bab v - welcome to ummat repository - ummat repository
TRANSCRIPT
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Analisa dimensi bangunan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) dapat disimpulkan bahwa:
1. Kebuuhan air bersih yang diolah sebagai data rencana perhitungan
bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) diambil yang
terbesar yaitu 125.86 m³/hari.
2. Untuk menentukan jumlah air limbah keluar atau yang dihasilkan ialah
80 % dari penggunaan air bersih berdasarkan untuk memaksimalkan
kinerja bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
3. Hasil perhitungan untuk menentukan dimesnsi:
- Bak Pemisah Lemak/Minyak Utama: 5.25 m³
Dimensi Bak Pemisah Lemak/minyak Utama (2m x 1.4m x 2m)
- Bak Ekualisasi: 42 m³
Dimensi Bak Ekualisasi (4.5m x 5m x 2m)
- Bak Pengendapan Awal: 21 m³
Dimensi Bak Pengendap Awal (2.1m x 5m x 2m)
- Bak Biofilter Anaerob: 53.8 m³
Dimensi Bak Biofilter Anaerob (5.4m x 5m x 2m)
- Bak Biofilter Aerob: 31.5 m³
Dimensi Bak Biofilter Aerob (3.2m x 5m x 2m)
- Bak Penampung Akhir: 5.25 m³
Dimensi Bak Penampung Akhir (2.1m x 5m x 2m)
5.2 Saran
Untuk menentukan dimensi yang lebih tepat dan akurat, hasil limbah yang
dihasilkan dari Puskesmas Pemenang harus di teliti lagi di laboratorium guna
memaksimalkan hasil pengolahan dari bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1996. Kriteria Perencanaan Pengolahan Air. Ditjen Cipta Karya Dinas
Pekerjaan Umum.
Anonim. 2017. Tata Cara Perencanaan Tangki Septik. SNI 2398-2017. Badan
Standarisasi Nasional.
----, Peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/kum.1/8/2016 tentang Bakumutu Air Limbah Domestik.
Arvin, E., and p. Harremoes. “Concepts and Models for Biofilm Reactor
Performance”, Water Science and Technology. Vol. 22, No. 1/2. P.171-192. 1990.
Noerbambang, SM, Morimura, T. 1993. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing. Jakarta: PT Pradnya Paramita
Said, NI, Wudayat, W. 2013. Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit
dengan Proses Biofilter Anaerob-aerob. Jakarta Pusat: Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi
Herlambang, A, dkk. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri. Jakarta
Pusat: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Said, NI, Widayat, W. 2019. Perencanaan dan Pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Proses Biofilter Anaerob-aerob.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
LAMPIRAN
-1-
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2014
TENTANG
BAKU MUTU AIR LIMBAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (5)
huruf b, Undang-Undang nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang
Pengelolaan Baku Mutu Air Limbah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembar Negara Republik Indonesia tahun 2009 nomor 140);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4161);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4737);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2012 nomor 48);
6. Peraturan …
-2-
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun
2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan
Pembuangan Air Limbah ke Laut;
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 1
Tahun 2010 Tentang Tata Laksana
PengendalianPencemaran Air;
8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
16 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup sebagaimana diubah
dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18
Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
1067).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH
Pasa l 1
1. Industri pelapisan logam adalah industri yang
bergerak dalam bidang pelapisan suatu benda logam
atau plastik dengan logam lain untuk menghasilkan
ketahanan terhadap korosi atau peningkatan sifat fisik
atau mekanik permukaan spesifik, seperti
konduktivitas elektrik, ketahanan terhadap keausan
atau panas, pelumasan atau sifat lainnya.
2. Industri galvanis adalah industri yang khusus
melapiskan logam besi atau baja dengan logam seng
baik secara elektrokimia atau pencelupan.
3. Industri minyak goreng adalah industri yang
menggunakan bahan baku minyak kelapa sawit untuk
menghasilkan minyak goreng dengan menggunakan
proses basah ataupun proses kering.
4. Industri monosodium glutamat adalah industri yang
memproduksi monosodium glutamat secara fermentasi
yang pada umumnya digunakan sebagai penyedap rasa.
5. Industri inosin monofosfat adalah industri yang
memproduksi Inosin Monofosfat secara fermentasi
yang merupakan produk penguat rasa makanan dan
dapat …
-3-
dapat dikonversi menjadi Guanosin Monofosfat atau
Adenosin Monofosfat.
6. Industri pengolahan kopi adalah pengolahan biji kopi menjadi produk meliputi kopi bubuk, kopi instan, kopi
biji matang, kopi tiruan, kopi rendah kafein, kopi campur, kopi celup, ekstrak kopi, minuman kopi dalam kemasan dan produk turunan lainnya yang
digunakan untuk konsumsi manusia dan pakan.
7. Industri elektronika adalah kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya sehingga menghasilkan produk berupa
barang dan/atau jasa industri elektronika yang
mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi.
8. Industri pengolahan susu adalah industri yang
menghasilkan susu dasar dan memprosesnya sampai tahap pasteurisasi maupun memprosesnya secara
terpadu untuk menghasilkan susu cair, krim, susu kental manis, susu bubuk, keju, mentega, dan/atau es
krim.
9. Industri pengolahan buah-buahan dan/atau sayuran
adalah usaha dan/atau kegiatan pengolahan yang langsung menggunakan bahan baku yang meliputi buah nanas, buah lainnya, jamur, dan/atau sayuran jenis
lainya.
10. Industri pengolahan hasil perikanan adalah usaha
dan/atau kegiatan di bidang pengolahan hasil perikanan meliputi kegiatan pengalengan, pembekuan
dan/atau pembuatan tepung ikan.
11. Industri pengolahan hasil rumput laut adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang pengolahan rumput laut
menjadi produk akhir berupa bahan baku rumput laut siap olah, produk olahan setengah jadi dan/atau
produk olahan siap konsumsi.
12. Industri pengolahan kelapa adalah usaha dan/atau
kegiatan di bidang pengolahan kelapa untuk dijadikan produk santan, produk tepung, minyak goreng kelapa, dan/atau produk olahan lainnya yang digunakan
untuk konsumsi manusia dan pakan.
13. Industri pengolahan daging adalah usaha dan/atau
kegiatan pengolahan daging menjadi produk akhir berupa daging beku, produk olahan setengah jadi,
dan/atau olahan siap konsumsi.
14. Industri pengolahan kedelai adalah usaha dan/atau kegiatan yang memanfaatkan kedelai sebagai bahan
baku utama yang tidak bisa digantikan dengan bahan
lain.
15. Industri …
-4-
15. Industri pengolahan obat tradisional atau jamu adalah
usaha dan/atau kegiatan yang memanfaatkan bahan atau ramuan bahan alami sebagai obat tradisional
atau jamu.
16. Industri peternakan sapi dan babi adalah usaha peternakan sapi dan babi yang dilakukan di tempat yang
tertentu serta perkembangbiakan ternaknya dan
manfaatnya diatur dan diawasi peternak-peternak.
17. Industri petrokimia hulu adalah industri yang mengolah bahan baku berupa senyawa-senyawa
hidrokarbon cair atau gas berupa natural hydrocarbon menjadi senyawa-senyawa kimia berupa olefin, aromatic dan syngas yang mencakup industri yang
menghasilkan etilen, propilen, butadiene, benzene,
etilbenzene, toluen, xylen, styren dan cumene.
18. Industri gula adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang pengolahan tebu menjadi gula dan turunannya
yang digunakan untuk konsumsi manusia dan pakan.
19. Industri Gula Rafinasi adalah usaha dan/atau
kegiatan yang melakukan proses pengolahan gula mentah dengan menggunakan proses pengubah Ion
atau sejenisnya.
20. Industri rokok dan/atau cerutu adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang pengolahan tembakau
dan/atau bahan campuran lainnya menjadi rokok
dan/atau cerutu.
21. Proses primer basah dalam industri rokok dan/atau cerutu adalah proses pengolahan cengkeh dan/atau tembakau yang menggunakan air dalam proses
perendaman.
22. Proses primer kering dalam industri rokok dan/atau
cerutu adalah proses pengolahan cengkeh dan/atau tembakau yang menggunakan uap untuk
melembabkan olahan cengkeh dan/atau tembakau.
23. Proses sekunder dalam industri rokok dan/atau cerutu adalah proses lanjutan dari proses primer pada
produksi rokok dan/atau cerutu yang antara lain meliputi proses pelintingan, pengepakan sampai
proses akhir.
24. Industri Oleokimia Dasar adalah industri yang
memproduksi senyawa kimia berupa Fatty Acid, Fatty
Alcohol, Alkyl Ester, dan Glycerin.
25. Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan
sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dikelola secara
komersial yang meliputi hotel berbintang.
26. Fasilitas …
-5-
26. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
27. Rumah potong hewan adalah suatu bangunan atau
kompleks bangunan dengan desain dan kontruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan
higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat pemotongan hewan yang meliputi pemotongan, pembersihan lantai tempat pemotongan, pembersihan
kandang penampungan, pembersihan kandang isolasi, dan/atau pembersihan isi perut dan air sisa
perendaman.
28. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan
di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau,
situ, waduk, dan muara.
29. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau
kegiatan yang berwujud cair.
30. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah
makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan
asrama.
31. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau
kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air
limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam
media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
32. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
33. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
34. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 2 …
-6-
Pasa l 2
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan acuan
mengenai baku mutu air limbah kepada:
a. Gubernur dalam menetapkan baku mutu air limbah
yang lebih ketat; dan
b. Penyusun dokumen Amdal, UKL-UPL, atau dokumen
kajian pembuangan air limbah dalam menghasilkan baku mutu air limbah yang lebih spesifik dan/atau
ketat dan berdasarkan kondisi lingkungan setempat.
