bab v analisis hasil penelitian - repository.unwira.ac.idrepository.unwira.ac.id/5091/6/bab...
TRANSCRIPT
48
BAB V
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pemekaran wilayah akan memberikan manfaat bagi masyarakat umum
asal dilakukan sesuai prosedur dan kebutuhan serta meningkatkan efektifitas
pemerintah dan kesejahteraan pelayanan publik.
Pentingnya pemekaran wilayah pada hakekatnya adalah dalam upaya
mendekatkan pelayanan dan menciptakan pemerintahan yang lebih efektif dan
efisien serta berdaya guna demi mewujudkan percepatan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pemekaran desa di wilayah
kelurahan kotandora berdasarkan peraturan menteri dalam negeri nomor 1 tahun
2017 tentang penataan desa. variabel utama dalam penelitian ini adalah analisis
proses pemekaran desa di wilayah kelurahan berdasarkan perturan menteri dalam
negeri nomor 1 tahun 2017 tentang penataan desa, dengan aspek-aspek yang
diukur sebagai berikut:
Syarat-syarat pemekaran Desa
Tahap-tahap pemekaran Desa di wilayah Kelurahan
5.1 Syarat-Syarat Pemekaran.
Pembentukan/pemekaran Desa merupakan tindakan mengadakan Desa
baru di luar Desa yang ada. Desa dibentuk harus memperhatikan syarat-syarat
pemekaran Desa yang tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
Tahun 2017 Tentang Penataan Desa, karena syarat-syarat tersebut merupakan
standar dalam proses pemekaran untuk mengetahui apakah Desa tersebut layak
49
untuk dimekarkan atau tidak. Syarat-syarat pemekaran Desa juga merupakan
langkah awal, ketentuan atau perbuatan yang harus dipenuhi sebelum melakukan
pemekaran Desa. Syarat-syarat pemekaan Desa tersebut meliputi:
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk
Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat
sesuai dengan adat istiadat setempat
Memiliki potensi SDA, SDM dan SDE pendukung
5.1.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk.
Luas wilayah dan jumlah penduduk adalah salah satu syarat untuk
menentukan apakah suatu wilayah layak untuk dimekarkan atau tidak. Luas
wilayah dan jumlah penduduk juga merupakan salah faktor sehingga terjadinya
pemekaran.
Untuk mengetahui Luas wilayah dan Jumlah penduduk di Kelurahan
Kotandora, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan
sebagai berikut:
Menurut Lurah Kotandora Bapak Herman Umar1, beliau mengatakan bahwa:
Yang paling pertama, luas wilayah kelurahan Kotandora ± 20,12 km²,
sedangkan jumlah penduduk 1.079 KK dan 4.552 jiwa. Kedua, Pemekaran
wilayah juga terpegantung pada jumlah penduduk dan luas wilayah karena
apabila jumlah penduduk di wilayah yang ingin dimekarkan tidak sesuai
dengan syarat-syarat pemekaran Desa maka kami tidak berani untuk
melalukan pemekaran. Kemudian pemekaran ini juga karena keadaan
topografi, kepadatan penduduk dan Luas wilayah di kelurahan Kotandora
sudah layak dan semestinya untuk dimekarkan.
1 Wawancara Dengan Bapak Herman Umar, Selaku Lurah Kotandora, 6 Juni 2018
50
Selanjutnya wawancara dengan ibu Nursida2 sebagai staf Kelurahan Kotandora,
mengatakan bahwa:
Kalau mengenai luas wilayah dan jumlah penduduk di Kelurahan
kotandora sudah layak untuk di mekarkan karena luas wilayah Kelurahan
Kotandora saat ini ± 20,12 km² dan jumlah penduduk 1.079 KK dan 4.552
jiwa dan itu sudah memenuhi syarat-syarat pemekaran desa.
