bab v hasil dan pembahasan 5.1 karakteristik responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang...

68
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Jenis kelamin Hasil wawancara terhadap 32 responden di Desa Jeruk Manis menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Jumlah responden laki-laki sebanyak 23 orang (72%) dan jumlah responden perempuan sebanyak 9 orang (28%) (Gambar 2). Jumlah responden laki-laki lebih dominan karena laki-laki di desa ini lebih banyak berperan dalam mencari, menyediakan serta meramu tumbuhan menjadi minyak oles yang dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit. Dua orang belian (dukun) sebagai responden kunci (key informan) yang mengetahui banyak informasi tentang pemanfaatan tumbuhan juga berjenis kelamin laki-laki. Gambar 2 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin. Pembagian tugas dan kewajiban pada dasarnya tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Hanya saja konstruksi di dalam kehidupan masyarakat luas sejak dahulu menyatakan bahwa laki-laki identik dengan pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik sedangkan pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan ketekunan lebih banyak dikerjakan oleh perempuan. Laki-laki dan perempuan sama-sama berperan dalam mengerjakan kegiatan masing-masing. Bahkan dari bukti empiris, perempuan di Desa Jeruk Manis pun turut membantu laki-laki dalam upaya pemenuhan kebutuhan atau meningkatkan pendapatan keluarganya. Perempuan turut serta membantu laki-laki dalam Laki-laki 72% Perempuan 28%

Upload: trinhtram

Post on 15-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

5.1.1 Jenis kelamin

Hasil wawancara terhadap 32 responden di Desa Jeruk Manis menunjukkan

bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan

perempuan. Jumlah responden laki-laki sebanyak 23 orang (72%) dan jumlah

responden perempuan sebanyak 9 orang (28%) (Gambar 2). Jumlah responden

laki-laki lebih dominan karena laki-laki di desa ini lebih banyak berperan dalam

mencari, menyediakan serta meramu tumbuhan menjadi minyak oles yang

dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit. Dua orang belian (dukun)

sebagai responden kunci (key informan) yang mengetahui banyak informasi

tentang pemanfaatan tumbuhan juga berjenis kelamin laki-laki.

Gambar 2 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin.

Pembagian tugas dan kewajiban pada dasarnya tidak dipengaruhi oleh

perbedaan jenis kelamin. Hanya saja konstruksi di dalam kehidupan masyarakat

luas sejak dahulu menyatakan bahwa laki-laki identik dengan pekerjaan yang

membutuhkan kekuatan fisik sedangkan pekerjaan yang memerlukan ketelitian

dan ketekunan lebih banyak dikerjakan oleh perempuan.

Laki-laki dan perempuan sama-sama berperan dalam mengerjakan kegiatan

masing-masing. Bahkan dari bukti empiris, perempuan di Desa Jeruk Manis pun

turut membantu laki-laki dalam upaya pemenuhan kebutuhan atau meningkatkan

pendapatan keluarganya. Perempuan turut serta membantu laki-laki dalam

Laki-laki

72%

Perempuan

28%

Page 2: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

34

memanen padi (Gambar 3a), berladang, atau mencari pakis di hutan (Gambar 3b).

Kegiatan ini dilakukan tanpa mengenyampingkan kewajiban perempuan sebagai

ibu rumah tangga.

(a) (b)

Gambar 3 Perempuan turut membantu laki-laki dalam meningkatkan pendapatan

keluarga: (a) membantu memanen padi; (b) mengambil pakis.

Kegiatan yang dilakukan untuk membantu perekonomian keluarga seperti

ditunjukkan pada Gambar 3 menjadi rutinitas setiap hari perempuan di Desa Jeruk

Manis, tanpa menganggapnya sebagai beban berat. Perempuan juga mencangkul,

merumput, menanam, mencari kayu bakar, menjadi buruh tani dan kegiatan

bertani lainnya sebagai rasa tanggung jawab pada keluarga. Hal tersebut

dijelaskan oleh Sajogyo (1987) bahwa beban kerja bagi perempuan pedesaan

seringkali tidak terlalu dipermasalahkan dan tidak dianggap beban melainkan

sebagai hobi dan didorong rasa tanggung jawab pada keluarga.

Rasa tanggung jawab yang dimaksud adalah perempuan di Desa Jeruk

Manis merasa terpanggil untuk membantu ekonomi keluarga. Keberadaan desa

yang berada di pinggir hutan dangan penghasilan masyarakat yang masih

marjinal, dari kegiatan bertani (mencangkul dan menanam), berladang, mencari

kayu bakar, mengambil pakis di hutan untuk lauk atau dijual, serta kegiatan

lainnya, perempuan dapat turut meningkatkan pendapatan keluarga mereka atau

setidaknya mengurangi biaya ketika memperkerjakan orang lain.

Peran serta perempuan dalam berbagai hal juga menandakan bahwa tidak

ada batasan bagi setiap masyarakat di Desa Jeruk Manis untuk beraktivitas atau

mengerjakan hal-hal tertentu. Akses perempuan memasuki kawasan hutan yang

dianggap keramat dan angker, menjadi pertanda bahwa pemanfaatan sumberdaya

Page 3: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

35

hutan tidak hanya dapat dilakukan oleh laki-laki namun juga perempuan. Baik

laki-laki maupun perempuan, keduanya saling bahu membahu bekerja pada taraf

kemampuannya untuk menopang ekonomi keluarga.

5.1.2 Kelompok umur

Pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan, terutama untuk kebutuhan pangan

dan obat-obatan di Desa Jeruk Manis sudah diketahui sejak zaman dahulu yang

diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini terlihat dari hasil

wawancara yang menunjukkan keberagaman umur responden, mulai dari umur 18

tahun hingga yang tertua umur 82 tahun (Gambar 4).

Gambar 4 Jumlah responden berdasarkan kelompok umur.

Responden dengan kelompok umur 40-49 tahun lebih banyak dari pada

kelompok umur lainnya yakni sebanyak 10 responden. Data ini tidak jauh berbeda

dengan kelompok umur 60 tahun ke atas yakni 9 responden (kelompok umur tua).

Jumlah yang relatif sama ini menunjukkan bahwa ada transfer ilmu pengetahuan

atau kearifan tradisional dari kelompok umur tua (orang tua) kepada anak atau

kelompok umur di bawahnya. Beragamnya kelompok umur ini juga menunjukkan

bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki regenerasi yang

diharapkan pun dapat menurunkan kearifan tradisional dalam pemanfaatan

tumbuhan pangan dan obat kepada generasi selanjutnya.

Bukti empiris menunjukkan bahwa mereka yang tergolong dalam kelompok

umur lebih dari 60 tahun, masih aktif bekerja seperti bertani di sawah ataupun

mengerjakan kegiatan lainnya sendiri, tanpa menyusahkan orang lain.

2

6

10

5

9

0

2

4

6

8

10

12

<30 thn 30-39 thn 40-49 thn 50-59 thn ≥ 60 thn

Ju

mla

h (o

ra

ng

)

Kelompok umur (tahun)

Page 4: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

36

Produktivitas usia tua atau usia jompo, tidak dapat dilepaskan dari gaya hidup dan

kebiasaan pola konsumsi mereka yang tidak mengandung bahan pengawet, lemak

dan manis, kebiasaan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran serta

rutinitas di pagi hari sebelum beraktivitas mengkonsumsi secangkir kopi bubuk.

Minuman kopi mengandung kafein. Menurut Hardinsyah (2008), kafein

sering digunakan sebagai perangsang kerja jantung dan meningkatkan produksi

urin. Dalam dosis yang rendah, kafein dapat berfungsi sebagai bahan pembangkit

stamina dan penghilang rasa sakit. Kandungan kopi inilah yang kemudian menjadi

perangsang bagi masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis termasuk kelompok

umur tua untuk tetap semangat bekerja sehari-hari.

Tidak ada batasan spesifik dalam kebudayaan atau kebiasaan masyarakat

Desa Jeruk Manis mengenai usia produktif dan non produktif karena batasan-

batasan ekonomis atas usia seringkali tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Sebagai ilustrasi, seorang anak berumur 10 tahun di Desa Jeruk Manis ternyata

telah bekerja dan secara ekonomis terlibat dalam sistem-sistem produksi seperti

mengambil pakis di hutan yang kemudian mereka jual atau seorang nenek

berumur lebih dari 70 tahun juga masih terlibat dalam kegiatan yang sama

(Gambar 5). Dengan kata lain, nenek tersebut masih menjalankan perilaku

ekonomis meski keadaan biologisnya dikatakan non produktif lagi.

Gambar 5 Seorang nenek menjual pakis yang diambilnya dari kawasan hutan

Resort Kembang Kuning, TNGR.

5.1.3 Pendidikan

Tingkat pendidikan responden di Desa Jeruk Manis umumnya rendah.

Sebagian besar responden tidak pernah mengenyam pendidikan formal atau hanya

Page 5: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

37

sampai pada tingkat pendidikan sekolah dasar (SD), itu pun tidak sampai selesai.

Teridentifikasi masing-masing 37% (12 orang) responden tidak pernah sekolah

dan hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar SD, sedangkan sisanya sebanyak

4 orang (13%) lulus sekolah menengah atas (SMA) dan masing-masing sebanyak

2 orang (6%) yang pernah mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama

(SMP) dan mencapai jenjang perguruan tinggi (Sarjana).

Rendahnya tingkat pendidikan tersebut disebabkan oleh minimnya sarana

pendidikan dan lokasi pemukiman di Desa Jeruk Manis yang berada jauh dari

pusat kota. Jarak tempuh desa ini dengan pusat kecamatan mencapai 12 km

dengan kondisi jalan yang sebagian rusak parah. Kondisi ini menyebabkan

masyarakat khususnya anak-anak kesulitan untuk mengikuti proses pendidikan.

Pada saat responden mengenyam pendidikan dasar, sekolah dasar inpres

hanya terdapat di Desa Kembang Kuning dan Desa Kota Raja dengan jarak

tempuh mencapai ± 8 km, sehingga tidaklah mudah untuk dijangkau dengan

hanya berjalan kaki. Sampai saat ini sarana pendidikan yang telah dibangun di

Desa Jeruk Manis adalah dua bangunan SD dan satu bangunan SMP di Dusun

Gawah Buak. Komposisi tingkat pendidikan responden berikut tersaji pada

Gambar 6.

Gambar 6 Komposisi tingkat pendidikan responden.

Keberadaan ekonomi keluarga juga menjadi faktor pembatas responden di

Desa Jeruk Manis untuk dapat terus melanjutkan pendidikannya. Hanya mereka

yang memiliki perekonomian mapan yang mampu menyekolahkan anaknya

2

12

4

2

12

0

2

4

6

8

10

12

14

Sarjana SD SMA SMP/MTS Tidak

Sekolah

Ju

mla

h r

esp

on

den

Tingkat pendidikan

Page 6: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

38

sampai pada jenjang perguruan tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan juga

disebabkan oleh masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya

pendidikan. Budaya berladang masyarakat yang lokasinya jauh dari pemukiman

juga menyulitkan proses peningkatan pendidikan bagi anak-anaknya karena anak-

anak tersebut sejak kecil sudah dilibatkan dalam kegiatan berladang. Setidaknya

inilah beberapa faktor yang memperkuat kondisi tingkat pendidikan di desa ini

yang masih rendah.

Kondisi pendidikan responden di Desa Jeruk Manis, tidak berpengaruh

besar terhadap pengetahuan dan penggunaan tumbuhan sebagai bahan pangan dan

obat tradisional. Hal ini karena dasar utama dalam pemenuhan kebutuhan akan

pangan dan obat-obatan tersebut didasarkan pada kebiasaan atau kearifan

tradisional masyarakat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

5.1.4 Pekerjaan

Mata pencaharian utama responden di Desa Jeruk Manis adalah bertani dan

berternak. Kegiatan bertani merupakan kebutuhan hidup bagi masyarakat di Desa

Jeruk Manis. Mereka memenuhi kebutuhan akan beras yang merupakan makanan

pokok masyarakat, bukan dari hasil membeli melainkan mengusahakannya sendiri

dengan cara bertani. Warisan nenek moyang berupa lahan dipergunakan secara

turun temurun untuk bertani. Beberapa di antaranya juga dijadikan sebagai ladang

atau kebun yang ditanami tumbuhan pangan seperti kopi, kelapa, mangga,

manggis dan tumbuhan lainnya.

Adapun kebiasaan berternak juga tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis. Masyarakat di desa ini biasa

memelihara ternak seperti sapi, ayam dan bebek. Kegiatan berternak dianggap

tidak menyusahkan dan dapat berjalan beriringan dengan kegiatan bertani. Ternak

sapi yang dipelihara dipergunakan untuk membantu membajak sawah juga limbah

(kotorannya) dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Setiap pagi hari umumnya responden berangkat menyabit rumput untuk

pakan ternak. Rumput-rumput tersebut ada yang berasal dari dalam kawasan hutan

Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), ada juga yang berasal dari pinggiran

hutan, pinggir kebun atau di sekitar sawah masyarakat. Sepulang menyabit

Page 7: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

39

rumput, responden yang berprofesi sebagai petani pergi ke sawah atau berladang

sampai dengan sore hari.

Alasan lainnya yang menyebabkan responden di Desa Jeruk Manis

memelihara ternak khususnya sapi karena kesadaran mereka bahwa hasil panen

tidak dapat selalu diandalkan dan tidak dapat dipanen setiap saat, sementara itu

kebutuhan ekonomi terkadang tidak bisa diduga-duga. Terkadang mereka

dihadapkan pada keadaan atau persoalan yang membuat mereka harus

mengeluarkan uang tunai pada saat itu juga, seperti anak yang sakit atau hal tak

terduga lainnya. Ternak yang dipelihara ini, menjadi aset yang dapat dijual kapan

pun untuk memenuhi kebutuhan mendesak tersebut. Terhitung satu ekor sapi

dewasa dapat laku terjual berkisar Rp. 3.000.000,- – Rp. 5.000.000,- tergantung

pada kondisi sapi saat dijual.

Selain bertani dan berternak, mata pencaharian lain responden adalah

sebagai PNS (pegawai kantor desa), wiraswasta (pedagang), penjaga rumah,

pekasih (petugas pengatur air sawah penduduk) dan menjadi belian (dukun).

Penghasilan yang diperoleh dari beberapa profesi ini juga beragam dan cenderung

tidak tentu. Responden yang bekerja sebagai pekasih dan belian mengaku hanya

diupah dengan barang, hasil kebun atau hasil panen berupa gabah dan itu

tergantung pada keikhlasan pemberi. Gambar 7 berikut ini menunjukkan

komposisi pekerjaan responden.

Gambar 7 Komposisi pekerjaan atau mata pencaharian responden.

3

8

2

16

1

1

3

2

0 5 10 15 20

Buru Tani

Ibu Rumah Tangga

Belian (Dukun)

Tani dan Tenak

Tani, Pekasih (Pengatur Air)

Tani, Penjaga Rumah (Vila)

Wiraswasta

PNS

Jumlah responden

Pek

erja

an

ata

u m

ata

pen

ca

ha

ria

n

Page 8: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

40

5.2 Tumbuhan Pangan

5.2.1 Keanekaragaman spesies

Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat yang diketahui dan

digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis mencapai 215

spesies dari 72 famili. Spesies tumbuhan tersebut meliputi spesies liar, spesies

semi budidaya (sebagian sudah mulai ada yang dibudidayakan, namun masih ada

yang liar) dan tanaman budidaya.

Tumbuhan yang digunakan untuk bahan pangan teridentifikasi sebanyak

136 spesies dari 53 famili (Lampiran 1). Sebagian besar spesies tumbuhan yang

digunakan oleh masyarakat untuk pangan dan obat masih berupa tumbuhan liar.

Beberapa spesies yang biasa digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari juga

telah dibudidayakan dengan ditanam di kebun dan di sekitar pemukiman atau

pekarangan rumah. Tumbuhan semi budidaya merupakan tumbuhan yang oleh

sebagian warga masyarakat dianggap penting untuk menunjang kesehatan atau

sebagai sumber pangan tambahan sehingga ada yang dibudidayakan namun juga

beberapa ditemukan tumbuh liar di berbagai tempat. Pengetahuan dan penggunaan

tumbuhan berdasarkan status budidaya (liar, semi budidaya dan budidaya) tersaji

pada Gambar 8.

Gambar 8 Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan berdasarkan status

budidaya.

Selain berfungsi sebagai pangan, ternyata beberapa tumbuhan pangan yang

yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, juga berkhasiat

42%

52%

6%

Budidaya

Liar

Semi Budidaya

Page 9: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

41

obat. Istilah ini lebih dikenal dengan sebutan pangan fungsional. Artinya bahan

pangan yang dikonsumsi bukan saja mempunyai komposisi gizi yang baik serta

penampilan dan cita rasanya menarik, tetapi juga memiliki fungsi fisiologis

tertentu bagi tubuh seperti mengobati penyakit-penyakit tertentu.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menjelaskan, sebagaimana

yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI

No. HK 00.05.52.0685 Tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan

Fungsional, yang dimaksud dengan pangan fungsional adalah pangan olahan yang

mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah

mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak membahayakan dan

bermanfaat bagi kesehatan. Terdapat sebanyak 77 spesies tumbuhan pangan

fungsional yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa

Jeruk Manis (Gambar 9). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% tumbuhan

pangan yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di desa ini,

selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, juga berkhasiat obat yang dapat

mengobati berbagai macam penyakit. Daftar rinci tumbuhan pangan fungsional

tersaji pada Lampiran 2.

