bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. setting …digilib.uinsby.ac.id/408/7/bab 4.pdfanggota...
TRANSCRIPT
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih dua bulan mulai 16 Mei
2014 sampai dengan 28 Juni 2014, penelitian ini dilakukan di sekolah
subjek tepatnya di Jl. Sidotopo wetan Surabaya dan rumah subjek tepanya
di Jl. Wonokusumo Jaya Surabaya. Peneliti melakukan penelitian di
sekolah dan rumah subjek dikarenakan untuk mendapatkan data dan
informasi yang akurat tentang prestasi anak yang mengalami child abuse.
Data diperoleh melalui wawancara dan observasi mulai awal
hingga akhir dilakukan oleh peneliti sendiri, kecuali data-data yang
bersifat dokumentasi dari pihak sekolah seperti raport dan cacatan prestasi
subjek. Sedangkan foto-foto yang berkenaan dengan subjek dan bukti
kekerasan yang dialami subjek peneliti tidak bisa mengambil gambar
dikarenakan subjek penelitian tidak bersedia.
Pelaksanaan penelitian mengalami sedikit kendala saat melakukan
penelitian, diantaranya waktu penelitian yang singkat, peneliti sulit
menghubungi subjek dikarenakan subjek tidak diperbolehkan memegang
Hp oleh orang tuanya, ujian akhir semester, libur kenaikan kelas, libur
puasa ramadhan. Meskipun ada beberapa kendala dalam penelitian,
peneliti berusaha untuk semaksimal mungkin mencari informasi baik dari
subjek, wali kelas, guru-guru subjek dan informan lain.
61
Adapun jadwal penelitian dalam melakukan proses wawancara dan
observasi yang dilakukan peneliti baik di sekolah maupun di rumah subjek
adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2
Jadwal Kegiatan Penelitian Observasi dan Wawancara Tentang
Prestasi Anak Yang Mengalami Child Abuse
No Hari/Tanggal Tempat Jenis Kegiatan
1 Senin/22 Maret
2014
Ruang Guru Meminta izin kepada
subjek untuk menjadi
subjek penelitian serta
memperkenalkan diri
2 Senin/5 Mei
2014
Ruang Kepala
Sekolah
Meminta izin untuk
melakukan penelitian
3 Jum’at/16 Mei
2014
Ruang Kepala
Sekolah
Menyerahkan surat
penelitian kepada Kepala
Sekolah
4 Sabtu/17 Mei
2014
Ruang Konseling Menjalin rapport dan
wawancara dengan
subjek
5 Senin/19 Mei
2014
Ruang Konseling Memberikan instrument
alat ungkap masalah
6 Senin/19 Mei
2014
Halaman sekolah
dan Masjid
Observasi subjek
7 Senin/19 Mei
2014
Rumah subjek Wawancara dengan
nenek subjek
8 Senin/19 Mei
2014
Rumah subjek Observasi
9 Jum’at/ 23 Mei
2014
Masjid sekolah Wawancara dan
Observasi
62
10 Rabu/28 Mei
2014
Masjid sekolah Wawancara dan
Observasi
11 Senin/2 Juni
2014
Masjid sekolah Wawancara
12 Selasa/3 Juni
2014
Ruang guru Wawancara dengan wali
kelas subjek
13 Sabtu/28 Juni
2014
Rumah subjek Wawancara dengan
nenek subjek
14 Sabtu/28 Juni
2014
Rumah subjek Observasi
Berikut ini akan dipaparkan riwayat kasus dari subjek penelitian,
yaitu:
Nama Subjek : RF (nama disamarkan)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal lahir : Surabaya, 04 Desember 2000
Anak ke : 1 (satu)
Nama Ibu : R (nama disamarkan)
Nama Ayah : SA (nama disamarkan)
Tinggal Bersama : Ayah, nenek dan adik
63
Subjek RF adalah anak pertama dari dua bersaudara. Subjek
mempunyai adik laki-laki bernama RK yang sekarang berusia 10 tahun.
Jarak kelahiran dengan adiknya cukup dekat yaitu 3 tahun.
Ketika subjek RF masih dalam kandungan ibunya termasuk ibu
yang aktif dan merasa tidak mempunyai keluhan apapun dan tidak pernah
merasa ada kelainan yang dirasakan. Mual dan lainnya hanya dirasakan
pada awal-awal hamil saja.
Pada saat hamil subjek RF, beliau masih berumur 22 tahun, lama
masa kehamilan selama mengandung RF adalah 9 bulan 10 hari. Pada saat
proses melahirkan mengalami sedikit hambatan, dikarenakan bayi yang
ada didalam kandungan lama tidak keluar-keluar hingga 12 jam bayi
masih belum melahirkan juga. Sampai dokter memberikan perangsang
untuk mempercepat proses kelahiran. Pada saat proses kelahiran subjek RF
semua datang untuk menunggu kelahiran anak dan cucunya, namun
mertua laki-laki dari ibu subjek sendiri yang belum datang dikarenakan
beliau sedang di Malang. Dan ibu subjek meminta untuk menghubungi
mertuanya tersebut untuk mengabarkan bahwa ia akan melahirkan dan
memintanya untuk pulang ke Surabaya. Ibu subjek melahirkan di rumah
sakit Dr. Soewandi Surabaya Setelah mertua laki-lakinya datang ke rumah
sakit tidak lama ibu subjek sudah melahirkan.
Akhirnya ibu subjek melahirkan dalam keadaan normal, meskipun
ada ketakutan dan kekhawatiran dari ibu subjek karena beberapa hambatan
64
dalam proses melahirkan tersebut. Setelah merasa kesakitan yang dialami
akhirnya ibu subjek merasa lega karena bisa melahirkan secara normal.
Bayi dan ibunya dalam keadaan sehat. RF terlahir dengan berat 3 Kg dan
panjang 51 cm.
Semua merasakan kebahagiaan saat subjek lahir kedunia.
Dikarenakan subjek RF adalah cucu pertama yang lahir dari keluarga
ayahnya. Terlihat dari semua keluarga yang merasakan kebahagiaan
adalah kakek subjek RF.
Setelah kelahiran subjek RF, nenek membantu untuk merawat dan
menjaga menantu dan cucu kesayangannya tersebut. karena ibu subjek
kurang berpengalaman merawat bayi, karena dirinya adalah anak tunggal
dan kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Nenek menyatakan kalau pada waktu kecil, subjek RF lebih
banyak diasuh oleh kakek. Dikarenakan subjek adalah cucu pertama,
sehingga banyak sekali kasih sayang dan perhatian yang dicurahkan
kepadanya.
Kini, Subjek RF adalah seorang siswi kelas VII di salah satu
sekolah swasta di Surabaya. Subjek adalah putri dari pasangan bapak SA
dan Ibu R. Saat ini ia tinggal bersama ayah, nenek dan adiknya. Ibunya
memutuskan untuk bekerja sebagai TKW di Malaysia. Sedangkan ayahnya
bekerja sebagai satpam.
65
Awalnya subjek RF dan keluarga tinggal disalah satu desa di
Kediri Jawa Timur. Ketika sang ibu memutuskan untuk bekerja di luar
negeri, subjek dan keluarga pindah ke Surabaya tepatnya tinggal bersama
orang tua dari ayah subjek RF. Saat itu subjek RF masih berusia 6 tahun
tahun dan baru duduk dikelas 1 SD. Sedangkan adik subjek baru berusia
1,5 tahun.
Selama ibu bekerja, nenek membantu merawat kedua cucunya
yaitu subjek RF dan adik subjek RK. Keputusan ibu untuk bekerja di luar
negeri membuat sedikit perubahan pada sikap ayah. Menurut penjelasan
dari nenek subjek RF, ketika subjek RF masih duduk di bangku SD
ayahnya jarang pulang kerumah. Ketika pulang, sang ayah hanya beberapa
jam saja berada dirumah setelah itu pergi lagi.
Perubahan sikap ayah juga diikuti dengan perubahan
emosionalnya. Ayah lebih mudah terpancing emosinya ketika ada
ketidaksesuaian dengannya. Seperti misalnya: saat subjek RF masih kelas
3 SD, ia sedang bermain dengan teman-teman sebayanya. Ketika sang
ayah melihat subjek RF bermain, sontak membuat ayah marah terhadap
subjek RF. Subjek RF kemudian diminta untuk pulang kerumah. Setelah
sampai dirumah subjek RF kemudian dimarahi oleh ayahnya bahkan ia
juga menerima pukulan dari sang ayah. Mengapa ayahnya sampai
memukul dan memarahi subjek RF? Alasannya karena sang ayah tidak
suka melihat anaknya bermain dengan anak laki-laki. Semenjak itu, subjek
RF dilarang oleh ayahnya untuk keluar dari rumah, ia hanya boleh keluar
66
dari rumah ketika sekolah. Peristiwa tersebut yang menjadi awal dari
ayahnya mulai melakukan kekerasan fisik maupun verbal kepada subjek
RF.
Pada awal kelahiran subjek RF, ia mendapatkan banyak sekali
curahan kasih sayang terutama dari kakek subjek RF. Kakek amat bahagia
ketika melihat kelahiran cucu pertamanya tersebut. Sering sekali subjek
RF diajak oleh kakeknya untuk berjalan-jalan mengelilingi kampungnya.
Namun saat ini kakeknya telah meninggal dunia disaat subjek RF berusia
4 tahun.
Dahulunya keluarga dari ayah subjek RF termasuk keluarga yang
mampu. Namun pada sekarang ini keadaan ekonomi keluarga subjek RF
menurun. Hal ini dikarenakan untuk biaya pengobatan dari kakek yang
saat itu mengalami penyakit sroke. Pihak keluarga membutuhkan banyak
sekali biaya untuk pengobatan sang kakek. Kurang lebih 4 tahun sang
kakek berjuang melawan penyakit yang diderita, pada tahun 2005 kakek
subjek meninggal dunia.
Semenjak meninggalnya kakek, keluarga berusaha dengan keras
untuk bekerja sebagai pemenuhan kehidupan sehari-hari. Dikarenakan
sebelumnya banyak barang-barang yang telah dijual untuk biaya
pengobatan kakek. Dari sinilah, ayah subjek dituntut untuk bekerja dan
bertanggung jawab atas keluarganya karena beliau adalah anak pertama.
67
Situasi ini membuat ayahnya tertekan dengan tanggung jawab yang
dipikulnya. Beliau harus menghidupi anak, istri dan ibunya. Menurut
penuturan sang ibu, dahulunya ayah subjek RF adalah anak yang
cenderung manja dan sulit untuk diatur. Bapak dari ayah subjek RF sering
memberikan nasehat agar menjadi anak yang mandiri dan bertanggung
jawab dengan dirinya sendiri.
Ketika subjek RF mulai memasuki bangku sekolah menengah
pertama, nenek subjek RF berusaha untuk berbicara dengan ayah subjek
RF agar pulang kerumah. Mengingat subjek RF adalah seorang perempuan
dan banyak sekali diluar sana kejahatan yang mengintai. Dan akhirnya
ayah subjek RF memutuskan untuk pulang kembali kerumah.
Subjek RF sering melihat ayahnya mimum-minuman keras dengan
teman-temannya didepan rumah, bahkan beberapa kali ayahnya sempat
mendapat teguran dari tetangga. Namun, hal itu tidak dihiraukan oleh
ayah. Selain itu, subjek RF pernah melihat ayahnya membawa perempuan
lain kerumah subjek RF. Sontak hal itu membuat subjek RF kaget.
Kebiasaan ayah ketika berada dirumah hanya menghabiskan waktunya
didalam kamar. Beberapa kali subjek RF mencuri-curi kesempatan untuk
mengintai apa yang dilakukan oleh ayahnya didalam kamar. Ia
mendengarkan ayahnya sedang berbicara melalui telepon dengan teman
wanitanya tersebut.
68
Subjek RF mengaku pernah diminta oleh sang ayah menemaninya
menemui teman wanita tersebut ditempat lokalisasi. Subjek RF disuruh
untuk menunggu ayahnya disebuah warung kopi, sedangkan ayahnya
masuk kedalam tempat lokalisasi tersebut dengan teman wanitanya.
