bab v hoho - digilib.uns.ac.id
TRANSCRIPT
76
BAB V
ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN
A. ANALISA POLA KEGIATAN
Penentuan pola kegiatan dalam Perpustakaan Umum sebagai Ruang
Publik Kota Surakarta ini didasarkan pada
§ Pelaku kegiatan.
§ Kegiatan yang dilakukan.
§ Fungsi kegiatan.
Pola kegiatan pada masing-masing pelaku kegiatan dapat digambarkan
dalam skema sebagai berikut:
a. Kegiatan Utama (perpustakaan)
1. Pola kegiatan pengunjung Anak
Registrasi
Dongeng
Penitipan Barang
Parkir Datang
Metabolisme Playground Membaca
Meminjam& Mengembalikan
Menggunakan katalog
Pergi
Gambar V.1 Pola kegiatan pengunjung anak
Sumber: Analisis pribadi
77
2. Pola kegiatan pengunjung Umum
b. Kegiatan Penunjang
1. Pameran
Pameran ini terbagi menjadi dua berdasarkan skala benda yang dipamerkan:
- Pameran Besar : misalnya yang biasanya diadakan di Surakarta adalah
pameran buku, pameran komputer, pameran lukisan
- Pameran Kecil : misalnya yang biasanya ada di beberapa spot jalan,
ataupun barang pribadi yang hendak dipertontonkan antara lain pameran
karya instansi tertentu, dll.
2. Serbaguna dan Seminar
Kegiatan yang diwadahi bisa berupa seminar, penyuluhan, talkshow,
bedah buku, diskusi panel, sarasehan, training
Registrasi
Dongeng
Penitipan Barang
Parkir Datang
Metabolisme Diskusi Membaca
Meminjam& Mengembalikan
Menggunakan katalog
Pergi
Menonton
Membeli
Mencari informasi
Parkir Datang
Metabolisme Ibadah
Pergi
Gambar V.2 Pola kegiatan pengunjung umum
Sumber: Analisis pribadi
Gambar V.3 Pola kegiatan pengunjung pameran
Sumber: Analisis pribadi
78
3. Cafe dan foodcourt
4. Toko Cinderamata dan Toko Buku
Registrasi
Berpartisipasi
Mencari informasi
Parkir Datang
Metabolisme Ibadah
Pergi
Membaca/Diskusi
Membayar
Memesan makanan/minuman
Parkir Datang
Metabolisme Ibadah
Pergi
Membayar Melihat Barang
Parkir Datang
Metabolisme Ibadah
Pergi
Gambar V.4 Pola kegiatan pengunjung serbaguna dan pameran
Sumber: Analisis pribadi
Gambar V.5 Pola kegiatan pengunjung cafe dan foodcourt
Sumber: Analisis pribadi
Gambar V.6 Pola kegiatan pengunjung toko cinderamata dan toko buku
Sumber: Analisis pribadi
79
5. Movie Theater
6. Community Center
Aktivitas komunitas ini disediakan untuk mewadahi komunitas-
komunitas baik yang sudah ada maupun yang sengaja diadakan di
Surakarta untuk lebih berkembang. Misalnya saja komunitas penulis,
science, seniman, bahasa, dll.
7. Perpustakaan Tour
Diberikan fasilitas ini untuk lebih mendekatkan perpustakaan kepada
masyarakat, terutama kalangan pelajar. Dengan adanya fasilitas
perpustakaan tour, pengunjung mengetahui seluk beluk mengenai
perpustakaan secara fisik, koleksi, maupun fungsi dan manfaatnya.
Membeli tiket
Menonton
Mencari Informasi
Parkir Datang
Metabolisme Ibadah
Pergi
Makan/minum
Berdiskusi
Pameran/ Seminar/ Berkarya
Mencari Informasi
Parkir Datang
Metabolisme Ibadah
Pergi
Makan/minum
Gambar V.7 Pola kegiatan pengunjung movie theater
Sumber: Analisis pribadi
Gambar V.8 Pola kegiatan pengunjung community center
Sumber: Analisis pribadi
80
c. Pengelola
1. Direktur & Kepala Perpustakaan
2. Bagian Tata Usaha
Berkeliling
Berdiskusi
Mendaftar Parkir Datang
Metabolisme Ibadah
Pergi
Makan/minum
Pengawasan Lapangan
Seminar, lokakarya, diskusi dll
Presensi Parkir Datang
Metabolisme &makan minum
Ibadah
Pergi
Cek arsip dan surat
Administrasi&Keuangan
Seminar, lokakarya, diskusi dll
Presensi Parkir Datang
Metabolisme& makan minum
Ibadah
Pergi
Cek arsip dan surat
Gambar V.9 Pola kegiatan pengunjung perpustakaan tour
Sumber: Analisis pribadi
Gambar V.10 Pola kegiatan direktur dan kepala perpustakaan
Sumber: Analisis pribadi
Gambar V.11 Pola kegiatan bagian tata usaha
Sumber: Analisis pribadi
81
3. Bagian Pengelolaan Arsip dan Koleksi
4. Bagian Pelayanan Pemakaian Perpustakaan
5. Bagian Teknis Perpustakaan
Penyusunan Program
Seminar, lokakarya, diskusi dll
Presensi Parkir Datang
Metabolisme & makan minum
Ibadah
Pergi
Rapat Kerja
Pelayanan Publik
Seminar, lokakarya, diskusi dll
Presensi Parkir Datang
Metabolisme & makan minum
Ibadah
Pergi
Rapat Kerja
Katalogisasi&klasifikasi
Pelatihan pemeliharaa
n koleksi
Presensi Parkir Datang
Metabolisme & makan minum
Ibadah
Pergi
Pembersihan
Gambar V.12 Pola kegiatan bagian pengelolaan arsip dan koleksi
Sumber: Analisis pribadi
Gambar V.13 Pola kegiatan bagian pelayanan pemakaian perpustakaan
Sumber: Analisis pribadi
Gambar V.14 Pola kegiatan bagian teknis perpustakaan
Sumber: Analisis pribadi
82
6. Bagian Humas dan Pelayanan Umum
d. Servis
1. Security dan Parkir
2. Karyawan/Teknisi/Pustakawan
Pelayanan Publik
Seminar, lokakarya, diskusi dll
Presensi Parkir Datang
Metabolisme & makan minum
Ibadah
Pergi
Rapat Kerja
Briefing/Persiapan
Pengaturan Sirkulasi
Kendaraan
Presensi Parkir Datang
Metabolisme & makan minum
Ibadah
Pergi
Menjaga Keamanan
Rapat/ Briefing
Mengontrol sistem mekanikal
elektrikal
Presensi Parkir Datang
Metabolisme & makan minum
Ibadah
Pergi
Perawatan sistem
Gambar V.15 Pola kegiatan bagian humas dan pelayanan umum
Sumber: Analisis pribadi
Gambar V.16 Pola kegiatan bagian security dan parkir
Sumber: Analisis pribadi
Gambar V.17 Pola kegiatan bagian karyawan/teknisi/pustakawan
Sumber: Analisis pribadi
83
3. Distribusi Barang
B. ANALISIS PERUANGAN
1. Pendekatan kebutuhan ruang
Kebutuhan ruang perpustakaan ditentukan berdasarkan
pengelompokan kegiatan yang diwadahi, data fasilitas/ruang Kantor Arsip
dan Perpustakaan Daerah Surakarta dan disesuaikan dengan kebutuhan
fasilitas sebagai ruang publik adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan Penerimaan
Kebutuhan ruang kegiatan penerimaan
Jenis kegiatan Kebutuhan Ruang
Datang-pergi/masuk-keluar Entrance
Hall
Penyimpanan/penitipan barang Ruang loker
b. Kegiatan Pelayanan Perpustakaan
Kebutuhan ruang kegiatan pelayanan perpustakaan
1) Anak-anak
Tabel V.1 Kebutuhan Ruang Penerimaan
Sumber : Analisa pribadi
Drop Barang Administra
si masuk Parkir Datang
Metabolisme & makan minum
Ibadah
Pergi
Peletakan Barang
Gambar V.18 Pola kegiatan bagian distribusi barang
Sumber: Analisis pribadi
84
Tabel V.2 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pelayanan Anak
Sumber : Analisa pribadi
2) D
e
w
asa/Umum
Jenis kegiatan Ruang
Pelayanan informasi-registrasi Ruang sirkulasi umum-informasi
Penitipan barang Loker
Pelayanan peminjaman/pengembalian pustaka
Ruang sirkulasi anak
Pelayanan koleksi pandang dengar (audio-visual)
Ruang pelayanan koleksi pandang dengar (audio-visual)
Mencari Koleksi R. Pameran Koleksi berupa:
- Non Fiksi (karya umum, pelajaran sekolah, bahasa/kamus, ensiklopedia, koleksi IPTEK)
- Fiksi (terbitan periodik/majalah/tabloid, komik, buku dongeng, legenda)
Bercerita/mendongeng Ruang dongeng anak
Pelayanan Fotocopy R. Fotocopy
Membaca koleksi-diskusi
Ruang baca koleksi anak
- Indoor - Outdoor (playground)
Metabolisme Lavatory
Pengelola Anak - R. Arsip - R.Informasi - R. Karyawan - R. Administrasi - Lavatory
Jenis kegiatan Ruang
Pelayanan informasi-registrasi Ruang sirkulasi umum-informasi
Penitipan barang R. Loker
Pencarian Katalog R. Katalog (online/kartu)
85
Pelayanan peminjaman/pengembalian pustaka
Ruang sirkulasi
Mencari Koleksi R. Pameran Koleksi yang terbagi menjadi:
- Bahasa/Kasusastraan - Jurnal , majalah, koran
(nasional, lokal, dan internasional)
- Karya umum (fiksi & nonfiksi)
- Filsafat, agama dan ilmu sosial
- Ilmu pasti & pengetahuan alam
- Ilmu pengetahuan praktis & ketrampilan
- Kesenian, olahraga & permainan
- Sejarah, geografi, biografi - R. Koleksi Outdoor
Referensi:
- Kamus - Sumber ilmu bumi - Ensiklopedia - Biografi & bibliografi - Indeks & abstrak - Pedoman - Terbitan pemerintah - Petunjuk direktori
Pelayanan Fotocopy R. Fotocopy
Mencari Data digital R. Browsing
Membaca koleksi-diskusi
Ruang baca koleksi
- Indoor (R. Privat, R. Baca umum, Smooking area, R.diskusi)
- Outdoor
Pelayanan Tambahan Terdiri dari ruang-ruang:
- Solo Corner
86
c. Kegiatan Penunjang
Kebutuhan ruang kegiatan penunjang
Jenis kegiatan Ruang
Pencarian informasi R. informasi
Seminar/pertemuan
Talkshow
Lomba/Workshop
Bedah buku
Klub/ komunitas
Ruang serbaguna
Pameran Ruang pameran
- Pameran Skala kecil - Pameran Skala Besar
Browsing internet Ruang browsing
Makan-minum Cafe
Restaurant
(R. makan.minum, mini bar, kasir, wastafel, lavatory, dapur, gudang, janitor)
Pembelian Buku Toko Buku (kasir, R.display)
Pembelian cinderamata Toko Cinderamata (kasir, R.display)
Pelayanan Perpus Tour R. pertemuan
Pemutaran film Movie Theater/Megaplex
- Braille - R. Kelas
Metabolisme Lavatory
Ibadah Mushola, R. Wudhu
Tabel V.3 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pelayanan Dewaa/umum
Sumber : Analisa pribadi
87
(R. mesin film, genset, R.tiket, R. Duduk, lavatory)
Membaca Outdoor Plaza, taman, amphiteater
Jalan-jalan Jalan setapak (sirkulasi)
Duduk-duduk Area duduk outdoor
Pertunjukan amphiteater
Pengambilan uang R. mesin ATM
Metabolisme Lavatory
Ibadah Mushola (R.wudhu)
d. Kegiatan Pengelolaan
Kebutuhan ruang kegiatan pengelolaan
Jenis kegiatan Ruang kegiatan
Pemberian Informasi Front Office
Menunggu R. Tunggu
Menemui Tamu R. Tamu
Rapat seluruh jajaran pengelola
R. Rapat Besar
Lavatory
Pengorganisasian
Ruang pimpinan
Ruang sekretaris
Lavatory
Pengembangan koleksi, sarana dan program kerja
- Pemimpin pustakawan - Pelatihan pustakawan
Ruang Pengelolaan arsip dan koleksi
- R. Kepala pustakawan - R. pelatihan
Pengaturan rumah tangga, keuangan dan kepegawaian
Ruang tata usaha
Tabel V.4 Kebutuhan Ruang Penunjang
Sumber: analisis pribadi
88
Katalogisaasi, Klasifikasi, Pemeliharaan bangunan dan koleksi
Ruang Sie Teknis Perpustakaan , R.komputer dan Ruang Laboratorium Pemeliharaan
Pengaturan Pelayanan Ruang pelayanan
Pelayanan Ruang Publik, fasilitas penunjang
Ruang Pelayanan Umum, terbagi dalam beberapa sub-sie:
- Pengelolaan cafe, toko cinderamata, toko buku, restaurant
- Pengelolaan sinema - Pengelolaan outdoor - Pengelolaan community
center - Pengelolaan perpustakaan
tour - Pengelolaan R.serbaguna
Pelayanan Informasi & Informasi Elektronik
Ruang Informasi, R. Server, R. MEE
Pertemuan formal/rapat internal
Ruang rapat
Makan/minum Dapur/pantry
Istirahat Lounge
Metabolisme Lavatory
Ibadah Mushola (R. wudhu)
e. Kegiatan Servis
Kebutuhan ruang kegiatan servis
Jenis kegiatan Ruang kegiatan
Menaruh kendaraan/parkir
Parkir (parkir pengunjung, parkir pengurus perpustakaan dan parkir mobil perpustakaan keliling, area basement)
Penerimaan dan pengiriman barang
Loading dock
Monitoring keamanan Pos satpam
Tabel V.5 Kebutuhan Ruang Pengelolaan
Sumber: analisis pribadia
89
Ruang CCTV
Penyimpanan barang Gudang
Pembersihan Janitor
Metabolisme Lavatory pria, wanita dan difabel
Ibadah Mushola dan wudu
Mekanikal-elektrikal Ruang trafo
Ruang pompa
Ruang panel dan subpanel
R. shaft
R. genset
R. exhaust fan
Tangga darurat
2. Analisis Besaran Ruang
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mendapatkan besaran ruang
yang sesuai dengan kebutuhan. Terdapat beberapa kriteria penentu dalam
analisa proses penentuan besaran ruang antara lain adalah :
· Besaran ruang disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan ,
jumlah pelaku kegiatan dan alat - alat pendukung kegiatan
· Menggunakan standar besaran ruang yang telah ada.