Pernyataan di atas didukung pula oleh seorang tokoh masyarakat bapak Tarsisius
Moi3, mengatakan bahwa:
Jumlah penduduk di Kelurahan Kotandora saat ini sangat padat dan itu
sudah layak untuk dimekarkan karena tujuan dari pemekaran yaitu untuk
mewujudkan percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan juga
luas wilayah ini mempengaruhi proses pelayanan yang mana jarak tempuh
dari lingkungan Tanggo ke kantor Kelurahan Kotandora cukup jauh yaitu
± 4 km.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan di atas
menunjukan bahwa, luas wilayah dan jumlah penduduk di Kelurahan Kotandora
sudah layak untuk dimekarkan karena luas wilayah Kelurahan Kotandora saat ini
± 20,12 km² dan jumlah penduduk 1.079 KK dan 4.552 jiwa. Luas wilayah yang
besar dan jumlah penduduk yang padat juga dapat mempengaruhi proses
pelayanan publik.
Dari hasil analisis wanwancara di atas diperkuat dengan data sekunder
Jumlah penduduk dan luas wilayah Kelurahan Kotandora, untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel jumlah penduduk dan peta luas wilayah berikut ini:
2 Wawancara Denga Ibu Nursida, Selaku Staf Kelurahan Kotandora, 6 Juni 2018
3 Wawancara Dengan Bapak Tarsisius Moi, Sebagai Tokoh Masyarakat, 12 Juni 2018
51
Tabel 8
Data Jumlah Penduduk Kelurahan Kotandora Tahun 2017.4
No
Lingkungan Jumlah KK Jumlah Jiwa
1 Lingkungan Watu Ipu 294 1.247
2 Lingkungan Kampung Baru 270 923
3 Lingkungan Kampung Ende 267 1.242
4 Lingkungan Tanggo 248 1.110
Total 1.079 4.552
Dari data di atas dilihat bahwa penduduk Kelurahan Kotandora berjumlah 1.079
KK dan 4.552 Jiwa. Berdasarkan Permendagri Nomor 1 Tahun 2017 pasal 7 ayat
1 tentang syarat-syarat pembentukan Desa bahwa jumlah penduduk paling sedikit
1.000 jiwa atau 200 KK. Merujuk pada data tabel 1.1 terungkap bahwa jumlah
penduduk di Kelurahan Kotandora sangat padat dan layak untuk dimekarkan.
Gambar 4
Peta Dan Batas Wilayah Kelurahan Kotandora5
4 Sumber Data : Laporan Penduduk Bulanan Kelurahan Kotandora Tahun 2017
5 Sumber Data : Kantor Kelurahan Kotandora
DATA PENDUDUK KELURAHAN KOTANDORA
52
Dari peta tersebut dapat dilihat bahwa Kelurahan Kotandora terletak di
Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur dengan luas wilayah = ± 20, 12
km2 ( 2. 012 Ha ) yang di bagi menjadi 4 lingkungan, yaitu: Lingkungan Watu
Ipu, Lingkungan Kampung Ende, Lingkungan Kampung Baru dan Lingkungan
Tanggo. Kelurahan Kotandora memiliki Batas-batas sebagai barikut :
Bagian utara berbatasan dengan Desa Ruan
Bagian Timur Berbatasan dengan Kelurahan tanah rata
Bagian selatan Berbatasan dengan Laut Sawu
Bagian barat berbatasan dengan kelurahan Rana Loba.
5.1.2 Sosial Budaya Yang Dapat Menciptakan Kerukunan Hidup
Bermasyarakat Sesuai Dengan Adat Istiadat Setempat.
Sistem sosial budaya yaitu suatu keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai,
tata sosial dan tata laku manusia yang saling berkaitan dan masing-masing unsur
bekerja secara mandiri serta bersama-sama satu sama lain saling mendukung
untuk mencapai tujuan hidup manusia dalam bermasyarakat.
Untuk mengetahui sistem sosial budaya yang dapat menciptakan
kerukunan hidup bermasyarakat di lingkungan Tanggo, maka peneliti melakukan
wawancara dengan beberapa responden sebagai berikut:
Menurut sekertaris Lurah kotandora bapak Yoseph Sunardi P. Dani, S. Sos,6
mengatakan bahwa:
Sistem sosial budaya di Kelurahan Kotandora khususnya di Lingkungan
Tanggo masih ada dan masih terjaga, contohnya di Lingkungan Tanggo ini
6 Wawancara Dengan Bapak Yoseph Sunardi P. Dani, S. Sos, Selaku Sekertaris Lurah Kotandora,
7 Juni 2018
53
mereka memiliki ketua adat yang mereka percayakan untuk bisa
menyeleseaikan masalah yang berkaitan dengan masalah KDRT dan kasus
pencurian, dan jugas masih terjaganya budaya kumpul kope (kumpul uang)
untuk keperluan pendidikan maupun pernikahan, sedangkan di
lingkungan-lingkungan lainnya budaya-budaya seperti itu sudah memudar.
