bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. …...terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1...
TRANSCRIPT
-
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06
Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat SDN Mangunsari 06
berada di Jalan Walisongo, RT 03 RW 08 Tegalsari, Mangunsari, Sidomukti,
Salatiga. Sarana yang ada di SDN Mangunsari 06 diantaranya 6 ruang kelas, 1
ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1
gudang, 1 ruang multimedia, 1 ruang gudang, 2 WC untuk guru dan 3 WC untuk
siswa. Setiap ruangan memiliki keadaan yang cukup baik, terdapat ventilasi yang
memadai, penerangan yang cukup dan suasan yang nyaman. Selain itu, halaman
SDN Mangunsari 06 juga cukup luas yang biasanya digunakan untuk upacara
bendera dan kegiatan sekolah lainnya.
Media pembelajaran dan alat peraga pembelajaran yang dimiliki SDN
Mangunsari 06 cukup lengkap, hanya saja media dan alat peraga tersebut jarang
digunakan pada saat kegiatan pembelajaan. Koleksi buku-buku pembelajaran dan
buku-buku pengetahuan umum yang dimiliki jumlahnya masih terbatas dengan
kata lain masih belum mencukupi, karena jumlahnya lebih sedikit dari jumlah
siswa. Adapun tenaga pengajar yang ada di SDN Mangunsari 06 ada 12 yang
terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru olah raga, 1 guru agama islam, 1
guru mulok, 1 guru honorer dan 1 penjaga sekolah. Jumlah keseluruhan siswa
SDN Mangunsari 06 sebanyak 105 siswa.
Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah
18 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Kesadaran
belajar siswa SDN Mangunsari 06 umumnya masih rendah. Hanya sebagian kecil
dari seluruh siswa kelas V yang mempunyai motivasi dalam pembelajaran. Hal ini
juga disebabkan mayoritas orang tua siswa yang bekerja sebagai buruh bangunan
dan kurang memiliki kemampuan dalam membimbing anaknya untuk belajar.
-
68
4.2. Pelaksanaan Penelitian
4.2.1. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas
dilakukan. Sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa kelas V di SDN Mangunsari
06 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil observasi yang
telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan yang muncul di dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Permasalahan yang muncul terkait dengan hasil belajar yang rendah yang
diperoleh siswa pada mata pelajaran Matematika, diduga dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor dari guru dan siswa itu sendiri. Tingkat
kemampuan siswa terhadap mata pelajaran Matematika dan konsentrasi siswa
yang kurang dalam mengikuti setiap proses belajar mengajar merupakan salah
satu faktor dari sisi siswa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar mata
pelajaran Matematika. Masih banyaknya siswa yang asyik berbicara dengan
teman sebangku dan sibuk dengan permainannya sendiri ketika guru mulai
menyampaikan materi, siswa cenderung mengacuhkan proses pembelajaran yang
tengah berlangsung. Faktor dari guru dikarenakan, guru kurang memiliki
keterampilan dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif saat
pembelajaran, para guru masih menerapkan pembelajaran konvensional (ceramah)
yang dianggap lebih praktis. Selanjutnya pemanfaatan media pembelajaran dan
alat peraga juga sangat langka dilakukan oleh guru, sekolah memang sudah
menyediakan peralatan pembelajaran namun guru masih kurang memanfaatkan
media pembelajaran dan alat peraga tersebut di dalam setiap proses pembelajaran.
Beberapa faktor tersebut menjadi hambatan di dalam pelaksanaan
pembelajaran yang menyebabkan pembelajaran berjalan kurang efektif sehingga
siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran, siswa cenderung jenuh
dan bosan di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kondisi yang demikian
berdampak pada perolehan hasil belajar matematika yang masih kurang dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) yang telah ditentukan oleh sekolah.
-
69
Hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SDN Mangunsari 06 Salatiga
sebelum dilakukan tindakan penelitian masih rendah dan berada di bawah KKM.
Hasil belajar PraSiklus diperoleh dari daftar nilai ulangan mata pelajaran
Matematika pada semester II pada materi sebelumnya (Bab VII Pecahan). Dari
data yang diperoleh tersebut terlihat bahwa sebagian besar siswa kelas V
memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70). Lebih
jelasnya dapat dilihat dari tabel ketuntasan belajar PraSiklus sebagai berikut:
Tabel 4.1
Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 6 33,33
2. Belum Tuntas < 70 12 66,67
Jumlah 18 100
Nilai Tertinggi 83
Nilai Terendah 42
Rata-rata 58,50
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa dari perolehan
nilai ulangan mata pelajaran Matematika Semester II pada materi sebelumnya
(Bab VII Pecahan) dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai di atas dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 6 dengan persentase 33,33%,
sedangkan yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 12 siswa
dengan persentase 66,67%. Dengan nilai terendah 42, nilai tertinggi 83, dan nilai
rata-rata 58,50 dapat diketahui bahwa persentase siswa yang belum tuntas masih
tinggi dan lebih dari setengah jumlah siswa di kelas 5 SDN Mangunsari 06
Salatiga.
Sedangkan untuk keaktifan siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian di
kelas, peneliti melakukan observasi di dalam kelas pada saat kegiatan
pembelajaran matematika berlangsung ketika tryout menggunakan metode
pembelajaran problem solving. Dengan lembar observasi yang digunakan, peneliti
dapat mengetahui keaktifan siswa pada proses pembelajaran matematika.
Keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
-
70
Tabel 4.2
Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan
Indikator
Aktif Tidak Aktif
Frekuensi
Siswa Presentase
Frekuensi
Siswa Presentase
1 11 61.11% 7 38.88%
2 9 50% 9 50%
3 8 44.44% 10 55.55%
4 6 33.33% 12 66.66%
5 6 33.33% 12 66.66%
6 7 38.88% 11 61.11%
7 8 44.44% 10 55.55%
8 6 33.33% 12 66.66%
9 5 27.77% 13 72.22%
10 3 16.67% 15 83.33%
Rata-rata 38.33% 61.66%
Keterangan Indikator Pengamatan:
1. Siswa mempersiapkan diri dan peralatan sekolah (buku tulis, alat tulis,
buku pelajaran) dengan baik.
2. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
3. Siswa segera melakukan tindakan setelah mendapat petunjuk dari guru.
4. Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah melalui berbagai sumber.
5. Siswa berani mengemukakan pendapatnya ketika guru memberikan
pertanyaan dan bertanya apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya.
6. Siswa mampu bekerja sama saling berinteraksi dalam kegiatan diskusi
kelompok.
7. Siswa bertanggungjawab dengan menyelesaikan tugas yang diberikan
guru selama proses pembelajaran.
8. Siswa mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
9. Siswa memberi tanggapan terhadap presentasi hasil kelompok lain.
10. Siswa menerapkan apa yang telah diperolehnya selama pembelajaran
(dalam menarik kesimpulan dan mengerjakan soal evaluasi).
-
71
Mengacu pada tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa keaktifan siswa di SDN
Mangunsari 06 hanya sebesar 38.33%. Sedangkan siswa yang belum memenuhi
indikator keaktifan yang telah ditetapkan mencapai 61.66%.
Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika
siswa kelas V SDN Mangunsari 06 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 yang
masih rendah dan kurang maksimal, maka peneliti melakukan sebuah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan metode
pembelajaran Problem Solving sebagai upaya meningkatkan hasil belajar dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika yang akan dilakukan dalam dua
siklus, dimana setiap siklus akan dilakukan tiga pertemuan.
