bab tiga m

22
BAB III PENGARUH PENGGUNAAN OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID PADA KESUBURAN WANITA DITINJAU DARI ISLAM 3.1 Infertilitas Ditinjau dari Islam Hipokampus merupakan salah satu bagian dari otak besar manusia (khususnya sistem limbik). Bagian otak ini berperan pada kegiatan mengingat (memori), kognitif dan juga regulasi emosi (Mikail, 2011). Dalam Islam, ketika otak bekerja dan salah satu kerja otak itu adalah berpikir, maka otak yang bekerja atau berfungsi tersebut disebut akal (Hasanudin, 2009). Otak dan akal adalah pusat aktifitas pikiran manusia berada. Seluruh peradaban manusia pun dihasilkan oleh kedua hal ini. Itu pula, kenapa dunia binatang tidak memiliki peradaban seperti manusia—tidak punya sains, teknologi, seni budaya, bahkan agama (Anonim-B, 2013). Bicara tentang otak dan akal, Al-Quran memiliki cakupan yang luas tentang otak dan akal, seperti pada ayat berikut ini :

Upload: khoirunissaandiranatakusumah

Post on 25-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

bab tida

TRANSCRIPT

Page 1: bab tiga  m

BAB III

PENGARUH PENGGUNAAN OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID PADA

KESUBURAN WANITA DITINJAU DARI ISLAM

3.1 Infertilitas Ditinjau dari Islam

Hipokampus merupakan salah satu bagian dari otak besar manusia (khususnya sistem

limbik). Bagian otak ini berperan pada kegiatan mengingat (memori), kognitif dan juga

regulasi emosi (Mikail, 2011). Dalam Islam, ketika otak bekerja dan salah satu kerja otak itu

adalah berpikir, maka otak yang bekerja atau berfungsi tersebut disebut akal (Hasanudin,

2009). Otak dan akal adalah pusat aktifitas pikiran manusia berada. Seluruh peradaban

manusia pun dihasilkan oleh kedua hal ini. Itu pula, kenapa dunia binatang tidak memiliki

peradaban seperti manusia—tidak punya sains, teknologi, seni budaya, bahkan agama

(Anonim-B, 2013). Bicara tentang otak dan akal, Al-Quran memiliki cakupan yang luas

tentang otak dan akal, seperti pada ayat berikut ini :

Artinya :“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (Q.S Ali ‘Imran (3) : 190)

Akal berasal dari bahasa Arab al-’aql atau ‘aqala. Lafadz ‘aql berasal dari kata ‘aqala

ya’qilu-’aqlan yang berarti habasa (menahan, mengikat), berarti juga ayada (mengokohkan);

serta arti lainnya adalah fahima (memahami). Lafaz ‘aql juga disebut dengan al-qalb (hati).

Disebut ‘aql (akal) karena akal itu mengikat pemiliknya dari kehancuran, maka orang yang

berakal (‘aqil) adalah orang-orang yang dapat menahan amarahnya dan mengendalikan hawa

nafsunya (Dasuki, 1993).

Page 2: bab tiga  m

Kata dasar al aql tidak ditemui dalam Al-Quran. Dipakai sebagai kata kerja sebanyak

49 kali, yaitu penyebutan 1 kali dalam bentuk lampau dan 48 kali dalam bentuk sekarang.

Penyebutannya meliputi : ‘aqluh 1 kali, ta’qiluun 24 kali, na’qil 1 kali, ya’qiluhaa 1 kali dan

ya’qiluun 22 kali (Pasiak, 2007).

Menurut Harun Nasution, kata ‘aqala mengandung arti mengerti, memahami dan

berpikir. Izutsu menambahkan bahwa kata ‘aql masuk ke dalam filsafat Islam dan mengalami

perubahan arti. Dengan pengaruh masuknya filsafat Yunani ke dalam filsafat Islam, kata

al-’aql mengandung arti sama dengan nous. Dalam filsafat Yunani, nous mengandung arti

daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia (Hasanudin 2009).

