bab iv hasil penelitian dan pembahasan · kegiatan pelatihan bagi guru bk merupakan salah satu...

45
63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan memuat deskripsi mengenai data yang diperoleh dalam beberapa tahap penelitian, yang meliputi: (1) Profil sekolah yang menjadi subjek penelitian berisi model faktual, (2) Hasil pengembangan berupa desain produk, (3) Uji validasi dan perbaikan desain dan (4) Pembahasan. 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Sekolah Sekolah yang dipilih untuk menjadi subyek penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Waikabubak, dimana sekolah ini merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Kota Waikabubak. Sekolah ini dinilai cukup berprestasi karena telah banyak mengikuti sejumlah kompetisi baik di tingkat kabupaten maupun provinsi. Hal ini tidak terlepas dari usaha setiap elemen sekolah untuk menjadikan lembaga maupun peserta didiknya maju dan mencerminkan visi dan misi sekolah. Adapun visi SMA Negeri 1 Waikabubak adalah “Unggul dalam Mutu, Utama dalam Iman dan Taqwa, Terpadu dalam Budaya Bangsa”, sedangkan misi yang dikembangkan sekolah yaitu:

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan memuat deskripsi mengenai data yang diperoleh dalam

beberapa tahap penelitian, yang meliputi: (1) Profil sekolah yang menjadi

subjek penelitian berisi model faktual, (2) Hasil pengembangan berupa

desain produk, (3) Uji validasi dan perbaikan desain dan (4) Pembahasan.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Sekolah

Sekolah yang dipilih untuk menjadi subyek penelitian ini adalah

SMA Negeri 1 Waikabubak, dimana sekolah ini merupakan salah satu

Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Kota Waikabubak. Sekolah ini

dinilai cukup berprestasi karena telah banyak mengikuti sejumlah kompetisi

baik di tingkat kabupaten maupun provinsi. Hal ini tidak terlepas dari usaha

setiap elemen sekolah untuk menjadikan lembaga maupun peserta didiknya

maju dan mencerminkan visi dan misi sekolah. Adapun visi SMA Negeri 1

Waikabubak adalah “Unggul dalam Mutu, Utama dalam Iman dan Taqwa,

Terpadu dalam Budaya Bangsa”, sedangkan misi yang dikembangkan

sekolah yaitu:

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

64

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien

sehingga siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi

yang dimiliki.

2. Menumbuhkan semangat keunggulan dan kemampuan kompetitif

kepada seluruh warga sekolah.

3. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi diri

sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

4. Menumbuhkan budaya malu kepada seluruh warga sekolah.

5. Menumbuhkan kesadaran bertoleransi sehingga menjadi sumber

kearifan dalam bertindak.

6. Mengembangan cara berfikir kritis, rasional, dan implementasi karsa

dalam karya.

7. Menumbuhkan minat baca.

SMA Negeri 1 Waikabubak memiliki guru serta tendik berjumlah 62

orang yang terdiri dari 52 orang guru (guru BK berjumlah 1 orang) dan 10

orang staf. Pada semester genap tahun anggaran 2017/2018 jumlah peserta

didik berjumlah 1.087 siswa dengan rombongan belajar sebanyak 29 kelas.

Sehingga dapat dikatakan rasio guru BK dan siswa dalam layanan BK adalah

1:1.087. SMA Negeri 1 Waikabubak memiliki total ruang kelas berjumlah

29, ruang laboratorium berjumlah 4, 1 ruang perpustakaan dan 3 ruang

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

65

sanitasi, dimana semua ruang berada dalam kondisi baik. Sekolah ini

memiliki luas tanah 28.860 m2.

4.1.2 Deskripsi dan Analisis Model Faktual Pelatihan

Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk

pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan

sistem. Unsur ini berada diluar pelayanan BK yang diberikan pada siswa,

yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru BK dalam mengelola

layanan BK yang lebih maksimal. Salah satu bentuk dukungan sistem adalah

keterlibatan guru dalam kegiatan pelatihan.

Kegiatan pelatihan yang diikuti oleh guru-guru BK bertujuan untuk

memaksimalkan kinerja dan pencapaian tujuan dari setiap program yang

disusun. Namun, meskipun telah mengikuti pelatihan, tidak dapat dipungkiri

bahwa kenyataan yang dihadapi di lapangan belum benar-benar

menunjukkan kemajuan berarti. Terkait dengan fungsi manajemen yang

menjadi tolak ukur dalam penilaian ketercapaian program, terdapat beberapa

kendala yang mempengaruhi. Dalam paparan berikut ini, akan dikemukakan

mengenai pelatihan dan kompetensi profesional guru BK dalam penyusunan

program BK. Data diperoleh dari wawancara dengan guru sekaligus

koordinator BK di SMA Negeri 1 Waikabubak.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

66

A. Penyusunan Program BK

Kompetensi adalah suatu penggabungan dari pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai dasar dari suatu individu yang terwujud dalam

pemikiran dan tindakannya. Maka dalam menyusun suatu program BK,

kompetensi profesional seorang guru BK perlu dituangkan dalam

perencanaan program. Dalam menyusun program BK, perlu dilakukan

beberapa tahap yang akan membantu terlaksananya program dengan

sistematis dan tepat sasaran. Berikut beberapa tahap penyusunan program

BK yang dimulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

evaluasi program BK.

Berdasarkan hasil wawancara pada studi pendahuluan, ditemukan

bahwa dalam menyusun program BK, guru belum mendalami kebutuhan

siswa melalui tahap identifikasi kebutuhan. Adapun kebutuhan siswa yang

diketahui diperoleh dari data diri atau profil siswa. Hal ini diungkapkan oleh

salah satu guru BK yang menyatakan bahwa:

“Untuk mengetahui kebutuhan siswa, biasanya kami

kumpulkan lewat data siswa, profilnya.” (sumber:

wawancara 10 Oktober 2017)

Kebutuhan siswa yang diketahui lewat profil siswa dapat dikatakan

belum cukup untuk merangkum jenis-jenis kebutuhan siswa yang terbagi

dalam empat bidang. Terkait keempat bidang layanan tersebut, data siswa

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

67

yang diperoleh hanya mencakup layanan pribadi, belajar dan sosial. Hal

tersebut diungkapkan guru BK seperti berikut:

“Kalau untuk bidang layanan yang diberikan, biasanya

seputar masalah pribadi, belajar dan sosial siswa. Datanya

kami peroleh dari data hasil tes nilai raport, seperti pada

semester pertama, lalu pribadi dan sosial ada angket

peminatan peserta didik dan lewat sosiometri juga. Khusus

untuk karir, biasanya kami gunakan brosur-brosur

universitas yang mungkin menarik minat siswa untuk

melanjutkan pendidikannya kesana. Untuk memberikan

layanan itu di kelas, masih kesusahan untuk mendapat waktu

karena bentrok dengan jam mengajar guru lain.” (sumber:

wawancara 10 Oktober 2017)

Terkait asesmen yang digunakan, seperti yang dinyatakan guru BK

dalam wawancara, belum semuanya diterapkan, baik dalam asesmen

lingkungan maupun asesmen tes/nontes untuk kebutuhan atau masalah siswa.

“Untuk asesmen, disini baru kami fokuskan pada masalah

siswa saja, seperti penggunaan instrumen nontes, contohnya

tadi sosiometri. Kalau instrumen tes, belum banyak

digunakan, tapi sebagai pendukung, kami gunakan nilai

raport, biasanya pada akhir semester siswa akan dilihat

sejauh mana kompetensinya, itu juga yang nanti menjadi

bahan pertimbangan saat memilih jurusan, waktu kenaikan

kelas.” (sumber: wawancara 10 Oktober 2017)

Dalam menyusun program, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

dari perencanaan program hingga pada evaluasi. Perumusan visi misi

menjadi salah satu dasar penyusunan program, karena dalam visi terdapat

tujuan yang ingin dicapai lewat program yang dijalankan. Seperti yang

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

68

diungkapkan oleh guru BK dalam wawancara, perumusan visi dan misi BK

dalam program BK telah disesuaikan dan sejalan dengan tujuan sekolah.

“Visi misi yang kami susun berkaitan dengan visi atau tujuan

sekolah, dimana sekolah ini diharapkan unggul dalam mutu,

utama dalam iman dan terpadu dalam budaya. Sehingga visi

BK ini juga diselaraskan dengan visi sekolah yang berisi

tujuan mengenai apa yang ingin dicapai lewat layanan yang

diberikan. Sebelum memberikan layanan BK juga, biasanya

kami adakan sosialisasi mengenai apa itu BK, sehingga siswa

memahami fungsi BK di sekolah dan program/layanan BK

yang ada di sekolah, bahwa BK bukan polisi/dokter sekolah,

karena BK sebenarnya melayani peserta didik untuk

memahami diri dan lingkungan serta memandirikan mereka.