Pasa l 3
(1) Usaha dan/atau kegiatan yang baku mutu air limbahnya diatur dalam Peraturan Menteri ini terdiri
dari:
a. industri pelapisan logam dan galvanis;
b. industri penyamakan kulit;
c. industri minyak sawit;
d. industri karet;
e. industri tapioka;
f. industri monosodium glutamat dan
monofosfat;
inosin
g. industri kayu lapis;
h. industri pengolahan susu;
i. industri minuman ringan;
j. industri sabun, deterjen dan produk-produk
minyak nabati;
k. industri bir;
l. industri baterai timbal asam;
m. industri pengolahan buah-buahan dan/atau
sayuran;
n. industri pengolahan hasil perikanan;
o. industri pengolahan hasil rumput laut;
p. industri pengolahan kelapa;
q. industri pengolahan daging;
r. industri pengolahan kedelai;
s. industri pengolahan obat tradisional atau jamu;
t. industri peternakan sapi dan babi;
u. industri …
-7-
u. industri minyak goreng dengan proses basah
dan/atau kering;
v. industri gula;
w. industri rokok dan/atau cerutu;
x. industri elektronika;
y. industri pengolahan kopi;
z. industri gula rafinasi;
aa. industri Petrokimia Hulu;
bb. industri rayon;
cc. industri keramik;
dd. industri asam tereftalat;
ee. polyethylene tereftalat;
ff. industri petrokimia hulu;
gg. industri oleokimia dasar; hh. industri soda kostik/khlor;
ii. industri pulp dan kertas;
jj. industri ethanol;
kk. industri baterai kering;
ll. industri cat;
mm. industri farmasi; nn. industri pestisida; oo. industri pupuk;
pp. industri tekstil;
qq. perhotelan;
rr. fasilitas pelayanan kesehatan; ss. rumah pemotongan hewan; dan
tt. domestik, yang meliputi:
1. kawasan pemukiman, kawasan perkantoran,
kawasan perniagaan, dan apartemen;
2. rumah makan dengan luas bangunan lebih
dari 1000 m2 (seribu meter persegi); dan
3. asrama yang berpenghuni 100 (seratus) orang
atau lebih.
(2) Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan:
a. kemampuan teknologi pengolahan air limbah yang
umum digunakan; dan/atau
b. daya …
-8-
b. daya tampung lingkungan di wilayah usaha
dan/atau kegiatan, untuk memperoleh konsentrasi dan/atau beban pencemaran paling
tinggi.
(3) Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran I sampai dengan Lampiran XLVI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasa l 4
(1) Gubernur sesuai dengan kewenangannya wajib menjamin daya dukung dan daya tampung lingkungan berdasarkan peruntukannya tidak terlampaui akibat
dari pelaksanaan usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) Guna menjamin tidak terlampauinya daya dukung dan daya tampung, gubernur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) melakukan kajian ilmiah yang memuat paling
sedikit:
a. Perhitungan daya tampung media air;
b. Parameter yang ditetapkan dan angka baku mutu
air limbah;
c. Karakteristik air limbah yang dibuang; d. Karakteristik usaha dan/atau kegiatan;
e. Dampak pembuangan;
f. Peraturan perundang-undangan terkait dengan
baku mutu air limbah; dan
g. Rekomendasi baku mutu air limbah baru.
(3) Pelaksanaan kajian ilmiah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam
5 (lima) tahun.
(4) Hasil kajian ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) digunakan untuk menyatakan:
a. belum terlampauinya daya dukung dan daya
tampung; atau
b. telah terlampauinya daya dukung dan daya
tampung.
(5) Jika hasil kajian menunjukan baku mutu air
limbah yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini menyebabkan daya dukung dan daya
tampung beban pencemaran belum terlampaui
sebagaimana dimaksud
pada …
-9-
pada ayat (4) huruf a, gubernur sesuai dengan
kewenangannya menetapkan nilai baku mutu air limbah
yang sama dengan Peraturan Menteri ini.
(6) Jika hasil kajian menunjukan baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini menyebabkan daya dukung dan daya tampung beban
pencemaran telah terlampaui sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, gubernur sesuai dengan
kewenangannya wajib menetapkan nilai baku mutu air limbah yang lebih spesifik dan/atau lebih ketat dari
baku mutu air limbah dalam Peraturan Menteri ini.
Pasa l 5
Terhadap baku mutu air limbah yang ditetapkan oleh gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5)
dan ayat (6), bupati/walikota wajib menggunakannya dalam menerbitkan izin pembuangan air limbah ke sumber
air, kecuali diperoleh baku mutu lain yang lebih ketat dari hasil kajian dokumen lingkungan atau kajian pembuangan
air limbah ke sumber air.
Pasa l 6
(1) Dalam hal gubernur belum melakukan kajian ilmiah dan/atau menetapkan baku mutu air limbah yang
lebih spesifik dan/atau lebih ketat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, bupati/walikota dalam
menerbitkan izin pembuangan air limbah ke sumber air wajib menggunakan baku mutu lebih ketat yang diperoleh dari hasil kajian dokumen lingkungan atau
kajian pembuangan air limbah ke sumber air.
(2) Dalam hal air limbah dibuang ke laut, Menteri dalam
menerbitkan izin pembuangan air limbah ke laut wajib menggunakan baku mutu air limbah yang diperoleh dari
hasil kajian dokumen lingkungan atau kajian
pembuangan air limbah ke laut.
Pasa l 7
(1) Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) ditinjau
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan kajian ilmiah mengenai:
a. kemampuan …
-10-
a. kemampuan daya tampung beban pencemaran air;
dan/atau
b. perkembangan teknologi yang lebih baik.
Pasa l 8
Jika industri pengolahan buah-buahan dan/atau sayuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf m
melakukan:
a. satu jenis kegiatan pengolahan, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XIII bagian A Peraturan Menteri ini;
b. kegiatan pengolahan gabungan, wajib memenuhi baku
mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XIII bagian B Peraturan Menteri ini; atau
c. pengolahan air limbah secara terpusat di wilayah
kawasan industri, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII
bagian C Peraturan Menteri ini.
Pasa l 9
Jika industri pengolahan hasil perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf n melakukan:
a. satu jenis kegiatan pengolahan, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XIV bagian A Peraturan Menteri ini;
b. kegiatan pengolahan gabungan, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XIV bagian B Peraturan Menteri ini; atau
c. pengolahan air limbah secara terpusat di wilayah
kawasan industri, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIV
bagian C Peraturan Menteri ini.
Pasa l 1 0
Jika industri gula sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf v memiliki kapasitas produksi:
a. kurang dari 2500 (dua ribu lima ratus) ton tebu per
hari, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXII bagian A
Peraturan Menteri ini;
b. antara …
-11-
b. antara 2500 (dua ribu lima ratus) ton sampai dengan
10.000 (sepuluh ribu) ton tebu per hari wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XXII bagian B Peraturan
Menteri ini; atau
c. lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) ton tebu per
hari, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXII bagian C
Peraturan Menteri ini.
Pasa l 1 1
Jika industri rokok dan/atau cerutu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf w yang sumber air
limbahnya berasal dari:
a. proses primer basah dan proses sekunder, termasuk
yang hanya berasal dari proses primer basah, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XXIII bagian A Peraturan
Menteri ini;
b. proses primer basah dan proses sekunder, termasuk yang hanya berasal dari proses primer basah, dengan air limbah domestik, wajib memenuhi baku mutu air
limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXIII
bagian B Peraturan Menteri ini;
c. proses primer kering dan/atau proses sekunder, termasuk industri rokok dan/atau cerutu tanpa
cengkeh, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXIII bagian
C Peraturan Menteri ini;
d. proses primer kering dan/atau proses sekunder, termasuk industri rokok dan/atau cerutu tanpa
cengkeh, dengan air limbah domestik, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XXIII bagian D Peraturan Menteri ini.
Pasa l 1 2
Jika fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf rr melakukan:
a. pengolahan limbah domestik, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XLIV bagian A Peraturan Menteri ini;
b. pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun,
wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana
tercantum …
-12-
tercantum dalam Lampiran XLIV bagian B Peraturan
Menteri ini; atau
c. melakukan pengolahan limbah domestik dan limbah
bahan berbahaya dan beracun, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLIV bagian A dan bagian B Peraturan
Menteri ini.
Pasa l 1 3
(1) Dalam hal Industri Baterai Timbal Asam sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf a:
a. Telah beroperasi pada saat ditetapkannya Peraturan Menteri ini, berlaku baku mutu air
limbah sebagaimana tercantum dalam lampiran XII bagian A yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini;
b. Telah beroperasi pada saat ditetapkan Peraturan
Menteri ini dan akan menambahkan unit baru, terhadap unit baru berlaku baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam lampiran XII bagian B
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(2) Dalam hal Industri Baterai Timbal Asam sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf a direncanakan
akan beroperasi setelah ditetapkannya Peraturan Menteri ini, berlaku baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam lampiran XII bagian B
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(3) Industri Baterai Timbal Asam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib memenuhi baku mutu air
limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII bagian B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, paling lama 3 (tiga) tahun sejak
Peraturan Menteri ini diundangkan.
Pasa l 1 4
(1) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan belum memiliki
baku mutu air limbah yang ditetapkan, berlaku baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLVII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Baku …
-13-
(2) Baku mutu air limbah usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku dengan
ketentuan:
a. jika air limbah yang dibuang ke badan air penerima sungai kelas I maka usaha dan/atau kegiatan tersebut mengikuti baku mutu air limbah golongan I
dalam tabel baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum memiliki baku mutu
air limbah yang ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XLVII;
b. jika kandungan BOD kurang dari 1.500 ppm (seribu lima ratus parts per million) dan COD kurang dari
3.000 ppm (tiga ribu parts per million) pada air limbah sebelum dilakukan pengolahan, maka diberlakukan baku mutu air limbah golongan I
dalam tabel baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum memiliki baku mutu
air limbah yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLVII, walaupun badan air
penerimanya bukan sungai kelas I;
c. jika kandungan BOD lebih dari 1.500 (seribu lima ratus parts per million) dan/atau COD lebih dari
3.000 ppm (tiga ribu parts per million) pada air limbah sebelum dilakukan pengolahan, dan badan air
penerimanya bukan sungai kelas I maka diberlakukan baku mutu air limbah golongan II dalam
tabel baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum memiliki baku mutu air limbah
yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XLVII.
Pasa l 1 5
(1) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang belum
memiliki baku mutu air limbah yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 sudah
beroperasi, dapat mengurangi parameter pemeriksaan sesuai dengan alur diagram pengurangan parameter pemeriksaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
XLVII bagian B dengan ketentuan:
a. konsentrasi pencemar dalam aliran keluar IPAL
selalu lebih kecil dari 25% (dua puluh lima persen) dan/atau selalu lebih kecil dari 75% (tujuh puluh
lima persen) untuk aliran masuk IPAL dari baku mutu sebagaimana tercantum dalam Lampiran
XLVII; dan
b. melakukan …
-14-
b. melakukan analisa parameter air limbah
sebagaimana dimaksud pada huruf a paling sedikit10 (sepuluh) kali berurutan dan seluruh data
dikumpulkan paling lama dalam waktu 5 (lima)
tahun.
