siswa tinngi. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah berjalan dengan baik dan telah
mencapai indikator keberhasilan, maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa
yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya
pembelajaran yang memanfaatkan media power point dapat meningkatkan proses belajar
mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
a. Hasil Tindakan
1. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru/Pengelolaan Pembelajaran
Data Pengelolaan pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:
34
Tabel 4.10 Deskrisi Nilai Minimum,Maksimum dan Rata-rata
Jumlah item Skor minimum Skor maksimum
Rata-rata
Pengelolaan Pembelajaran
16 25 100 62,5
Tabel 4.13 diketahui skor maksimal pengelolaan pembelajaran adalah 100
sedangkan skor minimal sebesar 25 dan skor rata-rata adalah 62,5. Untuk menentukan tinggi
rendahnya tingkat pengelolaan pembelajaran digunakan 5 kategori, yakni, kategori sangat
kurang , kategori kurang , kategori cukup baik rentang , kategori baik, dan kategori sangat
baik. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur tingkat pengelolaan pembelajaran adalah
10 item. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari rentang adalah sebagai berikut:
maksimalskor
perolehanskorNilai
.
. x 100%
Dengan demikian, tinggi rendahnya hasil pengukuran dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.11 Kategori Hasil Pengukuran
Rentang nilai Kategori
90 – 100 Sangat Baik
75 - 89 Baik
60 - 74 Cukup baik
50 - 59 Kurang
0 - 49 Sangat kurang
Tabel 4.12 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran siklus II
No Kegiatan Indikator
Keberhasilan Hasil (%)
Ketercapaian Indikator
1 Pendahuluan 75 % 81% Tercapai
2 Inti 75 % 83 % Tercapai
3 Penutup 75 % 79 % Tercapai
Rata-rata 75 % 81 % Tercapai
35
Aspek yang diamati untuk memperoleh data motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran siklus II meliputi 10 aspek perilaku siswa yang muncul saat pembelajaran
berlangsung. Adapun aspek – aspek yang diamati adalah : (1) siswa antusias dalam
merespon motivasi guru, (2) Mampu memnjawab pertanyaan guru dengan benar, (3)
Memperhatikan penjelasan guru, (4) Mengajukan pertanyaan, (5) Mengerjakan Tugas dengan
sungguh-sungguh, (6) Berdiskusi dengan teman, (7) Membantu teman yang kesulitan, (8)
Mempresentasikan hasil diskusi dan memberikan tanggapan pada kelompok lain, (9)
Membuat rangkuman, (10) Mengerjakan tes dengan semangat. dan hasilnya dikelompokan
menurut kategori yang telah ditentukan.
Data keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 4.13 Deskripsi Nilai Minimum,Maksimum, Rata-rata
Jumlah siswa
Skor minimum
Skor maksimum
Rata-rata
Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
28
0
100
50
Tabel 4.16 diketahui skor maksimal sebesar 100 dan skor minimal 0 dengan rata-rata
50. Hasil pengukuran tersebut kemudian dikelompokkan menjadi lima golongan yakni sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Sebagai pengelompokan digunakan rumus
sebagai berikut
maksimalskor
perolehanskorNilai
.
. x 100%
Dengan demikian, tinggi rendahnya hasil pengukuran dapat dikategorikan sebagai berikut
Tabel 4.14 Tabel Deskriptif Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran
No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase Kategori
1. 90 - 100 6 22,23% Sangat Tinggi
2. 75 - 89 21 77,77% Tinggi
3. 60 - 74 0 0% Sedang
4. 50 - 59 0 0% Rendah
5. 0 - 49 0 0% Sangat Rendah -
Total 27 100%
36
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa ,yakni sejumlah
77,77% memiliki tingkat keaktifan belajar yang tinggi dengan rentang nilai 75 –89 dicapai 21
orang, 22,23% menunjukkan tingkat keaktifan belajar yang sangat tinggi dengan rentang nilai
90 – 100 dicapai 6 siswa, sedangkan siswa yang menujukkan tingkat keaktifan belajar yang
sedang, rendah dan sangat rendah adalah 0% dicapai 0 siswa atau tidak ada. Maka dari itu,
dari hasil pengukuran dapat dikatakan bahwa sebagian besar tingkat keaktifan belajar siswa
kelas 6 SDNegeri 3 Depok Toroh Grobogan pada siklus II berada pada kategori tinggi.