” (sumber: wawancara 10 Oktober 2017)

“Misi yang dijabarkan dari visi berisi langkah-langkah untuk

mencapai tujuan tadi. Yang jelas, tetap kami upayakan agar

tetap pada pelaksanaan layanan BK yang sesuai tujuannya.

Untuk mencapai tujuan tadi, kami jabarkan dalam program-

program yang ada, seperti program tahunan, semesteran dan

lain-lain.” (sumber: wawancara 10 Oktober 2017)

Selain itu, dalam menyusun program, deskripsi kebutuhan siswa

diperlukan untuk membantu guru BK dalam merumuskan jenis kebutuhan

dan layanan yang diberikan pada siswa. Dalam pelaksanaannya, guru BK

menyatakan bahwa:

“Dalam menentukan layanan yang diberikan, dapat dilihat

dari asesmen yang diberikan pada siswa, karena dari

asesmen tersebut dapat diketahui siswa bermasalah dan

membutuhkan bimbingan pada bidang apa. Intinya adalah

apabila siswa dinilai bermasalah pada bidang tertentu, maka

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

69

tindakan bimbingan segera diberikan. (sumber: wawancara

10 Oktober 2017)

Hasil asesmen tentu menjadi bahan penelusuran kebutuhan siswa

yang lebih mendalam, sehingga layanan yang diberikan dapat mengatasi

berbagai masalah yang berkaitan dalam diri siswa. Perumusan deskripsi

kebutuhan siswa yang cukup singkat dan tercermin dari masalah yang terlihat

diluar saja belum cukup untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun

program BK yang efektif bagi siswa. Deskripsi kebutuhan dapat disusun

dengan mempertimbangkan hasil asesmen yang dituangkan dalam rumusan

perilaku. Dari rumusan itulah yang akan membantu guru dalam menentukan

jenis layanan apa yang perlu diberikan, yang sesuai dengan visi dan misi BK.

Identifikasi kebutuhan siswa yang dapat dikatakan belum mendalam

juga berpengaruh pada keefektifan langkah selanjutnya dimana guru perlu

menentukan prioritas kebutuhan siswa terkait keempat jenis layanan yang

diberikan. Prioritas kebutuhan siswa akan menjadi bahan pertimbangan bagi

guru BK dalam menyusun program. Apabila prioritas kebutuhan siswa

kurang tepat dengan kondisi yang dialami siswa, maka program yang

dijalankan tentu tidak sesuai dengan tujuannya. Penentuan prioritas

kebutuhan siswa ini ditentukan setelah mendapat hasil dari asesmen yang

diberikan, seperti yang dikemukakan oleh guru BK berikut:

“Untuk mengetahui bidang layanan apa yang diutamakan, itu

dapat dilihat dari hasil asesmen, dan dari keempat bidang

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

70

layanan yang diberikan, biasanya bimbingan pribadi yang

menjadi prioritas, lalu belajar, sosial dan karir. Namun untuk

karir, belum terlalu banyak diberikan pada siswa, baru

sebatas memberikan informasi lewat brosur yang dapat

mereka baca sendiri dan kemudian menentukan pilihannya.

Sejauh ini yang kami pantau juga, siswa lebih banyak

membutuhkan layanan pribadi, karena bermasalah dengan

kedisiplinannya, misalnya terlambat masuk sekolah bahkan

sampai bolos saat jam pelajaran.” (sumber: wawancara 10

Oktober 2017)

Pelaksanaan keempat bidang layanan tersebut akan tercantum dalam

program yang akan dijalankan. Namun, dalam kenyataannya, belum semua

bidang layanan dijalankan dan guru BK masih menemukan beberapa kendala

dalam hal mengidentifikasi kebutuhan siswa, seperti:

“Selama ini layanan yang diberikan memang cukup

membantu siswa dalam mengatasi masalahnya, baik pribadi

maupun belajar, namun tentu dalam layanan, ada dua bidang

lainnya yang belum maksimal dijalankan. Hal ini memang

menjadi PR juga buat kami karena, khususnya bagi siswa

kelas XII yang mau melanjutkan pendidikannya, perlu kami

bekali dengan informasi-informasi seputar kampus, apalagi

yang betul-betul dipilihnya sesuai dengan minatnya. Selain

itu, diluar layanan, kami agak kewalahan untuk

mengakomodasi kebutuhan siswa, misalnya tadi terkait

bimbingan karir, kami baru berikan sebatas brosur,

instrumen untuk peminatan memang ada namun belum kami

kembangkan lagi. Layanan kelompok juga belum sering kami

lakukan, karena membutuhkan ruang yang besar, jadi

benturan dengan tersedianya ruangan dan waktu

pelaksanaan layanan yang belum pas, itu juga kendala bagi

kami. Instrumen-instrumen yang digunakan juga masih ada

beberapa yang dapat dipakai, seperti yang diberikan pada

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

71

kakak kelas mereka, yang nanti menjadi bahan untuk

membuat program yang baru.” (sumber: wawancara 10

Oktober 2017)

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa layanan BK yang diberikan

selama ini belum tepat sasaran dan memenuhi prinsip layanan BK yang perlu

diberikan pada siswa.

Terkait dengan rencana evaluasi, program yang direncanakan perlu

dievaluasi untuk melihat sejauh mana rancangan program dilakukan. Dalam

hal ini, hasil wawancara menunjukkan bahwa:

“Dalam menyusun program BK, kami berpatokan pada hasil

analisis kebutuhan siswa dan tujuannya. Evaluasi biasa

dilakukan setelah mendapat data siswa, diolah baru kami

simpulkan, dan akhir semester, dimana saat itu kami sebelum

melakukan tes peminatan, ada evaluasi untuk melihat sejauh

mana siswa memahami minatnya.” (sumber: wawancara 10

Oktober 2017)

Dalam pelaksanaannya, evaluasi yang dilakukan berfokus pada

indikator identifikasi kebutuhan, namun belum secara menyeluruh dalam

proses perancangan program BK. Hal ini akan berdampak pada keefektifan

program yang akan dijalankan. Program yang diharapkan dapat mencakup

semua pelaksanaan layanan bimbingan belum cukup jika dievaluasi hanya

pada bagian identifikasi kebutuhan. Kesesuaian visi misi, penentuan

komponen, identifikasi layanan bimbingan dan penyusunan rencana

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

72

pelaksanaan (action plan) perlu diselaraskan dengan tujuan program dan

bagian-bagiannya secara keseluruhan.

Di samping itu, perencanaan pelaksanaan layanan BK juga tidak

terlepas dari kendala yang dihadapi. Berdasarkan hasil wawancara, kendala

yang dihadapi guru BK meliputi:

“Kendala, tentu ada. Mulai dari perencanaan program

itu, khususnya mengenai data siswa, karena banyak siswa

datang dengan berbagai keluhan/masalahnya masing-

masing, maka saya pun cukup kewalahan dalam

merumuskan masalah mereka satu per satu, khususnya

pengarsipan data siswa. Kebetulan saya sendiri yang

menangani bidang ini maka pelaksanaan layanan pun

sedikit sulit dilakukan, belum maksimal. Demikian juga

ketersediaan fasilitas yang masih kurang memadai.”

(sumber: wawancara 10 Oktober 2017)

Ketersediaan tenaga konselor atau guru BK yang tidak

mencukup kebutuhan dan fasilitas yang belum memadai

mempengaruhi kinerja dan jalannya program yang dijalankan. Dalam

menjalankan program BK, diperlukan kerja sama dari semua pihak.

Kegiatan koordinasi dengan guru mata pelajaran serta wali kelas telah

dijalankan dengan baik, misalnya saat akan melakukan analisis

kebutuhan.

“Sejauh ini koordinasi dengan kepala sekolah, wakil, dan

teman-teman guru lainnya cukup terlihat. Apabila ada

peserta didik yang mempunyai masalah serius, maka

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

73

dikomunikasikan pada kepala sekolah. Dari situ baru

diputuskan langkah apa yang diambil untuk mengatasi

masalah peserta didik ini. Wakil juga demikian, biasanya

akan terlibat jika ada konferensi kasus yang juga

melibatkan orang tua dan pihak-pihak lainnya untuk

membahas masalah siswa. Peran guru mapel dan wali

kelas itu biasanya memberikan rekomendasi atau informasi

mengenai siswa yang membutuhkan bimbingan. Biasanya

juga guru-guru akan menyertakan informasi mengenai

nilai-nilai dari siswa sebagai bahan pertimbangan.”

(sumber: wawancara 10 Oktober 2017)

Dapat dikatakan bahwa koordinasi yang baik ini dapat membantu

guru dalam menganalisis kebutuhan siswa yang diperlukan dalam menyusun

program BK di kemudian hari. Dalam melaksanakan layanan BK, terdapat

beberapa program layanan yang perlu diberikan pada siswa, yaitu layanan

individu, kelompok, klasikal, dan lintas kelas. Namun, pada kenyataannya,

beberapa layanan belum berjalan dengan optimal yang disebabkan oleh

adanya kendala dalam penentuan jadwal layanan.

