bab.vi analisis dan strategi program penguatan … · mengadakan uang iuran operasional dari sesama...
TRANSCRIPT
BAB.VI
ANALISIS DAN STRATEGI PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS PPJTD.
Dari berbagai temuan evaluasi program penguatan keuangan dan
pengadvokasian untuk memperjuangkan lokasi pada bab-bab sebelumnya,
yakni permasalahan yang mempengaruhi tidak berhasilnya program-program
tersebut sangat berkaitan dengan permasalahan keorganisasian yakni
permasalahan kapasitas kepemimpinan, kapasitas keuangan, kapasitas sarana
dan prasarana, kapasitas sumberdaya manusia dan kapasitas jejaring
organisasi. Dari hasil evaluasi terhadap program iuran operasional, iuran arisan
tenda dan pengadvokasian. Dari ketiga hal tersebut masih banyak kendala atau
kelemahan terutama pada kepemimpinan dan pengurus, seperti pengelolaan
keuangan internal, pengelolaan administrasi, pengalaman mengatur
pembukuan, serta belum mampu menggunakan alat teknologi komputer.
Sedangkan dari hasil evaluasi pengadvokasian ditemukan bahwa
pemimpin dan pengurus masih banyak kelemahan dalam persiapan advokasi
yang intinya memperjuangkan lokasi (ijin) ke pemerintah. Usaha
memperjuangkan lokasi (ijin) bagi anggota PPJTD sampai saat belum berhasil
dan belum mendapatkan tanggapan yang serius terhadap keinginan anggota
PPJTD. Masalah yang menjadi kendala dalam memperjuangkan lokasi
disebabkan sumber daya manusia dalam pembuatan konsep, kurangnya
pengetahuan tentang sistem sumber, seperti Lembaga Bantuan Hukum (LBH),
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Keterbatasan tersebut dilatarbelakangi
pendidikan rendah, dan kurangnya pengalaman dalam pengorganisasian dan
juga belum pernah mengikuti pelatihan pengadvokasian.
Oleh karena itu, untuk menyusun strategi program penguatan kapasitas
organisasi dan pengadvokasian untuk mmperjuangkan lokasi dapat dilihat pada
analisis SWOT. Analisis dapat digunakan untuk mengetahui program yang
berkaitan dengan permasalahan pengadvokasian untuk memperjuangkan lokasi
tersebut diatas maka untuk lebih jelasnya akan dianalisis dan menjelaskan
faktor internal dengan variabel kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal
dengan variabel peluang dan ancaman dalam organisasi PPJTD dijelaskan
melalui analisis SWOT, sebagai berikut ini:
77
6.1 Faktor Internal 6.1.1 Kekuatan pada Organisasi PPJTD. Pada dasarnya organisasi PPJTD mempunyai kekuatan seperti keuatan
dasar hukum PPJTD, kekuatan ikatan emosional yang sama, dan kemauan
pemimpin dalam mengelola PPJTD sebagai berikut:
1) Kuatnya dasar hukum PPJTD sebagai LSM.
Organisasi PPJTD pada dasarnya memiliki dasar hukum yang kuat.
Dasar hukum, organisasi PPJTD telah memiliki ijin dengan Akta Nomor 09
tertanggal 26 Mei 2007 yang ditetapkan oleh Notaris Riena Sabrina, SH.
hal ini menunjukkan kekuatan hukum dalam organisasi untuk
mengembangkan kapasitas organisasi dan pengadvokasian anggotanya.
Dengan adanya dasar hukum dari notaris memberikan ruang gerak kepada
pemimpin PPJTD dapat menggerakan dan mempengaruhi seluruh
anggota dengan baik, sehingga menimbulkan rasa solidaritas tinggi
dalam organisasi untuk mempersatukan anggota PPJTD, dan untuk
memperjuangkan lokasi melalui organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan
kegiatan iuran arisan tenda untuk anggota dan operasional PPJTD dalam
pengadvokasian ke pemerintah.
Dasar hukum tersebut di atas dapat dijadikan dasar kekuatan untuk
menjalin hubungan dengan organisasi lain dalam rangka untuk
memperjuangkan hak anggota PPJTD yakni mendapatkan ijin atau
mendapatkan kemudahan lain untuk mengembangkan kemampuan
pengurus dan anggota PPJTD yaitu untuk meningkatkan ekonomi.
2) Kuatnya modal sosial dan ikatan-ikatan emosional yang sama.
Kepercayaan yang ditanamkan dalam organisasi yang ikut bergabung
dalam organisasi merupakan modal sosial. PPJTD muncul sebagai sistem
yang menyadarkan mereka untuk bekerja sama sebagai ikatan sosial yang
mempunyai profesi yang sama yakni pedagang kaki lima, yang sama-sama
menggunakan lahan publik sebagai tempat jualan. Oleh sebab itu, modal
kepercayaan tukar menukar informasi untuk membentuk suatu ikatan
kekuatan untuk memudahkan tindakan kolektif dalam pengadvokasian ke
pemerintah. Ikatan emosional yang ditunjukkan mereka adalah dengan
mengadakan uang iuran operasional dari sesama anggota PPJTD untuk
78
melakukan kegiatan keorganisasian dalam hal mengurus ijin, pembelian
tenda, biaya tenaga suka rela dan pembeliaan alat-alat organisasi. Selain itu
uang iuran juga digunakan dalam pengadvokasian dimana biaya
dikeluarkan untuk membeli air minum kepada seluruh anggota PPJTD yang
terlibat dalam memperjuangkan lokasi pada saat mendatangi ke DPRD dan
Walikota. Kekuatan lain adalah bahwa perjuangan untuk semua anggota
PPJTD dan tidak melihat latar belakang asal usul mereka berasal ataupun
etnis.
3) Kuatnya kemauan pemimpin dan pengurus mengelola PPJTD.
Selama ini pemimpin PPJTD dan pengurusnya telah menunjukkan
kemampuan untuk memimpin PPJTD. Pemimpin organisasi PPJTD mampu
menggerakan dan mengkoordinir kegiatan-kegiatan dalam organisasi
seperti arisan tenda, dan mengadakan pengadvokasian dalam rangka untuk
memperjuangkan lokasi jualan ke pemerintah untuk mendapatkan ijin. Hal
ini menunjukkan motivasi kerja kuat, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi
terhadap pekerjaan dan organisasi. Hal lain yang ditunjukkan oleh ketua
PPJTD dengan memberikan petunjuk atau nasehat kepada setiap anggota
untuk menjaga kebersihan lingkungan kerja dan menjaga keamanan dan
ketertiban serta pengadaan sirkulasi uang iuran anggota.
