bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. profil...
TRANSCRIPT
79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Sekolah
SMA Sedes Sapientiae Jambu merupakan salah
satu sekolah swasta berasrama di Kabupaten
Semarang. SMA Sedes Sapientiae Jambu ini tepatnya
berada di desa Bedono, Jalan raya Ambarawa-Magelang
km.10 Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. SMA
Sedes Sapientiae Jambu didirikan pada tahun 1989/
1990 yang sebelumnya merupakan SMA Sanjaya, yang
berada di bawah yayasan Sanjaya dan diambil alih oleh
SMA Sedes Sapientiae Jambu. Pada awalnya SMA
Sedes Sapientiae Jambu tidak memiliki asrama, dan
pada tahun 1994 mulai dibuka asrama putra maupun
putri.
Secara infrastruktur SMA Sedes Sapientiae
Jambu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun.
Perbaikan yang dilakukan seperti perbaikan gedung
sekolah menjadi dua lantai pada tahun 2010 dan juga
pembangunan gedung asrama putri pada 2010.
Kemudian penambahan ruang laboratorium komputer,
Biologi, Kimia, Fisika dan Bahasa (Dokumen SMA
Sedes Sapientiae Jambu, 2016).
80
Siswa-siswi yang bersekolah di SMA Sedes
Sapientiae Jambu tidak hanya berasal dari daerah
sekitar sekolah, namun juga dari berbagai kota besar di
Indonesia, seperti Medan, Palembang, Lampung, Riau,
Batam, Jakarta, Bekasi, Bogor, Purwakarta, Tegal,
Semarang, Pati, Kudus, Jogja, Purwokerto, Malang,
Palangkaraya, Pontianak, Makassar, Bali, Lombok,
Timika dan Jaya Pura. Dapat dikatakan bahwa siswa-
siswi yang bersekolah di SMA Sedes Sapientiae ini
berasal dari berbagai kota di Indonesia, dan dari
berbagai macam budaya dan adat istiadat. Jumlah
murid yang masuk ke SMA Sedes Sapientiae Jambu
juga stabil dari tahun ke tahun seperti data berikut ini:
Tabel 4.1. Data SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2016
Sumber: Dokumen Sekolah SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2016.
SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki 23 tenaga
pendidik dengan 3 orang tenaga pendidik sedang
menyelesaikan studi strata satu (S1) di Universitas
Terbuka dan 4 orang tenaga kependidikan. Tenaga
NO. Tahun Pelajaran Jumlah Siswa kelas X yang masuk
1. 2005-2006 66 siswa
2. 2006-2007 77 siswa
3. 2007-2008 83 siswa
4. 2008-2009 76 siswa
5. 2009-2010 84 siswa
6. 2010-2011 108 siswa
7. 2011-2012 103 siswa
8. 2012-2013 107 siswa
9. 2013-2014 113 siswa
10. 2014-2015 113 siswa
11. 2015-2016 139 siswa
12. 2016-2017 132 siswa
81
pendidik di SMA Sedes Sapientiae Jambu sebagian
besar berasal dari perguruan tinggi dan mengajar
sesuai dengan bidangnya. Sedangkan 4 orang tenaga
kependidikan, 2 diantaranya merupakan calon guru di
SMA Sedes Sapientiae Jambu yang sedang
menyelesaikan studinya, guna menggantikan guru yang
dalam waktu dekat akan pensiun. Berikut data
mengenai guru-guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu.
Tabel 4.2 Data guru SMA Sedes Sapientiae Jambu
No Nama Mata Pelajaran Pendidikan Sertifi-
kasi Ket.
1 Sr. M.
Anastasia, OSF
Kemarsudirinian
dan BK/BP
Pend. Bahasa
Indonesia
Tidak GTY
2 Ch. Sugiarto Geografi Geografi,
Samuda IKIP
Veteran
Ya GTY
3 Listiantono,
FX
Ekonomi Tata Niaga, UNS
Solo
Ya GTY
4 FX. Purwanto Kewarganegaraan Hukum Perdata,
Universitas
Sugiyopranoto
Semarang
Ya GTY
5 M.
Purwaningsih
BK Kurikulum &
Teknologi
PendidikanIKIP
Sanata Dharma
Yogyakarta
Ya PNS
6 G. Suwartono Matematika Matematika IKIP
Sanata Dharma
Yogyakarta
Ya GTY
7 Ig. Yuliastuti Biologi Pend. Biologi,
IKIP PGRI
Ya GTY
8 M. Ida
Hariastuti
Bahasa Indonesia Bahasa dan
Sastra Indonesia,
IKIP Sanata
Dharma
Yogyakarta
Ya GTY
9 YB. Hari
Suranto
Bahasa Inggris Bahasa Inggris,
IKIP N
Semarang
Ya GTY
82
No Nama Mata Pelajaran Pendidikan Sertifi-
kasi Ket.
10 Tunggul
Panggabean
Penjaskes Pend. Olahraga,
UNS Solo
Ya GTY
11 H. Rackhmad
K. Adi
Fisika Fisika, IKIP
Sanata Dharma
Yogyakarta
Ya GTY
12 Ika Wulandari Kimia Pend. Kimia,
Universitas
Negeri Semarang
Ya GTY
13 Aloysius
Widyo
Nugroho
Matematika Matematika,
IKIP PGRI
Semarang
Ya GTY
14 Leonardus
Kristi Ari M.
TIK /
Kewarganegaraan
MSD Desain
Grafis
Yogyakarta
Tidak GTY
15 Angelina Sekar
P.
Agama /
Sosiologi
Pend. Agama
Katolik
(IPPAK),
Universitas
Sanata Dharma
Yogyakarta
Tidak GTY
16 Yuliana Ratna
Candra D.
Sejarah Pend. Sejarah
Universitas
Negeri Semarang
Tidak GTY
17 St. Bayu
Krisna Murti
Bahasa Indonesia Pend. Bahasa
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Yogyakarta
Tidak GTY
18 Anastasia M.
Cendra
Bahasa Inggris Pend. Bahasa
Inggris
Universitas
Sanata Dharma
Yogyakarta
Tidak GTT
19 Aloysius
Pranata
Seni Musik Seni Musik,
Sfak. Seni
Pertunjukan
Tidak GTT
20 Yovita Wira
Astuti
BP BK, FKIP BK Ya GTY
21 L. Baron
Tularno
Geografi Masih
menempuh
perkuliahan
Tidak GTY
22 Thomas Puji
Ristanto
Ekonomi Masih
menempuh
perkuliahan
Tidak GTY
Sumber: Dokumen Sekolah SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2016.
83
Kegiatan belajar mengajar yang digunakan di
SMA Sedes Sapientiae dengan cara moving class yang
dimulai sejak tahun 2010-2011, dan dengan sistem
gugur, dimana siswa yang tidak naik kelas maka secara
otomatis akan pindah sekolah. Kurikulum yang
digunakan merupakan pengembangan dan modifikasi
kurikulum nasional, kurikulum marsudirini, dan
muatan lokal. Waktu pembelajaran tatap muka
dilakukan selama 44 jam pelajaran per minggu dengan
ratio guru: siswa = 1: 15, dengan waktu belajar Senin
sampai dengan Jumat jam 07.00-13.30 dan Sabtu jam
07.00-10.05.
SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki visi yaitu
“Mewujudkan siswa berkarakter cerdas, unggul, dan
bersaudara dijiwai nilai-nilai kristiani”, dan dari visi
tersebut, SMA Sedes Sapientiae Jambu membangun
misi sekolah yaitu:
- Mengembangkan kemampuan intelektual, dalam
bernalar dan berkomunikasi.
- Mengembangkan etika yang berakar dari nilai nilai
kristiani.
- Menumbuhkan jiwa estetis melalui seni dan budaya.
- Menyediakan formasi iman, berpartisipasi dalam liturgi,
dan aktivitas-aktivitas sosial.
84
Melalui visi-misi tersebut, SMA Sedes Sapientiae
Jambu memiliki tujuan sebagai berikut:
- Menghasilkan minimal 90% lulusan yang siap
mengembangkan kemampuan intelektual yang dapat
diterima pada program studi/ jurusan/ fakultas pada
perguruan tinggi baik PTN maupun PTS favorit terakreditasi minium B (Baik).
- Mengembangkan kemampuan penalaran dan
komunikasi yang diakomodasi melalui penulisan karya
tulis ilmiah (paper) sebagai sarana persiapan penulisan
karya tulis ilmiah pada jenjang pendidikan tinggi
- Mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan sosial berbasis
pengetahuan dan dimensi etis-kristiani.
- Mengembangkan siswa yang berkarakter melalui doa,
pertobatan, persaudaraan, kesederhanaan, kerja keras,
dan cinta segala ciptaan
- Minimal 95% siswa memiliki kesadaran terhadap
kelestarian lingkungan hidup sebagai implementasi
semangat Fransiskus Assisi
- Siswa memiliki jiwa kebangsaan dan cinta tanah air,
serta jiwa seni yang diinternalisasikan melalui kegiatan
ekstrakurikuler.
- Menyediakan formasi iman siswa melalui pendekatan
pendekatan pengetahuan dan terampil dalam pelayanan
sosial dan pelayanan yang bersifat liturgis.
SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki semboyan
“Makes you Smart, Steady, Fraternal” dan dari
semboyan tersebut mencerminkan visi, misi dan tujuan
yang ingin diraih oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu.
Semboyan yang dimiliki oleh SMA Sedes Sapientiae
Jambu memiliki arti SMA Sedes Sapientiae Jambu
akan membuat para siswa-siswi menjadi cerdas baik
secara akdemik maupun akhlak, kokoh atau kuat
secara iman maupun kepribadian, dan bersaudara
85
seperti yang diajarkan oleh santo Fransiskus pelindung
SMA Sedes Sapientiae Jambu. (Dokumen SMA Sedes
Sapientiae Jambu, 2016).
4.2. Hasil Penelitian
Penelitian ini mengikuti langkah-langakah dari
Sugiyono, dengan langkah awal mencari potensi dan
masalah yang ada dalam kompetensi pedagogik guru-
guru SMA Sedes Sapientiae Jambu. Dalam mencari
potensi dan masalah yang ada digunakan metode
wawancara terhadap kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah, observasi proses belajar mengajar 6 guru SMA
Sedes Sapientiae Jambu dengan mata pelajaran Fisika,
Sejarah, Ekonomi, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia,
dan Kewarganegaraan, dan studi dokumen dari hasil
supervise yang telah dilakukan oleh kepala sekolah
terhadap 6 guru yang telah diobservasi tersebut. Pada
potensi dan masalah ini berisi mengenai kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh sekolah dalam
mengembangkan kompetensi pedagogik guru,
kemudian berisi peluang dan ancaman yang dimiliki
oleh sekolah.
