bab iv hasil penelitian dan pembahasan
TRANSCRIPT
![Page 1: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100500/55721157497959fc0b8ece79/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian.
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bandung Jl.Ir.H.Djuanda No. 93.
Sekolah ini merupakan sekolah menengah atas berakreditasi A yang didirikan
pada tahun 1955.
Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 13 – 15 Mei 2012 di SMA
Negeri 1 Bandung. Data yang dikumpulkan adalah data primer menggunakan
kuesioner untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat sikap
dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung
dengan 186 responden yang terdiri dari 90 laki-laki dan 96 perempuan dengan
umur antara 15 – 16 tahun.
B. Hasil Penelitian.
1. Analisis Univariat.
Analisis univariat dalam penelitian ini menggambarkan distribusi dari
variabel dependen yang meliputi: penyakit influenza. Variabel independen
meliputi: tingkat pengetahuan dan tingkat sikap.
47
![Page 2: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100500/55721157497959fc0b8ece79/html5/thumbnails/2.jpg)
48
1) Penanganan Penyakit Influenza.
Tabel 4.1.Distribusi Frekuensi tentang Penanganan Penyakit Influenza
pada Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Bandung(n = 186)
Penyakit Influenza Jumlah Presentasi (%)Baik
CukupKurang
872970
46,815,637,6
Total 186 100
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 186 responden ada sebanyak
87 responden (46,8%) memiliki penanganan baik terhadap Penyakit
Influenza.
2) Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Influenza.
Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Influenza pada Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Bandung
(n = 186)
Tingkat Pengetahuan Jumlah Presentasi (%)Baik
CukupKurang
922272
49,511,838,7
Total 186 100
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 186 responden ada sebanyak
92 responden (49,5%) memiliki pengetahuan yang baik tentang
Penyakit Influenza.
![Page 3: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100500/55721157497959fc0b8ece79/html5/thumbnails/3.jpg)
49
3) Tingkat Sikap tentang Penyakit Influenza.
Tabel 4.3.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Sikap tentang Penyakit Influenza
pada Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Bandung(n = 186)
Tingkat Sikap Jumlah Presentasi (%)Baik
CukupKurang
871287
46,86,446,8
Total 186 100
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 186 responden ada sebanyak
87 responden (46,8%) memiliki sikap yang baik tentang Penyakit
Influenza.
2. Analisis Bivariat.
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adakah hubungan antara
variabel independen yang meliputi: tingkat pengetahuan dan tingkat sikap
dengan variabel dependen yaitu: penyakit influenza.
1) Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penyakit Influenza.
Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Penyakit Influenza pada Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Bandung(n = 186)
Tingkat Pengetahuan
Penyakit InfluenzaTotal P
valueKurang Cukup Baik
n % n % n % n %Kurang CukupBaik
42523
58,322,825
1937
26,413,67,6
111462
15,363,667,4
722292
100100100
0,000
Total 70 37,6 29 15,6 87 46,8 186 100
Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penyakit
influenza diperoleh bahwa ada sebanyak 62 responden (67,4%)
dengan tingkat pengetahuan baik melakukan penanganan baik
![Page 4: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100500/55721157497959fc0b8ece79/html5/thumbnails/4.jpg)
50
terhadap penyakit influenza, 14 responden (63,6%) dengan tingkat
pengetahuan cukup melakukan penanganan baik terhadap penyakit
influenza, dan 11 responden (15,3%) dengan tingkat pengetahuan
kurang melakukan penanganan baik terhadap penyakit influenza.
Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,000 lebih kecil
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penyakit
influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung.
2) Hubungan Tingkat Sikap dengan Penyakit Influenza.
Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Tingkat Sikap dengan
Penyakit Influenza pada Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Bandung
(n = 186)
Tingkat SikapPenyakit Influenza
Total P value
Kurang Cukup Baik n % n % n % n %
Kurang CukupBaik
45619
51,750
21,8
2009
230
10,4
22659
25,350
67,8
871287
100100100
0,000
Total 70 37,6 29 15,6 87 46,8 186 100
Hasil analisis hubungan antara tingkat sikap dengan penyakit
influenza diperoleh bahwa ada sebanyak 59 responden (67,8%)
dengan tingkat sikap baik melakukan penanganan baik terhadap
penyakit influenza, 6 responden (50%) dengan tingkat sikap cukup
melakukan penanganan baik terhadap penyakit influenza, dan 22
responden (25,3%) dengan tingkat sikap kurang melakukan
penanganan baik terhadap penyakit influenza. Hasil uji statistik
didapatkan p value = 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan nilai α
![Page 5: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100500/55721157497959fc0b8ece79/html5/thumbnails/5.jpg)
51
= 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat sikap dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X
SMA Negeri 1 Bandung.
3) Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Sikap dengan Penyakit
Influenza.
