bab iv tahapan pra-produksi, produksi dan pasca …
TRANSCRIPT
25
BAB IV
TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA PRODUKSI
4.1. Pra-Produksi
Sebelum melakukan proses produksi, penulis melalui pra-produksi terlebih
dahulu. Pra-produksi melalui beberapa tahap yang di antaranya adalah riset,
pembuatan story line, kemudian pembuatan story board.
4.1.1. Riset
Tahap riset dimulai dengan mengumpulkan sumber sejarah atau
heuristis, pada tanggal 17 September 2016, bertemu dengan Muhammad Edi
Kurniawan (Wawan) selaku Ketua Paguyuban Drumblek Salatiga untuk
memperoleh informasi umum seputar Drumblek seperti sejarah singkat dan
perkembangan Drumblek di Kota Salatiga, sumber sejarah yang diperoleh
adalah sumber sejarah lisan dengan hasil mengetahui sejarah singkat,
rekomendasi narasumber dan peningkatan jumlah grup Drumblek cukup
signifikan dengan bukti nyata eksistensi Drumblek yang semakin
digandrungi.
Kemudian pada 16 November 2016, penulis bertemu dengan Lilla
Eridianti Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Perhubungan Komunikasi
Budaya dan Pariwisata Kota Salatiga untuk meminta pendapat tentang
Drumblek dan bentuk dukungan pemerintah terhadap Drumblek, sumber
sejarah yang diperoleh adalah sumber sejarah lisan dengan hasil Drumblek
adalah sebuah kesenian dan pemerintah mendukung adanya Drumblek
dengan sering mengikutkan Drumblek dalam lomba atau acara tingkat
regional serta memberi bantuan dana kepada grup Drumblek yang dinilai
berprestasi.
Untuk melengkapi sumber sejarah, penulis mencari referensi buku
yang memuat sejarah Drumblek dan menemukan sumber sejarah kebendaan
yaitu dua buku yang memuat informasi sejarah Drumblek dalam bentuk
buku teks, “Drumblek Dari Salatiga Untuk Dunia” dan “Drumblek Kesenian
26
Asli Salatiga”. Sangat disayangkan hanya terdapat dua buku yang memuat
informasi sejarah Drumblek.
Atas rekomendasi dari ketua Paguyuban Drumblek Salatiga, pada
tanggal 2 Maret 2017, penulis melakukan wawancara langsung terhadap
pencetus Drumblek untuk pertama kali yaitu Didik Subiyantoro Masruri
untuk mendapatkan informasi mengenai sejarah Drumblek, penulis
mendapatkan sumber sejarah lisan bahwa benar peristiwa ini sudah
dipikirkan sejak tahun 1986 namun baru muncul pada tahun 1988.
Drumblek muncul ketika kreativitas menjadi solusi untuk minimnya biaya,
seperti yang sudah diuraikan dalam bab satu. Penulis juga mendapatkan
sumber sejarah kebendaan yaitu beberapa bukti foto dokumentasi yang
masih tersimpan dalam album lama milik Didik.
Wawancara selanjutnya dilakukan pada tanggal 15 Maret 2017
untuk menguji autentisitas dan kredibilitas atau tahap kritik sumber dari
sumber sejarah lisan yaitu hasil wawancara sebelumnya, sumber sejarah
kebendaan berupa foto dan dua buku yang sudah terbit sebelumnya. Sumber
sejarah lisan yaitu hasil wawancara dengan Wawan dan Didik dapat
dikatakan autentik dan kredibel karena mengandung peristiwa penting yang
tidak lain adalah sejarah Drumblek dan tidak ada kontra tentang sejarah
Drumblek antara generasi Didik tahun 1988 dengan generasi Wawan tahun
2016.
Kemudian uji autentisitas dan kredibilitas sumber sejarah kebendaan
foto dokumentasi Drumblek yang dimiliki Didik. Uji autentisitas
mendapatkan hasil bahwa foto ini dibuat di Kota Salatiga pada tahun sesuai
dengan peristiwa yang tergambar dalam setiap foto, misalkan pada peristiwa
penampilan Drumblek pertama kali pada tahun 1988 maka foto tersebut juga
dicetak pada tahun yang sama, dibuat oleh warga kampung Pancuran,
diambil dengan kamera yang dicetak pada media kertas foto berukuran 4R
(10,2cm x 15,2cm) dan merupakan bentuk asli (bukan fotokopi atau hasil
27
scan). Untuk uji kredibilitas, Didik menyampaikan bahwa foto yang ada
adalah asli dan sesuai kejadian pada masa itu tanpa adegan rekayasa.
