bab vi data dan analisis 6.1 data paket...
TRANSCRIPT
63
BAB VI
DATA DAN ANALISIS
Pada bab ini akan ditampilkan data hasil percobaan dan juga akan
dilakukan analisis mengenai hasil percobaan yang muncul.
6.1 Data Paket IPTV
Pada analisis data paket yang terlibat dalam komunikasi IPTV, digunakan
software yang berfungsi untuk melakukan penangkapan paket dalam jaringan
yaitu Wireshark. Ketika terjadi aliran paket IPTV dari server ke client, telah
terjadi pengiriman beberapa paket data yaitu RTSP (Real Time Streaming
Protocol), RTP (Real Time Protocol), RTCP (Real Time Transport Protocol),
UDP (User Datagram Protocol). Gambar 6.1 merupakan hasil capture dari
wireshark yang menampilkan paket-paket data tertentu. Paket-paket tersebut
berjalan ketika client sedang menggunakan layanan VoD.
Gambar 6.1 Tampilan Capture Paket dengan Wireshark
64
6.1.1 Proses Komunikasi Dasar VoD
Untuk berkomunikasi, layanan VoD memiliki beberapa mekanisme yaitu
pembukaan koneksi, transfer data, dan penutupan koneksi. Untuk melakukan hal
tersebut digunakan beberap protokol yaitu HTTP, RTSP, RTCP dan RTP.
6.1.1.1 Pembukaan Koneksi
Proses komunikasi diawali dengan pembukaan koneksi. Pada saat client
menyalakan PC atau STB, terjadi pembukaan koneksi yang disampaikan ke server
dengan menggunakan protokol HTTP. Sebagai balasannya, server akan
mengirimkan paket HTTP lainnya yang akan ditampilkan sebagai user interface
atau Electronic Program Guide (EPG) pada client.
Untuk dapat menikmati layanan VoD, client akan mengirimkan request
video yang ingin ditonton ke web server. Kemudian web server akan membalas
request dengan mengirimkan session description. Setelah client menerima session
description, client akan mengirimkan perintah setup dengan menggunakan
protokol RTSP. Perintah setup tersebut digunakan untuk mendeskripsikan
bagaimana video yang di-request oleh user dikirimkan.
Untuk mulai memutar video yang diinginkan, client kemudian mengirimkan
perintah play kepada VoD server. Sama seperti perintah setup, perintah play juga
dikirimkan dengan menggunakan protokol RTSP. Setelah perintah play diterima
oleh VoD server, VoD server akan mengirimkan jawaban tertentu dan selanjutnya
mengirimkan video yang diminta oleh user secara realtime.
Proses pembentukan koneksi VoD ini dapat dilihat pada gambar 6.2.
65
Gambar 6.2 Capture Pada Saat Pembentukan Koneksi Layanan VoD
Gambar 6.2 di atas adalah hasil capture pada saat pembentukan koneksi
VoD. Dari gambar 6.2 dapat dilihat 3 buah perintah yang digunakan untuk
pembentukan koneksi, yaitu describe, setup, dan play. Ketiga perintah tersebut
dikirimkan dari client (192.168.1.42) ke VoD server (192.168.1.1) dengan
menggunakan protokol RTSP. Dari gambar di atas juga dapat dilihat bahwa waktu
yang diperlukan untuk pembukaan koneksi layanan VoD adalah 0,343773 ms.
6.1.1.2 Transfer Data
Untuk mengendalikan jalannya straming media, VoD menggunakan
protokol RTSP (Real Time Streaming Protocol). Sedangkan untuk jalannya
streaming media itu sendiri, VoD menggunakan protokol RTP (Real-time
Transport Protocol).
66
Selain menggunakan RTP sebagai protokol transport. Layanan VoD juga
menggunakan protokol RTCP. Fungsi utama dari RTCP adalah untuk
memperoleh feedback dari streaming session user. Encoder dan streaming server
dapat menganalisa informasi feedback tersebut untuk melakukan perubahan data
stream yang dikirimkan. RTCP digunakan bersama dengan protokol RTP untuk
memperoleh feedback kualitas transfer data dan untuk menambahkan identifikasi
dan fungsi kontrol. Gambar 6.3 merupakan capture wireshark yang menampilkan
transfer video menggunakan RTP dengan diselingi oleh RTCP yang digunakan
untuk kontrol QoS.
Gambar 6.3 Capture Saat Transfer Video Pada Layanan VoD
Dari gambar 6.3 di atas merupakan hasil capture pada saat streaming media
berlangsung. Dapat dilihat dari gambar 6.3 bahwa VoD menggunakan protokol
RTP untuk melakukan pengiriman data. Protokol RTP digunakan karena dapat
menyediakan jaringan transport end-to-end yang berfungsi sangat baik untuk
67
aplikasi pengiriman data real-time, seperti video atau audio baik dengan cara
multicast atau jaringan unicast.
RTP memberikan jenis identifikasi, jumlah urutan nomer data, waktu
penandaan dan pemberian monitoring kepada paket IP agar menyediakan end-to-
end untuk transport real-time data. Bagian pengontrolan paket data pada RTP
disebut dengan RTCP (Real time Control Protocol).
Dari gambar 6.3, dapat dilihat bahwa setiap periode tertentu, RTCP akan
muncul di sela pengiriman paket RTP untuk melakukan pengontrolan pake data.
6.1.1.3 Penutupan Koneksi
Untuk mengakhiri layanan VoD, digunakan perintah teardown. Perintah
teardown adalah perintah yang memerintahkan server untuk memutuskan koneksi
dan membebas tugaskan sumber daya yang sebelumnya telah digunakan. Proses
penutupan koneksi layanan VoD ini dapat dilihat pada gambar 6.4.
68
Gambar 6.4 Capture Pada Saat Penutupan Koneksi Layanan VoD
Gambar 6.4 di atas adalah hasil capture pada saat penutupan koneksi
layanan VoD. Dapat dilihat pada gambar di atas, perintah teardown dikirimkan
oleh client (192.168.1.42) kepada server (192.168.1.1) menggunakan protokol
RTSP. Setelah perintah teardown diterima oleh server, maka server akan
mengirimkan balasan kepada client sebelum layanan VoD benar-benar
dihentikan. Dari gambar 6.4 di atas, waktu yang dibutuhkan dari perintah
teardown diberikan sampai layanan benar-benar berhenti adalah 0,236933 ms.
6.1.2 Proses Komunikasi VoD, Routing, dan Traffic
Bagian sebelumnya dibahas mengenai proses dasar komunikasi VoD yang
melibatkan beberapa protokol. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai proses
komunikasi VoD jika ditambahakan proses routing dinamis dan traffic
69
background tertentu, sehingga paket-paket yang terdapat pada jaringan tidak
hanya protokol yang digunakan dalam layanan VoD tetapi juga ditambah dengan
protokol lainnya yang terlibat dalam proses routing.
Penambahan protokol routing dan traffic background dalam layanan VoD
berpengaruh terhadap QoS IPTV. Pengaruh tersebut akan dibahas pada bagian
selanjutnya. Pada bagian ini akan dibahas analisis paket-paket atau protokol apa
saja yang terdapat pada jaringan jika routing dinamis dan traffic background
diaktifkan. Dari hasil capture wireshark pada gambar 6.6 di bawah ini, dapat
dilihat bahwa terdapat beberapa protokol lain selain protokol yang digunakan
dalam VoD yaitu OSPF dan UDP.
Gambar 6.6 Capture Ketika Routing Dinamis dan Traffic Generator Aktif
Protokol OSPF tersebut digunakan untuk proses routing dinamis yang
diimplementasikan pada jaringan IPTV. OSPF mempunyai sebuah mekanisme
70
untuk dapat menemukan router tetangganya dan dapat membuka hubungan.
