bab vi dampak asean plus three free … bab vi dampak asean plus three free trade area terhadap...

15
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu kawasan perdagangan bebas. Persetujuan tersebut resmi ditandatangani pada bulan Oktober 2009 di Thailand. FTA ini akan menjadi kawasan FTA terbesar di seluruh dunia karena akan menyebabkan terjadinya integrasi perekonomian yang melibatkan jumlah konsumen yang sangat besar. Implikasi bagi Indonesia dan negara lain yang terlibat adalah tentu saja harus menghadapi pasar bebas kawasan ASEAN Plus Three dengan tingkat persaingan yang lebih ketat. Karena hambatan-hambatan perdagangan yang salah satu bentuknya adalah tarif akan dihapuskan. Dalam bab ini akan dibahas lebih dalam mengenai dampak dari diberlakukannya FTA ASEAN Plus Three (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Cina, Jepang dan Rep. Korea) terhadap ekonomi makro dan sektoral, khususnya bagi Indonesia. 6.1. Dampak ASEAN Plus Three Free Trade Area (FTA) terhadap Ekonomi Makro Indonesia Pengaruh penghapusan tarif terhadap beberapa peubah ekonomi makro di masing-masing negara (ASEAN, Cina, Jepang dan Rep. Korea) sesuai dengan kesepakatan kerjasama ASEAN Plus Three (ASEAN, Cina, Jepang dan Rep. Korea) pada komoditi yang diperdagangkan dapat dilihat pada Tabel 6.2. Penghapusan tarif berdampak pada peningkatan kesejahteraan semua negara anggota ASEAN dan Cina, Jepang serta Rep. Korea yang terlihat dari adanya peningkatan nilai equivalent variation pada masing-masing negara ASEAN Plus Three. Hal ini mengimplikasikan bahwa pembentukan kerjasama FTA ASEAN Plus Three setidaknya memiliki pengaruh positif bagi negara yang terlibat. Peningkatan kesejahteraan yang terjadi pada ASEAN Plus Three karena adanya trade creation effect dimana kesejahteraan masyarakat meningkat karena memperoleh barang dengan harga yang relatif lebih murah. Trade creation adalah penggantian produk domestik negara yang melakukan FTA dengan produk impor yang lebih murah dari anggota lain. Jika seluruh sumber daya digunakan secara

Upload: dinhthu

Post on 26-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

81

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA

TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu kawasan

perdagangan bebas. Persetujuan tersebut resmi ditandatangani pada bulan

Oktober 2009 di Thailand. FTA ini akan menjadi kawasan FTA terbesar di

seluruh dunia karena akan menyebabkan terjadinya integrasi perekonomian yang

melibatkan jumlah konsumen yang sangat besar. Implikasi bagi Indonesia dan

negara lain yang terlibat adalah tentu saja harus menghadapi pasar bebas kawasan

ASEAN Plus Three dengan tingkat persaingan yang lebih ketat. Karena

hambatan-hambatan perdagangan yang salah satu bentuknya adalah tarif akan

dihapuskan. Dalam bab ini akan dibahas lebih dalam mengenai dampak dari

diberlakukannya FTA ASEAN Plus Three (Indonesia, Malaysia, Filipina,

Singapura, Thailand, Cina, Jepang dan Rep. Korea) terhadap ekonomi makro dan

sektoral, khususnya bagi Indonesia.

6.1. Dampak ASEAN Plus Three Free Trade Area (FTA) terhadap Ekonomi Makro Indonesia Pengaruh penghapusan tarif terhadap beberapa peubah ekonomi makro di

masing-masing negara (ASEAN, Cina, Jepang dan Rep. Korea) sesuai dengan

kesepakatan kerjasama ASEAN Plus Three (ASEAN, Cina, Jepang dan Rep.

Korea) pada komoditi yang diperdagangkan dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Penghapusan tarif berdampak pada peningkatan kesejahteraan semua negara

anggota ASEAN dan Cina, Jepang serta Rep. Korea yang terlihat dari adanya

peningkatan nilai equivalent variation pada masing-masing negara ASEAN Plus Three. Hal ini mengimplikasikan bahwa pembentukan kerjasama FTA ASEAN

Plus Three setidaknya memiliki pengaruh positif bagi negara yang terlibat.