Artinya :“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (QS Al-Ankabut (29) : 43)

Dengan demikian, kemampuan pemahaman dan pemikiran tidak melalui al-qalb yang

berpusat di dada, tetapi melalui al-’aql yang berpusat di kepala (Hasanudin 2009).

Endang Saefuddin Anshori (Hasanudin, 2009) mendefinisikan akal adalah suatu

potensi ruhaniah manusia yang berkesanggupan untuk mengerti sedikit secara teoritis realistis

kosmis yang mengelilinginya, dalam mana ia sendiri juga termasuk, dan untuk secara praktis

merubah dan mempengaruhinya. Dari pengertian tersebut, akal dapat diartikan sebagai

potensi ruhaniah yang terdapat dalam manusia yang berkemampuan mengetahui, mengingat,

berangan-angan dan memahami suatu realitas kosmis dan mampu merubahnnya.

Al-Quran menjelaskan bahwa orang-orang yang berakal adalah orang-orang yang

memadukan fungsi antara pikiran (korteks) dan perasaan (sistem limbik) secara maksimum,

sehingga ketika memperoleh keyakinan (kesimpulan tertinggi berupa keimanan) bakal

menggetarkan jantung-hati (qalb), yang berada di dalam dada. Memang dalam kaitan antara

Page 3: bab tiga  m

akal dan qalbu sering dilakukan oleh para ilmuwan-ilmuwan muslim, karena dalam proses

berpikir memang saling berhubungan dengan qalbu (Anonim-B, 2013).

Istilah “akal” seringkali disamakan dengan istilah “otak” atau “ratio”. Meskipun

keduanya merujuk adanya persamaan, tetapi juga mengandung perbedaan yang cukup

mendasar. Pengertian “otak” misalnya adalah merujuk pada materi (jaringan saraf yang

lembut) yang terdapat dalam tempurung kepala. Di samping terdapat pada manusia, otak juga

terdapat pada binatang. Beda halnya akal hanya terdapat pada manusia, manusia bisa saja

berotak tetapi tidak berakal seperti orang gila (Dasuki, 1993).

Para filosof muslim sepakat bahwa akal sebagai daya berpikir manusia yang terletak

di kepala dibagi menjadi dua, yaitu akal praktis dan akal teoritis. Akal praktis adalah akal

yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indera pengingat, sedangkan akal

teoritis adalah menangkap arti-arti murni, yaitu arti-arti yang tidak pernah ada dalam materi,

seperti Tuhan, roh dan malaikat (Kartanegara M, 2003).

Imam al-Syatibi menyatakan, seluruh umat sepakat bahwa syariat Islam dibangun

untuk menjaga lima dlaruriyyah yaitu memelihara agama (hifzh al-Din), memelihara jiwa

(hifzh al-Nafs), memelihara akal (hifzh al-‘aql), memelihara keturunan (hifzh al-Nasl) dan

memelihara harta (hifzh al-Mal). Islam sangat menekankan pemeliharaan akal. Akal

diposisikan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan insani. Manusia

dimuliakan dari makhluk lain karena eksistensi akalnya. Akal diberikan kebebasan untuk

memahami, memikirkan dan menggunakan dalil atau bukti logis dan menolak taqlid buta.

Dianjurkan menjaga kecerdasannya, baik secara fisik seperti asupan gizi yang halal dan baik

maupun psikis melalui pendidikan yang baik, khususnya pendidikan keagamaan (Zuhroni,

2010).