Standart besaran ruang kode Ernst neufert, Architect’s Data Joseph de Chiara , Time Saver Standart for Building Type, For Urban Design Survey Lapangan
AD TSS
SL
· Flow gerak untuk mendukung dan kenyamanan. Besaran flow
gerak sebagai berikut: ( Sumber : Time Saver Standard of Building Type, 2nd
Edition )
§ 5% - 10% : standart minimun
Tabel V.6 Kebutuhan Ruang Servis Sumber: analisis pribadi
90
§ 20% : kebutuhan keleluasaan fisik
§ 30% : Tuntutan kenyamanan fisik
§ 40% : Tuntutan kenyamanan psikologis
§ 50% : Tuntutan spesifikasi kegiatan
§ 70% - 100% : keterkaitan dengan banyak kegiatan
Untuk menyesuaikan dengan kondisi yang menuntut
kenyamanan secara keleluasaan fisik maka untuk unit – unit yang
sering digunakan yakni flow gerak sebesar 20% . sedangkan ruang
ruang lain menggunakan flow 30% sesuai dengan tuntutan
kenyamanan fisik
Berikut ini adalah analisis besaran ruang pada tiap-tiap kelompok
kegiatan:
a. Luas Ruang Kegiatan Penerimaan
Luas ruang kegiatan penerimaan
No Nama Ruang Ukuran
/orang/unit
Sumber Kapasitas Luas+ flow 20 % (±)
2. Entrance Asumsi 20 m2
3. Hall 1,5 m2/orang TSS 50 org 90 m2
4. Lobby 0,8 m²/org AD 20 org, (40%) 22,4 m2
5. R.Informasi 0,8 m²/org AD 8 org, (40%) 8,96 m2
6. Ruang Loker 250 unit Asumsi 250 org 48 m2
jumlah 189,36 m2
b. Luas Ruang Kegiatan Pelayanan Perpustakaan
Luas ruang tempat penyimpanan bahan pustaka (ruang koleksi)
diperhitungkan pertambahannya hingga tahun 2040. Karena setiap
tahunnya bahan pustaka akan mengalami pertambahan jumlah
sehingga luasan ruang koleksi diperhitungkan berdasarkan
Tabel 4.7 Luas ruang kegiatan Penerimaan
Sumber: analisis pribadi
91
penambahan bahan pustaka pertahun untuk menjamin sustainability ke
depan.
Luas ruang kegiatan pelayanan perpustakaan
1) Anak-anak
No Nama Ruang Ukuran
/orang/unit
Sumber Kapasitas Luas+flow 20% (±)
1. Ruang sirkulasi umum
2,5 m2 /orang AD 6 orang 18 m2
2. Ruang Loker 100 unit Asumsi 100org 30 m2
3. R. Katalog Asumsi 50 195 m2
4. Ruang pelayanan koleksi audiovisual
Asumsi 50 org (30%) 65 m2
5. R. Koleksi (AD, 300 m2 / 10.000 jilid) 462 m2
Karya Umum 2500 eks AD
Pelajaran sekolah
3000 eks
Bahasa/kamus 400 eks
Ensiklopedia 1000 eks
IPTEK 1500 eks
Majalah& tabloid
4000 eks
Komik 1000 eks
Buku dongeng 2000 eks
6. R. Fotocopy
Area Fotocopy
2 unit AD 1,15 m²/org (50%)
25 m2
Meja Jilid 3 unit AD 1,44 m²/org (50%)
25 m2
7. Ruang dongeng
Asumsi 60 org (70%) 102 m2
8. R. Baca
92
Indoor SL 60 m2
Outdoor (playground)
Asumsi 100 m2
9. Lavatory - unit
lavtry pria - unit
lavtry wanita
AD
AD
1 m²/unit 2 m²/unit 1 m²/unit 2 m²/unit
72,8 m2
46,8 m2
10 Pengelola
R. Arsip 2 set meja 2 pengelola
AD 2,4 m²/bh 0,6m²/org (30%)
7,8 m2
R. Informasi 1 set meja 1 pengelola
AD 2,4 m²/bh 0,6m²/org
(30%)
3,9 m2
R. Karyawan 10 org AD 1,2 m²/org
(30%)
15,6 m2
R. Administrasi
2 set meja 2 pengelola
AD 2,4 m²/bh 0,6m²/org (30%)
7,8 m2
Gudang Asumsi 9 m2
Lavatory - unit
lavtry pria - unit
lavtry wanita
AD
AD
1 m²/unit 2 m²/unit 1 m²/unit 2 m²/unit
72,8 m2
46,8 m2
Pantry Asumsi 9 m2
MEE Asumsi 36 m2
Janitor Asumsi 5 m2
11 Mushola 20 Asumsi 0,72m²/org 17,3 m2
R. Wudhu 5 org pria Asumsi 1 m²/org 6 m2
5 org wanita Asumsi 1 m²/org 6 m2
jumlah 1444,6 m2
Tabel V.8 Luas ruang kegiatan pelayananan perpustakaan anak
Sumber: Analisis pribadi
93
2) Dewasa/Umum
No Nama Ruang Ukuran
/orang/unit
Sumber Kapasitas Luas+flow 20% (±)
1. Ruang sirkulasi umum
2,5 m2 /orang AD 6 orang 18 m2
2. Ruang Loker 200 unit Asumsi 100org 60 m2
3. R. Katalog Asumsi 50 org (30%) 65 m2
4. Ruang pelayanan koleksi audiovisual
Asumsi 50 org (30%) 65 m2
5. R. Koleksi (AD, 300 m2 / 10.000 jilid) 1071m2
Bahasa 2500 eks AD
Jurnal,majalah,koran (lokal, nasional, internasional)
4000 eks
Karya umum fiksi
2000 eks
Karya umum non fiksi
3000 eks
Filsafat 700 eks
Agama 3000 eks
Ilmu sosial 4000 eks
IPA 2000 eks
Ilmu praktis 1000 eks
Kesenian 2000 eks
Olahraga 500 eks
Sejarah 1000 eks
Geografi 1500 eks
Biografi 1000 eks
Koleksi outdoor
2500 eks
Audiovisual 2000 CD, 2000 VCD,
94
2000 DVD
Referensi(AD, 300 m2 / 10.000 jilid) 465m2
Kamus 2500 eks AD
Biografi 1000 eks
Bibliografi 700 eks
Ensiklopedia 1500 eks
Sumber ilmu bumi
2000 eks
Pedoman 1000 eks
Terbitan pemerintah
2500 eks
Petunjuk direktori
800 eks
Indeks & abstrak
1500 eks
Braille 2000 eks
6. R. Fotocopy
Area Fotocopy
2 unit AD 1,15 m²/org (50%)
25 m2
Meja Jilid 3 unit AD 1,44 m²/org (50%)
25 m2
7. R. Diskusi Asumsi 60 m2
8. R. Baca
Indoor
- Privat - Umum - SA
Aumsi @ 340 m2 (70%)
1020 m2
Outdoor Asumsi 100 m2
9. Lavatory - unit
lavtry pria - unit
lavtry wanita
- difabel
AD
AD
1 m²/unit 2 m²/unit 1 m²/unit 2 m²/unit
72,8 m2
46,8 m2
11,59m2
10 Pengelola
R. Arsip 2 set meja 2 pengelola
AD 2,4 m²/bh 0,6m²/org
7,8 m2
95
(30%)
R. Informasi 1 set meja 1 pengelola
AD 2,4 m²/bh 0,6m²/org
(30%)
3,9 m2
R. Karyawan 10 org AD 1,2 m²/org
(30%)
15,6 m2
R. Administrasi
2 set meja 2 pengelola
AD 2,4 m²/bh 0,6m²/org (30%)
7,8 m2
Gudang Asumsi 9 m2
Lavatory - unit
lavtry pria - unit
lavtry wanita
AD
AD
1 m²/unit 2 m²/unit 1 m²/unit 2 m²/unit
72,8 m2
46,8 m2
Pantry Asumsi 9 m2
MEE Asumsi 36 m2
Janitor Asumsi 5 m2
11 Mushola 20 Asumsi 0,72m²/org 17,3 m2
R. Wudhu 5 org pria Asumsi 1 m²/org 6 m2
5 org wanita Asumsi 1 m²/org 6 m2
jumlah 3348,19 m2
c. Luas Ruang Kegiatan Penunjang
Luas ruang kegiatan penunjang
No Nama Ruang Ukuran
/orang/unit
Sumber Kapasitas Luas + flow 20 % (±)
1. R. Informasi 0,8m²/org AD 10 (40%) 11,2 m2
2. R. Auditorium 1,35m²/org AD 250 (80%) 607,5 m2
R, operator Asumsi 9 m2
R. gudang Asumsi 16 m2
Janitor Asumsi 9 m2
Tabel V.9 Luas ruang kegiatan pelayananan perpustakaan untuk umum
Sumber: Analisis pribadi
96
3. R. Transit Asumsi 16 m2
4. R. Pameran
Skala kecil 1,35m²/org 200 org (100%)
675 m2
Skala Besar 1,35m²/org 1000 org (30%)
1755 m2
5. Ruang serbaguna
Asumsi 400 m2
6. R. internet anak
Asumsi 300 m2
7. R. Audiovisual
Asumsi 50 org (30%)
65 m2
8. Hotspot area Asumsi 20 org 30 m2
9. Ruang kelas R.duduk 1,5m2/org ( kapasitas 2 kelas @ 20 org )
TSS 40 org 72 m2
10 Cafe Asumsi 200 m2
11 Foodcourt Asumsi 230 m2
12 Toko buku Asumsi 200 m2
13 Toko cinderamata
Asumsi 200 m2
14
15 Movie theater/megaplex
SL
(blitz megaplex)
300 m2
16 R. pertemuan Asumsi 15 m2
17 Plaza / atrium Asumsi 400 m2
18 Taman Asumsi 300 m2
19 Amphitetaer Asumsi 200 m2
20 R. kelas tari Asumsi 60 m2
21 Studio musik SL 24 m2
22 Lapangan futsal
SL 800 m2
23 R. ATM 1 m²/atm SL 5 box (30%) 19,5 m2
24 Lavatory - unit
lavtry pria - unit
AD
1 m²/unit 2 m²/unit
72,8 m2
97
lavtry wanita
- difabel
AD 1 m²/unit 2 m²/unit
46,8 m2
11,59m2
25 Mushola 20 Asumsi 0,72m²/org 17,3 m2
R. Wudhu 5 org pria Asumsi 1 m²/org 6 m2
5 org wanita Asumsi 1 m²/org 6 m2
jumlah 7074,69 m2
d. Luas Ruang Kegiatan Pengelolaan
Luas ruang kegiatan pengelolaan
No. Ruang Ukuran Sumber Kapasitas Luas + flow 20% (±)
1. Ruang pimpinan
R.kerja 4,5m2/org R.duduk 1,5m2/org
AD TSS
1 orang 7,2 m2
2. Front office 0,8 m²/org AD 10 org (30%)
10,4 m2
3. R. tunggu 0,8 m²/org AD 20 org (30%)
20,8 m2
4. R. tamu 2,5m²/org Asumsi 50 org (30%)
15 m2
5. R. rapat besar AD 162,5 m2
6. R. kepala pustakawan
15 m²/org AD 1 kepala 22,1 m2
1 m²/org 2 tamu (30%)
7. R. pelatihan Asumsi 60 m2
8. R. pengelolaan
1,2m²/org AD 10 14,4 m2
9. R.Sekretaris R.kerja 4,5m2/org Rak dokumen arsip
AD
Asumsi
2org 2 rak
11,7m2
9 m2
10 R. TU SL 25 m2
11 R. teknis Asumsi 25 m2
12 R. server Asumsi 25 m2
13 R. komputer 1,5 m²/unit AD 7 unit (30%) 13,65 m2
Tabel V.10 Luas ruang kegiatan pelayananan kegiatan penunjang
Sumber: Analisis pribadi
98
14 R. pelayanan umum
Asumsi 12 m2
15 R. MEE Asumsi 36 m2
16 R, rapat 2,5m²/org AD 20 org 60 m2
17 R. kantin Asumsi 20 m2
18 Pantry Asumsi 9 m2
19 Lounge Asumsi 12 m2
20 Mushola 20 Asumsi 0,72m²/org 17,3 m2
R. Wudhu 5 org pria Asumsi 1 m²/org 6 m2
5 org wanita Asumsi 1 m²/org 6 m2
21. Lavatory pria= lavatory biasa @1,68m2
lavatory untuk kursi roda @2,56 m2 urinoir @1,09 m2
wastafel @1 m2 wanita= lavatory biasa @1,68m2
lavatory untuk kursi roda @2,56 m2 wastafel @1 m2
AD
AD
AD AD
AD
2org
1org
3org 3org 2org
1org
3org
15,85m2
11,59m2
jumlah 627,49 m2
e. Luas Ruang Kegiatan Servis
Luas ruang kegiatan servis
No.
