bab iv laporan hasil penelitian a. profil lokasi penelitianidr.uin-antasari.ac.id/7284/7/bab...
TRANSCRIPT
46
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Profil Lokasi Penelitian
1. Sejarah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura
Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, sesungguhnya
merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-
1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
disusul dengan krisis multidimensi termasuk di panggung politik nasional, telah
menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh
sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi
tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank
konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil
tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di
Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang
Negara, dan PT. Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha
keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger (penggabungan)
dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
47
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan empat bank
(Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi
satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.
Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah (TPPS).
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang memberi
peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah (TPPS) memandang bahwa
pemberlakuan Undang-Undang tersebut merupakan momentum yang tepat
untuk melakukan konversi PT. Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah
segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha
BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT. Bank Syariah Mandiri
sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, Nomor 23 tanggal 8
September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi Bank Umum Syariah (BUS)
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur
48
Bank Indonesia Nomor 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya,
melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Nomor
1/1/KEP.DGS/ 1999, Bank Indonesia menyetujui perubahan nama menjadi PT.
Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,
PT. Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25
Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.1
Seiring berkembangnya zaman, kini Bank Syariah Mandiri memiliki
banyak Kantor Cabang di berbagai daerah, yang salah satunya terdapat di Kota
Martapura yakni Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura, tempat
penulis melakukan penelitian.
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura berdiri pada tahun
2002 pada bulan April. Pada awal berdirinya Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Martapura masih berbentuk Kantor Cabang Pembantu yang
beralamatkan di Jl. Ahmad Yani (seberang Pasar Batuah Martapura). Di tahun
2005, Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Martapura berpindah
lokasi ke Jl. Ahmad Yani kilometer 40 Nomor 05, Martapura, Kalimantan
Selatan. Selanjutnya di tahun 2010, Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Martapura berubah status menjadi Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Martapura sampai sekarang.2
1PT. Bank Syariah Mandiri, Sejarah, https://www.syariahmandiri.co.id/category/info-
perusahaan/profil-perusahaan/sejarah/ (28 September 2016).
2Kuspriyanto, Security Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura, Wawancara
pribadi, 15 Juni 2016.
49
2. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura
a. Visi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura
Visi dari Bank Syariah Mandiri adalah memimpin pengembangan
peradaban ekonomi yang mulia.
b. Misi Bank Syariah Kantor Cabang Martapura
1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata
industri yang berkesinambungan.
2) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM (usaha mikro kecil menengah).
3) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang
sehat.
4) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.
5) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
6) Share Values ETHIC:
a) Excellence (Imtiyaz): Prudence, Competence.
b) Teamwork (‘Amal Jamā’iya): Trusted and Trust,
Contribution.
c) Humanity (Insāniyyah): Social Environtment Care,
Inclusivity.
d) Integrity (Ṣiddiq): Honesty, Good Governance.
e) Customer Focus (Tafḍīl Al-‘Umalā): Inovation, Service
Excellence.
50
3. Produk Bank Syariah Mandiri
Secara umum, produk-produk yang ada di Bank Syariah Mandiri sama
halnya yang ditawarkan oleh bank syariah lainnya, perbedaannya hanya terletak
pada penamaan dan akad yang digunakan dalam produk ditawarkan. Produk
yang ditawarkan oleh Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura dapat
dibedakan kedalam beberapa pengelompokan:
a. BSM Produk Pendanaan
BSM Produk Pendanaan terdiri dari Tabungan BSM, BSM
Tabungan Simpatik, BSM Tabungan Investa Cendekia, BSM Tabungan
Berencana, BSM Tabungan Perusahaan, TabunganKu, BSM Tabungan
Mabrur, BSM Tabungan Mabrur Junior, BSM Tabungan Kurban, BSM
Tabungan Dollar, BSM Deposito, BSM Deposito Valas, BSM Giro, BSM
Giro Valas, BSM Giro Singapura Dollar, dan BSM Giro Euro.
b. BSM Produk Investasi
BSM Produk Investasi terdiri dari Bancassurance Syariah, Reksa
Dana Syariah, dan Sukuk Negara Ritel
c. BSM e-Banking
BSM e-Banking terdiri dari BSM Card, BSM Mobile Banking, dan
BSM Net Banking, BSM Notifikasi, BSM Call 14040, dan BSM ATM.
51
d. BSM Produk Pembiayaan
BSM Produk Pembiayaan terdiri dari Pembiayaan Pemilikan
Rumah (BSM Griya), Pembiayaan Pemilikan Rumah (PUMP-KB
Jamsostek), Pembiayaan Kendaraan Bermoror (BSM Oto), Pembiayaan
Koperasi Pada Anggota (PKPA), BSM Implan, Pembiayaan Kepada
Pensiunan, Pembiayaan Dana Pendidikan, Pembiayaan Peralatan
Kedokteran, dan Talangan Haji.3
4. Struktur Oganisasi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura (Divisi
Operasional)
3Dokumen pribadi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura.
52
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura (Divisi
Marketing)
B. Penyajian Data
Pembiayaan Griya BSM adalah produk pembiayaan konsumtif yang
diberikan kepada masyarakat untuk membeli rumah ready stock (tersedia/sudah
53
ada/sudah dibangun) baik dalam keadaan baru maupun bekas, dan pembelian rumah
indent (belum ada/belum dibangun/masih harus dipesan kepada developer).4
Produk Pembiayaan Griya BSM sebenarnya diberikan untuk nasabah yang
mempunyai pekerjaan sebagai karyawan dan juga wiraswasta. Namun di Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura, produk Pembiayaan Griya BSM lebih
diutamakan untuk nasabah yang mempunyai pekerjaan sebagai karyawan.5
Persyaratan khusus yang harus dipenuhi oleh nasabah untuk memperoleh
pembiayaan ini, sebagai berikut:
1. Syarat khusus karyawan:
a. Umur 21 (sudah menikah)–55 tahun.
b. Penghasilan minimal Rp. 3.500.000/bulan untuk plafon sebesar Rp.
100.000.000. Artinya penghasilan minimal calon nasabah yang ingin
mengajukan Pembiayaan Griya BSM tergantung dari besaran plafon
yang diperoleh dan jangka waktu pembiayaan (angsuran).
c. PNS (Pegawai Negeri Sipil).
d. Untuk Karyawan perusahaan biasa (bukan PNS), bisa mengajukan
pembiayaan dengan syarat perusaahan tempat dia bekerja harus
memiliki 250 orang karyawan.
4Bisma Khairilfadil, Consumer Banking Relationship Manager Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Martapura, Wawancara pribadi, 14 Juni 2016.
5Defni Febrian, Business Banking Relationship Manager Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Martapura, Wawancara pribadi, 13 Juni 2016.
