bab v rencana pengembangan tata ruang kawasanx

66
Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah V-1 RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASAN 5.1 RENCANA STRUKTUR RUANG KTM Struktur pemanfaatan ruang merupakan kerangka dasar bagi pengembangan sebuah wilayah atau kota. Rencana struktur pemanfaatan ruang KTM Tampo Lore diarahkan pada terbentuknya struktur tata ruang yang terintegrasi antara kawasan yang telah ada dengan pengembangan kawasan baru baik secara spasial maupun fungsional. Seperti telah disebutkan dimuka bahwa salah satu sasaran tujuan utama penyusunan Masterplan KTM di daerah studi adalah Terumuskannya program pengembangan ruang, prasarana dan sarana yang perlu dibangun di pusat-pusat pertumbuhan (KTM) pada kawasan transmigrasi serta pengembangan agribisnis pada kawasan KTM. Selain itu dalam penyusunan ini juga dibuat struktur tata ruang yang merupakan tata jenjang pusat pelayanan, fungsi dan peranan kawasan dalam KTM serta sistim jaringan transportasi antar pusat pelayanan. Struktur tata ruang di atas dilengkapi dengan perkiraan daya tampung sebagai dasar alokasi penggunaan ruangnya. Dalam penentuan struktur ruang diperlukan juga tinjauan regional konteks. Oleh karena itu variabel-variabel yang membentuk struktur ruang yang direncanakan dalam rencana struktur kawasan pengembangan KTM Tampo Lore adalah sebagai berikut: Struktur ruang ini dibentuk oleh variabel dan rencana jaringan utilitas perkotaan. 1. Fungsi dan Peran KTM Tampo Lore dalam Lingkup Regional 2. Konsep Struktur Ruang makro 3. Rencana kependudukan Bab 5

Upload: tranxuyen

Post on 31-Dec-2016

229 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-1

RENCANA PENGEMBANGAN TATA

RUANG KAWASAN

5.1 RENCANA STRUKTUR RUANG KTM

Struktur pemanfaatan ruang merupakan kerangka dasar bagi pengembangan

sebuah wilayah atau kota. Rencana struktur pemanfaatan ruang KTM Tampo Lore

diarahkan pada terbentuknya struktur tata ruang yang terintegrasi antara kawasan

yang telah ada dengan pengembangan kawasan baru baik secara spasial maupun

fungsional.

Seperti telah disebutkan dimuka bahwa salah satu sasaran tujuan utama

penyusunan Masterplan KTM di daerah studi adalah Terumuskannya program

pengembangan ruang, prasarana dan sarana yang perlu dibangun di pusat-pusat

pertumbuhan (KTM) pada kawasan transmigrasi serta pengembangan agribisnis

pada kawasan KTM.

Selain itu dalam penyusunan ini juga dibuat struktur tata ruang yang merupakan

tata jenjang pusat pelayanan, fungsi dan peranan kawasan dalam KTM serta sistim

jaringan transportasi antar pusat pelayanan. Struktur tata ruang di atas dilengkapi

dengan perkiraan daya tampung sebagai dasar alokasi penggunaan ruangnya.

Dalam penentuan struktur ruang diperlukan juga tinjauan regional konteks.

Oleh karena itu variabel-variabel yang membentuk struktur ruang yang

direncanakan dalam rencana struktur kawasan pengembangan KTM Tampo Lore

adalah sebagai berikut:

Struktur ruang ini dibentuk oleh variabel dan rencana jaringan utilitas perkotaan.

1. Fungsi dan Peran KTM Tampo Lore dalam Lingkup Regional

2. Konsep Struktur Ruang makro

3. Rencana kependudukan

Bab 5

Page 2: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-2

4. Rencana sistem pusat pelayanan atau tata jenjang dan jangkauan pusat-pusat

pelayanan yang akan dikembangkan

5. Rencana sistem jaringan transportasi

6. Rencana Aliran Pergerakan Barang

5.1.1 Penetapan Peran dan Fungsi KTM Tampo Lore

Penetapan peran dan fungsi KTM sangat dipengaruhi oleh faktor potensi

sumberdaya utama yang dimiliki dan arahan-arahan kebijakan yang

melingkupi. Bagi KTM Tampo Lore, peran kota yang dimaksud adalah kaitan

kepentingan KTM Tampo Lore terhadap wilayah yang lebih luas baik bagi

lingkup wilayah Kabupaten Poso dan Propinsi Sulawesi Tengah bahkan

kaitan dalam lingkup nasional.

Memperhatikan segala arahan kebijakan yang melingkupi, maka peranan

yang diemban KTM Tampo Lore adalah :

1. Sebagai Pusat Utama Pengembangan dan Pertumbuhan SWP II

Kabupaten Poso yang meliputi wilayah Kecamatan Lore Utara, Lore

Timur, Lore Peore dan Lore Tengah.

2. Kawasan Strategis Pusat Pertumbuhan Baru. Dimana memiliki karakter

sebagai daerah yang memiliki posisi strategis sebagai simpul

transportasi dan interaksi antar wilayah dan dukungan sumberdaya

alam serta tumbuhnya unit kegiatan ekonomi (kawasan industri)

disekitarnya.

3. Sebagai Pusat Pengembangan Pertanian, Perkebunan dan Pariwisata.

Selain terkait dengan peranan seperti tersebut diatas, berdasar kondisi

serta potensi-potensi utama maka fungsi KTM Tampo Lore akan dibedakan

menjadi dua yaitu Fungsi Primer dan Fungsi Sekunder. Fungsi primer KTM

merupakan fungsi yang diarahkan dalam upaya memantapkan peranan

yang diemban.

Dalam rentang waktu mendatang, pengembangan KTM Tampo Lore

diarahkan pada terwujudnya fungsi primer sebagai :

Page 3: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-3

1. Pusat Koleksi dan Distribusi Regional

Fungsi ini sangat menonjol terkait struktur jaringan jalan yang melayani

pergerakan regional ke wilayah kabupaten lain dan berfungsi sebagai

pusat koleksi dan distribusi barang ke dan dari Kawasan KTM.

2. Pusat Pengembangan Kegiatan Pertanian

Merupakan sektor strategis sekaligus sektor potensial dari sisi

perekonomian KTM Tampo Lore. Dengan potensi sumber daya alam

terutama untuk komoditas ubi jalar dan sayur-mayur, maka diharapkan

sektor ini juga akan lebih berkembang dan menjadi basis perekonomian

dan dapat memberikan dampak bagi perkembangan KTM dan

perkembangan perekonomian Kabupaten Poso umumnya.

3. Pusat pengembangan Kegiatan Perkebunan kakao (coklat)

Merupakan sektor strategis sekaligus sektor potensial dari sisi

perekonomian KTM Tampo Lore. Dengan potensi sumber daya alam

dan potensi perkebunan kakao, maka diharapkan sektor ini akan lebih

berkembang dan menjadi basis perekonomian dan dapat memberikan

dampak bagi perkembangan KTM dan perkembangan perekonomian

Kabupaten Poso umumnya.

4. Pusat pengembangan kegiatan pariwisata (ekowisata Taman Nasional

Lore-Lindu)

5. Pusat Pengembangan Kegiatan Agroindustri

Pengembangan fungsi ini sesuai dengan kosep pengembangan KTM

yang dikembangkan berdasarkan konsep pengembangan agribisnis.

Sehingga pengembangan pusat kegiatan agroindustri ini akan

dikembangkan sesuai dengan potensi pusat pengembangan ekonomi

diatas yaitu sektor pertanian dan perkebunan. Pengembanan KTM

Tampo Lore ini pada masa akan datang merupakan pusat

pengembangan agroindustri terbesar di Kabupaten Poso.

Selain ketiga fungsi primer tersebut, KTM Tampo Lore juga akan

dikembangkan dengan fungsi-fungsi sekunder sebagai berikut :

1. Pusat permukiman dan perumahan perkotaan

Page 4: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-4

2. Pusat Perdagangan dan Jasa

3. Pusat Pendidikan dan pelayanan umum lainnya

4. Pusat Pengembangan penelitian agribisnis

A. Konsep Struktur Ruang Makro

Dalam lingkup ruang makro, konsep struktur ruang yang dituju adalah

terbentuknya struktur ruang KTM yang terintegrasi dengan pengembangan

kota-kota lain terutama dalam lingkup wilayah Kabupaten Poso dan

pengembangan Wilayah Tengah Provinsi Sulawesi Tengah. Sehingga peran

Poso sebagai Pusat Pertumbuhan Baru yang Cepat Berkembang akan lebih

optimal. Perumusan konsep struktur ruang makro ini didasarkan pada

beberapa pertimbangan yaitu :

� Kedudukan dan hierarki KTM Tampo Lore dalam konstelasi kota-kota

(pusat pertumbuhan) di wilayah Kabupaten Poso.

� Keberadaan kegiatan pertanian, dan perkebunan yang memiliki peran

secara regional tidak hanya Kabupaten Poso dan dikembangkan dalam

kerangka pengembangan agribisnis.

� Keberadaan hutan lindung berupa Kawasan Taman Nasional Lore Lindu

yang menjadi limitasi arah perkembangan fisik KTM Tampo Lore,

kecuali sebatas sebagai obyek wisata, yang pemanfaatannya tidak

boleh mengganggu fungsi lindung.

� Pola jaringan jalan utama yang telah ada yang selama ini merupakan

faktor utama perkembangan fisik KTM, berupa jalan provinsi yang

melalui Wuasa menuju Palu dan jalan lingkar barat kabupaten Poso

yang menghubungkan beberapa wilayah kecamatan di bagian barat

kabupaten.

Dengan dasar pertimbangan tersebut di atas, maka konsep pengembangan

struktur ruang KTM Tampo Lore secara makro meliputi :

Page 5: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-5

� Pengembangan kawasan agroindustri pada pusat KTM Tampo Lore

berdasarkan komoditas unggulan sektor perkebunan, pertanian dan

pariwisata.

� Pengembangan dan pengaturan kawasan agroindustri yang berskala

regional.

� Pola pengembangan jaringan jalan utama kota (kolektor primer) yang

diharapkan mampu mengintegrasikan KTM Tampo Lore dengan kota-

kota dalam konstelasi wilayah yang lebih luas.

� Pemantapan fungsi kawasan lindung.

� Pengendalian pengembangan kawasan sepanjang kawasan lindung dan

daerah aliran sungai.

B. Konsep Struktur Ruang Mikro

Dalam lingkup mikro (internal), perumusan konsep struktur ruang KTM

Tampo Lore didasarkan pada pertimbangan :

� Keberadaan pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan yang sekaligus

merupakan embrio pusat pertumbuhan baru (kawasan pusat KTM di

Desa Watutau).

� Potensi ketersediaan lahan bagi pengembangan kawasan KTM dalam

kerangka agribisnis yang dapat mengakomodasikan berbagai kegiatan

agribisnis dari kegiatan on farm sampai ke giatan off farm sesuai

dengan potensi pengembangan lahan komoditas unggulan sektor

pertanian, perkebunan dan pariwisata

� Pola pemanfaatan ruang atau penggunaan lahan eksisting yang

menunjukkan pola memusat di kawasan pusat kota.

Dengan dasar pertimbangan tersebut, maka konsep struktur tata ruang

KTM Tampo Lore secara mikro meliputi :

� Pengembangan pusat KTM sebagai pusat kegiatan agroindustri dan

pusat kegiatan perkotaan di Desa Watutau.

� Pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota (pusat

kota, Pusat SKP dan SP) yang mencerminkan tata jenjang atau hirarki

Page 6: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-6

pelayanan kegiatan KTM sesuai dengan jenis kegiatan dan

pelayanannya.

� Pengembangan kegiatan agribisnis komoditas unggulan pada sentra-

sentra produksi yang ada maupun pengembangan baru di setiap SKP

(Satuan Kawasan Permukiman) atau Kecamatan sesuai dengan potensi

pengembangan lahannya.

� Mengarahkan perkembangan KTM (kegiatan-kegiatan permukiman dan

sarana permukiman) kearah timur dan selatan dan sekitar KTM Tampo

Lore.

� Pengembangan pola jaringan jalan utama kota (kolektor primer, arteri

sekunder, kolektor sekunder dan lokal) sebagai pengarah

perkembangan KTM serta pengembangan jalan lingkar kota sebagai

jalur alternatif dan pembagi beban lalu lintas dalam KTM.

5.1.2 Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk

Arahan kependudukan merupakan salah satu faktor penting dalam

perencanaan kota. Kebijaksanaan pengaturan kependudukan dalam

perencanaan kota bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan

dan pemerataan pengembangan seluruh bagian wilayah KTM. Hal ini dapat

dicapai melalui beberapa pendekatan berikut ini :

� arahan jumlah penduduk yang akan ditampung dan sebaran huniannya.

� peningkatan kualitas kehidupan penduduk, baik dari segi tingkat

pendapatan, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, maupun

kemudahan memperoleh kebutuhan hidupnya.

� penyediaan dan peningkatan kualitas fasilitas dan utilitas penunjang.

Berdasar hasil analisis lahan didapatkan bahwa luas lahan efektif atau areal

terekomendasi bagi pengembangan KTM Tampo Lore adalah sebesar

16.590 ha (untuk seluruh wilayah) atau sebesar 41,04% dari luas kawasan

KTM. Perkembangan dan distribusi penduduk ke depan akan diarahkan dan

didistribusikan pada lahan potensial tersebut. Proyeksi jumlah penduduk

kawasan Tampo Lore tahun 2013 adalah 21.218 jiwa atau sekitar 5.305 KK.

Page 7: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-7

Sedangkan lahan potensial yang tersedia dapat menampung transmigran

sebanyak 4.880 KK. Sehingga jumlah penduduk keseluruhan KTM Tampo

lore adalah sebesar 10.185 KK.

Arahan pengembangan kependudukan bagi KTM Tampo Lore adalah

mengarahkan kepadatan pada besaran rata-rata 5 jiwa/ha yang merupakan

kepadatan ideal untuk pengembangan kawasan kota yang bersinegi dengan

pengembangan pertanian berbasis agrobisnis. Dimana di luar pusat kota

terbentuk lahan-lahan produktif pertanian untuk pengembangan

komoditas unggulan sebagai penunjang kegiatan agroindustri di pusat kota.

Dengan asumsi bahwa seluruh penduduk akan terdistribusi pada lahan

potensial maka dengan besaran tersebut, kawasan potensial KTM Tampo

Lore akan mampu menampung penduduk sekitar 30.880 jiwa.