Akibat dari kemampuan pemimpin dan pengurus dapat dirasakan
oleh anggota adalah apabila ada petugas Satpol PP datang selalu
mendatangi ke ketua organisasi dan pengurus. Artinya segala sesuatu
diatur oleh pengurus. Anggota tidak berurusan langsung dengan
pemerintah.
Dampak dari kemampuan ketua dan pengurus dapat ditunjukkan
penanganan dan mengurangi hal-hal yang akan menjadi masalah antara
anggota PPJTD dan pemerintah. Apabila ada anggotanya melakukan
kesalahan berjualan menjolok ke badan jalan kemudian diketahui oleh
walikota, maka yang menjadi sasaran teguran adalah ketua dan pengurus
organisasi melalui lewat Camat dan Kelurahan. Secara tidak langsung cara
peneguran tersebut di atas menunjukkan bahwa keberadaan organisasi
yang dipimpinnya dapat diakui dan diketahui tidak secara langsung. Dengan
demikian perannya ketua dan pengurus dalam organisasi sangat penting
bagi anggota dan pemerintah.
79
6.1.2 Kelemahan Menjadi Permasalahan Organisasi PPJTD.
Untuk mengetahui permasalahan atau kendala yang dialami oleh
organisasi PPJTD yakni permasalahan kapasitas pengurus dalam pemahaman
advokasi, permasalahan pengembangan keuangan, sarana dan prasarana,
SDM, jejaring dengan organisasi, permasalahan lokasi jualan, dan
permasalahan belum mendapat dukungan hukum akan diuraikan sebagai
berikut:
1) Permasalahan kapasitas pengurus dalam pemahaman advokasi.
Ketua merupakan inti dari manajemen karena ketua merupakan motor
penggerak bagi seluruh sumberdaya yang dimiliki organisasi dalam rangka
mencapai tujuan usaha ekonomi dan pengadvokasian tersebut ditentukan
faktor kemahiran kepemimpinan pembuatan konsep dan hubungan dengan
pihak LSM lain. Namun pada kenyataan pengurus PPJTD sangat terbatas
pengetahuan dalam pemahaman advokasi dan pengalaman tentang
pengelolaan keorganisasian. Hal ini disebabkan oleh latarbelakang
pendidikan yang disandangnya yang rendah yakni hanya tamatan dari
SLTP. Bahkan ketua dan pengurusnya tidak pernah mengikuti suatu
pelatihan apapun tentang organisasi dan pemahaman advokasi, selama
menggerakan anggota sesuai dengan kemampuannya, bahkan sering
tergantung kepada penasehat organisasi untuk membuat konsep
pengetikan dan lain-lainnya. Dilihat dari pengalaman sehari-hari hanya
mengeluti pedagang kaki lima sebagai pekerjaan profesinya. Jadi inilah
yang menjadi penyebab kelemahan ketua dan pengurusnya dalam
organisasi PPJTD untuk membuat konsep-konsep, baik dalam administrasi
maupun konsep dalam pengadvokasian untuk memperjuangkan lokasi.
Selain itu melemahnya kemampuan untuk bernegoisasi dan menggalang
kekuatan dengan LSM atau lembaga bantuan hukum.
2) Permasalahan kapasitas pengembangan keuangan, sarana prasarana,
SDM, Jejaring dalam organisasi.
Permasalahan kegunaan uang iuran dari anggota PPJTD dalam
operasional organisasi adalah sebagai berikut:
Dana yang digunakan dalam belanja ATK kantor.
Organisasi hanya mengharapkan iuran dari anggota untuk
pelaksanaan kegiatan keadministrasian organisasi. Hal-hal yang
80
diperlukan dan organisasi seperti belanja kertas, tinta komputer, buku
kas, biaya pengetikan, biaya administrasi ijin organisasi dan lai-lain.
Dana yang digunakan untuk biayai pengurus.
Gaji pengurus selama ini digaji tidak permanen. Artinya kadang
mendapat gaji kadang juga tidak mendapat gaji. Karena harapan dari
iuran tersebut tidak bisa mencukupi untuk memberikan gaji kepada
pengurus. Sehingga selama ini pengurus menerima sesuai dengan
hasil dari sisa pembelanjaan jika masih ada.
Dana yang digunakan untuk pengembangan tenda baru.
Untuk pengembangan usaha tenda anggota PPJTD sebanyak 16
buah. Tenda tersebut dengan harga Rp. 1.700.000,00 per buah. Ini juga
mengharapkan dana dari iuran anggota PPJTD. pengadaan tenda ini
bertujuan untuk menghindari dari penggusuran yang sering dituduh
sebagai penyebab ketidakindahan dan kebersihan. Namun masih
banyak yang belum mendapatkan gilrannya karena faktor keuangan
tidak bisa mencukupi disebabkan oleh naiknya harga tenda
Dana yang digunakan dalam pengadvokasian.
Dalam pengadvokasian juga memerlukan dana. Dana yang
perlukan dalam pengadvokasian adalah untuk membuat konsep,
transportasi untuk pengurus ke lembaga pembuatan hukum (Notaris).
Pengeluaran untuk membeli makanan dan minuman pada saat
pengadvokasian di lapangan. Semua itu hanya mengharapkan iuran dari
anggota PPJTD. Hal ini menjadi beban organisasi untuk menguras
anggota melalui dana iuran tersebut.
Permasalahan belum memiliki sarana dan prasarana.
Dalam hal sarana yang dimaksudkan ada dua, sarana tempat
kerja dan sarana pemyampaian keluhan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan adalah faktor sarana pelayanan
(perlengkapan kerja) untuk kepentingan seperti mempercepat proses
pelaksanaan pekerjaan agar dapat menghemat waktu, meningkatkan
produktifitas pelayanan, menyediakan pelayanan yang lebih baik,
terjaminnya ketepatan ukuran dan stabilitas ukuran layanan,
mempermudah dalam gerak pelaku pelayanan, memberikan rasa
kenyamanan kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja dan kepuasan
pelayanan. Sedangkan kelemahan pada organisasi PPJTD adalah
81
semua peralatan perkantoran dan ruang kerja masih meminjam kepada
organisasi lain.
