bab v

5
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian tersebut diatas selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sebag 1. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara negara, pemerintah mempun perananganda. Dimana kontraktualisasi oleh pemerintahdilakukandalam kapasitasnya sebagai subjek hukum privat dan dimungkinkan karena adanya prinsip kebebasan berkontrak. Meskipun kontrak yang terbenntuk sebagai kontrak huku privat dan bukan kontrak administrasi, dalam kontrak komersial ole bekerja prinsip dan norma hukum publik, bersama-sama dengan prinsip da hukum privat sebagai implikasi kedudukan pemerintah sebagai subjek hukum pu yang tidak terlepaskan. 2. Didalam tahapan pembuatan kontrak dibagi menjadi tahapan: yaitu "ontrak, !enyusunan "ontrak dan !as#a !enyusunan "ontrak. $ahap !ra "ontrak !erjanjian !endahuluan dalam perjanjian pengadaan barang dan jasa p harus dilaksanakan menurut aturan yang berlaku dan tidak boleh bertentangan ketentuan undang-undang, agar dapat memenuhi syarat sahnya suatu kontrak me !asal 12& "'(!erdata, yaitu pada syarat objektif adanya suatu sebab yang h )ang artinya tidak boleh bertentanag dengan undang-undang, sehingga konsekuensi hukumnya adalah dapat mengakibatkan perjanjian tersebut batal demi hukum da dapat dimintakan pembatalnya oleh para #alon penyedia barang% jasa lainnya. $ahap !enyusunan "ontak para pihak baik !ejabat !engguna *nggaran dan !enye Barang dan +asa bebas membuat isi kontrak yang menurut mereka dapat me akil