Peningkatan kesejahteraan yang terjadi pada ASEAN Plus Three karena adanya

trade creation effect dimana kesejahteraan masyarakat meningkat karena

memperoleh barang dengan harga yang relatif lebih murah. Trade creation adalah

penggantian produk domestik negara yang melakukan FTA dengan produk impor

yang lebih murah dari anggota lain. Jika seluruh sumber daya digunakan secara

Page 2: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

82

full employment dan dengan melakukan spesialisasi berdasarkan comparative advantage, masing-masing negara akan memperoleh dampak positif berupa

peningkatan kesejahteraan masyarakat karena memperoleh barang dengan harga

yang relatif lebih murah. Indonesia mengalami peningkatan kesejahteraan sebesar

US$ 685.90 juta. Sementara peningkatan terkecil dialami oleh Filipina yaitu

sebesar US$ 148.85 juta dan peningkatan paling besar dialami oleh Jepang yaitu

sebesar US$ 8428.85 juta. Jika dibandingkan dengan negara sesama ASEAN

lainnya seperti Thailand dan Malaysia, Indonesia masih mengalami peningkatan

yang jauh lebih kecil. Hal ini mencerminkan bahwa trade creation effect di

Thailand dan Malaysia lebih berpengaruh positif dibanding di Indonesia.

Jika dilihat dampak FTA dalam skema ASEAN Plus Three terhadap

performa pertumbuhan nasional, maka secara keseluruhan terjadi peningkatan

Produk Domestik Bruto (PDB) riil di semua negara ASEAN Plus Three, kecuali

Singapura yang mengalami penurunan PDB riil sebesar 0.03 persen. Sebagai

negara berkembang yang masih mengandalkan ekspor sebagai instrumen untuk

mengejar pertumbuhan ekonomi, peningkatan PDB riil yang dialami Indonesia

relatif kecil, yaitu hanya sebesar 0.18 persen. Lebih kecil dibanding Filipina,

Malaysia dan Thailand. Dimana Thailand mengalami peningkatan PDB riil paling

besar yaitu sebesar 1.34 persen. Di kawasan Asia Timur, Rep. Korea mengalami

peningkatan PDB riil paling besar, yaitu 0.56 persen. Sementara peningkatan PDB

riil pada Cina dan Jepang masing-masing hanya sebesar 0.13 persen dan 0.05

persen. Kuantitas PDB meningkat dengan besaran yang relatif kecil dan lebih

disebabkan oleh peningkatan konsumsi walaupun di satu sisi investasi meningkat,

tetapi peningkatannya relatif kecil untuk mendorong peningkatan PDB kuantitas

(volume). Uraian tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Peningkatan PDB riil Indonesia dan negara ASEAN Plus Three lainnya

lebih disebabkan karena peningkatan investasi dan konsumsi rumah tangga.

Namun investasi yang terjadi di Indonesia jauh lebih kecil dari yang terjadi di

Malaysia dan Thailand. Ini menunjukkan bahwa daya tarik Investasi di Indonesia

lebih lemah jika dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand. Hal ini diperkuat

dengan data Global Competitiveness Index dalam World Economic Forum (2010),

dimana peringkat Indonesia jauh berada di bawah Malaysia dan Thailand.

Page 3: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

83

Indonesia berperingkat 44, sementara Thailand berada pada peringkat 38 dan

Malaysia peringkat 26.

Jika dilihat hasil simulasi penghapusan tarif terhadap PDB deflator atau

tingkat inflasi di negara ASEAN, Cina, Jepang dan Rep. Korea meski

meningkatkan inflasi, namun peningkatannya relatif kecil, bahkan untuk Malaysia

dan Filipina terjadi penurunan tingkat inflasi yakni masing-masing sebesar 0.29

persen dan 0.17 persen. Sedangakan Indonesia meningkat sebesar 0.25 persen,

Singapura sebesar 1.12 persen, Thailand sebesar 3.53 persen. Untuk Cina, Jepang

dan Rep. Korea meningkat masing-masing sebesar 0.35 persen; 1,07 persen dan

1.58 persen. Meningkatnya PDB deflator di negara-negara ASEAN ini, termasuk

Indonesia, salah satunya karena masih tingginya tingkat ketergantungan beberapa

komoditi impor khususnya dari Cina yang harganya menjadi meningkat sehingga

mempengaruhi indeks harga umum. Secara umum hal tersebut mengartikan

bahwa antar sesama negara ASEAN Plus Three mengalami saling ketergantungan

terhadap barang-barang impor dari sesama negara ASEAN Plus Three itu sendiri.

Dengan adanya saling ketergantungan tersebut, ketika tarif impor dihapuskan,

maka permintaan terhadap barang-barang impor dapat dipastikan langsung

meningkat, sehingga harganya pun akan meningkat menyesuaikan tingkat

permintaan dan mempengaruhi indeks harga umum.

Variabel Term of Trade (TOT) atau kurs riil mencerminkan harga relatif

barang-barang antara dua negara. Dari hasil simulasi, TOT negara ASEAN

menjadi meningkat karena adanya penghapusan tarif impor (kecuali Filipina).