(2) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang belum
memiliki baku mutu air limbah yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 belum
beroperasi, dapat mengurangi parameter pemeriksaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLVII dengan
ketentuan:
a. telah melakukan kajian air limbah yang dihasilkan untuk penentuan golongan penggunaan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLVII;
b. melakukan kajian untuk menentukan parameter
kunci terkandung air limbah yang meliputi :
1) bahan baku yang digunakan;
2) proses yang terjadi;
3) produk yang dihasilkan;
4) Identifikasi setiap senyawa yang terkandung
dalam angka 1, 2 dan 3 di atas.
c. konsentrasi pencemar dalam aliran keluaran IPAL
selalu lebih kecil dari 25% (dua puluh lima persen) dan/atau selalu lebih kecil dari 75% (tujuh puluh
lima persen) untuk aliran masukan IPAL dari baku mutu sebagaimana tercantum dalam Lampiran
XLVII; dan
d. kajian sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan terhadap seluruh parameter
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLVII sebanyak 5 (lima) kali berturut-turut dengan
rentang antar pengamatan paling cepat satu minggu dikumpulkan dalam waktu paling lama
satu tahun.
(3) Pemeriksaan parameter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, dan ayat (2) huruf c dan
huruf d dilakukan di laboratorium terakreditasi.
Pasa l 1 6
Setiap usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 ayat (1) wajib:
a. melakukan pemantauan kualitas air limbah paling
sedikit 1 (satu) kali setiap bulannya sesuai dengan
parameter …
-15-
parameter yang telah ditetapkan dalam izin
pembuangan air limbah;
b. melaporkan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud
pada huruf a sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada penerbit izin pembuangan air limbah, dengan tembusan kepada Menteri dan gubernur sesuai dengan
kewenangannya.
c. laporan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada
huruf b paling sedikit memuat:
1. catatan debit air limbah harian;
2. bahan baku dan/atau produksi senyatanya harian;
3. kadar parameter baku mutu limbah cair; dan
4. penghitungan beban air limbah.
d. laporan sebagaimana dimaksud pada huruf c disusun berdasarkan format pelaporan sebagaimana Lampiran
XLVIII Peraturan Menteri ini.
Pasa l 1 7
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Industri;
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 52 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Hotel;
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
58 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
09 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Industri Rayon;
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 122 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Pupuk;
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2006 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Rumah Potong Hewan;
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor05 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Buah-buahan
dan/atau Sayuran;
8. Peraturan …
-16-
8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
06 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Industri Pengolahan Perikanan;
9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Petrokimia Hulu;
10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Purified
Terephthalic Acid Dan Poly Ethylene Terephthalate;
11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air Limbah BagiUsaha
dan/atau Kegiatan Pengolahan Rumput Laut;
12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Keramik;
13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
13 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Olahan Kelapa;
14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Olahan Daging;
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Industri Olahan Kedelai;
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9
Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Industri
Jamu;
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
11 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Industri Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Peternakan Sapi
dan Babi;
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
04 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Industri
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak Goreng;
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
05 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Industri Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Gula; dan
20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Industri Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Rokok
dan/atau Cerutu;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 18 …
-17-
Pasa l 1 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 Oktober 2014
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 25 November 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONNA H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1815
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas
Rosa Vivien Ratnawat
LAMPIRAN XLIV PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
A. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melakukan Pengolahan Limbah
Domestik
Parameter Konsentrasi Paling Tinggi
Nilai Satuan
Fisika
Suhu 38 0C Zat padat terlarut 2.000 mg/L
Zat padat tersuspensi 200 mg/L
Kimia
pH 6-9
BOD 50 mg/L
COD 80 mg/L
TSS 30 mg/L
Minyak dan Lemak 10 mg/L
MBAS 10 mg/L
Amonia Nitrogen 10 mg/L
Total Coliform 5.000 (MPN/100 ml)
B. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melakukan Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Fasilitas Kesehatan yang melakukan pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun, yang hasil pengolahannya disalurkan ke IPAL, maka wajib memenuhi Baku Mutu Air Limbah Domestik sebagaimana Bagian A, dan Baku
Mutu Air Limbah dengan parameter tambahan sebagai berikut:
Parameter Konsentrasi Paling Tinggi
Nilai Satuan
Kimia
pH 6 – 9 mg/L
Besi, terlarut (Fe) 5 mg/L Mangan, terlarut (Mn) 2 mg/L
Barium, (Ba) 2 mg/L Tembaga, (Cu) 2 mg/L
Seng, (Zn) 5 mg/L Krom valensi enam, (Cr6+) 0,1 mg/L
Krom total, (Cr) 0,5 mg/L Kadmium, (Cd) 0,05 mg/L
Merkuri, (Hg) 0,002 mg/L
Timbal, (Pb) 0,1 mg/L Stanum, (Sn) 2 mg/L
Paramenter …
Parameter Konsentrasi Paling Tinggi
Nilai Satuan
Arsen, (As) 0,1 mg/L Selenium, (Se) 0,05 mg/L
Nikel, (Ni) 0,2 mg/L Kobal, (Co) 0,4 mg/L
Sianida, (CN) 0,05 mg/L Sulfida, (S=) 0,05 mg/L
Flourida, (F-) 2 mg/L
Klorin bebas, (Cl2) 1 mg/L Amoniak bebas, (NH3-N) 1 mg/L
Nitrat (NO3-N) 20 mg/L Nitrit (NO2-N) 1 mg/L
Senyawa aktif biru metilen, (MBAS)
5 mg/L
Fenol 0,5 mg/L AOX 0,5 mg/L
PCBs 0,005 mg/L PCDFs 10 mg/L
PCDDs 10 mg/L
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas
Rosa Vivien Ratnawati
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUA
Standar Nasional Indonesia
SNI 2398:2017
Tata cara perencanaan tangki septik dengan pengolahan lanjutan (sumur resapan, bidang
resapan, up flow filter, kolam sanita)
ICS 91.140.70 Badan Standardisasi Nasional
© BSN 2017
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN
BSN Email: [email protected] www.bsn.go.id
Diterbitkan di Jakar
SNI 2398:2017 SNI 2398:2017
i © BSN 2017
Daftar isi
Daftar isi.....................................................................................................................................i
Prakata ..................................................................................................................................... ii
Pendahuluan............................................................................................................................ iii
1 Ruang lingkup.....................................................................................................................1
2 Acuan normatif....................................................................................................................1
3 Istilah dan definisi ...............................................................................................................1
4 Persyaratan ........................................................................................................................3
4.1 Persyaratan umum ..........................................................................................................3
4.2 Persyaratan teknis ...........................................................................................................4
Lampiran A ............................................................................................................................17
Lampiran B ............................................................................................................................21
Lampiran C ............................................................................................................................23
Bibliografi ................................................................................................................................24
Tabel 1 Jarak minimum unit pengolahan lanjutan terhadap bangunan tertentu ...................3
Tabel 2 Ukuran tangki septik dengan periode pengurasan 3 tahun ......................................5
Tabel 3 Alternatif bahan bangunan sesuai SNI yang berlaku untuk tangki septik ................9
Tabel 4 Panjang bidang resapan dengan dua jalur .............................................................10
Tabel 5 Ukuran upflow filter .................................................................................................13
Tabel 6 Ukuran kolam sanita ...............................................................................................16
Gambar 1 – Alternatif pengolahan lanjutan efluen tangki septik ..............................................3
Gambar 2 – Tangki septik satu kompartemen ..........................................................................6
Gambar 3 – Tangki septik dua kompartemen...........................................................................7
Gambar 4 – Sistem aliran masuk dan keluar............................................................................9
Gambar 5 – Bidang resapan...................................................................................................11
Gambar 6 – Sumur resapan ...................................................................................................12
Gambar 7 – Upflow filter .........................................................................................................14
Gambar 8 – Kolam sanita .......................................................................................................15
Gambar 8 – Kolam sanita (lanjutan) .......................................................................................16
SNI 2398:2017 SNI 2398:2017
i © BSN 2017
Prakata
Tata cara perencanaan tangki septik dengan pengolahan lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter, kolam sanita) ini merupakan revisi dari SNI 03-2398-2002 tentang Tata cara perencanaan tangki septik dengan sistem resapan, yang pada pelaksanaan di lapangan dapat diterapkan dan memenuhi kualitas baku mutu yang telah ditetapkan.
Standar ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, pada Subkomite Teknis Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman melalui Gugus Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional dan telah dibahas dalam forum Rapat Konsensus pada tanggal 11 Mei 2015 di Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman yang melibatkan para nara sumber, pakar, dan lembaga terkait.
Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 20 September 2017 sampai dengan 20 November 2017, , dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.
Untuk menghindari kesalahan dalam penggunaan dokumen dimaksud, disarankan bagi pengguna standar untuk menggunakan dokumen SNI yang dicetak dengan tinta berwarna.
Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen Standar ini dapat berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.
© BSN 2017 iii
Pendahuluan
Standar ini disusun sebagai perencanaan pengolahan air limbah rumah tangga dengan pengolahan lanjutan.
Dalam standar ini yang direvisi yaitu pengolahan lanjutan setelah tangki septik yang terdiri dari resapan, sumur resapan, up flow filter dan kolam sanita guna memenuhi efisiensi dan meningkatkan hasil pengolahan air limbah rumah tangga.
Tata cara ini dapat digunakan sebagai acuan bagi perencanaan dan pelaksana dalam pembangunan Tangki Septik
SNI 2398:2017
1 dari 24 © BSN 2017
Tata cara perencanaan tangki septik dengan pengolahan lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter, taman sanita)
1 Ruang lingkup
Tata cara ini mengatur kriteria dan perencanaan teknis tangki septik sebagai pengolahan awal air limbah rumah tangga dilanjutkan dengan bidang resapan, sumur resapan, up flow filter, dan taman sanita. Tangki septik dengan pengolahan lanjutan ini untuk jumlah pemakai maksimal 50 jiwa.
2 Acuan normatif
SNI 03-6861.1-2002, Spesifikasi bahan bangunan bagian A (Bahan bangunan bukan logam)
SNI 06-0162-1987, Pipa PVC untuk saluran air buangan di dalam dan di luar bangunan
3 Istilah dan definisi 3.1 air tanah rendah permukaan air tanah lebih dari 2 meter dari muka tanah pada musim hujan 3.2 air tanah tinggi permukaan air tanah sampai dengan 2 meter dari muka tanah pada musim hujan 3.3 aerasi pemberian oksigen ke dalam air limbah yang diolah 3.4 air limbah rumah tangga buangan dan proses/aktivitas rumah tangga dan kamar mandi, cuci, kakus dan dapur, termasuk tinja yang berasal dari lingkungan permukiman
3.5 blower pompa udara untuk memasok oksigen ke dalam air yang diolah di dalam tangki media kontak sistema
3.6 daur ulang Pemanfaatan kembali air limbah rumah tangga yang memerlukan proses pengolahan air limbah sehingga menghasilkan produk baru
3.7 efluen Air yang keluar dari sistem pengolaha
SNI 2398:2017
2 dari 24 © BSN 2017
3.8 influen Air yang masuk ke sistem pengolahan
3.9 inlet Tempat pemasukan air limbah rumah tangga ke dalam tangki pengolah
3.10 kedap air tidak dapat kemasukan atau tidak dapat dilalui air
3.11 penguraian aerobik proses penguraian yang memerlukan oksigen
3.12 penguraian anaerobik proses penguraian yang tidak memerlukan oksigen
3.13 permeabilitas kemampuan tanah untuk dapat dilalui air
3.14 perkolasi Proses pengaliran air ke bawah secara gravitasi dari suatu lapisan tanah ke lapisan dibawahnya sehingga mencapai pada lapisan tanah jenuh
3.15 sumur/bidang resapan sumur/bidang untuk menampung dan meresapkan air kedalam tanah melalui media ijuk dan kerikil.