Dalam pengadvokasian ke pemerintah, DPRD dianggap sebagai
sarana penyampaian keluhan yang dirasakan oleh anggotanya dalam
penggusuran oleh Satpol PP. Dalam penyampaian advokasi mereka
tidak menggunakan spanduk sebagai sarana penyampaian pendapat.
Kegiatan yang mereka lakukan adalah berdialog dengan pemerintah
untuk bersedia membicarakan masalah mereka terutama untuk
kepentingan anggota yang sedang melakukan kegiatan jualan di lahan
publik. Namun sampai sekarang belum ada tanggapan yang serius
terhadap keluhan yang disampaikan oleh pengurus organisasi PPJTD.
Permasalahan SDM belum pernah mengikuti pelatihan keorganisasian.
Kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi telah mendorong tumbuh dan berkembangnya kreaktvitas dan
inovasi serta pendayagunaan modal intelektual atau pengetahuan yang
dimiliki organisasi untuk kemajuan organisasi pada masa yang akan
datang. Kunci kemampuan daya saing adalah manusia berkualitas,
penuh kreativitas dan inovasi sebagai modal intelektual sehingga
mampu menciptakan keunggulan bersaing. Oleh sebab itu, modal
intelektual adalah hal yang penting dimiliki seseorang dan perlu di
dayagunakan secara terus menerus. Selain itu, sumber daya manusia
juga dikatakan sebagai kompetensi inti dalam pengembangan baik
individu dan kelompok termasuk dalam organisasi PPJTD.
Sedangkan kelemahan yang ada pada organisasi PPJTD terutama
pada pemimpin dan pengurusnya pada dasar tidak mempunyai
kemampuan dan pengetahuan ketrampilan tentang keorganisasian yang
menunjang dalam pelaksanaan pembuatan konsep dan hubungan
dengan LSM atau lembaga hukum dalam kepentingan kegiatan
organisasi untuk memperjuangkan lokasi. Faktor yang mempengaruhi
adalah latarbelakang pendidikan mereka pada umunnya adalah rendah
hanya rata-rata tamatan SLTP. Bahkan mereka tidak pernah mengikuti
jenis kerampilan apapun tentang organisasi baik pelatihan manajemen,
pelatihan kepemimpinan maupun pengadvokasian dan hukum.
Permasalahan belum ada kerjasama atau jejaing dengan LSM.
82
Selama ini organisasi PPJTD hanya mengandalkan kemampuan
anggota PPJTD sendiri dalam pengadvokasian ke pemerintah.
Organisasi ini tidak pernah melakukan hubungan kerja sama dengan
lembaga swadaya masyarakat untuk mendampingi mereka dalam dalam
bantuan modal pengembangan usaha. Tidak ada hubungan dengan
LSM lain disebabkan oleh kurang informasi tentang sistem sumber-
sumber LSM yang ada dalam masyarakat. Selain itu belum pernah juga
melakukan hubungan dengan koperasi, donator atau Bank untuk yang
bisa mendapatkan kredit usaha kepada anggota.
3) Permasalahan lokasi jualan.
Permasalahan yang dihadapi oleh anggota PPJTD adalah
pemanfaatan lahan publik sebagai tempat jualan. Lokasi yang ditempati
adalah di di atas trotoar dan jalan masuk ke rumah pribadi dan kantor yang
ada di sekitar Jl. Ir. H. Djuanda dan Jl Merdeka, kelurahan Citarum. Alasan
menggunakan lahan publik karena anggota PPJTD adalah pada umunya
mereka tidak mampu atau kurang mampu bahkan miskin. Kerampilannya
hanya mampu menjalankan ekonomi dengan kegiatan jualan makanan dan
minuman yang dilakukan oleh pedagang kaki lima yang ditempatkan di atas
trotoar sejak tahun 1998/1999.
Pada tahun tahun 2005, pemerintah kota mengeluarkan peraturan
daerah tentang kebersihan, ketertiban dan keindahan (K3). Pada tahun
2006 pemerintah melaksanakan peraturan tersebut dengan melakukan
kebersihan (penggusuran) PKL, termasuk anggota PPJTD yang ada di Jl.
Ir. H. Djuanda dan Jl. Merdeka.
4) Permasalahan belum mendapat dukungan lembaga bantuan hukum.
Permasalahan yang dihadapi oleh organisasi PPJTD pada saat
memperjuangkan lokasi ke pemerintah tanpa ada lembaga bantuan hukum
yang mendukung perjuangan mereka. Mereka hanya mengadalkan
kekuatan yang ada dalam organisasi PPJTD. Faktor yang mempengaruhi
ketidak ketidak berhasilan tersebut adalah latarbelakang pendidikan yang
dimiliki oleh pengurus sangat minim. Selain itu juga pengetahuan dan
pengalaman dalam organisasi untuk menjaring hubungan dengan lembaga
hukum sangat terbatas. Oleh karena itu, sampai saat ini mereka belum
83
mendapatkan ijin lokasi jualan dalam rangka untuk meningkatkan ekonomi
melalui kegiatan jualan yang selama ini diperjuangan untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
6.2 Faktor Eksternal 6.2.1 Peluang Pada Organisasi PPJTD. Pada dasarnya organisasi PPJTD mempunyai peluang untuk
memanfaakan pelatihan kepemimpinan dari Badan Pembrdayaan dan
Departemen Sosial melalui Dinas di Propinsi, memanfaatkan pengusaha,
koperasi Bank untuk menambah bermodalan keuangan organisasi serta
memanfaatkan organisasi GGM dan Boxer untuk mencari dukungan
memperjuangkan lokasi sebagai berikut:
1) Adanya program pelatihan kepemimpinan dari Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Departemen Sosial.
