bab v analisa framing 5.1 analisa...
TRANSCRIPT
61
BAB V
ANALISA FRAMING
5.1 Analisa Framing
Peneliti melakukan analisis framing pada berita headline tentang Kasus
Nazaruddin di Harian Kompas dengan menggunakan perangkat framing Robert N.
Etman. Berita yang akan diteliti berjumlah 10 berita yang diambil dari Harian
Kompas edisi Juli 2011 sampai April 2012. 10 berita yang di teliti adalah berita yang
penting dan dinilai dapat mewakili untuk mengungkap kasus korupsi Nasarudin.
Untuk membahasnya, peneliti membuat kategori sesuai perangka framing dari
Etnman. Hasil analisis ini selanjutnya akan dilihat sebagai bentuk peradilan yang
dilakukan oleh media
Kasus Nazarudin mulai mengemuka, ketika tanggal 21 April 2011, Komisi
Pemberantasan Korupsi menangkap Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah Raga Wafid
Muharam, pejabat perusahaan rekanan Mohammad El Idris, dan perantara Mindo
Rosalina Manulang karena diduga sedang melakukan tindak pidana korupsi suap
menyuap. Penyidik KPK menemukan 3 lembar cek tunai dengan jumlah kurang lebih
sebesar Rp 3,2 milyar di lokasi penangkapan dan ketiga orang tersebut dijadikan
tersangka tindak pidana korupsi suap menyuap terkait dengan pembangunan wisma
atlet untuk SEA Games ke-26 di Palembang, Sumatera Selatan. Pada 27 April 2011
dinyatakan bahwa Mindo Rosalina adalah staf Muhammad Nazarudin, walaupun
sempat menyangkal akhirnya Nazarudin dijadikan tersangka kasus suap wisma atlit
untuk SEA GAMES ke-26. Akan tetapi Nazzarudin sudah meninggalkan Indonesia
sebelum statusnya ditetapkan menjadi tersangka. Dan melalui media massa
Nazarudin menyatakan bahwa sejumlah pejabat lain juga terlibat dalam kasus suap
tersebut. Setelah beberapa bulan menjadi buron akhirnya Nazarudin tertangkap di
62
Cartagena de Indias, Kolombia. Dan pada 20 April 2012 divonis 4 tahun 10 bulan
penjara. Dipihak lain kasus Nazaruddin ini, dianggap hanya permainan elite politik,
dan Nazaruddin sebagai korban. Namum di pihak yang lain menganggap ini kasus
hukum dan Nazaruddin yang sebagai tersangjka bersalah. Masing-masing pihak
saling menggunakan klaim kebnenaran tertentu untuk meyakinkan khalayak bahwa
mereka yang menang. Bagaimanakah Kompas selaku media memberitakan fakta
kasus Nazaruddin?
5.1.1 List Judul berita di Harian Kompas yang terkait dengan Nazarudin
Tanggal Judul Berita
1 Juli 2011 Singapura Diminta Pulangkan
Nazaruddin Jadi Tersangka
9 Agustus 2011 Jaga Keselamatan Nazaruddin
Nazaruddin Ditangkap Polisi Khusus di
Kolombia
14 Agustus 2011 Nazaruddin di Tangan KPK
Partai Demokrat Tidak Akan Beri
Bantuan Hukum
1 Desember 2011 Hanya Angelina yang Disebut
Nazaruddin Mulai Diadili dalam Kasus
Wisma Atlet
17 Januari 2012 Anas Disebut Ketua Besar
Mindo beberkan jatah untuk Demokrat
18 Januari 2012 KPK : Panggil Semua Nama
Ketua Tak Kebal Hukum
16 Februari 2012 Kesaksian Angelina Diragukan
63
KPK: Wajar Angelina Berbohong
1 Maret 2012 Anas Terima Milyaran Rupiah
Anas Urbaningrum: itu Dagelan, Bukan
kesaksian
29 Maret 2012 Nazaruddin Bersikukuh Tidak Tahu
21 April 2012 Dana untuk Anas
Dikesampingkan
Nazaruddin Dihukum 4 Tahun 10 Bulan
Penjara
Table 5.1.1 List Judul berita headline di Harian Kompas yang terkait dengan
Nazaruddin
Sumber : Harian Kompas Edisi Juli 2011 – April 2012
5.2 Analisis Framing Kasus Nazaruddin Pada KOMPAS
Pada analasis framing ini tiap berita akan dijabarkan satu persatu menurut
elemen-elemen framing model Robert N. Entman
5.2.1 Berita Kompas 1 Juli 2011
Disini Kompas menurunkan laporan mengenai ditetapkannya Nazaruddin
menjadi tersangka, dan diminta dipulangkan dari Singapura ke Indonesia, juga
ditetapkannya Nazaruddin menjadi tersangka kasus penyuapan Wisma Atlet
SEA Games. Ada 2 laporan yang diturunkan oleh Kompas pada edisi ini.
Masing-masing dengan judul “ Singapura Diminta Pulangkan, Nazaruddin
64
Jadi Tersangka” sebagai tulisan utama, disusul “Jadi Korban” tulisan
pendukung.
Problem identification (Define problem) :
Kompas mengidentifikasi kasus Nazaruddin ini sebagai masalah hukum.
Segala hal yang berhubungan dengan kasus Nazaruddin ini tidak dari segi
politik, tetapi dari aspek hukum. Ada beberapa alasan kenapa kita bisa
mengatakan bingaki hukum sebagai bingaki yang dominaan dalam pemberitaan
Kompas mengenai kasus Nazaruddin. Pertama, semua masalah ditarik dalam
wilayah hukum. Dalam pandangan Kompas, kasus ini sarat dengan muatan dan
nuansa hukum. Penangkapan Nazaruddin yang sudah ditetapkan menjadi
tersangaka penyuapan wisma atlet, yang sedang buron inipun sudah mendapat
dukungan penuh dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurutnya
Nazaruddin sudah merepotkan banyak pihak dan membebani pemerintah juga
partai demokrat. Kedua, sebagai konsekuensi melihat masalah ini sebgai
masalah hukum, sumber berita yang diwawancarai adalah sumber berita yang
beelatar hukum. Atau kalaupun bukan orang yang berlatar belakang hukum
(ahli hukum atau pengacara), tetapi berbicara dalam kerangka masalah hukum.
Judul Isi berita/ Wawancara Sumber
Singapura Diminta
Pulangkan
Nazaruddin Jadi
Tersangka
Presiden SBY meminta
kerja sama pemerintah
Singapura untuk
memulangkan Naza rudin.
Nazarudin jadi tersangka.
Staf Khusus Presiden
Bidang Komunikasi Politik
Daniel Sparringa,
Ketua
Komisi Pemberantasan
Korupsi
(KPK) Busyro Muqoddas
Staf Khusus Presiden
Bidang
Hukum Denny Indrayana
Wakil Ketua
KPK Bibit Samad Rianto
65
Casual Interpretaion (Diagnose Causes) :
Dalam keseluruhan berita Kompas, Nazaruddin diposisikan sebagai pelaku
(aktor), sebagai penyebab masalah. Nazaruddin di tuding membebani
membebani Partai Demokrat juga membebani kepemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudoyono
“Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa, Kamis (30/6),di Jakarta, Presiden sejak awal ingin dugaan korupsi yang mengaitkan Nazaruddin dibuka. Tak perlu ada yang ditutupi karena kasus itu tak hanya membebani Partai Demokrat, tetapi juga membebani pemerintahannya.”
Pada ini juga menjelaskan usaha Pemerintah juga KPK yang meminta kerja
sama pemerintah Singapura untuk memulangkan Nazarudin yang sudah
ditetapkan tersangka korupsi Wisma Atlet SEA Games ke Indonesia. Dapat
dilihat bagaimana teks berita menempatkan penilaian hukum lebih dominan
kepada Nazarudin, dan bagaimana Nazaruddin seolah-olah membuat repot
banyak pihak dalam mengurus kepulangannya ke Indonesia sebagai tersangka.
“Secara terpisah, Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto menyatakan belum ada langkah konkret dari KPK untuk memulangkan Nazaruddin. ”Kami akan lakukan semua prosedur. KPK tidak akan diam. Masak setiap langkah harus ngomong di koran. Kabur nanti orangnya,” ujarny a . Bibit menambahkan, upaya seperti penarikan paspor atau
Jadi Korban Penasihat Hukum
Nazarudin mengatakan
bahwa Nazarudin adalah
korban rekayasa politik.
Partai Demokrat berjanji
akan membantu Nazarudin
apabila Nazarudin
membutuhkan bantuan dan
bersedia pulang ke
Indonesia dan mematuhi
prosedur pemeriksaan
Penasihat hukum
Nazaruddin, OC Kaligis
Ketua Divisi Advokasi
dan Bantuan Hukum
Dewan Pimpinan
Pusat Partai Demokrat
Denny Kailimang
66
pengiriman red notice (perintah penangkapan) kepada Interpol masih dipertimbangkan. Tak ada batas waktu untuk memulangkan Nazaruddin ke Tanah Air.”
