bab vi konsep perancangan -...

17
69 BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Pengertian Umum Konsep Perancangan Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis Konsep perancangan terminal penumpang kapal laut (TPKL) ini merupakan sebuah konsep perwakilan prinsip dari pendekatan dekonstruksi yang diaplikasikan pada TPKL. Konsep trans programming yang digunakan secara spesifik merupakan tanggapan terhadap problem yang ada untuk kemudian menemukan desain yang atraktif, impresif sekaligus ikonik. Perwujudan trans programming sendiri dapat tercapai melalui beberapa metoda dekonstruksi. Adapun metoda terpilih dalam konsep ini adalah differeals of meaning, instability dan discontinuity.

Upload: buianh

Post on 16-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

69

BAB VI

KONSEP PERANCANGAN

6.1 Pengertian Umum Konsep Perancangan

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep

Sumber : Analisa Penulis

Konsep perancangan terminal penumpang kapal laut (TPKL) ini

merupakan sebuah konsep perwakilan prinsip dari pendekatan

dekonstruksi yang diaplikasikan pada TPKL. Konsep trans programming

yang digunakan secara spesifik merupakan tanggapan terhadap problem

yang ada untuk kemudian menemukan desain yang atraktif, impresif

sekaligus ikonik. Perwujudan trans programming sendiri dapat tercapai

melalui beberapa metoda dekonstruksi. Adapun metoda terpilih dalam

konsep ini adalah differeals of meaning, instability dan discontinuity.

70

Tabel 6.1 Penjabaran Konsep

KONSEP MAKRO KONSEP MESSO KONSEP MIKRO

Perancangan Terminal

Penumpang Kapal Laut

yang mengubah

paradigma masyarakat

Konteks dekonstruksi

pada TPKL terkait

kawasan pelabuhan

- Perubahan image

TPKL untuk mengubah

kesan kawasan

pelabuhan.

- Desain arsitektur yang

dekonstruktif dalam skala

kawasan pelabuhan

sehingga memberikan

impresi mendalam.

Konteks trans

programming dalam

program ruang TPKL

- Perancangan

arsitektur dengan metode

trans programming untuk

memberikan pengalaman

ruang impresif dan

fungsional.

- Arsitektur untuk

publik : peran TPKL

sebagai ruang publik

masyarakat.

Konteks tapak

- Perencanaan tapak

dalam studi dengan skala

perbandingan yang lebih

luas

- Perancangan TPKL

atraktif untuk

meningkatkan gairah

transportasi laut.

Sumber : Analisa Penulis

71

6.2 Konsep Makro

Secara makro perancangan terminal penumpang kapal laut (TPKL)

ini merupakan sebuah perwujudan perubahan untuk menggiatkan kembali

aktivitas transportasi kapal laut. Paradigma kurang baik yang melekat pada

kawasan pelabuhan dirubah melalui perancangan TPKL yang kontradiktif

dengan pandangan masyarakat selama ini sehingga menjadi fasilitas yang

fungsional sekaligus ruang publik atraktif bagi masyarakat.

6.3 Konsep Messo

Perancangan TPKL ini diproyeksikan ke dalam lingkup tapak

berupa kawasan tertata yang sedang mengalami pembangunan.

Pertimbangan pemilihan tapak ini adalah aksesibilitas masyarakat yang

telah mengenal tapak ini sebagai lokasi terminal penumpang. Selain itu,

berdasarkan masterplan kawasan pelabuhan Tanjung Emas,

pengembangan zona terminal penumpang berada pada tapak terpilih.

6.4 Konsep Mikro

Konsep mikro perancangan TPKL ini merupakan penerjemahan

konsep trans programming ke dalam berbagai aspek arsitektural mulai dari

studi massa, konfigurasi ruang maupun konsep formal lainnya. Hirarki

ruang dibaurkan melalui trans programming dengan mempertemukan dua

program ruang yang sangat berbeda menjadi satu bangunan yaitu terminal

penumpang dan taman publik. Pencapaian bangunan yang atraktif dan

impresif dibuat untuk memfasilitasi seluruh aktivitas dengan optimal

sekaligus membentuk ruang publik baru bagi masyarakat.