Mekanisme tersebut disebut dengan istilah hello protocol.
Dalam membentuk hubungan dengan tetangganya, router OSPF akan
mengirimkan sebuah paket berukuran kecil secara periodik ke dalam jaringan
atau ke sebuah perangkat yang terhubung langsung dengannya. Paket kecil
tersebut dinamai dengan istilah Hello packet. Pada kondisi standar, Hello
packet dikirimkan berkala setiap 10 detik sekali (dalam media broadcast
multiaccess) dan 30 detik sekali dalam media Point-to-Point.
Hello packet berisikan informasi seputar pernak-pernik yang ada pada
router pengirim. Hello packet pada umumnya dikirim dengan menggunakan
multicast address untuk menuju ke semua router yang menjalankan OSPF (IP
multicast 224.0.0.5). Semua router yang menjalankan OSPF pasti akan
mendengarkan protokol hello ini dan juga akan mengirimkan hello packet-
nya secara berkala.
Selain protokol OSPF, protokol UDP juga terdeteksi dalam jaringan. Hal ini
deisebabkan karena pada saat dilakukan percobaan, digunakan traffic generator
untuk membentuk background traffic tertentu. Traffic generator tersebut
membanjiri jaringan dengan paket-paket tertentu yaitu paket UDP. Paket UDP
tersebut adalah parameter yang digunakan untuk menentukan ukuran traffic yang
dilalui oleh paket IPTV. Sehingga QoS IPTV dapat diukur berdasarkan
banyaknya paket UDP yang terdapat dalam jaringan.
6.2 Pembahasan QoS
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan mengenai QoS layanan IPTV
khususnya pada layanan VoD berdasarkan data yang diperoleh pada tahap
implementasi. Parameter QoS yang akan dibahas adalah delay, jitter dan pecket
loss.
Ketiga parameter tersebut masing-masing akan dibahas dalam tiga sekenario
yang berbeda. Skenario pertama adalah skenario routing statis via tiga router,
71
skenario kedua adalah routing statis via empat router, dan skenario ketiga adalah
routing dinamis OSPF. Berikut adalah data dan pembahasannya.
6.2.1 Delay
6.2.1.1 Delay Skenario 1
Skenario 1 merupakan skenario routing statis melalui 3 router. Data-data
untuk delay skenario 1 ini didapat dengan mengatur traffic jaringan, kemudian
dilakukan pengukuran delay yang didapat dari software D-ITGGUI. Pengambilan
data dilakukan 3 kali untuk traffic tertentu untuk kemudian diambil rata-ratanya
yang ditampilkan pada tabel 6.1.
Tabel 6.1 Delay Rata-rata Skenario 1
NO TRAFFIC (kbps) DELAY (ms)
1 1000 13,380
2 2000 14,297
3 3000 15,267
4 4000 16,780
5 5000 19,200
6 10000 20,620
7 15000 20,840
8 20000 23,004
9 25000 23,030
10 30000 23,314
11 35000 27,207
12 40000 27,260
13 41000 36,027
14 42000 47,171
15 43000 48,770
16 44000 67,842
17 45000 75,078
72
Dari data tersebut dapat diperoleh grafik 6.1 berikut ini.
Grafik 6.1 Delay Rata-rata Skenario 1
Berdasarkan hasil percobaan pada grafik 6.1, dapat dilihat bahwa untuk
beban traffic yang kecil, delay rata-rata yang dialami oleh paket IPTV masih
relatif rendah. Namun setelah beban traffic ditambahkan secara bertahap, dapat
dilihat bahwa delay rata-rata yang dialami oleh paket IPTV tersebut naik secara
eksponensial. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan pada traffic 1 Mbps
sampai dengan 45 Mbps.
Pada traffic 1 Mbps sampai 5 Mbps, kenaikan traffic untuk tiap pengambilan
data adalah sebesar 1 Mbps. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa kenaikan
traffic pada jaringan IPTV sama dengan kenaikan jumlah pelanggan yang
mengakses IPTV.
Setelah dilakukan pengambilan data, ternyata untuk traffic 1 Mbps sampai 5
Mbps, kenaikan delay tidak menunjukkan nilai yang signifikan dan film yang
diputar masih baik dalam segi kualitas. Untuk itu, setelah traffic 5 Mbps, rentang
kenaikan traffic dirubah menjadi tiap 5 Mbps.
Pada traffic 45 Mbps, film yang diputar mengalami gangguan yang ditandai
dengan lag dan gambar yang memburuk. Pada traffic ini juga terjadi kenaikan
delay yang cukup tinggi yaitu dari 27,260 ms menjadi 75,078 ms. Untuk
0,00010,00020,00030,00040,00050,00060,00070,00080,000
Del
ay (
ms)
Network Traffic (kbps)
Delay Skenario 1
Delay
73
mengetahui trend kenaikan delay, rentang pengambilan data dirubah kembali
menjadi setiap 1 Mbps. Setelah dilakukan pengujian kembali, dengan perubahan
traffic sebesar 1 Mbps dimulai pada traffic 40 Mbps, maka dapat diperoleh data
seperti pada tabel 6.1. Pada rentang traffic tersebut terlihat bahawa delay rata-rata
dari jaringan IPTV meningkat lebih cepat dibandingkan delay rata-rata pada
traffic 1 Mbps – 40 Mbps.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jaringan IPTV yang dibuat
mempunyai kemampuan terbaik dalam segi delay rata-rata sampai dengan traffic
40 Mbps dengan nilai delay rata-rata 27,260 ms. Jika melebihi traffic 40 Mbps
maka delay rata-rata akan sangat meningkat tajam.
Berdasarkan dokumen Focus Group ITU-T untuk IPTV, nilai delay yang
dialami oleh paket IPTV pada skenario 1 untuk traffic mulai dari 1 mbps sampai
dengan 45mbps masih memenuhi syarat karena nilainya masih < 200 ms.
6.2.1.2 Delay Skenario 2
Skenario 2 merupakan skenario routing statis melalui 4 router. Data-data
untuk delay skenario 2 ini didapat dengan mengatur traffic jaringan, kemudian
dilakukan pengukuran delay yang didapat dari software D-ITGGUI. Pengambilan
data dilakukan 3 kali untuk traffic tertentu untuk kemudian diambil rata-ratanya
yang ditampilkan pada tabel 6.2. Tabel 6.2 Delay Rata-rata Skenario 2
NO TRAFFIC (kbps) DELAY (ms)
1 1000 15,580
2 2000 15,537
3 3000 16,507
4 4000 19,020
5 5000 20,440
6 10000 20,860
7 15000 21,980
8 20000 24,244
9 25000 24,270
10 30000 26,554
74
NO TRAFFIC (kbps) DELAY (ms)
11 35000 30,447
12 40000 33,900
13 41000 41,267
14 42000 52,411
15 43000 62,010
16 44000 76,082
17 45000 85,318
Dari data tersebut dapat diperoleh grafik 6.2 berikut ini.
Grafik 6.2 Delay Rata-rata Skenario 2
Berdasarkan hasil percobaan pada grafik 6.2, dapat dilihat bahwa untuk
beban traffic yang kecil, delay rata-rata yang dialami oleh paket IPTV masih
relatif rendah. Namun setelah beban traffic ditambahkan secara bertahap, dapat
dilihat bahwa delay rata-rata yang dialami oleh paket IPTV tersebut naik secara
eksponensial. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan pada traffic 1 Mbps
sampai dengan 45 Mbps.