“Untuk layanan sendiri, baru beberapa yang berjalan.

Bimbingan individu kalau ada siswa yang bermasalah,

misalnya terlambat atau alpa beberapa hari, bimbingan

kelompok tidak terlalu sering karena terkendala dengan jam

pelajaran, yang klasikal juga begitu, ada, direncanakan, tapi

jadwal yang bertabrakan dengan jadwal pelajaran. Dari

pengaturan jadwal dengan wakil kurikulum juga, memang

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

74

agak susah untuk kami mendapatkan waktu, karena pasti yang

diprioritaskan jam pelajaran. Apalagi jika ada les sambung,

atau jam kosong, biasanya diganti dengan pelajaran lain, jadi

kami tetap tinggal disini saja. Sedangkan untuk bimbingan di

ruang BK ini agak susah karena tempatnya sempit dan tidak

efektif juga bagi siswa. Jadi, layanan yang diberikan hanya

seputar masalah yang terlihat, misalnya anak-anak tawuran,

ya yang terlibat atau menjadi otak dari tawuran itu yang

dipanggil. Kalau untuk kunjungan ke kelas memang tidak

dilakukan karena alasan itu tadi.” (sumber: wawancara 10

Oktober 2017)

Pelaksanaan layanan BK yang belum maksimal ini mempengaruhi

tugas guru BK untuk mendalami keadaan atau permasalahan siswa dari

segala sudut. Apabila dengan mengandalkan data profil siswa atau dari

instrumen non-tes seperti AUM dan sosiometri, dapat dikatakan belum cukup

untuk mendalami potensi dan masalah siswa. Hal-hal seperti ini yang dapat

mempengaruhi persepsi siswa terhadap peran guru BK. Dari pihak guru,

tanggung jawab untuk mendalami kebutuhan siswa dari segala aspek

hidupnya terkendala oleh beberapa hal, dan dari pihak siswa, dapat

memunculkan perbandingan pandangan antara peran guru BK dengan guru

mata pelajaran.

Mengenai evaluasi program yang disusun, guru BK biasanya

melakukan evaluasi, namun keterlibatan kepala sekolah sebagai pemangku

jabatan tertinggi yang ikut menilai dan menyetujui program-program yang

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

75

diajukan, belum mendapat respon positif yang disebabkan oleh tugas yang

lain. Seperti yang dikemukakan berikut:

“Untuk evaluasi, saya biasanya akan mereview kembali,

program mana saja yang berjalan dan tidak berjalan,

semuanya saya catat kembali. Tapi untuk penilaian yang dari

kepala sekolah, sejauh ini belum ada. Yang penting diketahui

programnya ada, ya tinggal dijalankan. Beliau juga sibuk jadi

mungkin karena beberapa kepentingan itu, belum ada

pengecekan/evaluasi.” (sumber: wawancara 10 Oktober 2017)

Meninjau kembali program yang disusun merupakan langkah yang

baik untuk mengetahui capaian yang diperoleh. Namun, dalam menilai

capaian yang ada, diperlukan suatu panduan atau format yang mengacu pada

standar evaluasi yang baik dan mencakup tindakan monitoring hingga tindak

lanjut.

“Dalam melakukan evaluasi, dilihat program apa saja yang

berjalan, bagaimana keadaan siswa setelah dibimbing, kemudian

jika ada yang dirasa kurang, itu yang akan kami usahakan untuk

memperbaiki atau ditingkatkan di program berikutnya. Untuk

monitoring, biasanya tiap kelas kami pantau, siswa-siswa yang

sering bermasalah juga itu dari kelas yang mana, sehingga nanti itu

yang kami berikan bimbingan.” (sumber: wawancara 10 Oktober

2017)

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

76

B. Kegiatan Pelatihan Guru BK

Berdasarkan hasil wawancara, langkah analisis kebutuhan yang

dilakukan belum tepat sasaran, karena peserta pelatihan yang ditentukan dari

dinas merupakan guru yang bukan berlatar belakang BK. Hal ini

diungkapkan oleh guru BK sekaligus koordinator BK demikian:

“Kalau untuk kegiatan pelatihan sendiri, saya sudah pernah

mengikuti 4x, 2x dalam kota, 1x di Bandung, 1x di Bali, 2x di

Kupang, ada juga dari P4TK Penjas dan BK Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan, juga ada yang dari LPMP.

Tetapi, kadang dari dinas, peserta yang dipilih untuk ikut

pelatihan justru guru yang bukan BK.” (sumber: wawancara

10 Oktober 2017)

Pemilihan peserta pelatihan yang belum sesuai dengan kebutuhan

menjadi kendala dalam peningkatan keterampilan dan pengetahuan guru BK.

Kendala yang tidak diatasi dengan baik ini akan berpengaruh pada

penyusunan dan penerapan program BK di kemudian hari. Selain itu,

pelaksanaan kegiatan pelatihan yang juga dirasa kurang oleh peserta. Hal

tersebut diungkapkan guru BK dalam wawancara, yang menyatakan bahwa:

“Untuk pelaksanaannya, khususnya dalam hal waktu,

kendalanya juga disitu, dimana kesempatan sangat sedikit

pelaksanaan pelatihannya bagi kami yang BK, dibandingkan

dengan guru mata pelajaran, jadi 3-4 tahun 1x. Buat saya ini

masih kurang, karena kami juga butuh penyegaran, dalam arti

bahwa kami juga adakan pembaharuan pada tiap tahunnya.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

77

Kebutuhan siswa yang beda-beda ini juga belum tentu semua

sama, butuh layanan yang sama sekaligus, makanya pelatihan

yang tergolong lama dilaksanakan ini juga agak susah untuk

selanjutnya kami terapkan saat memberi layanan kepada

siswa.” (sumber: wawancara 10 Oktober 2017)

“Untuk alurnya, waktu pendampingan fasilitator implementasi

kurikulum 2013 di Bandung kemarin, jadi dari Kupang itu,

Instruktur Nasional (IN) yang dari LPMP, dari Dinas Provinsi

sudah menyediakan bahan untuk disosialisasikan pada

Instruktur Kabupaten (IK). Nanti IK pulang ke kabupaten,

diadakan sosialisasi pada guru sasaran, lalu guru sasaran

mengisi instrumen yang dibagikan IK. Setelah itu, digunakan

sebagai bahan IN di provinsi, hasil kegiatan IN itu dievaluasi

dan dianalisis. Jadi apapun yang diperoleh itu dibagikan

kembali ke kabupaten, ke guru-guru BK, misalnya waktu

MGBK.” (sumber: wawancara 10 Oktober 2017)

Dari beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa belum ada

perencanaan yang matang dalam kegiatan pelatihan, khususnya dalam

analisis kebutuhan peserta pelatihan juga waktu pelaksanaan pelatihan.

Selain itu, dalam pelaksanaan pelatihan, perlu diterapkan beberapa fungsi

manajemen agar alur pelatihan lebih tertata dan efektif. Mengenai materi

pelatihan, peserta atau guru BK dibekali dengan modul yang berisi strategi-

strategi penguatan fungsi guru BK. Modul yang dimaksud disesuaikan

dengan kurikulum yang digunakan, seperti yang dikemukakan berikut ini:

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

78

“Waktu pelatihan itu kami diberi modul, seperti ini, isinya ada

tentang pendahuluan, tentang latar belakang sampai landasan

hukumnya, lalu ada kerangka konseptual BK di SMA dalam

implementasi kurikulum 2013. Itu ada pengertian BK, lalu

kualifikasi guru BK, dan tugas pokoknya, dan yang ketiga

tentang strategi penguatan fungsi guru BK di SMA dalam

implementasi kurikulum 2013. Ada empat strategi yang

ditekankan, yaitu strategi penguatan dalam melakukan

asesmen, lalu dalam merancang program, kemudian ada

dalam melaksanakan program layanan, dan terakhir tentang

strategi penguatan kompetensi guru BK pada satuan

pendidikan pelaksana SKS.” (sumber: wawancara 10 Oktober

2017)

Terkait strategi perancangan program, materi dari modul yang

diberikan cukup spesifik dan jelas. Namun masih menemukan kendala dalam

menentukan pilihan instrumen yang lebih bervariasi.