72

6.4.1. Penjabaran Konsep Dekonstruksi – Trans programming

Gambar 6.2 Penjabaran konsep trans programming

Sumber : Analisa Penulis

6.4.2. Konsep Organisasi Ruang & Layering

Perancangan organisasi ruang menggunakan metode discontinuity

memiliki implementasi berupa penyamaan hirarki antara ruang terminal

penumpang dan taman. Dalam merancang organisasi ruang ini, batas antara

ruang indoor dan outdoor akan dileburkan dengan keberadaan taman yang

menembus ruang tertutup pada massa-massa terpisah.

1. Zonasi

Pada konsep ini, hasil studi programatik yang telah dilakukan diolah

dengan penataan pada tapak. Implementasi dari pendekatan konsep trans

programming yang digunakan terlihat pada pengelompokkan ruangan yang

saling berinteraksi tanpa adanya hirarki tertentu. Adapun untuk zonasi pada site

dipengaruhi pula oleh faktor karakteristik aktivitas pada setiap zona serta

berbagai faktor lainnya.

A. Zonasi Vertikal

Dalam bentuk vertikal kebutuhan ruang akan tersusun secara

keseluruhan dengan perpaduan konfigurasi ruang sesuai kebutuhan. Melalui

metode trans programming, zonasi terbentuk melalui beberapa faktor tertentu

73

yang saling mendominasi. Faktor kelancaran sirkulasi menjadi aspek yang

dipertimbangkan untuk kemudian digabungkan dengan faktor besaran ruang dan

keterkaitan diantaranya.

Segala ruang akan saling terhubung dengan adanya area publik pada tiap

levelnya sehingga membaurkan hirarki utama yang ada namun tetap membagi

zonasi dengan tatanan rapi.

Gambar 6.3 Diagram organisasi ruang secara vertikal

Sumber : Analisa Penulis

B. Zonasi Horizontal

Untuk zonasi horizontal, faktor privasi dalam keterkaitannya dengan faktor

sirkulasi menjadi aspek-aspek yang diperhatikan. Zona dibedakan menjadi zona

publik, penumpang (semi publik) dan pengelola (servis). Pada zona publik dan

semi publik saling tumpang tindih dengan keberadaan taman sebagai

penghubung (connector) karakteristik ruang-ruang pada zona ini.

Gambar 6.4 Pembagian ruang berdasarkan sifat

Sumber : Analisa Penulis

74

Gambar 6.5 Skema zonasi horizontal

Sumber : Analisa Penulis

2. Hubungan Ruang

Ruang-ruang saling terintegrasi dengan karakteristik yang berbeda

dihubungkan dengan taman sebagai pembaur batas zonasi yang diterapkan.

Taman sebagai ruang terbuka memberikan transparansi sifat bangunan terminal

penumpang yang selama ini solid dan tertutup sehingga menimbulkan intimidasi

bagi penggunanya maupun individu di sekitarnya. Fleksibilitas sifat ruang ini

kemudian mendekonstruksi pandangan masyarakat pada umumnya terhadap

terminal penumpang.

75

Gambar 6.6 Hubungan ruang lantai 1 dan 2

Sumber : Analisa Penulis

Pada lantai satu, merupakan zona dengan aktivitas terpadat dengan

keberadaan ruang debarkasi dan embarkasi yang saling terhubung ke lantai dua.

Terdapat pula beberapa area komersil dan fasilitas penunjang seperti tour agent

dan penjualan souvenir khas Semarang. Hall umum yang berada di tengah dan

salah satu titik pandang utama pengguna bangunan merupakan konektor ke

segala ruangan pada lantai satu. Secara keseluruhan area lantai satu dirancang

lebih terbuka dan memberi pandangan luas bagi pengguna bangunan.

Lantai dua merupakan zona aktivitas yang mirip dengan lantai satu.

