bab.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang terdapat
pada Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Pancasila disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI dan kemudian diundangkan dalam
Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang
tubuh UUD 1945.
Nilai-nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman
dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara. Proses
terbentuknya negara Indonesia melalui proses yag cukup panjang yaitu
sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV
telah menampakkan dasar-dasar kebangsaan Indonesia meskipun masih
bersifat lokal/kedaerahan.
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan yang pernah ada di
Indonesia. Kerajaan Sriwijaya telah lebih dahulu menghayati nilai-nilai
Pancasila sebelum Indonesia merdeka. Salah satu nilai Pancasila yang
dimaknai dan dihayati pada masa kerajaan Sriwijaya adalah cita-cita
negara yang adil dan makmur. Oleh karena itu, kerajaan Sriwijaya perlu
untuk dipelajari dan nilai-nilai Pancasila yang telah dimaknainya perlu
diketahui dan diterapkan pada saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat dijadikan sebagai batasan dalam
makalah berdasarkan latar belakang masalah yang ada yaitu:
1. bagaimana perkembangan dan pengaruh hindu-budha di indonesia?
2. bagaimana berdirinya kerajaan Sriwijaya?
3. apa saja peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya?
4. apa saja nilai-nilai/konteks Pancasila yang telah ada pada masa
kerajaan Sriwijaya?
![Page 2: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/2.jpg)
2
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah yang diberikan oleh dosen penampu yaitu Ibu Ermiyati, Ir., MT.
Selain bertujuan menyelesaikan tugas, makalah ini juga diselesaikan
dengan tujuan untuk menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman
mengenai kerajaan Sriwijaya dan nilai/konteks Pancasila yang telah
dimiliki pada masa kerajaan Sriwijaya.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah “Kerajaan Sriiwjaya” ditulis dengan harapan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
a. tambahan pengetahuan dan pemahaman mengenai kerajaan Sriwijaya
dan konteks Pancasila yang telah ada pada masa kerajaan tersebut
b. makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk makalah yang
terkait sehingga dapat membantu dihasilkannya makalah dengan hal-
hal yang lebih mendalam dan terperinci.
![Page 3: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/3.jpg)
3
BAB II
PEMBAHASAN
1.5 Perkembangan dan Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia
Secara geografis, Indonesia terletak diantara dua benua dan dua
samudra sehingga menjadikan Indonesia sebagai persimpangan jalur
perdagangan lintas dunia. Pedagang Cina dan India yang melewati Selat
Malaka singgah di Indonesia dan kemudian menghasilkan hubungan
perdagangan antara Indonesia, Cina dan India. Hubungan yang terjalin
antara Indonesia dengan India dan Cina menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan besar dalam bidang tata negara dan kebudayaan di
Indonesia. Daerah-daerah sepanjang Selat Malaka kemudian berubah dan
berkembang menjadi pusat-pusat penyebaran agama Hindu-Budha
(Aprilia, 2010).
1.5.1 Masuknya Ajaran Hindu-Budha di Indonesia
Sejak abad 500 SM, kegiatan perdagangan di Asia dilakukan melalui
jalur darat/jalur sutera. Jalur ini dimulai dari Cina melalui Asia Tengah dan
Turkistan sampai Laut Tengah. Memasuki awal abad Masehi jalur
perdagangan dialihkan memalui jalur laut dan perpindahan jalur tersebut
disebabkan alasan keamanan dan keuntungan. Pada pedagang India lebih
memilih melalui perairan Indonesia lewat Selat Malaka untuk menuju ke
negeri Cina dan sebaliknya.
Letak Indonesia yang startegis menyebabkan banyak kapal dagang
yang singgah sehingga terjadi hubungan antara Indonesia dengan India dan
Indonesia dengan Cina. Jalur masuk dan berkembanganya agama dan
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia diikuti dengan jalur pelayaran
perdagangan yang berkembang pada saat itu. Agama dan kebudayaan
Hindu-Budha masuk ke Indonesia melalui Selat Malaka, Laut Jawa, dan
Selat Makassar. Gambar 2.1 menunjukkan daerah yag dipengaruhi oleh
budaya Hindu-Budha.
![Page 4: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Daerah-daerah yang dipengaruhi unsur budaya Hindu-Budha di
Indonesia sampai abad ke-14 semakin luas. Sumatera mendapatkan
pengaruh Budha lebih kuat dibandingkan pengaruh Hindu. Hal ini
dibuktikan dengan berdirinya kerajaan Sriwijaya yang menjadi pusat
penyebaran dan perkembangan agama Budha di Asia Tenggara.