4.2.2. Pelaksanaan Siklus I
4.2.2.1. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I
Sebelum melaksanakan tindakan pada pertemuan I, maka peneliti
menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran diantaranya
RPP, alat peraga stereofoam berbentuk bangun datar, lembar kerja kelompok,
lembar observasi aktivitas guru serta lembar observasi keaktifan siswa. Peneliti
merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok bahasan
“Sifat-Sifat Bangun Datar”. Peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi
matematika yang akan diajarkan pada siswa kelas V agar pembelajaran bisa
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Keberhasilan pada siklus I pertemuan
pertama dapat tercapai apabila siswa menguasai indikator pada tabel dibawah:
Tabel 4.3
Indikator Pelajaran Siklus I Pertemuan Pertama
Kompetensi Dasar Indikator
Mengidentifikasi sifat-sifat
bangun datar.
1. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar segitiga
2. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar persegi
3. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar persegi panjang.
4. Membedakan sifat segitiga sama sisi, segitiga kaki dan segitiga siku-siku
-
72
Tabel 4.4
Indikator Pelajaran Siklus I Pertemuan Kedua
Kompetensi Dasar Indikator
Mengidentifikasi sifat-sifat
bangun datar.
1. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar jajar
genjang
2. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar trapesium
3. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar belah ketupat
4. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar layang-layang
5. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar lingkaran
6. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan sifat-sifat bangun datar.
4.2.2.2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan,
masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit. Rincian
pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut:
1. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 22 April 2014 pukul 07.35-08.45 WIB dengan kompetensi
dasar mengidentisikasi sifat-sifat bangun datar. Pada pertemuan pertama terdapat
lima indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menemukan sifat-sifat
segitiga sama sisi, menemukan sifat-sifat segitiga sama kaki, menemukan sifat-
sifat segitiga siku-siku, menemukan sifat-sifat persegi, dan menemukan sifat-sifat
persegi panjang. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada Siklus I
pertemuan pertama:
a. Kegiatan awal
Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan
mengucapkan salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk
memimpin doa, dilanjutkan dengan guru melakukan presensi. Selanjutnya
guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan tanya
jawab. Guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan “Bagaimana bentuk
-
73
atap rumah kalian? Bagaimana bentuk pintu rumah kalian? Adakah benda
didalam kelas ini yang berbentuk bangun datar?” Dari berbagai jawaban
siswa misalnya kotak, segitiga, lengkung dan lain-lain guru memilih
segitiga sebagai jawaban yang paling tepat untuk bentuk atap rumah.
Kegiatan apersepsi dimaksudkan untuk membangun konsep siswa tentang
materi sifat-sifat bangun datar yang akan dipelajari. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan cara belajar
yang ditempuh dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi. Siswa diminta berkelompok yang terdiri dari 4-5 orang dan
diberi permasalahan sifat-sifat bangun datar dalam bentuk Lembar Kerja
Kelompok. Pada kegiatan eksplorasi, guru menggali pengetahuan siswa
tentang bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang. Guru
mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang sifat-sifat bangun segitiga,
persegi, dan persegi panjang. Siswa diminta untuk menyebutkan sifat-sifat
yang terdapat pada bangun datar tersebut.
Setelah bertanya jawab dengan siswa, siswa melakukan eksplorasi
sumber bacaan mengenai materi sifat-sifat bangun datar dilanjutkan dengan
penjelasan oleh guru menggunakan alat peraga dari stereofoam yang
merupakan contoh bangun datar secara konkret. Guru melibatkan siswa
untuk menyelidiki sifat-sifat yang terdapat pada bangun datar tersebut untuk
mencari data tentang sifat-sifat bangun datar. Pada kegiatan elaborasi,
mereka berpikir dan berdiskusi dengan kelompoknya untuk menemukan
sifat-sifat setiap bangun. Selama kegiatan tersebut berlangsung, pengajar
berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menemukan
sifat-sifat setiap bangun dengan caranya masing-masing. Sifat-sifat yang
telah ditemukan kemudian ditulis oleh siswa di Lembar Kerja Kelompok
yang telah diberikan sebelumnya.
-
74
Ketika menyelesaikan soal-soal dalam Lembar Kerja Kelompok yang
berkaitan dengan sifat-sifat dari bangun datar masih terlihat beberapa siswa
yang sibuk mainan sendiri dan tidak terlibat dalam diskusi kelompok.
Pembagian kerja kelompok oleh ketua kelompok belum merata.
Kebanyakan pengerjaan didominasi oleh siswa yang pandai saja. Namun,
hal tersebut dapat segera diatasi oleh guru pengajar. Segera guru pengajar
mengadakan presentasi hasil kerja kelompok dan siswa yang tadi tidak ikut
kerja kelompok diminta untuk membacakan hasil diskusi dalam
kelompoknya. Selama kegiatan inti berlangsung, pengajar melakukan
penilaian proses. Penilaian yang dilakukan menyangkut penilaian afektif
dan psikomotor siswa.
Pada kegiatan konfirmasi, untuk memantapkan siswa mengenai materi
yang dipelajari, guru pengajar memberikan umpan balik dan penguatan
terhadap proses pemecahan masalah dalam menemukan sifat-sifat segitiga,
persegi, dan persegi panjang. Guru juga melakukan kegiatan tanya jawab
untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah
dipelajari. Kemudian guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan
tentang materi yang telah dipelajari.
c. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama siswa membuat penegasan
atau kesimpulan tentang sifat-sifat segitiga, persegi, dan persegi panjang
yang telah ditemukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika
dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving. Dilanjutkan
dengan kegiatan refleksi yang dilakukan oleh guru bersama dengan siswa,
dengan mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan situasi nyata
kehidupan siswa. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru mengakhiri pembelajaran
dengan salam.
-
75
2. Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Rabu, 23 April 2014 pukul 07.00-08.10 WIB. Pertemuan kedua pada siklus I ini
merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua kali ini
terdapat enam indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menemukan sifat-
sifat jajar genjang, menemukan sifat-sifat trapesium, menemukan sifat-sifat belah
ketupat, menemukan sifat-sifat layang-layang dan menemukan sifat-sifat
lingkaran . Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran Siklus I pada pertemuan
kedua:
a. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru mengawali pembelajaran dengan
mengucapkan salam, berdoa bersama, kemudian melakukan kegiatan
presensi. Setelah itu guru memberikan apersepsi dengan melakukan tanya
jawab. Guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan “Bagaimana bentuk
roda sepeda kalian? Bagaimana bentuk ketupat lebaran? Adakah benda
didalam kelas ini yang berbentuk lingkaran dan belah ketupat?” dari
berbagai jawaban siswa misalnya bundar, lingkaran, belah ketupat, dan lain-
lain. Guru memilih lingkaran sebagai jawaban yang tepat untuk bentuk roda
sepeda dan belah ketupat untuk bentuk ketupat lebaran. Guru memberikan
motivasi kepada siswa dengan memperlihatkan stereofoam yang berbentuk
bangun datar jajar genjang, trapesium, belah ketupat, layang-layang dan
lingkaran. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti yang dilakukan oleh guru pengajar hampir sama
pada kegiatan inti pada pertemuan pertama. Pada kegiatan eksplorasi ini
guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Guru pengajar
mengorientasikan siswa ke dalam masalah, yaitu dengan memberikan
bangun datar jajar genjang, trapesium, belah ketupat, layang-layang,
lingkaran dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan
dengan sifat-sifat bangun datar. Dari bangun datar tersebut secara
-
76
berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan data.