4.2.1. Potensi dan Masalah
SMA Sedes Sapientiae Jambu, memiliki beberapa
peluang, yaitu animo masyarakat yang tinggi terhadap
sekolah dan jumlah murid yang meningkat setiap
86
tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari data jumlah
siswa (tabel 1) di SMA Sedes Sapientiae Jambu yang
setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kemudian,
animo masyarakat tinggi terhadap SMA Sedes
Sapientiae Jambu karena promosi SMA Sedes
Sapientiae Jambu yang diadakan di beberapa kota,
baik di Jabodetabek, maupun area Jawa Tengah.
Dalam melakukan promosi sekolah, SMA Sedes
Sapientiae Jambu telah mengagendakan atau
menjadwalkan untuk promosi sekolah, baik itu untuk
presentasi maupun untuk safari koor dari gereja ke
gereja (dokumen promosi SMA Sedes Sapientiae Jambu,
2016).
“Kalau peluang dari yang sudah ada, menurut saya melihat grafik animo sudah bagus, apalagi berasrama sehingga cukup dikenal. Maka tahun ini kami sedang berusaha untuk memperluas agen promosi, biasanya kan kalau tes siswa baru harus disekolah, tapi untuk tahun ini diusahakan tesnya di beberapa sekolah seperti di Kalimantan, nanti aka nada guru yang kesana dan bisa langsung mengadakan tes disana.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 8 September
2016).
Saat ini, siswa-siswi yang bersekolah di SMA Sedes
Sapientiae Jambu banyak yang berasal dari dearah
Jabodetabek karena sekolah dilengkapi dengan asrama
putra dan putri dan sekolah berasrama merupakan
suatu unggulan atau keistimewaan tersendiri bagi SMA
Sedes Sapientiae Jambu.
Sedangkan siswa-siswi yang berasal dari sekitar
SMA Sedes Sapientiae Jambu mengalami penurunan.
87
Menurut wakil kepala sekolah dalam wawancara pada
tanggal 8 Septermber 2016, penurunan jumlah siswa
yang masuk ke SMA Sedes Sapientiae Jambu dari
daerah sekitar dikarenakan saat ini sekolah-sekolah
negeri yang menjadi pesaing, kemudian munculnya
beberapa sekolah swasta yang berada di area Semarang
maupun kabupaten Semarang yang memiliki asrama.
Selain itu, menurut wakil kepala sekolah, tantangan
bagi SMA Sedes Sapientiae Jambu saat ini adalah
jalannya program KB (Keluarga Berencana), sehingga
banyak keluarga yang hanya memiliki 2 anak, sehingga
ada kemungkinan bagi para orang tua merasa tidak
rela jika anak mereka bersekolah dan tinggal di
asrama.
“Program pemerintah KB (Keluarga Berencana), keluarga kan maksimal 2 anak sehingga keluarga menjadi protektif dan mungkin tidak mau menyekolahkan anak mereka dan diasrama. Yang kedua, saat ini sekolah-sekolah negeri juga sudah bagus, jadi seperti saudara saya yang mengajar di sekolah di Jakarta, sudah banyak orang tua yang melihat atau mengarahkan anak mereka untuk bersekolah di negri.”
(Wawancara wakil kepala sekolah, 8 September 2016).
“Kalau dari persaingan sekolah berasrama sudah banyak ya sekolah yang berasrama saat ini, seperti Karang Turi yang juga membuka asrama saat ini, lalu Virgo Fidelis juga.”
(Wawancara wakil kepala sekolah, 8 September 2016).
Kemudian, SMA Sedes Sapientiae Jambu
memiliki beberapa potensi dalam mengembangkan
kompetensi pedagogik guru, yaitu fasilitas sekolah yang
memadai, kemudian 80% guru sudah bergelar sarjana
88
(tabel 4.2) dan masih ada 3 orang yang melanjutkan
studi strata satu atau S1. Guru-guru di SMA Sedes
Sapientiae Jambu juga masih banyak yang muda dan
memiliki jenjang karir yang masih panjang. Kemudian,
kesejahteraan guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu
juga terjamin dengan penerimaan gaji setiap bulan
tepat waktu, lalu ada insentif dari setiap kegiatan
sekolah yang dilakukan oleh guru dan juga adanya
tunjangan-tunjangan.
Potensi lain yang dimiliki oleh SMA Sedes
Sapientiae Jambu adalah guru-guru yang mengajar
sesuai dengan bidangnya seperti pada tabel 4.2, dan
guru akrab dengan siswa baik di dalam kelas maupun
diluar kelas, dan dalam observasi yang dilakukan
terlihat guru memberikan kesempatan belajar yang
sama terhadap peserta didik.
“Namun keseluruhan guru-guru disini akrab dengan siswanya, terlihat ketika diluar jam pelajaran beberapa guru ada yang bercanda dengan para siswa” (Wawancara wakil
kepala sekolah, 7 Oktober 2016).
Selain itu, guru telah membuat administrasi
pembelajaran dan penilaian sesuai dengan kurikulum,
dan silabus yang dibuat guru juga telah sesuai dengan
kurikulum. Hal tersebut terlihat pada hasil supervisi
yang dilakukan oleh kepala sekolah pada tanggal 1-5
September 2016, dimana guru-guru mendapatkan
kategori nilai baik dalam bidang administrasi.
89
Selain secara administrasi guru-guru di SMA
Sedes Sapientiae Jambu tergolong disiplin, guru-guru
mata pelajaran IPA telah memiliki pembelajaran yang
variatif dan inovatif. Pengembangan kurikulum yang
dilakukan juga sudah baik, serta pemanfaatan fasilitas
sekolah juga sudah baik.
“…. kalau untuk yang mata pelajaran OSN seperti fisika, matematika, kimia ada pengembangan-pengembangan di materi tertentu yang tidak ada di silabus.” (Wawancara
wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).
“Untuk kelompok IPA maksimal, terutama untuk kimia dan biologi, saya pernah membagikan kuisioner kepada siswa dan hampir 100% siswa mengatakan guru menggunakan alat bantu atau fasilitas dengan maksimal, namun untuk fisika kurang karena memang jarang praktek waktu itu.”
(Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).
Guru-guru mata pelajaran IPA juga membimbing
siswa-siswi jurusan IPA dengan maksimal, sehingga
pada hasil UN, nilai-nilai Fisika, Matematika selalu baik
dan masuk pada peringkat 3 besar kabupaten. Namun
untuk mata pelajaran IPS, pengajaran yang dilakukan
belum maksimal, sehingga nilai UN untuk mata
pelajaran IPS masih belum maksimal dan belum
mendapatkan peringkat 5 besar di kabupaten.
“Untuk SMA Sedes Sapientiae Jambu nilai UN seperti nilai Fisika, Matematika selalu baik dan sangat bagus hasilnya bahkan ditingkan Jawa Tengah, Bahasa Indonesia juga bagus. Namun untuk mata pelajaran lainnya masih standar.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober
2016).
90
SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam
mengembangkan kompetensi pedagogik guru memiliki
beberapa kelemahan juga, yaitu lemahnya manajemen
dalam organisasi sehingga program-program yang telah
dibuat oleh sekolah belum nampak pencapaian
kompetensinya.
“Masalah manajemen. Program yang disusun belum nampak siklus pencapaian kompetensi guru seperti apa, karena diakui ada guru junior, medior, dan senior mendapatkan perlakuan yang sama.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 5
Desember 2016).
Kelemahan lain yang dimiliki adalah penerimaan
guru yang mengutamakan beragama Nasrani, dan
untuk kompetensi pedagoginya bisa manyusul.
Mengingat SMA Sedes Sapientiae Jambu merupakan
sekolah swasta Katolik, sehingga guru yang mengajar di
SMA Sedes Sapientiae Jambu mengutamakan yang
beragama Katolik atau Kristen.
“…karena sekolah swasta Katolik, jadi kami mengutamakan guru yang melamar kerja di Sedes itu yang beragama
Nasrani, Katolik atau Kristen dan untuk kemampuan pedagogik nanti bisa diusahakan.” (Wawancara wakil
kepala sekolah, 7 Oktober 2016).
91
Dalam mengembangkan atau meningkatkan
kompetensi guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu
memiliki beberapa kegiatan dari yayasan, namun
kegiatan tersebut lebih pada spiritual guru dengan
kegiatan berupa retret. Namun, untuk kompetensi
pedagogik masih kurang, dimana dari yayasan tidak
memiliki program peningkatan kompetensi pedagogik,
sedangkan dari sekolah masih minim.
“…kalau kegiatan dari yayasan itu berupa spiritual, jadi untuk memperbaharui panggilan untuk menjadi guru dan itu merupakan kegiatan tahunan yayasan.” (Wawancara
Kepala Sekolah, 8 Agustus 2016)
“…yang saya lakukan saat ini di buku harian guru atau seperti rencana harian guru itu, didepannya saya cantumkan macam-macam kompetensi pedagogik yang harus dipenuhi oleh guru dengan harapan guru dapat membacanya setiap hari dan memahami hal tersebut, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran.”
(Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).
“Jadi ya orientasi saya ke guru-guru yang masih junior akan saya dampingi satu bulan sekali untuk pembelajaran dan penilaian mulai semester depan. Jadi pendampingan ini akan saya lakukan sendiri, jadi saya juga bisa dibilang
praktisi, ya saya akan membagikan hal-hal praktis ke rekan-rekan.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober
2016).
Sebagai sekolah swasta, SMA Sedes Sapientiae
Jambu memiliki banyak kegiatan yang dilakukan, baik
untuk promosi sekolah atau kegiatan lainnya. Dalam
kegiatan promosi sekolah dan PSB (Penerimaan Siswa
Baru) membutuhkan waktu yang cukup lama, karena
serangkaian kegiatan yang dimulai dari semester satu
92
hingga akhir semester dua, seperti safari koor,
presentasi ke sekolah-sekolah di Jabodetabek, maupun
sekitar SMA Sedes Sapientiae Jambu, bazaar, Edu Fair,
dan lain sebagainya. Kegiatan-kegitan tersebut pun
menambah pekerjaan guru diluar kelas.
