bab ix - kementerian ppn/bappenas :: home · web viewdengan demikian sulit untuk tidak...

28
BAB IX TIMOR TIMUR

Upload: doandiep

Post on 01-May-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

BAB IXTIMOR TIMUR

Page 2: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan
Page 3: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

BAB IXTIMOR TIMUR

A. Pendahuluan

Salah satu prioritas kebijakan Kabinet Reformasi Pembangunan adalah upaya memulihkan kepercayaan masyarakat internasional terhadap tekad dan kemampuan Pemerintah Indonesia untuk mengatasi krisis ekonomi, sosial dan politik yang melanda negara Indonesia. Kesungguhan Pemerintah untuk mengupayakan suatu penyelesaian masalah Timor Timur secara tuntas dinilai akan membantu pemulihan kepercayaan internasional tersebut. Sementara itu, arus tuntutan reformasi di tanah air juga dirasakan telah menciptakan baik peluang maupun tantangan baru bagi upaya penanganan dan penyelesaian masalah Timor Timur.

Kebijakan Kabinet Reformasi Pembangunan tersebut dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa integrasi Timor Timur dengan Indonesia tidak diakui oleh masyarakat internasional. Sejak Indonesia menerima permintaan integrasi rakyat Timor Timur melalui partai-partai UDT, APODETI, KOTA, dan TRABALHISTA dalam suatu

IX/1

Page 4: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

Deklarasi Integrasi di Balibo pada tanggal 30 November 1975, Indonesia menganggap Timor Timur merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari negara kesatuan Indonesia. Rakyat Indonesia melalui DPR menerima petisi integrasi rakyat Timor Timur tersebut pada tanggal 17 Juli 1976. Timor Timur berdasarkan UU No. 7 Tahun 1976 ditetapkan sebagai propinsi ke-27, bahkan MPR-RI lebih memperkuatnya dengan mengukuhkan status Timor Timur tersebut melalui Ketetapan No. VI/MPR/1978. Dengan demikian status Timor Timur sama kedudukannya dengan provinsi-provinsi lain dalam Negara Kesatuan R.I. Sebagai wilayah R.I. masalah Timor Timur sudah tuntas. Dalam pengertian pemerintah RI hal ini berarti bahwa rakyat Timtim sudah melaksanakan dekolonisasi dan menentukan nasibnya sendiri sesuai resolusi PBB 1514 (XV) 1960 dan 1541 (XV) 1960.

Meskipun Pemerintah RI menganggap integrasi Timor Timur bersifat "final" namun di fora internasional masalah Timor Timur masih tercantum dalam agenda PBB, sehingga upaya diplomasi Indonesia selama 23 tahun terakhir sangat dibebani dengan upaya untuk menghapuskan "Masalah Timor Timur" sebagai salah satu mata acara dalam agenda PBB. Sejak tahun 1983 upaya tersebut dilakukan melalui Dialog Segitiga di bawah naungan Sekjen PBB.

Pada periode 1975 - 1982 dalam Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB masalah Timor Timur merupakan masalah dekolonisasi yang menjadi sumber pertikaian antara Indonesia dan Portugal. Indonesia berpendirian bahwa rakyat Timor Timur telah melaksanakan hak menentukan nasib sendiri (right to self determination) dengan memilih merdeka dari penjajahan Portugal melalui integrasi dengan Indonesia sesuai dengan Resolusi Majelis Umum PBB No. 1514 (XV) tahun 1960 dan prinsip-prinsip VI, VIII dan IX dari Resolusi No. 1541 (XV) tahun 1960. Sebaliknya menurut

IX/2

Page 5: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

Portugal, hak menentukan nasib sendiri belum dilaksanakan menurut resolusi-resolusi tersebut karena proses pelaksanaan hak menentukan nasib sendiri tersebut tidak dilakukan di bawah pengawasan PBB, karena itu Portugal masih menganggap dirinya sebagai "penguasa administratif” (administering power) menuntut perlu adanya referendum atau plebisit di Timor Timur sesuai dengan resolusi-resolusi tersebut di atas.