3.2 Bayi Tabung Ditinjau dari Islam

3.2.1 Definisi Bayi Tabung Ditinjau dari Islam

Page 4: bab tiga  m

Secara etimologi, hadhanah berasal dari akar bahasa Arab yang berarti mengasuh,

merawat, memeluk (Munawir, 1997). Menurut ahli fiqh, sebagaimana dikutip oleh Abu

Bakar al-Jabir, memberikan arti hadhanah sebagai usaha memelihara anak dari segala macam

bahaya yang mungkin menimpanya, menjaga kesehatan jasmani maupun rohaninya,

mengusahakan pendidikannya hingga ia sanggup berdiri sendiri menghadapi kehidupan

sebagai seorang muslim (Subkhan, 2009).

Anak dirumuskan dalam Al-Quran adalah suatu perhiasan di dunia :

Artinya : “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Q.S Al-Kahfi (18) : 46)

Sebagaimana telah diketahui bahwa pemeliharaan anak merupakan tanggung jawab

kedua orang tuanya (suami istri) (Subkhan, 2009). Dasar hukum pengasuhan anak, tercantum

dalam Al-Quran :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Q.S At-Tahrim (66) : 6).

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa para orang tua diperintahkan oleh Allah

swt untuk menjaga keluarganya, dimana keluarga dalam hal ini ialah anak, dari api neraka

Page 5: bab tiga  m

dengan berusaha menanamkan nilai-nilai yang baik di dalam keluarga itu sendiri agar seluruh

anggota keluarga dapat menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

3.2.2 Hukum Penggunaan Teknologi Reproduksi Manusia

Bagi seorang hadhinah (pengasuh) yang menangani dan menyelenggarakan

kepentingan anak kecil yang di asuhnya yaitu adanya kecukupan dan kecakapan yang

memerlukan syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat tertentu ini tidak dipenuhi satu saja

maka gugurlah kebolehan menyelenggarakan hadhanah-nya. Adapun syarat-syaratnya itu

adalah (Subkhan, 2009) :

1) Berakal sehat

2) Dewasa (baligh)

3) Mampu mendidik

4) Amanah dan berbudi

5) Islam

6) Keadaan wanita (ibu) belum kawin

7) Merdeka

Sebagian ahli Fiqh berpendapat bahwa pengasuhan anak yang paling baik adalah

apabila dilaksanakan oleh kedua orang tuanya yang masih terikat oleh tali perkawinan.

Apabila kedua orang tuanya sudah bercerai maka dikembalikan pada peraturan yang ada

(Subkhan, 2009).

Tugas mengasuh lebih diutamakan pada ibunya sampai anak itu mumayyiz. Setelah

anak mumayyiz maka anak tersebut diserahkan kepada pihak yang lebih mampu, baik dari

segi ekonomi maupun dari segi pendidikan diantara keduanya. Jikalau keduanya mempunyai

kemampuan yang sama maka anak itu diberi hak untuk memilih yang mana di antara kedua,

ayah dan ibunya yang ia sukai untuk tinggal bersama. Apabila orang yang menempati urutan

Page 6: bab tiga  m

terdahulu terdapat suatu halangan yang mencegahnya dari hak hadhanah, maka hak tersebut

berpindah kepada orang yang menempati urutan berikutnya (Subkhan, 2009).

Seperti yang ditulis dalam Mugniyyah MJ, menurut Ulama Syafi’iyyah urutan orang

yang berhak hadhanah adalah ibu, kemudian ibunya ibu, apabila tidak ada, dengan syarat ada

hubungan waris, kemudian bapak, kemudian ibunya bapak, apabila tidak ada dengan syarat

ada hubungan waris kemudian kerabat dekat dari arah perempuan, kemudian kerabat dekat

dari arah laki-laki (Subkhan, 2009)

Sedangkan menurut Ulama Hanafiyyah adalah pindahnya hak hadhanah dari ibu

kepada ibunya ibu, kemudian ibunya bapak, kemudian saudara perempuan sekandung,

kemudian saudara perempuan seibu, kemudian saudara perempuan sebapak, kemudian anak

perempuan saudara perempuan sekandung, kemudian anak perempuan saudara perempuan

seibu demikian itu hingga sampai kepada bibi (darah ibu) dan bibi (dari ayah) (Subkhan,

2009).