Kompas juga seakan menyetir pendapat Bibit bahwa Nazaruddin tidak
memerlukan penjelasan ataupun pembelaan mengapa bisa dijadikan tersangka.
Dimana dan bagaimanapun Nazaruddin sudah ditetapkan sebagai tersangka.
“ ”Kami tak menetapkan orang tanpa dasar. Apakah ia di dalam atau di luar (negeri), enggak ada urusan. Itu teknik penyidikan, pengembangan dari tertangkap tangan itu. Kami kembangkan hasilnya ketemu tersangka satu lagi,” kata Bibit “
Walaupun Penasihat Hukum Nazaruddin menyatakan, Nazarudin
merupakan korban rekayasa politik, dan Nazarudin akan membeberkan Kader
Demokrat yang terkait.
“ ”Jadi, sudah bisa diduga, awalnya akan dicegah (dilarang ke luar negeri), kemudian jadi saksi, lalu tersangka. Nanti diadili in absentia (tanpa kehadiran terdakwa) dan dihukum,” katanya . Karena dijadikan korban rekayasa politik, menurut Kaligis, Nazaruddin belum mau kembali ke Indonesia. Namun, Nazaruddin tetap akan membongkar korupsi yang melibatkan kader Partai Demokrat. ”
Posisi Nazarudin yang menjadi korban disini secara tidak langsung
dipatahkan oleh Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Dewan Pimpinan
Pusat Partai Demokrat. Denny Kailimang menyatakan akan membela Nazarudin
jika Ia meminta bantuan kepada Demokrat, asalkan Nazarudin mau pulang ke
Indonesia dan memenuhi prosedur hukum yang ada.
“ ”Namun, kami tidak akan menawarkan bantuan hukum kepada Nazaruddin. Kami akan bersifat pasif. Jika ia membutuhkan, dapat meminta ke partai dan kami baru bergerak,” katanya. Namun, Denny berharap Nazaruddin memenuhi dahulu janjinya untuk kembali ke Tanah Air. Dengan demikian, ia dapat membuat klarifikasi dan menyampaikan pembelaan. Apalagi, salah satu isi sumpah jabatannya sebagai anggota DPR adalah taat dan patuh pada hukum.”
Jadi jika Nazarudin bersikeras tidak pulang ke Indonesia maka jelas
membenarkan bahwa Nazarudin merupakan pihak yang bersalah.
Moral Evaluation (Make Moral Judgement) :
67
Penilaian Nazarudin sebagai penyebab masalah pertama, ditetapkannya
Nazarudin sebagai tersangka. Kedua , jika memang Nazarudin tidak bersalah
mengapa Ia tidak kembali ke Indonesia untuk mengklarifikasi dan menyampaikan
pembelaannya sesuai yang di ungkapkan Deni Kailimang. Dengan ditegaskannya
Polri akan membantu KPK dan bisa meminta bantuan Interpol untuk meburu
Nazarudin. Semakin menguatkan bahwa Nazarudin adalah pihak yang bersalah dan
tidak mempunyai pilihan lain selain kembali ke Indonesia dan menjalankan prosedur
hukum yang ada.
Treatment Recommendation :
Atas semua masalah yang disebabkan oleh Nazaruddin tersebut, Kompas
“merekomendasikan” agar Nazaruddin segera ditangkap, dipulangkan, dan dibawa
kepengadilan. Ini sebagai konsekuensi logis dari melihat kasus ini sebagai maslah
hukum, bukan politik atau moral. Dan sebagai masalah hukum yang dibidik sebagai
tersangka memang Nazaruddin.
5.2.2 Berita Kompas 9 Agustus 2011
Disini Kompas menurunkan laporan mengenai tertangkapnyanya
Nazaruddin di Cartagena, Kolombia. Ada 4 laporan yang diturunkan oleh
Kompas pada edisi ini. Masing-masing dengan judul “Jaga Keselamatan
Nazaruddin, Nazarudin Ditangkap Polisi Khusus di Kolombia” sebagai
tulisan utama, disusul “Bersama Neneng” . “Pasti Nazaruddin”,
“Prestasi Tim” sebagai tulisan pendukung.
Problem identification (Define problem) :
Kompas mengidentifikasi kasus Nazaruddin ini sebagai masalah hukum.
Segala hal yang berhubungan dengan kasus Nazaruddin ini tidak dari segi
68
politik, tetapi dari aspek hukum. Ada beberapa alasan kenapa kita bisa
mengatakan bingkai hukum sebagai bingkai yang dominaan dalam pemberitaan
Kompas mengenai kasus Nazaruddin. Pertama, semua masalah ditarik dalam
wilayah hukum. Dalam pandangan Kompas, kasus ini sarat dengan muatan dan
nuansa hukum.Dilihat dari peristiwa Penangkapan Nazaruddin oleh hasil kerja
sama Interpol, KPK, Kementrian Luar Negeri, dan Hak Asasi Manusia .
Presiden Indonesia yang meminta Nazaruddin segera dipulangkan ke Indonesia
dan segera menjalani proses hukum di Komisi Pemberatasan Korupsi. Kedua,
sebagai konsekuensi melihat masalah ini sebagai masalah hukum, sumber berita
yang diwawancarai adalah sumber berita yang berlatar belakang hukum. Atau
kalaupun bukan orang yang berlatar belakang hukum (ahli hukum atau
pengacara), tetapi berbicara dalam kerangka masalah hukum.
Judul Isi berita/ Wawancara Sumber
Jaga Keselamatan
Nazaruddin
Nazaruddin Ditangkap
Polisi Khusus di Kolombia
Nazaruddin di tangkap di
Cartagena Kolumbia yang
merupakan hasil kerjasama
Interpol, KPK, Kementrian
Luar Negeri, serta
Kementrian Hukum dan
Hak Asasi Manusia
Menteri Koordinator
Politik, Hukum, dan
Keamanan,
Djoko Suyanto
Bersama Neneng Duta Besar RI di
Kolumbia membenarkan
penangkapan Nazaruddin.
Saat ditangkap Nazarudin
sedang bersama istrinya
Neneg Sri Wahyuni.
Duta Besar RI untuk
Kolombia,
Michael Menufandu.
Kepala Divisi Humas
Polri Inspektur Jenderal,
Anton Bachrul Alam
Pasti Nazaruddin Dari hasil pemeriksaan
sidik jari di pastikan yang
tertangkap di Kolumbia
adalah Nazaruddin. Dan
untuk lebih meyakinkan
Polisi merencanakan
pemeriksaan DNA
terhadap Nazaruddin
Kepala Divisi Humas
Polri Inspektur Jenderal,
Anton Bachrul Alam
69
Casual Interpretaion (Diagnose Causes) :
Dalam keseluruhan berita Kompas, Nazaruddin terlihat sebagai pelaku
(aktor), sebagai penyebab masalah. Nazaruddin yang awalnya tidak mengakui
identitas aslinya, akhirnya hasil sidik jari membuktikan bahwa yang ditangkap
polisi khusus Cratagena benar Nazaruddin. Dalam keseluruhan isi berita jelas
mengenai Nazaruddin yang ditetapkan sebagai tersangka Korupsi wisma Atlet
dan juga menjadi buronan, akhirnya berhasil ditangkap Polisi Khusus di
Cartagena, Kolumbia
“Di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin siang, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, yang didampingi Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo, menyampaikan, Nazaruddin ditangkap di Cartagena, Minggu malam. Menteri Luar Negeri Marty Natale g awa menerima informasi penangkapan itu dari Duta Besar Republik Indonesia di Kolombia. Penangkapan tersebut merupakan hasil kerja sama Interpol, KPK, Kementerian Luar Negeri, serta Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.”
Pada bagian lain Kompas menmpatkan KPK sebgai pihak sebagai aktor
penting karena telah berhasil menangkap Nazaruddin. Kompas ingin KPK
menjadi pusat sorotan dalam penangkapan Nazzarudin.
“ Ketua KPK M Busyro Muqoddas mengatakan, penangkapan Nazaruddin merupakan prestasi. ”Ini prestasi tim yang sistemik,” katanya.”
Moral Evaluation (Make Moral Judgement) :
Penilaian Nazarudin sebagai penyebab masalah pertama, berhasil
ditangkapnya Nazarudin oleh Interpol. Kedua , semua bukti yang ada termasuk
hasil identifikasi data diri membuktikan bahwa yang tertangkap memang
Nazaruddin. KPK dinilai sebagai pihak yang dipercaya, dari keberhasilan mereka
70
dalam menangkap dan menanganani kasus Nazarudin ini. KPK juga di dukung
oleh Presiden yang menyatakan percaya kepada KPK dalam menyelsaikan kasus
Nazaruddin. Ini semakin jelas bahwa KPK ingin dilihat sebagai pihak yang sudah
memberikan penenganan yang terbaik dalam kasus Nazaruddin ini.