Tabel 4.6.Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Tingkat Sikap dengan Penyakit Influenza pada Siswa-Siswi Kelas XSMA Negeri 1 Bandung
(n = 186)
Tingkat Pengetahuan
Tingkat SikapPenyakit Influenza
TotalP
valueKurang Cukup BaikKurang Kurang
CukupBaikTotal
312942
160319
81211
5531472
0,000
Cukup KurangCukup BaikTotal
2305
0033
401014
631322
Baik KurangCukupBaikTotal
1211023
4037
1054762
2666092
Total KurangCukupBaik
45619
2009
22659
871287
Total 70 29 87 186
Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap
dengan penyakit influenza diperoleh bahwa ada sebanyak 47
responden (25,3%) dengan tingkat pengetahuan baik dan tingkat
sikap baik melakukan penanganan baik terhadap penyakit influenza.
Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,000 lebih kecil
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap
![Page 6: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100500/55721157497959fc0b8ece79/html5/thumbnails/6.jpg)
52
dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1
Bandung.
C. Pembahasan
Pembahasan akan menjabarkan tentang interpretasi dan distribusi hasil
penelitian secara univariat dan bivariat terhadap hubungan tingkat pengetahuan
dan tingkat sikap dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA
Negeri 1 Bandung.
1. Analisis Univariat.
1) Penanganan Penyakit Influenza
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 186 responden
ada sebanyak 87 responden (46,8%) melakukan penanganan baik
terhadap penyakit influenza. Influenza merupakan infeksi saluran
pernapasan atas yang disebabkan oleh virus Haemophillus influenza.
Tindakan penanganan influenza pada siswa-siswi ini terdiri dari
pencegahan, perawatan, dan pengobatan. Tindakan penanganan diperoleh
dari pendidikan kesehatan dalam sekolah maupun di luar sekolah.
(Muftadi, 2009)
Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan perorangan,
menghindari kontak lama dengan penderita influenza, melakukan olah
raga secara teratur, memperhatikan kebersihan lingkungan, dan
memperbanyak makan buah serta sayuran. Perawatan dilakukan dengan
mengkonsumsi air putih, makan makanan bergizi, mengkonsumsi
![Page 7: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100500/55721157497959fc0b8ece79/html5/thumbnails/7.jpg)
53
vitamin C, dan banyak beristirahat. Pengobatan dilakukan dengan
menggunakan analgetik/antipiretik dan ekspektoran/antitusif. (Soemantri,
2008)
2) Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Influenza.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 186 responden
ada sebanyak 92 responden (49,5%) memiliki pengetahuan yang baik
tentang penyakit influenza. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan siswa-siswi ini adalah pengalaman, tingkat pendidikan,
keyakinan, fasilitas-fasilitas yang ada, sosial budaya, umur, dan sumber
informasi. (Notoatmodjo, 2007)
Siswa-siswi memperoleh pengetahuan dengan dua cara yaitu cara
tradisional dan cara modern. Cara tradisional dilakukan dengan cara
coba-salah, cara kekuasaan, cara berdasar pengalaman pribadi, dan cara
melalui jalan pikiran. Cara modern dilakukan dengan metode berpikir
induktif dan deduktif. (Notoatmodjo, 2005)
3) Tingkat Sikap tentang Penyakit Influenza.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 186 responden
ada sebanyak 87 responden (46,8%) memiliki sikap yang baik tentang
Penyakit Influenza. Faktor-faktor pembentuk sikap pada siswa-siswi ini
adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,
kebudayaan, media massa, dan pengaruh faktor emosional.
(Notoatmodjo, 2010)
![Page 8: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100500/55721157497959fc0b8ece79/html5/thumbnails/8.jpg)
54
Empat tingkat sikap yang dimiliki siswa-siswi ini adalah menerima,
merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Menerima adalah
kemauan untuk memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
Merespon adalah kemauan untuk memberikan jawaban terhadap suatu
pertanyaan. Menghargai adalah kemauan untuk mendiskusikan suatu
masalah dengan mengajak orang lain. Bertanggung jawab adalah
kemauan untuk menanggung segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko. (Notoatmodjo, 2007)
2. Analisis Bivariat.
1) Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penyakit Influenza.
Secara statistik hubungan tingkat pengetahuan dengan penyakit
influenza didapatkan p value = 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan
nilai α = 0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan penyakit influenza.
Umur berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Umur yang lebih cepat menerima pengetahuan adalah 18-40 tahun. Daya
tangkap dan pola pikir seseorang akan semakin berkembang sesuai
dengan bertambahnya umur, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada umur yang mendekati 18 tahun ini, siswa-siswi
SMA kelas X akan lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar
dan kehidupan sosial di sekolah. Anak umur SMA akan lebih banyak
menggunakan waktunya untuk membaca. Hampir tidak ada penurunan
![Page 9: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100500/55721157497959fc0b8ece79/html5/thumbnails/9.jpg)
55
kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
pada umur ini. (Notoatmodjo, 2003).