Gambar 9 Jumlah tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan sebagai bahan

pangan dan obat tradisional.

Tumbuhan Obat Tumbuhan Pangan

59

spesies

77

spesies

79

spesies

Tumbuhan Pangan Fungsional

Page 10: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

42

5.2.2 Keanekaragaman famili

Keanekaragaman tumbuhan pangan berdasarkan familinya dikelompokkan

ke dalam 53 famili. Gambar 10 menunjukkan bahwa urutan teratas jumlah spesies

berdasarkan famili adalah famili Fabaceae dengan jumlah 11 spesies.

Gambar 10 Jumlah spesies tumbuhan pangan berdasarkan famili.

Beberapa spesies dari famili Fabaceae seperti antap (Vigna sinensis), bage

(Tamarindus indica), botor (Psophocarpus tetragonolobus), buncis (Phaseolus

vulgaris), kacang tana` (Arachis hypogea), kedelai (Glycine max), ketujur

(Sesbania grandiflora) dan komak (Lablab purpureus) merupakan bahan pangan

yang digunakan sebagai sayur dan ditemukan cukup melimpah. Spesies dari famili

Fabaceae ini khususnya antap, botor, buncis dan komak merupakan spesies yang

telah dibudidayakan oleh masyarakat.

Masyarakat di Desa Jeruk Manis membudidayakan sayur-sayuran untuk

pemenuhan kebutuhan hidup atau kebutuhan rumah tangga sendiri. Warga

masyarakat menanam sayur-sayuran tersebut di pekarangan rumah, kebun atau

ladang. Bahkan sisa pematang sawah pun sering digunakan sebagai lahan

menanam sayuran (Gambar 11).

0 2 4 6 8 10 12

Araceae

Arecaceae

Cucurbitaceae

Euphorbiaceae

Fabaceae

Moraceae

Myrtaceae

Poaceae

Rubiaceae

Rutaceae

Solanaceae

Zingiberaceae

4

5

7

6

11

5

6

5

4

5

6

9

Jumlah spesies

Fam

ili

Page 11: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

43

(a) (b)

Gambar 11 Sayur yang ditanam di pematang sawah: (a) antap (Vigna sinensis);

(b) botor (Psophocarpus tetragonolobus).

Dominasi spesies dari famili Fabaceae (polong-polongan) yang

dikembangkan dan ditanam oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis karena kondisi

lingkungan wilayah ini. Menurut Wisnu et al. (2004), wilayah Desa Jeruk Manis

yang dulunya berada pada administrasi Desa Kembang Kuning masuk dalam

kategori agroekosistem lahan kering, terletak di daerah pinggiran hutan dengan

sistem pertanian berbasis perkebunan.

Soil Survey Staffs (1998), mendefinisikan lahan kering sebagai hamparan

lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama periode sebagian

besar waktu dalam setahun. Hal ini juga dipertegas oleh Suwardji dan Tejowulan

(2002) yang mendefinisikan lahan kering sebagai hamparan lahan yang

didayagunakan tanpa penggenangan air, baik secara permanen maupun musiman

dengan sumber air berupa hujan atau air irigasi. Dengan kata lain struktur tanah,

siklus air, karbon dan hara, kurang menunjang bagi kualitas tanah yang baik

(tingkat kesuburan tanah rendah).

Penanaman spesies polong-polongan (famili Fabaceae) yang dapat

bersimbiosis dengan bakteri nitrogen yakni Rhizobium leguminosarum, maka

akan terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah. Bakteri

ini hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar. Bintil-bintil akar

melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong

Page 12: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

44

hidup. Senyawa nitrogen inilah yang dapat menambah kesuburan tanah

(Simanungkalit et al. 2006).

Kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis dalam hal

pemilihan spesies polong-polongan, menunjukkan bahwa sekalipun hal yang

mereka kerjakan tidaklah berlandas pada ilmu pengetahuan yang ilmiah, namun

kearifan tradisional tersebut telah membuktikan bahwa apa yang dikerjakan dapat

berhasil dan menjadi pekerjaan sampai dengan saat ini. Kebiasaan masyarakat di

Desa Jeruk Manis dengan menanam spesies polong-polongan ternyata telah

meningkatkan kesuburan tanah setempat.

Spesies lain yang banyak ditanam dan dipelihara oleh masyarakat di Desa

Jeruk Manis adalah spesies dari famili Zingiberaceae. Beberapa spesies dari famili

ini adalah jahe (Zingiber officinale), kunci (Gastrochilus panduratum), kunyit

(Curcuma domestica), kunyit asa (Curcuma xanthorrhiza), lengkuas/laos (Alpinia

galanga) dan sekur (Kaempferia galanga). Hal ini seperti yang dikemukakan oleh

Rostiana et al. (1992) bahwa temulawak, jahe, lengkuas, kencur dan kunyit

merupakan spesies yang telah memasyarakat pembudidayaannya dan banyak

digunakan. Spesies dari famili ini oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis digunakan

sebagai bahan penyedap, perasa atau bumbu masak juga obat tradisional.

Spesies-spesies dari famili Zingiberaceae ini sering menjadi campuran

ramuan pada beberapa jenis penyakit. Salah satu spesies tersebut adalah sekur

(Kaempferia galanga) (Gambar 12). Sekur atau kencur ini digunakan sebagai

campuran (komplementer) untuk mengobati penyakit seperti sariawan, sakit

perut, batuk, panas bahkan kanker.

Gambar 12 Sekur (Kaempferia galanga).

Page 13: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

45

Famili terbanyak ketiga yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat

Suku Sasak di Desa Jeruk Manis adalah famili Cucurbitaceae. Beberapa spesies

dari famili yang dikenal sebagai suku labu-labuan ini di antaranya adalah

bokar/sondak (Lagenaria leucantha), jebet/jepan (Sechium edule), pria

(Momordica charantia) dan wolu (Cucurbita moschata). Spesies-spesies ini lebih

banyak digunakan sebagai sayur mayur.

5.2.3 Keanekaragaman tipe habitat

Tumbuhan pangan yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku

Sasak di Desa Jeruk Manis berasal dari berbagai tipe habitat, seperti hutan, kebun,

kolam ikan, lapangan bola, pekarangan, pingir jalan dan pinggir kali hingga di

sawah. Komposisi tumbuhan pangan berdasarkan tipe habitat tersaji dalam

Gambar 13 berikut ini.

Gambar 13 Komposisi tumbuhan pangan berdasarkan tipe habitat.

Penemuan tipe habitat atau lokasi tempat tumbuh paling banyak terdapat di

kebun. Hal ini dapat dijelaskan bahwa sebagian besar spesies yang diketahui dan

digunakan tersebut adalah spesies yang sebenarnya telah dibudidayakan di kebun.

Seperti data status budidaya spesies tumbuhan pangan yang diketahui dan

digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis yang menunjukkan

bahwa spesies budidaya lebih banyak dari pada spesies liar ataupun spesies semi

0 20 40 60 80 100

Hutan

Kebun

Kolam ikan

Lapangan bola

Pekarangan

Pinggir jalan

Pinggir kali

Sawah

64

91

2

1

59

10

9

25

Jumlah spesies

Tip

e h

ab

ita

t

Page 14: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

46

budidaya (sebagian sudah mulai ada yang dibudidayakan, namun masih ada yang

liar) (Gambar 14).

Gambar 14 Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan pangan berdasarkan status

budidaya.

Pada beberapa spesies tertentu, lokasi tempat tumbuh/tipe habitat yang

ditemukan tidak hanya berada pada satu tipe, tetapi bisa jadi pada beberapa tipe.

Salah satu spesies yang dapat ditemukan melimpah, bahkan tumbuh hampir di

seluruh tipe habitat adalah bebele (Centella asiatica) (Gambar 15a). Kondisi ini

seperti yang diungkapkan Dharmono (2007) bahwa Centella asiatica merupakan

tumbuhan liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, maupun

kebun. Oleh warga masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, spesies ini

digunakan sebagai tumbuhan pangan dan juga obat tradisional.

Bebele (Centella asiatica) sebagai tumbuhan pangan lebih banyak

digunakan sebagai sayuran. Penggunaan paling sederhana dari tumbuhan ini

adalah menjadi lalapan atau diolah dengan cara direbus dan dijadikan urap.

Biasanya bebele tumbuh dan berkembang dengan cara merayap di tanah dengan

daerah sebaran dekat dengan sumber air.

Spesies yang ditemukan di kebun, selain merupakan hasil budidaya, ternyata

terdapat spesies liar. Spesies tersebut adalah umbe atau omba (Piper umbellatum)

(Gambar 15b). Umbe atau omba merupakan tumbuhan liar hutan yang kadang

juga tumbuh di kebun. Warga masyarakat menjadikan spesies ini sebagai sayur.

Biasanya umbe atau omba dapat tumbuh pada tempat-tempat yang lembab atau

dekat dengan sumber air.

57%

35%

8%

Budidaya

Liar

Semi Budidaya

Page 15: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

47

(a) (b)

Gambar 15 Tumbuhan liar: (a) bebele (Centella asiatica); (b) umbe atau omba

(Piper umbellatum).

5.2.4 Bagian yang digunakan

Bagian tumbuhan pangan yang digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di

Desa Jeruk Manis terbagi dalam 10 bagian. Bagian tumbuhan pangan yang paling

banyak digunakan adalah buah (54%). Salah satu spesies liar hutan yang

digunakan buahnya adalah terep (Artocarpus elasticus). Buah terep serupa dengan

buah nangka kecil, dengan bau wangi yang kuat. Biasanya buah terep dimakan

dalam keadaan segar atau diolah sebagai kue. Taman Nasional Gunung Rinjani

(TNGR) memasukkan terep sebagai spesies eksotik taman nasional (Gambar 16).

Artinya bahwa spesies ini bukan merupakan spesies asli kawasan hutan Taman

Nasional Gunung Rinjani (TNGR), melainkan hasil introduksi dari tempat

lainnya.

Gambar 16 Spesies eksotik TNGR: terep ((Artocarpus elasticus).

Page 16: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

48

Bagian lainnya dari tumbuhan pangan yang juga digunakan oleh masyarakat

Suku Sasak di Desa Jeruk Manis adalah daun (17%), umbi (8%),

rimpang/rhizoma (6%), seluruh bagian tumbuhan/herba (5%), batang (4%), umbut

(3%) dan sisanya masing-masing 1% yakni bunga, kulit batang dan tunas.

Selengkapnya jumlah spesies dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan

bagian yang digunakan ditunjukkan oleh Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan pangan yang digunakan

No. Bagian Tumbuhan Pangan yang Digunakan Jumlah (spesies) Persentase (%)

1 Batang 6 4

2 Buah 80 54

3 Bunga 2 1

4 Daun 25 17

5 Kulit Batang 2 1

6 Rimpang/Rhizoma 8 6

7 Seluruh Bagian Tumbuhan (herba) 8 5

8 Tunas 1 1

9 Umbi 11 8

10 Umbut 4 3

Jumlah 147 100

Spesies lainnya yang juga berasal dari hutan dan digunakan buahnya adalah

blincang (Begonia sp.) (Gambar 17). Karena rasanya yang asam, tumbuhan ini

sering digunakan sebagai bumbu masak pengganti bage (asam). Tidak hanya

buahnya, blincang ini juga digunakan bagian batangnya.

(a) (b)

Gambar 17 Blincang: (a) Begonia isoptera; (b) Begonia grandis.

Page 17: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

49

Beberapa spesies tumbuhan pangan yang digunakan bagian daunnya oleh

masyarakat di Desa Jeruk Manis, umumnya digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sayur mayur. Dominasi terbanyak dari spesies yang digunakan

daunnya ini merupakan spesies liar yang salah satunya tumbuh dan berasal dari

kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR. Beberapa spesies tersebut di

antaranya adalah jaong (Rorippa indica), jukut hutan (Syzygium sp.), kayu pelina

(Ardisia lanceolata) (Gambar 18a), ketepu (Ophiorrhiza neglecta) (Gambar 18b)

dan banyut (Tricalysia singularis).

(a) (b)

Gambar 18 Spesies tumbuhan pangan hutan yang digunakan bagian daunnya: (a)

kayu pelina (Ardisia lanceolata); (b) ketepu (Ophiorrhiza neglecta).

5.2.5 Keanekaragaman habitus

Spesies tumbuhan pangan dibagi dalam 7 kelompok habitus yaitu

epifit/benalu, herba, liana, pakis-pakisan, perdu, pohon dan semak. Jumlah spesies

dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan habitusnya terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah spesies dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan habitusnya

No. Habitus Tumbuhan Pangan Jumlah (spesies) Persentase (%)

1 Efipit/benalu 2 2

2 Herba 40 29

3 Liana 20 15

4 Pakis-pakisan 1 1

5 Perdu 25 18

6 Pohon 40 29

7 Semak 8 6

Jumlah 136 100

Page 18: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

50

Habitus dengan jumlah spesies terbanyak adalah pohon dan herba yakni

sama-sama 40 spesies atau 29% dari total tumbuhan pangan yakni 136 spesies.

Beberapa spesies tumbuhan pangan yang berhabitus pohon adalah gumitri

(Elaeocarpus sp.), kayu manis (Cinnamomum burmannii), cengkeh (Syzygium

aromaticum), nangka (Artocarpus heterophyllus), pokat (Persea americana),

durian (Durio zibethinus), randu (Ceiba Pentandra) dan lekong (Aleurites

moluccana).

Spesies-spesies berhabitus pohon di atas merupakan spesies yang berada di

hutan. Bahkan oleh Taman Nasional Gunung Rinjani memasukkan nangka

(Artocarpus heterophyllus), pokat (Persea americana), durian (Durio zibethinus),

randu (Ceiba Pentandra) dan lokong (Aleurites moluccana) sebagai spesies-

spesies eksotik kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR.

Habitus yang memiliki jumlah spesies paling sedikit adalah pakis-pakisan (1

spesies). Spesies tersebut adalah pakis/paku bele atau paku manis (Diplazium

esculentum).

5.2.6 Sumber karbohidrat

Padi merupakan makanan pokok dan sumber karbohidrat utama masyarakat

Suku Sasak di Desa Jeruk Manis yang diperoleh dari mata pencaharian mereka

yaitu bertani. Pemenuhan kebutuhan akan karbohidrat lainnya selain padi (Oryza

sativa) terdapat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6 Pemenuhan kebutuhan karbohidrat selain padi (Oryza sativa)

No. Spesies Tipe habitat

1. Ambon gula (Ipomoea batatas) hutan, Kebun, Pinggir jalan (semi budidaya)

2. Ambon jawa (Manihot utilisima) kebun, pekarangan (budidaya)

3. Biraq (Alocasia 'Portora') hutan, kebun, pekarangan (semi budidaya)

4. Gadung (Dioscorea hispida) hutan, kebun (semi budidaya)

5. Jagung (Zea mays) kebun (budidaya)

6. Loma` (Xanthosoma violaceum) kebun, pekarangan, pinggir kali (semi budidaya)

7. Marus (Maranta arundinacea) pinggir kali (liar)

8. Tongei (Schismatoglottis rupestris) hutan, kebun (liar)

Page 19: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

51

Padi yang sering ditanam oleh masyarakat di desa ini terbagi dalam empat

varietas. Keempat varietas tersebut biasa dikenal oleh masyarakat setempat

dengan nama padi bulu, padi gama, padi merah dan padi kombo. Hasil panen padi

biasanya tidak dijual oleh masyarakat melainkan disimpan untuk memenuhi

kebutuhan beras sampai dengan tiba masa panen selanjutnya. Hasil panen yang

disimpan tersebut tidak dalam bentuk beras langsung melainkan gabah kering. Hal

ini dilakukan agar beras yang dimakan tetap bagus dan tidak rusak.

Biasanya masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis menyimpan gabah di

suatu tempat semacam lumbung padi yang diberi nama “pantek bale” (Gambar

19). Struktur bangunan yang menyerupai saung ini berbahan dasar kayu. Bagian

yang digunakan sebagai tempat menyimpan gabah adalah bagian atas. Sementara

bagian bawahnya menjadi tempat peristirahatan atau sekedar untuk duduk dan

bercengkerama dengan keluarga.

Gambar 19 Pantek bale.

Proses pengolahan ambon gula, ambon jawa, biraq, gadung, jagung, loma`,

marus dan tongei dilakukan dengan cara direbus, dikukus atau dibakar. Dalam

pengolahan biraq ada sedikit perbedaan dengan sumber karbohidrat lainnya. Umbi

dari tumbuhan ini tidak sembarangan dapat langsung diolah karena bila salah akan

menimbulkan rasa gatal bagi orang yang memakannya. Kearifan tradisional atau

kebiasaan orang tua terdahulu dalam mengolah tumbuhan ini, menjadi

pengalaman berharga yang tidak ternilai harganya.

Page 20: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

52

Biraq yang digunakan umbinya, saat akan diambil atau dipotong

menggunakan parang harus mengikuti arah bawah ke atas. Artinya ayunan parang

yang digunakan harus mengarah ke atas, bukan ke bawah. Kepercayaan ini ada

kaitannya dengan mitos bahwa arahan parang dari bawah ke atas, dapat

menghilangkan rasa gatal tumbuhan ini. Mereka mempercayai seiring dengan

tebasan parang tersebut yang diarahkan ke atas, maka rasa gatal pada tumbuhan

pun ikut pergi atau hilang.

