bab iv hasil penelitian dan pembahasan -...

27
66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang adalah salah satu rumah sakit YAKKUM (Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum) terletak di Jl. Citarum 98, kelurahan Mlatiharjo, Kecamatan Semarang Timur, kota Semarang. RS. Panti Wilasa Citarum adalah salah satu rumah sakit yang memiliki bangsal perawatan khusus untuk anak yang disebut Ruang Dahlia. Ruangan tersebut memiliki 2 ruang VIP, 2 ruang kelas 1, 6 ruangan kelas 2 dan 2 ruangan kelas 3 dengan jumlah perawat anak yang bekerja ada 14 orang yang bergantian shift setiap hari yaitu pagi, siang dan malam. a. Alasan Mendasar mengapa penulis mengambil sampel di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang adalah: 1. RS. Panti Wilasa Citarum Semarang merupakan salah satu rumah sakit yang bergelut dalam pendidikan 2. RS. Panti Wilasa Citarum Semarang merupakan salah satu tempat praktek yang sering digunakan oleh Fakultas Ilmu

Upload: dominh

Post on 04-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

Semarang

Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang adalah salah satu

rumah sakit YAKKUM (Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum)

terletak di Jl. Citarum 98, kelurahan Mlatiharjo, Kecamatan Semarang

Timur, kota Semarang.

RS. Panti Wilasa Citarum adalah salah satu rumah sakit yang

memiliki bangsal perawatan khusus untuk anak yang disebut Ruang

Dahlia. Ruangan tersebut memiliki 2 ruang VIP, 2 ruang kelas 1, 6

ruangan kelas 2 dan 2 ruangan kelas 3 dengan jumlah perawat anak

yang bekerja ada 14 orang yang bergantian shift setiap hari yaitu pagi,

siang dan malam.

a. Alasan Mendasar mengapa penulis mengambil sampel di RS.

Panti Wilasa Citarum Semarang adalah:

1. RS. Panti Wilasa Citarum Semarang merupakan salah satu

rumah sakit yang bergelut dalam pendidikan

2. RS. Panti Wilasa Citarum Semarang merupakan salah satu

tempat praktek yang sering digunakan oleh Fakultas Ilmu

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

67

Kesehatan Universitas kristen Satya Wacana, sehingga

memudahkan peneliti mengumpulkan data

3. Berdasarkan pengalaman praktik di rumah sakit tersebut,

peneliti melihat bahwa RS. Panti Wilasa Citarum Semarang

adalah salah satu rumah sakit yang memiliki bangsal

perawatan khusus untuk anak yang menyediakan fasilitas

bermain untuk anak-anak yang dirawat di rumah sakit tersebut.

4. Lokasi RS. Panti Wilasa Citarum Semarang mudah dijangkau

sehingga memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terkait jumlah anak

usia 3 – 6 tahun selama 2 tahun terakhir yang dirawat di Ruang

Dahlia RS. Panti Wilasa Citarum Semarang yaitu tahun 2010

berjumlah 540 orang, tahun 2011 berjumlah 468 orang, dengan

jumlah anak setiap bulannya yang dirawat di ruang tersebut

bervariasi mulai dari ± 24 orang sampai ± 55 orang anak yang

berusia 3 – 6 tahun. Lama anak-anak yang di rawat di rumah sakit

tersebut berkisar ± 3 hari – 1 minggu tergantung dari jenis penyakit

anak.

Ruang Dahlia juga memiliki fasilitas bermain bagi anak-anak

yang sakit dan dirawat di rumah sakit tersebut. Anak-anak dapat

bermain rumah-rumahan, mobil-mobilan, ada taman bermain untuk

anak-anak bisa bermain bersama orang tuanya, tembok-temboknya

diberi gambar-gambar menarik, lingkungan rumah sakit tersebut

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

68

dibuat seperti di rumah, sehingga membuat peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di ruang tersebut.