Dalam arahan pendistribusian penduduk KTM Tampo Lore masa

mendatang didasarkan pertimbangan :

� pendistribusian secara merata ke seluruh bagian wilayah KTM.

� mengarahkan distribusi penduduk yang cukup padat di pusat KTM

� mengarahkan distribusi ke arah timur – selatan untuk pengembangan

lahan investasi.

Dengan pertimbangan tersebut maka pusat kota diarahkan mempunyai

kepadatan penduduk rendah yaitu tidak melebihi 20 jiwa/ha. Distribusi

penduduk di setiap Kecamatan atau SKP tidak lebih dari 5 jiwa/ha. Dimana

setiap KK minimal memiliki lahan pertanian sebesar 1 Ha.

Tabel 5.1.

Proyeksi Penduduk

No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa)

2009 2010 2011 2012 2013

1 Kec. Lore Utara 8,415 8,592 8,772 8,956 9,145

2 Kec. Lore Timur 3,935 4,018 4,102 4,188 4,276

3 Kec. Lore Peore 2,665 2,721 2,778 2,836 2,896

4 Kec. Lore Tengah 4,510 4,605 4,701 4,800 4,901

TOTAL 19,525 19,936 20,353 20,780 21,218

Sumber : Hasil Analisis Tim KTM Tampo Lore Tahun 2009

Page 8: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-8

5.1.3 Rencana Sistem Pusat Pelayanan KTM

Sistem pusat kegiatan pengembangan KTM merupakan susunan yang

diharapkan dari unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam wilayah,

lingkungan sosial-wilayah, dan lingkungan buatan wilayah yang secara

hirarkis dan struktural berhubungan satu sama lain membentuk ruang KTM

atau WPT.

Rencana sistem pusat pelayanan dimaksudkan agar pengembangan

kawasan transmigrasi menjamin terjadinya mekanisme penjalaran

pertumbuhan dari pusat-pusat pertumbuhan yang memiliki fungsi kegiatan

ekonomi regional ke pusat-pusat sentra produksi. Dengan demikian

penentuan sistem pusat pelayanan akan memperkuat Pusat Pelayanan

Ekonomi (PPE) baik dalam peningkatan sektor produksi, peningkatan nilai

tambah dan distribusi. Selain itu pembangunan wilayah transmigrasi akan

menjadi terarah dan terstruktur antar stakeholders dan antar sektor.

Secara lebih rinci Hasil Perhitungan Rencana Struktur Ruang dan Alokasi

Lahan untuk SKP Pengembangan Eksisting dan SKP yang direncanakan

dapat dilihat pada Tabel 5.2. dan Tabel 5.3. Alokasi Pemanfaatan Ruang

Eksisiting dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Lahan Eksisting KTM Tampo Lore

No. PENGGUNAAN LAHAN Volume Luas (Ha)

1 Permukiman UPT Trans 4 UPT 1,000

2 Permukiman Lokal 3880 KK 20 Desa 5,820

3 Sarana & Prasarana Kawasan 240

4 Konservasi 9,056

TOTAL 7,060

Sumber : Hasil analisis Tim KTM Tampo Lore, 2009

Page 9: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-9

Tabel 5.3.

Rencana Pengembangan Lahan KTM Tampo Lore

No PENGGUNAAN LAHAN Volume Luas (Ha)

1 Kebun ubi jalar Rakyat 2,250

2 Kebun ubi jalar Swasta 4,500

3 Kebun sayur 1,080

4 Kebun kakao 5,150

5 Permukiman baru 4,880 KK 1,220

6 Pusat KTM 120

7 RTH 1,753

TOTAL RENCANA PENGEMBANGAN 16,073

Sumber : Hasil analisis Tim KTM Tampo Lore, 2009

Pola pengembangan kegiatan pada wilayah transmigrasi yang akan

dikembangkan pada prinsipnya merupakan bentuk pengembangan dari

struktur pusat kegiatan serta fasilitas dan utilitas wilayah. Pusat-pusat

tersebut memiliki hubungan fungsional dan interaksi dari masing-masing

pusat kegiatan dan pelayanannya.

Tata jenjang pusat pelayanan KTM adalah urutan atau tingkatan pelayanan

yang dimulai dari tingakt pelayanan paling tinggi ke tingkat pelayanan yang

paling rendah. Tata jenjang tingkat pelayanan KTM ditujukan untuk :

� membentuk pola pergerakan atau sirkulasi yang teratur

� pendistribusian fasilitas secara efektif dan merata dalam pelayanannya

� membentuk sistem keterhubungan antar fasilitas

� mengarahkan pertumbuhan kegiatan pelayanan

Konsep pengembangan sistem pusat pelayanan adalah pembagian beban

pelayanan dalam jenjang tertentu dimana tiap pusat akan memiliki fungsi

dan jangkauan dengan ciri berbeda. Semakin tinggi jenjang sebuah pusat

pelayanan akan semakin tinggi intensitas, keragaman jenis pelayanan, dan

jangkauan pelayanan yang dimiliki.

Dalam menentukan batas jangkauan pelayanan didekati dengan teori lokasi

yaitu mempertimbangkan jarak dan biaya. Pusat pelayanan yang baik harus

Page 10: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-10

mampu menjadi pusat orientasi dan pusat pelayanan bagi wilayah

belakangnya.

Tata jenjang pusat pelayanan KTM Tampo Lore diupayakan untuk

mengakomodasi fungsi peran yang diembannya. Sistem pusat pelayanan

yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut :

1. Hirarki I / Pusat KTM

Pusat utama merupakan pusat utama kota dan pusat orientasi aktivitas

perkotaan yang sekaligus sebagai penciri dan pokal point KTM Tampo Lore.

Selain itu, sesuai dengan fungsi dan peran KTM Tampo Lore maka Pusat

Kota ini cenderung akan difungsikan memiliki cakupan pelayanan regional.

Hal ini juga didukung oleh potensi utama kota yaitu di sektor perhubungan,

perikanan kelautan, pertanian dan peternakan yang berskala regional

(antar propinsi). Titik sentral pengembangan pusat utama ini berada pada

kawasan Desa Watutau.

Wilayah tersebut sangat berpotensi dijadikan Pusat Pengembangan

Ekonomi (PPE) yang mampu berperan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi

wilayah, pusat pegerakan regional barang dan penumpang, dan pusat

kegiatan sosial masyarakat.

2. Hirarki II / Pusat SKP

Sesuai dengan analisis hirariki pusat pelayanan, maka yang termasuk ke

dalam Hirarki II yang berfungsi sebagai pusat Satuan Kawasan Pemukiman

(SKP atau LPT) kriteria penentuan pusat WPT (PP Nomor 2 Tahun 1999

Tentang Penyelenggaraan Transmigrasi). Pusat SKP difungsikan sebagai titik

pusat pelayanan dengan cakupan wilayah terbatas. Konsep pengembangan

sub pusat ini adalah pelayanan bagi penduduk di sebagian Satuan Kawasan

Permukiman yang dikembangkan.

3. Hirarki III / Pusat SP

Pusat lingkungan atau Satuan Permukiman merupakan jenjang pusat

pelayanan paling rendah dimana jangkauan pelayanannya adalah

Page 11: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-11

penduduk dalam satu lingkungan permukiman. Jangkauan wilayah

pelayanan merupakan adalah melayani wilayah-wilayah dalam SKP.

Fungsi dari pusat pelayanan Hirarki III atau skala Satuan pemrmukiman

memiliki fungsi pusat pelayanan lingkungan permukiman transmigrasi yang

minimal telah memiliki sarana dan prasarana sosial-ekonomi dasar –

standar pelayanan minimum.

5.1.4 Pembagian Satuan Kawasan Pengembangan Transmigrasi di KTM Tampo

Lore

Perencanaan pengembangan wilayah transmigrasi pada kawasan KTM akan

mengikuti suatu mekanisme yang mempunyai variabel kewilayahan dengan

bertumpu kepada pertimbangan ekonomi, termasuk orientasi geografis

serta pertimbangan sosial masyarakat.

Dalam hal ini, terbentuknya struktur wilayah berlandaskan pada azas

efesiensi, sehingga dapat dibedakan besarannya. Dalam permukiman

transmigrasi, satuan-satuan wilayah yang terbentuk secara hirarkis terdiri

dari Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) dan Satuan Permukiman (SP)

yang merupakan satuan wilayah terkecil dengan fungsi sebagai sentra

produksi. satuan permukiman (SP ) ini setelah lepas masa pembinaan

selama minimal 5 tahun dan telah diserahkan kepada pemerintah daerah,

selanjutnya akan menjadi desa definitif yang secara administratif

mempunyai pemerintahan sendiri.

Konsep yang membagi wilayah studi menjadi beberapa bagian wilayah

pengembangan transmigrasi seperti diatas, pada dasarnya bertujuan untuk

menciptakan mekanisme kegiatan dan kehidupan penduduk yang lebih

efisien dalam arti memberikan pelayanan yang merata bagi seluruh

penduduk. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka delineasi suatu bagian

wilayah pengembangan transmigrasi harus berdasarkan pada prinsip-

prinsip sebagai berikut :

Page 12: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-12

1) Merupakan satu kesatuan kawasan fungsional, dalam arti bahwa

interaksi ke dalam lebih kuat daripada interaksi keluar atau dapat

diartikan pula bahwa penduduk menggunakan fasilitas-fasilitas pada

WPT-nya. Oleh sebab itu, terdapat satu pusat KTM yang merupakan

pusat orientasi kegiatan dan aglomerasi fasilitas-fasilitas pelayanan

ekonomi dan sosial.

2) Setiap SKP dapat dibatasi oleh batasan administrasi ataupun oleh

pembatas-pembatas fisik yang mudah diidentifikasi seperti sungai,

jalan, bukit, jalur hijau, dan lain-lain, yang dapat berfungsi sebagai

pengendali perkembangan dan orientasi pergerakan penduduknya.

Adapun cakupan wilayah pengembangan transmigrasi dan fungsinya

dijelaskan seperti berikut :

1) Pusat KTM

Cakupan wilayah Pusat KTM ini adalah meliputi Kawasan yang mengarah ke

arah selatan yang berada di wilayah Watutau, dengan luas wilayah

potensial pengembangan pusat KTM adalah 150 ha.

Fungsi yang akan diemban Pusat KTM ini adalah :

� Sebagai pusat kegiatan agroindustri terutama komoditas pertanian dan

peternakan.

� sebagai pusat perdagangan dan pelayanan jasa skala kota dan regional

� sebagai pusat pemasaran potensi agroindustri terutama komoditas

pertanian dan perkebunan.

� Pusat kegiatan pariwisata

� pusat pelayanan pendidikan terutama pendidikan keterampilan

pengolahan pertanian

� pusat pelayanan pemerintahan (calon ibukota kabupaten pemekaran)

� pusat pelayanan kegiatan sosial masyarakat

2) SKP A

Page 13: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-13

Cakupan wilayah SKP (Satuan Kawasan Pengembangan) A adalah meliputi

bagian-bagian wilayah kecamatan Lore Timur dan Lore utara dengan luas

wilayah potensial pengembangan adalah 11.564 ha.

Fungsi yang akan diemban SKP diatas adalah :

� Sebagai pusat kegiatan agroindustri terutama komoditas ubi jalar, dan

kakao, dalam kapasitas lokal (industri Kecil Menengah)

� Pusat pariwisata dengan obyek wisata Taman Nasional Lore-Lindu

� Sebagai pusat pengumpul dari hasil sentra produksi ke pusat

perdagangan perdagangan dan pelayanan yang berskala regional.

� Pusat pergerakan barang dan penumpang skala internal (subterminal

angkutan)

� Pusat Perbengkelan

� Pusat jasa Perbankan

� Pusat pelayanan pendidikan lokal terutama pendidikan keterampilan

pengolahan pertanian

� Pusat pelayanan kegiatan sosial masyarakat lokal

3) SKP B

Cakupan wilayah SKP (Satuan Kawasan Permukiman) C adalah meliputi

bagian wilayah dalam Kecamatan Lore Peore, dengan luas wilayah

potensial pengembangan adalah 5.590 ha.

Fungsi yang akan diemban SKP diatas adalah :

� Sebagai pusat kegiatan agroindustri terutama komoditas pertanian, dan

perkebunan dalam kapasitas lokal (industri Kecil Menengah).

� Sebagai Pusat Pengembangan Pembibitan komoditas unggul, pusat

keterampilan dan pelatihan serta pusat pengembangan riset untuk

komoditas unggulan di KTM Tampo Lore.

Page 14: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-14

� Sebagai pusat pengumpul dari hasil sentra produksi ke pusat

perdagangan perdagangan dan pelayanan yang berskala regional.

� Pusat pergerakan barang dan penumpang skala internal (subterminal

angkutan)

� Pusat Perbengkelan

� Pusat jasa Perbankan

� Pusat pelayanan pendidikan lokal terutama pendidikan keterampilan

pengolahan pertanian

� Pusat pelayanan kegiatan sosial masyarakat lokal

4) SKP C

Cakupan wilayah SKP (Satuan Kawasan Permukiman) D adalah meliputi

bagian wilayah Kecamatan Lore Peore dan Lore Tengah, dengan luas

wilayah potensial pengembangan adalah 4.762 ha.

Fungsi yang akan diemban SKP diatas adalah :

� Sebagai pusat kegiatan agroindustri terutama komoditas pertanian

(padi dan jagung), peternakan dan perkebunan dalam kapasitas lokal

(industri Kecil Menengah).

� Sebagai pusat pengumpul dari hasil sentra produksi ke pusat

perdagangan perdagangan dan pelayanan yang berskala regional.

� Pusat pergerakan barang dan penumpang skala internal (subterminal

angkutan)

� Pusat Perbengkelan

� Pusat jasa Perbankan

� Pusat pelayanan pendidikan lokal terutama pendidikan keterampilan

pengolahan pertanian

� Pusat pelayanan kegiatan sosial masyarakat lokal

Page 15: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-15

Tabel 5.4.