Selanjutnya wawancara dengan bapak Yoseph Awi7 selaku tokoh masyarakat,
beliau mengatakan bahwa:
Kalau menyangkut hubungan sosial budaya itu masih ada, karena
Lingkungan Tanggo ini merupakan suatu Lingkungan yang masih
memiliki keterikatan dengan budaya yang sangat tinggi di bandingkan
dengan lingkungan-lingkungan lainnya yang ada di Kelurahan Kotandora.
Lingkungan Tanggo juga merupakan induk suku adat di Kelurahan
Kotandora sehingga ritus-ritus adat masih terjaga.
Pernyataan di atas didukung pula oleh seorang anggota masyarakat biasa bapak
Tadeus Wede,8 mengatakan bahwa:
Kami di lingkungan Tanggo ini kalau ada masalah yang berkaitan dengan
KDRT kami selalu percayakan tua adat untuk menyelesaikannya dengan
berunding bersama tokoh masyarakat untuk mencari solusi. Adapun
budaya yang lainnya yaitu budaya kumpul kope (kumpul uang) untuk
kepentingan pendidikan maupun pernikahan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan di atas
menunjukkan bahwa, sistem sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan
hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat di Kelurahan Kotandora
khususnya di Lingkungan Tanggo masih ada dan masih terjaga, karena
lingkungan Tanggo merupakan suatu lingkungan yang masih memiliki keterikatan
dengan budaya yang sangat tinggi dibandingkan dengan lingkungan-lingkungan
lainnya yang ada di kelurahan Kotandora, contohnya budaya kumpul kope
(kumpul uang) untuk kepentingan pendidikan dan pernikahan, Budaya lonto leok
7 Wawancara Dengan Bapak Yoseph Awi, Selaku Tokoh Masyarakat, 12 Juni 2018
8 Wawancara Dengan Bapak Tadeus Wede, Sebagai Anggota Masyarakat Biasa, 12 Juni 2018
54
(duduk bersama) yaitu cara menyelesaikan masalah dengan duduk bersama untuk
bermusyawarah yang melibatkan tua adat, tokoh masyarakat dan anggota
masyarakat dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT), pencurian dan perselingkuhan.
Gambar 5
Gambar ini sedang berlangsungnya Acara Kumpul Kope disalah satu keluarga
yang mau melanjutkan Pendidikan anaknya ke Perguruan Tinggi
55
Gambar 6
Gambar ini sedang berlangsungnya Budaya Lonto Leok dalam menyelesaikan
masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
5.1.3 Memiliki Potensi SDA, SDM Dan SDE Pendukung
Potensi Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya
Ekonomi yang terdapat di Desa merupakan aset yang sangat menentukan
keberhasilan pembangunan Desa, karena potensi ini merupakan faktor pendukung
dalam meningkatakan pendapatan asli Desa dan kesejahteraan masyarakat Desa.
Untuk mengetahui Potensi SDA, SDM dan SDE pendukung di
Lingkungan Tanggo, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa
responden sebagai berikut:
Lurah Kotandora Herman Umar,9 mengatakan bahwa:
Mengenai potensi SDA dan SDE di lingkungan Tanggo sangat
mendukung karena terdapat mata air panas Rana Roko, Hutan adat Wae
9 Wawancara dengan bapak Herman Umar, selaku Lurah Kotandora, 6 juni 2018
56
Manuk dan hasil komoditi seperti (kakao, jambu mente dan kelapa). Dari
segi sumber daya manusia, Calon desa pemekaran ini telah mencetak
berbagai generasi dengan tingkat pendidikan yang sangat bervariasi baik
tamatan SMP, SMA, Polri, Sarjana maupun Paska Sarjana di beberapa
perguruan tinggi baik di regional NTT ataupun di luar NTT seperti di
pulau Jawa yang sudah mengabdi di daerah maupun ke daerah lainnya.
