bab iv kecerdasan emosi pada remaja yang mengikuti kelas unggulan di smpn 103 jakarta (skripsi)
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
67
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
A. Hasil
1. Subjek
a. Identitas Subjek
Nama : I
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 13 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Pelajar
Jumlah Saudara : anak ke 3 dari 3 bersaudara
b. Identitas Significant Other Satu
Nama : TH
Jenis Kelamin : Pria
Usia : 51 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S2
Jumlah Saudara : anak ke 5 dari 6 bersaudara
c. Identitas Significant Other Dua
Nama : E
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 28 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
68
Jumlah Saudara : anak 3 dari 3 bersaudara
d. Gambaran Umum Subjek
1) Pelaksanaan Observasi
Observasi pertama
Hari / Tanggal : Minggu, 28 Maret 2010
Waktu : 9.00-15.00 WIB
Tempat : Rumah subjek
Observasi kedua
Hari / Tanggal : Selasa, 13 April 2010
Waktu : 15.00-19.00 WIB
Tempat : Rumah subjek
2) Hasil Observasi
a) Seting
Peneliti melakukan observasi terhadap subjek sebanyak dua
kali, pada hari Minggu tanggal 28 Maret 2010 pukul 9.00-15.00 WIB
dan pada hari Selasa tanggal 13 April 2010 pukul 15.00-19.00 WIB.
Observasi pertama dan kedua dilakukan di rumah subjek.
Rumah subjek terletak di daerah Cibubur. Di halaman rumah subjek
terdapat dua buah pohon mangga. Kamar subjek terletak di sebelah
kanan rumah, yang di tempati oleh subjek dan kakaknya yang kedua.
Dinding kamar subjek berwarna putih, di kamar subjek terdapat dua
kasur, di dekat jendela terdapat meja belajar yang terlihat rapi.
Pada saat observasi kedua, subjek baru pulang dari sekolah
dengan mengenakan baju seragam putih, biru, dengan dasi yang
69
menempel pada kerahnya, sampai di kamar, subjek mengganti bajunya
dengan kaos putih dan celana merah.
b) Subjek
Subjek adalah seorang remaja berkulit putih, dengan rambut
lurus, dan hitam yang cukup lebat.
Ketika wawancara pertama berlangsung, subjek memakai kaos
berwarna merah jambu dan celana pendek berwarna hijau.
Hasil observasi hari pertama terlihat bahwa: subjek mampu
menyadari emosinya, hal ini terlihat saat subjek mengatakan ke
temannya melalui telepon bahwa ia sedang marah, peneliti melihat
subjek dengan intonasi suara yang tinggi, mata melotot, alis mata
meninggi, sambil mengatur napasnya supaya tenang.
Subjek dapat mengelola emosinya, hal ini terlihat ketika subjek
menerima telepon yang mengatakan untuk tidak menggoda cowok
yang sudah menjadi mantan pacarnya itu, subjek terlihat seperti
sedang mengendalikan dirinya untuk tidak tersinggung karena
perkataan orang tersebut dengan mencoba memberikan penjelasan.
Subjek bisa memotivasi dirinya, hal ini terlihat saat setelah
pulang sekolah, subjek langsung belajar dan mengerjakan pekerjaan
rumahnya dengan giat.
Subjek dapat mengenali emosi orang lain, hal ini terlihat ketika
peneliti melihat saat ada temannya yang mengatakan di sms bahwa ia
sedang sedih, subjek langsung menghibur temannya dengan
mengirimkan sms yang berisi motivasi yang diperlihatkan kepada
peneliti.
Subjek mampu membina hubungan dengan orang lain, hal ini
dapat terlihat saat teman sekolahnya ada yang datang membawa teman
yang tidak dikenalnya, subjek langsung mengajaknya berbicara.
70
Tabel 1
Hasil Observasi Pertama Subjek
No Ciri/Komponen Penilaian Keterangan
Ada Tidak
1 Mengenali emosi diri √ Subjek mengatakan ke temannya
melalui telepon bahwa ia sedang
marah, dengan intonasi suara yang
tinggi, mata melotot, alis mata
meninggi, sambil mengatur
napasnya supaya tenang.
2 Mengelola emosi √ Ketika subjek menerima telepon
yang mengatakan untuk tidak
menggoda cowok yang sudah
menjadi mantan pacarnya itu,
subjek terlihat seperti sedang
mengendalikan dirinya untuk tidak
tersinggung.
3 Memotivasi diri √ Subjek terlihat giat dalam belajar.
4 Mengenali emosi orang
lain
√ Ketika ada temannya mengatakan
di sms bahwa ia sedang sedih,
subjek langsung menghibur
temannya dengan mengirimkan
sms yang menyemangati.
5 Membina hubungan
dengan orang lain
√ Saat teman sekolahnya ada yang
datang membawa teman yang
tidak dikenalnya, subjek langsung
mengajaknya berbicara.
71
Wawancara kedua, subjek mengenakan kaos putih lengan pendek dan celana
pendek berwarna merah.
Hasil observasi kedua subjek menunjukkan bahwa ia dapat mengenali emosi
diri dengan menyadari saat sedang bingung, peneliti melihat subjek terlihat gelisah,
mombolak-balik halaman buku sains, berjalan mondar-mandir, lalu ia mengatakan
kepada ayahnya bahwa ia bingung dalam menyelesaikan tugas sains dan bertanya
pada ayahnya apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan itu.
Subjek bisa mengelola emosi hal ini terlihat saat peneliti melihat ia sedang
mencoba untuk menahan amarahnya dengan menekan intonasi suaranya, dan
mencoba untuk diam saat kakaknya yang sedang marah berbicara mengenai dirinya
yang suka seenaknya saja.
Subjek dapat memotivasi dirinya, ia tetap mengerjakan sendiri pekerjaan
rumahnya yang banyak, walaupun ia harus belajar untuk try out, dan saat ada soal
yang tidak dimengertinya, ia mencoba mencarinya di internet.
Subjek mampu mengenali emosi orang lain, hal ini terlihat ketika subjek
melihat bahwa kakaknya sedang marah, bertanya apa yang terjadi pada kakaknya,
dan mendiamkannya.
Subjek dapat membina hubungan dengan orang lain, hal ini terlihat ketika
peneliti melihat kakaknya masuk kamar dan bercerita mengenai masalahnya, subjek
menyambutnya dengan baik, mendatanginya, memeluknya sambil tersenyum,
mendengarkannya, mencoba untuk memberikan masukan.
72
Tabel 2
Hasil Observasi Kedua Subjek
No Ciri/Komponen Penilaian Keterangan
Ada Tidak
1 Mengenali emosi diri √ Subjek mampu menyadari
emosinya hal ini terlihat ketika ia
sedang bingung, ia mengatakan
dan bertanya pada ayahnya apa
yang harus dilakukan.
2 Mengelola emosi √ Subjek menahan amarahnya dan
mencoba untuk diam saat
kakaknya yang sedang marah
berbicara.
3 Memotivasi diri √ Subjek tetap mengerjakan
pekerjaan rumahnya, walaupun ia
harus belajar untuk try out, dan
ada soal yang tidak dimengertinya.
4 Mengenali emosi orang
lain
√ Subjek mengetahui kakaknya
sedang marah dan mendiamkannya
5 Membina hubungan
dengan orang lain
√ Ketika kakak subjek masuk kamar
dan bercerita mengenai masalah-
nya, subjek menyambutnya
dengan baik.
73
e. Wawancara
1) Pelaksanaan wawancara
a) Wawancara hari pertama
Hari / Tanggal : Minggu, 18 Oktober 2010.
Waktu : 11.27-12.30 WIB.
Tempat : Rumah subjek.
b) Wawancara hari kedua
Hari / Tanggal : Selasa, 13 April 2010.
Waktu : 19.00-20.00 WIB.
Tempat : Rumah subjek.
2) Hasil wawancara subjek
a). Latar belakang subjek
a. Keluarga
Subjek tinggal di daerah Cibubur, anak ketiga dari
tiga bersaudara.
“Saya tinggal di Cibubur” (baris 2).
“Saya anak ketiga dari tiga bersaudara” (baris 4).
b. Pendidikan
Subjek bersekolah TK di TK Istiqomah, SD di SD
Sudirman, SMP di SMPN 103. Subjek cukup dikenal di
sekolahnya.
“E....saat TK saya bersekolah di TK Istiqomah, SD saya di
Sudirman, saat SMP saya di SMP 103” (baris 8-10).
74
c. Status sosial
Di rumah subjek sebagai anak, dan disekolah subjek
cukup dikenal.
“Ya sebagai anak” (baris 13).
“O....ya....mungkin agak sedikit dikenal lah” (baris 16-17).
d. Kondisi ekonomi
Subjek berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya
cukup.
“Ya....Alhamdulillah cukup” (baris 20).
e. Agama
Subjek beragama islam.
“Islam” (baris 22).
b). Ciri-ciri dan komponen-komponen kecerdasan emosi remaja yang
mengikuti kelas unggulan di SMPN 103 Jakarta
a. Mengenali Emosi Diri
Subjek dapat menyadari perasaannya, memberitahukan
orang lain akan perasaan yang sedang ia hadapi.
“Ya saya bisa sih menyadari perasaan, dan memberitahukan
orang lain akan perasaan yang sedang dihadapi” (baris 25).
Subjek dapat mengenali emosinya saat sedih dengan
menyadari dan merasakannya.
75
“Karena saya dapat menyadari dan merasakan saat saya
sedih” (baris 30-31).
Subjek akan menyukuri saat mengetahui bahwa ia sedang
merasakan bahwa perasaannya sedang senang.
”Ya kalau perasaan bahagia atau senang ya…disyukuri”
(baris 34-35).
Saat subjek mengetahui bahwa ia sedang marah, maka ia
akan memarahi orang yang menyebabkannya marah dan
menjelaskan alasannya.
”Marah ya….em….Memarahi orang yang menyebabkan saya
marah dan menjelaskan kenapa saya marah” (baris 42-44).
Subjek memberitahukan orang-orang terdekatnya tentang
perasaan yang sedang ia rasakan.
”Ya, saya memberitahukan orang terdekat tentang apa yang
saya rasakan” (baris 48-49).
Cara subjek memberitahukan perasaannya saat ia sedang
sedih.
“Ya kalau misalnya lagi sedih, eh gue lagi sedih nih...bantuin
dong, gitu” (baris 53-54).
Subjek bisa mengenali perasaannya yang sedang sedih
karena temannya harus tersisih dari kelas unggulan,
mengatakannya.
”Saya merasa sedih, dan mengatakan bahwa saya ikut prihatin
saat teman dekat saya harus tersisih dari kelas unggulan”
(baris 457-459).
Subjek dapat mengenali emosinya saat ia mengetahui
sedang kesal karena guru-gurunya memberikan tugas yang
76
sangat banyak, bahkan ketika harus belajar untuk penyeleksian
kelas unggulan.