Umbi biraq yang telah diambil juga dikupas lebih tebal dan direndam

beberapa saat agar rasa gatal tersebut semakin hilang. Kebiasaan seperti ini sudah

menjadi cerita dan sering dilakukan oleh beberapa masyarakat yang

mempercayainya ketika akan mengambil atau mengkonsumsi biraq.

Selain biraq, gadung yang dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis

ini tidak serta merta langsung dapat direbus. Diperlukan perlakuan khusus terlebih

dahulu karena bila salah pengolahannya dapat membuat orang yang memakannya

menjadi pusing atau keracunan. Menurut Kardinan (2002), kandungan yang

terdapat dalam umbi gadung adalah kandungan alkaloid yang dapat menimbulkan

rasa pusing, mual, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis

untuk menghilangkan efek tersebut dengan cara umbi gadung yang telah dikupas,

diiris kecil-kecil kemudian direndam dalam air yang telah dibuburi garam. Dalam

masa perendaman tersebut, gadung diinjak menggunakan lutut kaki. Hal ini

berlangsung selama satu hari. Setelah melewati semua proses tersebut, keesokan

harinya barulah gadung dicuci kembali (bilas) dengan air bersih dan direbus.

Tujuan perendaman adalah untuk menghilangkan zat beracun dalam gadung.

5.2.7 Sumber protein

Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis umumnya

berasal dari tumbuhan polong-polongan seperti antap (Vigna sinensis), bage

(Tamarindus indica), botor (Psophocarpus tetragonolobus), buncis (Phaseolus

vulgaris), kacang tana` (Arachis hypogea), kedelai (Glycine max), ketujur

(Sesbania grandiflora) dan komak (Lablab purpureus). Sumber protein

masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis tersaji pada Tabel 7 berikut ini.

Page 21: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

53

Tabel 7 Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis

No. Spesies Tipe habitat

1. Antap (Vigna sinensis) kebun, pekarangan, sawah (budidaya)

2. Bage (Tamarindus indica) kebun (budidaya)

3. Botor (Psophocarpus tetragonolobus) kebun, pekarangan, sawah (budidaya)

4. Buncis (Phaseolus vulgaris) kebun, sawah (budidaya)

5. Kacang tana` (Arachis hypogea) kebun (budidaya)

6. Kedelai (Glycine max) kebun (budidaya)

7. Ketujur (Sesbania grandiflora) kebun, pekarangan, sawah (budidaya)

8. Komak (Lablab purpureus) kebun, pekarangan, sawah (budidaya)

Protein berfungsi sebagai zat gizi/nutrien yang mutlak dibutuhkan untuk

pertumbuhan. Asupan protein baik hewani maupun nabati sehari-hari dapat

digunakan untuk menyusun jaringan baru guna mengganti jaringan yang telah

rusak dan mati serta untuk menyusun enzim dan hormon yang dibutuhkan. Hal

ini seperti yang dikemukakan McGregor (2003), “When your body breaks down

damaged cells, the nutrients are reused within the body. This protein is available

for cells being rebuilt. Only small amounts of protein are needed for formations of

hormones, enzymes and antibodies”, bahwa ketika sel dalam tubuh dalam keadaan

rusak, protein memiliki kemampuan untuk membangun jaringan sel yang rusak

tersebut juga untuk formasi hormon, enzim dan antibodi.

Menurut Koswara (2010) kacang-kacangan (polong-polongan) mempunyai

keistimewaan yaitu berharga murah, berprotein tinggi, kandungan lemak pada

umumnya baik untuk kesehatan dan mengandung berbagai mineral dalam jumlah

yang cukup banyak. Menurutnya kacang-kacangan (polong-polongan)

memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Jika

mengkonsumsi kacang-kacangan (polong-polongan) sebanyak 100 gram (1 ons),

maka jumlah itu akan mencukupi sekitar 20% kebutuhan protein dan 20%

kebutuhan serat per hari.

Tumbuhan pangan lainnya yang memiliki kandungan protein nabati di

antaranya adalah jamur-jamuran, rotan dan beberapa varietas talas atau keladi.

Spesies-spesies tersebut merupakan tumbuhan liar yang dominasinya ditemukan

di hutan khususnya di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR.

Page 22: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

54

5.2.8 Sumber vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral adalah zat gizi yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh

manusia. Kebutuhan akan vitamin dan mineral oleh warga masyarakat yang

tinggal di Desa Jeruk Manis berasal buah-buahan dan sayur-sayuran.

Melimpahnya buah dan sayur, baik liar maupun hasil budidaya membuat

masyarakat di desa ini terbiasa mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran setiap

harinya. Menurut Dalimartha dan Adrian (2011) asupan vitamin dan mineral dapat

terpenuhi dari konsumsi buah dan sayur.

Vitamin dan mineral kadang-kadang disebut bahan gizi mikro. Vitamin dan

mineral dibutuhkan untuk mendukung kinerja sistem metabolisme tubuh (Putri

2012). Tubuh manusia hanya membutuhkan bahan gizi mikro dalam jumlah

sedikit, untuk mendukung reaksi kimia yang diperlukan oleh sel agar dapat hidup.

Manusia memperoleh vitamin dan mineral ini dari makanan atau suplemen,

karena tubuh manusia tidak mampu membuatnya. Berikut ini akan lebih

dijelaskan tentang tumbuhan penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran sebagai

sumber vitamin dan mineral warga masyarakat di Desa Jeruk Manis.

5.2.8.1 Penghasil buah-buahan

Tumbuhan di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR banyak

menyimpan hasil hutan non kayu berupa buah-buahan. Beberapa buah-buahan liar

di kawasan hutan tersebut pun menjadi konsumsi masyarakat di Desa Jeruk

Manis. Beberapa buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk

Manis untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral tersaji pada Tabel 8

berikut ini.

Tabel 8 Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa

Jeruk Manis* No. Spesies Tipe habitat

1. Durian (Durio zibethinus) hutan, kebun, pekarangan (budidaya)

2. Gumitri (Elaeocarpus sp.) hutan (liar)

3. Klekes udang (Syzygium sp.) hutan (liar)

4. Nangka (Artocarpus heterophyllus) hutan, kebun, pekarangan (budidaya)

5. Nyambu batu (Psidium guajava) hutan, kebun, pekarangan (budidaya)

6. Pokat (Persea americana) hutan, kebun, pekarangan, sawah (budidaya)

*Catatan: Buah selengkapnya tersaji pada Lampiran 3

Page 23: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

55

Buah durian (Durio zibethinus), nangka (Artocarpus heterophyllus),

nyambu batu (Psidium guajava) dan pokat (Persea americana) cukup dominan

ditemukan. Dominannya buah-buahan ini tidak terlepas dari sejarah masa lalu

yakni krisis multi dimensi yang terjadi pada tahun 1998.

Krisis ini dirasakan oleh masyarakat pinggiran hutan sekitar Taman

Nasional Gunung Rinjani. Salah satunya masyarakat di Desa Jeruk Manis.

Berawal dari permasalahan inilah kemudian Departemen Kehutanan memberikan

kebijaksanaan kepada masyarakat di sekitar kawasan TNGR dalam membantu

menangani krisis ekonominya, masyarakat diperbolehkan mengelola jalur hijau

selebar 20 m dari batas luar kawasan dengan menanam tanaman buah-buahan

seperti mangga, durian, alpukat, nangka, jambu dan kepundung.

Buah-buahan yang disebut di atas selain berada di hutan juga di kebun. Pada

saat musim panen tiba, beberapa warga memperoleh untung besar dari penjualan

durian dan manggis yang mereka tanam. Sepanjang jalan menuju kantor Resort

Kembang Kuning, TNGR durian dan manggis melimpah ditemukan.

Kebanyakan dari pemilik kebun menjual durian dan manggisnya pada saat

masih di pohon. Sistem ini dikenal oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis dengan

sebutan “lolo”. Artinya total buah yang ada dalam satu pohon tersebut dinilai satu

lolo. Satu lolo pohon durian (Gambar 20) atau manggis dapat laku terjual jutaan

rupiah, tergantung pada produktifitas buah dan hasil negosiasi dengan pembeli.

Gambar 20 Durian (Durio zibethinus): buah dari hutan yang dijual dengan

sistem lolo.

Page 24: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

56

Sebelum masa panen tiba, pohon durian dan manggis di Desa Jeruk Manis

ini biasanya telah laku terjual, atau dengan kata lain dipesan lebih dulu oleh para

tengkulak. Tengkulak ini berasal dari berbagai daerah. Tidak hanya dari sekitar

Lombok Timur namun ada juga yang berasal dari Kota Mataram. Biasanya warga

masyarakat di desa ini memiliki langganan setiap musim panennya, sehingga

mereka tidak perlu khawatir hasil panennya tidak laku.

Buah lainnya yang banyak dibudidayakan oleh warga masyarakat di Desa

Jeruk Manis adalah pisang (Musa spp.). Masyarakat di Desa ini gemar

mengkonsumsi buah pisang. Hal ini terlihat dari beragamnya varietas pisang yang

ditanam oleh warga. Setidaknya ada 9 spesies pisang atau dalam bahasa lokalnya

punti yang ditanam oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis. Mulai dari punti

tembaga, punti ketip, punti kredi, punti lumut, punti gedang, punti mas, punti raja,

punti birah dan punti susu. Serupa dengan buah durian dan manggis, selain untuk

dikonsumsi sendiri, hasil dari panen pisang ini pun dijual ke tengkulak atau ke

pasar.

Beberapa dari buah-buahan yang dikonsumsi warga masyarakat Suku Sasak

di Desa Jeruk Manis mempunyai fungsi sekunder sebagai sayur-sayuran, di

antaranya adalah buah dan pucuk daun gedang (Carica papaya), jantung pisang

“kosong” (Musa spp.) dan nangka muda (Artocarpus heterophyllus). Sayur-

sayuran tersebut dapat diolah secara langsung menjadi masakan, terutama

disantan (kla santan).

5.2.8.2 Penghasil sayur-sayuran

Sayur-sayuran yang dikonsumsi oleh warga masyarakat di Desa Jeruk

Manis pada umumnya telah dibudidayakan dengan ditanam di kebun atau di

pekarangan rumah. Selain itu, di antara sayur-sayuran tersebut terdapat juga yang

masih tumbuh liar terutama di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR.

Beberapa spesies sayur-sayuran yang digunakan oleh warga masyarakat Suku

Sasak di Desa Jeruk Manis untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral

tersaji pada Tabel 9 berikut ini.

Page 25: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

57

Tabel 9 Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa

Jeruk Manis* No. Spesies Tipe habitat

1. Bilong (Solanum retroflexum) pekarangan, pinggir jalan, sawah (liar)

2. Emat (Daemonorops sp.) hutan (liar)

3. Jamur ekor (Pleurotus ostreatus) hutan (liar)

4. Jamur kuping (Auricularia auricula-judae) hutan, kebun (liar)

5. Pakis (Diplazium esculentum) hutan, pinggir kali (liar)

6. Pepao (Emilia sonchifolia) hutan, kebun, pinggir jalan, sawah (liar)

*Catatan: Sayuran selengkapnya tersaji pada Lampiran 4

Pakis/paku bele (Diplazium esculentum) merupakan tumbuhan pangan

potensial yang dapat dikembangkan. Spesies ini cukup melimpah dan setiap

harinya diburu oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis. Mulai dari orang tua,

dewasa, remaja, bahkan anak kecil, laki-laki ataupun perempuan sering terlihat

hiruk pikuk memasuki kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR hanya

untuk mencari pakis (Gambar 21).

Gambar 21 Warga masyarakat yang mengambil pakis.

Tingginya antusiasme masyarakat Desa Jeruk Manis, memasuki kawasan

hutan untuk mencari pakis, bukan tanpa alasan. Pola konsumsi warga yang

terbiasa mengkonsumsi pakis merupakan alasan utamanya. Mereka menganggap

Page 26: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

58

bahwa pakis merupakan sayur yang manis. Hal ini pula kemudian yang menjadi

penyebab pakis ini juga dinamai pakis manis oleh masyarakat setempat.

Menurut Cakradinata (2006), pakis merupakan salah satu potensi hasil hutan

non kayu yang cukup besar dan sampai saat ini belum tersentuh oleh teknologi

seperti dalam bentuk pengolahan atau pengemasannya karena tumbuhan ini tidak

tahan disimpan lama, maksimal hanya 24 jam. Pakis merupakan salah satu bahan

pokok makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat Pulau Lombok bahkan

sampai ke Pulau Sumbawa.

Tingginya tingkat permintaan akan pakis juga membuat beberapa warga

menjadikan komoditi ini sebagai sumber pendapatan finansial. Dari hasil

wawancara, beberapa warga masyarakat menjual pakis dengan harga

Rp. 1.000/ikat. Harga ini dikenakan untuk jumlah sekitar 20-25 batang pakis

dalam satu ikatan. Masyarakat pun menuturukan bahwa dalam satu hari mereka

dapat mendapatkan penghasilan sebesar rata-rata Rp. 20.000,- dari hasil mencari

pakis. Dalam perhitungan kasar, bila pengambilan pakis tersebut rutin dilakukan

setiap harinya selama satu bulan penuh maka terhitung setidaknya terdapat Rp.

600.000,- uang yang diperoleh dari hutan untuk satu komoditi yakni pakis.

Adapun sayur-sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat Suku Sasak di

Desa Jeruk Manis, di antaranya juga terdapat sayuran yang jarang dikonsumsi

yaitu jamur dan rotan atau emat (Gambar 22).

(a) (b)

Gambar 22 Spesies tumbuhan pangan yang jarang dikonsumsi: (a) jamur ekor

(Pleurotus ostreatus); (b) rotan atau emat (Daemonorops sp.).

Page 27: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

59

Penyebab jamur jarang dikonsumsi warga adalah keberadaan jamur yang

tidak dapat diperoleh setiap saat. Pada musim-musim tertentu jamur tidak dapat

tumbuh. Biasanya pada musim-musim kering atau kemarau produksi jamur relatif

kecil dan bahkan tidak tumbuh. Hal ini seperti yang disampaikan Istuti dan

Nurbana (2006) bahwa terdapat syarat-syarat tertentu yang menjadi faktor utama

dalam pertumbuhan dan perkembangan jamur ekor (jamur tiram). Salah satunya

adalah suhu untuk pertumbuhan miselium berkisar antara 200C-30

0C dan

kelembapan 80%-85% (tidak terkena pancaran sinar matahari langsung).

Faktor yang menyebabkan rotan atau emat jarang dikonsusmi karena

ketersediaannya di alam. Keberadaan rotan di kawasan hutan Resort Kembang

Kuning, TNGR banyak ditemukan pada tanah yang miring sehingga menyusahkan

warga untuk mengambilnya. Menurut Kalima (2008), secara ekologis rotan

tumbuh dengan subur di berbagai tempat, terutama di daerah yang lembab seperti

pinggiran sungai. Selain itu penyebab rotan sehingga jarang dikonsumsi ialah cara

pengolahannya yang sulit. Rotan yang oleh masyarakat digunakan bagian

umbutnya (batang muda), tentu tidak mudah diambil karena batang rotan berduri.

5.2.9 Bahan minum

Beberapa spesies tumbuhan juga digunakan untuk bahan minuman. Adapun

spesies tumbuhan yang digunakan untuk bahan minuman oleh warga masyarakat

Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, tersaji pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10 Spesies tumbuhan yang digunakan untuk bahan minuman oleh warga

masyarakat di Desa Jeruk Manis

No. Spesies Tipe habitat

1. Aren (Arenga pinnata) kebun, pekarangan (budidaya)

2. Kayu sepang (Caesalpinia sappan) hutan (liar)

3. Kedelai (Glycine max) kebun (budidaya)

4. Kopi (Coffea robusta) hutan, kebun, pekarangan (budidaya)

5. Tetandan ginantrum (Uncaria gambir) hutan (liar)

Tetandan ginantrum (Uncaria gambir) biasa digunakan sebagai pengganti

sumber air saat berada di hutan. Dalam kawasan TNGR sumber mata air tidak

dapat ditemukan di setiap tempat, ataupun ada kadang lokasinya sangat sulit

Page 28: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

60

dijangkau. Cara penggunaan tetandan ginantrum adalah batang liana tumbuhan ini

yang masih terlihat basah dipotong menyilang (diagonal) pada kedua sisi, setelah

itu batang yang telah terpotong, diarahkan secara vertikal tepat berada di atas

mulut (Gambar 23).

Gambar 23 Cara penggunaan tetandan ginantrum (Uncaria gambir).

Spesies lainnya yang digunakan sebagai bahan minum adalah kayu sepang

(Gambar 24). Spesies ini biasa digunakan oleh masyarakat Desa Jeruk Manis,

sebagai sirup karena kulit batangnya dapat memberikan warna merah pekat ketika

direbus dengan air putih. Tingkat kepekatan warna tersebut tergantung pada

jumlah kulit batang yang dimasukkan ke dalam rebusan air. Bila semakin pekat

warna yang diinginkan, maka jumlah kulit batang kayu sepang yang dimasukkan

juga harus semakin banyak.

(a) (b)

Gambar 24 Kayu sepang (Caesalpinia sappan): (a) kulit batang; (b) hasil olahan

berupa sirup.