Peluang adanya pelatihan pembinaan kepemimpinan dari Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Departemen Sosial melalui dinas-dinas di
propinsi sangat besar, karena setiap tahun dari Departemen Sosial
membina dan mengembangkan organisasi sosial masyarakat baik formal
maupun informal. Ketua dan pengurus PPJTD merupakan kepemimpinan
sosial masyarakat, termasuk pula sebagai kaderisasi kepemimpinan
organisasi PPJTD untuk meningkatkan kegiatan usaha dan
pengadvokasian. Semakin kuatnya mutu kepemimpinan diharapkan
memperbaiki mutu pengembangan usaha dan pengadvokasian. Dengan
demikian, organisasi ini perlu mendapat perhatian untuk dilatih dan dibina.
2) Adanya pengusaha, koperasi dan Bank.
Peluang yang dapat dimanfaatkan seperti pengusaha Mall Swalayan
BIP. Hotel Utari, Hotel Karmila, Hotel Santika Hotel Angrek. Peluang lain
yang ada di wialayah tersebut ada koperasi Istioma, koperasi SMPSN. VII,
Koperasi Rendam III Silinwangi dan Koperasi Riau. Sedangkan peluang lain
juga adalah Bank seperti Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank Bumi Putra,
Bank Jabar, Bank Niaga, dan Bank Muamalat. Koperasi dan Bank selalu
mencari nasabah untuk memberikan kredit usaha ekonomi maupun usaha
pengembangan organisasi. Oleh karena itu organisasi PPJTD bisa bekerja
84
sama dengan koperasi dan Bank dalam upaya penambahan bermodalan
usaha organisasi.
Sumber-sumber tersebut diatas menjadi peluang untuk meningkatkan
kemampuan keuangan organisasi dalam usaha anggota dan
pengadvokasian. Dengan demikian semua perencanaan program dapat
terlaksanakan dengan baik sesuai tujuan organisasi, baik pengembangan
pelatihan sumberdaya manusia maupun pada saat pelaksanaan
pengadvokasian, karena telah mendapat dukungan dana dalam program
peningkatan SDM pengurus organisasi.
3) Adanya Sarana dan Prasarana Boxer dan GGM.
Sarana dan prasarana merupakan fasilitas yang dipergunakan untuk
menunjang kegiatan organisasi, baik kegiatan pengembangan usaha
maupun kegiatan pengadvokasian. Sarana yang dimiliki organisasi ini sering
digunakan untuk pelatihan kepemudaan dan kegiatan lainnya. Organisasi
juga sering menjadi mediasi dalam pelatihan atau pembinaan organisasi
maupun kegiatan sosial masyarakat. Hal ini bisa dijadikan tempat kegiatan
pelatihan kepemimpinan ataupun organisasi tersebut bisa menfalitas ke
tempat lain. Karena mempunyai hubungan atau jaringan dengan LSM yang
ada di kota Bandung.
4) Adanya Hubungan Organisasi Boxer dan GGM dengan LMS dan Organisasi.
Boxer dan organisasi GGM merupakan peluang bagi organisasi
PPJTD untuk mencari dukungan dari organisasi lain. Karena organisasi
tersebut mempunyai jaringan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
dan mempunyai jaringan dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang ada
di kota Bandung. Sehingga pada saat pelaksanaan pelatihan bisa menjadi
nara sumber atau pelatih dalam kegiatan pelatihan.
6.2.2 Ancaman Pada Organisasi PPJTD. Ancaman yang akan menjadi masalah besar bagi anggota PPJTD
adalah melakukan kegiatan diatas trotoar yang belum mendapatkan ijin dari
pemerintah yang akan diuraikan sebagai berikut:
1) Belum adanya ijin dari pemerintah.
Bebergai usaha yang dilakukan untuk mendapatkan ijin usaha bagi
anggota PPJTD belum ada titik terang. Usaha pengadvokasian yang
85
dilakukan oleh pengurus organisasi selama juga belum membuah hasil.
Alasan pemerintah tidak memberikan ijin karena anggota PPJTD melanggar
auran pemerintah daerah tentang kebersihan, ketertiban dan keindahan
(K3). Selain melarang untuk menggunakan fasilitas publik seperti trotoar,
bahu jalan dan taman penghijauan. Dengan demikian anggota yang
berjualan di atas lahan publik merasa wawas terhadap pemerintah dalam
hal ini adalah satpol PP. Hal ini akan berakibat pada penggusuran yang
dilakukan oleh pemerintah. Apabila ini terjadi maka akan menjadi masalah
besar bagi anggota PPJTD terlebih keluarga mereka yang selama ini
mengharapkan penghasilan dari usaha dagang yang dilakukan di atas
lahan publik tersebut.
Akibat dari Perda no. 11 tersebut PKL dipaksa untuk meninggalkan
tempat usaha dan harus berurusan dengan pihak Satpol PP, karena
dianggap melanggar peraturan pemerintah daerah. Disisi lain PKL
merupakan usaha sektor informal ekonomi produktif yang merasa
kehilangan matapencaharian sebagai tumbuhan harapan untuk memenuhi
kekebutuhan hidup keluarganya. Dengan demikian mereka melakukan
penolokan selalui pengadvokasian ke pemerintah yang dikoordinir oleh
organisasi PPJTD.
Dampak dari penggusuran tersebut PKL akan banyak kehilangan
matapencaharian untuk membiayai anak sekolah dan kebutuhan rumah
tangga. Dengan demikian pengangguran akan semakin meningkat.
Permasalahan kriminalitas dan pengemis akan meningkat pula, karena
ketidak berdayaan untuk bersaing dengan pengusaha yang menguasai
perekonomian masyarakat.
Efeknya para PKL tetap tidak berdaya terus dan menambah beban
pemerintah untuk memikirkan masalah kemiskinan dan pengangguran yang
setiap tahun selalu bertambah. Apalagi krisis keuangan dan ekonomi sangat
berpotensi untuk menaikan grafik kemiskinan di Indonesia termasuk PKL
yang bergabung dalam organisasi PPJTD.
2) Penggusuran atau direlokasi ke tempat lain.
Kegiatan usaha jualan anggota PPJTD yang menggunakan lahan
publik trotoar yang berada di Jl Ir. H. Djuanda dan Jl. Merdeka akan menjadi
ancaman penggusuran jika pemerintah tidak mengakui beradaan PKL
86
tersebut. Sebab sesuai dengan aturan apabila anggota melakukan
kegiatannya diatas lahan publik yang dilarang oleh pemerintah Walikota
Bandung, digusur dan barangnya disita dan angkut ke kantor Satpol PP.
