bab iv konsep pendekatan dan...
TRANSCRIPT
90
BAB IV
KONSEP PENDEKATAN DAN PERANCANGAN
4.1 KONSEP PENDEKATAN
4.1.1 Konsep Makro
4.1.1.1 Cultural Center Sebagai Pelestari Budaya Dayak
Budaya Dayak yang semakin hari semakin memudar. Globalisasi
menciptakan modernisasi sehingga menghasilkan multikulturalisme dalam
kehidupa masyarakat. Generasi muda sekarang sudah mulai tidak tertarik
dengan kebudayaan sendiri. Lalu apa yang akan terjadi jika tidak ada upaya
pelestarian tersebut.
Tujuan dari Dayak Borneo Cultural Center adalah upaya dalam
melestarikan kebudayaan Dayak dan menjadikan masyarakat umum
khusunya pemuda untuk lebih mengenal dan mencintai budaya sendiri.
Fasilitas kultural ini menyuguhkan budaya sebagai pameran utama.
Pengadaan cultural center berperan sebagai subjek yang menghubungkan
objek (masyarakat) untuk “menyentuh” kembali budaya mereka sebagai
bentuk meningkatkan kepedulian terhadap budaya sendiri.
4.1.1.2 Cultural Center Sebagai Sarana Edukatif Terpadu Masa Kini
Pendidikan budaya tidak harus sebatas didapat dari pendidikan formal
berupa sekolah. Pendidikan budaya juga dapat diberikan kepada institusi
pendidikan non-formal yang lebih memberi pesan yang mendalam dengan
cara interaksi pelajar kepada objeknya secara langsung.
Dayak Borneo Cultural Center sebagai salah satu pendukung
dikembangkannya sarana edukatif non-formal kepada masyarakat dengan
tetap berpegang kepada 4 pilar pendidikan abad 21.
4.1.1.3 Cultural Center Sebagai Center of Excellence di Borneo
Pada bab awal telah dijelaskan bahwa Provinsi Kalimantan Timur
ditunjuk sebagai Center of Excellence (CoE) dalam informasi kebudayaan
Borneo. Sebuah bentuk partisipatif pemerintah terhadap pelestarian
91
kebudayaan yang ada di Borneo untuk dijadikan sebagai satu kesatuan
informasi terpadu, lengkap, dan global dalam satu tempat.
Keberagaman budaya Borneo yang merupakan budaya suku Dayak
telah mengalami gunjang-ganjing yang luar biasa oleh peradaban dunia.
Cultural center diharapkan mampu mewadahi kehidupan mereka, merangkul
tradisi mereka, agar tidak tertelan pahitnya peradaban sekarang ini. CoE
sebagai langkah awal dalam mempelajari kebudayaan Dayak secara global
dengan sentuhan teknologi yang menyertainya.
4.1.1.4 Cultural Center Sebagai Pemersatu Antar Bangsa
Kebudayaan Dayak tersebar di seluruh penjuru Borneo termasuk
melintasi wilayah administratif tiga negara di Borneo. Sebagai pemersatu
bangsa, budaya merupakan kata kunci dalam menyatukan kebudayaan
Dayak yang berlatar belakang sama, namun terhalang oleh bedanya ideologi
dari negara-negara tersebut. Identitas Dayak merupakan identitas bangsa
yang akan dikenal tidak hanya sebagai identitas Indonesia saja, melainkan
identitas Brunei dan Malaysia juga.
Cultural center dapat merangkum dan memberi pengalaman budaya
Dayak kepada budaya Dayak lain, kepada masyarakat, dan kepada kita
sebagai generasi pewaris kebudayaan lokal. Sebuah diplomasi budaya yang
akan menjadi ikon baru bagi kesejahteraan masyarakat adat di Borneo.
4.1.2 Konsep Mikro
4.1.2.1 Teater Kehidupan (theatre of life)
Cultural center sebagai teater yang memajang kehidupan keberagaman
suku Dayak di penjuru Borneo. Mempertontonkan kehidupan
sesungguhnya budaya Dayak, seperti apa, dan bagaimana jika kita terlibat
di dalamya.
