bab2 landasan teori
DESCRIPTION
laporan praktek kerja lapanganTRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Bodnar (2000 : 01) menyatakan bahwa sistem adalah suatu kumpulan sumber
daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Dapat adiartikan bahwa system
merupakan penunjang dalam pencapaian suatu tujuan.
James (2007 : 6), menyatakan bahwa sistem adalah kelompok dari dua atau lebih
komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama.
Setiap sistem akan lebih dapat dipahami jika dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terjadi
dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Dengan adanya sistem maka kegiatan operasional
perusahaan diharapkan berjalan lancar dan terkoordinir sehingga dapat mencapai hasil yang
diharapkan.
Menurut Mulyadi (2008 : 03), menyatakan bahwa sistem adalah jaringan prosedur yang
dibuat menurut pola terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Lebih lengkapnya
sistem dapat diartikan sebagai berikut :
a. Sistem terdiri dari unsur-unsur
b. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu dari sistem yang bersangkutan
c. Unsur-unsur sistem tersebut bekerjasama untuk mencapai tujuan sistem
Suatu sistem merupakan bagian dari sistem yang lainMenurut Mardi (2011 : 5)
menyatakan bahwa sistem merupakan satu kesatuan yang memiliki tujuan bersama dan memiliki
bagian-bagian yang saling berinteraksi satu sama lain dan sebuah sistem harus memiliki dua
kegiatan, pertama adanya masukan (input) yang merupakan sebagai sumber tenaga untuk dapat
beroperasinya sebuah sistem, kedua adanya kegiatan opersional (proses) yang mengubah
masukan menjadi keluaran (output) berupa hasil operasi (tujuan/sasaran/target pengoperasian
suatu sistem). Dengan adannya sistem semua kegiatan dapat terorganisasi karena adanya
pemisahan wewenang.
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur atau
elemen-elemen dari suatu kumpulan tertentu yang saling berhubungan dalam rangka mencapai
tujuan yang dilakukan perusahaan.
2.1.2 Karakteristik Sistem
Menurut Mulyadi ( 2008 : 7 ) karakteristik sistem terdiri dari :
1. Komponen Sistem ( Component)
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang saling bekerja sama
membentuk suatu komponen sistem atau bagian-bagian dari sistem.
2. Batasan Sistem ( Boundary )
Merupakan daerah yang membatasi suatu sistem dengan sistem yang lain atau dengan
lingkungan kerjanya.
3. Sub Sistem
Bagian-bagian dari sistem yang beraktivitas danberinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan dengan sasarn masing-masing.
4. Lingkungan Luar Sistem ( Environment )
Suatu sistem yang ada di luar batas sistem yang dipengaruhi oleh operasi sistem.
5. Penghubung Sistem ( Interface )
Media penghubung antara suatu subsistem dengan subsistem lain. Adanya penghubung ini
memungkinkan berbagai sumber daya mengalir dari suatu subsistem ke subsistem lainnya.
6. Masukan Sistem ( Input )
Energi yang masuk ke dalam sistem, berupa perawatan dan sinyal. Masukan perawatana adalah
energi yang dimasukan supaya sistem tersebut dapat berinteraksi.
7. Keluaran ( Output )
Hasil energi yang diolah dan di klasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa
pembuangan.
8. Pengolahan Sistem ( Process )
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan mengubah masukan menjadi
keluaran.
9. Sasaran Sistem ( Object )
Tujuan yang ingin dicapai oleh sistem, akan dikatakan berhasil apabila mengenai sasaran atau
tujuan.
2.2 Sistem Akuntansi
Menurut Mulyadi (2008 : 03) sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang
diciptakan untuk mengidentifikasikan, menghimpun, menganalisa, mengelompokkan, mencatat
dan melaporkan transaksi satuan usaha dan untuk menyelenggarakan pertangggung jawaban
aktiva dan kewajiban yang bersangkutan dengan transaksi tersebut.
Sistem akuntansi yang efektif mempertimbangkan pembuatan metode dan catatan yaitu
mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang sah, menggambarkan transaksi secara tepat
waktu dan cukup rinci sehingga memungkinkan pengelompokan transaksi secara semestinya
untuk pelaporan keuangan.
2.2.1 Pengertian Sistem Akuntansi
Menurut Marom (2000 : 29) sistem akuntansi adalah formulir, catatan, prosedur dan alat
yang digunakan untuk mengelola data suatu usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk
menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan manajemen untuk
mengawasi usahanya, dan bagi pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur
dan lembaga pemerintah untuk menilai haisl operasi. Sedangkan pengertian ini mengartikan
bahwa sistem akuntansi merupakan suatu alat yang dapat digunakan sebagai alat pengawasan
yang dapat digunakan perusahaan untuk pengendalian internalnya.
Menurut Bodnar (2000 : 181) sistem akuntansi adalah suatu organisasi yang terdiri dari
metode atau catatan yang dibuat untuk mengidentifikasi mengumpulkan, menganalisis, mencatat,
dan melaporkan transaksi-transaksi orang dan menyelenggarakan pertanggung jawaban bagi
aktiva dan kewajiban yang berkaitan. Hal ini mengemukakan bahwa sistem akuntansi terdiri dari
beberapa metode yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah informasi akuntansi
Menurut Mulyadi (2008 : 03) sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan
laporan yang dikordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh manajemen perusahaan guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Sehingga,
sistem dapat dikatakan sebagai kumpulan dari formulir, catatan, dan laporan yang dapat
menghasilkan informasi bagi yang menggunakannya.
.Pengertian-pengetian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi merupakan
suatu kesatuan untuk mengumpulkan, mengorganisir dan mengiktisarkan tentang berbagai
transaksi perusahaan yang dapat digunakan untuk membuat pimpinan dan manajemen dalam
menangani jalannya operasi perusahaan, sistem akuntansi adalah formulir, catatan yang terdiri
dari jurnal, buku besar dan pembantu serta laporan.
2.2.2 Tujuan Sistem Akuntansi
Menurut Mulyadi (2008 : 19) secara umum tujuan dari sistem akuntansi adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.
Sistem akuntansi adalah sebuah sarana sebagai sumber informasi bagi suatu organisasi.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu,
ketepatan penyajian, maupun struktur formasinya.
3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk memperbaiki
tingkat keandalan informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai
pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan
4. Untuk mengurangi biaya krelikal dalam menyelenggarakan catatan akuntansi.
2.2.3 Unsur-unsur Pokok Sistem Akuntansi
Dokumen Pendukung
Laporan KeuanaganDokumen Sumber
JurnalBuku PembantuBuku BesarUnsur-unsur sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu serta laporan keuangan. Berikut ini diuraikan lanjutan pengertian dari masing-masing unsure sistem akuntansi.