Berikut adalah diagram tentang hasil pengamatan Keaktifan siswa dalam
pembelajaran siklus II:
Gambar 4.3 Diagram Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika siklus II
3. Data Hasil Angket Keaktifan Belajar siswa siklus II
Untuk memperoleh data respon siswa terhadap pembelajaran yang memanfaatkan
media power point peneliti memberikan sebuah angket. Adapun angket berisi tentang
pernyataan-pernyataan yang harus dijawab siswa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
yang meliputi 10 aspek perilaku siswa. Adapun pernyataan – pernyataan yang diberikan
adalah : (1) Pelajaran menjadi menarik setelah gurumenayangkan media power point tentang
rotasi bumi, sehingga saya senang dalam mengikuti pembelajaran, (2) Ketika materi pelajaran
disampaikan saya memperhatikan dengan sungguh-sungguh atau serius,(3) Saya bertanya
pada guru atau teman jika mengalami kesulitan, (4) Setiap tugas yang diberikan guru saya
kerjakan dengan sungguh-sungguh,(5) Bila ada teman/kelompok belajar yang mengalami
kesulitan saya bantu, (6) saya terlibat /ikut dalam menyimpulkan materi dan membuat
37
rangkuman, (7) Ada ulangan maupun tidak saya tetap belajar setiap hari, (8) Dengan belajar
sungguh- sungguh yakin saya mendapat nilai bagus, (9) Saya merasa puas jika mendapat
nilai bagus, (10) Karena ketekunan belajar saya, nilai menjadi meningkat. Dan hasil dari
pengukuran dikelompokkan menurut kategori yang telah ditentukan.
Dengan demikian data angket motivasi belajar siswa siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Data angket keaktifan belajar siswa dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 4.15
Deskripsi Nilai Minimum,Maksimum, dan Rata-rata Belajar Siswa siklus II
Jumlah item Skor minimum Skor maksimum Rata-rata
Motivasi siswa 10 0 100 50
Tabel 4.18 diketahui skor maksimal angket keaktifan belajar adalah 100 sedangkan
skor minimal sebesar 0. Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel keaktifan belajar
digunakan 5 kategori, yakni, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Jumlah
item yang digunakan untuk mengukur keaktifan belajar adalah 10 item. Adapun rumus yang
digunakan untuk mencari rentang adalah sebagai berikut:
maksimalskor
perolehanskorNilai
.
. x 100%
Dengan demikian, tinggi rendahnya hasil pengukuran dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.16
Deskriptif Hasil Angket Keaktifan Belajar Siswa siklus II
No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase Kategori
1. 90 - 100 4 14,81% Sangat Tinggi
2. 75 - 89 23 85,19% Tinggi
3. 60 - 65 0 0% Sedang
4. 50 - 59 0 0% Rendah
5. 0 - 49 0 0% Sangat Rendah
Jumlah 27 100%
Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden, yakni sejumlah 85,19%
memiliki tingkat keaktifan belajar yang tinggi dengan rentang nilai 75 - 89 dicapai oleh 23
38
siswa, 14,81% memiliki keaktifan belajar tingkat sangat tinggi dengan rentang nilai 90 - 100
dicapai oleh 5 orang. Sedangkan keaktifan belajar tingkat sedang 0 % dengan rentang nilai
56-65 dicapai 0 siswa , tingkat rendah 0% dengan rentang nilai 40 – 55 dicapai 0 siswa, dan
sangat rendah juga 0% dengan rentang nilai 0-39 dicapai 0 siswa atau tidak ada . Maka,
dapat dikatakan bahwa mayoritas responden pada siklus II memiliki tingkat keaktifan belajar
yang tinggi.
4. Data hasil Tes Formatif
Tabel 4.17 Deskriptif Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
Kategori Frekuensi Prosentase
Tuntas 24 88,88%
Tidak Tuntas 3 11,12%
Total 27 100
Tabel 4.20 dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas pada siklus ini adalah 24 siswa
dengan persentase 88,88% dan siswa yang belum tuntas pada siklus ini sebanyak 3 siswa
dengan persentase 11,12%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus ke II secara
klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,88% (termasuk kategori tuntas)
sesuai indikator yang telah ditentukan, yaitu 80% siswa memperoleh nilai ≥ 60. Hasil pada
siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar
pada siklus II dipengaruhi oleh adanya peningkatan motivasi dan kemampuan guru dalam
memanfaatkan kelompok kecil dan alat peraga benda konkret dalam pembelajaran, sehingga
siswa menjadi lebih senang dan terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa
lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
Untuk memperjelas keterangan tabel 4.20 dapat dilihat diagram hasil formatif Siklus II
pada diagram lingkaran 4.7
39
Gambar 4.4 Diagran Hasil Tes Formatif Matematika Siklus II
Selain kategori ketuntasan siswa, juga dapat disajikan data untuk nilai minimum,
maksimum, mean atau rata-rata nilai. Berikut merupakan data nilai minimum, maksimum,
mean atau rata-rata nilai pada siklus 2:
Tabel 4. 18 Nilai maksimum, nilai minimum, dan rata-rata hasil belajar Matematika
Siklus II
No Data Ket
1 Nilai Minimum 50
2 Nilai Maksimum 100
3 Mean (rata-rata nilai) 75
Tabel 4.21 diketahui nilai minimumnya adalah 50, dan maksimumnya adalah 100.