Selain itu, subjek RF pernah diminta oleh sang ayah untuk
meminta sejumlah uang kepada ibunya dengan alasan untuk keperluan
sehari-hari dan rumah tangga. Namun pada hasilnya ketika uang sudah
dikirimkan oleh ibu, uang itu hanya digunakan untuk keperluan ayahnya.
Menurut subjek, ketika ia tidak mau menuruti perintah ayah, maka ia akan
dipukul dan dimaki-maki oleh ayahnya. Hal ini yang membuat subjek
semakin takut dengan ayah kandungnya.
Terakhir kali peristiwa yang membuat subjek mendapatkan
perilaku kekerasan dari ayah adalah ketika subjek ketahuan berpacaran
dengan seniornya di sekolah. Saat itu pacar subjek RF datang kerumah
pada pukul 02.00 wib. Tujuan pacar subjek RF adalah mau berpamitan
dengan subjek RF akan pergi ke Malang. Sontak membuat ayah subjek
geram melihat seorang anak laki-laki datang kerumahnya pada larut
malam. Setelah laki-laki itu pulang, subjek RF kemudian dipukul dengan
barang-barang yang saat itu ada disekitar ayah subjek RF. Kata-kata kasar
dan cacian pun keluar dari mulut sang ayah. Tetangga dan nenek subjek
RF ikut melerai antara ayah dan subjek RF. Subjek RF tidak berani untuk
melawan ayahnya, ia hanya diam dan pasrah ketika dipukul oleh sang
ayah.
69
Keesokan harinya ayah subjek datang kesekolah dengan penuh
emosi. Beliau marah-marah dikantor sekolah, untuk meredam kemarahan
ayah subjek RF pihak sekolah memanggil pacar dan subjek RF. Kemudian
pacar subjek RF menjelaskan bagaimana duduk perkara yang sebenarnya
terjadi.
Berawal dari kejadian diatas guru-guru terutama wali kelas subjek
RF berusaha untuk meminta keterangan yang lebih jelas kepada subjek
RF. Dari situlah banyak terungkap kejadian-kejadian yang dialami oleh
subjek RF ketika dirumah dan penyebab ia berani untuk berpacaran pada
usia yang masih dini.
Wali kelas subjek RF berusaha untuk selalu memberikan
pembinaan dan motivasi untuk subjek RF agar ia bisa menerima apa yang
terjadi dengan dirinya. Wali kelas subjek RF sering memantau bagaimana
perkembangan subjek RF ketika disekolah.
Dalam keseharian, subjek RF tergolong anak yang pendiam, suka
menyendiri. Subjek RF kurang suka terlibat komunikasi dengan orang
lain. Jika berkomunikasi dengan orang lain subjek RF menunjukkan
ekspresi takut dan menarik diri. Dengan teman-teman dikelas hanya
beberapa anak yang sering diajak ngobrol oleh subjek.
Subjek RF sering sekali melamun dikelas saat pelajaran sedang
berlangsung. Beberapa kali wali kelas subjek RF memergoki subjek RF
70
tengah melamun. Begitu pula dengan pernyataan guru-guru yang mengajar
di kelas subjek RF.
Walaupun ada tekanan yang dialami oleh subjek RF, ia juga masih
mempunyai sisi positif didalam dirinya. Subjek RF adalah salah satu
anggota OSIS yang masih aktif hingga sekarang, ia terpilih sebagai
anggota dari ketertiban. Selain masih aktif bergabung dengan OSIS ia juga
mengikuti kegiatan pramuka.
Sisi positif lainnya adalah subjek RF mempunyai prestasi
akademik yang baik bahkan cenderung tinggi. Menurut subjek RF ketika
ia masih duduk di sekolah dasar, ia hanya mendapatkan nilai rata-rata.
Namun saat ini ketika subjek RF duduk dibangku menengah pertama,
subjek RF dapat memperoleh prestasi akademik yang baik. Dalam kondisi
tekanan dirumah ternyata subjek mampu untuk mendapatkan yang terbaik.
Lingkungan diluar rumah yang baik, mampu merubah persepsi
subjek RF untuk menjadi yang terbaik. Subjek RF mengungkapkan bahwa
ia merasa masih banyak yang memberikan perhatian kepada dirinya.
Selain ibu yang selalu mengikuti perkembangan belajar subjek RF, wali
kelas dan teman dekatnya juga ikut mengikuti perkambangan subjek RF.
Subjek RF belajar tanpa disuruh oleh siapapun ketika berada
dirumah, ia hanya belajar sendiri didalam kamar. Meskipun tidak ada
tugas dari sekolah, ia berusaha untuk menyempatkan membaca buku yang
71
akan dipelajarinya esok hari. Tidak sedikit mata pelajaran yang ia kuasai
dan pahami, namun ia berusaha untuk mempelajarinya.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Temuan penelitian
a. Tanda-tanda child abuse
1) Tanda kekerasan fisik
Subjek RF pernah dipukul oleh ayahnya dengan
menggunakan sapu, sandal, dll. Pukulan itu masih
meninggalkan bekas membiru ditubuh subjek RF. Seperti yang
dinyatakan oleh subjek :
“Pernah... anu opo??? Hmm... sapu lidi dipukul membekas
biru sama sandal gitu...( CHW: 1.2.54)”
“Haah??? Disini (sambil memegang paha), di punggung,
di tangan juga, tapi yang ditangan udah hilang(CHW:
1.2.55)”
Begitu pula pernyataan wali kelas subjek :
“Iya,,, katanya RF juga pernah dipukulin sama ayahnya.
Kemarin waktu kena kasus itu, dia juga dipukulin sama
ayahnya.(CHW: 2.1.7)”
Pukulan yang ditujukan kepada subjek RF, terkadang ada
yang membekas pada bagian-bagian tubuh subjek RF seperti;
paha, punggung, dan juga tangan. Berikut pernyataan subjek:
“Haah??? Disini (sambil memegang paha), di punggung,
di tangan juga, tapi yang ditangan udah hilang(CHW:
1.2.55)”
Selain itu subjek RF juga menambahkan bahwa ia pernah
ditendang oleh sang ayah:
72
“Ndak Cuma dimarahi tok... pernah waktu itu aku di
jrungkak (didorong) gitu mbak mbak... trusan aku disaduki
(ditendang)( CHW: 1.2.57)”
Subjek RF selalu mengikuti apapun perintah dari ayahnya.
Karena ketika ia menolak perintah ayahnya maka subjek akan
dipukul. Misalnya ditapuk (dipukul mulut). Seperti pernyataan
subjek:
“Terus kalau ngomong gitu sambil bentak-bentak. Pernah
mulut ku ditapuk (dipukul) pas aku ndak mau minta uang
ke ibu.(CHW: 1.1.29)”
Subjek RF tidak benrani melawan ayah. Seperti pernyataan
subjek berikut: “Aku ndak pernah ngelawan, kalau aku
dipukulin sama ayah, aku hanya diem aja. Kalau aku ngelawan
ayah trus mukulin aku lagi.”
2) Tanda kekerasan penelarantaran
Subjek RF tidak mengalami tindak kekerasan penelantaran.
Karena dari data absensi disekolah subjek RF tidak banyak
melakukan absensi. Berikut pernyataan wali kelas subjek:
“absen sekolah??? Eemmm... kayaknya tidak mbak. Saya
rasa Cuma beberapa kali aja subjek tidak masuk sekolah.
Tidak lebih dari lima seingat saya. Tapi kalau datang
terlambat memang iyaa sering.(CHW: 2.1.22)”
Begitu pula dengan pernyataan subjek:
“I : Kamu sering absen ndak dari sekolah?
RF : Enggak... waktu itu pernah ijin ndak masuk sekolah
soalnya aku sakit. Satu tok ijinnya(CHW: 1.5.7)”
Hanya saja subjek RF memang dilarang oleh ayahnya untuk
keluar dari rumah, subjek RF hanya boleh keluar dari rumah
73
ketika sekolah dan tidak boleh bermain dengan teman-
temannya. Seperti pernyataan subjek :
“Main... lari-lari gitu loh sama anak laki-laki waktu kecil
itu... kelas satu naik kelas dua... pokok e setiap aku deket
sama anak laki-laki selalu dipukul sama ayah... trusan aku
ndak boleh keluar kemana-mana... dirumah tok,,, main
sama temen-temen aja ndak boleh... padahal aku juga
pengen bisa kumpul-kumpul sama anak-anak,,, kadang
aku iri sama temen-temen... mereka punya keluarga yang
bisa ngertiin anaknya, trusan baik... Laah ayah ku apa?
Sukanya kalau ndak mukul yach marah-marah(CHW:
1.2.63)”
Dan pernyataan nenek subjek:
“I : Gambaran masa kecilnya RF seperti apa?
N : Emmm,,, RF itu nakal waktu masih kecil (matanya
sambil menatap subjek) waktu kecil itu suka lari-larian
sama anak laki-laki, bermainnya itu loh sama anak laki-
laki. Itu kan ndak pantes yah mbak? Lalu tak marahi dia
mbak “kamu ndak pantes lari-larian sama anak laki-laki”
terus sesudah itu dia udah ndak boleh keluar-keluar rumah
lagi. Namanya orang tuakan khawatir yah kalau ada apa-
apa,, apalagi dia perempuan.(CHW: 3.1.9)”
3) Tanda kekerasan seksual
Subjek tidak pernah pengalami kekerasan seksual oleh
siapapun. Berikut pernyataan subjek:
““Ndak mbak,,, beneran ndak pernah.(CHW: 1.4.12)””
Dan wali kelas subjek:
“I : selain kekerasan fisik apa lagi yang dialami oleh
subjek Bu?
S : saya kurang tahu yaaa, sejauh ini informasi yang saya
dapat adalah kekerasan fisik dan verbal.
I : Kalau seksual?
S : Masya Allah, semoga saja tidak yaaa. Karena waktu
yang saya kaget subjek dibawa bapaknya ke dolly. Takut
saya dia diapa-apain. Setelah saya tanya hanya disuruh
74
nungguin bapaknya, tapi di warkop. Jangan sampailah
mbak subjek mengalami kekerasan seksual.(CHW: 2.1.8)”
4) Tanda kekerasan emosional
Subjek RF cenderung lebih suka menyendiri ketika berada
disekolah. Subjek RF beberapa kali terlihat kemana-mana
sendiri. Seperti pernyataan wali kelas subjek:
“Kalau saya lihat, subjek itu anaknya pendiem yaaa...
sering saya mergokin dia sedang melamun. Diakan di
kelas itu duduknya paling belakang,,, dua dari belakang
laaah mbak. Jadi dia itu sering melamun. Tekanan itu
mungkin yaa mbak... terus kok dia itu juga sering
menyendiri, jadi keman-mana gitu kadang-kadang saya
lihat sendirian, ndak sama teman-temannya.(CHW:
2.1.21)”
Begitu pula dengan subjek:
“I : Apa kebiasaan kamu disekolah? Waktu istirahat
mungkin kemana sama teman-teman?
RF : Kalau aku ndak libur yah kalau istirahat shalat dhuha,
kalau lagi halangan yach ndak shalat.
I : Sama siapa?
RF : Sendiri aja
I : Kenapa?
RF : Lebih enak sendiri, aku lebih suka kemana-mana
sendiri kok mbak.(CHW: 1.5.9)”
Subjek RF mengaku pernah dibentak-bentak oleh ayah,
bahkan kata-kata kasar pernah dilontarkan kepadanya. Berikut
pernyataan subjek:
“Kan ngene,,, ayah kan minta uang ke ibu katanya buat
beli sepeda motor trusan “ngomongan Zaa nang ibu mu
mandar kund nggak ngomong,,, ngomong o engkok nang
ibumu wes ganti sepeda,,, engkok cek ibumu percoyo”
“enggak lapo mbijuki ibu nggak onok gunane” trus
katanya ayah “lang ngomong o,,, kari ngomong ae kok cek
soroh e, lambemu iku lek tagh kongkong ngene mbantah
ae” malah aku dipisu-pisui... “cepetan nang ngomong,,,
mandar kund nggak ngomong” malah diancem aku
75
mbak... ndak tau uangnya buat apa,,, minta e pertama buat
beli sepeda motor trus dikasih sama ibu,,, trus dulu aku
juga pernah disuruh bohong lagi mbak...( CHW: 1.2.115)”
“Ya gitu mbak... pulang-pulang minta makan,,, sambil
bentak-bentak “Zaaa njupukno mangan Zaaa” gitu
mbak...(CHW: 1.2.69)”
Dan pernyataan wali kelas subjek:
“I : Ibu tahu kalau subjek juga mengalami kekerasan
verbal?