4.2 Prosedur Penelitian

Didalam melaksanakan penelitian, sebelumnya peneliti

mempersiapkan tahap-tahap penelitian yang meliputi tahap persiapan,

tahap pengumpulan data dan tahap analisa data.

a. Tahap Persiapan

Sebelum peneliti melakukan penelitian di rumah sakit,

peneliti melakukan persiapan penelitian yang terdiri dari

penyusunan alat ukur dan persiapan untuk memperoleh perijinan

penelitian.

1. Penyusunan alat ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner/angket. Kuesioner ini terdiri dari dua skala yaitu skala

frekuensi bermain dan skala kecemasan. Kedua skala tersebut

mempunyai alternatif jawaban yang sama yaitu selalu

melakukan, sering melakukan, jarang melakukan dan tidak

pernah melakukan.

Pada skala frekuensi bermain terdiri atas 11 item

pertanyaan, terdiri dari tiga aspek yaitu aspek permainan fiksi,

aspek permainan reseptif atau apresiatif, dan aspek permainan

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

69

membentuk (konstruksi). dengan skor terendahnya 1 dan

tertingginya 4 dan tidak terdapat pernyataan unfavourable.

Pada skala kecemasan anak terdiri atas 39 item yang

terdiri atas aspek cemas akibat perpisahan yaitu fase protes,

putus asa dan pelepasan, aspek kehilangan kendali dan aspek

cedera tubuh dan nyeri dengan skor terendahnya 1 dan

tertingginya 4 dan tidak terdapat pernyataan unfavourable.

2. Persiapan Perijinan Penelitian

Perijinan penelitian adalah salah satu syarat yang harus

dipenuhi peneliti untuk melaksanakan penelitian pada suatu

perusahaan/instansi. Dalam hal ini peneliti lebih dahulu

mengajukan permohonan surat ijin dari dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan UKSW dengan surat ijin No: 054/FIK/D/II/2012

disampaikan langsung oleh peneliti pada tanggal 28 Februari

2012 kepada bagian DIKLAT Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

Semarang dan mendapatkan jawaban dari pihak instansi pada

tanggal 5 Maret 2012 yang memberitahukan bahwa peneliti

dapat melakukan penelitian di tempat tersebut.

b. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian try-out

terpakai. Try-out terpakai adalah istilah yang digunakan untuk

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

70

proses penelitian yang menggunakan sampel yang sama dengan

sampel yang digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat

ukur. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, biaya dan jumlah

pasien yang terbatas.

Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu dimulai dari

tanggal 5 Maret 2012 – 5 April 2012 yang bertempat di Ruang

Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang dengan

jumlah sampel yaitu 35 orang.

Peneliti mengambil semua anggota populasi menjadi

sampel, karena mengingat jumlah anak usia 3-6 tahun yang sakit

dan dirawat di ruang tersebut berbeda-beda jumlahnya setiap

bulan, sehingga populasi dijadikan sebagai sampel yang

merupakan anak-anak usia 3-6 tahun yang sedang dirawat di

Ruang Dahlia.

Peneliti mengalami kendala yaitu partisipan yang dibutuhkan

sangat terbatas, berdasarkan jumlah pasien khusus anak berusia 3-

6 tahun setiap bulannya berkisar ± 22-55 anak setiap bulannya, itu

pun tidak setiap harinya ada pasien usia 3-6 tahun yang baru

masuk, terkadang satu hari tidak ada anak usia 3-6 tahun yang

sakit dan harus dirawat di ruang tersebut, oleh sebab itu peneliti

harus menunggu sampai adanya partisipan berusia 3-6 tahun yang

masuk dan di rawat di ruangan dahlia.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

71

c. Analisa Data

Analisa yang dilakukan oleh penulis terdiri atas beberapa

kegiatan yaitu sebagai berikut:

a. Penulis mengecek kembali data-data yang telah terkumpul

b. Penulis kemudian melakukan input data kedalam komputer

dan kemudian menjadi data mentah sebelum dianalisis

c. Penulis melakukan perhitungan uji validitas, uji reliabilitas, uji

normalitas, uji linearitas dan uji korelasi

d. Menafsirkan hasil analisa data.