Kurs riil atau TOT tinggi mencerminkan barang-barang impor relatif lebih murah

dan barang-barang domestik di negara-negara ASEAN relatif lebih mahal. Hal ini

berarti dengan adanya penghapusan tarif impor maka negara ASEAN semakin

turun daya saingnya, dimana dalam hal ini Thailand yang paling besar mengalami

peningkatan TOT. Sedangkan TOT Cina, menurun sebesar 0.004 persen, yang

menandakan produk yang diperdagangkan dari Cina sedikit meningkat daya

saingnya dengan penghapusan tarif di negara-negara ASEAN, Cina, Jepang dan

Rep. Korea.

Lebih jauh, dampak kenaikan atau penurunan ekspor dan impor secara

total masing-masing sektor di negara ASEAN, Cina, Jepang dan Rep. Korea

maupun sebaliknya berdampak pada neraca perdagangan di hampir seluruh negara

Page 4: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

84

yang terlibat. Pada Tabel 6.2 terlihat bahwa neraca perdagangan semua negara

mengalami penurunan, namun sebenarnya dengan adanya FTA ini justru

memperbaiki neraca perdagangan diantara sesama negara ASEAN Plus Three.

Karena pada kondisi awal sebelum diberlakukannya FTA neraca perdagangan di

hampir seluruh negara yang terlibat sudah mengalami defisit yang jauh lebih besar

(Tabel 6.1). Pada Tabel 6.1 terlihat perbedaan neraca perdagangan antara sebelum

FTA dan sesudah FTA. Pada umumnya neraca perdagangan setiap negara menjadi

lebih baik setelah adanya FTA, kecuali yang dialami oleh Thailand. Perubahan

neraca perdagangan yang relatif paling baik dialami oleh Singapura, yaitu dari

US$ -3,950.80 juta menjadi US$ -97.69 juta. Sementara Indonesia berubah dari

US$ -4,959.60 juta menjadi US$ -491.09 juta. Karena semakin kecilnya defisit

neraca perdagangan, hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya FTA mampu

memperbaiki kinerja perdagangan masing-masing negara yang terlibat.

Tabel 6.1. Neraca Perdagangan Sebelum dan Setelah ASEAN Plus Three FTA (Juta dolar)

Negara Neraca Perdagangan

Sebelum FTA Neraca Perdagangan

Setelah FTA

Indonesia -4,959.60 -491.09 Malaysia -4,743.90 -1,136.65 Filipina -1,543.80 -289.05 Singapura -3,950.80 -97.69 Thailand -5,824.90 -13,730.20 Cina -18,840.20 -3,521.26 Jepang -23,105.50 -2,732.31 Korea -12,090.10 -2,231.78

Sumber: Data Base GTAP versi 7.0 (diolah)

Peningkatan TOT (term of trade) atau kurs riil mengakibatkan barang-

barang dan jasa Indonesia relatif lebih mahal dibandingkan barang dan jasa dari

luar negeri. Hal ini mengakibatkan peningkatan impor Indonesia masih lebih

besar dari peningkatan ekspornya (Tabel 6.2). Walaupun demikian, perubahan

penurunannya tergolong kecil dibandingkan Malaysia dan Thailand serta lebih

kecil juga dibandingkan negara-negara Asia Timur. Neraca perdagangan yang

negatif juga merupakan signal bahwa peningkatan investasi dibiayai oleh saving

(tabungan). Secara teoritis, kenaikan permintaan investasi akan menurunkan

tabungan bersih dan mengurangi persediaan rupiah yang diinvestasikan ke luar

Page 5: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

85

negeri, sehingga kurs riil keseimbangan akan meningkat dan mengakibatkan kurs

rupiah mengalami apresiasi, barang-barang domestik menjadi relatif lebih mahal

terhadap barang luar negeri, dan ekspor netto turun. Pada gilirannya, hal ini

mengakibatkan neraca perdagangan menjadi negatif.

Dilihat dari neraca perdagangan dengan negara-negara selain ASEAN Plus

Three maka terjadi peningkatan. Misalnya pada rest of Asia dan rest of the World.

Hal ini menunjukkan bahwa defisit neraca perdagangan yang dialami oleh negara-

negara yang terlibat dalam ASEAN Plus Three FTA dapat dikompensasi apabila

negara-negara tersebut melakukan perdagangan dengan kawasan lain.

Variabel investasi pada masing-masing negara menunjukkan performa

yang berbeda-beda akibat skema FTA ASEAN Plus Three. Diharapkan dengan

FTA ASEAN Plus Three akan memberikan fasilitas bagi penanam modal. Bentuk

fasilitas yang diberikan kepada penanam modal sesuai dengan Undang-Undang RI

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Bab X Pasal 4(a) pajak

penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu

terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu, (b)

pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau

peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri,

(c) pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong

untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu,

(d) pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) atas impor

barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi di dalam negeri

selama jangka waktu tertentu, (e) penyusutan atau amortisasi yang dipercepat, (f)

keringanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Berdasarkan hasil simulasi yang

ditunjukkan pada Tabel 6.2, investasi Indonesia meningkat relatif kecil yaitu

sebesar 1.57 persen, sedangkan Thailand mengalami peningkatan terbesar

mencapai 36.81 persen dan Malaysia sebesar 10.01 persen. Walaupun untuk

Indonesia peningkatan investasi relatif kecil diharapkan dapat memperluas

kesempatan kerja yang disertai dengan peningkatan keahlian dan keterampilan

sehingga dalam jangka panjang output dapat ditingkatkan dan efisiensi dapat

tercapai. Dengan peningkatan output domestik maka dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri dan akan mengurangi volume impor.