S : Iya...
I : Seperti apa contohnya Bu?
S : Selain subjek pernah bercerita kalau dia pernah
dibentak-bentak oleh bapaknya, bahkan pernah kata-kata
kasar itu diucapkan kepada subjek. Awalnya saya ndak
percaya, tapi ketika saya survei sendiri kerumahnya,
kebetulan bersamaan dengan home visit kerumah-rumha
murid. Ternyata memang sepertinya mereka orang-orang
yang keras. Terlihat kan yaa mbak dari bagaimana orang
itu memandang, ekspresi wajahnya bahkan dari nada suaru
sekalipun.(CHW: 2.1.9)”
b. Penyebab terjadinya child abuse
1) Faktor Ekonomi
Menurut subjek RF dahulunya keluarga dari
ayahnya adalah keluarga yang berada (mampu). Namun,
ketika kakek subjek sakit keluarga membutuhkan banyak
biaya untuk pengobatan kakek subjek. Seperti pernyataan
subjek:
“Dulu itu keluarganya ayahku itu kaya mbak,,,
orang mampu. Terus gara-gara kakek sakit-sakitan,
uangnya dipakai buat biayain kakek. Barang-
barangnya semua dijualin. Terus setelah kakek
meninggal yach jadi kayak gini sekarang mbak.
Kurang mencukupi.( CHW: 1.4.43)”
76
Begitu juga dengan pernyataan nenek subjek:
“N : Emmm,,, suami saya dulukan suka sakit-
sakitan mbak. Kurang lebih empat tahun kalau tidak
salah. Suami saya terkena stroke, butuh biaya yang
banyak. Akhirnya barang-barang yang ada dirumah
yang bisa dijual ya dijual mbak. Namanya juga usah
biar sembuh(CHW: 3.1.54)”
Subjek RF bercerita bahwa setelah keluarga
berupaya membiayai seluruh pengobatan kakeknya, namun
pada tahun 2005 kakek subjek meninggal dunia. Semenjak
itu keluarga subjek berusaha dengan keras untuk
menghidupi keluarganya. Seperti pernyataan nenek subjek:
“N : Tahun 2005 itu suami saya meninggal dunia.
Barang-barang sudah habis terjual semua. Terus
mau ndak mau yaaa semua harus bekerja. Mau
makan apa kalau ndak kerja. Ayah subjek juga
punya dua orang anak, masa mau ndak sekolah.(
CHW: 3.1.55)”
Dan pernyataan dari subjek:
“Dulu itu keluarganya ayahku itu kaya mbak,,,
orang mampu. Terus gara-gara kakek sakit-sakitan,
uangnya dipakai buat biayain kakek. Barang-
barangnya semua dijualin. Terus setelah kakek
meninggal yach jadi kayak gini sekarang mbak.
Kurang mencukupi.( CHW: 1.4.43)”
Ayah subjek harus berganti-ganti pekerjaan untuk
mendapatkan gaji yang bisa mencukupi dia dan
keluarganya. Seperti pernyataan nenek subjek:
“I : Sekarang ayah kerja dimana Bu?
N : ayah subjek itu harus berganti-ganti kerja,
sampai jarang pulang ke rumah. Nyari kerjaan kan
memang susah. Ditambah lagi anak saya yang ini
77
agak susah. Tapi sekarang sudah mendapatkan
pekerjaan.
I : Dimana?
N : Di Surabaya sana, jadi satpam(CHW: 3.1.55)”
Begitu juga dengan pernyataan subjek:
“I : Ayah sekarang kerja dimana?
RF : iya kerja... jadi satpam. Dulu itu katanya nenek
ayah iku suka ganti-ganti kerjaan. Bosen kata
e(CHW: 1.4.44)”
2) Masalah keluarga
Saat itu subjek RF masih berusia 6 tahun, ia dan
orang tuanya sebelumnya tinggal disalah satu desa di
Kediri. Setelah kelahiran anak keduanya yaitu RK, ibu
subjek memutuskan untuk bekerja sebagai TKW di luar
negeri. Selama ibu subjek bekerja menjadi TKW di
Malaysia, akhirnya subjek, adik, dan ayah subjek pindah ke
kota Surabaya. Di sini ia tinggal bersama dengan nenek dari
ayah.Seperti pernyataan nenek subjek :
“Waktu RF umur 6 tahun, adiknya baru umur 1
tahun. Kasihan sebenarnya saya ngelihat cucu-cucu
saya ini. Apalagi sama yang kecil, usia segitu udah
ditinggal jauh sama ibunya. Makanya mereka
pindah ke Surabaya, kalau disana kan ndak ada
yang jaga. Wong ibunya itu anak tunggal, orang
tuanya udah meninggal semua.(CHW: 3.1.23)”
Sama dengan pernyataan sang nenek, subjek pun
menyatakan :
“waktu aku masih umur 6 tahun ibu kerja jadi
TKW. Sebelumnya aku tinggal di desa sama ibu,
sama ayah. Terus waktu ibu kerja jadi TKW aku
pindah ke Surabaya. (CHW: 1.4.7)”
78
Ibu subjek terpaksa harus bekerja sebagai TKW
untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Ibu
subjek harus meninggalkan kedua anaknya yang masih
kecil. Subjek RF saat itu usianya masih 6 tahun, sedangkan
adiknya masih berusia 1 tahun. Meskipun ibu subjek berada
di tempat yang jauh, beliau selalu menyempatkan waktu
untuk berkomunikasi dengan anak dan keluarganya yang
ada di Indonesia. Meskipun hanya satu minggu sekali
ataupun satu bulan sekali. Seperti yang dinyatakan oleh
subjek :
“Kalau ibu ndak sibuk, kadang seminggu sekali,
kadang sebulan sekali, kadang juga ndak telepon
(sambil merundukkan kepala) (CHW: 1.1.22)”
Setelah memutuskan untuk pindah ke Surabaya saat
sang ibu bekerja di Malaysia. Subjek RF mulai merasakan
ada perubahan yang terjadi dalam diri sang ayah. Ayahnya
mulai jarang pulang ke rumah. Subjek pun tidak mengerti
jelas kenapa sang ayah tidak pernah pulang. Subjek
menyatakan :
“Iya mbak,,, ayahku itu sekarang sudah berubah,
ndak kayak waktu aku masih kecil dulu. Waktu aku
masih SD kalau ndak salah, ayahku udah jarang
pulang kerumah. Baru bener-bener pulang ke rumah
itu pas aku SMP ini. Sebelumnya jarang
mbak(CHW: 1.1.13)”
79
Nenek subjek pun juga menyatakan bahwa waktu
subjek masih kecil ayahnya sudah jarang pulang ke rumah :
“Dulu waktu RF masih kecil, dia jarang pulang ke
rumah, sekarang-sekarang ini dia pulang ke rumah.
Saya bilang. Anak kamu itu perempuan, harus
dijaga. Wong ibunya juga ndak disini. Kalau ada
apa-apa sama anak kamu gimana? Baru dia nurut
sama saya. Terus pulang itu.(CHW: 3.2.20)”
Begitu pula pernyataan dari wali kelas subjek :
“Yang namanya anak kan butuh perhatian orang tua,
butuuuhh... ndak ada yang ngawasih. Jadi udah
mamanya ke luar negeri, bapaknya disini udah
jarang pulang. Bapaknya udah dari RF kelas 1 SD
itu jarang pulang. Pula-pulan kerumah itu sejak ini,
kelas 1 SMP. Jadi selama 6 tahun itu ndak pulang
ke rumah. Jadi dia sama mbahnya.(CHW: 2.1.2)”
Jarangnya ayah pulang kerumah juga diikuti dengan
perubahan tingkah laku. Ayah subjek sudah berani
membawa wanita lain untuk pulang ke rumah subjek.
Bahkan dari pernyataan subjek, ia pernah diajak untuk
menemani ayahnya menemui wanita simpanannya ke
tempat lokalisasi “Dolly”. Menurut penjelasan dari subjek
ia tidak disuruh apa-apa oleh ayahnya, ia hanya diminta
untuk menunggu ayahnya di sebuah warkop dekat losmen
tersebut. ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh ayahnya
didalam bersama wanita tersebut. Seperti pernyataan
subjek:
“Itu buat nemenin ayahku ketemuan sama cewek
itu. Aku disuruh nungguin di warkop deket rumah-
rumah gitu. Terus ayah ku masuk ke rumah sama
80
cewek itu. Ndak tau ayahku sama cewek itu
ngapain.(CHW: 1.1.39)”
Begitu pula pernyataan wali kelas subjek :
“Jadi gini, bapaknya RF itu suka main perempuan.
Pernah RF itu diajak ke dolly.. dia pernah bilang
gini waktu kemarin ada kasus. Pernah anak laki-laki
itu datang kerumahnya yang dia malam itu. Terus
saya check-check ternyata bapaknya itu sering
ganti-ganti cewek. Terus RF pernah bilang. “Aku
pernah dibawa ayah yang mana bu? Yang mana
bu? Tempat cewek-cewek yang kayak di aquarium
itu loh bu?” saya bilang “dolly?” “iya” waktu dia
masih SD, masih kecil sih RF ini. Dikasih uang
jajan, dianya diluar ayahnya didalem.(CHW: 2.1.3)”
Menurut subjek RF, sang ayah tidak hanya berani
berselingkuh dengan wanita lain. Tetapi juga sudah mulai
bermain judi dan minum-minuman keras. Siang itu subjek
RF menemukan botol-botol minuman keras disamping
rumah.
“He’em,,, wong waktu itu aku pernah nemuin botol-
botol bekas minum gitu loh mbak disamping rumah.
Apaaa??? Ayah loh pernah ditegur sama tetangga-
tetangga, tapi jawabnya “lapo wong mangan nggak
njaluk kunu ae” gitu ndak kapok-kapok. Ayah loh
juga main judi.(CHW: 1.3.46)”
a) Hubungan orang tua - anak
Hubungan subjek dengan ayahnya pun kini semakin
menjauh semenjak ayahnya jarang pulang ke rumah dan
sering melakukan tindak kekerasan terhadap dirinya :
“Dipukul sama ayah mbak, ndak di urusin sama
ayah. Pokoknya sejak ibu kerja di Malaysia ayah
jarang pulang ke rumah, aku ndak diurusin. Terus
juga tambah kasar sama aku.(CHW: 1.4.8)”
81
b) Hubungan dengan nenek
Jarak kedekatan subjek dan nenek pun juga tidak
terlalu dekat. Meskipun selama ini yang membantu
merawat subjek dan adik adalah sang nenek. Seperti
pernyataan subjek :
“Ndaaak... ndak deket aku sama uti.(CHW: 1.3.20)”
“Apaaa,,, Uti loh ndak sayang sama aku. Cuma
sayangnya sama adik. Apa-apa yang dibela adik.
Aku Cuma dimarah-marahi tok sama uti.(CHW:
1.3.21)”
Alasan subjek tidak terlalu dekat dengan nenek
adalah nenek selalu bersikap tidak adil kepadanya. Subjek
merasa nenek hanya memperhatikan adiknya saja. Seperti
pernyataan subjek :
“Dari dulu mbak. Uti lebih sayangnya sama adik.