Selanjutnya buku pertama yang sudah terbit sebelumnya “Drumblek
Dari Salatiga Untuk Dunia”. Uji autentisitas mendapatkan hasil bahwa buku
ini dibuat di Kota Salatiga pada tahun 2013, dibuat oleh tim Kampoeng
Salatiga, diketik komputer yang dicetak pada media kertas berbentuk buku
dan merupakan bentuk asli (bukan fotokopi) dengan bukti kesamaan buku
yang diperoleh penulis dengan buku yang dimiliki oleh Didik. Uji
kredibilitas mendapatkan hasil bahwa isi dari buku sudah sesuai dengan
fakta sejarah yang sebenarnya, Didik mengklarifikasi hal tersebut karena
dirinya sendiri yang menjadi narasumber dalam buku “Drumblek Dari
Salatiga Untuk Dunia”.
Uji autentisitas pada buku kedua “Drumblek Kesenian Asli Salatiga”
mendapatkan hasil bahwa buku ini dibuat di Kota Salatiga pada tahun 2014,
dibuat oleh Eddy Supangkat, dkk, diketik komputer yang dicetak pada
media kertas berbentuk buku dan merupakan bentuk asli (bukan fotokopi).
Sedangkan untuk uji kredibilitas mendapatkan hasil bahwa terdapat
beberapa konten yang kurang tepat dengan sejarah yang sebenarnya, Didik
mengklarifikasi hal tersebut dengan menyatakan bahwa dirinya tidak
menjadi narasumber, Didik hanya mengetahui pembuatan buku ini namun
belum pernah membacanya.
Wawancara ketiga dilakukan pada 17 April 2017 untuk memeriksa
ulang dan mendapatkan tambahan mengenai runtutan peristiwa sejarah
kemunculan Drumblek pada saat itu. Pada tahap ini dilakukan analisis dan
sintesis. Analisis dilakukan untuk mengelompokkan runtutan peristiwa
sejarah Drumblek sesuai dengan waktu kejadian dan memilah sumber
sejarah yang akan digunakan. Setelah mendapatkan kelompok sumber
sejarah yang sesuai, tahap sintesis dapat dilakukan. Penulis menyatukan
sumber sejarah yang sudah dianalisis, dengan hasil sumber sejarah lisan
28
mengisi bagian sumber sejarah kebendaan (foto dokumentasi) yang hilang
atau memang tidak terdokumentasikan.
Berdasarkan hasil sumber sejarah yang sudah dikumpulkan, diuji
dan dianalisis serta disintesis, penulis mendapatkan informasi-informasi
seputar sejarah, keunikan dan perkembangan Drumblek. Dari hasil tersebut
penulis menemukan bahwa dibutuhkan sebuah media komunikasi massa
untuk menyampaikan informasi tentang sejarah dan keunikan Drumblek
kepada masyarakat luas karena masih minimnya media komunikasi massa
yang tersedia.
Tahap selanjutnya adalah interpretasi, yaitu menyusun story line dan
story board.
4.1.2. Story Line
Melalui riset yang sudah dilakukan sebelumnya, penulis memulai
tahap interpretasi yaitu merancang alur cerita dalam buku cerita bergambar
tentang sejarah dan keunikan Drumblek sebagai media komunikasi massa
sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Story Line buku cerita bergambar sejarah dan keunikan Drumblek
No Cerita Visual
1 Didik sebagai pemuda Kampung
Pancuran diminta oleh panitia
karnaval HUT RI untuk
mengoordinasi warga Kampung
Pancuran untuk ikut berpartisipasi
dalam acara HUT RI ke 43. Di sinilah
cikal bakal Drumblek dimulai.
Ilustrasi – Didik sedang berbicara
dengan salah satu Panitia Karnaval.
