bab7-8

11
TUGAS Mata Kuliah Etika dan Aspek Hukum Industri Konstruksi Resume Bab 7 dan 8 Kelompok 3 Nico Yudianto (110 613 9600) Srikandi Wahyu Arini (110 613 9834) Yudhistira Achmad (110 613 9922) Kelas : S1 Sipil Paralel Dosen : Pak Yusuf latief Tanggal diberikan : Maret 2013 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Upload: aeiu1412

Post on 23-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

etika dan aspek hukum

TRANSCRIPT

TUGAS Mata KuliahEtika dan Aspek Hukum Industri KonstruksiResume Bab 7 dan 8

Kelompok 3

Nico Yudianto (110 613 9600)Srikandi Wahyu Arini(110 613 9834)Yudhistira Achmad (110 613 9922)

Kelas: S1 Sipil ParalelDosen: Pak Yusuf latiefTanggal diberikan: Maret 2013

DEPARTEMEN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS INDONESIADEPOK 2013

BAB 7Cara Menyusun Kontrak Konstruksi

Di Indonesia terjadi beraneka ragam kontrak konsturksi yang diakibatkan oleh kebebasan berkontrak seperti yang telah diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer). Namun setelah disahkan Undang-Undang Jasa Konstruksi (UU No.18/1999, PP No. 28/2000, PP No.29/2000, dan PP No.30/2000), penyusunan kontrak konstruksi menggunakan acuan yang telah baku.

Pengertian / Batasan1. Yang dimaksud dengan Kontrak Konstruksi adalah perjanjian tertulis antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa mengenai pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi.2. Yang dimaksud dengan Dokumen Kontrak adlaah kumpulan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan kontrak yang sekurang-kurangnyaberisi ketentuan tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.29/2000 pasal 22, yaitu :a. Surat Perjanjianb. Dokumen Tenderc. Penawarand. Berita Acarae. Surat Pernyataan Pengguna jasaf. Surat pernyataan Penyedia Jasa3. Yang dimaksud dengan cara menyusun kontrak adalah cara menyusun Perjanjian yang dilengkapi dengan cara menyusun Syarat-Syarat Kontrak. Pola yang diambil dapat mengacu kepada sistem kontrak FIDIC dengan tetap berpegang pada ketentuan yang tercantum dalam UU No. 18/1999 dan PP No.29/2000.4. Yang dimaksud dengan isi kontrak sebagaimana yang tercantum dalam PP No.29/2000 pasal 23 adalah uraian-uraian yang sekurang-kurangnya harus termuat dalam suatu kontrak konstruksi. Sedangkan kontrak konstruksi minimal meliputi hal-hal seperti tersebut dalam PP No.29/2000 pasal 22. Jadi yang dimaksud dengan isi kontrak bukanlah uraian yang harus terdapat dalam kontrak tetapi harus terdapat dalam dokumen kontrak.5. Dengan demikian akan terdapat beberapa dokumen yang akan disusun, antara lain :a. Perjanjian/Kontrakb. Syarat-syarat umum dan khususc. Spesifikasi teknisd. Lampiran-lampirane. Gambar-gambar (kontrak)

Cara Menyusun Kontrak / Perjanjian1. Acuan / Landasan Hukuma. Acuan baku dalam penyusunan kontrak adalah UU No.18/1999 Tentang Jasa Konstruksi dan PP No.29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.b. Syarat-syarat umum/AV 41 dan peraturan sejauh tidak bertentangan dengan UU No.18/1999 dan atau PP No.29/2000. Hal ini mengingat ketentuan sebagaimana disebut dalam UU No.18/1999 pasal 44 ayat 1 dan pasal 45 dan PP No.29 pasal 63.c. Ketentuan yang termuat dalam KUHPer pasal 1320 yang berbunyi :Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat :1) Sepakat mereka yang mengikat dirinya2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan3) Suatu hal tertentu4) Suatu sebab yang halald. Bila kontrak konstruksi disebutkan berdasarkan hukum Republik Indonesia, maka dalam salah satu pasal Kontrak / Syarat-syarat kontrak harus dinyatakan dalam pasl 1266 kitab KUHPer) tidak diberlakukan (dikesampingkan).