Upload: afniaplarizka

Post on 02-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hukum

TRANSCRIPT

BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan uraian tersebut diatas selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara negara, pemerintah mempunyai peranan ganda. Dimana kontraktualisasi oleh pemerintah dilakukan dalam kapasitasnya sebagai subjek hukum privat dan dimungkinkan karena adanya prinsip kebebasan berkontrak. Meskipun kontrak yang terbenntuk sebagai kontrak hukum privat dan bukan kontrak administrasi, dalam kontrak komersial oleh pemerintah bekerja prinsip dan norma hukum publik, bersama-sama dengan prinsip dan norma hukum privat sebagai implikasi kedudukan pemerintah sebagai subjek hukum publik yang tidak terlepaskan.2. Didalam tahapan pembuatan kontrak dibagi menjadi 3 tahapan: yaitu tahap Pra Kontrak, Penyusunan Kontrak dan Pasca Penyusunan Kontrak. Tahap Pra Kontrak/ Perjanjian Pendahuluan dalam perjanjian pengadaan barang dan jasa pemerintah harus dilaksanakan menurut aturan yang berlaku dan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang, agar dapat memenuhi syarat sahnya suatu kontrak menurut Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu pada syarat objektif adanya suatu sebab yang halal. Yang artinya tidak boleh bertentanag dengan undang-undang, sehingga konsekuensi hukumnya adalah dapat mengakibatkan perjanjian tersebut batal demi hukum dan dapat dimintakan pembatalnya oleh para calon penyedia barang/ jasa lainnya. Pada Tahap Penyusunan Kontak para pihak baik Pejabat Pengguna Anggaran dan Penyedia Barang dan Jasa bebas membuat isi kontrak yang menurut mereka dapat mewakili hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak agar terpenuhinya Prestasi, namun tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum, sebagai mana yg telah diatur dalam 1338 KUHPerdata ( pacta sunt servanda) kontrak yang dibuat Pihak Pengguna Anggaran dan Penyedia Barang dan Jasa berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sehingga wajib bagi mereka berpedoman pada isi kontrak. Pada Tahap Pasca Kontrak ini berupa pelaksanaan dan penafsiran serta mengenai penyelesaian sengketa alternatif. Adakalanya didalam kontra terdapat pasal-pasal yang rancu dan kurang dipahami. Maka penting dilakukan penafsiran agar terjadi kesepahaman dan tidak menimbulkan multi tafsir. Dan mengenai penyelesaian sengketa alternatif para pihak bebas mentukan dengan cara apa mereka menyelesaikan sengketa jika suatu saat terdapat permasalahan di kemudian hari. 3. Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah bahwa pelaksana pengadaan barang dan jasa pemerintah dalam hal ini Pejabat Pengguna Anggaran/ Pejabat Pembuat Komitmen dan Panitia /Pejabat pengadaan, termasuk pula calon penyedia barang/ jasa tidak atau belum memahami sepenuhnya atas ketentuan ketentuan mengenai Keppres Nomor 80 Tahun 2003 beserta perubahan terakhir Perpres Nomor 4 tahun 2015 dan juga kontrak itu yang kadang kala masih rancu dan sulit di mengerti para pihak4. Berdasrkan kerangka da nisi kontrak pengadaan barang/ jasa seperti yang ditentukan oleh Keppres Nomor 80 Tahun 2003 serta perubahannya terakhir Perpres Nomor 4 tahun 2015, serta melihat dokumen-dokumen dalam kontrak Pengadaan Alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, yang kemudian dihubungkan dengan syarat sahnya suatu kontrak Pasal 1320 KUHPerdata, maka dapat disimpulkan bahwa kontrak/ perjanjian pengadaan Alat-Alat kesehatan tersebut telah memenuhi syarat sahnya perjanjian. Karena mengandung unsur kesepakatan para pihak yaitu antara pihak Pejabat Pembuat Komitmen (sebagai perwakilan instansi Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai) yaitu dr. H. Syafnir. Chazwan sebagai Pejabat Pengguna Anggaran (PPA) Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas Bersumber Dana DAK/DAU APBD Tahun Anggaran 2010 pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai dan pihak Penyedia barang dan jasa yaitu M. Nur Haitamy sebagai Direktur CV. SHAFIRA, dimana para pihak mempunyai kapasitas untuk melakukan perbuatan hukum karena telah memenuhi kualifikasi sebagaimana ditentuakan undang- undang (untuk syarat kecakapan membuat perjanjian), sedangkan untuk syarat objektif juga telah memenuhi, dimana mengenai objek perjanjiannya secara jelas dan tegas dinyatakn dalam judul setiap dokumen pengadaan, juga dalam pencantuman nama maupun lingkup pekrjaan, serta isi perjanjiannya pun telah ditentukan oleh undang-undang, sehingga dalam hal ini jelas tidak ada pelanggar undang undang, ketertiban umum, maupun kesusilaan sebagaimana disyaratkan adanya suatu sebab yang halal.5. Apabila terjadi masalah maka langkah yang disepakati para pihak (pihak penyedia barang/ jasa dan pihak pejabat pengadaan) penyelesaian diusahakan melalui jalan musyawarah dan mufakat berdasarkan asas pancasila. Kemudian apabila tidak tercapai maka melalui hukum yang untuk masalah berlaku. Dan untuk masalah teknis agar diselesaikan melalui Dewan Arbitrase Teknik dan untuk masalah hukum diselesaikan melalui Pengadilan Negara.B. SaranBerdasarkan kesimpulan tersebut diatas maka disarankan hal-hal sebagai berikut :1. Kontraktualisasi merupakan tindakan pemerintah yang bersifat rutin. Untuk menjamin terciptanya kepastian hukum bagi pihak yang terlibat baik pemrintah dan pejabat yang mewakili sektor swasta dengan siapa pemerintah berkonrak, diperlukan legalisasi yang secara khusus mengatur kontrak komersial oleh pemerintah baik yang menyangkut prosedur, batas-batas kewenangan dan tanggung gugat. Pelaksanaan agenda ini juga harus bertumpu pada prinsip dan norma dalamhukum kontrak2. Para pelaksana pengadaan barang dan jasa uang belum memiliki sertifikat ahli pengadaan barang dan jasa pemrintah (pejabat/ panitia Pengadaan) mutlak diperlukan upaya peningkatan pemahaman keppres Nomor 80 tahun 2003 beserta perubahan terakhir Perpres 4 Tahun 2015 melalui diklat-diklat dengan sasaran lulus dalam ujian sertifikasi ahli pengadaan yang merupakan persyaratan mutlak bagi pelaksanan pengadaan. Serta pasal dalam kontrak haruslah diuraikan secara jelas dan tegas apa yang dimaksukan oleh para pihak. Sehingga kontrak tersebut tidak menimbulkan multi tafsir karena adanya isi kontrak yang rancu.3. Bagi pihak yan akan membuat atau mengadakan suatu perjanjian/ kontrak hendaklah terlebih dahulu memahami dan mengerti mengenai dasar-dasar suatu perjanjian terlebih dahulu. Terlebih mengenai asa-asas yag berlaku dalam berkontrak sebelum menandatangani perjanjian/kontrak tersebut. Sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan dan terlaksana tujuna melakukan kontrak. Dan diharapkan pula agar para pihak benar benar mempelajari, membaca dan mengerti terhadap kontrak sebelum menandatanganinya sehingga jelas memahami tentang hak dan kewajiban para pihak yang mengikat diri didalam kontrak tersebut.4. Baik dalam pembentukan dan pelaksanan kontrak pengadaan memerlukan skill sarjana hukum, oleh sebab itu diperlukan komponen sarjana hukum dalam setiap kelompok kerja ULP yang dibentuk oleh Kementrian/ Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah/ Institusi. Dengan demikian syarat memahami hukum-hukum perjanjian/ kontrak dalam Perpres No 54 Tahun 2010 harus dianggap terpenuhi jika didalam kepanitiaan pengadaan terdapat unsur anggota sarjana hukum yang mempunyai kompetensi dalam penguasaan hukum kontrak.5. Sebaiknya kontrak pengadaan barang/ jasa yang bermasalah diselesaikan secara musyawarah mufakat terlebih dahulu, apabila tidak berhasil maka dapat menempuh diselesaikan melalui arbitrase. Dan kalau bisa tidak berakhir dipengadilan karena akan memperumit dan tidak memberikan solusi yang baik untuk kedua belah pihak karena pengadilan lebih ke menang dan kalah, bukan win-win solution.