Kelemahan lainnya adalah beberapa guru yang
mengajarnya masih teacher centered atau berpusat
pada guru, pengajaran yang masih biasa kurang kreatif
dan inovatif. Pengembangan kurikulum yang dilakukan
oleh beberapa guru IPS dan umum masih standar,
masih sama seperti kurikulum yang dari pemerintah.
Kemudian, penguasaan kelas masih kurang piawai, hal
tersebut dipertegas oleh pendapat wakil kepala sekolah
yang mengatakan bahwa beberapa guru penguasaan
kelas kurang piawa dikarenakan metode yang
digunakan juga kurang sesuai, sehingga kelas menjadi
ramai atau tidak terkontrol. Pernyataan wakil kepala
sekolah tersebut diperkuat dengan hasil observasi
beberapa guru, dimana beberapa guru yang diobservasi
penguasaan kelasnya kurang piawai sehingga dikelas
ada beberapa murid yang pada saat pelajaran tertidur
atau mengobrol dengan teman-temannya, namun guru
hanya diam saja dan tidak melakukan tindakan apa-
apa untuk menegur murid tersebut. Namun, ada pula
guru yang mengajar dengan metode yang membuat
para siswa berfikir lebih kritis, terbuka dan guru
93
berperan sebagai fasilitator, sehingga suasana kelas
menjadi kondusif dan efektif.
“Untuk studi kasus untuk pengelolaan kelas, beberapa masih kurang piawai. Mungkin karena pemilihan metode yang tidak tepat sehingga siswa tidak fokus dengan pelajaran, mungkin seharusnya menggunakan metode A namun malah menggunakan metode lain sehingga ada
anak-anak yang bingung. Apalagi, disini kan murid-muridnya bisa dibilang kritis dan aktif, sehingga kalau ada yang tidak jelas akan ditanyakan. Hanya karena itu energy siswa tidak tersalurkan sehingga kelas bisa saja menjadi ramai” (wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).
Dari data wawancara, observasi, dan
dokumentasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam mengembangkan
kompetensi pedagogik guru memiliki beberapa faktor
eksternal (peluang dan ancaman) dan juga internal
(kekuatan dan kelemahan) baik dari sekolah maupun
dari guru.
4.2.2. Pengumpulan Data
Strategi peningkatan kompetensi pedagogik guru
merupakan suatu cara atau metode atau rencana yang
menyeluruh dan terpadu untuk mencapai kemampuan
guru untuk menciptakan suasana belajar mengajar dan
pengalaman belajar yang bervariasi dalam pengelolaan
peserta didik, yang meliputi, memiliki pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan, memiliki
pemahaman terhadap peserta didik, mampu
merencanakan dan mengembangkan program
pembelajaran/kurikulum, mampu merancang dan
94
melaksanakan program pembelajaran yang mendidik
dan dialogis, mendiagnosis berbagai hambatan dan
masalah yang dihadapi peserta didik, melakukan
evaluasi hasil belajar dan menyempurnakan program
pembelajaran berdasarkan umpan balik yang telah
dikumpulkan secara sistematik, mampu
mengembangkan potensi peserta didik.
Dalam perencanaan strategi peningkatan
kompetensi pedagogik guru ini menggunakan
pendekatan SMART (Spesific, Measurable, Achieveable/
Acceptable, Realistic/ Relevant, Time spesific/
Trackable). Spesific menekankan pentingnya
menetapkan target yang benar-benar spesifik, dan
biasanya target yang spesifik menjawab pertanyaan 5W,
yaitu What, apa yang ingin dicapai, Why mengapa
harus dicapai, Who siapa yang terlibat, Where dimana
target akan dicapai, dan Which identifikasi persyaratan
untuk mencapai target dan kendala yang menghali
tercapainya target. Measurable menekankan pentingnya
kriteria yang digunakan untuk mengukur besarnya
kemajuan yang dibuat dalam mencapai target, dan
target yang terukur akan mampu menjawab pertanyaan
1) berapa banyak? 2) bagaimana Anda mengetahui
bahwa target tersebut telah tercapai?. Achievable/
Acceptable menekankan bahwa target harus realistik
dan dapat dicapai. Relevant menekankan pentingnya
memilih target yang tepat dan Time spesific/ Trackable
95
menekankan target dengan kerangka waktu, yaitu
adanya deadline pencapaian target. Target dengan
tenggat waktu akan menjawab pertanyaan 1) kapan? 2)
apa yang bisa diselesaikan dalam 6 bulan dari
sekarang? 3) apa yang bisa diselesaikan dalam 6
minggu dari sekarang? 4) apa yang bisa diselesaikan
dari sekarang?
4.2.3. Analisis Faktor Internal dan Eksternal (EFIS dan EFAS SWOT)
Analisis SWOT dilakukan dengan meng-
identifikasi faktor internal, yaitu kekuatan dan
kelemahan serta faktor eksternal, yaitu peluang dan
ancaman melalui wawancara, observasi, dan studi
dokumen. Setelah hasil wawancara, obervari, dan studi
dokumen terkumpulkan, berikutnya dilakukan
triangulasi data bersama dengan sumber, yaitu kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, perwakilan guru yang
diobservasi, dan komite. Triangulasi data ini dilakukan
untuk memvalidasi data yang diperoleh. Kemudian,
setelah di triangulasi, data tersebut di analisis dengan
menggunakan tabel matrix IFAS (Internal Factors
Analysis Summary) dan matrix EFAS (External Factors
Analysis Summary). Hasil analisis faktor internal dan
eksternal kemudian diberi bobot dan rating atau skor
serta dilakukan perhitungan skor akhir dan diperoleh
skor akhir IFAS (kekuatan dan ancaman) dan EFAS
(peluang dan ancaman). Kemudian, hasil analisis ini
96
akan menunjukan posisi kuadran kompetensi
pedagogik guru, apakah berada pada kuadran SO
(Strenght Opportunity), ST (Strenght Threat), WO
(Weakness Opportunity), atau WT (Strenght Threat).
Hasil analisis faktor internal dapat dilihat pada matrix
IFAS berikut:
Tabel 4.3. Matrix IFAS (Internal Factors Analysis Summary) Hasil Analisis Faktor Kekuatan dan Kelemahan, 8 Desember
2016
NO. KEKUATAN BOBOT RATING BOBOT X
RATING
1 Fasilitas sekolah sudah memadai 0.15 4 0.6
2 Sekurang-kurangnya 80% guru
sudah bergelar sarjana 0.1 3 0.3
3 Beberapa guru masih muda
dengan jenjang karir yang
panjang
0.15 3 0.45
4 Kesejahteraan guru terjamin 0.1 2 0.2
5 Guru mengajar sesuai dengan
bidangnya 0.1 3 0.3
6 Guru akrab dengan murid dan
memberikan kesempatan belajar
yang sama terhadap peserta didik
0.1 3 0.3
7 Guru membuat administrasi
pembelajaran dan penilaian serta
silabus yang sesuai dengan
kurikulum
0.05 1 0.05
8 Guru-guru mata pelajaran IPA
metode pembelajarannya lebih
variatif dan inovatif
0.1 2 0.2
9 Beberapa guru pengampu mata
pelajaran UN IPA berhasil
mengajar dan membimbing
siswanya dalam persiapan UN
sehingga nilai UN masuk 3 besar
kabupaten.
0.05 2 0.1
10 Loyalitas guru tinggi 0.1 3 0.3
TOTAL 1 26 2.8
97
NO. KELEMAHAN BOBOT RATING BOBOT X
RATING
1 Manajemen dalam organisasi
kurang maksimal sehingga
program yang disusun belum
nampak pencapaian
kompetensinya
0.2 1 0.2
2 Penerimaan guru mengutamakan
untuk yang beragama Nasrani,
dan untuk kompetensi pedagogik
guru dapat menyusul
0.1 3 0.3
3 Pembinaan guru dalam bidang
kompetensi pedagogik dan
profesionalisme kurang
0.15 2 0.3
4 Pekerjaan guru diluar kelas (jam
mengajar) cukup banyak
(mengurus kegiatan-kegiatan
sekolah)
0.1 4 0.4
5 Guru pengampu mata pelajaran
IPS dan umum masih ada yang
mengajarnya standar/biasa saja,
kurang kreatif dan inovasi
0.1 2 0.2
6 Pengembangan kurikulum masih
standar (masih sama seperti
kurikulum dari pemerintah) untuk
mata pelajaran IPS dan umum
0.1 2 0.2
7 Beberapa guru masih minim
dalam penguasaan kelas 0.15 2 0.3
8 Hasil UN mata pelajaran IPS
masih standard dan masih belum
maksimal (belum stabil dalam
menempati peringkat 5 besar
kabupaten)
0.1 4 0.4
TOTAL 1 20 2.3
Faktor kekuatan yang paling berpengaruh
terhadap sekolah dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru adalah fasilitas sekolah yang memadai
dengan bobot 0.15 dan rating 4. Menurut pihak
sekolah, fasilitas yang dimiliki sudah cukup lengkap
untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan
proses belajar mengajar. Terlihat dari hasil
98
reakrediatasi pada bulan September 2016, dimana
asesor mengatakan kepada kepala sekolah bahwa
fasilitias yang dimiliki oleh SMA Sedes Sapientiae
Jambu sudah lengkap disbanding dengan sekolah-
sekolah lain. Kekuatan lain yang mendukung SMA
Sedes Sapientiae Jambu dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru adalah beberapa guru yang
masih muda dan memiliki jenjang karir yang masih
panjang dengan bobot 0.15 dan rating 3. Hal tersebut
didukung oleh sekurang-kurangnya 80% guru sudah
bergelar sarjana dan mengajar sesuai dengan
bidangnya dengan masing-masing bobot 0.1 dengan
rating 3. Bagi sekolah jenjang karir yang masih panjang
dengan guru yang sarjana dan mengajar sesuai bidang
merupakan komponen penting dalam kompetensi
pedagogik, dan dengan jenjang karir yang masih lama,
maka ada harapan untuk regenerasi atau jika nanti ada
pelatihan untuk kompetensi guru maka akan terlihat
hasilnya dan memiliki prospek yang masih panjang.