Kemudian dipaksa untuk meninggalkan tempat tersebut ke tempat lain yakni
Jl. Kencana ITB yang telah pilih oleh pemerintah secara sepihak tanpa
melibatkan pengurus PPJTD. Namun anggota PPJTD tetap tidak mau
dipindahkan, sehingga diberikan kembali sarana dagangnya yang disita
oleh Satpol PP, tetapi harus disediakan uang tembusan yang cukup besar.
Dan anggota tetap melaksanakan kegiatannya ditempat tersebut akan
menjadi ancaman jika tidak dilakukan pengadvokasian yang didukung
kekuatan lembaga hukum dan masyarakat.
6.3 Strategi Penyusunan Program Pemberdayaan dan pengadvokasian
Berdasarkan gambaran faktor internal dan faktor eksternal tersebut
diatas diperkirakan akan berpengaruh terhadap kegiatan PPJTD, yakni
kegiatan pengembangan keuangan usaha organisasi dan pengadvokasian
memperjuangkan lokasi, yang akan dianalisis strategi atas unsur-unsur
Kekuatan dan Peluang (S-O), strategi atas unsur Kekuatan dan Ancaman (S-T),
strategi atas unsur Kelemahan dan Peluang (W-O) serta strategi atas unsur
kelemahan dan Ancaman (W-T) unsur-unsur ini dimunculkan dalam matrik
SWOT untuk mengetahui kedua faktor intern dan ekstern dengan demikian
dapat diformulasikan sebagai berikut:
1) Strategi S-O : yakni dilakukan untuk memanfaatkan kekuatan internal
PPJTD secara maksimal untuk meraih berbagai peluang
diluar organisasi PPJTD.
2) Strategi S-T : yakni dilakukan untuk memanfaatkan kekuatan internal
PPJTD secara maksimal untuk dapat menghadapi
berbagai ancaman yang timbul dari ekternal PPJTD, serta
berupaya agar ancaman tersebut dapat dikondisikan
menjadi peluang baru bagi PPJTD.
3) Strategi W-O : yakni dilakukan untuk menekan kelemahan agar mampu
mencapai memaksimalisasi atau memanfaatkan peluang
yang timbul di luar organisasi PPJTD
87
4) Strategi W-T : yakni dilakukan dalam rangka menekan kelemahan untuk
bisa terfokus dalam menangani berbagai ancaman yang
timbul dari luar terhadap PPJTD.
Tabel 5. Matrik Analisis SWOT Strategi Penguatan Kapasitas PPJTD dan
Anggotanya.
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
KEKUATAN (STRENGTHS)
1. Kuatnya dasar hukum PPJTD sebagai LSM
2. Kuatnya modal sosial dan ikatan-ikatan emosional yang sama.
3. Kuatnya Kemauan pemimpin dan mengelola mengurus PPJTD
KELEMAHAN
(WEAKNESSES)
1. Pendidikan kepemimpinan PPJTD dan pengurus rendah.
2. Iuran keuangan organisasi tidak mencukupi
3. Sarana dan Prasarana belum dimiliki.
4. Belum pernah mengikuti pelatihan SDM organisasi.
5. Tidak melakukan hubungan dengan LSM Hukum.
PELUANG (OPPORTUNITIES)
1. Adanya Program pelatihan kepemimpinan organisasi dari BPM dan Depsos.
2. Adanya Pengusaha, koperasi dan Bank.
3. Adanya sarana Boxer dan GGM.
4. Adanya hubungan organisasi Boxer dan organisasi pemuda dengan LSM dan LBH.
Hasil S-O: Memanfaatkan pelatihan dasar hukum dan jaringan serta pemahaman konsep advokasi untuk meningkatkan kemampuan pengurus
Hasil W-O:
Memanfaatkan, pelatihan pengembangan sumberdaya manusia untuk meningkatkan kemampuan pengurus organisasi.
ANCAMAN (THREATS)
1. Belum adanya ijin dari pemerintah.
2. Penggusuran atau direlokasi ke tempat lain.
Hasil S-T: Memanfaatkan kekuatan organisasi dan kemauan pengurus PPJTD ke pemerintah dan pengusaha.
Hasil W-T: Menggalang kekuatan untuk pengadvokasian.
Untuk membuat strategi penguatan kapasitas PPJTD yang dibahas dalam
forum diskusi bersama pengurus PPJTD, tokoh masyarakat dan anggota. Dalam
pembahasan ini setiap orang mengemukakan pendapatnya sesuai dengan
pertanyaan-pertanyaan tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang akan dihadapi oleh organisasi. Setelah mengetahui kekuatan dan
kelemahan dibuatlah pilihan-pilihan strategi program untuk penguatan kapasitas
pengurus dan anggotanya yang dimunculkan dalam analisis SWOT.
Berdasarkan kesepakatan diskusi memunculkan 4 unsur pokok
penguatan kapasitas PPJTD yang dianggap penting penanganan masalah yang
akan di hadapi oleh pengurus dan anggota PPJTD mengenai masalah
88
kemampuan organisasi, masalah keuangan, masalah sumberdaya manusia,
masalah dan masalah pengadvokasian yang perlu diperbaikan melalui
pelatihan dan mengadakan hubungan dengan organisasi lain membantu
pengadvokasian dalam penyelesaian tujuan-tujuan organisasi PPJTD, oleh
karena itu strategi rencana program sebagai berikut:
6.3.1 Strategi memanfaatkan pelatihan dasar hukum dan jaringan serta pemahaman konsep advokasi untuk meningkatakan kemampuan pengurus. (Hasil S-O)
Dengan memperhaitkan kekuatan organisasi PPJTD telah menjadi
organisasi LSM dengan dasar hukum dari pemerintah kelurahan, ini merupakan
dasar kekuatan dan kuatnya modal sosial dan ikatan-ikatan emosial yang sama
serta kemauan keras pemimpin dan pengurus dapat dimanfaatkan sebagai
kekuatan untuk meraih peluang dengan bekerja sama dengan organisasi luar.