”Saya merasa kesal dan mengatakan perasaan saya dengan
guru-guru yang memberikan tugas yang sangat banyak,
apalagi saat penyeleksian kelas unggulan tiap 2 minggu
sekali” (baris 461-465).
b. Mengelola Emosi
Subjek dapat mengelola dan mengatasi perasaannya saat
marah, mencoba untuk menghibur diri dan berusaha untuk
tidak tersingung.
“Mencoba menghibur diri dan berusaha untuk tidak
tersinggung” (baris 57-58).
Subjek dapat menangani perasaan sehingga dapat
mengungkapkannya dengan tepat
”Ya saya bisa menangani perasaan saya sehingga perasaan
saya dapat terungkap dengan tepat.” (baris 62-64).
”Ya...bercerita ke orang lain, menceritakan masalahnya,
biasanya yang diceritain itu ya menghibur” (baris 68-72).
Subjek dapat meredam perasaan marahnya dengan
berdiam diri.
”Saya meredam perasaan saya ketika marah dengan berdiam
diri” (baris 75-76).
Subjek mencoba mencari pemecahan masalah yang
membingungkan dan mencoba untuk menyelesaikannya.
”Mencari tahu permasalahannya dan mencoba
menyelesaikannya” (baris 86-87).
77
Subjek mengelola perasaannya yang tiba-tiba dongkol
saat sedang mengerjakan ujian karena mendengar perkataan
guru pengawas ujian.
”Waktu itu Ujian Tengah Semester. Guru Pengawas ujian
bilang ”kalian kelas unggulan koq lebih lambat selesai
dibanding kelas biasa?!”. Memang kelas lain udah banyak
yang keluar. Saya dongkol, tapi lalu coba cuek, lalu
konsentrasi lagi, periksa lagi jawaban, biar yakin aja” (baris
509-515).
c. Memotivasi Diri
Subjek dapat memotivasi dirinya saat belajar dengan cara
mencoba untuk menyenangi pelajaran dan berkeinginan untuk
membahagiakan orang tuanya.
“E...dalam belajar ya...saya coba menyenangi pelajaran itu
dan ingin membahagiakan orang tua, jadi termotivasi dalam
belajar” (baris 90-93).
Saat subjek mengalami kecewa, ia mengatasi
perasaannya dengan mencari kesibukan yang lain
“Saat saya mengalami kekecewaan, ya...mencari kesibukan
lain” (baris 96-97).
Subjek bukan termasuk orang yang bersikap pasrah
dalam menghadapi masalah, dan ia beranggapan bahwa setiap
masalah itu ada jalan keluarnya.
”Tidak, saya tidak bersikap pasrah dalam menghadapi
masalah” (baris 103-104).
”Karena tiap masalah ada pemecahannya” (baris 106-107).
78
Subjek menghadapi kegagalannya dengan mencoba untuk
memperbaikinya dan mengulangi yang ia lakukan.
”Ya berusaha memperbaiki kegagalan, dan mengulanginya
lagi” (baris 122-123).
Subjek tetap dapat memandang optimis ketika sedang
sedih.
”Tentu saya merasa optimis terhadap hidup dan masa depan
saya, walaupun saya sedang sedih.” (baris 127-129).
Saat mengatasi masalah yang dihadapinya, subjek
mencoba mencari jalan keluarnya, salah satunya yakni dengan
berdiskusi.
”Untuk mengatasi berbagai hambatan yang saya hadapi, saya
mencoba untuk mencari jalan keluarnya.” (baris 136-138).
”Saya mencoba melakukan diskusi dengan teman-teman
mengenai PR yang sangat banyak, terutama saat tes, dan saya
berinisiatif untuk melaporkannya kepada kepala sekolah,
tetapi tidak ada hasilnya..” (baris 468-472).
Motivasi subjek menjadi bangkit setelah mendapatkan
tanggapan dari orang-orang terdekatnya terhadap nilai yang
diperoleh subjek.
”Mome (sebutan Wali Kelas karena mengjar bahasa Inggris)
ketika menyerahkan daftar hasil, bilang kalo harusnya nilai
saya lebih baik. Harusnya ada yang 10. Ketika saya cerita ke
Papa, Papa bilang memang begitu harusnya, sambil
mengingatkan hasil psikotes di GO (maksudnya bimbingan
belajar Ganesha Operation). Yang saya heran Guru BP koq
manggil saya menanyakan nilai saya agak menurun. Bu Guru
79
bilang kalau saya lebih konsentrasi dan tenang pasti hasilnya
lebih bagus ” (baris 484-496).
”Saya jadi belajar lebih konsentrasi dan ketika kerjakan test
juga lebih tenang dan konsentrasi. Hasilnya bagus,
matematikanya jadi 9.50 saat ulangan harian dan test
periodik” (baris 498-502).
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Subjek dapat mengenali emosi orang lain, karena ketika
ada temannya yang sedih subjek mencoba untuk membatu
temannya untuk melupakan masalahnya, membantu untuk
menyelesaikan masalahnya, dan menceritakan hal-hal yang
lucu,
” Saya dapat mengenali emosi orang lain” (baris 167-147).
”Ketika ada teman saya yang sedang sedih, ya saya mencoba
untuk membantu dia melupakan masalahnya, membantu
menyelesaikan masalahnya, menceritakan hal-hal yang lucu,
atau apa gitu...” (baris 150-154).
”Tentu saya menyadari bila ada teman saya yang sedang
sedih” (baris 157-158).
Apabila ada pendapat yang berbeda dengan subjek, maka
ia akan memusyawarahkannya.
”Ya mencoba mengemukakan pendapat saya sendiri juga, jadi
ya..saling musyawarah” (baris 169-171).
Subjek bisa mengerti perasaan orang lain dengan melihat
ekspresi mukanya saja.
”Sejauh ini saya bisa mengerti perasaan orang lain hanya
berdasarkan ekspresi mukanya saja.” (baris 175-177).
80
”Biasanya kalo teman sekelas sedang marah saat suaranya
lebih ketus, matanya melotot, ada yang menghindari saat
disamperin..” (baris 563-566).
”Kalau teman sekelas sedih, ada yang menyendiri saat
istirahat, ada yang bengong aja di kelas” (baris 569-571).
“Kalau senang yah...em....Ada yang bersorak, ada yang
ketawa, ada yang senyum” (baris 574-575).
Subjek mengenali teman sekelompoknya sedang marah
saat di kelas karena pendapatnya tidak didengarkan, subjek lalu
mencoba untuk menenangkan dan meredakan emosinya.
”Apa ya? Oh iya, waktu itu ada tugas kelompok di kelas. Ada
teman di kelompok saya yang marah gara-gara pendapatnya
tidak didengar oleh yang lain” (baris 519-522).
”Saya coba nenangin dia, sambil ngomongin teman-teman
lain. Alhamdulillah bisa reda marahnya” (baris 524-526).
”Ya suruh dengerin pendapat dia” (baris 529).
Saat subjek melihat ada temannya di kelas yang terlihat
lesu, subjek menghampirinya, menanyakannya, dan
menghiburnya.
”Pernah teman sekelas saya lesu, ketika saya samper dan
ditanyakan kenapa, rupanya ia kehilangan semangat karena
kakaknya kecelakaan” (baris 531-534).
”Kamu jangan kebanyakan mikir kakak sampai males belajar,
semoga kakakmu cepet sembuh yaaa” (baris 536-538).
81
e. Membina Hubungan dengan Orang Lain
Pada saat ada orang baru, subjek mengajaknya
berkenalan dengan saling bertanya identitasnya.
”Bila saya harus bertemu dengan orang-orang baru, ya
mengajak kenalan” (baris 180-181).
”Saya memulai pembicaraan dengan orang baru, ya....saling
bertanya identitas” (baris 184-185).
Subjek memiliki banyak teman, bahkan subjek masih
berhubungan dan berteman dengan teman-temannya yang
sudah tersisihkan dari kelas unggulan dan berkenalan dengan
teman-teman mereka.
”Teman-teman saya…Ya…banyak sih dari D, A, T, N, banyak
deh..” (baris 195-196).
”Saya masih berhubungan dengan teman-teman yang tersisih
dari kelas unggulan dan berkenalan dengan teman-teman
mereka..” (baris 542-545).
Subjek merasa senang apabila berada satu kelompok
dengan orang yang usianya lebih tua dari subjek, karena ia jadi
bisa bertanya.
”Ketika saya harus satu kelompok dengan orang yang berbeda
usia cukup jauh dengan saya..Ya senang karena bisa bertanya-
tanya kepada dia yang jauh lebih berpengalaman” (baris 200-
204).
”Saat di ekskul drama, saya lebih sering berkelompok dengan
kakak kelas” (baris 578-579).
Hubungan subjek dengan gurunya baik, subjek sering
berbicara dan meminta pendapat dengan semua guru bila ada
masalah menyangkut pelajaran, tugas.
82
”Hubungan saya dengan guru saya...Ya...baik” (baris 217-
218).
”Saya sering mengajak ngobrol semua guru, kalau ada
masalah pelajaran, tugas, mereka ngasi saran. Kalau masalah
mengenai guru, saya ngomong ke kepala sekolah, beliau janji
akan ngomong saat rapat dengan guru” (baris
Hubungan subjek dengan orang tua dan saudaranya juga
baik.
”Hubungan saya dengan orang tua..Ya...harmonis juga”
(baris 221-222).
”Hubungan saya dengan saudara...Ya sama baik-baik juga”
(baris 225-226).
”Ya....., kami sering diskusi. Papa sering kasih motivasi kalau
saya lagi malas” (baris 582-583).
”Baiknya ya.....sering saling curhat tentang sekolah, pacar,
keluarga..” (baris 595-596).
83
c). Faktor-faktor yang menyebabkan kecerdasan emosi pada remaja
yang mengikuti kelas unggulan di SMPN 103 Jakarta
a. Guru
Pada saat mengajar, E melakukannya dengan edukatif,
membina hubungan dengan murid-muridnya dengan baik.
“Guru saya mengajar pelajaran dengan asiik, ya edukatif”
(baris 229-230).
“Hubungan antara guru dan murid di sekolah saya ya baik-
baik saja” (baris 233-234).
”Edukatifnya....emm...ngajari bersikap baik, semangat,
kompak sama teman. Ngasih tahunya kadang-kadang pakai
cerita” (baris 599-561).
Hampir semua guru subjek menerapkan kedisiplinan.
“Ya....hampir semua guru saya disiplin” (baris 236-237).
”Kalo ada temen-temen yang telat masuk, ga boleh ikut
ulangan harian. Kalo ada yang ga ngerjain PR, disetrap”
(baris 569-571).
E mengajak melakukan kegiatan yang lebih seru ketika
muridnya bosan.
“Saat murid-muridnya bosan, guru saya.. Ya mengajak biar
lebih seru... gitu aja” (baris 240-241).
”Main tebak kata, yang kalah di suruh joget sambil nyanyi di
kelas” (baris 566-567).
E menghargai pendapat murid-muridnya, membebaskan
untuk membuat, mengambil, atau memilih sesuai dengan
keputusan yang diinginkan.
84
”Ya tentu guru saya menghargai muridnya dalam
menyampai-kan pendapat atau pertanyaan, itu juga kalau
misalkan pendapatnya layak, pantas, baguslah, masuk akal,
ya gurunya pasti nerima” (baris 246-250).
