bab iv.pdf

Upload: kuswara-supersic

Post on 10-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 79

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Perkembangan Teknologi dan Informasi (TI) pada dekade terakhir ini

    meningkat dengan sangat pesat. Penggunaannya dalam berbagai bidang

    kehidupan manusia juga mengalami peningkatan yang sangat besar. Mulai

    dari sekedar life style hingga menjadi sarana vital yang menunjang kehidupan

    manusia. Hal ini tidak hanya terjadi pada level individu sebagai pengguna

    teknologi informasi, tetapi juga merambah pada institusi-institusi yang

    menggantungkan kegiatannya pada keandalan teknologi informasi.

    Dalam bidang pemerintahan sendiri, keberadaan Teknologi Informasi

    (TI) sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh berbagai kalangan. TI yang hadir

    dalam wujud electronic government, telah banyak memberi kemudahan pada

    penyelenggara dan pengguna layanan publik. Semenjak diperkenalkan

    electronic government telah banyak membawa perubahan yang signifikan

    dan peningkatan kualitas dan kuantitas dalam pelayanan publik. Hal ini tentu

    saja berdampak pada pergeseran paradigma pada pelayanan publik dan

    kinerja aparat pemerintahan sebagai penyeleggara pelayanan publik.

    Penggunaan TI dalam praktek penyeleggaraan pemerintahan di Indonesia

    menjadikan media elekronik sebagai solusi dari beberapa kendala pelayanan

  • 80

    publik semisal tidak sebandingnya waktu kerja dan jumlah urusan publik yang

    mesti mendapat pelayanan secara professional dan merata.

    Dalam penerapannya, konsep Electronic government tidak hanya

    terbatas pada fungsi jejaring internet (website) melainkan juga dapat berupa

    dokumen, film, photo, laporan, situs web dan bentuk-bentuk lain yang dapat

    menunjukkan adanya proses, fasilitas, sumberdaya dan mekanisme kerja

    tertentu yang kongkret dan nyata.

    Penelitian ini sendiri dilakukan di DInas Kependudukan dan catatan

    Sipil Kota Palu Provinsi Slawesi Tengah untuk mengetahui dan

    menggambarkan kualitas pelayanan publik pada instansi tersebut dalam

    menjalankan tugas dan fungsinya serta faktor-faktor yang menjadi pilar

    terselenggaranya tugas dan fungsi tersebut dengan menerapkan pelayanan

    yang berbasis pada penggunaan teknologi informasi.

    4.1. Kualitas Pelayanan Aparatur Pemerintahan melalui penerapan

    Electronic Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

    Kota Palu

    Secara umum pengertian electronic government adalah sistem

    manajemen informasi dan layanan masyarakat berbasis Media Elektronik

    baik dalam bentuk jearing internet maupun penggunaan media elektonik lain

    sesuai dengan kebutuhan pelayanan tersebut. Dengan memanfaatkan media

    diatas, maka akan muncul sangat banyak pengembangan modus layanan

    dari pemerintah kepada masyarakat. Dalam hal ini, electronic government

  • 81

    diartikan sebagai penerapan atau pengaplikasian penggunaan teknologi

    informasi oleh instansi-instasi pemerintah dalam menjalankan tugas pokok

    dan fungsinya, utamanya dalam menyediakan layanan publik yang berbasis

    media elektronik. Teknologi Informasi bisa didefenisikan sebagai sebuah

    sistem informasi yang terdiri dari perangkat keras (hardware), basis data

    (database), perangkat lunak (software), jaringan komputer dan peralatan lain

    yang terkait. Penggunaan teknologi informasi oleh institusi pemerintah

    diyakini akan mendorong peningkatan kinerja melalui peningkatan

    produktivitas, perbaikan kualitas layanan, peningkatan daya saing, dan

    peningkatan kreativitas dan inovasi serta perbaikan struktur dan fungsi

    organisasi. Bukan itu saja, penggunaan teknologi informasi dalam electronic

    government diyakini bisa meningkatkan koordinasi antara institusi-institusi

    pemerintah.

    Penerapan electronic government di Indonesia telah berlangsung

    cukup lama, terlebih semenjak dikeluarkannya Instruksi Presiden No 3 tahun

    2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan electronic

    government menjadi motivasi bagi berbagai daerah untuk

    mengaplikasikannya. Tidak bisa dipungkiri hal tersebut menjadi angin segar

    bagi penerapan teknologi komunikasi dan informasi di pemerintahan. Sejalan

    dengan itu, arus permintaan masyarakat akan pentingnya optimalisasi

    pelayanan publik yang mudah dan murah serta transparan membutuhkan

    sebuah strategi yang efektif dan efisien dalam pelaksanaannya. Maka

  • 82

    penggunaan teknologi informasi menjadi pilihan yang tak terhindarkan dan

    wajib diimplementasikan oleh pemerintah dalam tugasnya.

    Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan Kota Palu sebagai

    salah satu Kota yang berada di Sulawesi Tengah sekaligus merupakan ibu

    kota Provinsi Sulawesi Tengah yang saat ini mengalami tingkat intensitas

    pembangunan yang cukup pesat yang pada hakekatnya berupaya

    mempersiapkan diri secara sistematis dan berkesinambungan dalam

    melaksanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan

    tertentu.Pilihan tujuan tersebut tentunya dilakukan secara sadar atas dasar

    skala kebutuhan dan nilai-nilai yang dimiliki anggota organisasi yang

    bersangkutan. Disamping penentuan pilihan cara dan alternative strategi

    yang rasional guna mencapai tujuan tersebut juga disesuaikan dengan

    sumber daya sebelumnya. Jika kita kaitkan dalam konteks organisasi Negara

    dan pemerintahan, pemilik organisasi tersebut adalah masyarakat secara

    keseluruhan.

    Pembangunan kedepan selalu diperlukan tersedianya data dan

    informasi tentang kegiatan pembangunan yang telah dilakukan sebelumnya

    secara matang dan hasil yang diperoleh dalam kegiatan pembangunan

    tersebut input data dan informasi yang diterima. Bila data dan informasi

    salah, maka otomatis hasil yang dicapai juga salah. Sebaliknya, jika data dan

    informasi tersebut valid dan akurat, maka akan dapat memberikan dukungan

    terhadap kematangan hasil pembangunan tersebut.