54
e. Menyiapkan uang muka sebesar 20% dari harga rumah bagi nasabah
yang ingin membeli rumah pertamanya (belum mempunyai rumah
sebelumnya), naik 10% untuk seterusnya. Misalnya: membeli rumah
kedua, menyiapkan uang muka sebesar 30%.
f. Menyiapkan dana untuk biaya-biaya untuk Pembiayaan Griya BSM,
yakni: biaya bank sebesar 3 - 4% dari plafon (dana yang bisa dicairkan
oleh bank), biaya notaris sebesar 4% dari plafon. Biaya bank terdiri
dari: biaya administrasi, asuransi jiwa, asuransi kebakaran, dan biaya
matrai. Biaya notaris terdiri dari: biaya balik nama, biaya akad, biaya
cek keaslian sertifikat, biaya pajak (pajak pembeli, dan pajak penjual).
2. Kriteria khusus wiraswasta:
a. Umur 21 – 55 tahun. Jika calon nasabah bekerja sebagai profesional
(dokter, bidan, dan sebagainya), maka bank membatasi pengajuan
pembiayaan maksmimal 60 tahun.
b. Penghasilan minimal Rp. 3.500.000/bulan untuk plafon sebesar Rp.
100.000.000. Artinya penghasilan minimal calon nasabah yang ingin
mengajukan Pembiayaan Griya BSM tergantung dari besaran plafon
yang diperoleh dan jangka waktu pembiayaan (angsuran).
c. Menyiapkan uang muka sebesar 20% dari harga rumah bagi nasabah
yang ingin membeli rumah pertamanya (belum mempunyai rumah
sebelumnya), naik 10% untuk seterusnya. Misalnya: membeli rumah
kedua, menyiapkan uang muka sebesar 30%.
55
d. Menyiapkan dana untuk biaya-biaya untuk Pembiayaan Griya BSM,
yakni: biaya bank sebesar 3 - 4% dari plafon (dana yang bisa dicairkan
oleh bank), biaya notaris sebesar 4% dari plafon. Biaya bank terdiri
dari: biaya administrasi, asuransi jiwa, asuransi kebakaran, dan biaya
matrai. Biaya notaris terdiri dari: biaya balik nama, biaya akad, biaya
cek keaslian sertifikat, biaya pajak (pajak pembeli, dan pajak penjual).6
Dalam Pembiayaan Griya BSM ini, dana yang bisa dicairkan sebesar 100
juta – 5 miliar rupiah, atau maksimal 80% dari harga rumah (harga beli rumah dari
developer/perorangan). Jangka waktu yang bisa diambil oleh nasabah dalam
Pembiayaan Griya BSM disesuaikan dengan keperluan nasabah serta umur dan
masa pensiun calon nasabah pengguna produk, yakni sebagai berikut:
1. Pembelian rumah baru (jangka waktu angsuran 1 – 15 tahun).
2. Pembelian rumah bekas (jangka waktu angsuran 1 – 15 tahun).
3. Pembelian rumah indent/rumah belum dibangun (jangka waktu angsuran 1
– 15 tahun).
4. Renovasi rumah (jangka waktu angsuran 1 – 10 tahun).
5. Takeover (jangka waktu angsuran 1 – 10 tahun).
6. Jangka waktu juga disesuaikan dengan umur dan masa pensiun calon
nasabah pengguna produk, misalnya: Pak Amir ingin mengajukan
Pembiayaan Griya BSM di umur 35 tahun, dan ia akan pensiun di umur 55
tahun, maka jangka waktu maksimal yang bisa diperoleh Pak Amir selama
6Bisma Khairilfadil, op. cit.
56
20 tahun, namun karena kebijakan yang menetapkan jangka waktu
maksimal adalah 15 tahun, maka Pak Amir bisa memilih jangka waktu
angsuran selama 1 – 15 tahun.7
Rumah yang menjadi objek akad akan dijadikan sebagai jaminan, dan yang
akan bank tahan dari rumah tersebut berupa:
1. Sertifikat hak milik (SHM).
2. Izin mendirikan bangunan (IMB).
3. Pajak bumi dan bangunan (PBB), serta bukti bayar PBB.
4. Rencana anggaran biaya (khusus renovasi) untuk renovasi rumah.
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura menggunakan akad
murabahah dalam produk Pembiayaan Griya BSM. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Martapura menggunakan akad murabahah karena mempermudah bank
agar menghindari proses restruktur (perubahan) kredit kedepannya. Akad
murabahah juga menguntungkan bagi nasabah, karena angsuran dalam akad
murabahah sudah ditentukan di awal akad, sehingga tidak ada perubahan angsuran
atau kenaikan angsuran setiap bulannya (angsuran tidak berubah/flat).8
7Defni Febrian, op. cit.
8Bisma Khairilfadil, op. cit.
57
Gambar 4.3
Skema Murabahah Di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura
Sumber: Data diperoleh dan diolah penulis dari Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Martapura, 2015.
Keterangan:
1. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura membeli rumah yang
diminta oleh nasabah kepada penjual (developer/perorangan).
2. Kemudian BSM Kantor Cabang Martapura menjual rumah tersebut kepada
nasabah menggunakan akad murabahah (jual-beli) dengan harga pokok
ditambah dengan keuntungan bank syariah, kemudian pembayaran akan
dilakukan oleh nasabah dengan cara mengangsur pembayaran tersebut
sampai dengan waktu yang telah disepakati.
Dalam produk Pembiayaan Griya BSM, Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Martapura mempunyai beberapa landasan hukum sebagai acuan, yakni:
1. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 04/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang Murabahah.
58
2. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 31/DSN-
MUI/VI/2002 Tentang Pengalihan Utang.
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tanggal 19 Mei 2003
Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.
4. Kebijakan Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri.
5. Kebijakan Manajemen Risiko PT. Bank Syariah Mandiri.
6. Anggaran Dasar PT. Bank Syariah Mandiri berikut perubahannya.
7. Pedoman Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri.
8. Notulen Rapat Working Group ALMA (Asset and Leability Management)
Nomor 11/017/WG-ALM Tanggal 25 November 2009.
9. Nota Komite Manajemen Risiko (KMR) Nomor 11/030-2/WG-ALM
Tanggal 30 November 2009 mengenai usulan pembentukan Consumer
Banking Financing Business Center (CBFBC) dan revitalisasi produk
Pembiayaan Perumahan.
10. Surat Edaran (SE) Nomor 10/036/OPS Tanggal 19 Desember 2008 perihal
implementasi Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 102
Tentang Akuntansi Murabahah.