”Kalau keputusannya yang baik, ya tentunya saya dibebaskan
untuk membuat, mengambil, atau memilih sesuai dengan
keputusan yang diinginkan” (baris 255-258).
Karena menjadikan gurunya sebagai model, subjek
menjadi lebih mudah dalam membina hubungan dengan orang
lain dan menghargai pendapat orang lain di sekolahnya.
"Karena mengikuti beliau, saya jadi bisa membina hubungan
dengan orang lain dan menghargai pendapat orang lain di
sekolah" (baris 429-431).
Subjek merasa tidak diperhatikan oleh E, ternyata E
memperhatikan subjek. Hal itu diketahui setelah E memanggil
subjek dan menanyakan nilainya.
"Tidak, saya tidak diperhatikan olehnya" (baris 425-426).
“Yang saya heran Guru BP koq manggil saya menanyakan
nilai saya agak menurun. Bu Guru bilang kalau saya lebih
konsentrasi dan tenang pasti hasilnya lebih bagus” (baris 492-
496).
Pengaruh E terhadap motivasi belajar subjek, sehingga
nilainya menjadi lebih bagus daripada sebelumnya.
”Saya jadi belajar lebih konsentrasi dan ketika kerjakan test
juga lebih tenang dan konsentrasi. Hasilnya bagus,
matematikanya jadi 9.50 saat ulangan harian dan test
periodik” (baris 498-502).
85
b. Keluarga
Pada saat subjek ada masalah, orang tua dan saudara
subjek mencoba untuk membantu menyelesaikannya.
“Ya orang tua maupun saudara saya membantu saya
menyelesaikan masalah yang saya hadapi” (baris 262-264).
Subjek dibimbing dalam mengenali emosi dan cara
mengendalikannya.
”Ya, orang tua atau saudara saya membimbing dalam
mengenali emosi dan cara mengendalikannya” (baris 268-
270).
TH membimbing subjek saat ia bingung karena harus
mengerjakan PR dan belajar untuk ujian dengan meminta
subjek untuk duduk, merasakan, membayangkan dan
mengikhlaskannya.
“Saat itu, saya kebingungan, papa meminta saya untuk
duduk, merasakan dan membayangkan perasaan bingung,
lalu mengikhlaskannya, kemudian, setelah itu, saya diminta
untuk pelan-pelan mengerjakan PR dan belajar untuk ujian,
walaupun harus belajar sampai pagi” (baris 577-583).
Orang tua dan saudara subjek dapat mengenali emosi
dengan cara menghibur dan mencoba menyemangati subjek,
terutama saat tidak ingin belajar.
”Menghibur dan mencoba menyemangati saya saat males
belajar” (baris 273-274).
”Cara Papa nyemangati saat sedang cape belajar,”Ayo dong,
emangnya kamu mau gak berada di kelas unggulan lagi, ya
udah, kamu istirahat dulu, tapi nanti jangan lupa belajar
lagi”.” (baris 617-621).
86
Gambaran keluarganya subjek pada saat emosi, orang tua
atau saudara subjek berusaha untuk menjaga sikapnya,
menahan emosi dan berusaha untuk menahan diri,
”Orang tua atau saudara saya mengendalikan emosi saat
sedih, marah dengan...Ya...Berusaha jaga sikap,
ya...me..menahan emosi, dan berusaha menahan diri” (baris
278-282).
Subjek dibebaskan untuk membuat, mengambil, atau
memilih sesuai dengan keputusan yang diinginkan.
”Ya biasanya orang tua mengambil jalan terbaik untuk saya,
tidak dibebaskan, tergantung, mereka tau yang mana yang
terbaik untuk saya” (baris 287-290).
"Ya, orang tua saya mempengaruhi saya" (baris 434-435).
Hal ini membuat subjek dapat mengenali emosi dirinya
dan orang lain, serta cara untuk mengendalikan emosinya.
"Saya jadi dapat mengenali emosi saya dan orang disekitar
serta menahan dan mengendalikan emosi dengan berusaha
untuk mengendalikan diri saya, ketika saya menangani
masalah yang saya hadapi " (baris 439-443).
Pengaruh TH terhadap subjek dalam mengenali emosi
dirinya dengan memintanya untuk duduk, merasakan dan
membayangkan perasaannya yang sedang bingung, lalu
mengikhlaskannya..
“Iya, ketika papa meminta saya untuk duduk, merasakan dan
membayangkan perasaan bingung, lalu mengikhlaskannya,
saya menyadari ada emosi yang ga disadari” (baris 586-
589).
87
Subjek dapat mengenali emosi orang lain, karena TH
memintanya untuk membaca buku dan mengajaknya untuk
memperhatikan tv.
“Yaaaah...papa minta baca buku, disitu ada gambarnya, jadi
tau deh...Juga pernah diajak perhatikan film di tv, lihat orang
sedang sedih atau marah” (baris 593-596).
Pengaruh TH terhadap pengendalian emosi subjek,
membuat subjek menyadari emosi, menenangkan diri dan
bersyukur dahulu.
“Iya, soalnya papa pernah bilang, kalau sedang ada masalah,
terus emosi, saya harus nenangin diri dulu, sadari emosi.
Lalu disuruh bersyukur ke Allah karena diberi emosi, udah
gitu jadi bisa menerima keadaan dan tenang” (baris 601-
606).
“Saya pernah ngerasa sangat marah sama kakak saya,
kemudian keinget papa, terus nyoba untuk dim, nenangin diri.
Habis gitu tanya ke kakak tentang yang buat saya marah.
Rupanya salah faham aja..” (baris 609-613).
Pendapat TH mengenai nilai yang diperoleh Subjek,
bagaimana pengaruhnya terhadap motivasi belajar subjek dan
hasilnya.
“Mome (sebutan Wali Kelas karena mengajar bahasa Inggris)
ketika menyerahkan daftar hasil, bilang kalo harusnya nilai
saya lebih baik. Harusnya ada yang 10. Ketika saya cerita ke
Papa, Papa bilang memang begitu harusnya, sambil
mengingatkan hasil psikotes di GO (maksudnya bimbingan
belajar Ganesha Operation). Yang saya heran Guru BP koq
manggil saya menanyakan nilai saya agak menurun. Bu Guru
88
bilang kalau saya lebih konsentrasi dan tenang pasti hasilnya
lebih bagus” (baris 484-496).
“Saya jadi belajar lebih konsentrasi dan ketika kerjakan test
juga lebih tenang dan konsentrasi. Hasilnya bagus,
matematikanya jadi 9.50 saat ulangan harian dan test
periodik” (baris 498-502).
c. Pengalaman
Ketika masalah datang ke subjek, maka subjek akan
mencoba mencari solusi dengan belajar dari pengalaman yang
pernah dihadapi oleh dirinya dan orang sekitarnya dimasa
lalu, hal ini membuat subjek berusaha untuk melakukan yang
lebih baik daripada sebelumnya.
”Ya..berusaha untuk melakukan yang lebih baik daripada
sebelumnya” (baris 295-296).
d. Perlakuan yang tidak baik
Subjek tidak pernah diperlakukan tidak baik di
lingkungan rumah dan sekolahnya.
”Sejauh ini sih, kayaknya belum pernah diperlakukan tidak
baik di lingkungan sekolah” (baris 303-305).
”Saya tidak pernah diperlakukan tidak baik di lingkungan
rumah” (baris 308-309).
89
e. Budaya
Dalam budaya yang subjek anut, pria dan wanita
dipandang sama untuk mendapatkan kesempatan belajar dan
mengambil keputusan, serta tidak boleh menampakkan
kemarahan. Hal ini membuat subjek memandang sama antara
pria dan wanita serta tidak menampakkan kemarahannya.
“Dalam budaya yang saya anut, pria dan wanita dipandang
sama untuk mendapatkan kesempatan belajar dan mengambil
keputusan” (baris 168).
”Dalam budaya yang saya anut, kemarahan tidak boleh
ditampakkan dan menutupi kemarahan dengan tersenyum”
(baris 170).
90
2. SO 1
a. Identitas SO 1
Nama :TH
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 51 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S2
Jumlah Saudara : anak ke 5 dari 6 bersaudara
Hubungan dengan subjek : Orang tua subjek
b. Pelaksanaan dan hasil wawancara
1). Pelaksanaan wawancara
a). Wawancara hari pertama
Hari/Tanggal : Minggu, 28 Maret 2010.
Waktu : 18.45-19.45 WIB.
Tempat : Rumah subjek.
b). Wawancara hari kedua
Hari/Tanggal : Selasa, 13 April 2010.
Waktu : 18.00 WIB.
Tempat : Rumah subjek.
2). Hasil wawancara
a). Latar belakang subjek
a. Keluarga
Subjek adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dan sering
berkomunikasi dengan Significant other satu.
“Subjek anak ke tiga dari tiga bersaudara” (baris 3-4).
91
”Ya saya sering berkomunikasi dengan subjek, setiap hari.” (baris 7-
8).
b. Pendidikan
Subjek bersekolah di TK Istiqomah, SD Sudirman, SLTP 103
Jakarta.
“TK Istiqomah, SD Sudirman, SMPN 103” (baris 275-276).
c. Status sosial
Di rumah, subjek mempunyai status sosial sebagai anak.
“Stutus sosial subjek di lingkungan rumah, subjek berperan sebagai
anak” (baris 11-12).
d. Kondisi ekonomi
Subjek berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya cukup.
“Kondisi keuangan keluarga subjek bercukupan” (baris 15-16).
e. Agama
Subjek beragama islam.
“Islam” (baris 18).
92
b). Ciri-ciri dan komponen-komponen kecerdasan emosi remaja yang
mengikuti kelas unggulan di SMPN 103 Jakarta
a. Mengenali Emosi Diri
Subjek dapat menyadari perasaannya, memberitahukan orang lain
akan perasaan yang sedang ia hadapi, meminta pendapat orang lain.
“Saya tidak tau persis, tapi menurut pengamatan saya kalau dia sedih
kelihatan dan ia menyatakan kesedihannya ke orang lain, jadi dia tau
kalau sedang sedih dan perlu..perlu saran, perlu...disampaikan
kepada orang lain” (baris 22-27).
“Dia menceritakannya pada orang lain, walaupun bisa saja tidak
serta merta, begitu, bisa beda beberapa jam, bisa satu dua hari, tapi
dia cukup terbuka untuk menceritakan ke orang lain, minta pendapat
atau sekedar cerita saja” (baris 30-35).
Peristiwa yang menurut TH membuat subjek dapat mengenali
emosi dan mengekspresikannya dengan menangis.
“Saat itu saya dan subjek sedang berada di dalam mobil, di tengah
jalan, kami melihat ada kecelakaan, subjek lalu mengatakan sambil
menangis bahwa ia sedih melihat anak kecil yang menjadi korban
kecelakaan” (baris 312-317).
Peristiwa yang membuat subjek marah dan mengekspresikan
kemarahannya kepada ibunya karena memintanya untuk belajar walau
sedang libur.