(Aprilia, 2010)
1.5.2 Pengaruh Budaya Hindu-Budha di Indonesia
Terjalinnya hubungan antara Indonesia dengan India dan Cina
memberikan pengaruh yang cukup besar bagi Indonesia pada saat itu, baik
dalam bidang agama maupun sosial budaya.
Bidang Agama
Agama Hindu-Budha masuk dan berkembang diberbagai daerah di
Indonesia. Agama Budha lebih dulu berkembang selama beberapa waktu
di Indonesia, bahkan Indonesia pernah menjadi pusat pendidikan dan
pengetahuan agama Budha bertaraf internasional pada masa kerajaan
Sriwijaya. Agama Hindu memperkenalkan sistem kasta yaitu Brahmana,
Ksatria, Waisya, dan Sudra. Perkembangan agama Hindu lebih banyak
pada Jawa dan Bali, sedangkan agama Budha lebih banyak berkembang di
Sumatera.
Gambar 2.1 Daerah yang dipengaruhi oleh budaya Hindu-Budha (Salim, 2009)
![Page 5: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Bidang Pemerintahan
Munculnya sistem Kerajaan Hindu dan Budha yang terdapat
diberbagai tempat seperti Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Kerajaan
Tarumanegara di Jawa Barat, Kerajaan Mataram Lama di Jawa Tengah,
dan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera.
Bidang Kebudayaan
Unsur-unsur kebudayaan India masuk dan mempengaruhi
perkembangan kebudayaan Indonesia. Hasil perpaduan kebudayaan
Indonesia dan Hindu-Budha dapat dilihat pada seni bangunan yang berupa
1) candi, 2) seni patung yang terbuat dari kayu, batu atau perunggu, 3) seni
ukir pada dinding candi yang berupa relief, 4) adanya bahasa sansekerta
yang merupakan tulisan gabungan India dan Indonesia, 5) sastra-sastra
yang ada.
(Aprilia, 2010)
1.6 Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya (Srivijaya) merupakan salah satu kerajaan besar yang ada di
Nusantara pada masa lalu. Kerajaan Sriwijaya berkaitan erat dengan
sejarah peradaban Nusantara. Keberadaan kerajaan Sriwijaya dicatat oleh
seorang pendeta Tiongkok bernama I Tsing saat mengunjungi Sriwijaya
abad ke-7 dan menulis tentang Sriwijaya. Sriwijaya berasal dari dua kata
yaitu Sri dan Wijaya. Sri dalam bahasa Sansakerta artinya “bercahaya atau
gemilang” dan Wijaya dalam bahasa Sansakerta artinya “kemenangan atau
kejayaan”, sehingga jika kata tersebut digabung akan memiliki arti sebagai
kemenangan yang gemilang atau kemenangan yang luar biasa (Fitrianto &
Sumasni, 2012).
1.6.1 Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Pengetahuan mengenai sejarah kerajaan Sriwijaya baru muncul pada
permulaan abad ke-20 M ketika George Coedes menulis karangannya
mengenai Sriwijaya yang berjudul Le Royaume de Crivijaya pada tahun
1918 (Pradinata, 2011).
![Page 6: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/6.jpg)
6
Kerajaan Sriwijaya memiliki pusat pemerintahan yang terletak di
sekitar wilayah Sumatera Selatan dan memiliki daerah pemerintahan yang
membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaka,
Sumatera, Jawa hingga ke pesisir Kalimantan seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya (Pradinata, 2011)
Keberadaan kerajaan Sriwijaya didukung oleh beberapa sumber
sejarah yang berasal dari berita asing maupun sumber lokal yang berupa
prasasti talang tuo, prasasti ligor, prasasti telaga batu, prasasti kedukan
bukit, prasasti kota kapur dan prasasti palas pesemah. Sumber asing
tersebut antara lain:
1. Sumber Cina
Kunjungan I Tsing, seorang peziarah Budha dari China pertama pada
tahun 671 M. Dalam catatannya disebutkan bahwa saat itu terdapat
lebih dari seribu orang pendeta Budha di Sriwijaya. Aturan dan upacara
para pendeta Budha tersebut sama dengan aturan dan upacara yang
dilakukan oleh para pendeta Budha di India. I Tsing tinggal selama 6
bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta, dan kemudian ia
berangkat ke Nalanda, India. Setelah lama belajar di Nalanda, tahun
685 I Tsing kembali ke Sriwijaya dan tinggal selama beberapa tahun
untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari bahasa Sansekerta ke
bahasa Cina. Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan
![Page 7: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/7.jpg)
7
Sriwijaya yang datang secara rutin ke Cina terakhir kali pada tahun
988M (Pradinata, 2011).