Struktur Tata Ruang KTM Tampo-Lore

NO KAWASAN

PENGEMBANGAN

SATUAN

PERMUKIMAN

LUAS

(Ha)

Daya

Tampung

(KK)

Pola Komoditi

1

SKP A

Jml: 11.564 Ha

SP.1 415 150 TU-

Garkim

Ubi

Jalar/Sayuran/Kakao

SP.2 516 200 TU-

Garkim

Ubi

Jalar/Sayuran/Kakao

SP.3 682 270 TU-BUN Ubi

Jalar/Sayuran/Kakao

Areal Inti 5.000

Tidak sesuai/

tersedia (pem-batas

Land-Use:

Perkampungan,

sawah, ladang,

kebun penduduk)

4.733

Danau Rano Wanga 218 Perikanan Darat

2 Pusat KTM 150 Mix/PPE

3 Areal Cadangan 400 Ubi Jalar

4 SKP B

Luas: 5.590 Ha

SP.1 1.150 450 TU-BUN Ubi Jalar/Kakao

SP.2 812 320 TU-BUN Ubi Jalar/Kakao

SP.3 664 260 TU-BUN Ubi Jalar/Kakao

Tidak sesuai

(pembatas Land-

Use: Perkampungan,

sawah, ladang

penduduk)

2.964

5

SKP C

Luas:

4.762 Ha

SP.1 940 370 TU-BUN Ubi

Jalar/Sayuran/Kakao

SP.2 860 340 TU-BUN Ubi

Jalar/Sayuran/Kakao

Tidak sesuai

(pembatas Land-

Use: Perkampungan,

sawah, ladang

penduduk)

2.962

6 Areal HGU

PT.Hasfarm Napu

Safety Factor/

Konservasi 7,740

30.189 2.360

Sumber: Hasil Perencanaan Tim KTM Tampo Lore, 2009

Page 16: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-16

5.1.5 Rencana Sistem Transportasi – Aksesibilitas Kawasan

Rencana pengembangan prasarana transportasi ini juga terkait erat dengan

rencana struktur tata ruang yang telah ditetapkan sebelumnya. Prasarana

transportasi merupakan jaringan penghubung antara unit-unit fungsional

ruang yang ada sehingga tercipta sistem pergerakan kota yang efesien.

Beberapa aspek struktur ruang yang mendasari dan mempengaruhi

rencana pengembangan sistem jaringan transportasi KTM Tampo Lore

adalah sebagai berikut:

� Kawasan Pengembangan Pusat KTM di Desa Watutau

Kawasan ini memiliki fungsi strategis pada pengembangan KTM secara

keseluruhan karena merupakan pusat pengembangan agroindustri

yang berskala besar, pengembangan pusat perdagangan dan jasa

primer, serta pengembangan sosial masyrakat primer yang mampu

melayani seluruh KTM Tampo Lore. Sehingga kawasan pusat KTM ini

memiliki kecenderungan sebagai pusat dari orientasi pergerakan baik

bangkitan maupun tarikan pergerakan barang dan orang.

Oleh karena itu perlu pengembangan prasarana jalan untuk

memfasiltiasi pusat-pusat pengembangan baru tersebut baik di dalam

kawasan maupun peningkatan dan pembangunan jalan baru yang

menghubungkan pusat KTM dengan pergerakan internal kota dan

pergerakan regional. Pergerakan antar wilayah ke lokasi Pusat KTM

sebaiknya difasilitasi oleh jalan dengan fungsi primer (kolektor primer).

� Kawasan Pengembangan Pusat Koleksi dan Distribusi

Adanya pengembangan pusat koleksi dan distribusi berupa

pengembangan sarana bongkar muat barang dan pergudangan serta

akan dikembangkan terminal agro dan terminal penumpang skala kota

di Pusat KTM. Untuk itu perlu adanya pengaturan dan pengembangan

akses-akses jaringan baru yang memfasilitas pengembangan Pusat

Koleksi dan Distribusi tersebut.

Page 17: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-17

� Kawasan Pengembangan Lahan Investasi

Adanya pengembangan lahan usaha untuk beberapa komiditi unggulan

berupa lahan investasi yang tersebar di beberapa sentra produksi di

KTM Tampo Lore. Dengan adanya lahan investasi perlu adanya

fasilitasi akses jalan terutama yang menghubungkan sentra produksi

antar beberapa SKP.

� Kawasan Pengembangan Seed-Centre

Adanya pengembangan Kawasan Seed-Centre di SKP C seluas 400 Ha

sebagai Pusat Pengembangan Pembibitan komoditas unggul, pusat

keterampilan dan pelatihan serta pusat pengembangan riset untuk

komoditas unggulan di KTM Tampo Lore. Dengan adanya

pengembangan kawasan ini jelas membutuhkan pelayanan jaringan

jalan baru baik itu terhadap pergerakan internal kota dan pergerakan

regional.

� Kawasan Pengembangan PTB

Kawasan ini merupakan kawasan pengembangan permukiman baru

yang akan dikembangkan sebagai kawasan yang dipersiapkan untuk

permukiman transmigrasi baru yang terdapat di tiap SKP.

Pengembangan kawasan ini perlu didukung oleh pengembangan

prasarana jalan yang mampu menghubungkan PTB dengan pusat-pusat

SKP.

� Interkasi Pusat SKP dan Pusat KTM

Perlu adanya pengembangan jaringan jalan yang baru atau

peningkatan jaringan jalan untuk menghubungkan secara langsung

pusat-pusat SKP. Jaringan jalan ini merupakan cikal bakal jaringan jalan

lingkar yang menghubungkan pusat SKP dengan pusat KTM.

� Kawasan Pengembangan Lindung Hutan

Kawasan ini merupakan area berfungsi sebagai kawasan lindung , dan

sumber air kota dan dapat difungsikan sebagai kawasan obyek isata

yang sedapat mungkin dibatasi derajat intervensinya dengan

Page 18: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-18

membatasi pengembangan jaringan jalan di sepanjang sisi barat

kawasan KTM.

Page 19: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-19

Page 20: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-20

Page 21: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-21

Dengan memperhatikan aspek-aspek pokok tata ruang tersebut, maka

pengembangan jaringan prasarana transportasi adalah sebagai berikut :

1. Rencana Pengembangan Transportasi Darat

a. Jalan Kolektor Primer

Jaringan jalan ini berfungsi sebagai pergerakan regional antar kota dalam

kabupaten dengan status sebagai jalan provinsi. Jaringan jalan ini

menghubungkan antara jalan arteri primer yang menghubungkan KTM

dengan Kota Poso. Dalam konteks pengembangan KTM Tampo Lore

pengembangan jaringan jalan kolektor primer ini akan berfungsi sebagai

pegerakan barang dan penumpang dari luar kawasan ke Pusat KTM di

Watutau ataupun dari pusat-pusat SKP ke Pusat KTM.

Pengembangan jaringan jalan ini adalah :

� Peningaktan Jalan

Peningaktan jaringan jalan diarahkan lebih kepada peningkatan yang

sesuai dengan desain geometris jaringan jalan kolektor primer

� Pembangunan Jalan baru

Pembangunan jalan baru kolektor primer diarahkan untuk

menghubungkan pusat-pusat SKP dan menghubungkan pusat SKP ke

pusat KTM.

Adapun yang menjadi persyaratan jalan kolektor primer dan desain geometris

jalan diuraikan sebagai berikut :

� ROW (Right of Way) atau DAMIJA 17 meter.

� Lebar Bahu Jalan 2 x 1,5 m = 3 m

� Lebar perkerasan 8 m.

� Jalur hijau 2 x 1,5 m = 3 m.

� Trotoar 2 x 1,5 m = 3 m.

� Dilengkapi saluran drainase 2 x 1 m = 2 m

� Dilengkapi median jalan pada jalur jalan pada pertemuan dengan jalan

arteri sekunder.

Page 22: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-22

� Kecepatan rencana minimal 40 km/jam

� Kapasitas sama atau lebih besar daripada volumer lalulintas rata-rata

� Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan

rencana dan kapasitas jalan

� Tidak terputus walaupun masuk jalan kota

Gambar 5.3

Rencana Struktur Jaringan Jalan Kolektor Primer

b. Jalan Kolektor Sekunder

Jaringan jalan ini memilki fungsi sebagai pengumpul dan penyebar pergerakan

dari kawasan pembangkit dan penarik pergerakan, seperti kawasan pusat

pemukiman, kawasan pusat perdagangan, kawasan pelayanan sosial, kawasan

pusat rekreasi, dan lain-lain. Perencanaan sistem jaringan jalan ini, terutama

pada beberapa pengembangan kawasan dilakukan dalam tingkat konsepsual,

yakni hanya menunjukan bahwa pengembangan jaringan kurang lebih

dilakukan pada lokasi seperti digambarkan namun dengan kepastian trace

yang disesuaikan dengan kondisi fisik di lapangan.

Pengembangan sistem jaringan jalan kolektor sekunder ini fleksibel terhadap

perubahan kebutuhan pergerakan kota yang ditentukan oleh perkembangan

kota selanjutnya. Ruas jalan kolektor sekunder yang berfungsi sebagai

pengumpul dan penyebar pergerakan dari kawasan pembangkit dan penarik

Page 23: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-23

pergerakan, seperti kawasan pusat permukiman, kawasan pusat perdagangan

serta kawasan pelayanan sosial yaitu berada di pusat-pusat SKP dan Pusat

KTM

Adapun yang menjadi persyaratan jalan kolektor sekunder dan desain

geometris jalan diuraikan sebagai berikut :

� ROW (Right of Way) atau DAMIJA 17 meter.

� Lebar Bahu Jalan 2 x 1 m = 2 m

� Lebar perkerasan 7 m.

� Jalur hijau 2 x 1,5 m = 3 m.

� Trotoar 2 x 1,5 m = 3 m.

� Dilengkapi saluran drainase 2 x 1 m = 2 m

� Kecepatan rencana minimal 40 km/jam

Gambar 5.4

Rencana Struktur Jaringan Jalan Kolektor Sekunder

c. Jalan Lokal

Jalan lokal adalah jalan yang menghuungkan pergerakan masyarakat ke unit

perumahan atau unit fungsioal pelayanan lainnya. Perencanaan sistem

jaringan jalan ini, terutama pada beberapa pengembangan kawasan dilakukan

dalam tingkat konsepsual, yakni hanya menunjukan bahwa pengembangan

Page 24: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-24

jaringan kurang lebih dilakukan pada lokasi seperti digambarkan namun

dengan kepastian trace yang disesuaikan dengan kondisi fisik di lapangan.

Adapun yang menjadi persyaratan jalan lokal dan desain geometris jalan

diuraikan sebagai berikut :

� ROW (Right of Way) atau DAMIJA 13 meter.

� Lebar perkerasan 8 m.

� Trotoar 2 x 1,5 m = 3 m.

� Dilengkapi saluran drainase 2 x 1 m = 2 m

� Kecepatan rencana minimal 20 km/jam

d. Terminal

Lokasi terminal kota direncanakan di Pusat KTM (Watutau) dekat dengan

pergerakan regional, dan dekat dengan jalur pergerakan regional yaitu fungsi

jalan kolektor primer.

Berdasarkan tipologi terminal, maka terminal yang dibutuhkan untuk KTM

Tampo Lore adalah terminal Tipe B yang berfungsi untuk melayani kendaraan

umum untuk angkutan antar kota dalam kabupaten, angkutan kota dan

pedesaan. Adapun yang menjadi persyaratan lokasi terminal Tipe B adalah

sebagai berikut :

� Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam kabupaten atau antar

kabupaten

� Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIB

(kolektor primer)

� Luas lahan yang disediakan sekurang-kurangnnya 3 hektar.

� Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal

dengan jarak sekurang-kurangnnya 50 meter.

Perlu adanya pengembangan prasarana subterminal/pangkalan untuk

membantu terminal kota dalam melayani perjalanan dalam kota.

Pertimbangan utama adalah akses yang relatif merata kesemua titik yang

diperkirakan akan tumbuh sebagai pusat bangkitan dan tarikan pergerakan

Page 25: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-25

dan merupakan ujung dari jangkauan pelayanan terminal kota. Terminal

pembantu atau sub-terminal yang akan direncanakan di pusat-pusat SKP.

Untuk terminal pembantu atau subterminal/pangkalan yang direncanakan

minimal seluas 0,17 Ha dengan tingkat aksesibilitas jalan masuk dan keluar

terminal sekurang-kurangnya 25 meter.

Adapun fasilitas terminal yang harus disediakan adalah sebagai berikut :

� Jalur pemberangkatan dan kedatangan

� Tempat parkir

� Kantor terminal

� Menara pengawas

� Loket penjualan karcis

� Rambu-rambu dan papan informasi

5.1.6 Rencana Pergerakan Barang dan Penumpang KTM Tampo Lore

Jika tinjauan dipusatkan di Watutau, dari hasil identifikasi kesibukan perekonomian

kawasan, diketahui terdapat 4 pintu utama keluar masuk barang di areal

penelitian.

1. Dari Utara, Kelengkapan fasilitas utama telah dilengkapi oleh terminal barang,

terminal penumpang dan terminal agro. Pintu merupakan pintu masuk utama,

terutama untuk barang-barang dengan volume besar dan berat seperti bahan

bangunan, traktor, bahan bakar, hasil industri dan lain-lain.

2. Dari arah selatan, yang menuju SKP C

3. Dari arah Timur dengan moda transportasi darat barang masuk melalui pusat-

pusat SKP

Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan merupakan bentuk

pemanfatan ruang wilayah kawasan yang menggambarkan ukuran, fungsi serta

karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam. Rencana pemanfaatan ruang

yang dirumuskan dalam kaitannya dengan pengembangan KTM Tampo Lore

sampai dengan akhir tahun 2024 pada dasarnya adalah pengembangan prinsip

dasar pemanfaatan ruang wilayah untuk :

Page 26: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-26

� Kawasan Lindung, yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber

daya buatan.

� Kawasan Budidaya, yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber daya

manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya ini dapat dibagi menjadi

kawasan budidaya pertanian dan kawasan budidaya non pertanian yaitu

termasuk kawasan industri, kawasan permukiman dan pengembangan sarana

dan prasarana wilayah KTM.

5.1.7. Kawasan Lindung

Pengembangan kawasan lindung KTM adalah dengan tujuan utama melindungi

kelestarian hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

Jenis pengembangan kawasan ini adalah :

a. Kawasan Hutan Lindung

Sesuai dengan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung, maka Kawasan Taman Nasional Lore Lindu merupakan salah satu

Kawasan lindung yang harus dilindungi keberadaannya.