Perhitungan uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji

linearitas dan uji korelasi menggunakan bantuan program komputer

yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.0.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Frekuensi Bermain

Uji coba alat ukur penelitian menggunakan uji validitas

dan reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk mengetahui

seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi

sedangkan uji reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan dapat

diandalkan. Untuk menguji validitas dan reliabilitas alat, peneliti

melakukan uji coba kuisioner (angket) tujuannya adalah untuk

mengetahui sejauh mana ketepatan alat ukur tersebut dalam

mengukur hasil. Untuk uji validitas dan reliabilitas alat ukur

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

72

secara statistik, menggunakan Alpha Cronbach Coefficients

dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-

langkah menggunakan Corrected Item-Total Correlation

Uji validitas pada skala frekuensi bermain dengan jumlah

pernyataan 11 butir atau item, untuk uji satu sisi pada taraf

kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (p = 0.05) nilai r tabel

yaitu 0.344. Jadi dinyatakan tidak valid jika nilai corrected item-

total correlation ≤ nilai r tabel. Uji validitas yang dilakukan dari 11

item, semuanya VALID karena nilai corrected item-total

correlation ≥ nilai r tabel. Korelasi bergerak dari 0.548 – 0.554.

Tabel 3. Sebaran Item Angket Bermain

Setelah Uji validitasnya, kemudian item-item dari angket

frekuensi bermain diuji reliabilitasnya. Hasil pengujian angket

frekuensi bermain didapatkan Alpha Cronbach adalah 0.909,

Aspek Item Jumlah Valid Favourable Unfavourable

Permainan fiksi (permainan

gerak)

1, 2, 3, - 3

Permainan reseptif atau

apresiatif

4, 5, 6, 7, 8,

9, 10

- 7

Permainan membentuk

(konstruksi)

11 - 1

Jumlah 11 0 11

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

73

sehingga menurut tabel reliabilitas berdasarkan Alpha Cronbach,

nilai ini termasuk dalam golongan sangat reliabel dan layak.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Kecemasan Pada Anak

Uji validitas pada skala kecemasan anak yang dirawat di

rumah sakit dengan jumlah pernyataan 39 butir atau item. Untuk

uji satu sisi pada taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (p

= 0.05). Nilai r tabel yaitu 0.344. Jadi dinyatakan tidak valid jika

nilai corrected item-total correlation ≤ nilai r tabel. Uji validitas

yang dilakukan dari 39 item, 34 item dinyatakan VALID dengan

hasil korelasi bergerak dari 0.667 – 0.517, sedangkan 5

pernyataan dinyatakan gugur karena nilai corrected item-total

correlation < nilai r tabel.

Tabel 4. Sebaran Item Angket Kecemasan

Aspek Item Jumlah Valid Favourable Unfavourable

Cemas akibat perpisahan:

- fase protes

- putus asa

- pelepasan

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

-

9

10,11,12,13*,14*,15,

16*,17*

4

18,19,20,21,22,23* 5

Kehilangan kendali 24,25,26,27 - 4

Cedera tubuh dan nyeri 28,29,30,31,32,33,34

,35,36,37,38,39

- 12

Jumlah 39 0 34

Ket : * = item gugur

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

74

Setelah uji validitasnya kemudian dilakukan pengujian

reliabilitas alat ukur kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit

dengan 34 pernyataan yang VALID didapatkan Alpha Cronbach

0.932, sehingga berdasarkan tabel, nilai ini berarti sangat reliabel

dan layak untuk diberikan kepada partisipan.

3. Uji Normalitas

Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas data

dalam penelitian ini adalah shapiro wilk karena sampelnya sedikit

≤ 50 (Dahlan 2009).

Tabel 5. Uji Normalitas Frekuensi Bermain

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai shapiro wilk pada

frekuensi bermain adalah 0.947 dengan probabilitas (sig.) 0.567,

oleh karena probabilitas > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa

data berdistribusi normal berdasarkan uji shapiro wilk.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Frek_bermain .108 35 .200* .974 35 .567

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

75

Tabel 6. Uji Normalitas Kecemasan Anak

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai shapiro wilk pada

kecemasan anak adalah 0.966 dengan probabilitas (sig.) 0.351,

oleh karena probabilitas > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa

data kecemasan pada anak berdistribusi normal berdasarkan uji

shapiro wilk.