Dan menurut Ulama Malikiyyah pindahnya (hak hadhanah) dari ibu kepada ibunya

ibu, jika tidak ada kemudian bibi dari ibu sekandung kemudian bibi dari ibu yang seibu,

kemudian bibinya ibu (dari arah ibu), kemudian bibinya ibu (dari ayah), kemudian ibu ibunya

bapak, kemudian ibunya bapaknya bapak dan seterusnya (Subkhan, 2009).

Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa urutan yang berhak hadhanah

ini dianjurkan adalah seorang ibu atau wanita. Hal ini dapat diartikan bahwa memang di

dalam diri seorang ibu atau wanita memiliki sifat-sifat tertentu yang umumnya tidak dimiliki

oleh ayah ataupun laki-laki seperti perasa, halus, lembut dan penuh kasih sayang.

3.2.3 Alasan Bolehnya Bayi Tabung

Penanaman iman kepada Allah harus dilakukan sejak anak masih kecil, bahkan

sebenarnya tugas orang tua dalam menanamkan keimanan sudah dilakukan ketika memilih

Page 7: bab tiga  m

pasangan hidup, menikah secara Islam, etika hubungan suami istri mengikuti cara-cara yang

dicontohkan Rasulullah SAW (Muhyani, 2012).

Tanggung jawab orang tua pada pendidikan anak dimulai ketika anak baru lahir. Nabi

Muhammad SAW sangat menganjurkan pada orang tua untuk melaksanakan kegiatan yang

berkenaan dengan kelahiran bayi. Kegiatan-kegiatan ini adalah (Mahmud dkk, 2013) :

1) Menyambut dengan berita gembira

Islam mengajarkan agar anak yang baru dilahirkan disambut dengan gembira, juga

dianjurkan agar menggembirakan dan membahagiakan seseorang yang melahirkan anak. Hal

ini dimaksudkan untuk membangun dan menguatkan ikatan persaudaraan di antara sesama

muslim. Selain itu, dianjurkan untuk mendoakan ibu dan bayinya.

2) Membisikkan adzan dan iqamah di telinga bayi

Salah satu bentuk pendidikan awal bagi anak adalah membacakan adzan pada telinga

sebelah kanan dan iqamah pada telinga sebelah kiri ketika lahir. Berdasarkan kesepakatan

para ulama, bahwa mengumandangkan adzan dan iqamah pada saat bayi lahir ke dunia

hukumnya adalah sunnah. Keutamaan lainnya dari pelaksanaan ini adalah agar apa yang

pertama-tama menembus pendengaran manusia adalah kalimat-kalimat seruan Yang Maha

Tinggi, yang mengandung kebesaran Tuhan dan syahadat.

3) Tahnik

Tahnik adalah memamah kurma, kemudian memasukkan ke mulut bayi. Hal ini

dilakukan untuk melatih anak makan dan minum.

4) Tasmiyah

Memberi nama yang baik pada anak adalah hal yang sangat penting. Nama yang

diberikan membuat pengaruh yang amat besar bagi orang yang diberi nama itu karena secara

tidak langsung nama merupakan doa bagi anak.

5) Akikah

Page 8: bab tiga  m

Kata Akikah secara etimologis berasal dari kata aqqa memiliki makna membelah atau

memotong. Sedangkan dalam pengertian terminologis adalah binatang yang disembelih pada

hari ketujuh dari hari kelahiran anak, akan tetapi jika tidak dapat boleh juga disembelih

beberapa hari setelah hari itu, asal anak belum sampai baligh. Untuk anak laki-laki

hendaknya disembelih dua ekor kambing, sedangkan untuk anak perempuan satu ekor

kambing.