“Subjek pernah marah kepada ibunya karena memintanya untuk terus
belajar, walaupun sedang libur. Ia mengatakan kepada ibunya dengan
nada suara yang agak tinggi kalau ia sedang marah karena ibunya
memintanya belajar saat libur” (baris 319-324).
93
Cara yang TH lakukan untuk membantu subjek dalam mengenali
emosinya.
“Saya memintanya untuk duduk, mendengarkan musik meditasi,
merasakan perasaannya dan membayangkannya menjadi sebuah
bentuk, dan mengikhlaskannya dengan memberikan kasih sayang
kepada perasaan itu” (baris 327-332).
b. Mengelola Emosi
Subjek dapat mengelola dan mengatasi perasaan yang dirasakan,
dapat menangani perasaan sehingga dapat mengungkapkannya dengan
tepat.
“E...dari dia menceritakannya si, subjek bisa ya untuk menangani
perasaannya sehingga dapat terungkap dengan tepat” (baris 39-41).
Menurut TH, subjek dapat meredam perasaan marah dengan
berdiam diri.
”Dia, ya dia, kalau marah menunjukkan kemarahannya, bagian dari
bad mood yah, kemudian ya dia menunjukkan wajah dan sikap yang
sesuai dengan bad moodnya tadilah, sehingga bisa terlihat, sehingga
saya bisa tanyakan kenapa, dia biasanya akan mau menceritakan”
(baris 45-51).
”Setau saya ketika dia marah bilang marah dan e…menceritakan, gitu
yah” (baris 54-55).
”E…tidak walaupun ia tidak suka maka ia tidak akan langsung
memarahi orang yang membuatnya tidak suka” (baris 59-61).
Menurut TH, subjek akan mencoba mencari pemecahan masalah
yang membingungkannya dengan mendiskusikannya sampai tuntas.
”Dia bertanya, kalau berkaitan dengan pelajaran juga bertanya,
kalau dia belum tau persis jawabannya dia akan ngomong belum
94
mengerti atau bingung sehingga dia sampai tau persis baru diskusinya
bisa dianggap selesai” (baris 72-77).
c. Memotivasi Diri
Menurut TH, Subjek dapat memotivasi dirinya dengan
mempunyai cita-cita.
“Dia punya cita-cita, dia sebutkan keinginannya dengan cukup jelas
bahwa dia ingin kuliah di ITB, nah itu membuat motivasi jangka
panjang secara garis besar, kemudian ketika dia merasa kehilangan
motivasi, dia berkata “saya sedang tidak motivasi belajar”, nah
kemudian kami berdiskusi, setelah diskusi, motivasinya naik” (baris
80-87).
Pada saat mengalami perasaan kecewa subjek hanya
mengatakannya kepada TH.
“Kekecewaan dia juga bilang saja” (baris 90).
Menurut TH, subjek bukanlah orang yang bersikap pasrah dalam
menghadapi masalah.
”Oh nggak, dia cukup gigih, dia akan berusaha sampai masalahnya
selesai, jadi dia akan bertanya, kalau dia ingin akan mencoba untuk
minta, bahkan berusaha memenuhi syarat dalam menggapai
keinginannya” (baris 93-98).
Menurut TH, saat subjek menghadapi kegagalan, subjek bersikap
santai saja.
”Kegagalannya sama seperti kekecewaannya, santai saja” (baris 105-
106).
Menurut TH, subjek mencoba mencari jalan keluar dalam
mengatasi masalah yang dihadapi oleh subjek dengan berkonsultasi
dengan orang tua, guru, buku dan internet.
95
”Setelah diajak bicara sih, iya, akan cari jalan” (baris 110-111).
”Konsultasi dengan saya, teman, guru, buku, internet” (baris 114-
115).
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Subjek dapat mengenali emosi orang lain, walaupun subjek
pernah salah dalam menafsirkan diam yang dilakukan oleh TH.
”Bisa, kadang terlalu hati-hati, sehingga kalau misalkan papanya
tiba-tiba diem, subjek akan bertanya kenapa, padahal kan diam bisa
cuma diam saja” (baris 118-121).
Apabila ada pendapat yang berbeda dengan subjek, maka subjek
akan mengajaknya berdiskusi.
“Saling diskusi, untuk orang-orang tertentu yang dikira tidak dapat
diberikan masukan maka ia tidak akan berpendapat dan berdebat”
(baris 125-128).
Subjek mampu mengerti perasaan orang lain hanya berdasarkan
ekspresi mukanya saja.
”Subjek bisa mengerti perasaan orang lain hanya berdasarkan
ekspresi mukanya saja” (baris 132-134).
e. Membina Hubungan dengan Orang Lain
Pada saat ada orang baru, terutama pada orang-orang yang lebih
tua, subjek bersikap diam dan menjawab bila ditanya.
”Dia akan diam saja, setelah di tanya baru dijawab” (baris 136-138).
”Selain di lingkungan kelas, ada kakak kelas, diskusi, chating, bergaul
dengan seumuran dan lebih tua tapi tidak beda jauh” (baris 141-143).
”Dia akan diem aja, setelah ditanya baru menjawab” (baris 147-148).
96
Hubungan subjek dengan gurunya baik, karena menurut TH,
subjek tidak pernah berperilaku tidak baik.
”Hubungan subjek dengan gurunya, cukup baik, tidak pernah
berperilaku yang tidak bagus, mau bertanya ke gurunya” (baris 151-
153).
Menurut TH, hubungan subjek dengan baik, bahkan subjek sering
main ke rumahnya.
”Hubungan subjek dengan saudaranya juga baik, bahkan sering main
ke rumahnya” (baris 156-157).
c). Faktor-faktor yang menyebabkan kecerdasan emosi pada remaja
yang mengikuti kelas unggulan di SMPN 103 Jakarta
a. Guru
Menurut TH, subjek tidak diperhatikan oleh gurunya dan tidak
mempengaruhi subjek, walaupun subjek diberikan kebebasan oleh
gurunya dalam mengambil keputusan.
“Subjek tidak diperhatikan oleh E dan E tidak sedikitpun ada
pengaruh pada subjek terutama dalam pengambilan keputusan,
walaupun subjek diberikan kebebasan dalam membuat keputusan”
(baris 273-277).
Menurut cerita yang TH dengar dari subjek, tiba-tiba guru BPnya
memperhatikannya saat subjek mendapatkan nilai yang sangat rendah.
”Subjek menceritakan kepada saya saat wali kelasnya membagikan
nilai ujian, ia diberitahu bahwa sebenarnya nilainya harusnya ada
yang mendapatkan 10. Kemudian, tak lama setelah itu, guru BP
subjek memanggilnya, bertanya kenapa nilainya menurun dengan
drastis dan diminta untuk belajar dengan berkonsentrasi dan tenang.
Lalu, setelah subjek selesai bercerita, saya langsung meresponnya
97
dengan mengatakan bahwa perkataan beliau itu benar dan semestinya
nilai subjek 10 semua, saya langsung mengambil hasil psikotes di
tempat bimbelnya yang memperlihatkan bahwa subjek kurang
motivasi dirinya” (baris 344-353).
Menurut TH, pembicaraan subjek dengan guru BPnya, membuat
subjek belajar lebih semangat.
“Yang saya liat sih......Subjek jadi lebih semangat belajar, bahkan
saat ia di dedera rasa kantuk, ia tetap memaksakan diri untuk
belajar” (baris 361-364).
b. Keluarga
Subjek dipengaruhi oleh orang tuanya dalam mengatasi
masalahnya, karena subjek menerima masukan dan menjadikannya
sebagai wawasannya.
“Ya, saya mempengaruhi subjek, karena sering diskusi, bila diterima
masukan dan wawasan berarti mempengaruhi. Kalau dia tidak terima
akan bertanya, kenapa harus dilakukan, dan mengapa itu penting”
(baris 159-163).
Tanggapan TH saat mendengarkan cerita subjek mengenai nilai
ujiannya dan respon yang subjek terima dari wali kelas dan E, hal ini
membuat subjek dapat memotivasi dirinya.
”Subjek menceritakan kepada saya saat wali kelasnya membagikan
nilai ujian, ia diberitahu bahwa sebenarnya nilainya harusnya ada
yang mendapatkan 10. Kemudian, tak lama setelah itu, guru BP
subjek memanggilnya, bertanya kenapa nilainya menurun dengan
drastis dan diminta untuk belajar dengan berkonsentrasi dan tenang.
Lalu, setelah subjek selesai bercerita, saya langsung meresponnya
dengan mengatakan bahwa perkataan beliau itu benar dan semestinya
98
nilai subjek 10 semua, saya langsung mengambil hasil psikotes di
tempat bimbelnya yang memperlihatkan bahwa subjek kurang
motivasi dirinya” (baris 344-353).
“Yang saya liat sih......Subjek jadi lebih semangat belajar, bahkan
saat ia di dedera rasa kantuk, ia tetap memaksakan diri untuk
belajar” (baris 361-364).
Wawasan yang diberikan oleh TH dengan duduk, mendengarkan
musik meditasi, mencoba untuk merasakan dan membayangkan
perasaannya dan mengikhlaskannya, bila subjek merasakan emosi.
“Saya memintanya untuk duduk, mendengarkan musik meditasi,
merasakan perasaannya dan membayangkannya menjadi sebuah
bentuk, dan mengikhlaskannya dengan memberikan kasih sayang
kepada perasaan itu” (baris 312-317).
Orang tua subjek dalam menghadapi masalah dan menangani
masalah yakni dengan memikirkannya, menelaah, menanyakan ke
orang lain, sholat istikharah dan pasrah.
”Saya berpikir sendiri, kalau boleh tidak diselesaikan segera, akan
ditelaah, bertanya ke orang lain, istiharah dan pasrah” (baris 167-
169).
Pada saat subjek bosan, orang tuanya mengajaknya berbicara atau
menonton tv.
“Saat subjek bosan, ya diajak ngobrol, nonton tv” (baris 172-173).
Pada saat subjek menghadapi masalah, orang tuanya mengajaknya
berdiskusi.
“Pada saat subjek menghadapi masalah langsung diajak diskusi”
(baris 176-177).
Subjek diperhatikan oleh orang tuanya, dan hal itu mempengaruhi
subjek.
99
”Ya, subjek saya perhatikan” (baris 180).
”Ya, karena diperhatikan, subjek jadi bisa mengendalikan emosinya”
(baris 183-184).
Subjek dapat mengekspresikan emosi secara bebas dalam keluarga
dan di dalam masyarakat, hal ini membuat subjek dapat berekspresi.
”Ya, subjek dapat mengekspresikan emosi secara bebas dalam
keluarga dan di dalam masyarakat” (baris 188-190).
”Jadi dapat berekspresi” (baris 193).
Subjek dilibatkan untuk ikut serta mengambil keputusan dalam
keluarga dan lingkungan sosial, dan pengaruhnya tergantung pada
kecerdasan emosi subjek.
”Tergantung, bila akan melakukan sesuatu yang dia ikut terlibat,
maka akan ditanya akan apa dan keputusan apa yang diambil” (baris
197-200).