Organisasi Boxer dan organisasi GGM dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
organisasi luar yang bisa ditingkatkan hubungan bekerja sama dalam advokasi
dan pelatihan kepemimpinan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Departemen Sosial melalui dinas-dinas yang ada di propinsi. Maka bisa
dirancang strategi dalam matrik analisis SWOT. Ini dimaksukan untuk
memunculkan strategi alternatif, sebagai upaya pemecahan masalah tempat
usaha yang selama ini menjadi kendala dalam usaha jualan bagi anggota
PPJTD.
Untuk mewujudkan strategi memperjuangkan lokasi perlu ketrampilan
pelatihan-pelatihan seperti dasar hukum, mengindentifikasi sistem sumber yang
dapat membantu advokasi, memberikan informasi tentang adanya sumber yang
dapat dimanfaatkan oleh PPJTD, bertindak sebagai avokasi maupun negoisasi
terhadap pemerintah, berbicara, berargumen melalui prosedur, teknik-teknik
membangun jejaring dengan lembaga-lembaga pelayanan masyarakat, serta
prinsip-prinsip advokasi untuk melakukan perubahan. Sehingga pengurus
PPJTD mampu dan mahir dalam berbicara, perunding, pelobi ddalam
memperjuangkan lokasi usaha jualan anggota PPJTD itu sendiri. Ini sangat
diperlukan untuk pengembangan kapasitas pengurus organisasi. Oleh karena
itu, program yang dapat diterima dan sangat realitis dengan organisasi yang
diperlukan, sehingga dalam rancangan program pelaksanaan kegiatannya
adalah pelatihan meningkatkan kemampuan pemimpin dalam pemahaman
pengadvokasian.
89
Rancangan program pelatihan tentang advokasi terhadap pengurus
organisasi dirasakan sangat perlu. Ini dimaksudkan untuk melatih,
mengarahkan pemimpin dan pengurus organisasi untuk meningkatkan
pengetahuan advokasi.
6.3.2 Memanfaatkan pelatihan pengembangan sumberdaya manusia untuk meningkatkan kemampuan pengurus organisasi. (Hasil W-O)
Dengan memperhatikan kelemahan pengetahuan kepemimpinan dan
pengurus rendah, keuangan tidak mencukupi, sarana prasarana belum
memiliki, SDM minim dan tida hubungan dengan LSM hukum maka
dimanfaatkan peluang yang ada diluar organisasi, seperti program pelatihan
kepemimpinan organisasi dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Departemen Sosial, adanya pengusaha, Koperasi dan Bank serta lembaga
hukum untuk meningkatkan pengetahuan pengurus melalui pelatihan
pemahaman tentang disiplin kerja, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi terhadap
pekerjaan organisasi, rasa tanggung jawab dan pemahaman mendalam
terhadap tugas dan kewajibang sebagai pemimpin dan pengurus dalam
manajemen, jiwa wirausahaan yang tinggi dan konsisten dan pola pikir dan pola
tindak yang sesuai dengan visi misi dan budaya kerja organisasi. Oleh karena
itu, dirancang strategi program dalam matrik analisis SWOT. Kemudian dengan
pilihan alternatif program dalam upaya memecahkan masalah kelemahan
organisasi tersebut diatas.
Maka diperlukan alternatif pengembangan pelatihan kepemimpinan untuk
meningkatkan kemampuannya agar mampu bersaing dalam rangka
meningkatkan kemampuan pengurus dengan memanfaakan potensi-potensi
yang di lingkungan organisasi. Dengan demikian wujud dari peningkatan
sumber daya manusia melalui rancangan program yang diangggap sangat perlu
dan mendesak adalah Pelatihan kepemimpinan dan manajemen organisasi
Rancangan program tersebut sangat penting karena tujuan dari organisasi
PPJTD untuk melanjutkan perjuangannya ke pemerintah untuk mendapatkan
ijin bagi anggota harus memilik pengetahuan kepemimpinan dan manajemen
dalam pembuatan surat dan konsep dalam untuk memperjuangkan lokasi jualan
anggota PPJTD.
90
6.3.3 Memanfaatkan kekuatan organisasi dan kemauan pengurus PPJTD ke pemerintah dan pengusaha (Hasil S-T)
Pemanfaatan kekuatan internal PPJTD, seperti dasar hukum PPJTD,
modal sosial dan ikatan-ikatan emosional serta kuatnya kemauan pimpinan dan
pengurus tersebut diatas dapat dimanfaatkan untuk menghadapi berbagai
ancaman yang timbul dari eksternal PPJTD, seperti berijinan dan penggusuran
dari pemerintah. Untuk mengatasi ancaman tersebut, perlu adanya dorongan
badan-badan sosial masyarakat dan organisasi-organisasi (LSM) informal dan
formal untuk mengambil sikap dan langkah-langkah dalam pembuatan
kebijakan sosial maupun advokasi untuk mencapai perubahan mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh anggota PPJTD. Oleh karena itu, organisasi
PPJTD sebagai garis depan (frontline unit) untuk melaksanakan fungsi juru
bicara, perunding, pelobi, dialog dalam rangka mencari solusi bagi anggota
PPJTD.
Berdasar hal ini, maka dalam maktrik analisis SWOT, dapat dianalisis
dan menjadi pilihan alternatif untuk penyelesaian masalah larangan bagi
anggota PPJTD, yang sampai saat ini belum mendapatkan ijin tersebut. Tujuan
ini adalah membantu organisasi mendapatkan pengakuan. Hal lain yang
dimaksudkan juga untuk menghindari dari penggusuran dan tidak menjadi
sorotan pemerintah tentang keberadaan anggota PPJTD. Untuk menghindari
penggusuran dan berijinan yang akan ditolak oleh pemerintah maka dilakukan
program alternatif pemecahan masalah adalah Kekuatan organisasi untuk
membangun kemitraan dengan pemerintah, pengusaha, koperasi dan Bank.
Program tersebut dianggap mendesak bagi anggota PPJTD. Meningkat
selama berusaha selalu dengan rasa wawas dengan penggusuran yang akan
dilakukan oleh pihak Satpol PP. Dengan demikian program tersebut dianggap
cocok untuk segera dilaksanakan.
