badan perencanaan pembangunan daerah kabupaten … · dalam suatu badan usaha. dalam uu nomor 25...
TRANSCRIPT
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
1 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Struktur perekonomian Indonesia ditompang oleh beragam jenis
badan usaha dan bergerak diberbagai macam bidang usaha. Diantara
badan usaha yang berkembang di Indonesia terdapat satu badan usaha
yang berbeda dengan badan usaha yang lainnya, badan usaha tersebut
adalah koperasi. Pada awalnya koperasi lahir di Inggris sekitar tahun 1944
dimana lahirnya koperasi merupakan suatu wujud reassi terhadap
kapitalisme dari masa revolusi industri. Koperasi dianggap berbeda
dengan badan usaha lainnya karena mengusung prinsip yang tidak biasa
dalam suatu badan usaha. Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 mengenai
koperasi dijelaskan bahwa koperasi merupakan badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
Prinsip yang menonjol dari koperasi berdasarkan UU tersebut
adalah terlihat dari definisi koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan. Ditengah gencarnya arus globalisasi
ekonomi dan berkembangnya ekonomi kapitalis dimana dalam era ini
orang yang memiliki kapital atau modal akan dapat bertahan dalam
lingkaran perekonomian sedangkan orang yang tidak memiliki capital yang
kuat akan tersingkir dalam putaran perekonomian maka koperasi tentunya
merupakan salah satu terobosan yang unik ditengah kondisi tersebut.
Koperasi lebih mengusung gerakan ekonomi rakyat yang artinya
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh rakyat yang dengan secara swa-
daya mengelola sumberdaya apa saja yang dapat dikuasainya dan
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya. Prinsip
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
2 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
lainnya adalah koperasi mengedepankan prinsip kekeluargaan berarti
koperasi mengedepankan setia kawan dan kesadaran berpribadi, sekaligus
bertujuan untuk menyejahterakan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Prinsip koperasi tersebut tentunya jauh
berbeda dengan prinsip kapitalis yang mendewakan “laba” sebagai tujuan
utamanya.
Dalam sejarah perkembangan perekonomian di Indonesia, koperasi
memiliki peranan yang cukup berarti dan dengan prinsip yang diusungnya,
koperasi diharapkan dapat mampu menjadi soko guru perekonomian
terutama ekonomi kerakyatan yang mendominasi struktur perekonomian
di Indonesia. Harapan terhadap koperasi memang cukup beralasan sebab
sangat ironis ditengah gencarnya arus globalisasi Indonesia mayoritas
ekonominya didominasi oleh ekonomi kerakyatan yang sangat lemah
terhadap terkaman kapitalisasi. Koperasi melalui prinsip yang diusung
diharapkan menjadi tiang pondasi ekonomi kerakyatan untuk menopang
dari himpitan arus liberalisasi sehingga mampu untuk bertahan bahkan
berkompetisi didalamnya.
Keseluruhan wilayah di Indonesia pada umumnya struktur ekonomi
ditompang oleh usaha kerakyatan termasuk Kabupaten Banyuwangi.
Sebagai salah satu wilayah di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Banyuwangi
termasuk sebagai 10 besar dengan tingkat perekonomian tertinggi
sehingga merupakan daerah andalan. Seperti kebanyakan daerah di
Indonesia, Kabupaten ekonomi struktur perekonomian terbesar didominasi
oleh jenis usaha kerakyatan yaitu usaha yang berskala menengah, kecil
bahkan mikro.
Karena struktur perekonomian di Kabupaten Banyuwangi di
tompang oleh usaha berskala menengah, kecil bahkan mikro (UMKM)
maka kehadiran koperasi tentu akan sangat membantu. Sebagai salah
satu unit usaha dalam perekonomian, UMKM memiliki ciri umum yang
melekat yaitu permodalan yang masih lemah, inovasi rendah, pemasaran
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
3 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
yang sempit, serta kelemahan lainnya. Padahal modal merupakan faktor
yang sangat penting dalam mendukung peningkatan produksi dan kinerja
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) itu sendiri, terlebih pada
pengusaha mikro maupun pedagang golongan ekonomi lemah (usaha
kecil).
Dengan ciri khas yang melekat pada UMKM tersebut, tentu hal
tersebut dapat menjadi bumerang bagi perkembangan UMKM di
Kabupaten Banyuwangi. Koperasi melalui prinsip yang diusung diharapkan
mampu menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh UMKM.
Dibalik kelemahan yang dimiliki oleh UMKM sebenarnya terdapat
kekuatan yang dimiliki oleh UMKM yaitu dalam hal penyerapan tenaga
kerja pada umumnya UMKM adalah sektor yang padat karya dan mampu
menyerap tenaga kerja baik tenaga kerja terdidik maupun tenaga kerja
tidak terdidik. Dari segi ketahanan terhadap permasalahan ekonomi global
UMKM juga terlihat lebih kokoh dibandingkan industri besar maka dari itu
UMKM manjadi tiang penyelamat terakhir perekonomian Indonesia.
Berdasarkan penjabaran mengenai koperasi dan UMKM diatas
Nampak bahwa betapa kedua hal tersebut memegang peranan penting
bagi Kabupaten Banyuwangi. Kedua bidang ini hendaknya dapat terus
dikembangkan guna mendukung perkembangan Kabupaten Banyuwangi
apalagi bila kedua bidang ini saling bersinergi tentu akan menjadi suatu
kekuatan lebih untuk dapat lebih memacu perekonomian terutama untuk
mendukung perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi.
Untuk dapat mengembangkan serta mensinergikan antara koperasi
dan UMKM maka diperlukan suatu kajian yang komprehensif mengenai
bagaimanakah peranan koperasi guna menunjang perkembangan UMKM di
Kabupaten Banyuwangi.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
4 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah peran koperasi terhadap UMKM di Kabupaten
Banyuwangi
2. Apakah permasalahan yang menghambat fungsi koperasi dan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
3. Bagaimanakah strategi peningkatan peran Koperasi untuk
menunjang perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisa peran koperasi terhadap UMKM di Kabupaten
Banyuwangi
2. Menganalisa permasalahan Koperasi dan UMKM di Kabupaten
Banyuwangi
3. Menyusun strategi peningkatan peran Koperasi untuk menunjang
perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari kegiatan Peran Koperasi Terhadap Usaha Menengah,
Kecil dan Mikro Kabupaten Banyuwangi adalah memberikan masukan
secara ilmiah dan komprehensif bagi pengambil kebijakan di Kabupaten
Banyuwangi mengenai perkembangan koperasi dan UMKM.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
5 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi
Pada hakekatnya koperasi merupakan suatu lembaga ekonomi yang
sangat diperlukan dan penting untuk dipertahankan, koperasi merupakan
suatu alat bagi orang-orang yang ingin meningkatkan taraf hidupnya.
Dasar kegiatan koperasi adalah kerjasama yang dianggap sebagai suatu
cara untuk memecahkan berbagai masalah atau persoalan yang dihadapi
oleh masing-masing masyarakat khususnya untuk kalangan ekonomi yang
lemah.
Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19, sebagai reaksi terhadap
sistem liberialisme ekonomi, yang pada waktu itu segolongan kecil pemilik-
pemilik modal menguasai kehidupan masyarakat. Kata koperasi berasal
dari bahasa latin coopere yang dalam bahasa Inggris disebut cooperation
dan cooperative. Koperasi berasal dari kata co dan operation yang
mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. Kerjasama adalah
adanya dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama untuk mencapai
satu atau beberapa tujuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
koperasi adalah suatu bentuk kerja sama dalam waktu yang relatif lama.
Sistem pemikirian esensialis-nominal yang dikemukakan oleh
Hanel pada tahun 1989. Dalam hal ini Hanel mengemukakan bahwa ada
dua pendekatan 18 dalam mendefinisikan koperasi baik dalam teori
maupun praktek. Kedua pendekatan yang dimaksud yaitu, pendekatan
ilmiah esensialis (pengertian koperasi menurut hukum) dan kedua,
pendekatan ilmiah nominalis (pengertian koperasi menurut ekonomi).
Pendekatan imiah esensial (legal sense) adalah suatu pendekatan dalam
mendefinisikan koperasi selalu bertitik tolak dari prinsip-prinsip koperasi,
terutama prinsip-prinsip koperasi yang diterapkan oleh para pelopor
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
6 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
koperasi. Pedekatan esensialis beranggapan bahwa prinsip-prinsip
koperasi di satu pihak memuat sejumlah nilai, norma, dan tujuan konkrit
yang harus ditemukan pada semua koperasi. Di pihak lain, prinsip-prinsip
tersebut merupakan prinsip-prinsip pengembangan organisasi dan
pedoman-pedoman kerja yang pragmatis, yang hanya berhasil diterapkan
pada keadaan-keadaan tertentu.
Pengertian atau definisi koperasi menurut pendekatan ilmiah
esensial (pengertian koperasi menurut hukum) : menurut Undang -
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dalam pasal 1 ayat
(1) menyatakan : "bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan; ayat (2)
Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan
koperasi; ayat (3) Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan orang seorang; ayat (4) Koperasi Sekunder adalah
Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi; ayat (5)
Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan
perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama
Koperasi".
Berbeda dengan pendapat para esensialis, maka menurut
pengertian nominalis, yang sesuai dengan pendekatan ilmiah modern
dalam ilmu ekonomi koperasi, koperasi adalah lembaga-lembaga atau
organisasi-organisasi yang tanpa memperhatikan bentuk hukum atau
wujudnya memenuhi kriteria tersebut sesuai dengan pendapat Alfred
Hanel (Graha Ilmu, 2005) :
1. Sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok atas dasar
sekurang-kurangnya satu kepentingan atau tujuan yang sama
(Kelompok Koperasi)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
7 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
2. Anggota-anggota kelompok koperasi secara individual bertekad
mewujudkannya, yaitu memperbaiki situasi ekonomi dan sosial
mereka, melalui usaha bersama dan saling tolong menolong
(Swadaya dari Kelompok Koperasi)
3. Sebagai instrumen (wahana) untuk mewujudkannya adalah suatu
perusahaan yang dimiliki dan dibina secara bersama (Perusahaan
Koperasi)
4. Perusahaan Koperasi itu ditugaskan untuk menunjang kepentingan
para anggota koperasi itu, dengan cara menyediakan atau
menawarkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para anggota
dalam kegiatan ekonominya, yaitu dalam perusahaan atau rumah
tangganya masing-masing (Tujuan/Tugas dan Promosi Anggota)
Dari pengertian-pengertian tersebut koperasi merupakan organisasi
ekonomi, tindakan ekonomi dalam koperasi antara lain dalam bentuk
usaha untuk meningkatkan usaha koperasi itu sendiri. Dengan demikian
sebagai organisasi ekonomi, koperasi melakukan kegiatan ekonomi melalui
unit-unit usaha yang diadakannya dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan anggota serta untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya, sehingga kesejahteraan yang
merata bagi masyarakat Indonesia yang kita cita-citakan dapat terwujud.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam, kegiatan usaha simpan
pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan
menyalurkan kembali dana tersebut melalui usaha simpan pinjam dari dan
untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang
bersangkutan, koperasi yang bersangkutan, koperasi lain atau
anggotanya. Sebagai sebuah lembaga keuangan non bank, koperasi
adalah suatu usaha yang dimiliki dan diawasi oleh pengguna jasanya serta
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
8 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
membagikan keuntungan (manfaat ekonomi) yang diperoleh dari kegiatan
bisnis berdasarkan tingkat partisipasi anggotanya (David W. Cobia,1989).