Kemudian siswa diminta untuk menyampaikan gagasannya tentang sifat-
sifat bangun datar yang telah diamati. Beberapa siswa juga diminta oleh
guru untuk menuliskan sifat-sifat bangun datar di papan tulis. Setelah guru
memberikan penjelasan singkat tentang materi yang dipelajari, dilanjutkan
dengan kegiatan elaborasi.
Pada kegiatan elaborasi ini siswa mulai mengerjakan tugas yang telah
diberikan oleh guru pengajar dalam bentuk Lembar Kerja Kelompok. Pada
pembelajaran kali ini suasana lebih kondusif, karena siswa sudah mengerti
langkah-langkah pembelajaran problem solving. Setelah menyelesaikan
tugas yang telah diberikan oleh guru pengajar, secara bergantian siswa
mempresentasikan hasil diskusi tentang sifat-sifat bangun datar yang
ditemukannya di depan kelas. Suasana pada tahap ini juga lebih kondusif
dari pada pertemuan pertama. Lebih banyak siswa yang memberikan
tanggapan dan komentar dari hasil presentasi. Selama kegiatan inti
berlangsung, guru pengajar melakukan penilaian proses meliputi penilaian
afektif dan psikomotor siswa.
Pada kegiatan konfirmasi, guru memberikan penguatan terhadap
materi yang telah dipelajari oleh siswa, guru juga melakukan kegiatan tanya
jawab untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah
dipelajari. Guru pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami atau hal-hal yang belum jelas.
c. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru pengajar bersama dengan siswa membuat
penegasan atau kesimpulan tentang sifat-sifat bangun datar jajar genjang,
trapesium, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran yang telah ditemukan
oleh siswa. Dilanjutkan dengan kegiatan refleksi yang dilakukan oleh guru
bersama dengan siswa dengan mengaitkan materi yang telah dipelajari
dengan situasi nyata kehidupan siswa. Setelah itu guru pengajar
menyampaikan informasi kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya
akan diadakan evaluasi. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.
-
77
3. Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari
Jumat, 25 April 2014 pukul 07.00-08.10 WIB. Pembelajaran pada pertemuan
ketiga ini merupakan tindak lanjut dari pembelajaran pada pertemuan pertama dan
pertemuan kedua yang telah guru pengajar laksanakan pada hari Selasa dan Rabu
secara berturut-turut. Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ketiga ini guru
pengajar melaksanakan kegiatan tes evaluasi siklus I, kegiatan ini dimaksudkan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika setelah
dilaksanakannya tindakan pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran problem solving pada siswa kelas V SDN Mangunsari 06.
a. Kegiatan Awal
Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan ketiga diawali dengan
berdoa, presensi, dan dilanjutkan dengan tanya jawab oleh guru dan siswa
untuk mengulas kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya tentang
sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang,
trapesium, belah ketupat, layang layang, dan lingkaran. Selanjutnya guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang
belum dipahami oleh siswa.
b. Kegiatan Inti
Sebelum guru pengajar mengadakan tes evaluasi selama dua kali 35
menit, guru pengajar menjelaskan kepada siswa tentang peraturan dalam
mengerjakan soal tes evaluasi hasil belajar, kemudian guru pengajar
membagikan soal evaluasi pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal
evaluasi dengan baik dan guru pengajar mengawasi jalannya tes dari awal
sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, guru
pengajar bersama siswa mengkoreksi jawaban pada soal evaluasi tersebut.
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan diakhiri dengan mengumumkan hasil perolehan nilai tes
siswa dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya. Guru pengajar mengucapkan salam penutup.
-
78
4.2.2.3. Tahap Observasi Tindakan Siklus I
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan
tindakan. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan
lembar observasi yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan
pembelajaran. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana
pengaruh upaya tindakan perbaikan melalui penerapan metode pembelajaran
problem solving terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Kegiatan observasi dilakukan oleh guru pengamat/teman sejawat (observer)
untuk mengamati aktivitas selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, baik
itu aktivitas guru maupun keaktifan siswa. Hasil observasi atau pengamatan
kegiatan pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 20 aspek
aktivitas guru dan 10 aspek keaktifan siswa. Masing-masing aspek dalam lembar
observasi tersebut hanya terdapat jawaban “ya” atau “tidak”. Untuk jawaban “ya’
berarti aspek dalam lembar observasi tersebut dilakukan, dan untuk jawaban
“tidak” berarti aspek dalam lembar observasi tersebut tidak dilakukan.
Berdasarkan hasil observasi tindakan guru pada siklus 1 pertemuan pertama
dan pertemuan kedua dalam penerapan metode pembelajaran problem solving
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
-
79
Tabel 4.5
Hasil Observasi Metode Pembelajaran Problem Solving Siklus I
No Uraian kegiatan guru dan siswa
Pertemuan
1 2
Ya Ya
1 Apakah guru melakukan apersepsi dan motivasi? √ √
2 Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran? √ √
3 Apakah guru menginformasikan cara belajar yang akan
ditempuh? √ √
4 Apakah guru memberi penjelasan dan gambaran umum
mengenai materi yang akan dipelajari? √ √
5 Apakah guru melakukan tanya jawab kepada siswa terkait
materi yang akan dipelajari? √ √
6 Apakah guru meminta siswa membentuk kelompok belajar? √ √
7 Apakah guru memberi siswa permasalahan yang berkaitan
dengan materi pelajaran? √ √
8 Apakah guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi
masalah? √ √
9 Apakah guru membimbing siswa dalam mengumpulkan
informasi melalui buku maupun sumber lain? x √
10 Apakah guru membimbing siswa dalam menganalisis
informasi yang telah di dapat? x x
11 Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling mengeluarkan gagasan/pendapat dalam kerja kelompok? √ √
12
Apakah guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan
memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan
bantuan?
√ √
13 Apakah guru menunjukkan sikap terbuka terhadap respon
siswa? √ √
14 Apakah guru memantau hasil kerja kelompok siswa? √ √
15
Apakah guru melibatkan siswa aktif bertanya dan
menyampaikan pendapat pada saat kerja kelompok /
presentasi?
√ √
16 Apakah guru menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa
dalam belajar? √ √
17 Apakah guru membimbing dalam kegiatan presentasi hasil
kerja kelompok? √ √
18 Apakah guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja
siswa? x √
19
Apakah guru melibatkan siswa dalam membuat penegasan atau
kesimpulan pembelajaran dengan mengacu pada hasil
pemecahan siswa?
√ √
20 Apakah guru memberikan tindak lanjut berupa tugas pekerjaan
rumah kepada siswa? x √
Jumlah 16 19
-
80
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pada tindakan siklus I dari
pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga semua langkah-langkah metode
pembelajaran problem solving telah dilakukan dengan baik. Pelaksanaan tindakan
guru selama kegiatan pembelajaran telah sesuai dengan rencana yang disusun
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Guru pengajar dapat mengendalikan
mengendalikan kelas sehingga keberlangsungan kegiatan pembelajaran dapat
berjalan. Guru pengajar juga terlihat mulai menarik minat siswa untuk belajar
sehingga tercipta suatu keaktifan dalam diri siswa untuk berpatisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran didalam kelas.