2. Sumber Arab
Seorang sejarawan Arab klasik, Mas‘udi, menulis catatan tentang
Sriwijaya pada tahun 955 M, dimana Sriwijaya disebut Sribuza.
Sriwijaya digambarkan sebagai sebuah kerajaan besar dengan tentara
yang sangat banyak. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu
gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu, gambir dan
beberapa hasil bumi lainya (Pradinata, 2011).
3. Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari
kerajaan yang ada di India seperti dengan Kerajaan Nalanda dan
Kerajaan Chola. Catatan Kerajaan Nalanda menyebutkan bahwa Raja
Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenal dengan nama
Prasasti Nalanda (Pradinata, 2011).
Pada mulanya, kerajaan hanya berupa kerajaan kecil.
Sriwijaya pertama kali dipimpin oleh Raja Dapunta Hyang. Berita
mengenai Raja Dapunta Hyang diketahui melalui Prasasti Kedukan Bukit
(683M). Pada masa pemerintahanya, Raja Dapunta Hyang berhasil
memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke wilayah Jambi dengan
menduduki daerah Minangatamwan yang merupakan dareah sangat
strategis dalam bidang ekonomi sebab dekat dengan jalur perhubungan
pelayaran di Selat Malaka. Raja Dapunta Hyang telah mencita-citakan
supaya kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan Maritim.
Setelah berkembang dibawah kekuasaan Dapunta Hyang, kerajaan
Sriwijaya semakin mengalami perkembangan yang sangat pesat ketika
dipimpin oleh Raja Balaputra Dewa. Raja Balaputra Dewa merupakan raja
dari kerajaan Syailendra. Raja Balaputra Dewa datang ke kerajaan
Sriwijaya karena kekalahannya yang terjadi pada perang saudara di
kerajaan Syailendra antara Balaputra Dewa dan Pramodhawardani.
![Page 8: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/8.jpg)
8
Balaputra Dewa diangkat menjadi raja oleh kakeknya, Raja Dharma Satru,
yang saat itu memimpin kerajaan Sriwijaya. Masa pemerintahan Raja
Balaputra Dewa berhasil meningkatkan pelayaran dan perdagangan rakyar
Sriwijaya dan menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang berada
diluar wilayah Indonesia, terutama kerajaan Benggala/Nalanda dan
kerajaan Chola di India. Pada masa raja Balaputra Dewa, kerajaan
Sriwijaya berhasil menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama
Budha di Asia Tenggara.
Sriwijaya mengalami keruntuhan pada masa Raja Sanggrama
Wijayattunggawarman. Kepemimpian Raja Sanggrama Wijayattung-
gawarman menyebabkan Sriwijaya mendapat ancaman dari kerajaan
Chola. Kerajaan Chola melakukan serangan dan berhasil merebut kerajaan
Sriwijaya serta menahan raja Sanggrama Wijayattunggawarman. Namun
pada masa pemerintahan Raja Kulotungga I di kerajaan Chola, Raja
Sanggrama Wijayattunggawarman dibebasan kembali.
1.6.2 Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Setelah berhasil menguasai Palembang, ibu kota Kerajaan
Sriwijaya dipindahakan dari Muara Takus ke Palembang. Dari Palembang,
Kerajaan Sriwijaya dengan mudah dapat menguasai daerah-daerah di
sekitarnya seperti Bangka, Jambi Hulu dan mungkin juga Jawa Barat
(Tarumanegara). Maka dalam abad ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya telah
berhasil menguasai kunci-kunci jalan perdagangan yang penting seperti
Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian barat.
Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan ke arah
utara, yaitu menduduki Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra.