Pada traffic 1 Mbps sampai 5 Mbps, kenaikan traffic untuk tiap pengambilan
data adalah sebesar 1 Mbps. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa kenaikan
traffic pada jaringan IPTV sama dengan kenaikan jumlah pelanggan yang
mengakses IPTV.
0,000
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
Del
ay (
ms)
Network Traffic (kbps)
Delay Skenario 2
Delay
75
Setelah dilakukan pengambilan data, ternyata untuk traffic 1 Mbps sampai 5
Mbps, kenaikan delay tidak menunjukkan nilai yang signifikan dan film yang
diputar masih baik dalam segi kualitas. Untuk itu, setelah traffic 5 Mbps, rentang
kenaikan traffic dirubah menjadi tiap 5 Mbps.
Pada traffic 45 Mbps, film yang diputar mengalami gangguan yang ditandai
dengan lag dan gambar yang memburuk. Pada traffic ini juga terjadi kenaikan
delay yang cukup tinggi yaitu dari 33,900 ms menjadi 85,318 ms. Untuk
mengetahui trend kenaikan delay, rentang pengambilan data dirubah kembali
menjadi setiap 1 Mbps. Setelah dilakukan pengujian kembali, dengan perubahan
traffic sebesar 1 Mbps dimulai pada traffic 40 Mbps, maka dapat diperoleh data
seperti pada tabel 6.2. Pada rentang traffic tersebut terlihat bahawa delay rata-rata
dari jaringan IPTV meningkat lebih cepat dibandingkan delay rata-rata pada
traffic 1 Mbps – 40 Mbps.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jaringan IPTV yang dibuat
mempunyai kemampuan terbaik dalam segi delay rata-rata sampai dengan traffic
40 Mbps dengan nilai delay rata-rata 22,444 ms. Jika melebihi traffic 40 Mbps
maka delay rata-rata akan sangat meningkat tajam.
Berdasarkan dokumen Focus Group ITU-T untuk IPTV, nilai delay yang
dialami oleh paket IPTV pada skenario 2 untuk traffic mulai dari 1 mbps sampai
dengan 45mbps masih memenuhi syarat karena nilainya masih < 200 ms.
6.2.1.3 Delay Skenario 3
Skenario 3 merupakan skenario menggunakan routing dinamis OSPF. Data-
data untuk delay skenario 3 ini didapat dengan mengatur traffic jaringan,
kemudian dilakukan pengukuran delay yang didapat dari software D-ITGGUI.
Pengambilan data dilakukan 3 kali untuk traffic tertentu untuk kemudian diambil
rata-ratanya yang ditampilkan pada tabel 6.3.
76
Tabel 6.3 Delay Rata-rata Skenario 3
NO TRAFFIC (kbps) DELAY (ms)
1 1000 13,485
2 2000 14,365
3 3000 15,463
4 4000 16,862
5 5000 20,223
6 10000 20,837
7 15000 21,681
8 20000 23,809
9 25000 23,984
10 30000 24,107
11 35000 27,549
12 40000 29,743
13 41000 38,269
14 42000 48,617
15 43000 55,018
16 44000 72,134
17 45000 81,374
Dari data tersebut dapat diperoleh grafik 6.3 berikut ini.
Grafik 6.3 Delay Rata-rata Skenario 3
0,000
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
Del
ay (
ms)
Network Traffic (kbps)
Delay Skenario 3
Delay
77
Berdasarkan hasil percobaan pada grafik 6.3, dapat dilihat bahwa untuk
beban traffic yang kecil, delay rata-rata yang dialami oleh paket IPTV masih
relatif rendah. Namun setelah beban traffic ditambahkan secara bertahap, dapat
dilihat bahwa delay rata-rata yang dialami oleh paket IPTV tersebut naik secara
eksponensial. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan pada traffic 1 Mbps
sampai dengan 45 Mbps.
Pada traffic 1 Mbps sampai 5 Mbps, rentang kenaikan traffic untuk tiap
pengambilan data adalah sebesar 1 Mbps. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa
kenaikan traffic pada jaringan IPTV sama dengan kenaikan jumlah pelanggan
yang mengakses IPTV.
Setelah dilakukan pengambilan data, ternyata untuk traffic 1 Mbps sampai 5
Mbps, kenaikan delay tidak menunjukkan nilai yang signifikan dan film yang
diputar masih baik dalam segi kualitas. Untuk itu, setelah traffic 5 Mbps, rentang
kenaikan traffic dirubah menjadi tiap 5 Mbps.
Pada traffic 45 Mbps, film yang diputar mengalami gangguan yang ditandai
dengan lag dan gambar yang memburuk. Pada traffic ini juga terjadi kenaikan
delay yang cukup tinggi yaitu dari 29,743 ms menjadi 81,374 ms. Untuk
mengetahui trend kenaikan delay, rentang pengambilan data dirubah kembali
menjadi setiap 1 Mbps. Setelah dilakukan pengujian kembali, dengan perubahan
traffic sebesar 1 Mbps dimulai pada traffic 40 Mbps, maka dapat diperoleh data
seperti pada tabel 6.3. Pada rentang traffic tersebut terlihat bahawa delay rata-rata
dari jaringan IPTV meningkat lebih cepat dibandingkan delay rata-rata pada
traffic 1 Mbps – 40 Mbps.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jaringan IPTV yang dibuat
mempunyai kemampuan terbaik dalam segi delay rata-rata sampai dengan traffic
40 Mbps dengan nilai delay rata-rata 21,009 ms. Jika melebihi traffic 40 Mbps
maka delay rata-rata akan sangat meningkat tajam.
Berdasarkan dokumen Focus Group ITU-T untuk IPTV, nilai delay yang
dialami oleh paket IPTV pada skenario 2 untuk traffic mulai dari 1 mbps sampai
dengan 45mbps masih memenuhi syarat karena nilainya masih < 200 ms.
78
6.2.1.4 Analisis dan Perbandingan Delay
Pada bagian ini akan dilakukan analisis perbandingan delay antara ketiga
data yang diperoleh sebelumnya, yaitu data delay rata-rata yang dihasilkan oleh
skenario1, skenario 2, dan skenario 3.
Perbandingan delay rata-rata yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 6.4 Tabel 6.4 Tabel Perbandingan Delay Rata-rata Skenario 1, 2, dan 3
Traffic Delay
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
kbps ms Kriteria ms Kriteria ms Kriteria
1000 13,380 passed 15,580 passed 13,485 passed
2000 14,297 passed 15,537 passed 14,365 passed
3000 15,267 passed 16,507 passed 15,463 passed
4000 16,780 passed 19,020 passed 16,862 passed
5000 19,200 passed 20,440 passed 20,223 passed
10000 20,620 passed 20,860 passed 20,837 passed
15000 20,840 passed 21,980 passed 21,681 passed
20000 23,004 passed 24,244 passed 23,809 passed
25000 23,030 passed 24,270 passed 23,984 passed
30000 23,314 passed 26,554 passed 24,107 passed
35000 27,207 passed 30,447 passed 27,549 passed
40000 27,260 passed 33,900 passed 29,743 passed
41000 36,027 passed 41,267 passed 38,269 passed
42000 47,171 passed 52,411 passed 48,617 passed
43000 48,770 passed 62,010 passed 55,018 passed
44000 67,842 passed 76,082 passed 72,134 passed
45000 75,078 passed 85,318 passed 81,374 passed
*Passed = memenuhi syarat
Tabel 6.4 di atas adalah tabel perbandingan delay rata-rata antara skenario
1, 2, dan 3. Nilai delay rata-rata pada saat digunakan skenario 3 (routing dinamis
OSPF) lebih besar dibandingkan dengan nilai delay rata-rata saat menggunakan
skenario 1 (routing statis melewati 3 router), karena pada skenario 3 router akan
mencari router terdekat dahulu, berbeda dengan statis yang routenya sudah
ditentukan terlebih dahulu. Selain itu, sekali kegagalan terdeteksi, router yang
79
mendeteksi kegagalan akan mengirimkan paket link state dengan informasi
perubahan ke semua router dalam area. Semua router akan menghitung ulang
semua route menggunakan algoritma SPF sehingga jika dibandingkan dengan
routing statis, maka delay yang dihasilkan akan relatif lebih besar. Sedangkan jika
skenario 2 dan skenario 3 dibandingkan, maka dapat dilihat bahwa skenario 3
(routing dinamis OSPF) memberikan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan
skenario 2 (routing statis dengan melewati 4 router). Hal ini menandakan bahwa
routing statis jika tidak dilakukan dengan cermat akan menghasilkan nilai delay
yang lebih besar dibandingkan routing dinamis karena jalur yang dilalui bukanlah
jalur terpendek.