Page 6: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

86

Jika seluruh sumber daya digunakan secara penuh dan dengan melakukan

spesialisasi berdasarkan comparative advantage, masing-masing negara akan

memperoleh dampak positif akibat liberalisasi berupa peningkatan kesejahteraan

karena memperoleh barang dengan harga yang relatif murah. Efek positif dari

trade creation tidak hanya berlaku bagi masyarakat yang melakukan konsumsi

namun Pemerintah yang juga melakukan belanja negara, juga mengalami

peningkatan. Pengeluaran Pemerintah menjadi meningkat dengan adanya

penghapusan tarif impor. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan

pengeluaran Pemerintah yang positif dialami kedua belah pihak yaitu negara-

negara ASEAN maupun Cina, Jepang dan Rep. Korea. Pengeluaran pemerintah

yang terbesar terjadi pada negara Thailand yaitu sebesar 6.63 persen, diikuti

Jepang dan Rep Korea masing-masing sebesar 1.16 persen dan 2.49 persen.

Sementara itu pengeluaran pemerintah yang terjadi bagi Indonesia meningkat

sebesar 0.53 persen.

Dibukanya perdagangan antara ASEAN, Cina, Jepang dan Rep Korea

mempunyai konsekuensi yang luas terhadap perekonomian, salah satunya

terhadap konsumsi (consumption effect). Secara teori, salah satu pengaruh pada

konsumsi masyarakat adalah bergesernya garis Consumption Possibility Frontier

(CPF) ke atas. Ini berarti bahwa adanya perdagangan membuat masyarakat bisa

mengkonsumsi dalam jumlah yang lebih besar daripada sebelum adanya

perdagangan. Dengan kata lain bahwa pendapatan riil masyarakat (yaitu

pendapatan yang diukur dari berapa jumlah barang yang bisa dibeli oleh jumlah

uang tersebut) meningkat dengan adanya perdagangan. Hasil simulasi kebijakan

menunjukkan bahwa konsumsi di negara ASEAN Plus Three naik akibat

dihapusnya tarif impor dikedua belah pihak. Konsumsi Indonesia mengalami

peningkatan sebesar 0.5 persen. Persentase peningkatan konsumsi tertinggi

diduduki oleh Thailand sebesar 6.25 persen. Sementara konsumsi di negara

Filipina hanya akan meningkat sebesar 0.17 persen. Cina, jepang dan Rep Korea

juga mengalami peningkatan konsumsi, yaitu masing-masing sebesar 0.57 persen,

1.13 persen dan 2.03 persen. Seluruh informasi mengenai dampak ASEAN Plus Three FTA terhadap konsumsi pada masing-masing negara ditunjukkan pada

Tabel 6.2.

Page 7: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

87

Tabel 6.2. Dampak FTA dalam Skema ASEAN Plus Three terhadap Peubah Ekonomi Makro

Negara Neraca

Perdagangan (US$ juta)

Kesejahteraan (US$ juta)

PDB riil (%)

Term of trade (%)

PDB Deflator

(%)

Investasi (%)

Pengeluaran Pemerintah

(%)

Konsumsi Rumah

Tangga(%) Indonesia -491.09 685.90 0.18 0.18 0.25 1.57 0.53 0.5

Malaysia -1136.65 1811.13 0.99 0.15 -0.29 10.01 1.08 0.55

Filipina -289.05 148.85 0.25 -0.18 -0.17 2.39 0.19 0.17

Singapura -97.69 697.90 -0.03 0.44 1.12 1.08 1.21 1.19

Thailand -13730.20 4437.77 1.34 1.95 3.53 36.81 6.63 6.25

Cina -3521.26 2629.35 0.13 -0.004 0.35 1.04 0.5 0.57

Jepang -2732.31 8428.85 0.05 1.08 1.07 0.45 1.16 1.13

Rep. Korea -2231.78 5965.90 0.56 0.92 1.58 2.44 2.49 2.03

Rest Of Asia 1708.21 -4402.81 -0.04 -0.43 -0.68 -0.75 -0.76 -0.75

Rest Of World 25353.07 -13015.75 -0.01 -0.14 -0.36 -0.43 -0.38 -0.38

Sumber: Hasil Analisi GTAP

Page 8: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

88

Dampak FTA secara makro ekonomi tersebut sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan Oktaviani, et al (2007) yang mengalisis dampak FTA

ASEAN-Cina dan ASEAN-Rep. Korea. Hasil penelitian tersebut menyebutkan

antara lain PDB negara-negara ASEAN meningkat walaupun relatif kecil.