Kebijakan pengembangan kawasan ini adalah mencegah dilakukannya kegiatan

budidaya baru, kecuali terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak mengganggu

fungsi lindung seperti pariwisata atau untuk keperluan penelitian.

b. Kawasan Sekitar Mata Air

Merupakan kawasan yang disekeliling sumber atau mata air yang mempunyai

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Tujuan

pengembangannya adalah untuk melindungi dan melestarikan potensi air dari

berbagai kegiatan yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas airnya.

Kawasan sekitar mata air yang ditetakpan berkisar kurang lebih pada radius

200 meter dari sumber mata air yang ada. Beberapa kebijaksanaan yang dapat

digunakan untuk melindungi kawasan sekitar mata air adalah:

Page 27: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-27

� Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sekitar mata air yang dapat

mengganggu kelestarian fungsi dan kondisi fisik di sekitarnya.

� Pengendalian kegiatan dan pemanfaatan mata air agar kualitas dan

kuantitasnya tidak turun.Pada kawasan sekitar mata air dapat

dikembangkan sebagai kawasan persawahan, dengan syarat tidak

mengganggu kualitas air, kondisi pinggiran, dasar, dan aliran sungai. Pada

sekitar mata air dapat dikembangkan sebagai kawasan pariwisata dengan

syarat hanya untuk kegiatan menikmati pemandangan alam yang indah.

Berdasarkan kriteria di atas di KTM Tampo Lore terdapat dua sumber air yang

perlu dilindungi keberadaannya dari kerusakan lingkungan yaitu , diantaranya

dengan menetapkan sempadan mata air di sekitar danau Rano Wanga

c. Kawasan Sempadan dan Ruang Terbuka Hijau

Kawasan sempadan yang dikembangkan adalah berupa kawasan sempadan

sungai. Pengaturan garis sempadan sungai adalah untuk sempadan Sungai

adalah selebar 100 m di kanan kiri sungai sedang bagi sungai-sungai lain adalah

sebesar 10 m untuk kawasan permukiman dan 50 m untuk kawasan di luar

permukiman.

5.1.8. Kawasan Budidaya Pertanian

Dasar penetapan fungsi kawasan budidaya pertanian antara satu fungsi dengan

fungsi lainnya secara keseluruhan meliputi daya dukung, tingkat kesesuaian lahan

bagi komoditas pertanian dan perkebunan, dan pariwisata, keunggulan lokasi,

ancaman banjir (tingkat kerawanan), aksesibilitas, kekompakan ruang, dan

eksisting land use.

Rencana alokasi ruang kawasan budidaya ini didasarkan oleh hasil analisis

kesesuaian lahan komoditas unggulan, eksisting land use, dan program

pengembangan agrisbisnis yang terdiri dari alokasi ruang untuk :

1. pengembangan Pertanian tanaman ubi jalar.

2. Pengembangan Perkebunan Coklat.

3. Pengembangan lahan Investasi untuk komoditas unggulan sayur mayur

Page 28: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-28

4. Pengembangan Seed-Centre berupa pusat pengembangan bibit komoditas

unggulan, pusat pelatihan dan keterampilan, dan pusat lembaga riset. 400 Ha.

Pusat Seed-Centre akan dialokasikan di SKP.C (Kecamatan Lore Peore), dimana

arah pengembangannya adalah sebagai wadah untuk mendukung kegiatan

agribisnis KTM Tampo Lore yang mengemban fungsi sebagai lembaga pelatihan

atau peningkatan keterampilan agribisnis, pusat pengembangan bibit

komoditas unggulan, dan pusat pengembangan riset dan teknologi yang

hasilnya akan diterapkan di setiap sentra produksi dan sentra-sentra industri

untuk setiap komoditas unggulan.

Secara lebih jelas Pola Pemanfaatan Ruang di KTM Tampo Lore dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Page 29: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-29

Page 30: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-30

5.1.9. Kawasan Budidaya Non Pertanian – Kebutuhan Sarana KTM

Kawasan budidaya non pertanian di Kabupaten Poso meliputi kawasan

permukiman perkotaan, permukiman perdesaan, kawasan industri, kawasan

pertambangan, system transportasi darat dan laut, kawasan pariwisata, kawasan

khusus.

Pengembangan kawasan budidaya perkotaan pada hakekatnya adalah untuk

mewadahi berbagai kegiatan fungsional kota yaitu kawasan perumahan dan

permukiman beserta fasilitas penunjangnya, kawasan perdagangan dan jasa,

kawasan pemerintahan dan pelayanan umum, kawasan pelayanan sosial

(pendidikan, kesehatan, peribadatan dan rekreasi), kawasan industri serta

kawasan sarana dan prasarana penunjang kegiatan perkotaan.

Standar kebutuhan sarana dan prasarana yang akan dikembangkan didasari

kepada :

1. Standar Kebutuhan Pelayanan minimal dari Departemen Pekerjaan Umum

yaitu Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 20/KPTS/1986; Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No 60/KPTS/1992; Keputusan Menteri Permukiman

dan Prasarana Wilayah No 403/KPTS/2002.

2. Rencana pengembangan sarana kawasan KTM didasarkan kepada konsep

pengembangan agribisnis.

3. Rencana dengan fungsi primer yaitu pengembangan fungsi seluruh wilayah

KTM bahkan regional dipusatkan di Pusat KTM yaitu Desa Watutau yang

disediakan lahan pengembangan sebesar 150 Ha.

4. Rencana pengembangan sarana didasarkan kepada aspek kependudukan yang

merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Jumlah penduduk kawasan

KTM adalah sebesar 83767 jiwa pada akhir tahun perencanaan yaitu 2023.

5. Rencana pengembangan sarana diproyeksikan untuk menampung segala

aktivitas penduduk dalam kurun waktu perencanaan 15 tahun.

Beberapa aspek kebutuhan pengembangan sarana dan prasarana di KTM Tampo

Lore dalam kerangka pengembangan KTM di Wilayah Pengembangan Transmigrasi

adalah sebagai berikut :

Page 31: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-31

1. Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Menurut pedoman teknik pembangunan perumahan sederhana tidak

bersusun, kepadatan lingkungan perumahan tidak bersusun rata-rata adalah

50 unit rumah/ha. Hal ini berarti bahwa setiap unit rumah memiliki rata-rata

luas lahan 200 m2/unit. Oleh karena itu pada KTM ini agar terbentuk kota yang

menunjukkan ciri khas sebagai kota berbasis pertanian, maka diarahkan

kepadatannya adalah 20 unit rumah/ha, sehingga setiap unit rumah rata-rata

luas lahannya adalah 500 m2. Hal ini sesuai dengan kondisi permukiman

transmigrasi dimana luas pekarangan adalah sebesar 500 m2 tiap KK.

Asumsi pengembangan kawasan perumahan adalah bahwa 1 unit keluarga

akan menempati satu unit tempat tinggal dimana 1 keluarga diasumsikan

terdiri dari 5 jiwa.

2. Pengembangan Kawasan Agro Industri

Dalam kerangka pengembangan KTM ini diarahkan kepada bentuk pengolahan

hasil komoditi unggulan sampai kepada skala ekonomis wilayah. Oleh karena

itu akan dikembangkan Kawasan Industri Terpadu yang mampu menampung

setiap kegiatan industri pada komoditi-komoditi unggulan di Pusat KTM dengan

luasan 12.5 Ha.

3. Pengembangan Terminal Kota dan Agro.

Untuk memadukan kawasan yang industri dan kawasan pusat koleksi dan

distribusi di Pusat KTM, maka akan dikembangkan terminal kota dan terminal

agro yang meerupakan satu kesatuan pegnembanan dengan kawasan

pelabuhan yang ada sekarang dengan kawasan industri yang merupakan satu

kesatuan zona pengembangan.

Berdasarkan standar kebutuhan sarana dan aspek kebutuhan pengembangan

sarana dan prasarana di KTM Tampo Lore dalam kerangka pengembangan KTM di

Wilayah Pengembangan Transmigrasi diatas, aka kebutuhan akan sarana

pengembangan KTM Tampo Lore dapat dilihat pada tabel berikut ini

Page 32: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-32

Tabel 5.5

Rencana Kawasan Budidaya Non Pertanian – Kebutuhan Sarana KTM

No Jenis Fasilitas

Penduduk

Pendukung

(jiwa)

Standar

Lahan

(ha)

Kebutuhan

Pengembangan

2023 Keterangan

unit Ha

1 Perumahan 16,753 KK 0.05 16,7

53

837.65 Pengembangan

perumahan ini

telah termasuk

pengembangan

PTB dan Pusat KTM

2 Perkantoran Pemerintahan dan Pelayanan Umum

- Kantor BP KTM Wilayah

Perkotaan 1 1 1.00

Berada di Pusat

KTM

- Kantor Polisi Wilayah

Perkotaan 1.5 1 1.50

- Kantor Pos Wilayah

Perkotaan 0.5 1 0.50

- Kantor PLN Wilayah

Perkotaan 0.5 1 0.50

- Kantor Telkom Wilayah

Perkotaan 0.5 1 0.50

- Kantor PDAM Wilayah

Perkotaan 0.5 1 0.50

- Kantor Pemadan

Kebakaran

Wilayah

Perkotaan 2 1 2.00

- Kantor Dinas

Kelautan dan

Perikanan

Wilayah

Perkotaan 0.5 1 0.50

- Kantor Dinas

Perhubungan

Wilayah

Perkotaan 0.5 1 0.50

3 Sarana Pendidikan

Sekolah TK

1,600 0.25

52 13.00 Berada di Pusat

KTM, SKP dan SP

Sekolah Dasar

1,600 0.50

52 26.00 Berada di Pusat

KTM, SKP dan SP

SLTP

5,000 0.50

17 8.50 Berada di Pusat

KTM, SKP dan SP

SLTA

10,000 0.50

8 4.00 Berada di Pusat

KTM, SKP dan SP

Page 33: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-33

No Jenis Fasilitas

Penduduk

Pendukung

(jiwa)

Standar

Lahan

(ha)

Kebutuhan

Pengembangan

2023 Keterangan

unit Ha

Perguruan Tinggi

100,000 5.00

1 5.00 Berada di Pusat

KTM

4 Sarana Perdaganan dan Jasa

Pertokoan

2,500 0.12 34 4.08

Berada di Pusat

KTM dan Pusat SKP

Pusat Perbelanjaan

lokal 30,000 1.50 5 7.50

Berada di Pusat

KTM dan Pusat SKP

Pusat Perbelanjaan

(pasar Induk) 120,000 3.00 1 3.00

Berada di Pusat

KTM

Perdagangan

Distributor

Pertanian

Wilayah

Perkotaan 1.00 1 1.00

Berada di Pusat

KTM

Perkantoran Swasta Wilayah

Perkotaan 1.50 1 1.50

Berada di Pusat

KTM

Perbankan Wilayah

Perkotaan 1.00 1 1.00

Berada di Pusat

KTM

Kawasan Industri Wilayah

Perkotaan 1 12.5

Berada di Pusat

KTM

5 Kesehatan

Pos kesehatan

1,000 0.05 84 4.20

Berada di Pusat

KTM, SKP dan SP

Puskesmas Kel./Desa

30,000 0.50 5 2.50

Berada di Pusat

KTM, SKP dan SP

Puskesmas

Kecamatan 120,000 1.50 1 1.50

Berada di Pusat

KTM

Rumah Sakit > 500.000 3.00 1 3.00

Berada di Pusat

KTM

6 Keagamaan

Mesjid Desa 5,000 0.05 17 0.85

Berada di Pusat

KTM, SKP dan SP

Gereja / Pura 5,000 0.30 5 1.50

Berada di Pusat

KTM dan Pusat SKP

Mesjid Agung > 120.000 2.00 1 2.00

Berada di Pusat

KTM

Islamic Center > 120.000 3.00 1 3.00

Berada di Pusat

KTM

7 Kegiatan Sosial dan Rekreasi

Page 34: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-34

No Jenis Fasilitas

Penduduk

Pendukung

(jiwa)

Standar

Lahan

(ha)

Kebutuhan

Pengembangan

2023 Keterangan

unit Ha

Balai Warga 3,000 0.05 25 1.25

Berada di Pusat

KTM, SKP dan SP

Karang Taruna 30,000 0.05 5 0.25

Berada di Pusat

KTM dan Pusat SKP

Pusat Kebudayaan 500,000 1.00 1 1.00

Berada di Pusat

KTM

Gedung Serba Guna 30,000 1.00 1 1.00

Berada di Pusat

KTM

Sport Center > 120.000 3.00 1 3.00

Berada di Pusat

KTM

8 Pusat Koleksi dan Distribusi

Terminal Kota

Wilayah

Perkotaan 3.00 1.0 3.00

Berada di Pusat

KTM

Terminal Agro

Wilayah

Perkotaan 3.00 1.0 3.00

Berada di Pusat

KTM

Sub Terminal Kota

Wilayah

Perkotaan 0.20 5.0 1.00

Berada di Pusat

KTM dan Pusat SKP

Kawasan Pelabuhan

Wilayah

Perkotaan 2.50 1.0 2.50

Berada di Pusat

KTM

Rencana Luas Lahan Terbangun 966.78

Sumber : Hasil Perhitungan

Dengan mengetahui rencana pengembangan kawasan budidaya pertanian dan

non-pertanian, maka rencana pengembangan Budidaya KTM Tampo Lore dalam

kerangka model pengembangan agribisnis, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

55..22.. RREENNCCAANNAA JJAARRIINNGGAANN UUTTIILLIITTAASS KKTTMM TTAAMMPPOO LLOORREE

Rencana jaringan utilitas KTM Tampo Lore meliputi perencanaan jaringan

penerangan/listrik, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, jaringan air limbah,

dan pengembangan sistem pengelolaan persampahan.

Page 35: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-35

5.2.1. Rencana Pengembangan Jaringan Listrik

Besarnya tingkat kebutuhan penduduk akan fungsi listrik bagi mendukung pola

aktivitasnya merupakan tuntutan terhadap pemerintah daerah setempat agar

memberikan penyediaan jaringan dan pelayanan yang memadai di bagian wilayah

manapun.

Pelayanan listrik di KTM Tampo Lore pada masa mendatang diperkirakan terdiri

dari kelompok-kelompok sebagai berikut :

� kelompok rumah tangga

� kelompok pelayanan sosial dan pemerintahan

� kelompok kegiatan komersial

� kelompok industri

� jaringan jalan

Sampai saat ini jaringan pelayanan PLN telah menyebar hampir di seluruh bagian

wilayah KTM dengan pusat pembangkit berada di Desa Kambara dan di Lawa.