Adapun data yang akan menjawab dari rumusan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Penerapan Akad Murabahah Dalam Produk Pembiayaan Griya BSM Di
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura
Untuk mengetahui penerapan akad murabahah dalam hal pengadaan
objek akad (rumah) oleh pihak bank, maka kita perlu mengetahui tahapan-
59
tahapan atau prosedur pengajuan Pembiayaan Griya BSM di Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Martapura, sebagai berikut:
a. Pembelian rumah baru dan bekas
1) Nasabah menemui pihak penjual (perorangan/developer) untuk
melihat dan memilih rumah yang ingin dibeli, dan memberikan
tanda jadi pembelian kepada pihak penjual (jika memang rumah
yang ditunjukkan oleh penjual cocok bagi nasabah).
2) Developer mengeluarkan surat pesan rumah (SPR), dan diberikan
kepada nasabah.
3) Nasabah melengkapi persyaratan dari Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Martapura untuk pengajuan permohonan
Pembiayaan Griya BSM.
Persyaratan nasabah karyawan:
a) Mengisi formulir permohonan (formulir disediakan BSM).
b) Copy kartu tanda pengenal (KTP) suami-isteri.
c) Copy kartu keluarga (KK)
d) Copy surat nikah.
e) Surat keterangan bekerja dari perusahaan.
f) Asli slip gaji 3 bulan terakhir, dan penghasilan lainnya (jika
ada).
g) Salinan rekening tabungan 3 bulan terakhir.
h) Copy nomor pokok wajib pajak (NPWP) pribadi.
i) Menyerahkan surat pesan rumah (SPR).
60
j) Menyerahkan sertifikat hak milik (SHM), izin mendirikan
bangunan (IMB), pajak bumi dan bangunan (PBB), serta bukti
bayar PBB.
Persyaratan nasabah wiraswasta:
a) Mengisi formulir permohonan (formulir disediakan BSM).
b) Copy kartu tanda pengenal (KTP) suami-isteri.
c) Copy kartu keluarga (KK).
d) Copy surat nikah.
e) Surat keterangan domisili usaha (SKTU).
f) Surat izin usaha perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan
(TDP), nomor pokok wajib pajak (NPWP) perusahaan, akta
pendirian (badan hukum).
g) Laporan keuangan 2 tahun terakhir.
h) Copy rekening tabungan 6 bulan terakhir.
i) Copy NPWP pribadi.
j) Minimal pembiayaan untuk wiraswasta Rp. 250 juta.
k) Menyerahkan seritifkat hak milik (SHM), izin mendirikan
bangunan (IMB), pajak bumi dan bangunan (PBB), serta bukti
bayar PBB.
4) BI Checking.
Data nasabah yang sudah lengkap diserahkan ke bagian
Accounting and Reporting untuk dilakukan BI Checking. BI Checking
digunakan untuk mengetahui riwayat pembiayaan yang telah diterima
61
oleh nasabah berserta status nasabah yang diterapkan oleh BI apakah
nasabah tersebut termasuk dalam daftar hitam nasional (DHN) atau
tidak.
5) Penilaian terhadap objek akad dan jaminan.
Data objek akad diperlukan sebagai bagian terpenting yang
tidak terpisahkan dari pembiayaan. Objek tersebut juga dianggap
sebagai objek jaminan sehingga harus betul-betul dapat meng-cover
pembiayaan yang dimaksud. Data ini juga meliputi harga objek dan
lokasi jaminan yang dilengkapi dengan foto jaminan.
Untuk mengetahui nilai dari jaminan yang diajukan, penilaian
dilakukan dengan menaksir harga sesuai pasar dilingkungan objek
jaminan, selain itu penilaian juga disertai dengan data pembanding
tentang nilai dari bangunan lain yang sejenis dan berada di sekitar
objek jaminan. Selain itu juga dilakukan pengecekan dokumen dari
jaminan itu sendiri, yang dilakukan terhadap dokumen ini adalah
dengan melakukan pengecekan kebenaran surat dari jaminan pada
instansi terkait. Dalam pembiayaan KPR, yang dijadikan sebagai
jaminan adalah tanah dan bangunan yang diajukan pembiayaan KPR,
maka yang akan dilakukan pengecekan adalah surat-surat dan
dokumen mengenai jaminan tersebut yang dijaminkan kepada Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura. Untuk jaminan berupa
62
tanah akan dilakukan pengecekan terhadap sertifikat tanah tersebut
pada Badan Pertahanan Nasional (BPN).
6) Melakukan survei ke tempat kerja calon nasabah.
Setelah dilakukan pengecekan terhadap surat-surat dan
dokumen objek akad serta penaksiran terhadap nilai jaminan, maka
selanjutnya pihak bank akan melakukan survei ke tempat kerja calon
nasabah untuk memverifikasi beberapa hal, antara lain:
a) Kebenaran calon nasabah bekerja pada perusahaan tersebut.
b) Kebenaran besar gaji.
c) Cek masa kerja calon nasabah di perusahaan tersebut.
d) Cek besar penjualan, dan pengeluaran (khusus wiraswasta).
7) Menghitung penghasilan calon nasabah.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui gaji minimal sesuai dengan
jangka waktu dan besarnya plafon (dana yang bisa dicairkan oleh bank)
yang diajukan oleh calon nasabah. Adapun cara menghitung gaji
minimal calon nasabah tersebut menggunakan rumus:
8) Diajukan ke pimpinan bank.
Setelah semua proses sebelumnya selesai dilakukan, proses
selanjutnya yaitu pihak marketing yang menangani Pembiayaan Griya
Angsuran : 40% = gaji
minimal
63
BSM mengajukan semua berkas-berkas baik yang diserahkan oleh
nasabah maupun hasil dari verifikasi dan investigasi yang dilakukan
oleh pihak marketing kepada pimpinan Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Martapura dan menunggu keputusan pimpinan mengenai
permohonan Pembiyaan yang diajukan oleh nasabah.
9) Pengeluaran surat penawaran pemberian pembiayaan (SP3) oleh
pihak bank.
Jika pembiayaan diterima, maka pihak bank akan mengeluarkan
SP3 untuk melakukan proses selanjutnya. Namun, jika permohonan
pembiayaan ditolak, maka pihak bank syariah akan menginformasikan
hal tersebut kepada nasabah melalui telepon.
10) Menghubungi notaris untuk melakukan akad.
Pada proses ini, pihak bank akan menyerahkan data diri nasabah,
dan dokumen-dokumen rumah (objek akad) untuk selanjutnya dilakukan
balik nama.
11) Pelaksanaan akad.
Pelaksanaan akad dihadiri pihak-pihak yang terlibat, yaitu bank,
nasabah (suami-isteri), penjual (developer/perorangan), dan notaris.
Pada proses ini pelaksanaan akad antara bank dan nasabah (suami-isteri)
dilakukan secara lisan dan tertulis, sedangkan pelaksanaan akad antara
bank dan penjual dilakukan melalui lisan saja.
64
12) Pencairan dana.