Treatment Recommendation :
Atas semua masalah yang disebabkan oleh Nazaruddin tersebut, Kompas
“merekomendasikan” agar Nazaruddin segera ditangkap, dipulangkan, dan
dibawa kepengadilan. Ini sebagai konsekuensi logis dari melihat kasus ini sebagai
maslah hukum, bukan politik atau moral. Dan sebagai maslah hukum yang
dibidik sebagai tersangka memang Nazaruddin.
5.2.3 Berita Kompas 14 Agustus 2011
Disini Kompas menurunkan laporan mengenai pemulangan Nazaruddin ke
Indonesia dan penyerahan Nazaruddin ke tangan KPK. Ada 2 laporan yang
diturunkan oleh Kompas pada edisi ini. Masing-masing dengan judul “
Nazaruddin Di Tangan KPK, Partai Demokrat Tidak Akan Beri Bantuan
Hukum “ sebagai tulisan utama, disusul “ Dikawal Ketat ” tulisan
pendukung.
Problem identification (Define problem) :
Kompas mengidentifikasi kasus Nazaruddin ini sebagai masalah hukum.
Segala hal yang berhubungan dengan kasus Nazaruddin ini tidak dari segi
politik, tetapi dari aspek hukum. Ada beberapa alasan kenapa kita bisa
mengatakan bingkai hukum sebagai bingkai yang dominan dalam pemberitaan
Kompas mengenai kasus Nazaruddin. Pertama, semua masalah ditarik dalam
wilayah hukum. Dalam pandangan Kompas, kasus ini sarat dengan muatan dan
71
nuansa hukum.Dilihat dari peristiwa Penangkapan Nazaruddin oleh KPK
hingga pemulangannya ke Indonesia dan penyerahaan Nazaruddin ketangan
KPK. Kedua, sebagai konsekuensi melihat masalah ini sebagai masalah hukum,
sumber berita yang diwawancarai adalah sumber berita yang berlatar belakang
hukum. Atau kalaupun bukan orang yang berlatar belakang hukum (ahli hukum
atau pengacara), tetapi berbicara dalam kerangka masalah hukum.
Judul Isi berita/ Wawancara Sumber
Nazaruddin di Tangan
KPK
Partai Demokrat Tidak
Akan Beri Bantuan
Hukum
Nazaruddin tiba di
Indonesia, langsung
diserahkan ke KPK.
KPK menegaskan akan
menjaga independensi.
Presiden SBY percaya
KPK
KPK,
Busyro Muqoddas, M
Jasin,
Haryono Umar, Chandra
M
Hamzah, Bibit Samad
Rianto.
Kepala
Bareskrim Mabes Polri
Komisaris
Jenderal Sutarman, dan
pihak Imigrasi.
Juru Bicara
Kepresidenan Julian
Aldrin
Pasha
Dikawal Ketat Kronologi tibanya
Nazaruddin ke Indonesia,
diserahkan ke KPK dan di
tahan di Rutan Brimob.
Demokrat tidak akan
memberi Nazaruddin
bantuan hukum
Direktur Tindak Pidana
Tertentu Badan Reserse
Kriminal Polri Brigadir
Jenderal (Pol),
Anas yusuf.
Juru bicara KPK,
Johan Budy
Ketua Divisi Advokasi dan
Bantuan Hukum Partai
Demokrat ,
Deny Kailimang
72
Casual Interpretaion (Diagnose Causes) :
Dalam berita disini masalah yang akan disorot adalah mengenai tibanya
Nazarudin di Indonesia dan langsung diserahkan kepada KPK. Nazaruddin dan
KPK disini sama-sama sebagai actor. Nazarudin aktor yang negative karena
merupakan tersangka yang akan ditahan dan dekenai tindak pidana. Sedangkan
KPK adalah aktor positf yang berhasil menangkap Nazaudin dan akan
memproses kasus Nazaruddin hingga tuntas. Disini KPK secara tidak langsung
disorot sebagai aktor penting yang berjasa dalam Kasus Nazaruddin.KPK secara
otomatis di diposisikan sebagai pihak yang patut di dukung dan dipercaya akan
menyelsaikan kasus Nazaruddin.
“Busyro Muqoddas menegaskan, ”Kami pertahankan independensi kami. Jangan khawatir,
kami akan transparan.”.”
Di bagian lain Demokrat yang awalnya menyatakan akan memberi bantuan
kepada Nazaruddin, kini menyatakan tidak akan memberi bantuan kepada
Nazaruddin karena Nazaruddin sudah bukan kader Demokrat dan sudah
mempunyai pengacara
“Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Deny Kailimang menuturkan, Partai Demokrat tidak akan memberi bantuan hukum kepada Nazaruddin. Pasalnya, Nazaruddin bukan lagi kader Partai Demokrat. Nazaruddin juga sudah memiliki pengacara.”
Seolah menekankan bahwa Nazaruddin pihak yang akan menjalani proses
hukum tanpa di bantu pihak lainnya.
Moral Evaluation (Make Moral Judgement) :
73
KPK sebagai pihak yang dipercaya dari dalam penanganan kasus Nazarudin
ini di dukung oleh Presiden yang menyatakan percaya kepada KPK dalam
menyelsaikan kasus Nazaruddin. Selain itu KPK juga menekankan akan
meningkatkan keamanan Nazaruddin. Jadi KPK secara tidak langsung ingin
membuktikan bahwa mereka sudah memberikan penenganan yang terbaik
dalam kasus Nazaruddin ini.
Treatment Recommendation :
Atas semua masalah yang disebabkan oleh Nazaruddin tersebut, Kompas
“merekomendasikan” agar proses pemeriksaan dan pengadilan Nazaruddin segera
dilakukan dan diselesaikan. Ini sebagai konsekuensi logis dari melihat kasus ini
sebagai maslah hukum, bukan politik atau moral. Dan sebagai maslah hukum
yang dibidik sebagai tersangka memang Nazaruddin.
5.2.4 Berita Kompas 1 Desember 2011
Disini Kompas menurunkan laporan mengenai dimulainya proses
pengedilan terhadap Nazaruddin. Ada 2 laporan yang diturunkan oleh
Kompas pada edisi ini. Masing-masing dengan judul “ Hanya Angelina
Yang Disebut, Nazaruddin Mulai Diadili dalam Kasus Wisma Atlet “
sebagai tulisan utama, disusul “ Tidak Pernah Ditanya ” sebagai tulisan
pendukung.
Problem identification (Define problem) :
74
Kompas mengidentifikasi kasus Nazaruddin ini sebagai masalah hukum.
Segala hal yang berhubungan dengan kasus Nazaruddin ini tidak dari segi
politik, tetapi dari aspek hukum. Ada beberapa alasan kenapa kita bisa
mengatakan bingkai hukum sebagai bingkai yang dominan dalam pemberitaan
Kompas mengenai kasus Nazaruddin. Pertama, semua masalah ditarik dalam
wilayah hukum. Dalam pandangan Kompas, kasus ini sarat dengan muatan dan
nuansa hukum. Kedua, sebagai konsekuensi melihat masalah ini sebgai masalah
hukum, sumber berita yang diwawancarai adalah sumber berita yang beelatar
hukum. Atau kalaupun bukan orang yang berlatar belakang hukum (ahli hukum
atau pengacara), tetapi berbicara dalam kerangka masalah hukum.
Casual Interpretaion (Diagnose Causes) :
Judul Isi berita/ Wawancara Sumber
Hanya Angelina yang
Disebut
Nazaruddin Mulai Diadili
dalam Kasus Wisma Atlet
Nazarudin mulai diadili di
Pengadilan tindak Pidana
Korupsi.
Nama yang awal pernah
diungkapkan Nazaruddin
tidak disebutkan semua.
Hanya nama Angelina
Sondakh saja yang
disebutkan
Divisi Hukum dan
Monitoring
Peradilan Indonesia
Corruption Watch,
Febri Diansyah.
Juru Bicara KPK,
Johan Budi
Ketua Departemen
Penegakan
Hukum Dewan Pimpinan
Pusat Partai Demokrat.
Benny K Harman
Tidak Pernah Ditanya Selama proses
penyelidikan Nazarudin
tidak pernah ditanya
mengenai hal-hal yang
didakwakan kepadanya.