2. Isi Perjanjian/ KontrakSesuai ketentuan dalam PP no.29/2000 pasal 22 ayat a, maka perjanjian harus memuat :a. Uraian Para Pihakb. Konsiderasi c. Lingkup Pekerjaand. Nilai Kontrake. Bentuk Kontrak yang Dipakaif. Jangka Waktu Pelaksanaang. Prioritas Dokumen

3. Isi Syarat-Syarat umum KontrakMenurut PP No.29/2000 pasal 23, 34 s/d 39, syarat-syarat kontrak harus memuat uraian berikut karena merupakan salah satu dokumen yang terpenting.a. Definisi dan Interpretasib. Para Pihakc. Rumusan Pekerjaand. Nilai Pekerjaan/ Harga Borongane. Jangka Waktu Pelaksanaan dan Perpanjangannyaf. Pertanggungan (Asuransi)g. Jaminanh. Tenaga Ahlii. Hak dan Kewajiban Para Pihakj. Cara Pembayarank. Penyerahan Pekerjaan/ Serah Terima Pekerjaanl. Masa Pertanggungan atas Cacat (Defect Liability Period)m. Ganti Rugi Keterlambatan (Liquidated Damages)n. Pekerjaan Tambah/ Kurang (Perubahan Pekerjaan)o. Cedera janjip. Pelimpahan Pekerjaanq. Penyedia Jasa lainr. Pengawas, Pelaksana Pekerjaans. Gambar kerjat. Kemudahan Memasuki Lapangan, Tempat Penyimpanan, Bengkelu. Laporan/Dokumentasiv. Bahan, Peralatan dan Tenaga Kerjaw. Pemeriksaan dan Pengujianx. Perlindungan Pekerjay. Keadaan Memaksa (Force Majeur)z. Kegagalan Bangunanaa. Penghentian Sementara Pekerjaanab. Pemutusan Perjanjian/Pembatalan Kontrakac. Hak Atas Kekayaan Intelektualad. Insentifae. Sub Penyedia Jasa/ Pemasokaf. Bahasa Kontrakag. Hukum yang Berlaku

Dalam Buku Terjemahan Algemene Voorwarden (AV) 41 yang disusun oleh Soekarsono Malangyudo halaman 21 diuraikan mengenai pengaturan Pekerjaan Tambah/Kurang sebagai berikut :

1. Pasal 50 Mengenai Penyimpangan Dari Rencana (Pekerjaan Tambah dan Kurang)2. Pasal 51 Mengenai Perhitungan (Verrekening) Pekerjaan Lebih Atau Pekerjaan Kurang3. Pasal 54 Mengenai Tanggung Jawab Pemborong

4. Isi Syarat-Syarat Khusus KontrakSyarat-syarat khusus hanya berlaku untuk pekerjaan tertentu berdasarkan sifat, jenis, tingkat teknologi tertentu yang biasa disebut sebagai Special Conditions of Conntract atau Conditions of Contract (Particular).Syarat-syarat Khusus Kontrak dari sistem FIDIC/JCT yang diuraikan dalam Bab 6 dapat dipakai sebagai referensi/rujukan.