Gambar 2.1 Unsur-unsur Sistem Akuntansi Pokok
Sumber: Mulyadi (2008)
1. Formulir
Merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Formulir tersebut
disebut dengan dokumen. Karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi didalam organisasi
direkam diatas selembr kertas. Formulir seribg disebut dengan istilah media, karena formulir
merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan.
Dengan formulir ini data yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai
dasar pencatatan dalam catatan. Adapun cotuh formulir ini adalah faktur penjualan, bukti kas
keluar dan cek.
2. Jurnal
Merupakan catatan akuntansi pertama yng digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan dan
meringkas data keuangan serta data lainnya. Seperti yang telah disebut di atas, sumber informasi
pencatatan dalam jurnal ini adalah formulir. Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama
kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai dengan informasi yang akan
disajikan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkas data, yang
hasil peringkasannya kemudian diposting ke rekening bersangkutan ke dalam buku besar.
Contoh jurnal adalah jurnal penerimaan kas, pembelian,penjualan, dan jurnal umum.
3. Buku Besar
Terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah
decatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai
dengan unsure informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Rekening buku besar ini
disatu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, dan di lain
pihak dapat dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan
keuanagan.
4. Buku Pembantu
Jika data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan rinciannnya lebih lanjut,
dapat dibentuk buku pembantu. Buku ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci
data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dibuku besar. Buku besar dan buku
pembantu disebut juga sebagai catatan akuntansi akhir karena setelah data akuntansi dicatat
dalam buku besar tersebut, proses akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan keuanagan,
buka pencatatan lagi kedalam akuntansi.
5. Laporan Keuangan
Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya
pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar hutang yang akan
dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya dan lain sebagainya. Dalam laporan
ini berisi informasi yang merupakan keluaran dari suatu system akuntansi yang berbentuk hasil
cetak computer.
2.3 Prosedur
2.3.1 Pengertian Prosedur
Menurut Cole yang diterjemahkan oleh Baridwan (2003:3) menerangkan bahwa prosedur
merupakan suatu urutan-urutan pekerjaan-pekerjaan kerani (clerical) biasanya melibatkan
beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih disusun untuk menjamin adanya perlakukan yang
seragam transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi. Suatu pekerjaan yang melibatkan
banyak orang bila tidak dipisahkan pembagiannya, dengan pekerjaan yang banyak, akan sulit
agar tujuan dari aktivitas dalam suatu organisasi akan tercapai. Maka dari itu pemisahan dan
tahap-tahap dalam pengerjaannya itu dapat diartikan sebagai prosedur.
Menurut Marom (2005:1) yang dimaksud prosedur adalah urutan-urutan pekerjaan yang
biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, untuk menjamin adanya
perlakuan seragam terhadap peristiwa atau kejadian yang berlangsung berulang-ulang. Suatu
kegiatan yang yang telah dibagi-bagi pada beberapa fungsi akan menimbulkan kegiatan yang
berulang-ulang tersebut dapat dilakukan secara konsisten dan meminimalisir kesalahan. Hal ini juga
dapat diartikan sebagai prosedur.
Menurut Ardiyos (2006:457) definisi prosedur yaitu suatu klerikal, biasanya melibatkan
beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin penanganan secara
seragam terhadap transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. Pengertian
prosedur ini lebih menitik beratkan pada keseragaman pelaksanaan kegiatan dan waktu yang telah
ditetapkan serta dilaksanakan secara seragam oleh beberapa orang yang telah ditetapkan bagiannya.
Menurut Sumadji & Rosita (2006:527) posedur adalah tahapan kegiatan untuk menyelesaikan
suatu aktivitas, prosedur merupakan metode yang dilakukan secara rinci dalam usaha untuk
memecahkan suatu permasalahan. Pengertian prosedur di sini menerangkan bahwa prosedur adalah
cara yang dilaksanakan secara rinci agar kegiatan demi kegiatan dan dapat digunakan sebagai alat
pemecahan masalah.
Pengertian prosedur menurut Susanto (2004:198) menyatakan bahwa “Prosedur adalah
rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama”.
Aktivitas atau kegiatan merupakan tindakan yang dilakukan oleh manusia atau teknologi atau
hal-hal lain yang dapat menciptakan suatu hasil, misalnya pencapaian tujuan organisasi. Kata
‘berulang-ulang’ merupakan suatu kondisi dar i suatu aktivitas yang terjadi tidak hanya sekali
dan terus menerus.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:899) menjelaskan bahwa “Prosedur
adalah tata cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh atau dipenuhi sebagai suatu syarat
untuk mendapatkan sesuatu”. Tata cara adalah suatu peraturan atau ketentuan yang dilakukan
tahap demi tahap dan sesuai alur yang telah ditentukan. Sedangkan syarat merupakan suatu
keharusan/tuntutan yang harus dipenuhi.
Menurut Mulyadi (2008:5) menyatakan bahwa “Prosedur adalah suatu kegiatan yang
melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin
penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang”.
Departemen merupakan bagian dari suatu organisasi atau perusahaan yang di pimpin oleh
seorang ketua dari bagian tersebut.
Pengertian prosedur menurut Nafarin (2009:9) menjelaskan bahwa prosedur adalah
urutan-urutan seri tugas yang saling berkaitan dan di bentuk guna menjamin pelaksanaan kerja
yang seragam. Urutan yang saling berkaitan yang berarti suati kegiatan tidak akan berjalan
apabila kegiatan sebelumnya belum selesai dilaksanakan dan hal ini di bentuk untuk menjamin
pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan secara bersamaan.
Berdasarkan uraian mengenai definisi prosedur diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
prosedur adalah bagian dari suatu sistem yang merupakan rangkain dari beberapa tahapan suatu
tindakan secara sistematis dan jelas dimana melibatkan setiap bagiannya untuk menjamin agar suatu
kegiatan usaha atau transaksi yang dilakukan berulang-ulang telah sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
2.3.2 Karakteristik Prosedur
Karakteristik prosedur yang dikemukakan oleh (Mulyadi, 2008:6) diantaranya sebagai
berikut:
1. Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi.
Dengan adanya prosedur, suatu organisasi dapat mencapai tujuannya karena melibatkan beberapa
orang dalam melakukan kegiatan operasional organisasinya dan menggunakan suatu penanganan
segala kegiatan yang dilakukan oleh organisasi. Hal ini akan mempengaruhi kinerja organisasi
dalam mencapai tujuan organisasi. Semakin baik prosedur itu dijalankan semakin menunjang
pula prosedur itu dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut.
2. Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan-pengawasan yang baik, dan menggunakan
biaya yang seminimal mungkin.
Pengawasan atas kegiatan organisasi dapat berjalan dengan baik karena kegiatan tersebut berjalan
sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.Selain itu, biaya yang digunakan untuk melakukan
kegiatan tersebut dapat diatur seminimal mungkin karena kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan.
3. Prosedur menunjukkan urutan-urutan yang logis dan sederhana.
Dalam suatu prosedur yang dilaksanakan oleh suatu organisai dalam menjalankan segala
kegiatannya, biasanya prosedur tersebut menunjukan rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan
dan rangkaian tindakan tersebut dilakukan seragam. Maksudnya adalah, prosedur terdiri dari
daftar urutan yang tertata tahap demi tahap dan sederhana dan mudah dimengerti untuk
pengguna prosedur tersebut.
4. Prosedur menunjukkan adanya penetapan keputusan dan tanggung jawab.
Penetapan keputusan yang dibuat oleh pimpinan organisasi merupakan keputusan yang harus
dilaksanakan oleh para bawahannya untuk menjalankan prosedur kegiatan yang sudah ada. Selain itu,
keputusan atas orang-orang yang terlibat dalam menjalankan prosedur tersebut, memberikan suatu
tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh para pelaksana tersebut sesuai dengan tugasnya
masing-masing. Maksudnya adalah, dalam prosedur sudah dapat pembagian tanggung jawab dari
fungsi-fungsi terkait beserta denga penetapan keputusan.
5. Prosedur menunjukkan tidak adanya keterlambatan dan hambatan.
Apabila prosedur yang sudah ditetapkan oleh suatu organisasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku maka hambatan yang akan dihadapi oleh pelaksana kecil kemugkinan akan terjadi. Hal
ini menyebabkan ketetpatan waktu dalam pelaksanaan kegiatan sehingga tujuan organisasi yang
ingin dicapai oleh organisasi yang ingin dicapai oleh organisasi dapat terlaksana dengan cepat.
Maksudnya adalah, dengan penggunaan prosedur semua kegiatan yang termasuk ke dalam
bagian prosedur dalam pencapaian tujuan organisasi lebih efektif dan efesien dan meminimalisir
hambatan-hambatan yang dapat memperlambat pencapaian tujuan organisasi.
Jadi menurut penerangan yang sudah dijelaskan di atas, dapat di simpulkan bahwa
karakteristik prosedur dapat menunjang tercapainya tujuan dan menciptakan pengawasan.
Prosedur dapat menunjukkan urutan-urutan yang logis serta menunjukkan tidak adanya
keterlambatan dan hambatan. Sehingga dapat dikatakan prosedur memiliki karakter yang
melekat yaitu alat untuk mepermudah suatu kegiatan.
2.3.3 Manfaat Prosedur
Menurut Mulyadi (2008:6) beberapa manfaat dengan adanya prosedur adalah :
1. Lebih memudahkan dalam menentukan langkah-langkah kegiatan di masa yang akan datang.
Jika prosedur yang telah dilaksanakan tidak berhasil dalam pencapaian tujuan organisasi maka para
pelaksana dapat dengan mudah menentukan langkah-langkah yang harus diambil pada masa yang
akan datang.Karena dari prosedur tersebut dapat diketahui kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga
pencapaian tujuan organisasi tidak berhasil. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan prosedur,
itu akan memudahkan kita dalam melakukan kegiatan tahap demi tahap untuk kelangsungan
kegiatan tersebut yang terjadi berulang-ulang agar lebih terarah dan konsisten.
2. Mengubah pekerjaan berulang-ulang menjadi rutin dan terbatas, sehingga menyederhanakan
pelaksanaan dan untuk selanjutnya mengerjakan yang seperlunya saja.
Dengan prosedur yang dilaksanakan secara teratur, para pelaksana tidak perlu melakukan pekerjaan
secara berulang-ulang dan melakukan pelaksanaan kegiatan secara teratur dan rutin. Sehingga para
pelaksana dapat melaksanakan kegiatannya secara sederhana dan hanya mengerjakan pekerjaan yang
memang sudah menjadi tugasnya.
Dalam penggunaan prosedur itu terdapat penentuan keputusan dan pembagian tanggung jawab
terhadap fungsi-fungsi yang terkait, sehingga tiap-tiap fungsi hanya mengerjakan sesuai dengan
pembagian tanggung jawab tersebut.
3. Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang jelas dan harus dapat dipatuhi oleh semua pihak
yang terkait.
Berdasarkan prosedur yang telah ditentukan oleh perusahaan, maka para pelaksana mengetahui
tugasnya masing-masing. Karena dari prosedur tersebut dapat diketahui program kerja yang akam
dilaksanakan. Selain itu, program kerja yang telah ditentukan dalam prosedur tersebut harus
dilaksanakan oleh seluruh pelaksana.
Suatu program kerja yang jelas yang dapat dipatuhi oleh pihak terkait itu karena adanya
prosedur yang merupakan tahapan-tahapan yang harus di lakukan dengan benar dan dengan
fungsi yang terkait agar ada kestabilan dalam melakukan kegiatan dapat dilakukan dengan
mudah dan jelas.
4. Membantu dalam usaha meningkatkan produktifitas kerja yang efektif.
Berdasarkan prosedur yang telah ditentukan oleh perusahaan, maka para pelaksana mengetahui
tugasnya masing-masing. Karena dari prosedur tersebut dapat diketahui program kerja yang akam
dilaksanakan. Selain itu, program kerja yang telah ditentukan dalam prosedur tersebut harus
dilaksanakan oleh seluruh pelaksana.
Hal ini dikarenakan dengan menggunakan prosedur itu dapat meminimalisir biaya dalam
pengerjaannya dan waktu yang dibutuhkan akan lebih sedikit bila dibandingkan jika kita tidak
menggunakan prosedur.
5. Dapat menyederhanakan pelaksanaan dalam pengambilan keputusan.
Biasanya suatu organisasi atau perusahaan membutuhkan cara yang efektif dan efesien dalam
pengambilan keputusan, prosedur memiliki karakter yang dapat menunjukkan adanya penetapan
keputusan dan tanggung jawab, maka prosedur akan menyederhanakan pelaksanaa dalam
pengambilan keputusan.
Jadi prosedur mempunyai beberapa manfaat untuk mempermudah langkah-langkah
kegiatan, mengubah pekerjaan yang berulang-ulang menjadi rutin, menjadi petunjuk yang harus
dipatuhi, membantu meningkatkan produktivitas kerja serta mencegah terjadinya penyimpangan.