Sejak tahun 1983 meskipun secara formal masalah Timor Timur masih tercantum sebagai salah satu mata acara dalam agenda SMU PBB, namun secara substantif masalah Timor Timur tidak lagi dibicarakan dalam SMU-PBB karena setiap tahun pembahasan mata acara tersebut selalu ditunda pada tahun berikutnya. Atas prakarsa Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar tahun 1983 maka masalah ini lalu dibicarakan dalam forum Dialog Segitiga. Dialog Segitiga ini tidak didasarkan atas resolusi PBB manapun, namun semata-mata atas dasar wewenang umum (general mandate) Sekjen PBB.

Dibawah naungan Sekjen PBB Peres de Cuellar sebenarnya telah dicapai dua kali kesepakatan mengenai suatu paket penyelesaian yaitu:

a. Pada tahun 1986, dimana PBB akan membentuk suatu tim yang terdiri dari beberapa anggota PBB untuk meninjau situasi sebenarnya dan sekaligus pelaksanaan Pemilu di Timor Timur untuk kemudian dilaporkan kepada SMU-PBB.

b. Kunjungan suatu delegasi parlemen Portugal pada tahun 1991, bersamaan waktu dengan delegasi PBB seperti pada butir a di atas untuk melihat situasi di Timor Timur dan melaporkan hasil pantauannya kepada parlemen Portugal maupun kepada SMU-PBB.

IX/3

Page 6: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

Namun, kedua prakarsa yang telah dipersiapkan secara matang tersebut dibatalkan secara sepihak pada saat-saat akhir pelaksanaannya oleh pihak Portugal. Dengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan masalah Timor Timur. Disamping itu terlihat pula bahwa Portugal pada satu sisi memang bersedia melakukan dialog, namun pada sisi yang lain melakukan berbagai manuver dan propaganda yang tidak membantu dan justru semakin menjauhkan kedua pihak dari upaya-upaya penyelesaian masalah Timor Timur.

Berakhirnya perang dingin pada akhir dekade 1980-an yang ditandai dengan perubahan mendasar pada tatanan hubungan internasional telah membuat isu Timor Timur berkembang menjadi masalah HAM, demokratisasi dan masalah-masalah lain yang tidak langsung terkait dengan dekolonisasi. Oleh karena itu, sekalipun perbincangan mengenai dekolonisasi masalah Timor Timur pada badan internasional tersebut cenderung menyusut, sebaliknya perbincangan mengenai isu pelanggaran hak-hak asasi manusia di Timor Timur semakin mencuat. Hal ini secara tidak langsung menguntungkan Portugal, karena dengan demikian dapat terus menghidupkan masalah Timor Timur di fora internasional.

Dalam kaitan ini dapat dikemukakan bahwa insiden Santa Cruz tanggal 12 Nopember 1991 telah berakibat mencuatnya kembali masalah Timor Timur menjadi fokus masyarakat internasional, setelah selama beberapa tahun sebelum terjadinya insiden tersebut berhasil diredam. Insiden tersebut dan berbagai aspek perkembangan selanjutnya telah memberikan semangat baru kepada lawan-lawan Indonesia untuk mempersoalkan kembali apa yang mereka yakini sebagai akar persoalannya, yaitu, hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Timor Timur yang belum dilaksanakan.

IX/4

Page 7: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

Dialog Segitiga mencatat perkembangan yang sangat penting dengan terpilihnya Sekjen yang baru, Kofi Annan. Sekjen Kofi Annan telah menunjuk Dubes Jamsheed Marker, sebagai Wakil Pribadinya yang secara terus-menerus akan menangani masalah Timor Timur.

Pergantian pimpinan pemerintahan di Indonesia dari Presiden Suharto ke Presiden B. J. Habibie pada bulan Mei 1998 memberikan nuansa baru dalam upaya penyelesaian masalah Timtim. Pada awal Juni 1998, Pemerintah Indonesia dibawah Presiden B. J. Habibie telah mengajukan gagasan untuk menerapkan suatu "status khusus dengan otonomi luas" (special status with wide-ranging autonomy") di Timor Timur sebagai suatu formula penyelesaian akhir, menyeluruh dan adil terhadap masalah Timor Timur. Kebijakan Pemerintah ini selanjutnya dikenal sebagai Opsi Kesatu.