Meskipun pada saat awal pembelajaran tepatnya pada pertemuan pertama
masih terdapat banyak langkah-langkah pembelajaran yang belum sempat
dilakukan namun pada pertemuan selanjutnya, yaitu pertemuan kedua dan ketiga
tindakan guru sudah mencerminkan dan sesuai dengan langkah-langkah metode
pembelajaran problem solving yang telah ditetapkan. Hal tersebut telah
menunjukkan keberhasilan penerapan metode pembelajaran problem solving
karena telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan (≥ 16 langkah
dari semua langkah yang telah ditetapkan). Berarti pada siklus I ini, variabel
tindakan telah mencapai indikator keberhasilan.
Sedangkan hasil pengamatan keaktifan siswa yang dilakukan oleh observer
terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
matematika dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving
berlangsung. Keaktifan siswa yang ditunjukkan adalah terlihatnya aktifitas siswa
yang sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dalam kegiatan pembelajaran,
seperti ketertarikan terhadap masalah yang disajikan, keterlibatan siswa, keaktifan
siswa dan kerja sama siswa dalam pembelajaran.
Meskipun pada saat awal pembelajaran masih banyak siswa yang masih
bermain sendiri, masih terlihat pasif dalam kegiatan pembelajaran tetapi dari
pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga pada siklus 1 sudah mulai terlihat
adanya peningkatan keaktifan siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Hasil observasi keaktifan siswa pada siklus 1 pertemuan pertama dan pertemuan
kedua dapat dilihat pada tabel 4.6 dan 4.7 berikut.
-
81
Tabel 4.6
Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1 Pertemuan 1
Indikator
Aktif Tidak Aktif
Frekuensi
Siswa Presentase
Frekuensi
Siswa Presentase
1 16 88.88% 2 11.11%
2 15 83.33% 3 16.67%
3 14 77.77% 4 22.22%
4 9 50% 9 50%
5 13 72.22% 5 27.77%
6 17 94.44% 1 5.5%
7 16 88.88% 2 11.11%
8 15 83.33% 3 16.67%
9 11 61.11% 7 38.88%
10 10 55.55% 8 44.44%
Rata-rata 75.55% 24.44%
Tabel 4.7
Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1 Pertemuan 2
Indikator
Aktif Tidak Aktif
Frekuensi
Siswa Presentase
Frekuensi
Siswa Presentase
1 17 94.44% 1 5.5%
2 16 88.88% 2 11.11%
3 14 77.77% 4 22.22%
4 11 61.11% 7 38.88%
5 14 77.77% 4 22.22%
6 18 100% 0 0%
7 16 88.88% 2 11.11%
8 16 88.88% 2 11.11%
9 11 61.11% 7 38.88%
10 12 66.66% 6 33.33%
Rata-rata 80.55% 19.44%
Keterangan Indikator Pengamatan:
1. Siswa mempersiapkan diri dan peralatan sekolah (buku tulis, alat tulis, buku
pelajaran) dengan baik.
2. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
-
82
3. Siswa segera melakukan tindakan setelah mendapat petunjuk dari guru.
4. Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah melalui berbagai sumber.
5. Siswa berani mengemukakan pendapatnya ketika guru memberikan
pertanyaan dan bertanya apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya.
6. Siswa mampu bekerja sama saling berinteraksi dalam kegiatan diskusi
kelompok.
7. Siswa bertanggungjawab dengan menyelesaikan tugas yang diberikan guru
selama proses pembelajaran.
8. Siswa mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas.
9. Siswa memberi tanggapan terhadap presentasi hasil kerja kelompok lain
10. Siswa menerapkan apa yang telah diperolehnya selama pembelajaran (dalam
menarik kesimpulan dan mengerjakan soal evaluasi).
Berdasarkan tabel 4.6 diatas keaktifan pada siklus I pertemuan pertama
menunjukkan 75.55% telah masuk dalam kategori aktif dan 24.44% siswa yang
belum aktif dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan pada tabel 4.7 siklus I
pertemuan kedua menunjukkan 80.55% telah masuk dalam kategori aktif dan
19.44% siswa yang belum aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Sementara itu hasil tes evaluasi digunakan untuk mengukur hasil belajar
mata pelajaran matematika dengan metode pembelajaran problem solving pada
siswa kelas V SDN Mangunsari 06. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM
berarti tuntas dan siswa yang mendapat nilai dibawah KKM berarti belum tuntas.
(Untuk hasil tes evaluasi dapat dilihat dalam tabel analisis data).
4.2.2.4. Tahap Refleksi Siklus I
Tahapan ini dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan pada setiap pertemuan dalam 1 siklus. Refleksi bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan baik secara proses maupun hasil. Kegiatan
refleksi dilakukan bersama antara guru pengajar, guru kolaborator (observer) dan
-
83
perwakilan beberapa siswa. Rincian tahapan refleksi pada setiap pertemuan
sebagai berikut:
a) Pertemuan Pertama
Kegiatan refleksi pada pertemuan pertama diadakan pada akhir
kegiatan pembelajaran dalam bentuk diskusi, diskusi ini dilakukan oleh guru
kolaborator, guru observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa
kelas V. Kegiatan diskusi tersebut berisi tentang evaluasi pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui observasi
aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama masih terdapat 4 langkah-
langkah pembelajaran yang belum dijalankan. Dari hasil observasi pada
pertemuan pertama dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak 20
item, hasil persentase perolehan aktivitas guru pada pertemuan pertama
sebesar 80%. Berdasarkan analisis data hasil observasi keaktifan siswa pada
siklus I pertemuan pertama, hasil persentase perolehan keaktifan siswa pada
pertemuan pertama sebesar 75.55%.
Dari hasil refleksi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan
pertemuan pertama siklus I dapat diketahui beberapa kelebihan dan
kekurangan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran menggunakan
metode pembelajaran problem solving. Kelebihan dan kekurangan tersebut
diantaranya:
1) Kelebihan
a. Rancangan pembelajaran sudah terprogram.
b. Siswa mulai tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.
2) Kekurangan
a. Guru kolaborator belum begitu mengerti dengan baik tentang metode
pembelajaran problem solving.
b. Guru belum membimbing siswa dalam menganalisi informasi yang
didapat siswa.
c. Guru belum memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa.
-
84
d. Masih ada beberapa siswa yang belum bekerjasama secara optimal
dalam kegiatan kerja kelompok.
Mengacu pada kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses
pembelajaran pada pertemuan pertama, maka yang menjadi bahan
pertimbangan dalam perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
pertemuan kedua pada siklus I sebagai berikut:
a) Guru pengajar lebih mendalami langkah demi langkah dalam
menerapkan metode pembelajaran problem solving pada saat kegiatan
pembelajaran matematika berlangsung.
b) Guru pengajar lebih membimbing siswa dalam menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran pada saat menerapkan metode pembelajaran
problem solving.
b) Pertemuan Kedua
Kegiatan refleksi pada pertemuan kedua dilaksanakan bersama guru
kolaborator, guru observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa
kelas V. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan
observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan kedua masih terdapat 2
langkah-langkah pembelajaran yang belum dijalankan. Dari hasil observasi
pada pertemuan kedua dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak
20 item, hasil persentase perolehan aktivitas guru pada pertemuan kedua
sebesar 95%. Berdasarkan analisis data hasil observasi keaktifan siswa pada
siklus I pertemuan kedua, hasil persentase perolehan keaktifan siswa pada
pertemuan kedua sebesar 80.55%.