Sedangkan mean atau rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus 2 adalah 75.
c. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan siklus I dan siklus II diperoleh hasil refleksi
sebagai berikut:
40
Tabel 4.19 Tabel Hasil refleksi siklus II
No Uraian Siklus I Siklus II Refleksi
1
Pemanfaatan kelompok kecil dan alat bantu benda konkret
78%
(Baik)
81 %
(Baik)
Siklus I dan siklus II telah mencapai indikator keberhasilan. Peningkatan sebesar 3%
2
Prosentase motivasi siswa dalam pembelajaran
66,66%
(Tinggi)
77,77%
(Tinggi)
Siklus I belum mencapai persentase indikator keberhasilan ( 75% siswa memilikii motivasi belajar tingkat tinggi ) dan siklus II telah mencapai Persentase indikator keberhasilan ,motivasi belajar siswa berada pada tingkat tinggi. Peningkatan sebesar 10,72%.
3
Prosentase angket motivasi belajar
70,38%
(tinggi)
85,19%
(Tinggi)
Siklus I belum mencapai prosentase indikator keberhasilan dan siklus II telah mencapai prosentase indikator keberhasilan, motivasi belajar siswa berada pada kategori tingkatt tinggi. Peningkatan sebesar 10,72% .
4 Prosentase ketuntasan
62,96% 88,88% Siklus I belum mencapai prosentase indikator keberhasilan yaitu 80% siswa memperoleh nilai ≥ 60, dan Siklus II telah mencapai indikator keberhasilan. Peningkatan sebesar 28,57 %.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah memanfaatkan media power point dalam pembelajaran
dengan baik dan dilihat dari motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, hasil angket
motivasi belajar, hasil belajar siswa, serta pelaksanaan proses belajar mengajar sudah
berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa
yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya
pemanfaatan media power point dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media power point
memiliki dampak positif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat
41
dilihat dari semakin meningkatnya motivasi belajar dan mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru (Prosentase ketuntasan belajar meningkat dari
kondisi awal, siklus I dan II yaitu masing-masing 37,04%,62,96%,88,88%).
a. Kondisi Awal
Proses pembelajaran saat kondisi awal masih menerapkan pembelajaran yang
berpusat pada guru. Siswa hanya sebagai penerima materi dengan mendengarkan saja.
Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru tidak menggunakan media pembelajaran.
Hasil belajar Matematika saat kondisi awal dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
mendapat nilai < 60 masih banyak, atau dapat dikatakan hampir separuh dari siswa tidak
tuntas. Siswa yang tidak tuntas yaitu 17 anak dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 27 anak,
sedangkan siswa yang tuntas adalah 10 anak. Bila dilihat persentase ketuntasannnya, saat
kondisi awal ini siswa yang tidak tuntas adalah 62,96 % dan yang tuntas adalah 37,04%. Nilai
maksimum yang diperoleh siswa pada kondisi awal ini adalah 70, namun nilai minimum yang
diperoleh siswa masih sangatlah rendah, yaitu 30. Dengan demikian dapat dilihat rentang
yang sangat jauh antara nilai minimum dan nilai maksimum. Nilai rata-rata yang diperoleh
siswa saat kondisi awal adalah 50,35.
b. Siklus 1
Pada proses pembelajaran siklus 1 guru dalam menyampaiakn materi pelajaran
sudah memanfaatkan kelompok kecil dan alat peraga benda konkret. Saat pembelajaran
berlangsung, siswa sangat antusias. Keantusiasan siswa dapat dilihat dengan keaktifan
siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru.