Otonomi khusus dan luas ini merupakan perubahan posisi Pemerintah RI yang sangat penting. Usulan untuk memberikan otonomi yang luas kepada Timor Timur sebenarnya pernah diusulkan kepada Presiden Suharto pada tahun 1994, namun ditolak. Pada pemerintahan Presiden Habibie, usulan tersebut diajukan kepada Dialog Segitiga sebagai bentuk penyelesaian akhir masalah Timtim. Langkah yang diambil ini mencerminkan adanya keinginan yang tulus dan kuat dari Pemerintah RI untuk menyelesaikan masalah Timor Timur dengan mengambil jalan tengah (middle ground) dan mengakomodasikan pihak-pihak yang selama ini menentang integrasi.

B. Langkah-Langkah yang Dilakukan

Sebagai tindak lanjut kebijakan untuk menerapkan status khusus dengan otonomi luas bagi Timor Timur, Menteri Luar Negeri RI pada tanggal 18 Juni 1998 telah mengadukan pertemuan dengan

IX/5

Page 8: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

Sekjen PBB, Kofi Annan. Sekjen PBB menilai usulan Indonesia tersebut sebagai suatu perkembangan yang positif dan perlu segera ditindak-lanjuti. Sehubungan dengan itu, Sekjen PBB melalui Wakil Pribadinya, Dubes Jamsheed Marker telah mengadakan serangkaian konsultasi untuk menjajagi reaksi Portugal terhadap gagasan ini. Portugal telah pula menyambut baik usulan Indonesia sebagai suatu perkembangan yang positif dan karena itu bersedia melanjutkan dengan segera proses dialog segitiga.

Usulan mengenai "otonomi luas" ini kemudian dibahas secara formal untuk pertama kalinya oleh Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Luar Negeri Portugal dibawah naungan Sekjen PBB di New York pada tanggal 4-5 Agustus 1998. Hasil-hasil perundingan ini, dituangkan dalam sebuah Komunike Bersama yang intinya memuat persetujuan untuk melakukan pembahasan secara mendalam tentang usul Indonesia untuk memberikan kepada Timor Timur status khusus dengan otonomi yang luas, tanpa mempengaruhi posisi dasar kedua belah pihak. Untuk tujuan ini mereka meminta kepada para pejabat tinggi mereka untuk meningkatkan pembahasan-pembahasan mengenai masalah ini di bawah naungan Wakil Pribadi Sekjen PBB dan melaporkan kepada pertemuan tingkat Menteri. Selain itu kedua Menlu juga sepakat untuk melihatkan orang-orang Timor Timur secara lebih dekat dalam upaya mencari penyelesaian. Dalam kaitan ini, mereka menyambut baik maksud Sekjen PBB untuk meningkatkan konsultasi-konsultasi dengan wakil-wakil Timor Timur di dalam dan di luar Timor Timur baik secara individual maupun dalam kelompok, guna mempertimbangkan pandangan-pandangan mereka dan menginformasikan kepada mereka perkembangan yang terjadi dalam Dialog. Kedua Menlo juga menyetujui pembukaan "interest sections" di kedutaan negara sahabat di masing-masing ibu kota sebelum akhir tahun 1998 dan mempermudah kebijakan pemberian visa kepada warga negara kedua negara.

IX/6

Page 9: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

Sementara itu, pada saat usul mengenai otonomi luas dengan status khusus tersebut masih sedang dirundingkan di New York, pihak-pihak yang tidak menyetujui integrasi serta sejumlah pemerintahan dan LSM Barat terus-menerus mengecam dan mencemoohkan usul tersebut sebagai sesuatu yang tidak memadai dan tidak akan dapat diterima oleh masyarakat Timor Timur yang anti-integrasi, kecuali jika otonomi luas tersebut hanya diterapkan untuk 5 - 10 tahun dan sesudahnya diadakan referendum lagi untuk memastikan apakah rakyat Timor Timur tetap menghendaki otonomi tersebut ataupun memilih kemerdekaan. Tentu saja, pemikiran penyelesaian seperti itu, yang tidak seimbang dan juga tidak tuntas, tidak dapat diterima Indonesia. Namun demikian, dalam suasana di mana pemikiran-pemikiran seperti itu serta skeptisisme terus dilancarkan oleh berbagai Pemerintah dan pihak-pihak lainnya, timbul kesadaran bahwa memang perlu dipikirkan suatu alternatif penyelesaian andaikata tawaran otonomi luas tersebut akhirnya ditolak.