6.3.4 Strategi menggalang kekuatan untuk pengadvokasian (Hasil W-T)
Upaya yang dilakukan untuk menekan kelemahan organisasi PPJTD,
seperti pendidikan pemimpin dan pengurus rendah, belum pernah mengikuti
pelatihan SDM organisasi dan tidak pernah melakukan hubungan dengan
Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Hal ini yang menjadi faktor kelemahan dalam
argumen dengan pemerintah dalam rangka memperjuangkan lokasi jualan
91
anggota. Berbagai kemungkinan yang akan menjadi ancaman yang timbul dari
luar PPJTD, seperti ancaman tidak berikan ijin dan penggusuran dari
pemerintah, untuk itu perlu adanya membangun koalisi dengan pihak LSM lain,
untuk menrancang pendoman pengadvokasian, memobolisasi sumber dalam
aksi memperjuangkan lokasi jualan tersebut. Maka berdasarkan hasil strategi
dan rancangan yang terdapat dalam matrik analisis SWOT. Untuk memilih
alternatif dalam bidang keadvokasian ke pemerintah dan pengusaha. Dalam
kesepakatan untuk meningkatkan kekuatannya bagi organisasi PPJTD dalam
rangka pengadvokasian adalah menggalang kekuatan untuk pengadvokasian.
Rancangan program tersebut dianggap sesuai dengan kebutuhan yang
selama ini dialami oleh organisasi PPJTD, terutama pengurus organisasi dalam
melaksanakan tugas-tugasnya pengadvokasian masih menjadi lemah.
Diharapkan program membangun kekuatan dengan LSM dan lembaga bantuan
hukum, dapat memberikan semangat untuk bekerja keras dan meningkatkan
kepercayaan terhadap anggota untuk mendapatkan ijin dari pemerintah.
Tabel 6 Program pemberdayaan dan pengadvokasian
No.
Propram pemberdayaan dan pengadvokasian
Permasalahan
Strategi pemecahan masalah
Indikator keberhasilan
1
Permasalahan kapasitas pengurus dalam pemahaman advokasi.
Memanfaatkan pelatihan dasar hukum dan jaringan serta pemahaman konsep advokasi untuk meningkatkan kemampuan pengurus (Hasil S-O)
Meningkatkan
pengetahuan advokasi.
2
Permasalahan kapasitas pengembangan, keuangan, sarana-prasarana, SDM dan jejaring dengan lembaga lain sangat rendah dan kurang.
Memanfaatkan Pelatihan pengembangan sumberdaya manusia untuk meningkatkan kemampuan pengurus organisasi. (Hasil W-O)
Meningkatkan
kemampuan pengurus
PPJTD
3
Permasalahan lokasi jualan.
Memanfaatkan kekuatan organisasi dan kemauan pengurus PPJTD ke pemerintah dan pengusaha. (Hasil S-T)
Mendapatkan ijin bagi
anggota PPJTD
4
Permasalahan belum mendapat dukungan lembaga bantuan hukum.
Strategi Menggalang Kekuatan Untuk Pengadvokasian (Hasil W-T)
Perubahan kebijakan.
92
6.4 Rancangan program Hasil analisis SWOT pada tabel 6 tersebut di atas dapat menggambarkan
bahwa program perumusan strategi penguatan kapasitas pengadvokasian
dalam memperjuangkan lokasi jualan anggota memunculkan 4 strategi yang
dibutuhkan oleh organisasi dan anggota PPJTD untuk dilaksanakan.
Rancangan program yang akan dilaksanakan yaitu: program pelatihan
pengadvokasian, pelatihan kepemimpinan dan manajemen organisasi,
sedangkan membangun kemitraan pengusaha, koperasi dan Bank, LSM dan
lembaga hukum serta mengadakan lobi ke pemerintah dan pengusaha tidak
diberikan pelatihan cukup dengan penjelasan saja.
Beberapa program kegiatan tersebut di atas sangat diperlukan oleh
pengurus organisasi dan anggotanya. Selama ini mereka belum pernah
mengikuti program pelatihan apapun dari pemerintah maupun dari masyarakat.
Oleh karena itu pelaksanaan program ini lebih ditunjukan kepada peningkatan
kapasitas organisasi yang lebih efesien dan efektif dalam pengadvokasian.
6.4.1 Program Pelatihan Meningkatkan Kemampuan Pemimpin Dalam Pengadvokasian.
1) Latar Belakang
Program pelatihan diharapkan meningkatkan kemampuan pemimpin
dalam pekerjaan yang akan memperjuangkan lokasi jualan sebagai tempat
untuk meningkatkan ekonomi anggota yang dilakukan dilebih efekif dan
efisien. Sebab dengan pelatihan tersebut dapat memperbaiki
keadministrasian berkaitan dengan usaha pembuatan konsep
pengadvokasian yang dilakukan oleh organisasi PPJTD, dan bagaimana
pemahaman tentang advokasi yang benar. Artinya memberikan
pengetahuan kepada pengurus PPJTD tentang segala sesuatu yang belum
diketahui dalam rangka memperjuangkan lokasi jualan untuk mendapat ijin
dari pemerintah. Hal ini adalah untuk melatih mengindentifikasi sistem
sumber (LSM) yang memberikan membantu advokasi, memberikan informasi
tentang cara bertindak sebagai avokasi maupun negoisasi terhadap
pemerintah, berbicara, berargumen melalui prosedur, teknik-teknik
membangun jejaring dengan lembaga-lembaga pelayanan masyarakat, serta
prinsip-prinsip advokasi perubahan.
93
Berdasarkan informasi yang dihimpun bahwa, selama ini organisasi
PPJTD melakukan pembelaan diri atau pengadvokasian ke pemerintah
bertujuan untuk memperjuangkan lokasi tidak didampingi oleh Lambaga
Bantuan Hukum (LBH) dan LSM lainnya. Mereka secara bersama-sama
seluruh anggota PKL yang bergabung dalam organisasi yang mendatangi ke
pemerintah dipimpin oleh ketua PPJTD Genapo. Tanpa melakukan
persiapan materi atau konsep yang mantap untuk berargumen dengan
pemerintah.
