bab v karakteristik dinamis sistem orde dua
TRANSCRIPT
BAB V
KELAKUAN DINAMIS SISTEM ORDE DUA
5.1 Pendahuluan
Sistem-sistem dengan kelakuan dinamik orde satu, bukanlah satu-satunya
jenis sistem yang biasa ditemui dalam model proses-proses kimia. Pada bab ini
akan dibahas mengenai :
Karateristik dinamis sistem-sistem orde dua
Spesifikasi respons sistem orde dua
Respons orde dua dari proses dengan adanya pengendali
(controller)
5.2 Karakteristik Sistem Orde Dua
Sistem orde dua adalah suatu sistem yang outputnya, y(t) sebagai hasil dari
penyelesaian suatu persamaan diferensial linier orde kedua. Model matematis sistem
orde dua dapat dituliskan sebagai berikut :
(5.1)
dengan,
τ = konstanta waktu sistem orde dua
= faktor redaman / damping factor
Kp = gain statik, steady state gain
Transpormasi Laplace dari persamaan diferemsial linier orde dua diatas, akan
menghasilkan fungsi transfer baku untuk sistem orde dua sebagai berikut :
(5.2)
Kebanyakan sistem orde dua atau lebih tinggi yang dijumpai dalam suatu proses
kimia adalah proses-prosess multikapasitas atau merupakan akibat dari penambahan
sistem pengendali (controller) pada proses tersebut.
Bab V. Kelakuan Dinamis Sistem Orde Dua
5.3 Spesifikasi Respons Dinamis Sistem Orde dua
Respons atau tanggapan dinamik dari suatu sistem orde dua terhadap masukan
berupa fungsi tangga (step satuan) diuraikan secara detail sebagai berikut.
Untuk suatu perubahan input berupa fungsi step satuan f(t), pada persamaan (5.2)
akan menghasilkan persamaan berikut :
(5.3)
Bentuk respons sistem orde dua, sangat tergantung pada nilai faktor redaman ( )
berikut :
> 1 : sangat terredam (overdamped)
= 1 : redaman kritik (criticaly damped)
0 < < 1 : osilasi teredam (underdamped)
= 0 : osilasi kontinyu
< 0 : response tidak stabil (amplitudo membesar)
Jika masukan berupa fungsi step satuan, bentuk kurva respons adalah sebagai
berikut :
Gambar 5.1. Respons sistem orde dua untuk input step
5.4 Karakteristik Respons Osilasi Teredam (Underdamped)
Bab V. Kelakuan Dinamis Sistem Orde Dua
Hampir seluruh respons underdamped pada suatu proses kimia disebabkan
oleh interaksi antara sistem pengendali (controller) dengan unit proses yang
dikendalikannya, sehingga respons underdamped merupakan jenis respons yang akan
sangat sering dijumpai dalam pengendalian proses pabrik kimia, sehingga
karakteritiknya perlu dipelajari secara khusus.
Istilah-istilah yang digunakan pada penjelasan mengenai karakteristik respons
underdamped, mengacu pada Gambar 5.2 berikut :
Gambar 5.2. Karakteristik suatu respons underdamped.
a. Overshoot
Overshoot merupakan perbandingan atau rasio A/B, dengan B adalah nilai
akhir respons dan A adalah selisih nilai maksimum yang dapat dicapai respons
dengan nilai akhirnya. Overshoot merupakan fungsi dari faktor redaman ( ) dan
dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
(5.4)
Bab V. Kelakuan Dinamis Sistem Orde Dua
Gambar 5.3. di bawah menunjukkan kurva hubungan antara overshoot dengan .
Pada gambar tersebut terlihat bahwa overshoot meningkat dengan menurunnya
dan pada saat nilai yang mendekati 1 nilai overshoot akan mendekati nol
(respons redaman kritik, critically damped response).
Gambar 5.3. Pengaruh faktor damping terhadap Overshoot dan Decay ratio.
b. Perioda osilasi (period of oscillation)
Frekuensi radian osilasi (rad/satuan waktu) dari suatu respons underdamped
dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut :
(5.5)
Perioda osilasi (T) atau waktu antara dua puncak berurutan, dapat diturunkan
menggunakan hubungan : ω = 2πf dan f = 1/T, dengan f adalah frekuensi
siklus :
(5.6)
c. Perioda osilasi alamiah (natural period of oscillation)
Sistem orde dua dengan nilai = 0 merupakan sistem yang bebas damping.