  • 83

    Sejalan dengan hal tersebut, Dinas Kependudukan dan Pencatatan

    Sipil Kota Palu mempunyai tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat

    mengingat tugas dan tanggung jawab yang di emban sangat berat dan

    signifikan, menuntut pula pelaksanaan tugas sesuai dengan prosedur yang

    telah ditentukan dan dibutuhkan oleh aparat dalam memberikan pelayanan

    terhadap penyelenggaraan pemerintah berdasarkan pada paturan daerah

    Kota Palu Nomor 5 Tahun 2008 tentang pembentukan organisasi dan tata

    kerja Dinas-Dinas Kota Palu. Dalam hal ini tugas dan fungsinya sebagai

    unsur pelaksana teknis pendukung pelaksana tugas walikota melalui

    sekretaris kota untuk melaksanakan tugas wajib Pemerintah Kota. Dalam hal

    ini diperlukan sebagai bahan penyusunan pengambilan kebijakan

    perencanaan penyelenggaraan pemerintah pembangunan kemasyarakatan

    dalam bentuk penyusunan struktur penduduk.

    Dari sedikit paparan diatas dapat dipahami bahwa proses pelayanan

    publik pada instansi tersebut berada pada grafik yang cukup padat

    berbanding lurus dengan tuntutan profesionalitas kerja dan kebutuhan

    pertumbuhan masyarakat maka pengolahan data akan menjadi semakin

    rumit maka kebutuhan akan penerapan e-government menjadi factor yang

    cukup memepengaruhi kualitas pelayanan publik.

    Jika membicarakan tentang kualitas pelayanan disebuah instansi,

    sudah barang tentu kita akan membicarakan tentang tugas pokok dan fungsi

    dari instansi tetrsebut. Hal ini agar adanya kejelasan tentang indicator kunci

  • 84

    dalam proses pembuatan sampai evaluasi dari setiap kebijakan yang

    dihasilkan. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Kota

    Palu sendiri berdasarkan Perda Kota Palu Nomor 5 Tahun 2008 Tentang

    Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kota Palu sebagai

    mana yang dijelaskan dalam bab sebelumnya secara garis besar mempunyai

    fungsi sebagai pusat pengolahan data kependudukan. Dengan menerapkan

    e-government secara professional diharapkan dapat mengaplikasikan

    pelayanan publik secara lebih berkualitas.

    Pelayanan Publik yang baik dapat dilihat dari beberapa aspek. Adapun

    untuk mengukur kualitas pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan

    Catatan Sipil di Kota Palu dengan menerapkan pelayanan publik berbasis

    Electronic Government dapat di dilihat dari aspek sebagai berikut:

    4.1.1 Kesederhanaan dan kejelasan prosedur

    Berbicara tentang pelayanan publik yang berkualitas, salah satu hal

    yang tidak dapat dipisahkan dari kondisi tersebut adalah kejelasan dari setiap

    prosedur pelayanan yang dijalankan oleh setiap instansi dengan maksud

    tidak terjadinya lagi kesimpangsiuran dalam tata cara atau mekanisme

    operasional sebuah program maka dipandang perlu untuk merumuskan

    metode yang efektif dalam merancang prosedur tersebut. Kesederhanaan

    dan kejelasan prosedur dapat ditopang oleh lengkapnya data yang dipunyai

    oleh tiap-tiap unit.

  • 85

    Disamping kesederhanaan dalam prosedur pembayaran, penerapan e-

    government juga berdampak pada kejelasan prosedur pendataan lainnya.

    Misalnya saja proses pendaftaran Akta catatan sipil dimana sebelumnya

    setiap instansi harus membuat sebuah unit yang bertugas untuk membuat

    dan menerbitkan blanko ataupun formulir isian dalam penerapan electronic

    government. Unit tersebut bisa saja dihilangkan dengan menerapkan

    pendaftaran dan pengisian formulir berbasis internet sehingga masyarakat

    cukup mendownload file yang diterbitkan dalam internet tentu saja hal

    tersebut dapat disederhanakan kembali dengan metode penginputan data

    langsung ke server induk. Artinya data kemasyarakatan yang ada di input

    langsung oleh masyarakat sendiri dan diolah oleh operator pusat sehingga

    keamanan data dari masyarakat dapat ditingkatkan.

    Metode diatas dapat ditopang dengan adanya jeringan internet yang

    tersebar diseluruh pelosok apalagi dengan melihat kondisi Kota Palu sebagai

    ibukota provinsi dapat menopang terlaksananya pengolahan data berbasis

    jejaring internet.

    Jejaring internet atau web server dapat pula menjadi sarana

    sosialisasi prosedur yang efektif dikarenakan aksesnya mampu menjangkau

    seluruh lapisan masyarakat. Jika dilihat dari kualitas sosialisasi, sosialisasi

    yang berkualitas harusnya dilaksanakan secara berkesinambungan diseluruh

    lapisan masyarakat. Kendala yang sering terjadi dalam proses sosialisasi

    prosedur adalah banyaknya waktu, tenaga dan biaya yang terbuang dalam

  • 86

    mencapai asas berkelanjutan tersebut. Dengan memanfaatkan jejaring

    internet kendala tersebut dapat diminimalisir disebabkan akses internet yang

    tidak mengenal batas waktu, biaya yang relative murah dan hanya perlu satu

    orang staf yang bertugas sebagai operator untuk mengupdate bahan

    sosialisasi walaupun dalam metode sosialisasi seperti ini membutuhkan

    eksistensi masyarakat di dunia maya yang pada kenyataannya belum terlalu

    tinggi namun setidaknya dapat menjadi solusi dari tersedianya akses

    informasi terhadap kejelasan prosedur pelayanan publik.

    Tabel 4.1 Kesederhanaan Prosedur Pelayanan

    di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palu (N=45)

    Kondisi

    Frekuensi

    R Sangat

    rumit

    (4)

    Rumit

    (3)

    mudah

    (2)

    Sangat

    mudah

    (1)

    Jumlah

    Sebelum

    implementasi

    e-gov

    3 (12)

    (6,67%)

    38 (114)

    (84,44%)

    4(8)

    (8,89%)

    0 (0)

    (0%)

    45 (134)

    (100%)

    2,98

    Setelah

    implementasi

    e-gov

    0 (0)

    (0%)

    0 (0)

    (0%)

    31 (62)

    (68,89%)

    14 (14)

    (31,11%)

    45 (76)

    (100%)

    1,69

    Sumber : Survei Internal Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palu 2011

    Pada tabel 4.1 disajikan tentang kesederhanaan dan kejelasan

    prosedur pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palu

  • 87

    pada saat sebelum dan sesudah adanya impelementasi electronic

    government. Perolehan data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa adanya

    perbedaan kesederhanaan dan kejelasan prosedur yang dikeluarkan untuk

    proses pelayanan, dimana terlihat bahwa pada saat sebelum adanya

    implementasi electronic government dalam pemberian pelayanan kepada

    masyarakat prosedur yang dijalankan tergolong rumit. Hal ini ditunjukkan

    dengan rata-rata skor 2,98, sementara pada saat sesudah adanya

    implementasi electronic government prosedur yang dijalankan tergolong

    sangat sederhana.