Hal senada dengan Staf Kelurahan, bapak Eulogius Lam Pardi, S. IP10
mengenai
potensi SDA, SDM dan SDE pendukung, beliau mengatakan bahwa:
Lingkungan Tanggo juga, mereka memiliki potensi SDA yang dapat
dikembangkan yaitu air panas Rana Roko dan Hutan adat Wae Manuk.
Sedangkan SDM rata-rata pendidikan terendah yaitu SMP dan kebanyakan
dari masyarakat Tanggo ini berprofesi sebagai petani karena memiliki
SDE pendukung seperti jambu mente dan kakao.
Hal serupa juga disampaikan oleh bapak Romanus Roda11
sebagai anggota
masyarakat, beliau mengatakan bahwa:
Potensi SDA di lingkungan Tanggo ini ada, yaitu mata air panas Rana
Roko, kemudian SDM kami di sini kalau dilihat rata-rata pendidikan
terendah yaitu SMP sedangkan yang kuliah cukup banyak, karena ada
kemauan yang tinggi dari orang tua supaya anaknya sukses dalam bidang
pendidikan. Lalu berakaitan dengan SDE sudah cukup mendukung karena
di sini banyak hasil komoditi seperti jambu mente dan pisang.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan di atas
menunjukan bahwa:
1) Dari Segi Potensi Sumber Daya Alam, daerah Tanggo yang merupakan
calon Desa pemekaran dari Kelurahan Kotandora menyimpan beberapa
potensi Wisata, diantaranya seperti:
10
Wawancara dengan bapak Ardi Jani, sebagai staf Kelurahan Kotandora, 6 juni 2018 11
Wawancara dengan bapak Romanus Roda, sebagai anggota masyarakat, 13 juni 2018
57
Mata Air Panas Rana Roko, yang menjadi salah satu potensi wisata
andalan yang berada di wilayah Tanggo.
Hutan Adat Wae Manuk.
Gambar 7
Salah satu potensi SDA Yang Terdapat Di Calon Desa Pemekaran Tanggo
(Mata Air Panas Rana Roko)12
2) Dari segi Potensi Sumber Daya Manusia juga cukup mendukung, karena
Calon desa pemekaran Tanggo ini telah mencetak berbagai generasi
dengan tingkat pendidikan yang sangat bervariasi baik tamatan SMP, SMA
dan Sarjana di beberapa perguruan tinggi baik di regional NTT ataupun di
luar NTT.
12
Sumber Data : Dokumen Usulan Pemekaran Desa Tanggo
58
Tabel 9
Tingkat pendidikan di Lingkungan Tanggo Tahun 201713
No Tingkat pendidikan
Jumlah
1 Tidak Pernah Sekolah 2
2 Belum Sekolah 49
3 TK 2
4
SD Sederajat
Sedang Sekolah 71
Telah Tamat 437
DO SD -
5
SMP Sederajat
Sedang Sekolah 112
Telah Tamat 163
DO SMP 7
6
SMA Sederajat
Sedang Sekolah 27
Telah Tamat 219
DO SMA 3
7
Perguruan Tinggi
Sedang Sekolah 4
Telah Tamat 13
Putus Sekolah -
Total 1.110
3) Dari segi Sumber Daya Ekonomi di wilayah Tanggo sangat mendukung
karena calon Desa Pemekaran ini merupakan salah satu pemasok
komoditas tanaman perdagangan (kakao, jambu mente dan kelapa) di
Kabupaten Manggarai Timur.
13
Sumber Data : Kantor Kelurahan Kotandora Tahun 2017.
59
Tabel 10
Luas Lahan Komoditi Perkebunan Rakyat di Lingkungan Tanggo Tahun
201714
No Komoditi Luas areal (Ha)
1 Kakao 7 Ha
2 Jambu Mete 25 Ha
3 Kelapa 5 Ha
5.2 Tahap-Tahap Pemekaran Desa di Wilayah Kelurahan.
1.2.1. Tahap-tahap pemekaran Desa di Wilayah Kelurahan menurut
PERMENDAGRI Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Penataan Desa.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pemekaran Desa harus
melalui tahap-tahap yang telah ditentukan oleh PERMENDAGRI Nomor 1 Tahun
2017 Tentang, Penataan Desa. Dimana PERMENDAGRI ini merupakan petunjuk
teknis dan petunjuk pelaksana proses pembentukan/pemekaran di Desa maupun
Kelurahan.