Sesuai dengan gambaran diatas respon sistem ini akan berosilasi terus-menerus
Bab V. Kelakuan Dinamis Sistem Orde Dua
dengan amplitudo yang konstan dan dengan frekuensi alamiah (natural frequency)
sebagai berikut : ωn = 1/τ
Perioda siklus (Tn) dari respons tersebut adalah : Tn = 2πτ .............(5.7)
d. Waktu mantap, waktu respons (settling time)
Respons suatu sistem underdamped setelah berosilasi akan mencapai nilai
akhirnya pada nilai t → ∞. Untuk keperaktisan, biasanya dianggap telah mencapai
nilai akhirnya bila nilai respon telah mencapai ± 2% atau 5% dari nilai akhirnya
dan terus berosilasi dalam rentarng tersebut. Waktu yang diperlukan untuk
mencapai keadaan tersebut disebut waktu mantap (respons time). Waktu mantap
berkaitan erat dengan konstanta waktu sistem.
Kriteria 2% :
(5.8)
Kriteria 5% :
(5.9)
e. Rasio peluruhan (Decay ratio)
Decay ratio adalah perbandingan antara besarnya amplitudo kedua dengan
amplitudo pertama. Decay ratio merupakan fungsi dari , dan dapat dinyatakan
dalam bentuk persamaan berikut :
(5.10)
f. Waktu naik (rise time)
Istilah rise time digunakan untuk menyatakan kecepatan suatu sistem
underdamped berrespons. Rise time didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan
untuk respons pertama kali mencapai nilai akhirnya. Gambar 5.4 terlihat bahwa
Bab V. Kelakuan Dinamis Sistem Orde Dua
jika nilai makin kecil, rise time juga akan semakin kecil (respons sistem makin
cepat), tetapi overshoot akan semakin besar.
g. Waktu puncak (peak time)
Peak time adalah waktu yang dibutuhkan variabel keluaran sistem untuk
mencapai puncak gelombang yang pertama.
(5.11)
5.5 Sistem Orde Dua yang Disebabkan Kehadiran Pengendali (Controller)
Bab V. Kelakuan Dinamis Sistem Orde Dua
Penempatan suatu sistem pengendali pada suatu proses kimia dapat mengubah
orde proses dan menghasilkan suatu kelakuan dinamik spesifik yang tidak terdapat
pada proses tanpa kehadiran suatu pengendali. Uaraian lebih lanjut tentang sistem
dengan pengendalian rangkaian tertutup (pengendalian umpan balik) dibahas pada
bab 6 dan 7. Contoh kelakuan dinamik sistem orde satu dengan adanya pengendalian
dapat dipelajari sebagai berikut :
Contoh 5.1.
Proses Orde Pertama dengan Kelakuan Dinamik Orde Dua, Kerena Adanya
Sistem Pengendali
Suatu tangki pada Gambar 4.4.a (Contoh 4.1) merupakan sistem orde pertama. Untuk
mengendalikan ketinggian cairan dalam tangki tersebut tetap pada nilai yang
diinginkan meskipun laju alir masuk, Fi berubah menurut fungsi step. Pada alat
digunakan sistem pengendali yang ditunjukkan pada Gambar 5.5. Sistem pengendali
ini mengukur ketinggian cairan dan membandingkannya dengan sistem steady yang
diinginkan. Jika ketinggian cairan melebihi nilai yang diinginkan, sistem pengendali
memperbesar nilai laju alir keluar Fo dengan membuka controlvalve V, sebaliknya
jika ketinggian cairan kurang dari nilai yang diinginkan, sistem pengendali menutup
controlvalve. Pada contoh ini akan ditunjukkan bagaimana kehadiran pengendali
dapat mengubah kelakuan dinamik tangki dari orde pertama menjadi kelakuan orde
kedua.
Bab V. Kelakuan Dinamis Sistem Orde Dua
Gambar 5.5. a. Sistem tangki dengan pengendalian (Feedback control)
b. Karakteristik respon orde dua ketinggian cairan yang dihasilkan
Neraca massa untuk sistem tangki di atas adalah sebagai berikut :
(5.12)
Neraca untuk keadaan mantap (steady) : (5.13)
Pengurangan persamaan (5.12) dan (5.13) akan menghasilkan,
dengan variabel-variabel penyimpangan yang didefinisikan sebagai berikut :
Jika ketinggian cairan tidak sesuai dengan yang harapkan (acuan), maka h’ ≠ 0.