Kemudian, guru-guru di SMA Sedes Sapientiae
Jambu, baik yang senior, medior, maupun yang junior
akrab dengan siswa-siswi dengan bobot 0.1 dan rating
3, sehingga dalam pembelajaran semua siswa
mendapatkan kesempatan belajar yang sama. Selain
guru-guru akrab dengan para siswa-siswi, dalam FGD
(Focus Group Discussion) pada hari Kamis, 8 Desember
2016 bersama dengan kepala sekolah, wakil kepala
99
sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan, dan 2 perwakilan guru, terdapat tambahan
faktor kekuatan yang dimiliki oleh SMA Sedes
Sapientiae Jambu dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru, yaitu loyalitas guru-guru SMA Sedes
Sapientiae Jambu dimana teamwork atau kerjasama
yang dimiliki oleh guru-guru SMA Sedes Sapientiae
Jambu dalam meningkatkan mutu sekolah cukup
tinggi, dan bobot pada faktor ini adalah 0.1 dengan
rating 3. Faktor kekuatan berikutnya ialah guru-guru
mata pelajaran IPA memiliki metode pembelajaran yang
lebih variatif dan inovatif dengan bobot 0.1 dan rating
2. Faktor kekuatan ini berhubungan dengan hasil UN
mata pelajaran IPA yang selalu masuk 3 besar di
kabupaten dengan rating 0.05 dan bobot 2.
Kesejahteraan guru terjamin memiliki bobot 0.1 dengan
rating 2, dan dalam FGD yang dilakukan pada hari
Kamis, 8 Desember 2016, faktor ini tergolong relative,
karena menurut kepala sekolah ukuran terjamin atau
tidaknya tergantung dari pribadi masing-masing guru,
namun menurut data tanggal gajian para guru dan
tenaga kependidikan lainnya selalu tepat waktu,
adanya tunjangan, dan ketika ada kegiatan-kegitan
sekolah maka yang terlibat didalamnya akan
mendapatkan insentif tambahan. Faktor kekuatan yang
terkahir adalah kedisiplinan guru dalam membuat
administrasi pembelajaran dan penilaian serta silabus
100
yang sesuai dengan kurikulum dengan bobot 0.05 dan
rating 1.
Selain memiliki faktor kekutan, SMA Sedes
Sapientiae Jambu dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik memiliki beberapa faktor kelemahan. Faktor
kelemahan yang paling tinggi ialah manajemen dalam
organisasi kurang maksimal sehingga program yang
disusun belum nampak pencapaiannya dengan bobot
0.2 dengan rating 1. Faktor ini didapat dalam FGD 8
Desember 2016, dimana menurut pernyataan wakil
kepala sekolah, manajemen organisasi yang dimiliki
sekolah masih belum maksimal, perlakuan terhadap
guru junior, medior, dan senior sama sehingga hasil
pencapaian belum terlihat maksimal. Faktor kelemahan
berikutnya adalah kurangnya pembinaan guru dalam
bidang pedagogik dengan bobot 0.15 dan rating 2, hal
ini seperti pernyataan kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah pada studi pendahuluan dimana sekolah
mengikuti kegiatan dari yayasan untuk meningkatkan
spiritualitasnya, namun untuk kompotensi pedagogik
belum terdapat kegiatan yang jelas dan terperinci.
Kurangnya pembinaan guru dalam bidang kompetensi
pedagogik guru ini mempengaruhi beberapa guru yang
terlihat masih minim dalam penguasaan kelas dengan
bobot 0.12 dan rating 2, serta guru pengampu mata
pelajaran IPS dan umum masih ada yang proses
belajar-mengajarnya biasa saja atau kurang kreatif dan
101
inovasi dengan bobot 0.1 dan rating 2. Selain itu,
pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh
beberapa guru masih standar (kurikulum yang dipakai
masih sama degan kurikulum dari pemerintah) untuk
guru mata pelajaran IPS dan umum dengan bobot 0.1
dan rating 2. Faktor tersebut cukup mempengaruhi
hasil UN mata pelajaran IPS yang masih belum stabil
untuk menempati peringkat 5 besar di kabupaten,
faktor kelemahan ini memiliki bobot 0.1 dengan rating
4. Faktor lain yang menjadi kelemahan SMA Sedes
Sapientiae Jambu adalah dalam penerimaan guru
mengutamakan yang beragama Nasrani (Katolik atau
Kristen) karena SMA Sedes Sapientiae Jambu
merupakan sekolah swasta Katolik, faktor ini memiliki
bobot 0.1 dengan rating 3, dimana faktor ini tidak
terlalu bermasalah untuk meningkatkan kompetensi
pedagogik guru. Faktor terakhir adalah pekerjaan guru
diluar kelas cukup banyak (mengikuti kegiatan-
kegiatan sekolah), tentunya kegitan-kegitan yang
diikuti guru merupakan kegiatan yang postif bagi
sekolah, seperti kegiatan promosi sekolah yang cukup
banyak seperti safari koor, presentasi ke sekolah-
sekolah, atau mengadakan tes potensial akademik atau
tes masuk SMA Sedes Sapientiae Jambu ke sekolah-
sekolah. Faktor ini memiliki bobot 0.1 dengan rating 4.
Dari matrix IFAS tersebut dapat disimpulkan
bahwa total bobot dikalikan rating pada faktor
102
kekuatan adalah 2,8 sedangkan total bobot dikalikan
rating pada faktor kelemahan adalah 2,3 sehingga skor
akhit IFAS yaitu total skor faktor kekuatan dikurangi
total skor kelemahan adalah 0,5. Hal ini menunjukan
bahwa faktor kekuatan merupakan faktor dominan
dibandingkan dengan faktor kelemahan. Oleh karena
itu sekolah dapat mengoptimalkan kekuatan yang
dimiliki untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang
ada.
Tabel 4.4. Matrix EFAS (External Factors Analysis Summary) Hasil Analisis Faktor Kekuatan dan Kelemahan, 8 Desember
2016
NO. PELUANG BOBOT RATING BOBOT X
RATING
1 Animo masyarakat terhadap
sekolah tinggi 0.2 3 0.6
2 Jumlah murid meningkat setiap
tahunnya 0.2 3 0.6
3 Sekolah berasrama 0.3 4 1.2
4 Hubungan dengan gereja dan
beberapa SMP swasta baik 0.1 1 0.1
5 Adanya program sertifikasi guru
dari pemerintah 0.1 2 0.2
6 Dukungan dari pemerintah 0.1 2 0.2
TOTAL 1 13 2.9
NO. ANCAMAN BOBOT RATING BOBOT X
RATING
1 Sekolah Negeri yang semakin
baik 0.3 3 0.9
2 Munculnya sekolah-sekolah
berasrama di sekitar SMA Sedes
Sapietiae Jambu
0.4 1 0.4
3 Jumlah murid yang berasal dari
sekitar SMA Sedes Sapientiae
Jambu menurun
0.2 2 0.4
4 Program KB (Keluarga
Berencana) dari pemerintah 0.1 4 0.4
TOTAL 1 10 2.1
103
Pada matrix EFAS (External Factors Analysis
Summary) dapat dilihat bahwa dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru, SMA Sedes Sapientiae
Jambu memiliki 6 peluang, dan peluang yang paling
tinggi adalah sekolah berasrama dengan boot 0.3 dan
rating 4. Dengan sekolah berasrama, SMA Sedes
Sapientiae Jambu selama ini menjadi jawaban atas
keinginan orang tua dan siswa untuk melatih
kemandirian anak, sehingga sekolah berasrama
merupakan peluang yang tinggi bagi SMA Sedes
Sapientiae Jambu, sehingga murid di SMA Sedes
Sapientiae Jambu menjadi beragam. Peluang kedua
yang memiliki bobot dan rating tinggi adalah animo
masyarakat terhadap sekolah tinggi dan jumlah murid
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan
masing-masing bobot 0.2 dan rating 3. Faktor peluang
tersebut mengidentifikasi bahwa kepercayaan
masyarakat dan orang tua terhadap SMA Sedes
Sapientiae Jambu cukup tinggi dan baik, sehingga
semakin banyak orang tua yang mempercayakan putra-
putrinya bersekolah di SMA Sedes Sapientiae Jambu.
Peluang beriktnya adalah adanya program sertifikasi
guru dari pemerintah dengan bobot 0.1 dan rating 2,
dimana dengan adanya sertifikasi ini guru dituntut
untuk menjadi lebih baik lagi. Kemudian, adanya
dukungan dari pemerintah untuk kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu
104
dengan bobot 0.1 dan rating 2. Peluang yang terakhir
adalah adanya hubungan baik antara sekolah dan
gereja dan sekolah-sekolah menengah pertama swasta
dengan bobot 0.1 dan rating 1.
Selain memiliki 6 peluang, SMA Sedes Sapientiae
Jambu memiliki 4 ancaman, dan ancaman yang
memiliki bobot tertinggi adalah munculnya sekolah-
sekolah berasrama di sekitar SMA Sedes Sapientiae
Jambu dengan bobot 0.4 dan rating 1. Karena
kekuatan paling tinggi yang dimiliki oleh SMA Sedes
Sapientiae Jambu adalah sekolah berasrama, sehingga
dengan munculnya sekolah-sekolah berasrama lainnya
menjadi ancaman utama yang dapat mempengaruhi
jumlah murid di SMA Sedes Sapientiae Jambu
nantinya. Ancaman kedua adalah sekolah negeri yang
semakin baik dengan bobot 0.3 dan rating 3, sekolah-
sekolah Negeri saat ini infrastrukturnya semakin baik,
dan dari segi guru juga semakin disiplin, sehingga hal
tersebut menjadi ancaman bagi SMA Sedes Sapientiae
Jambu dalam meningkatkan kompetensi pedagogik
guru dan mutu sekolah. Ancaman ketiga dengan bobot
0.2 dan rating 2 adalah jumlah murid dari sekitar SMA
Sedes Sapientiae Jambu menurun, dan ancaman
terakhir adalah program KB (Keluarga Berencana) dari
pemerintah dengan bobot 0.1 dan rating 4.
Dari tabel EFAS tersebut dapat disimpulkan
bahwa total bobot dikalikan rating pada faktor peluang
105
adalah 2,9 sedangkan total bobot dikalikan rating pada
faktor ancaman adalah 2,1 sehingga skor akhir EFAS
yaitu total skor peluang dikurangi total skor ancaman
adalah 0,8. Dari hasil analisa faktor eksternal tersebut
diketahui sekolah memiliki beberapa peluang yang
dapat dioptimalkan oleh sekolah dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu
sekolah.