Rumah tangga yang telah memanfaatkan jasa PLN ini hampir 50 % dari total

penduduk di KTM Tampo Lore. Pelanggan PLN di KTM Tampo Lore hampir

seluruhnya menggunakan untuk kebutuhan rumah tangga biasa, untuk kegiatan

usaha umumnya mereka menggunakan diesel, karenanya pasokan listrik yang ada

sekarang dirasakan belum mencukupi untuk menunjang kegiatan usaha.

Masih rendahnya kapasitas pelayanan yang diberikan sementara disisi permintaan

akan semakin meningkat terutama dari kelompok sosial-pemerintahan, bagi

kegiatan industri, perdagangan, dan pengembangan kawasan agribisnis. Sudah

semestinya diperlukan peningkatan baik dari kapasitas maupun jaringan sistemnya

agar dapat menjangkau kelompok-kelompok potensial tersebut.

Dalam memenuhi kebutuhan energi sesuai dengan perkembangan kota, maka

secara umum kebutuhan energi dibagi menjadi empat jenis, yaitu :

� Rumah Tangga

Kebutuhan listrik untuk rumah tangga diasumsikan memerlukn kebutuhan

listrik 1.100 watt/KK

� Perdagangan, industri dan perkantoran

Page 36: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-36

Standar yang digunakan untuk kebutuhan listrik maksimum 40 watt/m2 atau

25 % dari kebutuhan rumah tangga.

� Kegiatan sosial dan pelayanan umum

Kebutuhan sumber daya listrik untuk kegiatan sosial adalah pendidikan,

kesehatan dan peribadatan. Sedangkan pelayanan umum berupa perkantoran

pemerintahan dan rekreasi olahraga. Kebutuhan listrik unsur seluruh kegiatan

tersebut maksimum adalah 40 watt/m2, atau 25 % dari seluruh kebutuhan

rumah tangga.

� Penerangan jalan.

Pemakaian listrik bagi penerangan jalan mempergunakan standar maksimum

18 kw/km atau 10 % dari kebutuhan rumah tangga.

� Perkiraan kehilangan energi listrik dalam tranmisi diperkirakan sebesar 15 %

dari seluruh kebutuhan energi listrik.

Berdasarkan standar di atas, maka kebutuhan listrik di KTM Tampo Lore pada

tahun 2023 sebesar 33.91 Mega watt. Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan

dalam meletakan jaringan listrik adalah dalam menetapkan lokasi gardu listrik dan

jaringan distribusi adalah:

� Untuk pemilihan lokasi gardu hubung melingkupi seluruh titik beban. Hal ini

untuk meminimasi biaya momen beban yang merupakan perkalian besarnya

beban dengan jarak ke titik supply.

� Penarikan jaringan dari gardu hubung ke masing-masing titik beban harus

berarah maju yang berarti tidak ada kabel yang berbalik arah.

� Pemilihan letak gardu hubung tersebut harus mampu memenuhi kriteria

voltage regulation pada ujung beban.

� Pemilihan letak gardu hubung juga harus memperhitungkan jarak terdekat

dengan supply gardu hubung induk yang terdapat diujung beban.

Untuk menunjang daya listrik tersebut maka perlu peningkatan jaringan tegangan

tinggi (primer) sebesar 150 KV dan tegangan menengah (sekunder) sebesar 70 KV

sesuai dengan rencana pengembangan PLN.

Page 37: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-37

Tabel 5.6

Rencana Kebutuhan Listrik KTM Tampo Lore Tahun 2023

No Uraian Kebutuhan Standar Pelayanan

(Watt)

Kebutuhan

(MegaWatt)

1 Domestik (Rumah Tangga) - 18.424 KK 1,100 18.43

2 Perdagangan, Industri dan Perkantoran 25 % dari domestik 4.61

3 Fasilitas Sosial dan Umum 25 % dari domestik 4.61

4 Penerangan Jalan 10 % dari Domestik 1.84

5 Jumlah Pelayanan 29.49

6 Kehilangan energi 15 % Dari total Pelayanan 4.42

JUMLAH KEBUTUHAN 33.91

Sumber : Hasil Rencana 2009

5.2.2. Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih

Perkiraan kebutuhan air bersih di KTM Tampo Lore berkaitan langsung dengan

berbagai parameter yang telah dihitung sebelumnya ataupun kebijaksanaan yang

sudah ditetapkan oleh pemerintah (Standar pelayanan Pekerjaan Umum).

Parameter tersebut antara lain :

� proyeksi penduduk hingga tahun 2023

� sumber air baku yang tersedia

� tingkat dan jenis pelayanan yang akan diberikan oleh pengelola air bersih

kepada para konsumen

� batas wilayah pelayanan

Dari segi konsumen, kelompok yang membutuhkan pelayanan air bersih terdiri

dari :

� Konsumen domestik, yaitu pelayanan yang diberikan kepada rumah tangga.

Mengingat pentingnya air bersih bagi penduduk dan semua kegiatan yang

berlangsung, maka digunakan standar kebutuhan air bersih sebesar 60

liter/hari/penduduk

� Konsumen non domestik, yaitu pelayanan diluar rumah tangga seperti tempat

peribadatan, perkantoran, perdagangan dan jasa, industri, tempat kesehatan

dan sarana lainnya sebesar 25 % dari kebutuhan domestik.

� Kehilangan air dalam instalasi sebesar 10 %

Page 38: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-38

� Dalam menghitung kebutuhan pipa distribusi air bersih, digunakan standar

pelayanan rata-rata sebagai berikut :

� Jaringan pipa sekunder untuk melayani 500 jiwa penduduk dibutuhkan

pipa sepanjang 1.000 meter.

� Jaringan pipa tersier untuk melayani 200 jiwa penduduk dibutuhkan pipa

sepanjang 1.000 meter.

Tabel 5.7

Rencana Kebutuhan Air Bersih KTM Tampo Lore Tahun 2023

No Uraian Kebutuhan Tahun 2023

1 Jumlah Penduduk 83,767

2 Pelayanan Domestik (60 l/org/hari)

Jumlah (lt/hari) 5,026,020

(lt/detik) 58.17

3 Pelayanan Non Domestik

Sosial - ekonomi (lt/hari) 1,256,505

(lt/detik) 14.54

4 Jumlah Pelayanan

Jumlah (lt/hari) 6,282,525

(lt/detik) 72.71

5 Kebocoran (15%)

Jumlah (lt/hari) 942,379

(lt/detik) 14.54

6 Jumlah Kebutuhan

Jumlah (lt/hari) 7,224,904

(lt/detik) 87.26

7 Kebutuhan Pipa

- Pipa Sekunder (m) 167,534

- Pipa Tersier (m) 418,835

Sumber : Hasil Rencana 2008

Dengan memperhatikan kondisi tersebut diatas dan dengan memperhatikan

kemampuan ekonomi daerah, maka sistem penyediaan air bersih yang akan

dikembangkan di wilayah perecanaan adalah cakupan pelayanan sampai akhir

tahun perencanaan meliputi 75 % dari kebutuhan diatas (sistem perpipaan).

Dimana Untuk Kawasan Pusat KTM semua dikembangkan instalasi air bersih

dengan sistem perpipaan. Dengan demikian maka kebutuhan air bersih perpipaan

Page 39: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-39

kawasan KTM Tampo Lore adalah 65 lt/dt dengan panjang pipa sekunder dan

tersier 125,651 m dan 314,126 m.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, maka diperlukan adanya peningkatan

prasarana. Kebutuhan jaringan prasarana air bersih untuk KTM Tampo Lore dapat

dikelompokan menjadi:

� Pengembangan sumber air baku

Kebutuhan air besih hingga akhir tahun perencanaan harus dipesiapkan

sumber air baku untuk memenuhi kebuthan. Sumber air baku yang dapat

dipergunakan adalah :

a. Sumber Air Baku Sungai Kambara dengan potensi debit air 7,480 lt/detik.

b. Sumber Air Baku Sungai Katangana dengan potensi debit air 670 lt/dt.

c. Untuk Kawasn Pusat KTM dapat mengambil dari sumber mata air yang

tetrletak dekat dengan Kawasan Pusat KTM di sekitar anak Sungai

Katangana.

Kualitas air tanah di KTM Tampo Lore sebenarnya baik tetapi untuk jangka

panjang tidak mungkin dipergunakan terus karena akan mengakibatkan kondisi

negatif terhadap lingkungan yaitu intrusi air laut.

� Optimaslisasi pemanfaatan sistem dan kapasitas produksi

Pembangunan intake dengan sumber Sungai Kambara maupun Mata Air

Kaangana sampai pada kapasitas terpasang sebelumnnya 80 lt/dt. Dengan

pembangunan fasilitas pengolahan (fasilitas penyaringan /filtrasi dan fasilitas

disinfeksi). Pembangunan reservoir pelayanan dan distribusi, dengan

menggunakan sistem pompa karena tidak memungkinkan sistem distribusi

pengaliran secara gravitasi. Pembangunan intek ini untuk melayani penyediaan

air bersih di Pusat KTM dan seluruh Wilayah KTM.

5.2.3. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah

Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh air

kotor/limbah, sistem pembuangan air kotor di wilayah KTM Tampo Lore dilakukan

Page 40: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-40

dengan penanganan air limbah di lokasi setempat untuk melayani perorangan atau

sekelompok warga setempat.

Pengelolaan limbah domestik termasuk limbah tinja memerlukan peran serta

seluruh warga masyarakat, sehingga perlu gerakan penyadaran akan pentingnya

mengelola limbah rumah tangga termasuk limbah tinja. Dalam rangka

meningkatkan kualitas lingkungan kota, maka perlu ditingkatkan dengan

menggunakan sistem yang lebih baik antara lain dengan septic tank yang

dilengkapi dengan sumur resapan. Setiap rumah diperlukan untuk memiliki wc

yang dilengkapi denga septic tank dan sumur resapan. Kuantitas limbah rumah

tangga dan unit sarana pengelolaan dalam skala KTM Tampo Lore dapat dilihat

dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 5.8

Rencana Prasarana Dan Produksi Limbah Domestik KTM Tampo Lore

No Uraian Satua

n

Tahun

2023

1 Jumlah Penduduk jiwa 83,767

2 Persentase Utilitas

a. Proyeksi Persentase Keluarga yang menggunakan

Septicktank % 85

b. Proyeksi Persentase Keluarga yang tidak

menggunakan Septicktank tetapi MCK % 15

3 Jumlah Penduduk yang Terlayani untuk Septicktank jiwa 71,202

Jumlah Penduduk Terlayani untuk MCK jiwa 12,565

4 Standar Pelayanan per unit sarana

a. Standar Pelayanan Septictank untuk Keluarga Jiwa 5

b. Standar Pelayanan untuk MCK (1 MCK = 100 jiwa) Jiwa 100

5 Jumlah sarana

a. Proyeksi Jumlah Kebutuhan Septicktank untuk Keluarga Unit 14,240

b. Proyeksi Jumlah Kebutuhan MCK (1 MCK = 100 jiwa) Unit 126

6 Lumpur Tinja Domestik yang dihasilkan untuk tiap orang (30 lt X jlh pddk)/365 hari

lt/hari 5,852

7 Lumpur Non Tinja (20% tinja) lt/hari 1,170

8 Total Jumlah Lumpur lt/hari 7,023

9 Kebutuhan Truk Tinja Kapasitas 2 m3 (jlh lumpur tinja/kapasitas truk)

buah 2

Sumber : Hasil Rencana 2009

Page 41: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-41

Untuk sistem buangan air limbah domestik maka pengembangannya dilakukan

berdasarkan dua sistem buangan yaitu :

� Pada daerah Pusat KTM dimana kualitas air pada saluran drainase perlu di jaga

dari kontaminasi terutama limbah rumah tangga maka perlu ditegaskan

penerapan sumur resapan buangan / limbah rumah tangga dan dibutuhkan

Water Treatment Plan untuk limbah-limbah non domestik terutama aktivitas

perdagangan dan industri untuk tidak mencemari daerah pesisir laut.

� Pada daerah lain sistem buangannya lebih ekonomis disatukan dengan

menggunakan combined system, dimana disatukan dengan saluran drainase.

Gambar 5.6

Sistem Pengelolaan Limbah Rumah Tangga

5.2.4. Rencana Pengembangan Jaringan Telepon

Jaringan telekomunikasi merupakan salah satu jaringan utilitas kota yang

merupakan penunjang aktivitas penduduk baik komersial maupun sosial

mengingat fungsinya yang dapat mengatasi jarak dan waktu. Untuk wilayah

perencanaan, sebagian telah mendapatkan pelayanan fasilitas ini. Namun

demikian mengingat tingkat kebutuhan masyarakat terkait dengan kemajuan

jaman dan globalisasi sektor informasi, diperlukan perluasan jaringan pelayanan

Page 42: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-42

telepon untuk menjangkau wilayah yang lebih luas yaitu dengan penambahan SST

ke rumah tangga dan jaringan telepon kearah fasilitas-fasilitas perkotaan.

Pada tahun 2028 diharapkan seluruh masyarakat KTM Tampo Lore dan semua

pusat aktivitas/kawasan dapat memanfaatkan ketersediaan jaringan pelayanan

telepon. Kebutuhan terhadap penyediaan prasarana ini di masa mendatang

diperkirakan akan semakin meningkat terkait dengan fungsi peran yang diemban

KTM Tampo Lore serta rencana pengembangan fungsional kawasan-kawasan

pertumbuhan baru. Untuk itu wilayah perkotaan perlu memperoleh jasa layanan

telekomunikasi yang optimal, melalui perluasan jaringan pelayanannya.

Rencana pengembangan jaringan telepon KTM Tampo Lore Tahun 2023 yaitu :

1. Penambahan jaringan satuan sambuangan telepon (sst) rumah tangga sebesar

13.818 sst, dimana prioritas pengembangannya adalah kawasan Pusat KTM.

2. Penambahan jaringan satuan sambuangan telepon (sst) untuk berbagai fasilitas

pengembangan kota (fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa,

pelabuhan dan kawasan industri) sebesar 2.763 sst.

3. Menyediakan fasilitas telepon umum 50 unit di daerah yang potensial seperti

dekat pasar, terminal, pelabuhan, kawasan pariwisata, pinggiran jalan umum

yang dekat dengan pusat kegiatan sosial serta pusat kegiatan masyarakat.