Tahap-tahap pemekaran desa di wilayah Kelurahan merupakan langkah-
langkah atau alur dalam memekarkan Desa di wilayah Kelurahan yang meliputi
adanya prakarsa masyarakat, penyelenggaraan musyawarah forum komunikasi
Kelurahan, laporan hasil musyawarah forum komunikasi Kelurahan kepada
Bupati dan Bupati melalui tim melakukan kajian dan verifikasi.
14
Sumber Data : Rencana Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kelurahan
Kotandora Tahun 2017
60
Untuk mengetahui apakah tahap-tahap proses pemekaran Desa di wilayah
Kelurahan Kotandora sudah sesuai atau tidak dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Penataan Desa, maka peneliti melakukan
wawancara dengan beberapa responden sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Lurah Kotandora Bapak Herman
Umar15
di kantor Kelurahan Kotandora mengenai penjaringan aspirasi
berdasarkan prakarsa masyarakat, beliau mengatakan bahwa:
Awalnya pada tahun 2015 memang ada wacana tentang pemekaran
Kelurahan Kotandora, lalu kami lakukan jajak pendapat dan hasil dari
jajak pendapat itu murni inisiatif masyarakat dan bukan karena
kepentingan elit-elit tertentu. Sehubungan dengan itu ini sebuah standar
awal sehingga wacana ini kami sampaikan kepada Bupati ternyata tidak
bisa dijawab karena memang moratorium belum dibuka karena kalau
pemerintah pusat belum buka biar di sini ada program maka tidak bisa
dijalankan. Maka pada tanggal 07 september 2017 pemerintah Kelurahan
Kotandora bersama masyarakat Tanggo melaukan pertemuan di Kapela
Tanggo untuk penjaringan aspirasi dalam rangka pengusulan pemekaran
desa yang dihadiri oleh Lurah Kotandora, Sekretaris Lurah Kotandora,
Kasi Pemerintahan dan Trantib, ketua I LKMK, tokoh adat, tokoh agama,
tokoh masyarakat,tokoh pemuda, para ketua RT selingkungan Tanggo,
insan pers, staf Kelurahan Kotandora, serta golongan profesi lain,
selanjutnya disinilah timbul aspirasi untuk pemekaran Kelurahan
Kotandora diusulkan untuk pemekaran desa Tanggo sekaligus
pembentukan panitia persiapan pemekaran yang bertugas untuk membuat
proposal usulan Pemekaran Desa Tanggo Kepada Bupati Manggarai
Timur. Dengan melampirkan profil Kelurahan yang meliputi Profil
Kelurahan induk, profil Desa yang akan dibentuk dan peta kampung yang
akan dibentuk kemudian Bupati Manggarai Timur membentuk tim
verifikasi untuk meninjau kembali kelayakan Kelurahan yang akan
dimekarkan ke Desa. Bupati telah menandatangani proposal tersebut.
15
Wawancara dengan bapak Herman Umar, selaku Lurah Kotandora, 6 juni 2018
61
Selanjutnya wawancara dengan staf kelurahan kotandora bapak Eulogius Lam
Pardi, S. IP 16
, beliau mengatakan bahwa:
Kami melaukan penjaringan aspirasi karena ada inisiatif dari masyarakat
untuk mengusulkan pemekaran desa Tanggo. Tujuan utama pemekaran
kelurahan kotandora yaitu untuk mendekatkan pelayanan. Kajian kami
terhadap usulan pemekaran Tanggo kemarin merupakan sebuah inisiatif
dari masyarakat Tanggo sendiri. Dasar pemekaran desa Tanggo kemarin
merujuk pada PERMENDAGRI Nomor 1 tahun 2017 Tentang Penataan
Desa dan kita semua kemarin dalam pelaksanaannya itu tidak berada di
luar rel PERMENDAGRI yang ada karena itu merupakan petunjuk teknis
dan petunjuk pelaksana. Sempat terjadi perdebatan pada proses
penjaringan aspirasi kemarin mengenai arti sebuah nama desa pemekaran,
ada yang memberi nama Tanggo Utara dan Sumba Tonggo. Dan akhirnya
mereka sepakat untuk menggunakan nama Tanggo sebagai nama Desa.