    Mengenai prosedur pembayaran, dalam sebuah wawancara di Kantor

    Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palu salah seorang masyarakat

    juga memberikan tanggapan mengenai hal tersebut. Berikut kutipan

    wawancara dengan bapak Jefri:

    bagusnya pakai metode pembayaran tersebut, uang yang kita bayarkan sesuai dengan yang tertera karena biasanya juga ada pungutan liar dalam beberapa pengurusan. Lagipula tidak bingung masyarakat karena banyak sekali ruangan yang harus dimasuki setiap mengurus (wawancara tanggal 11 oktober 2011 pukul 10.15)

    Namun agaknya tidak semua masyarakat berpendapat sama tentang

    kualitas pelayanan berbasis e-government dalam pembahasan diatas seperti

    yang di ungkap oleh H. Dani Reti:

    rumit juga model pelayanan seperti itu karena susah untuk orang-orang tua seperti kami. Tambah pusing di lihat, lebih baik pake cara biasa sepeti yang sebelumnya. Yang penting sabar saja menunggu. (wawancara tanggal 25 september 2011 pukul 11.15)

  • 88

    Dari pembahasan diatas dapat dilihat bahwa kesederhanaan dan

    kejelasan prosedur dalam proses pelayanan publik dapat diselesaikan

    dikarenakan waktu yang terbuang dalam pendataan dan penyusunan berkas

    yang lebih mudah. Masalah penumpukan masyarakat yang harus dilayanipun

    dapat tertanggulangi dengan menyederhanakan beberapa prosedur manual

    dengan mengalihkan ke metode otomatis disamping itu dengan menerapkan

    pelayanan berbasis media elektronik dapat pula menjadi senjata sosialisasi

    yang cukup mumpuni dalam mencapai asas berkelanjutan dalam sosialisasi

    prosedur dikarenakan akses yang tak mengenal batas waktu, biaya yang

    relative murah serta tidak membutuhkan sumber daya yang besar dalam

    pengoperasiannya.

    4.1.2. Efisiensi dan Ketepatan Waktu

    Kualitas pelayanan publik suatu instansi pemerintah dapat dilihat dari

    efisiensi dan ketepatan waktu dalam proses pelayanan tersebut. Kualitas

    aparatur tersebut dapat diukur dari bagaimana kinerja aparat dalam

    mengupayakan pelayanan publik yang berkualitas. Jadi kualitas aparatur

    secara langsung ataupun tidak langsung akan tergambarkan dalam kualitas

    pelayanan publik secara umum.

    Dalam konsep pelayanan publik, dikemukakan bahwa efisiensi dan

    ketepatan waktu menjadi salah satu syarat terlaksananya pelayanan publik

    yang berkualitas. Demikian juga kualitas dari aparatur sebuah instansi

  • 89

    pelayanan publik dapat dilihat dari seberapa besar pencapaian sebuah

    instansi terhadap kualitas pelayanan publiknya jika kita asumsikan bahwa

    peningkatan keduanya akan selalu searah seperti yang telah dikemukakan

    diatas.

    Efisiensi dan ketepatan waktu merupakan penyelesaian tugas

    pekerjaan atau pencapaian tingkat output yang didasari pada batas waktu

    yang ditentukan. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa setiap

    pelaksana tugas bidang memiliki tanggung jawab menyelesaikan setiap tugas

    dengan tepat waktu, tidak menunda sebagaimana tugas yang dibebankan

    tanpa harus menunggu pada suatu kesempatan lain.

    Seperti yang diungkapkan Oleh Kepala Dinas Kependudukan dan

    catatan Sipil Kota Palu Drs. Burhan Toampo:

    Pemanfaatan media elektronik dalam pelayanan publik memberikan dampak yang besar bagi pelayanan di kantor kami, sebelumnya banyak keluhan dari masyarakat tentang waktu yang terbuang waktu mengurus administrasi. Biasanya masyarakat mengeluh karena lama mengantri, datang jam 8 pagi urusannya selesai jam 1 siang. Bahkan bisa saja harus ditunggu sampai satu atau dua hari baru kelar (wawancara tanggal 21 september 2011 pukul 13.30)

    Dalam wawancara selanjutnya dengan Kasi Pengelolaan Data

    danDokumen Kependudukan bapak Alfrin Magdalena P, SE. tentang

    masalah efisiensi waktu juga diungkap sebagai faktor yang manjadi penentu

    kepuasan masyarakat dalam pelayanan publik.

    biasanya masyarakat mengeluh kalau pelayanannya berlangsung lama. Apalagi yang berurusan dengan masalah berkas, arsip yang harus

  • 90

    dibongkar dulu tapi sekarang berkas disinpan di computer dengan format Pdf. Jadi mudah untuk ditemukan karena tinggal di search (wawancara tanggal 21 september 2011 pukul 14.13)

    Dari petikan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa instansi

    tersebut menggunakan media elektornik dalam proses pengolahan

    administrasi dan penyimpanan database kependudukan sehingga

    memudahkan proses penyusunan arsip dengan demikian masalah waktu

    tidak efisien dalam proses pelayanan sebelumnya dapat ditanggulangi secara

    maksimal.

    Efisiensi waktu sebagai dampak dari penerapan e-government juga

    dirasakan oleh banyak masyarakat. Sebagai contoh dalam proses pembuatan

    Kartu Tanda Penduduk dimana sebelumnya membutuhkan waktu minimal

    tiga hari setelah adanya penerapan e-government bisa di efisiensikan

    menjadi paing lama dua hari dikarenakan proses input dan pengolahan data

    yang semakin singkat. Hal ini berlaku pula dalam proses pembuatan Akta

    kelahiran, akta kematian serta Akta Lainnya seperti yang diungkapkan

    Suriadi Sazli dalam wawancara:

    pengurusan akta kelahiran anak saya sebelumnya bisa makan waktu tiga sampa empat hari baru kelar aktanya kalau sekarang bisa selesai satu hari. minggu lalu juga saya urus KTP lumayan cepat, dulu harus bolak-balik tiap loket yang panjang antriannya (wawancara tanggal 26 september 2011 pukul 08.45)

    Untuk mengukur sejauhmana penerapan e-government sebagai

    penunjang pelayanan publik yang berkualitas Dinas Kependudukan dan

  • 91

    Catatan Sipil Kota Palu mengadakan survey internal. Dalam survey internal

    guna mengevaluasi kinerja tahunan tersebut, Dinas Kependudukan dan

    Catatan Sipil Kota Palu memberikan sedikit gambaran tentang manfaat

    peneraan e-government dalam implementasi pelayanan publik seperti dalam

    tabel berikut ini:

    Tabel 4.2 Penggunaan Waktu Dalam Proses Pelayanan Perizinan

    di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palu (N=45)

    Kondisi

    Frekuensi

    R Sangat

    cepat

    (4)

    Cepat

    (3)

    Lambat

    (2)

    Sangat

    lambat

    (1)

    Jumlah

    Sebelum

    implementasi

    e-gov

    0 (0)

    (0%)

    0 (0)

    (0%)

    37 (74)

    (82,2%)

    8 (8)

    (17,8%)

    45 (82)

    (100%)

    1,82

    Setelah

    implementasi

    e-gov

    5 (20)

    (11,11%)

    38 (114)

    (84,45%)

    2 (4)

    (4,44%)

    0 (0)

    (0%)

    45 (138)

    (100%)

    3,07

    Sumber : Survei Internal Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palu 2011

    Pada tabel 4.2 merupakan tanggapan masyarakat terhadap

    penggunaan waktu yang dibutuhkan dalam proses pelayanan perizinan pada

    saat sebelum dan sesudah adanya implementasi electronic government.