Page 29: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

61

Bahan minuman lainnya adalah kopi dan kedelai. Kedua spesies ini telah

dibudidayakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis. Biasanya kopi dan

kedelai diolah terlebih dahulu dengan cara disangrai menggunakan wajan. Setelah

itu ditumbuk sehingga menjadi serbuk halus. Keduanya diminum dengan cara

diseduh dengan air panas.

Kopi merupakan minuman wajib bagi setiap keluarga di Desa Jeruk Manis.

Hampir di setiap rumah menyiapkan minuman ini sebagai suguhan utama mereka

kepada tamu yang datang. Kebiasaan mengkonsumsi kopi juga terbentuk dari

sugesti mereka bahwa kopi sebagai penyemangat kerja. Sehari tidak

mengkonsumsi kopi maka mulut terasa sepet dan kepala bisa pusing. Oleh

karenanya sebelum beraktivitas seperti pergi ke sawah atau dalam keadaan santai,

warga masyarakat di desa ini terbiasa mengkonsumsi kopi terlebih dahulu.

Bahan minuman lainnya adalah air enau atau air aren (Gambar 25). Air enau

atau air aren ini diperoleh dari pelepah pohon enau. Biasanya masyarakat di Desa

Jeruk Manis mengkonsumsi air enau atau air aren dengan membelinya dari Desa

Tete Batu yang memproduksi air enau. Masyarakat percaya bahwa tidak semua

enau atau aren dapat menghasilkan air yang baik. Setiap pohon enau atau aren

yang ingin diambil airnya terlebih dahulu didoakan oleh belian (dukun) agar

pohon enau atau aren tersebut dapat mengeluarkan air setiap saat.

Gambar 25 Air enau atau air aren (Arenga pinnata).

Page 30: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

62

Biasanya air enau diambil dua kali sehari yakni di pagi hari dan sore hari

menjelang magrib. Selama rentang waktu tersebut, bambu yang telah disiapkan di

pohon enau atau aren digunakan untuk menampung airnya. Air enau dalam satu

bungkus plastik setengah kilogram, dihargai Rp. 2.500,-.

5.2.10 Bahan pelengkap/rempah/perasa

Tumbuhan pangan sebagai bahan pelengkap/rempah/perasa merupakan

bahan pangan tambahan untuk melengkapi bahan pangan pokok pada saat akan

diolah atau dimasak. Bahan pangan pelengkap ini dimaksudkan untuk

memberikan cita rasa lain yang khas dari suatu menu masakan yang dibuat.

Terdapat sebanyak 29 spesies tumbuhan yang digunakan sebagai bumbu

masak (rempah) oleh warga masyarakat Desa Jeruk Manis. Beberapa spesies

tersebut di antaranya terdapat pada Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11 Bahan pelengkap/perasa yang dikonsumsi oleh warga masyarakat di

Desa Jeruk Manis*

No. Spesies Tipe habitat

1. Bawang mira (Allium cepa) kebun, pekarangan (budidaya)

2. Bawang putih (Allium sativum) kebun (budidaya)

3. Cengkeh (Syzygium aromaticum) hutan, kebun, pekarangan (budidaya)

4. Lekong (Aleurites moluccana) hutan, kebun (semi budidaya)

5. Sebek (Canna edulis) hutan, pinggir kali (liar)

6. Sebia (Capsicum frutescens) kebun, pekarangan, sawah (budidaya)

*Catatan: Bahan pelengkap/perasa selengkapnya tersaji pada Lampiran 5

Bawang mira (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum) dan sebia

(Capsicum frutescens) merupakan spesies yang hampir selalu ada dalam setiap

menu masakan. Bisa dikatakan bahwa bumbu masak ini merupakan bumbu masak

dasar (pokok) pada setiap masakannya. Selain dari bumbu masak tersebut,

terdapat bumbu masak lain yang juga selalu ada dalam setiap menu masakan

yakni terasi. Bumbu masak ini terbuat dari olahan udang dan ikan kecil yang

ditumbuk dan diolah sehingga menjadi terasi. Terasi ini berbeda dengan yang

digunakan oleh masyarakat Suku Dayak Kenyah yang terasinya berasal dari

tumbuh-tumbuhan seperti payang aka (Trichosanthes sp.), payang kure` (Aleuritas

Page 31: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

63

moluccana), payang kayu (Pangium adule), payang lengu (Ricinus communis) dan

salap (Sumbaviopsis albicans) (Ayu 2012).

Bumbu masak yang digunakan oleh warga masyarakat di desa ini disimpan

di dalam wadah yang diberi nama ceraken (Gambar 26). Ceraken terbuat dari

anyaman lontar yang dibentuk dengan model persegi dengan banyak sekat-sekat

persegi kecil di dalamnya. Penempatan bumbu masak di dalam ceraken ini

dimaksudkan agar bumbu masak tersebut dapat lebih awet dan tidak diserang oleh

serangga seperti kecoa.

Gambar 26 Ceraken: tempat menyimpan bumbu masak.

5.2.11 Cara pengolahan

Sebagian besar tumbuhan pangan diolah oleh Masyarakat Suku Sasak di

Desa Jeruk Manis dilakukan dengan cara direbus. Masak atau dalam bahasa sasak

“kla” menjadi kata kunci utama bagi setiap nama menu masakan di desa ini.

Mulai dari nama kla bro (sayur bening), kla pedis, kla santan (sayur santan), kla

siak dan kla siak sebia.

Pada dasarnya tidak ada perbedaan spesifik di antara setiap menu masakan

tersebut. Semua menu masakan ini diolah dengan campuran utama bawang mira,

bawang putih, sebia, terasi dan garam. Hanya bahan baku utama yag digunakan

umumnya berbeda-beda, tergantung pada selera yang membuatnya. Berikut akan

disajikan bahan yang digunakan pada setiap menu masakan masyarakat Suku

Sasak di Desa Jeruk Manis, seperti tersaji pada Tabel 12 berikut ini.

Page 32: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

64

Tabel 12 Bahan yang digunakan pada setiap menu masakan Suku Sasak di Desa

Jeruk Manis

No. Menu Masakan Bahan yang digunakan

1. Kla bro kangkung, terong, lomaq (keladi), bawang merah, bawang putih,

sebia (cabe), terasi, pitsin, sedikit minyak dan tomat

2. Kla pedis terasi, sebia (cabe), bawang merah, bawang putih, pitsin, bage (asam),

kunyit, laos, minyak, pakis atau gedeng ambon (daun singkong)

3. Kla santan hampir sama dengan kla pedis, hanya saja tidak pakai asam

melainkan pakai santan. Utama biasa pakai kosong “jantung pisang”

serta ditambahkan juga merica, sang dan ketumbar

4. Kla siak sebia (cabe), terasi, pitsin, garam dan sayur (Jebet “labu siam”, gegaok, pepaya, bayam, lembayin baqe “bayam hutan”, buncis “antap

ijo”, botor “kecipir”, kelor, sagar, ketujur “turi”). Sayur tersebut

hanya dipilih beberapa saja

5. Kla siak sebia Sebia (cabe), garam, bawang putih, bawang merah, sayur (biji antap

“biji kacang panjang” dan pakis)

Tumbuhan pangan yang akan diolah menjadi menu masakan tertentu lebih

banyak dimasak menggunakan tungku yang terbuat dari tanah liat (Gambar 27).

Bukan berarti warga tidak memiliki kompor melainkan mereka lebih percaya

bahwa hasil yang diperoleh dari memasak menggunakan tungku jauh lebih nikmat

di lidah. Memasak menggunakan tungku tidak memerlukan waktu lama dan lebih

ekonomis dari segi biaya karena keberadaan kayu bakar cukup melimpah.

Gambar 27 Tungku masak di Desa Jeruk Manis.

Menu masakan di desa ini selain direbus, juga ada yang diulak atau

ditumbuk (semacam karedok di Sunda). Menu tersebut bernama lelasuk. Bahan

dasar yang digunakan biasanya adalah antap (kacang panjang), bawang mira

Page 33: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

65

(bawang merah), bawang putih, sebia (cabe) dan sedikit terasi. Mula-mula antap

dipotong kecil-kecil, setelah itu semua bahan-bahan tersebut diulak setengah

halus. Beberapa jenis olahan tumbuhan pangan tersaji pada Tabel 13.

Tabel 13 Beberapa jenis olahan tumbuhan pangan di Desa Jeruk Manis

No. Olahan Pangan Nama Makanan

Olahan

Spesies Tumbuhan

yang digunakan

Cara mengolah/membuat

1. Berkarbohidrat Nasi, bubur dan

kolak

Pade (Oryza

sativa), ambon jawa

(Manihot utilisima)

Ditanak seperti layaknya

memasak nasi biasa

2. Sayuran Kla bro (seperti

sayur bening),

kla pedis, kla

santan (sayur

santan), kla siak

dan kla siak

sebia

Kangkung

(Ipomoea aquatica

), terong (Solanum

melongena), loma`

(Xanthosoma

violaceum),

jebet/jepan

(Sechium edule),

pepao (Emilia

sonchifolia) dan

lain-lain

Umumnya seluruh bahan

(bumbu) dihaluskan

terlebih dahulu dengan

diulak, lalu ditumis

menggunakan minyak

goreng. Setelah itu

masukkan air dan sayur.

Cara lain , sayur direbus

lalu bahan (bumbu) yang

telah dihaluskan

dimasukkan dalam rebusan

sayur tersebut

3. pelengkap/

perasa

Keripik,

gorengan

Punti (Musa spp.),

sukun (Artocarpus

altilis), kulur

(Artocarpus

camansi), ambon

gula (Ipomoea

batatas) dan lain-

lain

Bahan dipotong sesuai

selera lalu dengan tepung

terigun digoreng

menggunakan minyak

4. Minuman Sirup dan kopi Tetandan ginantrum

(Uncaria gambir),

kopi (Coffea

robusta), kedelai

(Glycine max), aren

(Arenga pinnata)

dan kayu sepang

(Caesalpinia

sappan)

Kayu direbus terlebih

dahulu sampai mendidih

dan berubah warna, lalu

tambahkan gula. Cara lain

bila dalam bentuk serbuk

maka tinggal diseduh

dengan air panas

Berbeda dengan olahan pangan lainnya, minuman kopi dan kedelai diolah

tidak dengan cara direbus melainkan disangrai. Hasil panen kopi dan kedelai

terlebih dahulu dijemur lalu disangrai. Spesies lainnya yakni aren juga tidak

mengalami pengolahan karena air enau atau aren ini dapat langsung dikonsumsi.

Page 34: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

66

Gambar 28 Salah satu contoh olahan sayuran: kla pedis.

5.2.12 Pola konsumsi pangan masyarakat

Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, umumnya memiliki pola

konsumsi yang teratur. Setiap harinya mereka memenuhi kebutahan pangan

dengan makan tiga kali sehari yakni pagi, siang dan malam. Hampir tidak ada

perbedaan menu yang dimakan oleh warga masyarakat di desa ini. Artinya baik

pagi, siang, maupun malam mereka sama mengkonsumsi nasi. Menurut

Hardinsyah (2008) makanan yang baik adalah menu lengkap yang terdiri dari

makanan pokok, lauk pauk, buah, sayur dan minuman.

Kebiasaan sarapan pagi warga masyarakat di desa ini karena pada umumnya

mereka sebagai pekerja kasar seperti bertani dan berternak. Oleh karenanya

asupan energi yang diperoleh dari sarapan tersebut diharapkan dapat menjadi

cadangan tenaga untuk bekerja. Menurut Silalahi (2011) pada pagi hari, tubuh

membutuhkan asupan energi yang banyak karena pada pagi hari seseorang

melakukan banyak aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan

untuk sarapan pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan.

Menu sarapan pagi tidak tentu, namun biasanya adalah sisa dari menu

makan malam sebelumnya. Biasanya juga sebelum berangkat bekerja (sekitar

pukul 07.00 WITA), warga masyarakat di desa ini terlebih dahulu meminum

secangkir kopi dan menghisap rokok. Mereka percaya bahwa rutinitas pola

konsumsi ini menjadi tambahan energi mereka saat bekerja.

Pada waktu makan siang yakni sekitar jam 13.00-15.00 WITA, warga yang

sibuk bekerja di sawah, kebun atau ladang sehingga tidak bisa pulang ke rumah,

biasanya selalu membawa bekal makan siang dari rumahnya. Ataupun tidak,

Page 35: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

67

biasanya istri atau sanak saudara lainnya yang menyempatkan diri mengantarkan

menu makan siang tersebut. Sementara itu untuk makan malam biasa dilakukan

sekitar pukul 19.00 WITA, di antara waktu sholat magrib dan isya.

Pola konsumsi yang teratur ini juga ditunjang dari menu masakan dan

asupan nutrisi yang dikonsumsi setiap harinya oleh masyarakat di Desa Jeruk

Manis. Setiap menu masakan yang disajikan hampir memenuhi asupan gizi empat

sehat dari komposisi gizi empat sehat lima sempurna yakni makanan pokok, lauk-

pauk, sayur mayur, buah dan susu.

Pola konsumsi pangan masyarakat juga dapat diukur berdasarkan kebutuhan

energi dan sumber perolehan energi pada tingkat mikro/rumah tangga dan

individu, serta di tingkat makro/nasional. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa

pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia masih di bawah kecukupan energi

minimal yaitu 2.000 kilokalori/hari dan protein sebesar 52 gr/hari per kapita

(Dephut 2009). Pola konsumsi pangan di Indonesia masih belum sesuai dengan

pola pangan ideal yang tertuang dalam PPH (pola pangan harapan). Konsumsi

dari kelompok padi-padian (beras, jagung, terigu) masih dominan baik di kota

maupun di desa. Pangsa konsumsi energi seharusnya dari kelompok pangan padi-

padian hanya 50%, namun kenyataannya masih 60,7% di kota dan 63,9% di desa

(Ariani 2005).

Menu masakan yang selalu ada ditemukan pada masyarakat Suku Sasak di

Desa Jeruk Manis adalah sayur. Hal ini menunjukkan bahwa selain karena

keberadaan sayur yang melimpah di desa ini, masyarakatnya ternyata gemar

mengkonsumsi sayur, apapun sayurnya.

Selain gemar mengkonsumsi sayur, warga masyarakat di Desa Jeruk Manis

juga gemar mengkonsumsi buah-buahan, di antaranya adalah punti (Musa spp.),

pao (Mangifera indica), buluan (Nephelium lappaceum), manggis (Garcinia

mangostana), durian (Durio zibethinus) serta buah-buahan lainnya. Buah-buahan

ini diperoleh bukan dari hasil membeli melainkan dari hasil budidaya warga di

pekarangan rumah atau di kebun masing-masing.

Pola konsumsi seperti ini dilaksanakan tidak hanya oleh orang dewasa yang

bekerja di sawah, kebun atau ladang, melainkan seluruh kalangan umur kecuali

Page 36: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

68

bayi. Bahkan anak berumur dua tahun pun terkadang mengkonsumsi menu yang

sama dengan menu orang tua mereka.

Menurut Hardinsyah (2008) setidaknya terdapat 10 syarat tentang pola

makan yang sehat. Syarat tersebut di antaranya selalu diawali dengan sarapan,

makan pada waktunya, memperhatikan ragam jenis dan jumlah pangan, cukup

karbohidrat dan lauk pauk, batasi gula (manis), lemak (gorengan) dan garam

(asin), banyak mengkonsumsi buah dan sayur, berhenti sebelum kenyang, sesuai

dengan kemampuan, nikmati dan pilih yang aman.

Berdasarkan pada pemahaman syarat pola makan sehat di atas, untuk

mencapai hidup sehat ternyata tidaklah sulit dilaksanakan oleh warga masyarakat

di Desa Jeruk Manis karena pada umumnya masyarakat telah melaksanakan pola

konsumsi tersebut. Hanya saja tentu pola konsumsi yang dilaksanakan oleh

masyarakat sampai dengan saat ini tidak didasarkan pada landasan saintifik gaya

ilmu farmasi barat, melainkan sepenuhnya atas dasar empiris yang teruji melalui

trial and error secara turun temurun.

Melihat pola konsumsi yang ada, terbukti setiap bahan pangan yang

dikonsumsi telah memberikan kesehatan bagi warga masyarakat tanpa tahu

kandungan gizi dari setiap pangan yang dikonsumsinya. Hal ini diperkuat oleh

Zuhud (2011) bahwa bukti empiris bukan suatu hal yang aib atau selalu keliru,

seperti halnya metodologi ilmiah farmasi barat yang belum tentu selalu baik dan

benar.

Berdasarkan pemenuhan kebutuhan pangan oleh masyarakat Suku Sasak di

Desa Jeruk Manis serta ketersediaan bahan pangan yang melimpah menunjukkan

bahwa masyarakat di desa ini tidak perlu bergantung terhadap pangan luar.

Tumbuhan pangan lokal yang ada sejak dahulu memainkan peranan penting

dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Cukup dengan ketersedian

tumbuhan pangan lokal yang tumbuh melimpah di desa ini masyarakat dapat

mencapai kesejahteraannya di bidang pangan seperti yang disampaikan Mulvany

(2010) bahwa sesungguhnya masyarakat tradisional sudah sejak lama berdaulat di

bidang pangan (pangan tidak hanya terpenuhi dari segi jumlah dan gizinya

melainkan masyarakat setempat mampu memproduksi sendiri bahan pangan tanpa

bergantung pada sumber luar).