Salah satu panitia seperti menawarkan
sesuatu, terlihat dari belakang. Ekspresi
muka Didik diilustrasikan tertantang
atau tertarik akan sebuah hal baru dan
mengangkat jempol tangannya sebagai
jawaban “oke”. Digambarkan mereka
sedang berada di Kampung Pancuran, di
depan sebuah gapura dengan tulisan 17-
29
08-88 untuk menunjukkan bahwa pada
waktu itu menjelang HUT RI ke 43.
2 Didik berdiskusi dengan warga
Pancuran mengenai ide yang akan
ditampilkan pada HUT RI. Mereka
berdiskusi di tempat yang disebut
Randu Alas karena pada saat itu,
terdapat sebuah pohon Randu di
tempat mereka sering berkumpul.
Ilustrasi – Didik dan beberapa orang
sedang berkumpul di bawah pohon
Randu. Mereka tampak sedang
berdiskusi satu sama lain.
3 Hasil diskusi mereka adalah mereka
terkendala biaya untuk ikut
berpartisipasi. Mereka merasa sedih,
Indonesia sudah merdeka, namun
untuk merayakan hari kemerdekaan
masih terkendala biaya.
Ilustrasi – Beberapa teman Didik datang
membawa sekantong plastik berisi uang
kepada Didik. Ekspresi mereka sedih,
karena terkendala biaya.
4 Didik mengusulkan ide yang
sebenarnya sudah dia pikirkan sejak
tahun 1986, yaitu menggunakan
barang-barang bekas yang ada di
sekitar mereka sebagai alat musik.
Mengembalikan arti musik pada
hakikatnya yaitu nada, suara dan
irama.
Ilustrasi – Dengan ide yang Didik
punya, dia membawa tong kaleng bekas
sambil memukulnya di hadapan warga
yang ketika itu ikut berkumpul. Warga
yang ada di sana menjadi senang karena
mempunyai sebuah harapan.
5 Warga mulai mengumpulkan barang
bekas, tong kaleng bekas, bambu,
drum plastik bekas ke tempat mereka
berkumpul, Randu Alas. Beberapa
orang juga mulai mengubah barang-
barang bekas yang akan digunakan
sebagai alat musik Drumblek.
Ilustrasi – Warga membawa barang-
barang bekas untuk di kumpulkan ke
Randu Alas. Ekspresi mereka senang.
Beberapa orang digambarkan mulai
sibuk mengubah barang-barang bekas
menjadi alat musik Drumblek.
6 Merasa masih kurang, untuk
menambah alat musik, beberapa orang
pergi meminjam drum plastik ke
penjual ikan.
Ilustrasi – Beberapa teman Didik pergi
meminjam drum plastik ke penjual ikan
di sekitar Kampung Pancuran untuk
menambah alat musik Drumblek.
Penjual ikan digambarkan setuju.
30
7 Latihan pertama dilakukan. Sekitar 50
orang ikut dalam latihan pertama ini.
Mengilustrasikan foto dokumentasi.
Latihan pertama Drumblek di sekitar
Kampung Pancuran.
8 Mereka membutuhkan nama untuk
Drumblek ini. Akhirnya mereka
memutuskan untuk memakai nama
Tinggal Kandas yang merupakan
plesetan dari nama program
pemerintah pada masa itu yaitu
Skenario Tinggal Landas.
Ilustrasi – Satu orang terlihat sedang
menggambar tulisan “Tinggal Kandas”
di selembar kain berukuran besar.
9 Persiapan penampilan pertama.
Anggota Drumblek mulai berkumpul
lengkap dengan kostum dan teklek.
Ilustrasi – Anggota Drumblek mulai
berkumpul dengan sudah memakai
kostum dan menggunakan teklek.
Terdapat satu mayoret, digambarkan
juga salah satu orang yang tampak
grogi.
10 Penampilan pertama Drumblek
Tinggal Kandas pada HUT RI ke 43,
tahun 1988. Dengan keunikannya,
barang bekas, teklek dan kostum
sederhana. Keberhasilan ekspresi budi
daya.
Mengilustrasikan foto dokumentasi.
Penampilan Drumblek pertama kali
tahun 1988.
