bab ix pengendalian mikroba

7
BAB IX PENGENDALIAN MIKROORGANISME, STERILISASI DAN DESINFEKTAN Pengendalian mikroorganisme adalah segala kegiatan yang dapat menghambat, membasmi atau membunuh mikroorganisme. Pengendalian ini bertujuan : - Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi. - Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi. Pengendalian dilakukan melalui sterilisasi atau desinfeksi secara fisik, mekanik atau kimiawi. Sterilisasi dan desinfeksi telah dikenal beberapa ratus tahun yang lalu. Bangsa Arab mensterilkan luka dengan cara dibakar menggunakan logam panas membara untuk mencegah terjadinya infeksi, walaupun penderita akan mengalami luka parut seumur hidup. Pada tahun 1537, seorang ahli bedah Perancis, Ambroise Pare, mengobati luka tembaknya dengan pembalut yang dibasahi kuning telur dan terpentin. Terpentin berfungsi sebagai pembakar kimia dan kuning telur sebagai penyuplai enzim lisosim yang bersifat antibakteri. Konsep antisepsis ini kemudian diterapkan oleh Ignats Semmelwis (1816 – 1865) dan Joseph Lister (1827 – 1912). 9.1 ISTILAH-ISTILAH Steril = Bebas dari segala bentuk mikroba, pathogen ataupun apatogen. Sterilisasi = Tindakan yang membuat sesuatu benda bebas mikroba. Desinfektan = Zat kimia yang digunakan untuk membunuh mikroba patogen pada benda, misalnya pada lantai ruangan meja operasi. Desinfeksi = Tindakan membunuh mikroba patogen pada benda. 38

Upload: share-keperawatan

Post on 25-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

for nurse

TRANSCRIPT

BAB IX

BAB IX

PENGENDALIAN MIKROORGANISME,STERILISASI DAN DESINFEKTAN

Pengendalian mikroorganisme adalah segala kegiatan yang dapat menghambat, membasmi atau membunuh mikroorganisme. Pengendalian ini bertujuan : Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.

Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi.

Pengendalian dilakukan melalui sterilisasi atau desinfeksi secara fisik, mekanik atau kimiawi.

Sterilisasi dan desinfeksi telah dikenal beberapa ratus tahun yang lalu. Bangsa Arab mensterilkan luka dengan cara dibakar menggunakan logam panas membara untuk mencegah terjadinya infeksi, walaupun penderita akan mengalami luka parut seumur hidup. Pada tahun 1537, seorang ahli bedah Perancis, Ambroise Pare, mengobati luka tembaknya dengan pembalut yang dibasahi kuning telur dan terpentin. Terpentin berfungsi sebagai pembakar kimia dan kuning telur sebagai penyuplai enzim lisosim yang bersifat antibakteri. Konsep antisepsis ini kemudian diterapkan oleh Ignats Semmelwis (1816 1865) dan Joseph Lister (1827 1912).9.1 ISTILAH-ISTILAH

Steril

= Bebas dari segala bentuk mikroba, pathogen ataupun apatogen.Sterilisasi= Tindakan yang membuat sesuatu benda bebas mikroba.Desinfektan= Zat kimia yang digunakan untuk membunuh mikroba patogen pada benda, misalnya pada lantai ruangan meja operasi.

Desinfeksi= Tindakan membunuh mikroba patogen pada benda.

Zat antiseptik= Zat kimia yang digunakan untuk membunuh mikroba patogen yang terdapat dalam jaringan tubuh, untuk mencegah infeksi. Misalnya membersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol 70 %.

Antisepsis= Tindakan mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme, baik dengan

cara menghambat atau membunuh, memakai zat kimia terhadap jaringan hidup.Germisida= Zat yang dapat membunuh mikroba.

Bakterisida= Zat yang dapat membunuh bakteri.

Fungisida= Zat yang dapat membunuh jamur.

Bakteriostatika= Zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri.

9.2 CARA-CARA STERILISASI DAN DESINFEKSI

Sterilisasi dan desinfeksi bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari kebutuhan dan sifat alat / bahan yang akan dibebaskan dari mikroba. Beberapa cara diantaranya dengan menggunakan sinar, suhu dingin (pendinginan), suhu panas (pemanasan), atau dengan menggunakan bahan kimia.9.2.1 Sinar Matahari, Sinar X, Sinar Gamma.