    Perolehan data pada tabel 4.2 menunjukkan adanya perbedaan tingkat

    penggunaan waktu dalam memberikan pelayanan pada saat sebelum dan

    sesudah adanya implementasi electronic government. Penggunaan waktu

  • 92

    pada saat sebelum adanya implementasi electronic government tergolong

    sangat rendah/sangat buruk hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor 1,82,

    hal ini bermakna bahwa waktu yang dibutuhkan dalam melayani masyarakat

    lebih banyak, misalkan untuk melayani masyarakat 1 orang saja memerlukan

    waktu yang lama sehingga jumlah pelayanan yang mampu diberikan pun

    jumlahnya menjadi terbatas. Sementara setelah adanya penerapan electronic

    government tingkat penggunaan waktu tergolong tinggi/baik dengan rata-rata

    skor 3,07, ini berarti dalam pemberian layanan kepada masyarakat menjadi

    semakin cepat dan tidak memakan banyak waktu.

    Lebih efisiennya waktu yang digunakan dalam proses pelayanan

    publik di dinas kependudukan dan catatan sipil Kota Palu tidak terlepas dari

    rencana kinerja tahunan dalam pengebangan database kependudukan.

    4.1.3. Biaya yang Wajar dan Sesuai

    Biaya yang dibutuhkan dalam setiap pengurusan data kependudukan

    masyarakat mutlak menjadi salah satu indikator utama dalam mengetahui

    kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan masyarakat. Hal ini tidak dapat

    dipungkiri karena pengeluaran berupa biaya yang dibebankan kepada

    masyarakat akan menjadi tolak ukur masyarakat dalam mengetahui

    keseriusan pemerintah dalam melayani masyarakatnya. Selain itu jumlah

    biaya yang dibebankan pemerintah kepada masyarakat dalam proses

    pengurusan data-data kependudukan dalam hal ini Kartu Tanda Penduduk

    (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) apabila tidak diimbangi dengan pelayanan

  • 93

    yang memuaskan secara langsung akan berdampak pada rendahnya tingkat

    kepuasaan dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah khususnya

    dinas yang terkait. Dalam lingkup Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

    Kota Palu sendiri khususnya dalam proses pengurusan Kartu Tanda

    Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) setiap retribusi atau pembayaran

    yang dibebankan kepada masyarakat telah diatur dan ditentukan besarannya

    dalam Peraturan Walikota Palu No. 5 Tahun 2009 BAB II Pasal 8. Dalam

    peraturan tersebut dengan jelas disebutkan bahwa biaya pengurusan Kartu

    Tanda Penduduk (KTP) sebesar Rp. 30.000 perkeping untuk WNI dan Rp.

    87.500 untuk WNA sedangkan Kartu Keluarga sebesar Rp. 20.000 perset

    untuk WNI dan Rp. 35.000 perset untuk WNA.

    Hal ini juga diperjelas oleh salah satu staf dinas Kependudukan dan

    Catatan Sipil Bapak Andi Hajidin S.E selaku Kabid Pelayanan Pendaftaran

    Penduduk yang mengungkapkan bahwa

    Biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dalam setiap pengurusan data kependudukan telah diatur dalam perda dalam hal ini untuk KTP sebesar Rp. 30.000 dan KK sebesar Rp. 20.000 dan hal ini sesuai dengan biaya yang diberlakukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palu. (Wawancara 18 Oktober 2011 Pukul 11.15 Wita).

    Berdasarkan ketetapan mengenai retribusi tersebut maka peneliti coba

    untuk menggambarkan respon dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap

    biaya yang harus mereka keluarkan dan apakah selama proses pengurusan

    di Dinas Kependudukan ditemukan kasus-kasus penyelewangan dalam hal

  • 94

    ini pungutan liar yang dilakukan oleh pegawai/staf Dinas Kependudukan dan

    Catatan Sipil Kota Palu.

    Berikut adalah Hasil wawancara dengan beberapa informan yang

    sedang melakukan proses pengurusan KTP dan KK.

    Bapak Surya (Pengurusan KTP) mengungkapkan:

    Biaya yang ditetapkan untuk pengurusan KTP sudah murah dan terjangkau oleh masyarakat, hal ini juga sebanding dengan kualitas pelayanan dan waktu kepengurusan yang lumayan baik dan cepat, tapi alangkah lebih baiknya kalau tidak ada pungutuan atau gratis apalagi untuk masyarakat miskin atau ekonomi lemah. (Wawancara 19 Oktober 2011 Pukul 08.50)

    Terkait dengan apakah dalam proses pengurusan data ditemukan

    adanya pungutan liar, Hartini (Pengurusan KTP) mengatakan:

    Selama melakukan pengurusan KTP saya tidak pernah dimintai biaya berlebih dari pegawa/staf dan biaya yang saya keluarkan sesuai dengan biaya yang tertera di papan informasi yakni sebesar 30.000 dan menurut saya biaya sebesar itu sudah lumayan murah . (wawancara 19 Oktober 2011 Pukul 09.45 Wita)

    Dari hasil wawancara diatas maka dapat diketahui bahwa biaya yang

    ditetapkan oleh pemerintah kota Palu dalam Proses pengurusan data

    Kependudukan dalam hal ini KTP dan KK sudah tergolong murah (ekonomis)

    dan dapat dijangkau oleh warga masyarakat. Selain itu pemerintah kota palu

    dalam hal ini aparat yang melayani masyarakat di Dinas Kependudukan dan

    Catatan Sipil tidak melakukan/belum di temukan penyimpangan dalam setiap

    proses pelayanan kepada masyarakat dalam hal ini melakukan pungutan liar.

  • 95

    4.1.4. Keadilan yang Merata

    Sila ke-5 dalam pancasila menyatakan bahwa keadilan sosial

    merupakan landasan dari pembentukan sebuah Negara. Keadilan social yang

    merata dapat dipahami sebagai upaya untuk meberikan perlakuan yang

    sama berdasarkan hak dan kewajiban warga Negara oleh karena itu menjadi

    landasan bagi segenap kompenen pemerintahan untuk komimen dalam

    menjaga dasar Negara tersebut dengan menerapkan keadilan sebagai salah

    satu asas dalam penyelenggaraan Negara.