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang fungsi,
peran dan prinsip koperasi diatur dalam Bab III Pasal 4 dijelaskan bahwa
fungsi dan peran koperasi adalah sebagai berikut :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka.
2. Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai soko
gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional, yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Dari pengertian koperasi tersebut dapat dikemukakan tiga konsep
operasional koperasi sebagai berikut :
1. Prinsip kepemilikan
Koperasi dimiliki oleh anggota yang mendanai dan sekaligus
menggunakan jasa koperasi itu.
2. Prinsip kontrol (pengawasan)
Koperasi dalam menjalankan kegiatan bisnisnya diawasi oleh
para anggotanya sendiri yang bukan hanya berkedudukan sebagai
pemilik melainkan juga sebagai pengguna jasa koperasi itu.
3. Prinsip pembagian keuntungan
Hasil usaha koperasi dibagikan kepada para anggotanya
sesuai dengan intensitas keterlibatannya dalam koperasi.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
9 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
2.1.1 Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi
Landasan ideal koperasi Indonesia adalah Pancasila, didasarkan
atas pertimbangan bahwa Pancasila adalah pandangan falsafah,
pandangan hidup, dan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila akan menjadi
pedoman yang mengarahkan semua tindakan koperasi dan organisasi-
organisasi lainnya dalam mengemban fungsinya masing-masing di tengah-
tengah masyarakat. Landasan struktural koperasi Indonesia adalah Pasal
33 Undang-Undang Dasar 1945, dengan pertimbangan bahwa pasal
tersebut pada dasarnya mengatur perikehidupan ekonomi bangsa
Indonesia yang di dalam gerak pelaksanaannya dilandasi oleh prinsip-
prinsip demokrasi ekonomi. Artinya, usaha pemenuhan kebutuhan
ekonomi warga Negara Indonesia harus dilakukan melalui usaha berasama
di antara anggota masyarakat. Dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945
ditegaskan bahwa perekonomian yang hendak disusun di Indonesia adalah
suatu usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Artinya, susunan
perekonomian usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan itu adalah
koperasi. Hal ini terdapat dalam penjelasan Pasal 33 UUD 1945 dan
berulang kali telah ditegaskan oleh Muhammad Hatta bahwa yang
dimaksud dengan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan itu
ialah koperasi.
Asas koperasi Indonesia adalah kekeluargaan (Pasal 2 UU Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian). Semangat kekeluargaan ini
merupakan pembeda utama antara koperasi dengan bentuk-bentuk badan
usaha lainnya. Semangat kekeluargaan mengandung tiga unsur :
1. Kesadaran akan harga diri sebagai pribadi (individualitas)
Kesadaran bahwa setiap manusia tidak akan dapat
berkembang dengan baik bila tidak bekerja sama dengan orang
lain. Kesadaran seperti itulah yang kemudian mendorong
tumbuhnya sikap mental yang mengarah pada semangat
kekeluargaan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
10 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
2. Rasa setia kawan (solidaritas)
Rasa setia kawan ini sangat penting bagi perkembangan
usaha koperasi, karena rasa setia kawan akan mendorong setiap
anggota koperasi untuk merasa sebagai satu keluarga besar yang
senasib dan sepenanggungan. Bertolak dari rasa setia kawan ini
akan tumbuh kehendak untuk bersatu, bekerja sama, dan tolong-
menolong dalam koperasi. Rasa setia kawan itu antara lain
terwujud dalam bentuk gotong royong yang telah lama ada dalam
masyarakat Indonesia.
3. Kepercayaan pada diri sendiri (self-help)
Sikap percaya pada diri sendiri yang tumbuh karena adanya
saling tolong menolong di antara sesama anggota koperasi akan
mendukung kesadaran berpribadi dan rasa setia kawan yang
berguna bagi pengembangan koperasi. Ketiga unsur tersebut
diharapkan saling memperkuat setiap anggota koperasi dalam
melakukan usaha untuk meningkatkan kemakmuran bersama.
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, dalam garis
besarnya tujuan koperasi Indonesia meliputi 3 (tiga) hal :
1. Untuk memajukan kesejahteraan anggota.
2. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.
3. Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional.
Pada peraturan koperasi yang terbaru yaitu UU No 17 Tahun 2012
pada pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa nilai yang mendasari kegiatan
koperasi yaitu :
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
11 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
1. kekeluargaan;
2. menolong diri sendiri;
3. bertanggung jawab;
4. demokrasi;
5. persamaan;
6. berkeadilan; dan
7. kemandirian.
Selain itu koperasi juga menganut nilai dalam pelaksanaannya yang
diacantumkan dalam pasal 5 ayat 2 yang yaitu :
1. Kejujuran
2. keterbukaan;
3. tanggung jawab; dan
4. kepedulian terhadap orang lain
Pasal 6 UU 17 tahun 2012 menyebutkan bahwa prinsip koperasi
meliputi :
1. keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka; 2. pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis; 3. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi; 4. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan
independen; 5. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi
Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi;
6. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat Gerakan Koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional; dan
7. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh Anggota.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
12 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
2.1.2 Bentuk dan Jenis Koperasi di Indonesia
Berdasarkan Pasal 15 UU Nomor 25 Tahun 1992 hanya terdapat 2
macam koperasi dimana koperasi berbentuk koperasi primer dan koperasi
sekunder. Jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan
kepentingan ekonomi anggotanya, yaitu :
1. Koperasi Primer (Primary Cooperative)
Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya orang
perorangan, pada intinya anggota-anggota sebagai badan hukum
koperasi, yang berkedudukan sebagai pemilik dan sekaligus sebagai
pelanggan. Koperasi primer biasanya beroperasi di tingkat lokal. Di
atas koperasi primer, kesemuanya itu disebut koperasi sekunder
(secondary cooperative), yaitu koperasi yang anggota-anggotanya
merupakan badan hukum koperasi.
2. Koperasi Sekunder (Secondary Cooperative)
Pengertian koperasi sekunder meliputi semua jenis koperasi
yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi primer dan atau
koperasi sekunder. Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan
efisiensi, koperasi sekunder dapat didirikan oleh koperasi sejenis
maupun berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal koperasi
mendirikan koperasi sekunder dalam berbagai tingkatan, maka
terdapat berbagai koperasi seperti yang selama ini dikenal sebagai :
Aliansi koperasi (tingkat internasional)
Induk koperasi (tingkat nasional)
Gabungan koperasi (tingkat provinsi)
Pusat koperasi (tingkat kabupaten)
Primer koperasi (tingkat lokal)
Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan kegiatan,
kepentingan, dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Oleh karena itu,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
13 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
disamping dua macam koperasi yang telah disebutkan di atas, masih ada
lagi jenis koperasi yang lain, seperti misalnya koperasi simpan pinjam
(kredit), koperasi konsumen (konsumsi), koperasi produsen (produksi),
koperasi penjualan (pemasaran), dan koperasi jasa. Khusus untuk koperasi
yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota
ABRI, karyawan dan sebagainya, bukan merupakan jenis koperasi
tersendiri. Perkoperasian tersebut dikenal lima jenis, yaitu :
1. Koperasi Produsen
Koperasi produsen adalah koperasi yang anggota-
anggotanya adalah para produsen. Anggota koperasi ini adalah
pemilik (owner) dan pengguna pelayanan (user), dimana dalam
kedudukannya sebagai produsen, anggota koperasi produsen
mengolah bahan baku/input menjadi barang jadi/output, sehingga
menghasilkan barang yang dapat diperjualbelikan, memperoleh
sejumlah keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan
kesempatan pasar yang ada. Koperasi produsen berperan dalam
pengadaan bahan baku, input atau sarana produksi yang
menunjang ekonomi anggota sehingga anggota merasakan manfaat
keberadaan koperasi karena mampu meningkatkan produktivitas
usaha anggota dan pendapatannya. Koperasi ini menjalankan
beberapa fungsi, di antaranya :
a) Pembelian ataupun pengadaan input yang diperlukan anggota
b) Pemasaran hasil produksi (output) yang dihasilkan dari usaha
anggota
c) Proses produksi bersama atau pemanfaatan sarana produksi
secara bersama
d) Menanggung resiko bersama atau menyediakan kantor
pemasaran bersama
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
14 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
2. Koperasi Konsumen
Koperasi konsumen adalah koperasi yang melaksanakan
kegiatan bagi anggota dalam rangka penyediaan barang atau jasa
yang dibutuhkan anggota. Koperasi konsumen berperan dalam
mempertinggi daya beli sehingga pendapatan riil anggota
meningkat. Pada koperasi ini, anggota memiliki identitas sebagai
pemilik (owner) dan sebagai pelanggan (customer). Dalam
kedudukan anggota sebagai konsumen, kegiatan mengkonsumsi
(termasuk konsumsi oleh produsen) adalah penggunaan
mengkonsumsi barang/jasa yang disediakan oleh pasar. Adapun
fungsi pokok koperasi konsumen adalah menyelenggarakan :
a) Pembelian atau pengadaan barang/jasa kebutuhan anggota
yang dilakukan secara efisien, seperti membeli dalam jumlah
yang lebih besar.
b) Inovasi pengadaan, seperti sumber dana kredit dengan bunga
yang lebih rendah, diantaranya pemanfataan dana gulir,
pembelian dengan diskon, pembelian dengan kredit.
3. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi ini sering kali juga disejajarkan dengan nama
koperasi kredit, koperasi ini menyelenggarakan layanan tabungan
dan sekaligus memberikan kredit bagi anggotanya. Layanan-
layanan ini menempatkan koperasi sebagai pelayan anggota
memenuhi kebutuhan pelayanan keuangan bagi anggota menjadi
lebih baik dan lebih maju. Dalam koperasi ini anggotanya memiliki
kedudukan identitas ganda sebagai pemilik (owner) dan nasabah
(customers).
Dalam kedudukan sebagai nasabah anggota melaksanakan
kegiatan menabung dan meminjam dalam bentuk kredit kepada
koperasi. Pelayanan koperasi kepada anggota yang menabung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
15 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
dalam bentuk simpanan wajib, simpanan sukarela, dan deposito,
merupakan sumber modal bagi koperasi. Penghimpunan dana dari
anggota menjadi modal yang selanjutnya oleh koperasi disalurkan
dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota dan calon
anggota. Dengan cara pinjam (KSP) dan atau Unit Usaha Simpan
Pinjam (USP) Koperasi. Dengan cara itulah koperasi melaksanakan
fungsi intermediasi dana milik anggota untuk disalurkan dalam
bentuk kredit kepada anggota yang membutuhkan.