Instument pengukur mengukur nilai h dan membandingkan nilai tersebut dengan nilai
hs yang diinginkan. Nilai penyimpangan (error) h’ digunakan oleh pengendali untuk
menaikkan atau menurunkan laju alir keluaran menurut hubungan :
(5.14)
Bab V. Kelakuan Dinamis Sistem Orde Dua
Dimana, Kc dan τI adalah parameter konstan dan berharga positif. Berdasarkan
persamaan (5.14) diatas :
1. Jika h’ = 0, maka Fo = Fo,S , posisi bukaan katup V tidak berubah.
2. Jika h’ < 0 (ketinggian cairan menurun), maka dari persamaan (5.14) , Fo < Fo,S
(pengendali akan mengurangi laju keluaran dan ketinggian cairan mulai
bertambah)
3. Jika h’ > 0 (ketinggian cairan menaik), maka dari persamaan (5.14), Fo > Fo,S
(pengendali menambah laju keluaran dan ketinggian cairan berkurang)
Aksi pengendali yang dinyatakan dalam persamaan (5.14) disebut aksi
pengendalian Proporsional-Integral (PI), karena nilai dari variabel manipulasi (laju
aliran masuk) ditentukan oleh dua suku. Suku pertama propossional terhadap error,
h’ dan suku kedua proposional terhadap integral waktu dan error.
Substitusi variabel Fo pada persamaan (5.12) ke persamaan (5.14) menghasilkan :
(5.15)
Transformasi Laplace terhadap persamaan (5.15), menghasilkan :
Fungsi transfer sistem adalah hubungan antara output, h’(s) dengan input
eksternalnya, Fi’(s) merupakan fungsi transfer untuk sistem orde kedua, dapat
dituliskan sebagai berikut :
(5.16)
dengan : τ2 = AτI / Kc , 2 τ = τI, dan Kp = τI / Kc
Dari persamaan tersebut,
Bab V. Kelakuan Dinamis Sistem Orde Dua
(5.17)
Untuk sistem di atas, responsnya tergantung dari nilai-nilai parameter pengendali Kc
dan τI , terdapat beberapa kemungkinan kasus sebagai berikut :
1. < 2. Dengan demikian < 1 , respons h’(s) terhadap input step,
Fi’(s), akan menghasilkan sistem underdamped.
2. = 2. Dengan demikian = 1, respons yang dihasilkan critical
damped.
3. > 2. Dengan demikian < 1, akan dihasilkan respons
overdamped.
Gambar 5.5.b. di atas menunjukkan kurva respons dinamik ketinggian cairan
dalam tangki terhadap perubahan step laju alir masuk dengan pengendalian dan
tanpa dilakukan pengendalian.
Contoh 5.1. diatas menunjukkan dengan jelas bagaimana kelakuan dinamik
suatu tangki yang merupakan sistem orde pertama sederhana dapat berubah
menjadi sistem orde kedua, jika suatu pengendali proporsional-integral
ditambahkan ke dalam proses. Contoh tersebut juga menunjukkan bahwa
parameter-parameter pengendali Kc dan τI dapat memberikan pengaruh yang
sangat besar pada kelakuan dinamik sistem, sehingga dapat menghasilkan rentang
respons mulai dari underdamped sampai overdamped.
5.6 Penutup
Sifat-sifat sistem orde dua adalah :
Respons keluaran dari sistem tergantung pada faktor redama/damped factor (
)
Sistem orde dua memiliki tiga parameter yaitu steady state gain (Kp),
konstanta waktu ( τ ), faktor redaman/damped factor ( )
Bab V. Kelakuan Dinamis Sistem Orde Dua
Disamping untuk penerapan khusus yang tidak membolehkan adanya osilasi,
biasanya respons transien yang diinginkan adalah cukup cepat dan cukup teredam.
Berdasarkan pengalaman, nilai faktor redaman ( ) yang memenuhi syarat demikian
terletak antara 0,4 dan 0,8. Nilai faktor redaman yang lebih kecil dari 0,4
menyebabkan overshoot berlebihan. Sedangkan lebih besar dari 0,8 menyebabkan
tanggapan (respons) terlalu lambat. Sementara itu, overshoot dan waktu mantap
saling tarik menarik secara berlawanan. Jika overshoot kecil, waktu mantap/waktu
respons menjadi panjang. Sebaliknya, jika waktu mantap dibuat pendek, overshoot
menjadi besar.
Bab V. Kelakuan Dinamis Sistem Orde Dua