11 Warga Kota Salatiga begitu antusias
dengan kehadiran Drumblek. Pada
waktu itu Drumblek menjadi sebuah
acara tahunan dengan tampil di
karnaval HUT RI setiap tahunnya.
Mengilustrasikan foto dokumentasi.
Penampilan kedua Drumblek tahun
1989 dan penampilan ketiga Drumblek
tahun 1990.
12 Eksistensi Drumblek di Kota Salatiga
terus berkelanjutan setiap tahunnya.
Sampai pada HUT RI ke 50, tahun
1995, penampilan Drumblek diliput
oleh salah satu stasiun televisi
nasional (RCTI).
Mengilustrasikan dua foto yang
digabungkan menjadi satu peristiwa.
Penampilan Drumblek kedelapan tahun
1995 dan potongan foto dokumentasi
ketika RCTI meliput Drumblek.
13 Beberapa tahun kemudian, Drumblek
mendapat kesempatan tampil pada
Ilustrasi – Didik (terlihat dari belakang)
membaca surat undangan acara
31
acara Deklarasi HAM ke 60 di Jakarta.
Untuk acara besar tersebut, mereka
bergabung dengan grup Drumblek
lain sehingga terkumpul kurang lebih
300 orang yang akan berangkat ke
Jakarta dengan menggunakan bus dan
truk untuk mengangkat alat.
Deklarasi HAM ke 60. Tampak di
hadapan Didik, teman-temannya sedang
menaikkan alat Drumblek ke truk untuk
dibawa ke Jakarta dan beberapa orang
juga tampak sedang masuk ke dalam
bus.
14 Drumblek gabungan se-Kota Salatiga
berjumlah 300 orang, berkesempatan
tampil pada acara Deklarasi HAM ke
60 di Jakarta tahun 2008.
Ilustrasi – Menggambarkan situasi
Monas dari atas, tampak sekumpulan
orang yaitu grup Drumblek sedang
berada di Monas.
15 Tahun berganti tahun, kini Drumblek
menjadi kesenian untuk menghibur
masyarakat. Tampil lebih modern
dengan kostum yang lebih menarik.
Drumblek pada tahun 2017.
Mengilustrasikan foto dokumentasi.
Penampilan Drumblek BCAD dari Kota
Salatiga.
32
4.1.3. Story Board
Setelah alur cerita sudah dirancang, kemudian penulis membuat
story board yang digunakan sebagai acuan ketika proses produksi dilakukan.
Story board dibuat berdasarkan dengan alur cerita yang sudah dirancang
sebelumnya sebagai berikut:
33
34
35
36
4.1.4. Perancangan Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar akan diberi judul dengan penyusunan
sebagai berikut:
Buku Cerita Bergambar
Salam Prak Prak Brung Sejarah dan Keunikan Drumblek
#DariSalatigaUntukDunia
Keterangan “Buku Cerita Bergambar” disematkan pada bagian atas
sebagai tanda jenis buku. Judul utama diambil dari jargon atau salam khas
para pemain Drumblek masa kini yaitu “Salam Prak Prak Brung”, salam
yang unik menirukan bunyi yang dihasilkan dari alat Drumblek itu sendiri.
Pemilihan judul utama ini dirasa lebih menarik dan menjual karena unik
dalam penulisan dan pelafalan kata namun tetap mencerminkan Drumblek
dan semangat para pemainnya. Kalimat “Sejarah dan Keunikan Drumblek”
ditampilkan untuk memperjelas judul utama. Kemudian terakhir adalah
hashtag yang memuat slogan Paguyuban Drumblek Salatiga yaitu
“#DariSalatigaUntukDunia”, memberikan kalimat ini untuk mewakili
semangat orang-orang pencetus, pengurus, pembina dan peserta Drumblek.
Layout atau tata letak pada buku yang akan dibuat oleh penulis akan
dijelaskan dalam gambar berikut, kecuali untuk story board 8.
Bagan 4.1. Konsep Layouting atau Tata Letak Tampilan Buku yang Akan Dibuat.
37
Meskipun ilustrasi dalam bentuk kartun, ilustrator akan membuat
ilustrasi tetap realis dalam arti tidak meninggalkan elemen, keterangan dan
ciri-ciri penting yang terdapat dalam foto dan narasi hasil wawancara
dengan Didik. Proses ilustrasi menggunakan aplikasi grafis komputer yaitu
Adobe Photoshop CS6 dan CorelDraw X8.
