bab iv pelaksanaan, hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
39
BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Karangtengah
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015
dengan subjek penelitian siswa kelas III. Kelas III di SD N Karangtengah
merupakan kelas paralel yang terdiri dari kelas III A dan III B. Kelas III A
merupakan kelas yang peneliti pilih sebagai kelas kontrol dengan jumlah 20 siswa
yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Kelas III B adalah
kelas yang peneliti pilih sebagai kelas kontrol dengan jumlah 20 siswa yang terdiri
dari 12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Sekolah Dasar Negeri
Karangtengah terletak di kelurahan Karangtengah dusun Beran RT: 05, RW: 05,
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
SD N Karangtengah mempunyai 3 tingkatan kelas paralel, yaitu kelas 1
kelas 3 dan kelas 5. SD N Karangtengah mempunyai 15 ruangan dengan rincian 9
kelas untuk kelas 1 sampai kelas 6, 1 ruang kantor guru, 1 ruang Kepala Sekolah,
1 perpustakaan, 1 UKS, 1 ruang komputer dan 1 dapur. Keadaan ruang kelas di
SD N Karangtengah sudah baik dengan penerangan dan ventilasi yang cukup
baik, terdapat 3 kelas yang baru saja di renovasi yaitu kelas III A, III B, dan kelas
IV. Di SD N Karangtengah juga terdapat 3 toilet yang terdiri dari 2 toilet untuk
siswa laki-laki dan perempuan, dan 1 toilet guru. Tenaga pengajar di SD N
Karangtengah sudah cukup, yaitu terdapat1 kepala sekolah dan 14 guru yang
terdiri dari 9 guru kelas, 1 guru bahasa inggris, 1 guru agama islam, 1 guru agama
kristen, 1 guru agama budha, dan 1 guru olahraga.
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret – April tahun 2015. Dalam
penelitian ini terdapat tiga tahap yang harus dilakukan yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Sebelum penelitian dimulai, peneliti
menyiapkan persiapan dalam penelitian yaitu dengan menentukan subyek
penelitian terlebih dahulu. Setelah ditentukan subyek dalam penelitian ini, yaitu
40
SDN Karangtengah, peneliti melakukan observasi terhadap subyek penelitian, dan
didapat data bahwa di SDN Karangtengah terdapat kelas 3 tingkatan kelas paralel
yaitu kelas 1, kelas 3, dan kelas 5. Peneliti mengambil penelitian di kelas 3
dengan pertimbangan bahwa di kelas tersebut khususnya dalam mata pelajaran
IPA, masih banyak siswa yang belum memenuhi KKM yang telah ditentukan
yaitu 72. Setelah itu peneliti meminta program semester kepada guru kelas 3
untuk menentukan materi yang akan diajarkan kemudian dibuat kisi-kisi
instrumen soal tes. Kemudian membuat instrumen soal pretest dan posttest
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Selanjutnya peneliti mengujicobakan
terlebih dahulu soal pretest dan posttest di SDN Tlogo untuk mengetahui
kelayakan soal yang dibuat. Dari hasil uji coba didapat 30 soal yang layak untuk
digunakan yang akan diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Setelah soal dianggap valid peneliti melakukan pretest di kelas eksperimen dan
kontrol untuk mengetahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari kedua
kelompok tersebut. Dari analisis hasil uji homogenitas berdasarkan nilai pretest
tingkat signifikansi terletak pada angka 0,186 yang berarti tidak tedapat perbedaan
yang signifikan terhadap dua kelompok tersebut.
Setelah semua tahap persiapan dilaksanakan, selanjutnya peneliti
melaksanakan tahap pelaksanaan yaitu dengan melaksanakan pembelajaran
dengan model kooperatif tipe make a match pada kelas eksperimen, dan
melaksankan pembelajaran secara konvensional pada kelas kontrol. Pada kelas
eksperimen dilakukan penelitian pada tanggal 24 dan 25 April 2015, dan pada
kelas kontrol dilakukan penelitian pada tanggal 20 dan 24 April 2015.