“Kalau untuk materi, memang jelas apa saja yang akan

dibahas, tapi misalnya dalam pilihan instrumen-intrumen itu

coba lebih banyak contohnya.” (sumber: wawancara 10

Oktober 2017)

Mengenai materi pelatihan, perlu ditambahkan beberapa contoh yang

dapat menambah referensi guru BK sebagai peserta, sehingga pada akhirnya

kebutuhan siswa yang ingin diperoleh dapat terkaji lebih mendalam.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

79

LPMP Provinsi

IN Menyiapkan Bahan Pelatihan

Pelatihan IK oleh IN

Pelatihan GS oleh IK

Pengisian Instrumen oleh

GS

Hasil instrumen

dievaluasi dan dianalisis

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyusunan program BK dan

pelatihan yang dilakukan, diperoleh gambaran alur atau model faktual

pelatihan yang diterapkan seperti gambar dibawah ini:

Gambar 4.1. Model Faktual Pelatihan Guru BK

Kegiatan pelatihan biasanya dilakukan dengan tujuan meningkatkan

kompetensi yang dimiliki guru. Berdasarkan model faktual di atas, dapat

diketahui bahwa penerapan fungsi manajemen dalam pelatihan belum

dijelaskan secara detail. Dalam tahap perencanaan, diawali dengan tujuan

meningkatkan kompetensi profesional guru BK dalam menyusun program

BK. LPMP Provinsi bertindak sebagai pihak yang berkontribusi penting

dalam mengarahkan Instruktur Nasional yang akan meneruskan tanggung

jawab pelaksanaan pelatihan. Langkah ini termasuk dalam tahap

pengorganisasian dimana pihak yang terlibat tidak hanya pada tingkat

provinsi, yang meliputi Instruktur Nasional dan LPMP, namun juga pada

tingkat kabupaten, yaitu Instruktur Kabupaten dan Guru Sasaran yang

IN:Instruktur

Nasional

IK:Instruktur

Kabupaten

GS:Guru

Sasaran

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

80

menjadi peserta. Dengan mengetahui tujuan pelatihan, bahan dan materi

dirancang dan disiapkan untuk diteruskan pada pelaksanaan kegiatan

sosialisasi pada Instruktur Kabupaten yang ditunjuk untuk melanjutkan

kegiatan pelatihan pada Guru Sasaran. Dalam pelatihan, materi yang

dirangkum dalam sebuah bentuk modul dilengkapi dengan instrumen yang

kemudian menjadi bahan evaluasi.

Dalam tahap perencanaan dan pengorganisasian, belum dibuat suatu

kriteria perencanaan dan mekanisme kerja dengan pihak-pihak yang terlibat

secara mendetail. Pada bagan model faktual yang diterapkan, pihak LPMP

menentukan IN untuk melaksanakan sosialisasi terkait layanan BK.

Penentuan IN pun perlu disesuaikan dengan hasil analisis mutu pendidikan

yang ada di sekolah tertentu. Karena dengan mengetahui sejauh mana

sekolah telah mencapai standar tertentu, maka penentuan tujuan pelatihan

maupun instruktur akan lebih sesuai. Hal ini yang perlu ditambahkan pada

tahap awal. Selain itu, materi yang disiapkan untuk IK juga perlu

disesuaikan karena pelaksanaan layanan BK di tiap-tiap sekolah berbeda.

Pada dasarnya, hasil evaluasi setiap program BK menjadi kompas dalam

pengembangan materi pelatihan karena akan berpengaruh pada optimalnya

manfaat pelatihan bagi peserta dan implementasi layanan BK di kemudian

hari. Selain itu, sebelum melanjutkan sosialisasi kepada IK, perlu

diperhatikan kembali kriteria IK karena dari beberapa persyaratan yang perlu

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

81

dimiliki IK, hal itu berdampak pada penyampaian materi yang akan diterima

GS. Kemampuan atau kriteria yang dimaksud adalah pengetahuan IK itu

sendiri mengenai topik yang dibahas, penguasaan akan metode pembelajaran

atau penyampaian materi, serta kepekaan terhadap kebutuhan peserta. Dalam

bagan model faktual yang tertera di atas, meskipun langkah ini menjadi hal

teknis yang sejatinya akan dilewati sebelum melaksanakan sosialisasi,

namun pada penetapan bagan model pelatihan, perlu untuk diketahui dan

dijadikan acuan dalam pengembangan pelatihan.

Pada tahap pelaksaan pun perlu ditambahkan penetapan metode

pelatihan atau sosialisasi. Demikian juga dengan tahap evaluasi, dimana

perlu ditambahkan penetapan standar dengan tujuan pelatihan yang akan

dimonitor, dievaluasi dan ditindaklanjuti.

C. Deskripsi Kebutuhan

Dari hasil penelitian mengenai kegiatan pelatihan yang berpengaruh

pada kompetensi profesional guru BK dalam menyusun program BK,

ditemukan beberapa hal yang masih perlu dikembangkan lewat program

pelatihan. Hal tersebut adalah cara guru mendalami kebutuhan siswa melalui

berbagai alternatif asesmen. Identifikasi kebutuhan siswa melalui instrumen

tes dan non-tes dapat diperoleh lewat materi yang ditambahkan dalam

pengembangan model program pelatihan. Selain itu, penerapan program BK

yang belum terjadwalkan dengan baik juga mempengaruhi keefektifan

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

82

layanan BK yang diberikan pada siswa. Oleh karena itu, dapat dikatakan

kelemahan dari model pelatihan yang selama ini diterapkan adalah belum

adanya rincian yang jelas pada setiap tahap manajemennya. Jabaran setiap

tahapan membantu kedua pihak yang terlibat, baik pelatih maupun peserta

untuk mengingat dengan jelas langkah-langkah pencapaian tujuan tersebut,

sehingga makna dari efektifnya layanan BK di sekolah tidak hanya sebatas di

ruang pelatihan namun dapat menjadi panduan saat peserta atau guru BK

menerapkan pengetahuan yang diperoleh saat menyusun program BK.

Apabila dalam setiap tahapan manajemen, diberikan garis besar mengenai

fokus pencapaian pelatihan, namun tidak menyertakan detail yang

mendukung fokus pencapaian tersebut, maka pelatih tidak mengembangkan

indikator apa saja yang perlu dicapai, demikian juga dengan peserta yang

terfokus pada inti pelatihannya saja. Misalnya dalam tahap perencanaan,

apabila dalam model faktual, pelatih hanya akan berfokus pada berjalannya

sosialisasi dengan menyertakan materi pelatihan, tanpa menjelaskan

keterkaitan pihak-pihak lain yang berpartisipasi, atau bagaimana prosedur

monitoring hingga tindak lanjut, maka peserta pelatihan yang di kemudian

hari dapat menjadi pelatih atau fasilitator dalam sekolahnya akan

menemukan kendala karena kurang detailnya indikator di tiap fungsi

manajemen yang diterapkan. Maka dari itu, pengembangan model program

pelatihan ini juga dilengkapi dengan beberapa panduan yang akan

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

83

mendukung guru BK dalam menyusun dan mengembangkan layanan BK

yang lebih komprehensif dan inovatif kedepannya.

4.2 Hasil Pengembangan

4.2.1 Desain Model Pelatihan

Model pelatihan untuk peningkatan kompetensi profesional guru BK

ini dikembangkan berdasarkan hasil penelitian yang berisi kendala-kendala

yang dialami dalam pelaksanaan layanan BK di sekolah.

Model ini juga dikembangkan berdasarkan fungsi manajemen dan

melewati tahap validasi oleh para ahli di bidang Bimbingan dan Konseling

dan pelatihan. Pengembangan model ini menyertakan panduan-panduan

seperti Materi Pelatihan itu sendiri, panduan bagi Dinas Pendidikan, Pelatih

dan Peserta, Sekolah, dan Evaluasi. Model disusun berdasarkan sistematika

penulisan sebagai berikut: 1) Pendahuluan, yang berisi latar belakang, dasar

hukum, tujuan, manfaat, ruang lingkup model, dan spesifikasi model; 2)

Landasan teori, yang berisi pelatihan, kompetensi profesional guru BK, dan

program Bimbingan dan Konseling; 3) Prasyarat efektivitas model, 4)

Deskripsi model yang dikembangkan, yang meliputi: rasional model, bagan

model, perencanaan hingga evaluasi kegiatan pelatihan.

Dalam tahap perencanaan terdapat tujuan pengembangan model,

manfaat pelatihan, kegiatan pelatihan, metode dan media pelatihan, evaluasi,

waktu pelatihan dan biaya pelatihan. Pada tahap pengorganisasian meliputi

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

84

•Mengadakan sosialisasi dan menjelaskan teknis pelatihan

•Menyusun program BK

•Mengolah, menganalisis, menginterpretasi data hasil asesmen

•Penetapan program BK (Aplikasi materi dengan kondisi sekolah)

•Monitoring

•Penilaian pencapaian peserta

•Rencana tindak lanjut

•Mengatur mekanisme kerja

•Koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kebudayaan (Sekolah Negeri) dan Yayasan (Sekolah swasta)

•Identifikasi kebutuhan

•Perumusan tujuan

•Penyusunan kegiatan pelatihan

PerencanaanPengorgani-

sasian

PelaksanaanEvaluasi

koordinasi dengan Dinas/Yayasan, struktur organisasi Kepengurusan

pelatihan, jabaran tugas dan tanggung jawab, prasyarat personil, mekanisme

dan prosedur pelatihan. Dalam tahap pelaksanaan pelatihan meliputi

persiapan pelatihan, pra-pelatihan dan kegiatan inti pelatihan, dan pada tahap

evaluasi, meliputi monitoring, evaluasi dan tindak lanjut. Pada setiap

panduan, terdapat bagian yang berisi prinsip pelatihan dan tugas pada

lembaga terkait, seperti dinas, pelatih dan sekolah. Berikut ini adalah gambar

model yang dikembangkan:

Gambar 4.2. Desain Pengembangan Model Pelatihan

Pada langkah perencanaan, diawali dengan identifikasi kebutuhan

yang diperlukan untuk mengetahui kebutuhan guru BK dalam menyusun

program BK. Dalam Identifikasi kebutuhan, diperlukan data mengenai hasil

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

85

pelakasanaan program BK yang telah dilaksanakan pada periode

sebelumnya. Dengan mengetahui sejauh mana pencapaian pelaksanaan

program sebelumnya dan kendala atau kekurangan yang masih dihadapi,

perlu dirumuskan suatu tujuan yang akan membantu tercapainya program

yang lebih efektif dan tepat sasaran dibandingkan yang sebelumnya.