Sebagai pertunjukan kehidupan sehari-hari yang dilihatkan dalam
cultural center, maka kita sebagai penikmat akan ikut ke dalam kehidupan
sosial tersebut sama seperti kita menjalani kehidupan kita sehari-hari.
4.1.2.2 Cultural center Sebagai A Nursery of Living Thoughts
92
Sebagaimana sebuah museum mampu menjadi “saksi bisu” keberadaan
kebudayaan mereka nantinya. Fungsi mendengarkan dan menyerap apa
yang dilihatnya dan dirasakan untuk disimpan dalam sebuah pikiran untuk
tetap diingat terus. Cultural center juga dapat menjadi rumah bagi
pemeliharaan pikiran-pikiran yang tetap hidup. Pemikiran hidup ini sebagai
saksi yang mampu memberikan gambaran dan pencerahan bagi khalayak
umum.
4.1.2.3 Ruang Interaktif: Dialog Interaksi (Kembali) Manusia dan Budaya
Interaktif sebagai bentuk hasil dari interaksi atau hubungan timbal
balik. Interaktif diterapkan sebagai sarana dalam mengenali suatu budaya
karena pada dasarnya budaya juga berasal dari interaksi antar manusia serta
lingkungannya. Jika sesuatu yang interaktif terkait dengan sesuatu yang
canggih, teknologi, namun di sini bagaimana interaktif dapat
mempertemukan kembali manusia dengan budaya yang di mana selama ini
pemikiran budaya adalah sesuatu yang primitif dengan arsitektur sebagai
medianya.
4.1.2.4 Arsitektur dan Interaktif
Cultural center merupakan suatu tipologi fungsi yang terdiri dari
beberapa tipologi. Sebagian akan mengatakan bahwa cultural center ini
nantinya akan menjadi membosankan, tidak menarik, dan terkesan kuno.
Perancangan dengan pendekatan interaktif merupakan suatu alternatif
dalam menarik perhatian masyarakat umum untuk melihat-melihat
peninggalan suatu budaya. Pada pemikiran ini adalah mengaitkan antara
wadah (arsitektur) ke dalam suasana interaktif yang tidak seperti interaktif
lain yang hanya berpaku pada teknologi dan keunikan, meski ini sedikit ada
pengaruh nantinya.
4.2 KONSEP PERANCANGAN INTERAKTIF
Penjelasan pada penulisan ini adalah mengenai konsep-konsep apa yang akan
diterapkan dalam Dayak Borneo Cultural Center berdasarkan preseden-preseden terpilih
sebagai acuan nantinya dalam mendesain ruang-ruang tersebut.
4.2.1 Konsep Ruang Dalam
93
Sebagai ruang yang memberikan berbagai jenis pengalaman kepada
pengunjung dan merupakan ruang inti bagi pengunjung Dayak Borneo Cultural
Center. Sebagai ruang inti, sangat dibutuhkan perancangan yang mampu
memberikan informasi yang ingin disampaikan. Sebuah rute perjalanan menuju
galeri seni akan menentukan pemahaman pengujung akan materi di dalam cultural
center.
Disini berusaha menguatkan pendekatan secara interaktif bagi pengunjung
agar mereka mendapatkan pengalaman ruang yang berbeda dengan tipologi yang
lain karena “keinteraktifan” pola, susunan atau tatanan ruang di dalamnya.