Nazarudin
KPK
75
Dalam berita Kompas, Nazaruddin adalah pihak yang bersalah dan pihak
penyebab. Masalah diletakkan pada Nazaruddin, yang awalnya sudah menjadi
tersangka. Walaupun Nazaruddin juga yang mengungkapkan pihak-pihak Partai
Demokrat yang terkait, tetap tidak merupah posisi Nazaruddin yang ditempatkan
sebagai penyebab masalah. Berita keseluruhan di tujukan kepada Nazaruddin,
sedangkan pihak-pihak lainnya dianggap tidak termasuk dalam bagian kasus ini.
penilaian hukum pun lebih banyak di tujukan kepada Nazzarudin.
“ Ketua Departemen Penegakan Hukum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Benny K Harman menyatakan bahwa pertanyaan terkait dakwaan terhadap Nazaruddin harus ditujukan kepada KPK. Partai Demokrat tak mengintervensi kasus itu. Kasus Nazaruddin menciptakan persepsi buruk pada Partai Demokrat. ”Kami serahkan kasus ini ke penegak hukum. Silakan dibuka di sidang dengan bukti dan bukan kata. Publik akan menilai langkah KPK menangani kasus ini,” kata nya.”
Di sini jelas Demokrat diposisikan sebagai korban. Demokrat menyatakan
bahwa kader yang diungkapkan Nazarudin terkait kasus Wisma Atlet, hanya
Angelina saja yang disebut sebagai dakwaan karena jelas kaitannya dengan
Nazaruddin. Sedangkan yang lain selain tidak di dukungnya bukti juga kurang
jelas kaitannya antara dakwaan dan yang di dakwa.
“Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, dakwaan harus terkait dengan orang yang didakwa.”Selain itu, nama-nama yang disebutkan Nazaruddin harus di dukung bukti. Tidak bisa hanya karena pengakuan, lantas orang lain dijadikan tersangka. KPK juga masih mengembangkan kasus ini. Apakah dalam sidang nanti muncul fakta lain yang mendukung pengakuan Nazaruddin tentu akan ditindaklanjuti. Kasus ini belum selesai,” katanya .”
Di bagian lain Nazaruddin kembali menceritakan kembali keterlibatan
Anas. Nazaruddin pun mengeluhkan surat dakwaan yang dianggap cacat dan
hasil rekayasa. Nazaruddin menyatakan Ia tidak mengerti perkara yang
dituduhkan kepadanya karena KPK tidak pernah bertanya perihal perkara yang
dituduhkan selama proses penyelidikan. Akan tetapi sebesar apapun pembelaan
Nazaruddin akan di patahkan kembali oleh jaksa.
“Terkait dengan pernyataan Nazaruddin dan penasihat hukumnya tersebut, jaksa mengatakan bahwa terdakwa pernah bertemu dengan Direktur Utama PT DGI Dudung Purwadi dan El Idris membicarakan proyek wisma atlet. Jaksa juga menjelaskan, dalam
76
menyusun dakwaan, jaksa mendasarkan pada semua alat bukti yang diperoleh, bukan hanya keterangan terdakwa.”
Ini menegaskan bagaimana Nazaruddin ditempatkan sebagai pihak yang
tidak di percaya.
Moral Evaluation (Make Moral Judgement) :
Nazaruddin dinilai sebagai sumber masalah datang dari pengungkapan
Nazaruddin mengenai pihak-pihak lain yang terlibat. Bisa saja surat dakwaan
Nazaruddin tidak ada bukti pendukung sehingga surat dakwaan dianggap cacat
oleh jaksa. “ dalam menyusun dakwaan, jaksa mendasarkan pada semua alat
bukti yang diperoleh, bukan hanya keterangan terdakwa ” . Selain itu pernyataan
Juru bicara KPK juga “Selain itu, nama-nama yang disebutkan Nazaruddin harus
di dukung bukti. Tidak bisa hanya karena pengakuan, lantas orang lain dijadikan
tersangka. KPK juga masih mengembangkan kasus ini. Apakah dalam sidang
nanti muncul fakta lain yang mendukung pengakuan Nazaruddin tentu akan
ditindaklanjuti. Kasus ini belum selesai.” Menguatkan posisi Nazaruddin sebagai
pihak yang tidak dipercaya.
Treatment Recommendation :
Atas semua masalah yang disebabkan oleh Nazaruddin tersebut, Kompas
“merekomendasikan” agar proses pemeriksaan dan pengadilan Nazaruddin segera
di tuntaskan. Ini sebagai konsekuensi logis dari melihat kasus ini sebagai maslah
hukum, bukan politik atau moral. Dan sebagai maslah hukum yang dibidik
sebagai tersangka memang Nazaruddin.
5.2.5 Berita Kompas 17 Januari 2012
77
Disini Kompas menurunkan laporan mengenai kesaksian Mindo Rosalina
Manulang, dlam terdakwa kasus penyuapan Wisma Atlet. Ada 2 laporan yang
diturunkan oleh Kompas pada edisi ini. Masing-masing dengan judul “ Anas
disebut ketua besar, Mindo beberkan jatah untuk Demokrat” sebagai tulisan
utama, disusul “Keluarkan 20 Milyar” tulisan pendukung.
Problem identification (Define problem) :
Kompas mengidentifikasi kasus hukum. Segala hal yang berhubungan
dengan kasus ini disoroti tidak dari segi politik, melainkan dari aspek hukum.
Alasan mengapa dikatakan bingkai hukum yang menjadi bingkai dominan dalam
pemberitaan Kompas adalah, Pertama, berita yang disampaikan mengenai
kesaksian Mindo Rosalina Manulang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi,
Jakarta mengenai kasus penyuapan wisma atlet dan pihak-pihak yang ikut terkait
serta didalamnya seperti beberapa kader Partai Demokrat. Kedua, sebagai
konsekuensi melihat masalah ini sebgai masalah hukum, sumber berita yang
diwawancarai adalah sumber berita yang beelatar hukum. Atau kalaupun bukan
orang yang berlatar belakang hukum (ahli hukum atau pengacara), tetapi
berbicara dalam kerangka masalah hukum.
Judul Isi berita/ Wawancara Sumber
Anas Disebut Ketua
Besar
Mindo beberkan jatah
untuk Demokrat
Mindo Rosalina Manulang
menegaskan ada jatah
untuk Partai Demokrat
dalam proyek wisma atlet.
Hal ini diungkapkan saat
Mido bersaksi dalam
persidangan terdakwa
kasus wisma atlet lainnya.
Mindo Rosalina Manulang
Penasihat Hukum
Nazaruddin
Elsya Syarief
Penasihat Hukum Ketua
Umum Partai Demokrat,
Anas Urbaningrum
Putra M. Zein
78
Casual Interpretaion (Diagnose Causes) :
Mindo menjelaskan perihal
perckapannya dengan
Angelina Sondakh (Angie)
melaluia Blackberry
Messenger (BBM).
Menurut Mindo pada
waktu itu Angie meminta
uang pada saat
pembahasan anggaran
Kemenpora. Mindo juga
mengatakan ketua besar
disini adalah Anas
Urbaningrum.
Keluarkan 20 Milyar Mindo Rosalina
menjelaskan beberapa
fakta mengenai sirkulasi
uang dalam tender wisma
atlet dan beberapa pihak
yang terkait didalamnya
termasuk Anas
Urbaningrum.
Sidang Nazaruddin terlihat
sangat lebih ketat daripada
sidang-sidang sebelumnya.
Anggota Lembaga
Perlindungan Saksi dan
korban
Lili Pintauli
79
Dalam isi berita Kompas, Nazaruddin diposisikan sebagai aktor dan
penyebab masalah. Karena kasus kali ini merupakan mengenai persidangan
Nazaruddin. Mindo sendiri disini juga diposisikan sebagai aktor namun bukan
penyebab masalah. Mindo yang memberikan kesaksian dipengadilan perihal
dakwaan Nazaruddin dan orang-orang yang terlibat didalamnya, membuat posisi
Mindo sebgai pihak yang sangat membantu.
Mindo yang membenarkan adanya percakapan dengan Angelina dan juga
pernyataan mengenai keterlibatan Anas, secara tidak langsung membenarkan
dakwaan Nazaruddin mengenai pihak-pihak lain yang terlibat.
“ ”Jadi bosnya siapa dari partai Demokrat? “ ujar Elza. Mido menjawab, “
Mirwan Amir (Wakil Ketua Badan Anggaran DPR) .”
” Elza juga menanyakan tentang siapa yang dimaksud dengan istilah ketua dan
ketua besar AU dalam percakapan BBM. Menurut Mindo, istilah ketua mengacu
kepada Ketua Komisi X DPR Mahyudin dan ketua besar AU adalah Anas Urbaningrum.”
Walaupun keseluruh isi berita mengenai kesaksian Mindo mengenai aliran
uang dalam partai Demokrat, juga pihak yang terlibat di dalamnya, salah satunya
adalah Anas Urbaningrum yang dari awal memang dituding oelh Nazaruddin.