Sesudah semua tahap pelaksanaan dilaksanakan, peneliti melakukan tahap
akhir yaitu dengan memeberikan soal posttest kepada kelas eksperimen dan kelas
kontrol untuk memperoleh hasil akhir dari pembelajaran, dan untuk mengetahui
apakah tujuan dari pembelajaran sudah tercapai apa belum. Setelah semua tahap
dilakukan peneliti mengolah hasil dari penelitan. Berikut adalah tabel jadwal
pelaksanaan penelitian
41
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SDN Karang Tengah Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014 / 2015
NO Hari/ Tgl Urian Kegiatan
1 Senin, 9 Maret 2015 Meminta izin kepada kepala sekolah dan
melakukan wawancara terhadap guru
kelas 3A dan 3B.
2 Kamis, 12 Maret 2015 Observasi pembelajaran pada kelas 3A
dan 3B.
3 Jumat, 10 April 2015 Memberikan pretes kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
5 Senin, 13 April 2015 Menyerahkan RPP pada guru dan
melakukan revisi.
6 Senin, 20 April 2015 Petemuan 1: Mengamati jalannya
pembelajaran di kelas kontrol oleh guru di
kelas kontrol dengan menggunakan
metode konvensional
7 Jum’at, 24 April 2015 Pertemuan 1: Pada kelas eksperimen
dilakukan penyampaian materi dan
perlakuan.
8 Jum’at 24 April 2015 Pertemuan 2: Mengamati jalannya
pembelajaran di kelas kontrol oleh guru
dengan menggunakan metode
konvensional
9 Sabtu, 25 April 2015 Pertemuan 2: Pada kelas eksperimen
dilakukan penyampaian materi dan
perlakuan.
10 Sabru, 25 April 2015 Memberikan posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
42
4.2 Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini akan diuraikan hasil penelitian dari variabel
pembelajaran Make a Match dan Prestasi belajar.
4.2.1 Penerapan Make a Match
Pembelajaran cooperative learning tipe make a match adalah pembelajaran
yang menekankan kepada pembelajaran secara berkelompok dimana antar setiap
anggota saling bekerjasama satu sama lain. Pembelajaran tipe make a match dapat
menumbuhkan rasa antusias siswa terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan
selain itu siswa menjadi lebih mudah untuk berinteraksi dengan temannya.
Deskripsi pembelajaran make a match dapat dilihat dari hasil observasi. Observasi
dilakukan pada saat peneliti melakukan perlakuan terhadap kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran make a match. Lembar observasi yang
digunakan berdasarkan dengan ketentuan-ketentuan atau langkah-langkah
pembelajaran make a match. Observasi tindakan dilakukan oleh guru kelas III B
yaitu ibu Umi Kusminah yang memantau secara langsung saat proses
pembelajaran sedang berlangsung. Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti berjalan dengan baik sesuai dengan
langka-langkah dari pembelajaran make a match. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel observasi berikut:
Tabel 4.2
Hasil Observasi Tindakan Penerapan Make A Match
Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 1
Aspek Kegiatan yang diamati 0 1 2 3 4
Kegitan
Awal
Guru memeriksa kesiapan siswa √
Guru memberikan salam dan
mengajak siswa berdo’a
√
Guru memberikan apersepsi sesuai
dengan materi yang akan disampaikan
√
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai.
√
Guru memberikan soal pre test √
Kegiatan
Inti
Eksplorasi
Siswa menyimak materi pengertian
cuaca yang diberikan oleh guru.
√
Siswa menyimak gambar macam-
macam cuaca.
√
Siswa menyimak gambar macam- √
43
macam simbol cuaca.
Siswa mengamati proses terjadinya
hujan melalui gambar.
√
Siswa menyimak penjelasan guru
tentang proses terjadinya hujan.
√
Elaborasi
Siswa mendengarkan arahan guru
tentang pembelajaran make a match.
√
Guru menyiapkan beberapa kartu yang
terdiri dari kartu soal dan kartu
jawaban.
√
Masing-masing siswa mendapatkan
kartu.
√
Siswa memikirkan pasangan dari kartu
yang dipegangnya.
√
Siswa mencari pasangan dari kartu
yang dipegangya.
√
Siswa yang sudah menemukan
pasangannya membacakan kartunya
didepan kelas.
√
Konfirmasi
Guru bersama siswa melakukan tanya
jawab berkaitan dengan materi yang
disampaikan.