Kesimpulan dari perhitungan normalitas frekuensi

bermain dan kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat

di Ruang Dahlia dengan menggunkan shapiro wilk didapatkan

hasil kedua variabel tersebut berdistribusi normal.

4. Uji Linearitas

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F sebesar 1.016

dengan tingkat signifikan > 0.05 yaitu 0.498 yang menunjukkan

hubungan antara frekuensi bermain dengan kecemasan adalah

linear dan memenuhi asumsi klasik linearitas sebagai prasyarat

analisis regresi linear.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kecmasan_ank .119 35 .200* .966 35 .351

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

76

5. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Analisis deskriptif adalah cara analisis dengan

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Noor, 2011).

Hasil pengukuran deskriptif masing-masing variabel

disajikan pada tebel berikut:

1. Analisa Data Demografi

Penelitian ini dilakukan terhadap 35 anak yang

sedang sakit dan dirawat di Ruang Dahlia rumah sakit Panti

Wilasa Citarum Semarang. Pada bagian ini peneliti akan

mendeskripsikan data penelitian yang mencakup aspek

umur, jenis kelamin dan lama dirawat di rumah sakit.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Umur Partisipan

Variabel Mean Std. Deviation Minimum Maximum Umur 4.20 1.256 3 6

Usia Frekuensi Persen (%)

3 tahun 15 42.9

4 tahun 7 20

5 tahun 4 11.4

6 tahun 9 25.7

total 35 100

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

77

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata usia partisipan

yaitu 4.20% dengan frekuensi usia terbanyak yaitu usia 3 tahun

42.9.% (15 orang).

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Jenis kelamin Partisipan

Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)

Laki-laki 19 54.3%

Perempuan 16 45.7%

Total 35 100

Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa

partisipan terbanyak yaitu berjenis kelamin laki-laki 54.3% (19

orang).

Tabel 9. Distribusi Lama Dirawat Di Rumah Sakit

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Lama_dirawat 35 2 6 2.60 1.006

Valid N (listwise) 35

Lama Dirawat Frekuensi Persen (%)

2 hari 26 74.3%

3 hari 5 14.3%

4 hari 1 2.9%

5 hari 2 5.7%

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

78

Tabel di atas menunjukkan bahwa lamanya partisipan usia 3-

6 tahun yang dirawat di rumah sakit saat diberikan kuisioner adalah

2 hari (74.3%).

2. Analisa Deskriptif

Memaparkan hasil analisa deskriptif variabel frekuensi

bermain dan variabel kecemasan pada anak usia 3-6 tahun

yang dirawat di rumah sakit.

Tabel 10. Deskripsi Statistik frekuensi Bermain dan Kecemasan pada Anak

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tinggi rendahnya

hasil pengukuran variabel frekuensi bermain dan kecemasan pada

anak. Pengukuran variabel frekuensi bermain dapat dihitung dengan

menggunakan skor dari item frekuensi bermain yang valid, jumlah

6 hari 1 2.9%

Total 35 100

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Frek_bermain 35 11 41 24.14 7.585 kecmasan_ank 35 34 111 63.40 16.751

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

79

item yang diuji cobakan sebanyak 11 item dan semuanya valid

dengan kategori skor pilihan 1,2,3,4 dengan demikian untuk variabel

frekuensi bermain memiliki skor terendah 1 x 11 = 11 dan skor

tertinggi 4 x 11 = 44.

