bab iv hasil penelitian dan pembahasan profil pt...
TRANSCRIPT
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil PT Pelabuhan Indonesia II (persero)
Pelabuhan Tanjung Priok adalah pelabuhan terpadat dan tersibuk di
Indonesia yang juga menjadi barometer perekonomian nasional dengan 50
persen arus barang dan 30 persen arus kargo non minyak dan gas bumi
nasional melalui pelabuhan ini setiap tahunnya. Pada saat ini wilayah di
pelabuhan Tanjung Priok telah dikelola oleh PT. Pelabuhan Indonesia II
(Persero) yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di
sektor perhubungan dengan usaha jasa kepelabuhanan dan logistik.
Pelabuhan laut merupakan mata rantai utama transportasi laut,
sebagai salah satu titik pertemuan dan perpindahan barang ataupun orang
melalui moda transportasi laut ke moda transportasi darat, atau sebaliknya.
Barang yang diangkut menggunakan kapal laut nantinya akan dibongkar dan
dipindahkan ke angkutan darat seperti kereta api dan truk. Maka dari itu,
akses jalan, jalur kereta api, dan akses ke bandara sangatlah penting bagi
pelabuhan.
Pelabuhan merupakan jenis industri tersendiri dengan banyak
aktivitas perdagangan ekspor dan impor. Banyak dari berbagai bidang usaha
yang terlibat pada industri pelabuhan ini di antaranya seperti transportasi,
perbankan, leasing alat bongkar muat dan bea cukai
50
Sebagai gerbang perdagangan internasional, pelabuhan juga
berfungsi sebagai gerbang masuk pada suatu negara. Melalui pelabuhan orang
atau barang dari negara lain dapat masuk ke suatu negara dengan melalui
pelabuhan. Oleh karena itu, citra pada suatu negara juga ditentukan oleh
keadaan dan kondisi pelabuhannya. Pelayanan dan kebersihan yang terdapat
pada pelabuhan tersebut mencerminkan negara yang bersangkutan.
Pelabuhan juga memiliki peranan penting sebagai mata rantai
transportasi yang berkaitan langsung dengan pertumbuhan ekonomi.
Pelabuhan-pelabuhan yang beroperasi secara efisien tentunya akan
menurunkan biaya logistik. Pada saat yang bersamaan penurunan biaya
logistik akan mendorong pertumbuhan ekonomi karena biaya transportasi
mengalami penurunan dan produk bisa dijual lebih murah.
Sampai saat ini PT Pelindo II (Persero) telah memiliki 17 (tujuh
belas) anak perusahaan dan perusahaan afiliasi yang terdiri atas PT Pelabuhan
Tanjung Priok, PT Jakarta International Container Terminal (JICT), KSO
TPK Koja, PT Integrasi Logistik Cipta Solusi, PT Pengembang Pelabuhan
Indonesia, PT Indonesia Kendaraan Terminal, PT Jasa Armada Indonesia
(Tbk), PT Jasa Peralatan Pelabuhan Indonesia, PT Rumah Sakit Pelabuhan,
PT Electronic Data Interchange Indonesia, PT Terminal Petikemas Indonesia,
PT Pendidikan Maritim dan Logistik Indonesia, PT Pengerukan Indonesia,
PT IPC Terminal Petikemas, PT Energi Pelabuhan Indonesia, PT Multi
Terminal Indonesia, serta PT Pelabuhan Indonesia Investama. Beberapa anak
perusahaan tersebut merupakan hasil dari kerja sama dan pengambilan alih
51
kepemilikan. Hal tersebut dilakukan agar segala aktivitas yang ada di
pelabuhan Tanjung Priok dapat bersinergi untuk memberikan kontribusi
positif terhadap perekonomian di Indonesia.
4.1.1. Luas Wilayah Pelabuhan Tanjung Priok
Fasilitas yang terdapat pada Pelabuhan Tanjung Priok meliputi luas daratan,
panjang dermaga, jumlah tambatan, panjang penahan gelombang, kolam
pelabuhan, dan panjang alur. Berikut uraian mengenai luas wilayah
Pelabuhan Tanjung Priok
1. Luas kolam pelabuhan 424 Ha yang terdiri dari:
a. Pelabuhan Nusantara I: 5 s.d. 8 mLWS
b. Pelabuhan Nusantara II: 6 s.d. 8 mLWS
c. Pelabuhan I: 5 s.d. 9 mLWS
d. Pelabuhan II: 7 s.d. 10 mLWS
e. Pelabuhan III: 9 s.d. 12 mLWS
f. JICT I: 8,5 s.d. 14 mLWS
g. JICT II: 8 s.d. 11 mLWS
h. Terminal Petikemas Koja: 14 mLWS
i. Dermaga khusus Pertamina: 9 s.d. 12 mLWS
j. Dermaga khusus Bogasari: 9 s.d. 10 mLWS
k. Dermaga khusus Sarpindo: 9 s.d. 12 mLWS
l. Dermaga khusus DKP: 9 mLWS
2. Luas daratan: 604 Ha
52
3. Panjang penahan gelombang: 8.456 m
4. Panjang alur: 16.853m
5. Panjang dermaga: 12.522 m
6. Jumlah tambatan: 79 unit
Gambar 4. 1 Peta Pelabuhan Tanjung Priok
Sumber: maps.google.com (diolah)
Dalam pelaksanaannya, hanya beberapa terminal yang melayani bongkar
muat petikemas impor di Pelabuhan Tanjung Priok di antaranya, yaitu
Terminal MAL, Terminal 3, Terminal JICT, TPK KOJA, dan NPCT1. Dari
kelima terminal tersebut JICT melayani paling banyak petikemas
kedatangan Internasional.
Lapangan penumpukan yang ada di Pelabuhan Tanjung Priok dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu Lini-1 lapangan penumpukan yang masih berada di
sekitar Terminal dan Lini-2 lapangan penumpukan yang berada di luar
Terminal yang disebut sebagai Tempat Penimbunan Sementara (TPS).
53
4.1.2. Penanganan General Cargo di Pelabuhan Tanjung Priok
Pada tahun 2012 hingga 2016 telah terjadi trend penurunan dalam
penanganan petikemas ekspor dan impor di pelabuhan Tanjung Priok. Data
dari BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2012 hingga 2016 telah terjadi
penurunan angka ekspor impor. Dalam data tersebut angka ekspor paling
tinggi masih didominasi produk nonmigas, kemudian untuk angka impor itu
sendiri didominasi oleh produk migas. Walaupun terjadi trend penurunan
pada angka ekspor dan impor dari tahun 2012 hingga 2016, neraca
perdagangan Indonesia masih mengalami surplus. Berikut Gambar 4.2
mengenai penanganan general cargo di pelabuhan Tanjung Priok tahun
2012-2016.
Gambar 4. 2 General Cargo Handling Statistic 2012-2016
Sumber: PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
2012 2013 2014 2015 2016
Rib
uan
Statistik Penanganan General Cargo di Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2012-2016
54
4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan
• Visi
Menjadi pengelola pelabuhan kelas dunia yang unggul dalam operasional
dan pelayanan.
• Misi
Melalui Pelanggan dan Mitra perusahaan dapat menyediakan, membangun
dan mengoperasikan pelayanan kepelabuhan dan logistik secara terintegrasi,
berkualitas dan andal untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan mitra.
Melalui keryawan dapat menciptakan lingkungan yang nyaman serta
mewujudkan insan perusahaan yang fokus pada pelanggan, berintegrasi,
bangga kepada perusahaan dan memberikan kesejahteraan kepada seluruh
karyawan.
Melalui pemegang saham, dapat memberikan nilai yang maksimal dan
meningkatkan kinerja perusahaan secara profesional dengan memenuhi
aspek tata kelola perusahaan yang baik.