Peningkatan PDB lebih banyak didorong oleh pengeluaran atau konsumsi

masyarakat yang lebih tinggi. Dengan adanya penghapusan tarif impor negara

ASEAN semakin turun dayasaingnya, terlihat dari peningkatan TOT.

6.2. Dampak Free Trade Area (FTA) ASEAN Plus Three terhadap Ekonomi Sektoral Dampak terhadap ekonomi sektoral dapat dijelaskan dengan melihat

dampak FTA ASEAN, Cina, Jepang dan Rep Korea terhadap ekspor, impor,

output dan harga masing-masing komoditi. Tabel 6.3 menunjukkan pengaruh

penghapusan tarif impor di ASEAN Plus Three terhadap beberapa peubah

ekonomi sektoral di Indonesia sesuai dengan kesepakatan kerjasama ASEAN Plus

Three FTA pada komoditi yang diperdagangkan.

Seperti pada uraian sebelumnya, dampak ASEAN Plus Three FTA

mengakibatkan neraca perdagangan di hampir seluruh negara yang terlibat

menjadi lebih baik, terlihat dari semakin kecilnya defisit neraca perdagangan,

kecuali untuk negara Thailand. Walaupun Indonesia banyak melakukan ekspor

pada sektor-sektor tertentu, seperti batu bara, minyak mentah, produk kimia, karet

dan plastik serta logam dan barang-barang dari logam, namun hampir keseluruhan

impor Indonesia meningkat dengan peningkatan antara 1.35 hingga 31.81 persen.

Impor Indonesia dari sektor kimia, karet dan plastik, mesin dan peralatannya,

peralatan elektronik serta kilang minyak dan produk batu bara juga merupakan

komoditi andalan ekspor bagi Indonesia ke pasar ASEAN Plus Three. Hal

demikian dapat terjadi karena selama ini Indonesia masih dilindungi oleh tingkat

tarif impor yang relatif tinggi (Bab V). Sebagai contoh adalah kasus yang terjadi

pada sektor makanan olahan, dimana tarif rata-rata sebelum FTA adalah 11.86

persen. Ketika tarif ini dihilangkan, maka yang terjadi adalah meningkatnya impor

Indonesia akan makanan olahan yakni sebesar 14.24 persen. Kemudian untuk

kendaraan bermotor dan suku cadangnya, tarif rata-rata yang berlaku sebelum

FTA adalah sebesar 8.74 persen. Ketika tarif dihapuskan, maka impor kendaraan

Page 9: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

89

bermotor meningkat sebesar 9 persen. Berbeda halnya pada sektor yang tingkat

tarifnya relatif kecil seperti pada minyak mentah dan mineral, dengan rata-rata

tingkat tarif masing-masing sebesar 0.63 persen dan 1.92 persen (Tabel 5.4 Bab

V). Peningkatan impor yang dialami oleh sektor tersebut juga relatif kecil yakni

untuk sektor minyak mentah sebesar 2.67 persen dan mineral sebesar 1.35 persen.

Ekspor di masing-masing komoditi ada yang mengalami peningkatan dan

ada pula yang mengalami penurunan. Penurunan yang akan terjadi berkisar antara

-0.2 hingga -12.1 persen. Peningkatan terbesar terjadi pada komoditi makanan

olahan yaitu sebessar 12.36 persen, diikuti mesin dan perlengkapannya dan

tanaman pangan masing-masing sebesar 8.29 persen dan 7.87 persen. Komoditi-

komoditi yang merupakan andalan ekspor Indonesia ke pasar ASEAN Plus Three

yang diharapkan akan mengalami peningkatan namun tidak terjadi pada seluruh

komoditinya, misalnya pada komoditi batu bara, gas alam, mineral, serta minyak

nabati dan hewani. Namun penurunan yang terjadi hanya berkisar -0.2 persen

hingga 0.59. Sektor andalan ekspor Indonesia yang mengalami peningkatan cukup

besar diantaranya adalah adalah kilang minyak (6.54 persen), produk kimia, karet

dan plastik (5.78 persen) serta peralatan elektronik (6.5 persen).

Fenomena dibalik menurunnya ekspor andalan Indonesia salah satunya

adalah karena pengaruh tarif. Sebelum terjadi FTA, tarif Indonesia di negara-

negara ASEAN Plus Three lainnya untuk sektor andalan ekspor Indonesia sudah

relatif rendah (Tabel 5.3 Bab V). Seperti sektor batu bara (1,05 persen), gas alam

(0.13 persen) dan mineral (0.59 persen). Oleh sebab itu ketika tarif dihapuskan,

maka tidak akan terlalu berpengaruh terhadap performa ekspor sektor-sektor

tersebut.