Penyelenggaraan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi
dilaksanakan dalam bentuk/wadah koperasi simpan pinjam.
4. Koperasi Pemasaran
Koperasi pemasaran seringkali disebut koperasi penjualan.
Identitas anggota sebagai pemilik (owner) dan penjual (seller) atau
pemasar. Koperasi pemasaran mempunyai fungsi menampung
produk barang maupun jasa yang dihasilkan anggota untuk
selanjutnya memasarkannya kepada konsumen. Anggota
berkedudukan sebagai pemasok barang atau jasa kepada
koperasinya. Dengan demikian bagi anggotanya, koperasi
merupakan bagian terdepan dalam pemasaran barang ataupun jasa
anggota produsen. Sukses fungsi pemasaran ini mendukung tingkat
kepastian usaha bagi anggota untuk tetap dapat berproduksi.
5. Koperasi Jasa
Adalah koperasi dimana identitas anggota sebagai pemilik
dan nasabah konsumen jasa dan atau produsen jasa. Dalam status
anggota sebagai konsumen jasa, maka koperasi yang didirikan
adalah koperasi pengadaan jasa. Sedangkan dalam status anggota
sebagai produsen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah
koperasi produsen jasa atau koperasi pemasaran jasa. Sebagai
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
16 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
koperasi pemasaran, bilamana koperasi melaksanakan fungsi
memasarkan jasa hasil produksi anggota. Dalam praktek dikenal
pula penjenisan koperasi atas dasar cakupan pengelolaan bisnis
(usaha), yaitu jenis koperasi Single Purpose (satu usaha) dan Multi
Purpose (banyak usaha). Koperasi dengan satu kegiatan usaha,
misalnya Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Produsen Susu,
Koperasi tahu tempe (Primkopti), Koperasi Bank Perkreditan Rakyat
dan sebagainya. Koperasi dengan lebih dari satu kegiatan usaha,
sering disebut sebagai koperasi melaksanakan pemasaran produk
barang dan jasa
2.2 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Usaha Mikro Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) adalah usaha produktif
milik orang perorangan dan / atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini. 29
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
17 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Usaha mikro merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas
lapangan pekerjaan serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas
kepada masyarakat dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan
peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi,
serta berperan mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro
adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang medapatkan
kesempatan utama, dukungan, perlindungan serta pengembangan yang
secara luas sebagai wujud pihak yang tegas kepada kelompok usaha
ekonomi rakyat, tanpa harus mengabaikan peranan usaha besar dan
badan usaha milik pemerintah. Menurut Departemen Tenaga Kerja
(Depnaker) usaha mikro adalah usaha yang memiliki kurang dari 5 orang
tenaga kerja.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah dalam pasal 3 disebutkan bahwa usaha mikro
bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka
membangun perekonomian nasional berdasarkan ekonomi yang
berkeadilan. Pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) merupakan upaya yang ditempuh pemerintah untuk
mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Menurut Rudjito
(2003) usaha mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh
penduduk miskin atau mendekati miskin. Usaha mikro sering disebut
dengan usaha rumah tangga. Besarnya kredit yang dapat diterima oleh
usaha adalah Rp 50 juta. Usaha mikro adalah usaha produktif secara
individu atau tergabung dalam koperasi dengan hasil penjualan Rp 100
juta. Kriteria Usaha Mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
Pasal 6, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan
atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta tidak temasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
18 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Ciri-ciri usaha mikro yaitu:
1. Jenis barang usahanya tidak tetap,dapat berganti pada periode
tertentu;
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, dapat berubah sewaktu-
waktu;
3. Belum melaksanakan administrasi keuangan yang sederhana dan
tidak memisahkan antara keuangan keluarga dengan keuangan
usaha; Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa
enterpreuner yang memadai;
4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif rendah;
5. Pada umumnya belum akses ke perbankan, namun sebagian dari
mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;
6. Umumnya tidak mempunyai izin usaha atau prasyaratan legalitas
lainnya termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
2.2.1 Peranan Usaha Mikro di Indonesia
UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) pada masa sekarang
telah diakui oleh berbagai pihak sehingga memiliki peran yang cukup
besar dalam perekonomian nasional. Menurut Bank Indonesia ada
beberapa peran strategis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
antara lain:
1. Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang besar dan
terdapat dalam tiap-tiap sektor ekonomi;
2. Menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan
lebih banyak kesempatan kerja;
3. Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas
dengan harga terjangkau;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
19 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Sedangkan peran Usaha Mikro dalam perekonomian Indonesia
menurut (Urata dalam Sulistyastuti, 2004) adalah :
1. Usaha mikro merupakan pemain utama dalam kegiatan ekonomi di
Indonesia.
2. Penyediaan kesempatan kerja.
3. Pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan
pengembangan masyarakat.
4. Penciptaan pasar dan inovasi melalui fleksibilitas dan sensitivitas
atas keterkaitan dinamis antar kegiatan perusahaan.
5. Memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non migas.
Pentingya peranan usaha mikro di negara Indonesia terkait dengan
posisi strategis berbagai aspek yatitu terdiri atas:
a) Aspek permodalan
Usaha mikro tidak memerlukan modal yang besar sehingga
dalam pembentukkan usaha tidak akan sesulit perusahaan atau
perseroan besar.
b) Tenaga kerja
Tenaga kerja yang diperlukan untuk usaha ini tidak menuntut
pendidikan formal atau tinggi tertentu ( Tambunan,2001 dalam
Sulistyastuty, 2004).
c) Lokasi
Sebagian besar usaha mikro berlokasi di pedesaan dan tidak
memerlukan infrastruktur sebagaimana perusahaan besar
(Sulistyastuti, 2004).
d) Ketahanan
Peranan usaha mikro ini terbukti bahwa usaha mikro memiliki
ketahanan yang kuat (strong survival) ketika Indonesia dilanda krisis
ekonomi (Sandee, 2000).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
20 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Perkembangan Usaha Mikro di Indonesia tidak terlepas dari
berbagai masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah
tersebut tidak dapat berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar
yang dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra,
antar sektor, antar sektor atau subsektor atau jenis kegiatan dan antar
unit usaha dalam kegiatan atau sektor yang sama (Tambunan, 2000).
Meskipun demikian masalah dasar yang dihadapi oleh usaha mikro
menurut Tambunan (2002) adalah :
1) Kesulitan pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang
kritis bagi perkembangan Usaha Mikro dan Kecil. Hasil studi lintas
negara yang dilakukan James dan Akrasanee (dikutip Tambunan,
2002) di sejumlah negara ASEAN menunjukkan bahwa termasuk
growth constrains yang dihadapi oleh banyak pengusaha kecil
menengah (kecuali Singapura). Salah satu aspek yang terkait dengan
masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar
domestik dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun
pasar ekspor. Selain itu, terbatasnya informasi banyak usaha kecil
menengah, khususnya yang kekurangan modal dan SDM (Sumber
Daya Manusia) serta berlokasi di daerah-daerah pedalaman yang relatif
terisolir dari pusat informasi, komunikasi, dan transportasi, juga
mengalami kesulitan untuk memenuhi standar-standar internasional
yang terkait dengan produksi dan perdagangan.
2) Keterbatasan finansial Usaha mikro,
khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam
aspek finansial : mobilisasi modal awal (star-up capital) dan akses ke
modal kerja, seperti finansial jangka panjang untuk investasi yang
sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Kendala
ini disebabkan karena lokasi bank yang terlalu jauh bagi banyak
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
21 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
pengusaha yang tinggal di daerah yang relatif terisolasi, persyaratan
terlalu berat, urusan administrasi terlalu bertele-tele, dan kurang
informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada dan prosedur.
3) Keterbatasan sumber daya alam (SDM)
Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius
bagi banyak usaha mikro di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek
enterpreunership, manajemen, teknik produksi, pengembangan
produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntasi,
data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Keterbatasan
ini menghambat usaha mikro di Indonesia untuk dapat bersaing di
pasar domestik maupun pasar internasional.
4) Masalah bahan baku
Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya) juga sering
menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau
kelangsungan produksi bagi banyak Usaha Mikro di Indonesia.
Keterbatasan ini dikarenakan harga baku yang terlampau tinggi
sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas.
5) Keterbatasan teknologi
Usaha Mikro di Indonesia umumnya masih menggunakan
teknologi lama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau
alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini
tidak hanya membuat rendahnya total factor productivity dan efisiensi
di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang
dibuat. Keterbatasan teknologi, khususnya usaha-usaha rumah tangga
(mikro) disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya keterbatasan
modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru atau
menyempurnakan proses produksi, keterbatasan informasi mengenai
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
22 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
perkembangan teknologi atau mesinmesin dan alat-alat produksi baru
dan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat
mengoperasikan mesin-mesin baru atau melakukan inovasi-inovasi
dalam produk maupun proses produksi.
Muhammad Yunus (dalam Gilang, 2007) menjelaskan bahwa upaya
untuk mengatasi kemiskinan dengan memberikan kesempatan untuk
mengoptimalkan kemampuan yang sudah mereka miliki melalui pinjaman
mikro tanpa agunan. Kemiskinan bukan disebabkan karena mereka malas
atau tidak mau bekerja tetapi karena mereka tidak memperoleh
kesempatan untuk mengembangkan usaha disebabkan keterbatasan
modal.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Reupublik Indonesia Nomor 03/Per/M.UKM/III/2009
menjelaskan bahwa masalah permodalan, baik keterbatasan kepemilikan
modal maupun kesulitan dalam mengakses pembiayaan merupakan
kendala bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam menjalankan dan
mengembangkan usaha.
Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM, pengertian
usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (MKM) mengacu kepada kriteria usaha, yaitu :
1. Usaha mikro :
a) Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan
b) yang memenuhi kriteria usaha mikro.
c) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
23 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
2. Usaha kecil :
a) Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung atau maupun tidak langsung
dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
usaha kecil.
b) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha menengah :
a) Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung atau maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar.
b) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).
Namun demikian, pengertian kredit Mikro, Kecil dan Menengah
(MKM) yang digunakan dalam penelitian ini masih menggunakan defi nisi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
24 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
yang digunakan untuk keperluan statistik Bank Indonesia, yaitu kredit
mikro adalah kredit dengan plafon maksimum Rp50 juta, kredit kecil
adalah kredit dengan plafon antara Rp50 juta s.d Rp500 juta, dan kredit
menengah adalah kredit dengan plafon antara Rp500 juta s.d Rp5 miliar.
2.3 Pengertian Kredit
Adapun definisi untuk kredit konsumsi, modal kerja dan investasi
sesuai dengan Laporan Bank Umum (LBU) adalah sebagai berikut:
1. Kredit konsumsi adalah pemberian kredit untuk keperluan konsumsi
dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain. Misalnya:
Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kredit Multiguna, Kredit Pegawai
dan Pensiunan, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan
Apartemen (KPA).