4.2.4. Matriks SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threats)
Setelah mengidentifikasi berbagai faktor iteren
(kekuatan dan kelemahan) dan eksteren (peluang dan
ancaman) yang dimiliki sekolah dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru dan telah diberi bobot dan
rating maka hasil perhitungan akhir adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.5. Skor akhir IFAS dan EFAS
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal
dan ekternal sekolah dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu
diperoleh hasil skor akhir skor akhir IFAS adalah 0,5
dan skor akhir EFAS adalah 0,8. Hasil analisis ini
IFAS EFAS
Kategori Total skor Kategori Total skor
Kekuatan (S) 2,8 Peluang (O) 2,9
Kelemahan (W) 2,3 Ancaman (T) 2,1
Total (S-W) 0,5 Total (O-T) 0,8
106
menunjukan bahwa strategi berada pada kuadran SO
(Strenght Opportunity) yang mendukung strategi agresif.
Sehingga sekolah dapat lebih mengoptimalkan faktor
kekuatan dari lingkungan internal sekolah dan peluang
dari lingkungan eksternal dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru.
Gambar 4.1. Matrix SWOT
Peluang (O)
Kelemahan (W)
0,5; 0,8
Kekuatan (S)
Ancaman (T)
Kuadran 1 (SO) Stratetgi Agresif
Memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada
1
3 2 1 1 2 3
3
2
1
2
3
107
Tabel 4.6. Rancangan Strategi SO
4.3. Desain Produk
4.3.1. Analisis SWOT
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah,
salah satunya dalam peningkatan kompetensi
pedagogik guru, dapat ditentukan faktor internal dan
eksternal (Rangkuti, 2016: 26-27) dalam merumuskan
upaya atau strategi peningkatan kompetensi pedagogik
108
guru. Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap
faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh sekolah,
dengan langkah-langkah yang disebutkan oleh
Rangkuti dan menggunakan teknik analisa EFAS dan
EFIS (2016: 24-27), diperoleh hasil akhir lingkungan
internal (kekuatan-kelemahan) adalah 0,5. Angka ini
menunjukan bahwa faktor kekuatan lebih tinggi dan
cukup dominan dari pada faktor kelemahan sehingga
dengan fasilitas sekolah sudah memadai, sekurang-
kurangnya 80% guru sudah bergelar sarjana, beberapa
guru masih muda dengan jenjang karir yang panjang,
kesejahteraan guru terjamin, guru akrab dengan murid
dan memberikan kesempatan belajar yang sama
terhadap peserta didik, guru membuat administrasi
pembelajaran dan penilaian serta silabus sesuai dengan
kurikulum, guru-guru mata pelajaran IPA metode
pembelajarannya lebih variatif dan inovatif, beberapa
guru pengampu mata pelajaran UN IPA berhasil
mengajar dan membimbing siswanya dalam persiapan
UN sehingga nilai UN masuk 3 besar kabupaten, dan
loyalitas guru tinggi dapat mengatasi kelemahan
manajemen dalam organisasi kurang maksimal
sehingga program yang disusun belum nampak
pencapaian kompetensinya, penerimaan guru
mengutamakan untuk yang beragama Nasrani dan
untuk kompetensi pedagogik guru dapat menyusul,
pembinaan guru dalam bidang kompetensi pedagogik
109
dan profesionalisme kurang, pekerjaan guru diluar jam
mengajar cukup banyak, guru pengampu mata
pelajaran IPS dan umum masih ada yang mengajarnya
standar/ biasa saja kurang kreatif dan inovasi,
pengembangan kurikulum masih standar untuk mata
pelajaran IPS dan umum, beberapa guru masih minim
dalam penguasaan kelas, dan hasil UN mata pelajaran
IPS masih standar dan masih belum maksimal (belum
stabil dalam menempati peringkat 5 besar kabupaten).
Skor akhir lingkungan eksternal (peluang-
ancaman) adalah 0,8. Hal tersebut menunjukan bahwa
faktor peluang lebih menonjol dari pada ancaman,
sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada
untuk mengurangi ancaman-ancaman yang muncul.
Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukan bahwa
SMA Sedes Sapientiae Jambu berada pada titik (0,5;
0,8), posisi tersebut berada pada kuadaran SO
(strength-opportunities) yang menurut David (2011: 327-
330) strategi SO yaitu memanfaatkan kekuatan internal
perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang
eksternal. Secara umum organisasi akan menjalankan
strategi WO (Weakness-Opportunity), ST (Streght-
Threats) atau WT (Weakness-Threats) untuk mencapai
situasi dimana mereka dapat melaksanakan strategi
SO. Sehingga dalam strategi SO yang dimiliki sekolah
merupakan situasi yang cukup menguntungkan karena
sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih
110
tinggi sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang
mendukung kebijakan pertumbuhan agresif dengan
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah dalam
meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan
memanfaatkan peluang yang dimiliki sekolah.
4.3.2. Desain Rencana Strategis Peningkatan
Kompetensi Pedagogik Guru
Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka rencana
strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan
kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu
sekolah yang pertama yaitu, mengoptimalkan
kolaborasi antar guru atau hubungan antar guru. Pada
poin kekuatan, terlihat bahwa loyalitas guru tinggi,
dimana loyalitas, teamwork guru dalam meningkatkan
mutu sekolah tinggi, dan dalam meningkatkan mutu
sekolah, kualitas guru juga harus ditingkatkan. Dengan
loyalitas dan teamwork dan keakraban yang tinggi
antar guru maka hal tersebut dapat dioptimalkan
dengan beberapa kegiatan yang melibatkan kerja sama
antar guru seperti case discussion, action research,
study groups dan lesson study (Departement of
Education & Training, 2005: 10; Tedjawati, 2011: 483).
Selain itu, dapat juga dilakukan kunjungan antar
kelas, sehingga guru dapat saling belajar mengenai
metode mengajar maupun keadaan kelas dari rekan
guru lainnya (Saryati, 2014: 678-680). Kegiatan yang
dapat dilakukan cukup banyak, yaitu sharing teman
111
sejawat (sharing edukatif) mengenai metode mengajar,
nilai-nilai pengetahuan, keadaan kelas dan kondisi
siswa, action research, study group, case discussion,
kunjungan antar kelas supaya guru dapat saling
belajar dan menilai mengenai metode mengajar yang
dilakukan oleh rekannya, team teaching dan lesson
study.
Kedua adalah meningkatkan kerjasama pengajar
dan murid. Kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan pengenalan peserta didik (Sagala, 2011:
32), selain itu, kompetensi pedagogik guru perlu
dimiliki oleh guru salah satunya untuk mendaignosis
berbagai hambatan dan masalah yang dihadapi oleh
peserta didik (Soedijarto, 2008: 199). Oleh sebab itu,
guru perlu untuk memiliki hubungan yang baik untuk
membantu meningkatkan kompetensi pedagogik guru,
terlebih guru-guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu
sudah akrab dan memiliki hubungan yang baik dengan
murid-murid, sehingga hal tersebut dapat lebih
dioptimalkan. Hubungan yang baik antara guru dan
murid akan membuat guru akan lebih memahami
keadaan kelas dan murid-muridnya, bagaimana
muridnya berpikir, karakter muridnya dan bagaimana
murid-muridnya berinteraksi satu sama lain, sehingga
guru dapat memilih metode mengajar yang tepat dan
sesuai. Hal tersebut dapat membuat suasana belajar
menjadi lebih kondusif, suasana belajar menjadi lebih
112
komunal, dan memperkuat kesetiaan atau ketaatan
(OECD, 2010: 88-98). Selain itu, menurut Fullan &
Langworthy (2014: 11) saat ini, siswa ingin terlibat aktif
dalam pembelajaran, sehingga untuk menciptakan
suasana belajar yang aktif dan kreatif maka guru harus
dapat bekerja sama dengan muridnya. Kegiatan yang
dapat membantu guru untuk meningkatkan
kompetensi pedagogiknya diantaranya dengan evaluasi
harian, evaluasi mingguan dan evaluasi diakhir
semester.
Upaya yang ketiga adalah mengoptimalkan
dukungan dari pihak eksternal (Pemerintah,
Universitas dan Instansi Pendidikan lainnya). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Suhaemi dan Aedi
(2015: 241), dukungan dari pemerintah terhadap
rencana strategi untuk meningkatkan kompetensi
profesional dosen merupakan salah satu faktor
keberhasilan dari program pengembangan kompetensi
pedagogik dan profesional dosen. Oleh sebab itu,
memanfaatkan peluang dari SMA Sedes Sapientiae
Jambu yang memiliki hubungan yang baik dengan
pemerintah, maka hubungan tersebut dapat terus
dioptimalkan. Bantuan atau dorongan dari Pemerintah,
instansi Dinas atau Universitas dapat berupa
memberikan pelatihan atau seminar kepada guru
terkait dengan pembelajaran, mentoring dan
meningkatkan penilain guru supaya guru dapat terus
113
meningkatkan kualitasnya (Wilson, dkk., 2009: 1-9).
Kemudian, upaya ini didukung oleh penelitian dari
Ramdass & Masithulela (2016: 13) dimana dalam
penelitiannya ditemukan bahwa dukungan dari
pemerintah dan industri untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik guru itu penting. Dengan adanya
dukungan dan kerja sama dari pemerintah dan
industri, maka sekolah akan mengetahui kebutuhan
dari pemerintah dan industri, sehingga nantinya
sekolah dapat membuat kurikulum untuk mencapai
kebutuhkan sosial yang dapat memenuhi tenaga kerja
(lulusan yang berkualitas sesuai kebutuhan
stakeholder).
Keempat adalah mengoptimalkan kegiatan
pengembangan/ kompetensi pedagogik guru. Program
ini merupakan sarana bagi guru untuk meningkatkan
dan mengembangkan kompetensi pedagogiknya melalui
beberapa kegiatan, seperti mengikuti pertemuan
organisai-organisasi keguruan seperti MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dan mengikuti
kursus kependidikan untuk mengembangkan dan
menambah keterampilan guru. Sedangkan upaya yang
dapat dilakukan oleh lembaga atau sekolah untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik guru dengan
mengadakan lokakarya (workshop), dan mengadakan
penataran guru (Saryati, 2014: 678-680). Selain itu,
guru juga dapat mengikuti seminar, workshop, dan
114
menerbitkan jurnal baik nasional ataupun
internasional untuk meningkatkan kompetensi
pedagogiknya (Suhaemi & Aedi, 2015: 242).