Dampak terhadap perubahan impor Indonesia juga dapat dilihat dalam

Tabel 6.3. Secara keseluruhan, impor Indonesia mengalami peningkatan.

Peningkatan terbesar justru terjadi pada komoditi gas alam (31.81 persen) yang

merupakan komoditi andalan ekspor Indonesia ke ASEAN Plus Three.

Peningkatan impor yang besar juga terjadi pada komoditi makanan olahan dan

tekstil yang meningkat masing-masing sebesar 14.24 persen dan 10.35 persen.

Peningkatan impor yang terjadi pada seluruh komoditi ini adalah akibat dari

Page 10: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

90

penghapusan tarif impor, sehingga harga barang-barang impor menjadi lebih

murah, yang pada akhirnya tingkat permintaan pun semakin meningkat.

Dampak penghapusan tarif terhadap output juga dapat dilihat pada Tabel

6.3. Hasilnya adalah terjadi penurunan output pada hampir seluruh komoditi yang

diperdagangkan Indonesia ke ASEAN, Cina, Jepang dan Rep Korea. Kecuali pada

komoditi tanaman pangan; peternakan, kehutanan, perikanan; produk kimia, karet,

plastik; peralatan elektronik; serta mesin dan peralatannya. Penurunan terbesar

terjadi pada komoditi kendaraan bermotor dan suku cadang yakni sebesar -9.09

persen dan diikuti logam besi sebesar -4.44 persen. Untuk kendaraan bermotor

dan suku cadangnya menunjukkan bahwa jika dibukanya FTA ASEAN Plus

Three industri kendaraan bermotor dan suku cadang domestik dapat semakin

terpuruk karena tingginya permintaan impor. Hal ini disebabkan karena daya

saing indutri ini belum dapat menandingi negara-negara lain khusnya dari Jepang,

Cina dan Rep Korea. Terlihat dari nilai RCA yang rendah pada industri ini (Bab 5,

Tabel 5.5). Hal yang sama dapat terjadi pada industri logam besi Indonesia. Bagi

komoditi-komoditi yang mengalami peningkatan ouput maka dapat dikatakan

bahwa komoditi ini masih mempunyai potensi untuk berdaya saing baik di pasar

domestik ataupun di pasar impor.

Pada tabel yang sama dapat pula dilihat dampak FTA ASEAN Plus Three

terhadap harga output. Harga ouput pada sektor-sektor yang diperdagangkan

Indonesia secara keseluruhan mengalami kenaikan antara 0.27 hingga 1.08 persen.

Penurunan harga ouput juga terjadi khususnya pada komoditi-komoditi yang

menjadi impor terbesar Indonesia, seperti kendaraan bermotor dan suku cadang.

Peningkatan harga output dan penurunan output pada sebagian besar komoditi

yang diperdagangkan Indonesia ASEAN Plus Three menunjukkan Indonesia

belum siap melakukan Free Trade Area dengan ASEAN Plus Three. Liberalisasi

akan memberikan guncangan di sektor riil. Walaupun beberapa komoditi

outputnya mengalami peningkatan, namun secara total neraca perdagangan pun

menunjukkan nilai yang negatif.

Sementara itu, jika dilihat dampak FTA ASEAN, Cina, Jepang dan Rep.

Korea terhadap jumlah tenaga kerja, maka pada sebagian besar industri terjadi

penurunan jumlah tenaga kerja (kesempatan kerja) baik tenaga kerja yang terdidik

Page 11: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

91

maupun yang tidak terdidik. Penurunan tersebut terjadi pada industri yang

outputnya mengalami penurunan, seperti industri kendaraan bermotor dan suku

cadang, industri logam besi dan sebagian pada industri manufaktur lainnya.

Sedangkan peningkatan jumlah tenaga kerja yang terdidik maupun yang tidak

terdidik terjadi pada sektor pertanian, seperti tanaman pangan, peternakan,

kehutanan dan perikanan, serta industri tekstil, kimia, karet, plastik dan peralatan

elektronik. Hal tersebut wajar terjadi, karena peningkatan output akan

menyebabkan produsen memerlukan tambahan tenaga kerja baik yang terdidik

maupun tidak terdidik demikian pula sebaliknya.