Untuk pengembangan kebutuhan telepon diatas maka dalam perencanaan

jaringan telepon menyangkut pemilihan dan penilaian lokasi dari sentra telepon

dan rumah kabel.

1. Sentra telepon direncanakan berada di pusat KTM Tampo Lore.

2. Rumah Kabel (RK), sebagai titik pembagian saluran sekunder. Dimana

persyaratan dari rumah kabel adalah sebagai berikut :

� Kabel primer sebagai kabel catu dari sentral ke daerah pelayanan RK yang

bersangkutan harus sependek mungkin.

� Jumlah panjang kabel sekunder untuk menjangkau semua demand dalam

daerah pelayanan RK tersebut relatif pendek.

� Tidak ada tumpang tindih (over lapping) antara kabel primer dan sekunder.

Page 43: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-43

� Dalam daerah pelayanan RK yang ridak homogen demannya, penempatan

RK lebih diarahkan ke lingkungan yang kepadatan demand-nya tinggi.

� Letak RK harus aman dari gangguan-gangguan seperti : pada persimpangan

jalan letak RK tidak boleh terlalu dekat dengan sudut jalan, terutama RK

yang ditempatkan di sisi kiri jalan dan tidak dibenarkan ditempatkan pada

tempat-tempat yang membahayakan para pejalan kaki.

5.2.5. Rencana Pengembangan Jaringan Persampahan

Permasalahan persampahan di KTM Tampo Lore perlu mengantisipasi

pertumbuhan permukiman dan aktivitas kota sehingga sejak awal telah dimiliki

mekanisme pengelolaan persampahan yang paling sesuai dengan karakteristik

KTM Tampo Lore.

Tabel 5.9

Standar Perhitungan Dan Sumber Timbunan Sampah

No Komponen

Sampah Satuan Volume ( lt )

1

2

3

4

Rumah Permanen

Toko/Ruko

Sekolah

Jalan

per orang per hari

per pegawai per hari

per murid per hari

per meter per hari

2,25 – 2,50

2,50 – 3,00

0,10 – 0,15

0,05 – 0,60

Beberapa hal yang memerlukan antisipasi antara lain alokasi ruang dengan

karakteristik yang tepat untuk pengelolaan akhir sampah. TPA perlu disiapkan

untuk dapat menampung produksi sampah yang akan dihasilkan dengan volume

sebagaimana tampak dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 5.10

Perkiraan Timbunan Sampah Dan Kebutuhan Sarana Dan Prasarana Angkutan

Sampah KTM Tampo Lore

No Uraian Satuan Tahun 2023

1 Jumlah Total Penduduk (P) jiwa 83,767

2 Proyeksi Skala pelayanan Pemda thd pddk (%) % 60

3 Jumlah Penduduk yang Terlayani Sampahnya (P X %) jiwa 50,260

4 Standar Sampah Domestik (SD) lt/or/hari 2

5 Standar Sampah Non Domestik

Page 44: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-44

No Uraian Satuan Tahun 2023

a. Sampah Komersial lt/or/hari 3

b. Sampah Fasilitas Umum dan Perdagangan lt/or/hari 2

6 Volume Sampah Domestik P X % X SD m3/hari 75

7 Volume Sampah Non Domestik

a. Sampah Komersial m3/hari 45

b. Sampah Fasilitas Umum m3/hari 41

8 Volume Sampah Total (VS) m3/hari 161

9 Sistem Pelayanan (SP):

a. Pel. KoPosol % 85

b. Pel. Individual % 15

10 Kebutuhan Peralatan

a. Gerobak Sampah 1 m3 (VS X SP) buah 20

b. TPS kontainer besi 10 m3 buah 15

c. Truk terbuka 7 m3 (50%) buah 5

d. Dump-truck 8 m3 (40%) buah 4

e. Arm-roll truck 10 m3 (10%) buah 1

Sumber : Hasil Rencana 2009

Pengelolaan persampahan di perumahan tidak hanya terbatas pada cara

pengolahan dan pembuangannya saja agar tidak mencemari lingkungan. Aspek lain

yang perlu diperhatikan adalah pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan

sampah.

a. Dalam pewadahan dan pengumpulan, pendekatan teknologi dan

pengetahuan dasar tentang masing-masing limbah padat atau sampah sangat

diperlukan agar tidak menimbulkan permasalahan, baik dari segi biaya

operasi maupun keselamatan kerja dan lingkungan. Sampah yang paling

dominan pada suatu kawasan perumahan adalah sampah domestik

merupakan sampah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga dan sampah

yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia di sekitar lokasi perumahan.

Setiap sumber sampah akan menghasilkan komponen-komponen yang

berbeda satu sama lainnya. Untuk sampah domestik akan dihasilkan sampah

yang terdiri dari sampah organik maupun anorganik.

Page 45: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-45

b. Sistem pengumpulan untuk sampah domestik yang dihasilkan dari rumah

tangga maupun fasilitas lainnya dilaksanakan dengan sistem pewadahan dan

pengumpulan yang biasa dilakukan untuk sampah kota. Sampah-sampah

tersebut dipisahkan dari sampah lainnya yang masih bisa dimanfaatkan,

disimpan dalam suatu wadah yang mudah dipindah dan diangkut. Wadah-

wadah tersebut sebaiknya ditempakan pada lokasi yang mudah dicapai oleh

kendaraan pengumpul Pengumpulan dilakukan oleh beberapa truk untuk

kemudian disimpan dalam sebuah Tempat Penampungan Sementara (TPS)

yang letaknya berjauhan dari kawasan perumahan.

c. Sistem pengangkutan dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dilakukan

secara periodik. Perhitungan sampah yang masuk berfluktuasi, tergantung

pada kegiatan industri tertentu dalam hari tertentu. Pada dasarnya buangan

pada tiap orang rata-rata 2.5 – 3.5 liter/orang/hari. Tetapi jumlah buangan

dari sisa proses yang tidak dapat dimanfaatkan lagi kemungkinan tidak tetap.

d. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Belum adanya TPA sampai saat ini. Rekomendasi penempata TPA untuk

memfasilitasi kebutuhan KTM Tampo Lore dan sekitarnya berada di luar

kawasan perencanaan di wilayah sebelah selatan kota. Sistem pengelolaan

yang akan dikembangkan – sesuai dengan rencana pemerintah – adalah

Controlled Land Fill sebagai metoda disposal.

Page 46: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten

Pola Operasional Pengelolaan Persampahan

Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

Gambar 5.7

Pola Operasional Pengelolaan Persampahan

V-46

Page 47: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Master Plan Kota Terpadu Mandiri

Kawasan Tampo-Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-46

NO SUMBER SAMPAH PENAMPUNGAN

BAK PLASTIK 50 lt r

BAK PLASTIK 50 lt r

PENYAPUAN DOOR TO DOOR

DOOR TO DOOR

DOOR TO DOOR

DOOR TO DOOR

KANTONG PLASTIK

PENGUMPULAN PEMINDAHAN PENGANGKUTAN

TPS

TPS

TPS

TPS

PEMUKIMAN TERATUR/DIPINGGIR JALAN

PEMUKIMAN TIDAK TERATUR

KOMERSIAL/PERTOKOAN

JALAN PROTOKOL

1

2

3

4

Page 48: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-47

5.3 Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan

Kriteria arahan dalam pemanfaatan ruang secara konseptual didasarkan pada nilai-nilai

ruang, antara lain :

1. Pertimbangan nilai suatu ruang yang berkaitan dengan nilai dan ketersediaan lahan

bagi bangunan serta taman kota (Rica Ordian Rent).

2. Nilai ruang berkaitan dengan posisi dalam suatu konfigurasi ruang atau nilai

keuntungan ruang terhadap lingkungan perkotaan (Location Rent).

3. Nilai ruang yang berkaitan dengan fungsi ekosistem seperti kawasan resapan air,

kawasan penyangga atau jalur hijau dan taman kota.

4. Nilai ruang yang berkaitan dengan tata nilai dan budaya masyarakat seperti tempat

suci, balai pertemuan dan tempat bersejarah lainnya (Sosio Kultural – Rent).

5. Nilai ruang yang berkaitan dengan nilai strategis suatu lokasi (Merit-Rent) yang dapat

menunjang terhadap kepentingan umum.

Berdasarkan struktur pelayanan kegiatan sebagaimana telah dibahas di atas maka dapat

dijabarkan juga mengenai arahan pemanfaatan ruang kawasan perkotaan berdasarkan

kebutuhannya. Rencana alokasi pemanfaatan ruang untuk kawasan perencanaan

ditujukan untuk efisiensi pelayanan yang disediakan pada tiap-tiap Unit Lingkungan.

Dimana aktivitas kegiatan sosial yang sifatnya lokal dapat dipenuhi pada tiap-tiap unit

lingkungan, terkecuali untuk kebutuhan yang berskala primer tidak harus ada pada setiap

unit lingkungan. Untuk pelayanan lokal yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

setempat tersebar pada tiap-tiap unit lingkungan.

Untuk memudahkan pencapaian terhadap lokasi kegiatan, pelayanan lokal diarahkan di

pusat-pusat unit lingkungan dengan sistem “Neighbourhood Unit “ sebagai dasar

perencanaan efisiensi secara teknis, karena pada prinsipnya sistem ini bisa memberikan

pelayanan yang efektif kepada masyarakat dengan penyediaan berbagai fasilitas

Page 49: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-48

kebutuhan pada suatu unit lingkungan. Keuntungan-keuntungan sistem ini sebagai

planning unit adalah :

� Memudahkan untuk mendapatkan kebutuhan barang dan jasa secara mudah,

sehingga menjamin ketentraman bagi penduduk.

� Memudahkan interaksi antar kegiatan satu dengan kegiatan lainnya.

� Penyebaran fasilitas secara merata dalam penyediaan fasilitas kota.

Adapun elemen-elemen pembentuk ruang yang direncanakan dan akan dialokasikan

menurut jenis, luas maupun penyebarannya dapat dijabarkan di bawah ini, antara lain :

5.3.1 Perumahan

Perumahan merupakan salah satu komponen fisik suatu daerah yang akan membentuk

suatu kawasan pemukiman, disamping itu perumahan juga merupakan salah satu

kebutuhan pokok selain pangan dan sandang.

Pada kawasan perencanaan pola pemukiman dan perumahan dipengaruhi oleh kondisi,

kesejahteraan masyarakat, jumlah penduduk dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat

serta ketersediaan lahan untuk kebutuhan perumahan.

Penelaahan kawasan pemukiman meliputi identifikasi awal kearah pembentukan

kelompok-kelompok pemukiman dimana arah pembentukan lingkungan perumahan

didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

� Peningkatan kualitas perumahan, sehingga lingkungan perumahan yang terbentuk

dapat menciptakan suasana yang nyaman

� Menampilkan karakter kelompok pemukiman/unit lingkungan sebagai suatu satu

kesatuan

� Adanya rencana jalan masuk dan keluar dari setiap unit lingkungan perumahan

sehingga pencapaian suatu kawasan ke kawasan lain relative mudah di capai

� Penempatan pusat pelayanan sebagai komponen pengikat setiap unit perumahaan

yang mempunyai jarak tempuh yang relative dekat

Page 50: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-49

� Pemanfaatan ruang terbuka sebagai suatu orintasi kegiatan di setiap unit lingkungan

perumahan yang dijadikan unsur pengikat dan dapat diwujudkan dalam bentuk taman

dan fasilitas sosial yang sifatnya lokal.

Berdasarkan kondisinya rumah-rumah di Kawasan Perencanaan, umumnya mempunyai

kondisi sedang dan baik meskipun ada beberapa kondisinya yang rusak karena usia, selain

itu sebagian besar adalah permanen.

Dengan melihat kecenderungan perkembangan jumlah penduduk dimasa yang akan

datang maka peningkatan kebutuhan rumah pun akan semakin bertambah.

Untuk melihat kecenderungan perkembangan rumah dimasa yang akan datang dapat

diperkirakan berapa kebutuhan rumah yang harus disediakan. Adapun dasar perhitungan

kebutuhan rumah didasarkan pada perkiraan jumlah penduduk dengan asumsi 1 unit

rumah dihuni oleh 4 jiwa yang terdiri dari bapak, ibu dan 2 orang anak. Kebutuhan

perumahan untuk kawasan perencanaan dihitung berdasarkan luasan lahan yang bisa

untuk dikembangkan sebagai lahan perumahan. Selain itu juga melihat standar rumah

dimana dalam setiap rumah mewakili 1 kk yang terdiri dari 5 jiwa. Berdasarkan pada

asumsi di atas dapat diperkirakan kebutuhan rumah di kawasan perencanaan hingga akhir

tahun perencanaan 2013 dapat dilihat pada table 5.10.

Tabel 5.11

Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Perumahan

Di Kawasan Perencanaan Tahun 2013

No. Jenis Fasilitas

Rumah

Kebutuhan Fasilitas dan

Ruang

Jumlah

(Unit)

Luas

( M² )

1. Kecil 3.537 530.550

2. Sedang 2.688 806.400

3. Besar 2.025 810.000

Jumlah 8.250 2.146.950

Sumber : Hasil Analisis

Page 51: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-50

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyebaran perumahan terencana sesuai

dengan kriteria kawasan perumahan yaitu :

� Aksesibilitas perumahan terhadap pusat kegiatan perkotaan cukup tinggi dan terkait

dengan fungsi kegiatan kawasan perencanaan.

� Ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan sangat menunjang terhadap kondisi

kawasan perencanaan.

� Dalam pengembangan perumahan tidak hanya diperuntukan bagi pelayanan

penduduk kawasan perencanaan, tetapi dapat melayani penduduk dari luar kawasan

perencanaan.

� Ketersediaan sumber air bersih harus terpenuhi, baik dari sumber air setempat

maupun pelayanan dari PDAM.

5.3.2. Fasilitas Pendidikan

Rencana kebutuhan fasilitas pendidikan untuk skala lokal/lingkungan didasarkan pada

penduduk pendukung, sedangkan untuk skala regional seperti perguruan tinggi

didasarkan pada fungsi kawasan. Bagi fasilitas yang sudah tersedia dan melebihi jumlah

yang direncanakan tidak perlu adanya penambahan, sedangkan fasilitas yang jumlahnya

kurang berdasarkan rencana perlu disesuaikan kebutuhannya.