    Tidak dapat terelakkan lagi bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan

    Sipil Kota Palu merupakan bagian dari system pemerintahan Negara

    Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan dalam ruang lingkup

    otonomi daerah mempunyai kewajiban untuk tetap menegakkan asas

    keadilan social sebagai landasan dan filosofi pelayanan yang berkualitas.

    Keadilan yang ada dalam pelayanan publik yang berkualitas dapat dilihat dari

    perlakuan yang sama yang diterima oleh masyarakat dalam praktek

    pelayanan publik.

    Keadilan yang merata, berarti bahwa pelayanan harus diupayakan

    dapat menjangkau seluruh lapisan masyarkat melalui distribusi yang adil dan

    merata, pelayanan tidak membedakan kaya/miskin, laki-laki atau perempuan,

    merata dalam memberi subjek pelayanan sera tidak diskriminatif kemudian

    akan kembali menibulkan pertanyaan tentang sejauhmanakah e-government

    mampu menjadi penunjang keadilan yang merata tersebut.

  • 96

    Dalam suatu wawancara walikota Palu menjelaskan bahwa

    keadilan yang merata merupakan wujud dari pelayanan publik yang berkualitas dengan mengesampingkan adanya strata dalam masyarakat. Pejabat maupun masyarakat biasa hendaknya mendapatkan keadilan yang sama baik dari pelayanan, sosialisasi, kemudahan akses sampai pada besaran beban biaya yang harus dikeluarkan (wawancara tanggal 18 oktober 2011 pukul 13.35)

    Dalam e-gov, jarak dan waktu bukanlah menjadi penghalang dalam

    mengakses pelayanan yang bermutu terlebih lagi dengan pemanfaatan

    media internet sebagai salah satu media dalam pelayanan publik. Hal ini

    dapat dilihat dari beberapa pelayanan administrasi ataupun pencatatan sipil

    yang dapat di akses dari jarak jauh dengan menggunakan internet.

    Contohnya pencatatan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk Secara

    On line dapat menjadi salah satu solusi akan keterbatasan akses informasi

    dan pelayanan yang tidak pilih kasih. Pilih kasih yang dimaksudkan disini

    adalah adanya kesamarataan pemberian akses tentang prosedur,

    penjadwalan pelayanan serta keterbukaan dalam pencatatan administrasi

    masyarakat dengan mengesampingkan strata social dalam masyarakat.

    Lebih lanjut tentang fungsi dan peran media elektronik sebagai

    penopang asas keadilan dapat dilihat dalam pelayanan pembuatan akta

    catatan sipil. Dalam mode manual proses pencatatan membutuhkan

    pengarsipan dan pembuatan dokumen secara insidentil. Maksudnya, ketika

    seorang masyarakat hendak melakukan pencatatan sipil di sebuah instansi

    maka pendataan dan pengarsipan baru akan dilaksanakan hal inilah yang

  • 97

    terkadang menimbulkan ketidakadilan dalam proses pelayanan. Adanya

    prioritas terhadap individu tertentu dari aparatur pelayanan publik diluar dari

    strata penjadwalan mengakibatkan banyaknya keluhan dari masyarakat.

    Berikut adalah kutipan wawancara dengan bapak Imran Jaya, S.T.

    salah satu masyarakat yang memanfaatkan jasa pelayanan di Dinas

    Kependudukan dan Catatan Sipil

    kadang sudah mengantri tapi yang lebih dahulu dibuatkan warga yang datang dengan baju dinas. Biasa alasannya ada keperluan penting makanya di dahulukan. (wawancara tanggal 20 oktober 2011 pukul 11.05)

    Demikian kutipan wawancara dengan salah satu masyarakat yang

    sedang mengurus akta perkawinan dalam mode manual. hal tersebut

    dikarenakan tidak adanya formulir ataupun dokumen yang telah dipersiapkan

    sebelumnya sehingga aparatrnya harus membuat kembali dokumen yang

    membuthkan waktu yang lumayan memakan waktu.

    Hal tersebut diakui secara tebuka oleh Kepala Dinas Kependudukan

    dan Catatan Sipil Kota Palu dalam sebuah wawancara:

    ada prioritas dalam pembuatan dokumen dikarenakan tidak adanya dokumen yag telah dibuat sebelumnya jadi ketika ada pelayanan maka dokumen tersebut harus dibuat terebih dahulu. Masyarakat biasa biasanya menjadi korban dalam kejadian tersebut dikarenkan aparat pelayanannya ebih mengutamakan keluarga ataupun kenalan dalam pembuatannya sekalipun melompati antrian pencatatan. Untuk membuat salinan secara ragkap sebenarnya bisa untuk dilaksanakan akan tetapi membuatuhkan ruangan tambahan untuk menampung dokumen ataupu formulir isian yang belum digunakan yang jumlahnya bisa mencapai berdos-dos (wawancara tanggal 28 september 2011 pukul 10.12)

  • 98

    Kondisi diatas bukan hanya situasi yang terjadi di Dinas Pencatatan

    Sipil saja melainkan di setiap dinas yang ada di Kota Palu Khususnya dan

    Indonesia pada umumnya.

    Dalam kasus diatas dapat ditangkap beberapa masalah beruntun

    dimana masing-masing opsi mampu menimbulkan masalah baru. Yang

    pertama, adanya prioritas dikarenakan mode manual yang banyak memakan

    waktu akibat dari pencatatan yang besifat insidentil; yang kedua. Hal tersebut

    dapat diminimalisir dengan membuat dokumen terlebih dahulu namun

    membutuhkan banyak tempat untuk meletakkann berkas tersebut; dan yang

    ketiga diperlukan ruangan yang lebih besar dalam meminimalisir kedua

    kondisi diatas namun membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup

    besar dalam mewujudkannya.