Jika digambarkan grafik perbandingannya, maka akan muncul grafik seperti
di bawah ini:
Grafik 6.4 Grafik Perbandingan Delay Rata-rata Skenario 1, 2, dan 3
Grafik 6.4 merupakan grafik perbandingan delay rata-rata antara skenario 1,
2, dan 3. Dapat dilihat pada grafik bahwa delay rata-rata mengalami kenaikan
secara eksponensial pada traffic yang tinggi. Peningkatan delay rata-rata secara
eksponensial ini terjadi karena pada jaringan yang menggunakan teknologi
ethernet, peningkatan beban traffic pada suatu titik tertentu akan mengakibatkan
terjadinya collision antar paket sehingga akan menimbulkan mekanisme
0,000
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
Del
ay (
ms)
Network Traffic (kbps)
Perbandingan Delay
Delay Skenario 3 Delay Skenario 1 Delay Skenario 2
80
retransmisi frame-frame. Mekanisme retransmisi frame-frame tersebut akan
mengakibatkan delay rata-rata yang dialami oleh paket IPTV akan meningkat.
Dari hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa delay rata-rata
paket IPTV yang melewati jaringan dalam rentang 1 – 45 Mbps masih berada
pada standard ITU-T yaitu dibawah 200 ms dengan nilai maksimum 85,318 ms
pada skenario 2 (routing statis melalui 4 router).
6.2.2 Jitter
6.2.2.1 Jitter Skenario 1
Skenario 1 merupakan skenario routing statis melalui 3 router. Data-data
untuk delay skenario 1 ini didapat dengan mengatur traffic jaringan, kemudian
dilakukan pengukuran delay yang didapat dari software D-ITGGUI. Pengambilan
data dilakukan 3 kali untuk traffic tertentu untuk kemudian diambil rata-ratanya
yang ditampilkan pada tabel 6.5 Tabel 6.5 Jitter Rata-rata Skenario 1
NO TRAFFIC (kbps) JITTER (ms)
1 1000 16,798
2 2000 16,963
3 3000 16,989
4 4000 17,032
5 5000 17,603
6 10000 17,934
7 15000 20,867
8 20000 24,840
9 25000 28,647
10 30000 30,882
11 35000 33,889
12 40000 35,896
13 41000 37,922
81
NO TRAFFIC (kbps) JITTER (ms)
14 42000 42,563
15 43000 50,721
16 44000 51,555
17 45000 52,147
Dari data tersebut dapat diperoleh grafik 6.5 berikut ini.
Grafik 6.5 Jitter Rata-rata Skenario 1
Berdasarkan hasil percobaan pada grafik 6.5, dapat dilihat bahwa untuk
beban traffic yang kecil, jitter rata-rata yang dialami oleh paket IPTV masih
relatif rendah. Namun setelah beban traffic ditambahkan secara bertahap, dapat
dilihat bahwa delay rata-rata yang dialami oleh paket IPTV akan mengalami
kenaikan. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan pada traffic 1 Mbps
sampai dengan 45 Mbps.
Pada traffic 1 Mbps sampai 5 Mbps, kenaikan traffic untuk tiap pengambilan
data adalah sebesar 1 Mbps. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa kenaikan
traffic pada jaringan IPTV sama dengan kenaikan jumlah pelanggan yang
mengakses IPTV.
Setelah dilakukan pengambilan data, ternyata untuk traffic 1 Mbps sampai 5
Mbps, kenaikan jitter tidak menunjukkan nilai yang signifikan dan film yang
0,00010,00020,00030,00040,00050,00060,000
1000
3000
5000
7000
9000
1100
013
000
1500
017
000
1900
021
000
2300
025
000
2700
029
000
3100
033
000
3500
037
000
3900
041
000
4300
045
000
Jitt
er (
ms)
Network Traffic (kbps)
Jitter Skenario 1
Jitter
82
diputar masih baik dalam segi kualitas. Untuk itu, setelah traffic 5 Mbps, rentang
kenaikan traffic dirubah menjadi tiap 5 Mbps.
Pada traffic 45 Mbps, film yang diputar mengalami gangguan yang ditandai
dengan lag dan gambar yang memburuk. Pada traffic ini juga terjadi kenaikan
jitter yang cukup tinggi yaitu dari 35,896 ms menjadi 52,147 ms. Untuk
mengetahui trend kenaikan delay, rentang pengambilan data dirubah kembali
menjadi setiap 1 Mbps. Setelah dilakukan pengujian kembali, dengan perubahan
traffic sebesar 1 Mbps dimulai pada traffic 40 Mbps, maka dapat diperoleh data
seperti pada tabel 6.5. Pada rentang traffic tersebut terlihat bahawa delay rata-rata
dari jaringan IPTV meningkat lebih cepat dibandingkan delay rata-rata pada
traffic 1 Mbps – 40 Mbps.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jaringan IPTV yang dibuat
mempunyai kemampuan terbaik dalam segi delay rata-rata sampai dengan traffic
40 Mbps dengan nilai delay rata-rata 23,195 ms. Jika melebihi traffic 40 Mbps
maka delay rata-rata akan sangat meningkat tajam.
Berdasarkan dokumen Focus Group ITU-T untuk IPTV, nilai jitter yang
dialami oleh paket IPTV pada skenario 1 untuk traffic mulai dari 1 mbps sampai
dengan 42 mbps masih memenuhi syarat karena nilainya masih < 50 ms.
Sedangkan untuk traffic mulai dari 43 mbps sampai 45 mbps, nilai jitter yang
dialami oleh paket IPTV sudah tidak memenuhi syarat karena nilainya > 50 ms.
6.2.2.2 Jitter Skenario 2
Skenario 2 merupakan skenario routing statis melalui 4 router. Data-data
untuk delay skenario 2 ini didapat dengan mengatur traffic jaringan, kemudian
dilakukan pengukuran delay yang didapat dari software D-ITGGUI. Pengambilan
data dilakukan 3 kali untuk traffic tertentu untuk kemudian diambil rata-ratanya
yang ditampilkan pada tabel 6.6
83
Tabel 6.6 Jitter Rata-rata Skenario 1
NO TRAFFIC (kbps) JITTER (ms)
1 1000 17,176
2 2000 17,395
3 3000 17,452
4 4000 18,678
5 5000 18,723
6 10000 19,245
7 15000 21,457
8 20000 26,236
9 25000 31,236
10 30000 33,245
11 35000 35,456
12 40000 39,896
13 41000 41,922
14 42000 46,563
15 43000 54,721
16 44000 56,446
17 45000 61,134
Dari data tersebut dapat diperoleh grafik 6.6 berikut ini
Grafik 6.6 Jitter Rata-rata Skenario 2
0,000
20,000
40,000
60,000
80,000
1000
3000
5000
7000
9000
1100
0
1300
0
1500
0
1700
0
1900
0
2100
0
2300
0
2500
0
2700
0
2900
0
3100
0
3300
0
3500
0
3700
0
3900
0
4100
0
4300
0
4500
0
Jitt
er (
ms)
Network Traffic (kbps)
Jitter Skenario 2
Jitter
84
Berdasarkan hasil percobaan pada grafik 6.6, dapat dilihat bahwa untuk
beban traffic yang kecil, jitter rata-rata yang dialami oleh paket IPTV masih
relatif rendah. Namun setelah beban traffic ditambahkan secara bertahap, dapat
dilihat bahwa delay rata-rata yang dialami oleh paket IPTV akan mengalami
kenaikan. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan pada traffic 1 Mbps
sampai dengan 45 Mbps.