3.16 taman sanita pengolahan lanjutan yang berasal dari tangki septik menggunakan media kerikil dan tanaman air
3.17 tangki septik suatu ruangan kedap air terdiri dari satu/beberapa kompartemen yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan aliran yang lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan kesempatan untuk penguraian bahan-bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk bahan-bahan larut air dan gas
3.18 tangki septik sistem tercampur tangki septik yang digunakan dari buangan air limbah rumah tangga yang meliputi mandi, cuci dan kakus
SNI 2398:2017
3 dari 24 © BSN 2017
3.19 tangki septik sistem terpisah tangki septik yang digunakan hanya dari buangan kakus
3.20 up flow filter penyaringan air dengan arah aliran ke atas melalui media kerikil kerikil dan pasir
4 Persyaratan 4.1 Persyaratan umum a) Ketersediaan lahan untuk tangki septik dan pengolahan lanjutan;
b) Efluen dari tangki septik dapat dialirkan melalui pengolahan lanjutan, dapat berupa :
1) Sistem penyaringan dengan up flow filter pada daerah air tanah tinggi;
2) Bidang resapan, sumur resapan pada daerah air tanah rendah;
3) Taman sanita pada daerah air tanah rendah dan air tanah tinggi;
4) Jarak unit pengolahan lanjutan terhadap bangunan tertentu sesuai dengan Tabel 1; terkecuali ada perlakuan khusus.
Tabel 1 Jarak minimum unit pengolahan lanjutan terhadap bangunan tertentu
Jarak dari Sumur/bidang
resapan ( m )
Upflow filter
Taman Sanita
Bangunan gedung/ rumah 1,50 1,50 1,5
Sumur air bersih 10,00 1,5 1,5
Sumur resapan air hujan 5,00 1,5 1,5
Pemilihan pengolahan lanjutan dari efluen tangki septik dapat dilihat pada Gambar 1.
Tangki
Air tanah tinggi Air tanah rendah
Up Flow Filter Taman sanita
≤10 jiwa >10 jiwa
Sumur resapan Bidang Resapan, Taman Sanita
Gambar 1 – Alternatif pengolahan lanjutan efluen tangki septi
SNI 2398:2017
4 dari 24 © BSN 2017
4.2 Persyaratan teknis
4.2.1 Tangki septik
4.2.1.1 Kriteria perencanaan
4.2.1.1.1 Tangki septik sistem tercampur
Kriteria yang digunakan untuk merencanakan tangki septik sistem tercampur:
a) waktu detensi (t d )
b) banyak lumpur (QL )
c) periode pengurasan (PP )
: (2 - 3) hari; : (30 - 40 ) L/orang/tahun;
: (2 - 5 ) tahun;
d) pemakaian air : q L/orang/hari;
e) jumlah pemakai : n orang minimum 1 KK (5 orang);
f) perhitungan:
1) debit air limbah (QA )
= (60 - 80) % x q x n
2) kapasitas tangki = (VA ) + (VL )3) ruang pengendapan (VA ) = (QA ) x (td )
4) ruang pengendapan = Ruang basah = P x L x Tinggi ruang basah
5) tinggi ruang basah = V
A x L P
6) volume lumpur (VL ) = (QL ) x n x (PP )
7) tinggi ruang lumpur =
VL x L
P
8) Tinggi total = tinggi ruang basah + tinggi lumpur + ambang bebas
4.1.1.1.2 Tangki septik sistem terpisah
Kriteria yang digunakan untuk merencanakan tangki septik sistem terpisah:
a) waktu detensi (t d )
b) banyak lumpur (QL )
c) periode pengurasan (PP )
: (2 - 3) hari; : (30 - 40 ) L/orang/tahun; : (2 - 5 ) tahun;
d) pemakaian air : penggelontor = 20 L/orang/hari;
e) jumlah pemakai : n orang; f) perhitungan:
1) debit air limbah (QA )
= 20 L/orang/hari x n
SNI 2398:2017
5 dari 24 © BSN 2017
2) kapasitas tangki = (VA ) + (VL ) 3) ruang pengendapan (VA ) = (QA ) x (td ) 4) ruang pengendapan = Ruang basa
= P x L x Tinggi ruang basah
5) tinggi ruang basah = V
A x L P
6) volume lumpur (VL ) = (QL ) x n x (PP )
7) tinggi ruang lumpur =
VL x L
P
8) Tinggi total = tinggi ruang basah + tinggi lumpur + ambang bebas
4.2.1.2 Persyaratan tangki septik
a) Bentuk dan ukuran tangki septik harus memenuhi ketentuan berikut:
1) Tangki septik segi empat dengan perbandingan panjang dan lebar 2 : 1 sampai
3 : 1, lebar tangki septik minimal 0,75 m dan panjang tangki septik minimal 1,50 m,
tinggi tangki minimal 1,5 m termasuk ambang batas 0,3 m.
2) Bentuk tangki septik ditentukan dalam gambar 2 dan gambar 3, sedangkan ukuran
tangki septik berdasarkan jumlah pemakai dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Ukuran tangki septik dengan periode pengurasan 3 tahun
No Pemakai (orang)
Sistem tercampur Sistem terpisah
Ukuran ( m )
Volume total ( m3)
Ukuran ( m )
Volume total ( m3) P L T P L T
1 5 1,6 0,8 1,6 2,1
2 10 2,1 1,0 1,8 3,9 1,6 0,8 1,3 1,66
3 15 2,5 1,3 1,8 5,8 1,8 1,0 1,4 2,5
4 20 2,8 1,4 2 7,8 2,1 1,0 1,4 2,9
5 25 3,2 1,5 2 9,6 2,4 1,2 1,6 4,6
6 50 4,4 2,2 2 19,4 3,2 1,6 1,7 5,2 Keterangan:
P = panjang tangki
L = lebar tangki
T = tinggi tangki
2) Bentuk tangki septik sesuai dengan Gambar 2 dan Gambar 3.
SNI 2398:2017
6 dari 24 © BSN 2017
Gambar 2 – Tangki septik satu kompartemen
SNI 2398:2017
7 dari 24 © BSN 2017
Gambar 3 – Tangki septik dua kompartemen
SNI 2398:2017
8 dari 24 © BSN 2017
b) pipa penyalur air limbah rumah tangga harus memenuhi ketentuan berikut: 1) diameter minimum 110 mm (4 in.) untuk pipa PVC;
2) sambungan pipa antara tangki septik sistem pengolahan lanjutan harus kedap air;
3) kemiringan minimum ditetapkan 2 %;
4) di setiap belokan yang melebihi 450 dan perubahan belokan 22,50 harus dipasang
lubang pembersih (clean out) untuk pengontrolan/pembersihan pipa. Belokan 900
dilaksanakan dengan membuat dua kali belokan masing-masing 450 atau
menggunakan bak kontrol;
c) pipa aliran masuk dan aliran keluar harus memenuhi ketentuan berikut:
1) boleh berupa sambungan T atau sekat sesuai dengan Gambar 4;
2) pipa aliran keluar diletakkan ( 63 – 110 ) mm lebih rendah dari pipa aliran masuk;
3) sambungan T atau sekat harus terbenam (200 - 315) mm dibawah permukaan air dan menonjol minimal 160 mm diatas permukaan air;
d) pipa udara harus memenuhi ketentuan berikut:
1) tangki septik harus dilengkapi dengan pipa udara dengan diameter 63 mm ,tinggi minimal 250 mm dari permukaan tanah;
2) ujung pipa udara perlu dilengkapi dengan pipa U atau pipa T sedemikian rupa sehingga lubang pipa udara menghadap kebawah dan ditutup dengan kawat kasa; Untuk mengurangi bau dapat ditambahkan serbuk arang yang ditempatkan pada pipa U atau pipa T.
SNI 2398:2017
9 dari 24 © BSN 2017
Gambar 4 – Sistem aliran masuk dan keluar
e) lubang pemeriksa harus memenuhi ketentuan berikut:
1) tangki septik harus dilengkapi dengan lubang pemeriksa;
2) permukaan lubang pemeriksa harus ditempatkan minimal 10 cm diatas permukaan tanah;
3) lubang pemeriksa yang berbentuk empat persegi dengan ukuran minimal (0,40 x
0,40) m2, dan bentuk bulat dengan diameter minimal 0,4 m; f) bahan bangunan yang digunakan untuk tangki septik harus memenuhi SNI -03-6861.1-
2002, dan alternatif pemakaian bahan bangunan ditetapkan sesuai dengan Tabel 3, serta bangunan disyaratkan harus kedap air.
h) kontruksi tangki septik harus memenuhi persyaratan struktur.
Tabel 3 Alternatif bahan bangunan sesuai SNI yang berlaku untuk tangki septik
Bahan bangunan
Komponen bangunan
Bangunan penampung
Penutup Pipa penyalur
air limbah
Pipa udara
Batu kali dengan plesteran ✓
Bata merah dengan plesteran ✓
Batako dengan plesteran ✓
Beton tanpa tulangan ✓ ✓ ✓
FRP ✓ ✓ ✓
Beton bertulang ✓ ✓
PVC ✓ ✓
Plat besi ✓
Pipa Besi ✓
4.2.2 Sistem pengolahan lanjutan
Efluen dari tangki septik tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan, disyaratkan
pengolahan lanjutan sebagai berikut:
a) sistem resapan b) upflow filter; c) kolam sanita
4.2.2.1 Sistem resapan Sistem peresapan efluen dari tangki septik terdiri dari:
bidang resapan:
1) kriteria perencanaan ditetapkan sebagai berikut:
(a) panjang bidang resapan dapat dihitung dengan Persamaan 8.