Nama Ruang Ukuran
/unit
Sumber Kapasitas Luas+ flow 20% (±)
(untuk parkir,flow 50%)
1. Parkir pengunjung
(basement)
3x4,5m/mbl AD 200 mobil
3037,5 m2
Tabel V.11 Luas ruang kegiatan pengelolaan
Sumber: Analisis pribadi
99
2. Parkir pengunjung
(basement)
1x2m/mtor 150 motor 450 m2
3. Parkir pengurus
3x4,5m/mbl 1x2m/mtor
AD 10 mobil
50 motor
303,75 m2
150 m2
4. Parkir mobil PerLing
20 m2/mobil 2 mobil 60 m2
5. Loading dock Asumsi 4 mobil 120 m2
6. Gudang Asumsi 75 m2
7. Pos satpam 4 m2/unit Asumsi 2 unit 40 m2
8. Lavatory - unit
lavtry pria - unit
lavtry wanita
- difabel
AD
AD
1 m²/unit 2 m²/unit 1 m²/unit 2 m²/unit
72,8 m2
46,8 m2
11,59m2
9 Mushola 20 Asumsi 0,72m²/org 17,3 m2
R. Wudhu 5 org pria Asumsi 1 m²/org 6 m2
5 org wanita Asumsi 1 m²/org 6 m2
12.
Ruang trafo Asumsi 140 m2
13.
Ruang pompa Asumsi 54 m2
14.
Ruang gas Asumsi
15 m2
15.
Ruang panel Asumsi 10 m2
16.
Ruang subpanel
Asumsi 10 m2
17 R. shaft Asumsi 144 m2
18 R. water treatment
Asumsi 10 m2
19 R. genset TSS
384 m2
20 R. chiller TSS 384 m2
21 R. PABX TSS 120 m2
22 R. exhaust fan TSS 90 m2
100
23 R. mesin lift 1,5x1,5 m Asumsi 4 unit 9 m2
24 Tangga darurat
2x1,8x8= 28,8~29 m2
AD 145 m2
jumlah 6361,74 m2
- Perhitungan jumlah parkir kendaraan pengunjung:
Asumsi jumlah pengunjung perhari adalah 1000 orang, jumlah
pengunjung per 2 jam dalam sehari dengan waktu buka 11 jam ( 08.00-
19.00) adalah 140 orang (angka 2 jam diambil dari asumsi setiap
pengunjung berada di perpustakaan maksimal 2 jam).
Dari jumlah 140 pengunjung per 2 jam, diasumsikan 70 %
menggunakan kendaraan pribadi dan 30 % menggunakan kendaraan
umum. Dari sini dapat diperkirakan jumlah parkir yang harus
disediakan adalah 98 kendaraan (75 % motor=73 motor, 25 %
mobil=25 mobil).
- Perhitungan jumlah parkir kendaraan pengelola:
Jumlah pengelola adalah 60 orang, diasumsikan 60 % menggunakan
kendaraan pribadi dan 50 % menggunakan kendaraan umum. Dari sini
dapat diperkirakan jumlah parkir yang harus disediakan adalah 36
kendaraan (75 % motor=27 motor, 25 % mobil=9 mobil).
Rekapitulasi jumlah luas ruang :
Luas ruang kegiatan penerimaan = 189,36 m2
Luas ruang kegiatan informasi perpustakaan = 4792,79 m2
Luas ruang kegiatan penunjang = 7074,69 m2
Luas ruang kegiatan pengelolaan = 627,49 m2
Luas ruang kegiatan servis = 6361,74 m2
Tabel V.12 Luas ruang kegiatan servis Sumber: Analisis pribadi
101
Jumlah keseluruhan = 19046,07m2
Sirkulasi 40 % dari 19028,07 m2 = 7629,228 m2
Total luas dasar bangunan (LBD) = 26657,298 m2
3. Analisis Khusus
1. Ruang baca
a. Indoor
- Sirkulasi
Yang terpenting pada suatu ruang baca adalah adanya
komponen meja & kursi sebagai tempat membaca serta sirkulasi
yang nyaman untuk pengunjung berlalu lalang. Berikut adalah
beberapa persyaratan dari Neufert, Arsitektur Data jilid 2:
No. 1 :Luas Untuk meja perseorangan No. 2 :Jarak minimum antar meja
No.8 : Ruang gerak minimum di dalam jangkauan ruang baca No.9 :Lalulintas pergerakan antara posisi duduk dan berdiri.
Gambar V.19
Persyaratan sirkulasi pada perpustakaan (Sumber: Arsitek Data jilid 2)
102
- Suasana/konsep ruang
Ruang baca indoor, seperti halnya ruang-ruang baca yang
sering dijumpai di beberapa perpustakaan yang sudah sering
diterapkan. Suasana formal, dengan jajaran tempat duduk dan meja
yang teratur. Untuk itulah perpustakaan umum ini mencoba
menghadirkan suasana baru di dalam ruang baca dengan
mengkonsep interior sesuai dengan koleksi yang ada. Misalnya
ruang baca anak-anak akan berbeda dengan ruang baca dewasa
sebagaimana seperti preseden perpustakaan taman pintar
Yogyakarta. Suasana dibuat senyaman mungkin, bahkan
memasukkan konsep santai dari cafe ke dalamnya. Seperti susunan-
susunan kursi dan meja dibuat tidak formal, terdengar alunan musik
namun tidak berisik, dan juga mebel yang digunakan bukan
bangku-bangku kayu yang kaku.
Karena memang konsep ruang indoor diperuntukkan bagi
orang-orang yang senang membaca di area privat dan cukup
tertutup, maka terdapat pula area privat membaca. Selain area
privat terdapat area umum/publik yakni untuk area membaca
bersama. Dan yang terakhir adalah terdapat area untuk khusus yang
merokok atau smoking area.
b. Outdoor
- Konsep
Selain ruang baca indoor, dikonsep pula ruang baca
outdoor bagi pengunjung yang menyukai area baca di luar ruangan.
Dengan adanya area baca outdoor akan lebih membebaskan
Gambar V.20 Contoh gambaran tempat duduk non formal baik susunan maupun bentuk
Sumber: www.housemagz.com.
103
masyarakat publik menggunakan fasilitas membaca di manapun
mereka sukai.
- Jenis ruang
Jenis ruang yang digunakan untuk area baca outdoor bisa
memiliki alternatif. Misalnya dengan adanya taman baca,
dilengkapi dengan hamparan rumput hijau ataupun bangku taman
untuk duduk bersantai. Bisa juga dengan adanya amphiteater dun
selasar perpustakaan.
- Sistem
Sistem penggunaan ruang baca indoor dan outdoor sudah
pasti berbeda, jika di dalam ruangan pengawasan buku yang
dipinjam untuk dibaca ditempat masih bisa dilakukan, akan tetapi
jika di luar ruangan hanyalah buku yang sudah dipinjam dan
dicatat oleh petugas.
c. Semi outdoor
- Konsep (menghadirkan suasana luar masuk ke dalam& suasana
dalam diterapkan di luar. Maksud dari ruang baca ini adalah untuk
senantiasa menghadirkan suasana publik, di mana ketika di dalam
suatu ruangan akan tetapi dengan konsep seperti gambar di bawah,
pengunjung seolah-olah tidak sedang berada di dalam ruangan.
Begitu juga sebaliknya.
2. Ruang koleksi
a. Syarat & standar
Luas tempat koleksi tertentu tergantung pada jumlah
koleksi yang ada, yang jelas tiap dua jenis media bisa ditempatkan
Gambar V.21 Contoh gambaran memasukkan unsur outdoor ke dalam indoor & sebaliknya
Sumber: www.flickr.com
104
pada satu rak atau tempat. Luas minimal 300m2 untuk setiap
10.000 jilid media/koleksi. Setiap rak terdiri dari 5 atau 6 bidang
yang disusun ke atas. Tinggi rak maksimal 1,80 m . untuk satu
bidang rak bisa memuat 30 jilid bahan bacaan, 33 jilid bacaan
ringan atau 35 bacaan anak-anak. Lorong rak maksimal 3m, begitu
juga dengan relung untuk mengangkut koleksi yang menggunakan
kereta dorong dengan ukuran 92/99/50 cm. Pada perpustakaan
besar digunakan lift untuk mengantar bahan bacaan/bukan.
Berikut ini adalah contoh ketentuan mengenai rak buku dan
sirkulasi yang merupakan hal penting dari suatu perpustakaan.
3. Arcade/atrium
a. Pengertian
Ruang dalam suatu bangunan yang berfungsi sebagai
atrium, berperan sebagai pengikat ruang-ruang disekitarnya yang
Gambar V.22 Ketentuan ukuran rak untuk dewasa, pelajar, dan anak-anak
Sumber: Arsitek Data jilid 2
Gambar V.23 Ketentuan sirkulasi
Sumber: Arsitek Data jilid 2
105
sering digunakan untuk kegiatan komersial dan merupakan
pedestrian area.
b. Preseden
- PVJ
PVJ atau Paris Van Java mirip konsep
Citos dan Cihampelas Walk, konsep mall
dengan koridor antar toko yg semi terbuka.
Di sini efek tampias hujan masih bisa
dirasakan bila kita jalan di koridor tengah.
Ini dikarenakan antar toko di lantai
dasarnya, hampir-hampir tidak diberikan
skylight penutup atap. Biasanya mall
umumnya selalu dgn konsep koridor &
skylight. Sedangkan di PVJ tidak. Memang
ini disengaja supaya pengunjung lebih
merasa berada di arcade ruang luar toko pinggir jalan daripada
berada di dalam. Ada upaya utk memanipulasi atmosfir ruang
arsitektur & pengalaman berjalan di koridor ruang luar ke konsep
ruang ke dlm sebuah pusat belanja.
4. Amphiteater
a. Pengertian
“an oval large stadium with tiers of seats; an arena in
which contests and spectacles are held”. Jadi merupakan arena
dengan kecenderungan bentuk oval ataupun mendekati lingkaran,
berikut juga tempat menonton/tempat duduk yang berundak.
b. Preseden & contoh
Ada banyak fungsi dan bentuk
dari amphiteater ini, tapi yang jelas
kesemuanya adalah diperuntukan bagi
masyarakat publik kemudian
direpresentasikan dengan berbagai
macam kegiatan. Bisa untuk
Gambar V.24 Arcade PVJ
Sumber: www.flickr.com
Gambar V.25 Amphiteater perpustakaan Blitar
Sumber: dokumentasi pribadi
106
pertunjukan seni, musik, pameran, dan kegiatan spontanitas lain
dari masyarakat. Untuk perpustakaan umum ini nantinya
amphiteater akan memperkuat ruang publik dan menambah ruang
kebudayaan masyarakat.
5. Taman
Seperti yang sudah dijelaskan pada tinjauan mengenai ruang
publik, maka unsur taman yang cocok untuk perpustakaan ini adalah
berupa mini parks. Taman kecil ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan,
termasuk air mancur yang digunakan untuk mendukung suasana taman
tersebut. Akan tetapi tidak hanya disediakan satu taman saja, namun
beberapa ruang taman untuk mendukung keindahan visual dan juga area
publik yang serbaguna.
Dengan kedua macam area ruang publik tersebut, perpustakaan
akan lebih terasa menjadi sebuah one stop area dengan fungsi-fungsi
publik yang positif dan bermanfaat. Pemanfaatan arcade akan membuat
orang berjalan dari satu tempat koleksi ke tempat koleksi yang lain,
kemudian mereka saling berinteraksi dalam suatu diskusi pada spot-spot
yang telah disediakan. Kemudian penempatan amphiteater bisa membuat
suasana lingkungan membaca yang menyenangkan tercipta. Selain itu
yang terpenting dari sebuah amphiteater adalah bahwa nantinya akan
menjadi ruang kebudayaan masyarakat sekitarnya. Keberadaan taman
bukan hanya menjadi rest area namun juga dapat menjadi area hijau yang
menyejukkan lingkungan sekitar.
Dari beberapa unsur di atas yang menjadikan ruang publik akan
bisa diterima oleh semua kalangan adalah bisa diakses oleh siapa saja, tak
terkecuali bagi kaum difabel. Berikut adalah contoh akses difabel untuk
menuju perpustakaan yang bisa juga diterapkan sebagai akses ruang
publik, maupun antar ruang pada perpustakaan:
107
6. Aksesibilitas
Kemiringan maksimal sebuah tanjakan adalah 1:12 atau maksimal
8,33 persen perubahan ketinggian. Panjang maksimum tanjakan menerus
adalah ± 9,15 m. Jika melebihi panjang tersebut, tanjakan harus memiliki
area datar untuk istirahat sepanjang minimum ±1,50 m. Tanjakan harus di
lengkapi dengan handrail. Lihat ilustrasi 3-4E
Akses kursi roda ke kamar kecil membutuhkan ruang selebar ±1,52
m dengan panjang ±1,52 m, dengan pintu 0,92 m yang ditempatkan pada
diagonal berlawanan posisi toilet dengan daun pintu yang mengayun
keluar, seperti dalam ilustrasi 3-5A perhatikan bahwa pengguna kursi roda
harus mundur karena tidak tersedia cukup ruang untuk kursi berputar 180o
di dalam kamar kecil.
Gambar V.26 Akses untuk difabel di National Cheng Kung University, Taiwan
Sumber: www.andrepuja.wordpress.com
Gambar V.27 Ilutrasi kemiringan maksimal untuk difabel
Sumber: Hukum Tuna Daksa Amerika
Gambar V.28 Ilutrasi kamar mandi untuk difabel
Sumber: Hukum Tuna Daksa Amerika
108
C. ANALISIS FISIK
1. Analisis Pemilihan Site
a. Tujuan
Mendapatkan lokasi yang sesuai & mendukung sebagai area
didirikannya bangunan perpustakaan.
b. Dasar pertimbangan
Menurut Chiara (1983) pertimbangan pemilihan site
dalam Time Saver Standard for Building Types menyebutkan
beberapa kriteria yang perlu untuk diperhatikan dalam penentuan
site bagi sebuah bangunan perpustakaan.
a. Berlokasi di pusat (central location)
Berlokasi di pusat penting artinya bagi sebuah perpustakaan.
Dengan berada di pusat menjadikan perpustakaan mudah untuk
diakses dari segala penjuru kota. Hal ini meningkatkan nilai
aksesibilitas perpustakaan.
b. Prominen
Yang dimaksud dengan prominen adalah strategis, dapat dilihat
dengan jelas dan terletak didaerah yang memiliki arti penting.