    Dalam kondisi kondisi diatas, dapat dirasakan secara nyata peran

    media elektronik dalam keadilan pelayanan yang merata bagi masyarakat

    dengan menerapkan komputerisasi berkas mampu menjadi solusi

    penggandaan dokumen pencatatan. Berkas-berkas yang ada dapat di save

    dalam benuk dokumen virtual dengan format doc, docx ataupun pdf yang

    hanya membutuhkan sebuah computer sebagai tempat penyimpanannya

    serta mampu digandakan sekejap sehingga pembuatan dokumen akta

    catatan sipil menjadi lebih singkat.

    penggunaan media elektronik sedikit banyak dapat menimbulkan kemerataan pelayanan bagi masyarakat. Bagi kami para pegawai menghadapi keluhan masyarakat bukanlah menjadi factor kejenuhan

  • 99

    dikarenakan hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab kami. Melainkan melihat kertas-kertas menumpuk di ruangan menjadi tekanan tersendiri dalam menjalankan tugas. Dengan adanya komputerisasi berkas, membuat berkurang arsip yang menumpuk sehingga sedikit banyak mampu mengurangi tekanan dalam pekerjaan. Tekanan pekerjaanlah yang membuat banyak aparat cenderung tidak mau tau, cuek ataupun setengah hati dalam melaksakan pelayanan (wawancara tanggal 13 oktober 2011 pukul 11.15)

    Demikian petikan wawancara dengan Kasi Sistem dan Teknologi

    Informasi Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Bapak Asri Radjabia

    mengenai adanya praktek ketidakadilan yang dirasakan dalam masyarakat

    Hal-hal tersebut hanyalah sedikit gambaran mengenai praktek

    electronic government mampu manjadi salah satu cara mencapai pelayanan

    yang berkulitas. Namun kita tak boleh terjebak dalam pemahaman bahwa

    teknologilah yang menjadi factor kunci dalam peningkatan kualitas tersebut.

    Perlu analisis yang lebih dalam mengenai apa sebenarnya yang menjadi

    faktor yang berperan dalam kualitas pelayanan publik dalam

    menyelenggarakan pelayanan publik yang lebih berkualitas.

    4.2 Faktor-faktor Yang mendukung Kualitas Pelayanan Publik

    Berbasis Electronic government

    Di dalam mengembangkan dan mengimplementasikan konsep

    electronic government, ada sebuah prinsip dari Oracle (sebuah perusaahan

    software database) yang baik untuk diterapkan, yaitu : Think big, start small.

    Scale fast, deliver value. Inti dari perkataan tersebut adalah pemerintah

  • 100

    daerah harus memiliki visi yang jauh dan besar terhadap konsep electronic

    government yang ingin diterapkannya. Berdasarkan visi yang besar tersebut

    maka disusunlah sejumlah langkah-langkah kecil penerapan dan

    implementasi aplikasi electronic government di berbagai bidang yang

    perlahan namun pasti dikembangkan untuk menuju visi besar itu.

    Cepat atau lambatnya penerapan electronic government ini sangat

    tergantung dari seberapa peka pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam

    membaca perkembangan dunia (trend dan kecenderungan). Di dalam era

    globalisasi sangat banyak variabel dan parameter yang berada di luar kontrol

    sebuah pemerintahan sehingga memaksa pemerintah dan masyarakatnya

    untuk dapat menerapkan suatu strategi atau konsep yang tepat dalam

    menjawab tantangan globalisasi.

    4.2.1 Kebijakan Pemerintah/Aturan tentang Pelaksanaan Electronik

    Government

    Kesuksesan pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan terhadap

    masyarakat tidak serta merta dapat terjadi tanpa adanya kebijakan yang jelas

    dan sistematis. Berkaitan dengan pelaksanaan electronic government dalam

    lingkup Dinas Kependudukandan Catatan Sipil di Kota Palu maka hal paling

    utama yang perlu dilakukan adalah peninjauan dan analisis terhadap

    kebijakan yang mengatur kegiatan tersebut. Dalam hal ini kebijakan yang

    dimaksud adalah Peraturan Walikota Palu Nomor 36 Tahun 2009 tentang

    Petunujuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palu No. 5 Tahun 2009

  • 101

    tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 5 Tahun

    2001 Tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Pendudukdan

    Akta Catatan Sipil. Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat 21 disebutkan bahwa

    Sistem Informasi Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disingkat

    SIAK, adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan

    komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi

    kependudukan di tingkat penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu

    kesatuan.

    Dari kebijakan diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan electronic

    government dapat dilakukan oleh pemerintah untuk menunjang terciptanya

    kualitas pelayanan kepada masyarakat dengan memanfaatkan sistem

    informasi dan teknologi. Walaupun secera mendetail tidak ditemukan

    kebijakan yang mengatur tata pelaksanaan elektronik government (Juklak

    dan Juknis) akan tetapi hal tersebut bukanlah menjadi hambatan dalam

    penerapan sistem ini.

    Harus diakui bahwa tidak terperincinya kebijakan yang mengatur hal

    ini bisa saja menimbulkan permasalahan dalam pelaksanaan elektronic

    government khususnya dalam hal-hal teknis. Sebagai contoh dalam

    pelaksanaan pembuatan data baik itu dalam lingkup kerja maupun data

    tentang kependudukan apabila tidak ada peraturan terperinci mengenai tata

    kelola dan pelaksanaan maka dapat menimbulkan error data seperti

    tercambur baurnya data.

  • 102

    Namun apabila diamati lebih dalam hal ini bisa dimaklumi melihat

    pelaksanaan sistem elektronic government di Kota Palu Khususnya di lingkup

    Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil masih tergolong baru. Kekurangan-

    kekurangan seperti ini haruslah menjadi pekerjaan rumah yang harus

    menapatkan prioritas utama dari pemerintah daerah dalam rangka

    peningkatan kulitas pelayanan aparatur kepada masyarakat.

    4.2.2 Sumber daya manusia

    Memperhatikan kondisi yang ada, penerapan electronic government di

    Indonesia menghadapi beberapa tantangan khususnya yang dihadapi oleh

    organisasi pemerintah. Salah satu diantaranya adalah masalah sumber daya

    manusia yang belum memadai. Penerapan electronic government di kantor-

    kantor publik perlu didukung oleh pegawai yang mengerti mengenai

    teknologi. Menghadapi tantangan tersebut di atas, Pemerintah kiranya perlu

    melakukan upaya peningkatan kualitas SDM, perlu diadakannya pelatihan

    bagi para pegawai pemerintahan mengenai teknologi. Yang juga diperlukan

    adalah pegawai yang mau belajar dan mampu menanggapi perubahan

    (manage change). Teknologi informasi berubah secara cepat sehingga

    kemauan belajar pun dituntut untuk dimiliki setiap pegawai lembaga publik.

    Selain itu penerapan electronic government memerlukan perubahan

    dalam organisasi dan dukungan keterampilan baru. Peningkatan kuantitas

    dan kualitas sumberdaya manusia di bidang teknologi informasi dan

    komunikasi dapat dilakukan dengan membuka seluas-luasnya akses

  • 103

    informasi serta mendorong kepada semua pihak untuk ikut berpartisipasi

    dalam mengembangkan bidang ini. Memberikan inspirasi pada kalangan

    bisnis, industri, akademis dan masyarakat luas untuk berpartisipasi haruslah

    menjadi ide utama dalam program electronic government, karena tujuan

    utama dari program ini adalah untuk menyediakan pelayanan pemerintah

    yang lebih bagus, lebih cepat, dan lebih murah kepada masyarakat.