Adik selalu dimanja, disayang. Katanya “iki loh
putu ku seng paling tak sayang, nggak koyok kund
nakal” (sambil menundukkan kepala) (CHW:
1.3.11)”
“Iya... diamuki (dimarahi) gitu mbak kalau males,,,
marah-marah gitu mbak,,, ndak tau kenapa...
padahal aku udah bantu-bantu beres-beres rumah,,
tapi nanti bilangnya ke ayah kalau aku males,,, ndak
bantuin nenek sama sekali... Trus aku dimarahi
sama ayah...(CHW: 1.2.65)”
c) Hubungan subjek dengan adik
Subjek tidak terlalu dekat dengan semua anggota
keluarganya, termasuk dengan adik subjek. Subjek sering
bertengkar dengan adiknya. Seperti pernyataan nenek
subjek :
82
“Woohhh,,, kalau sama adiknya suka berantem,
adiknya itu loh suka diusilin. Sampai saya marahi
RF itu. Masa sama adik kok ndak bisa rukun? Lihat
anak-anak yang ada diluar sana, sama saudaranya
rukun-rukun. Lah ini apa? Sama adiknya sendiri kok
sukanya berantem. Ndak bisa akur. Saya kan
kasihan sama adiknya ini, RF itu sudah gede kok
ndak bisa ngertiin adiknya. Mbaknya punya
adik?(CHW: 3.1.43)”
Begitu pula dengan pernyataan subjek :
“Sama aja,,, aku suka berantem kalau sama adik.
Salah e adik loh nakal. Enak-enak nonton tv gitu
aku digarai, yawdah terus tak cubit adik. Terus adik
ngomong ke nenek.(CHW: 1.3.22)”
d) Adanya kecemburuan dengan adik
Jarak antara subjek dengan adiknya berkisar antara
3 tahun. Awalnya subjek menerima dan bahagia akan
kehadiran adiknya. Berikut pernyataan subjek :
“Yaaahhh,,, suka mbak. Dulu aku seneng banget
kalau punya adik,,, tak sayang-sayang gitu pokok e.
Laaahh salah e sak iki arek e nakal ambek aku
mbak. Kadang ngunu aku mangkel kok ambek
adik.(CHW: 1.4.56)”
Kedekatan subjek dan adiknya semakin menjauh. Ia
merasa cemburu terhadap perlakuan ayah dan nenek
terhadap adiknya. Seperti pernyataan subjek :
“Yo ngene loh mbak. Kalau aku lagi berantem sama
adik gitu aku yang disalahin. Katanya aku itu “wes
gedhe kok nggak ngerti gedhe, ndak bisa ngalah
sama adik” lah adik ku loh nggarai duluan. Aku
kalau nggak digarai duluan yah ndak nggarai mbak.
Tapi uti nggapnya aku yang selalu mulai duluan.
(CHW: 1.3.9)”
83
“Adik.. adik sering diajak main-main kemana aja,
kadang sama ayah, sama Om.(CHW: 1.4.42)”
“Iya kadang-kadang kalau nakal yach digituiin
mbak... kalau nakal dipukulin,,, kalau ndak-ndak...
tapi itu kadang-kadang,,, adik loh jarang dimarahi
sama ayah. Dia aja kalau jam 9 malam ndak pulang-
pulang gitu ayah diam aja. Laaah aku, keluar di
depan rumah aja ndak boleh. Mau ikut kerja
kelompok gitu ayahku udah ndak percaya, padahal
aku beneran belajar kelompok. Ayahku itu ndak adil
mbak, sama adik aja gitu,,, sama aku udah beda lagi.
Aku kan juga pengen kayak adik yang diperhatikan
sama ayah.(CHW: 1.2.40)”
e) Faktor orang tua
Nenek subjek RF pernah bercerita kepada subjek
RF bahwa latar belakang keluarga ayah adalah keluarga
yang keras. Bapak dari ayah subjek sering menghukum
ayah subjek ketika ayah subjek melakukan kesalahan.
Berikut pernyataan dari subjek:
“RF : heeee,,, kalau kata nenek iku mbak, kan ngene
waktu itu nenek cerita. Kakek itu sering beli pecut
iku loh mbak yang ada dimadura, jadi kalau anak-
anaknya nakal langsung dipecut. Muda e ayah ku
dulu iku katae nenek suka e minta orang tua terus.(
CHW: 1.3.48)”
Menurut nenek subjek RF, ayah dari subjek RF ini
berbeda dengan kedua anak-anaknya. Ayah subjek RF
adalah anak yang cenderung malas. Seperti pernyataan
nenek subjek:
“Dulu anak-anak saya yang paling males yah ayah
RF ini,,, di suruh ini sama bapaknya selalu bilang
“emoh pak, nanti aja” sekarang kalau bapaknya
sudah ndak ada, baru nyesel dia. Adik ayahnya RF
itu rajin dari kecil, suka bantuin orang tuanya.
Disuruh ini nurut, diajari bekerja mau. Jadinya cepet
84
tanggap. Lah SF (ayah subjek) ini dari mudanya
dulu memang males.(CHW: 3.1.52)”
Selain riwayat keluarga ayah yang keras, beberapa
kali subjek pernah melihat ayahnya sedang meminum-
minuman keras didepan rumahnya. Pernyataan subjek:
“I : Ayah kamu pernah minum-minum???
RF : He’em,,, wong waktu itu aku pernah nemuin
botol-botol bekas minum gitu loh mbak disamping
rumah. Apaaa??? Ayah loh pernah ditegur sama
tetangga-tetangga, tapi jawabnya “lapo wong
mangan nggak njaluk kunu ae” gitu ndak kapok-
kapok. Ayah loh juga main judi.(CHW: 1.3.46)”
c. Prestasi akademik
1) Faktor Endogen
a. Psikis
1. Intelegensi atau Kemampuan
Wali kelas subjek RF yakin bahwa sebenarnya
subjek RF mempunyai kemampuan untuk dapat dapat
memahami setiap mata pelajaran, namun harus selalu
diberikan bimbingan. Berikut pernyataan wali kelas subjek:
“S : Sebenarnya subjek itu anak yang rajin yaaa
mbak... dia mempunyai kemampuan yang bagus.
Pada beberapa mata pelajaran mememang dia agak
susah untuk lebih cepat memahami. Makanya ada
beberapa nilainya yang rendah. Tapi ada juga
nilainya yang selalu tinggi. Oleh sebab itu saya
mencoba untuk berusaha memberikan bimbingan
kepada subjek mbak.(CHW: 2.1.18)”
Wali kelas subjek RF kebiasaan subjek ketika
dikelas adalah sering melamun. Wali kelas subjek RF
sering memergoki subjek sedang melamun. Hal ini juga
85
dapat menghambat pemahaman dalam pelajaran. Berikut
pernyataan wali kelas subjek:
“Pendiem yah dia itu mbak, kan dia duduknya agak
dibelakang. Kadang gitu saya lihat, sempat
ngelamun. Mungkin dia tertekan dengan
permasalahan yang ada sama dia. Takut kalau suka
ngelamun gitu nanti pelajarannya tidak masuk, jadi
dia tidak paham. Jadi, RF ini cenderung pendiam
kalau dikelas, ndak kayak teman-temannya yang
lain.( CHW: 2.1.10)”
Terlihat dari beberapa nilai yang dimiliki oleh
subjek saat melaksanakan ulangan, baik nilai ulangan
harian ataupun nilai ulangan bersama. Subjek RF
menunjukkan hasil nilai mata pelajaran aswaja yang
mendapatkan nilai 35. Seperti pernyataan subjek:
“I : Berapa nilai kamu yang paling terendah?
RF : Yah yang kemarin itu mbak,,, aswaja dapat 35,,
hehehe(CHW: 1.5.18)”
Subjek RF mengaku bahwa ia tidak bisa
mengerjakan ulangan tersebut karena ia tidak paham dan
baru mempelajarinya ketika masuk di sekolah menengah
pertama ini. Berikut pernyataan subjek:
“I : Kenapa sampai mendapatkan nilai segitu?
RF : Soalnya aku nggak paham mbak. Dulu-
dulunya ndak pernah ada pelajaran gitu. Yach baru
disekolah ini aku ngerti ada pelajaran gitu. Dadine
yo aku nggak ngerti, terus dapat nilai 35 itu.( CHW:
1.5.19)”
Sejalan dengan subjek RF, wali kelas subjek juga
menambahkan bahwa ada beberapa mata pelajaran subjek
86
RF yang kurang saat ulangan harian bersama, namun ada
pelajaran yang mempunyai nilai bagus, salah satunya
agama. Berikut pernyataan wali kelas subjek:
“S : Sepertinya agama yaaa,, kebetulan yang
megang mata pelajaran agamakan saya. Waktu saya
check-check nilai agamanya itu selalu tinggi-tinggi,
kayak fiqih, aqidah akhlak gitu mbak. Sebentar-
sebentar saya ambilin nilainya dulu (berdiri dan
menuju loker untuk mengambil daftar nilai,
kemudian duduk kembali). Ini loh mbak nilainya
(sambil menunjukkan ke nama subjek). Tuuuh kan
bagus. Kayaknya kalau pelajaran agama gitu bisa
dibuat bahan pelajaran bagi dia mbak. Bisa jadi ada
pada BAB-BAB tertentu yang sama dengan
kesehariannya, terus dia tertarik untuk
mempelajarinya.(CHW: 2.1.20)”
2. Perhatian atau minat
Menurut subjek RF ada pelajaran yang tidak ia
sukai, seperti pada mata pelajaran matematika. Menurutnya
pelajaran matematika itu susah. Dan subjek RF tidak suka
dengan hitung-hitungan. Berikut pernyataan subjek:
“I : Kalau pelajaran yang tidak disukai apa?
RF : Matematika mbak
I : Kenapa?
RF : Soalnya sulit banget mbak,,, aku ndak suka
itung-itungan.( CHW: 1.5.8)”
Begitu juga dengan pernyataan wali kelas subjek:
“S : Umum lebih banyak mbak, kayak matematika.
Mungkin dianya tidak seberapa suka dengan hal-hal
yang berbau hitungan. Jadi agak kesulitan untuk
memperoleh nilai yang bagus.(CHW: 2.1.19)”
Subjek RF lebih senang mempelajari pelajaran-
pelajaran tentang agama seperti fiqih dan aqidah akhlaq.
87
Menurutnya mata pelajaran tersebut mudah untuk dipelajari
dan ada yang sesuia dengan keadaan dirinya. Seperti
pernyataan subjek berikut:
“I : kamu paling suka dengan pelajaran apa?
RF : Agama, kayak akidah akhlak, fiqih
I : Kenapa?
RF : Soalnya itu pelajarannya mudah, terus kadang-
kadang gitu sama kayak sehari-hari ku mbak.jadi
aku bisa ngerti harus apa.( CHW: 1.5.6)”
Dan pernyataan dari wali kelas subjek:
“S : Sepertinya agama yaaa,, kebetulan yang
megang mata pelajaran agamakan saya. Waktu saya
check-check nilai agamanya itu selalu tinggi-tinggi,
kayak fiqih, aqidah akhlak gitu mbak. Sebentar-
sebentar saya ambilin nilainya dulu (berdiri dan
menuju loker untuk mengambil daftar nilai,
kemudian duduk kembali). Ini loh mbak nilainya
(sambil menunjukkan ke nama subjek). Tuuuh kan
bagus. Kayaknya kalau pelajaran agama gitu bisa
dibuat bahan pelajaran bagi dia mbak. Bisa jadi ada
pada BAB-BAB tertentu yang sama dengan
kesehariannya, terus dia tertarik untuk
mempelajarinya.(CHW: 2.1.20)”
3. Bakat
Selain pada bidang akdemik, subjek RF mempunyai
kemampuan untuk menulis sebuah puisi atau cerpen.
Subjek RF mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang
penulis atau novelis. Berikut pernyataan dari subjek:
“I : Berbicara soal cita-cita,,, kenapa kamu ingin
jadi novelis?
RF : katanya temenku tulisan ku sama puisi yang
aku bikin bagus e mbak. Terus aku juga suka nulis-
nulis gitu. Makanya aku pengen jadi novelis.(
CHW: 1.5.37)”
88
Subjek RF mempunyai cita-cita sebagai novelis
terkenal. subjek RF selalu menulis kejadian-kejadian yang
sering dia alami. Pernyataan subjek:
“I : Kalau seandainya kamu nanti beneran menjadi
novelis. Amin. Cerita-cerita apa yang akan kamu
terbitkan?