Pendudukan terhadap daerah Semenanjung Malaya bertujuan untuk
menguasai daerah penghasil lada dan timah. Sedangkan pendudukan
terhadap daerah Tanah Genting Kra bertujuan untuk menguasai lintas jalur
perdagangan antara Cina dan India. Tanah Genting Kra sering
dipergunakan oleh para pedagang untuk menyeberang dari perairan Lautan
![Page 9: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/9.jpg)
9
Hindia ke Laut Cina Selatan, untuk menghindari persinggahan di pusat
Kerajaan Sriwijaya. Pada abad ke-8 M, kerajaan Sriwijaya telah berhasil
menguasai jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik melalui Selat Malaka,
Selat Karimata, dan Tanah Genting Kra. Dengan dikuasainya wilayah
tersebut, kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim terbesar di seluruh
Asia Tenggara.
Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang (dekat
Palembang), menyebutkan bahwa seorang raja yang bijaksana berlayar ke
luar negeri untuk mencari kekuatan gaib. Usahanya berhasil dengan baik.
Usaha besar yang dimaksudkan itu adalah perjalanan ekspedisi Raja
Sriwijaya yang berhasil dengan gemilang dalam menaklukan Bangka dan
Melayu (di Jambi). Menurut Prasasti Kota Kapur (686 M) yang ditemukan
di Pulau Bangka, penduduk pulau Bangka tunduk kepada Kerajaan
Sriwijaya. Di samping itu, juga diberitakan bahwa Kerajaan Sriwijaya
telah melakukan ekspedisi ke Pulau Jawa.
Perluasan yang dilakukan Kerajaan Sriwijaya bertujuan untuk
menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan Selat Sunda. Semakin
ramainya aktifitas pelayaran perdagangan di Kerajaan Sriwijaya
mengakibatkan Kerajaan Sriwijaya menjadi tempat pertemuan para
pedagang atau pusat perdagangan di Asia Tenggara. Bahkan para
pedagang dari Kerajaan Sriwijaya juga melakukan hubungan sampai di
luar wilayah Indonesia, seperti ke Cina di sebelah utara, atau Laut Merah
dan Teluk Persia di sebelah barat. Itulah sebabnya Kerajaan Sriwijaya
lebih dikenal sebagai kerajaan maritim.
Kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan-
kerajaan di luar wilayah Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan
yang berada di India, seperti Kerajaan Pala/Nalanda di Benggala dan
Kerajaan Cholamandala di Pantai Timur India Selatan.
![Page 10: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/10.jpg)
10
1.6.3 Masa Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh
faktor-faktor berikut :
Perubahan keadaan alam di sekitar Palembang. Sungai Musi, Ogan
Komering, dan sejumlah anak sungai lainnya membawa lumpur yang
diendapkan di sekitar Palembang sehingga posisinya menjauh dari laut
dan perahu sulit merapat.
Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu
kurang strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional
maupun internasional. Sementara itu, terbukanya Selat Berhala antara
Pulau Bangka dan Kepulauan Singkep dapat menyingkatkan jalur
perdagangan internasional sehingga Jambi lebih strategis daripada
Palembang.
Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang
diandalkan. Setelah kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa
Airlangga, Sriwijaya terpaksa mengakui Jawa Timur sebagai pemegang
hegemoni di Indonesia bagian timur dan Sriwijaya di bagian barat.
Adanya serangan militer atas Sriwijaya. Serangan pertama dilakukan
oleh Teguh Dharmawangsa terhadap wilayah selatan Sriwijaya (992)
hingga menyebabkan utusan yang dikirim ke Cina tidak berani kembali.
Serangan kedua dilakukan oleh Colamandala atas Semenanjung Malaya
pada tahun 1017 kemudian atas pusat Sriwijaya pada tahun 1023 –
1030. Dalam serangan ini, Raja Sriwijaya ditawan dan dibawa ke India.
Ketika Kertanegara bertakhta di Singasari juga ada usaha penyerangan
terhadap Sriwijaya, namun baru sebatas usaha mengurung Sriwijaya
dengan pendudukan atas wilayah Melayu. Akhir dari Kerajaan
Sriwijaya adalah pendudukan oleh Majapahit dalam usaha menciptakan
kesatuan Nusantara (1377).
(Fourtofour, 2012)
![Page 11: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/11.jpg)
11
1.6.4 Kehidupan Ekonomi, Politik, Sosial dan Agama Kerajaan
Sriwijaya
Kehidupan Politik
Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan besar dan masyhur. Selain
mendapat julukan sebagai Kerajaan Nasional I, Sriwijaya juga mendapat
julukan Kerajaan Maritim disebabkan armada lautnya yang kuat. Raja-
rajanya yang terkenal adalah Dapunta Hyang (pendiri Sriwijaya)
Balaputradewa, dan Sanggrama Wijayatunggawarman. Berdasarkan
Prasasti Kedukan Bukit diketahui bahwa Raja Dapunta Hyang berhasil
memperluas wilayah Kerajaan Sriwijaya dari Minangatwan sampai Jambi.