”Tergantung kecerdasan emosi subjek” (baris 203-204).
Pola komunikasi yang di terapkan dalam keluarga subjek yaitu
adanya keterbukaan dan kepercayaan, hal ini dapat membuat subjek
jujur dan mau mengakui kesalahannya.
”Adanya keterbukaan juga kepercayaan” (baris 207-208).
”Bagus, membuat subjek jujur, dan mengakui kesalahannya” (baris
211-212).
Orang tua subjek mendukung keputusan subjek bila dibicarakan
terlebih dahulu, hal ini membuat subjek lebih percaya diri.
”Kalau dibicarakan dengan saya, ya, saya dukung keputusan
subjek” (baris 215-216).
“Ya, membuat dia lebih confidence lah” (baris 219-220).
Subjek diberikan kebebasan terbatas kepada untuk menentukan
keputusannya sendiri baik dalam lingkungan keluarga, sekolah
100
maupun dalam lingkungan sosialnya sesuai kemampuannya, hal ini
membuat subjek dapat lebih enak dalam mengambil keputusan
mengenai dirinya dan hidupnya.
“Kebebasan terbatas, sesuai kemampuannya, kalau belum mampu
ya..tidak memberikan subjek kesempatan untuk mengambil
keputusan” (baris 226-229).
“Ya, dia jadi lebih enaklah dengan keputusannya, dirinya, dengan
hidupnya” (baris 232-233).
Subjek dipercaya oleh orang tuanya, hal itu membuat subjek jadi
percaya diri dan mempercayai orang lain.
“Ya, saya mempercayai subjek” (baris 235).
“Ya, dia jadi percaya diri, dan dia juga mempercayai saya gitu,
mempercayai...kami orang tuanya” (baris 238-240).
c. Pengalaman
Menurut TH, subjek akan memperbaiki kesalahannya yang
telah dia lakukan ataupun orang lain lakukan dan tidak akan
mengulanginya kembali.
“Subjek berusaha memperbaiki dan mencoba untuk tidak mengulangi
kesalahan yang telah dia dan orang perbuat” (baris 263-265).
d. Perlakuan tidak baik
Subjek selalu mendapatkan perlakuan yang baik di lingkungan
sekolah dan di rumah.
”Sejauh ini sih, kayaknya selalu diperlakukan baik di sekolah dan di
rumah” (baris 272-273).
101
e. Budaya
Menurut TH, budaya subjek merupakan lingkungan yang
memberi kesempatan untuk memperoleh pengetahuan tanpa
memandang jenis kelamin serta strata sosial. Dan dalam budaya subjek
menurut TH, kemarahan harus disembunyikan, akan tetapi keluarga
subjek yang demokratis memberikan kesempatan untuk subjek marah,
dimana subjek diharuskan untuk menyampaikan marahnya dengan
cara yang santun dan sopan.
”Budaya subjek memandang setiap manusia selalu mempunyai
kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dengan cara belajar dan
tidak memandang jenis kelamin dan strata sosial” (baris 243-247).
“Jika subjek marah, kalau di keluarga subjek, agak berbeda dengan
lingkungan keluarga yang lain, lebih demokratis, sehingga kalau
marah, disampaikan saja dengan santun dan sopan, walaupun hal
demikian bertentangan dengan kebudayaan yang subjek anut, dimana
jika sedang marah sebisa mungkin ditutupi dengan senyum” (baris
251-258).
102
3. SO 2
a. Identitas SO 2
Nama : E
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 28 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Jumlah Saudara : anak ke 3 dari 3 bersaudara
Hubungan dengan subjek : Guru BP subjek
b. Pelaksanaan dan hasil wawancara
1). Pelaksanaan wawancara
a). Wawancara hari pertama
Hari/Tanggal : Senin, 05 April 2010.
Waktu : 09.20-09.48 WIB.
Tempat : Sekolah subjek.
b). Wawancara hari kedua
Hari/Tanggal : Rabu, 14 April 2010.
Waktu : 09.20 WIB.
Tempat : Sekolah subjek.
2). Hasil wawancara
a). Latar belakang subjek
a. Keluarga
Subjek adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dan significant
other dua tidak begitu sering berkomunikasi dengan subjek.
“Subjek anak ketiga dari tiga bersaudara” (baris 3-4).
103
”Ga begitu sering ya berkomunikasi dengan subjek, karena saya,
megang enam kelas” (baris 7-9).
b. Pendidikan
Subjek bersekolah di TK Istiqomah, SD di Sudirman, dan SMP
di SMPN 103 Jakarta.
”Subjek bersekolah di TK Istiqomah, SD di Sudirman, dan SMP di
SMPN 103 Jakarta” (baris 12-14).
c. Status sosial
Di sekolah, subjek cukup dikenal.
“Subjek cukup dikenal di sekolah” (baris 17).
d. Kondisi ekonomi
Subjek berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya cukup.
“Kondisi ekonomi keluarga subjek bercukupan” (baris 20-21).
e. Agama
Subjek beragama islam.
“ Islam” (baris 23).
104
b).Ciri-ciri dan komponen-komponen kecerdasan emosi remaja yang
mengikuti kelas unggulan di SMPN 103 Jakarta
a. Mengenali Emosi Diri
Menurut E, subjek dapat menyadari perasaannya,
memberitahukan orang lain akan perasaan yang sedang ia hadapi.
“Subjek mampu menyadari perasaan yang sedang terjadi, ketika
subjek sedih dia akan terdiam sejenak lalu menceritakannya dan
meminta saran pada orang lain.” (baris 27-30).
“Saat perasaan subjek muncul, ya kalau ada tempat buat curhat ya
dia curhat ke orang lain, gitu” (baris 33-35).
b. Mengelola Emosi
Menurut E, subjek dapat mengelola perasaan yang ia rasakan
dengan bercerita.
“Cara subjek mengelola perasaan yang ia rasakan dengan bercerita
saja” (baris 42-43).
Menurut E, subjek bisa mengatasi perasaan yang dirasakan, dapat
menangani perasaan sehingga dapat mengungkapkannya dengan tepat
”Kayaknya ya, subjek dapat menangani perasaan subjek sehingga
perasaan subjek dapat terungkap dengan tepat” (baris 47-50).
Subjek dapat meredam perasaan marah dengan berdiam diri.
”Ketika dia marah, kita kasih masukan supaya marahnya gak
mengebu-gebu, sehingga amarahnya dapat diredam dan diam.” (baris
57-60).
”Paling ya marah-marah, kalau ada orang yang membuat subjek
kesal” (baris 64-65).
105
Menurut E, subjek akan mencoba mencari pemecahan masalah
yang membingungkan.
”Subjek memecahkan masalah yang membingungkan dan menyulit-
kan dengan bertanya pada guru” (baris 72-74).
c. Memotivasi Diri
Subjek dapat memotivasi dirinya dengan belajar dari pengalaman-
pengalaman.
“Subjek memotivasi dirinya.. Ya belajar dari pengalaman-
pengalaman” (baris 77-78).
Pada saat mengalami perasaan kecewa subjek bersikap diam saja.
“Subjek akan diam saja saat mengalami kekecewaan” (baris 81-82).
Subjek tidak bersikap pasrah dalam menghadapi masalah.
”Gak, subjek gak bersikap pasrah dalam menghadapi masalah”
(baris 85-86).
Subjek menghadapi kegagalannya dengan menceritakan dan
bertanya kepada gurunya.
”Subjek menghadapi kegagalannya, ya dia cerita, tanya ke gurunya”
(baris 96-97).
Menurut E, subjek dapat memandang optimis terhadap hidup dan
masa depannya, ketika sedang sedih.
”Iya, subjek masih merasa optimis terhadap hidup dan masa
depannya” (baris 101-102).
Menurut E, subjek akan mencoba mencari jalan keluar dalam
mengatasi masalah yang dihadapi oleh subjek dengan mencari
informasi melalui guru-guru yang membuat subjek merasa dekat.
106
”Subjek mengatasi berbagai hambatan yang dihadapinya dengan
mencari informasi dengan bertanya dengan guru-gurunya yang
merasa dekat ya tentunya” (baris 109-113).
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Subjek dapat mengenali emosi orang lain. Subjek menyadari bila
ada temannya yang sedang sedih, mengahmpirinya dan mengajaknya
berbicara.
”Subjek dapat mengenali emosi orang lain” (baris 116-117).
”Ya, subjek menyadari bila ada temannya yang sedang sedih (baris
123-124).
”Yang saya lihat sih...Subjek akan menghampirinya, berbicara
dengan temannya” (baris 335-336).
Apabila ada pendapat yang berbeda dengan subjek, maka subjek
akan mengajak untuk bertukar pikiran
”Bertukar pikiran, kamu maunya apa, aku maunya apa, ya begitulah”
(baris 132-133).
e. Membina Hubungan dengan Orang Lain
Pada saat ada orang baru, terutama pada orang-orang yang lebih
tua, subjek akan berusaha berkenalan dengan bertanya siapa namanya,
”Ketika subjek harus bertemu dengan orng-orang baru, maka dia
berusaha kenal” (baris 140-141).
”Subjek memulai pembicaraan dengan orang baru dengan
menanyakan siapa namanya” (baris 144-146).
Subjek mempunyai banyak teman, E bahkan tidak dapat
menyebutkannya, saking banyaknya temannya subjek.
107
”Teman-teman subjek ada banyak, tidak bisa disebutkan satu
persatu” (baris 149-150).
”Ya, teman-teman subjek sering bercerita padanya” (baris 159-160).
Menurut E, hubungan subjek dengan gurunya baik. Hal ini
terlihat saat subjek bertanya kepada guru-gurunya.
”Hubungan subjek dengan gurunya, baik” (baris 163-164).
”Subjek mengatasi berbagai hambatan yang dihadapinya dengan
mencari informasi dengan bertanya dengan guru-gurunya yang
merasa dekat ya tentunya” (baris 109-113).
Menurut E, hubungan subjek dengan orang tuanya baik. Dan dari
cerita yang E dengar dari subjek, subjek sering berdiskusi sama TH.
”Hubungan subjek dengan orang tuanya, baik” (baris 167-168).
”Subjek pernah bercerita mengenai ayahnya, ia selalu bercerita dan
berdiskusi dengan ayahnya saat ada masalah di rumah dan di
sekolah” (baris 340-343).
c). Faktor-faktor yang menyebabkan kecerdasan emosi pada remaja
yang mengikuti kelas unggulan di SMPN 103 Jakarta
a. Guru
Subjek tidak dipengaruhi oleh guru BPnya. Pada saat subjek
bosan, guru BPnya mengajaknya berbicara. Pada saat subjek
menghadapi masalah, guru BPnya mengajaknya berdiskusi.
“Nggak, saya nggak mempengaruhi subjek” (baris 170-171).
“Ditanya aja, ada apa, ngajak ngorbol” (baris 179-180).
“Saat subjek menghadapi masalah, saya akan membantunya dengan
diskusi” (baris 183-184).
108
Subjek tidak terlalu diperhatikan oleh guru BPnya, dan hal itu
tidak mempengaruhi subjek.