    Teknologi informasi merupakan sebuah bidang yang baru. Pemerintah

    umumnya jarang yang memiliki SDM yang handal di bidang teknologi

    informasi. SDM yang handal ini biasanya ada di lingkungan bisnis / industri.

    Kekurangan SDM ini menjadi salah satu penghambat implementasi dari

    electronic government. Pada sejumlah kantor pemerintah daerah, PNS yang

    mempunyai kemampuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi

    jumlahnya sangatlah sedikit dan umumnya tidak berlatar belakang pendidikan

    sarjana bidang Informatika atau Elektro. Hal ini mungkin saja terjadi

    mengingat selama 10-20 tahun yang lalu jarang pemerintah daerah merekrut

    pegawai baru dengan latar belakang bidang teknologi informasi dan

    komunikasi. Misalnya saja jika terdapat 473 pemerintah daerah (provinsi,

    pemkab/pemkot), jika masing-masing pemda mempunyai sedikitnya 10

    perangkat daerah (Badan, Dinas, Kantor), berarti terdapat 4730 kantor yang

    harus tersedia sumberdaya manusia yang mempunyai standar kompetensi

    dibidang teknologi informasi dan komunikasi. Untuk mampu menjalankan

    implementasi e-government, setiap kantor jika diasumsikan minimal

  • 104

    memerlukan 5 orang, berarti diperlukan 23.650 orang untuk dapat

    mengimplementasikan electronic government di kantor pemerintah daerah

    seluruh Indonesia.

    Sesuai kondisi diatas maka untuk menunjang palayanan pubik yang

    berkualitas maka Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palu sudah

    seharusnya memiliki beberapa tenaga ahli dalam bidang tersebut berupa

    keluaran perguruan tinggi berbasis IT ataupun pegawai yang punya keahlian

    dalam bidang tersebut. Jumlah Pegawai Dinas Kependudukan Dan

    Pencatatatan Sipil Kota Palu sampai dengan 31 Desember 2011 sebanyak

    86 orang dengan perincian sebagai berikut :

    Sarjana Strata II Sebanyak 1 Orang

    Sarjana Strata I sebanyak 23 Orang

    Sarjana Muda sebanyak 8 Orang

    SLTA sebanyak 16 Orang

    SD 1 Orang

    Dalam wawancara yang dilakukan di intansi tersebut di antara 86

    orang pegawai tersebut, hanya dua orang staf yang mempunyai kompetensi

    keilmuan dalam bidang komputerisasi dan pengolahan jaringan (ICT)

    sedangkan sisanya merupakan lulusan dari lembaga pendidikan umum

    sementara ada 26 orang termasuk dua staf yang telah disebutkan diatas

    yang mengetahui dasar-dasar pengoperasian komputer secara mahir serta

    memahami seluk beluk sistem operasi digital sementara sisanya mampu

    mengopersikan dasar-dasar aplikasi yang sesuai dengan wilayah kerja

  • 105

    mereka terkecuali tujuh orang staf yang mengaku jika sama sekali buta

    akan media elektronik tersebut. Menjadi menarik untuk di cermati dalam

    situasi saat ini ketika komputerisasi menjadi pijakan dari pelayanan publik

    modern namun kurang ditunjang dengan sumber daya manusia yang lebih

    dalam penguasaan dan pengoperasian media digital.

    Khususnya bagi pemerintah Kota Palu SDM yang punya pengetahuan

    mengenai ICT masih jarang. Untuk meminimalisasi kendala ini, pihak pemda

    Kota Palu giat melakukan pelatihan dan bimbingan teknis bagi para abdi

    negara tersebut khususnya yang berada di Dinas Kependudukan dan Catatn

    Sipil Kota Palu. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil

    Walikota Palu, menjelaskan bahwa pada saat ini Dept. Kominfo telah

    menyusun panduan pendidikan dan pelatihan PNS di bidang teknologi

    informasi dan komunikasi. Pelatihan di bidang teknologi informasi dan

    komunikasi dapat diselenggarakan secara sentralisasi (oleh Dept.

    Komunikasi dan Informatika melalui Diklat) dan desentralisasi baik dengan

    membuat pusat-pusat diklat di sejumlah ibukota provinsi oleh pihak swasta

    bekerjasama dengan Dept. Kominfo, maupun di perguruan tinggi.

    Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan bahwa kemampuan dan

    keterampilan yang dimiliki pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

    Kota Palu tergolong baik hal ini terlihat dari banyaknya pelatihan-pelatihan

    telah mereka ikuti yang dilaksanakan instansi tersebut dalam menunjang

    pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Kemampuan dan keterampilan pegawai ini

  • 106

    juga berperan dalam mengatasi hambatan yang timbul dalam implementasi

    electronic government, misalnya dalam penggunaan penggunaan sistem

    berbasis komputer ataupun jaringan. Dengan tingkat pengetahuan dan

    keterampilan pegawai yang memadai maka Dinas Kependudukan dan

    Catatan Sipil Kota Palu diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan lebih

    cepat.

    Peningkatan sumberdaya manusia PNS untuk implementasi electronic

    government perlu penanganan yang serius dan dilakukan bersama oleh

    pemerintah, Perguruan Tinggi, dan pihak swasta. Di dalam pelatihan dan

    peningkatan sumberdaya manusia, perlu mengubah pandangan tentang

    teknologi informasi dan komunikasi; bukan sekadar alat untuk mengelola

    informasi, melainkan ia memiliki aspek budaya. Teknologi bukan hanya

    menuntut penguasaan atas perangkat kerasnya, melainkan mengubah diri

    kita berinteraksi dengan masyarakat melalui teknologi informasi dan

    komunikasi.

    4.2.3 Sarana dan Prasarana

    Infrastruktur telekomunikasi Indonesia memang masih belum tersebar

    secara merata. Di berbagai daerah di Indonesia masih belum tersedia saluran

    telepon, atau bahkan aliran listrik. Kalaupun semua fasilitas ada, harganya

    masih relatif mahal. Pemerintah juga belum menyiapkan pendanaan (budget)

    untuk keperluan ini namun dalam hal ini tergantung dari kesiapan yang

    dimiliki oleh tiap daerah. Seperti halnya Kota Besar Lain di Indonesia, yang

  • 107

    telah mempersiapkan infrastruktur guna mendukung penerapan electronic

    government di daerahnya baik itu dengan membuatnya sendiri ataupun

    kerjasama dengan pihak luar (outsourcing) dengan menyediakan software

    (perangkat lunak) maupun hardware (perangkat keras) dan dukungan

    jaringan lainnya.

