bab iv rancang kota konsep perancangan

14
53 BAB IV KONSEP PERANCANGAN KOTA 4.1 Literatur Pengembangan Prinsip Compact Development 4.1.1 Prinsip Compact Development Pendekatan compact development adalah meningkatkan kawasan terbangun dan kepadatan penduduk permukiman, mengintensifkan aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya perkotaan dan memaniplasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial dan global yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan (Jenks, 2000). Hal ini sesuai dengan lokasi rancang dimana kawasan pemukiman yang menyebar (urban sprawl) sehingga RTH yang ada tidak terstruktur dengan baik. Compact development ini adalah solusi dari fenomena urban sprawl yaitu fenomena perkembangan kota yang terjadi tanpa terencana yang mengakibatkan pertambahan luas kota secara fisik ke arah suburban (pinggiran kota). Penyebab utama urban sprawl adalah pertambahan jumlah penduduk yang sedemikian besar baik dari proses alamiah maupun urbanisasi, yang disertai meningkatnya kebutuhan lahan sementara ketersediaan lahan di dalam kota tetap dan terbatas. Urban Sprawl akan membuat kota tumbuh tidak beraturan dan menyebar sehingga membutuhkan alat transportasi untuk menjangkau tempat penduduk itu beraktivitas dari tempat tinggalnya. Hal tersebut menimbulkan banyak dampak negatif seperti besarnya dana yang dibutuhkan pemerintah untuk pemerataan infrastruktur, meningkatnya polusi udara akibat semakin banyak yang menggunakan kendaraan bermotor, menurunnya produksi pertanian di suburban akibat alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun, berkurangnya daerah terbuka dan menurunnya ketersediaan air tanah, jarak rumah yang jauh mengakibatkan menurunnya kedekatan sosial antar penduduk (Devira, 2008). Dengan compact development akan menjawab permasalahan urban sprawl yang ada di Ungaran, sehingga penghuni wilayah studi tidak perlu jauh-jauh ke pusat kota untuk memenuhi kebutuhan dari fasilitas yang hanya disediakan di pusat kota. Karena semua fasilitas telah terintegrasi menjadi satu kesatuan dan mudah dijangkau bagi penghuni sehingga dapat mengurangi arus transportasi, selain itu pemasangan infrastruktur yang efisien dapat dijangkau semua penghuni. Sehingga semua masalah yang diakibatkan oleh urban sprawl akan teratasi. Compact development yang akan diterapkan di lokasi rancang adalah antara tempat tinggal dan tempat aktivitas atau ruang publik dapat dijangkau dengan jalan kaki atau bersepeda (walkable). Karakteristik yang diangkat sesuai dengan dikemukakan (Cervero dan Kockelman, 1997) dan (Lee,2007) yaitu density (kepadatan) pembangunan dipadatkan pada satu daerah, divercity (keragaman) mengombinasikan fungsi sesuai dengan aktivitas manusia

Upload: latifah-tio

Post on 14-Jun-2015

1.161 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab iv rancang kota konsep perancangan

53

BAB IV

KONSEP PERANCANGAN KOTA

4.1 Literatur Pengembangan Prinsip Compact Development

4.1.1 Prinsip Compact Development

Pendekatan compact development adalah meningkatkan kawasan terbangun dan

kepadatan penduduk permukiman, mengintensifkan aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya

perkotaan dan memaniplasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan serta sistem

permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial dan global yang

diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan (Jenks, 2000). Hal ini sesuai dengan lokasi

rancang dimana kawasan pemukiman yang menyebar (urban sprawl) sehingga RTH yang ada

tidak terstruktur dengan baik.