”Saya tidak terlalu memperhatikan subjek” (baris 187-188).
”Tidak mempengaruhi subjek” (baris 191).
Setelah mendapatkan laporan dari wali kelasnya subjek, saya
memanggilnya ke ruangan saya untuk mengajaknya berdiskusi
mengenai nilainya.
”Saya mendapatkan laporan dari wali kelasnya bahwa nilainya
menurun, jadi saya memanggilnya dan memintanya untuk belajar
lebih tenang dan konsentrasi” (baris 329-332).
Subjek dapat mengekspresikan emosi secara bebas di sekolah,
hal ini membuat subjek dapat berekspresi.
”Ya, subjek dapat mengekspresikan emosi secara bebas dalam
lingkungan sekolahnya” (baris 195-197).
Subjek dilibatkan untuk ikut serta mengambil keputusan dalam
sekolah, dan berpengaruh pada subjek.
”Ya, subjek dilibatkan untuk ikut serta mengambil keputusan dalam
lingkungan sekolah” (baris 204-206).
”Pengaruhnya, subjek jadi merasa dihargai saja” (baris 209-210).
Pola komunikasi yang di terapkan oleh guru BP subjek yaitu
adanya kesetaraan antara guru dan murid, hal ini dapat membuat
subjek merasa diperhatikan saja.
”Menjadikan saya bukan hanya sebagai guru saja tapi juga merasa
sebagai teman” (baris 213-215).
”Pengaruhnya, subjek jadi merasa diperhatikan aja” (baris 218-
219).
109
Guru BP subjek mendukung keputusan subjek bila keputusannya
itu baik, hal ini membuat subjek lebih percaya diri.
”Kalau keputusannya baik ya kita dukung, kalau nggak ya nggak.”
(baris 222-223).
“Ya, kadang ia mau terima kadang juga tidak, ya tergantung
anaknya.” (baris 226-227).
Subjek diberikan kebebasan terbatas kepada untuk menentukan
keputusannya sendiri baik dalam lingkungan keluarga, sekolah
maupun dalam lingkungan sosialnya sesuai kemampuannya, hal ini
membuat subjek dapat lebih enak dalam mengambil keputusan
mengenai dirinya dan hidupnya.
“Ya, saya memberikan kebebasan kepada subjek untuk menentukan
keputusannya sendiri” (baris 233-235).
“Dengan saya memberikan kebebasan kepada subjek membuat
subjek merasa tidak terlalu terkekang, dapat menemukan jati
dirinya.” (baris 238-241).
b. Keluarga
Menurut E, subjek diperhatikan dan dipercaya oleh TH,
dipengaruhi oleh keluarganya dalam mengekspresikan dan menangani
emosi serta menyelesaikan masalah-masalahnya sesuai dengan
kemampuannya.
”Dari cerita subjek mengenai keluarganya, subjek dipengaruhi oleh
keluarganya, ia diperhatikan dan dipercaya oleh ayahnya, diajarkan
untuk mengendalikan amarah dan memberikan solusi dalam
menangani masalah yang ia hadapi sesuai kemampuan usia subjek”
(baris 290-296).
110
c. Pengalaman
Menurut E, saat subjek dihadapkan oleh suatu masalah yang
pernah dihadapi subjek atau orang di sekitarnya, subjek akan mencoba
untuk mencari informasi dari guru terdekatnya, baru mengatasi
masalahnya.
“Subjek termasuk orang yang benar-benar mempertimbangkan segala
hal, oleh karena itu, jika ia melakukan kesalahan, maka ia tidak cukup
mengetahui dari pengalaman diri dan orang lain, tapi juga
membutuhkan informasi dari guru yang dekat sama subjek, baru
berusaha untuk merubah keadaan” (baris 266-273).
d. Perlakuan tidak baik
Subjek menaati peraturan di sekolahnya, sehingga tidak pernah
mendapatkan perlakuan tidak baik baik di lingkungan sekolah. Subjek
tidak pernah bercerita kepada E mengenai perlakuan yang tidak baik di
lingkungan rumahnya.
“Menurut saya, subjek sama seperti siswa lain di sekolah, menaati
peraturan, sehingga tidak pernah diperlakukan tidak baik di sekolah”
(baris 271-272).
“Selama ini subjek tidak pernah memberikan keluhan jika ia
diperlakukan tidak baik di lingkungan rumah”(baris 275-276).
e. Budaya
Menurut E, kebudayaan yang subjek anut, memandang persamaan
antara pria dan wanita dalam memperoleh kesempatan belajar dan
pengambilan keputusan, serta amarah tidak boleh ditampakkan dan
ditutupi dengan tersenyum.
111
”Dalam kebudayaan yang dianut oleh subjek, ada kesamaan dalam
memperoleh kesempatan belajar, untuk pengambilan keputusan itu
tidak ada bedanya antara pria dan wanita” (baris 251-255).
“Dalam budaya yang subjek anut, kemarahan tidak boleh
ditampakkan dan menutupi kemarahan dengan tersenyum” (baris
259-261).
112
B. Analisis
1. Analisis Biografi Subjek
Tabel 3
Rangkuman biografi subjek
Tahun Peristiwa Penghayatan
2000 Subjek diberi boneka
oleh kakaknya, sepeda
roda empat oleh
ayahnya, serta mainan
yang banyak yang
diberi oleh ibu dan
neneknya, saat subjek
berulang tahun yang
ketiga.
Subjek merasa sangat
senang karena hadiah
yang begitu banyak
2001 Masuk TK. Subjek merasa pe-
nasaran sekaligus
senang.
2002 Merayakan ulang
tahun yang ke empat.
Subjek merasa senang.
2002 Mengikuti lomba
menari dan
menggambar di Ancol,
walaupun tidak
menang lomba.
Subjek merasa senang
bisa mewakili
sekolahnya dalam
perlombaan
2002 Subjek sering disuruh-
suruh ama teman-
temannya saat
bermain.
Subjek merasa senang
disuruh oleh teman-
temannya.
2002 Lulus TK. Subjek merasa sedih
karena harus berpisah
dengan teman-
temannya.
2003 Masuk SD. Subjek merasa senang.
2003 Ikut jemputan untuk
pertama kalinya.
Subjek merasa kesal.
113
Tahun Peristiwa Penghayatan
2006 Ditawari masuk kelas
askselerasi.
Subjek merasa ragu
untuk mengikuti kelas
akselerasi.
2007 Waktu kelas 5 SD,
mendapat peringkat
dan masuk ke dalam
rangking tiga besar.
Subjek merasa bahagia
karena mendapat tiga
besar.
2008 Lulus SD. Subjek merasa senang
dan bersyukur.
2010 Diterima di kelas
unggulan utama di
SMPN 103.
Subjek merasa bahagia
karena diterima di
kelas unggulan utama,
tetapi subjek merasa
harus berusaha lebih
giat lagi dalam belajar,
karena subjek harus
mempertahankan
prestasinya di kelas,
menghadapi
persaingan dengan
teman-temannya, serta
menyelesaikan
masalah-masalah yang
dihadapinya.
2010 Juara Story telling se-
Kecamatan.
Subjek merasa bahagia
dan bangga karena
dapat membanggakan
sekolah dan
keluarganya.
2. Analisis Kasus
a). Ciri-ciri dan Komponen-komponen Kecerdasan Emosi
Tabel 4
Ciri-Ciri dan Komponen-Komponen Kecerdasan Emosi
Ciri Subjek Significant Other
1
Significat Other
2
Kesimpulan
Mengenali
Emosi Diri
Subjek menyadari,
merasakan saat sedang
sedih, memberitahukan
orang terdekat tentang apa
yang dirasakan dan
meminta bantuan bila
perlu.
Subjek memper-
lihatkan perasaan-
nya, menyatakan
perasaanya dan me-
minta saran bila
merasa perlu.
Subjek mampu
menyadari
perasaan yang
sedang terjadi,
ketika subjek
sedih dia akan
terdiam sejenak
lalu men-
ceritakannya dan
meminta saran
pada orang lain
setelah ada kesempatan.
Terdapat
kesesuaian
pernyataan antara
subjek, significant
other satu dan dua
bahwa :
Subjek dapat
menyadari
perasaannya,
memberitahu-
kan orang lain
akan perasaan yang sedang ia
hadapi.
Subjek akan
meminta
nasihat bila
perlu.
114
Ciri Subjek Significant Other
1
Significat Other
2
Kesimpulan
Mengelola
Emosi Subjek mencoba untuk
meredam amarahnya
dengan berdiam diri.
Subjek dapat mengungkapkan
perasaannya.
Subjek berusaha untuk
tidak tersinggung dengan
perkataan orang lain
Apabila ada masalah
yang membingungkan,
maka subjek akan
mencoba untuk mencari
tahu permasalahannya
dan mencoba untuk me-nyelesaikannya.
Subjek akan
menunjukkan
wajah dan
sikapnya ketika sedang marah.
Subjek
mengatakan
amarahnya dan
menceritakan
alasannya,
Subjek akan
bertanya bila ada
masalah yang
membuatnya
bingung.
Subjek
mengelola
perasaannya
dengan meng- ekspresikan
amarahnya,
bercerita,
sehingga dapat
terungkap
dengan tepat.
Subjek
diberikan
masukan untuk
meredam
amarahnya.
Subjek akan
bertanya
kepada guru
yang dekat
dengannya bila
ada masalah
yang
membuatnya
bingung
Terdapat
ketidaksesuaian
pernyataan antara
subjek, significant other satu dan dua
tentang mengelola
perasaan marah
yang dirasakan.
Terdapat
kesesuaian
pernyataan antara
subjek, significant
other satu dan dua
tentang :
Subjek dapat menangani
perasaan
sehingga dapat
meng-
ungkapkannya
dengan tepat.
Subjek mencoba
mencari
pemecahan
masalah yang
membingungkan.
115
Ciri Subjek Significant Other
1
Significat Other
2
Kesimpulan
Memotivasi
Diri
Subjek memotivasi
dirinya dengan
berkeinginan untuk
membahagiakan orang
tuanya.
Saat kecewa subjek akan mencari kesibukan lain
Subjek akan berusaha
memperbaiki kegagalan.
Walau sedang sedih,
subjek tetap optimis
terhadap hidup dan masa
depan.
Subjek mengatasi
hambatan yang dihadapi
dengan mencoba untuk
mencari jalan keluarnya dari orang tua, guru,
teman, buku dan internet.
Subjek
mempunyai cita
cita berkuliah di
ITB.
Subjek bersikap
santai dalam menghadapi
kekecewaan,
kegagalan.
Subjek tidak
pasrah dengan
masalah yang
dihadapi dan
berusaha
menyelesaikan
masalahnya dan
bertanya kepada orang tua, guru,
teman.
Subjek
memotivasi
dirinya dengan
belajar dari
pengalaman.
Saat mengalami
kekecewaan
subjek akan
diam.
Subjek tidak
pasrah dalam
menghadapi
masalah.
Subjek
menghadapi
kegagalannya dengan
bercerita dan
bertanya pada
gurunya.