Masyarakat sangat berantusias untuk mewujudkan pemekaran Desa
Tanggo dengan memberi tanah secara cuma-cuma untuk pembangunan
kantor Desa. Lalu kami menyampaikan ini kepada Bupati melalui
dokumen usulan pemekaran Desa. Bupati telah melalui tim melakukan
kajian dan verifikasi terhadap calon desa pemekaran Tanggo. Sekarang
kami masih menuggu keputusan dari pemerintah kabupaten terhadap calon
desa pemekaran Tanggo.
Menurut Yoseph Awi,17
selaku tokoh masyarakat, beliau mengatakan bahwa:
Pada awalnya, kegiatan penjaringan aspirasi yang dilakukan pihak
Kelurahan Kotandora karena ada wacana mengenai pemekaran. Lalu dari
pihak Kelurahan mengundang saya selaku tua adat sekaligus tokoh
masyarakat untuk mengikuti pertemuan yang dilaksanakan di Kapela
Tanggo. Dari pertemuan tersebut masyarakat mengusulkan untuk
pemekaran Kelurahan Kotandora yaitu lingkungan Tanggo ke Desa.
Usulan ini murni inisiatif masyarakat dan bukan karena kepentingan elit-
elit tertentu. Adapun argumen paling mendasar sehingga kami
menginginkan sekali dilakukannya pemekaran, yang paling pertama,
masyarakat lingkungan Tanggo selalu mengalami kesulitan dalam
mengurus surat keterangan penduduk, surat keterangan kematian, surat
keterangan tidak mampu dan bantuan raskin. Hal ini dikarenakan kondisi
geografis wilyahnya yang luas dan kurang didukungnya jumlah aparat 16
Wawancara denga bapak Ardi Jani, selaku staf Kelurahan Kotandora, 6 Juni 2018 17
Wawancara dengan bapak Yoseph Awi, Sebagai Tokoh masyarakat, 12 Juni 2018
62
Kelurahan Kotandora, maka mengakibatkan masyarakat kesulitan dalam
mendapatkan pelayanan yang baik. Kedua, jarak dari Lingkungan Tanggo
ke kantor Kelurahan Kotandora cukup jauh yaitu ± 4 km dan memakan
biaya transportasi sebesar 20.000,00. Maka dengan adanya usulan
pemekaran ini dapat menjawab aspirasi kami yang selama ini masih belum
merasakan kesejahteraan. Tujuan dari pemekaran ini untuk mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat. Lalu dari pihak kelurahan telah
menindaklanjuti hasil musyawarah tersebut kepada Bupati melalui
dokumen berupa proposal usulan pemekaran Desa Tanggo. Dari Bupati
melalui Tim telah melakukan kajian dan verfikasi terhadap dokumen
tersebut apakah sesuai dengan kondisi di lapangan atau tidak.
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Tadeus Wede,18
sebagai anggota
masyarakat biasa, mengatakan bahwa:
Hasil penjaringan aspirasi yang di lakasanakan di lingkungan Tanggo
murni inisiatif masyarakat untuk melakukan pemekaran. Alasan utama
pemekaran ini bagi kami yaitu ingin mendapatkan pelayanan publik yang
maksimal, karena jarak dari kantor lurah ke lingkungan tanggo yaitu ±4
km dan memakan biaya transportasi sebesar 20.000,00. Yang kedua
kondisi masyarakat tanggo masih bersifat pedesaan yang mana mata
pencaharian masyarakat masih sebagian besar sebagai petani dan masih
terjaganya kearifan lokal.