Peningkatan jumlah tenaga kerja terbesar terjadi pada sektor industri

peralatan elektronik, yaitu sebesar 5.54 persen untuk tenaga kerja yang terdidik

dan 5.44 persen pada tenaga kerja yang tidak terdidik. Hal ini menyebabkan ouput

peralatan elektronik meningkat sebesar 6.5 persen. Sementara itu peningkatan

yang cukup besar terjadi juga pada sektor industri mesin dan peralatannya yaitu

sebesar 3.86 persen untuk tenaga kerja yang terdidik dan 3.76 persen pada tenaga

kerja yang tidak terdidik yang menyebabkan ouput pada industri ini meningkat

sebesar 8.29 persen.

Penurunan jumlah tenaga kerja yang terbesar terjadi pada industri

kendaraan bermotor dan suku cadang, yaitu turun sebesar 9.07 persen pada tenaga

kerja yang terdidik dan 9.17 persen pada tenaga kerja yang tidak terdidik. Hal ini

menyebabkan ouput pada industri ini mengalami penurunan yang cukup besar

yaitu turun sebesar 9.09 persen. Kemudian menyebabkan ekspor industri ini

mengalami penurunan. Kebutuhan domestik akan barang-barang kendaraan

bermotor dan suku cadang lebih banyak diperoleh dari impor, terlihat dari

peningkatan impor kendaraan bermotor dan suku cadang yang cukup besar yaitu

sebesar 9 persen. Hal yang serupa terjadi pula pada industri logam besi, dimana

jumlah tenaga kerjanya menurun menyebabkan ouput dan ekspornya mengalami

penurunan, sementara impornya mengalami peningkatan.

Page 12: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

92

Tabel 6.3. Dampak Free Trade Area dalam Skema ASEAN, Cina, Jepang dan Rep. Korea terhadap Ekspor, Impor, Output dan Harga Domestik Indonesia (perubahan persen)

Sektor Ekspor (qxw)

Impor (qiw)

Output (q0)

Harga ouput (ppd)

Tenaga Kerja

Terdidik Tidak Terdidik

Tanaman pangan 7.87 3.38 0.01 1.08 0.05 0.04 Peternakan, kehutanan dan perikanan 3.54 2.89 0.19 0.8 0.25 0.23 Batu bara -0.47 10.21 -0.25 0.44 -0.36 -0.37 Minyak mentah 3.45 2.67 -0.1 0.73 -0.15 -0.16 Gas alam -0.2 31.81 -0.23 0.49 -0.33 -0.34 Mineral -0.36 1.35 -0.15 0.77 -0.16 -0.18 Makanan olahan 12.36 14.24 -0.09 0.65 -0.07 -0.15 Minyak nabati dan hewani -0.59 3.18 -0.55 0.84 -0.51 -0.6 Tekstil 7.49 10.35 0.64 -0.8 0.67 0.57 Kilang minyak 6.54 2.93 -0.42 0.53 -0.43 -0.53 Kimia, karet dan plastik 5.78 5.85 0.18 0.38 0.2 0.1 Logam besi -0.8 2.13 -4.44 0.31 -4.43 -4.53 Logam non besi 1.92 9.8 -0.42 -0.05 -0.39 -0.49 Kendaraan bermotor dan suku cadang -12.1 9.00 -9.09 -0.37 -9.07 -9.17 Peralatan transportasi 6.15 2.34 -0.81 0.28 -0.79 -0.89 Peralatan elektronik 6.5 2.76 5.53 -0.17 5.54 5.44 Mesin dan peralatannya 8.29 2.76 3.84 -0.37 3.86 3.76 Industri manufaktur lain 0.77 6.76 -0.23 0.27 -0.21 -0.31 Listrik, gas, air bersih -1.86 2.16 1.1 0.28 1.13 1.02 Jasa transportasi dan komunikasi -2.9 1.46 0.08 0.62 0.14 0.01 Jasa lain -3.9 2 -0.13 0.81 -0.13 -0.23

.

Page 13: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

93

Hasil analisis dampak sektoral dari adanya FTA tersebut juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani, et al (2007), yang menganalisis

dampak FTA ASEAN-Cina dan ASEAN-Rep.Korea. Dalam penelitian itu

menyebutkan bahwa terjadi penurunan hampir keseluruhan pada output yang

diperdagangkan Indonesia ke Cina yang menunjukkan Indonesia belum siap

melakukan FTA dengan Cina. Walaupun beberapa komoditi outputnya mengalami

peningkatan, namun secara total neraca perdagangan pun menunjukkan nilai yang

negatif. Demikian juga FTA ASEAN-Rep. Korea, walaupun penurunnya relatif

lebih kecil dibandingkan FTA ASEAN-Cina. Harga output yang diperdagangkan

Indonesia secara keseluruhan mengalami kenaikan. Peningkatan kesempatan

kerja, baik tenaga kerja yang terdidik maupun yang tidak terdidik, terjadi pada

sektor-sektor yang outputnya mengalami peningkatan.