Sinar ultra violet (UV) dalam sinar matahari bersifat germisida yang dapat membunuh bentuk vegetatif maupun bentuk spora bakteri, tetapi untuk membunuh spora waktunya lebih lama dan sinar matahari hanya bisa membunuh bakteri pada permukaan saja, contohnya menjemur pakaian, alat makan, dan kasur. Sinar UV juga digunakan untuk sterilisasi ruang bedah, ruang industri farmasi dimana obat steril dimasukkan kedalam ampul, juga ruang industri makanan.

Sinar x dan sinar gamma dapat membunuh mikroba karena dapatmerusak DNA dan menyebabkan ionisasi komponen sel lainnya. Radiasi sinar X atau sinar gamma sering digunakan untuk sterilisasi benda-benda yang tidak tahan dengan panas, misalnya pompa suntik dari plastik, obat-obatan dan alat operasi.9.2.2 Pendinginan

Suhu rendah dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan biakan mikroba terhenti, cara ini banyak dipakai untuk mengawetkan bahan makanan. Makanan akan dirombak pada suhu 20o C oleh bakteri pembusuk. Ada beberapa bakteri patogen mati pada suhu 0o C, misalnya Neisseria gonorhoe dan Treponema pallidum. 9.2.3 Pemanasan

Umumnya bakteri dalam bentuk vegetatif mati dalam waktu 5 10 menit pada suhu 65o C, sedangkan bentuk spora perlu waktu lebih lama, misalnya bentuk spora Clostridium botulinum pada suhu 100o C dalam waktu 5 jam. Pemanasan dapat mematikan bakteri, karena menggumpalkan protein. Bentuk spora Clostridium dengan uap air panas pada suhu 120o C, mati dalam waktu 10 menit, sedangkan dengan udara panas kering, spora mati pada suhu 120o C dalam waktu 120 menit.Macam-Macam Sterilisasi dengan Pemanasan :

a. Pemanasan dengan nyala api ;untuk mensterilkan pipet kaca dan ose.

b. Pemanasan dengan udara panas (Dry Heat Oven): cara ini digunakan untuk membuat steril alat dari gelas. Pemanasan dilakukan pada suhu 170 o C selama 1 jam, atau 140 o C selama 2 jam.c. Merendam dalam air mendidih (Direbus) : cara ini cukup efektif, karena perebusan pada suhu 100 o C dengan tekanan 1 atmosfer, bentuk vegetatif akan mati dalam waktu 1-6 jam. Cara ini banyak digunakan untuk mensterilkan jarum dan pom suntik atau alat-alat operasi, asalkan alat-alat tersebut tidak berhubungan secara langsung dengan sumbe spora. Waktu yang digunakan merendam selama 15 30 menit dan akan lebih cepat bila ditmbahkan 1-3 % Na2CO3, karena mempunyai daya untuk menghancurkan dinding spora lebih besar.

d. Pemanasan dengan uap mengalir : Prinsipnya sama dengan dandang untuk memasak nasi. Cara ini hanya dapat membunuh bakteri dalam bentuk vegetatif. Di laboratorium cara ini digunakan untuk mensterilkan tabung reaksi, kaca objek atau cawan petri. Lama pemanasan yang dipakai adalah 1 jam, sedangkan untuk membunuh bentuk spora memerlukan waktu 2 -16 jam.

e. Dengan uap air bertekanan : Alatnya disebut autoklaf, cara ini paling baik karena suhu yang dicapai cukup tinggi dan air untuk mengkoagulasi proteinnya banyak, dengan alat ini besarnya tekanan uap air yang diperlukan dapat diatur. Suhu yang digunakan adalah 121 o C selama 15 menit pada tekanan 15lb/inc2.

f. Pasteurisasi / tyndalisasi : digunakan untuk sterilisasi alat / bahan yang tidak tahan suhu tinggi, seperti obat suntik, susu atau perbenihan bakteri. Pemanasan dilakukan pada suhu 62.5 o C secara berulang, minimal tiga kali pemanasan dan pendinginan.g. Penyaringan / Filtrasi : Ada dua cara penyaringan, yaitu filtrasi biologis dengan menggunakan membran, misalnya pada proses dialisis, dan menyaringan udara HEPA (High Efficiency Particulate Air), contohnya penyaringan udara pada sistem AC (Air Conditioner).9.2.4 Bahan Kimia Untuk Desinfeksi

a. Senyawa Fenol : alkohol dan rivanol

Senyawa ini mengendalikan mikroorganisme dengan mendenaturasi protein dan merusak membran sel mikroba.