Menurut Epifanus F. Mangu, selaku anggota DPRD kabupaten Manggarai Timur,
beliau mengatakan bahwa:
Saya sangat mendukung rencana pemekaran Desa Tanggo, karena ini
merupakan murni keinginan dari masyarakat dan bukan karena
kepentingan elit-elit tertentu. Pada saat ini proses pemekaran desa Tanggo
sedang dalam tahap penyusunan Raperda. Penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah (RAPERDA) adalah sangat menentukan bagi kelancaran
pembahasan di DPRD. Karena itu, kualitas suatu Perda dan pengambilan
keputusan atas Rancangan Perda menjadi Perda sangat ditentukan oleh
cara bagaimana Rancangan Perda itu disusun. Setidaknya suatu Rancangan
Perda harus didahului dengan menyusun Naskah Akademik. Naskah
Akademik merupakan hal yang krusial dari suatu pembuatan Raperda,
karena dalam pembuatan Naskah Akademik tersebut akan termuat dengan
18
Wawancara dengan bapak Tadeus Wede, sebagai anggota masyarakat biasa, 12 Juni 2018
63
cermat landasan filosofis, sosiologis dan yuridis sebagai dasar yang baik
untuk suatu Raperda. Dalam penyusunan Naskah Akademik itu kami
mengacu pada hasil observasi di lapangan. Naskah Akademik dibuat di
Kabupaten. Jadi pada saat itu tim verifikasi juga mengundang pihak dari
akademisi yang ahli dalam bidang ini, kemudian membahas bersama-
sama. Naskah Akademik ini yang nantinya akan menjadi acuan dalam
pembuatan Raperdanya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan di atas
menunjukan bahwa:
1) Pihak Kelurahan telah melakukan penjaringan aspirasi yang dilakasanakan
pada tanggal 07 september 2017 yang bertempat di Kapela Tanggo, selanjutnya
disinilah timbul aspirasi untuk pemekaran Kelurahan Kotandora diusulkan
untuk pemekaran desa Tanggo. Perencanaan pemekaran Desa Tanggo di
wilayah Kelurahan Kotandora ini Murni inisiatif masyarakat dan bukan karena
kepentingan elit-elit tertentu. Hal ini dilihat dari antusias warga dalam
mendukung proses pemekaran Desa Tanggo dengan membangun kantor desa
di lahan yang telah diberikan secara cuma-cuma oleh salah satu anggota
masyarakat, yaitu Bapak Tadeus Wede. Kemudian pembangunan Kantor Desa
ini berdasarkan swadaya masyarakat. Adapun argumen paling mendasar
sehingga masyarakat Tanggo ingin melakukan pemekaran, yaitu:
Masyarakat mengalami kesulitan dalam mendapatkan pelayanan publik
yang baik. Hal ini disebabkan oleh jumlah aparat Kelurahan Kotandora
yang tidak sebanding dengan luas wilayah dan jumlah penduduk,
Jarak tempuh dari lingkungan Tanggo ke Kantor Kelurahan cukup jauh
yaitu ± 4 km dan memakan biaya transportasi sebesar 20.000,00.
Kekurangan air bersih
64
Sarana pendidikan yang masih minim
Kondisi masyarakat yang masih bersifat Pedesaan.
2) Laporan hasil musyawarah forum komunikasi kelurahan telah diserahkan
kepada Bupati melalui dokumen berupa proposal usulan pemekaran desa
Tanggo.
3) Bupati melalui tim telah melakukkan kajian dan verifikasi terhadap dokumen
usulan pemekaran desa tanggo sekaligus telah menandatangani proposal usulan
pemekaran Desa Tanggo tersebut.
4) Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) adalah sangat
menentukan bagi kelancaran pembahasan di DPRD. Karena itu, kualitas suatu
Perda dan pengambilan keputusan atas Rancangan Perda menjadi Perda sangat
ditentukan oleh cara bagaimana Rancangan Perda itu disusun. Setidaknya suatu
Rancangan Perda harus didahului dengan menyusun Naskah Akademik.
Naskah Akademik merupakan hal yang krusial dari suatu pembuatan Raperda,
karena dalam pembuatan Naskah Akademik tersebut akan termuat dengan
cermat landasan filosofis, sosiologis dan yuridis sebagai dasar yang baik untuk
suatu Raperda. Dalam penyusunan Naskah Akademik mengacu pada hasil
observasi di lapangan.