Compact development ini adalah solusi dari fenomena urban sprawl yaitu fenomena

perkembangan kota yang terjadi tanpa terencana yang mengakibatkan pertambahan luas kota

secara fisik ke arah suburban (pinggiran kota). Penyebab utama urban sprawl adalah

pertambahan jumlah penduduk yang sedemikian besar baik dari proses alamiah maupun

urbanisasi, yang disertai meningkatnya kebutuhan lahan sementara ketersediaan lahan di

dalam kota tetap dan terbatas. Urban Sprawl akan membuat kota tumbuh tidak beraturan dan

menyebar sehingga membutuhkan alat transportasi untuk menjangkau tempat penduduk itu

beraktivitas dari tempat tinggalnya. Hal tersebut menimbulkan banyak dampak negatif seperti

besarnya dana yang dibutuhkan pemerintah untuk pemerataan infrastruktur, meningkatnya

polusi udara akibat semakin banyak yang menggunakan kendaraan bermotor, menurunnya

produksi pertanian di suburban akibat alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun, berkurangnya

daerah terbuka dan menurunnya ketersediaan air tanah, jarak rumah yang jauh mengakibatkan

menurunnya kedekatan sosial antar penduduk (Devira, 2008).

Dengan compact development akan menjawab permasalahan urban sprawl yang ada di

Ungaran, sehingga penghuni wilayah studi tidak perlu jauh-jauh ke pusat kota untuk memenuhi

kebutuhan dari fasilitas yang hanya disediakan di pusat kota. Karena semua fasilitas telah

terintegrasi menjadi satu kesatuan dan mudah dijangkau bagi penghuni sehingga dapat

mengurangi arus transportasi, selain itu pemasangan infrastruktur yang efisien dapat dijangkau

semua penghuni. Sehingga semua masalah yang diakibatkan oleh urban sprawl akan teratasi.

Compact development yang akan diterapkan di lokasi rancang adalah antara tempat

tinggal dan tempat aktivitas atau ruang publik dapat dijangkau dengan jalan kaki atau

bersepeda (walkable). Karakteristik yang diangkat sesuai dengan dikemukakan (Cervero dan

Kockelman, 1997) dan (Lee,2007) yaitu density (kepadatan) pembangunan dipadatkan pada

satu daerah, divercity (keragaman) mengombinasikan fungsi sesuai dengan aktivitas manusia

Page 2: Bab iv rancang kota konsep perancangan

54

yang menempatinya, design (bentuk) menekankan kota landscape, destination (tujuan) solusi

dari urban sprawl mengurangi padatnya lalulintas, dan distance (jarak) menekankan pada

transportasi publik.

Di Inggris, strategi ini dikenali dengan nama Urban Renaissance (pembangunan kembali

kota), yang didasari oleh fenomena depopulasi kota-kota Inggris. Dalam penerapannya,

memanfaatkan pendekatan komunitas (local community based program), sehingga penduduk

tertarik kembali ke kota. Sementara di Jepang, program sejenis diberi label

UrbanRedevelopment, dengan fokus pada pembangunan kembali pusat kota. Pendekatan di

Inggris yang bersifat skala nasional, berbeda dengan penerapan di kota Jepang yang beragam

bentuknya. Keragamannya mulai dari konsentrasi pada pembangunan sekitar stasiun di pusat

kota, atau lebih mengarahkan pada pembangunan di seputar jalur transportai umum (Transit

Oriented Development/TOD). Sementara kota menengah dan besar, pembangunan rumah

vertical diprioritaskan di pusat kota dan kawasan lama yang di revitalisasi atau di bangun

kembali. Pelibatan masyarakat dalam perencanaan berbasis komunitas diaktifkan sebagai

upaya memperoleh dukungan publik (Roychansyah, 2006).

4.1.2 Konsep Kawasan Pendidikan dan Kawasan Industri

Keberadaan Undaris disekitar kawasan perancangan pasti memengaruhi perkembangan

fungsi kawasan tersebut. Kawasan pendidikan perguruan tinggi tentu saja akan menarik

pendatang dari luar daerah untuk belajar, sehingga kawasan tersebut akan tumbuh menjadi

kawasan yang padat, karena menjadi tarikan (trip attraction) dari luar daerah karena adanya

suatu aktivitas pendidikan dan lokasi rancang akan menjadi bangkitan pergerakan (trip

generation) baru karena menjadi pusat permukiman yang cepat tumbuh akibat permintaan

tempat tinggal sementara maupun tetap dari mahasiswa yang datang.