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi juga
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
mengajar guru (Liu, 2011; Donnelly, dkk., 2011 dalam
Khan, 2014: 21). Beberapa kegiatan peningkatan
kompetensi pedagogik guru tersebut dirangkum dalam
kegiatan pelatihan, baik pelatihan dan seminar metode
mengajar maupun pelatihan pemanfaatan media
teknologi dan e-learning, dan workshop. Kegiatan
tersebut dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan
pihak luar seperti pemerintah, universitas atau instansi
pendidikan lainnya sebagai sponsor kegiatan maupun
membantu dalam penyelenggaran kegiatan tersebut,
atau menjadi pelatih atau pembicara dalam kegiatan
tersebut.
Upaya yang kelima adalah mengoptimalkan
kemitraan orang tua dan komite. Peran orang tua
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
performa siswa (OECD, 2010: 88-89). Dengan adanya
peran orang tua maka siswa akan merasa terdorong
dan termotivasi dengan dukungan orang tua, sehingga
nantinya performa siswa akan lebih baik. Melibatkan
orang tua dalam peningkatan kompetensi pedagogik
guru dapat membantu guru untuk mendapatkan
umpan balik dari para orang tua, dimana orang tua
115
dapat memberikan masukan kepada guru mengenai
kondisi anaknya sehingga guru dapat lebih memahami
anaknya dan begitu pula sebaliknya, dimana guru
dapat memberikan masukan kepada orang tua
mengenai kondisi anaknya sehingga orang tua dapat
mendukung anaknya dengan optimal. Dalam program
kemitraan orang tua dan komite ini dapat dilakukan
kemitraan keluarga. Program ini dapat lebih
dioptimalkan dengan adanya web sekolah dan sms
gateaway dimana kegiatan sekolah selalu
diberitahukan oleh pihak sekolah kepada orang tua dan
ditampilkan dalam web sekolah, sehingga orang tua
mengetahui kegiatan yang terjadi disekolah. Kegiatan
yang dapat dilakukan dalam program kemitraan orang
tua dan komite yaitu meliputi kegiatan evaluasi akhir
semester bersamaan dengan evaluasi akhir semester
siswa, dan pemberian penghargaan kepada guru
supaya guru lebih termotivasi dalam mengajar.
4.4. Validasi Desain Produk Rencana Strategis
Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah
menghasilkan rencana strategis peningkatan kom-
petensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu
sekolah. Rencana strategis ini akan memberikan
arahan dan pedoman bagi sekolah dalam
116
meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk
peningkatan sekolah.
Dalam melakukan uji materi terhadap isi dalam
rencana strategis ini membutuhkan pakar untuk
melakukan validasi terhadap desain produk.
Berdasarkan hasil uji materi dalam rencana strategis
ini menurut:
1) Prof. Dr. Slameto, M.Pd.
Susunan penulisan terdiri dari cover dalam, kata
pengantar, daftar isi, BAB I merupakan pendahuluan
dengan isi latar belakang, landasan yuridis, landasan
filosofi, maksud dan tujuan, manfaat dan sasaran. BAB II
adalah kajian teori dari produk. BAB III berisikan strategi peningkatan kompetensi pedagogik guru dengan sub BAB
program jangka panjang dan rencana operasional. BAB IV
adalah kunci keberhasilan yang berisi kunci keberhasilan
rencana strategis dengan penjelasannya, dan monitoring
dan evaluasi. BAB V adalah penutup, kemudian daftar pustaka dan lampiran.
Strategi dikelompokan dengan jelas dan diperjelas
keterangannya, kemudian diberikan kerangka pikir dari
strategi tersebut. Kunci keberhasilan ditambahi sesuai
dengan faktor-faktor yang terlibat dalam pelaksanaan
strategi tersebut dan poin-poinnya diperjelas, kenapa bisa menjadi kunci keberhasilan.
Bab IV ditambahkan peran kepala sekolah, yayasan
dan pengawas, dan ditambahkan tentang monev dan
penjelasannya, panduan melakukan evaluasi pada monev.
2) Dr. Wasitohadi, M.Pd.
Ada banyak strategi, namun strategi itu masih biasa yang oleh Patricia Cranton disebut traditional development strategies. Tidak ada strategi yang lebih modern sifatnya.
Yang dengan istilah ahli disebut “Self-Directed, Critical Reflection, dan transformative learning”. Sharing antar guru
lebih diekspilisitkan misalkan dengan membangun
interaksi edukatif antar guru, agar watak pedagogiknya jelas. Strateginya, misalkan dengan mengimplisitkan nilai
dalam pengetahuan yang diajarkan guru (Muhajir, 1997),
mengembangkan beragam pengetahuan yang bermuatan
nilai-nilai (Depdiknas, 2003).
117
Masih cukup banyak kalimat yang kurang jelas
maksdunya, disamping masih banyak salah ketik.
3) Drs. G. Suwartono (Wakil Kepala SMA Sedes Sapientiae
Jambu).
Secara umum draft sudah sangat baik, baik dalam
struktur rancangan, esensi dari renstra, dan bagaimana
secara teknis (langkah-langkah) strategi tersebut
dijalankan. Kami menganggap baik jika hasil penelitian dapat menjadi sebuah rekomendasi bagi pihak SMA Sedes
Sapientiae Jambu.
Namun, demikian hasil penelitian berupa sebuah
strategi menjadi model yang memenuhi dua hal yaitu efektif
dan praktis. Untuk menguji efektifitas strategi yang sudah ditemukan, bukanlah ranah kami tetapi pihak peneliti,
namun bagi kami yang berada dilapangan selalu berpikir
dalam tataran praktis, sehingga bagi kami model tersebut
mudal diimplementasi, terutama kami dapat mengevaluasi program operasional yang merupakan break down strategi
peningkatan kompetensi pedagogik guru. Untuk itu dalam petunjuk teknis pelaksanaan
proram, saran kami perlu ditambahkan dua hal, yaitu
bagaimana sekolah dalam mengevaluasi program, untuk itu
perlu disertakan instrument evaluasi program. Kedua,
kriteria seberapa besar tingkat pencapaian yang didapat
sekolah setelah menggunakan model/ strategi yang digunakan.
4.5. Revisi Desain
Proses berikutnya adalah melakukan perbaikan
dari hasil validasi pakar terhadap desain produk
rencana strategis ini. Perbaikan yang dilakukan sesuai
dengan masukan dari para pakar (hasil perbaikan
dapat dilihat pada bagian lampiran).
Kemudian, setelah diperbaiki sesuai dengan
masukan dari para pakar, produk rencana strategis ini
di uji kelayakannya dalam FGD pada 17 Januari 2017
118
bersama dengan Kepala Sekolah, wakil kepala sekolah,
perwakilan guru dan juga perwakilan komite.
4.6. Uji Kelayakan
Tahap ke enam dari penelitian adalah uji
kelayakan terhadap desain rencana strategis yang telah
di uji pakar dan telah direvisi sesuai dengan masukan
para pakar. Pada FGD uji kelayakan yang diadakan pda
17 Januari 2017 ini diharidiri oleh kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, bebeberapa perwakilan sekolah,
komite, dan pada FGD ini pengawas sekolah yang telah
diundang tidak dapat menghadiri FGD uji kelayakan
dikarenakan adanya rapat dinas pada hari itu.
Pada FGD tersebut didapatkan hasil bahwa
rencana yang telah disusun menurut pihak sekolah
sudah baik, jelas dan terrinci dengan baik dan dapat
dilakukan di sekolah, hanya saja dalam pelaksanaanya
menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi sekolah.
Kemudian, komite juga merasa peran orang tua dan
komite dalam rencana strategi tersebut sangat baik dan
dirasa dapat membantu guru untuk menjadi lebih baik
lagi. Pada FGD ini, ada beberapa hal yang direvisi,
seperti kejelasan pada instrumen evaluasi dimana
saran dari wakil kepala sekolah dan beberapa guru
yang hadir, lebih baik pada instrumen evaluasi
diberikan skor supaya sekolah ataupun yayasan yang
akan mengevaluasi program mendapatkan hasil dan
119
kriteria yang jelas, sehingga tim evaluasi dapat
menganalisa hasil dengan mudah.
4.7. Revisi Produk
Setelah dilakukannya FGD uji kelayakan produk,
maka produk direvisi sesuai dengan masukan dari hasil
FGD. Kemudian, produk yang sudah direvisi diberikan
kepada SMA Sedes Sapientiae Jambu. Produk
penelitian ini terdapat pada lampiran.
4.8. Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru
Setelah dilakukannya analisis faktor internal
maupun eksternal terhadap upaya SMA Sedes
Sapientiae Jambu dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru, maka dalam produk ini menghasilkan
5 strategi berdasarkan analisis yang telah dilakukan,
yaitu:
1) Mengoptimalkan kolaborasi antar guru
2) Kolaborasi antar guru dan siswa 3) Mengoptimalkan dukungan pihak eksternal seperti
yayasan dan dinas
4) Mengoptimalkan kegiatan pengembangan pedagogik
guru, dan
5) Meningkatkan kerja sama antara pengajar, murid, dan
orang tua siswa.
120
Berikut adalah deskripsi dari setiap strategi yang
didapat:
Strategi Pertama adalah mengoptimalkan
kolaborasi antar guru. Dengan mengoptimalkan kolaborasi
antar guru ini dapat membantu guru untuk saling bertukar
pikiran secara edukatif dan saling belajar dengan lebih santai karena para guru sudah akrab dan terbiasa.
Strategi Kedua adalah kolaborasi antar guru dan
siswa. Keakraban dan kerja sama antar guru dan siswa
akan memantu guru untuk memahami karakter siswanya,
sehingga guru dapat memberikan pengajaran yang
membuat para siswa tertarik dan kreatif, serta guru dapat memotivasi siswa untuk berprestasi baik secara akademik
maupun non akademik.
Strategi Ketiga, mengoptimalkan dukungan dari
pihak eksternal (Yayasan dan Dinas). Dukungan secara
eksternal dari yayasan dan dinas dapat berupa dukungan dalam evaluasi guru, seperti bantuan atau dukungan
untuk guru supaya hasil tes UKG bisa lebih baik, melihat
hasil tes UKG dimana guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu
kebanyakan masih berada dibawah nilai minimal. Maka
mengoptimalkan penilaian guru dari pihak Yayasan
ataupun Dinas dapat membantu guru untuk lebih memahami dan mempraktekan kompetensi pedagogik dan
profesionalisme yang harus dimiliki oleh guru.