Dari beberapa manfaat prosedur diatas, tentu akan dapat dirasakan oleh penggunannya apabila
dalam pelaksanaannya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh tagging jawab.
2.3.4 Tujuan Prosedur
Menurut Mulyadi (2008:8) menyatakan bahwa prosedur merupakan bagian dari sistem
yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi
berulang-ulang. Sehingga perusahaan bisa menjalankan aktifitasnya sesuai dengan ketentuan
yang telah ada, maka kegiatan pokok perusahaan bisa berjalan efisien dan efektif.
Tujuan dari suatu tindakan merupakan hal utama yang harus ada agar pencapaian target
dari tindakan tersebut lebih jelas. Tujuan daripada suatu tindakan tidaklah selalu mudah untuk
dicapai, karena dalam proses pencapaiannya pasti menemui hambatan, namun tujuan tertentu itu
dapat diperoleh apabila ada alur kerja yang jelas, dan tersusun dengan baik. Hal ini berarti
prosedur juga harus memiliki tujuan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.
Dalam penyusunan prosedur harus menemui beberapa tujuan utama yang harus
dikembangkan dengan baik, antara lain sebagai berikut :
1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.
Suatu prosedur dibentuk salah satunya adalah untuk menyediakan informasi untuk memberikan
kemudahan pengelola kegiatan usaha yang baru.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang telah ada, mutu, ketetapan
penyajian, maupun struktur informasi.
Dengan adanya informasi maka pengelola tersebut dapat menganalisis dan dapat memperbaiki
sistem yang ada agar ada perbaikan yang lebih baik lagi.
3. Untuk mempebaiki pengendalian dan pengecekan intern, yaitu memperbaiki tingkatan keandalan
informasi, dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggung jawaban dan
perlindungan kekayaan perusahaan.
2.3.5 Flowchart
Flowchart dipergunakan untuk menggambarkan proses kegiatan dalam suatu organisasi.
Flowchart berupa bagan untuk keseluruhan sistem termasuk kegiatan-kegiatan manual dan aliran
atau arus dokumen yang dipergunakan dalam sistem.
Penggambaran flowchart harus menggunakan cara-cara dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku secara lazim dalam sistem informasi akuntansi, sehingga tidak menimbulkan kebebasan
yang tidak mempunyai standar dalam menggambarkan sistem. Dalam sistem informasi akuntansi
diperoleh kesepakatan dari pihak-pihak yang berkompeten untuk digunakannya standar simbol
yang dipakai untuk menggambarkan bagan atau flowchart.
Berikut ini akan disajikan simbol standar yang digunakan oleh analis sistem untuk
membuat bagan alir dokumen yang menggambarkan sistem tertentu:
Simbol Nama Keterangan
Dokumen Digunakan untuk semua jenis dokumen.
yang merupakan formulir untuk merekam
transaksi
Dokumen rangkap Menggambarkan dokumen asli dan
tembusannya13A Berbagai dokumen Menggambarkan berbagai jenis dokumen
yang digabungkan bcrsama dalam satu paket
Catatan Menggambarkan caiatan akuntansi yang
digunakan untuk mencatat data vang direkam
sebelumnya di dalam dokumen
Penghubung pada
halaman yang sama
Menggambarkan alir dokumen dibuat
mengalir dari atas ke bawah dan dari kiri
kekanan. Simbol penghubung yang
memungkinkan aliran dokumen berhenti di
suatu lokasi pada halaman tertentu dan
kembali berjalan pada halaman yang sama.
Penghubung pada
halaman yang
berbeda
Untuk menggambarkan bagan alir dokumen
suatu sistem diperlukan lebih dari satu
halaman.
Kegiatan manual Untuk menggambarkan kegiatan manual
seperti : menerima order, mengisi
formulir,membandingkan dll
Keterangan/komentar Untuk menambahkan komentar agar pesan
yang disampaikan lebih jelas
Arsip sementara Menunjukkan tempat penyimpanan dokumen
Arsip permanen Menunjukkan tempat penyimpanan
dokumen secara permanen yang tidak akan
diproses lagi
On-line computer
process
Menggambarkan pengolahan komputer secara
on-line
Keying, Typing Menggambarkan pemasukan data ke dalam
komputer melalui on-line terminal
Pita magnetik Menggambarkan arsip komputer yang
berbentuk pita magnetik
On-line storage Menggambarkan arsip komputer yang
berbentuk on-line (di dalam memori
komputer)
Mulai/berakhir Menggambarkan awal dan akhir suatu sistem
akuntansi
Dari pemasok Masuk ke sistem Menggambarkan kegiatan diluar sistem masuk
ke dalam alir sistem
Ke sistem penjualan Keluar ke sistem lain Menggambarkan kegiatan (di luar sistem)
keluar dari sistem
GAMBAR 2.2 Simbol Bagan Alir Dokumen
Sumber : Mulyadi. 2008. h. 60-63
2.4 Pencatatan
Pencatatan berasal dari kata “catat” yang berarti menuliskan sesuatu untuk peringatan.
Adapun pengertian pencatatan menurut beberapa ahli yaitu:
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:196) yang dimaksud pencatatan
adalah proses, pembuatan, cara mencatat atau menuliskan sesuatu ke dalam buku. Dalam bidang
akuntansi setiap transaksi yang terjadi itu memerlukan pencatatan yang baik sesuai dengan
ketentuan yang berlaku umum. Tujuan dari pencatatan tersebut adalah untuk menghasilkan
informasi bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Menurut Stice,Stice, dan Skousen (2009:61) yang dimaksud pencatatan adalah laporan
keuangan yang akurat dapat dihasilkan jika hasil peristiwa dan aktivitas bisnis telah direkam atau
dicatat dengan tepat. Setiap transaksi keuangan yang dilakukan oleh perusahaan harus didasari
dan dibuktikan dengan bukti transfer. Bukti transaksi yang dimaksud bisa berupa bon, kuaitansi
(penerimaan atau pembayaran uang tunai), faktur pembelian, faktur penjualan, dan bukti-bukti
lainnya yang mendukung terjadinya transaksi keuangan. Berdasarkan bukti transaksi inilah,
selanjutnya kita dapat menyelenggarakan pencatatan transaksi keuangan yang akan terjadi suatu
penjurnalan dan pembukuan sampai dengan ke buku besar. pada suatu saat tertentu suatu usaha
pasti memerlukan suatu alat untuk dapat mengukur hasil operasi arus kas dan posisi keuangan
dari perusahaan tersebut. Dalam proses pengukuran tersebut diperlukan data yang terdiri dari
transaksi dan kejadian yang jelas berhubungan dengan tindakan yang dialami oleh perusahaan,
data-data tersebut tersusun menjadi suatu laporan nantinya mampu memberikan informasi
mengenai posisi keuangan perusahaan, untuk menggunakan laporan yang disiapkan oleh akuntan
secara maksimal pengambilan keputusan harus memahami prosedur yang digunakan untuk
mencatat dan menganalisa data akuntansi. Perlu dipahami pula apa yang dimaksud dengan
pencatatan.
