bab1,bab2,bab2,ringkasan,daftar pustaka
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Andrographis paniculata (Sambiloto) merupakan tumbuhan berkhasiat obat
berupa terna tegak yang tingginya bisa mencapai 90 sentimeter. Asalnya diduga dari
Asia tropika. Penyebarannya dari India meluas ke selatan sampai di Siam, ke timur
sampai semenanjung Malaya, kemudian ditemukan Jawa. Tumbuh baik di dataran
rendah sampai ketinggian 700 meter dari permukaan laut. Sambiloto dapat tumbuh
baik pada curah hujan 2000-3000 mm/tahun dan suhu udara 25-32 derajat Celcius.
Kelembaban yang dibutuhkan termasuk sedang, yaitu 70-90% dengan penyinaran
agak lama. Nama daerah untuk sambiloto antara lain: sambilata (Melayu); ampadu
tanah (Sumatera Barat), sambiloto, ki pait, bidara, andiloto (Jawa Tengah); ki oray
(Sunda), pepaitan (Madura), sedangkan nama asingnya Chuan xin lien (Cina)
(Mahendra, 2005).
Andrographis paniculata tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi
sungai, tanah kosong yang agak lernbab, atau di pekarangan. Terna semusim, tinggi
50 - 90 cm, batang disertai banyak cabang berbentuk segi empat (kuadrangularis)
dengan nodus yang membesar. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan
bersilang, bentuk lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas
hijau tua, bagian bawah hijau muda, panjang 2 - 8 cm, lebar 1 - 3 cm. Perbungaan
rasemosa yang bercabang membentuk malai, keluar dari. ujung batang atau ketiak
1
daun. Bunga berbibir berbentuk tabung kecil- kecil, warnanya putih bernoda ungu.
Buah kapsul berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan
ujung tajam, bila masak akan pecah mernbujur menjadi 4 keping biji gepeng, kecil-
kecil, warnanya cokelat muda. Perbanyakan dengan biji atau setek batang
(Tjitrosoepomo, 2004)
Andrographis paniculata biasanya digunakan sebagai tanaman obat. Tanaman
ini dijuluki “King of Bitter” karena mempunyai berbagai khasiat seperti antiinflamasi,
antiseptik, antidiabetik, dan hepatoprotektor (Wijayakusuma, 1993). Selain itu, An-
drographis paniculata diyakini mempunyai potensi sebagai antihelmik. Pada beber-
apa penelitian, sambiloto dapat membunuh Brugia malayi (Sari, 2008), cacing tanah
pheretima posthuma (Siddharta, 2010), dan nematode Pratylenchus vulnus (Ferris
dan Zheng, 1999).
Sambiloto berfungsi sebagai antihelmik karena mengandung saponin, tannin
dan andrografolid (Raj, 1975). Saponin merupakan zat toksin alamiah yang banyak
terdapat di tumbuhan.Sambiloto berpotensi sebagai antihelmintik karena mengandung
saponin, tannin, dan andrografolid yang terdapat pada daun (Raj, 1975). Saponin
merupakan zat toksik alamiah yang banyak terdapat dalam tumbuhan. Zat ini bersifat
toksik pada Ascaris sp, karena dapat menurunkan tegangan permukaan membrab
dinding sel serta menghambat enzim asetilkolinesterase sehingga dapat menimbulkan
paralisis pada cacing. Walaupun demikian, saponin tidak berbahaya bagi manusia
2
dikarenakan berat molekulnya terlalu besar untuk diabsorbsi usus manusia (Satri-
awan, 2009).
Tannin yang merupakan zat utama dalam teh, juga dapat ditemukan dalam
Andrographis paniculata dalam jumlah sedikit. Sambiloto juga mengandung andro-
grafolid yang merupakan hepatoprotektif dan renoprotektif dalam jumlah yang
berlimpah sehingga aman dikonsumsi oleh pasien yang mempunyai kelainan hati dan
ginjal (Singh, 2009). Kandungan kimia lain yang terdapat pada daun dan batang
adalah laktone, panikulin, halmegin dan hablur kuning yang memiliki ras pahit (Yus-
ron, 2005).
Secara tradisional, sambiloto telah dipergunakan akibat gigitan ular atau
serangga, demam, disentri, rematik, TBC, dan lain-lain. Sambiloto juga dimanfaatkan
untuk antimikroba, anti hyper-glemik, anti sesak napas dan untuk memperbaiki fungsi
hati. Mengingat kandungan dan fungsi tanaman tersebut, sambiloto banyak diteliti
untik dikembangkan sebagai bahan baku obat modern, diantaranya pemanfaatan sam-
biloto sebagai obat HIV dan kanker (Syukur, 2002).
Seluruh bagian tanaman sambiloto mulai dari daun, bunga, buah, batang
hingga akar dapat dimanfaatkan sebagai obat. Cara penggunaan paling umum adalah
berupa rebusan atau seduhan daun sambiloto segar atau kering. Kini sambiloto juga
dapat diminum dalam bentuk kapsul dan pil (Yusron, 2005). Dibandingkan dengan
obat sintesis, sambiloto mempunyai berbagai kelebihan. Herba liar ini tumbuh secara
kosmopolit pada berbagai ketinggian sehingga mudah dan murah untuk didapat serta
dibudidayakan (Syukur, 2002).