Pemerintahan Raja Balaputradewa berhasil mengantarkan Sriwijaya
menjadi kerajaan yang besar dan mencapai masa kejayaan. Balaputradewa
adalah putra Raja Syailendra, Samaratungga, yang karena dimusuhi
saudarinya, Pramodhawardhani (istri Raja Pikatan dari wangsa Sanjaya),
terpaksa melarikan diri ke Sriwijaya. Saat itu, Sriwijaya diperintah oleh
Raja Dharmasetu, kakek dari ibunda Balaputradewa.
Raja ini tidak berputra sehingga kedatangan Balaputradewa disambut
dengan baik, bahkan diserahi takhta dan diangkat menjadi raja di
Sriwijaya. Dalam masa pemerintahannya, Sriwijaya mengadakan
hubungan dengan Nalanda dalam bidang pengembangan agama Buddha.
Pada masa pemerintahan Sanggrama Wijayattunggawarman, Sriwijaya
mendapat serangan dari Kerajaan Colamandala. Sang Raja ditawan dan
baru dilepaskan ketika Colamandala diperintah Raja Kolottungga I.
(Hamdi, 2013)
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar di Indonesia
pada masa silam. Kerajaan Sriwijaya mampu mengembangkan diri sebagai
negara maritim yang pernah menguasai lalu lintas pelayaran dan
perdagangan internasional selama berabad-abad dengan menguasai Selat
Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Setiap pelayaran dan perdagangan
dari Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah
![Page 12: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/12.jpg)
12
Kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh Sumatra, sebagian Jawa,
Semenanjung Malaysia, dan Muangthai Selatan. Keadaan ini juga yang
membawa penghasilan Kerajaan Sriwijaya terutama diperoleh dari
komoditas ekspor dan bea cukai bagi kapalkapal yang singgah di
pelabuhan-pelabuhan milik Sriwijaya. Komoditas ekspor Sriwijaya antara
lain kapur barus, cendana, gading gajah, buah-buahan, kapas, cula badak,
dan wangi-wangian. Faktor- yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi
kerajaan besar adalah sebagai berikut.
Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan.
Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui
Asia Tenggara.
Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya Funan
memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk berkembang sebagai
negara maritim menggantikan Funan.
Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan
perdagangan di perairan Asia Tenggara dan memaksanya singgah di
pelabuhan-pelabuhan.
(Fourtofour, 2012)
Kehidupan Sosial
Kerajaan Sriwijaya memiliki letak lokasi yang strategis dalam lalu
lintas perdagangan intenasional sehingga menyebabkan masyarakat lebih
terbuka dalam menerima berbagai pengaruh asing. Masyarakat Sriwijaya
juga telah mampu mengembangkan bahasa komunikasi dalam dunia
perdagangannnya. Kemungkinan bahasa melayu kuno merupakan bahasa
pengahantar terutama dengan para pedagang. Masyarakat Sriwijaya juga
terbuka menerima masuknya budaya lain yang datang seperti tradisi agama
Hindu yang dibawa pedagang India.
(Fourtofour, 2012)
Kehidupan Keagamaan
Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama
Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha
![Page 13: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/13.jpg)
13
yang berkembang di Sriwijaya ialah aliran Mahayana dengan salah satu
tokohnya yang terkenal ialah Dharmakirti.
(Fourtofour, 2012)
1.6.5 Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Sriwijaya
Peninggalan kerajaan Sriwijaya ada dua macam yaitu secara fisik
berupa benda yang membuktikan kerajaan Sriwijaya pernah ada di masa
lalu dan peninggalan sosio-kultural yang hingga saat ini masih dianut oleh
bangsa Indonesia (Fitrianto & Sumasni, 2012).
Beberapa contoh peninggalan fisik dari kerajaan Sriwijaya adalah
sebagai berikut:
1. Prasasti Kota Kapur
Prasati ini ditemukan di Bangaka dan diperkirakan dibuat pada tahun
608 S (686 M). Isi dari prasasti Kota Kapur adalah mengenai kutukan
kepada mereka yang berbuat jahat, tidak tunduk dan setia pada raja
akan celaka. Keterangan yang terpenting adalah mengenai usaha
Sriwijaya untuk menaklukkan bhumi Jawa yang tidak tunduk kepada
Sriwijaya (Yeni, 2010).