Melalui masyarakat dan negara dapat memberikan jaminan kelancaran dan
keamanan arus kapal dan barang untuk mewujudkan efisiensi biaya logistic
dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi nasional yang berdampak
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
55
4.2. Dwelling Time di Pelabuhan pada Beberapa Negara
Secara garis besar aktivitas importasi barang pada tiap-tiap negara
tidak memiliki perbedaan, hanya saja alur proses yang dipraktikan bisa
berbeda pada masing-masing negara tergantung dari kebijakan yang sedang
dijalankannya. Dalam hal ini aktivitas importasi tidak hanya membahas
mengenai arus barang di pelabuhan yang dibawa masuk ke suatu negara,
tetapi juga arus dokumen. Arus dokumen ini merupakan aktivitas penyerahan
dokumen kepada lembaga-lembaga tertentu selama melakukan aktivitas
importasi, dimulai dari barang tiba di pelabuhan hingga barang tersebut dapat
dibawa meninggalkan pelabuhan oleh importir. Tentunya, selama aktivitas ini
berlangsung memerlukan waktu yang dibutuhkan agar dapat menyelesaikan
masing-masing aktivitas. Waktu tersebut disebut sebagai dwelling time atau
indikator waktu untuk mengetahui kelancaran arus barang dan dokumen di
pelabuhan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan waktu
yang dialami tiap pelabuhan di masing-masing negara salah satunya adalah
kebijakan dari negara tersebut dalam menjalakan kegiatan perdagangan
internasional baik impor maupun ekspor. Tidak hanya itu, teknologi yang
digunakan selama pemeriksaan barang di pelabuhan juga dapat
mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk aktivitas importasi.
Berdasarkan tingkat produktivitas yang cukup tinggi pada
pelabuhan Shanghai dan Busan, pada penelitian ini pelabuhan tersebut akan
56
dijadikan pembanding dengan pelabuhan Tanjung Priok terkait aktivitas
importasinya.
4.2.1. Pelabuhan Shanghai dan Pelabuhan Busan
Saat ini negara China menempati urutan pertama dan Korea
menempati urutan ketiga pada sektor pelabuhan. Beberapa pelabuhan di
China merupakan pelabuhan yang tersibuk di dunia salah satunya adalah
pelabuhan Shanghai. Selama lima tahun terakhir pelabuhan Shanghai ini
telah melayani petikemas sekitar 30 juta hingga 37 juta TEUs dan pelabuhan
tersebut dalam sepuluh tahun terakhir telah mengalami pertumbuhan sekitar
142%. Sedangkan pelabuhan Busan setiap tahunnya melayani penangan
petikemas sekitar 15 juta hingga 19 juta TEUs pertahunnya. Pelabuhan
Busan ini dioperasikan oleh perusahaan Busan Port Authority (BPA) yang
dikelola langsung pemerintah.
57
Gambar 4. 3 General Cargo Handling Port of Shanghai and Port of Busan in
2012-2016
Sumber: International Association of Ports and Harbors (IAPH)
Peringkat tersebut tentunya tidak terlepas dari peran suatu negara
dalam keterlibatan perdagangan internasional terkait ekspor dan impor.
Mengenai importasi, pada bagian ini akan dijelaskan proses importasi di
pelabuhan Shanghai dan pelabuhan Busan.
Pada umumnya proses importasi barang di berbagai negara tidak
memiliki banyak perbedaan, namun yang berbeda adalah pada bagian
pembatasan barang dan larangan barang yang bisa dibawa masuk ke negara
yang dituju. Tujuan dari clearance pada suatu negara adalah sebagai bentuk
proteksi dalam bentuk larangan atau batasan terhadap suatu barang agar
dapat melindungi negara dari ancaman barang-barang yang tidak
seharusnya beredar pada suatu negara.
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
2012 2013 2014 2015 2016
Statistik Penanganan General Cargo di Pelabuhan Shanghai dan Pelabuhan Busan pada Tahun 2012-2016
Shanghai Busan
58
Bagian ini akan menjelaskan mengenai proses importasi pada
negara China dan negara Korea Selatan dimulai dari barang itu tiba di
pelabuhan hingga barang bisa dibawa oleh pemiliknya.
Pada pelabuhan Shanghai proses dalam melakukan importasi
barang adalah pertama-tama importir harus mengajukan izin ke Customs
Department dan Committee of Foreign Trade and Economic Cooperation
(CFTEC) secara online setelah izin tersebut diperoleh, barulah importir
mempersiapkan dokumen terkait barang yang akan di bawa masuk, yaitu
bill of material, OEM contract, purchase order, commercial invoice,
packing list, bill of lading, certificate of packing, registry book, declaration
certificate of entrustment, commodity inspection certificate entrustment,
import permit dan kemudian diserahkan ke agen Freight
Forwarding/Customs Broker. Selanjutnya setelah dokumen diterima, pihak
agen akan melakukan penebusan delivery order dengan menukar bill of
lading. Setelah delivery order diterima pihak agen akan langsung
mempersiapkan dokumen untuk diserahkan kepada pihak yang melakukan
pemeriksaan, yaitu Commodity Inspection Bureau. Pihak yang melakukan
pemeriksaan akan memverifikasi dokumen jika telah sesuai, namun apabila
belum sesuai dokumen akan dikembalikan lagi kepada pihak agen untuk
dilengkapi. Jika dokumen telah sesuai barulah pihak Commodity Inspection
Bureau menerbitkan sertifikat hasil pemeriksaan. Setelah memeroleh
sertifikat hasil pemeriksaan dan delivery order yang telah distempel,
selanjutnya pihak agen harus menyerahkan dokumen sertifikat izin
59
importasi, daftar antrean, dan sertifikat hasil pemeriksaan kepada pihak
customs. Pihak customs akan melakukan pemeriksaan dan verifikasi
dokumen dari barang yang akan dibawa. Jika dokumen yang diserahkan
masih belum sesuai, pihak customs akan mengembalikan dokumennya
untuk dilengkapi kembali. Selanjutnya, apabila dokumen telah disetujui
barulah pihak agen akan menerima sertifikat customs clearance dari pihak
customs.
Setelah menerima dokumen yang diperlukan sebagai izin untuk
membawa barang ke dalam negara China, pihak agen akan mempersiapkan
transportasi untuk mengangkut barang yang kemudian akan diantarkan ke
gudang importir. Sopir truk yang telah ditunjuk harus membawa dokumen
yang diberikan pihak agen, yaitu sertifikat customs clearance, delivery
order yang telah distempel, dan packing list saat memasuki lapangan
penumpukan. Kemudian sopir truk yang ditunjuk akan mengantarkan
barang langsung ke gudang importir. Setelah barang diantarkan oleh sopir
truk, selanjutnya pihak importir akan melakukan pembayaran ke bank
terhadap barang yang telah dibawa tersebut. Berikut pada Gambar 4.4
ditunjukkan mengenai proses importasi barang yang dilakukan di pelabuhan
Shanghai.
60
ImportirCustoms Broker/
Freight Forwarding
Shipping Company
Commodity Inspection
BureauCustoms
Transportation Company
Bank
Menyiapkan dokumen
untuk mengajukan
impor
Menebus Delivery Order
Bill of LadingMenukar dengan
Delivery Order
Bill of Delivery Order
Menerima Dokumen
Menyiapkan Dokumen
untuk Pemeriksaan
Menerima dokumen
VerifikasiDokumen
Tidak Sesuai
Menerbitkan sertifikat
Dokumen Sesuai
Certificate of Inspect ion
Stamped Del ivery Order
Menyiapkan dokumen pengajuan Improtasi
Commercial Invoice
Packing List
Certificate of packing
Registry Book
Commodity inspection
certificate of entrustment
Bill of Delivery Order
Memuat kontainer ke
gudang Importir
Melakukan Pembayaran
Bill of Material
OEM Contract
Purchase Order
Commercial Invoice
Packing List
Bill of Lading
Certificate of packing
Registry Book
Declaration certificate of entrustment
Commodity inspection
certificate of entrustment
Import Permit
OEM Contract
Commercial Invoice
Letter of Credit
Memuat kontainer ke
gudang Importir
Akhir
Mulai
Menerima Dokumen
Declaration certificate of entrustment
Registry Book
Certificate of Inspect ion
Verifikasi
Menerbitkan sertifikat
Dokumen Sesuai
Dokumen Tidak Sesuai
Certificate of Inspect ion
Stamped Del ivery Order
Certificate of Custom
Clearance
Certificate of Custom
Clearance
Certificate of Custom
Clearance
Stamped Del ivery Order
Packing List
Menyiapkan Transportasi
Certificate of Custom
Clearance
Stamped Del ivery Order
Packing List
61
Gambar 4. 4 Flowchart Proses Importasi Barang di Pelabuhan Shanghai
Sumber: Jurnal an Analysis of Import-Export procedures and processes in China
(2010)
Kemudian pada pelabuhan Busan, barang yang telah tiba di
pelabuhan akan langsung diarahkan oleh pihak Customs Korea untuk
dikumpulkan di gudang milik Customs Korea. Kemudian pemilik
barang/broker customs harus menyiapkan dokumen sebagai syarat
penentuan Tariff-rate Quota (TRQ). Dokumen tersebut adalah bill of lading,
packing list, dan certificate of origin. Setelah menyiapkan dokumen tersebut
lalu pemilik barang/broker customs harus menyerahkannya ke pihak
Customs Korea secara online bersamaan dengan dokumen Import
Declaration sesuai dengan draft yang disediakan oleh pihak Customs Korea.