3
BAB II
DETERMINASI DAN KLASIFIKASI
A. Determinasi
1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14b-16a (Golongan 10)
239b-243b-244b-248b-249b-250b-266b-267b-273b-276b-278b-279b-282b-
283b-284b-285b Famili Acanthaceae
(Stenis, 1983)
B. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnolipsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata
(Anonim, 2011)
4
BAB III
HABIBATIO
A. Habitus
Andrographis berasal dari tanaman Andrographis paniculata, tanaman
bunga dari famili Acanthaceae. Tanaman ini hidup sepanjang tahun dan bisa
tumbuh hingga tinggi 50cm-90cm.
Batang sambiloto berkayu, berpangkal bulat, berbentuk segi empat
saat muda dan bulat setelah tua, percabangan monopodial, dan berwarna hijau.
Daun kecil-kecil berbentuk lanset, pangkal rata, permukaan berwarna hijau
tua, tepi tidak bergerigi. Bunga berwarna putih kekuningan dan bertangkai.
Buah berbentuk jorong kecil, bila tua akan pecah menjadi 4 keping. Bunganya
berwarna putih atau ungu dan berbunga sepanjang tahun. Buah yang di-
hasilkan berbentuk memanjang sampai jorong, sedang bijinya berbentuk
gepeng (Syukur dan Hernani, 2002)
B. Habitat
Andrographis paniculata (Sambiloto) merupakan tumbuhan berkhasiat
obat berupa terna tegak yang tingginya bisa mencapai 90 sentimeter. Asalnya
diduga dari Asia tropika. Penyebarannya dari India meluas ke selatan sampai
5
di Siam, ke timur sampai semenanjung Malaya, kemudian ditemukan Jawa.
Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter dari permukaan
laut. Sambiloto dapat tumbuh baik pada curah hujan 2000-3000 mm/tahun
dan suhu udara 25-32 derajat Celcius. Kelembaban yang dibutuhkan termasuk
sedang, yaitu 70-90% dengan penyinaran agak lama (Mahendra, 2005).
Andrographis paniculata (Sambiloto) merupakan tumbuhan berkhasiat
obat berupa terna tegak yang tingginya bisa mencapai 90 sentimeter. Asalnya
diduga dari Asia tropika. (Syukur,2002). Pada umumnya Andrographis panic-
ulata berkembang baik dengan biji dan stek batang (Yusron, 2005).
6
BAB IV
DESKRIPTIO
1. Organa Nutritiva
1.1 Akar (Radix)
Akar berbentuk akar tunggang yang terbentuk dari akar lembaga yang
tumbuh terus –menerus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang.
Tampak dari luar akar brwarna kecoklatan dan berwarna putih pada
bagian dalamnya. Bagian-bagian akar yang di miliki secara lengkap, akar
tidak mengalami modifikasi tertentu menjadi umbi atau tempat penyim-
panan cadangan makanan. Akar-akar ini mempunyai cabang serta memi-
liki serabut akar (fibritato radicalis), dan bulu akar (radix lateralis)
(Heyne, 1987).
1.2 Batang (Caulis)
Batang Andrographis paniculata kecil dengan diameter 2mm - 6mm.
Batang sambiloto berkayu dan tak berambut, berpangkal bulat, berbentuk
segi empat saat muda dan bulat setelah tua. Memiliki percabangan
monopodial dan berwarna hijau dengan arah tumbuh tegak. Batang bagian
atas seringkali dengan sudut agak berusuk (Tjiptrosoepomo, 2004).
7
1.3 Daun (Folium)
Daun sambiloto (Andrographis paniculata) termasuk daun bersilang-
berhadapan (folia opposita) dan umumnya terlepas dari batang. Bentuk
daun lanset sampai bentuk lidah tombak dengan panjang 2 cm sampai 7
cm dan lebar 1 cm sampai 3 cm. Daun tidak berambut, permukaan daun
berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan dan permukaan bawah daun
berwarna hijau coklat. Pangkal daun runcing dengan ujung meruncing,
berdaging daun rapuh tipis, tepi daun rata, tangkai daun pendek dan bertu-
lang daun menyirip (Heyne, 1987).
2. Organa Reproduktiva
2.1 Bunga (Flos)
Bunga berwarna putih kekuningan dan bertangkai. Bunganya
berwarna putih atau ungu dan berbunga sepanjang tahun. Perbungaan
rasemosa yang bercabang membentuk malai, keluar dari. ujung batang
atau ketiak daun. Bunga berbibir berbentuk tabung;kecil- kecil, warnanya
putih bernoda ungu. Kelopak bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak, pan-
jang 3 mm sampai 4 mm, dan berambut. Daun mahkota berwarna putih
sampai keunguan (Asyhar, 2010).