Strategi Keempat, adalah mengoptimalkan
kegiatan pengembangan pedagogik guru. Meng-optimalkan
kegiatan pengembangan pedagogik guru ini tentunya dengan melibatkan pemanfaatan fasilitas sekolah dan
partisipasi dari orang tua dan siswa. Dengan sekurang-
kurangnya 80% guru bergelar sarjana, mengajar sesuai
bidang, memiliki jenjang karir yang panjang, loyalitas yang
tinggi serta adanya dukungan dari pemerintah
memungkinkan bagi sekolah serta guru untuk mengembangkan kompetensi pedagogiknya. Pada straategi ini, sekolah dapat bekerja sama dengan stakeholder seperti
universitas-universitas yang dapat membantu dalam
melaksanakan seminar atau pelatihan.
121
Strategi Kelima meningkatkan kerja sama
pengajar, murid, dan orang tua. Suasana belajar mengajar
dan juga suasana sekolah akan semakin lebih kondusif dan performa siswa akan meningkat jika guru dan murid
memiliki hubungan yang baik dan mendapatkan dukungan
dari orang tua. Kerjasama antar pengajar ini dapat
dioptimalkan untuk memotivasi guru supaya pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dapat lebih maksimal, bervariatif,
dan inovatif. Siswa juga dapat berperan aktif untuk memberikan penilaian kepada guru, sehingga guru akan
menerima masukan dari para murid untuk pembelajaran
yang lebih baik lagi.
Pada produk rencana strategi yang dirancang ini
menekankan pada kerja sama antara guru dan
melibatkan peran serta dari siswa maupun orang tua
siswa dan komite. Peran serta dari siswa dan orang tua
merupakan hal yang penting dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru, karena siswa dan orang
tua merupakan konsumen dari suatu pasar
pendidikan, sehingga untuk mencapai keinginan dari
konsumen maka siswa dan orang tua harus terlibat
dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk
meningkatkan mutu sekolah. Sedangkan, dalam
penelitian-penelitian yang relevan masih banyak yang
menekankan pada pelatihan atau workshop yang harus
diikuti oleh guru sebagai bagian dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru.
Dalam produk ini juga terdapat beberapa
keterbatasan, diantaranya strategi yang disusun
berdasarkan keadaan pada satu sekolah, yaitu SMA
Sedes Sapientaie Jambu. Selain itu, keterbatasan
122
lainnya adalah penelitian ini hanya sampai pada tahap
uji kelayakan dan revisi produk saja, sehingga untuk
penelitian selanjutnya dapat diteruskan hingga tahap
ke 10 dari prosedur penelitian yang digunakan.
4.9. Pembahasan
SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam
meningkatkan kompetensi pedagogik guru memiliki
beberapa faktor kekuatan, yaitu fasilitas sekolah yang
memadai, sekurang-kurangnya 80% guru bergelar
sarjana, beberapa guru masih muda dengan jenjang
karir yang panjang, kesejahteraan guru terjamin, guru
mengajar sesuai bidang, guru akrab dengan murid dan
memberikan kesempatan belajar yang sama terhadap
peserta didik, guru membuat administrasi pem-
belajaran dan penilaian serta silabus sesuai dengan
kurikulum, guru mata pelajaran IPA metode
pembelajarannya lebih variatif dan inovatif, beberapa
guru pengampu mata pelajaran IPA berhasil
membimbing siswa dalam persiapan UN sehingga hasil
UN IPA masuk 3 besar kabupaten, dan loyalitas guru
tinggi. Sedangkan kelamahan yang dimiliki adalah
manajemen dalam organisasi kurang maksimal
sehingga program yang disusun belum nampak
pencapaian kompetensinya, penerimaan guru me-
ngutamakan yang beragama Nasrani dan untuk
kompetensi pedagogik guru dapat menyusul,
123
pembinaan guru dalam bidang kompetensi pedagogik
dan profesionalisme kurang, pekerjaan guru diluar
kelas cukup banyak dengan mengurus kegiatan-
kegiatan sekolah, guru pengampu mata pelajaran IPS
dan umum masih ada yang mengajarnya biasa-biasa
saja kurang kreatif dan inovatif, pengembangan
kurikulum masih standar, beberapa guru masih minim
dalam penguasaan kelas, dan hasil UN mata pelajaran
IPS masih belum maksimal.
Selain kekuatan dan kelemahan, SMA Sedes
Sapientiae Jambu juga memiliki beberapa peluang dan
ancaman. Peluang yang dimiliki oleh SMA Sedes
Sapientiae Jambu adalah animo masyarakat terhadap
sekolah tinggi, jumlah murid yang meningkat setiap
tahunnya, sekolah berasrama, hubungan dengan gereja
dan beberapa SMP swasta baik, adanya program
sertifikasi guru dari pemerintah, dan dukungan dari
pemerintah. Kemudian, ancaman yang dimiliki oleh
SMA Sedes Sapientiae Jambu adalah munculnya
sekolah Negeri yang semakin baik, munculnya sekolah-
sekolah berasrama di sekitar SMA Sedes Sapientiae
Jambu, jumlah murid yang berasal dari sekitar sekolah
berkurang atau menurun, dan keberhasilan program
KB (Keluarga Berencana).
Data kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dipaparkan tersebut telah ditriangulasi
dengan observasi, dokumentasi dan diskusi bersama
124
dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan
beberapa perwakilan guru SMA Sedes Sapientiae
Jambu. Kemudian, setelah data telah di triangulasi,
maka dihitung bobot dan skor masing-masing poin
(IFAS dan EFAS) dan didapat total skor kekuatan
adalah 2,8 dan kelemahan 2,3. Sedangkan untuk
peluang adalah 2,9 dan ancaman adalah 2,1 sehingga
letak matrik IFAS dan EFAS berada pada kuadran SO,
yaitu memanfaatkan kekuatan untuk mengoptimalkan
peluang yang ada dalam merumuskan strategi
peningkatan kompetensi pedagogik guru untuk me-
ningkatkan mutu SMA Sedes Sapientiae Jambu.
Setelah didapatkan letak kuadran matriks SWOT
maka dilakukan perumusan desain strategi dengan
melihat faktor kekuatan yang dimiliki oleh sekolah dan
mengoptimalkan peluang yang dimiliki. Desain strategi
yang tersusun adalah dengan:
- Mengoptimalkan kolaborasi antar guru
- Mengoptimalkan kolaborasi guru dan siswa
- Mengoptimalkan dukungan dari luar (pemerintah,
yayasan, universitas dan dinas pendidikan)
- Mengoptimalkan kegiatan pengembangan profesi/kompetensi pedagogik guru
- Mengoptimalkan kemitraan dengan orang tua
Desain strategi yang telah tersusun diuji oleh
para pakar untuk menilai apakah desain strategi yang
dibuat akan efektif digunakan sebagai usaha
peningkatan kompetensi pedagogik guru. Dalam uji
pakar ini melibatkan 2 dosen pakar dan 1 ahli pakar
125
dari sekolah yaitu wakil kepala sekolah. Kemudian,
setelah dilakukannya uji pakar, maka desain direvisi
sesuai dengan masukan dari para pakar, yang
kemudian dilakukannya uji kelayakan.
Uji kelayakan ini dilakukan untuk menilai
kelayakan produk, apakah produk yang sudah
dirumuskan layak untuk diterapkan disekolah sebagai
usaha peningkatan kompetensi pedagogik guru di SMA
Sedes Sapientiae Jambu. Dalam uji kelayakan ini
dihadiri oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
beberapa perwakilan guru, dan komite, sedangkan
untuk pengawas sekolah tidak dapat mengikuti
kegiatan ini karena ada rapat Dinas. Dalam uji pakar
yang dilakukan, terdapat beberapa masukan dari para
calon pengguna (kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
komite dan guru) terhadap produk. Secara garis besar,
produk yang disusun dapat diaplikasikan di SMA Sedes
Sapientiae Jambu, hanya saja tidak semua program
langsung dilakukan dalam waktu bersamaa, namun
bertahap dengan menyesuaikan situasi dan kondisi
sekolah. Produk yang disusun juga membantu sekolah
dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan
memberikan panduan kepada sekolah. Setelah
mendapatkan masukan dan tambahan dari para calon
pengguna produk, maka produk pun direvisi sesuai
dengan hasil uji kelayakan tersebut.
126
Garis besar dari strategi peningkatan kompetensi
pedagogik guru untuk meningkatkan mutu SMA Sedes
Sapientiae Jambu adalah sebagai berikut:
Strategi Pertama, adalah mengoptimalkan
kolaborasi antar guru. Berdasarkan hasil analisa SWOT
pada faktor eksternal dan internal SMA Sedes Sapientiae
Jambu terlihat bahwa loyalitas guru dan keakraban antar guru tinggi. Poin tersebut dapat dioptimalkan untuk
mendukung peningkatan kompetensi pedagogik guru.
Kolaborasi antar guru yang dapat dilakukan diantaranya dengan melakukan beberapa kegiatan seperti case discussion, action research, study groups dan lesson study
(Departement of Education & Training, 2005: 10; Tedjawati,
2011: 483). Selain itu, dapat juga dilakukan kunjungan antar kelas, sehingga guru dapat saling belajar mengenai
metode mengajar maupun keadaan kelas dari rekan guru
lainnya (Saryati, 2014: 678-680). Kegiatan yang dapat
dilakukan cukup banyak, yaitu sharing teman sejawat
(sharing edukatif) mengenai metode mengajar, nilai-nilai pengetahuan, keadaan kelas dan kondisi siswa, action research, study group, case discussion, kunjungan antar
kelas supaya guru dapat saling belajar dan menilai
mengenai metode mengajar yang dilakukan oleh rekannya, team teaching dan lesson study. Dengan mengoptimalkan
kolaborasi antar guru ini dapat membantu guru untuk
saling bertukar pikiran secara edukatif dan saling belajar dengan lebih santai karena para guru sudah akrab dan
terbiasa. Program kegiatan untuk mengoptimalkan
kolaborasi antar guru adalah dengan sharing teman sejawat, action research (penelitian tindakan) yang ditindak
lanjuti dengan pembuatan karya ilmiah nantinya, study group, case discussion, kunjungan antar kelas, team teaching, dan lesson study.