Apabila dokumen telah diterima oleh pihak Customs Korea, dokumen
tersebut akan langsung dilakukan pemeriksaan kemudian jika telah sesuai
akan diverifikasi. Barang yang telah sesuai dengan dokumen pada sistem
Customs Korea akan langsung dilakukan pemeriksaan. Customs Korea
melakukan pemeriksaan dengan 2 (dua) cara, yang pertama pemeriksaan
fisik, yaitu pemeriksaan barang-barang secara detail. Kemudian yang kedua
tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi barang tersebut hanya dipindai.
Jika tidak terdapat masalah selama pemeriksaan selanjutnya dokumen yang
telah diserahkan akan dilakukan audit terhadap hasil pemeriksaan.
Selanjutnya adalah pembayaran, Customs Korea memberikan 2
(dua) pilihan bagi pemilik barang/customs broker untuk melakukan
62
pembayaran pajak terhadap barang yang akan dibawa masuk ke Korea.
Pemilik barang/customs broker dapat melakukan pembayaran di awal atau
di akhir. Jika pemilik barang/customs broker melakukan pembayaran di
awal maka secara otomatis pada sistem Customs Korea akan menyetujui
import declaration yang sudah diserahkan dan memberitahukan bahwa
barang telah bisa dibawa pergi ke gudang pemilik barang, tetapi jika pemilik
barang/customs broker melakukan pembayaran di akhir, barang akan
terdaftar dalam sistem Customs Korea dengan status dengan syarat agar bisa
dibawa ke gudang pemilik barang. Pembayaran di akhir harus dilakukan
tidak lebih dari 15 hari. Berikut pada Gambar 4.5 mengenai proses
importasi di pelabuhan Busan.
63
Port Entry
Cargo is directed by the Customs to be stored in the Customs area
Import Declaration
Goods
Duty Payment
Value Declaration
C/S (clearance)
Goods Inspection Inspection omitted
Screen Monitoring
Audited of submitted documents
Providing Security Payment in advance
Acceptance of the declaration
Acceptance of the declaration
Delivery of goods Delivery of goods
Post-clearance duty payment
Gambar 4. 5 Flowchart of the Import Customs Procedure
Sumber: Korea Customs Service
64
4.2.2. Perbandingan Dwelling Time pada Beberapa Negara dengan Indonesia
Peningkatan produktivitas dan peningkatan efisiensi pada kinerja
operasional menjadi semakin penting, mengingat perkembangan terakhir
hal tersebutlah yang mempengaruhi pasar pelayaran di dunia. Pelabuhan-
pelabuhan sekarang harus beradaptasi dengan paradigma baru untuk bisa
meningkatkan kinerja terkait hal waktu penyelesaian urusan di kapal, waktu
inap petikemas di pelabuhan, operasi gerbang, kedalaman kolam dan
konektivitas intermodal.
Data dari laporan UNCTAD tahun 2016 menyebutkan bahwa
pelabuhan pada beberapa negara di dunia sudah memiliki kinerja yang
sangat baik dengan produktivitas yang tinggi. China menempati urutan
pertama dengan masa tunggu di pelabuhan selama 0,83 hari dengan
melayani petikemas sekitar 37 juta TEUs sedangkan Jepang pada posisi
akhir karena pelabuhan Jepang kurang produktif dibanding dengan beberapa
negara yang lain. Walaupun dalam ukuran jumlah penanganan petikemas
terbilang sedikit, tetapi waktu yang dihabiskan petikemas untuk menginap
di pelabuhan Jepang sangatlah cepat. Berbeda dengan negara Indonesia,
pelabuhan di Indonesia sudah cukup produktif dalam menangani petikemas
di pelabuhan, terlihat dari jumlahnya yang sudah cukup banyak, yaitu
sekitar 5,5 juta TEUs. Namun waktu yang dibutuhkan untuk petikemas
menginap di pelabuhan masihlah sangat lama sekitar 3,67 hari. Hal tersebut
tentunya masih perlu disoroti agar pelabuhan Indonesia mampu bersaing
65
dengan pelabuhan-pelabuhan di negara maju. Informasi tersebut bisa dilihat
pada Tabel 4.1
Tabel 4. 1 Dwelling Time Pada Pelabuhan dari Beberapa Negara di Dunia Tahun
2016
Country Days in
Port
Container
Volume Handled
China 0.83 37.135.000
Singapore 0.80 30.930.000
Republic of Korea 0.49 19.378.000
Malaysia 0.93 13.167.000
Netherlands 1.14 12.385.000
Taiwan Province of
China
0.40 10.460.000
United States 0.97 8.857.000
Indonesia 3.67 5.510.000
Germany 0.46 5.489.000
Spain 0.51 4.745.000
Japan 0.29 4.653.000
Sumber: United Nation Conference On Trade and Development (UNCTAD) –
Review of Maritime Transport 2017 & INSW
66
4.3. Permasalahan dan Penyebab Dwelling Time Meningkat di Pelabuhan Tanjung
Priok dan Upaya Pemerintah dalam Menanganinya
4.3.1. Permasalahan dan Penyebab Dwelling Time Meningkat di pelabuhan
Tanjung Priok
Pelabuhan memiliki pengukuran kualitas pelabuhan berdasarkan
produktivitas. Produktivitas itu diukur melalui 2 (dua) indikator dari, yaitu
dapat diketahui berdasarkan lama waktu yang dibutuhkan untuk berlabuh
dan waktu petikemas berada di lapangan penumpukan. Waktu petikemas
yang berada di lapangan penumpukan disebut sebagai dwelling time.
Semakin lama petikemas menginap di pelabuhan tentunya akan
mempengaruhi produktivitas pelabuhan. Tidak hanya itu lamanya
petikemas tersebut menginap di pelabuhan merupakan suatu permasalah
para pelaku usaha. Berikut penyebab dan permasalahan dwelling time antara
lain dari beberapa sumber informasi antara lain, yaitu
1. Peraturan Bea Cukai yang berubah-ubah
2. Hubungan yang lemah antarinstansi kementerian lembaga dengan bea
cukai
3. Dokumen pelengkap pabean yang terlambat diterima dari exportir negara
asal
4. Kesadaran importir untuk segera melakukan pembayaran pajak dalam
rangka impor.
5. Lapangan penimbunan yang tidak beroperasi 24 jam, sehingga petikemas
yang telah dipindah ke lini-2 akan menjadi terhambat pengeluarannya
67
6. Ketidakpastian pihak bea cukai dalam menerbitkan Surat Persetujuan
Pengeluaran Barang (SPPB) menghambat proses importasi karena
importir/PPJK tidak tahu waktu yang tepat untuk menyiapkan truk
pengangkut petikemas.
(Ahmad dan Firmansyah 2018)
Ketua Fordeki Syamsyul hadi mengatakan penerimaan barang
impor harus membayar biaya lebih mahal jika petikemas yang sudah selesai
proses pabean menumpuk di terminal petikemas lebih dari 3 (tiga) hari.
Selanjutnya ketua umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia
(Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan instansi yang terkait dengan
kegiatan ekspor-impor, yaitu kementerian dan lembaga (K/L) di pelabuhan
harus terus memantau pergerakan dwelling time. Karena pengawasan yang
longgar dari instansi terkait menjadi penyebab dari meningkatnya rata-rata
waktu inap barang di pelabuhan Tanjung Priok.
4.3.2. Upaya Pemerintah dalam Menangani Dwelling Time
Pada tahun 2015 Presiden menerbitkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 117 tentang pemindahan barang yang
melewati batas waktu penumpukan di pelabuhan Tanjung Priok guna
mengurangi penumpukan yang terjadi di lapangan penumpukan Lini-1.
Kemudian pada tahun 2016 Pemerintah melalui kebijakannya
menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi XI berjudul Pengendalian Risiko
68
untuk Memperlancar Arus Barang di Pelabuhan. Isi dari paket kebijakan
tersebut adalah Pengembangan layanan fasilitas perizinan satu atap melalui
Portal Indonesia National Single Window untuk menyatukan urusan di
Kementerian/Lembaga. Penerapan layanan satu atap tersebut guna
mempermudah aktivitas ekspor-impor. Selain pengembangan portal satu
atap antarkementerian/lembaga, dibentuk juga model single risk
management menggunakan single submission untuk lembaga BPOM dan
Bea Cukai. Model ini juga diperluas penerapannya ke seluruh
Kementerian/Lembaga. Melalui penerapan kedua sistem ini diharapkan
dapat meminimalisir waktu yang diperlukan pelaku usaha dalam melakukan
ekspor atau impor.