Adapun hasil refleksi yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan
pertemuan kedua siklus I terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan
dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran problem solving. Kelebihan dan kekurangan tersebut
diantaranya:
-
85
a) Kelebihan
1) Guru pengajar sudah menerapkan langkah-langkah pembelajaran
problem solving dengan baik dan sesuai rencana.
2) Siswa mulai terlihat antusias dalam kegiatan pembelajaran.
3) Siswa mampu bekerja sama dengan teman dalam kelompoknya.
4) Siswa mampu memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.
b) Kekurangan
1) Guru belum terlihat membimbing siswa dalam menganalisis informasi
yang diperoleh siswa.
Secara umum pelaksanaan pembelajaran pada siklus I baik pertemuan
pertama maupun pertemuan kedua menunjukkan hasil yang memuaskan. Dari
hasil pengamatan aktivitas guru terbukti hasil perolehan pada lembar observasi
yang diamati pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua secara berturut-turut
sebesar 80% dan 95%. Sedangkan hasil pengamatan keaktifan siswa pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua secara berturut-turut sebesar 75.55%
dan 80.55%. Melalui hasil refleksi ini, peneliti memutuskan untuk mengadakan
tindakan pembelajaran pada siklus II sebagai pemantapan keberhasilan
pembelajaran setelah diterapkannya metode pembelajaran problem solving.
4.2.3. Pelaksanaan Siklus II
4.2.3.1 Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II
Setelah diperoleh informasi pada pelaksanaan siklus 1, maka peneliti
menyusun materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang
perlu digunakan diantaranya RPP, alat peraga stereofoam berbentuk bangun datar,
lembar kerja kelompok, lembar observasi aktivitas guru serta lembar observasi
keaktifan siswa. Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan pokok bahasan “Kesebangunan dan Simetri”. Keberhasilan pada siklus II
pertemuan pertama dapat tercapai apabila siswa menguasai indikator pada tabel
4.8 dan 4.9 berikut.
-
86
Tabel 4.8
Indikator Pelajaran Siklus II Pertemuan Pertama
Kompetensi Dasar Indikator
Menyelidiki sifat-sifat
kesebangunan dan simetri.
1. Menunjukkan sifat-sifat kesebangun antar
bangun datar.
2. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan
dengan kesebangun antar bangun datar.
Tabel 4.9
Indikator Pelajaran Siklus II Pertemuan Kedua
Kompetensi Dasar Indikator
Menyelidiki sifat-sifat
kesebangunan dan simetri.
3. Menentukan simetri lipat pada bangun datar
segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang,
belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran.
4. Menentukan simetri putar pada bangun datar
segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang,
belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran.
5. Menyelesaikan permasalahan yang bekaitan
dengan simeti lipat dan simetri putar bangun
datar.
4.2.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pembelajaran pada siklus II terdiri dari tiga pertemuan, pertemuan pertama
dilaksanakan pada tanggal 29 April 2014, pertemuan kedua dilaksanakan pada
tanggal 30 April 2014, dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 2 Mei
2014, dengan alokasi setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).
Rincian pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut:
1. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan awal
Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan
mengucapkan salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk
memimpin doa, dilanjutkan dengan guru melakukan presensi. Selanjutnya
guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan tanya
jawab. Guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan “Apakah kalian
pernah melihat miniatur mobil, bus, dan miniatur rumah?”. Kegiatan
-
87
apersepsi dimaksudkan untuk membangun konsep siswa tentang materi
sifat-sifat kesebangunan yang akan dipelajari. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan cara belajar
yang ditempuh dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
sifat-sifat kesebangunan. Kemudian siswa diminta berkelompok yang terdiri
dari 4-5 orang dan diberi permasalahan tentang kesebangunan bangun datar
dalam bentuk Lembar Kerja Kelompok. Pada kegiatan eksplorasi, guru
menggali pengetahuan siswa tentang kesebangunan pada bangun datar.
Siswa diminta untuk menyebutkan sifat-sifat kesebangunan yang terdapat
berbagai bangun datar.
Setelah bertanya jawab dengan siswa, siswa melakukan eksplorasi
sumber bacaan mengenai materi sifat-sifat kesebangunan dilanjutkan
dengan penjelasan oleh guru menggunakan alat peraga dari stereofoam yang
merupakan contoh bangun datar secara konkret. Guru melibatkan siswa
untuk menyelidiki bangun datar tersebut untuk mencari data tentang sifat-
sifat kesebangunan. Pada kegiatan elaborasi, siswa berpikir dan berdiskusi
dengan kelompoknya untuk menemukan kesebangunan bangun datar.
Selama kegiatan tersebut berlangsung, pengajar berperan sebagai fasilitator
dan motivator bagi siswa untuk menemukan kesebangunan dengan caranya
masing-masing. Kesebangunan yang telah ditemukan kemudian ditulis oleh
siswa di Lembar Kerja Kelompok yang telah diberikan sebelumnya.
Ketika menyelesaikan soal-soal dalam Lembar Kerja Kelompok yang
berkaitan dengan materi kesebangunan, terlihat hampir semua siswa mulai
terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Pembagian kerja kelompok sudah
terlihat baik. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaan ini sudah nampak
serta sesuai seperti yang diharapkan. Setelah semua kelompok selesai
mengerjakan lembar diskusi, guru menugaskan masing-masing kelompok
maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
-
88
Guru meminta siswa yang tidak presentasi untuk menanggapi/bertanya
kepada kelompok yang presentasi serta mencatat hasil kerja kelompok lain.
Pada kegiatan konfirmasi, guru bertanya jawab dengan siswa tentang
kejelasan materi, meluruskan pemahaman dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya untuk memantapkan siswa mengenai materi
yang telah dipelajari.
c. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan ini guru melakukan refleksi yaitu dengan menanyakan
manfaat yang diperoleh dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Selanjutnya guru menyampaikan rencana pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada pertemuan berikutnya, kemudian guru menutup
pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Pertemuan Kedua
a. Kegiatan Awal
Pada pertemuan kedua, guru mengawali kegiatan pembelajaran
dengan mengucapkan salam. Dalam kegiatan apersepsi guru bertanya
“Apakah persegi jika dilipat kedua bagiannya sama atau setangkup?
Bagaimana cara mengetahui bahwa bangun datar persegi panjang atau
trapesium simetri?”. Kemudian guru menyampaikan cara belajar yang akan
ditempuh dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
contoh-contoh simetri lipat dan simetri putar. Guru kemudian membagi
siswa dalam beberapa kelompok, tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa.
Guru kemudian membagikan lembar diskusi kepada masing-masing
kelompok dan meminta siswa mengerjakan soal-soal dalam lembar diskusi
dengan langkah-langkah metode pembelajaran problem solving yang telah
dijelaskan.