Konsep perancangan yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan mahasiswa yaitu

kawasan yang nyaman dan tenang, sehingga mendukung dalam aktivitas belajarnya, selain itu

mereka juga membutuhkan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, seperti

kebutuhan untuk makan, belanja, kemudahan transportasi untuk mencapai universitas ataupun

pusat kota.

Keberadaan PT Ungaran Sari Garments di sekitar kawasan rancang menjadi tarikan yang

selanjutnya. Adanya kegiatan industri pasti mendatangkan migrasi yang masuk ke kawasan ini

dari berbagai daerah dengan tujuan mencari penghasilan sebagai buruh dari pabrik tersebut.

Mira P.Gunawan mengungkapkan bahwa kebutuhan tempat tinggal bagi pekerja industri

akhirnya menyebabkan berkembangnya permukiman dengan pola dan kualitas lingkungannya

dipengaruhi oleh keberadaan industri.

Johan Silas, dalam “Pembangunan Perumahan ditinjau dari sisi ekonomi” mengatakan

bahwa perkembangan kota akan mengakibatkan terjadinya perubahan lapangan kerja dan

Page 3: Bab iv rancang kota konsep perancangan

55

perubahan central area (pusat-pusat kegiatan) sehingga akan tumbuh pusat-pusat kegiatan di

beberapa wilayah kota. Industri mempengaruhi pada pemanfaatan lahan yaitu berubahnya

fungsi lahan pertanian ke fungsi lain misalnya perumahan dan industri. Penggunaan lahan

permukiman dikelompokkan dalam dua bagian untuk pengadaannya yaitu oleh pengembang

swasta dan individu masyarakat. Penggunaan lahan untuk industri dengan jenis industri mulai

dari industri rumah tangga, industri menengah hingga industri berat.

Kebutuhan pendatang sebagai pelajar atau pekerja di kawasan rancang memiliki

kesamaan yaitu karena sebagian besar pelajar dan pekerja adalah single sehingga biasanya

mereka cenderung memilih untuk menyewa kamar kos daripada membangun rumah. Karena

sebagian besar adalah penduduk berpenghasilan rendah mereka cenderung untuk memilih

rumah yang memiliki kemudahan transportasi menuju tempat kerja mudah dan harga

rumahpun layak terjangkau.

Konsep yang akan digunakan untuk merancang kawasan tersebut adalah konsep

kemudahan bagi para penghuni kawasan yang sebagian besar adalah pelajar dan pekerja yang

membutuhkan tempat tinggal sementara. Rumah kost (boarding house) menjadi suatu

kebutuhan bagi para pelajar dan pekerja dari luar kota. Hal ini menjadi generator

berkembangnya permukiman di kawasan tersebut sehingga alih fungsi lahan RTH menjadi

lahan terbangun mengancam kawasan tersebut. Kebutuhan permukiman tersebut harus

direncanakan dengan matang untuk menjamin kualitas hidup yang nyaman dan sehat secara

lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya.

Selain tempat tinggal kawasan pendidikan dan industri akan mempercepat

pertumbuhan perdagangan dan jasa. Hal ini menjadi simbiosis mutualisme antara penduduk

asli dan pendatang, karena permintaan pendatang cukup besar dalam konsumsi kebutuhan

sehari-hari maka penduduk asli menyediakan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan

pendatang. Sehingga muncullah perdagangan jasa di sektor informal seperti PKL dan kios-kios

kumuh yang tidak terkendali serta perubahan fungsi rumah menjadi HBE (Home Based

Enterprised)

4.1.3 Konsep Mixed-use

Mixed-Use Development adalah suatu pengembangan produk properti yang terdiri dari

baik itu produk perkantoran, hotel, tempat tinggal, komersial yang dikembangkan menjadi satu

kesatuan atau minimal dua produk properti yang dibangun dalam satu kesatuan. Dalam

penerapan konsep Mixed-use development sebetulnya ada beberapa karakteristik yang

diperhatikan, yaitu :

1. Sinergi dua komponen atau lebih yang menghasilkan pendapatan cukup besar

Dengan dibangunnya dua atau lebih produk properti dalam suatu kesatuan pastinya

akan memberikan suatu income tambahan yang besar, karena dari situ pula sisi

Page 4: Bab iv rancang kota konsep perancangan

56

deferensiasi produk bisa menjadi salah satu strategi pemasaran yang cukup baik dengan

begitu sisi pemasukan juga akan menjadi besar pula.