Gambar 2.3 Prasasti Kota Kapur
![Page 14: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/14.jpg)
14
2. Prasasti Kedutan Bukit
Prasati ini ditemukan pada tahun 1920 di Palembang. Prassti ini
diperkirakan dibuat pada tahun 604 S (682 M), berhuruf Pallawa dan
berbahasa Melayu Kuno. Isi dari prasasti Kedutan Bukit adalah
mengenai Dapunta Hyang manalap siddhayatra dengan perahu pada
tanggal 11 paro terang (suklapaksa), bulan waisaka, tahun 604 S; Pada
tanggal 7 paro terang bulan Jyestha Dapunta Hyang berangkat dari
Minanga membawa tentara dua laksa dan 200 peti (kosa) perbekalan
dengan perahu, serta 1312 orang tentara berjalan di darat, datang di
suatu tempat yang bernama ma.... ; pada tanggal 5 paro terang, bulan
Asadha dengan sukacita mereka datang di suatu tempat dan membuat
kota (wanua) dan kerajaan Sriwijaya memperoleh kemenangan,
perjalanannya berhasil dan seluruh negeri memperoleh kemakmuran
(Yeni, 2010).
Gambar 2.4 Prasati Kedutan Bukit
3. Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan di Palembang dan diperkirakan dibuat
pada tahun 606 S (684 M), berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu
Kuno. Isi Prasati Talang Tuo adalah mengenai pembuatan kebun
Sriketra atas perintah Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran
semua makhluk. Di samping itu ada juga doa dan harapan yang
menunjukkan sifat agama Buddha (Yeni, 2010).
![Page 15: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/15.jpg)
15
Gambar 2.5 Prasasti Talang Tuo
4. Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditemukan di Palembang, namun tahun pembuatanya belum
dapat diketahui. Prasasti Telaga Batu berhurufkan Pallawa dan
berbahasa Melayu Kuno. Prasati ini berisikan mengenai kutukan-
kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan dan tidak taat
kepada perintah raja; juga memuat data-data bagi penyusunan
ketatanegaraan Sriwijaya (Yeni, 2010).
Gambar 2.6 Prasasti Telaga Batu
5. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor terdiri dari dua buah yaitu Prasasti Ligor A dan Prasasti
Ligor B. Prasasti Ligor A (Muangthai), berangka tahun 775 M. Isinya
menyebut tentang seorang raja Sriwijaya serta pembangunan trisamaya
![Page 16: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/16.jpg)
16
caitya untuk Padmapani, Sakyamuni, dan Vajrapani. Prasasti Ligor B
(bagian sisi lain dari Ligor A), tidak berangka tahun. Isinya menyebut
tentang seorang raja bernama Wisnu dengan gelar Sarwarimada-
wimathana atau pembunuh musuh-musuh yang sombong tiada bersisa.
(bandingkan dengan prasasti Kelurak, 782 M) (Yeni, 2010).
6. Candi Muara Takus
Candi ini berada di Muara Takus, Kabupaten Kampar, Riau. Candi tertua
di Sumetera ini merupakan tempat ibadah umat Buddha pada masa
kerajaan Sriwijaya. Candi Muara Takus terdiri dari beberapa candi yaitu
Candi Tua, Candi Bungsu, Candi Palangka, dan Stupa Mahligai.
1.7 Konteks Pancasila dalam Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya memiliki beberapa nilai-nilai kehidupan yang
merupakan konteks Pancasila sebagai dasar negara Indonesia pada saat ini,
yaitu;
Gambar 2.7 Candi Muara Takus (Pradinata, 2011)
![Page 17: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/17.jpg)
17
1. Dikembangkannya nilai-nilai Ketuhanan dengan cara
memperkenalkan dan mengajarkan agama Buddha serta adanya aturan
yang melarang kejahatan. Hal ini menunjukkan adanya nilai
Ketuhanan dari sila pertama Pancasila dalam kehidupan masyatakat
Sriwijaya,
2. Nilai nasionalisme yang berhubungan dengan kerajaan yang berciri
Kedatuan dan kerajaan Sriwijaya merupakan Kerajaan Maritim yang
mengandalkan kekuatan laut untuk memegang kunci lalu lintas
disekitar Selat Sunda bahkan Selat Malaka dan berusaha untuk
mempersatukan seluruh negeri dalam satu kesatuan. Hal ini
mencerminkan adanya nilai persatuan dari sila ketiga pada Pancasila
yang telah diterapkan.