Sebelum dana dicarikan, pihak penjual terlebih dahulu
diharuskan untuk membuat surat permohonan pencairan dana kepada
pihak bank. Setelah itu, bank akan mentransfer dana ke rekening
nasabah, namun akan langsung dilakukan pemindahan dana ke rekening
penjual.
b. Pembelian rumah indent (masih berupa tanah/belum dibangun, pada
kasus pembelian rumah pada perumahan)
Pembiayaan Griya BSM untuk pembelian rumah indent sebenarnya
sama dengan proses Pembiayaan Griya BSM untuk pembelian rumah baru
dan bekas. Namun pada pembelian rumah indent, antara pihak bank dan
developer harus ada perjanjian kerja sama (PKS).
Perbedaan selanjutnya pada proses pelaksanaan akad, jika pada
pembelian rumah baru dan bekas pelaksanaan akad dilakukan setelah
rumah (objek akad) ada, maka pada pembelian rumah indent pelaksanaan
akad dilakukan sebelum rumah dibangun (pada proses akad, rumah belum
dibangun). Secara teori dalam akad murabahah, objek akad harus jelas
spesifikasinya dan harus ada pada saat akad. Menurut pihak bank syariah,
teori tersebut telah dipenuhi dengan cara pihak penjual menunjukan rumah
contoh kepada nasabah sebagai patokan objek akad baik dari segi bentuk,
ukuran, dan hal lain yang menjadi rincian detail mengenai rumah yang akan
65
dibeli. Sehingga nasabah tidak akan membeli rumah tanpa tahu mengenai
rincian dari rumah yang akan dibeli.
Pada pencairan dana juga terdapat perbedaan antara pembelian
rumah baru dan bekas dengan pembelian rumah indent. Pencairan dana
pada pembelian rumah baru dan bekas, akan dicairkan sekaligus dalam satu
transaksi setelah proses akad selesai. Sedangkan pembelian rumah indent
pencairan dana dilakukan secara bertahap, biasanya dilakukan sebanyak 3
kali pencairan (pencairan pertama 40%, kedua 40%, dan yang terakhir
20%).
c. Renovasi rumah
Proses pengajuan permohonan Pembiayaan Griya BSM untuk
renovasi rumah juga sama dengan proses pengajuan untuk pembelian
rumah. Jika pada pembelian rumah nasabah harus menemui penjual, maka
pada renovasi rumah nasabah langsung melengkapi persyaratan yang telah
ditentukan oleh bank.
Persyaratan nasabah karyawan:
1) Mengisi formulir permohonan (formulir disediakan BSM).
2) Copy kartu tanda pengenal (KTP) suami-isteri.
3) Copy kartu keluarga (KK)
4) Copy surat nikah.
5) Surat keterangan bekerja dari perusahaan.
6) Asli slip gaji 3 bulan terakhir, dan penghasilan lainnya (jika ada).
66
7) Salinan rekening tabungan 3 bulan terakhir.
8) Copy nomor pokok wajib pajak (NPWP) pribadi.
9) Menyerahkan sertifikat hak milik (SHM), izin mendirikan bangunan
(IMB), pajak bumi dan bangunan (PBB), serta bukti bayar PBB.
10) Rencana anggaran biaya (RAB) untuk renovasi rumah.
Persyaratan nasabah wiraswastwa:
1) Mengisi formulir permohonan (formulir disediakan BSM).
2) Copy kartu tanda pengenal (KTP) suami-isteri.
3) Copy kartu keluarga (KK).
4) Copy surat nikah.
5) Surat keterangan domisili usaha (SKTU).
6) Surat izin usaha perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan
(TDP), nomor pokok wajib pajak (NPWP) perusahaan, akta
pendirian (badan hukum).
7) Laporan keuangan 2 tahun terakhir.
8) Copy rekening tabungan 6 bulan terakhir.
9) Copy NPWP pribadi.
10) Menyerahkan surat hak milik (SHM), izin mendirikan bangunan
(IMB), pajak bumi dan bangunan (PBB), serta bukti bayar PBB.
11) Rencana anggaran biaya (RAB) untuk renovasi
Perbedaan selanjutnya terletak pada objek akad, pada renovasi
rumah yang menjadi objek akad adalah bahan bangunan untuk
67
membangun rumah. Sedangkan untuk jaminan pembiayaan sama, yaitu
rumah (rumah yang ingin direnovasi). Pelaksanaan akad untuk renovasi
rumah juga hanya akan dihadiri oleh pihak bank, nasabah, dan notaris.
Pada praktiknya, pihak bank menyerahkan tanggungjawab pembelian
bahan bangunan kepada nasabah yang memperoleh pembiayaan, namun
dalam praktiknya antara bank dan nasabah tidak ada menggunakan akad
tambahan seperti akad wakalah (perwakilan) untuk menegaskan bahwa
nasabah yang akan membeli keperluan renovasi rumah. Jadi, secara
langsung dana akan ditransfer kepada nasabah.
d. Takeover
Prosedur pengajuan untuk takeover ini juga sama dengan prosedur
untuk rumah baru dan bekas, letak perbedaanya pada proses pelaksanaan
akad dan pencairan dana.
Pada pelaksanaan akad, sertifikat asli objek akad (rumah) yang akan
ditahan oleh bank masih berada pada bank tempat penjual mengajukan
pembiayaan, jadi pada saat pelaksanaan akad penjual hanya menyerahkan
copy dari sertifikat objek akad tersebut. Sama halnya dengan proses akad
pembelian rumah baru, bekas, dan indent, pada proses akad takeover juga
dihadiri oleh bank (tempat pembeli mengajukan pembiayaan), nasabah,
penjual, dan notaris.
Pada proses pencairan dana juga terdapat perbedaan, jika pada
pembelian rumah (baru, bekas, dan indent) uang akan ditransfer ke
68
rekening nasabah lalu dipindahkan ke rekening penjual, maka pada
takeover uang akan ditransfer kepada nasabah dan akan dipindahkan
kepada bank tempat penjual mengajukan pembiayaan.9
Dari prosedur yang telah dijabarkan di atas, penulis mendapati bahwa
syarat dari barang yang diperjualbelikan tidak terpenuhi yaitu pada saat proses
akad barang yang diperjualbelikan belum sepenuhnya milik bank syariah karena
proses pencairan dana dilakukan setelah proses akad oleh Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Martapura kepada penjual (perorangan/developer).