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non-
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya
teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan siswa-siswi SMA tentang inovasi baru.
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, internet, radio, surat kabar,
majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
opini dan kepercayaan mereka. Media massa juga membawa pesan-pesan
yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini siswa-sisiwi ini.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
(Ernest Haerfa, 2011)
2) Hubungan Tingkat Sikap dengan Penyakit Influenza.
Secara statistik hubungan tingkat sikap dengan penyakit influenza
didapatkan p value = 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan nilai α =
0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat sikap dengan penyakit
influenza.
Suatu peristiwa yang telah dan sedang dialami oleh seseorang ikut
membentuk dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus.
Middlebrook mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali
terhadap suatu objek secara psikologis cenderung akan membentuk sikap
![Page 10: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100500/55721157497959fc0b8ece79/html5/thumbnails/10.jpg)
56
negatif terhadap objek tersebut. Pembentukan kesan atau tanggapan
siswa-siswi SMA terhadap objek merupakan proses kompleks yang
melibatkan individu bersangkutan, situasi dimana tanggapan tersebut
terbentuk, dan ciri-ciri objektif yang dimiliki stimulus. Sikap pada siswa-
siswi lebih mudah terbentuk dengan adanya pengalaman pribadi yang
melibatkan faktor emosional, dimana penghayatan pengalaman akan
lebih mendalam dan lebih lama membekas. (Sariyono, 2007)
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu komponen yang ikut
mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting adalah orang
yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan
opini kita, orang yang tidak ingin kita kecewakan, dan orang yang berarti
khusus. Mereka adalah orang tua, pacar, teman dekat, guru, dan
pemimpin. Mereka akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita
terhadap sesuatu hal. Pada umumnya siswa-siswi SMA cenderung
memiliki sikap yang searah dengan orang yang dianggapnya penting. Hal
ini disebabkan oleh dua hal, yaitu adanya motivasi untuk berafiliasi dan
keinginan untuk menghindari konflik terhadap orang yang dianggapnya
penting tersebut. (Suwandi, 2012)
3) Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Sikap dengan Penyakit
Influenza.
Secara statistik hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat sikap
dengan penyakit influenza didapatkan p value = 0,000 lebih kecil
![Page 11: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100500/55721157497959fc0b8ece79/html5/thumbnails/11.jpg)
57
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 yang berarti ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan penyakit influenza.
Benyamin Bloom (1908) mengatakan bahwa perubahan perilaku
merupakan suatu proses kompleks dan memerlukan waktu yang relatif
lama. Secara teori perubahan perilaku ini melalui tiga tahap. Tahap
pertama adalah mengetahui, dimana dalam hal ini siswa-siswi harus tahu
terlebih dahulu apa manfaat perilaku tersebut bagi dirinya. Tahap kedua
adalah menyikapi, dimana siswa-siswi harus menilai perilaku tersebut
bagi dirinya. Tahap ketiga adalah mempraktikkan, dimana setelah siswa-
siswi mengetahui dan mengadakan penilaian terhadap suatu stimulus,
maka mereka akan melaksanakan apa yang diketahui dan disikapinya
baik. (Soekidjo Notoatmojo, 2007)
Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret seseorang
terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan
yang melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan
apa yang diketahui atau disikapi. Tindakan atau perilaku kesehatan
siswa-siswi SMA terjadi setelah siswa-siswi yang bersangkutan
mengetahui stimulus kesehatan, kemudian mengadakan penilaian
terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon batin dalam bentuk
sikap. Proses selanjutnya adalah melaksanakan apa yang diketahui atau
disikapinya itu (Notoatmodjo, 2003).
![Page 12: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100500/55721157497959fc0b8ece79/html5/thumbnails/12.jpg)
58
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif korelasional dengan
teknik cross sectional. Penelitian hanya dilakukan terhadap 3 variabel yaitu
penyakit influenza, tingkat pengetahuan, dan tingkat sikap. Peneliti hanya
menggunakan variabel independen tingkat pengetahuan dan tingkat sikap. Faktor-
faktor independen lain tidak diteliti oleh peneliti. Penelitian tidak mengalami
hambatan. Jumlah responden memenuhi syarat penelitian. Responden paham
dengan kuesioner dan mampu mengisinya sesuai harapan peneliti. Penelitian
memiliki waktu yang cukup.
E. Implikasi Keperawatan
Penelitian ini memberi kontribusi dalam dunia keperawatan dengan
menunjukkan bahwa pemahaman mengenai penyakit influenza berpengaruh
terhadap tindakan penanganan penyakit influenza. Tingkat pengetahuan baik dan
tingkat sikap baik tentang penyakit influenza akan memberikan respon
penanganan yang baik terhadap penyakit influenza.