2. Kredit modal kerja adalah kredit jangka pendek yang diberikan
untuk membiayai keperluan modal kerja debitur.
3. Kredit investasi adalah kredit jangka menengah/panjang untuk
pembelian barangbarang modal dan jasa yang diperlukan guna
rehabilitasi, modernisasi, ekspansi dan relokasi proyek dan atau
pendirian usaha baru.
Sebenarnya kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi yaitu credere
yang artinya “percaya”. Bila dihubungkan dengan bank, maka terkandung
pengertian bahwa bank selaku kreditur percaya meminjamkan sejumlah
uang kepada nasabah/debitur, karena debitur dapat dipercaya
kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannnya setelah jangka
waktu yang ditentukan.
Sedangkan pemerintah sendiri mendefinisikan kredit dalam UU No.7
tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998
tentang perbankan (pasal 1 angka 11) tentang perbankan, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
25 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga. Dengan
definisi tersebut kata kredit seolah diperuntukkan bagi perbankan dengan
prinsip operasional konvensional (Pasha, 2007).
Menurut Supramono (1995) kredit merupakan perjanjian pinjam-
meminjam uang antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai
debitur. Dalam perjanjian ini bank sebagai pemberi kredit percaya
terhadap nasabahnya dalam jangka waktu yang disepakatinya akan
dikembalikan (dibayar) lunas. Tenggang waktu antara pemberian dan
penerimaan kembali prestasi ini menurut Edy Putra (dalam Supramono,
1995) merupakan suatu hal yang abstrak,yang sukar diraba.
Sedangkan Kasmir (2004) menjelaskan bahwa baik kredit maupun
pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan
uang,misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil.
Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah
penerima kredit (debitur) dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam
perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak,
termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian
pula dengan masalah sangsi apabila sidebitur ingkar janji terhadap
perjanjian yang telah dibuat bersama.
Dalam perjanjian kredit antar pihak tidak hanya kepercayaan saja
yang diperlukan, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Tetapi terdapat
beberapa unsur yang mempengaruhi pemberian kredit tersebut, Adapun
unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit
adalah sebagai berikut (Kasmir,2004):
1. Kepercayaan
Suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan
baik berupa uang,barang atau jasa akan benar-benar diterima
kembali dimasa mendatang
2. Kesepakatan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
26 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga
mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si
penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian
dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajibannya masing-masing.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit
yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada
kredit yang tidak memiliki jangka waktu
4. Resiko
faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko
kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar
kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan
karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah
seperti bencana alam.
5. Balas jasa
Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu
mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Balas jasa
dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya
administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank.
Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas
jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
2.3.1 Jenis-Jenis Kredit
Dalam praktek perbankan, kredit-kredit yang diberikan kepada
nasabahnya dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut
(Supramono,1995):
1. Menurut jangka waktunya
Dari segi jangka waktu terdapat tiga macam kredit yaitu
kredit jangka pendek,jangka menengah dan jangka panjang. Yang
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
27 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
disebut kredit jangka pendek adalah kredit yang berjangka waktu
paling lama satu tahun. Jangka menengah adalah kredit yang
berjangka waktu antara satu tahun samapi dengan tiga tahun,
Sedangkan kredit jangka panjang waktunya lebih dari tiga tahun.
2. Menurut kegunaannya
Dilihat dari kegunaannya juga bisa digolongkan dalam tiga
golongan yakni:
a) Kredit investasi
Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan
penanaman modal yang bersifat ekspansi, modernisasi maupun
rehabilitasi perusahaannya.
b) Kredit modal kerja
Kredit yang dimaksudkan untuk kepentingan kelancaran
modal kerja nasabah, Jadi kredit ini sasarannya untuk
membiayai operasi usaha nasabah.
c) Kredit profesi
Kredit yang diberikan kepada nasabah semata-mata
untuk kepentingan profesinya. Misalnya kredit yang diberikan
kepada seorang dokter untuk membeli peralatan
medis.Meskipun namanya kredit profesi,namun sebenarnya
kredit tersebut tidak berbeda dengan kredit investasi, yang
berbeda hanya terletak pada kedudukan (status) nasabah.
3. Menurut pemakaiannya
a) Kredit Konsumtif
Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan kepada
nasabah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
b) Kredit Produktif
Pada kredit produktif ini pembiayaan bank ditujukan
untuk keperluan usaha nasabah agar produktifitas meningkat.
Bentuk kredit produktifitas dapat berupa kredit investasi maupun
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
28 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
kredit modal kerja, karena kedua kredit ini diberikan nasabah
untuk meningkatkan produktifitas usahanya.
4. Menurut sektor yang dibiayai
Disamping bermacam-macam kredit yang diterangkan diatas,
masih ada beberapa macam kredit yang diberikan nasabah
dipandang dari sektor yang dibiayai bank,sebagai berikut: kredit
perdagangan,kredit pertanian,kredit perindustrian,dll.
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam
pula kebutuhan akan kebutuhan jenis kreditnya. Dalam prekteknya
kredit yang ada dimasyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu
pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada
masyarakat. Pembagian jenis yang dilakukan pemberian fasilitas
kredit oleh bank ditujukkan untuk mencapai sasaran dan tujuan
tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbgai karakteristik
tertentu.
Kasmir (2004) menjelaskan secara umum jenis-jenis kredit yang
disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah:
1. Dilihat dari segi kegunaan
Maksud jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah
untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan
dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Dan ditinjau
dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit:
a) Kredit investasi
Kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan
usaha atau membangun proyek/pabrik baru dan biasanya kegunaan
kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b) Kredit modal kerja
Kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
29 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit,
apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk
keperluan pribadi.
a) Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi atau investasi. Artinya kredit ini digunakan untuk
diusahakan sehingga menghasilkan suatu baik berupa barang
maupun jasa.
b) Kredit konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau
dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan
barang dan jasa yang dihasilkan.
c) Kredit perdagangan
Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk
kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang
daganagan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan
barang dagangan tersebut.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa
pemberian kredit mulai dari pertama sekali diberikan sampai masa
pelunasannya jenis kredit ini adalah:
a) Kredit jangka pendek
Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
kurang dari 1 tahun atau paling lana 1 tahun dan biasanya
digunakan untuk keperluan modal kerja.
b) Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai
dengan 3 tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
30 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit
jangka panjang.
c) Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling
panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini
digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet
dan untuk juga kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
4. Dilihat dari segi jaminan
Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian
suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau
surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis
kredit ini terdiri dari:
a) Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberiakn dengan suatu jaminan tertentu.
Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak
berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi
senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.
b) Kredit tanpa jaminan
Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek
usaha,karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan
dengan bank yang bersangkutan.
5. Dilihat dari segi sektor usaha
Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-
beda, oleh karena itu pemberian fasilitas kredit pun berbeda pula.
Jenis kredit jika dilihat dari sektor usaha sebagai berikut:
a) Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industry
pengolahan baik untuk industry kecil,menengah atau besar.
b) Kredit profesi diberikan kepada kalangan para professional
seperti dosen,dokter atau pengacara.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
31 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
c) Dan sektor-sektor usaha lainnya.
2.3.2 Kredit Mikro
Kredit merupakan penyaluran dana yang dilakukan oleh pihak
perbankan kepada masyarakat agar dana dapat tersalurkan bagi mereka
yang membutuhkan. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang
dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam
antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga, imbalan, atau hasil pembagian keuntungan.
Kredit juga dapat diartikan sebagai hak untuk menerima
pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu
yang diminta atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan
barang-barang yang sekarang (Kent dalam Ramadhini 2008). Berdasarkan
beberapa pengertian maka dapat disimpulkan bahwa unsur yang
terkandung dalam kredit (Suyatno, 2007) adalah :
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi
yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang maupun jasa
benar-benar diterima kembali dalam jangka waktu tertentu pada
masa yang akan datang.
2. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang
akan datang.
3. Degree of Risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai
akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara
pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di
kemudian hari. Adanya unsur resiko ini menyebabkan adanya
jaminan dalam pemberian kredit.
4. Prestasi, yaitu objek kredit baik berupa uang, barang ataupun jasa.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
32 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Pengertian dari kredit mikro sangat terkait dengan pengertian
usaha mikro. Secara universal pengertian kredit mikro adalah definisi yang
dicetuskan dalam pertemuan The World Summit in Microcredit di
Washington pada tanggal 2-4 Februari 1997 yaitu program atau kegiatan
memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil kepada masyarakat golongan
kelas menengah ke bawah untuk kegiatan usaha meningkatkan
pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus dirinya sendiri dan
keluarganya (The World Summit in Microcredit, 2007 dalam Ramadhini,
2008).
Grameen Banking (2003) dalam Ramadhini (2008) mendefinisikan
kredit mikro sebagai pengembangan pinjaman dalam jumlah kecil kepada
pengusaha yang terlalu rendah kualifikasinya untuk dapat mengakses
pada pinjaman dari bank tradisional.
Calmeadow (1999) mengartikan kredit mikro sebagai arisan
pinjaman modal untuk mendukung pengusaha kecil dalam beraktivitas,
umumnya dengan alternatif jaminan kolateral dan sistem monitoring
pengembalian. Pinjaman diberikan utnuk melayani modal kerja sehari-hari,
sebagai modal awal untuk memulai usaha, atau sebagai modal investasi
untuk membeli asset tidak bergerak.
Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu
kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi
definisi dan kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang
memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu kekyaan bersih dan
hasil penjualan tahunan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
33 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
2.3.3 Prinsip Prinsip Perkreditan
Dalam memberikan kredit, Bank atau lembaga perkreditan lainnya
wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur
untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk
memperoleh keyakinan tersebut, maka sebelum memberikan kredit bank
harus melakukan penilaian dengan seksama baik itu terhadap watak,
kemampuan, maupun prospek usaha debitur. Penilaian yang dilakukan
untuk memperkecil kemungkinan penyimpangan kredit dari yang
diperjanjikan adalah melakukan analisis pada beberapa faktor, salah satu
analisis yang popular adalah analisis 5C (Pasha, 2007), antara lain:
1. Character (Watak)
Merupakan cerminan dari konsistensi dan kemauan calon
debitur dalam memenuhi kewajiban kreditnya. Mengingat unsur
karakter bersifat abstrak, biasanya kreditur menilai dari sisi
kejujura, integritas, dan kepercayaan. Sebagai alat bantu dapat
menggunakan referensi dari orang yang dikenal atau berdasarkan
penelusuran track record kredit calon debitur.
2. Capacity (Kemampuan Membayar)
Kemampuan membayar merujuk kepada kemampuan calon
debitur untuk menghasilkan keuntungan dalam memenuhi
kewajiban kreditnya. Analisis kemampuan membayar bank
melakukan analisis-analisis mengenai jumlah penjualan,tingkat
keuntungan,arus kas, dan lain-lain terhadap calon debitur yang
akan dibiayai.