Menurut pihak Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura syarat
sahnya akad itu bukan pada pencairan dana, namun syarat sahnya akad adalah
orang yang berakad harus cakap hukum, adanya barang yang diperjualbelikan
dan dijaminkan, dan harus dilakukan kesepakatan terlebih dahulu antara bank
dan nasabah sebelum dilakukannya pencairan dana, pihak Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Martapura beralasan bahwa pencairan dana tidak bisa
dilakukan kalu tidak dilakukan proses akad terlebih dahulu. Hal itu untuk
memberikan kepastian kepada bank syariah bahwa transaksi tersebut telah
disepakati oleh kedua belah pihak, sehingga tidak ada risiko kerugian bagi bank
syariah, dan hal tersebut juga sudah menjadi ketentuan dari pimpinan. Ini juga
menjadi alasan pada kasus pencairan dana transaksi takeover.
Pada proses akad untuk keperluan nasabah merenovasi rumah, pihak
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang martapura tidak menambahkan akad
9Defni Febrian, op. cit.
69
wakalah dalam transaksi Pembiayaan Griya BSM, karena menurut pihak bank
syariah hal tersebut untuk memudahkan bank syariah dalam proses akad pada
transaksi jua-beli tersebut, dan hal tersebut juga sudah menjadi kebiasaan di
Bank Syariah Kantor Cabang Martapura.
2. Tindakan Bank Syariah Mandiri terhadap nasabah yang menunda untuk
membayar angsuran pada produk Pembiayaan Griya BSM dengan akad
murabahah
a. Tindakan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura terhadap
nasabah yang menunda membayar angsuran dengan sengaja dan
tindakan BSM terhadap jaminan yang diberikan nasabah
1) Jika pembayaran angsuran tidak dilakukan oleh nasabah lewat dari
1 hari dari waktu jatuh tempo, maka pihak bank akan
mengkonfirmasi kepada nasabah melalui sms, atau telepon
(pribadi), atau telepon ke kantor (tempat nasabah bekerja)
mengenai apa yang menjadi kendala nasabah sehingga tidak
melakukan kewajibannya.
2) Jika tidak ada tanggapan oleh nasabah untuk membayar angsuran
kepada bank syariah, pihak bank akan menemui nasabah secara
langsung dan memberikan surat peringatan (SP) yang pertama.
3) Jika nasabah tidak menanggapi surat peringatan pertama tersebut,
maka bank akan memberikan surat peringatan kedua.
4) Jika nasabah masih tidak menanggapi hal tersebut, maka pihak
bank akan memberikan surat peringatan yang ketiga.
70
5) Dan jika nasabah masih tidak ada niat baik untuk melakukan
kewajibannya, maka pihak bank meminta kerelaan nasabah untuk
melelang jaminan (rumah yang menjadi objek akad).
6) Jika nasabah tidak melakukan pelelangan yang diminta oleh bank
syariah, maka pihak bank mendaftarkan pelelangan ke badan
lelang nasional (BLN).
b. Tindakan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura terhadap
nasabah yang tidak bisa membayar angsuran karena mengalami
masalah keuangan dan tindakan BSM terhadap jaminan yang diberikan
nasabah
1) Jika pembayaran angsuran tidak dilakukan oleh nasabah lewat dari
1 hari dari waktu jatuh tempo, maka pihak bank akan
mengkonfirmasi kepada nasabah melalui sms, telepon (pribadi),
telepon ke kantor (tempat nasabah bekerja) mengenai apa yang
menjadi kendala nasabah sehingga tidak melakukan kewajibannya.
2) Jika alasannya adalah karena sedang mengalami masalah
keuangan, maka pihak bank akan melakukan restruktur kredit,
yaitu upaya perbaikan yang dilakukan dalam kegiatan
pengkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk
memenuhi kewajibannya). Dari restruktur kredit tersebut dapat
dikurangi angsuran, namun jangka waktu angsuran juka akan
bertambah.
3) Setelah dilakukan restruktur kredit, maka pihak bank akan
melakukan akad ulang. Namun pada proses akad ulang ini pihak
71
penjual tidak lagi diikutsertakan. Jadi pada proses akad ulang ini
hanya akan dihadiri oleh notaris, pihak bank, dan nasabah.
Untuk mengetahui bahwa seorang nasabah menunda bayar dengan
sengaja atau sedang mengalami masalah keuangan adalah dengan cara
mengkonfirmasi ke tempat nasabah tersebut bekerja, dan melakukan investigasi
ke warga di lingkungan nasabah tersebut tinggal.10
C. Analisis Data
1. Penerapan akad murabahah dalam hal pengadaan objek dalam produk
Pembiayaan Griya BSM
Dalam wawancara yang dilakukan penulis dengan pihak PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura mengenai penerapan akad
murabahah pada produk Pembiayaan Griya BSM dalam hal pengadaan objek,
penulis memperoleh data bahwa prosedur pengajuan permohonan Pembiayaan
Griya BSM ditentukan oleh keperluan nasabah, yaitu: pembelian rumah baru,
rumah bekas, rumah indent (rumah yang belum dibangun), renovasi rumah, dan
takeover.
a. Pembelian rumah baru
Berdasarkan data yang penulis peroleh, prosedur pengajuan
pembiayaan untuk pembelian rumah baru yaitu nasabah harus terlebih
dahulu menemui penjual (developer/perorangan), setelah itu nasabah
10Bisma Khairilfadil, op. cit.
72
menyerahkan tanda jadi pembelian kepada pihak penjual dan selanjutnya
penjual akan memberikan SPR (surat pesan rumah) kepada nasabah.
Setelah itu nasabah menemui pihak bank untuk mengajukan
permohonan pembiayaan kepada bank dengan melengkapi persyaratan
yang telah ditentukan oleh bank, yakni dengan menyerahkan dokumen-
dokumen yang diperlukan. Selanjutnya bank akan memproses pengajuan
permohonan pembiayaan dari nasabah tersebut, hingga pada pencairan
dana seperti yang penulis jelaskan pada penyajian data.
Menurut penulis, prosedur pengadaan objek untuk pembelian rumah
ready stock dalam keadaan baru tersebut belum sesuai dengan teori yang
ada atau transaksi tersebut masih belum bisa dikatakan sah, karena walau
telah memenuhi rukun dari jual-beli, namun salah satu syarat dari barang
yang akan diperjualbelikan belum terpenuhi, terpenuhinya rukun jual-beli
dengan adanya barang yang menjadi objek akad (rumah), namun syarat dari
barang yang akan diperjualbelikan belum terpenuhi yaitu barang yang
diperjualbelikan belum sepenuhnya milik bank, karena pada saat
pelaksanaan akad, bank belum menyerahkan uang kepada penjual sebagai
tanda bahwa bank membeli rumah (objek akad) yang akan dijual, sehingga
secara teori bank syariah tidak bisa menjual rumah tersebut kepada
nasabah.
Dalam buku Fiqh Praktis dijelaskan bahwa untuk melakukan
transaksi jual-beli, harus memenuhi rukun dan syarat dari transaksi yang
73
akan dilakukan. Karena jika rukun dan syarat jual-beli tidak terpenuhi,
maka transaksi yang akan dilakukan tidak akan pernah terjadi atau batal.