Perumusan tujuan yang telah dilakukan menjadi dasar atau acuan dari

penyusunan program pelatihan. Tujuan tersebut harus memuat hal yang ingin

dicapai untuk peningkatan kompetensi guru BK dalam menyusun program.

Penyusunan program pelatihan diharapkan mencakup visi, misi hingga

evaluasi yang mencerminkan hal yang ingin dicapai dari pelaksanaan

pelatihan bagi guru BK.

Pada langkah pengorganisasian, perlu diketahui bahwa suatu kegiatan

pelatihan tidak terlepas dari adanya kepengurusan atau kepanitiaan. Adanya

kepanitiaan membantu memudahkan jalannya pelatihan. Tanggung jawab

yang dibebankan pada satu orang akan membuat pelatihan kurang efektif,

sehingga diperlukan kerja sama dengan pihak lainnya. Pembagian tugas dan

tanggung jawab atau mekanisme kerja ini diatur agar pihak yang mendapat

bagian dalam pelaksanaan pelatihan memahami tugasnya pada bidang dan

prosedur yang tepat. Dalam tahap pengorganisasian juga, pelatihan tidak

dapat dijalankan secara langsung dan tersendiri. Dibutuhkan suatu koordinasi

dengan Dinas Pendidikan terkait atau Yayasan serta sekolah guna memenuhi

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

86

syarat kebutuhan guru BK yang diikutsertakan dalam pelatihan. Di samping

itu, kepanitiaan yang bertanggungjawab dalam hal teknis juga perlu

memahami prasyarat dan prosedur dalam menjalankan tugasnya pada

pelatihan. Dalam pengembangan model di tahap ini juga terdpat beberapa

panduan yang disediakan sehingga pihak yang terlibat lebih memahami tugas

dan tanggung jawabnya.

Pada langkah pelaksanaan, dimulai dengan mengadakan sosialisasi

dengan peserta atau GS mengenai teknis pelatihan. Sosialisasi ini bertujuan

untuk mengarahkan peserta kepada tujuan pelatihan yang berfokus pada

penyusunan program BK. Pada inti pelatihan, peserta akan diberikan

pelatihan mengenai empat indikator dalam komponen perancangan program

BK, dimulai dari tahap identifikasi kebutuhan siswa, menyusun program BK

yang berkelanjutan, menyusun rencana pelaksanaan program BK dan

menentukan sarana dan biaya layanan BK. Dalam indikator identifikasi

kebutuhan siswa, materi yang diberikan mengenai instrumen tes maupun

nontes yang dapat diberikan pada siswa. Instrumen dapat dipilih yang

menurut peserta dinilai efektif untuk diterapkan dan mendalami kebutuhan

siswa. Instrumen yang telah dibagikan dan diisi oleh siswa, dianalisis oleh

peserta atau guru BK untuk disusun skala prioritas dalam program BK atau

rencana kegiatan yang akan disusun. Jika hasil analisis kebutuhan telah

dirangkum, maka penyusunan program selanjutnya dapat lebih terarahkan.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

87

Demikian pula dengan sarana dan biaya yang diperlukan dalam layanan BK,

dari hasil analisis dan skala prioritas, peserta dapat memperhitungkan dan

menentukan alokasi dana dan pengadaan fasilitas yang dibutuhkan agar

menjawab kebutuhan siswa. Materi yang telah diterima peserta dapat

dijadikan contoh untuk penyusunan program BK yang sesuai dengan

keadaan sekolah masing-masing peserta.

Pada langkah evaluasi, difokuskan pada pencapaian tujuan yang telah

direncanakan sebelumnya. Sebelum melakukan evaluasi untuk mengecek

ketercapaian tujuan, dilakukan monitoring untuk memantau jalannya

pelatihan. Selain jalannya pelatihan yang melibatkan pelatih dan peserta,

monitoring juga dilakukan bagi kepanitiaan dan pihak yang bekerja sama.

Teknik monitoring hingga tindak lanjut ini dilengkapi dengan tabel format

yang berisi indikator pencapaian yang disusun berdasarkan kategori capaian,

yang kemudian dilanjutkan dengan rumusan tindakan lanjutan.

4.2.2 Validasi Desain Model

Setelah desain model yang dikembangkan, model masuk pada tahap

validasi oleh para ahli. Validasi ahli ini bertujuan untuk memperoleh

masukan dan komentar terhadap model yang dikembangkan, sehingga

apabila ditemukan kelemahan dalam model tersebut, dapat diperbaiki pada

tahap revisi desain.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

88

Validasi model yang dilakukan pada tahap uji coba melibatkan pakar

dari bidang Bimbingan dan Konseling, pakar dari bidang pelatihan dan

praktisi dari Dinas Pendidikan yang diwakili oleh pengawas tingkat SMA.

Validasi model ini dilakukan melalui angket yang disertakan bersama produk

model yang disusun. Berikut ini adalah daftar nama validator/pakar:

Tabel 4.1. Daftar Nama Pakar Validasi Model

Validator Ahli

No. Nama Bidang Keahlian Instansi

1. Prof. Drs. JT. Lobby

Loekmono, Ph.D

Bimbingan dan

Konseling

Universitas Kristen Satya

Wacana

2. Setyorini, M.Pd Bimbingan dan

Konseling

Universitas Kristen Satya

Wacana

3. Dr. Mawardi, M.Pd Manajemen dan

Pelatihan

Universitas Kristen Satya

Wacana

4. Untung Widodo, S.Pd Pengawas SMA Dinas Pendidikan Kota

Salatiga

Validator Lapangan

5. Dra. H. Labo BK SMA Kr.1 Waikabubak

6. Joel Kolle BK SMK N.1 Waikabubak

7. Hesti Nugraheni, S. Ag BK SMA N.1 Waikabubak

Masukan dan saran dari para ahli dirangkum untuk menjadi dasar

perbaikan pada tahap revisi model. Hasil penilaian (scoring) dari para ahli

ditunjukkan dalam lampiran pada Tabel 4.2. Berikut ini hasil validasi model

yang diperoleh dari pada ahli:

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

89

Tabel 4.3. Hasil Validasi Model Oleh Para Ahli

No. Validator Masukan / Komentar

1. Prof. Drs. JT.

Lobby Loekmono,

Ph.D

1. Pemilihan warna pada tampilan produk dan

kaitannya dengan instansi pendidikan (MMP

UKSW) yang perlu diperbaiki

2. Pemilihan warna cover yang cerah pada

panduan sekolah

3. Sumber tulisan sebaiknya dilampirkan

4. Kejelasan model pada panduan evaluasi dapat

dipertajam

2. Setyorini, M.Pd 1. Ukuran huruf dan tampilan cover

diseimbangkan

2. Konsistensi dalam penulisan judul (Penyusunan

Model/Penyusunan Buku Panduan/Penyusunan

Model Pengembangan Program Pelatihan)

3. Media pada panduan perlu diperjelas

3. Untung Widodo,

S.Pd

1. Dalam konteks formal, “Kata Pengantar” juga

dapat ditulis “Pengantar” saja.

2. Kata ‘patut’ dalam Kata Pengantar tidak perlu

ditulis karena itu adalah hal yang mutlak.

3. Konsistensi dalam memilih kata yang dipakai,

misalnya ‘peserta didik’ atau ‘siswa’; ‘landasan

teori’ atau ‘kajian teori’.

4. Dr. Mawardi,

M.Pd

1. Perlu ditambahkan deskripsi tentang apa itu

model dan apa itu “Model Pengembangan

Program Pelatihan…”

2. Harap dimantapkan yang maksud yang

diinginkan itu “Model Program Pelatihan…”

atau “Model Pengembangan Program

Pelatihan…”

3. Halaman 2 bagian 1.2, 1.3, 1.4

mendeskripsikan tujuan, manfaat dan sasaran

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

90

evaluasi; sementara 1.5 bicara tentang panduan.