3. Capital (Modal)
Modal mencerminkan besarnya porsi cover resiko yang ikut
ditanggung calon debitur terhadap proyek yang akan dibiayai.
4. Collateral (Agunan)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
34 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Agunan merupakan jaminan tambahan yang dipersyaratkan
bank sebagai alat terakhir bila terjadi masalah dengan kredit yang
diberikan. Agunan dapat berupa agunan fisik maupun non-fisik
5. Condition (Kondisi ekonomi dan usaha)
Kondisi ekonomi mencerminkan keadaan dan prospek yang
lingkungan mikro dan makro yang dihadapi oleh calon debitur.
Perhatian pada lingkungan mikro dan makro berguna bagi bank
untuk memperkirakan prospek usaha dikemudian hari.
Menurut Kasmir (2004), prinsip-prinsip penilaian kredit tidak hanya
5C tetapi juga 7P. Kedua prinsip ini memiliki persamaan yaitu apa-apa
yang terkandung dalam 5C dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7P dan
didalam prinsip 7P disamping lebih terperinci juga jangkauan analisisnya
lebih luas dari 5C. Penilaian 7P terdiri dari:
1. Personality
Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga
mencakup sikap,emosi,tingkah laku dan tindakan nasabah dalam
menghadapi suatu masalah. Personality hampir sama dengan
character dari 5C.
2. Party
Mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan
tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula
dari bank.
3. Perpose
Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
kredit,termasuk jenis kredit yang diinginkan nasbah. Tujuan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
35 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah tujuan untuk
konsumtif atau untuk tujuan produktif atau tujuan perdagangan.
4. Prospect
Menilai usaha nasabah dimasa mendatang apakah
menguntungkan atau tidak, dengan kata lain mempunyai prospek
atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit
yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang
rugi akan tetapi juga ansabah.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara ansabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber
penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah
satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
6. Profitability
Menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitability diukur dari period eke periode apakah
akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan
tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang
dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan.
Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau
jaminan asuransi.
Selain melakukan penilaian pemberian kredit hal lain yang dapat
dilakukan bank dalam melindungi kredit yang macet akibat dari berbagai
hal baik itu musibah ataupun faktor internal adalah dengan menerapakan
jaminan. Dalam hal ini jaminan merupakan tambahan karena apabila suatu
kredit telah dilakukan penelitian secara mendalam maka
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
36 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
fungsi jaminan kredit hanyalah untuk berjaga-jaga. Fungsi jaminan
kredit adalah untuk melindungi bank dari kerugian, Dengan adanya
jaminan kredit dimana nilai jaminan biasanya melebihi nilai kredit maka
bank akan aman. Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan kredit
oleh calon debitur adalah sebagai berikut (Kasmir, 2004):
1. Jaminan dengan barang-barang seperti :
Tanah
Bangunan
Kendaraan bermotor
Dan barang-barang berharga lainnya
2. Jaminan surat berharga seperti :
Sertifikat Saham
Sertifiakt obligasi
Sertifikat tanah
Dan surat berharga lainnya
3. Jaminan orang atau perusahaan
Jaminan yang diberikan oleh seseorang atau perusahaan kepada
bank terhadap fasilitas kredit yang diberikan. Apabila kredit tersebut
macet maka orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah
yang diminta ertanggung jawabannya atau menanggung resikonya.
4. Jaminan asuransi
Yakni bank menjamin kredit tersebut kepada pihak asuransi,
terutama terhadap fisik obyek kredit, seperti kendaraan,geung dan
lainnya. Jadi apabila terjadi kehilangan atau kebakaran maka pihak
asuransilah yang akan menanggung kerugian tersebut.
Di negara-negara maju jaminan kredit bukan dalam bentuk
barang atau surat-surat berharga, biasanya kredit ini diberikan karena
kredibilitas perusahaan yang sangat dipercaya. Kredit ini diberikan
untuk perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan profesional,
sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
37 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
kredit tanpa jaminan dengan penilaian terhadap prospek usahanya
atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi
lemah.
2.3.4 Penggolongan Kualitas Kredit
Dendawijaya (2001) menyebutkan beberapa pengertian mengenai
kategori kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank
Indonesia, sebagai berikut:
1. Kredit lancar
Kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok
pinjaman dan pembayaran bunga.
2. Kredit kurang lancer
Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundaan selama 3 (tiga) bulan dari
waktu yang diperjanjikan.
3. Kredit diragukan
Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran
bunanya telah mengalami penundaan selama 6 (enam) bulan atau dua
kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.
4. Kredit macet
Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak
jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.
Sedangkan Bank Rakyat Indonesia (dikutip oleh Hidayat,2007)
menyebutkan penggolongan kualitas kredit berdasarkan prospek usaha
digolongan menjadi 5 klas yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang
lancar, diragukan dan macet.
1. Lancar, Prospek usaha yang memiliki kondisi usaha sebagai berikut
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
38 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan
yang baik.
Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi
perekonomian.
Persaingan yang terbatas, termasuk posisi yang kuat dalam
pasar
Manajemen yang sangat baik
Perusahaan afiliasi atau group stabil dan mendukung usaha
Tenaga kerja yang memadai dan belum pernah tercatat
mengalami perselisihan atau pemogokan
2. Dalam perhatian khusus
Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan
yang terbatas.
Posisi di pasar yang baik dan tidak banyak dipengaruhi oleh
perubahan kondisi perekonomian.
Pangsa pasar yang sebanding dengan pesaing
Manajemen yang baik
Perusahaan afiliasi atau group tidak stabil dan tidak memiliki
dampak yang memberatkan terhadap debitur
Tenaga kerja yang pada umumnya memadai dan belum pernah
tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan
3. Kurang lancar
Industri atau kegiatan usaha yang menunjukkan potensi
pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami
pertumbuhan
Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.
Posisi di pasar cukup baik tetapi banyak pesaing, namun dapat
pulih kembali jika melaksanakan strategi
Manajemen yang cukup baik
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
39 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Hubungan dengan perusahaan afiliasi atau group mulai
memberikan dampak yang memberatkan terhadap debitur
Tenaga kerja berlebihan namun hubungan pimpinan dan
karyawan pada umumnya baik.
4. Diragukan
Industri atau kegiatan usaha yang menurun.
Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.
Persaingan usaha sangat ketat dan operasional perusahaan
mengalami
perusahaan yang serius.
Manajemen yang kurang berpengalaman
Perusahaan afiliasi atau group telah memberikan dampak yang
memberatkan terhadap debitur
Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yang besar sehingga
dapat menimbulkan keresahan.
5. Macet
Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami
penurunan dan sulit untuk pulih kembali
Kemungkinan besar kegiatan usaha akan terhenti
Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang
menurunan
Manajemen sangat lemah
Perusahaan afiliasi sangat merugikan debitur
Terjadi pemogokan tenaga kerja yang sulit diatasi.
2.4 Pemberdayaan
Kata power dalam empowerment diartikan “daya” sehingga
empowerment diartikan sebagai pemberdayaan. Para ilmuan sosial dalam
memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai rumusan yang
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
40 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, artinya belum
ada definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Namun demikian, bila
dilihat secara lebih luas pemberdayaan sering disamakan dengan
perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk
memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, agar dapat memahami secara
mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji
beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap
pemberdayaan masyarakat.
Robinson (2009) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu
proses pribadi dan sosial, suatu pembebasan kemampuan pribadi,
kompetensi, kreativitas, dan kebebasan bertindak. Ife dalam Suharto
(2005) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata
“empowerment” yang berarti memberi daya, memberi “power” (kuasa),
kekuatan,, kepada pihak yang kurang berdaya atau dengan pengertian lain
daya dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam diri sendiri tetapi dapat
diperkuat unsur-unsur pengetahuan yang diserap dari luar. Segala potensi
yang dimiliki oleh pihak yang kurang berdaya itu ditumbuhkan, diaktifkan
dikembangkan sehingga mereka memiliki kekuatan untuk membangun
dirinya.
Fokus pemberdayaan KUMKM diarahkan pada upaya mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi KUMKM antara lain :
1. kesulitan akses terhadap permodalan, informasi pasar dan
teknologi,
2. perbaikan iklim usaha dan,
3. peningkatan kualitas sumberdaya terutama sumberdaya manusia.
Khusus dalam hal peningkatan akses terhadap permodalan telah
dirancang berbagai skim perkreditan yang dilaksanakan secara sektoral,
maupun melalui berbagai lembaga perkreditan formal dan melibatkan
lembaga penjaminan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
41 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Sementara itu, sutrisno (2000:185) menjelaskan, dalam perspektif
pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri
dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak
lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan,
perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan. perbedaannya dengan
pembangunan partisipatif adalah keterlibatan kelompok masyarakat
sebatas pada pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan program,
sedangkan dana tetap dikuasai oleh pemerintah
ife (1995: 182) dalam buku “community development: creating
community alternatives-vision, analysis and practice”) memberikan
batasan pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang
atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk
meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan
untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas
mereka.
2.5 Modal Sosial
Secara umum, modal sosial dapat didekati dari dua perspektif.
Pertama, modal sosial didekati dari perspektif pelaku (actor’s perspective).
Pendekatan ini diformulasikan oleh Bourdieu yang melihat modal sosial
berisi sumber daya di mana pelaku individu dapat menggunakannya
karena kepemilikannya terhadap jaringan secara eksklusif (exclusive
network). Kedua, mencermati modal sosial dari perspektif masyarakat
(society’s perspective) yang dikonseptualisasikan oleh Putnam, yang
melihat modal sosial sebagai barang publik yang diatur oleh organisasi dan
jaringan horizontal yang eksis dalam masyarakat (Yustika, 2006).
Dalam konteks hubungan modal sosial dan akses kredit tentu
domain kelembagaan tidak dapat dinafikkan perannya. Kondisi masyarakat
yang miskin pada satu sisi dan adanya birokrasi dalam mengakses kredit
pada sisi yang lain tentu memunculkan sebuah gap yang dalam antara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
42 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
masyarakat miskin dengan pihak lembaga keuangan. Adanya berbagai
persyaratan, termasuk diantaranya jaminan kredit, jelas menjadi rintangan
yang serius bagi masyarakat miskin yang menginginkan akses kredit
secara mudah dan terjangkau. Akan tetapi sesungguhnya masih terdapat
celah yang bisa dioptimalkan agar akses kredit dapat dijangkau oleh
masyarakat miskin tanpa mengorbankan kepentingan pihak lembaga
keuangan agar modal yang diserahkan kepada masyarakat miskin tetap
aman. Celah itu adalah adanya modal sosial yang benar-benar
terlembagakan dalam masyarakat miskin tersebut. Hal itu sebenarnya
telah dipraktikkan bertahun-tahun dalam kehidupan para petani di
perdesaan. Adanya sistem norma yang tumbuh subur dalam masyarakat
perdesaan telah memudahkan petani miskin (tuna lahan) untuk
mengakses kredit kepada majikannya (pemilik lahan). Kuatnya modal
sosial dalam masyarakat petani yang termanifestasikan dalam budaya
gotong-royong, penghormatan pada orang yang dituakan, tolong-
menolong, meyakinkan para majikan untuk memberikan kredit tanpa
agunan yang memberatkan. Interaksi yang bersifat simbiosis mutualisme
pun terjadi dalam hubungan tersebut.