Menurut Mulyadi (2008:5) pencatatan adalah suatu urutan ketiga kegiatan kerikal
biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam terhadap transaksi perusahaan yang terjadi berulang-
ulang. Pada definisi diatas prosedur merupakan kegiatan penulisan yang berurutan dan terdiri
dari sekelompok orang atau lebih yang terjadi secara berulang-ulang. Adapun maksud dari
kegiatan klerikal diatas adalah suatu kegiatan yang terdiri dari menulis, menggandakan,
menghitung, memberi kode, mendaftar, memilih, memindahkan dan membandingkan. Dari
definisi diatas dikatakan bahwa pencatatan merupakan suatu kegiatan penghimpunan data
dengan cara mencatat yang mampu memberikan satu kesatuan informasi.
Sedangkan menurut Simamora (2000:4), pencatatan didefinisikan sebagai pembuatan
suatu catatan harian kronologis kejadian yang teratur melalui suatu cara yang sistematis dan
teratur. Maka dari definisi diatas dapat diketahui pencatatan suatu proses tulis menulis yang
sistematis.
Setelah mengetahui definisi dari pencatatan dapat diambil kesimpulan bahwa suatu
prosedur pencatatan merupakan tahapan kegiatan penulis yang dilakukan secara kronologis serta
dilakukan berulang-ulang. Prosedur dapat berjalan apabila semua fungsi-fungsi terkait
menjalankan sesuai dengan ketetapan dan dilaksanakan secara konsisten dalam kegiatan yang
berulang-ulang.
2.5 Asuransi
2.5.1 Pengertian Asuransi
Menurut Darmawi (2006:10) asuransi adalah suatu metode untuk mengurangi resiko
dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian
keuangan. Pengertian dari metode yaitu cara yang dilakukan dalam pelaksanaan suatu rencana.
Selain dari pada itu yang dimaksud dengan resiko yaitu kemungkinan terjadinya peristiwa yang
dapat merugikan seseorang atau organisasi atau perusahaan.
Menurut Salim (2007:1) asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-
kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti/substitusi kerugian-kerugian besar
yang belum terjadi. Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa asuransi merupakan suatu
prediksi yang telah dipikirkan baik itu kerugian yang sedikit ataupun kerugian yang besar yang
belum terjadi.
Pengertian tentang asuransi menurut Arthesa dan Handiman (2006:236) Asuransi
merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank di Indonesia yang mempunyai aktifitas
memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan yang disebabkan oleh peristiwa
yang tidak terduga. Lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga yang bergerak dalam bidang
penghimpunan dana namun bukan bank dan asuransi adalah salah satunya yang memberikan
perlindungan atas pemindahan resiko terhadap suatu kerugian.
Sedangkan pengertian asuransi menurut Simorangkir (2000 : 175) yaitu suatu kemauan
untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil ( sedikit ) yang pasti sebagai pengganti ( substitusi )
kerugian-kerugian besar yang belum pasti. Hal ini dapat disumpulakn bahwa asuransi merupakan
suatu jalan untuk meminimalisir kerugian.
Menurut Buku Panduan Keagenan Asuransi PT Jasindo (2007), Asuransi adalah suatu
perjanjian antara nasabah asuransi (tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung)
mengenai pengalihan resiko dari tertanggung kepada penangung. Resiko yang dialihkan meliputi
kemungkinan kerugian material yang dialami tertanggung, sebagai akibat terjadinya peristiwa
yang belum pasti (Uncertainty of Occurence and Uncertainty of Loss).
Berdasarkan teori-teori tersebut, asuransi bisa juga dikatakan sebagai transaksi
pertanggungan, yang melibatkan dua pihak yaitu penanggung dan tertanggung. Bahwa ia akan
menerima penggantian atas kerugian yang terjadi padanya kelak suatu saat yang tidak dapat
dipastikan kapan dan dimana kerugian itu akan timbul. Sebagai kontraprestasinya tertanggung
diwajibkan membayar sejumlah uang kepada penanggung yang jumlahnya sekian persen dari
pertanggungan.
2 2.5.2 Manfaat Asuransi
Menurut Darmawi (2006:20) asuransi memiliki banyak manfaat, antara lain berikut ini :
1. Asuransi Melindungi Risiko Investasi
Risiko yang akan terjadi dalam investasi merupakan hal yang sangat dikhawatirkan oleh para
investor. Jika perusahaan berusaha untuk memperoleh keuntungan dalam bidang usahanya, maka
kehadiran resiko dan ketidakpastian tidak dapat dihindarkan. Asuransi mengambil alih risiko
tesebut karena asuransi menghilangkan atau mengurangi risiko, maka para investor ataupun
usahawan dimungkinkan dan didorong untuk bergerak dengan leluasa dalam menjalankan
usaha-usaha mereka.
2. Asuransi Sebagai Sumber Dana Investasi
Pada sebuah perencanaan pembangunan, sangat memeelukan investasi dalam jumlah yang
memadai dan dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan kemampuan sendiri. Oleh karena itu,
diperlukan usaha keras untuk mengerahkan dana masyarakat melalui lembaga keuangan bank
dan non bank. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non bank yang
mengimpun dana masyarakat, semakin penting peranannya sebagai sumber modal untuk
investasi di berbagai bidang.
3. Asuransi Untuk Melengkapi Persyaratan Kredit
Sebagian besar kreditor lebih percaya pada perusahaan yang risiko kegiatan usahanya
diasuransikan. Pemberi kredit tidak hanya tertarik dengan keadaan perusahaan serta kekayaannya
yang ada saat ini, tetapi juga sejauh mana perusahaan tersebut telah melindungi diri dari
kejadian-kejadian yang tidak terduga di masa depan.
4. Asuransi Dapat Mengurangi Kekhawatiran
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, fungsi utama dari asuransi adalah mengurangi kekhawatiran
akibat ketidakpastian. Perusahaan asuransi tidak kuasa mencegah terjadinya kerugian-kerugian
tak terduga. Jadi, perusahaan asuransi tidaklah mengurangi ketidakpastian terjadinya
penyimpangan yang tak diharapkan itu. Misalnya perusahaan asuransi tidak akan dapat
mencegah badai, kecelakaan mobil, kematian, atau sakit. Akan tetapi perusahaan asuransi dapat
mengurangi ketidak pastian beban ekonomi dan kerugian yang tidak pasti itu.