Pada traffic 1 Mbps sampai 5 Mbps, kenaikan traffic untuk tiap pengambilan
data adalah sebesar 1 Mbps. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa kenaikan
traffic pada jaringan IPTV sama dengan kenaikan jumlah pelanggan yang
mengakses IPTV.
Setelah dilakukan pengambilan data, ternyata untuk traffic 1 Mbps sampai 5
Mbps, kenaikan jitter tidak menunjukkan nilai yang signifikan dan film yang
diputar masih baik dalam segi kualitas. Untuk itu, setelah traffic 5 Mbps, rentang
kenaikan traffic dirubah menjadi tiap 5 Mbps.
Pada traffic 45 Mbps, film yang diputar mengalami gangguan yang ditandai
dengan lag dan gambar yang memburuk. Pada traffic ini juga terjadi kenaikan
jitter yang cukup tinggi yaitu dari 39,896 ms menjadi 61,134 ms. Untuk
mengetahui trend kenaikan delay, rentang pengambilan data dirubah kembali
menjadi setiap 1 Mbps. Setelah dilakukan pengujian kembali, dengan perubahan
traffic sebesar 1 Mbps dimulai pada traffic 40 Mbps, maka dapat diperoleh data
seperti pada tabel 6.6. Pada rentang traffic tersebut terlihat bahawa delay rata-rata
dari jaringan IPTV meningkat lebih cepat dibandingkan delay rata-rata pada
traffic 1 Mbps – 40 Mbps.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jaringan IPTV yang dibuat
mempunyai kemampuan terbaik dalam segi delay rata-rata sampai dengan traffic
40 Mbps dengan nilai delay rata-rata 24,683 ms. Jika melebihi traffic 40 Mbps
maka delay rata-rata akan sangat meningkat tajam.
Berdasarkan dokumen Focus Group ITU-T untuk IPTV, nilai jitter yang
dialami oleh paket IPTV pada skenario 2 untuk traffic mulai dari 1 mbps sampai
dengan 42 mbps masih memenuhi syarat karena nilainya masih < 50 ms.
85
Sedangkan untuk traffic mulai dari 43 mbps sampai 45 mbps, nilai jitter yang
dialami oleh paket IPTV sudah tidak memenuhi syarat karena nilainya > 50 ms.
6.2.2.3 Jitter Skenario 3
Skenario 3 merupakan skenario menggunakan routing dinamis OSPF. Data-
data untuk jitter skenario 3 ini didapat dengan mengatur traffic jaringan,
kemudian dilakukan pengukuran jitter yang didapat dari software D-ITGGUI.
Pengambilan data dilakukan 3 kali untuk traffic tertentu untuk kemudian diambil
rata-ratanya yang ditampilkan pada tabel 6.7. Tabel 6.7 Jitter Rata-rata Skenario 2
NO TRAFFIC (kbps) JITTER (ms)
1 1000 16,860
2 2000 17,051
3 3000 17,109
4 4000 17,212
5 5000 17,905
6 10000 18,370
7 15000 20,944
8 20000 25,770
9 25000 28,810
10 30000 31,790
11 35000 34,840
12 40000 37,356
13 41000 39,120
14 42000 44,678
15 43000 51,520
16 44000 54,456
17 45000 57,530
86
Dari data tersebut dapat diperoleh grafik 6.7 berikut ini
Grafik 6.7 Jitter Rata-rata Skenario 3
Berdasarkan hasil percobaan pada grafik 6.7, dapat dilihat bahwa untuk
beban traffic yang kecil, jitter rata-rata yang dialami oleh paket IPTV masih
relatif rendah. Namun setelah beban traffic ditambahkan secara bertahap, dapat
dilihat bahwa delay rata-rata yang dialami oleh paket IPTV akan mengalami
kenaikan. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan pada traffic 1 Mbps
sampai dengan 45 Mbps.
Pada traffic 1 Mbps sampai 5 Mbps, kenaikan traffic untuk tiap pengambilan
data adalah sebesar 1 Mbps. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa kenaikan
traffic pada jaringan IPTV sama dengan kenaikan jumlah pelanggan yang
mengakses IPTV.
Setelah dilakukan pengambilan data, ternyata untuk traffic 1 Mbps sampai 5
Mbps, kenaikan jitter tidak menunjukkan nilai yang signifikan dan film yang
diputar masih baik dalam segi kualitas. Untuk itu, setelah traffic 5 Mbps, rentang
kenaikan traffic dirubah menjadi tiap 5 Mbps.
Pada traffic 45 Mbps, film yang diputar mengalami gangguan yang ditandai
dengan lag dan gambar yang memburuk. Pada traffic ini juga terjadi kenaikan
jitter yang cukup tinggi yaitu dari 37,356 ms menjadi 57,530 ms. Untuk
0,00010,00020,00030,00040,00050,00060,00070,000
Jitt
er (
ms)
Network Traffic (kbps)
Jitter Skenario 3
Jitter
87
mengetahui trend kenaikan delay, rentang pengambilan data dirubah kembali
menjadi setiap 1 Mbps. Setelah dilakukan pengujian kembali, dengan perubahan
traffic sebesar 1 Mbps dimulai pada traffic 40 Mbps, maka dapat diperoleh data
seperti pada tabel 6.7. Pada rentang traffic tersebut terlihat bahawa delay rata-rata
dari jaringan IPTV meningkat lebih cepat dibandingkan delay rata-rata pada
traffic 1 Mbps – 40 Mbps.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jaringan IPTV yang dibuat
mempunyai kemampuan terbaik dalam segi delay rata-rata sampai dengan traffic
40 Mbps dengan nilai delay rata-rata 23,668 ms. Jika melebihi traffic 40 Mbps
maka delay rata-rata akan sangat meningkat tajam.
Berdasarkan dokumen Focus Group ITU-T untuk IPTV, nilai jitter yang
dialami oleh paket IPTV pada skenario 3 untuk traffic mulai dari 1 mbps sampai
dengan 42 mbps masih memenuhi syarat karena nilainya masih < 50 ms.
Sedangkan untuk traffic mulai dari 43 mbps sampai 45 mbps, nilai jitter yang
dialami oleh paket IPTV sudah tidak memenuhi syarat karena nilainya > 50 ms.
6.2.2.4 Analisis dan Perbandingan Jitter
Jitter merupakan perbedaan waktu kedatangan paket-paket IPTV atau
dalam kata lain jitter adalah variasi delay. Jitter terutama disebabkan oleh proses
buffering pada processing node. Selain itu jitter juga tergantung pada jumlah jalur
yang dapat ditempuh paket-paket IPTV menuju client dan jumlah hop pada
masing-masing jalur tersebut.