Selanjutnya pada tahun 2017 Pemerintah kembali menerbitkan
Paket Kebijakan XV tentang penguatan kelembagaan dan kewenangan
Indonesia National Single Window (INSW) guna berfokus pada perbaikan
sistem Logistik di Indonesia. Inti dari isi paket kebijakan tersebut adalah
Lembaga Badan INSW telah didirikan sebelumnya diberikan fungsi
independesi untuk mengembangkan sistem pelayanan elektronik dan
pengawasan aktivitas ekpor-impor kepabeanan dan kepelabuhan di seluruh
Indonesia dan otoritas untuk melakukan pengawasan secara ketat terhadap
aktivitas ekpor-impor yang bersifat illegal guna mendukung pelaksanaan
Free Trade Agreement (FTA).
69
4.4. Pelayanan di Pelabuhan Tanjung Priok
Secara teknis, pelayanan operasional yang disediakan oleh PT
Pelabuhan Indonesia II (persero) bisa berupa layanan kapal, seperti jasa
pandu kapal untuk merapat ke dermaga, layanan kolam, pengisian bahan
bakar, dan lain-lain. Untuk aktivitas bongkar muatnya berupa penyewaan
petikemas, fasilitas penumpang, dan tentunya proses bongkar/muat petikemas
dari kapal hingga ke darat atau sebaliknya. Selain layanan terkait kapal dan
petikemas, ada juga penyewaan gudang atau lapangan untuk menitipkan
petikemas yang disebut sebagai lini-1, yaitu lapangan yang masih mepet
dengan laut atau masih berada pada area Terminal Bongkar Muat. Area lini-
1 ini terikat dengan aturan Perppu No 117 tahun 2015, bahwa masa penitipan
barang di area lini-1 tidak boleh melebihi dari 3 (tiga) hari. Apabila terdapat
terdapat pemilik petikemas yang tidak bisa mengeluarkan petikemasnya
dalam 3 (tiga) hari maka petikemas tersebut akan dipindahkan sementara oleh
pihak Pelindo II ke lapangan penumpukan lini-2 atau Importir bisa
memindahkannya sendiri ke lapangan penumpukan lini-2. Dalam praktiknya
yang membedakan lapangan lini-1 dan lini-2 adalah lokasi tempat
penumpukannya. Lapangan lini-1 merupakan lapangan yang masih dekat
dengan perairan (laut), sedangkan lapangan penumpukan lini-2 lokasinya
tidak dekat dengan perairan atau tidak berada pada area Terminal Bongkar
Muat namun masih dalam pengawasan Bea Cukai.
70
Kemudian Pelindo juga menyediakan layanan lain-lain berupa
sewa listrik, sewa petikemas pendingin, dan lain-lain untuk memenuhi
keperluan di area Pelabuhan.
Dalam melayani bongkar petikemas impor di pelabuhan Tanjung
Priok, pertama pihak Pelindo II akan memberikan layanan kapal berupa jasa
pandu untuk merapat ke dermaga. Setelah kapal merapat ke dermaga barulah
petikemas dapat dilakukan aktivitas bongkar. Pelindo II memberikan layanan
bongkar terhadap beberapa jenis muatan seperti general cargo, dry bulk, dan
liquid bulk. Muatan yang telah diturunkan dari kapal tersebut lalu akan
diletakkan di lapangan penumpukan Lini-1. Selanjutnya pemilik barang
(petikemas) dipersilakan untuk menyelesaikan kewajibannya terhadap barang
yang akan dibawa masuk ke Indonesia. Pemilik barang (petikemas) harus
menyelesaikan urusannya dalam waktu 3 (tiga) hari, apabila pemilik barang
belum menyelesaikan urusannya dalam 3 (tiga) hari maka importir harus
memindahkan barangnya sementara ke lapangan penumpukan Lini-2 atau
barangnya dipindahkan secara langsung oleh pihak Pelindo II ke lapangan
penumpukan Lini-2.
Berikut pada Gambar 4.6 menjelaskan mengenai layanan di pelabuhan
Tanjung Priok.
71
Ship ServicesLoading/
UnloadingStorage Lini-1
Receiving/Delivery
Other Services
• Anchorage• Pilotage• Tug• Mooring• Water
Service• Reception
Facilities
• Container;• General Cargo;• Dry Bulk;• Liquid Bulk;• Passenger;• Vehicle• Animal.
Warehouse Yard Taken (By Consignee)
Over Brengen (OB)
Storage Lini-2
Warehouse Yard
Gambar 4. 6 Pelayanan di Pelabuhan Tanjung Priok
Sumber: PT Pelabuhan Indonesia II (persero)
72
4.4.1. Flowchart Pengajuan Izin Kapal Sandar ke Dermaga dan Pengeluaran
Petikemas Impor
Suatu petikemas dapat masuk atau keluar dari pelabuhan
merupakan tanggung jawab dari agen pelayaran sebagai pemilik petikemas.
Petikemas tersebut sebagai sarana untuk mengangkut barang dari tempat
asal ke tempat yang ingin dituju. Aktivitas petikemas bisa dilakukan ketika
kapal yang mengangkut telah sandar ke dermaga dan bisa dilakukan
kegiatan bongkar atau muat barang. Pada bagian ini akan dijelaskan
mengenai proses pengeluaran petikemas impor dimulai dari agen pelayaran
mengajukan pemberitahuan kapal tiba hingga proses bongkar muat barang
selesai dilakukan. Setelah proses tersebut dilakukan barulah importir/PPJK
dapat mulai mengurus barangnya untuk dimasukkan ke area pabean.
Agen pelayaran merupakan bagian dari perusahaan pelayaran yang
tersebar di beberapa negara. Tugas dari agen perusahaan pelayaran ini
adalah bertanggung jawab terhadap kapal yang akan tambat dan petikemas
yang diangkut di kapal tersebut. Setiap negara memiliki peraturan untuk
sebuah kapal dari negara luar dapat melakukan tambat di pelabuhannya. Di
sini agen pelayaran yang akan mengurus seluruh aktivitas terkait regulasi di
pelabuhan. Pada pelabuhan Tanjung Priok, perusahaan pelayaran yang ingin
melabuhkan kapalnya akan menghubungi agennya di negara Indonesia
untuk mengajukan perizinan tambat kapal kepada pihak Pelindo. Pengajuan
izin ini dilakukan dalam 3 (tiga) hari sebelum kapal tiba di Indonesia.
Dokumen yang harus dipersiapkan agen pelayaran, yaitu Container Vessel
73
Identification Advice, Profil Bongkar, dan Bay Plan Bongkar kemudian
dikirimkan secara online ke bagian perencanaan Pelindo II. Pihak Pelindo
kemudian melakukan verifikasi terkait dokumen yang telah diterima,
apabila dokumen belum sesuai akan dikembalikan lagi ke pihak pelayaran
untuk dilengkapi. Jika telah sesuai Bagian Perencanaan akan langsung
menyampaikan ke bagian Operasi dan Pengendalian, Operator Kapal dan
Operator Lapangan bahwa terdapat kapal yang akan merapat ke dermaga.
Kemudian bagian perencaan akan melakukan persiapan lapangan
penumpukan untuk petikemas yang akan dibongkar dari kapal dengan
menginstruksikan bagian Operasi Pengendalian dan Operator Kapal.
Selanjutnya setelah dilakukan pembongkaran petikemas, Operator Kapal
akan melakukan konfirmasi terhadap barang yang telah dibongkar kepada
bagian Operasi Pengendalian dengan menyerahkan dokumen Time Sheet
dan Realisasi Bongkar untuk dilakukan verifikasi. Jika belum sesuai bagian
Operasi Pengendalian akan menyerahkan kembali dokumen Time Sheet dan
Realisasi Bongkar untuk dilakukan perbaikan. Apabila telah sesuai barulah
bagian Operasi Pengendalian akan menyampaikan Nota Bongkar Muat ke
bagian billing terkait biaya kapal dan pembongkaran petikemas. Nota
tersebut diterukan ke pihak agen pelayaran agar dilakukan pembayaran.