Gambar 4.1 Suasana ruang dalam yang diinginkan
(Sumber: http://jktgo.com/wp-content/uploads/2013/11/Galeri-Indonesia-Kaya-
Edited.jpg diakses pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 00.09 WIB)
Gambar 4.2 Suasana ruang dalam yang simple tapi bermakna by Sou Fujimoto
(Sumber: http://atypes.com/archives/iwan-baan-interaksi-manusia-dan-arsitektur/ diakses
pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 00.11 WIB)
94
4.2.2 Konsep Ruang Luar
Konsep ruang luar adalah memberikan pengalaman ruang dari sisi luar
sebelum memasuki ruang dalam. Biasanya pengaturan lanskap menjadi tatanan
utama dalam perancangan interaktif. Pada Dayak Borneo Cultural Center ini, ruang
luar merupakan ruang dengan filosofi kehidupan alam dan lingkungan (sesuai
dengan filosofi suku Dayak) serta ruang publik baru yang lebih menginteraksikan
antar manusia.
4.2.3 Ruang Dalam dan Ruang Luar
Gambar 4.3 Suasana ruang dalam untuk pameran
(Sumber: http://www.edxseattle.com/img/homecarousel700-6.jpg diakses pada tanggal 20
Januari 2016 pukul 00.20 WIB)
Gambar 4.4 Ekspektasi ruang luar dengan preseden Museum of Wood Tadao Ando
(Sumberhttps://en.wikiarquitectura.com/images/thumb/d/d6/00mad.jpg/420px-00mad.jpg
diakses pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 00.34 WIB)
95
Ruang antara disini merupakan suatu desain yang memungkinkan
pengunjung untuk merasakan suasana ruang luar ke dalam dan sebaliknya. Sebuah
bentuk interaksi yang ingin ditunjukkan antara manusia dengan alam sekitarnya.
Penghubung ini dapat digunakan juga sebagai penghawaan dan pencahayaan alami
yang masuk ke bangunan.
4.2.4 Bangunan Sebagai Lanskap
Pada perancangan Dayak Borneo Cultural Center (DBCC), konsep yang
digunakan adalah bagaimana bangunan menjadi sebuah lanskap utama bagi ikon
suatu daerah serta ikon budaya setempat. Hal ini menggambarkan bagaimana
arsitektur interaktif berpengaruh terhadap penataan massa bangunan.
Gambar 4.5 Adanya void yang menghubungkan ruang dalam dan luar by SANAA
(Sumber: http://atypes.com/archives/iwan-baan-interaksi-manusia-dan-arsitektur/diakses
pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 00.40 WIB)
Gambar 4.6 Bangunan yang menjadi lanskap by SANAA
(Sumber: http://atypes.com/archives/iwan-baan-interaksi-manusia-dan-arsitektur/diakses
pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 00.40 WIB)
96
4.2.5 Fasad Interaktif
Sesuatu bangunan interaktif dapat dikatakan dengan bentuk yang unik dan
serta mampu menginteraksikan pengguna dengan lingkungan sekitar. Dalam hal
ini, fasad interaktif sangat perlu sebagai penanda bangunan tersebut memiliki
kedekatan interaktif dari segi arsitektur dan menarik untuk dikunjungi. Fasad ini
apa terbentuk dari permainan pada fasad atau pada massa.
4.2.6 Konsep Ruang Pameran
Gambar 4.7 History of Lugo Museum – bangunan sebagai lanskap
(Sumber: http://www.dezeen.com/2011/08/08/interactive-museum-of-the-history-of-lugo-
by-nieto-sobejano-arquitectos/diakses pada tanggal 05 Desember 2015 pukul 01.57 WIB)
Gambar 4.8 fasad yang kinetik
(Sumber: http://1stwdcdn-31d9.kxcdn.com/wp-content/uploads/2012/05/Brisbane3.jpg
diakses pada tanggal 05 Desember 2015 pukul 11.57 WIB)
97
Konsep ruang pameran adalah bagaimana penataan ruang pada DBCC ini
menjadi ruang yang interaktif dengan menata agar pengunjung dapat langsung
berinteraksi dengan pelaku seni di dalamnya secara langsung. Konsep etnoklopedia
sebagai gambaran latar belakang dapat menjadi suatu ide desain yang ditata
interaktif seperti pada buku ensiklopedia namun secara nyata.