Ada 5 kategori yang digunakan yaitu sangat tinggi, tinggi,

sedang, rendah, sangat rendah. Intervalnya adalah sebagai berikut:

Jumlah Skor Tertinggi – Jumlah Skor Terendah

Jumlah Kategori

Hasil perhitungan di atas, didapatkan intervalnya sebesar 6.6

dengan demikian kategori tingkat frekuensi bermain di rumah sakit

pada usia 3-6 tahun yaitu :

Sangat Rendah : 11 ≤ x < 17.6

Rendah : 17.6 ≤ x < 24.2

Sedang : 24.2 ≤ x < 30.8

Tinggi : 30.8 ≤ x < 37.4

Sangat Tinggi : 37.4 ≤ x < 44

Tabel 11. Kategorisasi Variabel Frekuensi Bermain

Kriteria N Prosentase (%)

Min Max Mean

11 ≤ x < 17.6 Sangat Rendah 8

22.9% 11

I =

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

80

17.6 ≤ x < 24.2 Rendah 8 22.9%

24.2 ≤ x < 30.8 Sedang 13 37.1% 24.14

30.8 ≤ x < 37.4 Tinggi 4 11.4%

37.4 ≤ x < 44 Sangat Tinggi 2 5.7% 41

Jumlah 35 100 Std = 7.585

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi

bermain pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di rumah sakit

memiliki rata-rata 24.14% dengan standar deviasi 7.585. tingkat

frekuensi bermain yang paling tinggi yaitu 37.1% yang paling

rendah 5.7% jadi dapat dikatakan bahwa tingkat frekuensi bermain

pada anak yang dirawat di rumah sakit masuk dalam kategori

sedang.

Pengawasan frekuensi bermain pada anak-anak yang

dilakukan ketika studi pendahuluan melalui observasi, didapatkan

bahwa rata-rata waktu bermain saat sakit dan dirawat di rumah sakit

selama 12 jam sehari, maka anak memiliki efektif bermain ± 5 jam.

Frekuensi bermain yang peneliti hitung berdasarkan hasil observasi

yang dilihat dari waktu efektif anak bermain, maka anak-anak yang

dikatakan selalu bermain jika frekuensi bermainnya sehari ± 8-10

kali, sering bermain jika frekuensinya ± 4-7 kali, sedangkan anak

yang jarang bermain frekuensinya ± 4-1 kali, dan jika tidak pernah

bermain frekuensinya 0.

Mengetahui tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel

kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit juga dapat

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

81

dihitung dengan menggunakan skor dari item kecemasan yang valid.

Jumlah item yang diuji cobakan sebanyak 39 item dan yang valid 34

item dengan kategori skor pilihan 1,2,3,4 dengan demikian untuk

variabel kecemasan memiliki skor terendah 1x34 = 34 dan skor

tertinggi 4 x 34 =136.

Ada 5 kategori yang digunakan seperti pada variabel

frekuensi bermain yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan

sangat rendah. Intervalnya adalah sebagai berikut:

Jumlah Skor Tertinggi – Jumlah Skor Terendah

Jumlah Kategori

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan

intervalnya sebesar 20.4 dengan demikian, kategori tingkat

kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit yaitu:

Sangat Rendah : 34 ≤ x < 54.4

Rendah : 54.4 ≤ x < 74.8

Sedang : 74.8 ≤ x < 95.2

Tinggi : 95.2 ≤ x < 115.6

Sangat Tinggi : 115.6 ≤ x < 136

I =

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

82

Tabel 12. Kategorisasi Variabel Kecemasan pada Anak

Kriteria N Prosentase

(%)

Min Max Mean

34 ≤ x< 54.4 Sangat Rendah 8 22.9% 34

54.4≤ x< 74.8 Rendah 21 60%

74.8≤ x< 95.2 Sedang 4 11.4%

95.2≤x< 115.6 Tinggi 2 5.7% 111 63.40

115.6≤x< 136 Sangat Tinggi 0 0

Jumlah 35 100% Std = 16.751

Tabel di atas menunjukkan bahwa kecemasan anak yang

di rawat di rumah sakit memiliki rata-rata 63.40% dengan standar

deviasi 16.751. Tingkat kecemasan anak yang paling tinggi 60%

dan yang paling rendah adalah 5.7%, jadi dapat dikatakan

bahwa tingkat kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit

masuk dalam kategori rendah.

6. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji hasil penelitian

yang dilakukan untuk diuji keberartiannya (uji signifikansi).