Gambar 4.1. Contoh Ilustrasi dari Foto yang Sudah Diambil. Ilustrator: Greg Sidharta.
38
4.2. Produksi
Pada proses produksi, penulis dibantu oleh seorang ilustrator Greg Sidharta.
Software yang digunakan adalah Adobe Photoshop CS6. Proses produksi melalui
beberapa tahap dengan acuan story line dan story board yang telah dibuat
sebelumnya.
Tahap pertama adalah penyempurnaan garis-garis setiap elemen dari sketsa
gambar pada story board agar lebih terlihat jelas anatomi dan line art cartoon
sehingga menjadi ilustrasi yang matang untuk masuk ke proses pewarnaan.
Gambar 4.2. Software Adobe Photoshop CS6.
Gambar 4.3. Proses Penyempurnaan Garis-Garis, Menggunakan Adobe Photoshop CS6.
39
Tahap kedua adalah pewarnaan. Setelah garis-garis setiap elemen
disempurnakan, setiap elemen siap diberi warna sesuai dengan citranya.
Gambar 4.4. Proses Penyempurnaan Garis-Garis, Menggunakan Adobe Photoshop CS6.
Gambar 4.5. Proses Pemberian Warna dengan Adobe Photoshop CS6.
40
Tahap terakhir dari proses produksi adalah pembuatan sampul buku bagian
depan dan belakang. Bagian depan berisi judul dan ilustrasi pendukung, sedangkan
bagian belakang berisi narasi sinopsis buku.
Gambar 4.6. Proses Pewarnaan Sudah Selesai Dilakukan dengan Adobe Photoshop CS6.
Gambar 4.7. Sampul Buku.
41
4.3. Pasca Produksi
Tahap selanjutnya dalam pembuatan buku sebelum naik cetak adalah
layouting. Dalam tahap ini penulis menggunakan software Corel-Draw X8 untuk
mengatur tata letak dari setiap ilustrasi yang telah dibuat. Tujuan dari tahap ini
adalah mendapatkan susunan atau runtutan ilustrasi yang tepat dan sesuai story line
setelah melalui proses cetak dan jilid.
Layouting disesuaikan dengan pembaca buku cerita bergambar ini yaitu
masyarakat Kota Salatiga dan masyarakat pendatang, laki-laki dan perempuan
semua umur khususnya pelajar SD (6-12 tahun) yang gemar membaca. Gaya yang
Gambar 4.8. Software CorelDraw X8.
Gambar 4.9. Proses Layouting Menggunakan Software CorelDraw X8.
42
dipakai adalah satu ilustrasi landscape menjadi dua halaman portrait. Dengan gaya
tersebut dapat mendukung fungsi desain sebagai media komunikasi massa penyalur
informasi, sehingga pesan yang akan disampaikan berupa ilustrasi tidak terpisah di
halaman selanjutnya.
Untuk memudahkan dalam mengatur susunan atau runtutan ilustrasi dengan
halaman buku maka penulis membagi setiap ilustrasi menjadi dua bagian dan
memberi tanda huruf A dan B. Misalnya pada ilustrasi 7, akan dibagi menjadi 7A
dan 7B, begitu juga dengan ilustrasi selanjutnya. Hal ini dilakukan karena proses
cetak dilakukan pada dua sisi kertas dan disusun seperti buku tulis garis-garis pada
umumnya sehingga ilustrasi 7A akan bersebelahan dengan 9B dan 7B akan tercetak
dengan 9A.
Gambar 4.10. Proses Layouting, Pembagian Ilustrasi.
43
Tahap ketiga adalah penataan teks atau narasi pendukung ke dalam setiap
bagian ilustrasi yang telah dibuat. Berbeda dengan story board lain, pada story
board 8 penempatan teks berada ditengah, seperti contoh pada gambar berikut.
Gambar 4.11. Penataan Teks atau Narasi Pendukung pada Story Board 8.
Gambar 4.12. Hasil dari Penataan Teks.
44
Untuk mengisi sampul bagian belakang, maka perlu ditambahkan sinopsis
tentang buku tersebut.