2. Integrasi komponen secara fisik dan fungsional

Dalam Mixed-Use Development tersebut secara fisik mampu saling berintegrasi antara

satu produk dengan produk lainnya serta secara fungsional mampu saling melengkapi

antara satu produk dengan produk lain.

3. Sesuai dengan rencana master plan yang koheren

Pengembangan Mixed-Use ini harus mengikuti masterplan yang sesuai dimana

masterplan yang ada mencoba mengintegrasikan fungsi antara beberapa produk secara

menyeluruh serta fasilitas penunjangnya yang lain seperti pedestrian penghubung..

Fokus dalam Pengembangan Mixed-Use

Dalam pengembangan konsep ini sebetulnya ada hal-hal yang harus menjadi titik fokus

bagi para pengembang (developer), karena dengan memperhatikan hal-hal tersebut secara

langsung akan membuat Konsep yang dikembangkan tersebut menjadi daya tarik konsumen

serta akan menjadi konsep yang sempurna, beberapa hal tersebut antara lain :

1. Posisi dan lokasi proyek akan menentukan besarnya profit yang akan dihasilkan.

2. Keberadaan Infrastuktur harus efisien

3. Adanya akses pedestrian yang ideal antar komponen

4. Adanya daya tarik dan keramahan yang tidak mungkin pada penggunaan single use

5. Menciptakan massa untuk memperoleh maximal interest

6. Adanya keterkaitan antara bangunan dengan lingkungan.

7. Adanya Keterkaitan antara proyek sejenis di lingkungan sekitar.

8. Perhatikan dengan seksama pentahapan konstruksi

9. Penggunaan fasilitasbersama

10. Pengelolaan proses perancangan harus efisien dan professional

4.2 Konsep Perancangan

4.2.1 Justifikasi Penentuan Konsep

Adapun konsep yang diterapkan pada kawasan perancangan yang ada di Kelurahan

Genuk dan Gedanganak yaitu “Livable Boarding Dense City”. Konsep ini sesuai diterapkan di

lokasi rancang dengan mempertimbangkan karakteristik aspek fisik dan aspek non fisik yang

ada pada lokasi rancang. Konsep ini mengandung beberapa karakteristik diantaranya

perumahan yang nyaman (livable), tempat tinggal sementara (boarding), dan padat (dense).

Perancangan ini akan menerapkan konsep nyaman (livable) yang mengacu pada kemudahan

penduduk utuk melakukan aktivitas sehari-hari, kemudahan bertransportasi, juga kenyamanan

untuk berjalan kaki. Sedangkan penerapan rusunawa mengacu pada banyaknya kebutuhan

Page 5: Bab iv rancang kota konsep perancangan

57

penduduk yakni pelajar dan pekerja yang membutuhkan rumah kos (boarding house).

Kepadatan bangunan maupun penduduk akan dipusatkan ke lokasi rancang dengan adanya

sistem perumahan terpusat, perdagangan jasa yang terpusat, shelter mass transportation, sarana

peribadatan, pendidikan dan kesehatan, sehingga memenuhi semua kebutuhan penghuni lokasi

rancang.

Perancangan yang nyaman (livable) maksudnya merancang dengan mempertimbangkan

aspek kebutuhan penghuni lokasi rancang, serta ramah lingkungan. Kemudahan transportasi

dengan adanya shelter mass transportation dengan jarak dari perumahan dapat ditempuh

dengan berjalan kaki, mempertahankan 30% RTH aktif maupun pasif, RTH aktif sebagai sarana

bersosialisasi contohnya lapangan olahraga, taman bermain dan taman baca sedangkan RTH

pasif seperti taman pasif, taman di pekarangan rumah, dan deretan pepohonan sebagai barrier

antara rumah dan jalan sehingga dapat mengurangi polusi udara yang ada.