RF : Cerita apa yach??? Emmm... aku itu biasanya
suka nulis-nulis kejadian yang pernah aku alami.
kadang tagh jadiin puisi juga. Jadi cita-citaku
pengen jadi novelis terkenal.( CHW: 1.5.38)”
Teman-teman dari subjek RF juga sering meminta
subjek untuk membuatkan kan sebuah puisi. Seperti
pernyataan subjek:
“I : Teman-teman kamu yang dikelas tau?
RF : Tahuuu... wong mereka gitu kadang-kadang
minta dibuatin puisi sama aku. Yowez tagh buatin
mbak(CHW: 1.5.39)”
Subjek RF sering membuat puisi tentang cinta, hal
ini berkaitan dengan teman dekat (kekasihnya). Berikut
pernyataan subjek:
“I : Puisi tentang apa yang sering kamu tulis?
RF : Cinta mbak,,, hehehe.
I : Terinspirasi dari pacar kamu ini?
RF : Hehehe,,, Iya.( CHW: 1.5.40)”
Selain mempunyai bakat pada bidang menulis,
subjek RF juga mempunyai bakat pada bidang OSIS.
Subjek RF juga tercatat sebagai siswi yang aktif dalam
bidang keorganisasian sekolah yaitu OSIS. Dia menjabat
sebagai anggota ketertiban. Seperti pernyataan subjek:
89
“I : Di OSIS jadi bagian apa?
RF : Seksi ketertiban,,, jadi nertibin anak-anak
yang mau shalat gitu mbak.(CHW: 1.3.38)”
Begitu pula dengan pernyataan wali kelas subjek:
“Oohh yah, dia itu aktif berorganisasi mbak. Di
sekolah ikut OSIS, terus ekstra pramuka kalau ndak
salah mbak. Ndak apa-apa mencari kesibukan biar
tidak terlalu terbebani oleh situasinya dirumah ya
mbak. Hehehe(CHW: 2.1.12)”
4. Motivasi
Wali kelas subjek mempunyai keyakinan bahwa subjek
RF dapat memperoleh prestasi yang baik meskipun dalam
keadaan tertekan. Sehingga wali kelas subjek RF selalu
memberikan motivasi untuk subjek. Berikut pernyataan
wali kelas subjek:
“S : Iya betul sekali mbak. Meskipun subjek
mengalami banyak tekanan baik fisik atau psikisnya
yang paling utama adalah subjek harus bisa
menumbuhkankeyakinan, kepercayaan dirinya lagi
untuk bangkit dan jangan sampai mengganggu
sekolahnya. Itu yang paling penting mbak. Saya
juga tidak ingin melihat anak-anak murid saya
sampai menurun prestasiny. Sebenarnya saya
kasihan melihat keadaan subjek, bahkan kalau bisa
saya mau subjek dipindahkan keasrama. Tapi
sekarang yang hanya bisa saya lakukan adalah
memberi dukungan motivasi dan selalu memantau
perkembangan belajar subjek.(”
Subjek RF juga merasa mempunyai motivasi untuk
bersemangat dalam belajar karena ada yang masih
memperhatikannya. Berikut pernyataan subjek:
“I : Siapa yang selalu memotivasi kamu untuk
semangat bealajar???
RF : Ibu, dia (kekasih), sama Miss Selly. Jadi aku
seneng masih ada yang perhatian.(CHW: 1.5.4)”
90
Teman dekat juga dapat membawa dampak positif.
Subjek RF dan teman dekatnya tersebut mempunyai
tantangan untuk mendapatkan prestasi terbaik diantara
mereka berdua. Tantangan tersebut membuat subjek RF
termotivasi untuk belajar. berikut pernyataan subjek:
“RF : Dia itu bisa ngertiin aku, pinter, suka
ngajarain aku soal agama-agama gitu. Jadi aku bisa
tau banyak tentang agama. Terusan kan dia pinter
yo mbak. De’e pernah ngasih tantangan sama aku.
“ayooo sopo seng entok peringkat seng paling apik
semester iki”. Terusan aku terima tantangannya dia.
Aku juga pengen membuktikan sama dia klo aku
juga bisa punya peringkat bagus.( CHW: 1.5.41)”
Subjek RF merasa yakin bahwa dia harus bisa
berprestasi untuk membuktikan kepada kedua orang tua
terutama ibu bahwa dia juga dapat memperoleh prestasi di
sekolah. Berikut pernyataan dari subjek:
“RF : Ibu. Soalnya meskipun ibuku jauh, tapi ibu
masih suka nanya-nanya gimana disekolah?
Jadinyanya aku pengen nunjukkin ke ibu aku bisa
berprestasi.( CHW: 1.5.42)”
5. Kematangan
Awalnya wali kelas subjek RF heran dengan prestasi
yang didapat oleh subjek RF, menurut wali kelas subjek
sebelum subjek RF mengdapatkan masalah. Dia adalah
anak yang biasa saja seperti anak-anak lain. Nilainya pun
rata-rata. Namun, setelah kejadian itu tiba-tiba subjek
91
mengalami perubahan dan mendapatkan peringkat
pertama pada UTS. Berikut pernyataan wali kelas subjek:
Bagus mbak prestasinya. Awalnya saya juga heran,
kan sebelum adanya kasus yang kemarin itu
nilainya biasa-biasa saja, yah rata-rata lah mbak.
Terus setelah kemarin itu, nilainya kok semakin
bagus. Saya juga heran. Apa sebabnya? Kemarin
UTS saja dapat peringkat pertama dia. Saya terus
berikan dia motivasi. Karena kita tahu yah? Dari
keluarpun juga sudah ndak mungkin. Mereka sama-
sama cuek dengan subjek. Jadi saya sebagai wali
kelas juga harus bisa memberikan motivasi kepada
murid saya.( CHW: 2.1.13)”
Ketika dirumah subjek RF selalu menyempatkan
membaca buku pelajaran yang besok akan dipelajarinya
disekolah. Seperti pernyataan subjek berikut:
“I : Belajar ketika ada tugas dari sekolah apa
kalau tidak ada tugas juga tetap belajar???
RF : kalau ada tugas belajar, kalau ndak ada tugas
yang tetap belajar. jadi disempetin baca sebentar
pelajaran besok, biar paham dikit-dikit.(CHW:
1.5.13)”
Subjek berusaha untuk mempertahankan prestasinya
dengan selalu belajar. Berikut pernyataan subjek:
“I : Kalau nilai belajar kamu turun bagaimana???
RF : Berusaha yang lebih giat lagi supaya dapat
nilai yang bagus mbak...( CHW: 1.5.17)”
6. Kepribadian
Bagi subjek tidak ada persaingan antara dirinya dengan
teman-teman untuk mendapatkan prestasi yang terbaik.
Menurut subjek, ia hanya berusaha sebaik mungkin.
Berikut pernyataan subjek :
92
“Aku ndak merasa tersaingin,,, aku belajar aja yang
tekun, yang rajin. Biarin aja kalau mereka punya
nilai bagus, yang penting aku sudah
berusaha.(CHW: 1..5.35)”
Hal ini dinyatakan pula oleh wali kelas subjek :
“Sejauh ini kayaknya ndak yah mbak. Dia bisa-
biasa saja kayaknya.(CHW: 2.1.15)”
Hubungan kuat antara konsep diri dengan prestasi
belajar. Siswa yang memiliki konsep diri positif,
mempengaruhi prestasi yang baik di sekolah. Berikut
pernyataan wali kelas subjek :
“Selain itu mbak. Dari dalam dirinya subjek RF ini
ada kemauan, kepercayaan dirinya sudah mulai
tumbuh. Bahwa ia yakin kalau bisa punya prestasi
yang bagus meskipun dia dalam kondisi yang tidak
seperti anak-anak lain alami.(CHW: 2.1.14)”
Subjek memandang dirinya sebagai seorang yang ideal,
ia tidak mau lemah didepan semua orang. Subjek ingin
membuktikan bahwa ia dapat memperoleh prestasi baik.
2) Faktor Eksogen
a. Keluarga
Subjek merasa hubungannya dengan keluarga kini semakin
jauh, semua anggota keluarganya sudah tidak pernah
memperhatikannya seperti dahulu. Nenek, tante bahkan om
dari subjek pun kini pernah melakukan kekerasan terhadap
dirinya. Berikut pernyataan subjek :
“Ndak ada,,, sendiri aja. Aku simpan sendiri semua
permasalahanku. Tante sama Om ku sama-sama jahat
93
semua. Aku ndak suka sama mereka. Mereka loh juga
pernah mukulin aku mbak.(CHW: 1.4.38)”
Ia merasa sendiri ketika berada di rumah. Hari-harinya
hanya dilakukan didalam kamar oleh subjek. Saat kakek masih
hidup ia lebih bahagia karena masih ada yang
memperhatikannya. Seperti pernyataan subjek:
“Seperti anak yang tidak diharapkan sama orang tuanya.
Selalu ngerasa kesepian, padahal aku masih punya
keluarga dirumah mbak. Ake pengen e yaaa??? Apa,,,
bisa berubah gitu loh mbak.(CHW: 1.4.52)”
Antara subjek dan keluarga kurang adanya kedekatan.
Subjek mempunyai prestasi baik atau tidak anggota keluarga
tidak pernah menanyakan. Hanya ibunya saja yang selalu
bertanya bagaimana peningkatan prestasi akademik subjek.
Seperti pernyataan subjek :
“Ndak pernah nyuruh belajar, mereka cuek, aku belajar
karena keinginanku sendiri. Mereka ndak peduli mau
belajar apa ndak...(CHW: 1.5.27)”
Antara subjek dan keluarga kurang adanya kedekatan.
Subjek mempunyai prestasi baik atau tidak anggota keluarga
tidak pernah menanyakan. Hanya ibunya saja yang selalu
bertanya bagaimana peningkatan prestasi akademik subjek.
Seperti pernyataan subjek :
“Ndak pernah nyuruh belajar, mereka cuek, aku belajar
karena keinginanku sendiri. Mereka ndak peduli mau
belajar apa ndak...(CHW: 1.5.27)”
94
Subjek menyatakan bahwa suasana rumah setiap saat selalu
ramai. Karena setiap hari selalu ada pertengkaran dengan salah
satu anggota keluarga :
“Rame mbak,,, semua orang dirumah itu suka marah-
marah. Kalau ngomong gitu sambil bentak-bentak. Aku
kadang gitu ndak betah kalau ada dirumah mbak.(CHW:
1.4.29)”
Nenek subjek juga menyatakan keadaan yang sama :
“Yaahhh ramai... setiap hari kalau ndak berantem gitu
kayaknya ndak enak.(CHW: 3.1.46)”
Waktu subjek untuk bercengkrama dengan semua anggota
keluarga tidak ada. Subjek lebih sering didalam kamar,
menurutnya ketika subjek ikut bercengkrama ia merasa banyak
yang tidak suka dengan kehadiran dirinya :
“Ndak pernah, ngobrol aja jarang mbak. Mereka itu
cuek, apalagi ayah malah cuek gitu. Nanti kalau lagi
diruang tamu gitu, adik garai aku. Terus nanti ribut-
ribut,,, yawdah mendingan aku dikamar aja
mbak.(CHW: 1.4.54)”
Apabila subjek memiliki sebuah keinginan, ia biasanya
lebih banyak diam. Karena ia sadar keinginannya tidak akan
didengar. Subjek hanya menyampaikan keinginannya kepada
ibunya. Seperti pernyataan subjek :
“Eemmm,,, bilang sama ibu,,, terus nanti kalau ibu
pulang baru dikasih(CHW: 1.4.55)”
Ketika ayah subjek marah, subjek sangat ketakutan. Karena
suara ayah subjek saat marah sangat keras sekali. Seperti yang
dinyatakan oleh subjek sendiri :
95
“Tinggi mbak,,, diluar aja sampe kedengeran kalau lagi
marah-marah(CHW: 1.4.31)”
b. Faktor Sekolah
Dukungan terus diberikan oleh guru-guru. Setelah
mengetahui bagaimana latar belakang keluarga dan apa
yang selalu dilakukan terhadap subjek. Mereka ingin subjek
mempunyai prestasi yang baik meskipun ia dalam kondisi
tertekan. Wali kelas subjek memberikan pernyataan :
“Saya terus berikan dia motivasi. Karena kita tahu
yah? Dari keluarpun juga sudah ndak mungkin.