√
Kegiatan
Akhir
Guru mengulas kembali materi yang
disampaikan
√
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanyakan materi yang
kurang jelas.
√
Guru memberikan refleksi √
Guru mengakhiri pembelajaran dengan
salam penutup.
√
Hasil Observasi Tindakan Pertemuan II
Aspek Kegiatan yang diamati 0 1 2 3 4
Kegiatan
Awal
Guru memeriksa kesiapan siswa √
Guru memberikan salam dan
mengajak siswa berdo’a
√
Guru memberikan apersepsi sesuai
dengan materi yang akan disampaikan
√
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai.
√
Kegiatan
Inti
Eksplorasi
Guru menjelaskan materi tentang
pengaruh kondisi cuaca terhadap
kegiatan manusia
√
Guru menjelaskan materi tentang √
44
hubungan antara cuaca dengan
pakaian yang dikenakan manusia.
Elaborasi
Siswa mendengarkan arahan guru
tentang pembelajaran make a match.
√
Guru menyiapkan beberapa kartu yang
terdiri dari kartu soal dan kartu
jawaban.
√
Masing-masing siswa mendapatkan
kartu.
√
Siswa memikirkan pasangan dari kartu
yang dipegangnya.
√
Siswa mencari pasangan dari kartu
yang dipegangya.
√
Siswa yang sudah menemukan
pasangannya membacakan kartunya
didepan kelas.
√
Konfirmasi
Guru bersama siswa melakukan tanya
jawab berkaitan dengan materi yang
disampaikan.
√
Kegiatan
Akhir
Guru mengulas kembali materi yang
disampaikan
√
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanyakan materi yang
kurang jelas.
√
Guru memberikan refleksi √
Guru memberikan soal post test
kepada siswa.
√
Guru mengakhiri pembelajaran dengan
salam penutup.
√
Dari hasil observasi pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif
tipe make a match yang dilakukan pada siswa kelas III B SD N Karangtengah
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang bahwa dalam melakukan pembelajaran
sudah memenuhi kriteria dari pembelajaran make a match, dapat dilihat pada tabel
hasil observasi penelitian pertama bahwa semua prosedur sudah dilaksanakan.
Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan pertama dari total keseluruhan 22
item terdapat 2 item yang berskor 2, 1 item yang berskor 3, dan 19 item yang
berskor 4 dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam pertemuan pertama
peneliti sudah dapat melakukan pembelajaran sesuai dengan kriteria make a
match.
45
Pada tabel hasil observasi penelitian kedua dapat dilihat bahwa peneliti
juga sudah memenuhi kriteria dari pembelajaran make a match dalam tabel 4.2
terlihat bahwa peneliti sudah melaksanakan semua prosedur yang ada.
berdasarkan hasil observasi pada pertemuan kedua dari total keseluruhan 17 item
terdapar 3 item yang berskor 3, dan 14 item yang berskor 4.
Berdasarkan kedua hasil observasi yang sudah dilakukan oleh peneliti,
dapat dikatakan bahwa peneliti sudah melaksanakan semua pembelajaran sesuai
dengan kriteria dari make a match baik itu pada pembelajaran pertama maupun
pada pembelajaran kedua.
4.2.2 Penerapan Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menggunakan
metode ceramah dalam menyampaikan materi. Dalam pembelajaran konvensional
biasanya guru lah yang menjadi sumber belajar, artinya segala macam ilmu
pengertahuan hanya berasal dari guru. Deskripsi pembelajaran konvensional dapat
dilihat dari hasil observasi. Observasi dilakukan pada saat peneliti mengamati
jalannya pembelajaran di kelas kontrol oleh guru dengan menggunakan model
konvensional. Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa pembelajaran sudah
dilakukan sesuai dengan kriteria-kriteria yang diamati. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel observasi berikut:
Tabel 4.3
Hasil Observasi Tindakan Pembelajaran Konvensional
Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 1
Aspek Kegiatan yang diamati 0 1 2 3 4
Kegiatan
Awal
Guru memeriksa kesiapan siswa √
Guru memberikan salam dan
mengajak siswa berdo’a √
Guru memberikan apersepsi sesuai
dengan materi yang akan
disampaikan
√
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi
dasar yang akan dicapai.