L = QA
FDI
(b) debit air limbah (QA ) ditetapkan = (60-80) % x q x n ;
SNI 2398:2017
10 dari 24 © BSN 2017
Keterangan :
q = pemakaian air, dalam L/org/hari;
n = jumlah pemakai, dalam orang;
L = panjang bidang resapan, dalam m;
QA = debit air limbah, dalam L / hari;
D = dalam / tinggi bidang resapan, dalam m;
I = daya resap tanah, dalam L / m2 / hari;
F = faktor (jumlah jalur) bidang resapan;
2) persyaratan bidang resapan sebagai berikut: (a) lebar galian minimum 500 mm dan dalam galian efektif minimum 450 mm; (b) panjang pipa resapan melebihi 15 m dibuat 2 jalur; (c) jarak sumbu 2 jalur galian minimum 1,5 m; (d) bidang resapan lebih dari satu jalur harus dilengkapi dengan bak pembagi dari
tangki septik; (e) pipa resapan dari bahan tahan korosi dengan diameter minimum 110 mm; (f) pipa dipasang tanpa sambungan, dan celah antara dua pipa bagian atas harus
ditutup. Bila pipa dipasang dengan sambungan, dibagian bawahnya harus diberi lubang dengan diameter (10-20) mm pada setiap jarak 50 mm;
(g) pipa dan bidang resapan dibuat miring sebesar 0,2 %; (h) dibawah pipa resapan harus diberi lapisan kerikil berdiameter (15 – 50) mm
dengan tebal 100 mm, dan diatas pipa resapan dengan tebal minimum 50 mm; (i) ukuran bidang resapan sesuai dengan Tabel 4. (y) bentuk bidang resapan sesuai dengan Gambar 5
Tabel 4 Panjang bidang resapan dengan dua jalur
No.
T (m/jam)
I (L/m2/hari)
L (meter)
N = 5 N = 10 N = 15 N = 20 N = 25 1. 0,15 900 0,7 1,3 2,0 2,7 3,3
2. 0,14 850 0,7 1,4 2,1 2,8 3,5
3. 0,13 780 0,8 1,5 2,3 3,1 3,8
4. 0,12 720 0,8 1,7 2,5 3,3 4,2
5. 0,11 660 0,9 1,8 2,7 3,6 4,5
6. 0,1 600 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0
7. 0,09 540 0,9 1,9 2,8 3,8 4,7
8. 0,08 480 1,3 2,5 3,8 5,0 6,3
9. 0,07 420 1,4 2,9 4,3 5,7 7,1
10. 0,06 360 1,7 3,3 5,0 6,7 8,3
11. 0,05 300 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0
12. 0,04 240 2,5 5,0 7,5 10,0 12,5
13. 0,03 180 3,3 6,7 10,0 13,3 16,7
14. 0,02 120 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0
Keterangan :
L = panjang saluran peresapan
N = jumlah orang
I = daya resap tanah
T = kecepatan penurunan air
SNI 2398:2017
11 dari 24 © BSN 2017
Gambar 5 – Bidang resapan
Gambar 5 – Bidang resapa
SNI 2398:2017
12 dari 24 © BSN 2017
sumur resapan : 1) sumur resapan hanya dapat dipergunakan untuk tangki septik yang berkapasitas kecil
melayani maksimal 10 jiwa ;
2) konstruksi sumur resapan merupakan sumuran yang berdiameter 800 mm dan kedalaman 1,00 m;
3) sumur didalamnya diisi penuh dengan kerikil/batu pecah yang berdiameter (30–80) mm;
4) pipa pengeluaran dari tangki septik dipasang dibagian atas sumuran dan efluen harus meresap ke dinding dan dasar sumuran;
5) bentuk dan ukuran sumur resapan sesuai dengan Gambar 6.
Gambar 6 – Sumur resapan
SNI 2398:2017
13 dari 24 © BSN 2017
S
4.2.2.2 Upflow filter
a) kriteria perencanaan ditetapkan sebagai berikut:
1) waktu detensi (t d )
2) pembebanan hidraulik S0
: (6 – 12) jam; : (1 – 3) m3/m2/hari;
3) jumlah pemakai : n orang
4) debit air limbah (QA )
: (60-80) % x Pemakaian air x jumlah pemakai
Perhitungan : (
A ) = Q A t d
be T (bidang basah )
(a) luas saringan (A ) = QA
(m2)
s
0
= Ps x Ls
(b) volume bak ekualisasi = QA .t d
1000
(m3)
(c) luas bak ekualisasi (A ) = Q A t d
be T (bidang basah )
(m2)
= Pbe x
Lbe
Keterangan:
Pbe = Ps = Ltangki septik
= Ltangki septik
x Lbe
b) persyaratan saringan ditetapkan sebagai berikut :
1) media saringan terdiri atas batu kerikil berdiameter antara (20-30) mm dan tinggi lapisan media sekurang-kurangnya 750 mm;
2) ukuran saringan upflow filter sesuai dengan Tabel 5.
SNI 2398:2017
14 dari 24 © BSN 2017
Tabel 5 Ukuran upflow filter
No.
Pemakai (orang)
Bak ekualisasi Bak filter
P e L be Volume
( m3) P f L f
Luas ( m2)
1. 5 0,8 0,3 0,3 0,8 0,38 0,3
2. 10 1,0 0,4 0,6 1,0 0,60 0,6
3. 15 1,3 0,5 0,9 1,3 0,69 0,9
4. 20 1,4 0,5 1,2 1,4 0,86 1,2
5. 25 1,5 0,6 1,5 1,5 1,00 1,5
6. 50 2,2 0,8 3 2,2 1,36 3
Keterangan :
P = panjang
L be = lebar bak ekualisasi L f = lebar bak filter
SNI 2398:2017
15 dari 24 © BSN 2017
3) bentuk upflow filter sesuai dengan Gambar 7
Gambar 7 – Upflow filter
4.2.2.3 Kolam sanita
a) kriteria perencanaan ditetapkan sebagai berikut:
1) waktu detensi (t d )
2) debit air limbah (QA )
3) volume kolam = (QA ) x (t d )
= ( 1 – 1,5 ) hari; = (60-80) % x Pemakaian air x jumlah pemakai;
= P x L x T ;
b) persyaratan kolam sanita harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
SNI 2398:2017
16 dari 24 © BSN 2017
1) kolam sanita merupakan bak dari pasangan batu, dan bahan kedap lainnya diisi
kerikil diameter (20 – 30) mm, setinggi 80 % dari tinggi bak, dan diatasnya ditanami
tumbuhan kelompok hydrophyt);
2) pipa influen dipasang dibagian bawah kolam dan pipa efluen dipasang 70 mm
sampai 100 mm dibawah permukaan kerikil;
3) air harus dijaga pada ketinggian 70 mm sampai dengan 100 mm dibawah permukaan
kerikil;
4) salah satu contoh bentuk kolam sanita seperti tertera pada Gambar 8.
5) Jenis tanaman yang dipergunakan sebaiknya 3 jenis tanaman dengan jenis
perakaran yang berbeda.
Denah
SNI 2398:2017
17 dari 24 © BSN 2017
No
Pemakai
(orang)
Ukuran
( m )
Volume
( m3)
Jumlah lajur P L T + ambang bebas
1 5 0,8 0,4 0,8 0,72 1
2 10 1,6 0,8 0,8 1,4 1
3 15 1,8 0,9 1 2,2 1
4 20 2,4 1,2 1 2,9 2
5 25 3 1,5 1 3,6 2
6 50 6 3 1 7,2 3
Potongan A-A
Gambar 8 – Kolam sanita
Potongan B-B
Gambar 8 – Kolam sanita (lanjutan)
6) ukuran kolam sanita berbentuk persegi panjang ditentukan sesuai dengan tabel 6
Tabel 6 Ukuran kolam sanita
pipa
Keterangan :
P = panjang kolam
L = lebar kolam
T = tinggi kolam
7) kelompok tanaman air yang memiliki kelompok mikroba rhizosfera untuk pengolah air
buangan, seperti terlampir pada lampiran.
SNI 6774:2008
i
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
SNI 6774:2008
Standar Nasional Indonesia
Tata cara perencanaan unit paket
instalasi pengolahan air
ICS 93.025 Badan Standardisasi Nasional
Daftar isi
SNI 6774:2008
i
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
Daftar isi.................................................................................................................................... ii
Prakata .................................................................................................................................... iii
Pendahuluan............................................................................................................................iiii
1 Ruang lingkup .................................................................................................................... 1
2 Acuan normatif................................................................................................................... 1
3 Istilah dan definisi .............................................................................................................. 1
4 Persyaratan ....................................................................................................................... 3
5 Kriteria kualitas air baku dan pompa air baku.................................................................... 3
6 Kapasitas, unit operasi dan proses.................................................................................... 4
7 Kriteria perencanaan unit paket ......................................................................................... 4
8 Catu daya ........................................................................................................................ 10
9 Kriteria bangunan ............................................................................................................ 11
10 Rencana tapak dan sarana pelengkap ............................................................................ 11
11 Dokumen perencanaan ................................................................................................... 12
12 Persyaratan untuk perencana.......................................................................................... 12
Lampiran A ............................................................................................................................. 13
Lampiran B ............................................................................................................................. 14
Lampiran C ............................................................................................................................. 15
Bibliografi ................................................................................................................................ 18
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
SNI 6774:2008
Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang ’Perencanaan unit paket instalasi pengolahan air’ adalah revisi dari SNI 19 - 6774 – 2002, Tata cara perencanaan unit paket instalasi penjernihan air, yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia.
Standar ini saling terkait dengan ketiga standar INSTALASI PENGOLAHAN AIR lainnya, yaitu: 1. Spesifikasi unit paket INSTALASI PENGOLAHAN AIR (Revisi SNI 19-6773-2002) 2. Tata cara pengoperasian dan pemeliharaan unit paket INSTALASI PENGOLAHAN AIR
(Revisi SNI 19-6775-2002) Standar ini disusun oleh Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil melalui Gugus Kerja Lingkungan Permukiman pada Subpanitia Teknis Perumahan, Sarana, dan Prasarana.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional 08:2007 dan dibahas dalam forum konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 30 November 2006 oleh Subpanitia Teknis yang melibatkan para nara sumber, pakar dan lembaga terkait.
ii
SNI 6774:2008
iii
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
Pendahuluan
Standar ini merupakan kaji ulang serta revisi kedua SNI 19 - 6774 – 2002, Tata cara perencanaan unit paket instalasi penjernihan air, yang selama ini telah dijadikan sebagai rujukan dalam penilaian proses sertifikasi sistem Unit instalasi pengolahan air yang dibuat oleh produsen.
Adapun perubahan dan atau penambahannya antara lain :
• Kriteria perencanaan unit flotasi;
• Kriteria perencanaan unit sedimentasi;
• Kriteria perencanaan unit filtrasi;
• Perencanaan tapak; • Istilah dan definisi. Antara lain untuk air baku dan air minum yang mengacu pada PP 16
tahun 2005; Sistem Unit instalasi pengolahan air ini telah banyak digunakan oleh Pemerintah maupun badan-badan usaha dalam proyek-proyek penyediaan air minum. Sehingga dengan adanya standar ini akan memberikan kemudahan bagi perencana dan jaminan mutu bagi para produsen, pengguna dan pengelola Unit Paket Instalasi Pengolahan Air.