Perpustakaan adalah sebuah fasilitas publik yang terdapat
dalam kota. Letak yang strategis menjadikan perpustakaan
dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh warga kota.
c. Pintu masuk selevel jalan
Fungsi dari pintu masuk yang memiliki ketinggian sama
dengan jalan adalah untuk meleburkan antara ruang luar dan
ruang dalam. Hal ini menegaskan fungsi dari bangunan
perpustakaan tersebut sebagai bangunan fasilitas publik.
d. Cukup besar untuk dilakukan ekspansi
Bangunan perpustakaan menampung material yang sifatnya
dinamis, maksudnya materi yang dikandung dalam bangunan
dapat bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Sebuah
ekspansi dikemudian hari sudah hampir dapat diperkirakan.
109
Oleh karena itu penting artinya antisipasi di masa yang akan
dating mulai diperhitungkan sejak dini dari penentuan site.
e. Site persegi
Site yang berbentuk persegi menjadi prioritas dalam penentuan
site bagi bangunan perpustakaan. dua pertimbangan utama
yang mendasari poin ini adalah untuk kemudahan sirkulasi dan
penempatan area servis.
f. Fondasi seragam (uniform foundation)
Pondasi yang sejenis menjadi poin efisiensi dan kemudahan
pengerjaan. Fondasi yang sergam dapat dicapai dengan
kemiringan lahan yang relative datar dan kondisi tanah yang
relatif sejenis.
Perlu untuk dicatat bahwa poin-poin tersebut diatas dirumuskan
oleh chiara pada tahun 1983, jadi untuk poin terakhir yang berkaitan
dengan struktur mungkin dapat diabaikan karena perkembangan
teknologi konstruksi dalam beberapa dekade belakangan. Hal kedua
yang perlu untuk dikritisi dari poin-poin tersebut adalah unsur tempat.
Chiara membuat teorinya berdasarkan observasinya pada lingkungan
eropa dengan iklim sub-tropisnya, hal ini tentu saja berbeda apabila
diaplikasikan di Indonesia dengan iklim tropis. Pada poin pintu masuk
selevel jalan (Street level entrance) bertujuan untuk menyatukan ruang
dalam dan ruang luar dalam esesensi ruang publik. Di Indonesia hal
ini tidak dapat diterapkan karena dapat mengakibatkan becek pada
musim hujan dan debu pada musim kemarau. Oleh karena itu perlu
dicari alternative pemecahan lain untuk menghadirkan esensi ruang
publik dalam bangunan perpustakaan.
c. Analisa
§ Sesuai dengan RTRW
SWP
Skala Pelayanan Kegiatan Fungsi / kegiatan (%) Jumlah
(%) Ters Sekunder Primer
Ling BWK Kota
/lokal
Regi
onal
Nas Inter A B C D E F G H
I ü ü ü ü ü 20 10 70 100
110
II ü ü ü ü ü ü 10 5 5 10 10 60 100
III ü ü ü ü ü ü 15 15 25 45 100
IV ü ü ü ü ü ü 5 15 5 10 65 100
V ü ü ü ü 15 5 10 70 100
VI ü ü ü ü 5 10 5 5 75 100
VII ü ü ü 5 5 90 100
VIII ü ü ü ü ü 10 5 10 25 5 55 100
IX ü ü ü ü ü 15 5 5 75 100
X ü ü ü 5 5 90 100
- Keterangan :
A = Fungsi Pariwisata
B = Fungsi Kebudayaan
C = Fungsi Olahraga
D = Fungsi Industri
E = Fungsi Pendidikan
F = Fungsi Perdagangan
G = Fungsi Pusat Administrasi dan Perkantoran
H = Fungsi Perumahan
BWK = Bagian Wilayah Kota
Inter = Internasional
SWP = Sentra Wilayah Pengembangan
§ Kawasan Zona Pendidikan di kota Surakarta :
- Kompleks Pendidikan di Kerten (Jalan Slamet
Riyadi),
- Kompleks Pendidikan di Manahan bagian barat (Jalan
Adi Sucipto),
- Kompleks Pendidikan di Manahan bagian Timur,
- Kompleks Pendidikan di Margoyudan (Jalan
Monginsidi),
- Kompleks Kampus Universitas Sebelas Maret di
Kentingan (Jalan Ir. Sutami),
111
- Kompleks Kampus Universitas Tunas Pembangunan
di Cengklik,
- Kompleks Kampus Universitas Slamet Riyadi di
Kadipiro (Jalan Sumpah Pemuda).
d. Alternatif Lokasi
Berikut ini adalah alternatif awal mula site yang akan dipilih:
SITE 1
Jl.M anyar V
Jl.M anyar IV
Kelema ha n : U kura n site terla lu besa rKelebiha n : Loka si sa ng a t stra teg is
SITE 2
Gambar V.29 Gambar alternatif site
Sumber: dokumentasi pribadi
112
Keduanya terletak di Manahan yang mana posisinya adalah di
pusat Kota dengan tingkat mobilitas yang cukup tinggi. Pada wilayah
ini terdapat banyak sekali fasilitas pendidikan berupa sekolah, mulai
dari tingkat Taman kanak-kanak hingga institusi pendidikan setara
perguruan tinggi. Antara lain : TK Pembina, Sd negeri 101 Manahan,
SMP Negeri I Surakarta, SMP Kristen 1 Surakarta, SMA Negeri 4
Surakarta, STM 1 Surakarta, dan SMK 2 Surakarta. Selain itu,
Manahan merupakan kawasan potensial dalam perdagangan dan
sosial. Hal ini dilatar belakangi oleh keberadaan Stadion Manahan
yang berfungsi sebagai pusat public space di kota Surakarta dengan
tingkat komersial yang cukup tinggi dalam hal perdagangan barang
dan jasa.
Alternatif Site Karakter Nilai
Alternatif 1 § Kemudahan pencapaian
§ Potensi Lingkungan sekitar yang
Mendukung
§ Kondisi fisik site yang mendukung
§ Terletak di tempat dengan nilai ekspos
tinggi.
+++
+++
++
+++
Total Nilai 1100
Alternatif 2
§ Kemudahan pencapaian
§ Potensi Lingkungan sekitar yang
Mendukung
§ Kondisi fisik site yang mendukung
§ Terletak di tempat dengan nilai ekspos
tinggi.
+++
+++
+
++
Total Nilai 900
Keterangan: + bernilai 100
Tabel V.13 Perbandingan alternatif site Sumber: Analisis pribadi
113
e. Produk
Dengan dasar pertimbangan-pertimbangan di atas, maka site
terpilih yang direncanakan untuk bangunan perpustakaan yaitu
pada alternatif site1.
§ Eksisting Site
- Site terletak di Jalan Adi Sucipto, berbentuk
trapesium dengan rincian ukuran sebagai berikut :
- Batas Site
· Utara: Jalan L.U Adi Sucipto (Stadion
Manahan)/Lebar jalan = 24 meter
· Timur: Jalan L.U Adi Sucipto/Lebar jalan = 24
meter
· Selatan: Jalan Samratulangi/Lebar = 12 meter
· Batas Barat: Jalan Sumbing (Perumahan
Penduduk)/Lebar = 8 meter
§ Luas site adalah 23.066 meter persegi.
§ Peraturan Bangunan
- Berdasarkan RUTRK Kota Surakarta 1993 – 2013,
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah 50% - 75%
à KDB yang digunakan = 70%
= 70% x 28.562,9
= 16146,2 m2 ~ 16.146 m2
Gambar V.30 Lokasi Site Terpilih
Sumber: Dokumen pribadi, 2011
SITE
114
Jadi luas bersih lahan yang diijinkan terbangun =
19.994 m2
- Ketinggian bangunan yang diijinkan pada site
menurut RUTRK Kota Surakarta 1993 – 2013 adalah
hingga 9 lantai.
2. Analisa Pencapaian Site
a. Tujuan
Mendapatkan alternatif pencapaian untuk mengakses tapak
sesuai dengan fungsi bangunan.
b. Dasar pertimbangan
1) Main Entrance
Untuk menentukan main entrance, terdapat beberapa
karakteristik yang harus dipenuhi agar bangunan dapat terakses
dengan baik. Karakteristik tersebut adalah :
§ Mudah dikenali dan diakses dari jalan utama
§ Berhadapan langsung dengan jalan utama, untuk
memudahkan akses kendaraan umum.
§ Memperhatikan kelancaran dan keamanan pengunjung,
sehingga tidak menggangu jalannya kegiatan yang
terjadi di perpustakaan
2) Side Entrance
Side entrance digunakan sebagi alternative pencapaian
kedalam site. Dasar pertimbangann yang harus diperhatikan
dalam menentukan site entrance adalah sebagai berikut :
§ Keberadaan site entrance menunjang fungsi main
entrance
§ Kegiatan yang terjadi dengan adanya site entrance tidak
mengganggu kenyaman sirkulasi & kegiatan user.
3) Service Entrance
Keberadaan service entrance dimaksudkan untuk
memperlancar pelayanan service pada bangunan. Dalam
115
perencanaannya, service entrance harus memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
§ Mendukung fungsi kegiatan bagi pengelola dan service
sehinga kenyamanan pengunjung dapat diupayakan
maksimal.
§ Terletak di jalan yang tidak ramai & letaknya jauh dari
alur kegiatan pengunjung. Hal ini dimaksudkan untuk
alasan estetika dan segi privacy pengelola.
§ Keberadaan service entrance tidak mengganggu
sirkulasi & jalannya kegiatan dalam site, terutama
kegiatan pengunjung.
a. Analisa
No Nama Jalan Potensi Analisa
1 Jalan L.U Adi
Sucipto
§ Merupakan salah satu jln
arteri utama kota
Surakarta,dengan
sirkulasi lalu lintas 2 arah
yg mempunyai lebar jalan
24 meter.
§ Dapat diakses oleh
kendaraan pribadi dan
umum
§ Berbatasan lagsung
dengan stadion Manahan
yang menjadi pusat
Dijadikan sebagai alternatif
Main Entrance. Karena site
cukup panjang , maka jalur
masuk dan keluar dipisah
agar sirkulasi lebih lancar.
Selain itu, salah satu jalur
bisa digunakan sebagai
alternatif cadangan ketika
pintu utama ditutup untuk
kegiatan tertentu.
Jalan Adi Sucipto
Jalan Samratulangi
Jalan Sumbing
116
Gambar V.31 Produk pencapaian site
Sumber : Analisa Pribadi, 2011
public space di Surakarta
§ Mobilitas yang terjadi
tinggi & ramai
2 Jalan Sumbing § Merupakan jalan
pemukiman yang relatif
sepi dan tidak dilalui jalur
kendaraan umum.
§ Lebar jalan hanya 8 meter
Dijadikan sebagai alternatif
jalur keluar
3 Jalan
Samratulangi
§ Merupakan jalan 2 arah
yang memiliki lebar 12
meter dengan tingkat
keramaian sedang.
§ Dilalui oleh jalur
kendaraan umum, yakni
angkuta dan becak.
§ Pada bahu jalan sebelah
selatan berbatasan dengan
perlintasan / rel kereta
api.
Dijadikan sebagai
alternative side entrance
yang dapat digunakan
pengunjung dan pengelola
untuk masuk kedalam
kawasan bangunan
perpustakaan
b. Produk
Dari serangkaian analisa yang dilakukan, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel V.14 Analisis jalan
Sumber: Analisis pribadi
Service Entrance
Side Entrance
Main Entrance
Alternatif
Out
117
§ Didapatkan 2 alternatif masuk kedalam site, yakni :
- Melalui main entrance : Jalan L.U Adi Sucipto
- Melalu side entrance : Jalan Samratulangi
§ Terdapat 3 jalur keluar bagi pengunjung, yakni melalui
jalan Adi sucipto, jalan Samratulangi dan sumbing.
Penggunaan sirkulasi keluar ini dimaksudkan unuk
mempermudah sirkulasi di area perpustakaan.
3. Sirkulasi
a. Tujuan
Mendapatkan pola sirkulasi di dalam site yang aksesibel.
b. Dasar Pertimbangan
§ Sirkulasi pengunjung berkendaraan.
§ Sirkulasi pengelola,barang, dan servis.
§ Sirkulasi pejalan kaki.
§ Sirkulasi kendaraan umum dan taksi - kemudahan akses
pencapaian
§ Sirkulasi difabel
c. Analisa
Untuk mempermudah pengaturan sirkulasi, sirkulasi dibedakan
menjadi 2 :
§ Sirkulasi Kendaraan bermotor
§ Sirkulasi Pejalan Kaki
d. Hasil
Sirkulasi tidak dapat dipisahkan dengan hasil analisis pencapain
dalam site. Dari hasil pencapaian site, diperoleh sirkulasi sebagai
berikut :
Keterangan
Service Entrance
Gambar V.32 :Analisa sirkulasi Sumber : Analisa Pribadi, 2010
Side Entranc
Main Entrance
Parkir Pengunjung
Parkir pengelola&service
118
Gambar V.33:analisa view & orientasi site Sumber : Analisa Pribadi, 2011
Sirkulasi kendaraan bermotor
Sirkulasi pejalan kaki
4. View & Orientasi Site
a. View keluar Site
1) Tujuan
Mendapatkan view yang menarik & menunjang bagi fungsi
bangunan perpustakaan
2) Dasar Pertimbangan
§ Potensi view lingkungan sekitar site
§ Pola kegiatan kota dan lingkungan
3) Analisa
119
Gambar V.34 :Hasil analisa view & orientasi site Sumber : Analisa Pribadi, 2011
4) Produk
Dari hasil analisa didapat produk sebagai berikut :
b. View kedalam Site
1) Tujuan
§ Mengetahui spot pada site untuk dikembangkan sehingga
menunjang aktifitas, fungsi, & eksistensi perpustakaan
ditengah masyarakat secara optimal.
§ Mendapatkan spot pada site untuk dimaksimalkan menjadi
point of interest bangunan perpustakaan untuk
mempermudah mengkomunikasikan bangunan kepada
publik.
2) Dasar Pertimbangan
§ Arah pandang pengunjung dari luar kedalam site, untuk
mendapatkan area ekspos terbaik.
§ Pola kegiatan kota & lingkungan
Membuat view tambahan
120
3) Analisa
4) Produk
§ Desain Bangunan
Gambar V.35: Analisa View kedalam Site Sumber : Analisa Pribadi, 2011
Area ini adalah pertemuan titik mata dari Jalan Adi
Sucipto dan Jalan Sumbing. Merupakan spot yang
cukup strategis untuk dikembangkan agar bangunan
perpustakaan lebih terkomunikasikan.