Ibu Hj. Masunah Hanafi dalam buku Fiqh Praktis menjelaskan
rukun dari transaksi jual-beli salah satunya adalah adanya barang yang akan
menjadi objek akad (yang akan diperjualbelikan). Sedangkan syarat dari
barang yang akan diperjualbelikan ialah barang tersebut dapat diserahkan
(barang ada pada saat akad), keadaan barang tersebut kepunyaan penjual
atau kepunyaan yang diwakilkan, dan barang tersebut diketahui antara si
penjual dan pembeli dengan terang żat: bentuk, kadar (ukuran), dan sifat-
sifatnya sehingga tidak terjadi keadaan yang mengecewakan.11
Dalam suatu riwayat, Rasulullah saw. juga menjelaskan mengenai
larangan untuk menjual barang yang tidak dimiliki, yaitu H.R. Abu
Dawud/3504.
ل سلف وب يع، ول رب ...قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: ))ل ي ا ح ا ليس عندك((.يضمن 12]تضمن[، ول ب يع ]ل تبع[
“... Rasulullah saw. bersabda: Tidak halal pinjaman dan penjualan, tidak pula
dua syarat dalam penjualan, tidak pula laba sesuatu yang belum terjamin, dan
tidak pula penjualan sesuatu yang bukan milikmu”.13
ه ) يضمن يضمن( ي عن ليوز أن يأخذ ربح سلعة ا ثل أن ول ربح ا، ن البائع، ف هذا الب يشت عه إل آخر ق بل ق بضه تاعا ويبي ه ل ى ل ور يع با
11Hj. Masunah Hanafi, loc. cit.
12Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy‘at As-Sajastani, loc. cit.
13Abu Dawud Sulaiman bin Al-As‘yat As-Sajastani, terj. Bey Arifin, loc. cit.
74
نه لن المبيع ف ضمان البائع الول وليس ف ضمان المشت يوز، لعدم ى لكك حال العقد. 14القبض. اليس عندك(: أى شيئا ليس ف 15)ل تبع
(Tidak halal laba sesuatu yang belum terjamin) maksudnya tidak
boleh mengambil keuntungan dari barang yang tidak menjamin ia akan
barang tersebut, seperti bahwasanya seseorang membeli sebuah barang dan
ia menjualnya kepada orang lain sebelum ia menerima barangnya dari
penjual (orang pertama), maka jual-beli ini batal dan keuntungannya tidak
boleh, karena barang yang dijual tadi masih dalam jaminan penjual pertama
dan bukan pada pembeli (penjual kedua) karena tidak ada serah terima.
(Tidak halal penjualan sesuatu yang bukan milikmu) artinya sesuatu yang
tidak milikmu pada waktu akad.
b. Pembelian rumah bekas.
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada penyajian data,
bahwa prosedur pengajuan permohonan pembiayaan untuk pembelian
rumah ready stock dalam keadaan bekas tidak berbeda dengan prosedur
yang diterapkan untuk pembelian rumah baru, hanya keadaan objek saja
yang berbeda.
Maka dari itu, menurut penulis prosedur pengadaan objek akad pada
pembelian rumah bekas dalam produk Pembiayaan Griya BSM dengan
14Muhammad Syamsul Ḥaqq Al-‘Aẓīm Ābadī, ‘Awn Al-Ma‘būd Syarḥ Sunan Abī Dawud,
juz IX (Lebanon: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2009), hlm. 76.
15Ibid., hlm. 75.
75
akad murabahah juga masih belum sesuai dengan teori yang ada, atau
masih belum bisa dikatakan sah. Sama halnya dengan prosedur pengadaan
objek akad untuk pembelian rumah baru, walau rukun dari transaksi jual-
beli sudah terpenuhi yaitu adanya barang yang diperjualbelikan (objek
akad), namun salah satu syarat dari barang yang diperjualbelikan tersebut
belum terpenuhi yaitu barang yang diperjualbelikan belum sepenuhnya
milik bank, karena pada saat pelaksanaan akad, bank belum menyerahkan
uang kepada penjual sebagai tanda bahwa bank membeli rumah (objek
akad) yang akan dijual, sehingga bank syariah tidak boleh menjual rumah
tersebut karena keadaan kepemilikan rumah tersebut masih pada penjual
(developer/perorangan).
Dalam riwayat lain Rasulullah saw. juga menjelaskan larangan
menjual barang yang tidak memiliki, yaitu pada H.R. Abu Dawud/3503.
ال يأتين الرج رسول هللا عن حكيم بن حزام قال: )يا ... ن ليس ب يع ل ف ييد ااعندي، أفأب ت وق؟ ف قال: )ل تبع ن الس 16.س عندك(لي عه له
“Dari Hakim bin Hizam ra., dia berkata: Wahai Rasulullah, ada seseorang
laki-laki datang kepadaku, lalu dia menghendaki untuk membeli sesuatu dari
saya yang tidak saya miliki, apakah saya membelikannya dari pasar? Maka
Nabi bersabda: Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak kamu miliki
(waktu akad)”.17
16Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy‘at As-Sajastani, loc. cit.
17Abu Dawud Sulaiman bin Al-As‘yat As-Sajastani, terj. Bey Arifin, loc. cit.
76
يد بعن المصيد )ليس عند ن الب يع(: اى المبيع كالص ن )ف ييد ى(: حال اليس عند لكك ك الب يع )أفأب تاعه(: اى إشتيه )ل تبع (: أى شيئا ليس ف
18حال العقد.(Maka dia menghendaki jual-beli) atau barang yang dijual seperti
lafaẓ aṣ-ṣaidi sama dengan lafaẓ maṣīdi (tidak ada padaku) atau saat jual
beli (apakah aku membelikannya) atau ia membeli barang itu (dan
janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak ada padamu) atau sesuatu yang
tidak kamu miliki pada waktu akad.
Dalam suatu sumber dijelaskan bahwa, syarat yang harus dipenuhi
dalam bai‘ al-murabahah, yaitu jual-beli secara murabahah hanya untuk
barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada
waktu negosiasi terjadi atau ketika melakukan kontrak. Bila produk
tersebut belum dimiliki oleh penjual maka sistem yang digunakan adalah
murabahah kepada pesanan pembelian (murabahah KPP), karena model
ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang memesannya.19
Sudah jelas bahwa praktik yang dilakukan oleh Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Martapura dalam Pembiayaan Griya BSM dengan
akad murabahah belum sesuai dengan teori tentang murabahah, baik itu
dalam fiqih klasik maupun dalam fiqih modern.
18Muhammad Syamsul Ḥaqq Al-‘Aẓīm Ābadī, op. cit., hlm. 75.
19H. Veithzal Rivai dan H. Arviyan Arifin, loc.cit.