SNI 6774:2008
1 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air
1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan perencanaan unit paket instalasi pengolahan air yang mencakup ketentuan-ketentuan mengenai kriteria perencanaan, air baku, kapasitas instalasi, unit operasi, struktur dan bahan serta cara pengerjaan untuk mendapatkan unit instalasi pengolahan air yang optimal dengan kapasitas maksimum 50 L/detik.
2 Acuan normatif SNI 19–6774–2002, Tata perencanaan unit paket instalasi pengolahan air
3 Istilah dan definisi 3.1 air baku untuk air minum yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum
3.2 air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum
3.3 back wash sistem pencucian media filter dengan aliran air yang berlawanan arah dengan aliran air pada saat penyaringan
3.4 beban pelimpah debit air yang diolah persatuan panjang pelimpah dalam bak pengendap
3.5 beban permukaan debit air yang diolah persatuan luas permukaan
3.6 clarifier gabungan pengaduk lambat (flokulator) dan pengendap 3.7 desinfeksi proses mematikan bakteri pathogen dan memperlambat pertumbuhan lumut dengan pembubuhan bahan kimia
SNI 6774:2008
2 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
3.8 desinfektan bahan (kimia) yang digunakan untuk mematikan bakteri pathogen dan memperlambat pertumbuhan lumut
3.9 ekspansi penambahan panjang lapisan media berbutir/penyaring (Le) yang terangkat ke atas pada waktu pencucian media karena penambahan tekanan
3.10 filtrasi proses memisahkan padatan dari supernatran melalui media penyaring
3.11 flok partikel koloid yang menggumpal
3.12 flokulasi proses pembentukan partikel flok yang besar dan padat agar dapat diendapkan
3.13 flotasi proses pemisahan padatan dan air berdasarkan perbedaan berat jenis dengan cara diapungkan
3.14 IPA Instalasi Pengolahan Air
3.15 kapasitas produksi volume air hasil olahan persatuan waktu
3.16 koagulasi proses pencampuran bahan kimia (koagulan) dengan air baku sehingga membentuk campuran yang homogen
3.17 koagulan bahan (kimia) yang digunakan untuk pembentukan flok pada proses pencampuran
3.18 manifold instalasi pengolahan air utama yang dinstalasi pengolahan air pada dasar saringan pasir sebagai instalasi pengolahan air instalasi pengolahan air masuk
3.19 netralisasi proses untuk menyesuaikan derajat keasaman (pH) pada air
SNI 6774:2008
3 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
3.20 netralisan bahan kimia yang digunakan untuk menyesuaikan derajat keasaman (pH) pada suatu proses pengolahan air
3.21 nilai gradien kecepatan ,G laju penurunan kecepatan persatuan waktu (/detik)
3.22 nozzle perlengkapan yang dipasang pada dasar saringan pasir untuk meratakan aliran air
3.23 sedimentasi proses pemisahan padatan dan air berdasarkan perbedaan berat jenis dengan cara pengendapan
3.24 surface wash sistem pencucian dengan menyemprotkan air pada permukaan media saringan
3.25 waktu tinggal, td waktu yang diperlukan selama proses tertentu berlangsung pada unit operasi
3.26 unit paket instalasi pengolahan air unit paket instalasi pengolahan air yang selanjutnya disebut unit paket instalasi pengolahan air adalah unit paket yang dapat mengolah air baku melalui proses fisik, kimia dan atau biologi tertentu dalam bentuk yang kompak sehingga menghasilkan air minum yang memenuhi baku mutu yang berlaku, didesain dan dibuat pada suatu tempat yang selanjutnya dapat dirakit di tempat lain dan dipindahkan, yang terbuat dari bahan plat baja, dan plastik atau fiber
4 Persyaratan Perencanaan dan produk unit paket instalasi pengolahan air harus mendapat sertifikat dari instansi/lembaga yang berwenang.
5 Kriteria kualitas air baku dan pompa air baku 5.1 Kualitas air baku Air baku yang dapat diolah dengan Unit Paket instalasi pengolahan air harus memenuhi ketentuan baku mutu yang berlaku.
5.2 Pompa air baku
Kriteria Pompa air baku adalah sebagai berikut : a) kriteria kapasitas dan cadangan pompa air baku harus memenuhi ketentuan berikut :
SNI 6774:2008
4 dari 1
1) kapasitas pompa air baku (10–20) % lebih besar dan kapasitas rencana unit paket instalasi pengolahan air; 2) pompa cadangan minimal 1buah;
3) masing-masing pompa cadangan harus mempunyai jenis, tipe, dan kapasitas yang sama.
b) Jenis dan tipe pompa air baku yaitu: 1) jenis sentrifugal dari jenis aliran axial atau aliran campuran, tipe tidak mudah
tersumbat (non clogging) dengan ketentuan sebagai berikut: (1) memperhitungkan jarak dari sumbu pompa terhadap muka air terendah harus lebih
kecil dari npsh yang tersedia (net positif suction head); (2) pompa air baku sampai tekanan 30 m harus mempunyai impeller tunggal (single
stage); (3) tumpuan putaran pompa menggunakan pelumas.
2) Jenis pompa benam (submersible pump) dengan persyaratan:
(1) dilengkapi dengan sistem guiding bar dan pinstalasi pengolahan air untuk discharge lengkap dengan fitting dan bend 90º medium untuk sambungan ke pinstalasi pengolahan air tranmisi air baku;
(2) menyediakan kabel khusus pompa benam yang sesuai dengan uluran dan daya motor pompa terpasang. Bila memerlukan penyambungan dalam air, harus diberi isolasi khusus;
(3) dilakukan pengamanan pompa sekurang-kurangnya pengamanan terhadap kelembaban ruang dalam pompa dan suhu tinggi.
6 Kapasitas, unit operasi dan proses 6.1 Kapasitas
Kapasitas unit paket instalasi pengolahan air harus memiliki besaran debit (1 - 50) Liter/detik.
6.2 Unit operasi dan proses
Unit operasi dan proses per unit paket instalasi pengolahan air dapat berupa: a) unit operasi dan proses koagulasi; b) unit operasi dan proses flokulasi; c) unit operasi dan proses flotasi; d) unit operasi dan proses sedimentasi; e) unit operasi filtrasi; f) unit proses desinfeksi.
7 Kriteria perencanaan unit paket 7.1 Kriteria perencanaan unit koagulasi (pengaduk cepat)
Kriteria perencanaan untuk unit koagulasi (pengaduk cepat) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
SNI 6774:2008
5 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
Tabel 1 Kriteria perencanaan unit koagulasi (pengaduk cepat)
Unit Kriteria
Pengaduk cepat
• Tipe • Waktu pengadukan (detik) • Nilai G/detik
Hidrolis: - terjunan - saluran bersekat - dalam pinstalasi pengolahan air
bersekat Mekanis: - Bilah (Blade), pedal (padle)
Kinstalasi pengolahan airs - Flotasi
1 – 5
> 750
7. 2 Kriteria perencanaan unit flokulasi (pengaduk lambat)
Kriteria perencanaan untuk unit flokulasi (pengaduk lambat) dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Kriteria perencanaan unit flokulasi (pengaduk lambat)
Kriteria umum
Flokulator
hidrolis
Flokulator mekanis Flokulator
clarifier sumbu
horizontal dengan pedal
Sumbu vertikal
dengan bilah
G (gradien kecepatan) 1/detik
60 (menurun) – 5
60 (menurun) – 10
70 (menurun) – 10
100 – 10
Waktu tinggal (menit) 30 – 45 30 – 40 20 – 40 20 – 100
Tahap flokulasi(buah) 6 – 10 3 – 6 2 – 4 1
Pengendalian energi Bukaan pintu/
sekat Kecepatan
putaran Kecepatan
putaran Kecepatan aliran air
Kecepatan aliran max.(m/det)
0,9
0,9
1,8 – 2,7
1,5 – 0,5
Luas bilah/pedal dibandingkan luas bak (%)
--
5 – 20
0,1 – 0,2
-
Kecepatan perputaran sumbu (rpm)
--
1 – 5
8 – 25
-
Tinggi (m) 2 – 4 *
Keterangan: * termasuk ruang sludge blanket
7. 3 Kriteria perencanaan unit flotasi (pengapungan) Kriteria perencanaan untuk unit flotasi (pengapungan) dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
SNI 6774:2008
6 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
Tabel 3 Kriteria perencanaan unit flotasi (pengapungan)
Proses
Aliran udara
(N.L/m3 air)
Ukuran
gelembung
Input tenaga (Watt
jam/m3)
Waktu detensi (menit)
Beban hidrolik
permukaan (m/jam)
Flotasi untuk pemisahan lemak
100 – 400
2 – 5 mm
5 – 10
5 – 15
10 – 30
Flotasi mekanik
10.000
0,2 – 2 mm
60 – 120
4 – 16
-
Disolved Air Flotation
15 – 50
40 – 70 μm
40 – 80
20 – 40 bersamaan
dengan flokulasi
3 – 10
7. 4 Kriteria perencanaan unit sedimentasi (pengendap) Kriteria perencanaan untuk unit sedimentasi (Pengendap) dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4 Kriteria unit sedimentasi (bak pengendap)
Kriteria umum
Bak persegi (aliran
horizontal)
Bak persegi aliran vertikal
(menggunakan pelat/tabung pengendap)
Bak bundar –
(aliran vertikal – radial)
Bak bundar –
(kontak padatan)
Clarifier
Beban permukaan (m
3/m
2/jam)
0,8 – 2,5
3,8 – 7,5*)
1,3 – 1,9
2 – 3
0,5 – 1,5
Kedalaman (m)
3 – 6
3 – 6
3 – 5
3 – 6 0,5 – 1,0
Waktu tinggal (jam)
1, 5 – 3
0,07**)
1 – 3
1 – 2 2 – 2,5
Lebar / panjang
> 1/5
-
-
- -
Beban pelimpah (m
3/m/jam)
< 11
< 11
3,8 – 15
7 – 15
7,2 – 10
Bilangan Reynold
< 2000
< 2000
-
- < 2000
Kecepatan pada pelat/tabung pengendap (m/menit)
-
max 0,15
-
-
-
Bilangan Fraude
-5 > 10
-5 > 10
-
- > 10
-5
Kecepatan vertikal (cm/menit)