Page 37: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

69

5.3 Tumbuhan Obat

5.3.1 Keanekaragaman spesies

Keanekaragaman spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh

masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis sebanyak 156 spesies dari 62 famili

(Lampiran 6). Jumlah ini lebih banyak dari tumbuhan obat yang diketahui dan

digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Montong Betok, Resort Joben

TNGR yakni 77 spesies dari total potensi kawasan TNGR yakni 239 spesies

(Pramesthi 2008). Jumlah spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan

oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis juga lebih banyak dari pada

potensi tumbuhan obat di Resort Santong, TNGR karena hasil inventarisasi

tumbuhan obat di resort ini hanya menemukan 62 spesies tumbuhan (BTNGR

2005).

Beberapa spesies tumbuhan obat di Desa Jeruk Manis tidak hanya

digunakan untuk mengobati warga masyarakat yang sakit, namun juga hewan

ternak yang mereka pelihara. Dominannya warga masyarakat di desa ini yang

berprofesi sebagai peternak sejak dahulu hingga sekarang ternyata juga turut

membangun kearifan tradisional masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan

sebagai obat bagi ternak peliharaan. Spesies tumbuhan yang digunakan sebagai

obat ternak adalah jejengas (Lantana camara), ketujur (Sesbania grandiflora),

klayu (Syzygium cumini), lekong (Aleurites moluccana) dan srikaya belanda

(Annona muricata). Tumbuhan-tumbuhan ini digunakan untuk penambah tenaga

sapi agar kuat membajak sawah, untuk menambah nafsu makan sapi agar cepat

gemuk serta beberapa fungsi lainnya.

Daun jejengas sering digunakan sebagai pakan sapi yang mengalami berak

darah, kemudian rebusan daun ketujur sering digunakan sebagai minuman sapi

agar produksi susunya meningkat. Sementara itu, kulit batang klayu dan lekong

sama-sama digunakan untuk meningkatkan nafsu makan sapi dan meningkatkan

tenaga sapi agar kuat membajak sawah. Biasanya kulit batang yang telah

ditumbuk halus direndam dengan air selama sehari, baru kemudian diberikan

sebagai minuman sapi. Sementara itu srikaya belanda digunakan buahnya yang

telah diparut dengan tambahan air dan garam sebagai pakan sapi agar cepat

gemuk.

Page 38: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

70

5.3.2 Keanekaragaman famili

Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan familinya dikelompokkan ke

dalam 62 famili. Gambar 29 menunjukkan jumlah spesies tumbuhan obat

berdasarkan familinya. Berdasarkan jumlah spesies, famil Asteraceae lebih

dominan dibandingkan dengan famili lainnya dengan jumlah 12 spesies.

Selanjutnya secara berturut terbanyak kedua dan ketiga adalah famili

Euphorbiaceae dan Zingiberaceae dengan jumlah masing-masing 10 dan 8

spesies. Sementara itu, famili lainnya memiliki jumlah spesies antara 1 sampai 7

spesies tumbuhan dengan total jumlah yaitu 126 spesies dari 59 famili.

Gambar 29 Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan famili.

Menurut Pujowati (2006) spesies dari famili Asteraceae adalah spesies yang

tumbuh liar, tersebar di mana-mana. Kebanyakan tumbuh secara liar di halaman,

ladang, kebun dan tepi-tepi jalan. Asteraceae merupakan famili tumbuhan dengan

keanekaragaman spesies yang cukup tinggi. Menurut Cronquist (1980) tumbuhan

famili Asteraceae merupakan kelompok tumbuhan yang terdiri dari 1.100 marga

yang meliputi 20.000 spesies. Lawrence dan George (1951) menyebutkan bahwa

famili ini merupakan famili yang memiliki anggota terbesar kedua dalam kingdom

plantae.

0 2 4 6 8 10 12

Apiaceae

Asteraceae

Cucurbitaceae

Euphorbiaceae

Fabaceae

Poaceae

Rubiaceae

Urticaceae

Verbanaceae

Zingiberaceae

6

12

5

10

7

6

7

5

5

8

Jumlah Spesies

Fa

mil

i

Page 39: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

71

Salah satu spesies tumbuhan obat penting dan strategis bagi pembangunan

kesehatan masyarakat yang termasuk famili Asteraceae adalah kesembung

(Elephantopus scaber) (Gambar 30). Kesembung dapat tumbuh liar di berbagai

tempat, tidak hanya di hutan tetapi juga di perkampungan warga. Daun dan akar

tumbuhan ini oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis digunakan untuk

memelihara kesehatan pencernaan masyarakat dan berarti sekaligus dapat

membantu mencegah agar masyarakat terhindar dari penyakit-penyakit lainnya,

karena awal dari semua penyakit adalah bermula dari proses pencernaan yang

terganggu. Pernyataan ini diperkuat oleh Zuhud (2009) bahwa semua penyakit

bermula dari proses pencernaan yang terganggu.

Gambar 30 Kesembung (Elephantopus scaber).

Menurut Balai IPTEKnet (2005) kesembung atau lebih dikenal tapak liman

(Elephantopus scaber) memiliki kandungan kimia epifriedelinol, lupeol,

stiqmasterol, triacontan-1-ol, dotria-contan-1-ol, lupeol acetate,

deoxyelephantopin, isodeoxyelephantopin pada daun, kemudian luteolin-7-

glucoside pada bunga. Spesies ini dapat mengobati berbagai macam penyakit di

antaranya adalah influenza, demam, amandel, radang tenggorokan, radang mata,

disentri, diare, gigitan ular, batuk, sakit kuning, busung air, radang ginjal, bisul,

kurang darah, radang rahim dan keputihan. Masyarakat di Desa Jeruk Manis

menggunakan tumbuhan ini dengan cara dikunyah lalu ditelan daunnya. Cara

lainnya, akar tumbuhan ini ditumbuk bersama sekur (Kaempferia galanga) sampai

halus lalu dicampur dengan air matang. Setelah itu disaring sampai setengah gelas

dan diminum

Page 40: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

72

Spesies lainnya yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat di Desa

Jeruk Manis adalah spesies dari famili Euphorbiaceae. Tidak kurang dari 151

spesies dari famili Euphorbiaceae yang tercakup dalam 44 marga berpotensi

sebagai obat tradisional (Djarwaningsih 2007). Bahkan menurut Zuhud (2009)

famili Euphorbiaceae merupakan suku terbanyak kedua spesies tumbuhan obat di

hutan tropika Indonesia dengan jumlah mencapai 94 spesies.

Spesies yang ditemukan di hutan dari famili Euphorbiaceae adalah ketumbi

(Phylanthus urinaria) (Gambar 31a) dan lekong (Aleurites moluccana) (Gambar

31b). Kedua spesies ini digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit

malaria, luka dan luka bakar, gatal-gatal serta menghaluskan kulit. Menurut

Djarwaningsih (2007), spesies Phylanthus urinaria dan Aleurites moluccana telah

dilakukan penelitian secara farmakologi dan hasilnya cukup signifikan dengan

pemanfaatannya secara empirik yakni sebagai penyubur rambut, diuretik dan

peluruh batu kandung kemih.

(a) (b)

Gambar 31 Spesies tumbuhan obat di hutan dari famili Euphorbiaceae: (a)

ketumbi (Phylanthus urinaria); (b) lekong (Aleurites moluccana).

5.3.3 Keanekaragaman tipe habitat

Tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak

di Desa Jeruk Manis untuk mengobati berbagai macam penyakit berasal dari

berbagai tipe habitat. Ada yang tumbuh di hutan, kebun, kolam ikan, lapangan

bola, pekarangan, pingir jalan dan pinggir kali hingga di sawah, seperti tersaji

dalam Gambar 32.

Page 41: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

73

Gambar 32 Persentase tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat.

Tipe habitat paling banyak adalah di kebun. Jumlah spesiesnya mencapai

30%. Tipe habitat terbanyak kedua adalah di hutan mencapai 27%. Ada juga yang

tumbuh dan berkembang di pekarangan warga sebanyak 19%, sawah 10% dan

pinggir jalan 9%.

Spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat di

desa ini, baik itu di kebun, pekarangan atau lokasi lainnya yang diindikasikan

sebagai hasil budidaya masyarakat, sebagian besar merupakan spesies liar yang

tumbuh dan berkembang di lokasi-lokasi tersebut. Artinya sekalipun berada di

kebun atau di pekarangan, spesies tumbuhan obat yang tumbuh tidak semua

merupakan hasil budidaya melainkan ada beberapa spesies liar yang tumbuh di

tempat itu.

Adapun spesies tumbuhan obat yang berada di kebun dan dibudidayakan

oleh masyarakat adalah tumbuhan obat yang juga berfungsi sebagai pangan

seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan rempah-rempah atau juga tumbuhan obat

yang kayunya bernilai komersil. Beberapa spesies tersebut di antaranya

bengkoang (Pachyrhizus erosus) yang digunakan untuk mencerahkan muka,

bokar/sondak (Lagenaria leucantha) yang digunakan untuk panas dalam dan

tipus, kunyit (Curcuma domestica) untuk mengobati berbagai jenis penyakit

termasuk pengobatan ibu pasca melahirkan serta mahoni (Swietenia macrophylla)

yang bijinya digunakan sebagai anti nyamuk dan malaria.

Hutan

27%

Kebun

30%

Lapangan

bola

1%

Pinggir

jalan

9%

Pinggir kali

3%

Sawah

10%

Pekarangan

19%Kolam ikan

1%

Page 42: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

74

Dominannya spesies liar terutama yang berasal dari hutan dibuktikan dari

data status budidaya spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh

masyarakat seperti tersaji pada Gambar 33 berikut ini.

Gambar 33 Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan obat berdasarkan status

budidaya.

Indikasi dominannya spesies liar yang diketahui dan digunakan oleh

masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) khususnya yang

tinggal di Desa Jeruk Manis menunjukkan bahwa intensitas warga masyarakat

untuk memasuki kawasan hutan TNGR kaitannya dengan pengambilan tumbuhan

yang dipercaya berkhasiat obat tersebut juga cukup tinggi. Dari hal ini juga

menunjukkan bahwa masyarakat pinggiran hutan seperti di Desa Jeruk Manis

memiliki ketergantungan yang besar terhadap hutan beserta isinya untuk

memenuhi kebutuhan akan obat-obatan tradisional yang berlangsung sejak dahulu

dari nenek moyang mereka hingga saat ini. Bahkan menurut Zuhud (2011) hutan

telah menyediakan berbagai kebutuhan manusia sejak berabad-abad.

5.3.4 Kelompok penyakit

Penggunaan spesies tumbuhan obat oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis

dapat dikelompokkan ke dalam 27 kelompok penyakit. Dilihat dari jumlah spesies

tumbuhan obatnya, kelompok penyakit/penggunaan tertinggi adalah sakit kepala

dan demam (52 spesies tumbuhan obat) dan yang terendah adalah pada kelompok

penyakit/penggunaan perawatan organ tubuh wanita (1 spesies tumbuhan obat).

Adapun kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obatnya tersaji pada Tabel 14

berikut ini.

Budidaya

36%

Liar

57%

Semi

budidaya

7%

Page 43: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

75

Tabel 14 Kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obatnya*

No. Kelompok Penyakit Spesies

1. Gangguan Peredaran Darah Kayu sepang (Caesalpinia sappan), imba (Azadirachta

indica), jati (Tectona grandis)

2. Keluarga Berencana (KB) Kayu banten (Lannea coromandelica), pace (Morinda

citrifolia), memunti (Costus speciosus), punti lumut (Musa

acuminata)

3. Penawar Racun Memunti (Costus speciosus), nyambu batu (Psidium

guajava), nyiur (Cocos nucifera)

4. Penyakit Diabetes Binahong (Anredera cordifolia), kecepok atau klampokan

(Physalis angulata), lembayin jogang (Amaranthus

spinosus), sabo (Manilkara zapota), semet meyong

(Orthosiphon aristatus)

5. Penyakit Gigi Bebembe kuning (Synedrella nodiflora), blungadang

(Euphorbia puicherrima), jarak (Jatropha curcas), kumbi

(Tabernaemontana macrocarpa), lemaq (Ficus septica),

rengga/jarak (Jatropha multifida), tetandan gritik

(Alsomitra macrocarpa)

6. Penyakit Ginjal Belimbing bolo (Averrhoa bilimbi), Kelempui` (Amomum

subulatum), rampang siso (Drymaria cordata), rumput

gegarem (Sporobolus diander)

7. Penyakit Kanker/Tumor Eceng gondok (Eichhornia crassipes), kemutung (Rubus

rosaefolius), lemaq (Ficus septica), srikaya belanda

(Annona muricata)

8. Penyakit Kelamin Re (Imperata cylindrica)

9. Penyakit Kuning Bage (Tamarindus indica), bambu kuning (Bambusa

vulgaris), kelor (Moringa pterygosperma)

10. Penyakit Tulang Adas (Foeniculum vulgare), boro sapa (Erythrina

variegata), jahe (Zingiber officinale), kenderat (Mirabilis

jalapa), ketujur (Sesbania grandiflora), rengga/jarak

(Jatropha multifida), tetandan gritik (Alsomitra

macrocarpa)

*Catatan: Kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obat selengkapnya tersaji pada Lampiran 7

Berdasarkan spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh warga masyarakat,

menunjukkan bahwa penyakit yang banyak diidap adalah penyakit panas. Salah

satu spesies tumbuhan obat untuk sakit kepala dan demam yang berpotensi

dikembangkan adalah binahong (Anredera cordifolia) (Gambar 34). Pada

beberapa negara spesies ini sudah lama dikenal sebagai tanaman obat potensial

yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Bahkan di Vietnam tumbuhan ini

merupakan makanan wajib bagi masyarakat. Menurut Manoi (2009) tumbuhan

binahong mempunyai manfaat sangat besar dalam dunia pengobatan, secara

empiris dapat menyembuhkan berbagai penyakit berat.

Page 44: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

76

Tumbuhan binahong mengandung beberapa senyawa aktif seperti

flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin. Kemampuan binahong untuk

menyembuhkan berbagai jenis penyakit ini berkaitan erat dengan senyawa aktif

yang terkandung di dalamnya seperti flavonoid. Flavonoid dapat berperan

langsung sebagai antibiotik dengan menggangu fungsi dari mikroorganisme

seperti bakteri dan virus (Manoi 2009).

Gambar 34 Binahong (Anredera cordifolia).

Kelompok penyakit terbanyak kedua adalah penyakit saluran pencernaan.

Warga masyarakat di Desa Jeruk Manis mengaku sering mengidap penyakit

seperti maag, sakit perut, mules, mencret, diare, cacingan, berak darah dan

beberapa penyakit saluran pencernaan lainnya. Dalam pengobatannya warga

masyarakat di desa ini menggunakan tumbuhan atau ramuan yang bermacam-

macam.

Terdapat tidak kurang dari 32 spesies tumbuhan yang digunakan oleh warga

masyarakat di Desa Jeruk Manis untuk mengobati penyakit yang berawal dari

gangguan saluran pencernaan. Beberapa spesies tumbuhan obat tersebut di

antaranya bayam (Amaranthus caudatus), blandengan (Leucaena leucocephala),

sabo (Manilkara zapota), nyambu batu (Psidium guajava) dan jejengas (Lantana

camara).

Nyambu batu merupakan spesies yang lebih sering dan umum digunakan

oleh masyarakat di desa ini untuk mengatasi persoalan yang diakibatkan oleh

gangguan saluran pencernaan. Nyambu batu dianggap ampuh mengobati sakit

Page 45: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

77

perut, mules atau mencret. Warga biasa menggunakan nyambu batu dengan cara

dikunyah daun mudanya atau memakan langsung buah mudanya.

Bukti empiris khasiat nyambu batu diperkuat oleh Adina (2012) bahwa daun

nyambu seringkali digunakan untuk pengobatan diare, gastroenteritis dan keluhan-

keluhan lain yang berhubungan dengan pencernaan. Menurutnya daun nyambu

batu kaya akan senyawa flavonoid, khususnya quercetin. Senyawa inilah yang

memiliki aktivitas antibakteri dan berkontribusi terhadap efek antidiare. Ekstrak

dari tanaman ini secara in vitro bersifat toksik terhadap beberapa bakteri penyebab

diare seperti Staphylococcus, Salmonella, Shigella, Bacillus, Escherichia coli,

Clostridium dan Pseudomonas. Sementara itu polifenol yang ditemukan pada

daun diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan.

Nyambu batu banyak tumbuh di kawasan hutan Resort Kembang Kuning

TNGR, sisa dari program jalur hijau selebar 20 m dari batas luar kawasan pada

tahun 1998. Sebagai tanaman yang potensial untuk lebih dikembangkan, nyambu

batu memiliki banyak manfaat di antaranya merupakan sumber serat pangan

(dietary fiber) yang mampu mencegah penyakit degeneratif seperti kanker usus

besar (kanker kolon), divertikulosis, aterosklerosis, gangguan jantung, Diabetes

melitus, hipertensi dan penyakit batu ginjal. Selain itu tanaman ini memiliki

kandungan vitamin C yang tinggi yang berfungsi bagi sistem kerja tubuh manusia

(Balitbu 2008).

Kelompok penyakit/penggunaan terendah adalah untuk perawatan organ

tubuh wanita. Penyakit yang dimaksud adalah melangsingkan badan. Dari hal ini

dapat dijelaskan bahwa sebenarnya pola makan atau konsumsi yang terbentuk di

Desa Jeruk Manis membuat masyarakat khususnya wanita tidak mengidap

penyakit seperti obesitas atau kegemukan. Maka wajar bila penggunaan atau

pengetahuan mereka terhadap ramuan atau tumbuhan yang digunakan untuk

perawatan organ tubuh seperti melangsingkan badan, lebih rendah dibandingkan

dengan kelompok penyakit/penggunaan lainnya.