5. Asuransi Mengurangi Biaya Modal
Dalam rangka menarik modal ke dalam perusahaan-perusahaan yang menanggung biaya besar,
maka tingkat pengembalian atas modal yang telah diinvestasikan atau yang akan diinvestasikan
pun harus cukup besar. Tingkat risiko dan pengembalian modal berkaitan satu sama lain dan
tidak dapat dipisahkan.
6. Asuransi Menjamin Kestabilan Perusahaan
Perusahaan-perusahaan pada saat ini menyadari arti penting asuransi sebagai salah satu faktor
yang menciptakan goodwill (jasa/barang baik) antara kelompok pimpinan dan karyawan.
Perusahaan-perusahaan tersebut telah menyediakan polis secara berkelompok (Corporate) untuk
para karyawan tertentu dengan cara perusahaan membayar keseluruhan atau sebagian dari premi
yang telah ditetapkan.
7. Asuransi Dapat Meratakan Keuntungan
Suatu perusahaan cukup kuat untuk menanggung sendiri semua risiko kerugian yang mungkin
dideritanya. Hal itu berarti perusahaan harus dapat menentukan berapa jumlah kerugian tak
terduga yang diperkirakan akan terjadi pada masa-masa yang akan datang. Karena hal itu
asuransi adalah salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam menentukan jumlah
kerugian tak terduga untuk menutupi risiko-risiko tak terduga.
8. Asuransi Dapat Menyediakan Layanan Profesional
Dunia asuransi dewasa ini sudah semakin banyak yang bergerak di bidang usaha yang bersifat
teknis, lebih-lebih dengan adanya perkembangan pesat dalam bidang teknologi. Usaha-usaha
untuk memberikan bantuan teknis baik kepada individu maupun perusahaan-perusahaan sudah
semakin disadari oleh perusahaan asuransi. Hal itu dilakukan agar perusahaan-perusahaan
tersebut dapat melakukan operasinya dengan baik dan efisien.
9. Asuransi Mendorong Usaha Pencegahan Kerugian
Dewasa ini perusahaan-perusahaan asuransi banyak melakukan usaha yang sifatnya mendorong
perusahaan tertanggung untuk melindungi diri dari bahaya yang dapat menimbulkan kerugian.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang usaha menyadari bahwa
keberhasilan yang dicapai sangat bergantung kepada kemampuan mereka untuk memberikan
perlindungan dengan biaya yang cukup wajar. Oleh karena itu, mereka sendiri secara sadar dan
sistematis bekerja sama untuk menghilangkan atau memperkecil kemungkinan yang dapat
menimbulkan kerugian.
10. Asuransi Membantu Pemeliharaan Kesehatan
Usaha lain yang erat hubungannya dengan usaha-usaha yang dilakukan untuk menghindari atau
memperkecil penyebab timbulnya kerugian adalah promosi yang dilakukan oleh perusahaan
asuransi jiwa kepada para pemegang polis khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Misalnya dalam hal bantuan kepada kecelakaan pertama, hygiene, sanitasi, gizi, dan lain-lain.
2.5.3 Tujuan Asuransi
Menurut Darmawi (2006:17) ditinjau dari beberapa sudut asuransi mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Dari segi ekonomi, tujuannya: mengurangi ketidak pastian dari hasil usaha yang dilakukan oleh
seseorang atau perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan.
2. Dari segi hukum, tujuannya: memindahkan resiko yang dhadapi suatu obyek atau suatu kegiatan
bisnis kepada orang lain.
3. Dari segi tata niaga, tujuannya: membagi resiko yang dihadapi kepada semua peserta program
asuransi.
4. Dari segi kemasyrakatan, tujuannya: menanggung kerugian bersama-sama antar semua program
asuransi
5. Dari segi matematis, tujuannya: meramalkan besarnya kemungkinan terjadinya resiko dan hasil
ramalan itu dipakai sebagai dasar untuk membagi resiko kepada semua peserta program asuransi.
Tujuan asuransi menurut Asuransi Tugu yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu pihak.
2. Meningkatkan efisiensi karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan
pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.
3. Pemerataan biaya yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan
tidak perlu mengganti atau membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tentu
dan tidak pasti.
4. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan perlindungan
atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
5. Sebagai tabungan karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan dalam
jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa.
6. Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat berfungsi
atau bekerja.
Beberapa hal diatas merupakan tujuan daripada asuransi sendiri secara umum, jadi orang
yang mengikuti program asuransi itu tentu tidak asal mengikuti asuransi saja, namun mereka
yang mengikuti program tersebut mempunyai beberapa hal kepentingan yang termasuk dalam
tujuan diatas.
2.5.4 Prinsip-Prinsip Asuransi
Menurut Buku Panduan Keagenan PT Jasindo (2007), terdapat beberapa prinsip dalam
asuransi, mengenai prinsip-prinsip tersebut antara lain :
1. Prinsip Insurable Interest
Prinsip ini menyatakan pihak bahwa yang ingin mengasuransikan harus memiliki hubungan
dengan objek yang di asuransikan dan di sahkan secara hukum. Misalnya, jika seseorang ingin
mengasuransikan kendaraannya maka ia harus memiliki dokumen-dokumen kepemilikan yang
disahkan secara hukum. Sehingga pada pihak yang ingin mengasuransikan tersebut timbul hak
atau kepentingan atas objek yang akan dipertanggungkan tersebut. Jika tidak ada kepentingan,
maka tidak ada kewajiban bagi penanggung untuk smembayar ganti rugi kepada tertanggung,
dan ini ditegaskan dalam KUHD pasal 250 yang menyatakan :
“Apabila seseorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat dilakukan pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka penanggung tidaklah diwajibkan memberi ganti rugi apabila terjadi kerugian.”
2. Prinsip Utmost Good Faith
Prinsip ini menyatakan bahwa tertanggung yang ingin mengasuransikan objek pertanggungannya
harus mempuyai itikad yang sangat baik dalam berasuransi. Hal ini mengandung pengertian
bahwa tertanggung harus menerangkan apa adanya mengenai kondisi yang benar berdasarkan
fakta dan kebenaran yang ada atas objek yang akan dipertanggungkan tersebut kepada
perusahaan asuransi atau penanggung, sehingga penanggung memperoleh informasi yang
lengkap dan benar mengenai kondisi yang sebenarnya atas objek pertanggungan tersebut. Ini
sangat berguna bagi penanggung dalam memutuskan menerima atau menolak permohonan
asuransi kepada tertanggung. Dalam pasal 251 KUHD ditegaskan :
“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh tertanggung, betapapun itika baik ada padanya, yang demikian sifatnya, sehingga seandainya penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tiak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan.”