Perbedaannya adalah keberadaan taman publik yang terintegrasi dengan hall

umum di lantai satu yang menjadi titik pandang utama pada zona ini. Ruang

tunggu penumpang embarkasi terdapat di lantai dua untuk menyesuaikan

dengan ketinggian kapal penumpang saat proses masuknya penumpang ke

dalam kapal.

76

Gambar 6.7 Hubungan ruang lantai 3

Sumber : Analisa Penulis

Pada lantai tiga terdapat area komersil yang terintegrasi dengan taman

publik. Area ini merupakan zona rekreatif yang menjadi peluang bisnis bagi

masyarakat sekitar terminal penumpang. Area komersial dibagi menjadi dua yaitu

untuk franchise dan untuk bisnis masyarakat sekitar. Di lantai ini, rancangan tiap

ruang dibuat semi terbuka dengan pandangan ke taman publik dan aktivitas

sekitar pelabuhan.

3. Integrasi Antar Ruang

Sebagai implementasi konsep trans programming pada terminal

penumpang yang menonjolkan interaksi antara aktivitas dengan bentuk ruang

yang berbeda secara kontras, intergrasi antar ruang dibuat agar setiap ruang

dapat saling terbuka dan berinteraksi secara visual. Taman publik sebagai open

space dijadikan sebagai “media integrasi” setiap ruang pada terminal

penumpang yang selama ini cenderung tersekat-sekat dan terpisah. Dinding

partisi dengan material kaca digunakan agar tidak menghalangi pandangan

77

manusia dari dalam bangunan kearah taman maupun sebaliknya. Karakter

transparan antar ruang yang tercipta oleh integrasi ruang ini akan menguatkan

implementasi konsep trans programming pada bangunan.

Gambar 6.8 Intergrasi ruang yang fluid

Sumber : Analisa Penulis

Adapun sebagai pembeda jenis ruang yang terikat dalam satu ruang

dapat menggunakan variasi skala ruang, material yang digunakan dalam ruang

hingga warna nuansa dalam ruang. Persepsi manusia terhadap masing-masing

ruang dimanfaatkan sebagai sarana pemberi impresi dan atraksi sehingga

meninggalkan kesan yang kuat bagi pengguna bangunan.

Perpindahan antar ruang dirancang fluid dan dinamis hingga memberikan

impresi tidak terasanya perpindahan antar ruang karena aliran ruang yang unik.

6.4.3. Konsep Tata Massa Ruang & Bangunan

Pada konsep tata massa ruang dan bangunan dirancang menggunakan

metode differeals of meaning. Melalui metode ini makna simbolis terminal

penumpang yang mewakili image pelabuhan dileburkan sehingga fungsi taman

di dalamnya tidak terlihat jelas.

78

1. Massa Bangunan

Massa bangunan dirancang berupa beberapa massa yang terpisah yang

memainkan ketinggian bangunan dengan bentuk yang fluid geometrikal serta

penghijauan taman memberi konektivitas bangunan. Massa bangunan di satu

sisi dirancang masif tertutup namun dengan adanya taman massa bangunan

terlihat lebih terbuka dan transparan sehingga memiliki kesan “mengajak” yang

lebih atraktif pada masyarakat.

Gambar 6.9 Konsep massa bangunan

Sumber : Analisa Penulis

Gambar 6.10 Skema massa bangunan

Sumber : Analisa Penulis

79

2. Fasad

Bangunan memiliki dua muka kearah barat dan timur dengan dominasi

fasad yang lebih memanjang sehingga perlu perhatian khusus. Massa

bangunan yang tidak biasa telah membentuk fasad berkarakter bagi bangunan.

Menyikapi melimpahnya cahaya matahari yang akan menyorot ke dalam

bangunan dan akan mempengaruhi suhu ruangan, permainan fasad berupa

paduan solid void double shading diperlukan. Fasad semacam ini dirancang

sebagai paduan antara vegetasi dan material solid seperti baja ekspos dan

kayu.

3. Ruang

Konsep ruang menyatukan antara open space dari teman dengan ruang

tertutup terminal penumpang. Taman dirancang sebagai konektor kawasan

secara keseluruhan sekaligus “menembus” ruang sehingga memberi sifat

berkesinambungan antar bangunan yang terpisah.