“Apakah kalian tahu Drumblek?
Drumblek adalah seni bermain musik sebagai bentuk ekspresi budi daya.
Kesenian ini mulai muncul tahun 1988 diawali oleh warga Kampung Pancuran,
Kota Salatiga
Perjalanan dan semangat Drumblek di Kota Salatiga dari awal sampai sekarang,
terus berdentum hingga kamu membuka halaman depan buku ini.
Salam Prak Prak Brung!”
Terakhir, setelah melalui proses layouting baik itu penataan ilustrasi dan
penataan teks, tahap selanjutnya adalah proses cetak. Berikut adalah gambar
pratinjau dari buku cerita bergambar yang telah dicetak.
4.4. Korelasi
Hubungan teori komunikasi dengan buku cerita bergambar yang akan dibuat
dapat dijelaskan mulai dari penulis bertindak sebagai komunikator atau pemberi
Gambar 4.13. Pratinjau Buku Cerita Bergambar Setelah Melalui Proses Cetak.
45
pesan, sejarah dan keunikan Drumblek adalah pesan yang akan disampaikan, media
yang dipakai adalah buku cerita bergambar, masyarakat Kota Salatiga dan
masyarakat pendatang adalah komunikan atau penerima pesan dan efek yang
diharapkan adalah komunikan yang berarti masyarakat Kota Salatiga dan
masyarakat pendatang dapat lebih mengetahui sejarah dan keunikan Drumblek
yang berasal dari Kota Salatiga. Unsur-unsur tersebut kemudian disusun dalam satu
konsep model komunikasi dari Lasswell.
Sehubungan dengan pesan yang disampaikan bersifat umum, melalui
saluran sebuah buku cerita bergambar, dengan komunikan yang heterogen, proses
komunikasi satu arah dan dengan harapan menimbulkan keserempakan, maka
produk dari tugas akhir ini berhubungan dengan komunikasi massa. Produk dari
tugas akhir ini adalah sebuah buku, yang termasuk dalam salah satu bentuk media
komunikasi massa, dapat memenuhi fungsi dari media komunikasi massa tersebut
yaitu fungsi informasi dengan pesan yang akan disampaikan adalah sejarah dan
keunikan Drumblek yang berasal dari Kota Salatiga. Dengan pesan tersebut pula,
buku cerita bergambar ini juga dapat memenuhi fungsi transmisi budaya atau
pewarisan sosial. Informasi sejarah dan keunikan Drumblek mentransmisikan
budaya yang ada pada masa lampau untuk generasi selanjutnya, mewariskan
informasi meliputi ide pencetusan Drumblek, aktivitas pembuatan Drumblek
pertama kali dan benda hasil kegiatan manusia berupa alat-alat Drumblek.
Buku merupakan produk utama dalam tugas akhir ini, berjenis buku cerita
bergambar dengan pesan atau berisi informasi sejarah dan keunikan Drumblek.
Dipilih karena perancangan akan fokus pada gambar, sedangkan teks adalah narasi
pendukung. Gambar yang dibuat merefleksikan sumber-sumber sejarah yang telah
diteliti sebelumnya, kemudian divisualisasikan dalam bentuk dua dimensi atau
desain grafis. Pesan yang dimuat menjadikan buku ini juga sebagai pendorong
budaya yang kuat, karena menjadi tempat menyimpan budaya yang penting dan
dapat digunakan sebagai jendela untuk melihat sejarah munculnya Drumblek serta
keunikannya.
46
Desain grafis dapat diartikan sebagai ketrampilan seni dan komunikasi.
Sebagaimana pula dengan buku cerita bergambar ini akan dikemas, seni dalam
pembuatan gambar harus dapat mewakili pesan yang akan disampaikan yaitu
sejarah dan keunikan Drumblek. Selain fungsinya untuk menyalurkan pesan, desain
grafis dalam buku cerita bergambar ini juga berfungsi sebagai pengilustrasian
sumber-sumber sejarah yang hilang dan sekaligus membuat buku cerita bergambar
ini lebih menarik perhatian.