Merupakan spot pusat titik temu titik
arah pandang mata terbanyak dari
berbagai akses sudut site. Yakni dari
jalan utama site, Jalan Adi Sucipto,
dan Jalan M.T Haryono
Pada bagian ini diberi penonjolan desain sebagai point of interest bangunan perpustakaan sehingga keberadaan dapat lebih terekspos.
Fasad dibuat atraktif, karena berada pada jalur akses utama yang mengekspos
bangunan keluar. Dari arah sinilah bangunan perpustakaan mayoritas terakses ke publik.
Pada spot bagian ini, diberi penonjolan desain yang unik
sehingga dapat menjadi penanda akan keberadaan
bangunan perpustakaan
Fasad sepanjang Jalan Samratulangi dibuat atraktif sehingga membantu mengkomunikasikan keberadaan bagunan perpustakaan kepada publik,
mengingat Jalan Samratulangi merupakan side akses dari bangunan ini, dengan mobilitas cukup
tinggi.
Fasad diolah dengan menjadi bagian tertinggi dari kawasan
sehingga terdapat interaksi dengan GOR manahan.
Gambar V.36: Produk dari analisa view Sumber : Analisa Pribadi, 2011
121
§ Orientasi Site
5. Kebisingan
a. Tujuan
Mendapatkan suasana yang kondusif & nyaman dalam bangunan
dengan cara menanggulangi noise yang berasal dari lingkungan
sekitar site, maupun yang timbul dari kegiatan dalam site itu
sendiri.
Dasar Pertimbangan
b. Dasar Pertimbangan
§ Lalu lintas disekitar site
§ Keberadaan akses sirkulasi (jalan) yang dapat menimbulkan
noise
§ Kegiatan yang terjadi didalam site
§ Pola kegiatan kota dan lingkungan.
Gambar V.37 :Orientasi site Sumber : Analisa Pribadi, 2011
Bangunan berorientasi ke arah jalan utama, yakni Jalan L.U Adi Sucipto.
122
c. Analisa
Analisa tersebut dapat dibagi menjadi 3 zona, yaitu :
d. P
r
o
duk
§ Peggunaan barier berupa pohon dan penggunaan elemen
air, seperti kolam buatan sebagai pengahalau kebisingan
jalan.
§ Pemberian jarak yang cukup lebar antara jalan dan
bangunan, terutama untuk ruang-ruang yang
membutuhkan ketenangan.
§ Penggunaan material peredam kebisingan pada spot-spot
tertentu yang dirasa perlu. Misal :ruang baca privat, ruang
seminar, dan ruang audio visual.
Zona Noise Tinggi
a. Dimanfaatkan untuk area yang membutuhkan privacy rendah.
Zona Noise Sedang
b. Dimanfaatkan untuk area yang membutuhkan privacy sedang.
Zona Noise Rendah
c. Dimanfaatkan untuk area yang tidak membutuhkan privacy.
Gambar V.38:Analisa Kebisingan Sumber : Analisa Pribadi, 2011
75 dB
57 dB
50 dB
Karena merupakan kawasan
pendidikan & pusat public space di
Solo, maka jalan utama ini memiliki
noise yang cukup tinggi berasal dari
arus lalu lintasnya.
Merupakan jalan
perumahan dengan
tingkat mobilitas
rendah. Sehingga noise
yang ditimbulkan juga
relatif rendah.
Tingkat noise pada area
ini cenderung sedang.
Namun pada saat-saat
tertentu (ketika Kereta
api) lewat, noise
menjadi tinggi.
123
Gambar V.39 Diagram matahari untuk pengukuran sudut
pembayang horizontal maupun vertikal di Kota Surakarta.
(Sumber : Lippsmeier, 1997).
6. Garis edar Matahari
a. Tujuan
Menentukan respon bangunan perpustakaan yang direncanakan
terhadap pengaruh matahari.
b. Dasar Pertimbangan
Pertimbangan analisis adalah pergerakan matahari dari timur ke
barat yang memberikan efek penyinaran berbeda.
c. Analisa
Pergerakan matahari berbengaruh dalam perancangan sebuah
bangunan terutama pada desain bentuk bangunan. Ada dua
pengaruh dari pergerakan matahari yaitu :
§ Cahaya
Cahaya berhubungan dengan intensitas gelap dan terang
sebuah ruang. Cahaya dapat dimanfaatkan untuk
pencahayaan alami pada siang hari.
§ Sinar.
Sinar berhubungan dengan intensitas suhu di dalam ruang
yang berpengaruh pada kenyamanan termal pengguna.
Kota Surakarta terletak pada 7 º LS dan
110 º BT. Meridian waktu 104 º timur,
110 º - 104 º = 6 º, 6 º dikali 4 = 24, maka
waktu tengah hari sebenarya Kota
Surakarta adalah 12.24. Dari sini diagram
matahari yang dipilih adalah 6 º selatan.
124
Gambar V.40 :Analisa Garis Edar Matahari Sumber : Analisa Pribadi, 2011
Bangunan yang ada disekitar site merupakan bangunan tingkat
rendah dan tidak terlalu padat sehingga tidak berpengaruh akan
masuknya cahaya matahari ke dalam site sehingga bisa asumsikan sinar
matahari bisa masuk ke dalam site sepanjang hari.
Alternatif respon terhadap matahari dan angin:
§ Sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk pencahayaan dan
penghawaan alami sehingga dilakukan pemaksimalan bukaan
pada utara dan selatan bangunan. Material yang dapat
memaksimalkan cahaya matahari adalah kaca. Kecuali untuk
ruang-ruang yang memang memilki persyaratan tanpa bukaan.
§ Penggunaan elemen air pada lasekap untuk mereduksi panas
matahari sehingga memberikan udara sejuk pada site.
Daerah pembayangan Sinar Matahari dari arah Timur di pagi hari
Daerah Pembayangan Sinar Matahari dari arah Barat di sore hari
Timur Barat
125
§ Sedangkan pengaruh pergerakan matahari terhadap kegiatan di
dalam site adalah pada tata letak fungsi bangunan. Kegiatan
utama pada bangunan yaitu kegiatan membaca memerlukan
kondisi lingkungan yang nyaman. Kenyamanan dalam hal ini
adalah kondisi termal yaitu menciptakan suasana yang sejuk
agar dapat mendukung kenyamanan fisik saat membaca.
Sehingga bangunan perpustakaan bukaan maksimal
diorientasikan ke sisi sebelah timur.
d. Hasil
§ Penggunaan material kaca pada bangunan yang berorientasi
utara dan selatan.
§ Meletakkan elemen air, yakni kolam disekeliling bangunan
untuk menciptakan iklim sejuk pada site.
§ Bangunan yang menghadap ke barat, dimaksimalkan
menggunakan sun shading berupa kaca yang memiliki
koefisien bayang rendah (Low Shading Coefficient) dan juga
pola-pola tertentu yang meminimalkan sinar yang masuk.
§ Penggunaan alternatif desain pemecah sinar matahari, sehingga
sinar yang sampai kedalam ruangan tidak over, namun tetap
dapat menggunakan material yang transparan (kaca)
Gambar V.41: Respon Terhadap Cahaya Matahari. Sumber : www.fotosearch.com
126
7. Penzoningan
a. Tujuan
Bertujuan sebagai pedomen peletakan ruang bangunan berdasarkan
fungsinya.
b. Dasar pertimbangan
Setiap fungsi kegiatan memiliki kebutuhan akan privasi dan nilai
ekspose yang berbeda beda.
c. Proses
Dalam proses analisis zonifikasi ini, zona dikelompokkan
berdasarkan fungsi kegiatannya, yaitu:
§ Kegiatan Penerimaan
Merupakan area yang umum dan berhubungan dengan
lingkungan luar. Zona ini menjadi area pertama yang
dikunjungi sehingga pencapaian menuju zona publik harus
terlihat jelas yaitu dekat dengan Main Entrace dijalan Adi
Sucipto. Karena di pusat kebisingan akan banyak orang yang
melewati dan dapat memudahkan sirkulasi ke dalam site.
§ Kegiatan Pelayanan Perpustakaan
Merupakan area yang memberikan pelayanan perpustakaan,
baik meminjam, mengembalikan, membaca, dsb. Sebagian
besar merupakan area publik untuk akses masuk umum.
§ Kegiatan pengelola
Zona ini merupkan zona yang bersifat semi publik, karena
meskipun para pengelola bisa ditemui oleh pengunjung, namun
keberadaannya tetap harus dipisahkan dari zona publik.
Pengelola ini berfungsi dalam mengelola seluruh aspek yang
berhubungan dengan koleksi, ruang publik, pemeliharaan
gedung, dsb.
§ Kegiatan penunjang
Zona kegiatan penunjang merupakan zona publik yang
memungkinkan untuk masyarakat berkegiatan secara bebas,
127
berupa amphiteater, cafe, taman, dsb. Zona ini harus diletakkan
pada tempat site yang paling strategis, agar mudah diakses
§ Kegiatan Service
Merupakan zona yang berisi kegiatan yang bersifat pelayanan
yang mendukung kegiatan utama. Kegiatan tersebut antara lain
kegiatan sirkulasi barang masuk dan keluar, kegiatan MEE,
kegiatan dapur, dll. Sehingga dalam site, peletakan zona ini
berada di bagian paling belakang atau bagian yang tidak
terlihat. Karena kegiatan pelayanan bukan merupakan kegiatan
yang perlu di ekspose. Selain itu, sirkulasi menuju zona ini
juga harus tersembunyi, sehingga sikulasi keluar masuk zona
ini berbeda dengan sirkulasi publik yaitu menggunakan side
entrance yaitu melalui jalan lingkungan.
Berikut merupakan zonifikasi pada bangunan Perpustakaan
Umum:
Penerimaan
Perpustakaan
Pengelola Penunjang
Servis
Penerimaan
Perpustakaan Pengelola Penunjang
Servis
128
Berdasarkan pendekatan diatas, maka disimpulkan untuk zonifikasi site
adalah :
Keterangan : Zona Kegiatan Penerimaan : Zona Kegiatan
Pelayanan perpustakaan : Zona Kegiatan Pengelola
: Zona Kegiatan Penunjang : Zona Kegiatan Service
D. ANALISIS MASSA
1) Massa Bangunan
a. Tata Massa
1) Tujuan
Untuk membentuk tata massa perpustakaan serta massa
bangunan penunjangnya didalam site sehingga dapat menjadi
sebuah penampung minat baca yang fungsional.
2) Dasar pertimbangan, Analisa, dan Produk
Pemilihan tata massa menggunakan dasar pertimbangan
sebagai berikut :
a) Fungsi kegiatan
b) Sirkulasi kegiatan di dalam site
c) Fleksibilitas
d) Jumlah Massa
Gambar V.42:Penzomingan Sumber : Analisa Pribadi, 2011
129
Fungsi kegiatan utama pada bangunan perpustakaan
adalah perpustakaan sebagai penampung minat baca dan juga
pengoptimalannya sebagai ruang publik. Sehingga tata massa
yang dirancang adalah tata massa yang tidak hanya fokus pada
bangunan perpustakaan, namun dilengkapi bangunan
penunjang yang mendukung konsep ruang publik tersebut.
Bangunan perpustakaan yang akan dirancang
menggunakan massa jamak karena terdapat kelompok
kegiatan yang memilki fungsi masing-masing, yaitu :
kelompok kegiatan utama yang masih akan terbagi lagi
menjadi beberapa kelompok koleksi, kemudian kelompok
pengelola, dan kelompok kegiatan penunjang seperti : ruang
seminar, ruang serba guna, dan ruang pameran. Dimana akan
lebih nyaman dan aksesibel, jika kelompok kegiatan dengan
fungsi yang berbeda – beda tersebut mempunyai massa sendiri
sehingga pengunjung tidak mengalami disorientasi.
b. Pola Tata Massa
1) Tujuan
Mendapatkan pola tata massa pada site yang jelas dan
aksesibel untuk menghindari adanya disorientasi bangunan.
2) Dasar Pertimbangan
a) Kelompok kegiatan yang diwadahi
b) Hasil Analisa Sirkulasi Site
3) Analisa
Pola tata masa pada bangunan menurut Francis D.K. Ching,
dalam bukunya Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya
terdapat lima macam pola, yaitu terpusat, linier, grid, cluster,
dan radial.
4) Produk
Dari kelima pola tata masa bangunan, pola yang dapat
digunakan sebagai alternatif adalah pola cluster. Ini karena
cluster memiliki karakteristik yang cocok jika digunakan
130
untuk pola tata massa bangunan perpustakaan dengan
karakteristik :
- Masing-masing massa memiliki fungsi pada tiap
kelompok kegiatannya.
- Pembagian kegiatan lebih jelas, sehingga terjadinya
disorientasi oleh pengguna dapat diminimalkan.
- Sirkulasi antar masa lebih mudah. Hal ini penting,
karena antara masa satu dengan masa yang lain
memiliki keterkaitan fungsi yang tidak dapat
diabaikan.
- Bentuk alternatif yang akan diterapkan merupakan
bentuk-bentuk dasar yang sedikit diubah dengan
dipotong maupun ditambah.
c. Gubahan massa bangunan
1) Tujuan
Membentuk gubahan massa yang aksesibel dan fungsional
serta mendukung upaya menjadikannya ruang publik yang
diterapkan pada bangunan perpustakaan.
2) Dasar pertimbangan
Untuk memcapai tujuan yang diinginkan, terdapat beberapa
dasar pertimbangan yang menjadi acuan. Yaitu :
a) Fungsi bangunan.
b) Kontekstual dengan lingkungan.
c) Hasil Analisis Site
3) Analisis
Ada 2 alternatif yang menjadi pilihan dalam gubahan masa
perpustakaan :
§ Kotak
Kotak merupakan bentuk yang memiliki kelebihan
dalam hal efektifitas dan fungsional. Selain itu bentuk
kotak yang minimalis dan terkesan simpel dan tidak
131
Gambar V.43 : contoh alternatif bentuk tatanan massa Sumber : Analisa Pribadi, 2011
rumit menjadi sebuah cerminan fleksibilitas
kenyamanan ruang publik.