Gambar 4.9 dinding pameran dengan motif khas
(Sumber: https://s-media-cache-
ak0.pinimg.com/236x/bd/ff/95/bdff95a24238db69034780a64b7ad784.jpg diakses pada
tanggal 05 Desember 2015 pukul 11.57 WIB)
Gambar 4.10 Interior pameran dengan material alami untuk memberikan kesan natural
(Sumber: http://static01.nyt.com/images/2014/04/22/arts/SKIRBALL/SKIRBALL-
master675.jpg diakses pada tanggal 05 Desember 2015 pukul 11.57 WIB)
Gambar 4.11 Display pameran dengan konsep introduction image
(Sumber: http://victoriabiddledesign.com/wordpress/wp-
content/uploads/2014/04/Riverama1-low-650x433.jpg diakses pada tanggal 05 Desember
2015 pukul 12.57 WIB)
98
4.2.7 Konsep Sirkulasi
Sirkulasi interaktif adalah sirkulasi yang ditata dengan cara yang unik dan
berbeda dengan penataan yang linera pada umumnya. Biasanya penataan sirkulasi
berupa radial atau zig-zag maupun acak.
Gambar 4.12 Display pameran dengan konsep etnoklopedia
(Sumber: http://www.aesthetec.net/images/projects/NDMI/pic-ndmi2-large.jpg diakses
pada tanggal 05 Desember 2015 pukul 12.57 WIB)
Gambar 4.13 Konsep suasana penataan sirkulasi
(Sumber: https://s-media-cache-
ak0.pinimg.com/736x/21/95/79/2195791fe6d7e144f88fae6a17262cb3.jpg diakses pada
tanggal 05 Desember 2015 pukul 13.37 WIB)
99
4.2.8 Konsep Massa
Konsep massa dipenulisan ini ditetapkan apakah sebuah cultural center ini
akan berupa satu massa tunggal atau beberapa massa (kawasan) atau justru
gabungan dari semuanya
Gambar 4.14 Konsep suasana penataan sirkulasi 2
(Sumber: http://akkaarchitects.com/wp-content/uploads/2016/11/AKKA-FLOATING-
MUSEUM-site-plan.jpg diakses pada tanggal 05 Desember 2015 pukul 13.37 WIB)
Gambar 4.15 Konsep massa tunggal
(Sumber: http://www.dezeen.com/2011/08/08/interactive-museum-of-the-history-of-lugo-
by-nieto-sobejano-arquitectos/diakses pada tanggal 05 Desember 2015 pukul 1.57 WIB)
100
4.2.9 Konsep Lanskap
Konsep lanskap pada perancangan Dayak Borneo Cultural Center ini akan
menggunakan lanskap berupa, lanskap hutan rimbun beserta vegetasi lainnya
sebagai bentuk cerminan akan kehidupan masyarakat Dayak terhadap hutan
4.2.10 Konsep Pembagian Ruang
Pembagian ruang pada perancangan Dayak Borneo Cultural Center ini
adalah membagi massa menjadi pada lantai dasar rencana akan diisi dengan
pameran dalam ruangan, toko, retail, dan café atau resto. Untuk lantai di atasnya
diperuntukkan bagi kelas-kelas, ruang workshop, ruang seni, dan ruang
Gambar 4.16 Konsep massa banyak
(Sumber: http://rwmf.net/v2/wp-content/uploads/2011/04/Sarawak-Cultural-Village1.jpg
diakses pada tanggal 05 Desember 2015 pukul 15.40 WIB)
Gambar 4.17 Konsep lanskap pada Tokachi Millenium Forest
(Sumber:
http://www.designboom.com/weblog/images/images_2/lauren/tokachi/mf01.jpg diakses
pada tanggal 05 Desember 2015 pukul 15.40 WIB)
101
perpustakaan. Untuk lantai paling atas adalah untuk auditorium, kantor, dan ruang
film/video.