-
89
Setelah semua kelompok selesai mengerjakan lembar diskusi, guru
menugaskan masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Guru meminta siswa yang
tidak presentasi untuk menanggapi/bertanya kepada kelompok yang
presentasi serta mencatat hasil kerja kelompok lain. Guru memberikan
reward kepada siswa yang aktif pada saat presentasi, baik itu siswa yang
bertanya maupun siswa yang menjawab petanyaan. Setelah selesai
presentasi, guru memberikan penguatan secara lisan (pujian) dengan kata
pintar, bagus, dan kata-kata positif lainnya terhadap hasil kerja masing-
masing kelompok. Selanjutnya guru bertanya jawab dengan siswa tentang
kejelasan materi, meluruskan pemahaman dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
c. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru pengajar bersama dengan siswa membuat
penegasan atau kesimpulan tentang simetri lipat dan simetri putar yang telah
ditemukan oleh siswa. Dilanjutkan dengan kegiatan refleksi yang dilakukan
oleh guru bersama dengan siswa dengan mengaitkan materi yang telah
dipelajari dengan situasi nyata kehidupan siswa. Setelah itu guru pengajar
menyampaikan informasi kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya
akan diadakan evaluasi. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.
3. Pertemuan Ketiga
Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ketiga ini guru pengajar
melaksanakan kegiatan tes evaluasi siklus II, kegiatan ini dimaksudkan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika
setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran problem solving pada siswa kelas V SDN Mangunsari 06.
a. Kegiatan Awal
Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan ketiga diawali dengan
salam, presensi, dan dilanjutkan dengan tanya jawab oleh guru dan siswa
-
90
untuk mengulas kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya tentang
sifat-sifat kesebangunan, simetri lipat dan simetri putar. Selanjutnya guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang
belum dipahami oleh siswa.
b. Kegiatan Inti
Sebelum guru pengajar mengadakan tes evaluasi selama dua kali 35
menit, guru pengajar menjelaskan kepada siswa tentang peraturan dalam
mengerjakan soal tes evaluasi hasil belajar, kemudian guru pengajar
membagikan soal evaluasi pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal
evaluasi dengan baik dan guru pengajar mengawasi jalannya tes dari awal
sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, guru
pengajar bersama siswa mengkoreksi jawaban pada soal evaluasi tersebut.
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan diakhiri dengan mengumumkan hasil perolehan nilai tes
siswa dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya. Guru pengajar mengucapkan salam penutup.
4.2.3.3 Tahap Observasi Tindakan Siklus II
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan
tindakan. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh
upaya tindakan perbaikan melalui penerapan metode pembelajaran problem
solving terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Berdasarkan hasil observasi tindakan guru pada siklus II pertemuan pertama
dan pertemuan kedua dalam penerapan metode pembelajaran problem solving
dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.
-
91
Tabel 4.10
Hasil Observasi Metode Pembelajaran Problem Solving Siklus II
No Uraian kegiatan guru dan siswa
Pertemuan
1 2
Ya Ya
1 Apakah guru melakukan apersepsi dan motivasi? √ √
2 Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran? √ √
3 Apakah guru menginformasikan cara belajar yang akan
ditempuh? √ √
4 Apakah guru memberi penjelasan dan gambaran umum
mengenai materi yang akan dipelajari? √ √
5 Apakah guru melakukan tanya jawab kepada siswa terkait
materi yang akan dipelajari? √ √
6 Apakah guru meminta siswa membentuk kelompok belajar? √ √
7 Apakah guru memberi siswa permasalahan yang berkaitan
dengan materi pelajaran? √ √
8 Apakah guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi
masalah? √ √
9 Apakah guru membimbing siswa dalam mengumpulkan
informasi melalui buku maupun sumber lain? √ √
10 Apakah guru membimbing siswa dalam menganalisis
informasi yang telah di dapat? √ √
11 Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling mengeluarkan gagasan/pendapat dalam kerja kelompok? √ √
12
Apakah guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan
memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan
bantuan?
√ √
13 Apakah guru menunjukkan sikap terbuka terhadap respon
siswa? √ √
14 Apakah guru memantau hasil kerja kelompok siswa? √ √
15
Apakah guru melibatkan siswa aktif bertanya dan
menyampaikan pendapat pada saat kerja kelompok /
presentasi?
√ √
16 Apakah guru menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa
dalam belajar? √ √
17 Apakah guru membimbing dalam kegiatan presentasi hasil
kerja kelompok? √ √
18 Apakah guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja
siswa? x √
19 Apakah guru melibatkan siswa dalam membuat penegasan atau
kesimpulan pembelajaran dengan mengacu pada hasil siswa? √ √
20 Apakah guru memberikan tindak lanjut berupa tugas pekerjaan
rumah kepada siswa? √ √
Jumlah 19 20
-
92
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa pada tindakan siklus II dari
pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga semua langkah-langkah metode
pembelajaran problem solving telah dilakukan dengan baik. Hal ini berarti
penerapan metode pembelajaran problem solving oleh guru sudah sangat baik.
Hasil pengamatan aktivitas guru selama pembelajaran siklus II pertemuan pertama
dan pertemuan kedua secara garis besar sangat memuaskan. Dalam kegiatan awal
pembelajaran guru sudah memeriksa kesiapan siswa, guru melakukan apersepsi
juga menyampaikan tujuan pembelajaran.
Dalam kegiatan inti guru sudah menguasai materi pelajaran dan mampu
berinteraksi dengan siswa dengan baik. Kegiatan penutup guru bersama siswa
menyimpulkan materi dan memberikan refleksi.
Sedangkan hasil pengamatan keaktifan siswa yang dilakukan oleh observer
terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
matematika dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving
berlangsung. Keaktifan siswa yang meningkat terlihat dari partisipasi siswa pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil observasi keaktifan siswa pada
siklus II pertemuan 1 dan 2 dapat dilihat pada tabel 4.11 dan 4.12 berikut.
Tabel 4.11
Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan 1
Indikator
Aktif Tidak Aktif
Frekuensi
Siswa Presentase
Frekuensi
Siswa Presentase
1 18 100% 0 0%
2 17 94.44% 1 5.5%
3 15 83.33% 3 16.67
4 12 66.66% 6 33.33%
5 14 77.77% 4 22.22%
6 17 94.44% 1 5.5%
7 16 88.88% 2 11.11%
8 17 94.44% 1 5.5%
9 12 66.66% 6 33.33%
10 13 72.22% 5 27.77%
Rata-rata 83,88% 16,11%
-
93
Tabel 4.12
Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan 2
Indikator
Aktif Tidak Aktif
Frekuensi
Siswa Presentase
Frekuensi
Siswa Presentase
1 18 100% 0 0%
2 17 94.44% 1 5.5%
3 15 83.33% 3 16.67%
4 13 72.22% 5 27.77%
5 15 83.33% 3 16.67%
6 18 100% 0 0%
7 17 94.44% 1 5.5%
8 17 94.44% 1 5.5%
9 12 66.66% 6 33.33%
10 14 77.77% 4 22.22%
Rata-rata 86.66% 13.33%
Keterangan Indikator Pengamatan:
11. Siswa mempersiapkan diri dan peralatan sekolah (buku tulis, alat tulis, buku
pelajaran) dengan baik.
12. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
13. Siswa segera melakukan tindakan setelah mendapat petunjuk dari guru.
14. Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah melalui berbagai sumber.