Gambar 6.11 Skema trans programming taman dalam bangunan

Sumber : Analisa Penulis

80

6.4.4. Konsep Sirkulasi

Metode discontinuity yang diaplikasikan pada perancangan sirkulasi

kawasan ini ditunjukkan dengan hanya ada satu akses sebagai pintu utama

untuk menuju ke pusat aktivitas kawasan. Hal ini merupakan implementasi

prinsip hirarki yang sama yang ada dari metode discontinuity.

1. Sirkulasi Eksternal/Pencapaian Bangunan

Site berada di dalam kompleks Pelabuhan Tanjung Emas dan berada di

barat laut dari arah pintu masuk utama kompleks pelabuhan. Secara spesifik,

pintu masuk terminal penumpang berada di arah barat laut dari jalan primer

kompleks pelabuhan yang langsung menuju ke arah area parkir.

Aksesibilitas ke dalam kawasan terminal penumpang ini cukup mudah

dan efisien menyesuaikan pula dengan master plan kompleks pelabuhan secara

keseluruhan. Pengkondisian akses dibagi menjadi akses utama drop off bagi

pengunjung maupun akses langsung ke area parkir yang ditemui sebelum

sampai ke area drop off.

Gambar 6.12 Skema pencapaian drop off dari pintu sekunder

Sumber : Analisa Penulis

81

Gambar 6.13 Skema pencapaian drop off melalui parkir

Sumber : Analisa Penulis

2. Parkir

Area parkir berada di selatan bangunan terminal penumpang

menyesuaikan dengan kondisi eksisting. Berdasarkan hasil analisa dengan

asumsi jumlah pengunjung secara bersamaan berkisar 500 orang, jumlah mobil

yang muat ditampung mencapai 70 unit dan motor berjumlah 25 unit.

Gambar 6.14 Skema pencapaian parkir dari pintu utama

Sumber : Analisa Penulis

82

3. Sirkulasi Internal Bangunan

Melalui pendekatan trans programming, sirkulasi ruang dalam bangunan

dirancang fleksibel dan membaur antara tiap zona namun tetap memiliki sirkulasi

sendiri bagi penumpang, pengunjung umum dan pengelola. Sirkulasi yang

fleksibel ini lebih baik untuk memberikan keleluasaan bagi para pengunjung

untuk beraktivitas dan berinteraksi dalam terminal penumpang. Untuk sirkulasi

vertikal menggunakan tangga dan eskalator.

Akses masuk dan keluar dibuat lebih menyebar pada terminal

penumpang untuk menciptakan sifat keterbukaan. Untuk akses penumpang lebih

spesifik dan khusus hanya pada titik tertentu.

6.4.5. Konsep Lansekap

Pada perancangan lansekap, konsep dekonstruksi dengan metode

instability diterjemahkan sebagai lansekap yang tumpang tindih pada bangunan.

Olahan lansekap yang selama ini seringkali menjadi bagian luar dari fisik utama

bangunan, didekonstruksi dengan memasukkannya ke dalam bangunan yang

mempengaruhi tampak bangunan maupun aspek lainnya. Pengolahan lansekap

semacam ini merupakan usaha untuk menciptakan view positif dalam site yang

tidak monoton dan eye catching.

Beberapa jenis elemen yang dimasukkan pada desain lansekap antara

lain :

1. Vegetasi

Vegetasi dimanfaatkan untuk berbagai fungsi dalam terminal penumpang.

Selain sebagai elemen peneduh, vegetasi dapat dijadikan elemen estetis dalam

bangunan. Adapun vegetasi berupa rerumputan pendek dapat digunakan

sebagai pembentuk path sirkulasi pengguna banguna. Vegetasi semak dengan

ketinggian sedang menjadi pembentuk pola meeting point area.

83

Gambar 6.15 Rumput sebagai pembentuk path sirkulasi

Sumber : http://anglotopia.wpengine.netdna-cdn.com diakses 15 Desember 2014 pukul

14.56

2. Air

Elemen air sebagai pembentuk dinamisme ruang menjadi focal point.