Beberapa Petunjuk Menyusun Kontrak1. Secara umum kontrak konstruksi harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain : UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi PP No. 28/2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi PP No. 30/2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi UU No.30/3000 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa AV 41 dan peratuan lain sejauh tidak bertentangan dengan UU No.18/1999 dan PP No. 29/20002. Gunakan kalimat-kalimat pendek yang pengertiannya jelas dan tegas dan tidak dapat diartikan lain.3. Istilah-istilah yang dipakai dalam kontrak kecuali artinya memang sudah jelas, harus diberi definisi agar artinya tidak rancu. (seperti diuraikan dalam Bab 6).4. Penggunaan kata-kata seperti dan lain-lain, dan sebagainya, beberapa harus dihindari, karena tidak member arti yang pasti.5. Bahasa kontrak dan hukum yang berlaku harus secara tegas disebut dalam kontrak, sesuai PP No.29 pasal 23 ayat 5 dan ayat 6.6. Pilihan mengenai penyelesaian sengketa harus tegas dicantumkan dalam kontrak sesuai ketentuan UU No.18/1999 pasal 36 dan 37 dan PP No.29/2000 pasal 49,50,51.7. Menunjuk suatu pasal atau ayat lain dalam kontrak juga harus tertib.8. Urutan-urutan kedudukan dokumen kontrak harus jelas agar tidak muncul kerancuan, ketidakjelasan atau pertentangan antara sesame dokumen kontrak.9. Disamping hal-hal tersebut, disampaikan beberapa petunjuk oleh Robert D. Gilbreath dalam bukunya Managing Construction Contracs mengenai Language Consideration pada halaman 80-82.

BAB 8Pengelolaan Kontrak Konstruksi

Pengelolaan kontrak diawali dengan adanya kebutuhan terhadap suatu kontrak untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang sudah direncanakan. Pengelolaan kontrak meliputi:

1. Perencanaan KontrakKontrak harus direncanakan dan diatur agar mencerminkan sasaran keseluruhan dari proyek yang direncanakan. Perencanaan kontrak harus mencerminkan keadaan-keadaan khusus dari proyek tersebut seperti kecocokan lokasi proyek, faktor sosial/adat istiadat, dan dampak lingkungan serta masalah teknis seperti penjadwalan dan resiko komersial. Perencanaan kontrak merupakan tugas dari penyedia Jasa.

2. Pembetukan/Penyusunan KontrakPenyedia jasa menyiapkan dokumen tender yang kemudian menjadi dokumen kontrak bagi pemenang tender. Dalam tahap ini harus tersedia dokumen-dokumen kontrak antara lain perjanjian, syarat-syarat kontrak, spesifikasi teknis, dan gambar-gambar yang tentunya harus mengikuti ketentuan yang berlaku. Kontrak konstruksi harus adil dan setara, berisi ketentuan yang melindungi semua pihak, mengtur pengawasan pelaksanaan, dapat diadministrasikan dengan benar.

3. Administrasi KontrakProses pengelolaan kontrak atau disebut juga administrasi kontrak dimulai sejak kontrak ditandatangani sampai kontrak berakhir. Dalam tahap ini berlangsunglah kegiatan nonteknis yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan fisik pekerjaan seperti laporan kemajuan pekerjaan, penagihan pembayaran, perubahan pekerjaan dan klaim.

4. Pemantauan KontrakPemantauan kontrak terdiri dari laporan berkala dan audit. Laporan berkala harus mengenali faktor-faktor pelaksanaan penting , mengenali dan menjelaskan unsur-unsur yang mengancam seperti klaim, perubahan pekerjaan, pembebanan biaya dibelakang, kelalaian, termasuk permintaan uang tunai untuk menyokong usaha konstruksi. Pelaksanaan audit dapat membantu meniadakan resiko yang tidak perlu, merampingkan pelaksanaan, dan menjamin pengawasan kontrak secara konsisten.

Manfaat Pengawasan pengelolaan kontrak Menciptakan sebuah kontrak dengan pihak penyedia jasa yang cakap dengan kemungkinan mendapatkan harga terendah. Menjamin pemenuhan segi komersial dan meminimalkan penyusutan Mengurangi perundingan , evaluasi biaya, klaim, proses pengadilan, dan perubahan pekerjaan yang mahal. Dapat menghindari pembayaran dimuka dan kelebihan pembayaran Mengurangi pekerjaan dalam bentuk maupun jumlahnya Biaya klaim berkurang Penghematan biaya langsung

Fase-fase utama pengelolaan kontrak