Terdapat
kesesuaian
pernyataan antara
subjek, significant
other satu dan dua
bahwa :
Subjek dapat
memotivasi
dirinya dengan
berkeinginan dan
bercita cita, serta
belajar dari
pengalamannya.
Subjek dapat
memandang
optimis ketika
sedang sedih.
116
Ciri Subjek Significant Other
1
Significat Other
2
Kesimpulan
Memotivasi
Diri
Subjek
merasa
optimis
terhadap
hidup dan
masa
depannya.
Subjek
mengatasi
hambatan
dengan
mencari
informasi ke
guru-gurunya
yang merasa
dekat.
Mencoba
mencari jalan
keluar dalam
mengatasi
masalah yang
dihadapi oleh
subjek dengan mencari
informasi dari
orang tua,
guru, buku
dan internet.
Mengenali
emosi orang
lain
Subjek mencoba untuk
membantu temannya yang sedang bersedih
dengan membantunya
menyelesaikan
masalahnya,
menceritakan hal yang
lucu,
Apabila ada pendapat
yang berbeda, subjek
akan mengemukakan
Subjek hati-hati
dalam mengenali
emosi orang
lain dan
menanyakan
orang tersebut
tentang
emosinya bila
perlu.
Subjek dapat
mengenali dan
menyadari
emosi orang
lain.
Apabila ada
yang berbeda
pendapat,
subjek akan
bertukar
Terdapat
kesesuaian pernyataan antara
subjek, significant
other satu dan dua
bahwa :
Subjek dapat
mengenali
emosi orang
lain
.
117
Ciri Subjek Significant Other
1
Significat Other
2
Kesimpulan
Mengenali
emosi orang
lain
pendapatnya dan
memusyawarahkannya
Subjek dapat mengerti
perasaan orang lain hanya berdasarkan
ekspresi mukanya saja.
Subjek akan
berdiskusi pada
orang yang
berbeda pendapat bila
orang tersebut
mau
mendengarkan-
nya.
Subjek bisa
mengerti
perasaan orang
lain hanya
berdasarkan
ekspresi muka.
pikiran dan
mencari jalan
tengah.
Apabila ada
pendapat yang
berbeda
dengan subjek, subjek
akan bertukar
pikiran,
tergantung
dari
individunya
apakah dapat
diajak diskusi
Membina
hubungan
dengan orang
lain
Subjek mengajak
berkenalan dengan
menanyakan identitas
pada orang yang baru
ditemuinya
.
Subjek
bersikap lebih
pendiam dan
menjawab bila
bertemu dengan
orang baru,
Subjek akan
berusaha
mengenal
orang baru
dengan
menanyakan
namanya.
Terdapat
ketidaksesuaian
pernyataan antara
subjek, significant
other satu dan dua,
dimana subjek
akan mengajak
berkenalan bila
bertemu dengan
oran baru,
118
Ciri Subjek Significant Other
1
Significat Other
2
Kesimpulan
Membina
hubungan
dengan orang
lain
Subjek memiliki
banyak teman.
Ketika harus berada dalam kelompok
dengan usia yang lebih
tua membuat subjek
senang dan mau
bertanya.
Hubungan dengan
gurunya, saudaranya
dan orang tuanya baik
Subjek
berteman
dengan kakak
kelas, teman seumuran dan
lebih tua yang
tidak jauh dari
usianya.
Hubungan
subjek dengan
gurunya cukup
baik dan tidak
pernah
berperilaku
tidak baik.
Hubungan
dengan
saudaranya
baik.
Subjek
mempunyai
banyak teman.
Hubungan subjek dengan
gurunya dan
orang tuanya
baik.
sedangkan
menurut
significant other
satu,subjek akan bersikap diam saat
bertemu dengan
orang baru, dan
menurut
significant other
dua, subjek akan
berusaha untuk
mengenal orang
yang baru di
kenalnya.
Terdapat
kesesuaian
pernyataan antara
subjek, significant
other satu dan dua
bahwa :
Subjek
mempunyai
banyak teman.
Hubungan
subjek dengan gurunya,
saudaranya dan
orang tuanya
baik.
11
9
120
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek dan significant
other satu dan dua, dapat diketahui bahwa subjek memiliki ciri-ciri
dan komponen-komponen yang termasuk dalam kategori cerdas
secara emosi, yakni
1. Subjek dapat mengenali emosi diri dengan menyadari
perasaannya, memberitahukan orang lain akan perasaan yang
sedang ia hadapi, serta meminta nasihat bila perlu.
2. Subjek dapat mengelola emosi, karena subjek dapat menangani
perasaan sehingga dapat mengungkapkannya dengan tepat.
3. Subjek dapat memotivasi dirinya dengan berkeinginan dan bercita
cita, serta belajar dari pengalamannya, memandang optimis ketika
sedang sedih, mencoba mencari jalan keluar dalam mengatasi
masalah yang dihadapi oleh subjek dengan mencari informasi dari
orang tua, guru, buku dan internet.
4. Subjek dapat mengenali emosi orang lain dan menghargai
pendapat orang lain yang berbeda dengan subjek, dengan cara
bertukar pikiran, tergantung dari individunya apakah dapat diajak
diskusi.
5. Subjek dapat membina hubungan dengan orang lain yakni dengan
cara berusaha mengajak berkenalan pada saat ada orang baru,
mempunyai banyak teman, serta memiliki hubungan yang baik
dengan gurunya, saudaranya dan orang tuanya.
b). Faktor-faktor yang Menyebabkan Kecerdasan Emosi
Tabel 5
Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Faktor Subjek Significant Other
1
Significat Other
2
Kesimpulan
Guru Subjek
dipengaruhi oleh
guru BPnya
dalam membina
hubungan dengan
orang lain.
Subjek
dibebaskan dalam
membuat, mengambil atau
memilih sesuai
keputusan yang
diinginkan.
Subjek
diperhatikan oleh
guru BPnya
setelah mendapat
nilai rendah.
Subjek tidak terlalu
diperhatikan oleh
guru BPnya.
Subjek diberikan
kebebasan oleh
gurunya dalam
mengambil
keputusan.
Subjek diperhatikan so2 saat nilainya
turun, dan hal ini
membuat subjek
jadi termotivasi
untuk belajar.
Subjek tidak diperhatikan,
namun setelah mendapatkan
informasi dari wali kelasnya
subjek, subjek jadi
diperhatikan.
Subjek dibebaskan untuk
membuat, mengambil atau
memilih sesuai dengan
keputusan yang baik.
Terdapat kesesuaian peryataan antara subjek, significant
other dua bahwa :
Subjek dipengaruhi oleh guru BPnya.
Subjek dibebaskan dalam membuat, mengambil atau
memilih sesuai keputusan yang diinginkan.
12
1
Faktor Subjek Significant Other
1
Significat Other
2
Kesimpulan
Keluarga
Subjek
dipengaruhi
orang tunya
dalam
menangani
masalah.
Subjek dibantu oleh orang tua
dan saudaranya
dalam
menyelesai-
kan masalah,
Subjek
dibimbing oleh
orang tua dan
saudaranya
dalam
mengenali emosi dan cara
mengendalikan
nya.
Subjek dipengaruhi
oleh orang tuanya.
Dimana orang tua
subjek dalam
menghadapi masalah
dan menangani
masalah yakni dengan memikirkannya, me-
nelaah, menanyakan
ke orang lain,
istiharah dan pasrah.
Subjek diperhatikan
oleh orang tuanya dan
menyebabkan subjek
dapat mengendalikan
emosinya.
Subjek dapat
mengekspresikan emosinya di
lingkungan keluarga
dan sekitar.
Subjek dilibatkan
mengambil keputusan
dalam keluarga dan
keputusannya
didukung,
Subjek diperhatikan dan
dipercaya oleh TH.
Subjek dipengaruhi oleh
keluarganya dalam
mengekspresikan dan
menangani emosi.
Subjek dipengaruhi oleh keluarganya dalam
menyelesaikan masalah-
masalahnya sesuai dengan
kemampuannya.
Terdapat kesesuaian pernyataan antara subjek, significant
other satu dan dua bahwa :
Subjek dipengaruhi orang tuanya dalam menangani
masalah.
Subjek diperhatikan oleh orang tuanya.
Subjek dapat mengekspresikan emosi secara bebas
dalam keluarga dan masyarakat.
Subjek dilibatkan untuk ikut serta mengambil keputusan
dalam keluarga dan lingkungan sosial.
Pola komunikasi yang di terapkan dalam keluarga
subjek yaitu adanya keterbukaan dan kepercayaan, hal
ini dapat membuat subjek jujur dan mau mengakui
kesalahannya.
Orang tua Subjek mendukung keputusan subjek bila
dibicarakan terlebih dahulu.
Subjek diberikan kebebasan terbatas kepada untuk
menentukan keputusannya sendiri baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya sesuai kemampuannya.
12
2
Faktor Subjek Significant Other
1
Significat Other
2
Kesimpulan
Keluarga
Subjek dibantu
oleh orang
tuanya untuk
memilih solusi
yang terbaik
dari masalah yang dihadapi
Pola komunikasi
yang diterapkan
yakni adanya
keterbukaan dan
kepercayaan yang
membuat subjek jujur dan mengakui
kesalahannya,
Subjek diberikan
kebebasan yang
terbatas dalam
mengambil
keputusan sesuai
dengan
kemampuannya,
Subjek dipercaya
dan membuatnya dapat mempercayai
orang lain.
12
3
Faktor Subjek Significant Other
1
Significat Other
2
Kesimpulan
Pengalaman
Subjek berusaha
melakukan
yang lebih baik
daripada
sebelumnya.
Subjek akan mencoba untuk
melakukan yang
lebih baik daripada
sebelumnya.
Subjek tidak akan mengulang kesalahan yang
sama dan melakukan yang
terbaik.
Terdapat kesesuaian pernyataan antara subjek, significant other satu dan dua bahwa pada saat subjek mengalami
masalah yang pernah dihadapinya dahulu atau yang pernah
dihadapi oleh orang disekitarnya, subjek berusaha untuk
melakukan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Perlakuan
yang tidak
baik
Subjek tidak
pernah
diperlakukan
tidak baik di
lingkungan rumah dan
sekolahnya.
Subjek tidak pernah
diperlakukan tidak
baik di lingkungan
rumah dan
sekolahnya.
Subjek tidak pernah
diperlakukan tidak baik di
lingkungan rumah dan
sekolahnya.
Terdapat kesesuaian pernyataan antara subjek, significant
other satu dan dua bahwa Subjek tidak pernah diperlakukan
tidak baik di lingkungan rumah dan sekolahnya.
Budaya
Subjek
memandang
sama pria dan
wanita
Persamaan dalam
memperoleh
kesempatan belajar
dan mengambil
keputusan antara
pria dan wanita.
Ada kesamaan dalam
memperoleh kesempatan
belajar dan mengambil
keputusan.
Terdapat kesesuaian pernyataan antara subjek, significant
other satu dan dua bahwa dalam budaya subjek, pria dan
wanita dipandang sama untuk mendapatkan kesempatan
belajar dan mengambil keputusan.