Hipotesis penelitian ini yaitu:

Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi

bermain terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang

dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

Semarang, berarti sebenarnya r = 0

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

83

Ha : ada hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain

terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat

dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

Semarang, jadi memang ≠0

Uji hipotesis dilakukan berdasarkan pengolahan data

yang menggunakan program SPSS version 16.0 dan

diperoleh hasil korelasi frekuensi bermain dan kecemasan

atau r = 0.020 dengan signifikansinya adalah 0.910. Syarat

yang harus dipenuhi bila hasil suatu penelitian dikatakan

mempunyai hubungan yang signifikan jika nilai koefisien

korelasi yang mendekati -1 sampai 1 dan nilai signifikansi

hubungan yang bernilai < 0.05

Hasil analisa ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain terhadap

kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang

Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang karena

Ho > 0.05 jadi Ho diterima.

Correlationsa

Frek_bermain kecmasan_ank Frek_bermain Pearson

Correlation 1 .020

Sig. (2-tailed) .910

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

84

T

a

b

el 13. Uji Korelasi

4.3 Pembahasan

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tidak ada

hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain terhadap

kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia

Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

Tujuan utama asuhan keperawatan bagi anak yang dirawat di

rumah sakit adalah meminimalkan munculnya masalah pada

perkembangan anak. Perkembangan anak disesuaikan dengan usia

mereka, misalnya perkembangan anak usia 3-6 tahun atau usia

prasekolah dalam hal perkembangan adaptasi sosial yaitu dapat

bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi,

membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan

peningkatan kecemasan terhadap perpisahan dan mengenali

anggota keluarga.

Salah satu hal yang dapat mempengaruhi perkembangan

anak adalah kecemasan selama dirawat di rumah sakit. Kecemasan

yang timbul selama proses dirawat di rumah sakit yaitu perpisahan

dengan orang tua, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri.

kecmasan_ank Pearson Correlation .020 1

Sig. (2-tailed) .910 a. Listwise N=35

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

85

Berdasarkan hasil deskripsi yang didapatkan frekuensi

bermain pada anak yang dirawat di rumah sakit Panti Wilasa Citarum

masuk dalam kategori sedang 37.1% dengan rata-rata 24.14% berarti

ada 13 anak dari 35 responden yang frekuensi bermainnya sedang,

sedangkan untuk kecemasan yang dialami oleh anak-anak usia

prasekolah yang dirawat di rumah sakit tersebut masuk dalam

kategori rendah yaitu 60% atau 21 anak dari 35 responden

mengalami kecemasan rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Suryanti Marasaoly (2009)

yang dipublikasikan melalui http://www.garuda.dikti.go.id tentang

pengaruh terapi bermain puzzle terhadap dampak hospitalisasi pada

anak usia prasekolah di ruang anggrek I Rumah Sakit Kepolisian

Pusat R.S. Sukanto, dengan menggunakan desain Quasi

eksperimen dengan post test only design dan proses analisis statistik

menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan sebesar

95% dan α : 5% didaptkan hasil yaitu p value : 0.020 α : 0.05 jadi,

ada pengaruh yang bermakna antara intervensi terapi bermain puzzle

dengan dampak hospitalisasi.

Dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryanti

Marasaoly (2009), maka peneliti melihat bahwa bermain mempunyai

pengaruh dalam menurunkan kecemasan anak, tetapi bermain yang

direncanakan atau diarahkan. Sebuah jurnal keperawatan yang ditulis

oleh Alfiyanti D. (2007) tantang pengaruh terapi bermain terhadap

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

86

tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan

keperawatan di ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang, hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

antara tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan

keperawatan sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain.

Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain

yang direncanakan sebelum anak menghadapi tindakan keperawatan

untuk membantu strategi koping mereka terhadap kemarahan,

ketakutan, kecemasan, dan mengajarkan kepada mereka tentang

tindakan keperawatan yang dilakukan selama dirawat, sehingga

bermain yang diarahkan pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit

lebih efektif menurunkan kecemasan pada anak sedangkan frekuensi

bermain yang anak-anak lakukan selama dirawat di rumah sakit

terbukti tidak mempunyai hubungan terhadap kecemasan anak.