√
Guru memberikan soal pre test √
Kegiatan
Inti
Eksplorasi
Siswa menyimak materi
pengertian cuaca yang diberikan
oleh guru.
√
46
Siswa menyimak gambar macam-
macam cuaca. √
Siswa menyimak gambar macam-
macam simbol cuaca. √
Siswa mengamati proses
terjadinya hujan melalui gambar. √
Siswa menyimak penjelasan guru
tentang proses terjadinya hujan. √
Elaborasi
Siswa diminta mengerjakan soal
latihan secara mandiri. √
Siswa diminta maju kedepan kelas
untuk membacakan jawaban dari
soal yang baru dikerjakan.
√
Konfirmasi
Guru bersama siswa melakukan
tanya jawab berkaitan dengan
materi yang disampaikan.
√
Kegiatan
Akhir
Guru mengulas kembali materi
yang disampaikan √
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan
materi yang kurang jelas.
√
Guru memberikan refleksi √
Guru mengakhiri pembelajaran
dengan salam penutup. √
Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 2
Aspek Kegiatan yang diamati 0 1 2 3 4
Kegiatan
Awal
Guru memeriksa kesiapan siswa √
Guru memberikan salam dan
mengajak siswa berdo’a √
Guru memberikan apersepsi sesuai
dengan materi yang akan
disampaikan
√
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi
dasar yang akan dicapai.
√
Kegiatan
Inti
Eksplorasi
Guru menjelaskan materi tentang
pengaruh kondisi cuaca terhadap
kegiatan manusia
√
Guru menjelaskan materi tentang
hubungan antara cuaca dengan
pakaian yang dikenakan manusia.
√
Elaborasi
Siswa diminta mengerjakan soal
latihan secara mandiri. √
47
Siswa diminta maju kedepan kelas
untuk membacakan jawaban dari
soal yang baru dikerjakan.
√
Konfirmasi
Guru bersama siswa melakukan
tanya jawab berkaitan dengan
materi yang disampaikan.
√
Kegiatan
Akhir
Guru mengulas kembali materi
yang disampaikan √
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan
materi yang kurang jelas.
√
Guru memberikan refleksi √
Guru mengakhiri pembelajaran
dengan salam penutup. √
Berdasarkan kedua data hasil observasi pada kelas kontrol menggunakan
model pembeajaran konvensional, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa
guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional sudah melaksanakan semua pembelajaran sesuai dengan kriteria
yang ada baik itu pada pembelajaran pertama maupun pada pembelajaran kedua.
4.2.3 Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang
didapat dari nilai pretest dan posttest. Nilai pretest adalah nilai yang didapat dari
siswa sebelum siswa diberikan perlakuan. Nilai posttest adalah nilai yang didapat
dari siswa sesudah siswa diberikan perlakuan. Nilai-nilai pretest dan posttest
didapat dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) pelajaran IPA adalah 72.
a. Ketuntasan Belajar Siswa Kelompok Kontrol
Tabel 4.4
Nilai pretest dan posttest kelompok kontrol siswa kelas III B SD
Negeri Karangtengah tahun ajaran 2014/ 2015
Kategori Range Pretest Posttest
F % f %
Tuntas 72 – 100 6 30% 16 80%
Tidak tuntas 0 – 71 14 70% 4 20%
Jumlah 20 20
Mean 65,05 79,85
48
St. Deviasi 10,689 12,356
Min 43 43
Maks 80 93
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ketuntasan pretest kelas kontrol
sebesar 30% dari total keseluruhan 100%. Dengan nilai pretest minimal kelas
kontrol adalah 43 dan nilai pretest maksimal kelas kontrol adalah 80 dengan
jumlah rata-rata keseluruhan nilai sebesar 65,05. Setelah diberi perlakuan
ketuntasan posttest kelas eksperimen sebesar 80%. Dengan nilai postttest minimal
kelas kontrol adalah 43 dan nilai maksimal kelas kontrol adalah 93 dengan jumlah
rata-rata keseluruhan nilai sebesar 79,85. Dengan demikian dapat dilihat bahwa
juga terjadi peningkatan nilai sebelum diberi perlakuan dan nilai sesudah diberi
perlakuan, tetapi peningkatan nilai protest tidak bisa mencapai kriteria ketuntasan
100%.