Mereka sama-sama cuek dengan subjek. Jadi saya
sebagai wali kelas juga harus bisa memberikan
motivasi kepada murid saya.(CHW: 2.1.13)”
Subjek menambahkan pernyataannya:
I : Seneng ndak kamu banyak yang memperhatikan?
RF : Seneng mbak,,, meskipun dirumah sering
tertekan. Tapi disini aku masih ada orang-orang
yang mau memperhatikan aku, kayak Miss selly
sama dia.( CHW: 1.5.43)”
c. Faktor Lingkungan Lain
Selain wali kelas, teman dekat (kekasih) subjek juga
selalu memberikan sikap positif kepadanya. Dia juga
memberikan tantangan kepada subjek. Seperti pernyataan
subjek :
“Sekarang sudah ada yang mau peduli sama aku,
meskipun itu bukan keluargaku. Ada temen dekat
(kekasih) dan Miss Selly yang selalu ngasih aku
semangat meskipun aku punya masalah sama
keluarga.(CHW: 1.5.23)”
Dan pernyataan wali kelas subjek:
“Oohhh iya tah? Malahan saya baru tau dari mbak
ini kalau ternyata ada tantangan seperti itu? Bagus
96
berarti. Itu berarti bisa membuat sikap positif bagi
subjek RF. Selain itu mbak. Dari dalam dirinya
subjek RF ini ada kemauan, kepercayaan dirinya
sudah mulai tumbuh. Bahwa ia yakin kalau bisa
punya prestasi yang bagus meskipun dia dalam
kondisi yang tidak seperti anak-anak lain alami.(
CHW: 2.1.14)”
Menurut wali kelas subjek, aktivitas-ativitas yang
yang dilakukan oleh subjek bisa jadi menjadi obat dari
tekanan yang dirasakan oleh subjek ketika berada di rumah.
Pernyataan wali kelas subjek:
“I : Kenapa kamu suka berorganisasi? Contohnya
kayak OSIS gini?
RF : Iyaaa... gpp mbak aku seneng aja. Jadinya bisa
ngilangin sedih-sedih. Kan bisa ketawa-ketawa
sama anak-anak.(CHW: 1.3.41)”
Wali kelas subjek menambahkan bahwa ketika
subjek dapat terus aktif berorganisasi, maka subjek RF
juga akan dapat mengembalikan interaksi sosial dengan
teman atau lingkungan sekitarnya. Berikut pernyataan wali
kelas subjek:
“I : Juga bisa membuat subjek lebih mudah
berinteraksi Bu...
S : Betul,,, berorganisasikan harus bertemu dengan
banyak orang, berinteraksi. Mungkin bisa juga dapat
mengubah interaksi sosial subjek dengan
lingkungan ya mbak.( CHW: 2.1.14)”
2. Hasil Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian tanda-tanda
kekerasan, penyebab kekerasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi akademik. Berikut adalah tanda-tanda, penyebab dan faktor
97
akademik yang dapat dilihat dari hasil wawancara, observasi serta
dokumen-dokumen:
a. Tanda-tanda child abuse
1) Tanda kekerasan fisik
Kekerasan fisik yang dilakukan oleh ayah meninggalkan
bekas luka membiru pada tubuh subjek RF. Benda atau alat-alat
yang digunakan seperti sapu, sandal, dll. Pukulan yang
ditujukan kepada subjek RF, terkadang ada yang membekas
pada bagian-bagian tubuh subjek RF seperti; paha, punggung,
dan juga tangan. Selain itu subjek RF juga menambahkan
bahwa ia pernah ditendang oleh sang ayah.
Subjek RF selalu mengikuti apapun perintah dari ayahnya.
Karena ketika ia menolak perintah ayahnya maka subjek akan
dipukul. Misalnya ditapuk (dipukul mulut).
Subjek RF tidak berani melawan ayah. Dikarenak ketika
subjek RF mencoba melawan, maka sang ayah akan terus
memukul subjek RF.
2) Tanda kekerasan penelarantaran
Subjek RF tidak mengalami tindak kekerasan penelantaran.
Karena dari data absensi disekolah subjek RF tidak banyak
melakukan absensi.
Hanya saja subjek RF memang dilarang oleh ayahnya untuk
keluar dari rumah, subjek RF hanya boleh keluar dari rumah
98
ketika sekolah dan tidak boleh bermain dengan teman-
temannya.
3) Tanda kekerasan seksual
Meskipun subjek RF mengalami beberapa tindak kekerasan
hingga meninggalkan bekas luka maupun psikis. Namun,
Subjek RF tidak pernah pengalami kekerasan seksual oleh
siapapun.
4) Tanda kekerasan emosional
Subjek RF cenderung lebih suka menyendiri ketika berada
disekolah. Subjek RF beberapa kali terlihat kemana-mana
sendiri.
Subjek RF beberapa kali dibentak-bentak oleh ayah, bahkan
kata-kata kasar pernah dilontarkan kepadanya.
b. Penyebab terjadinya child abuse
3) Faktor Ekonomi
Menurut subjek RF dahulunya keluarga dari
ayahnya adalah keluarga yang berada (mampu). Namun,
ketika kakek subjek sakit keluarga membutuhkan banyak
biaya untuk pengobatan kakek subjek.
Subjek RF bercerita bahwa setelah keluarga
berupaya membiayai seluruh pengobatan kakeknya, namun
pada tahun 2005 kakek subjek meninggal dunia. Semenjak
itu keluarga subjek berusaha dengan keras untuk
menghidupi keluarganya.
99
Menurut nenek subjek, ayah subjek mau tidak mau
harus bekerja keras untuk menghidupi kedua anaknya.
Karena sekarang ini kebutuhan semakin naik dan anak
harus sekolah.
Ayah subjek harus berganti-ganti pekerjaan untuk
mendapatkan gaji yang bisa mencukupi dia dan
keluarganya.
4) Masalah keluarga
Saat itu subjek RF masih berusia 6 tahun, ia dan
orang tuanya sebelumnya tinggal disalah satu desa di
Kediri. Setelah kelahiran anak keduanya yaitu RK, ibu
subjek memutuskan untuk bekerja sebagai TKW di luar
negeri. Selama ibu subjek bekerja menjadi TKW di
Malaysia, akhirnya subjek, adik, dan ayah subjek pindah ke
kota Surabaya. Di sini ia tinggal bersama dengan nenek dari
ayah.
Ibu subjek terpaksa harus bekerja sebagai TKW
untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Ibu
subjek harus meninggalkan kedua anaknya yang masih
kecil. Subjek RF saat itu usianya masih 6 tahun, sedangkan
adiknya masih berusia 1 tahun. Meskipun ibu subjek berada
di tempat yang jauh, beliau selalu menyempatkan waktu
untuk berkomunikasi dengan anak dan keluarganya yang
100
ada di Indonesia. Meskipun hanya satu minggu sekali
ataupun satu bulan sekali.
Setelah memutuskan untuk pindah ke Surabaya saat
sang ibu bekerja di Malaysia. Subjek RF mulai merasakan
ada perubahan yang terjadi dalam diri sang ayah. Ayahnya
mulai jarang pulang ke rumah. Subjek pun tidak mengerti
jelas kenapa sang ayah tidak pernah pulang.
Jarangnya ayah pulang kerumah juga diikuti dengan
perubahan tingkah laku. Ayah subjek sudah berani
membawa wanita lain untuk pulang ke rumah subjek.
Bahkan dari pernyataan subjek, ia pernah diajak untuk
menemani ayahnya menemui wanita simpanannya ke
tempat lokalisasi “Dolly”. Menurut penjelasan dari subjek
ia tidak disuruh apa-apa oleh ayahnya, ia hanya diminta
untuk menunggu ayahnya di sebuah warkop dekat losmen
tersebut. ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh ayahnya
didalam bersama wanita tersebut.
Menurut subjek RF, sang ayah tidak hanya berani
berselingkuh dengan wanita lain. Tetapi juga sudah mulai
bermain judi dan minum-minuman keras. Siang itu subjek
RF menemukan botol-botol minuman keras disamping
rumah.
101
a) Hubungan orang tua - anak
Hubungan subjek dengan ayahnya pun kini semakin
menjauh semenjak ayahnya jarang pulang ke rumah dan
sering melakukan tindak kekerasan terhadap dirinya
b) Hubungan dengan nenek
Jarak kedekatan subjek dan nenek pun juga tidak
terlalu dekat. Meskipun selama ini yang membantu
merawat subjek dan adik adalah sang nenek.
Alasan subjek tidak terlalu dekat dengan nenek
adalah nenek selalu bersikap tidak adil kepadanya. Subjek
merasa nenek hanya memperhatikan adiknya saja.
c) Hubungan subjek dengan adik
Subjek tidak terlalu dekat dengan semua anggota
keluarganya, termasuk dengan adik subjek. Subjek sering
bertengkar dengan adiknya.
d) Adanya kecemburuan dengan adik
Jarak antara subjek dengan adiknya berkisar antara
3 tahun. Awalnya subjek menerima dan bahagia akan
kehadiran adiknya.
Kedekatan subjek dan adiknya semakin menjauh. Ia
merasa cemburu terhadap perlakuan ayah dan nenek
terhadap adiknya.
e) Faktor orang tua
Nenek subjek RF pernah bercerita kepada subjek
RF bahwa latar belakang keluarga ayah adalah keluarga
102
yang keras. Bapak dari ayah subjek sering menghukum
ayah subjek ketika ayah subjek melakukan kesalahan.
Menurut nenek subjek RF, ayah dari subjek RF ini
berbeda dengan kedua anak-anaknya. Ayah subjek RF
adalah anak yang cenderung manja.
Selain riwayat keluarga ayah yang keras, beberapa
kali subjek pernah melihat ayahnya sedang meminum-
minuman keras didepan rumahnya.
c. Prestasi akademik
1) Faktor Endogen
a. Psikis
1. Intelegensi atau Kemampuan
Wali kelas subjek RF yakin bahwa sebenarnya
subjek RF mempunyai kemampuan untuk dapat dapat
memahami setiap mata pelajaran, namun harus selalu
diberikan bimbingan.
Wali kelas subjek RF kebiasaan subjek ketika
dikelas adalah sering melamun. Wali kelas subjek RF
sering memergoki subjek sedang melamun. Hal ini juga
dapat menghambat pemahaman dalam pelajaran.
Terlihat dari beberapa nilai yang dimiliki oleh
subjek saat melaksanakan ulangan, baik nilai ulangan
harian ataupun nilai ulangan bersama. Subjek RF
menunjukkan hasil nilai mata pelajaran aswaja yang
mendapatkan nilai 30.
103
Subjek RF mengaku bahwa ia tidak bisa
mengerjakan ulangan tersebut karena ia tidak paham dan
baru mempelajarinya ketika masuk di sekolah menengah
pertama ini.
Sejalan dengan subjek RF, wali kelas subjek juga
menambahkan bahwa ada beberapa mata pelajaran subjek
RF yang kurang saat ulangan harian bersama, namun ada
pelajaran yang mempunyai nilai bagus, salah satunya
agama.
2. Perhatian atau minat
Menurut subjek RF ada pelajaran yang tidak ia
sukai, seperti pada mata pelajaran matematika. Menurutnya
pelajaran matematika itu susah. Dan subjek RF tidak suka
dengan angka-angka.
Subjek RF lebih senang mempelajari pelajaran-
pelajaran tentang agama seperti fiqih dan aqidah akhlaq.
Menurutnya mata pelajaran tersebut mudah untuk dipelajari
dan ada yang sesuai dengan keadaan dirinya.
3. Bakat
Selain pada bidang akdemik, subjek RF mempunyai
kemampuan untuk menulis sebuah puisi atau cerpen.
Subjek RF mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang
penulis atau novelis.
104
Subjek RF mempunyai cita-cita sebagai novelis
terkenal. subjek RF selalu menulis kejadian-kejadian yang
sering dia alami.
Teman-teman dari subjek RF juga sering meminta
subjek untuk membuatkan kan sebuah puisi. Subjek RF
sering membuat puisi tentang cinta, hal ini berkaitan
dengan teman dekat (kekasihnya).