Setelah melakukan pembayaran dan menerima Nota Lunas terkait biaya
kapal dan pembongkaran petikemas, barulah importir mengurus dokumen
untuk melakukan pengeluaran petikemas di pelabuhan. Berikut pada
74
Gambar 4.7 mengenai Flowchart Pengajuan Kapal Tambat di Pelabuhan
Tanjung Priok.
Agen PelayaranBagian
PerencanaanOperasi dan
PengendalianOperator Kapal
Operator Lapangan
Billing Bank
Mulai
Mempersiapkan Dokumen
Permohonan Pembongkaran
Container Vessel Identifiaction Advice
Profil Bongkar
Bay Plan Bongkar
Container Vessel Identifiaction Advice
Profil Bongkar
Bay Plan Bongkar
VerifikasiTidak
Rencana Operasi Bongkar Muat
Rencana Operasi Bongkar Muat
Rencana Operasi Bongkar Muat
Rencana Operasi Bongkar Muat
Ya
Persiapan Lapangan
Penumpukkan
Discharge Sequence List
Import Card
Container Sequence List
Letter of Idemnity
Discharge Sequence List
Import Card
Container Sequence List
Discharge Sequence List
Import Card
Container Sequence List
Letter of Idemnity
Import Card
Layout Import
Konfirmasi Pembongkaran
Cetak Dokumen
Verifikasi
Tidak
Nota Bongkar Muat
Ya
Nota Bongkar Muat
PembayaranMenerima
Pembayaran
Nota LunasNota Lunas
Time Sheet
Realisasi Bongkar
Time Sheet
Realisasi Bongkar
Akhir
Berth Time
Gambar 4. 7 Flowchart Pengajuan Kapal Tambat di Pelabuhan Tanjung Priok
Sumber: diolah
75
Selanjutnya adalah aktivitas importir dalam menyelesaikan proses
clearance untuk dapat mengeluarkan petikemas impor di pelabuhan
Tanjung Priok. Ketika kapal telah tiba di pelabuhan Tanjung Priok, importir
harus segera melakukan penebusan Delivery Order kepada agen pelayaran
dengan menyerahkan dokumen Bill of Lading, Invoice, Packing List, dan
Ceritifcate of Origin. Setelah menerima Delivery Order, importir harus
segera melakukan submit dokumen pada laman Indonesia National Single
Window (INSW) dan melakukan pembayaran pajak terhadap barang yang
akan di bawa masuk ke Indonesia. Setelah dokumen dan bukti pembayaran
diserahkan, Bea Cukai akan melakukan pemeriksaan terkait barang yang
akan dibawa oleh importir. Jika barang telah sesuai dengan dokumen yang
diserahkan, Bea Cukai selanjutnya akan menerbitkan dokumen Surat
Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) sebagai izin terhadap barang
tersebut. Kemudian dokumen DO dan SPPB yang telah diterima, diserahkan
ke bagian loket untuk segera diproses pengeluaran petikemasnya dari
lapangan penumpukan. Setelah dokumen tersebut diserahkan, importir
harus segera membayar biaya pengangkutan dan waktu inap petikemas
selama berada di lapangan penumpukan. Jika telah melakukan pembayaran
bagian loket akan menerbitkan dokumen Surat Penyerahan Petikemas
(SP2). Dokumen tersebut diberikan kepada importir untuk selanjutnya
diserahkan kepada sopir truk yang telah ditunjuk importir bersamaan
dengan dokumen SPPB. Dokumen SP2 dan SPPB merupakan surat izin
yang digunakan untuk memasuki lapangan penumpukan. Tanpa dokumen
76
tersebut truk tidak bisa memasuki lapangan penumpukan. Setelah memasuki
lapangan penumpukan kemudian truk akan diarahkan langsung Operator
Lapangan menuju letak petikemas yang dituju. Petikemas yang telah dimuat
ke atas truk selanjutnya akan dibawa keluar dari lapangan penumpukan dan
diantarkan ke gudang importir. Berikut Gambar 4.8 penjelasan mengenai
flowchart pengeluaran petikemas impor di pelabuhan Tanjung Priok.
77
Importir/PPJK Agen PelayaranOperator Lapangan
BankBea Cukai Loket Truk
Bukti Bayar Bea Masuk
Melakukan Pembayaran Surat Setoran Pabean Cukai
dan Pajak (SSPCP)
Menerima Pembayaran
Bukti Bayar Bea Masuk
Bukti Bayar Bea Masuk
Memeriksa Dokumen
Pemberitahuan Impor Barang
(PIB)
Status Check
Mandatory Check
Content Check
Selectivity Processing
Selectivity Processing
Pengklasifikasian Pet ikemas
Berdasarkan Beberapa Jalur
(Priori tas, Nonprioritas, Hijau, Kuning,
Merah
Penerbitan Dokumen Surat
Persetujuan Pengeluaran
Barang (SPPB)
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB)
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB)
Delivery Order
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB)
Pemberitahuan Pengantaran
Nota Delivery
Melakukan Pembayaran
Menerima Pembayaran
Nota Lunas
Delivery Order
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB)
Nota Lunas
Nota Lunas
Penerbitan Surat Penyerahan
Pet ikemas (SP2)
Surat Penyerahan Pet ikemas (SP2)
Surat Penyerahan Pet ikemas (SP2)
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB)
Surat Penyerahan Pet ikemas (SP2)
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB)
Surat Penyerahan Pet ikemas (SP2)
Memasuki Lapangan
Penumpukkan (GATI)
Memuat Petikemas
Keluar Lapangan
Penumpukkan
Akhir
Container Check & Lift On
Mulai
Menebus Delivery Order
Bill of Lading
Packing List
Invoice
Certificate of Origin
Bill of Lading
Packing List
Invoice
Certificate of Origin
Cetak Delivery Order
Delivery OrderDelivery Order
Dwelling Time
Submit Dokumen ke
INSW
Nomor Identitas Kepabeanan
Angka Pengenal Impor
Packing List
Bill of Lading
Invoice
Pemberitahuan Impor Barang
Gambar 4. 8 Flowchart Pengeluaran Petikemas Impor di Pelabuhan Tanjung Priok
Sumber: diolah
78
4.4.2. Dwelling Time di pelabuhan Tanjung Priok
4.4.2.1. Rata-rata Dwelling Time di pelabuhan Tanjung Priok pada Tahun 2017 dan
2018
Waktu penyelesaian proses kepabeanan (customs clearance time)
merupakan salah satu rantai dalam proses pergerakan arus barang sebagai
bagian dari Dwelling Time. Dwelling time adalah lama waktu sejak barang
impor dibongkar dari kapal sampai dengan barang keluar dari pelabuhan.
Waktu ini menjadi salah satu faktor yang menentukan angka Logistic
Performance Index (LPI). Dengan menurunkan angka dwelling time
tentunya akan menurunkan biaya logistik bagi para pelaku usaha.
Pada tahun 2017 dwelling time yang terjadi di pelabuhan
bergerak di angka sekitar 3,1 hingga 4,5 hari. Perppu No 117 tahun 2015
cukup efektif menekan dwelling time untuk berkisar di angka 3-4 hari.
Peraturan Menteri Nomor 117 tahun 2015 berisi mengenai waktu untuk
petikemas di lini-1 tidaklah boleh dari 3 (tiga) hari. ini membuktikkan
bahwa aturan tersebut masih kurang tegas dalam penerapannya. Sehingga
dwelling time masih bisa melebihi dari kesepakatannya, yaitu 3 (tiga) hari.
Bea Cukai Indonesia memiliki pengukuran waktu proses
kepabeanan dengan menerapkan beberapa jalur terhadap jenis barang
tertentu. Hal tersebut terkait dengan penyelesaian dokumen pada jalur
merah, jalur kuning, jalur hijau, dan jalur Mitra Utama (MITA).
Berdasarkan laporan dari Bea Cukai tahun 2017 barang impor yang masuk
79
ke Indonesia didominasi yang melalui jalur hijau sebanyak 60,56%, pada
jalur kuning sebanyak 11,84%, pada jalur merah sebanyak 8,97%, dan
jalur MITA sebanyak 18,62%. Berikut pada Gambar 4.9 dan Gambar
4.10 merupakan rata-rata dwelling time di pelabuhan Tanjung Priok tahun
2017 dan 2018.