§ Lingkaran
Bentuk lingkaran / lengkung diaplikasikan untuk
mentralisasi kekakuan bentuk kotak yang diguanakan.
4) Hasil
Massa bangunan perpustakaan menggunakan bentuk kotak
yang dikembangkan menjadi bentuk yang lebih atraktif
dengan memutar bentuk, menambah atau mengurangi bentuk
sesuai dengan bentuk dari site.
Untuk menambah keluwesan bangunan penggunaan bentuk
lingkaran dan lengkung menjadi sebuah solusi desain.
Sehingga bangunan tidak terlihat kaku dengan bentuk kotak-
kotak.
Dan penyusunannya dengan sistem cluster untuk
menambahkan ruang-ruang atrium sebagai penghubung antar
bangunan. Pada akhirnya bentuk-bentuk yang mungkin
terjadi adalah seperti yang di bawah ini:
132
Tabel V.15 : Jenis dan sifat warna Sumber : www.wikipedia.org
2) Ekspresi & Tampilan Bangunan
a. Eksterior
1) Tujuan
Mendapatkan konsep ekspresi dan tampilan bangunan yang
sesuai dengan citra perpustakaan sebagai ruang publik kota
Surakarta, serta untuk menarik minat masyarakat terhadap
bangunan tersebut.
2) Dasar Pertimbangan
· Berpenampilan atraktif dan menarik untuk menarik minat
pengunjung
· Menunjang konsep ruang publik yang diusung.
3) Analisa
Bangunan perpustakaan harus representatif dengan konsep
ruang publik yang diangkat. Ornamen dapat berupa pengulangan
yang teratur namun atraktif. Keteraturan ini memperkuat kesan
perpustakaan sebagai media belajar yang tidak dianggap “main-
main”.
Kesan santai dapat diperoleh dengan penggunaan warna
dan olahan bentuk ornamen lingkaran pada eksterior bangunan.
Berikut adalah alternatif warna beserta karakter yang
ditimbulkan:
Jenis Warna Arti Kuning Bebas, ceria Kuning Hijau Tenang, menyegarkan Hijau Tenang, ramah, cendikia HIjau Biru Angkuh, mantab Biru Keras, dingin Ungu Tinggi, ekstrim Merah Panas, melelahkan Jingga Gembira, bergairah Jingga, kuning Lincah, bergairah Abu-abu Menenangkan
Santai dapat diidentikkan dengan ceria, lincah dan bahagia.
Untuk itu, dipilih warna-warna ceria, gembira & semangat seperti
133
kuning dan jingga. Warna-warna tersebut dipadukan dengan
warna netral yang dapat menenangkan. Seperti abu-abu, atau
krem. Hal ini untuk menyeimbangkan aura yang timbul sehingga
kondisi yang ditimbulkan dapat lebih dinamis dan balance.
Eksterior merupakan salah satu sarana mengkomunikasikan
bangunan kepada publik. Untuk itulah pengolahan eksterior
dimaksimalkan sehingga dapat menjadi salah satu pendukung
promosi kepada masyarakat. Oleh karena itu dalam perpustakaan
dilakuakn langkah desain sebagai berikut :
§ Pemberian point of interest pada eksterior bangunan yang
menjadi pertemuan titik pandang
§ Mengambil ide desain dari konsep terkait yang diangkat.
4) Produk
Dengan penggunaan warna finishing yang cerah pada
bagian fasad bangunan, membuat bangunan ini tampak santai,
“hangat” dan “welcome” bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke
dalamnya. Kesan ini lebih di perkuat dengan penggunaan material
kaca pada beberapa sudut bangunan, yang seakan memperkuat
kesan bahwa bangunan ini adalah bangunan publik.
Gambar V.44: Contoh Penggunaan Warna Cerah
pada Fasad Bangunan East Village Lofts
Sumber: www. formmag.net
Pengolahan Warna pada Fasad
134
GambarV.45: Taman Baca di depan gedung perpustakaan Soeman HS, Riau
Sumber: http://kabarancak.blogspot.com
GambarV.46: Contoh Secondary skin pada Arizona Library
Sumber: www.blog.buildllc.com
Adanya area taman baca yang diolah lanscape dan
bentuknya, sehingga menjadi point of interest. Taman baca dipilih
untuk diolah menjadi point of interest, karena kegiatan membaca
adalah esensi pokok dari sebuah perpustakaan. Dengan taman
baca sebagi point of interest, membuat bangunan perpustakaan
tidakkehilangan“nyawanya”.
Contohnya adalah pada perpustakaan Soeman HS di mana
areal main entrance terdapat taman besar sebagai ruang publik.
Eksterior fasad diolah dengan menggunakan secondary skin
yang didesain sebagai gubahan dari bentuk buku yang di tata pada
raknya. Dari penggunaan desain eksterior seperti tersebut diatas,
diharapkan dapat membantu menambah nilai plus dari
perpustakaan dalam sosialisasinya kepada masyarakat.
Contoh Pemberian Secondary Skin
135
b. Interior
1) Tujuan
Mendapatkan ekspresi ruang yang dapat mencitrakan dan
mendukung konsep yang diusung pada masing-masing koleksi
dan klasifikasi ruangan pada bangunan perpustakaan.
2) Dasar Pertimbangan
§ Kenyamanan pengunjung
§ Jenis Kegiatan
§ Sistem pencahayaan
3) Analisa & Produk
Untuk memudahkan pengaturan interior pada perpustakaan,
berdasarkan aspek perilakunya user dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu :
§ Anak-anak
Anak-anak sangat rentan dengan kejenuhan dan keadaan
monoton. Hal ini dapat diakali dengan :
- Menggunakan interior yang membuat kesan ramai yang
ceria khas anak, dengan menggunakan warna yang kontras
dan lighting yang mendukung.
- Ruangan didesain minim sekat agar tidak terkesan
membatasi ruang gerak anak yang aktif.
- Dibuat playground pada outdoor agar anak bisa bermain.
§ Dewasa / Umum
Dengan latar belakang perilaku user kelompok dewasa atau
umum yang berada pada kisaran usia 12 tahun keatas, maka
ruang pada perpustakaan dewasa dibagi menjadi
- Privat
Didesain bagi pengunjung yang lebih menyukai
privacy ketika membaca. Interior dibuat dengan
penggunaan warna-warna kalem untuk mendukung
ketenangan, seperti : krem, dan coklat untuk menimbulkan
136
Gambar V.47 : Interior Perpustakaan Area dewasa pada Seattle Public Library Sumber: www.archspace.com
persepsi bahwa privacy mereka terlindungi, namun tetap
berada pada suasana yang hangat dan menyenangkan
dengan penggunaan furniture yang elegan namun tetap
santai.
- Semi Privat
Area semi privat ditujukan bagi mereka yang ingin
membaca ditengah komunitasnya sambil bersosialisasi.
Disini peran perpustakaan sebagai tempat berkomunitas
mulai terlihat. Interior dibuat lebih berwarna, Penggunaan
furniture yang terlihat santai namun “dewasa” menjadi
kekuatan dari interior ruang semi privat bagi perpustakaan
dewasa.
- Smooking Area
Interior smooking area didesain santai, dengan ventilasi
yang cukup untuk mengeluarkan asap rokok ke luar
bangunan dan dengan furniture yang terbuat dari bahan
yang tahan api (tidak mudah terbakar.
- Penunjang
Fasilitas entertaining disediakan untuk lebih dapat
menambah dan mengakomodasi minat baca.
- Cafe & Foodcourt
Cafe dan foodcourt dapat menjadi wadah interaksi bagi
para pengemar buku. Khususnya cafe, ruangan didesain
senyaman mungkin untuk berinteraksi dan mengobrol
137
seputar pustaka. Interior cafe dibuat nyaman untuk tempat
berdiskusi & berkumpulnya komunitas buku.
- Ruang Seminar, ruang serbaguna, ruang pameran
Interior masing-masing ruang tersebut disesuaikan dengan
kegiatan yang diwadahi dengan tidak mengesampingkan
estetika namun tetap mendukung kesan non-formal dari
konsep perpustakaan.
c. Landscape
1) Tujuan
Mendapatkan pola tata landscape yang mendukung keberadaan
bangunan perpustakaan dan memudahkan sistem sirkulasi.
2) Dasar Pertimbangan
§ Mendukung karakter bangunan sebagai bangunan publik
§ Fungsi landscape dapat mendukung kegiatan
§ Kemudahan sirkulasi
§ Perencanaan penghijauan dan sebagai fungsi peresapan air
hujan.
3) Analisa
Mengingat bangunan perpustakaan adalah bangunan yang
mengakomodasi pejalan kaki dan kendaraan bermotor, maka
penggunaan bahan sebagai penata landscape harus
mempertimbangkan aspek tersebut diatas selain berbagai jenis
vegetasi pendukung . Untuk itu penataan landscape dibagi
menjadi 2, yakni :
a) Hard Landscape
Penggunaan hardscape lanscape pada sebuah tapak
dimanfaatkan sebagai pendukung kegiatan seperti jalur
pedestrian dan kendaraan, memberikan perkuatan terhadap
karakter dan estetika bangunan. Selain itu juga dimanfaatkan
sebagai area tangkapan air hujan. Hardscape lanscape dapat
138
Gambar V.48 : Sketsa penempatan hardscape Sumber: analisis pribadi
berupa lantai penutup jalan dan street furniture (lampu jalan,
tempat sampah dan lain-lain).
Beberapa alternatif hardscape lanscape yang biasa
digunakan:
§ Produk
- Jalur kendaraan menggunakan bahan aspal halus
sehingga dapat memberikan kenyamanan.
- Jalur pedestrian menggunakan pavingblock/
pavinggrass, dan batu alam.
- Pada amphiteater digunakan elemen batu sebagai
paving, begitu juga dengan tembok berundak yang
biasanya digunakan untuk area tempat duduk.
- Perkerasan aspal
- Perkerasan beton
- Perkerasan kerikil
- Tanah padat
- Tanah berumput
- Paving
- Taman
Paving
Paving Grass
Aspal pada jalan masuk
Street
Furniture
Paving Grass/Paving block pada atrium penghubung dan parkir
139
- Pada plasa penghubung antar bangunan
menggunakan pengolahan lantai dengan
menggunakan beberapa variasi bahan yaitu
kombinasi antara paving blok, batu alam dan
pavinggrass.
b) Softscape Landscape
Softscape landscape meliputi vegetasi pada taman maupun
jalur sirkulasi. Vegetasi memiliki fungsi bermacam-macam
yaitu sebagai zona relaksasi dan zona hijau, sebagai penyedia
oksigen, sebagai filter terhadap suara, debu, udara dan bau,
serta sebagai penahan air atau cadangan air saat musim hujan.
§ Analisa
Dalam perpustakaan umum ini, vegetasi akan
digunakan sebagai elemen estetika pada taman, menjadi
area hijau pada outdoor maupun indoor, sebagai
pelindung terhadap sinar matahari yang terlalu terik baik
untuk kebutuhan indoor maupun pembayangan untuk
outdoor.
Gambar V.49 : Jalur Pedestrian Sumber: www.fotosearch.com, 2011
140
Gambar V.51 :Pohon Akasia dan angsana Sumber: www.fotosearch.com, 2011
Gambar V.50 : Sketsa penempatan sofscape Sumber: analisis pribadi
§ Produk
Pemilihan jenis pohon sebagai vegatasi terpilih, dengan
mempertimbangkan faktor fungsional dan estetika. Yaitu :
1) Vegetasi Peneduh
Berfungsi sebagai peneduh di area parkir dan beberapa
spot tempat baca. Dasar Pertimbangannya adalah mudah
tumbuh dalam segala kondisi dan batangnya kuat.
- Alternatif: Pohon akasia mangnium dan pohon angsana
- Kesimpulan:
Pohon yang dipilih adalah pohon akasia yang
mudah tumbuh baik dalam kondisi tanah yang kurang
mendukung serta sifat batang yang kuat. Serta lukisan
Ground Cover
Penghias Taman
Area Peneduh
Pengarah
141
Gambar V.52: Pohon Cemara dan palem Sumber: www.google.com, 2011
pohonnya yang bebas cabang sampai setengah tinggi
pohon, sehingga ruang dibawahnya dapat dimaksimalkan
pemanfaatannya yaitu untuk parkir dan beberapa spot
pada area baca.
2) Vegetasi Pengarah
Digunakan untuk membantu mengarahkan sirkulasi
pada site, baik sirkulasi kendaraan maupun sirkulasi
pejalan kaki.
- Alternatif: Pohon palem dan cemara:
Merupakan jenis pohon bertajuk menarik dan sering
digunakan sebagai tanaman pengarah pada lansekap.
- Kesimpulan
Vegetasi yang digunakan sebagai tanaman pengarah
pada lansekap adalah pohon palem karena memiliki tajuk
yang lebih menarik, selaras dengan vegetasi yanga ada di
GOR Manahan dan ukurannya tidak mengahabiskan
banyak ruang.
3) Vegetasi Ground cover/ tanaman penutup tanah/ tanaman
pelantai
Tanaman pelantai adalah tanaman yang membentuk
kesan lantai. Pada perpustakaan, tanaman pelantai
dimanfaatkan sebagai pengisi celah diantara hardscape
pada plassa penghubung, area baca outdoor dan taman.
142
Beberapa vegetasi yang cocok digunakan sebagai
tanaman pelantai adalah : rumput, dan tanaman herba
berbunga.
Tanaman herba berbunga mempunyai fungsi ganda,
yakni selain untuk menutupi tanah dari curahan air hujan
langsung, tanaman hias bunga ini pun memberikan kesan
semarak karena akan berbunga pada masanya. Portulaka
dan kacang hias merupakanjenis tanaman hias bunga
yang sering digunakan sebagai penutup tanah di taman.
4) Vegetasi Perdu
Merupakan vegetasi setinggi manusia. Tanaman
perdu digunakan untuk mengisi dan menghias lansekap
antar bangunan. Vegetasi yang dipilih adalah pohon
ketapang dan flamboyan karena memiliki bentuk dan
warna yang indah.