Maka, setelah melakukan kajian secara mendalam mengenai kemungkinan penyelesaian alternatif bagi masalah Timor Timur secara tuntas, pada tanggal 27 Januari 1999, Pemerintah mengumumkan alternatif penyelesaian tersebut, yakni apabila mayoritas rakyat Timor Timur akhirnya menolak otonomi luas setelah mengalami suatu kebersamaan sejarah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia selama 23 tahun terakhir, namun selanjutnya mereka rasakan bahwa kebersamaan itu tidak mencukupi. untuk tetap bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka adalah wajar dan bijaksana — bahkan demokratis dan konstitusional — jika Pemerintah mengusulkan kepada wakil-wakil rakyat hasil Pemilu 1999 pada Sidang Umum MPR agar dapat kiranya mempertimbangkan pemisahan Timor Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia secara damai, baik-baik dan terhormat. Kebijakan Pemerintah ini dikenal sebagai Opsi Kedua.

IX/7

Page 10: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

Setelah melalui proses perundingan yang intensif, baik pada tingkat pejabat tinggi maupun tingkat Menteri, pada pertemuan segitiga tingkat Menteri tanggal 7-8 Februari 1999 di New York berhasil disepakati secara ad referendum naskah kerangka konstitusional otonomi khusus bagi Timor Timur yang telah disiapkan pihak Sekretariat PBB. Menlu RI memaparkan naskah tersebut kepada sidang Kabinet Paripurna tanggal 8 Maret 1999. Sidang Kabinet Paripurna memutuskan bahwa naskah itu masih mengandung beberapa elemen dan aspek yang perlu dikaji lebih seksama dan dimodifikasi. Untuk itu Menlu RI telah menjelaskan keputusan hasil sidang Kabinet Paripurna tersebut pada perundingan Segitiga tingkat Menteri tanggal 10-11 Maret 1999, dimana Sekjen PBB dan Menlu Portugal dapat memahami sepenuhnya dan menyambut komitmen Indonesia untuk tetap berusaha merampungkan naskah tersebut secepatnya.

Sesuai petunjuk Presiden RI dan keputusan Sidang Kabinet Paripurna, Tim Kerja Tingkat Menteri telah membahas naskah kerangka konstitusional otonomi khusus tersebut secara lebih seksama dan berhasil menyepakati suatu naskah yang disempurnakan sesuai dengan kepentingan Indonesia. Naskah ini selanjutnya dibahas dan akhirnya diterima pada Sidang Kabinet Paripurna pada tanggal 19 April 1999. Menlu RI selanjutnya menyampaikan naskah kerangka konstitusional otonomi khusus bagi Timor Timur yang telah direvisi oleh Indonesia tersebut pada pertemuan Dialog Segitiga tingkat Menteri di New York tanggal 21-23 April 1999. Pertemuan segitiga tingkat Menteri tanggal 23 April 1999 juga membahas dua naskah persetujuan yang disiapkan Sekjen PBB, masing-masing mengenai modalitas penentuan pendapat dan pengaturan keamanan, dan selanjutnya berhasil menyepakati kedua naskah tersebut secara ad referendum. Pertemuan juga sepakat untuk mengadakan pertemuan segitiga tingkat Menteri selanjutnya pada tanggal 5 Mel 1999 yang diharapkan dapat mencapai persetujuan untuk menandatangani tiga naskah persetujuan dimaksud.

IX/8

Page 11: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

C. Hasil-hasil yang dicapai

Sidang Kabinet Paripurna tanggal 3 Mei 1999 telah membahas ketiga naskah persetujuan itu dan memutuskan secara bulat untuk menerimanya. Sesuai rencana Dialog Segitiga tingkat Menteri bersidang di New York tanggal 5 Mei 1999 untuk menandatangani ketiga naskah persetujuan sebagai berikut:

a. Naskah Persetujuan antara Indonesia dan Portugal tentang Timor Timur (persetujuan pokok - main agreement) beserta Annex-nya yang memuat naskah Kerangka Konstitusional Otonomi Khusus untuk Timor Timur sebagaimana telah direvisi oleh Indonesia;

b. Naskah Persetujuan tentang Modalitas Konsultasi melalui Pemungutan Suara Langsung; dan

c. Naskah Persetujuan tentang Pengaturan Keamanan dalam rangka Penentuan Pendapat.