Namun pada bagian lain pendapat Patra M. Zein penasihat hukum Anas, seolah
menyetir opini yang menyatakan bahwa Anas tidak terlibat sama sekali dalam
kasus ini dan memang faktanya adalah Nazaruddin lah yang menjadi tersangka.
“Tudingan itu tidak berdasar, karena Anas tidak pernah terlibat atau
melakukan korupsi. ”Bukan sekali dua kali Nazaruddin menuding Anas, faktanya
Nazaruddin yang didakwa melakukan korupsi dalam kasus wisma atlet,” kata patra.”
Moral Evaluation (Make Moral Judgement) :
Penilaian Nazarudin sebagai penyebab masalah karena Nazarudin memang
sebagai tersangka. Angelina pun mulai diposiskan sebagai aktor negatif karena
80
kesaksian yang diberikan Mindo perihal kebenaran percakapan antara Mindo dan
Angie di BBM, menegaskan keterlibatan Anggie dalam kasus ini. Mindo sendiri
diposisikan sebagai pihak yang memiliki peran penting karena kesaksiannya
dipengadilan. Anas disini walaupun mendapat tudingan keterlibatan dalam wisma
atlet, belum diposisikan di pihak yang bersalah. Anas disini diposisikan sebagai
korban tuduhan yang tak berdasar, hal ini ditegaskan olenh pernyataan kuasa
hukum Anas, Putra M. Zein.
Treatment Recommendation :
Atas semua masalah yang disebabkan oleh Nazaruddin tersebut, Kompas
“merekomendasikan” agar kasus Nazaruddin segera dituntaskan, dan pihak-pihak
yang disebut terlibat agar segera diselidiki dan diproses lebih lanjut. Ini sebagai
konsekuensi logis dari melihat kasus ini sebagai maslah hukum, bukan politik
atau moral. Dan sebagai maslah hukum yang dibidik sebagai tersangka memang
Nazaruddin.
5.2.6 Berita Kompas 18 Januari 2012
Disini Kompas menurunkan laporan mengenai Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) menjadikan kesaksian Mindo Rosalina Manulang di
persidangan sebagai alat bukti. Ada 2 laporan yang diturunkan oleh Kompas
pada edisi ini. Masing-masing dengan judul “ KPK: Panggil Semua Nama,
Ketua Partai Tak Kebal Hukum” sebagai tulisan utama, disusul
“Mallarangeng Membantah” tulisan pendukung.
Problem identification (Define problem) :
81
Kompas mengidentifikasi kasus hukum. Segala hal yang berhubungan
dengan kasus ini disoroti tidak dari segi politik, melainkan dari aspek hukum.
Alasan mengapa dikatakan bingkai hukum yang menjadi bingkai dominan dalam
pemberitaan Kompas adalah, Pertama, berita yang disampaikan mengenai
kesaksian Mindo Rosalina Manulang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi,
Jakarta mengenai kasus penyuapan wisma atlet dan pihak-pihak yang ikut terkait
serta didalamnya dijadikan sebagai alat bukti oleh KPK. Kedua, sebagai
konsekuensi melihat masalah ini sebgai masalah hukum, sumber berita yang
diwawancarai adalah sumber berita yang beelatar hukum. Atau kalaupun bukan
orang yang berlatar belakang hukum (ahli hukum atau pengacara), tetapi
berbicara dalam kerangka masalah hukum.
Judul Isi berita/ Wawancara Sumber
KPK: Panggil Semua
Nama
Ketua Partai Tak Kebal
Hukum
KPK menjadikan
pengakuan Mindo
Rosalina Manulang di
persidangan sebagai alat
bukti.
Tidak menutup
kemungkinan nama-nama
tersebut dipanggil oleh
KPK. Jadi tidak ada yang
namanya kebal hukum.
KPK juga sudah memiliki
calon tersangka baru
dalam kasus wisma atlet.
Ketua KPK
Abraham Samad
Wakil Ketua KPK
Bambang Widjojanto
Juru Bicara KPK
Johan Budi, SP
Mallarangeng Membantah KPK belum menjadwalkan Andi Mallarangeng
82
Casual Interpretaion (Diagnose Causes) :
Dalam isi berita Kompas, Mindo diposisikan sebagai aktor yang penting. Pada
edisi ini Mindo seolah seperti tokoh utama. Karena keberaniannya bersaksi dan
mengungkapkan kejujuran mengenai kasus ini, walaupun Mindo sendiri mendapat
pemeriksaan terhadap
nama-nama yang
disebutkan oleh Mindo.
Andi Mallarangeng
mengatakan bahwa dirinya
tidak terlibat. Dan jika
KPK mempunyai bukti
nyata, Andi siap diperiksa
oleh KPK.
KPK tetap menghargai
apresiasi Mindo. Apalagi
Mindo saat itu
mendapatkan ancaman
akan mati, dari banyak
pihak.
Tudingan atas beberapa
kader Demokrat yang
terlibat, dianggap sebagai
tudingan tanpa dasar, yang
bertujuan untuk
menjatuhkan Demokrat.
Ketua Advokasi dan
Bantuan Hukum Dewan
Pengurus Pusat Partai
Demokrat
Denny Kailimang
Wakil Sekretaris Jenderal
Partai Demokrat
Saan Mustopa
83
tekanan dan ancaman dari banyak pihak. Kesaksian Mindo juga dijadikan sebagai alat
bukti oleh KPK.
“Penegasan pengakuan Mindo sebagai alat bukti itu diungkapkan Ketua KPK
Abraham Samad dan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto secara terpisah, Selasa (17/1) .”
Anas yang dari awal dituding terlibat dalam kasus ini diposisikan absurd. Di
sisi awal Kompas memberitakan bahwa nama-nama yang disebutkan dalam kesaksian
bisa menjadi tersangka dan akan segera dilakukan proses pemeriksaan. Dan dalam hal
ini tidak ada yang namanya kebal hukum walaupun dia ketua partai sekalipun, jadi
dengan kata lain Anas pun tidak kebal hukum dan bisa saja menjadi tersangka.
“Dalam hukum ada namanya equality before the law ( persamaan dimuka hukum).
Jadi tidak ada yang kebal hukum. Apakah dia ketua partai, ia tidak kebal
hukum,”ujar Samad.”
“Ketika ditanya apakah semua nama itu akan dimintai keterangan, Samad
kembali mengungkapkan, “ Iya. Kalau kasusnya mengharuskan meminta keterangan, kami akan lakukan.”
Tapi disis lain Kompas seakan menyetir pendapat Denny Kailimang yang
menyatakan semua tuduhan itu tidak benar karena tidak didukung oleh bukti yang
kuat. Menurut Denny ini hanya untuk mengalihkan perhatian untuk mengusik Partai
Demokrat saja.
“Tudingan-tudingan itu tanpa didukung bukti-bukti, hanya untyuk mengalihkan
perhatian saja dan ada kecanderungan mengusik Partai Demokrat. Sebagai
juara bertahan, wajar saja kalau Partai Demokrat diusik terus, tapi Partai Demokrat akan tetap tegar menghadapi hal ini. “
Moral Evaluation (Make Moral Judgement) :
Penilaian Mindo sebagai pihak yang benar karena sebagai saksi dia berusaha
memberikan keterangan yang jujur. Mindo dengan posisinya yang penuh
84
intimidasi masih mau memberikan kesaksian membuat dia semakin ada disisi
positif dan benar.
Sedangkan Anas dan sejumlah Kader Demokrat yang disebutkan dikenakan
nilai moral yang absurd. Meski tidak diurai secara detail dan mencantumkan
banyak pernyataan, namun berita itu mampu mengidentifikasi adanya pembelaan
terhadap Demokrat. Dan menyatakan bahwa itu semua hanya untuk menjatuhkan
Partai Demokrat oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan bersaing dengan
Demokrat..
Treatment Recommendation :
Kompas “merekomendasikan” agar kasus Nazaruddin segera dituntaskan,
dan pihak-pihak yang disebut terlibat agar segera diselidiki dan diproses lebih
lanjut. Ini sebagai konsekuensi logis dari melihat kasus ini sebagai maslah
hukum, bukan politik atau moral. Dan sebagai maslah hukum yang dibidik
sebagai tersangka memang Nazaruddin.
5.2.7 Berita Kompas 16 Februari 2012
Disini Kompas menurunkan laporan mengenai kesaksian Angelina Sondakh
yang diragukan kebenarannya. Ada 3 laporan yang diturunkan oleh Kompas
pada edisi ini. Masing-masing dengan judul “ Kesaksian Angelina Diragukan,
KPK: Wajar Angelina Berbohong” sebagai tulisan utama, disusul “KPK
Punya Bukti” , “ Wajar Berbohong” tulisan pendukung.