b. Ketuntasan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen
Tabel 4.5
Nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen siswa kelas III B SD
Negeri Karangtengah tahun ajaran 2014/ 2015
Kategori Range Pretest Posttest
F % F %
Tuntas 72 – 100 9 45% 20 100%
Tidak tuntas 0 – 71 11 55% 0 0
Jumlah 20 20
Mean 67,00 87,90
St. Deviasi 10,726 5,379
Min 43 73
Maks 80 93
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ketuntasan pretest kelas eksperimen
sebesar 45% dari total keseluruhan 100% dengan nilai pretest minimal kelas
eksperimen adalah 43 dan nilai pretest maksimal kelas eksperimen adalah 80
dengan jumlah rata-rata keseluruhan nilai pretest kelas eksperimen adalah 67,00.
49
Setelah mendapatkan perlakuan, nilai posttest kelas eksperimen adalah sebesar
100% dengan nilai posttest minimal kelas eksperimen adalah 73 dan nilai posttest
maksimal kelas eksperimen adalah 93 dengan jumlah rata-rata keseluruhan nilai
posttest adalah 87,90. Dengan demikian dapat dilihat bahwa terjadi penigkatan
terhadap nilai sebelum dilakukan perlakuan dengan nilai sesudah dilakukan
perlakuan, dan nilai sesudah mendapatkan perlakuan bisa mencapai pada kriteria
ketuntasan 100%.
Setelah melakukan pembelajaran cooperative learning tipe make a match,
peneliti melakukan evaluasi pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui
prestasi yang diperoleh siswa setelah pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar
siswa kelas III B kelompok eksperimen SDN Karangtengah dengan nilai tertinggi
93 dan nilai terendah 73 dengan siswa sebanyak 20 siswa, maka dapat dibuat tabel
frekuensi yang terdapat jumlah kelas, interval kelas, dan frekuensi yaitu dengan
rumus:
Jumlah kelas = 1 + 3,3 logn
Jumlah kelas = 1 + 3,3 logn
= 1 + 3,3 log20
= 1 + 3,2933
= 4,2933 (dibulatkan menjadi 4)
Range = (nilai maksimal – nilai minimal) + 1
= (93 - 73) + 1
= 21
Interval = range
jumlah kelas
= 21
4
= 5,2 (dibulatkan menjadi 5)
Berdasarkan perhitungan diatas, maka tabel akan disajikan dengan interval
kelas 5. Tabel distribusi frekuensi prestasi belajar kelompok eksperimen sebagai
berikut:
50
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Posttest Kelompok Eksperimen
No Interval presentase
skor
Eksperimen Kriteria
Frek %
1. 89 – 93 12 60% Tuntas
2. 84 – 88 3 15% Tuntas
3. 79 – 83 4 20% Tuntas
4. 74 – 78 0 0% Tuntas
5. Nilai ≤ 73 1 5% Tidak Tuntas
Dari tabel frekuensi prestasi kelas kontrol diatas, dapat dilihat bahwa
hanya terdapat 1 siswa dengan presentase 5% mendapatkan nilai ≤ 73 dengan
kriteria tidak tuntas. Terdapat 4 siswa dengan presentase 20% yang mendapat nilai
dikisaran 79 – 83 dengan kriteria tuntas. Terdapat 3 siswa dengan presentase 15%
dikisaran nilai 84 – 88 dengan kriteria tuntas. Dan terdapat 12 siswa dengan
presntase 60 % dikisaran nilai 89 – 92 dengan kriteria tuntas. Dengan kenyataan
tersebut dapat diketahui bahwa prestasi belajar kelas kontrol dapat dikatakan
bagus sekali karena lebih dari setengah dari total siswa keseluruhan mendapatkan
kriteria baik sekali.
4.3 Perbandingan Nilai Pretest – Posttest
Sesuai hasil pretest dan posttest terlihat sangat jelas perbedaan nilai rata –
rata kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum dan sesudah mendapat
perlakuan. Rata-rata nilai pretest kelas kontrol sebelum diberi perlakuan adalah
66,06. Setelah mendapat perlakuan dengan pembelajaran konvensional rata-rata
posttest meningkat menjadi 79,85. Penigkatan rata-rata nilai pretest ke posttest
dapat dilihat pada gambar 4.1.