-
-
-
< 1
< 1
Sirkulasi Lumpur
-
-
- 3 – 5% dari
input
-
SNI 6774:2008
7 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
Tabel 4 Kriteria unit sedimentasi (bak pengendap) Lanjutan
Kriteria umum
Bak persegi (aliran
horizontal)
Bak persegi aliran vertikal
(menggunakan pelat/tabung pengendap)
Bak bundar –
(aliran vertikal – radial)
Bak bundar –
(kontak padatan)
Clarifier
Kemiringan dasar bak (tanpa scraper)
o o
45 – 60
o o
45 – 60
o o
45 – 60
o
> 60
45o –
60o
Periode antar pengurasan lumpur (jam)
12 – 24
8 – 24
12 – 24
Kontinyu
12 – 24
*** Kemiringan tube/plate
o o 30 / 60
o o 30 / 60
o o 30 /60
o o 30 /60
30o /60
o
CATATAN: *) luas bak yang tertutupi oleh pelat/tabung pengendap **) waktu retensi pada pelat/tabung pengendap
***) pembuangan lumpur sebagian
7. 5 Kriteria perencanaan unit filtrasi (saringan cepat) Kriteria Perencanaan untuk Unit Filtrasi (Saringan Cepat) dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5 Kriteria perencanaan unit filtrasi (saringan cepat)
No
Unit
Jenis Saringan
Saringan Biasa (Gravitasi)
Saringan dg Pencucian Antar Saringan
Saringan Bertekanan
1. Jumlah bak saringan N = 12 Q 0,5
*) minimum 5 bak -
2. Kecepatan penyaringan (m/jam)
6 – 11
6 – 11
12 – 33
3. Pencucian:
• Sistem pencucian
• Kecepatan (m/jam)
• lama pencucian (menit)
• periode antara dua pencucian (jam)
• ekspansi (%)
Tanpa/dengan blower & atau surface wash 36 – 50
10 – 15
18 – 24
30 – 50
Tanpa/dengan blower & atau surface wash
36 – 50
10 – 15
18 – 24
30 – 50
Tanpa/dengan blower & atau surface wash 72 – 198
-
-
30 – 50
SNI 6774:2008
8 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
4. Media pasir:
• tebal (mm)
• singel media
• media ganda
• Ukuran efektif,ES (mm)
• Koefisien keseragaman ,UC
• Berat jenis (kg/dm3)
• Porositas • Kadar SiO2
300 – 700
600 – 700
300 -600
0,3 – 0,7
1,2 – 1,4
2,5 – 2,65
0,4
> 95 %
300 – 700
600 – 700
300 – 600
0,3 – 0,7
1,2 – 1,4
2,5 – 2,65
0,4
> 95 %
300 – 700
600 – 700
300 -600
-
1,2 – 1,4
2,5 – 2,65
0,4
> 95 %
Tabel 5 Kriteria perencanaan unit filtrasi (saringan cepat) Lanjutan
No
Unit
Jenis Saringan
Saringan Biasa (Gravitasi)
Saringan dg Pencucian Antar Saringan
Saringan Bertekanan
5. Media antransit:
• tebal (mm)
• ES (mm) • UC
• berat jenis (kg/dm3)
• porositas
400 – 500
1,2 – 1,8
1,5
1,35
0,5
400 – 500
1,2 – 1,8
1,5
1,35
0,5
400 – 500
1,2 – 1,8
1,5
1,35
0,5
6. Filter botom/dasar saringan 1)Lapisan penyangga dari atas ke bawah • Kedalaman (mm)
Ukuran butir (mm) • Kedalaman (mm)
Ukuran butir (mm) • Kedalaman (mm)
Ukuran butir (mm) • Kedalaman (mm)
Ukuran butir (mm)
80 – 100 2 – 5
80 – 100
5 – 10
80 – 100
10 – 15
80 – 150
15 – 30
80 – 100 2 – 5
80 – 100
5 – 10
80 – 100
10 – 15
80 – 150
15 – 30
- -
-
-
-
-
-
-
2)Filter Nozel
• Lebar Slot nozel (mm)
• Prosentase luas slot nozel terhadap luas filter (%)
< 0,5
> 4 %
< 0,5
> 4 %
< 0,5
> 4 %
CATATAN: *) untuk saringan dengan jenis kecepatan menurun **) untuk saringan dengan jenis kecepatan konstan, harus dilengkapi dengan pengatur
aliran otomatis.
7. 6 Kriteria perencanaan pembubuhan bahan kimia 7.6.1 Koagulan
7.6.1.1 Kriteria koagulan
Kriteria koagulan adalah sebagai berikut :
SNI 6774:2008
9 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
a) jenis koagulan yang digunakan; 1) aluminium sulfat, Al2(SO4)3 .l4(H2O) diturunkan dalam bentuk cair konsentrasi sebesar
(5 — 20) %. 2) PAC, poly aluminium chloride (Al10(OH)15Cl15) kualitas PAC ditentukan oleh kadar
aluminium oxide (Al2O3) yang terkait sebagai pac dengan kadar (10 — 11)%. b) dosis koagulan ditentukan berdasarkan hasil percobaan jar test terhadap air baku . c) pembubuhan koagulan ke pengaduk cepat dapat dilakukan secara gravitasi atau
pemompaan 7.6.1.2 Bak koagulan
Kriteria bak koagulan adalah sebagai berikut : a) Bak koagulan harus dapat menampung larutan selama 24 jam; b) Diperlukan 2 buah bak yaitu 1 buah bak pengaduk manual atau mekanis dan 1 buah bak
pembubuh; c) Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap bahan koagulan.
7.6.2 Netralisan 7.6.2.1 Kriteria netralisan
a) harus berupa bahan alkalin;
1) kapur (CaO), dibubuhkan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi larutan 5 % sampai dengan 20%;
2) soda abu (Na2CO3) dibubuhkan dalam bentuk larutan, dengan konsentrasi larutan 5% sampai dengan 20%;
3) soda api (NaOH), dibubuhkan dalam bentuk larutan, dengan konsentrasi larutan maksimum 20%;
b) dosis bahan alkalin ditentukan berdasarkan percobaan; c) pembubuhan bahan alkalin secara gravitasi atau pemompaan, dibubuhkan sebelum dan
atau sesudah pembubuhan koagulan 7.6.2.2 Bak netralisan
a) bak dapat menampung larutan selama 8 jam sampai dengan 24 jam; b) diperlukan 2 buah bak yaitu 1 buah bak pengaduk manual atau mekanis dan 1buah bak
pembubuh c) bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap beban alkalin
7.6.3 Desinfektan
7.6.3.1 Kriteria desinfektan
a) jenis densifektan yang digunakan
1) gas klor (Cl2), kandungan klor aktif minimal 99%; 2) kaporit atau kalsium hipoklorit (CaOCl2 ) x H2O kandungan klor aktif (60 — 70) %; 3) sodium hipoklorit (NaOCl), kandungan klor aktif 15%;
b) dosis klor ditentukan berdasarkan dpc yaitu jumlah klor yang dikonsumsi air besarnya tergantung dari kualitas air bersih yang di produksi serta ditentukan dari sisa klor di instalasi (0,25 – 0,35) mg/l.
SNI 6774:2008
10 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
7.6.3.2 Pembubuhan desinfektan a) gas klor disuntikan langsung ke instalasi pengolahan air bersih, pembubuhan gas
menggunakan peralatan tertentu yang memenuhi ketentuan yang berlaku; b) kaporit atau sodium hipoklorit dibubuhkan ke instalasi pengolahan air bersih secara
gravitasi atau mekanis. 7.6.3.3 Keperluan perlengkapan desinfeksi
Keperluan perlengkapan desinfeksi adalah sebagai berikut : a) pembubuhan gas klor
1) peralatan gas klor disesuaikan minimal 2, lengkap dengan tabungnya; 2) tabung gas klor harus ditempatkan pada ruang khusus yang tertutup; 3) ruangan gas klor harus terdapat peralatan pengamanan terhadap kebocoran gas klor; 4) alat pengamanan adalah pendeteksi kebocoran gas klor dan sprinkler air otomatik
atau manual. 5) harus disediakan masker gas pada ruangan gas klor.
b) bak kaporit 1) bak dapat menampung larutan selama 8 sampai dengan 24 jam; 2) diperlukan 2 buah bak yaitu bak pengaduk manual/mekanis dan bak pembubuh;
c) bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap kaporit.
7.6.4 Pompa pembubuh dan motor pengaduk
Jumlah pompa pembubuh larutan kimia dan motor pengaduk unit koagulasi maupun flokulasi paket instalasi pengolahan air minimal 2 buah berkapasitas sama.
7. 7 Kriteria bak penampung air minum
Bak penampung air minum diberi sekat-sekat yang dilengkapi dengan: a) ventilasi; b) tangga; c) pelimpah air; d) lubang pemeriksaan dan perbaikan; e) alat ukur ketinggian air; f) pinstalasi pengolahan air penguras.
7.8 Kriteria perencanaan perlengkapan unit paket instalasi pengolahan air
Kriteria perencanaan untuk perlengkapan unit paket instalasi pengolahan air dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
SNI 6774:2008
11 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
Tabel 6 Kriteria perencanaan perlengkapan unit instalasi pengolahan air
No Unit Kriteria Keterangan 1. 2.
3. 4. 5.
6.
Alat Ukur debit (%) Bak penampung air minum - Waktu tinggal (menit) Alat pembubuh Penguras bak sedimentasi Pengolahan lumpur
Pengendalian suhu, cahaya matahari
2 – 5 -
< 30 Gravitasi dan/atau pompa Gravitasi atau pompa Bak
pengendapan lumpur (drying bed) dan filter press Bangunan pelindung/shelter
Akurasi alat - - - - -
8 Catu daya
8.1 Penyediaan daya listrik
Penyediaan daya listrik terdapat 2 sumber, yaitu a) PLN b) genset. Pemilihan sumber daya sesuai Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7 Alternatif pemilihan sumber daya listrik
Gambaran situasi lapangan Alternatif pemilihan
Ada jaringan distribusi PLN dengan jarak yang menguntungkan dari unit dan masih mencukupi permintaan daya serta sesuai dengan direncanakan
Gabungan pelayanan PLN dan 1 unit genset sebagai cadangan
Tidak ada jaringan distribusi atau tidak ada rencana perluasan jaringan PLN dalam waktu dekat
2 unit genset dimana 1unit sebagai cadangan
8.2 Penyediaan bahan bakar Penyediaan bahan bakar harus memenuhi kebutuhan operasi harian dan bulanan. Penempatan tangki bahan bakar harus da!am rumah genset dan bakar harus dapat mengalir secara gravitasi. Tangki bahan bakar bulanan boleh ditempatkan di bawah atau di permukaan tanah dan dapat dilengkapi dengan pompa agar dapat mengalirkan bahan bakar ke tangki harian.
8.3 Kriteria panel
Diesel generator, pompa air baku, pompa pembubuh, pengaduk cepat dan lambat harus dilengkapi panel yang sesuai kebutuhan.