Problem identification (Define problem) :
85
Kompas mengidentifikasi kasus hukum. Segala hal yang berhubungan
dengan kasus ini disoroti tidak dari segi politik, melainkan dari aspek hukum.
Alasan mengapa dikatakan bingkai hukum yang menjadi bingkai dominan dalam
pemberitaan Kompas adalah, Pertama, berita yang disampaikan mengenai
kesaksian Angeliana PP Sondakh di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta
mengenai keterkaitannya dalam kasus wisma atlet, berdasarkan kesaksian Mindo
Rosalina Manulang. Kedua, sebagai konsekuensi melihat masalah ini sebgai
masalah hukum, sumber berita yang diwawancarai adalah sumber berita yang
beelatar hukum. Atau kalaupun bukan orang yang berlatar belakang hukum (ahli
hukum atau pengacara), tetapi berbicara dalam kerangka masalah hukum.
Judul Isi berita/ Wawancara Sumber
Kesaksian Angelina
Diragukan
KPK: Wajar Angelina
Berbohong
Dalam persidangan
Angelina membantah
pernah melakukan
percakapan dengan Mindo
melalui BBM. Angie
mengaku tidak memiliki
BB hingga tahun 2010.
Angie juga mengatakan Ia
tidak tahu menahu
mengenai istilah-istilah
yang diebutkan Mindo.
Angie juga berkelit bahwa
baru mengenal Mindo
setelah kasus dugaan
wisma atlet terungkap.
Angelina PP Sondakh
Ketua Majelis Hakim
Darmawati Ningsih
Anggota Majelis Hakim
Ugo
86
Casual Interpretaion (Diagnose Causes) :
Dalam isi berita Kompas yang diteliti, Angelina terlihat sebagai pelaku
(aktor), sebagai penyebab masalah. Masalah diletakkan pada Angelina, karena
Angelina dianggap memberikan kesaksian yang tidak benar atau bohong. Dapat
KPK Punya Bukti KPK tidak masalah jika
Angie tidak mengakui
keterangan saksi Mindo
Rosalina Manulang. KPK
memiliki bukti rekaman
percakapan Angie dan
Mindo melalui BBM.
Jasa Komisi
Pemberantasan Korupsi
(KPK)
Anang Supriatna
Penasihat Hukum
Nazaruddin
Hotman Paris Hutapea
Wajar Berbohong Secara terpisah KPK
menilai wajar jika
Angelina berbohong ketika
menjadi saksi untuk
Nazaruddin, sebab Angie
sendiri juga berstatus
sebagai tersangka.
KPK mengaku tidak
terlalu cemas jika Angie
berbohong dalam
kesaksiannya. Karena
penyidik akan menjerat
Angie dengan bukti lain
yang ada yang dimiliki
KPK.
Wakil Ketua KPK
Bambang Widjojanto
Juru bicara KPK
Johan Budi
87
dilihat bagaimana teks berita menempatkan penilaian hukum lebih banyak kepada
Angelina. Pertama Angelina menyangkal adanya hubungan percakapan dengan
Mindo Rosalina Manulang melalui Blackberry Messenger (BBM), sedangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP), terungkap adanya percangkapan antara
Mindo dan Angelina.
“Dalam kesaksiannya, Angelina mengaku antara lain tak pernah berhubungan
dengan saksi lain dalam kasus ini, Mondo Rosalina Manulang, melalui Blackberry Mesenger (BBM).”
“Dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Mindo, terungkap adanya percakapan dengan Angelina melalui BBM.”
Pada bagian lain, Kompas bahkan menyetir pendapat Anang Supriatna yang
menyatakan, walaupun Angelina berbohong itu tidak masalah karena KPK
mempunya bukti percakapan Angie dengan Mindo. Dan juga pendapat Bambang
Widjajanto sangat yakin bila Angelina memberikan keterangan yang tidak benar.
“Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Anang Supriatna, mengatakan, tak
masalah jika Angelina mengingkari keterangan dengan saksi lain, seperti Mindo
yang mengakui pernah berhubungan dengannya melaui BBM. KPK mempunyai bukti pembicaraan Angelina dengan Mindo melalu BBM”
“Menurut Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, ada potensi Angelina
menghilangkan berbagai keterangan dan petunjuk yang potensialmenjelaskan keterlibatannya.”
Disini sudah terlihat sangat jelas bagaimana Kompas menempatkan
Angelina sebagai pihak yang bersalah.
Moral Evaluation (Make Moral Judgement) :
88
Penilaian Angelina sebagai sumber masalah datang dari hal yang sama-sama
negatif terhadap Angelina. Pertama, Angelina mengingkari hal yang dituduhkan
kepadanya dan memberikan kesaksian palsu. Padahal hal itu sudah sangat jelas
dan KPK memiliki bukti percakapan Angelina dan Mindo. Kedua, Angie disini
selain saksi juga bisa di tersangka. Jadi dinilai Angie pasti akan berbohong, untuk
melindungi dirinya. Sedangkan saat itu Angie masih menjadi saksi.
Treatment Recommendation :
Kompas “merekomendasikan” agar kasus Nazaruddin segera dituntaskan,
dan pihak-pihak yang disebut terlibat agar segera diselidiki dan diproses lebih
lanjut. Ini sebagai konsekuensi logis dari melihat kasus ini sebagai maslah
hukum, bukan politik atau moral. Dan sebagai maslah hukum yang dibidik
sebagai tersangka memang Nazaruddin.
5.2.8 Berita Kompas 1 Maret 2012
Disini Kompas menurunkan laporan mengenai Anas yang menerima uang
miliaran rupiah. Ada 2 laporan yang diturunkan oleh Kompas pada edisi ini.
Masing-masing dengan judul “ Anas Terima Milyaran Rupiah, Anas
Urbaningrum : Itu Dagelan, Bukan Kesaksian” sebagai tulisan utama, disusul
“Untuk Uang Derah” tulisan pendukung.
Problem identification (Define problem) :
Kompas mengidentifikasi kasus hukum. Segala hal yang berhubungan
dengan kasus ini disoroti tidak dari segi politik, melainkan dari aspek hukum.
Alasan mengapa dikatakan bingkai hukum yang menjadi bingkai dominan dalam
pemberitaan Kompas adalah, Pertama, berita yang disampaikan mengenai
kesaksian mantan pegawai di Grup Permai dalam persidangan kasua korupsi
89
[royek penyuapan wisma atlet SEA Games. Kedua, sebagai konsekuensi melihat
masalah ini sebgai masalah hukum, sumber berita yang diwawancarai adalah
sumber berita yang beelatar hukum. Atau kalaupun bukan orang yang berlatar
belakang hukum (ahli hukum atau pengacara), tetapi berbicara dalam kerangka
masalah hukum.
Judul Isi berita/ Wawancara Sumber
Anas Terima Milyaran
Rupiah
Anas Urbaningrum: Itu
Dagelan, Bukan
Kesaksian.
Disebutkan Anas adalah
pemilik serta pengendali
Grup Permai.
Sebulan sebelum kantor
Grup Permai di geledah
KPK, Anas dinilai
menerima uang 1 juta
Dollar Amerika Serikat
(AS).
Anas menilai kesaksian
bekas keempat
karyawannya itu bukan
kesaksian melainkan
dagelan.
Anas Urbaningrum
Uang Untuk Daerah Mantan manajer gedung
tower permai, mampang,
jakarta tempat group
permai berkantor Ferdian
Rico Baskoro menuturkan
Grup Permai adalah
Manatan Manajer Gedung
Tower Permai, Mampang,
Jakarta
Ferdian Rico Bascoro
Pengacara Nazaruddin
Hotman Paris Hutapea
Mantan Supir Nazaruddin
90
Casual Interpretaion (Diagnose Causes) :
Dalam keseluruhan isi berita di Kompas edisi ini, tampak bagaimana para
saksi di posisikan sebagai aktor. Para saksi yang merupakan mantan pegawai di
Grup Permai ini menyatakan perihal Anas menerima uang milyaran rupiah.
konsorium yang dimiliki
Anas dan Hasyim kerabat
Nazaruddin.
Tiga saksi lain, mantan
supir di Grup Permai, juga
mengatakan Grup Permai
dimiliki Anas.
Putra M.Zen, penasihat
hukum Anas, menilai,
saksi yang dihadirkan
jaksa sudah mementahkan
keterangan empat saksi
dari Nazaruddin itu.
Apabila saksi
mencemarkan nama baik
Anas, tidak menutup
kemungkinan kuasa
hukum Anas akan
melakukan tindakan
hukum kepada mereka.
Aan
Supir Operasional
Keuangan Grup Permai
Heri Sunandar
Mantan Supir Yulianis
Hidayat
Penasihat Hukum Anas
Putra M. Zen
Jaksa KPK
Anang Supriatna
Anggota Lembaga
Perlindungan Saksi dan
Korban
Lili P Siregar
91
Akan tetapi Kompas lagi-lagi dengan cepat membantah keterlibatan Anas.