Dengan pencitraan ekstra akan memberikan efek natural pada bangunan

sekaligus daya tarik bagi bangunan.

3. Park furniture

Gambar 6.16 Outdoor furniture

Sumber : http://monmouthcountyparks.com diakses 15 Desember 2014 pukul 15.13

Keberadaan taman dalam bangunan tidak hanya dihadirkan melalui

adanya tanaman saja namun furnitur pelengkap agar taman dapat berfungsi

dengan optimal. Furnitur taman diwujudkan dalam bentuk kursi dan meja outdoor

kemudian water tap dan juga sculpture.

84

6.4.6. Konsep Sistem Bangunan

6.4.6.1. Pencahayaan

Sistem pencahayaan yang digunakan pada bangunan TPKL ini adalah

pencahayaan alami dan buatan yang menyesuaikan dengan kebutuhan, fungsi

serta pengguna ruang tersebut dengan menggunakan metode instability.

Keberadaan taman publik dengan vegetasi yang membutuhkan sinar

matahari alami juga mendukung pentingnya pencahayaan alami pada bangunan.

Melalui perpaduan konfigurasi ruang tertutup (terminal penumpang) dan terbuka

(taman publik) dapat dimanfaatkan sebagai massa ruang yang unik dengan

permainan cahaya alami melalui rancangan bukaan yang atraktif sehingga

masuknya cahaya ke dalam bangunan menjadi poin menarik. Bukaan berupa

jendela maupun ceiling dengan bentuk agresif sehingga tidak hanya menarik

perhatian secara solid namun juga secara void.

Pencahayaan artifisial diaplikasikan pada seluruh ruangan dalam

bangunan yang tentunya membutuhkan pencahayaan yang optimal untuk

efisiensi aktivitas di dalamnya. Selain itu, pencahayaan pada eksterior bangunan

terminal secara artifisial dilakukan untuk memberikan impresi megah dan unik

pada bangunan sehingga menambah keindahan dan keanekaragaman

pemandangan kota di malam hari.

6.4.6.2. Penghawaan

1. Cross Ventilation

Sistem penghawaan alami yang dapat diterapkan adalah sistem cross

ventilation. Penerapan konsep dapaat dilakukan dengan membuat bukaan-

bukaan pada ruang-ruang yang saling berhadapan sehingga aliran udara alami

akan saling bertukar melalui bukaan ini. Ruangan-ruangan yang menggunakan

penghawaan alami ini adalah hall umum, toko-toko kecil dan toilet.

2. Air Conditioner (AC)

Untuk penghawaan buatan digunakan untuk ruang-ruang yang

membutuhkan pengkondisian suhu yang khusus. Pada terminal penumpang ini,

ruangan yang menggunakan penghawaan buatan antara lain : ruang tunggu

penumpang, ruang pengelola, kantor pengelola, ruang mekanikal.

6.4.6.3. Persyaratan ruang

85

Tabel 6.2 Persyaratan Ruang

Nama Ruang

Persyaratan Ruang

Penghawaan Pencahayaan

Alami Buatan Alami Buatan

Pelayanan Umum

Hall umum o

o o

Lobby embarkasi

o

o

Hall debarkasi

o

o

Ruang tunggu penumpang

embarkasi o o o

Ruang tunggu pengantar &

penjemput o o o

Ruang penumpang debarkasi

o o o

Ruang kontrol peron

o

o

Lavatory o o o o

Pelayanan Khusus

Gudang o

o

Lavatory o o

o

Ruang Anak Buah Kapal

o

o

Ruang Buruh Angkut

o

o

Loker

o

o

Pantry

o

o

Ruang ME

o

o

Ruang Rapat

o

o

Pengelola

Kantor

o

o

Ruang Ibadah

o o o

Lavatory o o

o

Penunjang

Pusat Informasi

o o o

Pertokoan o o

o

Resto

o o o

Toilet o o

o

ATM

o

o

Musholla o

o

Taman Publik

Taman o

o o

Sumber : Analisa Penulis