Sebaiknya 1.2-1.4 juga mendeskripsikan

panduan.

4. Nama pembimbing harus dicantumkan pada

produk

5. Perlu ada bab tentang “Hakikat Evaluasi”

secara tersendiri. (Komp. 2-5)

5. Dra. H. Labo 6. Setelah model ini, dapat menyegarkan kembali

pemahaman dan pengetahuan guru BK, semoga

bermanfaat untuk pengembangan profesi guru

BK dan untuk kemajuan pendidikan di negeri

ini, terutama Sumba Barat, terlebih lagi di

sekolah sasaran/subjek penelitian.

6. Joel Kolle 7. Diucapkan terima kasih karena setelah

membaca langkah-langkah tulisan ini ternyata

sangat membantu kami sebagai acuan untuk

menambah pengetahuan baru

8. Tulisan ini dapat dipakai untuk perbaikan

kinerja keprofesionalisme BK di SMK N.1

Waikabubak

9. Daftar Isi tulisan mungkin dapat sedikit

dirapikan lagi

7. Hesti Nugraheni,

S. Ag

10. Tulisan ini membantu sekali, khususnya bagi

kami di sekolah ini yang masih membutuhkan

pembaharuan dalam BK, baik dari segi

layanannya, keterlibatan guru, wakil kepala

sekolah, kepala sekolah, maupun instansi

pemerintah/swasta lainnya.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

91

Dalam satu pengembangan model, terdapat empat panduan yang

masing-masing dilengkapi instrumen penilaian. Data yang diperoleh dari

kolom komentar/saran ditambah dengan data skor pada setiap instrumennya.

Dalam model, komponen yang divalidasi meliputi: 1) Tampilan produk, 2)

Pendahuluan, 3) Kajian Teori, 4) Pengembangan Model, 5) Prasyarat

Keefektifan Model, 6) Penutup, dan 7) Daftar Pustaka. Lampiran model

berupa panduan dinas, panduan pelatih dan peserta, panduan sekolah dan

panduan evaluasi. Dalam Panduan Dinas, Pelatih dan Peserta, dan Sekolah

meliputi: 1) Tampilan produk, 2) Pendahuluan, 3) Prinsip Pelatihan, 4)

Rencana dan Prosedur, 5) Penutup, dan 6) Daftar Pustaka, sedangkan

Panduan Evaluasi terdiri dari sembilan (9) item.

Penentuan kelayakan pengembangan model ini dilakukan dengan

membuat empat (4) kategori, yaitu: Sangat Baik (4), Baik (3), Kurang Baik

(2), dan Tidak Baik (1).

Adapun perhitungan skor untuk mengetahui tingkat kelayakan

pengembangan model ditentukan dengan rumus berikut:

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

92

Tabel 4.4.Rumus Perhitungan Tingkat Kelayakan Pengembangan Model

Untuk mengetahui nilai rentang kelayakan model, digunakan rumus

berikut:

𝐬𝐤𝐨𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 (𝟒)−𝐬𝐤𝐨𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 (𝟏)

𝐬𝐭𝐚𝐧𝐝𝐚𝐫 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐲𝐚𝐤𝐚𝐧 (𝟑) x100

Skor persentase akhir yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan

rentang nilai kelayakan yang tertera dibawah ini:

76 - 100 = Sangat Layak

51 - 75 = Layak

26 - 50 = Kurang Layak

0 - 25 = Tidak Layak

1. Menghitung T x Pn

T = Total jumlah pilihan item

Pn = Pilihan skor (1,2,3,4)

2. Menghitung jumlah item (tiap instrumen)

3. Menghitung X dan Y

X = Skor terendah (1) x Jumlah item

Y = Skor tertinggi (4) x Jumlah item

4. Menghitung Index Persentase sementara

Index =Total Skor (∑ T . Pn)

Y x100

5. Menghitung rata-rata Skor kelayakan akhir

1 Model (5 instrumen) Mean = ∑ % tiap 5 instrumen

4= ___

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

93

Berdasarkan hasil validasi para ahli, berikut ini dipaparkan hasil

perhitungan skor model beserta panduannya dari setiap validator.

Tabel 4.5. Skor Kelayakan Pengembangan Model

Validator

Persentase Skor Akhir Skor

Kelayakan Model P. Dinas P.Pelatih

& Peserta

P.

Sekolah

P.

Evaluasi

Prof. Drs. JT.

Lobby

Loekmono, Ph.D

80,30 78,75 74 78,26 69 76,1

Setyorini, M.Pd 78,79 83,75 86,46 89,13 72,22 82,1

Untung Widodo,

S.Pd 100 100 100 100 100 100

Dr. Mawardi,

M.Pd 74,24 75 75 75 77,78 75,4

SMA Kr.1

Waikabubak 84,8 96,25 97,9 100 97,2 95,23

SMK N.1

Waikabubak 98,48 98,75 98,95 98,91 97,22 98,5

SMA N.1

Waikabubak 97,72 100 96,87 96,73 97,22 97,7

Rata-rata Total 89,3

Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis data validasi ahli secara

keseluruhan, diperoleh rata-rata kelayakan berjumlah 89,3, sehingga dapat

dikatakan bahwa pengembangan model program pelatihan yang disusun

beserta panduan-panduannya sangat layak untuk diujicobakan.

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

94

4.2.3 Revisi Desain Model

Model yang telah melewati tahap validasi ahli kemudian diperbaiki

kelemahan/kekurangannya. Berikut hasil model yang telah direvisi:

Tabel 4.6. Hasil Validasi dan Revisi

No. Masukan Hasil revisi

1 Pemilihan warna pada tampilan produk

dan kaitannya dengan instansi

pendidikan (MMP UKSW) yang perlu

diperbaiki

Warna telah diganti dan disesuaikan

dengan warna Universitas

2 Pemilihan warna cover yang cerah

pada panduan sekolah

Warna cover telah diganti dan

disesuaikan

3 Sumber tulisan sebaiknya dilampirkan Sumber tulisan telah dilengkapi dan

dilampirkan

4 Kejelasan model pada panduan

evaluasi dapat dipertajam

Pada panduan evaluasi, telah

ditambahkan penjelasan serta panduan

mengenai tujuan evaluasi hingga ruang

lingkup panduan.

5 Ukuran huruf dan tampilan cover

diseimbangkan

Ukuran huruf pada tampilan judul model

telah diperbaiki

6 Konsistensi dalam penulisan judul

(“Penyusunan Model…”/ ”Penyusunan

Buku Panduan…” /”Penyusunan

Model Pengembangan Program

Pelatihan…”).

Judul akhir telah ditentukan berupa

“Pengembangan Model Program

Pelatihan Untuk Peningkatan

Kompetensi Profesional Guru BK dalam

Menyusun Program BK di SMA”

7 Media pada panduan perlu diperjelas. Media dalam pelatihan telah

ditambahkan

8 Dalam konteks formal, “Kata

Pengantar” juga dapat ditulis

Telah direvisi

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

95

“Pengantar” saja.

9 Kata ‘patut’ dalam Kata Pengantar

tidak perlu ditulis karena itu adalah hal

yang mutlak.

Telah direvisi

10 Konsistensi dalam memilih kata yang

dipakai, misalnya ‘peserta didik’ atau

‘siswa’; ‘landasan teori’ atau ‘kajian

teori’.

Telah diperbaiki dan ditentukan

penggunaan kata “siswa” dan “landasan

teori”.

11 Perlu ditambahkan deskripsi tentang

apa itu model dan apa itu “Model

Pengembangan Program Pelatihan…”

Penjelasan/deskripsi mengenai model itu

sendiri telah ditambahkan

12 Harap dimantapkan yang maksud yang

diinginkan itu “Model Program

Pelatihan…” atau “Model

Pengembangan Program Pelatihan…”

Telah ditentukan untuk menggunakan

judul “Pengembangan Model Program

Pelatihan…”

13 Halaman 2 bagian 1.2, 1.3, 1.4

mendeskripsikan tujuan, manfaat dan

sasaran evaluasi; sementara 1.5 bicara

tentang panduan. Sebaiknya 1.2-1.4

juga mendeskripsikan panduan.

Panduan pada poin 1.2, 1.3, 1.4 telah

ditambahkan

14 Nama pembimbing harus dicantumkan

pada produk.

Telah dicantumkan

15 Perlu ada bab tentang “Hakikat

Evaluasi” secara tersendiri. (Komp. 2-

5).

Telah ditambahkan 1 bab dalam

panduan evaluasi, yaitu “Bab II Hakikat

Evaluasi” yang berisi definisi evaluasi,

sistem evaluasi, dan prinsip/dasar

evaluasi.