Berdasarkan aturan-aturan yang mengikat suatu kegiatan keuangan
mikro maka sistem sosial yang terbentuk demi kelangengan program perlu
dipahami bahwa lembaga keungan mikro, merupakan rangkaian suatu
sistem sosial yang didukung oleh tiga komponen dasar yaitu: struktur,
fungsi dan kultur. Struktur adalah pola hubungan yang berdasarkan
bentuk-bentuk tertentu, fungsi yaitu bentuk kontrak antar manusia yang
tertuju pada perkembangan, sedangkan kultur merupakan cara-cara
kehidupan bersama yang menyatakan dirinya kedalam perilaku. Ketiga
komponen merupakan satu kesatuan yang dinamis. Perubahan pada salah
satu komponen maka mempengaruhi komponen dasar kesatuan hidup itu,
berpengaruh pada komponen yang lainnya. Sehingga keterpaduan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
43 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
komponen-komponen selalu seiring menentukan kekuatan hidup “sistem
sosial yang dinamis” tersebut (Muhtadin,1998).
Modal sosial adalah keterkaitan sosial yang menjadikan seseorang
mampu melakukan tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
(Putnam dalam Narayan & Cassidy, 2001) McKenzie dan Harpham (2006)
dengan mengabstrasikan pengertian modal sosial dari Putnam dengan
menjabarkan modal sosial sebagai: :
1 Jejaring sosial (sosial networks), jejaring pribadi yang bersifat
sukarela
2 Keterlibatan dan partisipasi kewargaan dan penggunaan jejaring
sipil,
3 Identitas kewargaan lokal – rasa memiliki, solidaritas dan
kesetaraan dengan anggota kelompok masyarakat,
4 Prinsip timbal balik (resiprositas) dan nilai kooperasi, rasa
berkewajiban untuk menolong orang lain dan percaya diri kala
mendampingi,
5 Dan kepercayaan (trust) dalam komunitas.
Putnam melihat modal sosial meliputi hubungan sosial, norma
sosial, dan kepercayaan. Paparan di atas semakin menegaskan mengenal
definisi modal sosial adalah sebagai kepercayaan, norma, dan jaringan
yang memang anggota komunitas bertindak kolektif. Modal sosial dapat
diartikan juga sebagai sumber yang timbul dari adanya interaksi antara
orang-orang dalam suatu komunitas. Namun demikian pengukuran modal
sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu sendiri.
Melainkan, hasil dari interaksi tersebut, seperti terciptanya atau
terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Fukuyama (1999:21)
berpendapat bahwa modal sosial dapat diukur melalui tiga pendekatan
seperti:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
44 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
1. Modal sosial mempunyai dimensi kualitatif, misalnya adanya klub
olahraga yang bertujuan membantu dalam bertindak dengan baik
secara kolektif, tetapi sulit menilai output dari kelompok tersebut
2. Eksternalitas keanggotaan kelompok yang mempunyai tingkatan
kepercayaan positif, misalnya menjaga kebersihan rumah dan
lingkungannya agar bersih dan indah sehingga akan timbul penilian
positif dari tetangga sekitarnya yakni menyenangkan dan
menguntungkan karena lingkungan semakin bersih.
3. Eksternalitas negatif yang dicirikan oleh adanya beberapa kelompok
secara aktif mempropaganda intoleransi antara kelompok
masyarakat, kebencian dan bahkan pelanggaran hukum terhadap
yang bukan anggota kelompoknya.
Dari beberapa pendapat Fukuyama tersebut yang penting dicermati
adalah untuk mengukur modal sosial ada 3 (tiga) permasalahan pokok
yaitu: Pertama, adanya trust atau kepercayaan dalam lingkup yang luas
tapi masih dalam komunitas: Kedua, adanya reciprocity atau kewajiban
timbal balik yang mirip gotong royong tetapi tidak pasif. dan Ketiga,
adanya collective action atau tindakan kebersamaan dan saling
menguntungkan.
2.6 Kelembagaan
Pendefinisian Kelembagaan bisa dipilah dalam dua klasifikasi.
Pertama, bila berkaitan dengan proses, maka kelembagaan merujuk
kepada upaya untuk mendesain pola interaksi antarpelaku ekonomi
sehingga mereka bisa melakukan kegiatan transaksi. Kedua, jika
berhubungan dengan tujuan, maka kelembagaan berkonsentrasi untuk
menciptakan efisiensi ekonomi berdasarkan struktur kekuasaan ekonomi,
politik, dan sosial antar pelakunya (Yustika, 2006).
Penjabaran teori kelembagaan adalah meneliti proses dari
mekanisme yang berstrukrur, aturan aturan, dan pekerjaan sehari hari
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
45 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
sebagai pedoman untuk berprilaku sosial. Bentuk Teori ini adalah ide ide
yang berpandangan teori yang luas, unsur unsur teori ini adalah dari
penggabungan dari ekonom, ilmuwan politik, sosiologi, psikologi,
etnometodologi, dan antropologi. walaupun beragam pendapat
kelembagaan tetap dalam prinsip untuk menunjuk perilaku sosial
Teori institusional berfokus pada aspek yang lebih dalam dan lebih
tangguh dari struktur sosial. Ini mempertimbangkan proses yang struktur,
termasuk skema, aturan, norma, dan rutinitas, menjadi didirikan sebagai
pedoman otoritatif untuk perilaku sosial (Scott, 2004).
Menurut Rutherford (dalam Yustika, 2006) kelembagaan bisa
dimaknai sebagai regulasi perilaku yang secara umum diterima oleh
anggota-anggota kelompok sosial, untuk perilaku spesifik dalam situasi
yang khusus, baik yang bisa diawasi sendiri maupun dimonitor oleh
otoritas luar (external authority). Sedangkan menurut Bardhan (1983),
kelembagaan akan lebih akurat bila didefinisikan sebagai aturan-aturan
sosial, kesepakatan (conventions), dan elemen lain dari struktur kerangka
kerja interaksi sosial.
Teori institusional menegaskan bahwa lingkungan kelembagaan
kuat dapat mempengaruhi perkembangan struktur formal dalam sebuah
organisasi, seringkali lebih mendalam daripada tekanan pasar. Struktur
inovatif yang meningkatkan efisiensi teknis pada awal-mengadopsi
organisasi yang dilegitimasi di lingkungan. Pada akhirnya inovasi ini
mencapai tingkat legitimasi mana kegagalan untuk mengadopsi mereka
dipandang sebagai "tidak rasional dan lalai" (atau mereka menjadi mandat
hukum). Pada titik ini organisasi baru dan yang sudah ada akan
mengadopsi bentuk struktural bahkan jika bentuk tidak meningkatkan
efisiensi (DiMaggio dan Powell, 1983; Meyer dan Rowan, 1977)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
46 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian didefinisikan sebagai strategi dalam mengatur
latar belakang penelitian agar peneliti dapat memperoleh data yang valid
sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif, proses penelitian menekankan
analisisnya data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda
statistika.
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kuantitatif yangitu dengan menggunakan pendekatan Importance
Performance Analysis (IPA). Alat analisa ini mencoba melihat tingkat
kepentingan terhadap tingkat performa suatu obyek penelitian. Dalam
penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah peranan koperasi
sehingga yang diukur adalah tingkat kinerja (performance) dengan tingkat
kepentingan atau harapan (Importance) dari pihak UMKM terhadap
Koperasi.
3.2 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/ subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya
(sugiyono, 2008:80).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah koperasi yang
didalamnya terdapat anggota yang bergerak dalam bidang UMKM di
Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
47 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
2. Sampel
Arikunto (2006:131) menjelaskan sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil
dari populasi yang berjumlah 30 sampel dari keseluruhan populasi
yang ada di kabupaten Banyuwangi
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan. Berdasarkan teknik
pengumpulan data yang dipergunakan, maka instrument pengumpulan
datanya menggunakan angket (kuesioner). Angket yaitu sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperolah informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui (Arikunto, 2010:194). Sedangkan Sugiyono (2008:142)
menyebutkan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Instrumen penelitian
memfasilitasi peneliti dalam kegiatan pengumpulan data untuk
mempermudah pekerjaannya sehingga menghasilkan informasi yang lebih
lengkap dan sistematis.
1. Langkah penyusunan Instrumen
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan instrumen ini sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan dari pengukuran skala
Tujuan dari pengukuran angket dampak dari koperasi terhadap UMKM
di Kabupaten Banyuwangi adalah mengukur tingkat performa Koperasi
dengan tingkat kepentingan atau harapan terhadap Koperasi.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
48 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
b. Definisi operasional
Definisi peran dari koperasi terhadap UMKM adalah adanya manfaat
yang yang diterima dengan adanya pemanfaatan koperasi bagi
keberlangsungan usaha UMKM di Kabupaten Banyuwangi.
c. Melakukan identifikasi indikator-indikator peran Koperasi terhadap
perkembangan UMKM, peranan tersebut dilihat dari sisi tingkat
performa yang telah dilakukan. Serta melihat tingkat harapan terhadap
koperasi khususnya terhadap UMKM Kabupaten Banyuwangi.
d. Membuat item-item pernyataan berdasarkan kisi-kisi variabel penelitian
menjadi sebuah angket.
e. Menentukan nilai skala, skala yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala likert. Menurut Sugiyono (2008:93) skala likert yaitu skala
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk memenyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Adapun jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan
skala likert tentang peran koperasi terhadap UMKM di Kabupaten
Banyuwangi terentang dari Sangat Setuju (Ss), Setuju (S), Netral (N),
Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STJ).
Tabel 3.3 Bentuk pedoman jawaban skala Likert
Pilihan Jawaban Nilai
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Netral (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STJ) 1
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
49 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
2. Importance Performance Analysis (IPA)
Metode Importance Performance Analysis (IPA) diperkenalkan oleh
Martilla dan James pada tahun 1977 untuk mengukur hubungan antara
prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula sebagai
quadrant analysis dan persepsi konsumen IPA telah diterima secara
umum dan dipergunakan pada berbagai bidang kajian karena
kemudahan untuk diterapkan dan tampilan hasil analisis yang
memudahkan usulan perbaikan kinerja
IPA bertujuan untuk menampilkan informasi berkaitan dengan
faktor-faktor pelayanan yang menurut pelanggan sangat memengaruhi
loyalitas dan kepuasan mereka, dan faktor-faktor pelayanan yang
menurut pelanggan perlu ditingkatkan karena kondisi saat ini belum
memuaskan pelanggan. IPA menyatukan pengukuran faktor tingkat
kinerja (performance) dan tingkat kepentingan (importance) yang
kemudian digambarkan dalam diagram dua dimensi yaitu diagram
importance-performance untuk mendapatkan usulan praktis dan
memudahkan penjelasan data. Pada tingkat kinerja, pengukuran
dilakukan dengan mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap
pelayanan yang telah dirasakan.