3. Prinsip Proximate Cause
Prinsip ini menyatakan bahwa dalam hal terjadi peristiwa kerugian (loss), maka penyebab dari
kerugian tersebut haruslah merupakan suatu penyebab yang tidak terputus oleh penyebab
lainnya. Dengan kata lain, prinsip ini menekankan bahwa harus ada suatu penyebab dominan
yang efektif dalam menimbulkan peristiwa kerugian tersebut. Prinsip ini penting dipahami, sebab
untuk penyebab dominan yang efektif ternyata tidak dijamin oleh polis, maka peristiwa kerugian
yang terjadi tidak dapat diganti rugi oleh penanggung. Oleh karena itu harus diketahui adanya
penyebab dominan yang efektif yang menimbulkan peristiwa kerugian tersebut.
4. Prinsip Idemnity
Prinisp ini mengandung pengertian bahwa dalam hal terjadi peritwa kerugian (loss) yang dijamin
polis, maka penanggung berkewajiban mengembalikan posisi keuangan tertanggung seperti
sesaat sebelum terjadinya kerugian. Atau pembayaran ganti rugi yang pasti untuk
mengembalikan posisi tertanggung seperti sebelum terjadi peristiwa kerugian itu. Bila terjadi
pertanggungan dibawah harga (Under Insurance), yaitu harga pertanggungan yang ditetapkan
lebih rendah dari harga pasar (harga penuh) objek pertanggungan, maka menurut KUHD pasal
253 ayat 2, tertanggung akan menjadi penanggung untuk bagian yang tidak diasuransikan dari
objek pertanggungan tersebut. Sedangka apabila terjadi harga pertanggungan yang dicantumkan
polis melebihi harga pasar (Over Insurance) kendaraan, maka menurut KUHD pasal 253 ayat 1,
tanggung jawab penanggung adalah sebesar jumlah kerugian yang diderita tertanggung dan
maksimum sebesar harga penuh kendaraan tersebut.
5. Prinsip Subrogasi
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa dalam hal terjadi peristiwa kerugian (loss), maka
tertanggung tidak diperkenankan tidak menerima ganti rugi melebihi dari jumlah kerugian yang
dideritanya.
6. Prinsip Kontribusi
Prinisip ini mengandung pengertia bahwa bila terjadi pertanggungan rangkap, yaitu tertanggung
memiliki lebih dari 1 (satu) penanggung, maka dalam hal terjadi kerugian, tertanggung tetap
tidak boleh menerima ganti rugi melebihi jumlah kerugian yang dideritanya. Ini dimaksudkan
agar tertanggung tidak mendapatkan keuntungan dalam berasuransi. Oleh karena itu, diterapkan
prinsip kontribusi yang mengatur ketentuan, yaitu bila terjadi pertanggungan dengan melibatkan
lebih dari 1 (satu) penanggung, maka setiap penanggung akan membayar ganti rugi secara
proporsional sebesar bagiannya masing-masing.
2.6 Pendapatan
2.6.1 Pengertian pendapatan
Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan langganan atas barang dan jasa yang
dijual, dan merupakan unsure yang paling penting dalam sebuah perusahaan, karena pendapatan
akan dapat menentukan maju mundurnya suatu perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus
berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh sejumlah pendapatan yang diharapkan.
Pendapatan pada dasarnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau jasa yang diberikan.
Didalam pengelolaan pendapatan tersebut diperlukan manajemen khusus agar proses perolehan
pendapatan dan pengalokasian pendapatan dapat dilaksanakan secara tetap dan cepat.
Sedangkan Menurut Soemarso ( 2002 : 24 ) pengertian pendapatan yaitu aliran
penerimaan kas atau harta lain yang diterima dari konsumen sebagai penjualan barang atau
pemberian jasa. Pada pengertian ini mengartikan bahwa pendapatan merupakan aliran
penghasilan yang diterima dari konsumen yang berasal ari penjualan barang atau pemberian jasa,
sedangkan selain dari pada itu tidak dikategorikan sebagai pendapatan.
Menurut Halim (2002:64) definisi pendapatan yaitu “Semua penerimaan dalam bentuk
peningkatan aktiva atau penurunan hutang dari berbagai sumber dalam periode anggaran tahun
anggaran yang bersangkutan”. Pengertian di atas menunjukan bahwa pendapatan adalah suatu
sumber yang dapat meningkatkan aktiva dan mengurangi hutang dari semua sumber baik itu dari
pemilik modal itu sendiri ataupun dari sumber lainnya.
Menurut Kusnadi (2000:9) definisi pendapatan yaitu “Suatu penambahan aktiva (harta)
yang mengakibatkan bertambahnya modal tetapi bukan karena penambahan modal dari pemilik
atau bukan hutang melainkan melalui penjualan barang atau jasa kepada pihak lain, karena
pendapatan ini dapat dikatakan sebagai kontra prestasi yang diterima atas jasa-jasa yang telah
diberikan kepada pihak lain”. Aktiva merupakan harta atau kekayaan yang dimiliki perusahaan
yang dapat mempengaruhi aktivitas perusahaan baik itu operasional ataupun non operasional.
Pengertian dari hutang yaitu kewajiban yang harus dibayarkan oleh debitur kepada kreditur.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan dapat diartikan
sebagai sumber dari peningkatan suatu aktiva dan dapat digunakan sebagai sumber pungurang
kewajiban dari berbagai sumber baik itu berasal dari pemilik modal ataupun dari sumber lainnya
yang dapat menambah modal itu sendiri.
2.6.2 Jenis-jenis Pendapatan
Menurut Kusnadi (2000:19) jenis-jenis pendapatan antara lain sebagai berikut:
1. Pendapatan Operasi
Pendapatan operasi dapat diperoleh dari dua sumber yaitu :
a. Penjualan kotor
Penjualan kotor adalah penjualan sebagaimana tercantum dalam faktur atau jumlah awal
pembebanan sebelum dikurangi penjualan return dan potongan penjualan.
b. Penjualan bersih
Penjualan bersih adalah penjualan yang diperoleh dari penjualan kotor dikurangi return
penjualan ditambah dengan potongan penjualan lain-lain.