5) Vegetasi Penghias Taman
Untuk memperindah taman, sekaligus menambah
estetika landscape digunakan vegetasi penghias taman.
Tanaman penghias tidak hanya diletakkan outdoor
namun juga indoor. Tanaman yang diilih untuk mengisi
taman terutama taman indoor harus memiliki persyaratan
keindahan untuk dilihat baik warna maupun bentuk serta
aman.
Tanaman lavender adalah tanaman yang memiliki
warna bunga dan bentuk daun yang indah. Sekaligus
tanaman ini dapat berfungsi sebagai pengusir nyamuk.
Karena manfaat itulah penggunaan lavender dapat
mendukung kenyamanan pengunjung pada saat
beraktivitas di perpustakaan. Selain itu jenis tanaman
penghias lainnya adalah melati, mawar dan aster.
143
Gambar V.53: Tanaman Rambat (Alamanda dan Sirih Gading) Sumber: www.google.co.id, 2011
6) Vegetasi Rambat
Digunakan roof garden. Penggunaan roof garden
digunakan untuk meredam panas sinar matahari
sehingga site tidak terlihat terlalu panas. Tanaman
rambat yang dipilh adalah daun mendevila, alamanda,
dan sirih gading.
7) V
egetasi Pembatas / pagar
Berfungsi sebagai tanaman pembatas pada lansekap
yang tidak dibatasi dinding pemisah. Berdasar analisis
pada site, ada dua tipe pembatas / pagar yang dapat
digunakan pada perpustakaan. Yaitu: Pagar yang
terbentuk dari peninggian lantai site, dan ditanami oleh
vegetasi sejenis rumput serta tanaman berbunga untuk
estetika. Perletakan pagar tanaman ini untuk memperkuat
kesan “welcome” kepada lingkungan dan masyarakat
bahwa banguan perpustakaan adalah bangunan public.
Selain itu, peninggian lantai yang tidak terlalu tinggi
tersebut, tidak akan menghalangi pandangan orang pada
view kedalam bangunan. Sehingga ekspos bangunan
keluar dapat lebih maksimal.
E. ANALISA POLA SIRKULASI BANGUNAN
1. Sirkulasi Horizontal
a. Tujuan
Mendapatkan pola sirkulasi bangunan yang dapat memudahkan
pengunjung dalam melakukan aktivitasnya di dalam bangunan
144
perpustakaan, terutama aktivitas yang berhubungan dengan proses
pencarian bahan pustaka.
b. Dasar Pertimbangan
Sistem sirkulasi bangunan akan sangat mempengaruhi pola-pola
ruang yang ada. Dalam menentukan pola sirkulasi horizontal,
terdapat beberapa dasar pertimbangan yang harus diperhatikan,
yaitu :
§ Pola sirkulasi yang aman dan memudahkan pengguna dalam
memperoleh bahan pustaka (kemudahan pencapaian).
§ Pola sirkulasi yang memperhatikan alur kegiatan pencarian
bahan pustaka.
§ Pola sirkulasi yang memudahkan pengguna dalam
berinteraksi secara sosial maupun antar individu.
§ Pola sirkulasi yang memberikan kelancaran sehingga tidak
menimbulkan crowded.
c. Analisa
Ada beberapa alternatif pola sirkulasi horizontal. Yakni :
§ Pola Linier:
Pola Linier merupakan deretan ruang-
ruang yang berjajar, dihubungkan oleh
suatu jalan lurus sebagai penghubung
antar ruang, sekaligus sebagai unsur
pembentuk ruang.
§ Pola radial
Pola radial biasanya berupa ruang-
ruang terpola dalam bentuk yang
memusat atau menyebar sehingga
bentuk radial ini mempunyai jalan yang
berkembang dari atau menuju sebuah
titik pusat.
ruang
sirkulas
ruang
sirkulasi
145
§ Pola terpusat
Pola terpusat yakni : satu pusat ruang
dimana sejumlah ruang sekunder
dikelompokkan. Pola terpusat kurang
sesuai bila diterapkan dalam penataan
sirkulasi bangunan. Baik sirkulasi anta
bangunan, maupun sirkulasi antar
ruang. Karena dapat menyebabkan
disorientasi pada user.
§ Pola Grid
Pada pola grid ruang-ruang
ditempatkan pada bentuk grid tertentu,
yang dihubungkan dengan pola jalan
linier yang saling bersilangan. Pola grid
dapat diaplikasikan pada penataan rak
dan penyimpanan bahan koleksi yang
bertujuan untuk memudahkan
pengkategorian bahan pustaka serta
memudahkan akses memperoleh bahan
pustaka tersebut. Namun, kelemahan
pola ini adalah cenderung monoton dan
dapat menyebabkan disorientasi.
§ Pola Cluster
Dalam pola cluster ruang-ruang yang
dikelompokkan oleh letaknya secara
bersama/berhubungan. Pola cluster
memberi kemudahan bagi pengunjung,
ketika akan mengakses bangunan /
ruanganyang mempunyai kaitan erat.
sirkulasi
ruang
ruang sirkulasi
sirkulasi
ruang
146
d. Produk
Berdasarkan hasil analisa sirkulasi diatas, maka didapat sebuat
kesimpulan bahwa bangunan perpustakaan menggunakan jenis
sirkulasi kombinasi, yakni gabungan antara sirkulasi :
§ Linier
Diaplikasikan pada tatanan koridor penghubung antar
ruang, diaplikasikan pada ruangan kantor pengelola untuk
memudahkan penataan ruang berdasarkan fungsi, selasar
penghubung ruang luar, alur difabel maupun jalan setapak
pada area publik, dan juga alur arcade/atrium pejalan kaki.
§ Cluster
Penggunaan cluster sebagai pola sirkulasi tidak lepas dari
kegiatan yang terjadi pada bangunan & ruang dalam
perpustakaan yang saling terkait dan mendukung.
2. Sirkulasi Vertikal
a. Tujuan
Mendapatkan pemecahan pola sirkulasi vertikal yang aksesibel,
sehingga membantu user dalam melakukan kegiatanya pada
bangunan perpustakaan
b. Dasar pertimbangan
Dalam memilih sirkulasi vertikal yang akan diaplikasikan dalam
bangunan, terdapat dasar pertimbangan sebagai berikut :
§ Fungsi kegiatan yang dikelompokkan dengan pemisahan
lantai.
§ Kemudahan akses bagi pengunjung sehingga bangunan yang
direncanakan dapat aksesibel.
c. Analisa
Sistem sirkulasi vertikal lebih ditujukan untuk transisi antar
lantai. Pada bangunan tinggi sirkulasi vertikal ada beberapa
macam, yaitu:
147
§ Eskalator, sebagai alat angkut pengunjung dari lantai satu ke
lantai berikutnya.
§ Elevator/Lift, digunakan sebagai alat angkut pengunjung
serta angkut barang/servis.
§ Tangga, digunakan untuk penunjang sirkulasi vertikal pada
ruang servis, serta digunakan pula untuk tangga darurat.
§ Ramp, biasa digunakan sebagai elemen sirkulasi aksesibilitas
bagi para difabel (penyandang cacat, ibu hamil, manula).
Kemiringan standar ramp yang biasa digunakan adalah 5o –
6o.
d. Produk
Bangunan perpustakaan menggunakan beberapa alternative
sirkulasi vertikal sebagai penghubung antar ruang, yakni :
§ Lift sebagai alternatif alat angkut bagi pengunjung difabel
§ Ramp sebagai elemen sirkulasi aksesibilitas menuju
bangunan maupun sirkulasi antar ruang.
§ Tangga darurat sebagai syarat keamanan dan keselamatan
bangunan.
§ Eskalator sebagai media alternatif untuk menuju lantai
dengan level di atasnya.
F. Analisis sistem struktur
1) Tujuan
Mendapatkan sistem struktur yang tepat untuk menopang bangunan
agar kuat dan berdiri dengan kokoh.
2) Dasar Pertimbangan
§ Bentang ruang-ruang dalam bangunan sebagai pertimbangan
jenis atap.
§ Fleksibilitas ruangan sebagai pertimbangan lebar bentang dan
kolom
148
§ Jumlah lantai sebagai pertimbangan pemilihan struktur
pondasi.
3) Analisa
Dalam melakukan pemilihan sistem struktur yang sesuai dengan
perencanaan bangunan perpustakaan, ada beberapa hal yang menjadi
pertimbangan:
a. Beban bangunan
Dalam penekanan fleksibilitas ruang, ruang-ruang dapat
dipindah dan bergeser sesuai dengan kebutuhan. sedangkan
rak-rak yang dipenuhi buku mempunyai beban mati yang besar.
Jadi oleh karena itu, struktur penopang plat lantai harus dapat
menanggung beban yang merata di seluruh permukaan lantai
perpustakaan.
b. Kemudahan pengaturan ruang
Fleksibilitas dalam perpustakaan membutuhkan area
terbuka yang luas untuk memungkinkan pengaturan modul-
modul rak buku dengan lebih leluasa.
Untuk mencapai hal tersebut diperlukan system struktur
yang dapat mewadahi hal tersebut, ada beberapa alternatif
sistem struktur yang menjadi pertimbangan untuk dipergunakan
dalam desain perpustakaan ini :
a. Sub struktur
Merupakan struktur bagian paling bawah, yaitu yang tertanam
dalam tanah. Bangunan perpustakaan umum yang direncanakan
merupakan bangunan bermassa jamak dengan ketinggian 1-2
laintai. Berikut alternatif struktur yang dapat digunakan:
- Batu Kali
Mendukung bangunan 1 lantai, struktur
sederhana
149
- Footplat
Mampu mendukung bangunan berlantai
1-4, cocok untuk jenis tanah yang tidak
terlalu keras, tidak perlu menggali tanah
terlalu dalam.
- Sumuran
Mendukung bangunan berlantai 1- 25,
dapat digunakan pada jenis tanah
berpasir dimensi yang besar dan
banyak membuang tanah galian.
Kesimpulan:
Struktur yang digunakan adalah struktur footplat
b. Super struktur
Merupakan struktur badan atau tengah. Struktur ini
dipengaruhi oleh bentuk peruangan di dalam bangunan. Untuk
bangunan Perpustakaan Umum yang dirancang, ruang-ruang di
dalamnya pada dasarnya adalah ruang yang luas.
Perpustakaan Umum yang direncakan merupakan bangunan
1- 2 lantai untuk memenuhi kebutuhan pengunjung akan
kemudahan gerak dan akses. Sistem super struktur yang
memungkinkan digunakan pada bangunan perpustakaan umum
adalah sistem rigid kolom bentang lebar dengan modul jarak
antar kolom rata-rata 0,8m.
c. Sistem Upper struktur
Bagian atap menggunakan jenis atap dag dan atap miring
dengan konstruksi space frame. Penggunaaan atap miring ini
bertujuan agar air hujan lebih mudah mengalir ke bawah.
150
Gambar V.54 Aplikasi roofgarden pada atap miring
Sumber : www.google.com (diakses tahun 2011)
Atap dag digunakan karena atap juga bisa difungsikan untuk
kegiatan outdoor (taman baca), bagian atap dag diberi tanaman
(roof garden) sebagai reduksi panas matahari yang masuk ke
dalam bangunan dan untuk menggantikan bagian lahan(tapak)
yang tertutup bangunan.. Material penutup atap menggunakan
genteng metal, karena ringan dan awet.
Pada area di atas ramp (jalur sirkulasi vertikal) digunakan atap
miring yang diberi skylight untuk pemasukan cahaya dari atas.
Material transparan dipilih polycarbonat karena memiliki daya
reduksi panas matahari cukup tinggi.
4) Produk
Berdasarkan analisa tersebut diatas, diputuskan untuk
menggunakan space frame. Tujuannya untuk meminimalisir
kebutuhan kolom demi memaksimalkan konfigurasi modul yang
mungkin dituangkan dalam perngaturan komponen dari bangunan
perpustakaan yang akan dirancang. Hal ini memungkinkan untuk
mengkombinasikan system struktur frame dengan material baja.
151
G. Analisis Utilitas
1) Tujuan
Mendapatkan utilitas yang berupa air bersih, air kotor, dan listrik
dengan tepat untuk sebuah bangunan perpustakaan berikut fasilitas
penunjangnya.
2) Dasar Pertimbangan
§ Sumber dan kebutuhan air bersih bangunan
§ Jenis air kotor/buangan dari bangunan
§ Kebutuhan listrik bangunan
3) Analisa
a. Sistem air bersih
Sumber air bersih yang digunakan berasal dari dua sumber yaitu
sumur artesis dan jaringan kota (PDAM).
Karena site terletak di tengah kota, dan dikanan-kiri site sudah
terdapat bangunan, maka penggunaan sumur artesis harus
diminimalisir karena penggunaan sumur artesis yang belebihan
dapat mengeringkan persediaan air tanah. sumber utama yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan bangunan adalah
berasal dari jaringan kota.
Sumber air bersih alternatif yang dapat dimanfaatkan adalah
air hujan. Yang ditampung dari atap.
Gambar V.55 . Distribusi air dari PDAM Sumber : Dokumen Pribadi,2011
152
Kebutuhan air bersih dari bangunan ini adalah untuk kamar
mandi/lavatory, wastafel sebagai pantry/dapur, untuk wudhu,
dan juga taman.
b. Sistem air kotor
Air kotor yang berasal dari bangunan didaur ulang dalam
kolam-kolam treatment untuk dimanfaatkan kembali untuk
keperluan bangunan utilitas bangunan, yakni penyiram toilet
yang kini sudah mulai digunakan di kota-kota besar. Selain itu
air kotor yang ditreatmen bisa juga digunakan untuk menyiram
tanaman pada taman-taman indoor maupun outdoor.
c. Sistem listrik
Sumber utama energi listrik dipasok dari jaringan kota (PLN).
Disediakan pula sebagai cadangan dua buah generator (genset)
untuk kebutuhan darurat. Genset mem-backup 80% dari total
penggunaan energi listrik dalam bangunan.