16 Daftar Isi dirapikan Telah direvisi

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

96

4.3 Pembahasan

Kompetensi profesional seorang guru BK dapat tercermin dalam

program layanan BK yang dilaksanakan. Kompetensi yang mengarah pada

penguasaan teoritis maupun praktek guru mengenai bimbingan dan konseling

ini membantu siswa dalam menangani tugas perkembangannya. Setiap tugas

perkembangan siswa membutuhkan perencanaan yang matang sehingga

kemampuan guru untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan

hingga mengevaluasi program layanan harus optimal (Santoadi, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian, program BK yang dijalankan selama ini belum

efektif karena disebabkan oleh berbagai faktor kendala, salah satunya adalah

kompetensi guru dalam mengakomodir dan mengelola layanan yang

ditetapkan berdasarkan penilaian kebutuhan siswa. Analisis kebutuhan siswa

yang kurang mendalam mengakibatkan penentuan prioritas layanan yang

tidak tepat. Hal ini menjurus pada program yang disusun berdasarkan hasil

tersebut tidak efektif karena hal yang menjadi kebutuhan belum ditampilkan

dan diprioritaskan secara seksama. Pada keempat bidang layanan yang terdiri

dari bidang pribadi, sosial, belajar dan karir, tentu memiliki kriteria

kebutuhan dari setiap siswa. Perumusan kebutuhan akan bidang layanan

yang disuguhkan tidak dapat dilakukan dengan memfokuskan salah satu

bidang saja dalam program yang disusun, misalnya pemberian layanan pada

bidang pribadi melalui konseling individu pada satu semester. Hal seperti

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

97

inilah yang menjadi kendala bagi keefektifan BK di sekolah. Guru BK atau

konselor sekolah perlu membuat perubahan dalam program BK yang selama

ini dilakukan hanya berdasar pada masalah siswa yang muncul di permukaan

atau yang terlihat saja. Guru BK perlu mendalami keadaan siswa yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada perkembangan mereka di empat bidang

tersebut.

Selain menganalisis kebutuhan siswa, guru BK juga perlu melakukan

sosialisasi untuk menjelaskan pentingnya layanan BK pada siswa,

membentuk kembali pandangan yang positif terhadap BK, dan menjalin

kerja sama yang lebih baik dengan orang tua, masyarakat bahkan pihak yang

terlibat dalam layanan BK ini. Menurut Mugiarso (2009), peran guru BK

selain memasyarakatkan kegiatan BK dan merencanakan program BK adalah

melakukan persiapan dan melaksanakan bidang layanan BK pada sejumlah

siswa berdasarkan rasio, melaksanakan kegiatan pendukung layanan BK,

mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan layanan BK hingga

mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya. Untuk mencapai beberapa

aspek tersebut, guru perlu mendapat pelatihan yang mendukung perubahan

yang mencapai tujuan, baik untuk kompetensi profesionalnya maupun untuk

layanan BK yang lebih efektif.

Pengembangan model program pelatihan ini didasarkan pada

pengembangan model menurut Sugiyono. Langkah-langkah pengembangan

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

98

tersebut meliputi: 1) studi pendahuluan untuk mengidentifikasi potensi dan

masalah, 2) perancangan desain model, 3) validasi desain model, 4) revisi

desain model, dan 5) ujicoba model terbatas.

Model yang dikembangkan diharapkan dapat membantu guru BK

dalam meminimalisir kendala yang dihadapi dalam menyusun program BK.

Adapun kendala yang dialami yaitu analisis kebutuhan siswa yang belum

mendalam dan penerapan program yang belum terjadwal dengan baik.

Dengan adanya pengembangan model ini, kendala tersebut diharapkan

terminimalisir dengan adanya penerapan fungsi manajemen yang membantu

penerapan model yang lebih terstruktur.

Pada program pelatihan dalam model faktual, tahap perencanaan

dapat dikatakan cukup baik dalam menjabarkan langkah-langkah

perencanaannya. Diawali dengan analisis kebutuhan melalui data pokok

pendidikan untuk mengetahui guru sasaran yang menjadi peserta pelatihan

dan penyusunan bahan pelatihan bagi peserta. Dalam tahap

pengorganisasian, ada kerja sama dengan pihak LPMP dan juga terkait

pembiayaan yang melibatkan pusat dan daerah. Langkah selanjutnya yaitu

guru sasaran mengikuti kegiatan pelatihan, dan disamping itu ada tindakan

pendampingan dan penguatan bagi guru sasaran/peserta. Kegiatan

monitoring dan evaluasi mengenai pelaksanaan pelatihan tetap dilakukan.

Namun yang menjadi bahan pengembangan model faktual ini terletak ada

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

99

penjabaran kegiatan di setiap tahapan programnya. Ada beberapa hal yang

perlu ditambahkan pada tahap perencanaan hingga evaluasi program

pelatihan ini.

Pengembangan suatu model pun perlu dilandasi prinsip yang akan

mengarahkan tujuan program yang ingin dicapai dan dikembangkan. Prinsip

untuk menghasilkan pengembangan model yang dinyatakan Draganidis,

Fotis, dan Mentzas (2006) menyimpulkan bahwa dalam menyusun sebuah

model, perlu diperhatikan agar model tersebut dapat diidentifikasi kerangka

kuncinya, terperinci setiap bagian bagian/tahapan dalam kerangkanya,

diseleksi/dimodifikasi bagian yang perlu diperbaiki, proses dalam model

yang terstruktur, dan ada revisi model. Dalam pengembangan model,

kerangka pengembangan model difokuskan pada fungsi manajemen yang

indikatornya difokuskan pada alur pelaksanaan pelatihan. Dalam setiap

fungsinya, dimuat penjabaran indikator agar mencerminkan tujuan pelatihan

yang ingin dicapai dari tahap perencanaan hingga evaluasi. Dalam tahap

perencanaan pelatihan, perlu dicantumkan tujuan pelatihan serta manfaat

yang diharapkan diperoleh peserta dari kegiatan tersebut. Tujuan pelatihan

dapat menjadi standar untuk penyelenggaraan kegiatan sekaligus menjadi

titik penilaian kegiatan agar sesuai dengan standar yang ingin dicapai.

Indikator berikutnya yang perlu ditambahkan adalah perlu adanya

gambaran penyusunan kegiatan dalam tahap perencanaan. Hal ini meliputi

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

100

tahap pendahuluan dan tahap kegiatan inti pelatihan. Dalam tahap

pendahuluan, terdapat langkah identifikasi kebutuhan, perumusan tujuan dan

penyusunan kegiatan pelatihan. Dalam tahap kegiatan inti, terdapat langkah

sosialisasi kegiatan pelatihan dan penyusunan program BK. Sosialisasi

dibutuhkan sebagai salah satu media untuk mengenalkan proses

pembelajaran yang akan dilakukan mengenai keterampilan dan pengetahuan

serta perannya dalam proses tersebut. Seperti yang dikemukakan Goode

(2007) yang menyatakan bahwa sosialisasi merupakan proses yang harus

dilalui untuk memperoleh nilai-nilai dan pengetahuan mengenai

kelompoknya dan mengenai peran sosial yang cocok dengan kedudukannya

saat itu. Hal ini mendukung pentingnya langkah sosialisasi dalam kerangka

pengembangan model program pelatihan yang kemudian mempengaruhi

langkah berikutnya dalam pengorganisasian maupun hingga tahap

pelaksanaan pelatihan.

Selain itu, dalam tahap perencanaan, selain langkah-langkah

pelaksanaannya, perlu ditambahkan tahap evaluasi, waktu pelatihan dan

biaya pelatihan. Tahap evaluasi perlu direncanakan dengan matang agar

dapat ditentukan standar-standar tertentu yang menjadi bahan pertimbangan

terlaksananya pelatihan secara efektif atau tidak. Tahap perencanaan ini

merupakan tahap penggabungan antara fakta dan usaha yang menuju pada

aktivitas yang diusulkan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

101

(Sukarna, 2011). Demikian juga dengan waktu dan biaya pelatihan, dimana

hal ini cukup krusial karena perlu disesuaikan dengan kalender pembelajaran

yang dilakukan guru sasaran atau peserta pelatihan. Meninjau kembali

kendala yang dihadapi dalam mengatur jadwal layanan BK, menunjukkan

perencanaan waktu yang belum matang, padahal pengaturan waktu adalah

hal penting dalam menentukan dan menilai ketercapaian dan keberhasilan

layanan BK tersebut dalam suatu kurun waktu. Maka dari itu, pengembangan

model ini juga mengarah pada prinsip khusus pelaksanaan BK dimana waktu

pelaksanaannya yang harus berkesinambungan.

Penetapan narasumber, persiapan materi, panduan pelatihan, dan

pelaksanaan pelatihan juga membutuhkan waktu yang cukup lama.

Pembiayaan yang juga merupakan salah satu faktor penting dalam pelatihan

membutuhkan perencanaan yang matang agar setiap hal yang diperlukan

dapat tersedia. Oleh karena itu, tahap perencanaan yang dilakukan dengan

baik dan matang dapat menjadi tonggak pelaksanaan pelatihan yang efektif

karena setiap tahap akan lebih terstruktur.