Frekuensi bermain bukanlah satu-satunya tindakan dalam

meminimalkan munculnya masalah pada perkembangan anak dalam

hal proses perawatan di rumah sakit.

Berdasarkan hasil observasi selama penelitian, peneliti

melihat bahwa kecemasan pada anak itu juga bersifat insidensial

karena anak-anak mengalami kecemasan saat dirawat di rumah sakit

jika ia mengalami trauma dengan dokter/perawat yang menurutnya

telah menyakitinya, atau anak memiliki pengalaman yang buruk

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

87

terhadap dokter/perawat, selain itu cemas juga terjadi ketika anak

merasa terancam karena akan di suntik, atau diinfus.

Hal ini dibuktikan dengan pengujian hasil deskripsi

kecemasan didapatkan angka tertinggi 60% masuk kategori rendah,

tertinggi kedua 22.9% masuk kategori sangat rendah, 11.4% kategori

sedang dan 5.7% kategori tinggi. Jadi tidak semua anak-anak

mengalami kecemasan saat dirawat di rumah sakit.

Anak-anak yang mengalami kecemasan selama dirawat di

rumah sakit perlu diminimalkan agar tidak berpengaruh terhadap

perkembangannya. Ada beberapa kemungkinan variabel yang lebih

berpengaruh terhadap penurunan kecemasan anak yang dirawat di

rumah sakit yaitu:

1. Kehadiran orang tua.

Kecemasan terbesar akibat dirawat di rumah sakit adalah

cemas akibat perpisahan dengan orang tua. Wong (2009)

mengatakan bahwa dalam meminimalkan kecemasan akibat

perpisahan pada anak adalah dengan melibatkan orang tua

dalam perawat anak, sehingga orang tua merasa berpatisipasi

dalam perawatan anak. Di rumah sakit, jika orang tua tidak dapat

berkunjung, orang dekat lainnya dapat memberikan rasa nyaman

pada anak yang dirawat di rumah sakit.

Anak-anak usia 3-6 tahun yang dirawat di rumah sakit hanya

ingin dekat dengan orang tua atau orang terdekat mereka ketika

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

88

akan dilakukan prosedur keperawatan atau saat perawat ingin

mendekatinya. Hal ini dilihat dari hasil pengisian kuisioner oleh

orang tua pada skala II, yaitu pernyataan No. 7 dan 8, ada ± 28

orang tua yang mengisi anak selalu dan sering menahan orang

tua secara fisik untuk tetap tinggal dekatnya dan anak meminta

untuk dipeluk ketika akan dilakukan tindakan keperawatan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian

anak-anak cenderung ingin orang tuanya atau orang terdekatnya

tetap berada dekat dengan anak selama dirawat di rumah sakit.

Kecemasan terbesar selama dirawat di rumah sakit adalah

cemas akibat perpisahan dengan orang tua, untuk itu kehadiran

orang tua akan lebih besar pengaruhnya dalam menurunkan

kecemasan anak, dengan adanya orang tua atau orang terdekat

di samping anak akan mengurangi kecemasan terbesar anak

akibat dirawat di rumah sakit yaitu perpisahan.

2. Pengalaman dirawat di rumah sakit.

Pengalaman dirawat di rumah sakit juga mempengaruhi

tingkat kecemasan anak. Anak yang sudah pernah dirawat

sebelumnya memiliki tingkat kecemasan lebih rendah

dibandingkan anak yang baru pertama kali masuk dan dirawat

dirumah sakit. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Putri Windari

(2009) yang dipublikasikan melalui http://garuda.dikti.go.id yang

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

89

pengalaman hospitalisasi pada anak dengan tingkat kecemasan

akibat perpisahan dengan orang tua (p-value 0,021).

3. Lamanya berada di rumah sakit

Anak-anak yang sudah dirawat di rumah sakit ± 3 hari akan

mulai menyesuaikan dirinya dengan lingkungan disekitar dia.