Pada bagian ini akan dilakukan analisis perbandingan delay antara ketiga
data yang diperoleh sebelumnya, yaitu data delay rata-rata yang dihasilkan oleh
skenario1, skenario 2, dan skenario 3.
Perbandingan delay rata-rata yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 6.8.
88
Tabel 6.8 Perbandingan Jitter Rata-rata Skenario 1, 2, dan 3
Traffic Jitter
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
kbps ms Kriteria ms Kriteria ms Kriteria
1000 16,798 passed 17,176 passed 16,860 passed
2000 16,963 passed 17,395 passed 17,051 passed
3000 16,989 passed 17,452 passed 17,109 passed
4000 17,032 passed 18,678 passed 17,212 passed
5000 17,603 passed 18,723 passed 17,905 passed
10000 17,934 passed 19,245 passed 18,370 passed
15000 20,867 passed 21,457 passed 20,944 passed
20000 24,840 passed 26,236 passed 25,770 passed
25000 28,647 passed 31,236 passed 28,810 passed
30000 30,882 passed 33,245 passed 31,790 passed
35000 33,889 passed 35,456 passed 34,840 passed
40000 35,896 passed 39,896 passed 37,356 passed
41000 37,922 passed 41,922 passed 39,120 passed
42000 42,563 passed 46,563 passed 44,678 passed
43000 50,721 failed 54,721 failed 51,520 failed
44000 51,555 failed 56,446 failed 54,456 failed
45000 52,147 failed 61,134 failed 57,530 failed
*Passed = memenuhi syarat
*Failed = tidak memenuhi syarat
Tabel 6.8 di atas merupakan tabel perbandingan jitter rata-rata antara
skenario 1, 2, dan 3. Nilai jitter pada skenario 1 (routing statis melewati 3 router)
relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai jitter pada skenario 3 (routing
dinamis OSPF) karena pada routing statis rute paket sudah ditentukan terlebih
dahulu sehingga jika dibandingkan dengan routing dinamis OSPF, nilainya akan
lebih kecil. Sedangkan jika skenario 2 dan skenario 3 dibandingkan, maka dapat
dilihat bahwa skenario 3 (routing dinamis OSPF) memberikan nilai jitter yang
lebih kecil dibandingkan dengan skenario 2 (routing statis dengan melewati 4
router). Hal ini menandakan bahwa routing statis jika tidak dilakukan dengan
89
cermat akan menghasilkan nilai jitter yang lebih besar dibandingkan routing
dinamis karena jalur yang dilalui bukanlah jalur terpendek
Analisis pada jitter ini serupa dengan analisis pada delay seperti dijalaskan
sebelumnya. Perbedaan delay dengan jitter terletak dari waktu keterlambatan,
jitter memiliki perbedaan yang tidak menentu terhadap keterlambatan pada tiap
waktunya. Hal ini dikarenakan kemampuan alat yang berbeda-beda dalam
merespon suatu data tiap waktu. Perbedaan ini menyebabkan data ketika melintasi
jaringan, jarak antar blok informasi menjadi tidak seragam lagi. Hal inilah yang
mungkin berbeda dengan delay, yang cenderung memiliki keterlambatan yang
konstan pada tiap waktunya.
Jika digambarkan grafik perbandingannya, maka akan muncul:
Grafik 6.8 Perbandingan Jitter Rata-rata Skenario 1, 2, dan 3
Grafik 6.8 di atas adalah grafik perbandingan jitter rata-rata antara
skenario 1, 2, dan 3.
6.2.3 Packet loss
6.2.3.1 Packet loss Skenario 1
Skenario 1 merupakan skenario routing statis melalui 3 router. Data-data
untuk packet loss skenario 1 ini didapat dengan mengatur traffic jaringan,
kemudian dilakukan pengukuran delay yang didapat dari software D-ITGGUI.
0,00010,00020,00030,00040,00050,00060,00070,000
Jitt
er (
ms)
Network Traffic (kbps)
Perbandingan Jitter
Jitter Skenario 3 Jitter Skenario 1 Jitter Skenario 2
90
Pengambilan data dilakukan 3 kali untuk traffic tertentu untuk kemudian diambil
rata-ratanya yang ditampilkan pada tabel 6.9 Tabel 6.9 Packet Loss Rata-rata Skenario 1
NO TRAFFIC (kbps) PACKET LOSS (%)
1 1000 0,002
2 2000 0,002
3 3000 0,003
4 4000 0,006
5 5000 0,007
6 10000 0,009
7 15000 0,014
8 20000 0,014
9 25000 0,014
10 30000 0,069
11 35000 0,070
12 40000 1,209
13 41000 1,859
14 42000 4,401
15 43000 8,102
16 44000 9,298
17 45000 11,721
91
Dari data tersebut dapat diperoleh grafik 6.9 berikut ini.
Grafik 6.9 Packet Loss Rata-rata Skenario 1
Berdasarkan hasil percobaan pada grafik 6.9, dapat dilihat bahwa untuk
beban traffic yang kecil, jitter rata-rata yang dialami oleh paket IPTV masih
relatif rendah. Namun setelah beban traffic ditambahkan secara bertahap, dapat
dilihat bahwa packet loss rata-rata yang dialami oleh paket IPTV akan mengalami
kenaikan. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan pada traffic 1 Mbps
sampai dengan 45 Mbps.
Pada traffic 1 Mbps sampai 5 Mbps, kenaikan traffic untuk tiap pengambilan
data adalah sebesar 1 Mbps. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa kenaikan
traffic pada jaringan IPTV sama dengan kenaikan jumlah pelanggan yang
mengakses IPTV.
Setelah dilakukan pengambilan data, ternyata untuk traffic 1 Mbps sampai 5
Mbps, kenaikan jitter tidak menunjukkan nilai yang signifikan dan film yang
diputar masih baik dalam segi kualitas. Untuk itu, setelah traffic 5 Mbps, rentang
kenaikan traffic dirubah menjadi tiap 5 Mbps.
Pada traffic 45 Mbps, film yang diputar mengalami gangguan yang ditandai
dengan lag dan gambar yang memburuk. Pada traffic ini juga terjadi kenaikan
jitter yang cukup tinggi yaitu dari 1,209 % menjadi 11,721 %. Untuk mengetahui
trend kenaikan delay, rentang pengambilan data dirubah kembali menjadi setiap 1
0,0002,0004,0006,0008,000
10,00012,00014,000
Pac
ket
Loss
(%
)
Network Traffic (kbps)
Packet Loss Skenario 1
Packet Loss
92
Mbps. Setelah dilakukan pengujian kembali, dengan perubahan traffic sebesar 1
Mbps dimulai pada traffic 40 Mbps, maka dapat diperoleh data seperti pada tabel
6.9. Pada rentang traffic tersebut terlihat bahawa delay rata-rata dari jaringan
IPTV meningkat lebih cepat dibandingkan delay rata-rata pada traffic 1 Mbps –
40 Mbps.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jaringan IPTV yang dibuat
mempunyai kemampuan terbaik dalam segi delay rata-rata sampai dengan traffic
40 Mbps dengan nilai packet loss rata-rata 0,118 %. Jika melebihi traffic 40 Mbps
maka delay rata-rata akan sangat meningkat tajam.
Berdasarkan dokumen Focus Group ITU-T untuk IPTV, nilai packet loss
yang dialami oleh paket IPTV pada skenario 1 untuk traffic mulai dari 1 mbps
sampai dengan 35 mbps masih memenuhi syarat karena nilainya masih < 1 %.
Sedangkan untuk traffic mulai dari 40 mbps sampai 45 mbps, nilai packet loss
yang dialami oleh paket IPTV sudah tidak memenuhi syarat karena nilainya > 1
%.