Hikmah dari pelaksanaan akikah adalah merupakan kurban yang dapat mendekatkan

anak kepada Allah swt, mengokohkan tali persaudaraan, sarana yang dapat menghapus

kemiskinan di masyarakat.

6) Mencukur rambut bayi

Nasih Ulwan mengutip pendapat Ibn al-Qayyim, mengatakan bahwa cukuran rambut

anak yang baru dilahirkan mengandung hikmah higienis, karena mencukur rambut anak akan

memperkuat anak itu, membuka selaput kulit kepala, dan mempertajam indera penglihatan,

penciuman dan pendengaran. Selain itu bernilai sosial karena bersedekah dengan emas

sebanyak berat timbangan rambut anak

7) Menyusui

Islam memerintahkan agar anak-anak disusui secara langsung oleh ibunya sendiri

dengan memberikan ASI. Karena ASI dianggap sebagai makanan yang lengkap bagi anak,

yang memenuhi syarat-syarat keselamatan dan kesehatan.

8) Khitan

Kata khitan secara etimologis berasal dari kata khatana yang berarti memotong.

Sedangkan secara terminologis khitan adalah membuka atau memotong kulit (quluf) yang

menutupi ujung kemaluan dengan tujuan agar bersih dari najis.

Nasih Ulwan mendeskripsikan tentang tanggung jawab orang tua dalam pendidikan

anak menjadi (Mahmud dkk, 2013) :

Page 9: bab tiga  m

1) Tanggung jawab pendidikan iman

Tanggung jawab pendidikan iman adalah mengikat anak dengan dasar-dasar

keimanan sejak anak mampu berkomunikasi, membiasakannya dengan rukun Islam sejak

anak memahami, dan mengajarkan kepada anak dengan dasar-dasar syariah.

Abdullah Nashih Ulwan mengemukakan bahwa dalam rangka untuk menumbuhkan

kesadaran beragama, hendaklah didasarkan kepada wasiat-wasiat Rasulullah SAW dan

petunjuknya seperti (Muhyani, 2012) :

a. Awali dengan kalimat La Ilaha Illallah

Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda :

“Bacakanlah kepada anak-anak kamu kalimat pertama dengan La Ilaha Illallah (tidak ada

Tuhan selain Allah)”

Rahasianya adalah agar kalimat tauhid dan syiar masuk Islam itu menjadi yang

pertama masuk ke dalam pendengaran anak, kalimat yang pertama diucapkan oleh lisannya

dan lafal pertama yang dipahami anak.

b. Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak sejak dini

Ibnu Jarir dan Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa ia berkata :

“Ajarkanlah mereka untuk taat kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada Allah serta

suruhlah anak-anak kamu untuk mentaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-

larangan. Karena hal itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka”

Rahasianya adalah agar ketika akan membukakan kedua matanya dan tumbuh besar,

ia telah mengenal perintah-perintah Allah, sehingga ia bersegera untuk melaksanakannya.

c. Menyuruh anak untuk beribadah ketika sudah memasuki usia 7 tahun

Al-Hakim dan Abu Dawud meriwayatkan dari Ibnu Amr bin Al-Ash r.a dari

Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda :

Page 10: bab tiga  m

“Perintahkan anak-anakmu menjalankan ibadah shalat jika mereka sudah berusia tujuh

tahun. Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau

melaksanakannya dan pisahkan tempat tidur mereka”

Dalam kaitannya dengan kesadaran religius dalam Islam ajaran yang paling utama

adalah bagaimana anak sadar melaksanakan ibadah terutama shalat, Allah berfirman :

Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa” (Q.S Taha (20) : 132)

Pada ayat di atas Allah memerintahkan pada orang tua untuk mengajak anak-anaknya

mendirikan shalat dan perlu disadari oleh orang tua bahwa masa kanak-kanak bukanlah masa

taklif (pembebanan syariat), melainkan masa persiapan, pelatihan dan pembiasaan untuk

sampai kepada masa taklif ketika mereka sampai pada usia baligh, sehingga pada masa baligh

mereka sudah memiliki kesadaran religius dalam menunaikan kewajiban-kewajiban agama

mereka.