77
c. Pembelian rumah indent (masih berupa tanah/belum dibangun, pada
kasus pembelian rumah pada perumahan)
Berdasarkan prosedur pengajuan permohonan pembiayaan untuk
pembelian rumah indent yang telah dilakukan oleh nasabah yang penulis
jelaskan dalam penyajian data, penulis mengetahui bahwa proses
pengadaan objek akad (rumah) dalam praktik pembelian rumah indent di
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura belum sesuai dengan teori
karena dalam transaksi tersebut rukun dan syarat dari jual-beli belum
terpenuhi.
Dalam buku Fiqh Praktis, Ibu Hj. Masunah Hanafi menjelaskan
bahwa salah satu rukun dari jual-beli adalah adanya barang yang
diperjualbelikan, namun dalam transaksi tersebut barang yang
diperjualbelikan tidak ada. Kemudian juga dijelaskan mengenai syarat dari
barang yang diperjualbelikan yakni keadaan barang dapat diserahkan (pada
saat akad), keadaan barang tersebut kepunyaan penjual atau kepunyaan
yang diwakilkan, barang tersebut diketahui antara si penjual dan pembeli
dengan terang żat: bentuk, kadar (ukuran), dan sifat-sifatnya sehingga tidak
terjadi keadaan yang mengecewakan.20
Namun dalam transaksi pembelian rumah indent yang ada pada
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura dalam produk
Pembiayaan Griya BSM, syarat yang ditentukan tersebut tidak terpenuhi,
yaitu pada saat proses akad, barang yang diperjualbelikan tidak ada pada
20Hj. Masunah Hanafi, loc. cit.
78
saat proses akad, walaupun nasabah mengetahui rincian dari rumah yang
akan dibelinya itu baik dari segi bentuk, kadar (ukuran), dan sifat-sifatnya
dari rumah contoh yang ditunjukan oleh penjual. Kemudian barang yang
diperjualbelikan tersebut belum sepenuhnya milik bank karena pada saat
proses akad bank syariah belum melakukan pembayaran kepada penjual
(developer/perorangan), sehingga rumah yang akan dijual tersebut masih
milik penjual (developer/penjual), bukan milik bank.
Menurut ahli, praktik tersebut tidaklah menyalahi teori, karena
praktik tersebut mengarah kepada teori murabahah kepada pesanan
pembelian (murabahah KPP), seperti yang telah dikemukakan oleh
Muhammad Ayub, dan H. Veithzal Rivai serta H. Arviyan Arifin dalam
bukunya.
Muhammad Ayub menjelaskan bahwa syarat yang harus dipenuhi
dalam bai‘ al-murabahah, yaitu jual-beli secara murabahah hanya untuk
barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada
waktu negosiasi terjadi atau ketika melakukan kontrak. Bila produk
tersebut belum dimiliki oleh penjual maka sistem yang digunakan adalah
murabahah kepada pesanan pembelian (murabahah KPP), karena model
ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang memesannya.21
21H. Veithzal Rivai dan H. Arviyan Arifin, loc.cit.
79
Menurut penulis, praktik pengadaan objek untuk pembelian rumah
indent yang telah penulis jelaskan pada penyajian data tersebut bukanlah
praktik pembelian, namun praktik tersebut adalah praktik pemesanan
karena barang yang dijadikan objek akad belum ada pada pelaksanaan
akad, sehingga akad murabahah tidak cocok digunakan dalam Pembiayaan
Griya BSM untuk pembelian rumah indent. Walaupun sudah ada yang
menjelaskan mengenai praktik tersebut adalah bentuk dari murabahah KPP
(kepada pesanan pembelian), namun penulis menilai hal tersebut tidak bisa
dijadikan sebagai landasan bagi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Martapura dalam menerapkan produknya, karena bank syariah haruslah
berlandaskan kepada DPS (Dewan Pengawas Syariah) dan Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesis (Fatwa DSN-MUI) dalam
mengeluarkan produk.
Adapun akad yang lebih cocok untuk transaksi pembelian rumah
indent ini adalah akad salam atau istishna (akad yang digunakan untuk
transaksi pemesanan). Dalam sebuah sumber dijelaskan bahwa murabahah
merupakan jual-beli di mana barangnya sudah ada, sedangkan salam dan
istishna adalah jual-beli barang dengan pemesanan terlebih dahulu.22
d. Renovasi rumah
Berdasarkan prosedur pengajuan permohonan pembiayaan untuk
renovasi rumah, pengadaan objek akad (bahan bangunan) dilakukan setelah
22Mardani, loc. cit.
80
proses akad dengan cara bank menyerahkan tanggungjawab pembelian
bahan bangunan kepada nasabah pembiayaan tanpa menggunakan akad
wakalah (perwakilan).
Proses pengadaan objek akad untuk transaksi ini tidak sesuai dengan
teori fiqih klasik yang telah dijelaskan oleh Ibu Hj. Masunah Hanafi dalam
buku Fiqh Praktis, yakni tidak terpenuhinya rukun dan syarat jual-beli.
Rukun jual-beli salah satunya adalah dengan adanya barang yang
diperjualbelikan, namun hal ini tidak terpenuhi karena pada pelaksanaan
akad, objek akad (bahan bangunan) tidak ada. Adapun syarat dari barang
yang diperjualbelikan adalah keadaan barang yang diperjualbelikan bisa
diserahkan (pada saat proses akad), keadaan barang tersebut kepunyaan
penjual atau kepunyaan yang diwakilkan, dan keadaan barang tersebut
diketahui oleh si penjual dan pembeli dengan terang żat: bentuk, kadar
(ukuran), dan sifat-sifatnya sehingga tidak terjadi keadaan yang
mengecewakan, namun syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi karena pada
saat proses akad, barang tersebut belum ada sehingga tidak bisa diserahkan,
barang tersebut bukan milik bank karena pembelian objek akad (bahan
bangunan) dilakukan oleh pembeli setelah proses akad selesai.23
Praktik mewakilkan pembelian objek akad (bahan bangunan) di atas
juga menyalahi teori, karena dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
23Hj. Masunah Hanafi, loc. cit.
81
Ulama Indonesia Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah telah
dijelaskan bahwa untuk mewakilkan pembelian barang kepada nasabah,
barang terlebih dahulu harus menjadi milik bank. Hal tersebut sesuai
dengan isi Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor
04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah yang dijelaskan pada bagian
ketentuan-ketentuan umum berkenaan dengan akad murabahah, yakni: Jika
bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara
prinsip, menjadi milik bank.24
e. Takeover (pemindahan pembiayaan)
Berdasarkan proses pengajuan permohonan pembiayaan yang
dilakukan nasabah sesuai penjelasan penulis pada penyajian data, praktik
pengadaan objek untuk transaksi takeover pembiayaan ini belum sesuai
dengan teori tentang murabahah. Sama halnya dengan praktik pembelian
rumah baru, pembelian rumah bekas, pembelian rumah indent, dan renovasi
rumah, pada praktik pengadaan objek untuk pembiayaan takeover ini juga
belum sesuai karena pada pelaksanaan akad, syarat dari barang yang
diperjualbelikan tidak terpenuhi.