Menganggap itu semua hanya lelucon. Disini Anas diposisikan sebagai korban.
Yang dituduh tanpa adanya bukti yang jelas dan akurat.
“Anas, Rabu, menilai keterangan keempat bekas karyawan grup permai itu
bukan kesaksian. “ Itu adalah dagelan dan kebohongan yang diorkestrasi secara
telanjang. Saya tahu persis sudah diatur bicara seperti itu. Dari logika
sederhana saja sangat tidak nyambung. Saya kasihan dengan pegawainya yang disuruh menyerang saya, seolah-olah sebagai kesaksiannya,” ”
“Putra M. Zen, penasihat hukum Anas, menilai, saksi yang dihadirkan jaksa
sudah mementahkan keterangan empat saksi dari pihak Nazaruddin itu.saksi
menyatakan Nazarudinn-lah pemilik Grup Permai. Apabila keterangan saksi itu
mencemarkan nama baik Anas, tidak tyertutup kemungkinan kuasa hukum Anas, melakukan tindakan hukuman terhadap mereka.”
Moral Evaluation (Make Moral Judgement) :
Penilaian Anas sebagai pihak yang tidak bersalah sangat jelas sekali dalam
teks berita Kompas. Bagaimana setiap saksi yang memberikan keterangan
keterlibatan Anas, secara langsung dibantah oleh Anas ataupun kuasa hukumnya
Treatment Recommendation :
Kompas “merekomendasikan” agar kasus Nazaruddin segera dituntaskan,
dan pihak-pihak yang disebut terlibat agar segera diselidiki dan diproses lebih
lanjut. Ini sebagai konsekuensi logis dari melihat kasus ini sebagai maslah
hukum, bukan politik atau moral. Dan sebagai maslah hukum yang dibidik
sebagai tersangka memang Nazaruddin.
5.2.9 Berita Kompas 29 Maret 2012
92
Disini Kompas menurunkan laporan mengenai Nazaruddin yang bersikukuh
tidak tahu akan tuduhan yang didakwakan kepadanya. Ada 2 laporan yang
diturunkan oleh Kompas pada edisi ini. Masing-masing dengan judul “
Nazaruddin Bersikukuh Tidak Tahu” sebagai tulisan utama, disusul “Menjadi
Kordinator” tulisan pendukung.
Problem identification (Define problem) :
Kompas mengidentifikasi kasus hukum. Segala hal yang berhubungan
dengan kasus ini disoroti tidak dari segi politik, melainkan dari aspek hukum.
Alasan mengapa dikatakan bingkai hukum yang menjadi bingkai dominan dalam
pemberitaan Kompas adalah, Pertama, berita yang disampaikan mengenai
Nazaruddin tersangka penyuapan wisma atlet SEA Games sedang di adili. Kedua,
sebagai konsekuensi melihat masalah ini sebgai masalah hukum, sumber berita
yang diwawancarai adalah sumber berita yang beelatar hukum. Atau kalaupun
bukan orang yang berlatar belakang hukum (ahli hukum atau pengacara), tetapi
berbicara dalam kerangka masalah hukum.
Judul Isi berita/ Wawancara Sumber
Nazaruddin Bersikukuh
Tidak Tahu
Nazaruddin bersikukuh
tidak tahu menahu
mengenai proyek
pembangunan wisma atlet.
Dalam sidang juga
terungkap nilai suap yang
diberikan kepada
Nazaruddin
Jaksa KPK
Anang Supriatna
93
Nazaruddin tidak hanya
4,6 Milyar. Melainkan 3
cek yang belum dicairkan
yang bernilai lebih dari 3
Milyar.
Nazaruddin membantah
penjelasan jaksa dan
meminta jaksa
membuktikan jika Ia
terkait dalam penerimaan
suap wisma atlet tersebut.
Menjadi Kordinator Ketika ditanya perihal
kedekatan Nazaruddin
dengan Anas, Nazzaruddin
mengaku menjadi ketua
pembagian uang kepada
dewan pimpinan cabang
(DPC) dan dewan
pimpinan daerah (DPD)
partai Demokrat dalam
kongres di Bandung tahun
2010. uang itu digunakan
untuk memenangkan anas
sebagai ketua umum.
Nazaruddin menjelaskan
bahwa Ia hanya diminta
mengawasi penerimaan
Jaksa KPK
Yudi
Ketua Majelis Hakim
Dharmawati Ningsih
94
Casual Interpretaion (Diagnose Causes) :
Dalam berita Kompas ini Nazaruddin ditempatkan sebagai pelaku, penyebab
masalah. Nazaruddin yang status tersangka penyuapan wisma atlit, sudah melalui
uang kepada DPC dan
DPD selama kongres.
Nazaruddin baru ikut
membagikan uang itu
secara langsung pada
putaran kedua. Dan
dilakukannya bersama
Angelina.
Nazaruddin menjelaskan
kedekatannya dengan Anas
di Grup Permai. Anas
menyuruh Nazaruddin
mengamankan
penggerebekkan Tower
Permai oleh KPK.
Nazaruddin juga
menerangkan kaburnya
keluar Singapura adalah
atas perintah Anas ketika
kasus wisma atlet mulai
mencuat.
95
proses persidangan. Kendati demikian Nazaruddin tetap bersikukuh tidak tahu
menahu akan dakwaan yang di tuduhkan kepadanya. Nazaruddin tetap
mengatakan bahwa Anaslah yang terlibat. Akan tetapi setiap pernyataan
Nazarudin selalu disangkal oleh Anas.
“Keterangan Nazaruddin ini juga dalam beberapa kesempatan dibantah oleh
Anas.”
Moral Evaluation (Make Moral Judgement) :
Nasaruddin sebagai penyebab masalah dan juga korban, pertama
Nazaruddin sebagai tersangka dan sudah ada beberapa bukti yang
memberatkannya. Sebagai korban karena Nazaruddin bersikukuh tidak tahu
perihal tuduhan yag dituduhkan kepada dirinya. Ia mengaku hanya mengikuti
perintah Anas. Sedangkan Anas yang dari awal selalu dituduh terlibat diposiskan
sebagai pihak yang dirugikan. Karena Anas tetap merasa tidak terlibat dalam
kasus ini.
Treatment Recommendation :
Kompas “merekomendasikan” agar kasus Nazaruddin segera dituntaskan,
dan pihak-pihak yang disebut terlibat agar segera diselidiki dan diproses lebih
lanjut. Ini sebagai konsekuensi logis dari melihat kasus ini sebagai maslah
hukum, bukan politik atau moral. Dan sebagai maslah hukum yang dibidik
sebagai tersangka memang Nazaruddin.
5.2.10 Berita Kompas 21 April 2012
96
Disini Kompas menurunkan laporan mengenai ditentukannya hukuman
penjara terhadap Nazaruddin. Ada 3 laporan yang diturunkan oleh Kompas
pada edisi ini. Masing-masing dengan judul “ Dana Untuk Anas
Dikesampingkan, Nazaruddin Dihukum 4 tahun 10 Bulan Penjara “ sebagai
tulisan utama, disusul “ Dihukum 4 Tahun 10 Bulan”, dan “Bagian Proses
Peradilan” sebagai tulisan pendukung.
Problem identification (Define problem) :
Kompas mengidentifikasi kasus hukum. Segala hal yang berhubungan
dengan kasus ini disoroti tidak dari segi politik, melainkan dari aspek hukum.
Alasan mengapa dikatakan bingkai hukum yang menjadi bingkai dominan dalam
pemberitaan Kompas adalah, Pertama, berita yang disampaikan mengenai
Nazaruddin tersangka penyuapan wisma atlet SEA Games. Jelas seteelah
menjalani proses persidangan sedang di adili Nazaruddin diputuskan bersalah dan
divonis hukuman penjara. Kedua, sebagai konsekuensi melihat masalah ini
sebgai masalah hukum, sumber berita yang diwawancarai adalah sumber berita
yang beelatar hukum. Atau kalaupun bukan orang yang berlatar belakang hukum
(ahli hukum atau pengacara), tetapi berbicara dalam kerangka masalah hukum.
Judul Isi berita/ Wawancara Sumber
Dana Untuk Anas
Dikesampingkan
Nazaruddin Dihukum 4
tahun 10 Bulan Penjara
Keterangan Nazaruddin
mengenai aliran dana
untuk Anas tidak relevan
Anggota majelis hakim.