8
2.2 Buah (Fruktus)
Buah berbentuk jorong, pangkal dan ujung tajam, panjang ± 2 cm,
lebar ± 4 mm, kadang – kadang pecah secara membujur menjadi 4
keping. Permukaan luar kulit buah berwarna hijau tua sampai hijau kecok-
latan, permukaan dalam berwarna putih atau putih kelabu (Tjitrisoepomo,
1996).
2.3 Biji (Semen)
Biji agak keras, panjang 1,5 mm sampai 3 mm, lebar ± 2 mm. Per-
mukaan luar berwarna coklat muda bertonjol – tonjol. Pada penampang
melintang biji terlihat endosperm berwarna kuning kecoklatan, lembaga
berwarna putih kekuningan (Sutjipto, 2001).
9
BAB V
RINGKASAN
Andrographis berasal dari tanaman Andrographis paniculata, tanaman
bunga dari famili Acanthaceae. Tanaman ini hidup sepanjang tahun dan bisa
tumbuh hingga tinggi 50cm-90cm.
Andrographis paniculata (Sambiloto) merupakan tumbuhan berkhasiat
obat berupa terna tegak yang tingginya bisa mencapai 90 sentimeter. Asalnya
diduga dari Asia tropika. Andrographis paniculata (Sambiloto) merupakan
tumbuhan berkhasiat obat berupa terna tegak yang tingginya bisa mencapai 90
sentimeter. Asalnya diduga dari Asia tropika.
Akar Andrographis paniculata berbentuk akar tunggang. Batang kecil
berkayu, berpangkal bulat, berbentuk segi empat saat muda dan bulat setelah
tua. Memiliki percabangan monopodial dan berwarna hijau dengan arah
tumbuh tegak. Daunnya termasuk daun bersilang-berhadapan (folia
opposita) dan umumnya terlepas dari batang. Bentuk daun lanset
dengan permukaan daun berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan
dan permukaan bawah daun berwarna hijau coklat.
Bunganya berwarna putih atau ungu dan berbunga sepanjang tahun. Per-
bungaan rasemosa yang bercabang membentuk malai, keluar dari. ujung
batang atau ketiak daun. Bunga berbibir berbentuk tabung kecil - kecil.
10
Kelopak bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak, panjang 3 mm sampai 4 mm
dan berambut. Buah berbentuk jorong, pangkal dan ujung tajam, pan-
jang ± 2 cm, lebar ± 4 mm. Permukaan luar kulit buah berwarna hijau
tua sampai hijau kecoklatan, permukaan dalam berwarna putih atau
putih kelabu. Biji agak keras, panjang 1,5 mm sampai 3 mm, lebar ± 2
mm. Permukaan luar berwarna coklat muda bertonjol – tonjol. Pada
penampang melintang biji terlihat endosperm berwarna kuning kecok-
latan, lembaga berwarna putih kekuningan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Klasifikasi Andrograhis paniculata. http:// plantamor.situs dunia
tumbuhan.html. diakses pada Minggu 26 Juni 2011.
Ashyar.2010. Sambiloto (Andrographis paniculata Burm.f Ness).http://ashyar
acarto.file. word press.the FANTASY.Geda_Gore.html. diakses pada Minggu,
26 Juni 2011.
Ferris H and Zheng L. 1999. Plant Sources of Chinese Herbal Remedies: Effects on
Pratylenchus vulnus and Meloidogyne javanica. Journal of Nematology
3(3):241-263.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta : Badan Litbang
Kehutanan.
Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Jakarta : Penebar Swadaya.
Raj RK. 1975. Screening of Indegenous Plants for Antihelmintic Action Against
Human Ascaris lumbricoides. Part—II. Indian J Phisiol Pharmacol; 19(1).
Sari, Astari P. 2008. Uji Makrofilariasidal Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis
paniculata) Terhadap Cacing Dewasa Brugia malayi secara in vitro.
Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi.
Satriawan, Angki H. 2009. Pengaruh Ekstrak Daun Dewa (Gynura pseudocina)
terhadap Kematian Cacing Ascaris suum secara in vitro. Universitas Islam
Sultan Agung. Skripsi.
12
Siddartha S, Archana M, Jinu J, Pradeep M. 2010. Antihelminthic Potential of
Andrographis paniculata, Cajanus Cajan and Silybum marianum. Pharm
Journal;2:6.
Singh P, Srivastava MM, Khemani LD. 2009. Renoprotective Effects of
Andrographis paniculata Ness in rats. Upsala Journal of Medical Sciences
114:1136-139.
Steenis, C.S.G.J.Van. 1983. Flora Determinasi Tumbuhan. Jakarta. Erlangga.
Sutjipto. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Yogyakarta. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan.
Syukur, C dan Hernani. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Jakarta. PT
Penebar Swadaya.
Tjitrosoepomo, G. 1996. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta. Gajah Mada University
Press.
Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta.
Gajah Mada University Press.
Wijayakusuma,Ph.D. 1993. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jakarta.
Pustaka Kartini.
Yusron M, Januwatu M, Pribadi E.R. 2005. Budidaya Tanaman Sambiloto. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatika.http://www.balittro.go.id.html. diakses pada selasa 28 Juni
2011.
13
14
LAMPIRAN
15
16
17