Hasil tes Matematika pada siklus ini yang mencapai nilai ≥ 60 atau yang mencapai
ketuntasan menurut indikator kinerja adalah 17 siswa (602,96%). Sedangkan siswa yang
belum tuntas adalah 10 anak (37,04%). Bila dibandingkan saat kondisi awal, hasil belajarnya
telah meningkat yaitu dari kondisi awal yang persentase ketuntasannya adalah 37,04%
menjadi 62,96% pada siklus 1 ini. Kenaikan persentase ketuntasan dari kondisi awal ke siklus
1 adalah 25%.
Nilai minimum pada siklus I ini adalah 40, lebih tinggi dibandingkan pada saat kondisi
awal yang hanya 30. Sedangkan nilai maksimumnya juga mengalami kenaikan, pada
prasiklus nilai maksimum adalah 70 sedangkan pada siklus 1 yaitu menjadi 80.
42
Nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus ini 60 dan bila dibandingkan pada saat
kondisi awal yang nilai rata-ratanya 50,35 maka, pada siklus satu ini juga terjadi kenaikan nilai
rata-rata sebesar 9,65.
Untuk mempermudah membandingkan hasil belajar antara kondisi awal dan siklus 1
dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.20
Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal dan Siklus 1
No Kategori Jumlah Persentase (%)
Kondisi Awal Siklus 1 Kondisi Awal
Siklus 1
1. Tuntas 10 17 37,04 62,96
2 Tidak tuntas 17 10 62,96 37,04
3. Total 27 27 100 100
4. Minimum 30 40
5. Maksimum 70 80
6. Rata-rata 50,35 60
Tabel 4.23 di atas diketahui pada siklus I siswa yang mencapai tuntas adalah
62,96%. Hal ini berarti indikator kinerja yang diharapkan belum tercapai yaitu belum ada 80%
siswa yang mendapat nilai ≥ 60. Dengan demikian, penelitian pada siklus ini belum berhasil
dan perlu perbaikan pada siklus selanjutnya terutama tentang pemanfaatan kelompok kecil
dan alat peraga benda konkret .
c. Siklus 2
Proses pembelajaran dengan memanfaatkan kelompokmkecil dan alat peraga benda
konkret pada siklus 2 ini sudah lebih baik dari pembelajaran pada siklus 1 pembelajaran serta
ketepatan jawaban siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru.
Hasil tes IPA pada siklus ini dibandingkan dengan hasil saat kondisi awal dan siklus 1
jauh lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 60 atau yang
mencapai ketuntasan menurut indikator kinerja adalah 25 siswa (88,88%), sedangkan siswa
yang belum tuntas adalah 3 siswa (11,12%). Bila dibandingkan saat kondisi awal yang hanya
10 siswa yang tuntas (37,04%) dan siklus 1 ada 17 siswa yang tuntas (62,96%), siklus 2 ini
43
memiliki jumlah ketuntasan yang paling tinggi. Dari data yang ada dapat kita ketahui kenaikan
persentase ketuntasan dari siklus 1 ke siklus 2 adalah 25%.
Nilai minimum pada siklus ini adalah 50, jauh lebih tinggi dibandingkan pada saat
kondisi awal yang hanya 30 dan siklus 1 yang hanya 40. Sedangkan nilai maksimumnya
meningkat menjadi 100, yang tadinya pada siklus 1 nilai maksimum yang dicapai adalah 80
Nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus ini 75, bila dibandingkan pada saat
kondisi awal yang nilai rata-ratanya 50,35 dan siklus 1 yang hanya 60. Pada siklus ini juga
terjadi kenaikan nilai rata-rata dari siklus 1 ke siklus 2 adalah sebesar 15.