Sofialdi
Wakil Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi
(KPK)
A Busyro Muqoddas
4 Tahun 10 Bulan Nazaruddin terbukti
menerima suap dan
dijatuhi hukuman 4 tahun
Majelis Hakin yang
dipimpin Dharmawati
Ningsih
97
Casual Interpretaion (Diagnose Causes) :
Dari keseluruhan berita Kompas. Penempatan Nazaruddin sebagai pihak
yang bersalah dan penyebab masalah memang benar. Dugaan keterlibatan Anas
yang diungkapkan Nazaruddin selama ini tidak terbukti. Dan Anas bisa dibilang
adalan korban pencemaran nama baik. Sedangkan tuduhan untuk Nazaruddin
terbukti dengan jelas. Dan final akhir dengan diputuskannya hukuman untuk
Nazaruddin.
“Majelis hakim yang dipimpin Dharmawati Ningsih memutuskan, Nazaruddin sebagai penyelenggara negara terbukti menerima suap terkait proyek wisma atlet. Eks anggota DPR itu pun dijatuhi hukuman 4 tahun 10 bulan penjara, denda Rp 200 juta subsider 4 bulan kurungan, dan membayar biaya perkara.”
10 bulan penjara, dendaj
200juta subside 4 bulan
kurungan
Bagian Proses Peradilan Tuduhan atas Anas selama
ini bisa dikatakan tidak
benar, kendati demikian
Anas juga belum tentu
tidak bersalah. KPK masi
bisa menyelidik Anas.
Penasihat Hukum Anas,
Firman Wijaya.
Guru Besar Hukum Pidana
dari Universitas Indonesia,
Indriyanto Seno Adji.
Ahli Hukum Pidana,
Gandjar Laksana.
Pusat Kajian Antikorupsi
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta,
Oce Madril.
Andi Mallarangeng
98
Jelasnya posisi Nazaruddin, tidak menutup bahwa Anas murni tidak
bersalah. Secara tidak langsung Anas juga disorot sebagai pihak yang bisa saja
menjadi tersangka.
“Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Oce Madril, mengatakan, Anas belum sepenuhnya aman dari jeratan kasus hukum. Masih ada kemungkinan Anas terjerat kasus Hambalang, yang juga disinggung hakim. Andi Mallarangeng menyerahkan sepenuhnya kasus proyek wisma atlet di Palembang, termasuk putusan terhadap Nazaruddin, kepada majelis hakim. ”Kita serahkan semua kepada KPK dan pengadilan,” katanya.”
Moral Evaluation (Make Moral Judgement) :
Nazaruddin hanya bisa pasrah mendengar hasil putusan Hakim tentang
hukuman yang menjerat dirinya. Dan tuduhannya kepada Anas yang tidak
terbukti kebenarannya. Walaupun Anas dikatan tidak ada hubungannya dalam
kasus Nazaruddin. Tapi Guru Besar Hukum Pidana dari Universitas Indonesia
Indriyanto Seno Adji mengatakan, fakta dugaan keterlibatan Anas tetap bisa
dipakai KPK untuk menelusuri keterlibatan Ketua Umum Partai Demokrat itu.
Namun tidak ada tanggapan pembenaran yang pasti untuk menelusuri kasus Anas.
Treatment Recommendation :
Kompas secara tidak langsung mengarahkan agar kasus yang masi terkait
dengan Nazaruddin ataupun kasus-kasus serupa dengan Nazaruddin untuk segera
mendapat perhatian dan diselidiki kebenarannya hingga tuntas.
99
5.3 Kesimpulan
Elemen
Frame
Problem
Identification
Casual
Interpretation
Moral
Evaluation
Treatment
Recomendation
Masalah
hukum
Nazaruddin
adalah
penyebab dan
bersalah,
sedangkan
Anas yang
diduga terlibat
adalah korban
tuduhan tak
berdasar
Nazaruddin
adalah orang
yang takut
mengakui
kesalahannya,
sedangkan
Anas adalah
korban
tuduhan yang
tidak benar
Setelah kasus
ini tuntas, harap
kasus-kasus
serupa segera
diselsaikan
Kasus
Nazaruddin
adalah
masalah
Hukum
100
Pembahasan diatas menunjukkan pendefisian suatu peristiwa itu bisa berbeda
tiap masing-masing media dan penulisnya. Kompas mendefinisikan kasus
Nazaruddin ini sebagai masalah hukum. Persoalan dilihat sebagai siapa yang salah,
siapa yang benar, dan aturan –aturan hukumnya. Saat masalah Nazaruddin ini dilihat
sebagai masalah hukum, aktor penyebab masalahnya adalah Nazaruddin. Karena
Nazaruddin dianggap bersalah jelas dari pemberitaan Kompas, bagaimana partai
Demokrat menjaga nama baik mereka. Walaupun dikatakan Demokrat tidak
mengintervensi Nazaruddin namun ada beberapa aspek yang menyudutkan
Nazaruddin.
Disini Kompas berusaha bersikap Netral dalam pemberitaannya. Konstruksi
yang ada dalam pemberitaannya dibuat terlihat seminim mungkin. Dan dalam
pemberitaannya Kompas juga mencoba menyampaikan fakta dengan akurat.
Meskipun ada sedikit kesan Kompas melakukan judgement antara Nazarudin dan
Anas juga Partai Demokrat, Dalam pemberitaan kasus Nazaruddin ini Kompas
menyampaikan sesuai hasil dari persidangan.
101
5.4 Peradilan Media
Dari pembahasan diatas dapat di lihat bagaimana Kompas selayaknya media
lainnya mempunyai cara pandang tersendiri dalam melihat peristiwa. Isi media pada
hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas. Itulah mengapa konsep kebenaran yang
dianut media massa bukanlah kebenaran sejati, tetapi sesuatu yang dianggap benar
oleh masyarakat (Sobur,2009:87). Dengan kata lain, kebenaran itu ditentukan oleh
media massa.
Karena selain mampu membentuk opini publik melalui konstruksi realitas
yang diciptakan, dan di dukung oleh kebebasan pers yang dimiliki setiap media,
membuat tanpa sadar dalam pemberitaanya media banyak melakukan bias. Bias inilah
yang terkadang tanpa media itu sadari berubah seperti sebuah peradilan dalam
masyarakat.
Kendati media terikat oleh kode jurnalistik, tak jarang peradilan itu dibentuk
dalam sebuah pemberitaannya. Melalui opini-opini yang dibentuk dalam
pemberitaannya, media seolah menggiring khalayak untuk memberi vonis dalam
sebuah peristiwa itu.
Dalam kasus Nazaruddin ini Kompas pun tanpa sadar membuat bias
peradilan. Dapat di lihat mulai dari pembentukan wacana hingga framing yang di
102
bentuk oleh Kompas dalam pemberitaan kasus Nazaruddin ini adanya ketimpangan.
Bagaimana posisi Nazaruddin yang sangat di pojokkan. Bahkan setiap pembelaan
yang di ajukan dan di cantumkan selalu tetap di bantah. Sedangkan setiap pernyataan
dari pihak Demokrat tidak pernah ada bantahan.
Disini terlihat KOMPAS memang menempatkan Nazaruddin sebagai pihak
yang bersalah. Tuduhan terhadap Anas yang seharusnya bisa di selidiki lebih dalam,
tapi tidak diberitakan lebih lanjut.
Begitu juga dengan penempatan posisi KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) yang di berikan citra positif dalam pemberitaannya. Kompas membuat
masyarakat percaya bahwa KPK adalah pihak yang sangat berjasa dalam kasus ini.
Sedangkan Kompas tidak menyoroti kelemahan KPK dalam menyelidiki pihak-pihak
Demokrat yang kemungkinan terkait dalam kasus penyuapan wisma atlet SEA
Games.
Dalam kasus Nazaruddin ini Kompas terlihat memihak Demokrat dan
menjaga nama Demokrat.
Kendati Kompas dalam pemberitaannya pun secara tidak langsung
membentuk opini yang mampu menjadi vonis masyarakat.akan tetapi berita yang di
sampaikan oleh Kompas terlihat akurat karena Kompas memuat kasus Nazaruddin ini
sesuai dengan jalannya persidangan Nazaruddin. Jadi terlihat bahwa berita yang
disampaikan oleh Kompas adalah hasil dari proses persidangan.
Kompas disini mampu meminimalisir bias yang terjadi dalam
pemberitaannya. Sehingga masyarakat pun menganggap fakta yang disampaikan
Kompas memang akurat dan benar.
Kompas disini tidak terlihat melakukan peradilan dalam pemberitaan Kasus
Nazaruddin. Sesuai Misi yang dianut Kompas yaitu mengantisipasi dan merespon
dinamika masyarakat secara profesional, sekaligus memberi arah perubahan dengan
103
menyediakan dan menyebarkan informasi yang terpercaya. Walaupun secara tidak
langsung ada peradilan yang di lakukan oleh Kompas, sebisa mungkin bias tersebut
tidak terlihat pada khalayak dan berita tersebut tetap menjadi infoemasi yang
terpercaya.