Selain itu, dalam tahap pengorganisasian, gambaran model yang

memuat langkah-langkah prosedural tidak hanya memuat kerja sama dengan

pihak terkait, namun perlu diperjelas dengan mekanisme kerja, jabaran tugas

dan prasyarat tiap personil terkait kegiatan pelatihan. Kejelasan tugas dalam

tahap pengorganisasian ini juga dapat meningkatkan kerja sama yang terjalin

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

102

antar personil sehingga pencapaian tujuan menjadi lebih baik. Seperti yang

dikemukakan Moekijat (1993:2), bahwa pelatihan dapat mengembangkan

sikap agar tercipta kerja sama antar pekerja, yang dalam hal ini adalah pihak

terkait kegiatan pelatihan. Pelatihan bukan hanya meningkatkan

keterampilan peserta tetapi juga bagi kepanitian, baik dalam mengatur

strategi dari tahap perencanaan hingga pada pelaksanaan evaluasi.

Pelaksanaan pelatihan dengan model faktual melakukan

pendampingan dan penguatan. Namun dalam pengembangan model program

pelatihan ini, tahap pelaksanaan mencakup persiapan pelatihan, pra-pelatihan

dan kegiatan pelatihan itu sendiri. Langkah persiapan pelatihan dimaksudkan

agar ada pemantapan dari semua pihak terkait, misalnya kepanitiaan kegiatan

pelatihan, Dinas Pendidikan, sekolah-sekolah terkait serta peserta pelatihan

itu sendiri. Meskipun dalam tahap perencanaan, hal-hal terkait pelaksanaan

telah dilakukan, maka dalam pelaksanaannya, diperlukan waktu untuk

mengecek kembali keperluan yang direncanakan sebelumnya. Langkah pra-

pelatihan atau sosialisasi dimaksudkan untuk memberi arahan pada peserta

sebelum mengikuti pelatihan. Tahap ini juga dimaksudkan agar memberi

waktu bagi peserta untuk mempersiapkan diri. Demikian juga kepanitiaan

yang ditunjuk untuk menjalankan tugasnya. Dalam pengembangan model ini

disertakan beberapa panduan bagi pihak terkait, seperti Dinas Pendidikan,

Pelatih dan Sekolah dengan tujuan bahwa dalam pelatihan, jabaran tugas dan

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

103

mekanisme kerjanya dapat lebih teratur. Pengembangan model program

pelatihan ini berfokus pada penyusunan program BK oleh guru, yang

menunjukkan bahwa kontribusi pelatih cukup besar dalam mengembangkan

kompetensi guru dalam penyusunan program BK tersebut. Oleh karena itu,

materi yang diberikan kepada peserta terkait dengan penyusunan program

BK, dimulai dari identifikasi kebutuhan siswa hingga evaluasi program BK

yang telah dijalankan di sekolah. Pada pengembangan model, materi

dijelaskan secara garis besar. Namun yang membedakannya dengan panduan

pelatih adalah pada penjabaran materi yang lebih lengkap pada panduan

tersebut. Materi yang disajikan terbagi atas empat bagian, sesuai dengan

indikator kompetensi profesional guru BK dalam menyusun program BK.

Bagian pertama dari materi yang dijelaskan terfokus pada identifikasi

kebutuhan siswa, dimana pelatih akan merincikan satu per satu instrumen tes

maupun nontes yang dapat digunakan untuk memperdalam kebutuhan siswa.

Peserta atau guru BK dapat memilih dan mengembangkan instrumen yang

digunakan untuk sesuai dengan keperluan di sekolahnya. Dalam penelitian

yang dilakukan Hastuti (2014), mempunyai kesamaan dengan tujuan dari

penelitian ini karena berfokus pada analisis kebutuhan siswa dan

mengembangkan instrumen seperti yang telah disusun dalam pengembangan

model program ini. Hal yang disarankan dalam penelitian Hastuti merujuk

pada pemanfaatan TIK sebagai media penyempaian informasi mengenai

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

104

pengembangan instrumen dan analisis kebutuhan siswa. Maka dalam

penelitian ini, tidak hanya dijelaskan media yang digunakan namun juga

disediakan beberapa panduan sehingga dapat digunakan secara praktis.

Pengembangan model beserta panduan tersebut telah dinyatakan layak oleh

validator sehingga dapat diterapkan pada sekolah-sekolah secara terbatas

untuk meningkatkan layanan BK yang lebih efektif.

Bagian kedua yang menjadi materi adalah penyusunan program BK

yang berkelanjutan, dimana hasil analisis kebutuhan siswa dituangkan guru

BK ke dalam bentuk program BK, baik yang akan dijalankan dalam kurun

waktu satu tahun, semester atau bulan. Penyesuaian tujuan program dengan

aspek-aspeknya yang meliputi komponen program hingga biaya layanan BK

dapat dikembangkan guru BK sesuai kebutuhan dan waktu yang tepat.

Bagian ini membutuhkan perhatian, baik dari pelatih maupun peserta, karena

program yang disusun berisi layanan-layanan yang akan diberikan pada

siswa. Program BK ini dinilai penting karena pada dasarnya, layanan

bimbingan yang diberikan selalu memperhatikan perkembangan siswa

sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang.

Selain itu juga bimbingan juga merupakan suatu proses, dimana layanan

bimbingan akan terus menerus berlangsung atau terus diberikan pada siswa

(Winkell, 2009).

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

105

Hal yang biasanya menjadi kendala, seperti pemilihan instrumen

yang kurang bervariasi untuk mendalami kebutuhan siswa dapat berimbas

pada ketepatan layanan yang diberikan. Seperti yang tercantum dalam

prinsip khusus oleh Ahmadi (2015), salah satunya adalah konselor

hendaknya menggunakan berbagai jenis metode dan teknik yang tepat dalam

menjalankan tugasnya. Apabila guru BK ingin meningkatkan layanan belajar

untuk mendukung prestasi siswa, maka pengukuran kebutuhan yang

dibutuhkan tidak hanya dari satu instrumen, seperti data diri siswa, atau

angket peminatan siswa. Guru dapat mengembangkan instrumen yang ada

dengan memberikan tes prestasi, dimana guru dapat bekerja sama dengan

tenaga ahli dibidang tersebut. Disamping itu, guru perlu terlibat dan peka

terhadap keadaan siswa yang berada di zaman yang terus berubah, karena

itulah bimbingan untuk mencapai kemandirian dan penyesuaian diri siswa

terhadap lingkungannya perlu terus diasah lewat tahap identifikasi kebutuhan

ini. Pernyataan dari Sukardi (2008) pun menegaskan pentingnya bimbingan

yang merupakan suatu proses bantuan yang diberikan terus-menerus dan

sistematis dalam tiap tingkat perkembangan siswa.

Selain itu, perencanaan operasional yang juga memuat tentang bidang

layanan, materi dan waktu pelaksanaan menemukan kendala pada

pelaksanaannya dalam kurun waktu tertentu. Hal tersebut disebabkan oleh

skala prioritas yang ditentukan sekolah dimana porsi waktu pelaksanaan jam

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

106

pembelajaran lebih diutamakan dari pada porsi waktu untuk layanan BK.

Maka dari itu, guru perlu menyiasati waktu yang ada sedemikian rupa

sehingga layanan BK tetap berjalan meskipun porsi waktu yang ditentukan

dalam perencanaan belum sepenuhnya dijalankan. Disamping itu, layanan

BK seperti bimbingan kelompok atau klasikal dapat dilaksanakan dengan

memanfaatkan ruang layanan BK secara bertahap. Namun guru BK perlu

melakukan inventarisasi kebutuhan terlebih dahulu, seperti kebutuhan ruang

layanan, kelengkapan instrumen yang digunakan maupun sarana/fasilitas

lainnya yang mendukung layanan yang akan diberikan.

Kebutuhan sarana dan biaya juga menjadi bagian dari materi

pelatihan yang akan membantu guru dalam mengatur alur pengajuan

pengadaan sarana/fasilitas hingga mengalokasikan biaya yang dibutuhkan

untuk keperluan layanan BK. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana

dapat menjadi salah satu perubahan yang baik bagi terciptanya layanan BK

yang efektif dan kondusif. Pada beberapa sekolah, sarana dan prasarana

menjadi salah satu kendala yang krusial dan tidak dapat disepelekan.

Pada tahap evaluasi dalam pengembangan model program pelatihan,

tidak hanya kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan, namun juga

perlu ditambahkan rencana tindak lanjut yang dilakukan. Monitoring

dilakukan untuk meninjau proses belajar peserta selama dan akhir pelatihan.

Adapun landasan yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kegiatan pelatihan bagi guru BK merupakan salah satu bentuk pemenuhan syarat dari salah satu unsur komponen program, yaitu dukungan sistem

107

belajar peserta adalah dengan menyesuaikan pada indikator penyusunan

program BK bagi konselor yang tercantum dalam Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Konselor (Permendiknas Nomor 27 Tahun

2008).