4.2.11 Konsep Programatik
Nama Ruang Standar
(m2)
Kapasitas Jumlah Total (m2)
Ruang Pameran
Loket tiket 1.5/orang 2 1 3
Lobby dan hall 1.5/orang 150 1 225
Gambar 4.18 Diagram pembagian ruang
(Sumber: http://www.presidentsmedals.com/showcase/2003/l/1394_15.jpg diakses pada
tanggal 05 Desember 2015 pukul 17.45 WIB)
Tabel 4.1 Perkiraan kebutuhan ruang
102
Ruang informasi 1.5/orang 3 1 4.5
Display area 1 800
Panggung budaya 3/orang 20 1 60
Lavatory 1.5/orang 6 2 18
Ruang ME 1 250
Total 1360.5
+ sirkulasi 40% 1904.7
Ruang Edukasi
Ruang workshop 2/orang 10 5 100
Gudang workshop 1 30
Display workshop 2/orang 10 5 100
Kelas bahasa 1.5/orang 50 2 150
Kelas seni tari 1.5/orang 20 1 30
Kelas musik 1.5/orang 10 1 15
Ruang pertemuan 2/orang 30 2 120
Perpustakaan 2/orang 30 1 150
Lavatory 1.5/orang 6 2 18
Total 713
+ Sirkulasi (20%) 856.6
Kantor
Kantor kepala 2/orang 4 1 4
Kantor arsip 2/orang 6 1 12
Kantor pengelolaan barang 2/orang 6 1 12
Ruang rapat 2/orang 15 1 30
Gudang arsip 1 50
lavatory 1.5/orang 6 2 18
Total 126
+ Sirkulasi (20%) 151.2
Servis
Ruang karyawan 2/orang 20 1 40
Ruang keamanan 2/orang 4 1 8
Ruang ME 250 1 250
Gudang 1 20
Janitor 1.5/orang 4 2 12
Pantry 1.5/orang 10 1 15
Gudang 20 1 20
Loading dock 5x15 1 75
Lavatory 1.5/orang 6 2 18
Total 442
+ Sirkulasi (20%) 530.4
103
Fasilitas lain
Auditorium 300 2 300
Amphitheater outdoor 1.5/orang 50 1 75
Mushola 1.5/orang 20 1 30
Tempat wudhu 1.5/orang 4 2 12
Gift shop 2/orang 4 10 80
Café 3/orang 20 2 120
Total 509
+ Sirkulasi (20%) 101.8
Parkir
Parkir mobil 2x5 40 1 400
Parkir motor 1x2.5 80 1 200
Total 600
+ Sirkulasi (35%) 810
Luas bangunan 4354.7
Lanskap 40% 1741.88
Total Keseluruhan 6096.58
4.2.12 Konsep Sistem Bangunan
Sistem keseluruhan pada bangunan adalah menggunakan material-material
seperti beton, kayu, dan kaca. Penggunaan beton dipakai sebagai sistem struktur
serta fasad bangunan karena beton memiliki sifat yang fleksibel dan ketahanan.
Kayu digunakan sebagai elemen yang menonjolkan budaya masyarakat Dayak yang
notabene berhubungan dengan alam khususnya hutan. Kaca digunakan sebagai
pencitraan akan kemegahan dan perpaduan dengan dua material tadi untuk
menciptakan kontemporer bangunan cultural center
Namun tidak menutup kemungkinan penggunaan material lain seperti baja,
aluminium, dll untuk memberikan kesan dinamis dan mampu memberikan kesan
interaktif pada bangunan jika dipadukan dengan ketiga material diatas.
(Sumber: Analisis penulis, 2016)
104
4.2.13 Konsep Kegiatan
Gambar 4.19 Ilustrasi pemilihan bahan
(Sumber: Analisis penulis, 2016)
Gambar 4.20 Ilustrasi keterkaitan antar material
(Sumber: Analisis penulis, 2016 ©Tadao Ando)
Gambar 4.21 Alur pemikiran penulis mengenai hubungan tipologi, programatik dan kegiatan
(Sumber: Analisis penulis, 2016)