2. Pendapatan non operasi
Pendapatan non operasi dapat diperoleh dari dua sumber yaitu :
a. Pendapatan bunga
Pendapatan bunga adalah pendapatan yang diterima perusahaan karena telah meminjamkan
uangnya kepada pihak lain.
b. Pendapatan sewa
Pendapatan sewa adalah pendapatan yang diterima perusahaan karena telah menyewakan
aktivanya untuk perusahaan lain.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa jenis-jenis pendapatan terdiri
dari pendapatan operasi yang diperoleh dari penjualan kotor dan penjualan bersih, pendapatan
non operasi diperoleh dari pendapatan bunga dan poendapatan sewa.
2.7 Premi
Setiap perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan diperlukan
adanya dana dan penerimaan kas, penerimaan kas yang diperoleh asuransi merupakan hasil dari
penjualan polis-polis asuransi. Dari penjualan polis-polis asauransi inilah akan diperoleh
penerimaan kas berupa pendapatan premi.
Menurut Buku Panduan Keagenan Asuransi PT Jasindo (2007), yang dimaksud dengan
premi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung sebagai imbalan jasa atau
pengalihan risiko pada penanggung. Dengan demikian premi asuransi merupakan:
1. Imbalan jasa atau jaminan yang diberikan oleh penaggung kepada tertanggung untuk mengganti
kerugian yang mungkin diderita tertanggung.
2. Imbalan jasa atas jaminan perlindungan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung
dengan menyediakan sejumlah uang terhadap risiko.
Menurut Simorangkir (2000:177) premi adalah “Sesuatu yang diberikan sebagai hadiah,
sumbangan atau sesuatu yang dibayar sebagai tambahan (ekstra)”. Dari pengertian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa premi merupakan suatu hasil tambahan lebih yang bisa berupa
sumbangan.
Menurut Asuransi mobil, premi adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh
tertanggung guna mendapatkan perlindungan atas objek yang dipertanggungkan. Hal ini
mengartikan bahwa premi merupakan sejumlah uang yang diberikan kepada pihak penanggung
dari pihak tertanggung untuk mengasuransikan objek tertanggung.
Dengan demikian dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian di atas bahwa premi
merupakan kontra prestasi dari tertanggung kepada penanggung sebagai akibat dari dialihkannya
risiko kerugian kepada pihak penanggung. Premi juga merupakan sumber pendapatan utama bagi
perusahaan asuransi, dari premi tersebut perusahaan dapat membiayai biaya operasionalnya
untuk kelangsungan hidup perusahaan.
2.7.1 Penerimaan Premi
Penerimaaan premi bagi perusahahaan asuransi merupakan hal yang penting dalam
kegiatan usahanya, semakin banyak polis asuransi yang terjual kepada nasabah maka pendapatan
premi asuransi yang akan diperoleh perusahaan asuransi akan semakin meningkat.
Setiap perusahaan dalam operasionalnya sehari-hari akan berusaha untuk dapat
meningkatkan jumlah penerimaan kas yang masuk dan meminimalisasi biaya operasional yang
harus dikeluarkan. Dalam perusahaan asuransi salah satu sumber penerimaan kas adalah dari
penerimaan premi asuransi. Di dalam transaksi asuransi berlaku istilah “no premium no
insurance”, jadi apabila premi belum dibayar lunas maka penanggung belum terikat dal am
transaksi untuk membayar ganti rugi kalau timbul risiko. Premi ini biasanya ditetapkan sekian
persen dari jumlah yang dipertanggungkan.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:285) “Pendapatan premi adalah premi yang
diperoleh sehubungan dengan kontrak asuransi dan reasuransi diakui sebagai pendapatan selama
periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang diberikan”. Pendapatan premi
merupakan sejumlah uang yang diterima dari pihak tertanggung karena adanya kontrak asuransi
dan reasransi yang diakuin sebagai pendapatan pada periode tertentu berasarkan jumlah
pengamanan yang diberikan.
2 2.7.2 Pengakuan Pendapatan Premi
Menurut Buku Panduan Keagenan Asuransi PT Jasindo (2010), dalam hal periode polis
berbeda secara signifikan dengan periode polis risiko, maka seluruh premi yang diperoleh diakui
sebagai pendapatan selama periode risiko, kecuali apabila jumlah premi masih dapat disesuaikan,
missal premi ditentukan pada akhir kontrak atau premi disesuaikan pada akhir kontrak
berdasarkan nilai pertanggungan. Maka pendapatan premi diakui sebagai berikut:
1. Apabila jumlah premi yang diestimasi secara layak, maka pendapatan premi diakui selama
periode kontrak dan estimasi jumlah premi tersebut disesuaikan setiap periode untuk
mencerminkan jumlah premi yang sebenarnya.
2. Apabila jumlah premi tidak dapat diestimasi secara layak, maka premi dilakukan dengan
menggunakan metode uang muka (deposit method) sampai jumlah premi dapat diestimasi
dengan layak.
Premi yang belum merupakan pendapatan ditentukan untuk masing-masing jenis pertanggungan dengan cara sebagai berikut:1. Secara agregat tanpa memperlihatkan tanggal penutupnya dan besarnya dihitung berdasarkan persentase tertentu.2. Secara individual dari tiap pendapatan pertanggungan dan besarnya premi yang belum merupakan pendapatan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan selama periode kontrak atau periode risiko, konsisten dengan pengakuan pendapatan premi.Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 36, pengakuan pendapatan premi didefinisikan sebagai berikut :
1. Premi Kontrak Jangka Pendek
Paragraf 30 : Premi Kontrak Jangka Pendek (beberapa, Trem Life Insurance seperti Credit Life
Insurance) diakui sebagai pendapatan dalam periode kontrak sesuai dengan proporsi jumlah
proteksi asuransi yang diberikan. Jika periode resiko berbeda secara signifikan dengan periode
kontrak, premi diakui sebagai pendapatan selama periode resiko sesuai dengan proporsi jumlah
proteksi asuransi yang diberikan. Hal ini menyebabkan premi diakui sebagai pendapatan secara
merata sepanjang periode kontrak (atau periode resiko, jiwa berbeda), kecuali jika proteksi
asuransi menurun sesuai dengan skedul yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Premi Kontrak Jangka Panjang
Paragraf 31 : Premi Kontrak Jangka Panjang (Whole Life Contracts dan Guaranted Renewable
Term Life Contracts) diakui sebagai pendapatan pada saat jatuh tempo dari pemegang polis.
Kewajiban untuk biaya yang diharapkan timbul sehubungan dengan kontrak tersebut diakui
selama periode sekarang dan periode diperbaharuinya kontrak. Nilai sekarang estimasi manfaat
polis masa datang yang dibayar kepada pemegang polis (kewajiban manfaat polis masa datang)
diakui pada saat penerimaan premi.