Beberapa di antaranya spesies tumbuhan obat dapat saling menggantikan

satu sama lain untuk mengobati jenis penyakit yang sama (mempunyai nilai

subtitusi). Misalnya untuk pengobatan tunggal, seperti obat panas dapat

menggunakan buluan (Nephelium lappaceum), bunga jepun (Plumeria alba),

Page 46: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

78

bluntas (Pluchea indica), adas (Foeniculum vulgare) serta beberapa spesies-

spesies lainnya.

Berdasarkan penemuan yang ada, tidak ada satu pun di antara spesies

tumbuhan yang diketahui dan digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk

Manis yang spesifik berdiri sendiri mengobati penyakit tertentu atau dengan kata

lain tidak mempunyai tumbuhan penggantinya (subtitusi). Justru yang ada ialah

beberapa spesies dapat mengobati berbagai macam penyakit bahkan digunakan

sebagai campuran berbagai ramuan pengobatan untuk berbagai jenis penyakit

(komplementer) seperti sekur (Kaempferia galanga).

5.3.5 Bagian yang digunakan

Berdasarkan bagian yang digunakan, spesies tumbuhan obat dapat

dikelompokkan ke dalam 13 macam yaitu akar, batang, biji, buah, bunga, daun,

getah, kulit batang, lendir pada pakis, rimpang/rhizoma, seluruh bagian tumbuhan

(herba), tunas dan umbi. Secara keseluruhan dilihat dari bagian tumbuhan yang

digunakan tersebut, daun merupakan bagian yang paling banyak digunakan yaitu

sebanyak 89 spesies (38%). Jumlah dan persentase bagian tumbuhan yang

digunakan untuk pengobatan suatu jenis penyakit tersaji pada Tabel 15.

Tabel 15 Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan

No. Bagian tumbuhan obat yang digunakan Jumlah (spesies) Persentase (%)

1 Akar 22 10

2 Batang 18 8

3 Biji 13 6

4 Buah 22 10

5 Bunga 17 7

6 Daun 89 38

7 Getah 8 3

8 Kulit batang 9 4

9 Lendir pada pakis 1 1

10 Rimpang/Rhizoma 9 4

11 Seluruh bagian tumbuhan (herba) 12 5

12 Tunas 2 1

13 Umbi 6 3

Jumlah 228 100

Page 47: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

79

Dominasi bagian daun yang digunakan, menjadi pertanda bahwa kearifan

tradisional dari nenek moyang masyarakat di Desa Jeruk Manis telah menjunjung

tinggi nilai-nilai konservasi. Hal ini karena dilihat dari aspek kelestarian

pemanfaatan spesies tumbuhan obat pada bagian daun tidak begitu berdampak

terhadap regenerasi tumbuhan. Berbeda halnya bila pemanfaatan spesies

tumbuhan obat tersebut pada bagian akar dan batang yang dilakukan secara

berlebihan dikhawatirkan akan berdampak terhadap regenerasi tumbuhan

berikutnya, khususnya yang berhabitus pohon.

Pemanfaatan bagian daun ini menjadi bukti bahwa kearifan tradisional dapat

dijelaskan secara ilmiah karena daun mengandung berbagai macam zat mineral.

Daun merupakan organ tumbuhan yang penting, karena pada daun terdapat

komponen dan sekaligus tempat berlangsungnya proses fotosintesis, respirasi dan

transpirasi (Santoso & Hariyadi 2008).

5.3.6 Keanekaragaman habitus

Spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku

Sasak di Desa Jeruk Manis dikelompokkan juga berdasarkan habitusnya.

Berdasarkan habitusnya tersebut, spesies tumbuhan obat dibagi dalam 7 kelompok

habitus yaitu epifit/benalu, herba, liana, pakis-pakisan, perdu, pohon dan semak.

Jumlah spesies dan persentase tumbuhan obat berdasarkan habitusnya terdapat

pada Tabel 16 berikut ini.

Tabel 16 Jumlah spesies dan persentase tumbuhan obat berdasarkan habitus

No Habitus Jumlah (spesies) Persentase (%)

1 Epifit/benalu 2 1

2 Herba 60 39

3 Liana 19 12

4 Pakis-pakisan 2 1

5 Perdu 29 19

6 Pohon 35 22

7 Semak 9 6

Jumlah 156 100

Habitus dengan jumlah spesies terbanyak adalah herba yakni sebanyak 60

spesies (39%). Beberapa contoh spesies tumbuhan obat yang berhabitus herba

Page 48: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

80

adalah blincang 1 (Begonia grandis), blincang 2 (Begonia isoptera), punti (Musa

spp.), ketepu (Ophiorrhiza neglecta), jahe (Zingiber officinale) dan sempol

(Hedychium coronarium). Spesies-spesies ini merupakan tumbuhan dari famili

Begoniaceae, Musaceae, Rubiaceae dan Zingiberaceae. Hal ini seperti yang

disampaikan oleh Mackinnon et al. (2000) bahwa banyak suku tumbuhan yang

memberikan sumbangan bagi lapisan herba, termasuk Monocotiledone seperti

jahe-jahean, pisang liar, begonia, Gesneriaceae, Melastomataceae, Rubiaceae,

berbagai spesies paku dan anggrek.

Spesies berhabitus herba memiliki daya adaptasi yang tinggi. Hal ini seperti

yang dijelaskan oleh Hutasuhut (2011) bahwa spesies herba memiliki daya saing

yang kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap tumbuhan di sekitarnya (seperti

semak, perdu, bahkan pohon) sehingga mampu tumbuh di tempat yang kosong.

Herba berperan penting dalam siklus hara tahunan. Serasah herba yang

dikembalikan pada tanah mengandung unsur-unsur hara yang cukup tinggi.

Menurut Soeriaadmadja (1997), herba berfungsi sebagai penutup tanah yang

berperan penting dalam mencegah rintikan air hujan dengan tekanan keras yang

langsung jatuh ke permukaan tanah, sehinggga akan mencegah hilangnya humus

oleh air.

Habitus lainnya yang juga dominan digunakan adalah pohon. Banyaknya

pohon yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis,

mengungkapkan bahwa upaya konservasi tumbuhan obat juga harus didukung

dengan upaya konservasi ekosistem hutan yang tersusun atas berbagai struktur

vegetasi terutama pohon. Hal ini seperti yang dijelaskan Zuhud (2009) bahwa

konservasi keanekaragaman tumbuhan obat Indonesia mutlak memerlukan

ekosistem hutan yang alami dengan struktur vegetasi pohon dari berbagai spesies

dengan konstruksi strata tajuk yang berlapis-lapis.

5.3.7 Bentuk ramuan

Berdasarkan bentuk ramuannya, setidaknya ada 48 jenis penyakit dengan 86

bentuk ramuan tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di

Desa Jeruk Manis baik itu yang tumbuh liar, semi budidaya, maupun hasil

budidaya. Ramuan-ramuan tersebut berasal dari 75 spesies tumbuhan. Hal ini

Page 49: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

81

menunjukkan dari total tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh warga

masyarakat yakni 156 spesies tumbuhan, maka terdapat 81 spesies tumbuhan

dalam bentuk obat tunggal. Beberapa bentuk ramuan tersaji pada Tabel 17 berikut

ini.

Tabel 17 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya*

No. Jenis

Penyakit atau Penggunaan

Ramuan Cara

Pengolahan

Cara

Pemakaian

1. Cacar Daun Beberas + Rimpang Sekur Dikuyah Disemprotin

2. Sihir atau

Guna-guna

Daun dan Batang Muda Kelor + Kapur Dikuyah Disemprotin

3. Kedinginan Rimpang Bujak + Rimpang Jahe Diparut Diminum

4. Membatasi

Kehamilan

Kulit Kayu Banten + Buah Nanas + Tape

+ Gula Merah

Diparut Diminum

5. Gatal-Gatal Daun Buaq + Daun Sirih Direbus Air Mandi

6. Kencing

Manis

Umbi Binahong + 7-11 Daun Sirih Direbus Diminum

7. Keputihan 1 Lembar Daun Pepaya + Akar Alang-

alang +Adas

Direbus Diminum

8 Keracunan 7 Lembar Daun Nyambu + Bebembe Putih Direbus Diminum

9. Letih dan

Lesu

Daun Cengkeh + Daun Laos + Daun Jarak

Pagar + Daun Pisang + Daun Merica

Direbus Air Mandi

*Catatan: Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya, selengkapnya tersaji

pada Lampiran 8

Sebagian besar ramuan obat untuk mengobati penyakit menggunakan

campuran sekur (Kaempferia galanga). Beberapa juga ada yang menggunakan

bawang mira (Allium cepa), adas (Foeniculum vulgare) serta spesies-spesies

lainnya. Terkadang pada beberapa ramuan ditambahkan kapur, madu atau garam

untuk mempercepat proses penyembuhan.

Dominannya penggunaan sekur di berbagai ramuan obat, menjadi pertanda

bahwa khasiat dari tumbuhan ini sangat besar. Menurut Balai IPTEKnet (2005),

dalam rimpang kencur mengandung pati (4,14%), mineral (13,73%) dan minyak

atsiri (0,02%) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, ethyl aster, asam

sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom.

Sekur dapat mengobati berbagai macam penyakit. Menurut Wirapati (2008)

dalam kencur terdapat beberapa senyawa aktif saponin, flavonoid, polifenoid dan

alkaloid yang dalam jumlah sedikit mempunyai peranan pada proses metabolisme.

Page 50: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

82

Artinya perananan tumbuhan sekur bagi pencernaan yang mengatur metabolisme

manusia sangatlah penting.

Saluran pencernaan merupakan sumber awal dari berbagai jenis penyakit.

Seperti yang disebutkan oleh Zuhud (2009) bahwa awal dari semua penyakit

adalah bermula dari proses pencernaan yang terganggu. Hal ini menunjukkan akan

peranan penting sekur sebagai komplementer ramuan yang dapat mengobati

berbagai macam penyakit.

5.3.8 Cara pengolahan

Terdapat sebanyak 21 cara pengolahan tumbuhan obat baik pada

penggunaan bentuk ramuan maupun obat tunggal. Pengolahan yang paling banyak

adalah dengan cara ditumbuk dan direbus seperti tersaji pada Tabel 18 berikut ini.

Tabel 18 Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pengolahannya

No. Cara Pengolahan Jumlah Spesies

Tunggal Ramuan

1 Dibakar lalu diparut 1 -

2 Dikeringkan 1 -

3 Dikunyah 2 2

4 Dipanaskan 3 -

5 Diparut lalu disaring 17 2

6 Diparut lalu direbus 2 -

7 Diremas lalu diseduh 1 -

8 Direbus 54 16

9 Direbus lalu ditumbuk 1 -

10 Diremas 12 14

11 Direndam 2 -

12 Disangrai lalu ditumbuk 2 -

13 Diseduh 2 -

14 Diteteskan dalam air 2 -

16 Ditumbuk 49 35

17 Ditumbuk lalu dijemur - 1

18 Ditumbuk lalu direbus - 2

19 Ditumbuk lalu direndam 1 1

20 Ditumbuk lalu diseduh 2 -

21 Langsung digunakan 33 2

Jumlah 187 75

Page 51: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

83

Pengolahan tumbuhan obat dengan cara ditumbuk dapat dilihat saat

pengobatan luka dan patah tulang. Dalam mengobati luka dan patah tulang

tersebut, masyarakat Desa Jeruk Manis biasa menggunakan adas (Foeniculum

vulgare) dan sekur (Kaempferia galanga) yang ditumbuk lalu ditempelkan pada

bagian yang sakit. Pengolahan lainnya yang dilakukan dengan cara ditumbuk

adalah untuk mengobati sakit pada bagian sendi lutut yang menggunakan daun re

(Imperata cylindrica).

Adapun spesies yang pengolahannya dengan cara direbus adalah kecepok

(Physalis angulata). Rebusan herba tumbuhan ini dapat mengobati kencing manis,

panas dalam dan malaria. Selain itu mengkudu (Morinda citrifolia) yang

digunakan untuk mencegah kehamilan juga pengolahannya dilakukan dengan cara

direbus yakni satu buah mengkudu dan rimpang memunti (Costus speciosus)

secukupnya.

Biasanya obat yang ditumbuk digunakan untuk pemakaian obat luar yaitu

dengan cara ditempel atau dioles. Sementara itu tumbuhan yang diolah dengan

cara direbus, digunakan sebagai obat dalam dengan cara diminum. Dalam

mengolah tumbuhan obat, umumnya takaran yang digunakan untuk bahan yang

ditumbuk dan direbus adalah bagian tumbuhan yang berjumlah ganjil seperti tujuh

lembar daun. Hal ini karena masyarakat di Desa Jeruk Manis mempercayai bahwa

angka ganjil tersebut merupakan angka yang baik untuk pengobatan dan mereka

mempercayai bahwa Sang Khalik menyukai angka ganjil.

Adapun takaran yang digunakan saat merebus air umumnya adalah dari tiga

gelas air sampai bersisa kira-kira tinggal satu gelas. Tumbuhan obat yang direbus

ini bisa digunakan dua sampai tiga kali sehari yakni pagi dan sore atau pagi, siang

dan malam hari.

Selain cara pengolahan tumbuhan obat di atas, terdapat pula tumbuhan obat

yang tidak mengalami proses pengolahan atau dengan kata lain langsung

digunakan. Jumlah tumbuhan obat yang langsung digunakan adalah 33 spesies

untuk penggunaan tunggal dan 2 spesies tumbuhan berupa ramuan. Misalnya,

untuk obat malaria dapat menggunakan biji buah mahoni (Swietenia macrophylla)

dengan cara dimakan atau langsung ditelan. Daun nyambu batu (Psidium guajava)

yang masih muda ± 3-5 lembar dapat dimakan langsung untuk mengobati sakit

Page 52: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

84

perut atau mencret. Sakit gigi dapat menggunakan getah kumbi

(Tabernaemontana macrocarpa) dengan cara diteteskan langsung pada gigi yang

sakit. Sedangkan untuk menghaluskan kulit dapat langsung menggunakan daun

lekong (Aleurites moluccana) yang telah gugur atau menguning dengan

digosokkan pada bagian kulit.

Spesies tumbuhan dalam bentuk ramuan yang langsung digunakan (tanpa

pengolahan) adalah lemaq (Ficus Septica) dan nyiur (Cocos nucifera). Dengan

campuran kapur, lemaq dioleskan pada bagian kulit yang terkena kutil.

Sebelumnya bagian kulit yang terkena kutil tersebut dilukai terlebih dahulu.

Sementara itu nyiur digunakan sebagai obat kuat dengan cara meminum airnya

yang telah dicampur dengan bubuk lada/merica (Piper nigrum).

Selain cara pengolahan direbus dan ditumbuk, tumbuhan obat juga ada yang

diparut lalu disaring. Biasanya spesies-spesies yang diolah dengan cara diparut ini

adalah spesies yang memiliki umbi atau rimpang seperti famili Zingiberaceae.

Misalnya, kunyit (Curcuma domestica) dengan cara diparut digunakan untuk sakit

pada bagian payudara ibu yang baru melahirkan (Gambar 35).

Gambar 35 Kunyit (Curcuma domestica) yang diparut.

Pengolahan tumbuhan obat dengan cara diparut di desa ini, relatif berbeda

dengan desa atau tempat lainnya. Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis

dalam hal pengobatan lebih menggunakan “elong pari” (ekor pari) untuk memarut

tumbuhan obat. Mereka mempercayai bahwa penggunaan “elong pari” akan

membawa khasiat lebih baik untuk penyembuhan dibandingkan dengan

menggunakan alat parut biasa.

Page 53: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

85

Cara pengolahan tumbuhan obat lainnya adalah ditumbuk lalu direbus atau

sebaliknya direbus baru ditumbuk. Masing-masing dapat dicontohkan dengan

spesies yang berbeda. Cara pengolahan ditumbuk lalu direbus adalah ketumbi

(Phylanthus urinaria) untuk mengobati luka bakar. 3-7 batang ketumbi lengkap

(akar, batang, daun dan bunga) dicampur dengan 1 rimpang sekur (Kaempferia

galanga), 3 buah cengkeh kering (Syzygium aromaticum) dan 1 potong kayu

manis (Cinnamomum burmannii). Ketumbi ditumbuk halus dan sekur diiris tipis-

tipis. Setelah itu semua bahan direbus dalam 3 gelas air sampai mendidih. Saring

dan setelah hangat diminum.

Pengolahan yang dilakukan dengan cara direbus lalu ditumbuk adalah

taruna semalam (Arthrophyllum javanicum). Buah dari tumbuhan ini direbus lalu

ditumbuk. Buat menyerupai pil dan diminum. Penggunaan tumbuhan ini untuk

obat kuat.

5.3.9 Cara pemakaian

Terdapat sebanyak 21 cara pemakaian tumbuhan obat baik pada penggunaan

bentuk ramuan maupun obat tunggal. Cara pemakaian yang paling banyak

digunakan adalah dengan diminum, yaitu 80 spesies obat tunggal dan 36 spesies

ramuan. Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pemakaiannya terdapat

pada Tabel 19.

Obat yang diminum ini diperoleh dari proses perebusan, peremasan,

ditumbuk, diseduh, diparut maupun kombinasi dari beberapa cara pengolahan.