Perhitungan distribusi lamanya dirawat di rumah sakit

menunjukkan bahwa lamanya partisipan usia 3-6 tahun yang

dirawat di rumah sakit saat diberikan kuisioner adalah terbanyak 2

hari (74,3%).

Anak-anak yang dirawat di rumah sakit sebelum hari ketiga

tingkat kecemasannya masih tinggi, karena anak belum terbiasa

dengan keadaan sekitar dan lingkungan barunya.

4. Kualitas Permainan

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas bermain pada anak

salah satunya adalah alat dan jenis permainan (Supartini, 2004).

Alat dan jenis permainan yang dipilih harus sesuai dengan

tumbuh kembang anak, selain sesuai dengan tumbuh kembang

anak, permainan yang digunakan juga harus berkualitas.

Permainan yang berkualitas yang harusnya dilakukan di

rumah sakit adalah:

a. permainan yang digunakan dalam penyuluhan untuk

ekspresi perasaan, atau sebagai metode untuk mencapai

tujuan terapeutik (Wong, 2009). Salah satu contoh

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

90

permainannya adalah saat akan dilakukan prosedur injeksi

dalam dilakukan permainan seperti membiarkan anak

memegang spuit dan kapas alkohol dan memberikan

injeksi kepada boneka. Bentuk permainan seperti ini bisa

membantu mengurangi kecemasan pada anak.

b. Bentuk permainan yang digunakan untuk terapi juga dapat

menurunkan kecemasan anak. Terapi bermain ini

dilakukan oleh perawat saat akan dilakukan tindakan

keperawatan pada anak.

Berdasarkan hasil observasi saat penelitian, peneliti melihat

bahwa anak-anak-anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang

Dahlia bermain permainan yang hanya untuk kesenangan tanpa

mempertimbangkan manfaat bermain tersebut seperti boneka,

kapal-kapalan, robot-robotan, membaca buku cerita,

mendengarkan cerita dari orang tua atau orang terdekat.

Permainan yang berkualitas akan lebih efektif terhadap

penurunan kecemasan anak, dibandingkan anak bermain

permainan yang tidak mempertimbangkan manfaat permainan

tersebut.

Frekuensi bermain bukanlah satu-satunya cara yang dapat

digunakan untuk meminimalkan kecemasan anak, dan tanpa bermain

secara teratur selama dirawat di rumah sakit kecemasan anak pun

dapat diminimalkan dengan adanya kehadiran orang tua atau orang

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

91

terdekat disampingnya, oleh sebab itu kita tidak perlu memaksakan

anak untuk meningkatkan frekuensi bermain anak selama dirawat di

rumah sakit.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa frekuensi bermain

yang banyak namun tidak berkualitas permainannya tidak

mengurangi kecemasan pada anak sedangkan frekuensi bermain

dengan menggunkan permainan yang berkualitas akan lebih efektif

dalam menurunkan kecemasan anak.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

frekuensi bermain tidak mempunyai hubungan yang signifikan

terhadap kecemasan anak usia 3-6 tahun, kemungkinan variabel-

variabel di atas lebih mempengaruhi kecemasan anak dibandingkan

frekuensi anak mengikuti bermain.

4.4 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian menunjukkan kepada suatu keadaan

yang tidak dapat dihindari dalam penelitian. Keterbatasan dalam

penelitian ini adalah usia partisipan yaitu anak-anak berusia 3-6

tahun. Pada usia ini anak belum dapat mengungkapkan perasaannya

dan belum mengerti mengenai keadaannya sendiri, sehingga

pengumpulan data primer tidak langsung didapat dari partisipan itu

sendiri, tetapi melalui orang tua partisipan.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/5/T1_462008033_BAB IV.pdf · dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-langkah

92

Penelitian ini juga mengalami kendala dalam

mengkategorisasikan jenis penyakit yang dialami oleh partisipan.

Keragaman penyakit yang diderita oleh populasi penelitian, membuat

peneliti tidak dapat mengkaji kecemasan dan frekuensi bermain

sesuai dengan spesifikasi penyakit tertentu.