SNI 6774:2008
12 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
9 Kriteria bangunan 9.1 Jenis bangunan
Jenis Bangunan yang diperlukan adalah: a) bangunan Instalasi Pengolahan Air; b) bangunan penunjang Instalasi Pengolahan Air;
1) ruang pembubuh; 2) ruang jaga; 3) ruang pompa; ruang genset, 4) ruang laboratorium; 5) ruang gudang; 6) ruang penyimpan bahan kimia
c) sarana pembuangan lumpur dari hasil pengurasan bak pengendap dan pencucian saringan. 9.2 Bahan dan bangunan pelengkap
Bahan dan bangunan pelengkap harus memenuhi ketentuan berikut : a) struktur bangunan instalasi pengolahan air dan bangunan penampung air minum dari beton
bertulang, baja atau bahan lainnya berdasarkan pertimbangan kondisi lapangan. b) ruang genset harus kedap suara, tahan getaran dan tidak mudah terbakar, dilengkapi
dengan peralatan pemeliharaan yang memenuhi ketentuan yang berlaku; c) ruang pembubuh dan penyimpan bahan kimia dilengkapi exhaust fan, drainase dan
perlengkapan pembersihan; d) bangunan penunjang lainnya menggunakan bahan bangunan yang memenuhi ketentuan
yang berlaku; e) pondasi bangunan sesuai dengan kondisi setempat yang memenuhi ketentuan yang
berlaku.
10 Rencana tapak dan sarana pelengkap Rencana tapak dan sarana pelengkap perencanaan untuk instalasi pengolahan air paket adalah sebagai berikut: a) rancangan tapak harus mengikuti peraturan mendirikan bangunan yang berlaku
setempat b) apabila tidak ditentukan oleh peraturan setempat yang ada, untuk kemudahan operasi
dan pemeliharaan, jarak bagian terluar instalasi pengolahan air paket terhadap bangunan lain disekitarnya yang terdekat sekurang-kurangnya sebagai berikut: 1) 3, 0 meter untuk instalasi pengolahan air dengan kapasitas sampai dengan 20 l/detik
2) 4,0 meter untuk instalasi pengolahan air dengan kapasitas diatas 20 l/detik c) luas rencana tapak dan pelengkap bangunan harus memenuh ketentuan luas berikut;
1) kapasitas sampai dengan 5 l/detik, luas minimal 2000 m2 2) kapasiras (10 – 30) l/detik, luas minimal 2400 m
2
3) kapasitas (40 – 80) l/detik, luas minimal 3000 m2
d) tata letak bangunan penunjang instalasi pengolahan air berdasarkan mudah operasi, sirkulasi dan efisien, dilengkapi tempat parkir, pagar, kamar mandi, toilet dan fasilitas penerangan;
e) untuk kebutuhan operasi dan pemeliharaan paket unit instalasi pengolahan air harus dilengkapi dengan lantai pemeriksaan.
f) jalan masuk dari jalan besar menuju ke tapak instalasi pengolahan air lebarnya harus mencukupi untuk dilalui kendaraan roda empat.
SNI 6774:2008
13 dari 1
g) jalan dan tempat parkir harus diberikan perkerasan yang memadai; h) tapak instalasi pengolahan air haruas bebas banjir.
11 Dokumen perencanaan dokumen perencanaan untuk instalasi pengolahan air paket sekurang-kurangnya terdiri dari : a) diagram alir proses b) diagram perpinstalasi pengolahan airan dan instrumentasi c) perhitungan unit proses dan operasi d) profil hidrolis e) perhitungan mekanikal dan elektrikal f) perhitungan struktur g) gambar perencanaan dengan skala yang memadai
12 Persyaratan untuk perencana Perencana yang berwenang untuk merencanakan instalasi pengolahan air paket, adalah seorang yang telah menempuh pendidikan tinggi dalam bidang yang sesuai dan memiliki sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh asosiasi profesi.
SNI 6774:2008
14 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
Lampiran A (Informatif)
Daftar istilah
Ukuran efektif : effective size Bilangan froude : Froude number Gradien kecepatan : velocity gradient Bilangan reynold : Reynold number Waktu d : detention time Koef keseragaman : uniformity coefficient Lubang pemeriksaan : manhole Lantai pemeriksaan : bordes Pencucian antar saringan : inter filter backwashing Kehilangan tekanan : headloss Kinstalasi pengolahan airs : impeller Saluran pembuangan : underdrain Soda abu : sodium carbonate Soda api : sodium hidroside Kaporit : calcium hipochlorit Tumpuan putaran : hearing Pencucian permukaan : surface wash Pencucian dari bawah ke atas : back wash Klarifayer : clarifier Aliran air dari bawah ke atas : upflow Beban hidrolik permukaan : hydraulics surface loading Pengatur aliran : flow controller Kecepatan penyaringan konstan : constan filtration rate
SNI 6774:2008
15 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
Lampiran B (Informatif)
Daftar notasi
ES : Effective Size Nfr : Froude Number G : Gradient NTU : Nephelometric Turbidity Unit Nre : Reynold number SPC : Saringan Pasir Cepat uPt. Co : Unit platinum Cobalt TCU : Total Colour Unit td : Detention Time UB : Ukuran butir UC : Uniformity Coefisient DPC : Daya pengikat Klor U : Kinematik viskositas air ρ : masa jenis air
SNI 6774:2008
16 dari 1
f
Lampiran C (Informatif)
Penentuan dimensi unit paket instalasi pengolahan air
1 Penentuan dimensi unit paket instalasi pengolahan air 1.1 Unit koagulasi (pengaduk cepat)
Dimensi unit koagulasi (pengaduk cepat) dapat ditentukan dengan rumus: 1) Tipe hidrolis dengan jenis pengaduk statis
Q = A . v ...................................................... (1)
Q = ¼ π D2 v ............................................... (2) 2
h = f .L / D. v
g
........................................ (3)f
2 2
h = k.v 2
.g
h
...............................................(4)
G 2 = Q.ρ f
C μ
.............................................(5)
v = 0,849.Cn
dengan pengertian:
.R 0,63
.S 0,54
.................................(6)
SNI 6774:2008
17 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
Q adalah Kapasitas pengolahan (m3/detik)
D adalah diameter pinstalasi pengolahan air (m) v adalah kecepatan aliran (m/det)
hf adalah kehilangan tekanan pada pinstalasi pengolahan air dan perlengkapannya (m kolom air)
g adalah gravitasi (9,81 m/detik) f adalah koefisien kehilangan melalui pinstalasi pengolahan air (0,02 - 0,26) k adalah koefisien kehilangan melalui perlengkapan pinstalasi pengolahan air (0,7 -1) µ adalah viskositas kinematik air (m2/detik) C adalah kapasitas bak (m3) Cn adalah koefisien kekasaran pinstalasi pengolahan air S adalah kemiringan hidrolis (m/m) R adalah jari-jari hidrolis (m) ρ adalah masa jenis air (g/cm3)
2) Tipe hidrolis dengan jenis pengaduk mekanis
K
P = ρ n3D
5
gc
dengan pengertian: P adalah tenaga yang diperlukan (g.cm/det.) n adalah putaran (rpm) gc adalah faktor konversi Newton D adalah diamater impeller (cm) K adalah konstanta experimen (1.0 – 5.0) ρ adalah masa jenis air (g/cm3)
1.2 Unit flokulasi (pengaduk lambat) Dimensi unit flokulasi (pengaduk lambat) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: 1) Tipe hidrolis dengan jenis pengaduk statis
C = Q.t d ....................................................... (7)
p x l x d = Q.t d
2
.............................................(8)
G = g. h f
μ .td ...........................................(9)
dengan pengertian:
Q adalah kapasitas pengolahan (m3/detik) p adalah panjang bak(m) l adalah lebar bak (m) d adalah tinggi (m) td adalah waktu tinggal (detik) G adalah gradien, G (detik-1) hf adalah kehilangan tekanan pada pinstalasi pengolahan air dan perlengkapannya
(m kolom air) µ adalah viskositas kinematik air (m/detik)
SNI 6774:2008
18 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
o
g adalah gravitasi (9,81 m/detik2) 2) Tipe hidrolis dengan jenis pengaduk mekanis
K
P = ρ n3D
5
gc
dengan pengertian: P adalah tenaga yang diperlukan (g.cm/det.) n adalah putaran (rpm) gc adalah faktor konversi Newton D adalah diamater impeller (cm) K adalah konstanta experimen (1.0 – 5.0) ρ adalah masa jenis air (g/cm3)
1.3 Unit sedimentasi (pengendap) a) Dimensi unit sedimentasi dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
A = Q.W
..........................(10)
S (HCosα + WCos 2α )
dengan pengertian: A adalah luas permukaan bak (m
2)
Q adalah kapasitas pengolahan (m3/detik) W adalah jarak antar pelat (cm). So adalah beban permukaan (cm/detik) H adalah tinggi pelat (cm) α adalah kemiringan pelat (°)
SNI 6774:2008
19 dari 1
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
b) Bilangan Reynold & Froude
- Bilangan Reynold (Re) R = W/2 .................... (11)
Re = υR
.....................(12) μ
- Bilangan Froude (Fr)
Fr = υ ̂ 2
....................(13) gR
dengan pengertian: υ adalah kecepatan rata-rata di tube settler/plat settler
R adalah jari-jari hidrolis μ adalah viskositas kinematik air (m/detik) g adalah gravitasi (9,81 m/detik2)
1.4 Unit filtrasi (penyaring)
Dimensi unit fltrasi (penyaring) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
QQ = Aν
dengan pengertian:
A = ....................................(11) v
Q adalah kapasitas pengolahan (m3/detik) A adalah luas bak (m2) v adalah kecepatan penyaringan (m/detik)
“ Co
py stan
dar in
i dib
uat o
leh B
SN
un
tuk B
ad
an P
enelitian
dan
Pen
gem
ban
gan
Dep
artemen
Pekerjaan
Um
um
dalam
rang
ka Pen
yebarlu
asan, P
eng
enalan
dan
Pen
gap
likasian S
tand
ar, Ped
om
an, M
anu
al (SP
M) B
idan
g K
on
struksi B
ang
un
an d
an R
ekayasa Sip
il ”
Bibliografi
Birdi, G.S., Water Supply and Sanitary Engineering, Second Edition, 1979. Degremount, Water and the Environment, Water Treatment Hand Books, Sixth Edition, volume 1, 1991. Fair L.Geyer and Okun, Element of Water Supply and Waste Water Treatment, 1971 Hamer, Mark, J., 1977. Water and Waste Water Technology, SI Version, John Wiley & Sons Inc. Huisman, 1971. Rapid Sand Filter, IHE, Delft. Schulz and Okun, 1984. Surface Water Treatment for Communities in Developing Countries, John Wiley & Sons.
SNI 6774:2008
21 dari 1
SNI 6774:2008
22 dari 1
SNI 6774:2008
23 dari 1
SNI 6774:2008
24 dari 1
SNI 6774:2008
25 dari 1