15. Siswa berani mengemukakan pendapatnya ketika guru memberikan
pertanyaan dan bertanya apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya.
16. Siswa mampu bekerja sama saling berinteraksi dalam kegiatan diskusi
kelompok.
17. Siswa bertanggungjawab dengan menyelesaikan tugas yang diberikan guru
selama proses pembelajaran.
18. Siswa mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas.
19. Siswa memberi tanggapan terhadap presentasi hasil kerja kelompok lain
20. Siswa menerapkan apa yang telah diperolehnya selama pembelajaran (dalam
menarik kesimpulan dan mengerjakan soal evaluasi).
-
94
Berdasarkan tabel 4.11 diatas, keaktifan siswa pada siklus II pertemuan
pertama menunjukkan 83,88% siswa telah masuk dalam kategori aktif dan
24.44% siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pada tabel
4.12 siklus II pertemuan kedua menunjukkan 86.66% telah masuk dalam kategori
aktif dan hanya 13.33% siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Sementara itu hasil tes evaluasi digunakan untuk mengukur hasil belajar
mata pelajaran matematika dengan metode pembelajaran problem solving pada
siswa kelas V SDN Mangunsari 06. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM
berarti tuntas dan siswa yang mendapat nilai dibawah KKM berarti belum tuntas.
(Untuk hasil tes evaluasi dapat dilihat dalam tabel analisis data).
4.2.3.4 Tahap Refleksi Siklus II
Tahapan ini dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan pada setiap pertemuan dalam siklus II. Refleksi bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan baik secara proses maupun hasil. Kegiatan
refleksi dilakukan bersama antara guru pengajar, guru kolaborator (observer) dan
perwakilan beberapa siswa. Rincian tahapan refleksi pada setiap pertemuan
sebagai berikut:
1. Pertemuan Pertama
Kegiatan refleksi pada pertemuan pertama diadakan dalam bentuk
diskusi, diskusi ini dilakukan oleh guru kolaborator, guru observer, peneliti,
dan perwakilan dari beberapa siswa kelas V. Kegiatan diskusi tersebut berisi
tentang evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran problem solving.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan observasi
aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama menunjukkan hasil yang
sangat bagus, terbukti hanya ada 1 langkah metode pembelajaran problem
solving yang belum dilakukan. Dari hasil observasi pada pertemuan pertama
dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak 20 item, hasil persentase
perolehan aktivitas guru pada pertemuan pertama sebesar 95%.
-
95
Berdasarkan analisis data hasil observasi keaktifan siswa pada siklus
II pertemuan pertama, hasil persentase perolehan keaktifan siswa pada
pertemuan pertama sebesar 83,88%.
Dari hasil refleksi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus II
pertemuan pertama dapat diketahui beberapa kelebihan dalam pelaksanaan
tindakan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran problem
solving. Kelebihan tersebut diantaranya:
1. Kelebihan
a. Guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara terprogram.
b. Siswa mulai terlihat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Pertemuan Kedua
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan observasi
aktivitas guru pada siklus II pertemuan kedua menunjukkan hasil yang
sangat bagus, terbukti dalam kegiatan pembelajaan semua langkah metode
pembelajaran problem solving dilakukan. Dari hasil observasi pada
pertemuan kedua dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak 20
item, hasil persentase perolehan aktivitas guru pada pertemuan kedua
sebesar 100%. Berdasarkan analisis data hasil observasi keaktifan siswa
pada siklus II pertemuan kedua, hasil persentase perolehan keaktifan siswa
pada pertemuan kedua sebesar 86,66%.
Secara umum pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sangat bagus.
Pertemuan pertama dan pertemuan kedua menunjukkan hasil yang sangat
memuaskan. Dari hasil pengamatan aktivitas guru terbukti hasil perolehan
pada lembar observasi yang diamati pada pertemuan pertama dan pertemuan
kedua secara berturut-turut sebesar 95% dan 100%. Sedangkan hasil
pengamatan aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan
kedua secara berturut-turut sebesar 83,88% dan 86,66%. Sehingga penulis
memutuskan penerapan metode pembelajaran dengan metode problem
solving dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
-
96
4.3 Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siklus I & II
1. Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada hari Jumat 25 April
2014 didapatkan hasil belajar 18 siswa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I
dalam mata pelajaran matematika kelas V SDN Mangunsari 06 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.13
Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Siklus I
No Nilai
Siklus I
Jumlah
Siswa
Presentase
(%)
1
-
97
Kondisi ini mengalami peningkatan dibandingkan pada kondisi awal
sebelum dilakukannya tindakan penelitian. Dimana pada kondisi awal sebelum
tindakan untuk nilai terendah adalah 42, nilai tertinggi adalah 83 dan rata-rata
nilai siswa pada kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan penelitian adalah
58,50. Berdasarkan data perolehan hasil belajar dan mengacu pada Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=70) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14
Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I
No Nilai
Siklus I
Keterangan Jumlah
Siswa
Presentase
(%)
1 < 70 3 16,67 Belum Tuntas
2 ≥ 70 15 83,33 Tuntas
Jumlah 18 100
Berdasarkan tabel presentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I
dalam mata pelajaran matematika kelas V SDN Mangunsari 06, menunjukkan
bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=70) sebanyak 3 siswa atau sebesar 16,67% dari total keseluruhan siswa.
Sedangkan siswa yang nilainya telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=70) sebanyak 15 siswa atau sebesar 83,33% dari total keseluruhan siswa.
Kondisi ini mengalami perbaikan dibandingkan pada kondisi awal sebelum
tindakan. Dimana pada kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan, siswa yang
hasil belajarnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70)
sebanyak 12 siswa atau sebesar 66,67% dari total keseluruhan siswa. Kini setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus 1, siswa yang belum tuntas turun menjadi 3
siswa atau sebesar 16,67% dari total keseluruhan siswa. Sedangkan untuk tingkat
ketuntasan pada kondisi awal jumlah siswa yang hasil belajarnya telah dinyatakan
tuntas hanya sebanyak 6 siswa atau sebesar 33,33% dari total keseluruhan siswa.
Kini setelah dilaksanakan tindakan penelitian pada siklus 1, siswa yang hasil
belajarnya dinyatakan tuntas naik menjadi 15 siswa atau sebesar 83,33% dari total
keseluruhan siswa.
-
98
2. Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada hari Jumat 2 Mei 2014
didapatkan hasil belajar 18 siswa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II
dalam mata pelajaran matematika kelas V SDN Mangunsari 06 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.15
Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Siklus II
No Nilai
Siklus II
Jumlah
Siswa
Presentase
(%)
1
-
99
Berdasarkan data perolehan hasil belajar siklus II dan mengacu pada
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.16
berikut:
Tabel 4.16
Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II
No Nilai
Siklus II
Keterangan Jumlah
Siswa
Presentase
(%)
1 < 70 1 5,55 Belum Tuntas
2 ≥ 70 17 94,44 Tuntas
Jumlah 18 100
Berdasarkan tabel presentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II
dalam mata pelajaran matematika kelas V SDN Mangunsari 06, menunjukkan
bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=70) sebanyak 1 siswa atau sebesar 5,55% dari total keseluruhan siswa.
Sedangkan siswa yang nilainya telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=70) sebanyak 17 siswa atau sebesar 94,44% dari total keseluruhan siswa.