Strategi Kedua adalah kolaborasi antar guru dan siswa. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
pengenalan peserta didik (Sagala, 2011: 32), selain itu,
kompetensi pedagogik guru perlu dimiliki oleh guru salah
satunya untuk mendaignosis berbagai hambatan dan
masalah yang dihadapi oleh peserta didik (Soedijarto, 2008: 199). Oleh sebab itu, guru perlu untuk memiliki hubungan
yang baik untuk membantu meningkatkan kompetensi
pedagogik guru, terlebih guru-guru di SMA Sedes
Sapientiae Jambu sudah akrab dan memiliki hubungan
yang baik dengan murid-murid, sehingga hal tersebut
127
dapat lebih dioptimalkan. Hubungan yang baik antara guru
dan murid akan membuat guru akan lebih memahami
keadaan kelas dan murid-muridnya, bagaimana muridnya berpikir, karakter muridnya dan bagaimana murid-
muridnya berinteraksi satu sama lain, sehingga guru dapat
memilih metode mengajar yang tepat dan sesuai. Hal
tersebut dapat membuat suasana belajar menjadi lebih
kondusif, suasana belajar menjadi lebih komunal, dan
memperkuat kesetiaan atau ketaatan (OECD, 2010: 88-98). Selain itu, menurut Fullan & Langworthy (2014: 11) saat
ini, siswa ingin terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga
untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan kreatif
maka guru harus dapat bekerja sama dengan muridnya.
Kegiatan yang dapat membantu guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya diantaranya dengan evaluasi
harian, evaluasi mingguan dan evaluasi diakhir semester.
Keakraban dan kerja sama antar guru dan siswa akan
memantu guru untuk memahami karakter siswanya,
sehingga guru dapat memberikan pengajaran yang
membuat para siswa tertarik dan kreatif. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah evaluasi harian, evaluasi
mingguan, dan evaluasi akhir semester yang nantinya hasil
evaluasi tersebut akan menjadi penilaian guru favorit atau
guru berprestasi.
Strategi Ketiga, mengoptimalkan dukungan dari pihak eksternal (Yayasan dan Dinas). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Suhaemi dan Aedi (2015: 241), dukungan
dari pemerintah terhadap rencana strategi untuk
meningkatkan kompetensi profesional dosen merupakan
salah satu faktor keberhasilan dari program pengembangan
kompetensi pedagogik dan profesional dosen. Oleh sebab itu, memanfaatkan peluang dari SMA Sedes Sapientiae
Jambu yang memiliki hubungan yang baik dengan
Pemerintah (Dinas), maka hubungan tersebut dapat terus
dioptimalkan. Bantuan atau dorongan dari pemerintah,
instansi Dinas atau Universitas dapat berupa memberikan pelatihan atau seminar kepada guru terkait dengan
pembelajaran, mentoring dan meningkatkan penilain guru
supaya guru dapat terus meningkatkan kualitasnya
(Wilson, dkk., 2009: 1-9). Kemudian, upaya ini didukung
oleh penelitian dari Ramdass & Masithulela (2016: 13)
dimana dalam penelitiannya ditemukan bahwa dukungan dari pemerintah dan industri untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik guru itu penting. Dengan adanya
dukungan dan kerja sama dari pemerintah dan industri,
maka sekolah akan mengetahui kebutuhan dari
pemerintah dan industri, sehingga nantinya sekolah dapat
128
membuat kurikulum untuk mencapai kebutuhkan sosial
yang dapat memenuhi tenaga kerja (lulusan yang
berkualitas sesuai kebutuhan stakeholder). Dukungan secara eksternal dari yayasan dan dinas dapat berupa
dukungan dalam evaluasi guru, seperti bantuan atau
dukungan untuk guru supaya hasil tes UKG bisa lebih
baik, melihat hasil tes UKG dimana guru di SMA Sedes
Sapientiae Jambu kebanyakan masih berada dibawah nilai
minimal. Maka mengoptimalkan penilaian guru dari pihak yayasan ataupun Dinas dapat membantu guru untuk lebih
memahami dan mempraktekan kompetensi pedagogik dan
profesionalisme yang harus dimiliki oleh guru. Kegiatan
yang akan dilakukan adalah dengan pengadaan pelatihan,
seminar, workshop, pertemuan MGMP, dan simulasi tes UKG.
Strategi Keempat, adalah mengoptimalkan
profesionalisme dan kualitas guru. Program ini merupakan
sarana bagi guru untuk meningkatkan dan
mengembangkan kompetensi pedagogiknya melalui
beberapa upaya dapat dilakukan oleh lembaga atau sekolah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru, seperti dengan mengadakan lokakarya (workshop), dan
mengadakan penataran guru (Saryati, 2014: 678-680). Selain itu, guru juga dapat mengikuti seminar, workshop,
dan menerbitkan jurnal baik nasional ataupun
internasional untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya (Suhaemi & Aedi, 2015: 242). Penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi juga dapat digunakan
untuk meningkatkan kualitas mengajar guru (Liu 2011;
Donnelly, dkk., 2011 dalam Khan, 2014: 21). Beberapa
kegiatan peningkatan kompetensi pedagogik guru tersebut
dirangkum dalam kegiatan pelatihan, baik pelatihan dan seminar metode mengajar maupun pelatihan pemanfaatan media teknologi dan e-learning, dan workshop. Kegiatan
tersebut dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan
pihak luar seperti pemerintah, universitas atau instansi
pendidikan lainnya sebagai sponsor kegiatan maupun
membantu dalam penyelenggaran kegiatan tersebut, atau menjadi pelatih atau pembicara dalam kegiatan tersebut.
Mengoptimalkan kegiatan pengembangan pedagogik guru
ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan beberapa
instansi pendidikan lainnya, pemerintah, atau universitas
mitra. Dalam strategi kelima ini, kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan, seminar, lokakarya dan karya ilmiah
guru dengan adanya pelatihan karya ilmiah, dan ajang
kompetensi.
129
Strategi Kelima meningkatkan kerja sama
pengajar, murid, dan orang tua. Suasana belajar mengajar
dan juga suasana sekolah akan semakin lebih kondusif dan performa siswa akan meningkat jika guru dan murid
memiliki hubungan yang baik dan mendapatkan dukungan
dari orang tua. Peran orang tua merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi performa siswa (OECD, 2010:
88-89). Dengan adanya peran orang tua maka siswa akan
merasa terdorong dan termotivasi dengan dukungan orang tua, sehingga nantinya performa siswa akan lebih baik.
Melibatkan orang tua dalam peningkatan kompetensi
pedagogik guru dapat membantu guru untuk mendapatkan
umpan balik dari para orang tua, dimana orang tua dapat
memberikan masukan kepada guru mengenai kondisi anaknya sehingga guru dapat lebih memahami anaknya
dan begitu pula sebaliknya, dimana guru dapat
memberikan masukan kepada orang tua mengenai kondisi
anaknya sehingga orang tua dapat mendukung anaknya
dengan optimal. Program ini dapat lebih dioptimalkan dengan adanya web sekolah dan sms gateaway dimana
kegiatan sekolah selalu diberitahukan oleh pihak sekolah
kepada orang tua dan ditampilkan dalam web sekolah,
sehingga orang tua mengetahui kegiatan yang terjadi
disekolah. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam program
kemitraan orang tua dan komite yaitu meliputi kegiatan
evaluasi akhir semester bersamaan dengan evaluasi akhir semester siswa, dan pemberian penghargaan kepada guru
supaya guru lebih termotivasi dalam mengajar. Dalam
program kemitraan orang tua dan komite ini dapat
dilakukan kemitraan keluarga. Kerjasama antar pengajar
ini dapat dioptimalkan untuk memotivasi guru supaya pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat lebih
maksimal, bervariatif, dan inovatif. Siswa juga dapat
berperan aktif untuk memberikan penilaian kepada guru,
sehingga guru akan menerima masukan dari para murid
untuk pembelajaran yang lebih baik lagi. Beberapa
kegiatan yang dilakukan pada strategi keenam ini adalah dengan evaluasi akhir semester dan adanya teacher award
atau penghargaan kepada guru.
Dari hasil penelitian di SMA Sedes Sapientiae
Jambu, untuk meningkatkan kompetensi pedagogik
guru untuk meningkatkan mutu sekolah dengan
memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki
130
didapat 5 strategi yang didalamnya terdapat program
operasional. Strategi tersbut dalam pelaksanaannya
melibatkan peran serta dari yayasan atau dinas sebagai
supervisor, kepala sekolah sebagai penanggung jawab,
wakil kepala sekolah sebagai ketua pelaksana, guru
sebagai pelaksana dan peserta, dan komite sebagai
pendukung. Pelaksanaan dari strategi tersebut dapat
dilakukan dalam jangka panjang dan dapat dilakukan
secara berkala menyesuaikan keadaan dan kondisi
sekolah. Untuk lebih detail mengenai hasil atau produk
dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran yang
dilengkapi dengan panduan pelaksanaan rencana
strategi, jadwal pelaksanaan, dan panduan monitoring
dan evaluasi program.
Produk rencana strategi pada penelitian ini untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk
meningkatkan mutu sekolah, strategi yang dirancang
menekankan pada kerja sama antar guru, siswa, dan
orang tua siswa serta komite. Strategi yang melibatkan
peran serta siswa, orang tua murid, serta komite
dilakukan untuk memotivasi guru untuk semakin lebih
baik dalam mengajar dan meningkatkan kompetensi
pedagogiknya. Seperti halnya yang ditekankan oleh
Tedjawati (2011: 483) dimana hubungan yang baik
antar guru dan siswa dapat membuat suasana belajar
menjadi lebih kondusif, komunal dan memperkuata
ketaatan, sehingga proses belajar mengajar menjadi
131
lebih efektif. OECD (2010: 88-89) menambahkan peran
penting rekan guru, dimana guru dapat saling bekerja
sama, belajar bersama untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik mereka.
Peran serta dari siswa dan orang tua merupakan
hal yang penting dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru (Fullan & Langworthy, 2014: 11),
karena siswa dan orang tua merupakan konsumen dari
suatu pasar pendidikan, sehingga untuk mencapai
keinginan dari konsumen maka siswa dan orang tua
harus terlibat dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru untuk meningkatkan mutu sekolah.
Sedangkan, dalam penelitian-penelitian yang
sebelumnya masih banyak yang menekankan pada
pelatihan, seminar, diklat dan workshop yang harus
diikuti oleh guru sebagai bagian dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru.
Dalam produk ini juga terdapat beberapa
keterbatasan, diantaranya strategi yang disusun
berdasarkan keadaan pada satu sekolah, yaitu SMA
Sedes Sapientaie Jambu. Selain itu, keterbatasan
lainnya adalah penelitian ini hanya sampai pada tahap
uji kelayakan dan revisi produk saja, sehingga untuk
penelitian selanjutnya dapat diteruskan hingga tahap
ke 10 dari prosedur penelitian yang digunakan.