    Infrastruktur yang belum memadai termasuk kurangnya tempat akses

    umum merupakan tantangan yang lain. Ini disebabkan masih sangat sedikit

    mobilitas masyarakat untuk mengakses vendor-vendor perangkat keras/lunak

    dengan technical support yang tersebar di daerah-daerah. Penyediaan

    pelayanan melalui electronic government perlu didukung oleh tingkat

    penetrasi internet yang tinggi baik dari rumah tangga ataupun stand/kios

    umum. Persentasi penggunaan internet di Indonesia sangatlah rendah.

    Tingkat penetrasi yang rendah ini juga merupakan suatu kendala. Walaupun

    dalam situasi dilapangan menunjukkan pertumbuhan tempat surfing yang

    cukup pesat Adapun kondisi infrastruktur di Dinas Kependdukan dan Catatn

    Sipil Kota Palu.

    A . SOFTWARE

    1. Operating System (OS)

    a. Windows 7 Starter

    b. Windows XP Home Premium SP 3

    c. Windows XP Professional SP 1

    2. Software Pendukung

  • 108

    a. Microsoft Office 2007

    b. SPSS 12

    c. PDF Reader

    d. Adobe Reader

    e. Macromedia, dll

    B. HARDWARE

    NO RUANGAN JUMLAH SPESIFIKASI

    1 SIMPTAP A CPU 13 Pentium IV, DDR 128 , HDD 40 Gb B SERVER 2 Pentium Xeon, IV, SCASI, DDR

    256 C PRINTER 10 Dot Matrix, Ink Jet D UPS 12 1300 A , 600 VA E Switch Hub 1 16 port

    2 SIMLIDA A CPU 1 Pentium III, SDRAM 128, HDD 20

    Gb B PRINTER 1 Ink Jet

    3 SIMNAKER A CPU 1 Pentium III, SDRAM 128, HDD 20

    Gb B PRINTER 1 Ink Jet

    4 SIMAGRI A CPU 3 Pentium III, SDRAM 128, HDD 20

    Gb B PRINTER 1 Ink Jet

    5 SIMPAR A CPU 1 Pentium III, SDRAM 128, HDD 20

    Gb B PRINTER 1 Ink Jet

    6 SIMPEG A CPU 2 Pentium III, SDRAM 128, HDD 20

    Gb B PRINTER 1 Ink Jet

  • 109

    7 SIMSTA A CPU 1 Pentium III, SDRAM 128, HDD 20

    Gb B PRINTER 1 Ink Jet

    8 SIMNAKER A CPU 1 Pentium III, SDRAM 128, HDD 20

    Gb B PRINTER 1 Ink Jet

    9 SIMKEU A CPU 1 Pentium III, SDRAM 128, HDD 20

    Gb B PRINTER 1 Ink Jet

    10 Sub Bagian Umum A CPU 2 Pentium IV, DDR 256, HDD 40 Gb B PRINTER 1 Ink Jet C UPS 1 1300 VA

    11 Sub Bagian Program A CPU 2 Pentium IV, DDR 256, HDD 40 Gb B PRINTER 1 Ink Jet C UPS 1 1300 VA

    12 Sub Bagian Keuangan A CPU 1 Pentium IV, DDR 128, HDD 40 Gb B PRINTER 1 Ink Jet C UPS 1 1300 VA

    13 Kepala Badan A CPU 1 Pentium IV, DDR 128, HDD 40 Gb B UPS 1 1300 VA

    14 Sekretaris Badan

    A CPU 1 Pentium IV, DDR 256, HDD 40 Gb B PRINTER 1 Laser Jet C UPS 1 1300 VA

    15 Website A CPU 3 Pentium IV, DDR 256, HDD 40 Gb B PRINTER 2 Ink Jet C SCANNER 3 Canon Lide D UPS 2 1300 VA

    16 Workshop A CPU 1 Pentium IV, DDR 256, HDD 40 Gb B PRINTER 1 Ink Jet C UPS 1 1300 VA

  • 110

    17 Staf NOC

    A CPU 2 Pentium IV, DDR 256, HDD 40 Gb

    B UPS 1 1300 VA

    18 NOC A SERVER 3 Pentium Xeon, Pentium IV, SCASI,

    DDR 256 B UPS 1 12 KVA C Switch Hub 2 24 port, 8 port

    Menurut wawancara dengan salah satu mahasiswa tingkat akhir salah

    satu perguruan tinggi berbasis IT menjelaskan bahwa spesifikasi hardware

    dan software seperti yang tertulis diatas ada dalam standar mencukupi

    kebutuhan basis data elektronik.

    4.2.4 Tingkat Partisipasi dan Pemahaman Masyarakat terhadap

    Teknologi dan Informasi

    Selain kualitas Sumber daya manusia yang ada dalam ruang lingkup

    dinas terkait serta ketersediaan sarana dan prasarana, salah satu factor yang

    menjadi penentu kualitas pelayanan publik dalam era e-government adalah

    tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menggunakan

    teknologi informasi ataupun waktu dalam mengakses dunia elektronik

    tersebut. Menjadi program yang tak berarti walaupun kucuran dana mencapai

    bermilyar-milyar untuk mengembangkan pelayanan publik berbasis IT jika

    ternyata masyarakat sendiri tidak mempunyai ketertarikan berlebih terhadap

    media tersebut. Kota palu sendiri bila dilihat dari tingkat pendidikan maka

    persentase penduduk Kota Palu berusia 10 tahun ke atas yang tidak/belum

  • 111

    tamat SD sebesar 41,13% pada Tahun 2011, yang tamat SD/MI/sederajat

    sebesar 25,62%, tamat SLTP/MTs/sederajat sebesar 24,04%, tamat

    SLTA/MA/Sederajat sebesar 51,35%, Diploma/Sarjana Muda 5,52%, dan

    perguruan tinggi sebanyak 1,80%. Sedangkan yang tidak/belum pernah

    sekolah sebesar 0,52%.

    Memang untuk sekedar mempelajari cara mengakses internet dan

    computer tidaklah dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat pendidikan

    namun sedikit banyak hal tersebut mempengaruhi cepat ataupun

    pemahaman masyarakat terhadap penggunaan media tersebut sebagai

    sarana yang cukup memberikan kemudahan bagi masyarakat. Dengan

    persentase 58,67% masyarakat yang mempunyai pendidikan SMA keatas

    menjadi peluang baik bagi pengembangan e-government dikota palu tersebut

    apalagi mengingat banyaknya tempat mengakses internet yang tersebar

    disetiap kelurahan dengan biaya yang dapat di akses oleh selruh lapisan

    masyarakat serta computer yang sudah bukan menjadi barang baru lagi

    mampu menguatkan posisi e-government sebagai salah satu tonggak

    pelayanan publik yang berkualitas dengan catatan adanya upaya yang lebih

    intensive dalam sosialisasi prosedur dan petunjuk serta pelatihan yang nyata

    di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palu.