d. Mendidik anak untuk mencintai Rasul, keluarganya, dan membaca Al-Quran

Ath-Thabrani meriwayatkan dari Ali r.a bahwa Nabi SAW bersabda :

“Didiklah anak-anakmu pada tiga hal : mencintai Nabi kamu, mencintai keluarganya dan

membaca Al-Quran. Sebab orang-orang yang ahli Al-Quran itu berada dalam lingkungan

singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya

beserta para Nabi-Nya dan orang-orang yang suci”

Hadits di atas mengisyaratkan agar anak mampu meneladani perjalanan hidup orang-

orang dahulu, baik mengenai gerakan, kepahlawanan maupun jihad mereka, agar mereka juga

Page 11: bab tiga  m

memiliki keterkaitan sejarah, baik perasaan maupun kejayaannya, dan juga agar mereka

terkait dengan Al-Quran baik semangat, metode maupun bacaan.

2) Tanggung jawab pendidikan akhlak

Tanggung jawab pendidikan akhlak adalah serangkaian prinsip dasar moral dan

keutamaan sikap serta watak (tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak

yang merupakan buah iman yang kuat dan pertumbuhan sikap keberagamaan yang benar

sejak masa pemula hingga ia menjadi mukalaf, yaitu siap mengarungi lautan kehidupan

(Muhyani, 2012).

3) Tanggung jawab pendidikan jasmani

Tanggung jawab pendidikan jasmani adalah agar anak-anak tumbuh dewasa dengan

kondisi fisik yang kuat, sehat, bergairah, dan bersemangat. Termasuk dalam menyediakan

makanan dan minuman yang sehat dan halal, menyediakan pakaian yang sesuai dengan

syariat Islam, menyediakan tempat tinggal yang baik, dan lain sebagainya (Muhyani, 2012).

4) Tanggung jawab pendidikan psikis

Tanggung jawab pendidikan psikis adalah untuk mendidik anak semenjak mulai

mengerti supaya bersikap berani, terbuka, mandiri, suka menolong, bisa mengendalikan

amarah, dan senang kepada seluruh bentuk keutamaan jiwa dan moral secara mutlak serta

terhindar dari sifat-sifat buruk (Muhyani, 2012).

5) Tanggung jawab pendidikan sosial

Tanggung jawab pendidikan sosial adalah mendidik anak sejak kecil agar terbiasa

menjalankan perilaku sosial yang utama, dasar-dasar kejiwaan yang mulia yang bersumber

pada akidah Islamiyah yang kekal dan kesadaran iman yang mendalam, agar ditengah-tengah

masyaraat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku sosial yang baik, memiliki keseimbangan

akal yang matang dan tindakan yang bijaksana (Muhyani, 2012).

6) Tanggung jawab pendidikan intelektual

Page 12: bab tiga  m

Tanggung jawab pendidikan intelektual adalah membentuk pola pikir anak dengan

segala sesuatu yang bermanfaat, seperti ilmu-ilmu agama, kebudayaan, dan peradaban

(Muhyani, 2012).

3.2.4 Keterlibatan Donor

3.2.5 Fatwa Ulama Indonesia tentang Bayi Tabung

3.3 Tinjauan Islam mengenai Pengaruh Pengasuhan Orang Tua terhadap Volume

Hipokampus Anak

Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak. Orang tua terutama ibu merupakan

pendidik pertama dan utama bagi anak dalam membentuk pribadinya. Sedangkan ayah

mempengaruhi anaknya melalui sifatnya yang mengembangkan kepribadian, menanamkan

disiplin, memberikan arahan dan dorongan serta bimbingan agar anak tambah berani dalam

menghadapi kehidupan. Apabila anak tumbuh dalam atmosfir yang baik (keluarganya)

memperoleh bimbingan, arahan, dan adanya saling menyayangi antar anggota keluarga, maka

anak akan tumbuh seperti apa yang ia lihat dan ia dengar dari semua perilaku orang-orang

disekitarnya. Melihat pentingnya peran keluarga, maka wajib bagi setiap kaum muslimin

untuk membangun keluarga atas dasar kebenaran, keadilan, kasih sayang, tolong menolong,

dan saling hormat menghormati yang dibangun berdasarkan iman (Muhyani, 2012).