Berdasarkan hasil perhitungan, rencana kebutuhan fasilitas pendidikan di kawasan

perencanaan dibutuhkan fasilitas SLTA 3 unit dengan luas lahan yang dibutuhkan untuk

pengembangan seluas 15.000 m². Sedangkan untuk fasilitas TK, SD dan SLTP sampai akhir

tahun perencanaan 2013 sudah mencukupi bahkan ada yang melebihi jumlah yang

dibutuhkan. Untuk lebih jelasnya perkiraan kebutuhan fasilitas pendidikan di kawasan

perencanaan dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Page 52: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-51

Tabel 5.12

Rencana Kebutuhan Fasilitas Pendidikan

Di Kawasan Perencanaan Sampai Tahun 2013

No Jenis

Fasilitas

Jumlah

Penduduk

Tahun

2013

(Jiwa)

Standar

Eksisting

(unit)

Kebutuhan

Penduduk

(Jiwa)

Luas

(m2)

Unit Luas

(m2)

1 TK

21.218

1.000 1.200 22 - -

2 SD 1.600 3.600 25 - -

3 SLTP 4.800 5.000 4 - -

4 SLTA 4.800 5.000 1 3 15.000

Jumlah 52 3 15.000

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2006

5.3.3 Fasilitas Kesehatan

Untuk melayani kebutuhan pelayanan kesehatan di kawasan perencanaan saat ini

terdapat puskesmas dan puskesmas pembantu (pustu), tetapi fasilitas yang ada belum

memenuhi kebutuhan masyarakat secara optimal sehingga masih banyak penduduk yang

berobat ke luar kawasan perencanaan. Belum optimalnya fasilitas yang ada disebabkan

belum lengkapnya sarana maupun tenaga medis yang tersedia, seperti ruang rawat inap,

rawat jalan, apotik/toko obat maupun tenaga dokter.

Untuk lebih menunjang optimalisasi fasilitas yang ada dimasa yang akan datang perlu

lebih ditingkatkan serta menambah perlengkapan yang dibutuhkan, baik peningkatan

fasilitas maupun penambahan tenaga medis. Berdasarkan kondisi saat ini rencana

kebutuhan fasilitas kesehatan dimasa mendatang dibutuhkan 1 unit tempat praktek

dokter dan apotik.

Page 53: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-52

Tabel 5.13

Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan

Di Kawasan Perencanaan Tahun 2013

No Jenis

Fasilitas

Jumlah

Penduduk

Tahun

2013

(Jiwa)

Standar

Eksisti

ng

(unit)

Kebutuhan

Penduduk

(Jiwa)

Luas

(m2)

Unit Luas

(m2)

1 Puskesmas

21.218

30.000 650 4 - -

2 P.

Pembantu 6.000 500 16 - -

3 Apotik 10.000 350 - 2 700

4 Posyandu - - 22 - -

5 Praktek

Dokter 5.000 550 3 1 550

6

Balai

Pengobatan 1.000 300 37 - -

Jumlah 3 1.250

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2006

5.3.4. Fasilitas Peribadatan

Sehubungan dengan penduduk yang ada di kawasan perencanaan umumnya pemeluk

agama Islam, maka untuk memenuhi pelayanan fasilitas peribadatan hanya fasilitas untuk

umat Islam. Berdasarkan jumlah eksisting jumlah fasilitas yang ada sudah dapat melayani

hingga akhir tahun perencanaan, tetapi berdasarkan kualitasnya belum memiliki fasilitas

berskala regional, untuk itu dalam perencanaan ini diarahkan pengembangan mesjid

kecamatan, gereja kecamatan, dan pura kecamatan masing-masing seluas 5.000 m2.

Tabel 5.14

Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Peribadatan

Di Kawasan Perencanaan Tahun 2013

No Jenis

Fasilitas

Jumlah

Penduduk

Tahun

2013

(Jiwa)

Standar

Eksist

ing

(unit)

Kebutuhan

Pendud

uk

(Jiwa)

Luas

(m2)

Unit Luas

(m2)

1 Mesjid 22.218

10.000 1.750 22 - -

2 Pura 10.000 1.750 2 - -

Page 54: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-53

3 Gereja 10.000 1.750 74 - -

Jumlah - - -

Sumber : Hasil Analisis

5.3.5. Fasilitas Perdagangan

Penyebaran fasilitas perdagangan pada saat ini di kawasan perencanaan teraglomerasi di

unit lingkungan I dan III berupa pasar, warung dan kios. Hanya pasar yang mempunyai

skala pelayanan lokal dan yang lain umumnya masih merupakan skala pelayanan

lingkungan.

Untuk fasilitas pasar, meskipun tidak membutuhkan penambahan tetapi keberadaan

pasar yang ada saat ini perlu direlokasi, mengingat lokasi yang ada saat ini tidak sesuai

lagi disamping lokasinya berada diantara jalur jalan utama, hal ini akan menyulitkan untuk

perkembangan serta jika jalan yang ada saat ini ditingkatkan statusnya keberadaan pasar

akan mengganggu lalu lintas.

Tabel 5.15

Rencana Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Luas Lahan

Di Kawasan Perencanaan Tahun 2013

No Jenis Fasilitas

Jumlah

Pendudu

k 2013

Standar Kebutuhan

Pendudu

k (Jiwa)

Luas

(m2)

Unit Luas

(m2)

1 Warung

21.218

250 100 84 5.500

2 Pertokoan 2.500 1.200 8 7.200

3 Pusat.

Perbelanjaan 30.000 13.500 1 10000

Jumlah 142 22.700

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2009

Keterangan : 1 unit pertokoan terdiri dari 19 lokal toko ukuran bangunan 5x10 m

atau 50 m², diperoleh dari 1200 m² x KDB 80% = 960 m² dibagi 50 = 19 lokal

Penempatan bisa menyatu maupun tersebar.

Page 55: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-54

5.3.6. Fasilitas Pelayanan Umum

Lokasi fasilitas pelayanan umum di kawasan perencanaan pada saat ini penempatannya

tersebar, sehingga untuk tingkat pelayanan kabupaten fasilitas yang ada kurang

memberikan kesan bahwa kawasan perencanaan berfungsi sebagai pusat kabupaten dan

tidak memberikan tanda/ciri suatu kawasan berupa landmark kota.

Untuk lebih memberikan kesan sebagai kawasan perkantoran, arahan pengembangan

dimasa yang akan datang untuk fasilitas perkantoran diarahkan di unit lingkungan I sekitar

kantor camat. Adapun rencana untuk pengembangan fasilitas pelayanan umum

dibutuhkan fasilitas; seperti Kantor Pos Pembantu, Kantor Polisi, Koramil, Pemadam

Kebakaran, PDAM, Pos Keamanan serta fasilitas penunjang seperti parkir dan MCK. Lebih

jelasnya mengenai kebutuhan fasilitas pelayanan umum dapat dilihat pada Tabel 5.16

Tabel 5.16

Rencana Kebutuhan Fasilitas Pelayanan Umum

dan Luas Lahan Di Kawasan Perencanaan Tahun 2013

No Jenis Fasilitas Jumlah Penduduk

2013

Standar Kebutuhan

Penduduk

(Jiwa)

Luas

(m2)

Unit Luas

(m2)

1 Kantor Lingkungan

21.218

30.000 500 1 500

2 Pos polisi 30.000 200 1 200

3 Pos pemadam

kebakaran 30.000 100 1 100

4 Parkir umum + MCK 30.000 200 1 200

5 Balai pertemuan 2.500 300 8 2.400

Jumlah 12 3.400

Sumber : Hasil Analisis

Secara khusus kriteria pengarahan lokasi kawasan perkantoran untuk kawasan

perencanaan adalah :

a. Untuk menunjang fungsi kota sebagai pusat pelayanan administrasi.

Page 56: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-55

b. Aksesibilitas yang cukup tinggi karena berada pada suatu kawasan yang berfungsi

sebagai kawasan perkotaan dimana fungsi pelayanannya harus bisa memenuhi

masyarakat dengan aksesibilitas yang tinggi.

c. Kesesuaian lahan untuk pengembangan fasilitas perkotaan cukup sesuai.

d. Akan menambah peranan fungsi kota sebagai pusat pelayanan dan akan

mempengaruhi pelayanan secara efektif dalam bentuk ruang kawasan.

5.3.7. Fasilitas Taman Bermain dan Olah Raga

Fasilitas taman bermain dan olah raga merupakan fasilitas rekreasi bagi lingkungan

penduduk setempat berupa taman dan ruang terbuka. Kebutuhan ruang terbuka/taman

sampai tahun 2010 disesuaikan dengan tingkat kebutuhan lingkungan berdasarkan

standar jumlah penduduk. Adapun rencana kebutuhan pengembangan fasilitas tersebut

dapat dilihat pada Tabel 5.15.

Tabel 5.17

Rencana Kebutuhan Fasilitas Tempat Bermain

Dan Olah Raga Di Kawasan Perencanaan Tahun 2013

No

Jenis

Fasilitas

Jumlah

Penduduk

tahun

2013

Standar Kebutuhan

Penduduk

(Jiwa)

Luas

(m2)

Unit Luas

(m2)

1 Taman

21.218

250 250 84 21.000

2 Taman

bermain 2.500 1.250 8 10.000

3 Olah Raga 0,3

m²/Pddk 9.000 2 18.000

4 Jalur hjau 15

m²/Pddk - - 206.265

Jumlah 94 255.265

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2009

Page 57: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-56

5.3.8. Fasilitas Hiburan dan Rekreasi

Fasilitas hiburan dan rekreasi merupakan fasilitas pelengkap bagi kebutuhan penduduk,

yang termasuk fasilitas ini menurut standar perencanaan, diantaranya adalah Gedung

Serba Guna (GSG), Balai Pertemuan dan Bioskop. Mengenai perkiraan kebutuhan fasilitas

hiburan dan rekreasi di kawasan perencanaan dapat dilihat pada Tabel 5.16.

Tabel 5.18

Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Hiburan Dan Rekreasi

Di Kawasan Perencanaan Tahun 2013

No. Jenis Fasilitas Standar

Kebutuhan

Kebutuhan Pengembangan

Jumlah (Unit) Lahan (m²)

1. Gedung Serba Guna 0,10 m²/pddk 1 2.121

2. Balai Pertemuan 0,12 m²/pddk 1 2.546

3. Gedung Kesenian 0,10 m²/pddk 1 2.121

4. Kegiatan Keagamaan 0,10 m²/pddk 1 2.121

Jumlah - 4 8909

Sumber : Hasil Analisis

5.3.9. Terminal Kendaraan dan Ruang Parkir Umum

Fasilitas terminal kendaraan keberadaannya selain sebagai tempat menurunkan dan

menaikkan penumpang juga dapat berfungsi sebagai simpul pergerakan. Kebutuhan

fasilitas tersebut dipersiapkan dalam mengantisipasi perkembangan dimasa yang akan

datang, saat ini gejalanya sudah terlihat dimana perkiraan peningkatan volume lalu lintas

harian pada jalan utama yang melalui kawasan perencanaan, selain itu moda angkutan

yang menuju maupun melalui kawasan perencanaan diperkirakan akan meningkat.

Berdasarkan kondisi kawasan saat ini jenis kebutuhan terminal adalah tipe C dengan luas

lahan kurang atau sama dengan 1 Ha. Lokasi pengembangan fasilitas terminal kendaraan

diarahkan dalam menunjang pergerakan dari dan ke dalam kawasan perencanaan dengan

menghindari konflik lalu lintas di kawasan perencanaan, sehingga penempatannya akan

Page 58: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-57

dialokasikan di sekitar jalan utama. Luas lahan untuk pengembangan terminal dibutuhkan

seluas 10.000 m².

5.4.10 Industri dan Pergudangan

Jenis industri yang dimaksud adalah industri kecil (home industri) yang pengolahannya

masih relatif sederhana dan ramah lingkungan sehingga keberadaannya tidak akan

menggangu dan merusak lingkungan. Jenis industri kecil yang ada dan mempunyai

prospek berkembang saat ini di kawasan perencanaan adalah industri pengolahan hasil

perkebunan sawit dan pertanian (padi). Industri tersebut sifatnya masih individu dan

berlokasi terpencar.

Dengan kemungkinan akan terus berkembang, maka dimasa mendatang lokasi industri ini

perlu diarahkan agar membentuk suatu kawasan industri. Untuk pengembangannya

diarahkan pada lokasi yang berdekatan dengan bahan baku yaitu di bagian selatan

kawasan perencanaan (UL I) dan dilengkapi fasilitas pergudangan. Adapun lahan yang

dialokasikan untuk pengembangannya dibutuhkan lahan seluas 20.000 m².

5.4.11 Rekapitulasi Perkiraan Kebutuhan Ruang Kawasan Perencanaan

Perkiraan kebutuhan ruang pada dasarnya suatu pendekatan untuk memperkirakan

besarnya kebutuhan ruang untuk mendukung berbagai kegiatan yang berkembang dan

dikembangkan sesuai dengan arahan fungsi kawasan dan perkembangan penduduk pada

masa mendatang. Oleh sebab itu dalam perkiraan kebutuhan ruang ini selain faktor

penduduk dan perkiraan kebutuhan fasilitas, faktor fungsi kawasan merupakan faktor

penting yang harus dipertimbangkan, mengingat besar-kecilnya fungsi kawasan serta

keragaman fungsi kecamatan akan berpengaruh langsung terhadap besaran kebutuhan

ruang suatu kawasan.

Atas dasar pertimbangan diatas serta dengan mengacu kepada perkiraan jumlah

penduduk tahun 2013, jumlah kebutuhan fasilitas serta kebutuhan besaran ruang

masing-masing pada tahun akhir perencanaan dapat diperoleh.

Page 59: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-58

Dengan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2013 sebanyak 21.218 jiwa, dapat

diperkirakan kebutuhan ruang untuk berbagai fasilitas dan utilitas di Kawasan

perencanaan sampai akhir tahun perencanaan, seperti terlihat pada Tabel 5.19.