Rukun dari jual-beli sudah terpenuhi dengan adanya barang yang
diperjualbelikan yaitu adanya rumah yang ingin diperjualbelikan, namun
syarat dari barang yang diperjualbelikan tidak terpenuhi yaitu dengan tidak
24Majelis Ulama Indonesia, loc. cit.
82
bisa diserahkannya barang tersebut pada saat akad karena dokumen-
dokumen penting dari rumah tersebut masih berada pada bank tempat
penjual (perorangan) mengajukan pembiayaan, dan barang yang
diperjualbelikan belum sepenuhnya milik bank, karena penyerahan uang
kepada penjual dilakukan setelah proses akad selesai.
Dalam buku Fiqh Praktis dijelaskan bahwa syarat dari jual-beli
harus dipenuhi, jika tidak dipenuhi maka transaksi jual-beli tidak bisa
dilakukan.
2. Tindakan Bank Syariah Mandiri terhadap nasabah yang menunda untuk
membayar angsuran pada produk Pembiayaan Griya BSM dengan akad
murabahah
Sebagian masyarakat berpikir untuk melihat kesesuaian antara teori dan
praktik pada bank syariah hanya pada saat proses awal, sedangkan proses di akhir
banyak orang yang mengabaikannya, entah praktik tersebut sesuai atau belum
dengan teori, seperti pada saat pembayaran angsuran yang dilakukan nasabah
kepada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura.
Namun sebenarnya dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah juga telah dijelaskan
mengenai praktik yang harus diterapkan oleh bank mengenai tindakan bank syariah
ketika menemui nasabah yang menunda untuk membayar angsuran, baik itu dengan
sengaja maupun karena mengalami kesulitan keuangan.
Sebenarnya tidak ada aturan secara rinci mengenai tindakan yang harus
dilakukan bank syariah jika mendapati nasabah yang menunda untuk membayar
83
angsuran. Namun dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah ada disinggung mengenai hal-
hal yang tidak boleh dilakukan bank syariah ketika mendapati nasabah yang
menunda untuk membayar angsuran.
a. Tindakan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura terhadap
nasabah yang menunda untuk membayar angsuran dengan sengaja, dan
jaminannya
Berdasarkan yang penulis jelaskan dalam penyajian data, ada
beberapa tahapan yang dilakukan oleh bank syariah sampai pada
pelelangan jaminan oleh bank syariah jika semua tahapan tidak ditanggapi
oleh nasabah tersebut.
Menurut penulis, praktik yang telah dijelaskan dalam penyajian data
sebelumnya tidak menyalahi aturan atau sudah sesuai dengan teori yang
terdapat dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah, karena adanya
tindakan musyawarah yang ditawarkan oleh bank syariah tidak ditanggapi
oleh nasabah.
Nabi Muhammad saw. pun dalam suatu riwayat melarang prilaku
menunda membayar hutang padahal dia adalah seorang yang mampu untuk
melakukannya, yaitu pada H.R. Abu Dawud/3345.
84
طل الغ ن لم، ...عن أب هري رة: ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال: ))ليء ف ليتبع((. 25وإذا أتبع أحدكم على
“Dari Abi Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Menunda-nunda
waktu pembayaran hutang seseorang yang mampu membayarnya, adalah
perbuatan ẓalim. Dan apabila seseorang di antara kamu piutangnya dialihkan
kepada orang yang mampu membayarkannya, maka terimalah cara yang
demikian itu”.26
Hal itu juga dijelaskan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Murabahah, yaitu:
1) Bagian memutuskan pada point kelima:
Penundaan pembayaran dalam murabahah: Nasabah yang memiliki
kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya.27
Adapun tindakan melelang jaminan diberikan nasabah kepada nasabah
adalah tindakan dari bank syariah karena nasabah tersebut tidak menanggapi
permintaan dari bank syariah yang sebelumnya kepada nasabah untuk
melelang jaminannya secara sukarela (tanpa paksaan bank syariah). Hal itu
pun menurut penulis tidak menyalahi dari aturan, karena upaya musyawarah
sudah ditawarkan oleh bank syariah kepada nasabah.
25Abu Dawud Sulaiman bin Al-As‘yat As-Sajastani, loc. cit.
26Abu Dawud Sulaiman bin Al-As‘yat As-Sajastani, terj. Bey Arifin, loc. cit.
27Majelis Ulama Indonesia, loc. cit.
85
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah dijelaskan bahwa:
1) Bagian memutuskan pada point kelima:
Penundaan pembayaran dalam murabahah: Jika nasabah menunda-
nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak
menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.28
b. Tindakan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Martapura terhadap
nasabah yang menunda untuk membayar angsuran karena mengalami
kesulitan keuangan dan jaminannya
Menurut hasil wawancara penulis dengan pihak Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Martapura bahwa ada beberapa proses yang sama
dengan tindakan bank syariah sebelumnya ketika menemui ada nasabah
yang menunda untuk membayar angsuran karena sedang mengalami
kesulitan keuangan. Hal yang berbeda adalah ketika bank menemukan
bahwa masalah yang menjadi kendala bagi nasabah untuk membayar
angsuran karena sedang mengalami kesulitan keuangan, maka bank syariah
akan melakukan proses restruktur kredit untuk memperbaiki besaran
angsuran bagi nasabah yang mengalami kesulitan untuk memenuhi
kewajibannya. Dari proses itu, angsuran nasabah pun bisa dikurangi,
namun jangka waktu pembayaran angsuran juga akan bertambah.
28Majelis Ulama Indonesia, loc. cit.
86
Menurut penulis hal ini tidak menyalahi aturan yang telah ada,
tindakan tersebut diambil karena untuk meringankan nasabah dalam
membayar angsuran, dan hal tersebut juga upaya bank syariah dalam
melonggarkan beban nasabah tersebut. Karena jaminan yang diberikan
nasabah kepada bank syariah tidak dilelang seperti pada kasus nasabah
yang menunda pembayaran dengan sengaja, maka menurut penulis hal
tersebut tidak menyalahi aturan, karena pembayaran masih bisa dilakukan
oleh nasabah.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah dijelaskan bahwa:
1) Bagian memutuskan pada point keenam:
Bangkrut dalam murabahah: Jika nasabah telah dinyatakan pailit
dan gagal menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan
utang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan
kesepakatan.29
29Majelis Ulama Indonesia, loc. cit.