Dibukanya kerjasama FTA ASEAN Plus Three membawa konsekuensi

dibukanya liberalisasi perdagangan barang. Salah satu sarana untuk mencapainya

adalah dengan mengurangi atau menghilangkan hambatan tarif bea masuk yang

merupakan salah satu pos dalam pendapatan negara. Oleh karena itu dampaknya

dapat terlihat turunnya penerimaan Pemerintah dari pos tarif bea masuk. Namun

demikian, sesuai dengan tujuan dari liberalisasi perdagangan, melalui

pengurangan/penghapusan hambatan tarif maka akan terjadi peningkatan volume

perdagangan barang yang mencakup ekspor dan impor barang diantara negara-

negara anggota maupun meningkatnya kegiatan investasi. Walaupun untuk saat

ini neraca perdagangan Indonesia menunjukkan nilai negatif namun untuk

investasi menunjukkan nilai yang positif. Dengan meningkatnya volume

perdagangan maka akan mendatangkan multiplier effect terhadap kegiatan

ekonomi lainnya yang selanjutnya akan membawa perubahan terhadap

penerimaan negara dari sektor pajak. Sehingga diharapkan penerimaan

Pemerintah dalam jangka panjang akan meningkat.

Namun yang perlu mendapat perhatian khusus Pemerintah Indonesia

bahwa ASEAN Plus Three FTA dapat dilakukan namun dengan beberapa

persyaratan, yaitu:

1. ASEAN Plus Three FTA dibuka hanya bagi sektor sektor yang memiliki

dayasaing tinggi (competitive), seperti sektor gas alam, minyak nabati dan

Page 14: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

94

hewani atau sektor batu bara. Jadi Pemerintah harus memiliki komitmen tinggi

untuk membuka perdagangan bagi sektor-sektor yang berdayasaing,

sedangkan yang belum memiliki daya saing perlu mendapat dukungan untuk

pengembangan kapasitas kelembagaan ekspor seperti memfasilitasi promosi

tetap, peningkatan kemampuan negosiasi, dan usaha membangun kepercayaan

internasional.

2. Sektor yang lebih padat karya (menyerap tenaga kerja banyak) apabila belum

mempunyai kemampuan untuk berkompetisi atau berdayasaing tinggi

hendaknya jangan dibuka FTA dahulu, mengingat apabila dibuka FTA maka

sektor yang belum mampu bersaing akan terancam gulung tikar, sehingga

berpengaruh terhadap nasib tenaga kerja yang dipekerjakan (pengangguran

akan meningkat).

3. Indonesia harus meningkatkan dayasaing pada sektor-sektor non primer,

seperti sektor industri pengolahan agar dapat berkompetisi dalam perdagangan

global, sebab sektor tersebut lebih memiliki nilai tambah jika dibandingkan

sektor-sektor primer. Jika Indonesia mampu mengekspor lebih banyak pada

produk-produk dari sektor industri pengolahan maka keuntungan yang didapat

Indonesia tentunya akan lebih besar.

FTA ASEAN Plus Three nantinya harus dipahami oleh Pemerintah

dengan perspektif yang lebih luas. Terlepas dari pilihan mana yang akan diambil,

apakah memandang keluar guna mempromosikan ekspor dan menganut

perdagangan bebas atau sebaliknya memandang ke dalam sambil menjalankan

kebijakan proteksionis atau berusaha menjalankan keduanya sekaligus,

Pemerintah harus memahami kondisinya yang ada sekarang ini serta prospeknya

di masa yang akan datang di tengah-tengah pergaulan masyarakat dunia.

Membuka perekonomian dengan perdagangan dunia itu baik, namun ada

batasnya. Karena selain mengandung manfaat dan keuntungan, FTA juga

membawa resiko yang harus diperhitungkan, yaitu:

1. Karena Indonesia tidak mempunyai pilihan, yang mana harus terlibat secara

aktif dalam perdagangan global, maka alternatif terbaik adalah menyesuaikan

arah atau orientasi perdagangan internasional, yakni lebih mengutamakan

kerjasama atau hubungan dagang dengan sesama negara ASEAN Plus Three.

Page 15: BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE … BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina,

95

Bagi Indonesia akan sangat baik seandainya memperkuat upaya integrasi

ekonomi diantara sesama demi menggalang kekuatan, memaksimalkan skala

ekonomis, dan juga memperbesar pasar.

2. FTA ASEAN Plus Three dibuka hanya bagi komoditi Indonesia yang

memiliki daya saing tinggi (competitive). Jadi Pemerintah harus memiliki

komitmen tinggi untuk membuka perdagangan bagi sektor yang berdaya

saing sedangkan yang belum memiliki dayasaing perlu mendapat dukungan

untuk pengembangan kapasitas kelembagaan ekspor seperti memfasilitasi

promosi tetap, peningkatan kemampuan negosiasi, dan usaha membangun

kepercayaan internasional.