Selain mempunyai bakat pada bidang menulis,
subjek RF juga mempunyai bakat pada bidang
kepramukaan. Subjek RF adalah seorang siswi yang aktif
mengikuti kegiatan pramuka.
Subjek RF juga tercatat sebagai siswi yang aktif
dalam bidang keorganisasian sekolah yaitu OSIS. Dia
menjabat sebagai anggota ketertiban.
4. Motivasi
Wali kelas subjek mempunyai keyakinan bahwa subjek
RF dapat memperoleh prestasi yang baik meskipun dalam
keadaan tertekan. Sehingga wali kelas subjek RF selalu
memberikan motivasi untuk subjek.
Subjek RF juga merasa mempunyai motivasi untuk
bersemangat dalam belajar karena ada yang masih
memperhatikannya.
Teman dekat juga dapat membawa dampak positif.
Subjek RF dan teman dekatnya tersebut mempunyai
105
tantangan untuk mendapatkan prestasi terbaik diantara
mereka berdua. Tantangan tersebut membuat subjek RF
termotivasi untuk belajar.
Subjek RF merasa yakin bahwa dia harus bisa
berprestasi untuk membuktikan kepada kedua orang tua
terutama ibu bahwa dia juga dapat memperoleh prestasi di
sekolah.
5. Kematangan
Awalnya wali kelas subjek RF bingung dengan prestasi
yang didapat oleh subjek RF, menurut wali kelas subjek
sebelum subjek RF mengdapatkan masalah. Dia adalah
anak yang biasa saja seperti anak-anak lain. Nilainya pun
rata-rata. Namun, setelah kejadian itu tiba-tiba subjek
mengalami perubahan dan mendapatkan peringkat
pertama pada UTS.
Ketika dirumah subjek RF selalu menyempatkan
membaca buku pelajaran yang besok akan dipelajarinya
disekolah.
Subjek berusaha untuk mempertahankan prestasinya
dengan selalu belajar walaupun tidak diperintahkan oleh
orang tuanya.
106
6. Kepribadian
Bagi subjek tidak ada persaingan antara dirinya dengan
teman-teman untuk mendapatkan prestasi yang terbaik.
Menurut subjek, ia hanya berusaha sebaik mungkin.
Hubungan kuat antara konsep diri dengan prestasi
belajar. Siswa yang memiliki konsep diri positif,
mempengaruhi prestasi yang baik di sekolah.
Subjek memandang dirinya sebagai seorang yang ideal,
ia tidak mau lemah didepan semua orang. Subjek ingin
membuktikan bahwa ia dapat memperoleh prestasi baik.
2) Faktor Eksogen
a. Keluarga
Subjek merasa hubungannya dengan keluarga kini semakin
jauh, semua anggota keluarganya sudah tidak pernah
memperhatikannya seperti dahulu. Nenek, tante bahkan om
dari subjek pun kini pernah melakukan kekerasan terhadap
dirinya.
Ia merasa sendiri ketika berada di rumah. Hari-harinya
hanya dilakukan didalam kamar oleh subjek. Saat kakek masih
hidup ia lebih bahagia karena masih ada yang
memperhatikannya.
Antara subjek dan keluarga kurang adanya kedekatan.
Subjek mempunyai prestasi baik atau tidak anggota keluarga
107
tidak pernah menanyakan. Hanya ibunya saja yang selalu
bertanya bagaimana peningkatan prestasi akademik subjek.
Antara subjek dan keluarga kurang adanya kedekatan.
Subjek mempunyai prestasi baik atau tidak anggota keluarga
tidak pernah menanyakan. Hanya ibunya saja yang selalu
bertanya bagaimana peningkatan prestasi akademik subjek.
Subjek menyatakan bahwa suasana rumah setiap saat selalu
ramai. Karena setiap hari selalu ada pertengkaran dengan salah
satu anggota keluarga
Waktu subjek untuk bercengkrama dengan semua anggota
keluarga tidak ada. Subjek lebih sering didalam kamar,
menurutnya ketika subjek ikut bercengkrama ia merasa banyak
yang tidak suka dengan kehadiran dirinya.
Apabila subjek memiliki sebuah keinginan, ia biasanya
lebih banyak diam. Karena ia sadar keinginannya tidak akan
didengar. Subjek hanya menyampaikan keinginannya kepada
ibunya.
Ketika ayah subjek marah, subjek sangat ketakutan. Karena
suara ayah subjek saat marah sangat keras sekali.
b. Faktor Sekolah
Dukungan terus diberikan oleh guru-guru. Setelah
mengetahui bagaimana latar belakang keluarga dan apa
yang selalu dilakukan terhadap subjek. Mereka ingin subjek
108
mempunyai prestasi yang baik meskipun ia dalam kondisi
tertekan.
c. Faktor Lingkungan Lain
Selain wali kelas, teman dekat (kekasih) subjek juga
selalu memberikan sikap positif kepadanya. Dia juga
memberikan tantangan kepada subjek.
Menurut wali kelas subjek, aktivitas-ativitas yang
yang dilakukan oleh subjek bisa jadi menjadi obat dari
tekanan yang dirasakan oleh subjek ketika berada di rumah.
Wali kelas subjek menambahkan bahwa ketika
subjek dapat terus aktif berorganisasi, maka subjek RF juga
akan dapat mengembalikan interaksi sosial dengan teman
atau lingkungan sekitarnya. Subjek RF merasa senang
apabila banyak kegiatan yang dia ikuti di sekolah.
C. Pembahasan
1. Tanda-tanda anak Mengalami Child Abuse
Menurut Emmy (2007) Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(http://www.kpai.go ) kekerasan terhadap anak terbagi atas; kekerasan
fisik, penelantaran, kekerasan seksual, dan kekerasan emosional.
Tanda-tanda anak yang mengalami kekerasan fisik seperti; Mengalami
luka bakar, gigitan, lebam, patah tulang, mata bengkak menghitam
tanpa sebab. Tanda-tanda kekerasan penelantaran seperti; Sering
absen sekolah, Meminta-minta/mencuri uang dan makanan, Sering
dalam keadaan kotor dan berbau, Tak berpakaian yang
109
sewajarnya/secukupnya sesuai musim. Tanda-tanda kekerasan
kekerasan seksual seperti; Kesulitan saat duduk dan berjalan,
Menunjukkan pengetahuan dan tingkah laku yang berbau seksual yang
tak sewajarnya dan tak sesuai dengan usianya, Menjadi hamil, atau
mengidap penyakit seksual terutama di bawah usia 14 tahun, Lari dari
rumah. Sedangkan tanda-tanda kekerasan emosional seperti; caian,
kata-kata kasar, menunjukkan tingkah laku yang ekstrim, terlalu
menuntut, terlalu mencela, terlalu pasif atau terlalu agresif.
Beberapa macam tindak kekerasan dan tanda-tanda kekerasan
berdasarakan teori diatas, subjek hanyak mengalami kekerasan fisik
dan kekerasan emosional (verbal). Sedangkan pada tindakan kekerasan
seksual dan penelantaran tidak terjadi pada subjek RF. Kekerasan fisik
yang terjadi pada subjek RF ditandai dengan adanya beberapa luka
lebam membiru bekas pukulan pada bagian tubuh subjek. Diantaranya
ada pada paha, punggung dan tangan subjek. Peneliti tidak bisa
mendapatkan bukti foto luka lebam yang ada di bagian tubuh subjek,
dikarenakan subjek menolak untuk diambil gambar. Subjek RF
berdalih bahwa area bekas luka lebam itu ada pada bagian tubuh yang
terlarang. Dan pada tindakan kekerasan emosional (verbal) ditandai
dengan adanya cacian, kata-kata kasar yang sempat terlontar kepada
subjek RF.
110
2. Penyebab anak Mengalami Child Abuse
Menurut M. Mahmud (2000) Faktor-faktor yang mendorong atau
menyebabkan terjadinya kekerasan yang dilakukan terhadap anak-
anak, yaitu:
Faktor Ekonomi
Kemiskinan yang dihadapi sebuah keluarga seringkali
membawa keluarga tersebut pada situasi kekecewaan yang pada
gilirannya menimbulkan kekerasan. Hal ini biasanya terjadi pada
keluarga-keluarga dengan anggota yang sangat besar. Problematika
finansial keluarga yang memprihatinkan atau kondisi keterbatasan
ekonomi dapat menciptakan berbagai macam masalah baik dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pendidikan, kesehatan,
pembelian pakaian, pembayaran sewa rumah yang kesemuanya
secara relatif dapat mempengaruhi jiwa dan tekanan yang
seringkali akhirnya dilampiaskan terhadap anak-anak.
Masalah Keluarga
Hal ini lebih mengacu pada situasi keluarga, khusunya
hubungan orang tua yang kurang harmonis. Sikap orang tua yang
tidak menyukai anak-anak, pemarah dan tidak mampu
mengendalikan emosi juga dapat menyebabkan terjadinya
kekerasan pada anak-anak. Bagi para orang tua yang memiliki anak
bermasalah seperti : cacat fisik atau mental acapkali kurang dapat
111
mengendalikan kesabarannya sewaktu menjaga atau mengasuh
anak-anak mereka, sehingga mereka juga terbebani atas kehadiran
anak-anak tersebut dan tidak jarang orang tua menjadi kecewa dan
frustasi.
Faktor Perceraian
Perceraian dapat menimbulkan problematika kerumahtanggaan
seperti persoalan hak perlindungan anak, pemberian kasih sayang,
pemberian nafkah dan sebagainya.
Kelahiran Anak di Luar Nikah
Tidak jarang sebagai akibat adanya kelahiran anak di luar nikah
menimbulkan masalah antara kedua orang tua anak. Belum lagi
jika melibatkan pihak keluarga dari pasangan tersebut. akibatnya
anak akan banyak menerima perlakuan yang tidak menguntungkan
sepert : anak merasa disingkirkan, harus menerima perilaku
diskriminatif, tersisih atau disisihkan oleh keluarga bahkan harus
menerima perilaku yang tidak adil dan bentuk kekerasan lainnya.
Menyangkut Permasalahan Jiwa atau Psikologis
Dalam berbagai kajian psikologis disebutkan bahwa orang tua
yang melakukan tindak kekerasan atau penganiayaan terhadap
anak-anak adalah mereka yang memiliki problem psikologis.
Mereka senantiasa berada pada situasi kecemasan dan tertekan
akibat depresi atau stres. Secara tipologi ciri-ciri psikologis yang
menandai situasi tersebut anatar lain: adanya perasaan rendah diri,
112
harapan yang bertolak belakang dengan kondisinya dan kurangnya
pengetahuan tentang bagaiamana cara mengasuh anak yang baik.
Tidak Memiliki Pendidikan atau Pengetahuan Agama yang
Memadai
Faktor pendidikan dan pengetahuan agama sangat menunjang
seseorang untuk berbuat semestinya. Individu yang tidak memiliki
pengetahuan tentang pengasuhan anak akan kesulitan bahkan salah
dalam memperlakukan anka. Begitu juga peranan agama sebagai
pembimbing dalam bertindak. Pengetahuan agama yang memadai
akan mendorong seseorang untuk tidak berbuat aniaya kepada
seorang anak.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya
Child Abuse subjek RF, dipengaruhi enam faktor yaitu faktor ekonomi,
masalah keluarga, faktor perceraian, kelahiran anak diluar nikah,
menyangkut permasalah jiwa atau psikologis dan tidak memiliki
pendidikan atau pengetahuan agama yang memadai. Dari keenam
faktor tersebut hanya dua faktor yang mempengaruhi penyebab
terjadinya child abuse pada subjek RF, yaitu:
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi dan kemiskinan yang dihadapi sebuah
keluarga seringkali membawa keluarga tersebut pada situasi
kekecewaan yang pada gilirannya menimbulkan kekerasan.
Kondisi semacam ini dialami oleh subjek RF.
113
Menurut Papalia, Olds dan Feldman (2002) menyebutkan
bahwa kemiskinan akan memberikan efek gangguan emosional
kepada orang tua tunggal, yang kemudian akan mempengaruhi
cara mereka dalam mengasuh anak. Sudah tentu, oleh karena
mengalami gangguan emosional, maka orang tua boleh jadi
mengasuh anak dengan cara yang tidak tepat dan tidak
proporsional, sehingga anak berpotensi menjadi korban.