51
Gambar 4.1 Diagram Batang Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
Pada kelas eksperimen rata – rata pretest kelas eksperimen sebelum
mendapakan perlakuan adalah 67,00. Setelah mendapat perlakuan dengan
menggunakan Cooperative Learning tipe Make a match yang diberikan oleh
peneliti nilai rata – rata posttest meningkat menjadi 87,90. Peningkatan rata –
rata nilai pretes ke posttest kelas eksperimen adalah 20,9. Dapat dilihat pada
gambar 4.2.
Gambar 4.2 Diagram batang Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen
Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA pretest-posttest antara
kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat melalui diagram batang sebagai
berikut.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
pretest posttest
pretest
posttest
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
pretest posttest
pretest
posttest
52
Gambar 4.3 Diagram Batang Peningkatan Pretest-Posttest kelas
eksperimen dan kontrol
4.4 Hasil Uji Prasyarat
Teknik analisis data digunakan untuk mengetahui keefektifan model
pembelajaran yang digunakan terhadap prestasi belajar. Agar kesimpulan yang
diambil tidak menyimpang maka syarat dari uji t-test adalah uji homogenitas dan
uji normalitas.
4.4.1 Uji Homogenitas Data
Uji homogentitas digunakan untuk menguji apakah kelas eksperimen dan
kelas kontrol tersebut homogen, artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan diantara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Data yang digunakan
untuk uji homogenitas adalah nilai hasil pre test yang dilakukan di kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Pengukuran uji homogenitas menggunakan program SPSS
20 for windows yaitu dengan melihat tabel Test of Homogenety of
Variances.Syarat suatu sampel dikatakan homogen adalah apabila nilai sig > 0,05,
dan jika sig < 0,05 maka sampel dinyatakan tidak homogen.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
kontrol eskperimen
pretest
posttest
53
Tabel 4.7
Hasil Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen SD
Negeri Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,869 4 11 ,186
Dari tabel Test of Homogenity of Variances dapat dilihat bahwa tingkat
signifikan atau probabilitas terletak pada angka 0,186 itu berarti nilai data pretest
lebih besar dari 0,05 yang dapat diartikan bahwa varians yang dimiliki oleh
sampel yang bersangkutan seragam atau homogen dan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.
4.4.2 Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel telah
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas sebaran data untuk variabel terikat
yaitu posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan uji kolmogrov simirnov dengan menggunakan bantuan
program SPSS 20 for windows. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi normal
jika signifikansi atau nilai p > 0,05.
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen SD Negeri
Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
eksperimen kontrol
N 20 20
Normal
Paramete
rsa,b
Mean 87,90 79,85
Std. Deviation 5,379 12,356
Most
Extreme
Difference
s
Absolute ,252 ,205
Positive ,172 ,144
Negative -,252 -,205
Kolmogorov-Smirnov Z 1,126 ,916
Asymp. Sig. (2-tailed) ,158 ,371
54
Dari tabel hasil uji homogenitas data dapat dilihat bahwa kelompok
eksperimen mempunyai nilai sig sebesar 0,158 lebih besar dari 0,05 itu berarti
kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan kelompok kontrol
mempunyai nilai sig sebesar 0,371 lebih besar dari 0,05 itu berarti bahwa
kelompok kontrol berdistribusi normal. Dengan demikian, kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol keduanya berdistribusi normal dan sudah memenuhi syarat
untuk dilakukan uji t.
4.5 Hasil Uji Hipotesis
Setelah melakukan pengujian normalitas dan homogenitas, jika data yang
diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka langkah terakhir adalah
melakukan pengujian hipotesis yaitu dengan melakukan uji perbedaan pada
prestasi hasil belajar. Pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu
menggunakan uji-t atau independent sample T-test independent. Melalui uji t
dalam penelitian ini diharapkan dapat menemukan perbedaan yang signifikan
terhadap prestasi belajar yang diajarkan dengan model pembelajaran make a
match dan prestasi belajar yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
Menurut Ridwan dan Sunarto (2009: 128) uji t ini dilakukan dengan
membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada tingkat α = 0,05. Jika thitung ≥ ttabel dan
Sig ≤ 0,o5 maka H1diterima dan Ho ditolak.