Sebagai tindak lanjut Persetujuan New York tersebut, pada tanggal 11 Juni 1999 Dewan Keamanan PBB telah menerima secara bulat resolusi 1246 (1999), yang memberikan mandat kepada Sekjen PBB untuk menggelar misi PBB di Timor Timur (UNAMET) untuk melaksanakan penentuan pendapat itu. Penentuan pendapat tersebut telah dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999. Pihak PBB telah mengumumkan hasil penentuan pendapat itu pada tanggal 4 September 1999, yakni 78,5 % menolak dan 21,5% menerima, dan dengan demikian mayoritas rakyat Timor Timur menolak tawaran otonomi luas bagi Timor Timur. Betapa pun pahitnya kenyataan ini, namun sesuai dengan komitmennya seperti tercantum dalam Persetujuan New York, Pemerintah Indonesia telah menyatakan menerima dan

IX/9

Page 12: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

menghormati hasil penentuan pendapat tersebut karena sudah merupakan pilihan yang demokratis yang datang dari hati nurani mayoritas rakyat Timor Timur.

Hasil penentuan pendapat tersebut ternyata tidak dapat diterima oleh kelompok pendukung otonomi luas yang menuduh UNAMET telah melakukan kecurangan-kecurangan dan penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan jajak pendapat tersebut. Atas desakan Pemerintah R.I., keluhan-keluhan kelompok pro-integrasi mengenai berbagai penyimpangan tersebut telah dibahas oleh Komisi Elektoral dalam suatu public hearing yang berlangsung selama dua hari berturut-turut di Dili, disusul oleh suatu konferensi pers di Jakarta. Sangat disesalkan bahwa berdasarkan hearing tersebut, Komisi Elektoral menyimpulkan bahwa sebagian besar dari penyimpangan yang dikeluhkan tidak didukung oleh bukti-bukti yang memadai sehingga tidak dapat diterima. Sebagai luapan kekecewaannya, kelompok pendukung otonomi telah menyulut situasi kelegangan dan kekerasan yang memuncak setelah hasil penentuan pendapat diumumkan.

Untuk mengatasi situasi tegang dan kekerasan yang mencekam wilayah Timor Timur khususnya kota Dili pada tanggal 5 dan 6 September 1999, Pemerintah telah memutuskan untuk memberlakukan keadaan Darurat Militer di Timor Timur melalui Keppres No. 107/1999 mulai pukul 00.00 tanggal 7 September 1999. Namun demikian, menghadapi kendala dan keterbatasan pada pihak TNI, situasi tersebut tidak berhasil dipulihkan secepatnya dan sepenuhnya.

Menghadapi situasi keamanan yang begitu rawan di Timor Timur tersebut, Pemerintah akhirnya memutuskan untuk mengundang kehadiran pasukan pencipta perdamaian untuk Timor Timur (Interim Force for East Timor/Interfet) dalam bentuk pasukan multinasional (Multinationa l Force/MNF) untuk membantu memulihkan ketertiban

IX/10

Page 13: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

umum dan keamanan di Timor Timur. Penggelaran Interfet itu diatur dalam resolusi Dewan Keamanan PBB no. 1264 (1999). Adapun isi resolusi ini dinilai cukup seimbang dan menampung kepentingan-kepentingan dasar Indonesia. Misalnya, naskah resolusi akhirnya tidak merujuk kepada kemungkinan permintaan tanggungjawab pihak-pihak yang dituduh bertanggungjawah atas tindak pelanggaran HAM dan hukum humaniter di depan suatu pengadilan penjahat internasional, penunjukan wakil komandan Interfet dari Thailand sebagai anggota ASEAN dan penggelaran satuan Interfet juga dari negara-negara anggota ASEAN.

