bab tigapuluh-satu (chapter thirty-one) mitos modern ...€¦ · sering dilakukan orang-orang...
TRANSCRIPT
Bab Tigapuluh-Satu (Chapter Thirty-One) Mitos Modern tentang Peperangan Rohani, Bagian 2 (Modern Myths about Spiritual Warfare, Part 2)
Kita teruskan bab ini dengan memperhatikan berbagai pengajaran tambahan yang
keliru tetapi tersebar luas mengenai Setan dan peperangan rohani. Di bagian kesimpulan,
kita akan perhatikan apa sebenarnya perkataan Alkitab mengenai peperangan rohani yang
harus dipraktekkan oleh setiap orang percaya.
Mitos #5: “Kita dapat menghancurkan kubu pertahanan roh jahat di udara
melalui peperangan rohani.”
Menurut Alkitab, memang Setan mengatur hirarki roh-roh jahat yang menghuni udara
dan yang membantunya untuk memerintah kerajaan kegelapan. Ada konsep bahwa roh-
roh jahat itu bersifat “teritorial”, yang menguasai wilayah-wilayah geografis tertentu.
Konsep ini juga terdapat dalam Alkitab (lihat Daniel 10:13, 20-21; Markus 5:9-10).
Berdasarkan Alkitab, orang-orang Kristen berkuasa mengusir roh-roh agar keluar dari
tubuh orang lain, dan bertanggung-jawab melawan Iblis (lihat Markus 16:17; Yakobus
4:7; 1 Petrus 5:8-9). Tetapi, sanggupkah orang-orang Kristen menghancurkan roh-roh
jahat di atas kota-kota? Mereka tak sanggup, dan hanya buang-buang waktu saja untuk
coba melakukannya.
Bila kita dapat mengusir roh-roh jahat dari orang-orang, jangan anggap kita dapat
menghancurkan roh-roh jahat di atas sebuah kota. Dalam kitab-kitab Injil dan Kisah Para
Rasul, ada banyak contoh pengusiran roh-roh jahat keluar dari tubuh orang-orang, tetapi
dapatkah anda bayangkan satu contoh dalam kitab Injil atau Kisah Para Rasul di mana
seseorang menghancurkan roh jahat yang menguasai sebuah kota atau wilayah geografis?
Anda tak dapat, karena tak ada contohnya. Dapatkah anda pikirkan satu saja instruksi di
dalam suratan-suratan tentang tanggung-jawab kita untuk menghancurkan roh jahat dari
udara? Tidak, tak ada satupun instruksi. Karena itu, kita tak punya dasar Alkitabiah untuk
meyakini bahwa kita dapat atau harus melakukan “peperangan rohani” untuk melawan
roh-roh jahat di udara.
Terlalu Jauh Mengartikan Perumpamaan (Pushing Parables Too Far)
Menelusuri arti ke dalam Alkitab yang melebihi maksud Allah adalah kesalahan yang
sering dilakukan orang-orang Kristen ketika mereka membaca perikop-perikop Alkitab
yang berisi bahasa metafora. Contoh klasik kesalahan tafsiran bahasa metafora adalah
cara banyak orang menafsirkan perkataan Paulus tentang “menghancurkan kubu
pertahanan”:
Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi,
karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata
yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan
benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap
kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan
Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus, dan
kami siap sedia juga untuk menghukum setiap kedurhakaan, bila ketaatan kamu
telah menjadi sempurna. (2 Korintus 10:3-6).
Bukannya berkata “kita akan hancurkan spekulasi-spekulasi”, Alkitab versi King
James berkata bahwa kita akan “hancurkan kubu pertahanan.” Dari satu frase metafora
itu, praktis berkembang sebuah teologi untuk mempertahankan ide melakukan
“peperangan rohani” untuk “menghancurkan kubu pertahanan” yang berupa roh-roh jahat
di udara. Tetapi, menurut Alkitab New American Standard (NASB), Paulus berbicara,
bukan tentang roh-roh jahat di udara, tetapi tentang kubu pertahanan keyakinan yang
keliru di dalam pikiran orang-orang. Paulus menyerang spekulasi, bukan roh-roh jahat di
tempat-tempat tinggi.
Hal itu bahkan menjadi lebih jelas ketika kita baca menurut konteks. Paulus berkata,
“Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh
keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala
pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (tambahkan penekanan). Peperangan yang
Paulus tulis secara simbolis adalah peperangan melawan setiap pikiran atau ide yang
berbeda dengan pengenalan yang benar akan Allah.
Dengan memakai metafora militer, Paulus menjelaskan bahwa kita tengah berperang,
yakni berperang melawan pikiran-pikiran orang-orang yang mempercayai dusta Setan.
Senjata utama dalam peperangan adalah kebenaran, sebagai alasan kita diperintahkan
untuk pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Injil, menyerang wilayah musuh dengan
pesan pembebasan tawanan. Benteng-benteng yang akan kita hancurkan telah dibangun
dengan tembok-tembok dusta yang direkat dengan adukan tipuan.
Perlengkapan Senjata Allah (The Whole Armor of God)
Perikop lain dalam tulisan-tulisan Paulus yang sering disalah-tafsirkan adalah Efesus
6:10-17, di mana ia menulis tentang tanggung-jawab kita untuk mengenakan perisai
Allah. Walaupun perikop itu menguraikan perjuangan orang Kristen melawan Iblis dan
roh-roh jahat, tak ada sebutan tentang penghancuran roh-roh jahat di atas kota-kota.
Ketika kita pelajari perikop itu dengan cermat, tampak jelas bahwa Paulus khusus
menulis tentang tanggung-jawab setiap orang untuk melawan rencana-rencana Setan
dalam kehidupan pribadinya dengan menerapkan kebenaran Firman Allah.
Ketika membaca perikop khusus itu, perhatikan juga bahasa metafora yang jelas ada.
Paulus jelas tidak berbicara tentang perisai yang sebenarnya yang harus dikenakan oleh
tiap orang Kristen di tubuhnya. Sebaliknya, perisai itu adalah gambaran. Bagian-bagian
dari perisai menggambarkan kebenaran-kebenaran Alkitab yang harus digunakan oleh
orang-orang Kristen untuk perlindungan melawan Iblis dan roh-roh jahat. Dengan
mengetahui, mempercayai, dan bertindak berdasarkan Firman Allah, orang-orang Kristen
digambarkan sedang memakai perisai perlindungan dari Allah.
Kita periksa perikop tersebut dalam kitab Efesus ayat demi ayat, sambil kita bertanya
sendiri, Apakah sebenarnya yang Paulus coba sampaikan kepada kita?
Sumber Kekuatan Rohani Kita (The Source of Our Spiritual Strength)
Pertama, ketahuilah bahwa kita harus “kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-
Nya” (Efesus 6:10). Tekanannya pada fakta bahwa kita tak boleh mencari kekuatan diri
sendiri tetapi kekuatan Allah. Hal ini selanjutnya muncul pada pernyataan berikut dari
Paulus: “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah” (Efesus 6:11a). Inilah perisai
dari Allah, bukan perisai dari kita. Paulus tidak berkata bahwa Allah Sendiri yang
memakai perisai, tetapi kita perlu memakai perisai yang Allah telah sediakan untuk kita.
Mengapa kita perlu memakai perisai yang Allah sudah sediakan? “Supaya kamu dapat
bertahan melawan tipu muslihat Iblis” (Efesus 6:11b). Perisai itu dipakai untuk bertahan,
bukan untuk menyerang. Bukan dipakai untuk keluar dan menghancurkan roh-roh jahat
di atas kota-kota; jadi kita dapat bertahan melawan segala rancangan Setan.
Kita pelajari bahwa Iblis memiliki rencana jahat untuk menyerang kita, dan jika kita
tidak mengenakan perisai yang Allah sediakan, maka kita akan mudah diserang.
Perhatikan juga bahwa kita, bukan Allah, bertanggung-jawab mengenakan perisai.
Kita teruskan:
Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan
pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu
dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. (Efesus 6:12).
Di sini, jelas Paulus tidak berbicara tentang peperangan fisik dan materi, tetapi
peperangan rohani. Kita berjuang melawan berbagai rancangan kelompok-kelompok roh
jahat yang dicatat oleh Paulus. Sebagian besar pembaca menduga bahwa Paulus mencatat
roh-roh jahat karena mereka digolongkan “para penguasa” sebagai kelas terbawah dan
“kekuatan roh jahat di langit” sebagai kelas tertinggi.
Bagaimana kita dapat berjuang melawan mahluk-mahluk roh? Pertanyaan itu dijawab
dengan pertanyaan Bagaimana mahluk-mahluk roh dapat menyerang kita? Mahluk-
mahluk roh itu menyerang kita dengan berbagai cobaan, pikiran, sugesti, dan ide yang
bertentangan dengan Firman dan kehendak Tuhan. Karena itu, pertahanan kita adalah
pengetahuan, keyakinan, dan ketaatan kepada Firman Allah.
Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat
mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu
menyelesaikan segala sesuatu. (Efesus 6:13).
Perhatikan lagi bahwa maksud Paulus adalah membekali kita untuk melawan dan tetap
bertahan melawan serangan Setan. Maksud Paulus bukan membekali kita untuk keluar
dan menyerang Setan dan menghancurkan roh-roh jahat dari udara. Tiga kali dalam
perikop itu Paulus menyatakan agar kita bertahan. Posisi kita adalah bertahan, bukan
menyerang.
Kebenaran—Pertahanan Utama Kita (Truth—Our Primary Defense)
Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran. (Efesus 6:14a).
Yang membuat perisai kita tetap baik adalah —kebenaran. Apakah kebenaran itu?
Yesus berkata kepada BapaNya, “FirmanMu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17). Kita
tak bisa berhasil bertahan melawan Setan jika kita tak tahu kebenaran sehingga kita
melawan setiap dusta Setan. Yesus dengan indah menunjukkan hal itu selama
pencobaanNya di padang gurun ketika Ia merespon tiap usulan Setan dengan ucapan
“Ada tertulis.”
Selanjutnya Paulus berkata:
Dan berbajuzirahkan keadilan. (Efesus 6:14b).
Sebagai orang Kristen, kita harus tahu dua jenis kebenaran. Pertama, kita diberikan
karunia kebenaran dari Kristus (lihat 2 Korintus 5:21). PendirianNya yang benar telah
dibagikan kepada orang-orang yang mempercayai Yesus, yang memikul dosa-dosa
mereka di kayu salib. Pendirian yang benar itu membebaskan kita dari kuasa Setan.
Kedua, kita harus hidup dengan benar, menaati perintah Yesus, dan itu mungkin yang
ada di benak Paulus mengenai ikat-pinggang kebenaran. Dengan ketaatan kepada Kristus,
kita tak memberikan tempat kepada Iblis (lihat Efesus 4:26-27).
Pijakan Kuat dalam Kasut Pemberitaan Injil (Firm Footing in Gospel Shoes)
Kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera. (Efesus
6:15)
Mengetahui, mempercayai, dan bertindak berdasarkan kebenaran Injil memberikan
pijakan yang kuat bagi kita untuk tetap kuat menghadapi serangan Setan. Kasut-kasut
yang dipakai oleh tentara Romawi memiliki jeruji-jeruji di bawahnya sehingga
memberikan cengkeraman kuat di medan tempur. Ketika Yesus menjadi Tuhan kita, kita
punya pijakan yang kuat untuk tetap kuat melawan setiap dusta Setan.
Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu
akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat. (Efesus 6:16).
Perhatikan lagi tekanan Paulus pada sikap bertahan kita. Ia tidak berbicara tentang
tindakan kita untuk menghancurkan roh-roh jahat di atas kota-kota. Ia berbicara tentang
tindakan kita untuk menggunakan iman dalam Firman Allah untuk melawan dusta Iblis.
Ketika kita percaya dan bertindak terhadap apa yang Allah katakan, bagaikan memiliki
perisai yang melindungi kita dari dusta Setan, yang digambarkan sebagai “tembakan-
tembakan peluru yang menyala-nyala dari si jahat.”
Pedang Rohani Kita —Firman Allah (Our Spiritual Sword —God’s Word)
Dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu Firman Allah. (Efesus
6:17).
Keselamatan, seperti uraian Alkitab, termasuk pembebasan kita dari cengkeraman
Setan. Allah telah “melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke
dalam Kerajaan AnakNya yang kekasih” (Kolose 1:13). Mengetahui akan hal itu
bagaikan memakai helm yang melindungi pikiran kita agar tak mempercayai dusta Setan
di mana kita masih di bawah kekuasaannya. Setan bukan lagi tuan kita —Yesus adalah
Tuan kita.
Tambahan pula, kita harus membawa “pedang Roh ” yang menggambarkan Firman
Tuhan, sesuai penjelasan Paulus. Seperti sudah saya sebutkan, Yesus adalah teladan
sempurna dari laskar rohani yang terampil memberikan pedang rohaniNya. Selama
cobaanNya di padang gurun Ia sekalu menjawab Setan dengan mengutip langung dari
Firman Allah. Juga, jika kita hendak mengalahkan Iblis dalam peperangan rohani, kita
harus tahu dan percaya perkataan Allah, agar kita tidak jatuh karena dustanya.
Juga perhatikan bahwa Yesus memakai “pedang Roh” dalam posisi bertahan. Bagi
kita yang berpendapat bahwa perisai yang Paulus sebutkan adalah untuk bertahan, tetapi
sebagian orang ingin tekankan bahwa pedang dipakai untuk menyerang. Sehingga,
dengan argumen lemah, mereka coba membenarkan teorinya bahwa perikop Efesus 6:10-
12 berlaku pada tanggung-jawab kita untuk “menghancurkan kubu pertahanan” roh-roh
jahat di langit secara ofensif.
Jelas bahwa dengan membaca alasan Paulus mengapa orang-orang Kristen harus
mengenakan perisai Allah (agar mereka dapat “bertahan melawan rancangan Iblis”), kita
tahu bahwa ia terutama berbicara tentang penggunaan perisai untuk bertahan. Lagipula,
walaupun dianggap senjata ofensif, pedang adalah senjata pertahanan, karena pedang
dapat menghalangi dan melindungi dari tusukan pedang lawan.
Lagipula, harus hati-hati agar kita tak membelokkan seluruh metafora, ketika kita coba
menarik fungsi perisai yang benar-benar tidak ada dari berbagai asesoris itu. Ketika kita
mulai berpikir tentang hakekat pedang yang defensif dan ofensif, mungkin sekali kita
“terlalu jauh mengartikan perumpamaan” ketika kita memilah-milah satu metafora
sederhana yang tak pernah dimaksdukan untuk dipilah-pilah seperti itu.
Tidakkah Yesus Memerintahkan Kita untuk “Mengikat Orang kuat”? (But
Didn’t Jesus Instruct Us to “Bind the Strong Man”?)
Tiga kali dalam kitab-kitab Injil, Yesus menyebutkan “mengikat orang kuat.” Tetapi,
dalam tiga kejadian itu, tak sekalipun Yesus berkata kepada para pengikutNya bahwa
“mengikat orang kuat” adalah sesuatu yang harus mereka praktekkan. Periksa dengan
cermat perkataan Yesus, dan bacalah perkataanNya berdasarkan konteks:
Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan:
"Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah,
kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah,
rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak
melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan,
melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorangpun dapat memasuki
rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya
dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan
diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat
Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena
berbuat dosa kekal." Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia
kerasukan roh jahat. (Markus 3:23-30, tambahkan penekanan).
Perhatikan, Yesus tak mengajar para pengikutNya untuk mengikat orang kuat
manapun. Sebaliknya, Ia menjawab kritikan para ahli Taurat di Yerusalem yang
menguasai logika yang tak tergoyahkan dan metafora yang jelas.
Mereka menuduhNya mengusir roh-roh jahat dengan menggunakan kuasa Setan. Ia
menjawab dengan berkata bahwa Setan akan jadi gila bila melawan diriNya. Siapapun
tak dapat menentang hal itu.
Jika bukan kuasa Setan yang Yesus pakai untuk mengusir roh-roh jahat, maka kuasa
siapa yang Ia gunakan? Pasti kuasa Allah, kuasa Roh Kudus yakni kuasa yang lebih kuat
daripada kuasa Setan. Jadi, Yesus berbicara dengan memakai metafora tentang Setan,
dengan membandingkannya dengan orang kuat yang menjaga harta-miliknya. Satu-
satunya pribadi yang sanggup mengambil harta-milik orang kuat adalah orang yang
bahkan lebih kuat, yakni diriNya. Inilah penjelasan yang benar mengenai cara Ia
mengusir roh-roh jahat.
Perikop yang menyebutkan orang kuat, juga perikop-perikop serupa dalam Matius dan
Lukas, tak dapat dipakai untuk membenarkan tindakan “mengikat orang-orang kuat” di
atas kota-kota. Lagipula, ketika memperhatikan bagian lain dalam Perjanjian Baru, kita
tidak temukan contoh siapapun “yang mengikat orang-orang kuat” di atas suatu kota, atau
instruksi apapun untuk melakukan hal itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa adalah tidak
Alkitabiah bila ada orang Kristen coba mengikat dan melumpuhkan konon “orang kuat-
roh jahat” di atas satu kota atau wilayah.
Bagaimana dengan “Ikatan di Bumi dan di Sorga”? (What About “Binding on
Earth and in Heaven”?)
Hanya dua kali dalam kitab-kitab Injil bisa ditemukan perkataan Yesus, “Apa yang
kauikat di dunia ini akan [atau sudah] terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia
ini akan [atau sudah] terlepas di sorga.” Kedua contoh itu terdapat dalam Injil Matius.
Apakah Yesus mengajar bahwa kita dapat dan harus “mengikat” roh-roh Setan di
udara?
Pertama, perhatikan kata-kata mengikat dan melepaskan. Penggunaan kedua kata itu
oleh Yesus jelaslah hanya gambaran, karena Ia tentu tak bermaksud agar pengikutNya
mengambil tali dalam arti sebenarnya untuk mengikat satu benda atau melepaskan satu
benda yang terikat dengan tali itu. Jadi, apa maksud Yesus?
Untuk mendapatkan jawaban, kita harus perhatikan penggunaan kata-kataNya
mengikat dan melepaskan dalam konteks apapun yang sedang Ia bicarakan saat itu.
Apakah ia sedang berbicara tentang roh-roh jahat? Jika demikian, kita dapat simpulkan
bahwa firmanNya tentang mengikat berlaku pada pengikatan roh-roh jahat.
Perhatikan perikop pertama di mana Yesus menyebutkan hal mengikat dan
melepaskan:
Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka
jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus
kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang
menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata
kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan
jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan
kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa
yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Matius 16:15-19,
tambahkan penekanan).
Pastilah, perikop itu ditafsirkan dalam banyak cara karena ada sedikitnya lima
metafora: (1) “daging dan darah”, (2) “batu”, (3) “alam maut (gerbang-gerbang Hades)”,
(4) “kunci-kunci kerajaan sorga”, dan (5) “ikatan/kelepasan.” Semua ungkapan itu hanya
gambaran, yang berbicara tentang sesuatu lain.
Alam Maut / Gerbang-Gerbang Hades (Hades’ Gates)
Tak peduli pengertian tepat dari metafora-metafora di atas, dapat dipahami bahwa
dalam perikop itu, Yesus tak menyebutkan roh-roh jahat. PenyebutanNya yang terdekat
adalah “alam maut (gerbang-gerbang Hades)”, yang bersifat simbolik, karena alam maut
(gerbang-gerbang Hades) tak punya cara apapun untuk menghambat gereja.
Apa yang menjadi gambaran dari “alam maut (gerbang-gerbang Hades)”? Mungkin,
alam maut adalah simbol dari kuasa Setan, dan Yesus bermaksud bahwa kuasa Setan tak
akan sanggup menghentikan pembangunan gerejaNya. Atau, mungkin Yesus bermaksud
bahwa gereja, yang Ia akan bangun, menyelamatkan orang-orang agar tidak memasuki
kurungan di belakang alam maut (gerbang-gerbang Hades).
Perhatikan bahwa Yesus sebenarnya mengacu kepada dua kelompok gerbang: alam
maut (gerbang-gerbang Hades), dan gerbang-gerbang ke sorga, yang dimaknai oleh Dia
yang memberikan “kunci sorga” kepada Petrus. Pertentangan ini mendukung ide bahwa
pernyataan Yesus tentang alam maut (gerbang-gerbang Hades) menggambarkan peranan
gereja dalam menyelamatkan orang-orang agar tak sampai ke Hades.
Meskipun Yesus bermaksud bahwa “semua kuasa Setan tidak akan menghentikan
gerejaNya”, tak dapat disimpulkan bahwa komentar-komentarNya tentang mengikat dan
melepaskan sebagai perintah untuk melakukan tindakan terhadap roh-roh jahat di atas
kota, dengan alasan sederhana sehingga tak ada contoh dalam kitab-kitab Injil atau Kisah
Para Rasul tentang seseorang yang mengikat roh-roh jahat di atas kota, juga tak ada
perintah dalam suratan-suratan untuk melakukan hal itu. Bagaimanapun tafsiran
perkataan Kristus tentang mengikat dan melepaskan, penafsiran kita harus didukung
menurut konteks di bagian lain dalam Perjanjian Baru.
Tanpa contoh apapun di Alkitab, kita heran betapa sering orang-orang Kristen berkata,
“Aku ikat Iblis dalam nama Yesus” atau “Aku lepaskan para malaikat atas orang itu” dan
seterusnya. Dalam Perjanjian Baru, tak akan pernah ditemukan siapapun yang berkata
begitu. Penekanan dalam Kisah Para Rasul dan suratan-suratan bukanlah pada berbicara
kepada Iblis atau mengikat dan melepaskan roh-roh jahat, tetapi pada penyebaran Injil
dan berdoa kepada Allah. Misalnya, saat Paulus terus dipukuli oleh utusan (”malaikat”)
Setan, ia tak coba “mengikat”nya. Ia mendoakan hal itu kepada Allah (lihat 2 Korintus
12:7-10).
Kunci ke Sorga (The Keys to Heaven)
Selanjutnya, perhatikan konteks perkataan Yesus tentang mengikat dan melepaskan.
Perlu dicatat, tepat sebelum Ia menyebutkan hal mengikat dan melepaskan, Yesus berkata
bahwa Ia akan memberikan kepada Petrus “kunci kerajaan sorga.” Petrus tak pernah
diberi kunci yang sebenarnya untuk gerbang-gerbang surga, sehingga perkataan Yesus
harus diartikan sebagai gambaran. Apa gambaran “kunci” itu? Kunci menggambarkan
cara-cara untuk mendapatkan akses ke sesuatu yang terkunci. Orang yang memiliki
kunci memiliki cara yang tak dimiliki orang lain untuk membuka pintu tertentu.
Ketika memperhatikan pelayanan Petrus seperti dalam Kisah Para Rasul, apa yang bisa
kita dapatkan, yang Petrus sedang lakukan dan dianggap sama dengan membuka pintu
yang terkunci bagi orang lain?
Utamanya, Petrus menyebarkan Injil, Injil yang membuka pintu-pintu sorga untuk
semua orang yang akan percaya (dan Injil yang menutup alam-maut/gerbang-gerbang
Hades). Dengan arti itu, kita semua telah diberi kunci menuju kerjaan sorga, karena kita
adalah utusan-utusan Kristus. Kunci menuju kerjaan sorga hanya dapat melalui Injil
Yesus Kristus, yakni pesan yang membuka gerbang-gerbang sorga.
Dan Kini, Ikatan dan Kelepasan (And Now, Binding and Loosing)
Akhirnya, setelah berjanji memberikan kunci menuju kerajaan sorga kepada Petrus,
Yesus membuat pernyataan tentang mengikat dan melepaskan, yang menjadi ungkapan
kelimaNya sebagai gambaran dalam perikop yang tengah dibahas itu.
Dalam konteks pernyataan yang sudah kita bahas, apa maksud Yesus? Bagaimana
penerapan tindakan mengikat dan melepaskan oleh Petrus kepada tindakan membangun
gerejaNya oleh Yesus, bagaimana penerapannya pada penyelamatan orang-orang agar tak
menuju ke alam-maut/Hades, dan bagaimana penerapannya pada penyebaran Injil?
Hanya ada satu kemungkinan. Yesus bermaksud, “Aku sahkan anda sebagai wakil dari
sorga. Penuhi tanggung-jawab anda di bumi, dan sorga akan mendukung anda.”
Jika seorang atasan berkata kepada bawahan, “Apapun yang engkau lakukan di
Bangkok akan dilakukan di kantor pusat”, bagaimana bawahan itu menafsirkan kata-kata
atasannya? Ia akan tafsirkan kata-kata itu bahwa ia diberi kuasa untuk mewakili
perusahaannya di Bangkok. Maksud Yesus adalah agar Petrus yang di bumi diberi kuasa
untuk mewakili Allah di sorga. Janji bagi Petrus akan mendukung kepercayaan dirinya
ketika ia mulai menyebarkan pesan Allah di Yerusalem di bawah kritikan ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi —orang-orang yang menganggap dirinya sebagai wakil-wakil sah
dari Allah, dan yang sebelumnya dihormati oleh Petrus.
Penafsiran tentang perkataan Yesus itu selaras dengan penggunaan kedua dari Yesus
tentang ungkapan yang sama, dalam dua pasal setelah perikop pertama Injil Matius:
"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia
mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak
mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas
keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak
mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak
mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak
mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang
kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata
kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga,
permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di
mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-
tengah mereka." (Matius 18:15-20, tambahkan penekanan).
Dalam perikop kedua tentang mengikat dan melepaskan, jelas tiada hal dalam teks
yang membuat kita percaya bahwa Yesus sedang berbicara tentang mengikat roh-roh
jahat. Di sini Kristus berbicara tentang mengikat dan melepaskan secara langsung, setelah
berbicara tentang disiplin gereja.
Tampak ditunjukkan bahwa dengan acuan mengikat dan melepaskan pada perikop itu,
ada satu maksud Yesus, seperti, “Aku akan memberimu tanggung-jawab untuk
menentukan siapa yang akan ada di gereja dan siapa yang tak akan ada di gereja. Itu
tugasmu. Ketika engkau memenuhi tanggung-jawabmu, sorga akan mendukungmu.”
Dalam penerapan yang lebih luas, Yesus hanya berkata, “Engkau diberi hak di bumi
sebagai wakil sorga. Engkau punya tanggung-jawab, dan ketika engkau penuhi tanggung-
jawabmu di bumi, sorga akan selalu mendukungmu.”
Konteks Mengikat dan Melepaskan (Binding and Loosing in Contexts)
Penafsiran itu cocok sekali dalam konteks langsung juga dalam konteks lebih luas
dalam ayat-ayat lain Perjanjian Baru.
Mengenai konteks langsung, perlu dicatat bahwa setelah pernyataanNya tentang
mengikat dan melepaskan, Yesus berkata: “Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua
orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu
akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 18:19; tambahkan penekanan).
Ada lagi tema “apa yang anda lakukan di bumi akan didukung di sorga.” Kita di bumi
diberi hak dan tanggung-jawab untuk berdoa. Ketika kita lakukan, sorga akan menjawab.
Perkataan Yesus, “Dan lagi Aku berkata ...” menunjukkan bahwa Ia memperluas pada
pernyataanNya terdahulu tentang mengikat dan melepaskan.
Pernyataan akhir Yesus dalam perikop itu, “Sebab di mana dua atau tiga orang
berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”, juga mendukung
tema “sorga akan mendukung anda”. Ketika orang-orang percaya berkumpul dalam
namaNya, Ia yang di sorga akan hadir.
Meskipun anda tak sependapat dengan tafsiran saya tentang perikop-perikop yang
tengah dibahas, anda mau tak mau harus memberi argumen yang jelas dan Alkitabiah
yang Yesus bicarakan tentang mengikat roh-roh jahat di atas kota-kota!
Rencana Ilahi Allah Melibatkan Setan (God’s Divine Plan Includes Satan)
Setan dan para malaikatnya adalah pasukan pemberontak, tetapi tak satupun tentara
ada di luar kendali Allah. Pasukan pemberontak adalah ciptaan Allah, (walaupun mereka
bukan pemberontak ketika pertama kali diciptakan). Paulus menulis:
Karena di dalam Dialah [Kristus] telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga
dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana,
maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan
oleh Dia dan untuk Dia. (Kolose 1:16, tambahkan penekanan).
Yesus menciptakan setiap roh malaikat dari tiap tingkatan, termasuk Setan. Apakah Ia
tahu bahwa beberapa roh akan memberontak? Tentu saja. Lalu mengapa Ia menciptakan
mereka? Karena Ia akan memakai roh-roh pemberontak untuk menggenapkan
rencanaNya. Jika Ia tak punya rencana untuk mereka, mereka hanya akan
dipenjarakanNya, karena Ia telah memenjarakan beberapa malaikat pemberontak (lihat 2
Petrus 2:4) dan karena suatu hari Ia akan memenjarakan Setan (lihat Wahyu 20:2).
Allah punya alasan mengizinkan Setan dan setiap roh jahat untuk bekerja di atas bumi.
Jika Ia tak izinkan, maka Setan dan roh-roh jahat sama sekali tak akan melakukan
apapun. Apa alasan Allah izinkan Setan untuk bekerja di atas bumi? Entahlah ada orang
yang paham alasanNya, namun Ia telah ungkapkan beberapa alasan dalam FirmanNya.
Pertama, Allah izinkan Setan untuk bekerja secara terbatas di atas bumi untuk
menggenapi rencanaNya dengan mencobai manusia. Setan menjadi alternatif bagi
kesetiaan umat manusia. Disadari atau tidak, orang-orang ada dalam kuasa Allah atau
Setan. Allah izinkan Setan untuk mencobai Adam dan Hawa, yang memiliki kehendak
bebas yang Allah berikan, untuk menguji mereka. Tiap orang yang punya kehendak
bebas harus diuji untuk mengungkapkan apa yang di dalam hatinya, apakah taat atau
tidak-taat.1
Kedua, Allah izinkan Setan untuk bekerja secara terbatas di atas bumi sebagai agen
amarahNya terhadap pembuat kejahatan. Sebelumnnya saya sudah buktikan hal itu
dengan menyebut beberapa contoh dalam Alkitab ketika Allah menghukum orang-orang
yang layak mendapatkannya melalui roh-roh jahat. Fakta bahwa Allah izinkan Setan
untuk memerintah orang-orang yang belum diselamatkan di dunia menjadi indikasi
amarahNya kepada mereka. Allah menghukum orang-orang jahat dengan membiarkan
orang-orang tak bermoral untuk menguasai mereka, dan juga Ia izinkan roh-roh jahat
1 Konsep ini dibahas lebih menyeluruh dalam buku saya, God’s Tests, yang dapat dibaca dalam Bahasa
Inggris di situs www.shepherdserve.org
menguasai mereka, dengan lebih menyengsarakan hidup mereka.
Ketiga, Allah izinkan Setan untuk beroperasi secara terbatas di atas di bumi untuk
memuliakan diriNya. “Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia
membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (1 Yohanes 3:8). Setiap kali Allah
membasmi salah-satu pekerjaan Setan, hal itu akan memuliakan kuasa dan hikmatNya.
Yesus adalah Kepala Atas Penguasa-Penguasa (Jesus is the Head Over
Principalities and Powers)
Sebagai orang Kristen, kita punya dua tanggung-jawab Alkitabiah untuk melawan
Setan dan roh-roh jahat dalam kehidupan kita (Yakobus 4:7), dan mengusir Setan dan
roh-roh jahat dari orang-orang lain yang mau dibebaskan (Markus 16:17). Tiap orang
Kristen yang berpengalaman mengusir roh-roh jahat dari orang-orang lain tahu bahwa
umumnya jika orang yang kerasukan setan tak ingin dibebaskan, ia takkan sanggup
mengusir roh jahat itu.2 Allah menghormati kehendak bebas setiap orang, dan jika ada
orang ingin menyerah kepada roh-roh jahat, Allah takkan menghentikannya.
Tetapi, hal itu menjadi alasan lain mengapa kita tak sanggup menghancurkan roh-roh
teritorial di atas wilayah geografis. Roh-roh jahat itu mencengkeram orang-orang karena
itulah pilihan mereka. Dengan mengabarkan Injil kepada mereka, kita tawarkan pilihan
bagi mereka. Jika mereka membuat pilihan benar, mereka akan terbebas dari Setan dan
roh-roh jahat. Tetapi, jika mereka membuat pilihan keliru untuk tidak bertobat, Allah
akan izinkan Setan untuk menawan mereka.
Yesus disebutkan dalam Alkitab sebagai “kepala semua pemerintah dan penguasa”
(Kolose 2:10). Walaupun kata-kata bahasa Yunan untuk memerintah (arche) dan kuasa
(exousia) kadang-kadang digunakan sebagai gambaran pemimpin politik, kata-kata itu
juga digunakan dalam Perjanjian Baru sebagai gelar untuk penguasa-penguasa roh jahat.
Contohnya adalah perikop tentang perjuangan orang Kristen melawan pemerintah (arche)
dan penguasa (exousia) dalam Efesus 6:12
Ketika kita baca, sesuai konteks, tulisan Paulus tentang Yesus yang menjadi kepala
atas semua pemerintah dan penguasa dalam Kolose 2:10, jelas ia sedang berbicara 2 Pengecualian kepada aturan itu adalah keadaan pada orang-orang yang dikendalikan oleh roh-roh jahat
sehingga mereka tak punya cara menyampaikan keinginan mereka untuk mendapatkan kebebasan. Dalam keadaan demikian, karunia-karunia khusus dari Roh akan menghasilkan pelepasan, dan karunia-karunia Roh bekerja jika Roh menghendaki.
tentang kuasa-kuasa roh. Misalnya, pada perikop yang sama empat ayat kemudian,
Paulus menulis tentang Yesus, “Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-
penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenanganNya atas mereka.”
(Kolose 2:15).
Jika Yesus adalah kepala dari semua penguasa roh dan pemerintah, maka Ia berdaulat
atas mereka. Inilah pewahyuan yang ajaib bagi orang-orang Kristen yang hidup di tengah
kebudayaan berhala dan animisme, di mana mereka dulu hidup dengan menyembah
dewa-dewa karena mereka takut akan roh- roh jahat yang menguasai mereka.
Cara Satu-satunya Melepaskan Diri (The Only Way of Escape)
Cara satu-satunya untuk melepaskan diri dari cengkeraman roh-roh jahat adalah
bertobat dan percaya kepada Injil. Itu cara yang Allah berikan. Tak seorangpun dapat
mengikat kekuatan-kekuatan Setan di atas sebuah kota dan membebaskan anda
seluruhnya atau sebagian. Sebelum seorang bertobat dan percaya Injil, ia tinggal dalam
murka Allah (lihat Yohanes 3:36), termasuk cengekeraman kekuatan Setan.
Itu sebabnya perubahan tidak tampak di kota-kota di mana diadakan konferensi dan
sesi peperangan rohani, karena tak ada kejadian yang dapat mempengaruhi hirarki Setan
yang berkuasa di kota-kota itu. Orang-orang Kristen dapat meneriaki penguasa dan
pemerintah di udara; mereka dapat coba menyiksa Iblis dengan “bahasa-bahasa lidah
peperangan”; mereka dapat katakan jutaan kali “Aku ikat kalian roh-roh jahat di atas kota
ini”; mereka bahkan dapat melakukan semua hal itu di dalam pesawat terbang dan di
lantai-lantai atas gedung-gedung pencakar langit (seperti dilakukan beberapa orang); dan
akibatnya roh-roh jahat itu akan menertawai orang-orang Kristen yang bodoh.
Kita teruskan ke mitos modern keenam tentang peperangan rohani.
Mitos #6: “Peperangan roh melawan roh-roh teritorial membuka pintu bagi
penginjilan yang efektif.”
Motivasi pendorong bagi orang-orang Kristen yang ikut dalam peperangan rohani
melawan roh-roh teritorial adalah keinginan mereka untuk melihat perkembangan
Kerajaan Allah. Untuk itu, mereka layak dihargai. Setiap orang Kristen ingin melihat
lebih banyak orang terbebas dari cengkeraman Setan.
Tetapi, yang penting adalah pakailah metode Allah untuk membangun Kerajaan Allah.
Allah tahu apa yang bekerja dan apa yang hanya buang-buang waktu. Ia mengatakan
tanggung-jawab kita terkait dengan perluasan kerajaanNya. Adalah bodoh bila kita
berpikir bahwa kita dapat melakukan sesuatu yang tidak ada dalam Alkitab, yang dapat
meningkatkan efektifitas penginjilan kita, sesuatu yang tak pernah dilakukan dalam
pelayanan Yesus, Petrus, atau Paulus.
Mengapa banyak orang Kristen menganggap bahwa peperangan rohani dapat
membuka pintu bagi penginjilan yang efektif? Alur nalar mereka biasanya mirip seperti
ini: “Setan telah membutakan pemikiran orang-orang yang belum selamat. Karena itu,
kita harus lakukan peperangan rohani melawan Setan untuk menghentikannya agar tak
membutakan mereka. Ketika hal-hal yang membutakan itu dienyahkan, maka semakin
banyak orang yang akan percaya Injil.” Apakah ini benar?
Tentu, Setan telah membutakan pikiran orang-orang tidak percaya. Paulus menulis:
Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka,
yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah
dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang
kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. (2 Korintus 4:3-4).
Dan muncullah pertanyaan: Apakah Paulus memberi informasi itu kepada orang-
orang Kristen di Korintus demi memberikan motivasi kepada mereka untuk melakukan
peperangan rohani dan menghancurkan roh-roh teritorial sehingga orang-orang yang
belum selamat akan menjadi lebih mau menerima berita keselamatan?
Jawabannya adalah Tidak karena ada alasan yang jelas.
Pertama, karena Paulus tidak berkata, “Karena itu orang-orang Korintus, karena Setan
telah membutakan orang-orang yang tidak percaya, saya ingin kalian lakukan peperangan
rohani dan hancurkan roh-roh teritorial sehingga hal-hal yang membutakan akan
dienyahkan.” Sebaliknya, yang disebutkan adalah penyampaian khotbahnya tentang
Kristus, yang adalah cara mengenyahkan kebutaan rohani.
Kedua, tak satupun dalam suratan-suratannya, Paulus memerintahkan orang-orang
percaya untuk ikut menghancurkan kubu pertahanan di atas kota-kota mereka sehingga
dapat meningkatkan buah-buah penginjilan.
Ketiga, dari pembacaan semua suratan Paulus ternyata ia tak percaya cara Setan
membutakan sebagai alasan utama mengapa orang-orang tidak percaya tetap tidak
percaya. Cara Setan membutakan adalah faktor pendukung, namun bukan jadi faktor
utama atau faktor satu-satunya. Faktor utama yang membuat orang-orang tidak selamat
adalah kekerasan hati mereka. Jelas itu alasan sederhana mengapa Setan tak sanggup
membutakan orang. Ketika mendengar kebenaran, sebagian orang mempercayainya, lalu
meninggalkan segala dusta yang dulunya mereka percayai. Bukanlah cara Setan untuk
membutakan sehingga mereka tak percaya, karena ketidakpercayaan mereka Setan dapat
saja membutakan mereka.
Hati yang Tumpul (Callous Hearts)
Dalam suratnya kepada jemaat Efesus, rasul Paulus tepat menjelasakan mengapa
orang-orang bukan-Kristen tetap tidak percaya:
Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup
lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang
sia-sia dan pengertiannya yang gelap [mungkin mengacu pada pembutaan oleh
Setan], jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di
dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul,
sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan
serakah segala macam kecemaran. (Efesus 4:17-19, tambahkan penekanan).
Paulus berkata bahwa orang yang belum diselamatkan dikeluarkan dari kehidupan
Allah karena “ketidakpedulian dalam diri mereka.” Tetapi, mengapa mereka tak peduli?
Mengapa “pengertian mereka sudah gelap”? Jawabannya “Karena kedegilan hati
mereka.” Mereka menjadi “tumpul.” Itulah penyebab mereka tetap tak diselamatkan.3
Mereka menanggung kesalahan sendiri. Setan hanya menyampaikan dusta yang mereka
yakini.
Perumpamaan Yesus tentang Penabur dan jenis-jenis tanah memberikan gambaran
konsep di atas dengan sempurna:
Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia
menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-
burung di udara memakannya sampai habis. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu 3 Gambaran Paulus tentang orang-orang tak percaya dalam Roma 1:18-32 juga mendukung konsep yang
sama itu.
ialah Firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah
mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati
mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. (Lukas 8:5, 11-12).
Perhatikan bahwa benih, yang melambangkan Injil, jatuh di pinggir jalan dan diinjak-
injak orang. Benih itu dapat tumbuh di tanah keras, tempat yang sering dilewati orang-
orang. Jadi, benih itu sangat mudah dicuri oleh burung, sebagai gambaran Iblis.
Inti keseluruhan perumpamaan itu adalah membandingkan kondisi hati tiap orang (dan
kerelaan hati untuk menerima Firman Allah ) dengan berbagai jenis tanah. Yesus
menjelaskan mengapa sebagian orang percaya dan mengapa sebagian lain tidak percaya:
Semua tergantung pada mereka.
Bagaimana gambaran Setan? Setan hanya sanggup mencuri Firman dari orang yang
berhati keras. Burung dalam perumpamaan itu adalah penyebab sekunder terkait dengan
benih yang tak bertunas. Masalah utamanya adalah tanah; ternyata, kekerasan tanah
memungkinkan burung untuk mencuri benih.
Hal yang sama berlaku pada Injil. Masalahnya adalah hati yang keras dari agen moral
bebas. Ketika seseorang menolak Injil, ia memilih untuk tetap dibutakan. Ia lebih suka
percaya kebohongan bukannya kebenaran. Seperti yang Yesus katakan, “Terang telah
datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih suka kegelapan dari pada terang, sebab
perbuatan-perbuatan mereka jahat” (Yohanes 3:19, tambahkan penekanan).
Alkitab tidak membuat kita percaya bahwa orang-orang adalah kawanan yang tulus
hati dan baik hati, yang akan mempercayai Injil jika Setan hanya akan berhenti
membutakan mereka. Sebaliknya, Alkitab membuat gambaran yang sangat kabur tentang
karakter manusia, dan Allah akan menuntut setiap orang untuk bertanggung-jawab atas
setiap pilihan dosanya. Sambil duduk di tahta penghakimanNya, Allah tak akan
menerima alasan siapapun bahwa “Iblis menyebabkan saya melakukan dosa itu.”
Cara Setan Membutakan Pikiran Manusia (How Satan Blinds People’s Minds)
Bagaimana cara Setan membutakan pikiran orang? Apakah ia punya kekuatan mistik
yang ia curahkan, seperti cairan berkhasiat ke atas kepala orang untuk mengaburkan
pemahaman orang itu? Apakah roh jahat menancapkan cakar-cakarnya ke dalam otak
orang itu, yang efektif memutus proses berpikir dengan nalar dari orang itu? Tidak, Setan
membutakan pikiran orang itu dengan menanamkan dusta agar orang itu meyakininya.
Jelaslah, jika setiap orang sungguh percaya kebenaran bahwa Yesus adalah Anak
Allah yang mati untuk dosanya, dan jika ia sungguh percaya bahwa kelak ia harus berdiri
di hadapanNya untuk membeberkan kehidupannya, maka ia harus bertobat dan menjadi
pengikutNya. Tetapi, orang itu tidak mempercayai hal-hal itu. Tetapi, ia mempercayai
sesuatu. Ia mungkin percaya bahwa tak ada Allah, atau tiada kehidupan setelah kematian.
Ia mungkin percaya kepada reinkarnasi, atau Allah tak akan pernah mengirimkan
siapapun ke neraka. Ia mungkin berpikir bahwa tugas-tugas religiusnya akan
membawanya masuk ke sorga. Tetapi apapun yang dipercayainya, jika bukan Injil, maka
dapat disimpulkan dalam satu kata: dusta. Ia tidak percaya kebenaran, sehingga Setan
tetap membutakannya melalui berbagai dusta. Tetapi, jika ia merendahkan dirinya sendiri
dan mempercayai kebenaran, Setan tak akan sanggup membutakannya lagi.
Dusta dalam Kegelapan (The Lies of Darkness)
Dalam Alkitab, kerajaan Setan disebut sebagai “kuasa kegelapan” (Kolose 1:13).
Sudah tentu, kegelapan melambangkan ketiadaan kebenaran —ketiadaan terang atau
pencerahan. Ketika ada dalam kegelapan, anda meraba-raba dengan imajinasi anda dan
biasanya anda akan terluka. Itulah keadaannya bila kita ada dalam kerajaan kegelapan
Setan. Orang yang ada di dalamnya meraba-raba kehidupannya lewat imajinasi, dan
imajinasinya penuh dengan dusta Setan. Ia ada dalam kegelapan roh.
Kerajaan Setan digambarkan bukan sebagai kerajaan geografis yang memiliki batas-
batas tertentu, tetapi sebagai kerajaan keyakinan dalam dusta. Kerajaan kegelapan berada
di tempat yang sama dengan kerajaan terang. Orang yang percaya kebenaran hidup di
antara orang yang percaya dusta.4 Tugas utama kita ialah mengabarkan kebenaran kepada
orang yang percaya dusta. Ketika orang mempercayai kebenaran, Setan kehilangan satu
lagi warganya karena ia tak lagi sanggup menipunya.
Jadi, kita buat orang yang belum selamat terbebas dari Setan, dengan tidak “mengikat”
roh-roh jahat yang ada di atas mereka dengan mengatakan kebenaran. Yesus berkata,
“Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”
(Yohanes 8:32, tambahkan penekanan). Kebutaan rohani dihapuskan dengan kebenaran.
4 Tentunya, benar bahwa di berbagai wilayah geografis, ada lebih sedikit atau lebih banyak orang dalam
salah satu kerajaan.
Pada perikop sama dalam Injil Yohanes, Yesus berkata kepada banyak orang yang
belum diselamatkan:
Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan
bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam
kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia
berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-
Ku. (Yohanes 8:44-45, tambahkan penekanan).
Perhatikan perbedaan yang Yesus sebutkan antara diriNya dan Iblis. Ia berbicara
tentang kebenaran; Setan adalah pembohong besar.
Perhatikan juga, meskipun Yesus berkata kepada para pendengarNya bahwa mereka
berasal dari bapa segala dusta, Iblis; dan meskipun Ia menyatakan bahwa Iblis sebagai
pendusta, Ia masih memberi tanggung-jawab bagi mereka untuk mempercayai kebenaran
yang Ia katakan. Bukan salah Iblis bila mereka dibutakan —itu salah mereka sendiri.
Yesus menganggap mereka bertanggung-jawab. Setan membantu orang yang “mencintai
kegelapan” untuk tetap dalam kegelapan dengan membuatnya mempercayai dusta.
Tetapi, Setan tak sanggup membodohi siapapun yang percaya kebenaran.
Sehingga, cara untuk dapat menekan kerajaan kegelapan adalah menebar terang, yakni
kebenaran Firman Allah. Itu sebabnya Yesus tidak berkata, “Pergilah ke seluruh dunia
dan ikatlah Iblis” tetapi sebaliknya, “Pergilah ke seluruh dunia dan beritakan Injil.” Yesus
berkata kepada Paulus bahwa tujuan khotbahnya adalah membuka mata mereka, supaya
mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan berbalik dari kuasa Iblis kepada Allah”
(Kisah Para Rasul 26:18, tambahkan penekanan). Ini memperjelas bahwa orang-orang
menjauhi kuasa Setan ketika mereka menentang kebenaran Injil, lalu memutuskan
berbalik dari kegelapan kepada terang, dengan mempercayai kebenaran, bukannya dusta.
Kubu yang akan kita “hancurkan” adalah kubu dusta dalam pikiran setiap orang.
Inilah Rencana Allah (This is God’s Plan)
Jangan lupa, Allah adalah oknum yang mengusir Setan dari sorga ke bumi. Ia bisa saja
mengusir Setan ke manapun di alam semesta atau mengurungNya selamanya. Tetapi Ia
tak melakukannya. Mengapa? Karena Allah ingin memakai Setan untuk menuntaskan
tujuan akhirNya —tujuan untuk memiliki keluarga besar dengan agen moral bebas pada
suatu hari yang akan mengasihiNya, yakni orang-orang yang memilih untuk
melayaniNya.
Jika Allah inginkan satu keluarga anak-anak yang akan mengasihiNya, maka ada dua
syarat. Pertama, Ia harus menciptakan orang-orang yang memiliki kebebasan kehendak,
karena fondasi kasih adalah kehendak bebas. Robot dan mesin tak dapat mencintai.
Kedua, Ia harus menguji anak-anakNya dalam lingkungan di mana mereka akan
menghadapi pilihan untuk menaati atau tidak menaatiNya, untuk mengasihi atau
membenciNya. Agen moral bebas harus diuji. Dan jika nanti ada ujian kesetiaan, maka
harus ada cobaan kepada ketidaksetiaan. Sehingga kita mulai mengerti mengapa Allah
menempatkan Setan di bumi. Setan akan menjadi pilihan lain bagi ketidaksetiaan umat
manusia. Ia akan diizinkan (dengan batasan-batasan tertentu) untuk mempengaruhi
siapapun yang menerima dusta-dustanya. Setiap orang akan dihadapkan dengan pilihan:
Apakah saya akan mempercayai Allah atau Setan? Apakah saya akan melayani Allah
atau Setan? Disadari atau tidak, setiap orang telah membuat keputusannya. Tugas kita
adalah memberi dorongan kepada tiap orang yang telah membuat keputusan keliru agar ia
bertobat dan mempercayai Injil, dan membuat keputusan yang benar.
Apakah bukan hal itu yang terjadi di Taman Eden? Allah menempatkan pohon
pengetahuan yang baik dan yang jahat di taman itu dan kemudian melarang Adam dan
Hawa memakan buahnya. Jika Allah tak ingin mereka memakannya, mengapa Ia
menempatkannya di sana? Karena pohon itu menjadi ujian.
Kita juga perlu catat bahwa Allah izinkan Setan untuk mencobai Hawa. Dan jika
kesetiaan diuji, harus ada cobaan terhadap ketidaksetiaan. Setan mendustai Hawa dan
Hawa mempercayainya, dan ketika itu, Hawa memutuskan tidak mempercayai perkataan
Allah. Akibatnya? Agen-agen moral bebas pertama mewujudkan ketidaksetiaan di dalam
hati mereka.
Dengan cara serupa, setiap agen moral bebas diuji dalam seluruh hidupnya. Allah telah
mengungkapkan diriNya melalui ciptaanNya, sehingga setiap orang dapat memahami
bahwa ada Allah yang mengagumkan (lihat Roma 1:19-20). Allah telah memberikan
kata-hati kepada kita, dan di hati kita, kita tahu kebenaran dari kesalahan (lihat Roma
2:14-16). Setan dan roh-roh jahat secara terbatas diizinkan untuk mendustai dan
mencobai manusia. Akibatnya, setiap agen moral bebas diuji.
Masalah sebenarnya adalah setiap agen moral bebas telah memberontak dan
“menggantikan kebenaran Allah dengan dusta” (Roma 1:25). Tetapi, syukur kepada
Tuhan bahwa Ia telah sediakan tebusan untuk dosa-dosa kita dan jalan untuk dilahirkan
dalam keluargaNya. Pengorbanan kematian Yesus adalah jawaban bagi semua masalah
kita.
Tipuan Setan, Sekarang dan Nanti (Satan’s Deception, Now and Later)
Jadi, kita mengerti satu alasan mengapa Iblis dan pasukan pemberontaknya diizinkan
bekerja di atas bumi: untuk menipu orang yang mencintai kegelapan.
Kebenaran itu selanjutnya dipertegas ketika kita lihat bahwa menurut kitab Wahyu,
kelak nanti Setan akan diikat oleh seorang malaikat dan dikurung selama seribu tahun.
Apa alasan pengurungan Setan? “Supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa”
(Wahyu 20:3). Selama seribu tahun itu, Yesus sendiri akan memerintah dunia dari
Yerusalem.
Tetapi setelah seribu tahun, Setan akan dilepaskan sejenak. Akibatnya? Ia “akan pergi
menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi” (Wahyu 20:8).
Jika Allah tak ingin Setan menipu orang-orang di saat itu, mengapa Ia akan
melepaskannya? Terutama bila melihat fakta bahwa Allah awalnya mengurung Setan
“agar ia tak akan lagi menyesatkan bangsa-bangsa”?
Sudah tentu, Allah mau agar Setan tidak menyesatkan siapapun. Tetapi Ia tahu, orang-
orang yang dapat disesatkan oleh Setan adalah mereka yang tidak percaya kepada semua
perkataanNya. Setan hanya dapat menyesatkan orang yang menolak kebenaran, sehingga
Allah izinkan Setan bekerja sekarang, dan Ia akan izinkan Setan untuk bekerja nanti.
Ketika Setan menipu orang-orang, keadaan hati mereka terkuak, sehingga Allah dapat
memisahkan “gandum dari lalang” (lihat Matius 13:24-30).
Itulah persis yang akan terjadi ketika berakhirnya seribu tahun ketika Setan dilepaskan.
Ia akan menyesatkan mereka yang mencintai kegelapan, lalu mereka akan
mengumpulkan pasukannya di sekeliling Yerusalem demi menghancurkan pemerintahan
Kristus. Allah tahu persis siapa yang mengasihi Dia dan yang membenciNya, sehingga Ia
akan segera mengirim “api dari sorga” yang akan “menghanguskan mereka” (Wahyu
20:10). Lalu, Setan akan melayani maksud-maksud Allah seperti yang dilakukannya
sekarang. Karena itu, adalah bodoh bila kita berpikir bahwa kita dapat “menghancurkan
roh-roh teritorial.” Allah izinkan roh-roh itu bekerja demi alasan-alasanNya sendiri.
Penginjilan yang Alkitabiah (Biblical Evangelism)
Kenyataan mendasar adalah Yesus atau para rasul Perjanjian Baru tidak melakukan
peperangan rohani yang, menurut beberapa orang, adalah kunci yang hilang pada
penginjilan yang efektif kini. Kita tak pernah temukan Yesus, Petrus, Yohanes, Stefanus,
Filipus, atau Paulus “yang menghancurkan kubu pertahanan” atau “mengikat orang-orang
kuat” di atas kota-kota di mana mereka berkhotbah. Sebaliknya, kita temukan mereka
mengikuti Roh Kudus terkait dengan tempat di mana Ia ingin mereka berkhotbah; kita
dapati mereka yang memberitakan Injil —yang memanggil orang-orang untuk bertobat
dan beriman kepada Kristus— dan ternyata mereka menikmati hasil-hasil yang
mengagumkan. Dan dalam kejadian-kejadian itu di mana mereka berkhotbah kepada
orang-orang yang menolak Injil, kita tak temukan orang “yang melakukan peperangan
rohani sehingga Setan tidak akan mampu terus membutakan pikiran mereka.” Sebaliknya,
kita dapati mereka “mengebaskan debu dari kaki” sesuai perintah Yesus dan mereka
pergi ke kota berikutnya (lihat Matius 10:14; Kisah Para Rasul 13:5).
Secara mengagumkan, siapapun dapat mengklaim bahwa “menghancurkan kubu
pertahanan” dan “mengikat orang-orang kuat” adalah syarat awal bagi keberhasilan
penginjilan ketika ada ribuan contoh kebangunan rohani besar dalam sejarah gereja di
mana “peperangan rohani” tersebut tak pernah dilakukan.
“Namun, cara-cara kita berhasil!” kata seseorang. “Karena kami mulai lakukan
peperangan rohani ini, makin banyak orang diselamatkan dibandingkan sebelunya.”
Jika hal itu benar, penyebabnya adalah sudah ada doa dan penginjilan yang lebih
Alkitabiah yang dilakukan di saat yang sama, atau karena sekelompok orang tiba-tiba
menerima Injil dengan lebih mudah.
Apa pendapat anda bila ada penginjil berkata, “Malam ini, sebelum saya berkhotbah di
kebaktian kebangunan rohani, saya makan tiga buah pisang. Dan ketika saya berkhotbah,
enambelas orang diselamatkan! Akhirnya saya temukan rahasia penginjilan yang efektif!
Mulai sekarang, saya akan makan tiga pisang sebelum saya berkhotbah!”?
Tentu anda akan berkata kepada penginjil itu, “Makan tiga pisang tak terkait dengan
keselamatan enam-belas orang. Kunci sukses anda adalah khotbah Injil, dan sudah ada
enam-belas orang telah menerima Injil setelah mendengar Injil.”
Allah menghormati FirmanNya. Jika Allah berjanji, dan seseorang memenuhi syarat-
syarat janji khusus itu, Allah akan memenuhi janjiNya, meskipun orang itu akan
melakukan hal-hal lain yang tidak Alkitabiah.
Hal itu berlaku pada praktek-praktek peperangan rohani kini. Jika anda mulai sebarkan
traktat dan “mengikat orang kuat” di atas kota, maka ada sejumlah orang yang akan
diselamatkan. Dan jika anda mulai sebarkan traktat tanpa mengikat orang kuat, jumlah
orang yang sama akan diselamatkan.
Cara Berdoa Menurut Alkitab untuk Tuaian Rohani (How to Pray Scripturally
for a Spiritual Harvest)
Bagaimana kita harus berdoa untuk orang yang belum selamat? Pertama, pahamilah
bahwa tak ada instruksi dalam Perjanjian Baru yang menyuruh kita berdoa agar Allah
menyelamatkan orang-orang, dan tak ada catatan mengenai orang-orang Kristen mula-
mula yang berdoa seperti itu. Karena dari sudut-pandang Allah, Ia telah melakukan
segala sesuatu yang perlu dilakukanNya agar semua orang di dunia dapat diselamatkan.
Ia sangat ingin mereka diselamatkan sehingga Ia korbankan AnakNya mati di kayu salib.
Tetapi mengapa tak semua orang diselamatkan? Karena tak semua orang percaya Injil.
Dan mengapa mereka tidak percaya? Hanya ada dua alasan: (1) Mereka telah mendengar
Injil, atau (2) Mereka telah mendengar Injil dan menolaknya.
Karena itu, cara kita berdoa menurut Alkitab untuk orang yang belum selamat adalah
doakan agar mereka mendapat kesempatan mendengarkan Injil. Misalnya, Yesus berkata
“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang
empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. (Lukas 10:2,
tambahkan penekanan). Agar orang-orang mendengar Injil dan diselamatkan, seseorang
harus memberitakan Injil kepada mereka. Itu sebabnya kita harus berdoa kepada Allah
untuk mengutus orang-orang kepada mereka.
Ketika gereja mula-mula berdoa terkait dengan tuaian rohani, doa mereka adalah,
“Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah
kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah
tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat
oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus.” (Kisah Para Rasul 4:29-30, tambahkan
penekanan).
Mereka meminta (1) kesempatan untuk memberitakan Injil dengan berani, atau (2)
keberanian untuk menyebarkan Injil selama kesempatan yang mereka miliki. Mereka
juga berharap Allah untuk meneguhkan Injil melalui berbagai kesembuhan dan tanda
mujizat. Itulah doa-doa menurut Alkitab, dan tujuannya adalah memberi kesempatan
kepada orang-orang untuk mendengar Injil. Allah menjawab doa mereka: “Dan ketika
mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua
penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.”
(Kisah Para Rasul 4:31).
Apa pendapat Paulus tentang cara orang-orang Kristen harus berdoa terkait dengan
menghasilkan tuaian rohani? Apakah ia menyuruh mereka untuk memohon Allah untuk
menyelamatkan lebih banyak orang? Tidak. Bacalah perkataannya berikut:
Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh
kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu. (2
Tesalonika 3:1, tambahkan penekanan).
Berdoalah juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku,
dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan
rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya
dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.
(Efesus 6:19-20, tambahkan penekanan).
Perkara seseorang diselamatkan atau tidak lebih banyak tergantung pada dirinya
dibandingkan pada Allah, sehingga doa-doa kita perlu ditujukan kepada orang-orang agar
mereka mendengar Injil dan juga ditujukan kepada Allah untuk menolong kita dalam
menyebarkan Injil. Allah akan menjawab doa-doa kita, tetapi tak menjamin siapapun
akan diselamatkan, karena Allah memberi hak kepada tiap orang untuk menjatuhkan
pilihannya sendiri. Keselamatan mereka tergantung pada tanggapan mereka kepada Injil.
Mitos #7: “Ketika seorang Kristen berdosa, ia membuka pintu bagi roh jahat
untuk masuk dan tinggal di dalam dirinya.”
Memang benar, ketika seorang Kristen berdosa, mungkin ia menyerah pada cobaan roh
jahat. Tetapi, menyerah pada sugesti roh jahat tak berarti bahwa roh jahat sendiri sanggup
masuk ke dalam diri orang percaya. Ketika kita berdosa sebagai orang-orang Kristen, kita
putuskan persekutuan dengan Allah karena kita sudah tidak taat padaNya (lihat 1Yohanes
1:5-6). Kita merasa bersalah. Tetapi, kita belum putuskan hubungan denganNya, karena
kita masih anak-anakNya.
”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes
1:9). Lalu persekutuan kita denganNya dipulihkan. Perhatikan, Yohanes tidak berkata
kita perlu dibersihkan dari tiap roh jahat di dalam diri ketika kita merasa bersalah karena
dosa.
Setiap saat, orang Kristen menghadapi cobaan dunia, daging dan Iblis. Paulus menulis
bahwa kita benar-benar berjuang melawan berbagai roh jahat (lihat Efesus 6:12). Karena
itu, terkadang roh-roh Setan merongrong orang percaya. Itu normal, dan kita
bertanggung-jawab melawan Iblis dan roh-roh jahat dengan iman dalam Firman Allah
(lihat 1 Petrus 5:8-9). Ketika kita percaya dan bertindak atas perkataan Allah, berarti kita
melawan Iblis.
Misalnya, bila Setan membawa pikiran-pikiran depresi, kita harus berpikir berdasarkan
Alkitab yang menentang depresi, dan menaati Firman Tuhan untuk “bersukacita selalu”
(1 Tesalonika 5:16) dan “mengucap syukur dalam segala hal” (1 Tesalonika 5:18). Kita
bertanggung-jawab untuk bertindak menurut Firman Allah dan mengganti pemikiran
Setan dengan pemikiran Allah.
Kita harus sadar bahwa sebagai agen moral bebas, kita dapat berpikir tentang apapun
yang kita mau. Jika seorang percaya terus-menerus memilih mendengar dan menyerah
kepada sugesti roh-roh jahat, ia tentu dapat membuka pikirannya kepada tekanan, yakni
suatu keadaan agar lebih mudah menerima dan lebih dikuasai oleh pikiran keliru. Jika ia
memilih menyerah, ia dapat terobsesi dengan satu jenis pikiran keliru, yang sangat jarang
dialami oleh seorang Kristen, tetapi bisa saja terjadi. Namun kemudian jika orang Kristen
yang terobsesi itu ingin bebas, dia perlu merenungkan Firman Allah dan menyerah
kepada Firman Allah dan melawan Iblis.
Tetapi mungkinkah ia pernah kerasukan? Mungkin saja, jika ia mau tegaskan dari
hatinya, tanpa ada tekanan, untuk menolak Kristus dan benar-benar meninggalkanNya.
Maka tentu ia tak lagi menjadi orang Kristen5 sehingga ia bisa kerasukan —bila ia lebih
banyak menyerahkan diri kepada roh jahat yang menekannya. Tetapi hal itu berbeda
dengan ide membiarkan roh jahat tinggal di dalammu melalui perbuatan satu dosa.
Nyata bahwa tak ada satupun contoh dalam Perjanjian Baru tentang orang Kristen
yang kerasukan roh jahat. Juga tak ada peringatan kepada orang-orang Kristen tentang
kemungkinan bahaya roh-roh jahat yang akan tinggal dalam diri mereka. Juga tak ada
perintah mengenai bagaimana mengusir roh-roh jahat dari sesama orang Kristen.
Yang benar adalah sebagai orang Kristen, kita tak perlu roh-roh jahat diusir dari kita
—yang perlu adalah memiliki pikiran yang dibaharui sesuai Firman Tuhan. Itulah yang
Alkitabiah. Paulus menuliskan:
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak
Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma
12:2).
Ketika pikiran kita dibersihkan dari pola-pola pikiran lama dan diperbaharui dengan
kebenaran Firman Allah, maka kita mendapat kemenangan atas kebiasaan dosa dan hidup
dalam cara Kristus. Kebenaran membebaskan kita (Yohanes 8:32). Kita diubahkan ketika
kita perbaharui pikiran kita, bukan ketika kita mengusir semua roh jahat.
Lalu mengapa ada banyak orang Kristen yang bersaksi bahwa mereka mengusir roh
jahat (atau roh-roh jahat) dari diri mereka? Mungkin, mereka hanya membayangkan
bahwa mereka memiliki roh jahat dalam diri mereka. Banyak orang Kristen bersikap naif
dan tak mengerti Firman Allah, sehingga mereka menjadi mangsa dari “pelayan
pelepasan” yang secara psikologis memanipulasi orang-orang untuk berpikir bahwa
mereka memiliki roh-roh jahat. Saat seseorang yakin ia punya satu roh jahat dalam
dirinya, akhirnya ia akan bekerjasama dengan orang yang tampak mampu mengusir roh
jahat itu.
Mungkin juga orang yang mengusir roh-roh jahat dari dirinya bukanlah orang percaya
sejati dalam Kristus pada saat pembebasannya, meskipun ia anggap dirinya orang
5 Mereka yang bertumpu pada posisi “sekali selamat, selamanya selamat” sudah pasti akan bertentangan.
Saya ingin mengajak mereka untuk membaca Roma 11:22; 1 Korintus 15:1-2; Filipi 3:18-19; Kolose 1:21-23 dan Ibrani 3:12-14, dengan memperhatikan khusus kepada kata “jika” kapanpun ditemukan.
percaya. Injil modern, yang sangat bertentangan dengan Injil Alkitab, telah menipu
banyak orang untuk berpikir bahwa merekalah orang-orang Kristen meskipun mereka tak
dapat dibedakan dari orang-orang bukan-Kristen dan Yesus bukanlah Tuhan mereka.
Dalam Alkitab, kita temukan bahwa ketika seseorang mempercayai Injil dan dilahirkan
kembali, roh-roh jahat yang ada di dalam dirinya otomatis keluar (lihat Kisah Para Rasul
8:5-7). Roh-roh jahat tak dapat merasuki orang yang ditinggali oleh Roh Kudus, dan Roh
Kudus berdiam di dalam semua orang yang dilahirkan kembali.
Mitos 8: “Dengan memperlajari sejarah satu kota, kita dapat menentukan roh
jahat mana yang mendominasi kota itu, sehingga kita dapat melakukan
peperangan rohani dengan lebih efektif dan akhirnya melakukan penginjilan.”
Mitos ini didasarkan pada beberapa pendapat yang tanpa dukungan Alkitab. Ada
pendapat bahwa roh-roh teritorial tinggal untuk waktu lama. Yakni, konon roh-roh yang
tinggal di atas satu daerah ratusan tahun lalu adalah roh-roh yang masih ada di tempat itu.
Sehingga, jika kita tahu sebuah kota didirikan oleh orang-orang yang tamak, maka dapat
disimpulkan bahwa ada roh-roh ketamakan yang mendominasi kota itu kini. Jika kota itu
dulunya adalah desa di zaman suku Indian kuno, dapat disimpulkan bahwa roh-roh
Shamanisme dan sihir mendominasi kota itu kini. Hal itu terus berlanjut.
Tetapi, benarkah bahwa kini masih ada penguasa jahat yang berada di atas satu daerah
geografis ratusan tahun lalu? Mungkin, tetapi tidak secara langsung.
Perhatikan kisah sebelumnya dari kitab Daniel pasal sepuluh. Dengan bantuan Mikhael
untuk memerangi “pemimpin kerajaan Persia”, malaikat tak bernama itu berkata kepada
Daniel, “Sebentar lagi aku kembali untuk berperang dengan pemimpin orang Persia, dan
sesudah aku selesai dengan dia, maka pemimpin orang Yunani akan datang.” (Daniel
10:20, tambahkan penekanan). Sejarah menyatakan bahwa kerajaan Persia jatuh ke
tangan bangsa Yunani melalui penaklukan Alexander Agung. Namun malaikat tak
bernama itu menyadari perubahan-perubahan yang akan terjadi dalam alam roh —
“pemimpin orang Yunani” akan datang.
Ketika pemimpin orang Yunani benar-benar datang, apakah ia memerintah dalam
wilayah roh atas Kekaisaran Yunani layaknya pemimpin kerajaan orang Persia
memerintah dalam wilayah roh atas kerajaan orang Persia? Wajarlah bila kita simpulkan
demikian, dan jika begitu, beberapa roh jahat tingkat tinggi mengubah lokasi geografis,
karena Kekaisaran Yunani praktis memasukkan seluruh wilayah kerajaan Persia. Ketika
terjadi berbagai perubahan politik di bumi, mungkin terjadi perubahan dalam kerajaan
kegelapan. Tetapi, faktanya, kita tak tahu hal itu jika Allah tak menyatakannya pada kita.
Walaupun demikian, hanya ada sedikit perbedaan pada pemerintahan roh-roh jahat
atas suatu daerah geografis tertentu, karena tak ada yang dapat dilakukan melalui
“peperangan rohani,” seperti dibuktikan sebelumnya.
Pengkategorian Berlebihan Roh-Roh Jahat (Over-Categorizing Evil Spirits)
Andaikan ada roh-roh pengatur yang mengkhususkan diri dalam dosa-dosa tertentu.
Alkitab tak mendukung konsep keseluruhan dari keberadaan “roh-roh ketamakan”, “roh-
roh hawa-nafsu”, “roh-roh religius”, “roh-roh perbantahan”, dan lain-lain, terlebih lagi
ide bahwa roh-roh yang berbeda itu ada dalam tingkat lebih tinggi dari roh-roh jahat yang
menguasai kerajaan kegelapan.
Walaupun muncul kekaguman kepada orang yang belum pernah mempelajari dengan
cermat keempat Injil, hanya ada tiga jenis tertentu roh jahat yang Yesus usir: Satu kali
disebutkan “roh bisu” (Lukas 11:14), satu kali kita baca “roh bisu dan tuli” (Markus
9:25), dan lebih dari satu kali ada acuan “roh-roh kenajisan”, termasuk semua roh jahat
yang Yesus usir, dan bahkan roh “tuli dan bisu” (lihat Markus 9:25).
Apakah tak mungkin “roh tuli dan bisu” sanggup melakukan hal selain membuat orang
tuli dan bisu? Pastilah, dalam Markus 9, karena roh itu dapat menyebabkan anak tersiksa
secara mengerikan juga. Karena itu, “tuli dan bisu” tidak mengacu kepada tipe roh
tertentu, namun kepada bagaimana keadaan itu membahayakan seseorang. Ketika
membahas tentang roh-roh jahat, sebagian orang “bersemangat sekali membuat kategori”,
sebagai tindakan yang melampaui pewahyuan Alkitabiah.
Dalam seluruh Perjanjian Lama, roh-roh tertentu yang punya nama yang dianggap
jahat adalah “roh dusta” (1 Raja-Raja 22:22-23), “roh kekacauan” (Yesaya 19:14), dan
“roh perzinahan” (Hosea 4:12; 5:4). Mengenai “roh dusta” dan “roh kekacauan”, semua
roh jahat disebut sebagai “roh-roh dusta” dan “roh-roh kekacauan.” Frase “roh
perzinahan” tidak mengacu pada roh jahat tertentu, namun hanya pada sikap yang lazim
terjadi.6
Dalam seluruh Kisah Para Rasul, penyebutan roh jahat hanya pada Kisah Para Rasul
16:16, di mana seorang hamba perempuan yang memiliki “roh tenung.” Dan dalam
semua surat, hanya sekali penyebutan roh-roh jahat yakni “roh-roh penyesat” (1Timotius
4:1) yang dapat menjadi gambaran roh jahat.
Dengan beberapa acuan untuk jenis-jenis tertentu roh jahat dalam Alkitab, kita akan
terkejut membaca sebagian daftar yang berisikan ratusan jenis roh jahat yang mungkin
tinggal di dalam orang-orang atau yang mengendalikan kota-kota.
Kita tak boleh menduga-duga bahwa, dengan dosa tertentu, ada kategorisasi tingkatan
yang lebih tinggi dari roh-roh jahat. Ada yang berkata, “Karena ada banyak perjudian di
kota itu, maka pasti ada roh-roh perjudian di atasnya.”
Roh-Roh Perokok? (Smoking Spirits?)
Betapa bodohnya orang yang berkata, “Pasti ada banyak roh perokok di atas kota itu,
karena ada banyak orang di kota itu yang merokok.” Apa yang dilakukan oleh “roh-roh
perokok itu” sebelum kota itu ada? Lalu, di mana mereka? Apa yang mereka lakukan
sebelum tembakau dipakai untuk merokok? Apakah alasan orang-orang kini merokok
adalah karena beberapa “roh jahat perokok” yang sudah lama ada itu mulai menghilang
atau pindah ke wilayah baru?
Apakah anda paham betapa bodohnya ketika kita berkata, “Kota itu dikendalikan oleh
roh-roh hawa-nafsu, karena ada begitu banyak tempat prostitusi di kota itu”? Yang benar
adalah di manapun orang-orang tidak melayani Kristus, maka ada kerajaan kegelapan.
Banyak roh jahat bekerja dalam alam kegelapan yang menggoda orang untuk berbuat
dosa dan terus memberontak melawan Allah. Roh-roh itu akan mencobai orang-orang di
tiap area dosa, dan di beberapa tempat, orang-orang lebih terikat kepada satu dosa
daripada dosa-dosa lain. Yang mereka harapkan hanyalah Injil sehingga kita dipanggil
untuk mengabarkannya.
Walaupun ada roh-roh jahat dari jenis-jenis khusus yang menangani dosa-dosa tertentu
dan yang menguasai wilayah-wilayah tertentu, kita tak akan mudah tahu, karena tiada 6 “Roh cemburu” disebutkan dalam Bilangan 5:14-30 dan “roh kecongkakan” dalam Amsal 16:18 adalah
contoh-contoh dari kata roh yang digunakan untuk mengartikan sikap dominan tertentu, bukannya roh jahat. Dalam Bilangan 14:24 kita baca bahwa Kaleb mendapatkan “jiwa/roh yang lain”, yang jelas mengacu kepada sikap baik dari Kaleb.
yang dapat kita lakukan untuk mengenyahkan roh-roh jahat itu. Kita bertanggung-jawab
untuk berdoa (menurut Alkitab) bagi orang-orang di daerah itu yang tertipu dan kita juga
harus kabarkan Injil kepada mereka.
Cara untuk mengetahui tentang dosa-dosa yang paling dominan di sebuah kota adalah
menyebarkan pesan yang lebih tegas kepada orang-orang yang belum diselamatkan di
kota itu —dengan menyebutkan dosa-dosa yang membuat mereka bersalah di hadapan
Allah. Tidak perlu dibuat riset sejarah kota untuk menentukan itu. Kita hanya perlu
berkunjung sebentar dan membuka mata dan telinga. Dosa-dosa yang dominan akan
segera terbukti.
Akhirnya, tak ada contoh dalam Perjanjian Baru mengenai orang yang melakukan
“pemetaan roh” sebagai cara untuk menyiapkan peperangan rohani atau penginjilan. Juga
tidak ada instruksi dalam suratan-suratan untuk melakukan hal itu. Dalam Perjanjian
Baru, melalui bimbingan Roh Kudus, rasul-rasul berkhotbah di satu tempat, setia
mengabarkan Injil dan menyerukan kepada semua orang untuk bertobat, dan
mengandalkan Tuhan untuk meneguhkan FirmanNya dengan tanda-tanda heran yang
mengikuti. Metode yang mereka lakukan berjalan dengan baik.
Mitos 9: “Beberapa orang Kristen perlu dibebaskan dari kutukan turunan atau
kutukan Setan.”
Seluruh ide mengenai “kutukan turunan” berasal dari empat perikop dalam Perjanjian
Lama yang pada dasarnya mengatakan hal yang sama, yakni Keluaran 20:5; 34:7;
Bilangan 14:8 dan Ulangan 5:9. Perhatikan Bilangan 14:18:
TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setiaNya berlimpah-limpah, Ia
mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan
orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa
kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat. (tambahkan
penekanan).
Bagaimana tafsiran perikop Alkitab di atas? Apakah itu berarti Allah akan mengutuk
atau menghukum seseorang karena dosa-dosa orang-tuanya, kakek-neneknya, atau kakek-
nenek buyut? Apakah kita harus percaya bahwa Allah dapat mengampuni dosa-dosa
seseorang ketika ia percaya kepada Yesus tetapi kemudian menghukum orang itu karena
dosa-dosa yang dilakukan oleh kakek-nenek buyutnya?
Tentu tidak. Jika tidak, Allah dapat dituduh bersikap tidak adil dan pura-pura. Ia
Sendiri telah berkata bahwa menghukum seseorang karena dosa-dosa orang-tuanya
merupakan perbuatan yang keliru dari sisi moral:
Tetapi kamu [bangsa Israel] berkata: Mengapa anak tidak turut menanggung
kesalahan ayahnya? --[Allah menjawab] Karena anak itu melakukan keadilan dan
kebenaran, melakukan semua ketetapan-Ku dengan setia, maka ia pasti hidup. 20
Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung
kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya.
Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan
tertanggung atasnya. (Yehezkiel 18:19-20, tambahkan penekanan).
Lagipula, sesuai Hukum Taurat Musa, Allah memerintahkan baik bapak maupun anak
tidak harus menanggung kesalahan karena dosa-dosa orang lain: Janganlah ayah dihukum
mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang
harus dihukum mati karena dosanya sendiri. (Ulangan 24:16).
Tidak mungkin Allah yang penuh kasih dan kebenaran mau mengutuk atau
menghukum orang karena dosa-dosa nenek-moyangnya.7 Jadi, apa maksud Alkitab
dengan perkataan bahwa Allah akan “benar-benar membinasakan orang-orang berdosa,
dengan menanggung kejahatan orang tua terhadap anak-anak sampai turunan ketiga dan
keempat”?
Artinya, Allah meminta pertanggung-jawaban orang-orang atas perbuatan dosa yang
mereka tunjukkan kepada keturunan mereka, sehingga Ia meminta sebagian tanggung-
jawab mereka atas dosa-dosa yang dilakukan oleh keturunan mereka oleh karena
pengaruhnya. Allah meminta sebagian tanggung-jawab orang-orang oleh karena
7 Dengan kata lain bahwa anak-anak tidak menderita oleh karena dosa-dosa orang-tua mereka, karena
mereka sering menderita. Tetapi, ketika mereka menderita, itu bukanlah indikasi bahwa Allah tengah menghukum anak-anak itu karena dosa-dosa orang-tua mereka, tetapi indikasi bahwa orang-orang sangat jahat sehingga mereka melakukan dosa-dosa tertentu yang mereka tahu akan menyebabkan anak-anak mereka menderita. Alkitab jelas menyatakan bahwa Allah dapat dengan penuh kasih menunda penghukuman terhadap seseorang yang kemudian Ia dapat memberikan kepada keturunan yang berikutnya dan lebih-layak atau sama layaknya. Demikian juga, dengan penuh kasih Ia dapat menunda hukumanNya terhadap generasi yang jahat namun memberikan kepada keturunan yang berikutnya dan lebih-layak atau sama layaknya (lihat Yeremia 16:11-12). Tindakan Allah itu jauh berbeda dengan menghukum seseorang karena dosa-dosa kakek-neneknya.
kejahatan mereka, untuk dosa-dosa dari cicit mereka! Itulah cara suci dari Allah. Tak
seorangpun dapat berkata bahwa Ia tidak adil dengan melakukan demikian.
Perhatikan, bahasan perikop yang menyatakan bahwa Allah akan “menghukum
kejahatan bapak terhadap anak-anak.” Kejahatan bapak terhadap anak-anaknya tengah
mendapat hukuman.
Dengan demikian, ide “kutukan turunan” adalah tahyul dan buruk, karena membuat
Allah tampak tidak benar.
Kutukan Setan? (Satanic Curses?)
Tetapi bagaimana dengan “kutukan Setan”?
Pertama, dalam seluruh Alkitab, tiada hal yang menunjukkan bahwa Setan sanggup
“memberi kutukan” kepada siapapun, juga tak ada contoh perbuatannya demikian. Sudah
tentu, dalam Alkitab kita lihat Setan menyiksa orang-orang, tetapi tak pernah didapati
Setan “memberi kutukan” kepada sebuah keluarga yang kelak menimbulkan kemalangan
terus-menerus pada mereka dan generasi-generasi berikutnya.
Selama hidupnya, tiap orang Kristen dihina oleh Setan dan roh-roh jahat (pada batas
tertentu), tetapi tak berarti kita butuh seseorang untuk “menghancurkan kutukan Setan” di
atas kita sebagai warisan orang tua kepada kita. Kita hanya perlu bertahan dalam Firman
Tuhan dan melawan Iblis dengan iman, sesuai perintah Alkitab (lihat 1 Petrus 5:8-9).
Dalam Alkitab, Allah adalah oknum yang berkuasa untuk memberkati dan mengutuk
(lihat Kejadian 3:17; 4:11;5:29; 8:21; 12:3; Bilangan 23:8; Ulangan 11:26; 28:20; 29:27;
30:7; 2 Tawarikh 34:24; Mazmur 37:22; Amsal 3:33; 22:14; Ratapan 3:65; Maleakhi 2:2;
4:6). Orang-orang lain dapat mengutuk kita dengan mulut mereka, tetapi kutukan mereka
tak sanggup membahayakan kita:
Seperti burung pipit mengirap dan burung layang-layang terbang, demikianlah
kutuk tanpa alasan tidak akan kena. (Amsal 26:2).
Setelah disewa oleh Balak untuk mengutuk bangsa Israel, Bileam melakukan hal yang
benar ketika ia berkata, “Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah?
Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? ” (Bilangan 23:8).
Beberapa orang Kristen tidak mendukung ide tentang orang yang mengutuk orang lain
berdasarkan perkataan Yesus dalam Markus 11:23: “Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke
dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu
akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.”
Perhatikan, tak ada kuasa hanya dengan ucapan kata-kata, tetapi ada kuasa dalam
ucapan kata-kata dari keyakinan dari dalam hati. Tak ada cara orang dapat memiliki
iman, sehingga kutukannya kepada seseorang dapat benar-benar membahayakan orang
itu, karena iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan (Ibrani 11:1), dan
iman hanya muncul dari pendengaran akan Firman Tuhan (Roma 10:17). Seseorang dapat
berharap kutukannya terhadap orang lain akan mengakibatkan kemalangan, tetapi ia tak
pernah mempercayai kutukan itu, karena Allah tidak berjanji untuk memberikan iman
kepada orang-orang yang mengutuk.
Kecuali jika Allah memberikan “karunia iman” kepada seseorang bersama dengan
“karunia nubuatan” (dua dari sembilan karunia Roh ), yang disebutkan dalam wujud
berkat atau kutukan, seperti kita pahami bahwa Allah kadang-kadang melakukannya
dalam kehidupan beberapa tokoh Perjanjian Lama (lihat Kejadian 27:27-29, 38-41; 49:1-
27; Yosua 6:26 dengan 1 Raja-Raja 16:34; Hakim-Hakim 9:7-20, 57; 2 Raja-Raja 2:23-
24). Bahkan dalam kejadian-kejadian itu, berkat-berkat atau kutukan-kutukan berasal dari
Allah, bukan dari manusia. Jadi, seluruh ide seseorang yang sanggup “memberikan
kutukan” pada orang lain hanyalah tahyul. Itu sebabnya Yesus tidak memerintahkan kita
untuk “menghancurkan kutukan yang telah diucapkan terhadap kita”, tetapi sebaliknya
untuk “memberkati orang-orang yang mengutuk kita.” Kita tak perlu takut akan kutukan
dari siapapun. Merasa takut dikutuk oleh seseorang menunjukkan kurangnya iman kita
kepada Allah. Sayangnya, saya sering temui pendeta-pendeta yang sepertinya
mempunyai iman yang lebih besar pada kuasa Setan daripada kuasa Allah. Walaupun
saya pergi ke berbagai negara setiap bulan dengan melakukan banyak kerusakan pada
kerajaan Setan, tak sedikitpun saya takut kepada Setan atau kutukan-kutukan yang
ditujukan ke saya. Tak ada alasan untuk takut.
Kutukan Ilmu Gaib? (Occult Curses?)
Apakah mungkin ada kutukan Setan pada kita oleh karena keterlibatan kita dalam hal-
hal gaib di masa lalu?
Jangan lupa bahwa ketika kita dilahirkan kembali, kita dibebaskan dari kuasa Setan
dan kerajaan kegelapan (lihat Kisah Para Rasul 26:18; Kolose 1:13). Setan tak lagi punya
pegangan apapun pada kita jika kita tidak berikan kepadanya. Walaupun Alkitab
menunjukkan bahwa orang-orang Kristen di Efesus sering terlibat dalam praktek gaib
sebelum mereka bertobat (lihat Kisah Para Rasul 19:18-19), tak ada catatan tentang
Paulus yang mematahkan “kutukan Setan” atau mengikat kuasa Setan atas mereka setelah
mereka dilahirkan kembali. Ini karena mereka otomatis terbebas dari kuasa Setan ketika
mereka pertama kali percaya kepada Yesus.
Lagipula, ketika Paulus mengirim surat kepada orang-orang Kristen di Efesus, ia tidak
memberikan perintah mengenai pembebasan orang dari kutukan turunan atau kutukan
Setan. Perkataannya kepada mereka adalah “jangan beri kesempatan kepada Iblis”
(Efesus 4:27), dan ”kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah”, supaya kamu ”dapat
bertahan melawan tipu muslihat Iblis”; (Efesus 6:11). Itulah tanggung-jawab tiap orang
Kristen.
Tetapi, dalam beberapa kejadian, mengapa orang-orang Kristen tampak mendapat
pertolongan ketika seseorang mematahkan ”kutukan turunan” atau ”kutukan Setan” atas
mereka? Mungkin karena orang yang butuh pertolongan memiliki iman sehingga Iblis
lari ketika “kutukan” dipatahkan. Imanlah yang mengusir Setan, dan setiap orang Kristen
dapat dan harus beriman sehingga ketika ia melawan Setan, Setan akan lari. Tetapi, tak
perlu memanggil “ahli pelepasan” untuk mengusir Setan.
Akhirnya, Alkitab berkata bahwa Kristus “menjadi kutuk karena kita,” dan dalam
melakukannya, “telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat” (Galatia 3:13, tambahkan
penekanan). Dulunya, kita semua ada di bawah kutuk Allah karena kita telah berdosa,
tetapi karena Yesus menanggung hukuman kita, kita telah dibebaskan dari kutukan itu.
Puji Tuhan! Karena tidak lagi dikutuk, maka kita dapat bersukacita bahwa kita kini telah
diberkati “dengan segala berkat rohani di dalam sorga dalam Kristus” (Efesus 1:3).
Peperangan Rohani yang Alkitabiah (Scriptural Spiritual Warfare)
Kita telah membahas banyak mitos modern mengenai peperangan rohani. Adakah
bentuk peperangan rohani yang Alkitabiah? Ya, dan itulah yang akan menjadi fokus kita.
Hal pertama yang perlu kita tahu tentang peperangan rohani adalah peperangan rohani
tak boleh menjadi fokus kehidupan Kristen. Kita harus fokus kepada Kristus, mengikuti
dan menaatiNya, di saat kita terus bertumbuh menjadi seperti Dia. Hanya sedikit tulisan
dalam Perjanjian Baru yang membahas tentang peperangan rohani, sehingga peperangan
rohani hendaklah menjadi fokus kecil dalam kehidupan Kristen.
Hal kedua yang perlu kita tahu tentang peperangan rohani adalah bahwa Alkitab
menyatakan apa yang perlu kita tahu. Kita tak perlukan penilaian khusus (atau
pengkhotbah yang mengklaim ia mendapat penilaian khusus) kepada “hal-hal yang dalam
dari Setan.” Peperangan roh yang Alkitabiah adalah sederhana. Alkitab jelas mengungkap
rancangan Setan. Tanggung-jawab kita jelas perlu ditonjolkan. Ketika tahu dan percaya
perkataan Allah, anda dijamin menang dalam peperangan rohani.
Kembali ke Awal (Back to the Beginning)
Kita kembali ke kitab Kejadian, di mana kita pertama kali tahu tentang Iblis. Pada
pasal-pasal awal, Setan muncul dalam wujud seekor ular. Jika ragu bahwa ular itu adalah
Iblis, Wahyu 20:2 mengungkapkannya: “ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis
dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya” (tambahkan penekanan).
Kejadian 3:1 menyatakan, “Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang
di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah.” Ketika anda memikirkan tentang betapa
cerdiknya beberapa mahluk Allah ketika mahluk-mahluk itu bersaing agar tetap hidup
dan dan mengejar mangsanya, anda akan sadar betapa cerdiknya Setan itu. Di lain pihak,
Setan tidaklah maha-tahu atau maha-bijak seperti Allah, dan jangan anggap bahwa kita
dalam kondisi mental yang tak menguntungkan dalam perjuangan kita melawan Setan.
Yesus memerintahkan kita untuk “cerdik seperti ular” (Matius 10:16, tambahkan
penekanan). Paulus menyatakan bahwa ia berhati-hati dengan maksud-maksud Setan
(lihat 2 Korintus 2:11) dan kita memiliki “pikiran Kristus” (1 Korintus 2:16).
Setan meluncurkan panah apinya yang pertama dengan bertanya kepada Hawa tentang
perkataan Allah. Tanggapannya mengungkapkan padanya apakah ia memiliki
kesempatan menipunya untuk tidak menaati Allah. Setan tak punya jalan masuk untuk
menipu siapapun yang percaya dan menaati perkataan Allah, yang menjadi alasan
mengapa keseluruhan strategi hanya berputar-putar di sekitar ide-ide yang bertentangan
dengan Firman Allah.
Setan bertanya pada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam
taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kejadian 3:1). Sepertinya pertanyaan
ini diucapkan dengan tulus, tetapi Setan tahu pasti tujuannya.
Hawa menjawab, "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi
tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu
makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati." (Kejadian 3:2-3)
Hawa hampir melakukan yang benar. Sebenarnya, Allah tak melarang mereka
menyentuh pohon pengetahuan baik dan jahat, tetapi melarang mereka memakan
buahnya.
Hawa tentu cukup tahu kebenaran untuk mengetahui kebohongan dalam jawaban
Setan: "Sekali-kali kamu tidak akan mati!” (Kejadian 3:4). Tentu, itulah kontradiksi nyata
dari perkataan Allah, dan tak mungkin Hawa langsung mempercayainya. Sehingga Setan
mempermanis kebohongannya dengan kebenaran, seperti yang sering dilakukannya,
sehingga memudahkan orang untuk menelan kebohongan itu. Setan terus berkata: “Tetapi
Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan
kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." (Kejadian 3:5).
Setan sebenarnya berkata tiga hal benar setelah ia berdusta. Kita tahu bahwa ketika
Adam dan Hawa memakan buah terlarang, mata mereka sudah terbuka (lihat Kejadian
3:7) seperti kata Setan. Juga, Allah Sendiri lalu berkata bahwa manusia telah menjadi
seperti Allah dan ia telah tahu yang baik dan yang jahat (lihat Kejadian 3:22). Catatan:
Setan sering mencampurkan kebenaran dengan ketidakbenaran untuk menipu orang-
orang.
Perhatikan juga, Setan melecehkan karakter Allah. Allah tak ingin Adam dan Hawa
memakan buah terlarang untuk keberadaan dan kebahagiaan mereka, tetapi Setan
membuatnya seolah-olah seperti Allah menahan sesuatu yang baik dari mereka. Sebagian
besar kebohongan Setan melecehkan karakter, kehendak, dan motif dari Allah.
Tetapi, pasangan suami-istri pertama di bumi menolak kebenaran demi mempercayai
satu dusta, dan keduanya menerima akibat. Tetapi, perhatikan semua unsur peperangan
rohani modern dalam kisahnya: Satu-satunya senjata Setan adalah dusta yang dituliskan
dalam kebenaran. Manusia menghadapi pilihan untuk meyakini perkataan Allah atau
pekataan Setan. Mempercayai kebenaran bisa saja menjadi “perisai iman” mereka, tetapi
mereka tak pernah mengangkat perisai itu.
Peperangan Rohani oleh Yesus (Jesus’ Spiritual Warfare)
Ketika kita membaca pertemuan Yesus dengan Setan selama pencobaanNya di padang
gurun, ternyata Setan tidak mengubah cara-caranya selama ribuan tahun. Cara Setan
menyerang adalah merendahkan perkataan Allah, karena ia tahu bahwa cara satu-satunya
untuk mengalahkan musuh adalah menghalangiNya agar tak mempercayai atau menaati
kebenaran. Firman Tuhan lagi-lagi menjadi sasaran perang. Setan menyemburkan
segala dustanya, dan Yesus melawan dusta-dusta itu dengan kebenaran. Yesus percaya
dan menaati perkataan Allah. Itulah peperangan rohani menurut Alkitab.
Yesus dihadapkan dengan situasi sama dengan Hawa, Adam, dan kita semua. Ia harus
memutuskan apakah Ia akan mendengarkan Allah atau Setan. Yesus berjuang
menghadapi peperangan rohaniNya dengan memakai “pedang Roh”, yakni Firman
Tuhan. Lihatlah apa yang dapat kita pelajari dari peperangan rohani dengan Setan.
Dengan mengingat cobaan kedua yang Yesus alami, Matius menyatakan kepada kita:
Kemudian Iblis membawaNya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan
Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri -
Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan
malaikat-malaikatNya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya,
supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Yesus berkata kepadanya: "Ada pula
tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (Markus 4:5-7).
Jadi, masalahnya adalah perkataan Allah. Setan bahkan mengutip Mazmur 91, tetapi
Setan membelokkan pengertian pasal itu demi membuat arti yang tidak Allah kehendaki.
Yesus menanggapi dengan mengutip ayat dalam Mazmur 91 yang memberi
pemahaman seimbang tentang janji Allah untuk memberi perlindungan. Allah akan
melindungi kita, tetapi Ia tak akan melindungi jika kita bertindak bodoh, yakni
“mencobaiNya”, seperti tampak dalam catatan pinggir di Alkitab saya.
Karena itu, sangat penting bila kita tak membelokkan arti ayat-ayat Alkitab keluar dari
konteksnya. Setiap ayat Alkitab harus diseimbangkan dengan ayat lain dalam Alkitab.
Pembelokan arti dalam Alkitab adalah salah-satu taktik yang paling sering dilakukan
oleh Setan dalam peperangan rohani dan, yang menyedihkan, Setan sangat berhasil
memakai taktik itu untuk melawan banyak orang Kristen yang terjebak dalam gerakan
peperangan rohani modern. Contoh klasik pembelokan itu adalah penggunaan frase
dalam Alkitab “menghancurkan kubu pertahanan” untuk mendukung pendapat tentang
menghancurkan roh-roh jahat di udara. Seperti saya sebutkan sebelumnya, frase unik itu,
menurut konteksnya, tidak berlaku pada peruntuhan roh-roh jahat di udara. Namun Iblis
mau kita berpikir bahwa frase itu berlaku pada penghancuran roh-roh jahat di udara,
sehingga kita dapat meneriaki roh-roh jahat penguasa di udara.
Dalam kitab Matius, kita dapat baca kisah pencobaan ketiga yang dihadapi Yesus,
Dan Iblis membawaNya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan
memperlihatkan kepadaNya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan
berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud
menyembah aku." Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah
engkau berbakti!" (Matius 4:8-10).
Itulah cobaan untuk mendapatkan kekuasaan. Jika Yesus menyembah Setan, dan jika
Setan memenuhi janjinya kepadaNya, Yesus mungkin telah mendapatkan posisi komando
kedua atas kerajaan kegelapan. Ia mungkin saja memerintah atas setiap manusia yang
tidak bertobat dan setiap roh jahat, dengan memiliki kuasa atas seluruh dunia sesuai yang
Setan miliki sebelumnnya. Kita hanya dapat berspekulasi tentang apa yang mungkin telah
terjadi andaikan Yesus saat itu menyerah kepada pencobaan.
Perhatikan lagi bahwa Yesus menentang usulan Setan dengan memakai Firman Allah
yang tertulis. Dalam tiap pencobaan dari tiga pencobaan, Yesus menang dengan berkata,
“Ada tertulis.” Kita juga harus tahu dan mempercayai Firman Tuhan jika kita ingin
menghindari tipuan dan perangkap Setan. Itulah hal-hal tentang peperangan rohani.
Medan Peperangan (The Battle Ground)
Dalam banyak kejadian, satu-satunya kuasa yang dimiliki oleh Setan dan roh-roh
jahatnya adalah menanamkan pikiran-pikiran dalam hati dan perasaan setiap orang (dan
bahkan yang Allah batasi; lihat 1 Korintus 10:13). Dengan pikiran-pikiran itu,
perhatikanlah contoh ayat-ayat Alkitab berikut ini:
Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau
mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?
(Kisah Para Rasul 5:3, tambahkan penekanan).
Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati
Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia... (Yohanes 13:2, tambahkan
penekanan).
Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang
yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan... (1
Timotius 4:1, tambahkan penekanan).
Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang
sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan
kelicikannya. (2 Korintus 11:3, tambahkan penekanan).
Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk
sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu
hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai
kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. (1 Korintus 7:5, tambahkan penekanan).
Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia,
supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai
oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia. (1 Tesalonika 3:5,
tambahkan penekanan).
…. yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh
ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan
Kristus, yang adalah gambaran Allah....(2 Korintus 4:4, tambahkan penekanan).
Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan
seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama
dengan malaikat-malaikatnya. (Wahyu 12:9, tambahkan penekanan).
Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan
bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam
kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia
berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
(Yohanes 8:44, tambahkan penekanan).
Ayat-ayat di atas dan ayat-ayat lain dalam Alkitab memperjelas bahwa medan
peperangan rohani dalam Alkitab adalah hati dan perasaan kita. Setan menyerang dengan
berbagai pikiran —berbagai sugesti jahat, ide yang keliru, filsafat yang sesat, pencobaan,
berbagai dusta dan lain-lain. Cara pertahanan kita adalah mengetahui, mempercayai, dan
menanggapi Firman Allah.
Sangat penting dipahami bahwa tiap pemikiran anda tak secara langsung berasal dari
dalam diri anda. Setan punya banyak juru-bicara yang membantu menanamkan pikiran-
pikirannya dalam perasaan setiap orang. Ia bekerja untuk mempengaruhi kita melalui
koran, buku, televisi, majalah, radio, teman dan tetangga, dan juga pengkhotbah. Bahkan
rasul Petrus pernah tiba-tiba dipakai sebagai juru-bicara Setan, dengan memberi saran
kepada Yesus bahwa Tuhan tidak menghendaki Dia mati (lihat Matius 16:23).
Tetapi Setan dan roh-roh jahat juga bekerja langung pada perasaan manusia, tanpa
perantara manusia, dan semua orang Kristen kadang mengalami serangan langsung dari
Setan dan roh-roh jahat, yakni ketika peperangan dimulai.
Saya ingat seorang wanita Kristen yang baik yang pernah menemui saya dan mengaku
ada masalah. Ia berkata bahwa setiap kali ia berdoa, akan muncul pikiran-pikiran hujatan
dan kata-kata hujatan. Ia seorang yang manis, paling sopan, paling dikasihi dan paling
setia di gereja saya, namun ia mengalami masalah itu dengan pikiran-pikiran mengerikan.
Saya jelaskan padanya bahwa pikiran-pikiran itu berasal dari dalam dirinya, tetapi ia
diserang oleh Setan, yang coba menghancurkan kehidupan doanya. Ia lalu berkata kepada
saya bahwa ia sudah berhenti berdoa setiap hari karena ia kuatir nanti pikiran-pikiran itu
akan datang lagi. Setan telah berhasil.
Jadi, saya berkata kepada wanita itu untuk mulai berdoa lagi, dan jika pikiran-pikiran
yang menghujat itu muncul di dalam hatinya, ia harus melawannya dengan kebenaran
Firman Allah. Jika pikiran berkata kepadanya, “Yesus adalah -------, ia harus katakan,
“Tidak, Yesus dulu dan sekarang adalah Anak Allah.” Jika pikiran datang dengan kata
hujatan, ia harus ganti pikiran itu dengan pikiran pujian kepada Yesus, dan seterusnya.
Saya juga berkata padanya, dengan merasa kuatir bahwa ia bisa saja memikirkan hal-
hal keliru, sebenarnya ia mengundang pikiran-pikiran itu, karena ketakutan adalah iman
terbalik, yakni iman kepada Iblis. Dengan mencoba tak memikirkan sesuatu, kita pasti
memikirkan hal itu dengan maksud untuk tak memikirkan hal itu.
Misalnya, jika saya katakan, “Jangan pikirkan tangan kanan anda”, anda akan segera
memikirkan tangan kanan anda, saat anda coba ikuti perkataan saya. Semakin keras anda
coba, semakin buruk jadinya. Satu-satunya cara untuk tak memikirkan tangan kanan anda
adalah memikirkan hal lain secara sadar, misalnya sepatu anda. Ketika anda pikirkan
sepatu anda, anda tidak sedang memikirkan tangan anda.
Saya berikan dorongan kepada wanita itu untuk “tidak takut”, sebagaimana perintah
Alkitab kepada kita. Dan setiap kali ia tahu ada pikiran yang tak sesuai dengan Firman
Allah, ia harus ganti dengan pikiran yang sesuai dengan Firman Allah.
Saya ingin berkata bahwa ia ikuti saran saya, dan, walaupun diserang beberapa kali
lagi selama waktu-waktu doanya, ia berhasil menang mutlak atas masalahnya. Ia menang
dalam peperangan rohani yang Alkitabiah.
Saat melakukan survei di beberapa gereja, sangat menarik saat saya temukan bahwa
masalah wanita itu sering muncul. Dari hasil survei saya, lebih dari setengah jumlah
orang Kristen menunjukkan bahwa, pada satu waktu atau lain waktu, mereka mengalami
pikiran menghujat saat sedang berdoa. Setan tidaklah begitu kreatif.
“Perhatikanlah Apa Yang Anda Dengar” (“Take Care What You Listen To”)
Kita tak dapat menghentikan Setan dan roh-roh jahat agar tidak menyerang pikiran
kita, tetapi kita jangan biarkan pikiran mereka menjadi pikiran kita. Yakni, kita jangan
tinggal pada setiap ide dan sugesti Setan, dengan menguasai roh-roh itu. Seperti sudah
dikatakan, “Anda tak dapat menyuruh burung agar tidak terbang di atas kepala anda,
tetapi anda dapat mencegah burung itu agar tidak membuat sarang di rambutmu.”
Tambahan pula, kita harus hati-hati untuk tak menyerahkan pikiran-pikiran kita kepada
pengaruh-pengaruh yang bukan dari Tuhan kapanpun hal itu ada dalam kendali kita.
Secara langung setelah Ia mengatakan perumpamaan tentang penabur dan jenis-jenis
tanah, Yesus mengingatkan, “Camkanlah apa yang kamu dengar” (Markus 4:24). Yesus
tahu efek merusak dari mendengarkan kebohongan, sehingga memudahkan Setan untuk
menanamkan “benih-benih”nya di dalam hati dan perasaan kita. Benih-benih itu bisa
tumbuh menjadi “semak duri” yang akhirnya akan mengganggu pertumbuhan Firman
Tuhan dalam kehidupan kita (lihat Markus 4:7, 18-19).
Uraian Petrus tentang Peperangan Rohani (Peter on Spiritual Warfare)
Rasul Petrus memahami peperangan rohani yang benar dan Alkitabiah. Dalam suratan-
suratannya, ia tak pernah memerintahkan setiap orang Kristen untuk menghancurkan
penguasa-penguasa udara di atas kota-kota. Tetapi, ia memerintahkan untuk menghadapi
serangan Setan terhadap kehidupan pribadi, dan Petrus mengatakan cara yang tepat
bagaimana harus melawan Setan:
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti
singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia
dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh
dunia menanggung penderitaan yang sama. (1 Petrus 5:8-9).
Perhatikanlah, Petrus menunjukkan bahwa posisi kita adalah bertahan, bukan
menyerang. Setanlah oknum yang mengembara, bukan kita. Ia mencari-cari kita; kita
tidak mencarinya. Tugas kita bukan menyerang tetapi bertahan.
Kedua, Setan, bagaikan singa, mencari-cari orang untuk dihancurkan. Bagaimana ia
dapat menghancurkan orang Kristen? Apakah maksud Petrus adalah Setan dapat, dalam
arti sebenarnya, memakan daging orang seperti yang dilakukan singa? Jelas tidak. Yang
dapat dilakukan oleh Setan untuk menghancurkan orang Kristen ialah menipunya agar
percaya kepada dusta yang menghancurkan imannya.
Ketiga, Petrus menyatakan agar kita melawan Iblis melalui iman kita. Perjuangan
bukanlah secara fisik, dan kita tak dapat melawan Setan dengan mengayunkan kepalan
tangan ke udara. Ia menyerang kita dengan dusta, dan kita melawan dusta itu dengan
iman yang teguh dalam Firman Allah. Ini juga peperangan rohani menurut Alkitab.
Orang-orang Kristen yang disurati oleh Petrus tengah menderita karena aniaya berat,
sehingga mereka dicobai untuk meninggalkan iman mereka dalam Kristus. Seringkali
ketika kita berada pada keadaan sekitar yang tak diinginkan, Setan dapat menyerang
dengan perasaan ragu dan dustanya. Itulah saatnya kita bertahan dalam iman kita. Itulah
“hari jahat” yang Paulus tuliskan ketika anda perlu “Kenakanlah seluruh perlengkapan
senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. (Efesus 6:11,
tambahkan penekanan).
Uraian Yakobus tentang Peperangan Rohani (James on Spiritual Warfare)
Rasul Yakobus juga menyebutkan tentang peperangan rohani dalam suratnya. Apakah
ia berkata kepada orang-orang Kristen bahwa doa-doa mereka dapat menentukan hasil
peperangan yang dilakukan oleh para malaikat? Tidak. Apakah ia berkata kepada mereka
untuk menghancurkan roh-roh kedagingan, ketidakpedulian, dan kemabukan di atas kota-
kota mereka? Tidak. Apakah ia berkata kepada mereka untuk mempelajari sejarah kota-
kota mereka agar dapat menentukan jenis-jenis roh jahat yang telah ada sejak dulu?
Tidak.
Yakobus percaya kepada peperangan rohani menurut Alkitab, sehingga ia menulis:
Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari
padamu! (Yakobus 4:7, tambahkan penekanan).
Sekali lagi, perhatikan posisi orang Kristen yang bertahan —kita bertahan, bukan
menyerang. Ketika kita bertahan, Yakobus berjanji bahwa Setan akan lari. Ia tak punya
alasan untuk mengikuti orang Kristen yang tidak akan bisa diyakinkan untuk
mempercayai dusta-dustanya, mengikuti sugesti-sugestinya, atau menyerah kepada
semua cobaannya.
Perhatikan juga bahwa Yakobus mula-mula memerintahkan kita untuk berserah
kepada Allah. Kita menyerah kepada Allah dengan tunduk kepada FirmanNya.
Pertahanan kita untuk melawan Setan diperteguh dengan penyerahan diri kita kepada
Firman Allah.
Uraian Yohanes tentang Peperangan Rohani (John on Spiritual Warfare)
Rasul Yohanes juga menulis tentang peperangan rohani dalam suratnya yang pertama.
Apakah ia mengatakan untuk menaiki tempat-tempat tinggi demi menghancurkan kubu-
kubu pertahanan Iblis? Tidak. Apakah ia mengatakan bagaimana cara kita mengusir roh
amarah agar keluar dari orang-orang Kristen yang sewaktu-waktu marah? Tidak.
Sebaliknya, seperti halnya Petrus dan Yakobus, Yohanes hanya percaya kepada
peperangan rohani menurut Alkitab, sehingga perintah-perintahnya sama:
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah
roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang
telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah :
setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia,
berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari
Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia
akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. Kamu berasal dari Allah,
anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada
di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. Mereka berasal
dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia
mendengarkan mereka. Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia
mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan
kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan. (1 Yohanes 4:1-
6).
Perhatikan seluruh pembahasan Yohanes dalam ayat-ayat tersebut yang berkisar
tentang dusta-dusta Setan dan kebenaran Allah. Kita harus menguji roh-roh untuk
mengetahui apakah berasal dari Allah, dan ujian itu didasarkan pada kebenaran. Roh-roh
jahat tidak akan mengakui bahwa Yesus Kristus lahir dalam daging. Roh-roh itu
pembohong.
Yohanes juga berkata agar kita harus mengalahkan roh-roh jahat. Yakni, sebagai
warga kerajaan terang, kita tak lagi di bawah kuasa roh-roh jahat. Seorang yang lebih
besar, Yesus, tinggal di dalam kita. Orang, yang memiliki Kristus yang hidup di dalam
dirinya, tak boleh takut akan roh-roh jahat.
Yohanes juga berkata bahwa dunia mendengarkan roh-roh jahat, satu petunjuk bahwa
roh-roh jahat itu bisa berbicara. Kita tahu, roh-roh itu tidak berbicara dengan suara yang
terdengar, tetapi roh-roh itu menanamkan dusta-dusta dalam pikiran orang-orang.
Sebagai pengikut Kristus, kita tak boleh dengarkan setiap dusta dari roh-roh jahat, dan
Yohanes menyatakan bahwa roh-roh yang mengenal Allah juga mendengarkan kita,
karena kita memiliki kebenaran; kita memiliki Firman Allah.
Perhatikan bahwa strategi Setan adalah meyakinkan orang-orang untuk mempercayai
semua dustanya. Setan tak dapat mengalahkan kita jika kita tahu dan percaya kebenaran.
Itulah makna peperangan rohani yang Alkitabiah.
Iman menjadi Kunci Penting (Faith is the Key)
Mengenali Firman Tuhan tak cukup untuk memenangkan peperangan rohani. Kunci
utama adalah sungguh-sungguh percaya pada perkataan Allah. Ini nyata dalam melawan
Iblis dan mengusir roh-roh jahat. Misalnya, perhatikan lagi contoh yang telah kita bahas
sebelumnya, ketika Yesus memanggil kedua belas muridNya dan “memberi kuasa kepada
mereka untuk mengusir roh-roh jahat” (Matius 10:1). Pada tujuh pasal berikutnya, murid-
murid itu tak sanggup mengusir roh jahat dalam diri anak yang sakit.8 Ketika Yesus
mengetahui kegagalan mereka, Ia meratapi:
“Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus
tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?” (Matius
17:17, tambahkan penekanan).
Yesus mengeluhkan ketidakpercayaan mereka. Lagipula, ketika murid-muridNya
kemudian bertanya kepadaNya tentang mengapa mereka tak sanggup mengusir roh jahat,
Yesus menjawab, “Karena kamu kurang percaya” (Matius 17:20). Jadi, terlihat bahwa, di
luar iman mereka, kuasa mereka untuk mengusir roh-roh jahat tidak berfungsi.
Keberhasilan kita mengusir roh-roh jahat dan melawan Iblis tergantung pada iman kita
dalam Firman Allah. Jika kita benar-benar percaya perkataan Allah, maka kita akan
berkata dan bertindak seperti itu. Seekor anjing mengejar orang yang lari darinya, dan
sama halnya dengan Iblis. Jika anda lari, Iblis akan mengejar anda. Tetapi, jika anda tetap
teguh dalam iman, Iblis akan lari dari padamu (lihat Yakobus 4:7).
Tentunya, kurangnya iman dari rasul-rasul menjadi bukti bagi orang yang melihat,
ketika mereka coba membebaskan anak itu dari roh jahat, tetapi gagal. Jika roh jahat itu
menunjukkan hal yang sama untuk murid-murid seperti yang ia tunjukkan di hadapan
Yesus, dengan membanting anak itu sehingga anak itu mengalami “goncangan keras”
(Lukas 9:42) dan mulut anak itu berbusa (lihat Markus 9:20), mungkin iman murid-murid
menjadi ketakutan. Mereka mungkin dilumpuhkan oleh apa yang mereka saksikan.
Tetapi orang yang beriman tidak tergerak oleh apa yang ia lihat, tetapi sebaliknya, ia
tergerak oleh apa yang Allah katakan. “Sebab hidup kami ini adalah hidup karena
percaya, bukan karena melihat (2 Korintus 5:7, tambahkan penekanan). Allah tak dapat
berbohong (lihat Titus 1:2), sehingga meskipun keadaan sekitar kita tampak bertentangan
dengan perkataan Allah, jangan biarkan iman kita goyah.
Perhatikan bahwa Yesus membebaskan anak itu hanya dalam hitungan detik. Ia
melakukannya dengan iman. Ia tak buang-buang waktuNya dengan melakukan “sesi
pelepasan.” Orang yang beriman kepada kuasa pemberian Allah tak perlu menghabiskan
8 Kita harus hati-hati berpendapat bahwa penyakit ayan disebabkan oleh roh jahat yang ada di dalam tubuh.
waktu berjam-jam untuk mengusir roh jahat.
Lagipula, tak ada catatan bahwa Yesus meneriaki roh jahat. Orang beriman tak perlu
berteriak. Yesus juga tidak berkali-kali memerintahkan roh jahat untuk keluar. Cukup
sekali perintah. Perintah kedua merupakan jalan masuk keraguan.
Kesimpulan (In Summary)
Melalui teladan dan perkataannya, pelayan pemuridan mengajarkan peperangan rohani
sesuai Alkitab, sehingga murid-muridNya sanggup berdiri teguh melawan rancangan
Setan, dan berjalan dalam ketaatan kepada perintah-perintah Kristus. Ia tidak memimpin
murid-muridNya untuk mengikuti “angin-angin doktrin” kini yang mendukung cara-cara
peperangan rohani yang tidak Alkitabiah, dan Ia tahu bahwa mereka yang melakukan
cara-cara itu memiliki fokus yang keliru dan sebenarnya ditipu oleh Setan, pribadi yang
mereka ingin ikuti.