Gambar 4. 9 Grafik Rata-rata Dwelling time pada Tahun 2017
Sumber: Dashboard Dwelling Time Indonesia National Single Window (INSW)
Gambar 4. 10 Grafik rata-rata dwelling time pada tahun 2018 dari bulan Januari
s.d. Juli
Sumber: Dashboard Dwelling Time Indonesia National Single Window (INSW)
0
1
2
3
4
5
Rata-rata Dwelling Time di Pelabuhan Tanjung Priok Pada Tahun 2017 (dlm. hari)
0
1
2
3
4
5
6
Rata-rata Dwelling Time di Pelabuhan Tanjung Priok Pada Tahun 2018 (dlm. hari)
80
4.4.2.2. Tahap-tahap Proses Importasi Terkait Dengan Dwelling Time
Pada tahapan Pre Clearance, di sini kendali penuh ada pada pihak
Importir/PPJK. Pertama-tama pihak importir/PPJK harus melakukan
penebusan dokumen Delivery Order ke agen pelayaran dengan
menyerahkan berkas yang dikirimkan oleh exportir negara asal. Berkas
tersebut adalah Bill of Lading, Packing List, Invoice, dan Certificate of
Origin. Setelah berkas tersebut diterima oleh agen pelayaran negara
tujuan, selanjutnya agen pelayaran akan mencetak Delivery Order untuk
diberikan kepada importir/PPJK. Dokumen Delivery Order ini nantinya
akan dipergunakan sebagai surat izin melakukan pengeluaran petikemas
dari lapangan penumpukan.
Setelah Importir menerima Delivery Order, selanjutnya
importir/PPJK harus men-submit dokumen pada website Indonesia
National Single Window (INSW) dan menyelesaikan kewajibannya untuk
melakukan pembayaran pungutan Bea Masuk terhadap barang yang akan
dibawa masuk ke area pabean. Pada bagian ini, apabila barang yang akan
dibawa masuk ke area pabean merupakan barang larangan dan pembatasan
(lartas) maka importir harus segera mengurus segera perizinan lartas
tersebut ke Kementerian/Lembaga terkait agar barang tersebut memiliki
izin untuk dibawa masuk ke daerah pabean. Jika importir/PPJK telah
menyelesaikan kewajibannya terkait pungutan bea masuk dan lartas,
selanjutnya importir/PPJK harus menyimpan bukti pembayaran dan surat
izin lartas yang telah diterima untuk nantinya diserahkan ke Bea Cukai.
81
Berikut ini Gambar 4.11 yang menunjukkan tahap Pre Clearance
tersebut.
Importir/PPJK Bea Cukai BankAgen Pelayaran
Nomor Identitas Kepabeanan
Angka Pengenal Impor
Packing List
Bill of Lading
Invoice
Pemberitahuan Impor Barang
Nomor Identitas Kepabeanan
Angka Pengenal Impor
Packing List
Bill of Lading
Invoice
Pemberitahuan Impor Barang
Menerima Pembayaran
Melakukan Pembayaran Surat Setoran Pabean Cukai
dan Pajak (SSPCP)
Bukti Bayar Bea Masuk
Bukti Bayar Bea Masuk
Pre Clearance
Menebus Delivery Order
Bill of Lading
Packing List
Invoice
Certificate of Origin
Bill of Lading
Packing List
Invoice
Certificate of Origin
Cetak Delivery Order
Delivery OrderDelivery Order
Submit Dokumen ke
INSW
Gambar 4. 11 Tahap Pre Clearance
Sumber: data diolah
82
Selanjutnya tahap Custom-Clearance, pada tahap ini kendali
penuh ada pada Bea Cukai. Dokumen Pelengkap Pabean dan
Pemberitahuan Impor (PIB) yang sebelumnya telah di-submit oleh
importir/PPJK selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan oleh Bea Cukai.
Apabila terdapat ketidaksesuaian dokumen yang diberikan oleh
importir/PPJK maka pihak Bea Cukai akan mengembalikan dokumen
tersebut untuk dilengkapi kembali oleh importir/PPJK. Setelah dokumen
yang diberikan tersebut telah lengkap, selanjutnya pihak Bea Cukai akan
melakukan Penetapan Jalur terhadap barang importir/PPJK yang dibawa
masuk ke daerah pabean. Jika barang yang akan dibawa masuk tersebut
termasuk ke dalam jalur Hijau nantinya tidak akan dilakukan pemeriksaan
fisik di lapangan, tetapi hanya dilakukan pemindaian petikemas dan
pemeriksaan dokumen. Apabila barang yang akan dibawa masuk tersebut
termasuk ke dalam jalur Merah, petikemas akan dilakukan pemindaian
sekaligus dengan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan dokumennya.
Untuk kasus penetapan jalur Kuning, hanya akan diperiksa dokumen-
dokumennya saja. Status barang yang melewati jalur Hijau, Merah,
Kuning tersebut bisa dilihat di laman beacukai.go.id untuk mengetahui
barang yang diimpor ditetapkan melalui jalur hijau, merah, kuning.
Pada praktiknya terdapat 5 (lima) jalur sebagai pengkategorian
barang yang dilakukan oleh Bea Cukai, sisanya merupakan jalur MITA
Prioritas dan Nonprioritas. Barang yang ditetapkan melalui jalur MITA
tidak akan dilakukan pemeriksaan fisik dan dokumen. Pemeriksaan pada
83
jalur MITA dalam sebulan hanya dilakukan 1 (kali), yaitu pada akhir bulan
dan untuk pemeriksaannya hanya dilakukan pemeriksaan dokumen selama
melakukan aktivitas impor dalam sebulan tersebut. Biasanya barang yang
ditetapkan di jalur MITA adalah barang-barang untuk keperluan produksi
seperti bahan baku mentah atau bahan baku setengah jadi untuk diproduksi
kembali. Berikut Gambar 4.12 yang menunjukkan tahap Custom
Clearance tersebut.
84
Respons Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
Jalur Hijau Jalur KuningJalur Merah
Respons Billing
Reject
Ya
Respons Surat Penetapan Jalur
Respons Surat Persetujuan Pengeluaran
Barang (SPPB)
Custom Clearance
Surat Persetujuan pengeluaran Barang
(SPPB)
Respons Penetapan Jalur
Dokumen Pelengkap Pabean
Permberitahuan Impor Barang (PIB)
*Apabila terdapat barang Lartas, harus dilengkapi dengan dokumen surat izin
lartas dari Kementerian/Lembaga terkait lartas tersebut.