Dengan demikian diperlukan pelatihan tentang pengetahuan
pengadvokasian yang baik dalam menggalang sekutu maupun konsep-
konsep yang menjadi dasar argumen dalam pengadvokasian, pengetahuan
tentang sikap dan prilaku dalam perorganisasi yang baik dengan etika yang
baik terhadap anggota bawahan dan pimpinan dan dengan pihak lain di luar
organisasi, dan pengetahuan ketrampilan tentang berkomunikasi dan
menjalin hubungan dengan organisasi lembaga bantuan hukum dalam
pengadvokasian untuk mempengaruh kebijakan pemerintah terhadap
anggota PPJTD.
2) Tujuan
Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan tentang pemahaman pengadvokasian dengan cara dan prilaku
yang baik serta cara untuk mendapatkan sistem sumber, kepada seluruh
pengurus PPJTD.
3) Penanggung jawab
LBH sebagai tim pelatihan dalam teknisi pengadvokasian.
4) Lokasi
Di Gedung Galanggang Generasi Muda (GGM) Bandung
5) Sasaran
Seluruh pengurus PPJTD
6) Waktu
Disesuaikan dengan program BPM dan Depsos.
7) Sumber Dana
Sumber Dana dari seluruh anggota PPJTD dan ABPD.
94
6.4.2 Program pelatihan kepeminpinan dan manajemen organisasi. 1) Latar Belakang.
Program pelatihan kepemimpinan dan manajemen dimaksudkan
untuk menambah wawasan kepemimpinan, selain itu juga untuk
memperbaiki sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan agar
mampu memperjuangkan lokasi dengan konep-konsep pengadvokasian
baik. Pelatihan dimaksudkan juga untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
baru atas sikap yang sesuai dengan perubahan. Salah satu sasaran yang
diharapkan adalah pekerjaan dapat dilakukan lebih efektif dan efesien.
Artinya setelah mndapatkan pelatihan diharapkan lebih baik dari yang
sebelumnya, sesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing.
Selanjutnya untuk memberikan pemahaman mengenai ciri pimimpin
yang baik adalah membagi-bagikan kewenangan yang bersifat operasional
kepada bawahan; berpengetahuan luas, mempunyai keyakinan dalam
mencapai tujuan, mengetahui sifat hiragi dan komplesitas dari tujuan yang
ingin dicapai, ketepatan dan kecepatan dalam pengambilan keputusan,
menguasai emosi dan mengunakan rasio atau objektif, adil dalam
memperlakukan bawahan, menguasai prinsip-prinsip human relations,
teknik komunikasi dan mampu membangun tim kerja yang intim dan
harmonis, mampu menjadi penasehat, guru dan kepala bagi bawahannya;
serta, mempunyai gambaran menyeluruh tentang seluruh kegiatan
organisasi.
Jika dalam pelatihan tersebut diharapkan organisasi PPJTD mampu
menguasai ilmu administrasi, manajemen, konsep, surat menyurat dalam
rangka memperbaiki admisintrasi keorganisasian sehingga bisa menjadi
organisasi berkualitas untuk mampu memajukan anggotanya
memperjuangkan tujuan anggota. Dengan demikian merupakan
penghargaan bagi dirinya dan terus dikembangkan melalui pendidikan yang
teratur pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan.
2) Tujuan
Tujuan pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang pengelola adminstrasi dan manajemen organisasi
serta pembuatan konsep-konsep pengadvokasian, pembukuan, surat
mennyurat kepada pengurus PPJTD.
95
3) Penanggung jawab.
Yang menjadi tanggung jawab dalam pelaksanaan atau pelatih
program ini adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Dinas Sosial
serta seluruh pengurus organisasi PPJTD.
4) Lokasi.
Lokasi pelaksanaan pelatihan kepemimpinan adalah Gedung GGM
Kota Bandung.
5) Sasaran.
Sasaran pelatihan adalah seluruh pengurus PPJTD.
6) Waktu.
Disesuakan dengan program BPM dan Depsos.
7) Sumber Dana.
Anggota PPJTD dan ABPD dari program pemerintah dalam hal ini
Badan Pemberdayaan Masyarakat.
6.4.3 Kekuatan organisasi untuk membangun kemitraan dengan pemerintah, pengusaha, koparasi dan Bank.
Untuk membangun kemitraan dngn pemerintah, pengusaha, koperasi dan
bank diharapkan organisasi PPJTD sebagai garis depan (frontline unit) untuk
melaksanakan fungsi juru bicara, perunding, pelobi, dialog dalam rangka
mencari solusi bagi anggota PPJTD.
Tujuan dilakukan memitraan diharapkan mampu menghimpun dan
menyakinkan pihak donator tentang usaha anggota PPJTD, menjadi
penyediaan modal dalam bentuk kerja sama yakni pinjaman atau kredit dalam
mengembangkan tenda baru agar tidak terjadi penggusuran oleh pemerintah
bahkan menjadi kerjasama dalam penataan PKL dengan satu kesepakatan
bersama. Dengan demikian bisa dilakukan negoisasi sebagai program
penguatan kapasitas keuangan organisasi. Harapan bisa dilaksanakan pada
tahun 2009.
6.4.4 Menggalang kekuatan untuk pengadvokasian.
Dalam pertimbangan peluang dan kelemahan pada organisasi PPJTD
kemudian dapat mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan lembaga,
96
Gelangan Generasi Muda (GGM) dan organisasi Boxer sebagai dukungan,
maka organisasi tersebut mempunyai jaringan dengan LSM lain sehinga
dimanfaatkan sebagai pengantara dalam mencari dukungan. Dengan adanya
dukungan kedua organisasi bisa dijadikan mitra kerja untuk menjalin hubungan
dengan lembaga swadaya masyarakat lain untuk menggalang kekuatan dan
perlu adanya membangun koalisi dengan pihak LSM lain, untuk merancang
pendoman pengadvokasian, memobolisasi sumber dalam aksi
memperjuangkan lokasi jualan tersebut.
Dengan demikian organisasi bisa mencapai tujuan untuk mempengaruhi
kebijakan sosial terhadap permasalahan anggota PPJTD yakni menggunakan
lahan publik satu kesepakatan antara pembuat kebijakan dan anggota PPJTD.
Dengan demikian anggota PPJTD dapat meningkatkan kapasitas penguatan
pengembangan organisasi dalam rangka usaha ekonomi dalam memenuhi
kebutuhan hidup.