6.2.3.2 Packet loss Skenario 2
Skenario 2 merupakan skenario routing statis melalui 4 router. Data-data
untuk packet loss skenario 2 ini didapat dengan mengatur traffic jaringan,
kemudian dilakukan pengukuran packet loss yang didapat dari software D-
ITGGUI. Pengambilan data dilakukan 3 kali untuk traffic tertentu untuk kemudian
diambil rata-ratanya yang ditampilkan pada tabel 6.10 Tabel 6.10 Packet Loss Rata-rata Skenario 2
NO TRAFFIC (kbps) PACKET LOSS (%)
1 1000 0,003
2 2000 0,004
3 3000 0,004
4 4000 0,006
5 5000 0,009
6 10000 0,017
93
NO TRAFFIC (kbps) PACKET LOSS (%)
7 15000 0,018
8 20000 0,019
9 25000 0,061
10 30000 0,074
11 35000 0,103
12 40000 2,335
13 41000 3,251
14 42000 6,326
15 43000 10,186
16 44000 12,824
17 45000 14,048
Dari data tersebut dapat diperoleh grafik 6.10 berikut ini.
Grafik 6.10 Packet Loss Rata-rata Skenario 2
Berdasarkan hasil percobaan pada grafik 6.10, dapat dilihat bahwa untuk
beban traffic yang kecil, jitter rata-rata yang dialami oleh paket IPTV masih
relatif rendah. Namun setelah beban traffic ditambahkan secara bertahap, dapat
dilihat bahwa packet loss rata-rata yang dialami oleh paket IPTV akan mengalami
0,0002,0004,0006,0008,000
10,00012,00014,00016,000
Pac
ket
Loss
(%
)
Network Traffic (kbps)
Packet Loss Skenario 2
Packet Loss
94
kenaikan. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan pada traffic 1 Mbps
sampai dengan 45 Mbps.
Pada traffic 1 Mbps sampai 5 Mbps, kenaikan traffic untuk tiap pengambilan
data adalah sebesar 1 Mbps. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa kenaikan
traffic pada jaringan IPTV sama dengan kenaikan jumlah pelanggan yang
mengakses IPTV.
Setelah dilakukan pengambilan data, ternyata untuk traffic 1 Mbps sampai 5
Mbps, kenaikan jitter tidak menunjukkan nilai yang signifikan dan film yang
diputar masih baik dalam segi kualitas. Untuk itu, setelah traffic 5 Mbps, rentang
kenaikan traffic dirubah menjadi tiap 5 Mbps.
Pada traffic 45 Mbps, film yang diputar mengalami gangguan yang ditandai
dengan lag dan gambar yang memburuk. Pada traffic ini juga terjadi kenaikan
jitter yang cukup tinggi yaitu dari 2,335 % menjadi 14,048 %. Untuk mengetahui
trend kenaikan delay, rentang pengambilan data dirubah kembali menjadi setiap 1
Mbps. Setelah dilakukan pengujian kembali, dengan perubahan traffic sebesar 1
Mbps dimulai pada traffic 40 Mbps, maka dapat diperoleh data seperti pada tabel
6.10. Pada rentang traffic tersebut terlihat bahawa delay rata-rata dari jaringan
IPTV meningkat lebih cepat dibandingkan delay rata-rata pada traffic 1 Mbps –
40 Mbps.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jaringan IPTV yang dibuat
mempunyai kemampuan terbaik dalam segi delay rata-rata sampai dengan traffic
40 Mbps dengan nilai packet loss rata-rata 0,221 %. Jika melebihi traffic 40 Mbps
maka delay rata-rata akan sangat meningkat tajam.
Berdasarkan dokumen Focus Group ITU-T untuk IPTV, nilai packet loss
yang dialami oleh paket IPTV pada skenario 2 untuk traffic mulai dari 1 mbps
sampai dengan 35 mbps masih memenuhi syarat karena nilainya masih < 1 %.
Sedangkan untuk traffic mulai dari 40 mbps sampai 45 mbps, nilai packet loss
yang dialami oleh paket IPTV sudah tidak memenuhi syarat karena nilainya > 1
%.
95
6.2.3.3 Packet loss Skenario 3
Skenario 3 merupakan skenario menggunakan routing dinamis OSPF. Data-
data untuk jitter skenario 3 ini didapat dengan mengatur traffic jaringan,
kemudian dilakukan pengukuran jitter yang didapat dari software D-ITGGUI.
Pengambilan data dilakukan 3 kali untuk traffic tertentu untuk kemudian diambil
rata-ratanya yang ditampilkan pada tabel 6.11. Tabel 6.11 Packet Loss Rata-rata Skenario 3
NO TRAFFIC (kbps) PACKET LOSS (%)
1 1000 0,002
2 2000 0,002
3 3000 0,004
4 4000 0,006
5 5000 0,008
6 10000 0,010
7 15000 0,014
8 20000 0,014
9 25000 0,016
10 30000 0,070
11 35000 0,098
12 40000 1,312
13 41000 2,149
14 42000 5,467
15 43000 8,863
16 44000 10,192
17 45000 12,942
96
Dari data tersebut dapat diperoleh grafik 6.11 berikut ini
Grafik 6.11 Packet Loss Rata-rata Skenario 3
Berdasarkan hasil percobaan pada grafik 6.11, dapat dilihat bahwa untuk
beban traffic yang kecil, jitter rata-rata yang dialami oleh paket IPTV masih
relatif rendah. Namun setelah beban traffic ditambahkan secara bertahap, dapat
dilihat bahwa packet loss rata-rata yang dialami oleh paket IPTV akan mengalami
kenaikan. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan pada traffic 1 Mbps
sampai dengan 45 Mbps.
Pada traffic 1 Mbps sampai 5 Mbps, kenaikan traffic untuk tiap pengambilan
data adalah sebesar 1 Mbps. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa kenaikan
traffic pada jaringan IPTV sama dengan kenaikan jumlah pelanggan yang
mengakses IPTV.
Setelah dilakukan pengambilan data, ternyata untuk traffic 1 Mbps sampai 5
Mbps, kenaikan jitter tidak menunjukkan nilai yang signifikan dan film yang
diputar masih baik dalam segi kualitas. Untuk itu, setelah traffic 5 Mbps, rentang
kenaikan traffic dirubah menjadi tiap 5 Mbps.
Pada traffic 45 Mbps, film yang diputar mengalami gangguan yang ditandai
dengan lag dan gambar yang memburuk. Pada traffic ini juga terjadi kenaikan
jitter yang cukup tinggi yaitu dari 1,312 % menjadi 12,942 %. Untuk mengetahui
0,0002,0004,0006,0008,000
10,00012,00014,000
Pac
ket
Loss
(%
)
Network Traffic (kbps)
Packet Loss Skenario 3
Packet Loss
97
trend kenaikan delay, rentang pengambilan data dirubah kembali menjadi setiap 1
Mbps. Setelah dilakukan pengujian kembali, dengan perubahan traffic sebesar 1
Mbps dimulai pada traffic 40 Mbps, maka dapat diperoleh data seperti pada tabel
6.11. Pada rentang traffic tersebut terlihat bahawa delay rata-rata dari jaringan
IPTV meningkat lebih cepat dibandingkan delay rata-rata pada traffic 1 Mbps –
40 Mbps.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jaringan IPTV yang dibuat
mempunyai kemampuan terbaik dalam segi delay rata-rata sampai dengan traffic
40 Mbps dengan nilai packet loss rata-rata 0,130 %. Jika melebihi traffic 40 Mbps
maka delay rata-rata akan sangat meningkat tajam.