Gambar-gambar yang akan ditampilkan pada buku memang bukan hanya
sekedar foto-foto yang disusun ulang namun berupa ilustrasi. Ilustrasi selain
sebagai reka ulang adegan, juga sebagai penjelasan atas suatu makna secara visual.
Minimnya foto-foto dokumentasi yang tersisa dapat dikaitkan dengan peristiwa
terbentuknya Drumblek, yang mana pada saat itu tidak ada yang mengira bahwa
Drumblek akan menjadi kesenian yang populer sampai masa kini sehingga ada
beberapa peristiwa yang tidak terdokumentasi, selain itu perlu diketahui bahwa
pada tahun sekitar 1986 kamera adalah barang eksklusif yang hanya dimiliki
beberapa orang saja. Jika pun ada, foto-foto dokumentasi yang tersisa sudah
termakan usia, ada beberapa bagian yang mulai rusak, maka dibutuhkan ilustrasi
untuk menampilkan kembali dalam bentuk yang lebih fresh dan menarik. Untuk
melengkapi bagian yang hilang atau memang tidak terdokumentasi, ilustrasi dalam
bentuk gambar diperlukan untuk reka ulang adegan hasil dari wawancara dengan
Didik dan menjadi jembatan untuk menggabungkan kedua sumber tersebut
sehingga didapatkan sebuah keselarasan yang utuh.
Sentuhan terakhir yang diperlukan adalah layouting atau tata letak. Seperti
yang telah dibahas pada bab pasca produksi, layouting sangat diperlukan dalam
proses pencetakan agar dapat tersusun dengan benar, selain itu juga disesuaikan
dengan siapa pembaca, gaya yang dipakai, fungsi desain, pesan yang disampaikan
dan tempat buku cerita bergambar tersebut akan dibaca. Selain itu, dalam layouting
juga dilakukan penataan teks atau narasi sebagai penjelasan dari ilustrasi yang
ditampilkan.
47
Segmentasi, targeting dan positioning tentu saja berhubungan dengan
perancangan buku cerita bergambar ini. Ketiga hal tersebut memengaruhi gaya
ilustrasi sepenuhnya dalam penentuan garis gambar dan warna serta juga layouting.
Hubungan bauran pemasaran dengan pembuatan atau produk tugas akhir ini
adalah sebagai perkiraan jika suatu saat produk dari tugas akhir ini yaitu buku cerita
bergambar tentang sejarah dan keunikan Drumblek akan diproduksi masal atau
menjadi barang profit dengan catatan tetap mencantumkan nama penulis dan
ilustrator. Dalam bauran pemasaran terdapat empat unsur yaitu yang pertama
produk, sudah jelas bahwa produk adalah buku cerita bergambar tentang sejarah
dan keunikan Drumblek.
Kedua adalah price atau harga, dengan perkiraan biaya produksi sebesar Rp
30.000 – Rp 35.000 per buku, buku cerita bergambar ini dapat dijual kembali
dengan range harga Rp 50.000 (harga tersebut adalah perkiraan untuk biaya
produksi partai kecil). Penghasilan atau laba yang didapat akan dibagi untuk
penerbit dan penulis dengan perhitungan yang akan disepakati atau dapat disebut
sebagai royalti, dengan catatan jika penerbitlah yang membiayai seluruh biaya
produksi. Namun jika biaya ditanggung sepenuhnya oleh penulis maka laba akan
menjadi hak penulis sepenuhnya.
Ketiga, place atau tempat, buku cerita bergambar ini diperkirakan dapat
dijual di toko buku, di pameran buku atau ketika diselenggarakannya sebuah event
Drumblek.
Keempat, promosi. Dalam pemasarannya, buku cerita bergambar ini dapat
mengikuti promosi sesuai tempat penjualannya. Misalkan dijual di toko buku,
perkiraan promosi dapat menggunakan x-banner dan media sosial dengan catatan
toko tersebut mempunyai aplikasi media sosial seperti Instagram. Sedangkan untuk
pameran atau event, perkiraan promosi dapat mengikuti media publikasi yang dapat
dijangkau oleh pameran atau event tersebut, seperti brosur, spanduk dan media
sosial dengan catatan jika pameran atau event tersebut mempunyai aplikasi media
sosial. Selain itu diperkirakan juga dapat dipromosikan melalui mulut ke mulut.