Tabel 4.9
Uji Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil F hitung levene’s test
sebesar 1,641 > 0,05, maka dapat diketahui bahwa kedua populasi memiliki varian
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai
Equal variances assumed
1,641 ,208 2,396 38 ,022 5,200 2,170 ,807 9,593
Equal variances not assumed
2,396 26,653 ,024 5,200 2,170 ,745 9,655
55
yang sama atau dengan kata lain kedua kelas tersebut homogen. Dari tabel terlihat
bahwa nilai t adalah 2,396 dengan probabilitas signifikasi 0,022 < 0,05 berarti Ho
ditolak dan H1 diterima dengan demikian berarti ada perbedaan yang signifikan
antara nilai posttest kelas eksperimen dan nilai pretest kelas kontrol. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan Cooperative Learning tipe Make a
Math dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa
kelas 3 SDN Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD N Karangtengah Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang dengan sampel kelas III A yang berjumlah 20 siswa yang
terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Pada saat peneliti
melakukan observasi di kelas saat pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa siswa
tidak begitu semangat dan antusias saat pembelajaran sedang berlangsung. Hal itu
dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang berbicara dengan temannya saat
pelajaran berlangsung, selain itu tidak sedikit juga siswa yang terlihat melamun
dan tidak konsentrasi saat guru sedang menjelaskan suatu materi. Hal tersebut
terjadi karena guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional yang
hanya cenderung melakukan ceramah saat pelajaran berlangsung sehingga siswa
menjadi bosan dan tidak antusias untuk mengikuti pelajaran. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran kurang sesuai dengan karakter siswa dan materi yang akan
diajarkan. Akan tetapi pada saat peneliti melakukan perlakuan di kelas dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, siswa terlihat
lebih antusias saat mengikuti pelajaran. Hal itu dikarenakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match dirancang sebagai pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa, di dalam pembelajaran tersebut selain siswa dapat
lebih mendalami suatu materi, siswa juga akan belajar dengan suasana yang baru
yang pastinya akan membuat siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Lorna Curran (Lie, 2007: 55), “salah satu
keunggulan teknik make a match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan”.
56
Pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe make a match, diperoleh
bebrapa temuan bahwa dengan menerapkan make a match dapat memupuk
kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang
ada ditangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan tampak sebagian
besar siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa
tampak sekali pada saat mencari pasangan dari kartunya. Selanjutnya penerapan
make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama diantara siswa
serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan
tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan
proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu berpusat pada siswa,
mengembangkan keingintahuan dan imajinasi, memiliki semangat mandiri,
bekerja sama, dan kompetensi menciptakan kondisi yang menyenangkan,
mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe make a match sebagai variabel bebas dan prestasi belajar sebagai
variabel terikat. Maka sesuai dengan pengujian hipotesis didapat pembahasan
yaitu ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran koooperatif
tipe make a match terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas III SD N
Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Hal ini terbukti dari
hasil pengujian hipotesis peneitian di dapat nilai t adalah 2,396 dengan
probabilitas signifikasi 0,022 yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima, itu berarti
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap prestasi hasil belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a Match.
Selain itu dapat dilihat dari rata-rata nilai posttest antara kedua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol, kelas eksperimen mempunyai rata-rata 87,90 dan
kelas kontrol mempunyai rata-rata 79,85 itu berarti 87,90 > 79,85 dan mempunyai
selisih 8.05 yang menandakan bahwa hasil ketuntasan belajar posttest kelompok
eksperimen lebih besar dari hasil ketuntasan belajar kelompok kontrol, dan dapat
juga dilihat dari peningkatan nilai pretest dan posttest yang cukup signifikan yang
terjadi di kelas eksperimen yaitu pada saat pretest terdapat 11 siswa yang
memperoleh nilai dikisaran 0-71 dengan tingkat prosentase 55% dan terdapat 9
siswa yang memperoleh nilai dikisaran 72-100 dengan tingkat prosentase 45% itu
57
berarti hanya ada 9 siswa yang mencapai pada batas KKM yaitu 72. Sedangkan
pada posttest pencapaian KKM mencapai 100% yaitu dibuktikan dengan terdapat
20 siswa yang memperoleh nilai dikisaran 72-100 dan tidak ada siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh penelitian yang dilakukan oleh
peneliti terdahulu yaitu Milya Angreranti pada tahun 2012 tentang “Pengaruh
Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil
Belajar IPA Berdasarkan Gender Sisiwa Kelas V SDN 01 Kabupaten Grobogan
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa dengan penerapan metode kooperatif tipe make a match dapat
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa dibuktikan dengan rata-rata
nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding dengan rata-rata nilai kelompok
kontrol, yaitu nilai rata-rat kelompok kontrol adalah 59,00 dan nilai rata-rata
kelompok eksperimen adalah 83,00.