Berdasarkan dokumen Focus Group ITU-T untuk IPTV, nilai packet loss
yang dialami oleh paket IPTV pada skenario 3 untuk traffic mulai dari 1 mbps
sampai dengan 35 mbps masih memenuhi syarat karena nilainya masih < 1 %.
Sedangkan untuk traffic mulai dari 40 mbps sampai 45 mbps, nilai packet loss
yang dialami oleh paket IPTV sudah tidak memenuhi syarat karena nilainya > 1 %
98
6.2.3.4 Analisis dan Perbandingan Packet loss
Packet loss dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Tabel 6.12 Perbandingan Packet Loss Antara Routing Statis dan Dinamis OSPF
Traffic Packet Loss
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
kbps % Kriteria % Kriteria % Kriteria
1000 0,002 passed 0,003 passed 0,002 passed
2000 0,002 passed 0,004 passed 0,002 passed
3000 0,003 passed 0,004 passed 0,004 passed
4000 0,006 passed 0,006 passed 0,006 passed
5000 0,007 passed 0,009 passed 0,008 passed
10000 0,009 passed 0,017 passed 0,010 passed
15000 0,014 passed 0,018 passed 0,014 passed
20000 0,014 passed 0,019 passed 0,014 passed
25000 0,014 passed 0,061 passed 0,016 passed
30000 0,069 passed 0,074 passed 0,070 passed
35000 0,070 passed 0,103 passed 0,098 passed
40000 1,209 failed 2,335 failed 1,312 failed
41000 1,859 failed 3,251 failed 2,149 failed
42000 4,401 failed 6,326 failed 5,467 failed
43000 8,102 failed 10,186 failed 8,863 failed
44000 9,298 failed 12,824 failed 10,192 failed
45000 11,721 failed 14,048 failed 12,942 failed
*Passed = memenuhi syarat
*Failed = tidak memenuhi syarat
Tabel 6.12 di atas adalah perbandingan packet loss antara skenario 1, 2,
dan 3. Nilai packet loss pada skenario 3 (routing dinamis OSPF) lebih besar
dibandingkan dengan skenario 1 (routing statis melewati 3 router) karena pada
routing dinamis OSPF, router bekerja terlalu sibuk untuk menentukan rute pada
jalur yang sangat padat trafficnya. Sedangkan pada routing statis, rute saudah
ditentukan terlebih dahulu sehingga tidak terlalu membebani kerja router.
99
Walaupun begitu, pada traffic yang sangat padat packet loss akan terjadi juga.
Sedangkan jika skenario 2 dan skenario 3 dibandingkan, maka dapat dilihat bahwa
skenario 3 (routing dinamis OSPF) memberikan nilai packet loss yang lebih kecil
dibandingkan dengan skenario 2 (routing statis dengan melewati 4 router). Hal ini
menandakan bahwa routing statis jika tidak dilakukan dengan cermat akan
menghasilkan nilai jitter yang lebih besar dibandingkan routing dinamis karena
jalur yang dilalui bukanlah jalur terpendek
Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket data mencapai
tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan, dapat disebabkan oleh
beberapa kemungkinkan, di antaranya yaitu:
a) Terjadinya overload traffic didalam jaringan,
b) Tabrakan (congestion) dalam jaringan,
c) Error yang terjadi pada media fisik,
d) Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa disebabkan karena
overflow yang terjadi pada buffer.
Packet loss dapat juga timbul karena adanya permasalahan di perangkat-
perangakat jaringan seperti router yang terlalu sibuk, jalur komunikasi yang
terlalu padat penggunanya.
Selain itu, Time-to-live juga berpengaruh kepada besarnya. Setiap IP
header yang membungkus header RTP dan payload dalam satu paket menentukan
masa hidup paket. Walaupun paket telah sampai di client namun bila time-to-live
paket tersebut telah terlewati maka paket itu akan di-drop.
100
Jika digambarkan grafik perbandingannya, maka akan muncul:
Grafik 6.12 Perbandingan Packet Loss Routing Statis dan Dinamis OSPF
Grafik 6.12 di atas merupakan grafik perbandingan packet loss
antara skenario 1, 2, dan 3.
6.2.4 Pembahasan Akhir
Dari pembahasan tentang Quality of Service (QoS) di atas, dapat dilihat
bahwa QoS pada traffic 1Mbps sampai dengan 35 Mbps, jaringan IPTV masih
memenuhi standar QoS yang ditetepkan oleh ITU-T. Pada traffic 40 Mbps, QoS
sudah tidak memenuhi syarat dari ITU-T lagi karena ada salah satu parameter
yang sudah melampaui batas, yaitu packet loss. Packet loss pada traffic 40 Mbps
sudah tidak memenuhi syarat lagi karena nilainya sudah melebihi 1% untuk ketiga
skenario yang diuji.
Sedangkan jika dilihat dari nilai jitter, QoS jaringan IPTV masih
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh ITU-T sampai dengan traffic 42 Mbps.
Setelah traffic meningkat menjadi 43 Mbps, nilai jitter yang didapat menjadi lebih
besar dari 50 ms untuk ketiga skenario yang diuji.
Namun jika dilihat dari nilai delay, sampai dengan 45 Mbps, QoS jaringan
IPTV masih memenuhi syarat yang ditetapkan oleh ITU-T karena nilainya masih
0,000
5,000
10,000
15,000
Pac
ket
Loss
(%
)
Network Traffic (kbps)
Perbandingan Packet Loss
Packet Loss Skenario 3 Packet Loss Skenario 1
Packet Loss Skenario 2
101
berada di bawah 200 ms. Hal tersebut karena node jaringan yang relatif sedikit
yaitu maksimum hanya empat router sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
mentransfer paket video dari server kepada user menjadi sangat kecil. Pada
penelitian ini maksimum delaynya adalah 85,318 ms pada saat implementasi
routing statis via empat router.
Jika diamati secara kualitatif, tayangan IPTV masih terlihat sangat baik
pada traffic di bawah 41 Mbps. Setelah traffic mencapai 41 Mbps, tayangan IPTV
mulai mengalami penurunan kualitas. Ditandai dengan adanya kerusakan gambar
yang terjadi dan ketidaksesuaian (asinkron) antara gambar dan suara yang
dihasilkan. Bahkan ketika traffic mulai mendekati nilai 45 Mbps, layanan VoD
yang diakes pun menjadi berhenti. Artinya paket video yang dikirmkan
mengalami gangguan di jaringan.
Hal tersebut dapat terjadi karena kapasitas link pada implementasi jaringan
IPTV adalah terbatas. Kapasitas maksimum link yang dipakai adalah 100 Mbps.
Jika mempertimbangkan berbagai faktor yaitu jenis bahan kabel yang dipakai,
kemampuan PC-Router, traffic background, kongesti, time to live maupun besar
paket video yang dikirimkan, maka hal tersebut akan mengurangi nilai kapasitas
bandwidth yang bisa dipakai oleh layanan IPTV. Pada jaringan ini kapasitas
maksimum jaringan IPTV agar QoS dari layanan IPTV masih berada dalam
standard ITU-T adalah sekitar 35 Mbps. Namun jika hanya dilihat dari segi
kualitas gambar kapsitasnya bisa mencapai 42 Mbps.
Dilihat dari routing yang dipakai, penggunaan routing dinamis pada jaringan
IPTV tidak terlalu berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas IPTV. Hal
tersebut dapat dilihat dari perbandingan QoS pada routing statis dan dinamis. Hal
tersebut terjadi karena skala jaringan yang cukup kecil yaitu hanya mempunyai
empat router. Sehingga protokol OSPF masih mampu bekerja secara optimal.