Keluarga subjek sebenarnya adalah termasuk keluarga yang
berada (mampu). Namun, pada tahun 2001 silam kakek dari
subjek RF mengalami penyakit sroke. Keluarga membutuhkan
banyak biaya untuk biaya pengobatan kakek subjek RF
tersebut, sehingga banyak benda-benda yang terpaksa dijual.
pada tahun 2005 kakek dari subjek RF meninggal dunia,
sepeninggal dari kakek subjek RF, keluarga berusaha dengan
keras untuk bekerja mencari nafkah agar bisa menghidupi
keluarga dan anak.
Ayah subjek RF berusaha mencari pekerjaan dengan gaji
yang sesuai. Berkali-kali ayah subjek RF mencari pekerjaan
dan berganti-ganti pekerja. Hal ini dilakukan untuk mencari
pekerjaan dengan gaji yang sesuai. Kebutuhan untuk hidup
semakin tinggi dan mahal.
114
b. Masalah Keluarga
Keputusan ibu subjek RF untuk bekerja di luar negeri
ternyata membuat permasalahan baru dalam keluarga subjek.
Ayah dan ibu subjek RF semakin sering bertengkar, baik ketika
bertemu maupun melalui telepon seluler.
Interaksi antara ayah dengan subjek RF pun cenderung
renggang, dingin, dominatif, dan sering diliputi oleh tindakan
kekerasan. Keadaan tersebut akan berakibat pada tidak
optimalnya pelaksanaan tugas masing-masing anggota
keluarga, sehingga berpengaruh pada terganggunya sistem
keluarga secara keseluruhan.
Berdasarkan runtutan permasalahan yang subjek ceritakan
kepada peneliti. Ada beberapa faktor masa lalu ayah yang
mempengaruhi perilakunya kini. Ayah subjek RF terlahir dari
keluarga yang disiplin dan keras. Orang tua dari ayah subjek
RF menegakkan pola asuh otoriter terhadap anak-anaknya,
anak akan mendapat hukuman apabila ia tidak patuh akan
perintah. Selain itu, menurut pernyataan dari nenek subjek RF
adalah ayah dari subjek RF termasuk ayah yang manja dan
selalu bergantung dengan orang tua.
Situasi keluarga subjek yang demikian adalah bentuk
tekanan yang ia alami selama masa kecilnya. Kekerasan verbal
yang dilakukan oleh Ayahnya mungkin sudah tak terhitung
115
berapa banyak kata-kata kasar yang tidak sepantasnya
diucapkan oleh seorang Ayah kepada anaknnya yang subjek
RF.
Berdasarkan analisis informasi yang telah dilakukan, subjek
RF menyatakan bahwa dia merasa kurang puas terhadap orang
tuanya, karena dinilai kurang memahami keinginan subjek RF.
Walaupun setiap hari ada kesempatan untuk bercengkerama
bersama seluruh anggota keluarga, namun pada kenyataannya
interaksi antara orang tua dan subjek RF cenderung diliputi
oleh konflik dan hambatan dalam berkomunikasi.
Dampak yang subjek RF alami di antaranya adalah tertekan
dan trauma. Subjek RF menjadi trauma karena ia selalu
mengingat-ingat saat ayahnya melakukan pemukulan terhadap
dirinya. Selain itu ia mulai tertekan dengan keluarganya,
neneknya juga sudah mulai tidak memperhatikannya. Hal itu
berbeda ketika sang kakek masih hidup, karena menurut subjek
RF hanya sang kakeklah yang bisa mengerti subjek RF. Setelah
kakek meninggal ia merasa sendiri dimanapun ia berada.
Subjek RF ingin keluar dari semua masalah yang dihadapinya
saat ini. Selama ini subjek RF tidak punya tempat untuk
bercerita dan berbagi untuk mengatasi semua masalah yang
dihadapinya.
116
3. Prestasi Akademik
Dari beberapa tekanan dalam keluarga yang selama ini dihadapi
oleh subjek RF, bisa saja mempengaruhi prestasi akademik di sekolah.
Subjek RF harus dihadapkan dengan permasalahan yang seharusnya
tidak terjadi pada usia-usianya. Karena usia-usia remaja seperti subjek
RF adalah usia yang pada hakikatnya sedang sibuk berjuang dari
dalam, jika dihadapkan pula kepada keadaan luar/lingkungan yang
kurang serasi, penuh kontradiksi dan ketidakstabilan, maka akan
mudahlah mereka jatuh kepada kesengsaraan batin, hidup penuh
kecemasan, ketidak-pastian dan kebingungan.
Menurut Sobur (2003) terdapat dua faktor yang mempengaruhi
prestasi akademik, yaitu: Faktor Endogen dan Eksogen.
1) Faktor Endogen
b. Psikis
1. Intelegensi atau Kemampuan
Subjek RF sebenarnya memiliki kemampuan untuk lebih
mudah memahami setiap mata pelajaran. Namun, mata
beberapa mata pelajaran yang dianggap subjek RF sulit harus
membutuhkan beberapa waktu untuk lebih memahami mata
pelajaran tersebut.
Mata pelajaran agama misalnya, subjek RF lebih
menyukai pelajaran agama dari pada mata pelajaran umum
lainnya. Pada hasil rapor bidang agama semester 1 subjek RF
117
mendapatkan nilai tertinggi pada mata pelajaran aqidah
akhlak dan fiqih, nilai rata-ratanya adalah 8. Sedangkan pada
semester 2, hampir semua mata pelajaran mendapatkan nilai
8 (seperti; Al-qur’an, Aqidah-akhlak, fiqih dan tarikh islam)
sedangkan dua mata pelajaran lainnya yaitu, bahasa arab dan
aswaja mendapat nilai rata-rata 7.
Pada mata pelajaran umum di semester 1 subjek RF
hanya beberapa mata pelajaran yang mendapat rata-rata nilai
8, yaitu: bahasa indonesia, IPA, IPS dan bahasa jawa.
Sedangkan mata pelajaran lain seperti, Pkn, bahasa inggris,
matematika, seni budaya, penjas, TIK dan pembukuan
mendapatkan nilai rata-rata 7.
Semester 2 subjek RF mengalami sedikit peningkatan
pada beberapa mata pelajarannya. Mata pelajaran pendidikan
agama, bahasa indonesia, IPA, IPS bahasa jawa dan
pembukuan memperoleh nilai rata-rata 8. Sedangkan pada
mata pelajaran lain, seperti: Pkn, bahasa inggris, matematika,
seni budaya, penjas dan TIK memperoleh nilai rata-rata 7.
2. Perhatian atau minat
Subjek RF lebih menyukai mata pelajaran yang tidak ada
angka dan hitung-hitungan. Subjek RF lebih tertarik dengan
pelajaran yang berhubungan dengan agama. Seperti misalnya
aqidah akhlaq dan fiqih. Terbukti dari beberapa nilai yang
118
didapat oleh subjek RF, dia mempunyai nilai yang baik.
Alasan subjek RF tertarik dengan pelajaran agama adalah
kadang kala ada beberapa BAB pembahasan yang sesuai
dengan keadaan dirinya, sehingga subjek RF dapat
menerapkannya kedalam kehidupan sehari-hari.
3. Bakat
Pada bidang akademik memang ada beberapa mata
pelajaran yang menonjol ditunjukkan oleh subjek. Namun
diluar akademik ternyata subjek menyimpan sebuah bakat
yang baik. Subjek mempunyai bakat menulis sebuah novel
atau puisi. Setiap kejadian yang dialami subjek RF ditulisnya
kedalam sebuah karya tulisnya. Tak hanya itu, subjek juga
sering menuliskan sebuah puisi sehingga ada beberapa anak
yang tertarik dengan puisi karya subjek RF. Tak jarang puisi
yang ditulis adalah tentang cinta.
Subjek RF dimasa depan mempunyai cita-cita bisa
menjadi novelis yang terkenal oleh banyak orang.
Selain ada bakat menulis, subjek RF juga aktif dalam
berorganisasi di sekolah. Subjek RF menjadi anggota
ketertiban di bidang organisasi sekolah (OSIS), dan subjek
RF juga aktif dalam keperamukaan.
4. Motivasi
119
Subjek RF merasa dia mempunyai semangat motivasi
dari guru dan teman dekatnya. Mereka selalu memberikan
dorongan semangat untuk subjek RF agar mampu berprestasi.
Hal itu membuat subjek RF semakin percaya diri menjadi
siswi yang mampu berprestasi.
Bimbingan dan arahan dari wali kelas subjek RF yang
selalu diingat-ingat oleh subjek RF untuk berprestasi
walaupun ada tekanan didalam diri.
5. Kematangan
Subjek RF selalu berusaha memahami setiap mata
pelajaran disekolahnya. Setiap malam subjek selalu
menyempatkan waktu untuk membaca pelajaran yang akan
diajarkan esok hari. Ada atau tidaknya tugas rumah (RP)
subjek RF masih menyempatkan waktunya untuk belajar.
Durasi waktu belajar subjek RF dirumah adalah pada
pukul 19.00 hingga 20.00 wib. Setiap harinya ketika dirumah,
subjek RF tidak pernah diminta untuk belajar, tetapi kemauan
belajar itu ada didalam subjek sendiri.
6. Kepribadian
Subjek RF merasa tidak ada persaingan antara teman
laki-laki ataupun teman perempuannya didalam kelas.
Menurut subjek RF setiap anak mempunyai kepandaian
sendiri-sendiri.
120
Konsep diri yang dimiliki oleh subjek RF semakin
positif. Subjek RF mulai dapat menerima keadaan yang
dialaminya. Subjek RF berusaha kejadian yang dialaminya
tidak mengganggu proses belajar dan hasil belajarnya di
sekolah.
2) Faktor Eksogen
a. Keluarga
Dukungan keluarga memang tidak didapat oleh subjek RF.
Hubungan subjek RF dengan keluarganya semakin menjauh
semenjak adanya tindak kekerasan.
Kebiasaan subjek ketika berada didalam rumah hanya
menghabiskan waktu didalam kamar. Didalam kamar subjek RF
banyak menghabiskan waktunya dengan mendengarkan musik
atau sekedar bermain FB.
Tidak ada reward yang didapat subjek RF ketika
mendapatkan nilai yang bagus. Dan tidak ada punishment ketika
subjek RF mendapatkan nilai jelek.
b. Faktor Sekolah
Kedekatan guru dengan murid ternyata dapat membuat
anak mampu menumbuhkan semangat dan motivasi. Hal itu yang
dirsakan oleh subjek RF. Semenjak subjek RF mengalami
masalah dengan keluarga, guru-guru disekolah subjek RF
121
terutama wali kelas subjek RF selalu mencoba memberikan
pendekatan dan motivasi terhadap subjek RF.
c. Faktor Lingkungan Lain
Faktor lingkungan lain yang mempengaruhi prestasi subjek
RF adalah hadirnya teman dekat (pacar). Tidak selamanya pacar
dapat membawa seseorang kedalam hal-hal yang negatif. Seperti
contohnya subjek RF, semenjak kehadiran teman dekatnya
tersebut subjek RF semakin giat untuk belajar dan tekun dalam
belajar. Dia merasa mempunyai semangat baru untuk merubah
prestasi belajarnya dengan baik.
Dengan adanya pendekatan orang tua dan anak, dari hasil observasi
dan wawancara yang peneliti peroleh ternyata situasi keadaan di rumah
tidak mendukung. Anak tersebut mengalami tekanan mental, setelah
peneliti melakukan pendekatan dengan subjek. Maka subjek mulai
menemukan adanya kenyamanan untuk menceritakan pengalamannya.
Dan subjek telah menganggap peneliti sebagai teman untuk
mencurahkan isi hatinya. Dalam hal itu bisa dibuktikan pada saat
mengikuti proses wawancara dengan peneliti. Sehingga subjek
bertemu dengan peneliti bisa merubah karakternya untuk melanjukkan
masa depan dengan baik. Kemudian ditindak lanjuti (dibimbing) oleh
guru disekolah tersebut, karena subjek juga menginginkan masa depan
tersebut.