Genset yang digunakan merek Cummins, buatan jerman
dengan kapasitas daya 2000 KVA dan 1500 KVA
Keterangan :
ATS : Automatic Transfer Switch, yaitu alat untuk
mentransfer aliran listrik secara otomatis dari aliran
PLN ke aliran genset sehingga genset menjadi
sumber tenaga listrik pada saat aliran dari PLN
terputus.
Genset
meteran
Sekring
PLN
SDP
ATS MDP Kelompok ruang
Gambar V.56. Sistem Suplai Listrik PLN Sumber: Data pribadi, 2011
153
MDP : Main Distribution Panel, pusat distribusi aliran
listrik, dari sini aliran listrik dialirkan ke unit ruang
dan unit bangunan yang membutuhkan.
H. Analisis Penghawaan
1) Tujuan
Mendapatkan sistem penghawaan yang tepat dan nyaman untuk
bangunan perpustakaan
2) Dasar Pertimbangan
§ Keamanan barang pustaka
§ Kenyamanan manusia ketika berada di dalam suatu ruangan.
3) Analisa
Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur
kenyamanan yang sangat penting, karena menyangkut kondisi suhu
ruangan yang nyaman. Seperti diketahui, manusia merasakan panas
atau dingin merupakan wujud dari sensor perasa pada kulit terhadap
stimuli suhu di sekitarnya. Sensor perasa berperan menyampaikan
informasi rangsangan kepada otak, dimana otak akan memberikan
perintah kepada bagian-bagian tubuh tertentu agar melakukan
antisipasi untuk
mempertahankan suhu sekitar 37ºC. Hal ini diperlukan organ tubuh
agar dapat menjalankan fungsinya secara baik.
Suhu udara merupakan faktor yang paling berpengaruh
terhadap kondisi nyaman (termal) manusia. Hoppe (1988)
memperlihatkan bahwa suhu manusia naik ketika suhu ruang
dinaikkan sekitar 21ºC. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak
menyebabkan suhu kulit naik, namun menyebabkan kulit
berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20ºC suhu nyaman untuk kulit
tercapai. Selain suhu udara, suhu radiasi matahari dari sekeliling
permukaan (plafon, dinding, pintu, jendela dan lantai) juga ikut
mempengaruhi kenyamanan ruang. Sementara itu, pengaruh
kelembaban udara pada kenyamanan ruang tidak sebesar pengaruh
suhu udara. Faktor kecepatan udara juga mempengaruhi
154
kenyamanan termal, dimana semakin besar kecepatan udara akan
berpengaruh terhadap semakin rendahnya suhu kulit manusia.
Menurut Lippsmeir (1994) batasbatas kenyamanan untuk
kondisi khatulistiwa adalah pada kisaran suhu udara 22,5ºC - 29ºC
dengan kelembaban udara 20 – 50%. Selanjutnya dijelaskan bahwa
nilai kenyamanan tersebut harus dipertimbangkan dengan
kemungkinan kombinasi antara radiasi panas, suhu udara,
kelembaban udara dan kecepatan udara.
Bangunan perpustakan terletak pada daerah beriklim tropis.
Permasalahan terkait kenyamanan ruang dalam iklim tropis adalah
tingkat kelembaban dan radiasi sinar matahari yang mengakibatkan
pemanasan ruangan.
Perpustakaan menyimpan materi yang memerlukan kondisi
terkontrol untuk menjaga keawetan material kertas didalam buku.
Oleh karena itu system penghawaan utama adalah menggunakan air
conditioner (AC). Penghematan dalam penggunaan AC dilakukan
dengan mengurangi beban pendinginan ruangan. Hal ini dapat
dicapai dengan:
a. Penanaman vegetasi di rooftop bangunan untuk menyerap panas
sinar matahari yang berlebihan.
b. Penggunaan sistem shading dan kaca double glazing untuk
meminimalisir masuknya panas secara berlebihan.
c. Penggunaan shaft udara vertikal dan void dengan langit-langit
yang tinggi untuk memaksimalkan sirkulasi udara dalam
ruangan sekaligus memudahkan pembuangan udara panas keluar
dari bangunan.
d. Penggunaan Secondary Skin. Secondary Skin bila diartikan
secara harfiah berarti kulit kedua., yaitu lapisan terluar
bangunan yang berfungsi sebagai pelindung lapisan didalamnya.
Fungsi utamanya adalah memaksimalkan pendinginan alami
bangunan (Passive Solar Cooling).
155
I. Analisis Penerangan
1) Tujuan
Mendapatkan sistem penerangan yang cukup untuk bangunan
perpustakaan
2) Dasar Pertimbangan
§ Kenyamanan penerangan saat membaca
§ Kebutuhan penerangan baik alami maupun buatan
3) Analisa
Untuk keperluan penerangan perpustakaan diperlukan
sumber cahaya yang konstan untuk memenuhi standar penerangan
aktivitas membaca. Untuk bagian-bagian bangunan yang tidak
terjangkau penerangan alami dan juga ketika malam hari digunakan
sistem pencahayaan buatan.
Kemudian untuk memaksimalkan pencahayaan alami
dalam bangunan di desain sumur cahaya (light well) yang dapat
membawa masuk cahaya dari rooftop kedalam bangunan. Yang perlu
diperhatikan adalah kualitas pencahayaan alami harus dapat
dikontrol untuk memenuhi standar yang ditetapkan dan tidak
mengakibatkan silau (glare) yang dapat menggangu kenyamanan
aktivitas membaca.
Untuk pencahayaan buatan pada area koleksi dibutuhkan
pencahayaan sebesar 150 lux, area membaca baik itu meja baca
maupun ruang baca harus memiliki iluminasi sebesar 300lux,
sedangkan untuk ruang baca referensi dibutuhkan iluminasi sebesar
500lux. Untuk jenis warna lampunya sendiri adalah digunakan
lampu-lampu dengan warna yang hangat, cenderung kekuningan.1)
J. Analisis Kebakaran
1) Tujuan
Untuk mendapatkan sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran,
faktor yang menentukan adalah fungsi bangunan, luasan bangunan
1 Recommended illuminances, lamp colours for specific situation. Numeric Standard.
156
dan peralatan yang ada di dalam bangunan yang dapat memicu
terjadinya kebakaran.
2) Analisa
Perpustakaan umum ini adalah bangunan dengan ketinggian
bangunan 1- 4 lantai. Sistem yang biasa digunakan dalam bangunan
adalah:
Sistem Fire Alarm
Berfungsi untuk mengetahui dan memperingatkan
terjadinya bahaya kebakaran. Jenis alarm ini menggunakan dua
sistem, yaitu sistem otomatis yang menggunakan smoke and heat
detector dan one push button system. Di setiap detector dan button
dilengkapi sensor untuk mengetahui lokasi terjadinya kebakaran.
Sistem seperti ini lazim dipergunakan pada bangunan bertingkat
banyak.
Sistem Sprinkler Air
Berfungsi mencegah terjadinya kebakaran pada radius
tertentu untuk melokalisir kebakaran. Sprinkler air berfungsi apabila
dipicu oleh heat and smoke detector yang memberikan pesan ke
junction box. Setiap sprinkler juga dilengkapi dengan sensor untuk
mengetahui lokasi kebakaran.
Menurut buku panduan sistem bangunan tinggi untuk
bangunan dengan klasifikasi bertingkat rendah atau ketinggian
sampai dengan 8 meter tidak diharuskan penggunaan sprinkel
maupun fire alarm. Sehingga untuk bangunan Perpustakaan Umum
yang diernacakan tidak dilengkapi dengan fire alaram maupun
sprinkel air.
Fire Estinguisher
Berupa tabung karbondioksida portable untuk
memadamkan api secara manual oleh manusia. Tempatkan di
tempat-tempat strategis yang mudah dan dikenali serta di tempat
yang memiliki resiko kebakaran yang tinggi. Sistem ini tergolong
157
mudah dilakukan oleh semua orang karena ukuran tabung Fire
Estinguisher yang beragam.
· Outdoor Hydrant
Dihubungkan pada pipa ground tank dan pompa hydrant untuk
mendapatkan kepastian sumber air dan tekanan air yang
memadai.
Dari analisa di atas, maka dapat diketahui kebutuhan
pengamanan terhadap bahaya kebakaran di Perpustakaan Umum
adalah untuk bangunan 1-4 lantai menggunakan sistem sprinkle .
Selain itu pada bangunan Perpustakaan Umum hanya diletakan
Fire Estinguisher ditempat- tempat yang strategis dan outdoor
hydrant.
K. Analisis Petir
1) Tujuan
Mendapatkan sistem penanganan yang cocok untuk bangunan
sehingga bangunan aman terhadap petir.
2) Dasar Pertimbangan
§ Jumlah lantai bangunan
§ Keamanan dari sistem itu sendiri
3) Analisa
Terdapat tiga sistem penangkal petir yang ada yakni:
1) Sistem Franklin (sistem Konvensional)
Gambar V.57. Fire Estinguisher Sumber: dokumentasi pribadi, 2011
158
Sebuah batang yang runcing dari bahan cooper spit yang
dipasang pada paling atas bangunan, dan dihubungkan dengan
batang tembaga menuju elektroda tanah (mencapai permukaan
air ). Daerah yang dilindungi sari sambaran petir berbentuk
segitiga kerucut dengan ujung penyalur petir pada puncaknya.
Disistem ini hanya menggunakan sebuah spit pengangkal petir
yang dipasang pada tempat tertinggi.
2) Sistem Faraday (sangkar faraday)
Pada prinsipnya seperti franklin tetapi dibuat memanjang
atau berbentuk sangkar sehingga jangkauan lebih luas. Sistem
ini dipakai pada bangunan yang punya atap yang luas. Dalam
satu bangunan menggunakan lebih dari 4 spit sebagai
penangkal petir.
3) Sistem Radio Aktif
Sistem ini cocok untuk bangunan tinggi.
Satu bangunan cukup menggunakan sebuah penangkal petir.
Alatnya disebut Preventor, yang bekerja berdasarkan reaksi
netralisasi ion dengan menggunakan bahan radio aktif.
Keseluruhan kebocoran pada alat ini dapat mengakibatkan
radiasi. Oleh karena itu, alat ini dilararang.
Sebagai gantinya ada system penangkal petir model Energi
Froide (electrostatic Field) atau yang terkenal dengan EF.
4) Produk
Instalasi penangkal petir yang digunakan adalah Sistem
Faraday yaitu penangkal petir yang dipasang diatap bangunan. Arus
listrik dialirkan melalui penghantar berupa kabel – kabel timah yang
dilindungi isolator kedalam tanah (ground). Untuk mengantisipasi
bahaya petir, maka tiap massa bangunan dipasang system penangkal
petir faraday.
159
L. Analisis Sampah
Pengelolaan sampah dilakukan dengan memisahkan sampah yang
masih bisa didaur ulang (organik) dan sampah yang tidak bisa didaur
ulang (anorganik). Sistem pembuangan sampah dengan cara
mengumpulkan sampah dari tiap ruangan lalu tiap bangunan dan dikirim
ke pembuangan sampah sementara untuk kemudian dibuang ke TPA
(tempat pembuangan akhir) atau diolah
M. Analisis Telekomunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan dibedakan menjadi 2 :
· Intern
Menggunakan telefon PABX ( Private Automatic Branch
Exchange ) dimana sistem ini menghubungkan antar unit
bangunan. Selain itu digunakan pengeras suara pengeras suara
unutuk memberikan memberi informasi kepada pengunjung di
dalam ataupun di luar banguna yang sifatnya insidental.
Gambar V.58 .skema pengolahan sampah Sumber: www.google.com , diakses tanggal 15 Maret 2011
Gambar V.59 .skema sistem komunikasi Sumber: dokumentasi pribadi,2011
160
· Ekstern
Komunikasi yang digunakan oleh pengelola dengan pihak luar,
menggunakan telefon dan fax. Selain itu terdapat jaringan
internet yang dapat digunakan oleh seluruh penghuni dan
pengguna Perpustakaan Umum untuk mendapatkan informasi.
N. Sistem Keamanan
· Harus tersedia peralatan peringatan yang terdiri dari sistem peringatan
suara (vocal alarms), sistem peringatan bergetar vibrating alarms) dan
berbagai petunjuk serta penandaan untuk melarikan diri pada situasi
darurat .
· Semua pengontrol peralatan listrik harus dapat dioperasikan dengan
satu tangan dan tidak memerlukan pegangan yang sangat kencang atau
sampai dengan memutar lengan.
· Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan
tingginya sesuai dan mudah dijangkau oleh pengunjung
· Untuk kemanan bangunan secara keseluruhan, diperlukan penjagaan
khusus dan juga penyediaan pos penjagaan baik untuk perpustakaan
maupun ruang-ruang outdoor.
· Untuk mempermudah pengawasan, selain dibutuhkan penjaga,
digunakan pula CCTV, yang bisa dikontrol dan diawasi dalam satu
ruangan tertentu.
O. Evakuasi Kebakaran
Kondisi eksisting site yang dikelilingi oleh jalan di ketiga sisi site
memberikan kemudahan bagi akses keluar bangunan. Pola Tata massa
Gambar V.60 .skema sistem komunikasi Sumber: dokumentasi pribadi,2011
161
graha lansia yang direncanakan adalah pola tata massa gabungan dimana
merupakan bangunan ber massa jamak dengan ruang - ruang terbuka.. Hal
ini memberikan kemudahan bagi akses evakuasi jika terjadi kebakaran .
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat alternatif area
terbuka bagi evakuasi korban kebakaran bangunan pusat terapi bermain,
yaitu:
· Evakuasi I, yaitu di jalan Adi Sucipto
· Evakuasi II, yaitu di jalan Sumbing
· Evakuasi III, yaitu di jalan Samratulangi
· Kesimpulan.
Area terbuka yang dipilih sebagai jalur evakuasi adalah area
evakuasi I dan III karena area tersebut paling dekat dengan jalan
raya yang lebih besar dari hanya sekedar jalan lingkungan. Jalur
evakuasi berupa pintu darurat yang langsung terhubungan dengan
area terbuka.
Gambar V.61 .sistem jalur evakualsi Sumber: dokumentasi pribadi,2011
Evakuasi I
Evakuasi III
Evakuasi II
162