D. Tindak Lanjut yang Diperlukan

Sesuai dengan komitmen Pemerintah untuk melaksanakan sepenuhnya Persetujuan New York, khususnya komitmen Pemerintah untuk melaksanakan penyerahan kewenangan pemerintahan di Timor Timur kepada pihak PBB secara lancar, damai dan terhormat, maka diharapkan SU MPR RI dapat membahas hasil penentuan pendapat itu dan membuat ketetapan yang memberikan pengakuan terhadap keputusan rakyat Timor Timur tersebut.

Selanjutnya, dengan ketetapan MPR RI yang mengesahkan pemisahan Timor Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemerintah berkewajiban untuk menuntaskan perundingan proses penyerahan kewenangan atas Timor Timur kepada PBB sesuai Pasal 6 Persetujuan New York yang menyatakan, antara lain, bahwa apabila Sekretaris Jenderal menentukan, berdasarkan hasil penentuan pendapat tersebut dan sesuai Persetujuan ini, bahwa usul kerangka konstitusional bagi otonomi khusus tersebut tidak diterima oleh rakyat Timor Timur, Pemerintah Indonesia akan mengambil langkah-langkah konstitusional yang diperlukan untuk memutuskan hubungannya

IX/11

Page 14: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

dengan Timor Timur, dan berdasarkan undang-undang Indonesia mengembalikan status Timor Timur ke masa sebelum 17 Juli 1976, dan Pemerintah Indonesia dan Portugal serta Sekretaris Jenderal akan menyepakati pengaturan-pengaturan untuk pengalihan kekuasaan di Timor Timur kepada PBB secara damai dan tertib.

Penanganan dan pemulangan pengungsi Timor-Timur perlu terus dilakukan. Pengungsi warga Timor-Timur yang saat ini berada di Nusa Tenggara Timur dan daerah lain diluar Timor-Timur, akan diberikan kesempatan menentukan pilihan kemana mereka akan menetap dan bertempat tinggal selanjutnya. Mereka dapat menentukan pilihan sendiri untuk : kembali ke Timor-Timur, atau tinggal untuk sementara di Indonesia atau pilihan terus menetap di Indonesia. Bagi para pengungsi yang memilih kembali ke Timor-Timur, akan terus dibantu oleh Pemerintah bekerja sama dengan lembaga-lembaga internasional yang dikoordinasikan UNHCR bersama PMI dan LSM dalam dan luar negeri untuk pemulangan kembali para pengungsi ke Timor-Timur.

1X/12

Page 15: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan

TABEL-TABEL PENDUKUNGTABEL II-1 PERATURAN TENTANG MONOPOLI

YANG DICABUT .........................................................................................1

TABEL II-2 PERATURAN-PERATURAN BIDANG PENANAMAN MODAL PADA PERIODEKABINET REFORMASI ............................................................................6

TABEL II-3 PENJABARAN TAP MPR RI NO. X/MPR/1998 ..............................10

TABEL III-1 DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERINDIKASIKAN KKN YANG TELAHDICABUT .....................................................................................................56

TABEL III-2 DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERINDIKASIKAN KKN YANGDIREKOMENDASIKAN UNTUK DICABUT ....................................59

TABEL III-3 NILAI PENYELAMATAN UANG NEGARA .....................................62

TABEL IV-1 JUMLAH PESERTA PEMILU VS JUMLAH PENDUDUK YANG MEMILIKI HAKPILIH PER PROPINSI .............................................................................63

TABEL IV-2 PARTAI PESERTA PEMILU YANG TANDA TANGANI, ABSTAIN, DAN TIDAK TANDATANGANI HASIL PEMILU ...................................................................64

TABEL 1V-3 JUMLAH SUARA DAN PEROLEHANKURSI PER PROPINSI ...........................................................................65

TABEL IV-4 ANGGARAN RUPIAH MURNI UNTUK DUKUNG PENYELENGGARAANPEMILU ........................................................................................................66

TABEL IV-5 NILAI BANTUAN TEKNIS LUARNEGERI UNTUK PENYELENGGARAANPEMILU (DALAM JUTA USD) .............................................................68

TABEL IV-6 LEMBAGA PEMERINTAH DAN NON PEME-RINTAH (LSM) PENERIMA BANTUANTEKNIS LUAR NEGERI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PEMILU YANGJURDIL .........................................................................................................69

Page 16: BAB IX - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewDengan demikian sulit untuk tidak berkesimpulan bahwa Portugal lah pihak yang belum memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan