bab v

9
 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Jalan Dala m Men unjang Aktivita s Peng angkutan. Kondisi jalan dalam menunjang aktivitas pengangkutan berpengaruh terhadap kemampuan pro duk si dan kemampuan ker ja ala t, ter utam ber pen gar uh ter had ap waktu edar Jal an angkut yang telah memenu hi per sya rata n teknis mampu mel aya ni keg iat an pen gan gku tan den gan waktu eda r ala t angkut ya ng semaki n kec il dan  produksi pengangkutan yang optimal. Sebaliknya apabila persyaratan teknis yang ada belum terpenuhi akan menyebabkan besarnya waktu edar dari alat angkut , yang  pada akhirnya mempengaruhi produ ktifitas dari alat angkut itu sendiri. 5.1.1. e bar Jal an !ngkut. "er das arkan per hit ung an ya ng dil aku kan men gac u pad a spe sifi kas i ala t angkut yang digunakan , dapat diketahui bahwa untuk kondisi jalan lurus lebar jalan minimum yang di saranka n untuk du a jalur adalah # m dan 1$ m pada tikunga n sedang untuk satu jalur lebar jalan lurus minimum adalah 5 m dan $ m pada tikungan % lihat lampiran &'. Kenyataan yang ada di lapangan berdasarkan pengamatan dan pengukuran langsung, lebar jalan angkut yang ada belum memenuhi persyaratan. ebar jalan angkut untuk kondisi lurus bervariasi antara (,)# m * +1,- m. Sedangkan untuk kon disi men iku ng lebar jala n sama sekali tid ak men gal ami pen amb aha n lebar . Kondisi seperti ini tentu akan mempertinggi waktu edar alat angkut yang melewati  jalan tersebut. Sebab dengan lebar jalan yang tidak mencukupi alat angkut harus mengurangi kecepatan atau bahkan harus menunggu bila berpapasan dengan alat angkut lain. al ini harus diatasi dengan melakukan pelebaran di setiap jalur jalan yang  belum memenuhi persyaratan l ebar minimum, baik pada kondisi jalan lurus maupun

Upload: affan-nanda

Post on 07-Oct-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB V

PAGE

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Jalan Dalam Menunjang Aktivitas Pengangkutan.

Kondisi jalan dalam menunjang aktivitas pengangkutan berpengaruh terhadap kemampuan produksi dan kemampuan kerja alat, terutam berpengaruh terhadap waktu edar

Jalan angkut yang telah memenuhi persyaratan teknis mampu melayani kegiatan pengangkutan dengan waktu edar alat angkut yang semakin kecil dan produksi pengangkutan yang optimal. Sebaliknya apabila persyaratan teknis yang ada belum terpenuhi akan menyebabkan besarnya waktu edar dari alat angkut , yang pada akhirnya mempengaruhi produktifitas dari alat angkut itu sendiri.

5.1.1. Lebar Jalan Angkut.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan mengacu pada spesifikasi alat angkut yang digunakan , dapat diketahui bahwa untuk kondisi jalan lurus lebar jalan minimum yang di sarankan untuk dua jalur adalah 9 m dan 18 m pada tikungan sedang untuk satu jalur lebar jalan lurus minimum adalah 5 m dan 8 m pada tikungan ( lihat lampiran E).

Kenyataan yang ada di lapangan berdasarkan pengamatan dan pengukuran langsung, lebar jalan angkut yang ada belum memenuhi persyaratan. Lebar jalan angkut untuk kondisi lurus bervariasi antara 7,39 m 21,46 m. Sedangkan untuk kondisi menikung lebar jalan sama sekali tidak mengalami penambahan lebar. Kondisi seperti ini tentu akan mempertinggi waktu edar alat angkut yang melewati jalan tersebut. Sebab dengan lebar jalan yang tidak mencukupi alat angkut harus mengurangi kecepatan atau bahkan harus menunggu bila berpapasan dengan alat angkut lain.

Hal ini harus diatasi dengan melakukan pelebaran di setiap jalur jalan yang belum memenuhi persyaratan lebar minimum, baik pada kondisi jalan lurus maupun pada jalan menikung. Penambahan lebar jalan yang harus dilakukan sesuai dengan hasil perhitungan.

Tabel 5.1

Penambahan Lebar Pada Jalan Lurus

JalurPanjang,

(m)Lebar,

(m)Penambahan,

(m)

Jalur 1 906,9589,81-

Jalur 2 376,3847,391,61

Jalur 3 795,5918,24-

Jalur 4134,26521,46-

Tabel 5.2

Penambahan Lebar Pada Tikungan

No.TikunganLebar

( m )Penambahan

(m)

1T113-

2T2 8 -

3T3 12 4,79

4T4 13 3,79

5.1.2. SuperelevasiPermasalahan Superelevasi erat kaitannya dengan jari-jari tikungan. Suatu tikungan akan dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut apabila radius tikungannya lebih besar atau minimal sama dengan jari-jari lintasan yang dimiliki oleh alat angkut yang digunakan.

Jari- jari Lintasan yang dimiliki oleh masing-masing alat angkut yaitu Dump Truck Nissan CWA 53 HD dan Nissan 520 HD dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Jari-jari Lintasan Alat Angkut

Dump TruckSudut Penyimpangan Roda DepanJari-Jari Lintasan,

( m)

Nissan CWA 53 HD33o7,25

Nissan CWB 520 HD34o6,90

Tikungan tertajam yang ada di lokasi pengamatan mempunyai jari-jari 17,89 m ( lihat tabel 4.2.). Dari kedua angka ini dapat dilihat bahwa tikungan yang ada di lokasi pengamatan sudah dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut , karena jari-jari tikungannya sudah lebih besar dari jari-jari lintasan alat angkut .

Pengambilan jari-jari tikungan tertajam dan jari-jari lintasan dump truck terbesar sebagai perbandingan adalah untuk mengetahui kemampuan alat angkut untuk melintasi seluruh tikungan yang ada di kuari batugamping Tuban II. Apabila alat angkut mampu melintasi tikungan yang mempunyai jari-jari terkecil, maka secara otomatis alat angkut akan mampu melintasi tikungan yang lain yang memiliki jari-jari tikungan lebih besar.

Saat ini di semua tikungan jalan angkut kuari batugamping Tuban II belum terdapat superelevasi, sehingga saat alat angkut melintasi tikungan harus menggunakan kecepatan rendah untuk mengantisipasi gaya sentrifugal yang mendorong alat angkut keluar dari tikungan. Oleh karena itu, agar alat angkut dapat melaju pada kecepatan yang lebih tinggi perlu dibuat superelevasi.

Perhitungan angka superelevasi dapat di lakuakan dengan perhitungan menggunakan umus. Dengan melihat pada lampiran L diketahui perhitungan superelevasi untuk tiap tikungan sebagai berikut :

T1= 0,342 m/m atau 342 mm/m

T2= - 0,189 T3

T3 = 0,0564 m/m atau 56,4

T4 = 0,396 m/m atau 396 mm/m

Hasil perhitungan tersebut diperoleh dengan mendasarkan pada kecepatan rencana yaitu 30 km/jam. Dengan diketahuinya angka superelevasi tiap tikungan, selanjutnya dapat dihitung beda tinggi antara sisi dalai dan sisi luar tikungan yang harus dibuat pada tiap tikungan. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut ( lihat lampiran G ) :

- T1= 2.39 meter

- T3= 0,94 meter

- T4= 2,72 meter

Namun jika ditinjau kembali hasil perhitungan beda tinggi yang harus dibuat, akan ditemui kesulitan dalai pembuatannya. Hal ini disebabkan beda tinggi yang harus dibuat terlalu besar untuk lebar jalan menikung 12,80 m. Oleh karena itu perlu ditetapkan alternatif lain sehingga tidak menyulitkan dalam pembuatan superelevasi. Alternatif tersebut adalah penentuan superelevasi dengan menggunakan tabel. Tabel yang digunakan adalah tabel 3.1. Berdasarkan tabel 3.1. dapat dilihat angka superelevasi 0,04 lebih variatif untuk untuk berbagai tingkat kecepatan dan jari-jari tikungan. Dengan penggunaan angka superelevasi 0,04 ini akan berdampak terhadap kecepatan alat angkut saat melintasi tikungan. Alat angkut harus menurunkan kecepatan di bawah kecepatan rencana. Kecepatan yang harus digunakan saat melintasi masing-masing tikungan adalah sebagai berikut :

T1= 20,417 km/jam

T2= 86,277 km/jam

T3= 29,01 km/jam

T4 = 19,505 km/jam

Dengan pembuatan superelevasi diharapkan alat angkut dapat melaju dengan aman pada kecepatan yang lebih tinggi saat melintasi tikungan.

5.1.3. Jarak Pandang dan Jarak Berhenti.

Jarak pandang dan jarak berhenti juga merupakan begian yang mempunyai arti penting dalai geometri jalan angkut. Sebab jika jarak pandang lebih kecil sai jarak berhenti maka akan terjadi kondisi kerja yang tidak aman.

Kondisi permukaan jalan angkut selama dilakukan pengamatan sangat tidak memungkinkan bagi alat angkut untuk melaju dengan stabil pada kecepatan rencana.Hasil pengamatan menunjukan bahwa kecepatan maksimum yang dapat tercapai oleh alat angkut berbeda-beda untuk kondisi jalan lurus maupun tikungan. Dengan demikian jarak berhentinya juga berbeda menyesuaikan dengan kecepatan maksimum yang dapat dicapai alat angkut . Jarak berhenti rata-rata pada jalan lurus adalah 37,41 m..

Dengan melakukan beberapa perbaikan pada jalan angkut diharapkan alat angkut dapat melaju dengan aman pada kecepatan yang lebih tinggi. Walaupun kecepatan rencana yang digunakan adalah 30 km/jam, namun untuk perhitungan jarak pandang dan jarak berhenti setelah jalan diperbaiki digunakan kecepatan maksimum alat angkut. Hal ini disebabkan memungkinkan untuk mencapai kecepatan tersebut pada kondisi jalan setelah diperbaiki. Kondisi jalan yang dipergunakan dalai perhitungan adalah kondisi jalan yang mempunyai kemiringan maksimum 4o0245,6. Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa jarak berhenti alat angkut yang terbesar adalah 190,793 m ( lihat lampiran J ). Oleh karena itu jarak pandang yang aman adalah minimal sama dengan 190,793 m.

5.2. Konstruksi Jalan Angkut

Berdasarkan tabel 3.8 diketahui bahwa tanah dasar yang ada di kuari batugamping Tuban II mempunyai daya dukung tanah sebesar 120.000 psf (645.834,625 kg/m2) . Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya beban yang diberikan masing-masing roda terhadap permukaan jalan adalah 16.000,632 psf (86.114,685 kg/m2). Perhitungan beban yang diberikan masing-masing roda terhadap permukaan jalan dapat dilihat pada lampiran G.

Berdasarkan angka-angka yang tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tanah dasar yang ada di kuari batugamping Tuban II sudah mampu menahan beban alat angkut yang melintas si atasnya. Sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan jalan seperti penurunan permukaan jalan atau bergesernya jalan yang diakibatkan oleh ketidak mampuan jalan dalai menahan beban yang melintas di atasnya sangat kecil.

Jalan angkut di kuari batugamping Tuban II sebetulnya tidak memerlukan lagi proses pemadatan maupun penambahan lapisan penutup dalam tujuan untuk meningkatkan daya dukung dikarenakan tanah dasarnya adalah batu gamping itu sendiri yang mempunyai daya dukung tanah cukup besar yaitu 120.000 psf ( 645.834,625 kg/m2). Walaupun demikian permukaan jalan angkut memerlukan perataan, sebab kondisi permukaan jalan angkut yang ada sekarang ini masih bergelombang.

5.3. Perawatan Jalan Angkut

5.3.1. Saluran Penirisan

Untuk menjaga kondisi jalan angkut agr tetap dapat dilalui dengan nyaman, jalan angkut harus dihindarkan dari pengaruh air yang merusak. Karena air yang mengalir di permukaan jalan dapat mempengaruhi keadaan permukaan jalan angkut seperti becek, berlumpur dan licin. Keadaan ini bila dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan kerusakan pad badan jalan, sehingga menyulitkan alat angkut yang melewatinya . Agar hal ini tidak terjadi, air yang ada harus dialairkan keluar jangan dibiarkan menggenang di badan jalan .Untuk itu jalan angkut harus diberikan saluran penirisan yang berfungsi mengalirkan air yang ada dipermukaan jalan.

Ukuran saluran penirisan tergantung pada besarnya intensitas curah hujan, luas daerah pengaruh hujan dan keadaan atau sifat material yang dilewati aliran air. Besarnya ukuran saluran air yang dibuat harus dapat mengantisipasi debit air yang ada, sehingga pembuatan saluran penirisan harus mengacu pada intensitas curah hujan yang ada di daerah pengamatan.

Jalan angkut yang ada di kuari batugamping Tuban II saat ini belum dilengkapi saluran penirisan yang permanen. Air hujang yang jatuh di permukaan jalan sebagian mengalir ke sekitar lokasi jalan yang berbentuk dataran dan kebun penduduk. Besarnya volume air yang menggenang dan mengalir ini bisa menyebabkan becek dan berlumpur. Selain itu aliran air juga dapat menyebabkan erosi pada badan jalan yang mengakibatkan menipisnya lapisan permukaan jika terjadi terus menerus.

Dengan pembuatan saluran penirisan pada sisi jalan angkut diharapkan hal-hal diatas dapat diminimalkan, sehingga dpat memperlancar operasi pengangkutan.

Dari hasil pengolahan data curah hujan diperoleh intensitas curah hujan dan debit air maksimim yang mungkin mengalir seperti tertulis pada lampiran M, yaitu :

Intensitas

= 10,723 mm/jam

Debit air maksimum= 0,2428 m3 / detik

Besarnya kecepatan aliran air maksimum yang sesuai dengan keadaan di lokasi pengamatan adalah 1,829 m/detik (lihat tabel 3.5).

Bentuk saluran air yang direncanakan adalah berbentuk trapesium ( lihat gambar 3.8) dengan ukuran sebagai berikut :

kemiringan dinding saluran

: 80o lebar bagian bawah saluran

: 69 cm

lebar bagian atas saluran

: 83 cm

kedalaman saluran

: 41 cm

Untuk memperlancar penirisan maka permukaan jalan tambang dibuat cembung. Di buat demikian agar apabila turun hujan atau sebab lain maka air yang ada di permukaan jalan akan mengalir ke tepi jalan angkut, tidak berhenti dan mengumpul pada permukaan jalan, sehingga tidak terjadi genangan. Kondisi jalan yang di beberapa tempat terjadi tonjolan atau cekungan selain mempersulit laju kendaraan juga tempat menggenangnnya air. Oleh karena itu, kondisi yang demikian tersebut harus segera di perbaiki karena membawa dampak yang merugikan.

Lebar jalan angkut yang disyaratkan untuk jalan lurus adalah 9 m untuk dua jalur dan 5 meter untuk satu jalur ( lihat lampiran F ). Dengan mengambil angka cross slope sebesar ips atau 41,67 mm/m, maka beda tinggi yang harus dibuat antara pinggir jalan dan bagian tengah jalan adalah 18,75 cm untu lebar jalan 9 meter dan 10,42 cm untuk lebar jalan 5 meter.( lihat lampiran H ).

Perawatan secara berkala dilakukan dalam rangka waktu tertentu yang bertujuan untk mengecek kondisi jalan dan memperbaikinya apabila terdapat kerusakan, misalnya terdapat lubang atau terjadi pengikisan pada permukaan jalan. Perawatan berkala ini harus dilakukan pada saluran penirisan, agar tidak terjadi pendangkalan atau penyumbatan pada saluran. Dengan perawatan yang baik maka dapat dipertahankan nilai rolling resistance ( tahanan gulir ) tetap optimal. Perubahan nilai rolling resistance yang terlalu ekstrim dapat menurunkan tingkat keamanan selama operasi pengangkutan, terutama pada musim penghujan. Sebab kondisi jalan yang basah akan menurunkan nilai rolling resistance dan jika nilai rolling resistance terlalu rendah akan mengakibatkan selip/ tergelincirnya alat angkut . Oleh karena itu perawatan berkala mutlak dilakukan untuk mempertahankan keamanan dan kelancaran operasi pengangkutan.

Selain perawatan permukaan jalan dan perawatan saluran penirisan juga diperlukan perawatan yang sifatnya insidentil. Perawatan yang sifatnya insidentil dilakukan untuk menyingkirkan bongkah yang terjatuh dari bak sewaktu diangkut maupun bongkah hasil peledakan yang terlempar sampai badan jalan. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat sebagian jalan angkut berada di front penambangan.

5.4 Perlengkapan Pendukung Kelancaran dan Keselamatan Pada Jalan.

Disamping perawatan juga perlu dilakukan perbaikan pada perlengkapan jalan yang bertujuan untuk meningkatkan kelancaran dan keamanan operasi pengangkutan.

5.4.1. Penerangan Jalan .

Salah satu perlengkapan yang harus diperhatikan adalah lampu penerangan, mengingat operasi pengangkutan juga dilakukan pada malam hari. Untuk titik-titik yang dinilai rawan sebaiknya mendapat penerangan yang cukup sehingga memudahkan pengemudi untuk melihat situasi sekelilingnya yaitu pada semua tikungan baik T1, T2, T3, maupun T4.

Sarana penerangan di sepanjang jalan angkut kuari batugamping Tuban II saat ini belum ada sama sekali. Untuk itu kiranya dapat dilakukan upaya pengadaan sarana penerangan untuk tercapainya kondisi operasi pengangkutan yang lancar dan aman . Karena dengan penerangan yang cukup operasi pengangkutan yang dilakukan pada malam hari dapat memberikan hasil yang optimal.

5.4.2. Tanggul Jalan

Pembuatan tanggul pengaman telah lama diterima sebagai suatu standart keamanan pada daerah dimana suatu kendaraan angkut secara tidak sengaja keluar dari jalan angkut yang dapat menimbulkan potensi kecelakaan.

Dalam penentuan dimensi dari tanggul dapat dilakukan dengan menggunakan

tabel 3. 6 . Dalam tabel tersebut digambarkan mengenai penentuan dimensi dari tanggul mendasarkan atas berat dari alat angkut yang digunakan, dimana pada Kuari Tuban II alat angkut yang digunakan mempunyai berat bermutan terbesar 26 ton sehingga dimensi tanggul yang dibuat yaitu termasuk category I ( lihat tabel 3.6 ).

Pada Kuari Batugamping Tuban II ini Jenis yang cocok adalah Jenis tanggul yang pertama melihat akan material yang dibutuhkan tersedia pada areal penambangan selain itu pada tanggul jenis kedua dengan penggunaan kemiringan 1,5 : 1 tidak lagi membutuhkan pembuatan jenjang tambahan sehingga menguntungkan secara ekonomis. Penempatan tanggul pada jalan angkut Kuari Tuban II yaitu pada daerah-daerah yang diperkirakan mempunyai potensi menimbulkan kecelakaan seperti pada sebagian tepi jalur II dan IV yang berbatasan dengan tebing.

PAGE

_1102246910.unknown

_1102246839.unknown