b. Senyawa Halogen : Senyawa yang mengandung unsur klor, iodium, fluor dan brom, senyawa tersebut diantaranya adalah betadin, povin iodin dan saflon. Senyawa ini mengendalikan mikroorganisme dengan cara mendenaturasi protein. Efek samping dari senyawa halogen inii adalah dapat meninggalkan warna pada kulit. Senyawa yang mengandung fluor umunya tidak digunakan sebagai desinfektan, bila kadarnya 1 % digunakan untuk menghilangkan karies pada gigi yang disebabkan oleh Streptococcus mutan, namun bila kadarnya lebih dari 1% dapat bertindak sebagai karsinogenik. Senyawa yang mengandung brom, tidak bisa digunakan untuk desinfektan, karena penggunaan gas brom dapat menyebabkab penyempitan saluran napas.c. Senyawa Yang Mengandung Logam Berat : Logam berat yang banyak digunakan sebagai desinfektan adalah Hg, Pb, Cu, Cd, Ag, As, dan Mn, dimana logam-logam ini mengendalikan mikroba dengan cara menonaktifkan enzim dan mendenaturasi protein. Di dalam logam berat ada istilah oligodinamik, yaitu kekuatan logam berat dalam konsentrasi yang sangat rendah dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme.d. Formaldehide : Formaldehide dalam air umunya disebut dengan istilah formalin. Formalin mengendalikan mikroba dengan cara menghancurkan dinding sel mikroba, menurunkan tegangan permukaan sel, dan mempunyai sifat iritasi.

e. Gas Etilen Oksida : gas ini mengendalikan mikroba dengan cara mendenaturasi protein dan menghancurkan enzim-enzim yang memiliki gugus sulfida.

f. Antibiotik : Antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari atau dibentuk oleh berbagai mikroorganisme spesifik, yang dalam konsentrasi rendah mampumegnhambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotika yang umum digunakan dalam bidang pengobatan banyak dihasilkan dari genus Bacillus, Penicillium, dan Streptomycetes. Contoh antibiotik : penisilin, amoxyxilin, ampisilin, chloramfenikol. Daya kerja antibiotika dalam mengendalikan mikroba adalah dengan cara : Menghancurkan dinding sel mikroba

Mengganggu sintesa protein

Bergabung dengan sub unit ribosom

Mempengaruhi integritas membran sitoplasma Mengganggu sintesis DNA dan RNA

Beberapa syarat zat untuk bisa dikategorikan sebagai antibiotik adalah :

Memiliki kemampuan untuk menghambat mikroorganisme

Tidak menimbulkan bentuk mikroba yang resisten

Tidak memiliki efek samping

Tidak menghilangkan flora normal

Harus dapat diberikan secara oral

Memiliki daya larut tinggi

Dapat mencapai konsentrasi yang stabil dalam darah

Syarat-syarat yang ideal untuk desinfektan :

1. Toksisitas yang tinggi terhadap mikroba, mempunyai spektrum seluas-luasnya dalam konsentrasi yang kecil.

2. Kelarutan tinggi, harus larut baik dalam air atau cairan jaringan agar daya kerjanya efektif.

3. Stabilitasnya tinggi : susunan kimianya tidak berubah dalam keadaan apapun, karena bila berubah pasti daya desinfeksinya pun berubah.

4. Tidak bersifat toksik pada manusia dan binatang.

5. Homogen.

6. Tidak mudah membentuk ikatan kimia dengan senyawa organik lain kecuali dengan senyawa organik dalam sel mikroba, sebab bila berikatan dengan senyawa organik lain, maka konsentrasi yang sampai ke mikroba menjadi berkurang.

7. Bersifat toksik pada mikroba pada suhu kamar atau suhu badan.

8. Tidak bersifat korosif.

9. Bau/aromanya tidak mengganggu

10. Daya tembusnya tinggi

11. Harganya murah

PAGE 42