Gambar 4. 12 Tahap Customs Clearance
Sumber: Data diolah
Terakhir adalah tahap Post Clearance, pada tahap ini kendali
penuh ada di PT Pelindo II untuk melakukan aktivitas pengangkutan
petikemas ke Truk. Importir/PPJK harus mempersiapkan dokumen
Delivery Order dan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang yang telah
85
diperoleh sebelumnya dari tahap Pre Clearance hingga Custom
Clearance. Dokumen tersebut lalu diserahkan ke bagian loket agar segera
dipersiapkan rencana pengeluaran petikemas dari lapangan penumpukan,
kemudian importir/PPJK diberikan Nota Delivery mengenai biaya inap
petikemasnya. Setelah menerima nota tersebut importir harus segera
melakukan pembayaran agar petikemas dapat dibawa keluar dari lapangan
penumpukan. Setelah selesai melakukan pembayaran lalu kembali lagi ke
loket untuk menyerahkan bukti pembayaran agar segera diterbitkan Surat
Penyerahan Petikemas (SP2). Dokumen SPPB dan SP2 yang telah
diterima kemudian diberikan kepada sopir truk sebagai surat izin untuk
memasuki lapangan penumpukan dan mengangkut petikemas. Tentunya
sopir truk tersebut telah ditunjuk terlebih dahulu oleh importir sebelum
kedua dokumen tersebut diterima. Apabila sopir truk telah mengantongi
dokumen tersebut dan telah mengangkut barang sesuai dari arahan
operator lapangan, selanjutnya dipersilakan untuk meninggalkan lapangan
penumpukan. Berikut Gambar 4.13 yang menunjukkan tahap Post
Clearance tersebut
86
Importir/PPJK Loket Billing Bank TrukOperator Lapangan
Post Clearance
Delivery Order
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB)
Delivery Order
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB)
Perencanaan Pengeluaran
Barang
Cetak Nota Delivery
Nota DeliveryNota Delivery
Melakukan Pembayaran
Menerima Pembayaran
Nota LunasNota Lunas
Nota Lunas
Penerbitan Surat
Penyerahan Petikemas (SP2)
Surat Penyerahan Petikemas (SP2)
Surat Penyerahan Petikemas (SP2)
Surat Penyerahan Petikemas (SP2)
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB)
Surat Penyerahan Petikemas (SP2)
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB)
Memasuki Lapangan
Penumpukkan (GATI)
Container Check & Lift On
Memuat Petikemas
Keluar Lapangan
Penumpukan
Gambar 4. 13 Tahap Post Clearance
Sumber: Data diolah
87
4.4.2.3. Perhitungan Waktu Importasi Barang di pelabuhan Tanjung Priok terkait
dengan Dwelling Time
Perhitungan dwelling time pada studi ini akan menggunakan rumus dan
kasus dari beberapa perusahaan yang melakukan importasi barang melalui
pelabuhan Tanjung Priok sebagai berikut
𝐷𝑇 = 𝑇𝑃𝐶1 + 𝑇𝐶𝐶 + 𝑇𝑃𝐶2
DT : Dwelling time
TPC1 : Waktu dari proses Pre-Clearance
TCC : Waktu dari proses Custom-Clearance
TPC2 : Waktu dari Post-Clearance
Pre Clearance
Waktu
Custom Clearance Post Clearance
Waktu Waktu
Dwelling Time
Gambar 4. 14 Alur Dwelling Time
88
1. PT LG ELECTRONICS INDONESIA
Pre Clearance
45:41:2845:19:3245:23:1943:24:0945:30:3544:34:4545:31:0645:29:1843:31:1342:22:1345:41:28
Custom Clearance Post Clearance
00:00:3100:00:3000:00:3100:00:3100:00:3100:00:3100:00:3100:00:3100:00:3100:00:3000:00:30
08:19:2510:19:2310:39:5910:43:0110:50:3210:60:3511:55:2212:37:2112:53:4616:43:1819:15:07
NYKU5762625 : 54:00:24 atau 2.251 hariDRYU9498999 : 55:39:25 atau 2.3183 hari
NYKU5686660 : 56:02:49 atau 2.3353 hari
NYKU4308768 : 54:07:41 atau 2.2555 hari
TCLU8545176 : 56:21:38 atau 2.347 hari
TCLU5238622 : 55:35:11 atau 2.3152 hari
NYKU4200881 : 57:26:59 atau 2.3937 hari
TCLU1639648 : 58:07:10 atau 2.4216 hari
TCNU6101040 : 56:25:30 atau 2.3504 hari
DRYU9289767 : 59:06:01 atau 2.4625 hari
TCNU7412659 : 65:57:05 atau 2.7063 hari
Dwelling time
Gambar 4. 15 Dwelling Time PT LG ELECTRONICS INDONESIA
Setelah dilakukan perhitungan dengan menjumlahkan waktu pada tahap pre
clearance, custom clearance dan post clearance diperoleh hasil sebagai berikut:
2,251 hari untuk
petikemas 1
2,3183 hari untuk
petikemas 2
2,3353 hari untuk
petikemas 3
2,2555 hari untuk
petikemas 4
2,347 hari untuk
petikemas 5
2,352 hari untuk
petikemas 6
2,3937 hari untuk
petikemas 7
2,4216 hari untuk
petikemas 8
2,3504 hari untuk
petikemas 9
2,4625 hari untuk
petikemas 10
2,7063 hari untuk
petikemas 11
89
Jadi rata-rata waktu selama penyelesaian proses importasi PT LG ELECTRONICS
INDONESIA di pelabuhan Tanjung Priok adalah 2.38 hari.
2. PT NUTRICIA INDONESIA SEJAHTERA
Pre Clearance
104:21:27
Custom Clearance Post Clearance
00:00:11 21:06:02
CTPU9724270 : 125:27:40 atau 5.277 hari
Dwelling time
Gambar 4. 16 Dwelling Time PT NUTRICIA INDONESIA SEJAHTERA
Setelah dilakukan perhitungan dengan menjumlahkan waktu pada tahap pre
clearance, custom clearance dan post clearance diperoleh hasil selama 5,28 hari.
90
3. PT SARANA GRIYA SEGAR
Pre Clearance
08:36:33
Custom Clearance Post Clearance
00:00:30 12:41:19
CTPU9724270 : 21:18:22 atau 0.803727 hari
Dwelling time
Gambar 4. 17 Dwelling Time PT SARANA GRIYA SEGAR
Setelah dilakukan perhitungan dengan menjumlahkan waktu pada tahap pre
clearance, custom clearance dan post clearance diperoleh hasil selama 0,80 hari.
4. PT BARENTZ
Pre Clearance
85:31:51
Custom Clearance Post Clearance
71:54:50 07:28:40
CMAU0677608 : 164:14:41 atau 6.7778 hari
Dwelling time
Gambar 4. 18 Dwelling Time PT BARENTZ
91
Setelah dilakukan perhitungan dengan menjumlahkan waktu pada tahap pre
clearance, custom clearance dan post clearance diperoleh hasil selama 6.78 hari.
5. PT CALBEE WINGS FOOD
Pre Clearance
58:28:4459:35:56
Custom Clearance Post Clearance
49:59:4449:59:44
31:33:0131:32:09
Dwelling time
MNBU3594194 : 139:21:29 atau 5.7503 hariMWCU5278200 : 140:27:09 atau 5.7547 hari
Gambar 4. 19 Dwelling Time PT CALBEE WINGS FOOD
Setelah dilakukan perhitungan dengan menjumlahkan waktu pada tahap pre
clearance, custom clearance dan post clearance diperoleh hasil selama 5.75 hari
untuk petikemas 1 dan 5,75 hari untuk petikemas 2.
92
6. PT TUNAS SUMBER REJEKI
Pre Clearance
36:08:20
Custom Clearance Post Clearance
84:22:33 25:34:45
SIKU3035531 : 146:05:38 atau 10.2109 hari
Dwelling time
Gambar 4. 20 Dwelling Time PT TUNAS SUMBER REJEKI
Setelah dilakukan perhitungan dengan menjumlahkan waktu pada tahap pre
clearance, custom clearance dan post clearance diperoleh hasil selama 10.21 hari.
7. PT UNIVERSAL CARPET AND RUGS
Pre Clearance
02:30:44
Custom Clearance Post Clearance
261:39:08 07:55:05
YMLU6425984 : 269:36:43 atau 11.2527 hari
Dwelling time
Gambar 4. 21 Dwelling Time PT UNIVERSAL CARPET AND RUGS
Setelah dilakukan perhitungan dengan menjumlahkan waktu pada tahap pre
clearance, custom clearance dan post clearance diperoleh hasil selama 11.25 hari.
93
4.4.2.4. Contoh-contoh Kasus Dwelling Time pada Beberapa Perusahaan
Tabel 4. 2 Dwelling time pada Beberapa Perusahaan
No Nama
Perusahaan
Tanggal
Bongkar No Container
Nama Kapal
Pengangkut Jalur
Pre
Clearance
(dalam
jam)
Custom
Clearance
(dalam
jam)
Post
Clearance
(dalam
jam)
Dwelling
Time
1
PT LG
ELECTRONICS
INDONESIA
31 Desember
2016
1. NYKU5762625
2. DRYU9498999
3. NYKU5686660
4. NYKU4308768
5. TCLU8545176
6. TCLU5238622
7. NYKU4200881
8. TCLU1639648
9. TCNU6101040
10. DRYU9289767
11. TCNU7412659
NYK
DANIELLA MITA
45:41:28
45:19:32
45:23:19
43:24:09
45:30:35
44:34:45
45:31:06
45:29:18
43:31:13
42:22:13
45:41:28
00:00:31
00:00:30
00:00:31
00:00:31
00:00:31
00:00:31
00:00:31
00:00:31
00:00:31
00:00:30
00:00:30
08:19:25
10:19:23
10:39:59
10:43:01
10:50:32
10:60:35
11:55:22
12:37:21
12:53:46
16:43:18
19:15:07
2,38 Hari
2
PT NUTRICIA
INDONESIA
SEJAHTERA
06 April
2017 1. CTPU9724270 CTP DELTA Hijau 104:21:27 00:00:11 21:06:02 5,28 Hari
94
No Nama
Perusahaan
Tanggal
Bongkar No Container
Nama Kapal
Pengangkut Jalur
Pre
Clearance
(dalam
jam)
Custom
Clearance
(dalam
jam)
Post
Clearance
(dalam
jam)
Dwelling
Time
3 PT SARANA
GRIYA SEGAR
25 Maret
2017 1. MNBU3124694 YM GREEN Hijau 08:36:33 00:00:30 12:41:19 0,80 Hari
4 PT BARENTZ 27 Maret
2017 1. CMAU0677608 SALAHUDDIN Kuning 85:31:51 71:54:50 07:28:40 6,78 Hari
5 PT CALBEE
WINGS FOOD
18 Februari
2017
1. MNBU3594194
2. MWCU5278200
MUNKEBO
MAERSK Merah
58:28:44
59:35:56
49:59:44
49:59:44
31:33:01
31:32:09 5,75 Hari
6
PT TUNAS
SUMBER
REJEKI
16 April
2017 1. SIKU3035531 NYK JOANNA Merah 36:08:20 84:22:33 25:34:45 10,21 Hari
7
PT UNIVERSAL
CARPET AND
RUGS
23 Februari
2017 1. YMLU6425984 YM WARMTH Merah 02:30:44 261:39:08 07:55:05 11,25 Hari
Sumber: diolah
95
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka PT LG ELECTRONICS INDONESIA
menyelesaikan proses importasi barang di pelabuhan Tanjung Priok selama 2,38
hari, PT NUTRICIA INDONESIA SEJAHTERA selama 5,28 hari, PT SARANA
GRIYA SEGAR selama 0,80 hari, PT BARENTZ selama 6,78 hari, PT CALBEE
WINGS FOOD selama 5,75 hari, PT TUNAS SUMBER REJEKI selama 10,21
hari, dan PT UNIVERSAL CARPET AND RUGS selama 11,25 hari.