Perancangan yang akan diterapkan selanjutnya yaitu tempat tinggal sementara

(boarding). Maksud dari boarding ini adalah sebagai kawasan penunjang PT USG dan Undaris

yang menjadi magnet bagi para pendatang dari luar kota sehingga perlu adanya tempat tinggal

sementara untuk menampung mereka. Sebagian besar dari mereka adalah masih single

sehingga merekalebih memilih untuk menyewa tempat tinggal sedangkan untuk memenuhi

kebutuhan makan mereka lebih memilih membeli matang daripada masak sendiri sehingga

banyak pedagang bermunculan untuk memenuhi kebutuhan penduduk di lokasi rancang.

Sehingga perlu penempatan dan penataan ruang bagi para pedagang kaki lima.

Dense City yaitu kota yang padat dengan memperhatikan kebutuhan penduduk sehingga

membentuk kota yang padat dengan bermacam-macam fungsi (mixed use), dari fungsi

permukiman, perdagangan dan jasa, olahraga,sarana danprasarana transportasi, dll. Penerapan

dense city ini dengan memadatkan penduduk sehingga dengan lahan yang sama dapat

menampung penduduk yang lebih banyak dengan pembangunan vertikal.

Konsep Livable Boarding Dense City ini akan menjawab permasalahan eksisting yang ada

di wilayah studi. Dengan adanya konsep boarding pertumbuhan bangunan akan dikendalikan

dengan adanya rumah susun, selain itu pembuatan pedestrian ways yang nyaman dan efektif

akan mengurangi kendaraan pribadi yang melintas agar lebih ramah lingkungan. Pemadatan

kawasan dengan konsep mixed use akan membuat kemudahan aktivitas penghuni kawasan

seperti menuju ke sekolah, menuju ke pusat perdagangan, menuju ke shelter bus, menuju ke

open space dll. sehingga dapat di jangkau dengan berjalan kaki. Penyediaan pertokoan sebagai

pusat perdagangan sebagai relokasi dari ruko-ruko informal yang terbangun disepanjang bahu

jalan S. Parman. Penerapan shelter bus ini sebagai solusi dari adanya terminal bayangan yang

selama ini mengganggu lalu lintas Jalan S. Parman, selain itu diharapkan banyak penghuni yang

Page 6: Bab iv rancang kota konsep perancangan

58

merasa nyaman untuk menunggu bus di shelter bus ini dan dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk menggunakan transportasi umum.

4.2.2 Best Practice Penerapan Konsep

Konsep yang akan diterapkan ini adalah konsep yang realistis diterapkan di lokasi

perancangan, karena sudah ada penerapan yang di lakukan di beberapa kota di dunia.

- Perumahan tipe sedang

Perumahan tipe sedang di perumahan Ozone Bintaro Jakarta yang mengusung konsep

minimalis dan vertikal sehingga pekarangan rumah terasa lebih luas dan dapat digunakan

untuk penghijauan sehingga lebih natural. Walaupun jalan permukiman berbentuk grid tapi

hal ini adalah pendukung konsep compact karena lebih efisien untuk pemanfaatan lahannya.

Sumber : http://gambar-desaininterior.blogspot.com

Gambar IV.1 Perumahan tipe sedang Ozone Bintaro Jakarta

- Rusunawa

Rusunawa yang dijadikan best practice yaitu rusunawa yang ada di Kelurahan Arjuna,

Kecamatan Cicendo, Bandung. Industri Dalam merupakan area komersial yang didukung

prasarana dan sarana yang cukup lengkap. Disekitar kawasan Industri Dalam terletak pasar

induk dan terminal ciroyom, Pasar loak Jatayu, pasar Baru pertokoan, Pasar Gang Soleh dan

Stasiun Kereta Api. Rusunawa yang di terapkan pada kawasan industri dalam ada 6 gedung

dengan menerapkan barrier dan pedestrian ways ditengah rusunawa.

Page 7: Bab iv rancang kota konsep perancangan

59

Sumber : www.ar.itb.ac.id/wdp

Gambar IV.2 Rusunawa Kelurahan Arjuna, Bandung

- Pedestrian ways

Pedestrian ways yang disisi jalan mengacu pada pedestrian ways yang ada di

Sembawang, Singapura dimana sidewalknya terbagi menjadi dua, jika di Indonesia sering

disebut jalan rabat, dibagian tengah jalan tersebut ditanami pepohonan sehingga rindang

dan teduh, keuntungannya membuat pedestrian ways seperti ini adalah dapat mengurangi

tingkat polusi udara, penggunaan paving block dapat memberi ruang pada air agar dapat

meresap ke tanah, selain itu desain tersebut tidak memungkinkan untuk didirikan warung

atau kios-kios PKL.

Sumber : NALARs Volume 9 No 2 Juli 2010 : 165-176

Gambar IV.3 Pedestrian Ways di Sembawang, Singapura

Pedestrian ways yang terletak di antara gedung rusunawa akan mengacu pada Kota

Sidney yang memiliki pedestrian ways diantara gedung-gedung besar, pedestrian ways ini

dibuat senyaman mungkin sehingga masyarakat tertarik untuk berjalan kaki. Street furniture

Page 8: Bab iv rancang kota konsep perancangan

60

yang ada seperti lampu, bangku dan tempat sampah telah cukup memadai sehingga

memberikan kenyamanan bagi pejalan kakinya.

Sumber : Wiesbaden Pedestrian

Gambar IV.4 Pedestrian Ways di Sidney

- Shelter mass transportation

Shelter bus merupakan tempat sebagai pemberhentian bus dimana penumpang

bergerombol disana untuk menunggu bus. Digbeth Coach Station adalah terminal baru yang

didesain dengan ruang tunggu sederhana bagi penumpang, dan tidak banyak bus yang

mengunggu di terminal ini karena jadwalnya sudah teratur. Letaknya yang dekat dengan

permukiman sehingga masyarakat tertarik menggunakan bus biasa.

Sumber : http://greenstaff.com.au

Gambar IV.5 Digbeth Coach Station

- Pertokoan

Pertokoan yang diminati saat ini adalah ruko, yang biasa terletak di depan perumahan.

Salah satunya di perumahan Kahuripan Jakarta Timur, yang membrntuk bentuk rukonya jadi

letter L dan memiliki ruang untuk parker pembeli. Selain itu penyediaan warung non

permanen bangi masyarakat menengah kebawah dapat menyewa tenda-tenda yang telah

tersusun rapi seperti yang ada di Boston, Amerika.

Page 9: Bab iv rancang kota konsep perancangan

61

Sumber : www. Kahuripan.com

Gambar IV.6 Pertokoan di Perumahan Kahuripan Jakarta Timur

- Open Space

Open space yang akan dibuat yaitu meniru taman-taman bunga di Taman Bunga

Nusantara Cianjur yang dapat dijadikan landmark, selain itu taman baca yang ada di Kota

Batu yang memanfaatkan barang bekas sebagai penarik pengunjung.

Page 10: Bab iv rancang kota konsep perancangan

62

Sumber : http://www.crewfuckers.com

Gambar IV.7 Taman Bunga Nusantara Cianjur

Selain itu taman untuk olahraga seperti di Taman Lansia di Surabaya yang memiliki

fungsi sebagai tempat berolahraga, dan refleksi bagi para lansia, namun di lokasi rancang

akan kami terapkan taman olahraga dengan lapangan volley, jogging track, tempat fitness, dll

yang disukai remaja dan dewasa.

sumber : http://www.goindonesia.com

Gambar IV.8 Taman Lansia Surabaya

4.3 Penerapan Konsep Perancangan Pada Lokasi Rancang

Konsep yang akan diterapkan pada lokasi perancangan adalah konsep Livable Boarding

Dense City yang berarti konsep hunian sementara yang padat dan nyaman. Karena berorientasi

pada penunjang kawasan pendidikan dan industri, maka konsep yang akan diusung sesuai

dengan prinsip compact development dengan mengintensifkan lahan terbangun dengan

Page 11: Bab iv rancang kota konsep perancangan

63

berbagai macam fungsi yang sesuai dengan kebutuhan penduduknya. Konsep tersebut akan

diimplementasikan dengan penerapan-penerapan sebagai berikut :

- Perumahan tipe sedang

Perumahan tipe sedang ini diwujudkan dengan perumahan sedang yang berbasis green

building dengan luas kavling 120m2, yang akan diperuntukkan bagi masyarakat asli yang

bertempat tinggal di kawasan tersebut. Perumahan sedang ini cocok bagi penduduk asli

kawasan ini karena sebagian besar anggota keluarga mereka rata-rata hanya 4-5 orang,

jika penduduk tersebut menghendaki perluasan rumah mereka hanya dapat membangun

secara vertikal. Untuk pola jalan yang akan diterapkan di lokasi perancangan tersebut,

yakni pola jalan grid, loop, dan cul de sac. Diterapkannya ketiga pola jalan tersebut, menurut

De Chiara dan Koppelman (1990) merupakan salah satu pemecahan masalah dalam

merancang suatu permukiman agar tidak terlalu monoton. Sehingga untuk menghindari

kebosanan tersebut, dilakukan dengan memodifikasi pola jalannya sekaligus memberikan

kemungkinan adanya ruang terbuka hijau. Namun, masing-masing pola jalan tersebut

memiliki kelebihan dan kekurangan.

Pola jalan grid memiliki kelebihan yaitu lebih efisien sehingga banyak diterapkan,

jumlah kapling lebih banyak, dan teratur. Namun terdapat kelemahannya yaitu monoton,

mengakibatkan macet karena merupakan jalan lintasan untuk lalu lintas kendaraan. Pola

grid ini akan diterapkan pada perumahan kecil. Pola jalan loop memiliki kelebihan yaitu

sirkulasi mudah, mudah berputar, tidak monoton, lebih fleksibel, dan mengurangi

kemacetan. Namun terdapat kelemahan yaitu terkait keamanan. Pola jalan loop ini akan

diterapkan pada perumahan sedang. Dan selanjutnya adalah pola jalan cul de sac. Pola jalan

cul de sac memiliki kelebihan yakni terciptanya privasi yang tinggi karena terbatasnya

akses lalu lintas, sehingga banyak diterapkan untuk menghindari akses kendaraan dan

pejalan kaki, efisien, harga lebih tinggi, lebih eksklusif, menghindari kebisingan, dam hanya

satu akses. Namun kekurangan adalah ada kapling yang tusuk sate.

- Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa)

Penerapan rusunawa ini sebagai jawaban dari permasalahan yang ada di lokasi

perancangan yaitu sebagai kawasan permukiman penunjang kegiatan pendidikan dan

industri. Banyaknya permintaan akan kos-kosan dari pelajar dan pekerja dari luar kota,

akan meningkatkan banyaknya pembangunan hunian baru yang berkembang secara

organis dan tidak teratur. Pembangunan rusunawa ini akan disesuaikan sesuai kebutuhan

penghuni, yaitu dengan pilihan rusunawa yang digunakan untuk individual dengan rencana

luas 20m2 dan rusunawa yang dapat dihuni maksimal tiga orang dengan luas 60m2.

Rencananya rusunawa ini akan dibangun dengan ketinggian tiga lantai atau sekitar 15m,

sehingga masih dapat dijangkau dengan tangga. Setiap bangunan rusunawa akan

Page 12: Bab iv rancang kota konsep perancangan

64

dilengkapi dengan tempat parkir motor. Selain itu diantara dua bangunan rusunawa yang

berhadapan akan dibangun pedestrian ways dengan street furnitureyang dibutuhkan

penghuni.

- Pedestrian ways

Banyaknya pejalan kaki yang melintasi jalan Letjend. S. Parman, jalan lokal maupun

lingkungan akan mengganggu pengguna kendaraan jika tidak diberi ruang untuk pejalan

kaki. Maka dari itu desain untuk perancangan kota ini pedestrian ways harus ada dengan

konsep menurut John J. Fruin dalam Donald Watson Et.al (2001) yaitu Safety

(keselamatan), Security (keamanan), Convenience (Kenyamanan), Continuity

(Berkelanjutan), Attractiveness (menarik). Pedestrian yang baik adalah tempat pejalan kaki

yang nyaman sehingga menarik masyarakat untuk menggunakannya sesuai tujuannya.