Untuk mempermudah membandingkan hasil belajar antara kondisi awal, siklus 1, dan
siklus 2 dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 21 Perbandingan Hasil Belajar Matematika
Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2
No Kategori Jumlah Persentase (%)
Kondisi Awal
Siklus 1
Siklus 2
Kondisi Awal
Siklus 1
Siklus 2
1. Tuntas 10 17 24 37,04 66,66 88,88
2. Tidak tuntas 17 10 3 62,96 33,34 11,12
3. Total 27 27 27 100 100 100
4. Minimum 30 40 50
5. Maksimum 70 80 100
6. Rata-rata 50,35 60 75
Tabel 4.24 diketahui bahwa hasil belajar siswa yang tuntas pada siklus 2 telah
mencapai 88,88% atau lebih dari indikator kinerja yang diinginkan yaitu lebih dari 80% siswa
yang mendapat nilai ≥ 60. Hasil belajar pada siklus 2 ini ketuntasan belajar siswa secara
klasikal belum tercapai, tetapi telah mencapai indikator kinerja yang diharapkan sehinnga
penelitian dihentikan sampai pada siklus 2. Sedangkan untuk siswa yang belum mencapai
indikator yang diharapkan, akan diberikan kegiatan remedial di luar kegiatan siklus. Untuk
memperjelas keterangan ketuntasan hasil belajar siswa diatas dapat dilihat diagram 4.5
44
Gambar 4.5 Diagram Perbandingan Nilai Ketuntasan Hasil Belajar Matematikka Kondisi Awal, siklus I, dan
siklus II
4.2.2 Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data kemampuan guru dalam pengelolaan kegiatan
pembelajaran menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang
memanfaatkan kelompok kecil dan alat peraga benda konkret di kelas VI dapat dikategorikan
baik dan efektif, walaupun diantara aspek-aspek yang diamati masih ada kategori yang
mendapat nilai cukup. Hal ini disebabkan karena kegiatan ini merupakan hal baru bagi guru
dan ini terlihat pada siklus I, dan siklus II menunjukkan skor lebih baik. Selama kegiatan
pembelajaran berlangsung siswa mengikuti dengan antusias, senang, dan aktif, yang
ditunjukkan hasil analisis data motivasi siswa dalam proses pemanfaatan kelompok kecil dan
alat peraga benda konkret dalam pembelajaran Matematika setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap hasil belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya ketuntasan belajar dan nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang
terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan analisis data, diperoleh motivasi/aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran Matematika pada materi pokok “Volume bangun ruang kubus dan balok” pada
siklus I dan “Volume bangun ruang limas segitiga dan tabung lingkaran“ pada siklus II dengan
memanfaatkan kelompok kecil dan alat peraga benda konkret siswa terlibat secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran ini dapat dilihat
45
dari tingginya persentase motivasi/aktivitas siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya yang
meliputi: (1) siswa antusias dalam merespon motivasi guru, (2) Mampu memnjawab
pertanyaan guru dengan benar, (3) Memperhatikan penjelasan guru, (4) Mengajukan
pertanyaan, (5) Mengerjakan Tugas dengan sungguh-sungguh, (6) Berdiskusi dengan teman,
(7) Membantu teman yang kesulitan, (8) Mempresentasikan hasil diskusi dan memberikan
tanggapan pada kelompok lain, (9) Membuat rangkuman, (10) Mengerjakan tes dengan
semangat. Pencapaian persentase indikator keberhasilan setiap siklusnya mengalami
peningkatan, yakni siklus I sejumlah 66,66% siswa memiliki tingkat motivasi/aktivitas belajar
yang tinggi, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 77,77% siswa juga memiliki tingkat
motivasi/aktivitas belajar yang tinggi, peningkatan sebesar 10,72%. Jadi dapat dikatakan
bahwa motivasi/aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat dikatakan aktif.
Meningkatnya motivasi belajar siswa yang tinggi ini dipengaruhi oleh kwalitas
pembelajaran yang memanfaatkan kelompok kecil dan alat peraga benda konkret yang baik,
menarik dan menyenangkan, sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Dimana prosentase
untuk motivasi /aktivitas belajar siswa diatas cukup besar, dan dapat dikategorikan siswa
memiliki tingkat motivasi belajar yang tinggi yang akhirnya berdampak positif terhadap hasil
belajar siswa yang tinggi pula.
4.2.3 Hasil Temuan Angket.
Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil temuan angket motivasi belajar siswa
dalam proses pembelajaran Matematika pada materi pokok “ Volume bangun ruangi” yang
memanfaatkan kelompok kecil dan alat peraga benda konkret mempunyai respon positif ,
yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil angket semua
siswa, rata-rata prosentase jawaban siswa menyatakan siswa, tertarik, senang dalam
mengikuti proses pembelajaran , bertanya jika mengalami kesulitan, memperhatikan dengan
sungguh-sungguh, merasa puas jika mendapat nilai bagus sehingga siswa menjadi
termotivasi untuk belajar. Persentase jawaban siswa setiap siklusnya mengalami peningkatan
yakni siklus I persentase indikator keberhasilan 70,38% termasuk kategori tinggi, sedangkan
siklus II 85,19% juga termasuk kategori tinggi, peningkatan sebesar 10,72%.