3. Perbandingan Hasil Belajar Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa pra siklus, siklus I, dan
siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 4.17
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No
Nilai
Ketuntasan
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa
Persen
(%)
Jumlah
siswa
Persen
(%)
Jumlah
siswa
Persen
(%)
1
-
100
Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah
siswa yang tuntas dalam belajar. Sebelum diadakan tindakan, siswa yang tuntas
belajar hanya 6 siswa dan 12 siswa belum tuntas dalam belajar matematika.
Setelah dilaksanakan siklus I terdapat 15 siswa tuntas dalam belajar dan hanya 3
siswa yang belum tuntas. Selanjutnya dilaksanakan siklus II dimana keseluruhan
siswa mengalami ketuntasan belajar 17 siswa dan 1 siswa belum tuntas. Hal ini
membuktikan bahwa penerapan metode pembelajaran problem solving dalam
mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan
ini terjadi akibat dilakukannya tindakan berupa penerapan metode pembelajaran
problem solving dalam pembelajaran matematika.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan Siklus I
Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas V SD Negeri
Mangunsari 06 Salatiga terlihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah
diadakan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran problem
solving, dengan nilai rata-rata 58,50 sebelum diadakan tindakan dan setelah
dilakukan tindakan pada siklus I skor rata-rata menjadi 78,33 dengan nilai
tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Berarti pembelajaran telah berhasil baik
dengan indikator keberhasilan ≥ 80 dengan tingkat keberhasilan 83,33 % dari
jumlah siswa sebanyak 18 siswa, dan pada siklus I ini hasil belajar siswa
meningkat, tetapi masih ada yang belum tuntas dengan persentase 16,67%.
Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan pembelajaran problem solving
menciptakan belajar yang bermakna dan menimbulkan kebanggaan bagi siswa
karena siswa menemukan sendiri konsep-konsep ilmiah dari materi yang
dipraktekkan.
Perolehan hasil belajar pada siklus I ini masih belum optimal, beberapa
kekurangan dalam penelitian tindakan siklus I ini antara lain guru belum guru
tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga siswa kurang mengerti apa
yang harus dipahami ketika pembelajaran. Selain itu guru kurang mengkonfirmasi
gagasan siswa sebagi wujud tindak lanjut dari pemahaman siswa, perlu
-
101
pendampingan yang baik sehingga semua siswa dapat terlayani semua. Semua
siswa harus mempersiapkan diri dan beraktifitas positif sehingga siswa
memperoleh manfaat pembelajaran melalui metode pembelajaran problem
solving.
Pembahasan Siklus II
Selanjutnya pada siklus II penelitian perbaikan kegiatan pembelajaran
difokuskan pada kekurangan siklus I. Pada penelitian siklus I ketuntasan hasil
belajar sebesar 83,33% dan skor rata-rata 78,33 dengan nilai tertinggi 100 dan
nilai terendah 50. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi
94,44% dan skor rata-rata 87,78 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 65.
Meskipun belum mencapai 100%, namun dapat dikatakan bahwa siswa telah
mencapai ketuntasan belajar karena telah memenuhi indikator hasil 80%.
Terjadinya peningkatan ini karena pembelajaran yang menciptakan kreatifitas
siswa sehingga tercipta suasana yang nyaman, kreatif dan ada kerjasama antar
siswa. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, partisipasi
siswa dalam pembelajaran cukup besar. Siswa lebih aktif mengikuti proses
pembelajaran, lebih berani mengemukakan gagasan dan pendapat.
Dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving ternyata sudah
memberikan antusias kepada siswa di dalam menyampaikan materi pada
pembelajaran matematika. Hal ini terlihat pada nilai siswa yang meningkat.
Pembahasan Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka diperoleh hasil bahwa
penilaian hasil belajar siswa dengan penerapan metode pembelajaran problem
solving pada pokok bahasan sifat-sifat bangun datar di SD Negeri Mangunsari 06
Salatiga mengalami peningkatan. Selain itu keaktifan siswa dalam mata pelajaran
matematika juga meningkat. Berdasarkan hasil observasi kegiatan yang dilakukan
kepada siswa dapat diketahui bahwa siswa terlibat aktif dan antusias dalam
kegiatan kerja kelompok. Berdasarkan pada observasi yang dilakukan terhadap
guru menunjukkan tingkat kemampuan guru dalam menguasai kondisi kelas pada
saat melakukan pembelajaran menunjukkan peningkatan.
-
102
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V semester II SD
Negeri Mangunsari 06 Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014 juga meningkat
dengan keberhasilan penelitian tindakan kelas mencapai 94,44% dari jumlah
siswa kelas V semester II SD Negeri Mangunsari 06 Salatiga dapat memenuhi
nilai KKM ≥ 70.
Penggunaan metode pembelajaran problem solving dalam pembelajaran
matematika menunjukkan terjadinya peningkatan dari nilai rata-rata hasil belajar
siswa. Hal ini berdasarkan pada peningkatan frekuensi ketuntasan belajar siswa,
ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang meningkat dari prasiklus ke siklus I
dan siklus II. Berdasarkan uraian pembahasan di atas maka dapat dijelaskan
beberapa manfaat sebagai berikut:
1) Pembelajaran dengan metode pembelajaran problem solving dapat digunakan
sebagai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar
matematika.
2) Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving
berpengaruh pada peningkatan keaktifan belajar siswa. Siswa yang semula
pasif setelah mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran problem
solving menjadi aktif untuk belajar sehingga hasil belajar meningkat
3) Metode pembelajaran problem solving berpengaruh terhadap peningkatan
hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Mangunsari 06 Salatiga pada pokok
bahasan sifat-sifat bangun datar.
4.4.1 Implikasi Teoritis
a. Keaktifan dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Keaktifan
adalah kemauan individu dalam melakukan tindakan positif terhadap diri
sendiri, lingkungan atau situasi yang dihadapi yang berupa sikap untuk
dapat mengurangi pengaruh negatif dan keragu-raguan, menerima dan
berani mengembangkan kemampuan diri, menghargai diri serta mampu
membuat keputusan sendiri. Dengan penelitian ini terbukti bahwa
penggunaan metode pembelajaran problem solving pada mata pelajaran
matematika dapat meningkatkan keaktifan siswa.
-
103
b. Setelah membandingkan teori penggunaan metode pembelajaran problem
solving dengan penelitian ini maka didapatkan hasil yang sejalan dan saling
melengkapi. Setelah pembelajaran disesuaikan dengan standar proses maka
didapatkan hasil bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran problem solving pada mata pelajaran matematika dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
4.4.2 Implikasi Praktis
Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving
pada dapat digunakan dalam mata pelajaran matematika dan dapat meningkatkan
keaktifan serta hasil belajar siswa. Hal ini terjadi karena metode pembelajaran
problem solving memfasilitasi diperolehnya pengetahuan melalui penalaran dan
penyelidikan terhadap suatu benda. Selain itu dapat mengkonkritkan materi
pelajaran yang abstrak. Pada pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran problem solving siswa dituntut untuk dapat berpikir secara logis
dengan mengumpulkan fakta-fakta, konsep, dan generalisasi pengetahuan menjadi
pengetahuan utuh yang disetujui oleh seluruh angoota kelompok. Siswa dituntut
untuk mampu mengungkapkan pendapat dan mempertahankan pendapatnya
sehingga dapat meningkatkan keaktifan diri siswa.