Desain dari pedestrian ways sendiri harus mampu mencegah masyarakat yang tidak

berkepentingan memanfaatkan pedestrian ways sebagai tempat untuk nongkrong atau

dibangun kios oleh PKL-PKL sehingga mengganggu pejalan kaki. Selain itu penerapan street

furniture seperti lampu jalan, bangku, signage, tempat sampah, kran air minum, dll. akan

diletakkan dengan memperhatikan aspek estetika dan fungsi masing-masing.

Pedestrian ways ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu pedestrian di sisi jalan utama dan

pedestrian di antara rusunawa. Pedestrian ways di sisi jalan utama akan dibuat dengan

menggunakan jalan rabat yaitu jalan setapak terbuat dari paving block yang di tengahnya

terdapat pohon dan tanaman kecil, dengan dilengkapi ramp pada tepi, street furniture yang

diterapkan lampu jalan, tempat sampah, signage, dan kran air minum. Sedangkan pada

pedestrian ways yang berada di antara rusunawa akan di desain menggunakan paving block

agar air hujan tetap dapat meresap ke tanah dengan street furniture lampu taman, bangku,

tempat sampah, kran air minum, signage, dan taman-taman kecil.

- Shelter mass transportation

Pada kondisi eksisting terdapat tempat pemberhentian angkutan kota dan minibus di

Jalan Letjend S. Parman. Letaknya di depan kios-kios perdagangan jasa yang kumuh,

sehingga menambah keramaian jalan tersebut. Perlu adanya perencanaan tempat

pemberhentian angkutan umum yang terpadu sehingga dapat memberikan pelayanan pada

penumpang dengan optimal dan tetap mempertimbangkan kenyamanan bagi pengguna

jalan. Sistem transportasi yang akan diterapkan yaitu semua transportasi umum tidak

diperbolehkan berhenti untuk menunggu penumpang di sepanjang jalan Letjend. S. Parman

namun harus masuk ke shelter. Di dalam shelter tersebut akan di buat halte-halte sebagai

tempat penumpang menunggu moda transportasi. Shelter ini fungsinya selain tempat

menunggu penumpang juga sebagai U Turn kendaraan umum sehingga mengatasi masalah

kemacetan di jalan S. Parman.

Page 13: Bab iv rancang kota konsep perancangan

65

- Pertokoan

Semakin banyaknya pendatang yang bertujuan untuk berdagang di kios-kios pinggiran

jalan Letjend S. Parman dan pedagang kaki lima akan semakin membuat kumuh kawasan

dan mengganggu kelancaran lalu lintas. Sehingga perlu penyediaan tempat komersial yang

kohesif (padat). Konsepnya berupa kompleks pertokoan yang berbentuk letter U sehingga

dapat menampung keramaian pembeli, dan tidak mengganggu lalu lintas. Dalam kawasan

komersial ini akan disediakan parkir komunal bagi pembeli yang datang.

- Education Open space

Perlunya open space yang aktif maupun pasif pada lokasi perancangan. Tujuan

membuat open space pasif adalah untuk menyeimbangkan lahan hijau yang seharusnya ada,

dan menambah kesejukan lingkungan didalam lokasi perancangan. Penerapan RTH

tersebut dengan membentuk taman-taman pasif, taman disetiap rumah sedang, serta

daretan pohon disepanjang jalan. Selain itu open space aktif dibutuhkan sebagai tempat

bersosialisasi, Open space aktif ini akan dibangun dengan konsep pendidikan sehingga

menunjang pelajar untuk belajar di tempat terbuka. Penerapannya dengan membuat taman

aktif yang dilengkapi perpustakaan umum, taman bermain bagi anak-anak yang tinggal

dilokasi rancang, sarana olahraga berupa lapangan sepak bola, lapangan voli, tempat fitness

dan jogging track.

Penerapan-penerapan konsep tersebut akan diletakkan secara padat sehingga memberi

ruang untuk RTH dan memenuhi konsep compact development. Peletakannya dapat dilihat pada

peta berikut ini.

Page 14: Bab iv rancang kota konsep perancangan

66

Sumber : Analisis Kelompok 4A, Perancangan Kota

Gambar IV.9 Peta Penerapan Konsep Lokasi Rancang