3. Di dalam sistem pemerintahannya sudah terdapat pengurus pajak,
harta benda kerajaan, rohaniwan menjadi pengawas pembangunan
rumah-rumah ibadat.
4. Kerajaan Sriwijaya telah mempunyai cita-cita tentang kesejahteraan
bersama dalam suatu Negara, tertuang dalam bunyi slogan Marvuat
vanua Criwijaya siddhyatra subhiksa ( Suatu cita-cita Negara yang
adil dan makmur). Hal ini mencerminkan adanya penerapan dari sila
kelima Pancasila yaitu keadilan sosial yang diwujudkan dalam bentuk
kesejahteraan bersama.
![Page 18: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/18.jpg)
18
BAB III
KESIMPULAN
Sriwijaya (Srivijaya) merupakan salah satu kerajaan besar yang ada di
Nusantara pada masa lalu. berkaitan erat dengan sejarah peradaban
Nusantara. Kerajaan Sriwijaya telah lebih dahulu telah menghayati nilai-
nilai Pancasila sebelum Indonesia merdeka yaitu dikembangkannya nilai-
nilai Ketuhanan dengan cara memperkenalkan dan mengajarkan agama
Buddha, Nilai nasionalisme yang berhubungan dengan kerajaan yang
berciri Kedatuan dan berusaha untuk mempersatukan seluruh negeri dalam
satu kesatuan, dalam sistem pemerintahannya sudah terdapat pengurus
pajak, harta benda kerajaan, rohaniwan menjadi pengawas pembangunan
rumah-rumah ibadat, kerajaan Sriwijaya telah mempunyai cita-cita tentang
kesejahteraan bersama dalam suatu Negara, tertuang dalam bunyi slogan
Marvuat vanua Criwijaya siddhyatra subhiksa ( Suatu cita-cita Negara
yang adil dan makmur).
![Page 19: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/19.jpg)
19
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTs Kelas VII
Semester 2. Solo: Dino Mandiri
Djanarko, I. 2011. Bab II Pancasila dalam Konteks Perjuangan Bangsa.
Modul Pancasila. Universitas Narotama Surabaya
Fitrianto, D.L & Sumasni, N. 2012. Kerajaan Sriwijaya. dianrana-
katulistiwa.com/Sriwijaya.pdf. Diakses 14 September 2013
Fourtofour, A. 2012. Sejarah Kerajaan Sriwijaya.
http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-kerajaan-
sriwijaya.html. Diakases 14 September 2012
Hamdi, H. 2013. Sejarah Kerajaan Sriwijaya.
http://www.sibarasok.com/2013/07/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html.
Diakses 14 September 2013
Pradinata, A. 2011. Kerajaan Sriwijaya.
http://andripradinata.blogspot.com/2011/06/kerajaan-sriwijaya.html.
Diakses 14 September 2013
Salim, N,A. 2009. Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan dan
Pemerintahan pada Masa Hindu-Budha serta Peninggalan-
peniggalannya. Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Makassar
Yeni. 2010. Sejarah Indonesia Kuno. Rangkuman Materi Perkuliahan
Bahan Ajar SIK
![Page 20: bab.docx](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033022/55cf9bff550346d033a82f01/html5/thumbnails/20.jpg)
20
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3
2.1 Perkembangan dan Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia..................3
2.1.1 Masuknya Ajaran Hindu-Budha di Indonesia.............................3
2.1.2 Pengaruh Budaya Hindu-Budha di Indonesia..............................4
2.2 Kerajaan Sriwijaya..............................................................................5
2.2.1 Sejarah Kerajaan Sriwijaya..........................................................5
2.2.2 Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya.............................................8
2.2.3 Masa Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya.......................................10
2.2.4 Kehidupan Ekonomi, Politik, Sosial dan Agama Kerajaan Sriwijaya.............................................................................................11
2.2.5 Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Sriwijaya......................13
2.3 Konteks Pancasila dalam Kerajaan Sriwijaya..................................16
BAB III KESIMPULAN............................................................................18
DAFTAR PUSTAKA