Berdasarkan uraian hasil pembahasan diatas dapat diambil keputusan
bahwa hasil belajar siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakn model
pembelajaran kooperatif lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata
posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata posttest kelas
kontrol. Hal tersebut terjadi karena adanya pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match yang dapat menjadikan siswa lebih
aktif, senang, dan antusias untuk mengikuti pembelajaran sehingga siswa dapat
lebih mudah dalam menerima suaru materi atau konsep yang diajarkan karena
dengan menggunakan model tersebut tercipta suasana kelas dan pembelajaran
yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa. Hal tersebut sejalan dengan
kelebihan model pembelajaran koopertaif tipe make a match yaitu dalam
pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan pemahaman siswa
dalam materi yang diajarkan karena metodenya menyenangkan sehingga efektif
untuk melatih kedisiplinan siswa dalam menghargai waktu dan untuk melatih
keberanian siswa untuk berbicara didepan umum. Dengan demikian pihak sekolah
maupun guru dapat mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe make a
match sebagai cara untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dala
58
mata pelajaran IPA. Sesuai dengan uraian pembahasan hasil penelitian diatas
dapat dibuat implikasi secara teoritis dan implikasi praktis yaitu sebagai berikut:
a. Implikasi Teoritis
Berdasarkan kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dapat
dilihat bahwa dengan menggunakan model pembelajaran tersebut, siswa menjadi
lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Model pembelajaran tersebut
sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA, karena model tersebut dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran baik aktif secara fisik maupun
mental, selain itu pembelajaran cooperative learning tipe make a match dapat
memberikan kondisi belajar yang tepat dalam mengembangkan kemampuan
berfikir dan kreatif secara optimal, karena pelajaran IPA merupakan pelajaran
yang tidak hanya mengandalkan peengetahuan saja, tetapi juga harus bisa
menimbulkan sikap kritis siswa terhadap suatu fenomena yang terjadi maka
pembelajaran IPA dengan menggunakan model tersebut dirasa cukup tepat untuk
diimplikasikan dalam pembelajran khususnya mata pelajaran IPA.
Make a match adalah pembelajaran dengan cara mencari pasangan.
Mencari pasangan disini dimaksudkan dengan cara mengidentifikasikan
permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukan dan menceritakan
secara sederhana dan jelas secara berpasangan. Pada penerapan metode make a
match diperoleh beberapa temuan bahwa dengan menerapkan metode tersebut,
dapat ,membuat siswa yang tadinya pasif menjadi aktif dalam pembelajaran, siswa
yang tadinya malas untuk mengikuti pelajaran menjadi antusias saat mengikuti
pelajaran. Itu semua dikarenakan model pembelajaran tersebut sangat menarik dan
lebih terlihat santai saat pelaksanaan, karena suasana yang tercipta berbeda
dengan menggunakan meodel yang digunakan sehari-hari. Model pembelajaran
cooperative learning tipe make a match lebih seperti bermain sambil belajar, guru
tidak lagi sebagai pusat dalam pembelajaran, dan siswa juga bisa langsung terlibat
aktif dalam pembelajaran, karena dalam pembelajaran siswa akan dituntut untuk
dapat mencari pasangannya, saat siswa mencari pasangannya siswa juga akan
belajar dan lebih memahami mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan.
59
b. Implikasi Praktis
Hasil penelitian pembelajaran menggunakan model make a match secara
praktis dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan oleh guru
dalam pembelajaran agar siswa menjadi lebih aktif antusias dalam pembelajaran,
karena model pembelajaran tersebut tidak terlalu monoton dan dapat memberikan
kesan yang santai kepada siswa karena dalam pembelajaran tersebut dirancang
sebagai bermain sambil belajar.