Pada kasus tertentu barang yang diimportasi merupakan barang yang telah melebihi
batas waktu yang ditetapkan oleh pemerintah selama 3 (tiga) hari pada lapangan
penumpukan lini-1, seperti yang terjadi pada perusahaan PT NUTRICIA
INDONESIA SEJAHTERA, PT BARENTZ, PT CALBEE WINGS FOOD, PT
TUNAS SUMBER REJEKI, dan PT UNIVERSAL CARPET AND RUGS. Dalam
hal ini Bea Cukai melakukan perhitungan dengan menghitung keseluruhan waktu
yang diperlukan importir untuk dapat mengeluarkan barangnya dari lapangan
penumpukan, baik yang telah melalui lapangan penumpukan lini-1 dan lapangan
penumpukan lini-2.
4.5. Pembahasan
Jika dilakukan perbandingan proses importasi pada pelabuhan
Tanjung Priok dengan pelabuhan Shanghai atau pelabuhan Busan, pada
pelabuhan Busan dan Shanghai proses bisnis pada saat clearance cukup
sederhana. Untuk melakukan pembayaran terhadap barang yang akan
dibawah masuk oleh importir, pihak customs pelabuhan Busan memberikan
96
pilihan seperti pembayaran di awal atau di akhir, kemudian pada pelabuhan
Shanghai pembayaran yang harus dilakukan importir adalah setelah barang
dikirim ke gudang importir. Hal seperti ini tentunya akan mempersingkat arus
petikemas yang berada di pelabuhan karena petikemas dapat keluar terlebih
dahulu dari pelabuhan sebelum dilakukan pembayaran. Sedangkan pada
proses Importasi di pelabuhan Tanjung Priok waktu yang cukup lama terdapat
pada tahap pre clearance dapat dilihat pada kasus beberapa perusahaan yang
melakukan importasi barang. Pada tahap ini kendali penuh ada pada importir
yang harus melengkapi dokumen dan melakukan pembayaran terhadap
barang yang akan di bawa masuk ke Indonesia. Untuk kasus-kasus tertentu
seperti barang yang melalui jalur kuning atau merah perlu dilakukan
pemeriksaan yang lebih detail terkait dokumen atau fisik barang sehingga
barang yang melewati jalur tersebut memakan waktu yang cukup lama
dibanding dengan barang yang melalui jalur MITA/hijau.
Sehingga untuk dapat menurunkan dwelling time di pelabuhan
Tanjung Priok harus melakukan perubahan pada proses bisnis pada saat
clearance dengan melakukan perbaikan pada tahap Pre Clearance dan
Customs Clearance. Berdasarkan beberapa kasus perusahaan, tahapan
clearance yang memerlukan waktu cukup lama ada pada tahap Pre Clearance
dan Customs Clearance. Pada pelabuhan Shanghai atau pelabuhan Busan
tidak terdapat tahap Pre Clearance karena pada saat submit dokumen semua
dijadikan satu pada tahap Custom Clearance kemudian pembayaran yang
97
dilakukan pada pelabuhan Shanghai atau pelabuhan Busan dilakukan pada
akhir tahap Customs Clearance atau pada tahap Post Clearance.
Berikut Tabel 4.3 penjelasan mengenai perbedaan tahap clearance di
pelabuhan Tanjung Priok, pelabuhan Shanghai, dan pelabuhan Busan.
Tabel 4. 3 Perbandingan Proses Clearance pelabuhan Tanjung Priok dengan
pelabuhan Shanghai dan pelabuhan Busan
Pelabuhan Pre Clearance Custom Clearance Post Clearance
Tanjung
Priok
1. Importir/PPJK
menukar Delivery
Order ke agen
pelayaran
2. Importir/PPJK
men-submit
Dokumen ke laman
INSW
3. Importir/PPJK
melakukan
Pembayaran Bea
Masuk
1. Bea Cukai menerima PIB
Importir/PPJK dan bukti
pembayaran
2. Verifikasi dokumen oleh
Bea Cukai
3. Bea Cukai menetapkan
jalur berdasarkan jenis
barang dan dokumen
importir/PPJK
4. Apabila terdapat
ketidaksesuaian dokumen
dan kekurangan biaya
bea masuk, importir
harus melakukan
pembayaran kekurangan
dan melengkapi
dokumennya.
5. Penerbitan SPPB
1. Importir/PPJK
menyerahkan DO
dan SPPB ke loket
2. Importir Menerima
SP2 setelah
membayar ke loket
3. Importir
memberikan SPPB
dan SP2 ke sopir
truk yang telah
ditunjuk
4. Truk memuat
petikemas
5. Truk keluar dari
lapangan
penumpukan
Shanghai 1. Importir Menyerahkan
dokumen ke Customs
Broker
2. Customs Broker menukar
bill of lading dengan
Delivery Order
3. Customs Broker
mempersiapkan dokumen
untuk pemeriksaan
98
Pelabuhan Pre Clearance Custom Clearance Post Clearance
4. Penerimaan dokumen
oleh Commodity
Inspection Bureau
5. Jika dokumen telah
sesuai akan langsung
diverifikasi dan diberikan
Certificate of Inspection
dan Delivery Order yang
sudah dicap. Namun,
apabila masih terdapat
ketidaksesuaian
dokumen, Customs
Broker harus melengkapi
dokumennya kembali.
6. Customs Broker
mempersiapkan
transportasi dan
menyerahkan dokumen
Certificate of Inspection,
Delivery Order yang
dicap, dan Packing List.
7. Sopir truk yang ditunjuk
membawa dokumen
Certificate of Inspection,
Delivery Order yang
dicap, dan Packing List
kemudian memuat
kontainer untuk
diantarkan ke gudang
importir.
8. Importir melakukan
pembayaran ke Bank
dengan membawa
dokumen OEM Contract,
Commercial Invoice, dan
Letter of Credit.
Busan 1. Petikemas tiba di
pelabuhan diarahkan ke
lapangan customs.
2. Importir membuat
dokumen import
declaration yang berisi
1. Customs Broker
melakukan
pembayaran di akhir
dalam waktu tidak
lebih dari 15 hari.
99
Pelabuhan Pre Clearance Custom Clearance Post Clearance
informasi mengenai
barang, nilai barang, dan
pembayaran. Dokumen
tersebut disertakan
dengan bill of lading,
packing list, dan
certificate of origin.
3. Setelah dokumen
diterima, pihak Customs
Korea akan langsung
dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan dilakukan
dengan 2 (dua) cara, yaitu
pemeriksaan fisik barang
secara detail dan hanya
pemindaian barang.
4. Customs Korea
melakukan audit
dokumen terhadap hasil
pemeriksaan.
5. Setelah hasil audit
diperoleh, Customs
Broker melakukan
pembayaran di awal atau
di akhir.
6. Jika Customs Broker
melakukan pembayaan di
awal, sistem pada
Customs Korea akan
secara otomatis
menyetujui import
declaration yang
diajukan.
7. Barang bisa dibawa ke
gudang importir.
2. Import Declaration
akan disetujui pada
sistem Customs
Korea statusnya
dengan syarat.
3. Barang bisa dibawa
ke gudang importir.