Berbagai stimulasi yang diberikan oleh orang tua kepada anak akan menentukan

kualitas ikatan emosionalnya. Al-Quran menggambarkan pentingnya hubungan ibu dan anak

pada tahun-tahun pertama kelahiran, terutama melalui pemberian ASI. Tetapi menurut Islam,

tanggung jawab pemberian stimulasi tidak harus sepenuhnya dibebankan pada ibunya.

Tanggung jawab ini dapat dibagi dengan ayahnya, atau dengan orang lain yang mau

membantu proses pengasuhan anak (Hasan, 2006). Seperti yang dinyatakan dalam Al-Quran :

Page 13: bab tiga  m

Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Baqarah (2) : 233)

Anak yang kurang mengalami perhatian sosial atau bahkan mengalami kekerasan dari

figur ibu (maternal deprivation), dapat berkembang menjadi seseorang yang penyendiri dan

apatis. Anak bahkan dapat mengalami kekurangan perkembangan intelektual, masalah

perilaku dan gangguan ikatan reaktif (reactive attachment disorder) (Hasan, 2006).

Selain itu keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak harmonis, penuh konflik,

atau gap communication, juga dapat mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental

(mental illness) bagi anak. Oleh karena itu pengasuhan yang dipraktekkan oleh orang tua

dalam keluarga diasumsikan sebagai sumber belajar dan perkembangan anak (Muhyani,

2012).

Page 14: bab tiga  m

Dalam hal ini stimulasi positif khususnya yang berasal dari keluarga bersifat penting

karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa orang-orang yang berakal adalah

orang-orang yang memadukan fungsi antara pikiran (korteks) dan perasaan (sistem limbik)

secara maksimum. Peran hipokampus yang merupakan salah satu dari sistem limbik sebagai

pusat memori akan menyimpan kesimpulan proses-proses rasional yang terjadi di korteks.

Proses berpikir lewat penglihatan dan pendengaran yang terjadi di korteks pun bakal masuk

dan tersimpan di hipokampus (Anonim-B, 2013). Dalam proses ini jika stimulasi yang

diberikan buruk maka nantinya pasti akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan

akal anak.

Penelitian tentang anak yatim di panti asuhan yang memiliki program pengasuhan

yang baik, menunjukkan bahwa anak-anak yatim tersebut tidak mengalami maternal

deprivation selama pengasuh-pengasuh pada panti asuhan tersebut memberikan stimulasi

yang dibutuhkan untuk anak, baik fisik maupun emosional (Hasan, 2006).

Sedangkan penelitian sebelumnya yang telah dimulai semenjak tahun 1950an

menunjukkan perawatan anak yang buruk saat anak dirawat dipanti asuhan menunjukkan

akibat yang kurang baik dan bersifat jangka panjang pada perkembangan kognitif, emosi dan

sosial dari seorang anak (Dalimunthe, 2009)

Selain itu, pengalaman traumatis anak mengalami penelantaran dan juga pegasuhan

yang salah sering ditemukan sebagai prediktor munculnya problem psikologis lain di masa

depan, seperti merokok, penyalahgunaan zat dan perilaku seks berisiko (Margaretha dkk,

2013). Untuk itu, tak salah jika ada yang berpendapat bahwa keluarga merupakan faktor

utama dalam membentuk anak yang sehat secara mental.