Tabel 5.19

Rekapitulasi Rencana Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Dan Luas Lahan

Di Kawasan Perencanaan Tahun 2013

No. Jenis Fasilitas

Perkiraan Kebutuhan

Fasilitas

(Unit)

Luas Lahan

(m2)

1. Perumahan 8.250 2.146.950

2. Pendidikan 3 15.000

3. Kesehatan 3 1.250

4. Perdagangan 142 22.700

5. Peribadatan 3 15.000

6. Fasilitas Pelayanan Umum 12 3.400

7. Fasilitas Taman Bermain dan OR 94 255.265

8. Fasilitas Hiburan dan Rekreasi 4 8.909

9. Terminal Kendaraan dan Parkir 1 10.000

10. Industri dan Pergudangan 1 20.000

Jumlah 8.513 2.498.474

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2009

5.4. Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Fungsional Perkotaan

Ruang perkotaan sebagai wadah dalam menampung penduduk dan berbagai aktifitasnya

senantiasa berubah pemanfaatannya setiap saat sesuai dengan keinginan manusia

sebagai pengguna (user), untuk selanjutnya pemanfaatan ruang oleh penduduk dan

aktifitasnya ini disebut fungsi kawasan/ruang.

Tanpa adanya pengelolaan dan pengendalian dalam pemanfaatan ruang biasanya

perubahan tadi cenderung mengarah pada terjadinya kesalahan dalam pemanfaatan

lahan (disfungsi lahan) yang berakibat pada kerusakan lingkungan, terbentuknya

lingkungan kumuh (slum area) dan sebagainya.

Page 60: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-59

Bagi kawasan perencanaan yang saat ini masih lambat perkembangannya merupakan

kesempatan dilakukannya penataan sebelum terjadinya hal-hal seperti di atas, karena

tidak menutup kemungkinan dimasa yang akan datang perkembangan di kawasan

perencanaan mengalami perkembangan yang pesat. Untuk mengantisipasi perkembangan

tersebut perlu adanya pengaturan dan pengelolaan pembangunan.

Pedoman pelaksanaan pembangunan merupakan salah satu langkah dalam pengaturan

pelaksanaan pembangunan melalui penerapan aturan dalam proses membangun. Ada

beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan guna memperoleh

hasil pembangunan yang optimal, serasi dan seimbang, diantaranya melalui pengaturan

yang akan dibahas di bawah ini.

5.5.1. Arahan Kepadatan Bangunan

Pengaturan intensitas bangunan sangatlah diperlukan dalam upaya menjaga kualitas

ruang dan lingkungan. Intensitas bangunan yang tidak terencana akan mengakibatkan

terdapatnya daerah-daerah yang mempunyai kepadatan bangunan tinggi dan

memburuknya kualitas lingkungan pada daerah-daerah tersebut.

Strategi yang diharapkan dapat dilaksanakan untuk melakukan penataan intensitas

bangunan akan mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap penataan Koefisien

Dasar Bangunan (KDB) atau Building Coverage Ratio (BCR) dan Koefisien Lantai Bangunan

(KLB) atau Floor Area Ratio (FAR).

Penanganan intensitas tata guna lahan dapat diasumsikan pula sebagai pengendalian

tingkat kepadatan bangunan pada setiap unit lahan dengan tingkat kepadatan bangunan

ditetapkan berdasarkan kawasan-kawasan yang berfungsi sebagai lingkungan, yang

diselaraskan dengan keadaan penggunaan lahannya. Pengaturan kepadatan bangunan

akan mempunyai arti kenyamanan. Bangunan yang berkaitan dengan pola sirkulasi udara

dan intensitas penyinaran matahari yang dibutuhkan oleh setiap jenis bangunan. Hal

tersebut sangat bermanfaat dalam upaya menjaga kesehatan penghuni bangunan.

Yang menjadi dasar pertimbangan dalam pengaturan intensitas bangunan dalam suatu

ruang adalah :

Page 61: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-60

� Kepadatan bangunan untuk segala jenis bangunan yang ada.

� Jumlah bangunan dan luas lahan yang tersedia untuk pembangunan fasilitas

pelayanan.

Tujuan dari penetapan kepadatan bangunan agar tercipta keseimbangan lingkungan antar

faktor fisik alam dan faktor buatan yaitu tercipta :

� Keseimbangan penyebaran penduduk di kawasan perencanaan sesuai dengan

peruntukan.

� Adanya keseimbangan penyebaran kawasan peruntukan dan kesesuaian lingkungan.

� Membentuk suatu kesatuan lingkungan yang lebih kompak.

� Daya guna dan hasil guna pelayanan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan.

� Agar tidak terjadi pemanfaatan lahan yang tidak berlebihan dan sesuai dengan kaidah-

kaidah perencanaan.

Langkah-langkah yang dituju untuk mencapai kepadatan bangunan yang seimbang dapat

dicapai, melalui :

A. Pengaturan Koefisien Dasar Bangunan

Maksud dan penetapan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ditujukan untuk

menentukan intensitas penggunaan lahan yang berguna bagi pengendalian/kontrol

pembangunan fisik yang diselaraskan dengan pengembangan lingkungan.

Tujuan ditetapkan KDB pada suatu kawasan adalah :

� Agar dapat mempertahankan tingkat keberadaan ruang terbuka.

� Untuk menyediakan lahan parkir minimum bagi bangunan yang memerlukannya.

� Dapat mempertahankan ruang antara bangunan guna mendapatkan penyinaran

matahari dan keserasian lingkungan.

� Mengarahkan struktur bangunan agar terdapat keselarasan dan kenyamanan

ruang gerak serta keteraturan bangunan-bangunan di masa yang akan datang.

Pengaturan koefisien Dasar Bangunan dibedakan oleh intensitas bangunan mulai dari

intensitas tinggi hingga sangat rendah, adapun KDB yang diarahkan di kawasan

Page 62: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-61

perencanaan diterapkan sebagai berikut :

� Untuk blok peruntukan dengan KDB sangat tinggi adalah lebih dari 75%

� Untuk blok peruntukan dengan KDB tinggi adalah antara 50 % - 75%

� Untuk blok peruntukan dengan KDB menengah antara 20% - 50%

� Untuk blok peruntukan dengan KDB rendah antara 5% - 20%

� Untuk blok peruntukan dengan KDB sangat rendah lebih kecil dari 5%

Untuk menunjang sistem kelestarian lingkungan disarankan untuk lahan parkir tidak

ditutup dengan tembok tetapi memakai system paving blok, untuk memudahkan

penyerapan air.

B. Pengaturan Koefisien Lantai Bangunan

Intensitas pemakaian ruang secara vertikal ini dinyatakan dalam KLB (Koefesien Lantai

Bangunan) atau FAR (Floor Area Ratio) yang dinyatakan dalam bentuk perbandingan

antara jumlah seluruh luas lantai bangunan dibansing dengan luas persilnya.

Keteraturan dalam ketinggian bangunan ini akan mempengaruhi kesan visual kota

yang rapih dan teratur.

Sesuai dengan pengertian di atas bahwa besarnya Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

pada dasarnya mencerminkan jumlah lantai bangunan. Berdasarkan kemampuan dan

fungsinya, pengaturan lantai bangunan yang di kawasan perencanaan maksimal dua

lantai atau paling tinggi 2 kali dari luas lantai dasar bangunan hal ini diperuntukan

khusus di sekitar koridor jalan utama. Secara lebih rinci mengenai rencana intensitas

penggunaan lahan untuk KLB maksimum 2 lantai dapat dijelaskan di bawah ini :

� Untuk blok peruntukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sangat tinggi, Koefisien

Lantai Bangunan (KLB) diperbolehkan lebih dari 1,50

� Untuk blok peruntukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) menengah, Koefisien

Lantai Bangunan (KLB) diperbolehkan antara 0,40 – 1,00

Page 63: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-62

� Untuk blok peruntukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) rendah, Koefisien Lantai

Bangunan (KLB) diperbolehkan antara 0,10 – 0,40

� Untuk blok peruntukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sangat rendah, Koefisien

Lantai Bangunan (KLB) diperbolehkan lebih kecil dari 0,10

Dalam penentuan Koefisien Lantai Bangunan hal yang perlu dipertimbangkan adalah :

1. Tingkat perkembangan kegiatan.

Semakin tinggi tingkat perkembangan kegiatan pada suatu lokasi maka semakin

besar pembangunan secara vertikal.

2. Jenis Peruntukan Bangunan.

Pada umumnya bangunan-bangunan yang cenderung vertikal dalam kawasan

perkotaan adalah bangunan yang bersifat komersial yaitu perdagangan dan jasa.

3. Luas Lantai Dasar Bangunan.

Luas Lantai Dasar Bangunan terhadap kavling, semakin kecil perbandingan luas

lantai terhadap kavling maka kecenderungan perkembangan bangunan vertikal.

4. Lokasi bangunan.

Faktor lokasi sangat berpengaruh terhadap perkembangan bangunan secara

vertikal. Bangunan yang berlokasi pada daerah yang strategis kecenderungan

orientasi bangunan akan mengarah vertikal.

C. Arahan Ketinggian Bangunan

Ketinggian bangunan untuk kawasan perencanan didasari oleh jumlah lantai

bangunan maksimal, sedangkan maksimal jumlah lantai yang diperuntukan 2 lantai,

maka rencana ketinggian bangunan hingga puncak bangunan maksimum 12 m untuk

bangunan 2 lantai.

Ada beberapa pertimbangan dalam penentuan tinggi bangunan, diantaranya :

� Tidak menghalangi view yang ada di sekitar kawasan perencanaan, mengingat

kawasan perencanan memiliki panorama alam yang bagus.

Page 64: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-63

� Tingkat kestabilan tanah. Pada lahan pertanian subur biasanya sifat tanah gembur

dan porositas tinggi, sehingga tanah menjadi labil.

� Ketersediaan lahan pengembangan masih cukup luas, sehingga pengembangan

dapat dilakukan secara horizontal.

5.5.2. Rencana Perpetakan Bangunan

Pengembangan tata ruang kawasan strategis Tampo Lore pada prinsipnya untuk

menunjang perkembangan fungsi kawasan di masa yang akan datang dalam

mengantisipasi perluasan pengembangan bangunan lainnya.

Pada kenyataan pengembangan suatu kota tidak hanya mementingkan aspek

perkembangan jumlah penduduk dari dalam kawasan saja melainkan pertimbangan-

pertimbangan kebutuhan pengembangan di masa yang akan datang dengan

mempertimbangkan faktor-faktor kebutuhan dan luas kawasan dengan penyediaan

fasilitas penunjang permukiman. Adapun fasilitas pendukung permukiman fungsinya

adalah untuk mendukung aktifitas dalam kegiatan permukiman.

Sebagai konsekuensi dari pengembangan kawasan perencanaan dalam rangka memenuhi

kebutuhan pengembangan, maka diperlukan lahan kosong yang dapat dikembangkan.

Berdasarkan situasi ini, maka alternatif dalam pengembangan pemanfaatan lahan dapat

diarahkan sebagai berikut :

1. Pengembangan lahan terbangun diarahkan pada lahan-lahan kosong yang tingkat

produktifitasnya rendah atau belum dimanfaatkan.

2. pengembangan ruang dilakukan dengan menerapkan konsep konsolidasi lahan, site ini

cenderung dikembangkan terutama pada lahan-lahan perumahan.

3. Pemanfaatan lahan eksisting yang mempunyai nilai ekonomis dan produktifitas tinggi

dipertahankan fungsinya.

Arahan luas perpetakan lahan yang dikembangkan untuk penggunaan terbangun

disesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Kebutuhan petak bangunan untuk perumahan,

ketentuan luasannya disesuaikan berdasarkan standar dengan perbandingan 1 : 3 : 6.

Page 65: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-64

Untuk kavling besar dibutuhkan 400 m² per unit bangunan, kapling sedang 300 m² dan

kapling kecil 150 m² per unit bangunan, selain itu dilengkapi dengan fasilitas dan utilitas.

Adapun kriteria pengaturan tata letak bangunan diuraikan sebagai berikut :

1. Kapling diatur memanjang dan arahnya lurus dengan jalan, hal ini bertujuan untuk

mengurangi tingkat kebisingan dan meningkatkan efisiensi penggunaan lahan.

2. Fasilitas lingkungan letaknya dapat di jangkau di sekitar kawasan permukiman atau di

pusat-pusat unit lingkungan.

3. Pengaturan tata letak bangunan di sesuaikan dengan hirarki jalan yang ada.

4. Ditunjang oleh jaringan jalan untuk mempermudah sirkulasi pergerakan.

5. Dapat mencerminkan aspek kelestarian lingkungan.

6. Untuk pemanfaatan lahan non terbangun (dipertahankan fungsinya) luas petak lahan

disesuaikan dengan keadaan aslinya, kecuali bila akan dilakukan perubahan.

5.5.3. Arahan Garis Sempadan Bangunan

Arahan penentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB) di kawasan perencanaan dibedakan

dalam dua arahan, yaitu Garis Sempadan Bangunan dan Garis Sempadan Muka Bangunan.

Ketentuan yang membedakan pengertian kedua garis sempadan tersebut berdasarkan

peraturan pemerintah No 26 tahun 1985 mengenai daerah penggunaan jalan tentang

Garis Sempadan adalah, jarak Garis Sempadan Bangunan ditentukan setengah dari lebar

daerah milik jalan atau ½ (damija), sedangkan Garis Sempadan Muka Bangunan adalah

setengah lebar daerah milik jalan ditambah satu atau ½ (damija) + 1.

Adapun pengertian Garis Sempadan Bangunan adalah jarak yang diperbolehkan

berdirinya bangunan dari tepi daerah milik jalan (damija), sedangkan daerah Pengawasan

Jalan adalah batas luar pengawasan jalan diukur dari as jalan yang diperuntukan bagi

pandangan bebas pengemudi dan pengamanan kontruksi jalan. Untuk jalan di lingkungan

permukiman konvensional jarak GSB diarahkan minimal 2,5 m dari tepi luar untuk

perluasan jalan.

Page 66: BAB V RENCANA PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASANx

Penyusunan Masterplan Kota Terpadu Mandiri Kawasan Tampo Lore, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah

V-65

Tabel 5.20

Rencana Garis Sempadan Bangunan

di Kawasan Perencanaan

No Fungsi Jalan Perkerasan Damija

Garis Sempadan

Bangunan Muka

Bangunan

1.

Kolektor Primer 8 meter 25 meter 12,5

meter

13,5 meter

2. Lokal Primer 6 meter 15 meter 7,5 meter 8,5 meter

3. Jalan Lingkungan I 5 meter 7 meter 3,5 meter 4,5 meter

4.

Jalan Lingkungan

II

4 meter 6 meter - -

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2009