Analisis tersebut tidak menjelaskan hubungan antar atribut,
sehingga tidak bisa dijelaskan apakah atribut yang satu berpengaruh
terhadap atribut yang lain atau tidak. Penentuan prioritas perbaikan
kinerja hanya ditentukan oleh nilai relatif, yaitu nilai rata-rata tingkat
kepentingan dan kepuasan, belum mempertimbangkan sumberdaya
dan kemampuan perusahaan untuk melakukan perbaikan kinerja
tersebut. Analisis importance-performance digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang tingkat kepuasan pelanggan terhadap
suatu pelayanan dengan cara mengukur tingkat kepentingan dan
tingkat pelaksanannya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
50 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Dalam analisis data ini terdapat dua buah variabel yang diwakili
oleh huruf X dan Y, dimana X adalah tingkat kinerja suatu produk
sementara Y adalah tingkat kepentingan konsumen.
Rumus untuk tingkat kesesuaian responden yang digunakan adalah:
Dimana: TKi = Tingkat kesesuaian responden
Xi = Bobot penilaian pelanggan terhadap tingkat kinerja atribut
Koperasi Kabupaten Banyuwangi
Yi = Bobot penilaian pelanggan terhadap tingkat kepentingan
terhadap atribut Koperasi Kabupaten Banyuwangi
Bobot penilaian kinerja atribut produk adalah bobot tanggapan atau
penilaian responden terhadap kinerja atribut-atribut yang telah dilakukan
atau dirasakan oleh responden. Bobot yang dimaksud adalah total bobot
dari 30 responden. Sementara bobot penilaian tingkat kepentingan adalah
total bobot tanggapan atau penilaian dari 30 responden terhadap besarnya
harapan responden pada kinerja atribut-atribut. Responden untuk
penilaian terhadap kinerja dan responden untuk penilaian terhadap atribut
adalah sama. Kinerja Koperasi Kabupaten Banyuwangi dianggap telah
memenuhi kepuasan UMKM jika TKi > 100%. Dan sebaliknya, jika besar
TKi < 100% maka kinerja Koperasi Kabupaten Banyuwangi dianggap
belum dapat memenuhi kepuasan pelanggan.
Setelah diketahui tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan
setiap peubah untuk seluruh responden, selanjutnya adalah memetakan
hasil perhitungan yang telah didapat kedalam diagram Kartesius. Masing-
masing atribut diposisikan dalam sebuah diagram, dimana skor rata-rata
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
51 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
penilaian terhadap tingkat kinerja (X) menunjukkan posisi suatu atribut
pada sumbu X, sementara posisi atribut pada sumbu Y, ditunjukkan oleh
skor rata-rata tingkat kepentingan terhadap atribut (Y)
Dimana:
Xi = Skor rataan setiap peubah i pada tingkat kinerja.
Yi = Skor rataan setiap peubah i pada tingkat kepentingan.
Σ Xi = Total skor setiap peubah i pada tingkat pelaksanaan dari seluruh
responden.
ΣYi = Total skor setiap peubah i pada tingkat kepentingan dari seluruh
responden.
n = Total responden.
Diagram Kartesius adalah diagram yang terdiri dari empat bagian
yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik
(X dan Y), dimana X adalah rata-rata dari bobot tingkat kinerja atribut
produk, sedangkan Y merupakan rata-rata dari tingkat kepentingan
seluruh. faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Rumusnya
adalah :
Dimana:
x = Rataan dari total rataan bobot tingkat pelaksanaan.
y = Rataan dari total rataan bobot tingkat kepentingan.
k = Jumlah peubah yang ditetapkan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
52 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Untuk memetakan tingkat kepentingan atas kinerja tertentu dari
sebuah produk. Kemudian tingkat kepentingan tersebut dipetakan dalam
diagram kartesius yang disebut Matriks IPA. Matriks IPA terdiri dari empat
kuadran yang masing-masing menjelaskan keadaan yang berbeda. Nilai X
dan Y digunakan sebagai pasangan koordinat titik-titik atribut yang
memposisikan suatu atribut terletak dimana pada diagram kartesius.
Penjabaran dari diagram kartesius dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Berikut penjelasan untuk masing-masing kuadran:
1. Kuadran satu, “Concentrate Here” (high importance & low satisfaction)
Faktor-faktor yang terletak dikuadran ini dianggap sebagai faktor yang
sangat penting oleh konsumen namun kondisi pada saat ini belum
memuaskan sehingga pihak manajemen berkewajiban pengalokasikan
sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja berbagai faktor
tersebut. Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas
untuk ditingkatkan.
2. Kuadran dua, “Keep up The Good Work” (high importance & high
satisfaction)
Faktor-faktor yang terletak dikuadran ini dianggap sebagai faktor
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
53 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
penunjang bagi kepuasan konsumen sehingga pihak manajemen
berkewajiban memastikan bahwa kinerja institusi yang dikelolanya dapat
terus mempertahankan prestasi yang telah dicapai.
3. Kuadran tiga, “Low Priority” (low importance & low satisfaction)
Faktor-faktor yang terletak dikuadran ini mempunyai tingkat kepuasan
yang rendah dan sekaligus dianggap tidak terlalu penting bagi konsumen,
sehingga pihak manajemen tidak perlu memprioritaskan atau terlalu
memberikan perhatian pada faktor –faktor tersebut.
4. Kuadran empat, “Possible Overkill” (low importance & high satisfaction)
Faktor-faktor yang terletak dikuadran ini dianggap tidak terlalu penting
sehingga pihak manajemen perlu mengalokasikan sumber daya yang
terkait dengan faktor-faktor tersebut kepada faktor-faktor lain yang
mempunyai prioritas penanganan lebih tinggi yang masih membutuhkan
peningkatan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
54 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
BAB IV
Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi
4.1 Gambaran Umum Wilayah
4.1.1 Gambaran Geografis
Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur Pulau Jawa,
berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur,
Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten
Bondowoso di barat. Pelabuhan Ketapang menghubungkan Pulau Jawa
dengan Pelabuhan Gilimanuk di Bali. Banyuwangi adalah kabupaten
terluas di Jawa Timur bahkan di Pulau Jawa luasnya mencapai 5.782,50
km2. Sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi masih merupakan
daerah kawasan hutan. Area kawasan hutan ini diperkirakan mencapai
183.396,3 ha atau sekitar 31,72 persen, daerah persawahan sekitar
66.152 ha atau 11,44 persen, perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63
ha atau14,21 persen, dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dengan
luas sekitar 127.454,22ha atau 22,04 persen. Sedang sisanya telah
dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan berbagai
manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan lain-lainnya.
Wilayah Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga
pegunungan. Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak diujung
timur Pulau Jawa. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa
daerah pegunungan, merupakan daerah penghasil berbagai produksi
perkebunan. Daratan yang datar dengan berbagai potensi yang berupa
produksi tanaman pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang
membujur dari arah Utara ke Selatan merupakan daerah penghasil
berbagai biota laut. peruntukan lahan di Wilayah Banyuwangi adalah
sebagai berikut pemanfaatan lahan terbesar adalah dipergunakan untuk
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
55 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
32%
12% 22% 0%
14%
3% 17%
Hutan sawah pemukiman Tambak
Perkebunan Ladang Lain-lain
lahan hutan yang mencapai 31.98% dari keseluruhan luasan terbesar
Kedua adalah untuk peruntukan pemukiman sebesar 21.66%. dari
pembagian zonasi pemanfaatan lahan terlihat betapa lengkapnya potensi
yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi.
Gambar 4.1. Proporsi pemanfaatan lahan
Sumber: Banyuwangi dalam Angka tahun 2012
4.1.2 Penduduk dan Tenaga Kerja
Sampai dengan akhir tahun 2011 lalu penduduk Kabupaten
Banyuwangi tercatat 1.614.482 menurut hasil registrasi oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil. Sedangkan hasil proyeksi jumlah
penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 didapat
bahwa jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi sebesar 1.564.833 jiwa.
Ju lah penduduk di kabupaten Banyuwangi cenderung selalu meningkat.
Sejak tahun 1990 hingga 2000 angka pertumbuhan penduduk Kabupaten
Banyuwangi tercatat 0,22 persen. Pada tahun 2000 sam-pai dengan 2010
angka pertumbuh-an penduduk tercatat dengan besar-an yang meningkat
yaitu menjadi 0,44 persen.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
56 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Dari gambar 1 dapat dilihat mengenai jumlah penduduk di
Banyuwangi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Bila diperhatikan
berdasarkan komposisi umur penduduknya, Kabupaten Banyuwangi masih
tergolong kelompok penduduk muda, karena pada kelompok umur usia
non produktif (0 – 14 tahun) masih relatif tinggi.
Gambar 4.2. Piramida Penduduk Kabupaten Banyuwangi
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi
Pertumbuhan penduduk begitu yang begitu pesat dapat
menyebabkan terjadi ledakan penduduk. Banyak faktor yang
mempengaruhi ledakan penduduk tersebut, dari tingkat kematian, tingkat
kelahiran sampai migrasi. Ledakan penduduk itu salah satunya
berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi karena dengan
perkembangan penduduk yang pesat (ledakan penduduk) tersebut
menyebabkan semakin ketatnya persaingan tenaga kerja.
Tingginya persaingan kerja menyebabkan tingginya tingkat
pengangguran. Dengan banyaknya pengangguran, maka merupakan suatu
permasalahn bagi suatu daerah. Dengan demikian, maka pemerintah
beserta stakaholder bertanggung jawab akan penciptaan tenaga kerja
yang luas bagi penduduk lokal usia produktif. Hal ini dimaksudkan karena
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
57 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
kesempatan kerja yang luas dapat memaksimalkan para pekerja dan
meningkatan pendapatan daerah. Apabila tenaga kerja sebagian besar
atau semua dapat tertampung dilapangan kerja maka hasil produksi baik
barang atau jasa akan meningkat dan tentunya pendapatan yang diterima
oleh masyarakat akan bertambah banyak. Pendapatan yang diterima
masyarakat meningkat akan meningkatkan pendapatan daerah. Keadaan
ini tidak akan ada pencari kerja yang menganggur, semua digunakan
dalam proses produksi disebut kesempatan kerja penuh (full employment).