Tumbuhan yang direbus contohnya adalah putri malu (Mimosa pudica). Semua

olahan tumbuhan ini dilakukan dengan cara direbus lalu diminum baik itu untuk

mengobati batuk berdahak, sulit tidur, menurunkan tekanan darah maupun

rematik.

Tumbuhan obat yang diremas contohnya adalah empet-empet (Ophiorrhiza

japonica). Untuk mengobati sakit panas dan anak bayi yang terus menerus

menangis dapat menggunakan daun empet-empet yang diremas dalam air lalu

airnya diminum.

Ada pula tumbuhan yang digunakan merupakan kombinasi dua cara

pemakaian seperti diminum dan dioleskan atau diusapkan pada seluruh badan.

Page 54: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

86

Masyarakat Desa Jeruk Manis mempercayai bahwa penggunaan cara dalam

dengan diminum juga cara luar seperti dioleskan atau diusapkan ke badan dapat

mempercepat kesembuhan penyakit yang diidap.

Tabel 19 Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pemakaian

No. Cara Pemakaian Jumlah Spesies

Tunggal Ramuan

1 Air Mandi 3 2

2 Berkumur 2 -

3 Dibakar 1 -

4 Digantungkan 1 -

5 Digosok 2 -

6 Diinjak 1 -

7 Dikompres 2 -

8 Dikucek 2 1

9 Dimakan/Dikunyah 19 1

10 Diminum 80 36

11 Diminum dan Dioleskan 3 12

12 Diminum dan Disiram 1 -

13 Dioleskan/Lumuri/Diusapkan 13 7

14 Disemprotkan 1 2

15 Disiram 1 -

16 Ditelan 3 -

17 Ditempel 29 6

18 Diteteskan 10 1

19 Hisap Seperti Rokok 1 -

20 Kaki Direndam 1 1

21 Keramas Rambut 11 6

Jumlah 187 75

Punti (Musa spp.) merupakan salah satu spesies yang digunakan dengan

memadukan dua cara pemakaian. Punti digunakan untuk mengobati sakit panas

dan mencret. Dengan tunas punti bersama dengan bawang mira (Allium cepa),

keduanya diremas dalam piring yang telah berisi air. Air tersebut lalu diminum,

sisanya diusapkan pada seluruh bagian badan.

Selain punti, spesies yang diminum dan dioleskan adalah pade (Oryza

sativa). Tidak hanya berfungsi sebagai sumber karbohidrat, tanaman ini berfungsi

sebagai obat panas, badan yang tidak bisa gemuk serta batuk pada anak kecil.

Dengan ramuan berupa campuran sekur (Kaempferia galanga), adas (Foeniculum

Page 55: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

87

vulgare), empet-empet (Ophiorrhiza japonica), iyu-iyu (Ophioglossum

reticulatum) dan rampang siso (Drymaria cordata), tumbuhan ini ditumbuk halus,

lalu dibentuk menyerupai pil kecil-kecil. Pil tersebut lalu dijemur agar kering dan

mengeras. Pil yang sudah mengering dan keras tersebut dikenal dengan nama

bubus (Gambar 36). Cara pemakaiannya adalah meminum bubus yang telah

dilarutkan dalam satu gelas air. Air tersebut tidak semuanya diminum melainkan

¼ nya digunakan untuk dioleskan atau diusapakan di badan.

Gambar 36 Bubus: ramuan obat yang terbuat dari bahan dasar padi (Oryza sativa)

Kombinasi lainnya adalah diminum dan disiram. Spesies yang diminum dan

disiram ini salah satunya adalah kayu putih (Melaleuca leucadendra) yang

digunakan untuk mengatasi masalah gatal-gatal pada kulit. Cara pemakaiannya

adalah hasil rebusan daun kayu putih sebanyak 1 panci (±3 genggam daun segar

kayu putih) diminum segelas. Sisanya disiram pada seluruh permukaan kulit.

Pemakaian dengan cara keramas, merupakan cara pemakaian khusus bagi

tumbuhan yang digunakan untuk kesehatan rambut seperti menghitamkan rambut,

mengilangkan ketombe, bau rambut, kutu rambut serta beberapa permasalahan

lainnya yang berkaitan dengan rambut. Beberapa contoh tumbuhan yang

digunakan untuk kesehatan rambut adalah pepait (Tagetes erecta), pakis lendir

(Pteris tripartita), nyiur (Cocos nucifera), lidah buaya (Aloe vera) serta spesies-

spesies lainnya.

Page 56: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

88

Pemakaian tumbuhan obat dengan cara diteteskan, misalnya untuk

mengobati luka, sakit gigi atau sakit mata. Umumnya tumbuhan obat yang

digunakan ini diambil bagian getahnya atau air yang terdapat dalam tumbuhan

tersebut dan langsung diteteskan pada bagian yang sakit. Adapun pemakaian

tumbuhan obat dengan cara mengunyah, misalnya untuk sakit perut dan diare,

cukup dengan mengunyah daun nyambu batu (Psidium guajava) 3-5 lembar.

Pemakaian dengan cara dikunyah atau dimakan, umumnya merupakan spesies

tumbuhan obat yang juga digunakan sebagai bahan pangan sehingga aman untuk

dikonsumsi langsung (tanpa melewati proses pengolahan terlebih dahulu).

Pemakaian tumbuhan obat dengan cara ditelan, umumnya berbentuk biji

yang terasa pahit bila dikunyah. Misalnya, biji buah mahoni (Swietenia

macrophylla) yang digunakan untuk obat malaria dan anti nyamuk. Selanjutnya,

pemakaian tumbuhan obat dengan cara dikucek adalah tumbuhan obat yang

digunakan untuk mengobati sakit mata seperti mata merah atau terdapat kerikil di

dalam mata, seperti jamplung (Calophyllum inophyllum).

Adapun yang dipakai sebagai air mandi adalah tumbuhan obat yang biasa

digunakan untuk menghilangkan rasa pegal di badan sehabis kerja atau juga untuk

mengatasi permasalah kulit atau penyakit kulit seperti gatal-gatal (genit), kulit

kemerah-merahan (tiwang) dan borok (selamaq). Salah satu spesies tumbuhan

obat untuk mengatasi permasalahan kulit tersebut adalah dengan rebusan air daun

sirih monyet (Piper betle).

Pemakaian tumbuhan obat dengan cara merendam kaki umumnya

digunakan untuk mengobati penyakit rematik. Tumbuhan yang digunakan adalah

ketujur (Sesbania grandiflora) dan pace (Morinda citrifolia). Rebusan dari daun

tumbuhan ini, digunakan untuk merendam kaki yang terkena penyakit rematik.

Cara pemakaian dengan dihisap seperti rokok adalah spesies tumbuhan yang

digunakan sebagai obat penenang. Tumbuhan tersebut adalah kecubung (Datura

suaveolens). Bunga tumbuhan ini yang telah diiris layaknya tembakau,

dikeringkan lalu pintir menjadi batang rokok dan dihisap. Sedangkan tumbuhan

yang dipakai dengan hanya digantungkan adalah lombos (Amorphophallus

variabilis). Warga masyarakat Desa Jeruk Manis mempercayai dengan

Page 57: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

89

menggantungkan batang dan daun tumbuhan ini di sekitar rumah, maka nyamuk

tidak akan datang.

Serupa dengan lombos yang digunakan untuk mengusir nyamuk, terep

(Artocarpus elasticus) juga memiliki fungsi yang sama, hanya saja cara

pemakaiannya yang berbeda. Cara pemakaian terep adalah dengan membakar

bunga yang telah kering dari tumbuhan ini di sekitar rumah. Bau yang dihasilkan

dari pembakaran bunga terep, diyakini oleh masyarakat menjadi racun yang dapat

mematikan nyamuk ketika menghirup baunya.

5.4 Kondisi Kesehatan Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis

Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memandang arti sehat apabila

badan terasa segar, makan terasa enak, kerja penuh semangat, tidak sakit atau

mengidap penyakit yang menjadi penghalang untuk beraktivitas (badan terasa

sakit, panas atau makan terasa pahit). Menurut UU No. 23 Tahun 1992 Tentang

Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,

jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Berdasarkan definisi yakni keadaan sejahtera dari badan dan tidak mengidap

penyakit maka dapat dijelaskan bahwa pada umumnya masyarakat Desa Jeruk

Manis tidak memiliki riwayat penyakit yang berat. Penyakit yang umum diidap

masyarakat adalah penyakit ringan. Kelompok penyakit yang sering diidap warga

masyarakat adalah sakit kepala dan demam seperti panas dan demam atau

penyakit saluran pencernaan seperti maag, sakit perut, mules, mencret, diare,

cacingan, berak darah dan beberapa penyakit saluran pencernaan lainnya.

Kajian etnobotani tumbuhan obat yang dilakukan pun menunjukkan hal

yang sama. Dari 156 spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh

warga masyarakat di Desa Jeruk Manis, menunjukkan hasil bahwa sebagian besar

penggunaan tumbuhan adalah untuk mengobati penyakit panas, demam atau

kelompok penyakit yang berkaitan dengan saluran pencernaan.

Penyakit yang banyak diidap oleh masyarakat ini tidak bisa dilepaskan dari

pekerjaan atau aktivitas warga masyarakat setiap harinya yakni didominasi oleh

pekerjaan bertani dan berternak. Profesi ini bukanlah pekerjaan yang mudah.

Page 58: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

90

Diperlukan fisik yang kuat dan tenaga ekstra untuk menjadi seorang petani atau

peternak.

Aktivitas yang tidak mengenal waktu, mulai pagi sampai sore atau bekerja

di terik matahari merupakan awal penyebab warga masyarakat mudah terserang

penyakit. Menurut Supardi dan Notosiswoyo (2005) penyebab sakit demam atau

panas adalah udara kotor, menghisap debu kotor, pergantian cuaca, kondisi badan

lemah, kehujanan, kepanasan cukup lama dan keletihan. Semua indikasi penyebab

ini, sangat mungkin dialami oleh warga yang bekerja sebagai petani dan peternak.

Oleh karenanya wajar bila warga masyarakat banyak yang terserang penyakit

panas dan demam. Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan Soejoeti (2008)

bahwa lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya

(dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

Selain dari aktivitas, pola konsumsi atau asupan nutrisi makanan juga dapat

menjadi faktor penting terhadap kondisi kesehatan seseorang. Hal ini seperti yang

dijelaskan oleh Soejoeti (2008) bahwa secara naturalistik seseorang menderita

sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup,

ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk juga masuk angin dan penyakit

bawaan. Sekalipun warga masyarakat di Desa Jeruk Manis memiliki pola

konsumsi yang teratur juga asupan nutrisi yang cukup baik, namun bila tidak

diimbangi dengan aktivitas atau kalori yang keluar maka juga dapat menjadi awal

penyebab munculnya penyakit.

Pendidikan juga dapat menjadi indikator penting dalam menilai tingkat

kesehatan masyarakat karena dengan pendidikan yang rendah maka

kemampuannya dalam menangkap informasi untuk meningkatkan kualitas gizi

keluarga pun akan lemah. Hal ini diperkuat dangan pernyataan Hanani (2009)

bahwa buta huruf menjadi indikator penting bagi rendahnya kualitas gizi keluarga.

Kondisi ini berbeda jauh dengan yang terjadi di Desa Jeruk Manis. Tidak

ada relevansi yang nyata antara tingkat pendidikan dengan kondisi kesehatan

masyarakat di Desa Jeruk Manis. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pengobatan

terhadap penyakit yang sering menyerang warga masyarakat merupakan hasil dari

fakta empiris nenek moyang yang teruji melalui trial and error mampu mengobati

suatu penyakit tertentu.

Page 59: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

91

5.5 Kearifan tradisional Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis

Kearifan tradisional yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat Suku

Sasak di Desa Jeruk Manis, terbungkus oleh aturan-aturan yang lebih dikenal oleh

masyarakat setempat dengan nama awig-awig. Menurut Sartini (2004) kearifan

tradisional merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat,

tumbuh dan berkembang secara terus menerus dalam kesadaran masyarakat,

berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnya berkaitan

dengan kehidupan yang sakral sampai yang profan.

Kearifan tradisional ini erat kaitannya dengan upaya mendukung konservasi

khususnya kelestarian kawasan karena sebagian besar kearifan tradisional tersebut

tumbuh dan berkembang pada masyarakat pelosok, pinggiran hutan yang jauh dari

pengaruh luar atau global. Menurut Suhartini (2009) dalam perkembangannya

masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya dengan mengembangkan

suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan

norma adat dan nilai budaya.

Keberagaman bentuk adaptasi terhadap lingkungan hidup yang ada dalam

satu komunitas masyarakat merupakan warisan secara turun temurun yang

kemudian menjadi pedoman dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan

lingkungannya. Bentuk adaptasi inilah yang kemudian dikenal sebagai kearifan

tradisional. Pentingnya mempelajari kearifan tradisional merupakan wujud

penghormatan pada leluhur terdahulu juga menjaga keseimbangan dan kelestarian

lingkungan hidup.

Khusus untuk masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis tradisi/kearifan

tradisional tersebut tidaklah tertulis dan penerapannya pun tidak sekental

masyarakat yang masih memegang teguh ritual tradisi adat seperti yang

berlangsung di Desa Adat Senaru atau Desa Bayan. Masyarakat di desa ini

memahami awig-awig sebagai sebuah kepercayaan atau kebiasaan sosial yang

baik untuk diikuti namun tidak harus semua dilaksanakan. Adapun

kebiasaan/kearifan tradisional tersebut di antaranya adalah cara memperlakukan

padi dengan mengadakan upacara atau syukuran sebelum dan sesudah panen dan

sikap menghargai lingkungan.

Page 60: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

92

5.5.1 Cara memperlakukan padi

Masyarakat Suku Sasak khususnya yang tinggal di wilayah Lombok Timur

seperti di Desa Jeruk Manis dalam hidupnya terkait sistem ketahanan pangan,

melakukan pola tanam pada waktu-waktu tertentu, biasanya pada waktu ton

(musim hujan). Tumbuhan yang ditanam tersebut seperti padi (Oryza sativa),

jagung (Zea mays) dan tanaman lain sebagai bahan makanan utama.

Salah satu tradisi Suku Sasak yang kini mungkin nyaris punah adalah

prosesi tanam (bercocok tanam) dan panen padi yang sarat dengan pesan dan

makna serta kearifan kearifan tradisional yang ada di dalamnya. Biasanya padi

yang digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis adalah jenis

padi bulu (Javonica). Masyarakat di desa ini juga mengenal beberapa nama padi

lainnya seperti padi gama, padi merah dan padi kombo.

Para petani di Desa Jeruk Manis masih percaya dengan adanya rezeki yang

berlimpah asalkan mau bekerja. Tuhan akan selalu merestui dan memberkati

umat-Nya kalau mau bekerja keras. Berdasarkan dalil dan kepercayaan ini, para

petani di Desa Jeruk Manis tidak mau berdiam diri. Mereka sadar bahwa rezeki

yang diberikan Tuhan harus dicari.

Berdasarkan dalil dan kepercayaan ini juga para petani tidak membiarkan

istri-istri mereka berdiam diri. Saat menanam padi, para istri turut dilibatkan

(Gambar 37). Selanjutnya pada saat panen dan syukuran atau selamatan, para ibu-

ibu memegang peranan yang sangat vital. Biasanya, mereka memasak makanan

untuk disuguhkan kepada para toaq lokaq (orang yang dituakan) dan juga para

keluarga.

Gambar 37 Para istri dilibatkan dalam kegiatan mencabut bibit padi (reas).

Page 61: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

93

5.5.1.1 Upacara bercocok tanam

Masyarakat Lombok Timur khususnya di Desa Jeruk Manis sejak dahulu

kala bermata pencaharian dari bercocok tanam (bertani). Dalam budaya Sasak

sebelum menanam padi di sawah, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan:

a. Mempersiapkan bibit yang terbaik dari hasil panen tahun lalu yang

ditempatkan pada bagian atas lumbung (pantek bale), hal ini dimaksudkan

supaya bibit tetap terpelihara dengan baik dan tidak dimakan hama.

b. Jika musim hujan diperkirakan akan tiba para petani mempersiapkan diri

menurunkan bibit dengan menyiapkan daun bikan, sejenis rumput, daun

jeringo yang akan digunakan sebagai bubus, selanjutnya air rendaman empit

(kerak nasi).

c. Acara penanaman bibit dengan do'a dan harapan agar padi yang ditanam putih

seperti air beras. Baru kemudian bibit siap untuk ditanam.

d. Setelah tiba waktunya, bibit dicabut untuk ditanam secara bergotong royong,

tua muda, laki dan perempuan. Acara gotong royong sesuai jadwal yang

ditetapkan oleh pekasih (petugas pengatur air sawah penduduk). Disetiap sudut

petakan sawah juga ditempatkan tanaman bage (Tamarindus indica) sebagai

tanda gedeng nao (agar hama tidak masuk menyerang padi yang baru ditanam).

5.5.1.2 Upacara tong-tong suit (panen padi)

Upacara ini dilakukan apabila tanaman di sawah sudah waktunya dipanen.