65
1.2.2. Tahap-Tahap Pemekaran Desa Di Wilayah Kelurahan Menurut
Kronologi Rapat Persiapan Pemekaran Desa Tanggo.19
1. Pertemuan awal
Pembentukan Panitia Persiapan Pemekaran Kelurahan Kotandora
untuk dimekarkan ke Desa Tanggo adalah sebagai sebuah keharusan untuk
mengawali sebuah proses perjuangan yang panjang, yaitu keinginan untuk
maju dan berkembang melalui proses pemekaran Desa Tanggo. Panitia atau
Tim Persiapan dibentuk bermula pada pertemuan di Kapela Tanggo tentang
wacana pemekaran desa yang dipandu oleh Lurah Kotandora, pada tanggal
07 September 2017 dan dihadiri oleh Sekretaris Lurah Kotandora, Kasi
Pemerintahan dan Trantib, Ketua I LKMK, Tokoh Adat, Tokoh Agama,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, para Ketua RT selingkungan Tanggo,
insan Pers, Staf Kelurahan Kotandora, serta golongan profesi lainnya
selanjutnya, disinilah timbul aspirasi untuk pemekaran Kelurahan Kotandora
diusulkan untuk pemekaran Desa Tanggo. Salah satu bentuk persiapan
pemekaran Desa Tanggo, maka di susun panitia persiapan pemekaran, adalah
sebagai berikut :
1. Pelindung : Lurah Kotandora ( Herman Umar )
2. Penasehat : -
Ketua I LKMK ( Ibrahim Suman
HI)
Rafael Peding
19
Sumber Data: Proposal Usulan Pemekaran Desa Tanggo
66
Hironimus Seman
Yosef Awi
3. Ketua panitia : Yoseph Sunardi P. Dani, S. Sos
4. Wakil ketua : Raymundus Peter Gaut, A. Md
5. Sekertaris : Elisabeth Novita Tegol, S. Pt
6. Bendahara : Nursida
7. Seksi Pembangunan : -
Tarsisius Moi
Andreas Nono (RT. 17)
Jefrianus F. Nandu
8. Seksi Perlengkapan : -
Petrus Tuli (RT. 16)
Romanus Rodat
Petrus Nuwa
9. Seksi Humas : -
Bernadinus Samtomo, A. MdT
Donal Yohanes Nanggus, A. Md
Venansisu Bhoda (RT. 20)
10. Seksi Pendataan : -
Eulogius Lam Pardi, S. IP
Fidelis Sigmaringen Singi
Marianus Kako, S. IP
Anastasia Menge (RT. 18)
67
11. Seksi Pemetaan : -
Agustinus Jawa (RT. 15)
Andreas Kumi (RT. 19)
12. Seksi Dokumentasi : -
Oktafianus Charlin, A. Md. Kes
13. Sekretariat : -
Getrudis Magho.
2. Hasil Kegiatan Yang Sudah Dicapai:
a. Pengukuran Lokasi Tanah Persiapan Kantor Desa Tanggo
Pada hari Kamis tanggal 07 September 2017, seluruh anggota Panitia
melakukan pengukuran dan penentuan lokasi tanah Perkantoran persiapan
Pemkaran Desa Tanggo yang akan dibangun jika proses Pemekaran Desa
sudah final (data terlampir beserta foto).
b. Mengadakan Pertemuan
Untuk lebih mempersiapkan kelengkapan dokumen berhubungan dengan
persyaratan yang termuat dalam PERMENDAGRI Nomor 1 Tahun 2017
Tentang Penataan Desa, maka panitia melakukan Penjaringan Aspirasi
bersama para Tokoh Masyarakat dan ketua RT selingkungan tanggo pada
tanggal 07 September 2017, pengambilan dokumen data penduduk setiap
RT di Lingkungan Tanggo pada tanggal 08-12 September 2017,
melakukan pertemuan lanjutan pada tanggal 02 Oktober 2017, 16
Oktober 2017 dan 24 Oktober 2017, dan kegiatan lanjutan yang dilakukan
68
panitia pemekaran calon Desa Tanggo yakni melakukan konsultasi
proposal ketingkat Kecamatan Borong.
c. Pendataan Warga
Pendataan warga sangat diperlukan untuk bahan pertimbangan pemekaran
desa, dan seksi pendataan warga sudah selesai memverifikasi data-data
yang berkaitan dengan jumlah penduduk, baik itu yang bertambah karena
adanya kelahiran atau berkurang karena ada yang meninggal (data
terlampir).
d. Kelengkapan Dokumen Lain
Kelengkapan dokumen lain sudah disertakan seperti pemetaan, dan juga
proposal pengajuan yang telah ditanda tangani oleh semua yang terlibat
dan mendukung dalam kegiatan pemekaran desa Tanggo.
Gambar 8
Proses Kegiatan penjaringan aspirasi yang di Lakasanakan di Kapela Tanggo,
Pada Tanggal 07 September 201720
20
Sumber Data : Dokumen Usulan Pemekaran Desa Tanggo