12
4
Faktor Subjek Significant Other
1
Significat Other
2
Kesimpulan
Budaya
Tidak
diperbolehkan
menampak-kan
kalau sedang
marah.
Menutupi amarah
dengan tersenyum,
walau penerapan
dalam keluarga
amarah
disampaikan dengan
santun.
Menutupi kemarahan
dengan tersenyum.
Terdapat kesesuaian pernyataan antara subjek, significant
other satu dan dua bahwa dalam budayanya subjek,
kemarahan tidak boleh ditampakkan dan menutupi
kemarahan dengan tersenyum.
12
5
126
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek dan significant other, dapat
diketahui bahwa perkembangan kecerdasan emosi subjek dipengaruhi oleh faktor :
1). Keluarga
Kecerdasan emosi subjek dipengaruhi orang tuanya dalam menangani
masalah karena subjek diperhatikan dan dibimbing oleh orang tuanya saat
menghadapi masalah.
Subjek dapat mengekspresikan emosi secara bebas dalam keluarga dan
masyarakat, sehingga subjek dapat mengungkapkan emosinya secara tepat.
Subjek dilibatkan untuk ikut serta mengambil keputusan dalam keluarga dan
lingkungan sosial tergantung sejauh mana subjek dapat mengatasinya.
Pola komunikasi yang di terapkan dalam keluarga subjek yaitu adanya
keterbukaan dan kepercayaan, hal ini dapat membuat subjek jujur dan mau
mengakui kesalahannya.
Orang tua Subjek mendukung keputusan subjek bila dibicarakan terlebih
dahulu, hal ini membuat subjek nyaman berada di lingkungan keluarganya.
2). Guru
Kecerdasan emosi subjek dipengaruhi oleh guru BPnya, karena
perkataannya kepada subjek membuat subjek jadi termotivasi dalam belajar.
Guru BP subjek mendukung keputusan subjek bila keputusan itu baik, hal
ini membuat subjek jadi lebih percaya diri.
Guru BPnya subjek memberikan kebebasan kepada subjek untuk mengambil
keputusan.
127
C. Pembahasan
1. Ciri-ciri dan Komponen-komponen Kecerdasan Emosi
Berdasarkan data dari subjek dan significant other, subjek memiliki
kecerdasan emosi yang cukup baik, karena pada subjek ditemukan beberapa
ciri-ciri dan komponen-komponen kecerdasan emosi, yaitu mengenali emosi
diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan dapat
membina hubungan dengan orang lain.
Ciri-ciri dan komponen-komponen kecerdasan emosi tersebut sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Goleman (2004) yaitu
a. Mengenali emosi diri atau kesadaran diri (self-awareness)
Kesadaran diri adalah kemampuan seseorang untuk mengenali
perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul. Hal ini menyebabkan
individu menyadari emosi yang sedang dialami serta mengetahui
penyebab emosi tersebut terjadi serta memahami kualitas, intensitas, dan
durasi emosi yang sedang berlangsung. Kesadaran akan intensitas emosi
memberi informasi mengenai besarnya pengaruh kejadian tersebut pada
individu. Intensitas yang tinggi cenderung memotivasi individu untuk
bereaksi sedangkan intensitas emosi yang rendah tidak banyak
mempengaruhi individu secara sadar. Kesadaran akan durasi emosi yang
berlangsung membuat individu dapat berpikir dan mengambil keputusan
yang selaras dalam mengungkapkan emosinya.
Subjek dapat mengenali emosinya dan mengungkapkannya dengan
memberitahukan kepada orang lain akan perasaan yang sedang dihadapi.
b. Mengelola emosi atau pengendalian diri (self-control)
Mengelola emosi atau pengendalian diri berarti menangani perasaan
agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga terjadi keselarasan antara
emosi dan lingkungan. Dengan kata lain, individu dapat mengungkapkan
128
emosinya dengan kadar yang tepat pada waktu yang tepat dengan cara
yang tepat (Aristoteles dalam Goleman, 2004). Tujuan pengendalian diri
adalah keseimbangan emosi bukan menekan emosi, karena setiap perasaan
memiliki nilai dan makna tersendiri.
Subjek dapat mengatasi perasaannya, menanganinya, mengungkap-
kannya kepada orang lain, dapat meredam perasaan marahnya, mencoba
untuk mencari pemecahan dari masalah yang membuat subjek bingung.
c. Memotivasi diri (self-motivation)
Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui :
1). Cara mengendalikan dorongan hati
Semua emosi, sesuai dengan sifatnya membawa pada salah satu
dorongan untuk bertindak. Setelah individu dapat menguasai dorongan
hati tersebut, mereka mampu membaca situasi sosial dimana
penundaan akan memberi manfaat lebih, mereka juga mampu
mengacak perhatian agar tidak selalu berpusat pada godaan yang
dihadapi, dan mampu menghibur diri selama mempertahankan
kegigihan yang diperlukan untuk meraih sasaran.
2). Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang
Orang yang pintar mengatur emosi dapat memanfaatkan kecemasan
antisipasi, misalnya bila akan berpidato atau mau ujian, untuk
memotivasi diri guna mempersiapkan diri baik-baik, sehingga dapat
melakukannya dengan sempurna.
3). Harapan
Harapan adalah lebih dari pandangan yang optimis bahwa segala
sesuatunya akan menjadi beres, mempunyai harapan berarti seseorang
tidak akan terjebak dalam kecemasan, bersikap pasrah, atau depresi
dalam menghadapi sulitnya tantangan atau kemunduran.
129
4). Optimisme
Seligman (dalam Goleman, 2004) orang yang optimis menganggap
kegagalan disebabkan oleh sesuatu yang dapat diubah sehingga
mereka dapat berhasil pada masa-masa mendatang.
5). Keadaan flow (mengikuti aliran)
Keadaan flow yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya
tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya
terfokus pada satu objek. Dalam flow, emosi tidak hanya ditampung
dan disalurkan tetapi juga bersifat mendukung, memberi tenaga, dan
selaras dengan tugas yang sedang dihadapi.
Subjek memotivasi dirinya dengan mencoba memperbaiki kegagalan
dan mengulang kembali, tidak bersikap pasrah, memandang optimis
terhadap hidup dan masa depan.
d. Mengenali emosi orang lain (empati)
Mengenali emosi berarti kemampuan untuk menangkap sinyal-sinyal
sosial secara tersembunyi yang mengisyaratkan hal-hal yang dibutuhkan
atau dikehendaki orang lain atau lebih dikenal dengan empati. Empati
dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada
emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca
perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan
diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu
menghormati perasaan orang lain.
Subjek dapat mengenali emosi orang lain, membantu temannya yang
sedih dengan membantunya melupakan masalahnya, menyelesaikan
masalahnya, serta menceritakan hal-hal lucu, bermusyawarah apabila ada
yang berbeda pendapat dengan subjek.
130
e. Membina hubungan dengan orang lain atau keterampilan sosial (social
skill)
Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan
keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan
dengan orang lain. Untuk menangani emosi orang lain dibutuhkan dua
keterampilan emosi yaitu pengendalian diri dan empati. Dengan landasan
ini keterampilan berhubungan dengan orang lain akan menjadi matang
atau tidak akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Kemampuan
ini memungkinkan seseorang membentuk suatu hubungan untuk
menggerakkan dan mengilhami orang lain, membina kedekatan hubungan,
meyakinkan, mempengaruhi dan membuat orang lain merasa nyaman.
Apabila individu tidak memiliki keterampilan-keterampilan semacam ini
dapat menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu
atau tidak berperasaan.
Subjek memiliki banyak teman dan mempunyai hubungan yang baik
dengan orang tua, saudara, guru, dan teman-temannya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Berdasarkan data dari subjek dan significant other satu dan dua,
ditemukan bahwa keluarga dan guru yang mempengaruhi kecerdasan emosi
subjek.
Faktor-faktor tersebut tidak sesuai dengan faktor-faktor yang
dikemukakan Goleman (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional adalah
a. Keluarga
Kehidupan keluarga merupakan hal yang paling berpengaruh dalam
membangun kecerdasan emosi. Keluarga merupakan sekolah pertama
untuk mempelajari emosi. Orang tua yang kecerdasan emosinya tinggi
131
akan menguntungkan anak, karena orang tua dapat memilih tindakan-
tindakan dan pola asuh yang sesuai bagi anak untuk meningkatkan
kecerdasan emosi anak.
Subjek dibantu oleh keluarganya untuk menyelesaikan masalahnya,
dibimbing dalam mengenali emosi dan cara mengendalikannya.
b. Pengalaman
Semakin anak bertambah dewasa, semakin sedikit waktu yang
dihabiskan dalam keluarga. Pengalaman-pengalaman di luar rumah akan
memperkaya kecerdasan emosi anak. Hal-hal yang ditemui di luar rumah
ada yang dapat meningkatkan atau justru mengurangi kecerdasan emosi.
Teori Bandura mengenai belajar sosial mengatakan seseorang akan
mempelajari perannya dalam kontak sosial (dalam Sarwono, 2004).
Subjek berusaha menyelesaikan masalahnya dengan lebih baik
berdasarkan pengalaman diri dan orang disekitarnya.
c. Budaya
Sarwono (2004) dalam artikelnya menyebutkan bahwa budaya dapat
mempengaruhi kecerdasan emosional :
Sebuah penelitian di Jepang membuktikan bahwa laki-laki Jepang
cerewet soal nilai-nilai pelajaran, tetapi cuek dalam membantu Ibu di
rumah dan pengendalian emosi (misalnya menahan emosi), sedangkan
perempuan Jepang sebaliknya, rewel dalam pekerjaan rumah tangga,
namun tetap peduli soal pelajaran sekolah dan dapat melakukan
pengendalian amarah; walaupun menurut antropolog Benedict, orang
Jepang berbudaya malu dan orang tua tidak memberi pelatihan khusus
tentang pengendalian emosi (Sogon dalam Sarwono, 2004). Penelitian pada
72 anak prasekolah membuktikan bahwa mereka mampu mengerti emosi
132
orang lain. Kemampuan ini berkembang sejalan dengan pertambahan usia.
Individu yang sudah lebih besar mampu memahami emosi dalam hubungan
antar tiga orang, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik kepada emosi
itu (Hayasi dalam Sarwono, 2004).
Subjek memandang sama gender karena dalam budayanya, pria dan
wanita dipandang sama untuk mendapatkan kesempatan belajar dan
mengambil keputusan, serta tidak menampakkan amarahnya.
Faktor-faktor tersebut sesuai dengan faktor-faktor yang dikemukakan oleh
DePorter, B., Mark, R., dan Mourie, S.S. (2002) menyatakan guru adalah
salah satu faktor yang berperan dalam pembentukan kecerdasan emosi
siswanya. Subjek dipengaruhi oleh guru BPnya, karena dengan
menjadikannya sebagai contoh, subjek menjadi lebih mudah dalam membina
hubungan dengan orang lain dan bisa menghargai pendapat orang lain di
sekolahnya. Selain itu, perkataannya kepada subjek membuat subjek jadi
termotivasi dalam belajar.