Pemilik sawah kemudian mencari toaq lokaq (orang yang dituakan), ahli agama

(ustadz, ulama atau tuan guru), juga para tetangga untuk mengadakan upacara

syukuran atau selamatan. Prosesinya adalah:

a. Menyiapkan ancak yaitu anyaman dari bambu yang berbentuk segi empat yang

digunakan sebagai pengganti nare (dulang).

b. Ancak diisi dengan nasi sebatok (seperiuk kecil) dengan dialasi dengan

dedaunan. Selain dari tradisi ini, ada pula yang menggunakan seserahan

ketupat saat syukuran atau selamatan.

c. Di atas nasi atau ketupat diletakkan lekoq lekes yang terdiri dari daun

sirih, buah pinang, tembakau dan rokok.

Page 62: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

94

d. Setelah selesai barulah tuan guru (ulama) memberikan do'a (memutah). Hal ini

sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Khalik karena masih diberikan rezeki

memanen padi. Selanjutnya, perlengkapan dibawah ke sawah untuk dipasang

atau digantung di tempat saluran air pertama yang masuk ke sawah. Pamong

desa mulai panen dengan membuat inaq pade (induk padi) yang diletakkan di

atas ancak. Setelah itu panen bisa dilaksanakan.

Lumbung penyimpan beras (pantek bale) dalam kehidupan sehari-hari tidak

boleh dalam keadaan kosong. Padi/gabah diambil dari lumbung pada saat

persedian beras yang ada sudah hampir habis atau bila ada upacara tertentu atau

keadaan darurat.

Begitulah cara masyarakat di Desa Jeruk Manis memperlakukan padi

sebagai sumber pangan dan mengelola ketahanan pangan secara tradisional. Jika

kearifan tradisional ini tetap dipertahankan, maka ketersediaan pangan yang

tersimpan dalam lumbung padi (pantek bale) dan kelestarian varietas padi yang

digunakan akan selalu terjaga. Hal ini menjadi ketahanan pangan tersendiri bagi

masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis dalam menghadapi isu permasalahan

pangan saat ini.

5.4.2 Sikap menghargai lingkungan

Sebelum memasuki kawasan hutan, terdapat kebiasaan-kebiasaan yang

sering dilaksanakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis. Mereka

mempercayai bahwa kawasan hutan TNGR merupakan rumah bagi makhluk

lainnya yang kasat mata. Bukan berarti syirik melainkan saling mengormati

sesama ciptaan Tuhan. Hal ini pula yang kemudian menentukan sikap dan tingkah

laku warga masyarakat di Desa Jeruk Manis sejak dahulu hingga sekarang yang

sangat menghargai lingkungan alam (hutan).

Saat ingin masuk hutan dengan tujuan tertentu seperti berburu atau mencari

ramuan tumbuhan obat biasanya warga masyarakat menempatkan daun muda

yang telah diiris lalu ditempatkan pada pohon yang besar. Biasanya pohon yang

dituju adalah pohon yang berada di sekitar mata air di dalam kawasan hutan

TNGR. Penempatan daun muda di pohon besar tersebut dimaksudkan sebagai

penyawiq atau pemberitahuan bahwa mereka ingin masuk hutan.

Page 63: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

95

Selain itu, masyarakat di Desa Jeruk Manis juga terbiasa tidak menebang

pohon di dalam hutan. Bahkan di lahan milik pribadi, satu pohon yang ditebang

harus digantikan oleh sepuluh bibit pohon yang sama. Kebiasaan ini juga terlihat

saat masyarakat di Desa Jeruk Manis mengambil bahan dari hutan untuk dijadikan

ramuan obat.

Tumbuhan obat yang diambil dari hutan hanya digunakan untuk keperluan

pada saat sakit itu saja (pemanfaatan lestari). Beberapa tumbuhan obat yang

bernilai fungsional juga telah dibudidayakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk

Manis untuk mengurangi pengambilan langsung dari hutan. Hal ini mereka

lakukan untuk menjaga kelestarian hutan tersebut.

Menjaga kelestarian hutan merupakan wujud kesadaran warga di Desa Jeruk

Manis akan arti pentingnya hutan. Masyarakat di desa ini meyakini bahwa

kelestarian hutan akan sangat menentukan ketersedian mata air bagi desa mereka.

Air sangatlah penting bagi masyarakat di desa ini karena sebagian besar

masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan keberdaan air sangat penting bagi

pengairan sawah mereka.

Masyarakat juga dilarang membuang sampah dan membakar di dalam

hutan, termasuk membuang sampah atau limbah rumah tangga di sungai, got atau

selokan. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hutan dan kebersihan ini

tanpaknya karena ada rasa kebersamaan dan senasib sepenanggungan antara

warga.

Selain kepedulian warga terhadap lingkungan fisik, warga Desa Jeruk Manis

juga sangat peduli terhadap lingkungan sosialnya. Budaya gotong royong atau

saling tolong menolong (siru balas) masih kental terlihat di desa ini. Saat

menghadapi warga yang terkena musibah kematian atau saat mengadakan hajatan

tertentu, seperti pembangunan rumah, pesta perkawinan, sunatan, aqiqah dan lain

sebagainya, warga masyarakat turut berpartisipasi, baik dengan tenaga, barang

atau dengan uang.

Setiap yang membantu biasanya diberi makan sebagai bentuk ucapan terima

kasih. Hal ini sudah biasa berlangsung di Desa Jeruk Manis. Bahkan pada warga

yang tertimpah musibah atau terlihat kurang mampu setiap warga yang membantu

tersebut justru tidak ingin merepotkan dan cukup makan di rumah masing-masing.

Page 64: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

96

5.6 Sintesis Pengembangan Tumbuhan Pangan dan Obat Potensial

Salah satu yang menjadi akar permasalahan konservasi adalah

ketidakberlanjutan pengetahuan lokal atau estafet local and tradisional

knowledge. Proses konservasi menjadi sulit ketika proses dari masa lalu tidak

bersambung ke masa kini. Pengalaman-pengalaman atau kearifan tradisional yang

diterapkan oleh nenek moyang terdahulu, kini banyak ditinggalkan dan dianggap

kuno. Budaya lokal nenek moyang kini telah banyak berganti dengan budaya

modern.

Kondisi umum budaya bangsa Indonesia juga diperparah dengan

dimanjanya bangsa Indoensia akan keanekaragaman hayati hutan tropika

Indonesia yang tinggi atau melimpah. Banyaknya pilihan yang dapat

dimanfaatkan dari hutan menjadi faktor yang mempengaruhi dan melonggarkan

daya juang serta semangat masyarakat untuk menggali, mengembangkan dan

memelihara pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan keanekaragaman hayati

tersebut.

Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang juga memiliki

potensi keanekaragaman hayati yang tinggi juga seharusnya mampu

dimaksimalkan pemanfaatannya guna menunjang kesejahteraan masyarakat

sekitar. Salah satu masyarakat desa sekitar hutan yang masih memiliki kearifan

tradisional dalam hal pemanfaatan plasma nutfah tumbuhan dari kawasan TNGR

adalah masyarakat Suku Sasak yang tinggal di Desa Jeruk Manis.

Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki kearifan tradisional

dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat. Hanya saja, saat ini

pengetahuan akan pemanfaatan tersebut belum menyebar merata di antara warga

masyarakat serta cenderung mulai ditinggalkan. Beberapa spesies potensial yang

banyak digunakan oleh industri jamu atau telah diteliti memiliki banyak

kandungan dan manfaat, belum banyak diketahui oleh masyarakat di desa ini.

Beberapa spesies tumbuhan yang potensial untuk dikembangkan oleh

masyarakat di Desa Jeruk Manis di antaranya pakis (Diplazium esculentum),

bebele (Centella asiatica), kayu sepang (Caesalpinia sappan) dan terong totok

(Solonum torvum). Dengan pengembangan spesies-spesies ini selain dapat

Page 65: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

97

menjadi alternatif bagi terwujudnya kemandirian masyarakat lokal setempat juga

meningkatnya kesejahteraan mereka.

Pakis merupakan salah satu bahan makanan yang banyak di konsumsi

masyarakat di Pulau Lombok bahkan sampai ke Pulau Sumbawa. Permintaan

(demand) akan pakis pun begitu besar. Pakis ini banyak tumbuh di dalam kawasan

TNGR.

Saat ini masyarakat di Desa Jeruk Manis hanya memanen pakis dari dalam

kawasan hutan TNGR. Tidak hanya untuk dikonsumsi, pakis oleh masyarakat di

desa ini juga diperjualbelikan. Terhitung masyarakat dapat memperoleh

penghasilan tidak kurang Rp. 20.000,-/hari dari hasil mengambil pakis.

Tantangannya adalah sampai saat ini pakis belum tersentuh oleh teknologi seperti

dalam bentuk pengolahan atau pengemasannya karena spesies ini tidak tahan

disimpan lama maksimal hanya 24 jam.

Bebele merupakan tumbuhan liar yang melimpah tumbuh di Desa Jeruk

Manis. Selain berfungsi sebagai bahan pangan, secara empiris maupun ilmiah

tumbuhan ini dengan kandungannya terbukti mampu mengatasi berbagai macam

penyakit di antaranya kandungan triterpenoid saponin yaitu asiatic acid berfungsi

untuk meningkatkan aktivasi makrofag. Triterpenoids merupakan antioksidan

sebagai penangkap radikal bebas dan merevitalisasi pembuluh darah. Asiaticoside

dan senyawa sejenis juga berperan sebagai anti lepra (kusta).

Secara umum, bebele berkasiat sebagai hepatoprotektor yaitu melindungi sel

hati dari berbagai kerusakan akibat racun dan zat berbahaya. Bebele juga

mengandung beberapa macam vitamin yaitu A, B, E, G dan K, serta mengandung

nilai nutrisi yang membantu vitalitas tubuh dan berfungsi sedatif (Adina 2012).

Kayu sepang memiliki sebaran yang relatif kecil di kawasan sekitar TNGR.

Spesies ini dapat digunakan sebagai bahan minuman berupa sirup. Selain itu dari

bukti empiris tumbuhan ini telah lama digunakan oleh bangsawan Jawa untuk

mengobati berbagai macam penyakit khususnya penyakit yang berhubungan

dengan saluran pencernaan. Bahkan kayu sepang telah digunakan oleh beberapa

industri jamu ternama seperti PT. Bintang Toedjoe.

Terong totok selain berfungsi sebagai pemenuhan pangan berupa lalapan,

tumbuhan ini juga ternyata berfungsi sebagai antikanker, pengobatan penyakit

Page 66: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

98

lambung, pinggang kaku dan bengkak terpukul, batuk kronis, bisul atau koreng,

jantung berdebar maupun nyeri jantung dan menurunkan tekanan darah tinggi.

Buah dan daun tumbuhan ini mengandung alkaloid steroid yaitu jenis

solasodin 0,84%, sedangkan kandungan buah kuning mengandung solasonin

0,1%, buah mentah mengandung chlorogenin, sisologenenone, torvogenin,

vitamin A dan mengandung neo-chlorogenine, panicolugenine dan akarnya

mengandung jurubine. Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman obat ini

mampu bertindak sebagai antioksidan dan dapat melindungi jaringan tubuh dari

efek negatif radikal bebas. Terong totok memiliki aktivitas pembersih superoksida

yang tinggi yakni di atas 70% (Sirait 2009).

Spesies-spesies yang dijelaskan di atas dengan potensi yang ada perlu

didomestikasi dan dikembangkan lebih lanjut. Dengan konsep agro-forestry serta

pendekatan agro-industri skala rumah tangga yang tentunya dengan dukungan

IPTEK maka akan menjadikan komoditi di atas dapat langsung berimplikasi lebih

besar terhadap kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

Tentunya hal ini juga dapat tercapai bila ada pendampingan yang bertahap

dan berkelanjutan dari pihak pengelola taman nasional serta perguruan tinggi

sebagai sumber ilmu dalam hal merancang serta memberikan pencerahan kepada

masyarakat akan pengembangan spesies-spesies potensial tersebut sehingga

manfaat atau dampak positif dapat dioptimalkan serta dampak negatif menjadi

minimal, height output internal and low input external.

Penerapan konkrit yang dapat diberikan sebagai upaya pengembangan

tumbuhan pangan dan obat antara lain:

1. Bentuk pengolahan atau pengemasan pakis yang ditunjang dengan teknologi

sehingga nilai jual pakis dapat lebih meningkat. Kemudian pengolahan lebih

lanjut dari komoditi bebele, kayu sepang dan terong totok sehingga menjadi

komoditi yang siap di jual seperti teh jamu bebele, sirup kayu sepang, simplisia

obat terong totok serta bentuk produk lainnya. Upaya domestikasi di kebun

terhadap spesies-spesies potensial merupakan wujud budidaya tumbuhan

menggunakan konsep agro-ferestry, juga perlu dilakukan khususnya tanaman

kayu sepang yang saat ini sebarannya relatif kecil di sekitar kawasan TNGR.

Page 67: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

99

2. Pemanfaatan kembali kotoran sapi yang melimpah di Desa Jeruk Manis juga

perlu dilakukan. Fakta bahwa sebagian besar masyarakat di desa ini sebagai

petani dan peternak dengan produktifitas hasil pertanian yang masih kecil

karena tingkat kesuburan tanah yang rendah dan pengelolaan lahan pertanian

belum maksimal, dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan limbah kotoran sapi

menjadi pupuk organik dan sumber energi. Dengan sistem pertanian terpadu

atau terintegrasi (Integrated Farming System) pemanfaatan limbah ternak sapi

menjadi sangat potensial. Oleh karenanya perlu didirikan pabrik olahan limbah

ternak serta dibuatkan aturan atau regulasi sebagai upaya pengoptimalan

pemanfaatan limbah ternak tersebut.

3. Pengembangan kapasitas SDM juga perlu dilakukan. Desain perencanaan

pengembangan tumbuhan pangan dan obat menggunakan teknologi untuk

meningkatkan nilai jual komoditi, mutlak ditunjang dengan SDM yang

mempuni. Pemberdayaan masyarakat Desa Jeruk Manis khususnya mereka

yang tergabung dalam kelompok masyarakat peduli hutan (KMPH) Kembang

Kuning perlu dilanjutkan karena rencana taman nasional dalam pengolahan

hutan bersama masyarakat seluas 2 Ha untuk menyabit rumput di sebelah barat

Resort Kembang Kuning, dikemudian hari menjadi lahan yang sangat potensial

untuk dijadikan tempat budidaya atau pengembangan spesies penting di atas.

4. Membangun program kampung konservasi pangan dan obat keluarga (POGA)

sebagai wadah yang mengorganisir masyarakat desa dalam pengoptimalan

pemanfaatan sumberdaya hutan setempat serta pengembangan kapasitas SDM.

Dari program ini juga dengan sendirinya akan terwujud konservasi hutan

Taman Nasional Gunung Rinjani.

5. Sistem pendidikan yang dijalankan bagi anak-anak di desa ini seharusnya tidak

hanya menitikberatkan pada kurikulum umum tapi juga merancang kurikulum

yang terintegrasi dengan kompetensi dan karakteristik sumberdaya alam serta

budaya masyarakat Desa Jeruk Manis. Fakta bahwa masyarakat Desa Jeruk

Manis sudah lama berinteraksi dan bergantung hidupnya dengan sumberdaya

hutan, tidak boleh dipisahkan dengan kurikulum saat ini yang cendrung

sekuler. Memadukan karakteristik sumberdaya alam dan budaya masyarakat

Desa Jeruk Manis dengan pendidikan yang dikembangkan dengan memberikan

Page 68: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden … · diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini ... bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki

100

materi seperti pendidikan tentang konservasi tumbuhan, pendidikan peramuan

tumbuhan obat atau aspek-aspek kajian lainnya yang mendukung

pengembangan pelestarian pemanfaatan tumbuhan bagi kesejahteraan dan

perekonomian masyarakat Desa Jeruk Manis.

Program peningkatan kapasitas SDM dan sistem pendidikan yang

ditawarkan di atas pada akhirnya diharapkan akan membentuk pilar Tri- Stimulus

Amar Konservasi yakni stimulus alamiah, stimulus manfaat dan stimulus relegius-

rela. Menurut Zuhud (2007) stimulus amar konservasi diharapkan menimbulkan 3

sikap konservasi yakni: 1) Cognitive (persepsi, pengetahuan, pengalaman,

pandangan dan keyakinan), 2) Affective (emosi, senang, benci, dendam, sayang,

cinta dan lain-lain), 3) Overt actions (kecenderungan bertindak). Ketiga sikap

konservasi tersebut diharapkan mengarah pada sikap yang positif dan akhirnya

menuju perilaku pro konservasi, hingga pada akhirnya konservasi dapat terwujud

di dunia nyata (Gambar 38).

Gambar 38 Diagram alir tri stimulus amar mewujudkan konservasi.

Ketika kekayaan sumber daya alam yang ada telah dimanfaatkan secara

maksimal dan menimbulkan kesadaran bahwa ternyata alam tersebut memiliki

nilai manfaat khususnya ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat, maka stimulus

rela akan dengan sendirinya mengikuti.

Warga masyarakat akan menjaga kelestarian sumber daya alam yang

mereka miliki demi keberlangsungan pemanfaatan sumber daya alam tersebut.

Sikap dan perilaku pro konservasi secara tidak langsung akan terbentuk karena

masyarakat sadar akan nilai manfaat kekayaan sumber daya alam yang ada. Pada

akhirnya sikap dan perilaku ini menjadi jalan bagi terwujudnya konservasi di

dunia nyata.

Tri stimulus amar

Stimulus alamiah: kekayaan

sumber daya alam

Stimulus manfaat: nilai ekonomi

Stimulus relegius-rela

Sikap dan perilaku

pro konservasi

Konservasi

terwujud di

dunia nyata