Tabel 4.1. Angkatan Kerja Di Kabupaten Banyuwangi
No Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4 5
1 Sisa Pencari Kerja Tahun Lalu 12.767 11.787 24.554
2 Pencari Kerja 1.598 1.449 3.047
3 Lowongan Kerja 219 719 938
4 Penempatan 164 714 878
5 Penghapusan Pencari Kerja 2.658 2.201 4.859
6 Pencari Kerja yang Belum Ditempatkan 11.543 10.321 21.864
7 Penghapusan Lowongan 55 5 60
8 Sisa Lowongan - - -
Sumber : Kabupaten Banyuwangi dalam angka 2012
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat yaitu jumlah pencari kerja pada tahun
lalu sebesar 24.554 orang yang terdiri dari 12.767 pencari kerja laki-laki
dan 11.787 pencari kerja perempuan. Hal ini tidak sebanding dengan total
lowongan kerja yang tersedia yaitu hanya sebesar 938 tenaga kerja. Dari
jumlah lowongan kerja yang ditawarkan tadi ternyata hanya sebesar 878
tenaga kerja yang mampu diserap oleh lapangan kerja Sehingga masih
ada sekitar 23.676 tenaga kerja yang masih belum mampu terserap
lapangan kerja dengan maksimal.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
58 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
4.2 Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang
dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah,
indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di
masa yang akan datang. Pembangunan merupakan suatu proses
perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan
dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa.
Kegiatan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi ilihat dari kegiatan
usahanya maka sektor perdagangan paling banyak diminati oleh pelaku
usaha di kabupaten Banyuwangi jumlahnya mencapai 95.445 usaha.
Urutan kedua terbanyak yaitu sektor industri sebanyak 42.559 dan ketiga
sektor jasa dengan jumlah sekitar 20.847 usaha.
Jumlah usaha yang tercatat melalui kegiatan Sensus Ekonomi tahun
2006 (SE’06) di Kabupaten Banyuwangi ada sebanyak 207.577 usaha
diluar sektor pertanian. Dari jumlah ini sebanyak 81.629 usaha
diantaranya merupakan usaha yang dilakukan di luar bangunan dan
umumnya apabila menggunakan bangunan cenderung tidak permanen.
Selebihnya 125.948 usaha tergolong usaha yang kegiatannya sudah
menggunakan bangunan permanen. Penggunaan bangunan permanen
pada umumnya berupa bangunan khusus untuk usaha dan bangunan
campuran atau bangunan yang digunakan untuk usaha dan juga sekaligus
sebagai tempat hunian. Tidak permanen bisa berupa usaha kaki 5,
los/koridor, pangkalan ojek motor dan berupa pedagang keliling.
Berikut merupakan sektor yang berkembang di Banyuwangi:
1. Pertambangan dan Penggalian
2. Industri Pengolahan
3. Listrik, Gas dan Air
4. Konstruksi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
59 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
5. Perdagangan Besar dan Eceran
6. Akomodasi dan Makan Minum.
7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi.
8. Perantara Keuangan
9. Real estat, Usaha Persewaan
10. Jasa Pendidikan
11. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
12. Jasa Kemasyarakatan, Sosbud, Hiburan dan Perorangan Lainnya
13. Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga
Tabel 4.2. Jumlah Tenaga Kerja Pada Usaha Dengan
Tempat Tidak Permanen dan permanen 2006
No Sektor Kegiatan Usaha Jumlah Tenaga Kerja
Tidak permanen Permanen
1 Pertambangan dan Penggalian
- 1.986
2 Industri Pengolahan 1.083 113.364
3 Listrik, Gas dan Air - 708
4 Konstruksi 4.029
5 Perdagangan Besar dan Eceran 61.859
61.859 85.502
6 Akomodasi dan Makan Minum
13.068 7.839
7 Transportasi, Penggudangan dan Komunikasi
14.493 17.732
8 Perantara Keuangan 7 4.894
9 Real Estat, Usaha Persewaan 40 7.915
10 Jasa Pendidikan - 28.160
11 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
4.092
12 Jasa Kemasy. Sosbud, Hiburan, Perorangan lainnya
4.601 29.103
13 Jasa Perorangan yg Melayani Rumah tangga
1.020 386
Jumlah Usaha 96.171 305.710
Sumber: Banyuwangi dalam Angka tahun 2012
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
60 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Tenaga kerja yang terserap diberbagai sektor kegiatan usaha
jumlahnya mencapai 401.881 orang. Terbanyak bekerja pada usaha
perdagangan besar dan eceran yang jumlahnya mencapai 95.445 orang.
Kedua, pada usaha industri pengolahan sebanyak 42.559 orang. Ketiga,
bekerja pada usaha jasa kemasyarakatan, Sosbud, Hiburan dan
perorangan lain tercatat 20.847 orang dan pada usaha akomodasi dan
makan minum ada sebanyak 20.257 orang serta selebihnya menyebar
diberbagai kegiatan usaha yang ada.
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berusia 15 tahun Keatas yang
Bekerja Seminggu Yang Lalu Berdasar Lapangan Kerja Utama
tahun 2012
NO LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA
PRIA WANITA TOTAL
1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan
185.369 113.715 299.084
2 Pertambangan dan Penggalian
8.982 2.706 11.688
3 Industri Pengolahan 51.029 53.819 104.848
4 Listrik, Gas dan Air 852 - 852
5 Bangunan 72.349 - 72.349
6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah makan dan Hotel
83.495 125.388 208.883
7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi
26.213 2.763 28.976
8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan
8.890 6.327 15.217
9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorang
50.006 49.414 99.420
Jumlah 487.185 354.132 841.317
Sumber : Keadaaan Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur 2012
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
61 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Berdasarkan data pada tabel diatas, tampak bahwa sektor pertanian
merupakan sektor yang dominan bagi masyarakat Banyuwangi khususnya
bagi penduduk laki-laki (38 persen), sedangkan penduduk wanita banyak
berkecimpung di sektor Perdagangan Besar, Eceran, Rumah makan dan
Hotel.
4.3 Perdagangan
Berdasarkan urutan struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi tahun
2011, sektor perdagangan hotel dan restoran mempunyai andil terbesar
kedua setelah sektor pertanian. Namun hingga saat ini data detail
perdagangan di Kabupaten Banyuwangi masih belum tertata dengan baik.
Hal ini lebih disebabkan tidak ada penyusunan data yang dilakukan secara
khusus.
Agar informasi yang disajikan dalam publikasi ini bisa ber-manfaat
secara optimal khususnya data yang berhubungan dengan kemajuan
ekonomi disektor perdagangan. Misalnya perkembangan pengeluaran
Surat Ijin Usaha Per-dagangan (SIUP) menurut klasifikasi golongan
perusahaan.Pada tahun 2011 perdagangan kecil yang terdaftar jumlahnya
mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010, dan tahun 2009. Perlu
dipahami pula bahwasanya setiap kali SIUP di terbitkan bukan berarti
selalu menambah jumlah usaha perdagangan secara langsung. Keadaan
yang demikian ini bisa diduga adanya usaha perdagangan yang sudah
mempunyai SIUP bisa saja menghentikan usahanya karena sesuatu hal.
Berikut merupakan bentuk usaha yang terdeteksi di kabupaten
Banyuwangi dari tahun ke tahun.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
62 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Tabel 4.3. Badan Usaha di kabupaten Banyuwangi
No Bentuk Badan Usaha
Jumlah
2009 2010 2011
1 P.T (Persero) - 0 0
2 PT 75 89 54
3 FA - - 0
4 CV 165 180 362
5 Koperasi 10 37 28
6 UD/Tidak Berbadan Hukum
435 610 1191
7 Lainnya - - 0
Jumlah 685 916 1635
Sumber : Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyuwangi
Menurut tabel di atas babwa badan usaha yang tidak berbadan
hukum lebih banyak daripada yang berbadan hukum. Menurut data yang
dihimpun Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2011 lalu, jenis industri kerajinan informal jauh
lebih banyak dibandingkan dengan industri formal, sehingga industri ini
menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dari industri formal. Di
kabupaten Banyuwangi sendiri lebih banyak usah kecil (UMKM)
dibandingkan dengan usaha besar.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
63 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
BAB V
GAMBARAN UMUM KOPERASI DAN UMKM KABUPATEN BANYUWANGI
5.1 Gambaran Umum Koperasi di Kabupaten Banyuwangi
Di Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak usaha kecil dan koperasi
yang sebenarnya memiliki andil besar untuk meningkatkan perekonomian
daerah setempat. Koperasi dan usaha kecil-menengah merupakan bentuk
dan jenis usaha yang digolongkan dalam ekonomi kerakyatan karena
sifatnya mandiri dan merupakan usaha bersama. Ketahanan ekonomi
daerah tergantung pada pelaku-pelaku ekonomi, termasuk kinerja koperasi
dan usaha kecil-menengah. Untuk itu, kekuatan ekonomi akan dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik apabila kekuatan sinergi kolektif
yang dinaungi oleh koperasi berjalan sebagaimana mestinya
Orientasi sebagian besar UMKM dan koperasi pada pasar lokal
menyebabkan UMKM dan koperasi relatif lebih bisa bertahan dalam kondisi
krisis ekonomi saat ini. Berdasarkan data BPS, terdapat 96,2 persen UMKM
yang tidak berbadan hukum dan bergerak di sektor-sektor non pertanian
masih memasarkan produknya hanya sebatas di dalam wilayah kabupaten.
Sisanya memasarkan produknya antar propinsi (2,4 persen) dan antar
negara (0,13 persen). Kondisi ini terkait dengan jenis dan kualitas produk
dan jasa yang disediakan oleh UMKM dan koperasi yang ada pada
umumnya baru bisa menjangkau standar dan konsumen di pasar lokal dan
regional.
Dalam suasana persaingan yang semakin kompetitif, keberadaan
usaha koperasi dituntut untuk dapat bersaing dengan pelaku usaha
lainnya, karena lembaga ini dianggap cukup repsentatif dalam
memberdayakan ekonomi masyarakat. Langkah kerjasama dalam bentuk
kemitraan usaha merupakan suatu strategi untuk dapat mengembangkan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
64 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
usaha koperasi dan secara moril kerjasama ini sangat diperlukan adanya
dukungan yang maksimal dari pihak pengusaha besar melalui paket
pembinaan. Harus diakui usaha koperasi ini tidak terlepas dari tantangan
dan hambatan, baik dari segi permodalan, sumberdaya manusia,
manajemen, minimnya penguasaan teknologi informasi, iklim berusaha,
dan distribusi jasa/produk yang dihasilkan.
Berikut disajikan kopersi yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi ,
yaitu:
Tabel 5.1. Koperasi di Kabupaten Banyuwangi
No. Jenis Koperasi Jumlah Koperasi
Jumlah Anggota
Jumlah Asset
A Koperasi Primer
1 KUD Pertanian 44 94.295 96.136.641
2 KUD Mina 3 7.913 6.993.452
3 Kopontren 57 8.037 5.648.428
4 Kopinkra 12 1.811 2.384.236
5 Kopti 1 182 164.492
6 K P - R I 65 14.730 131.279.879
7 Kopkar BUMN/BUMS
92 10.863 15.269.158
8 Kop. Angkatan Darat
1 446 3.752.883
9 Kop. Angkatan Laut
1 183 140.647
10 Kop. Kepolisian 1 1.037 4.177.819
11 Koperasi Serba Usaha
129 11.516 84.719.599
12 Koppas 5 858 827.161
13 K S P 58 4.130 137.065.286
14 Kop.angkutan darat
4 323 54.130
15 K B P R 1 72 3.881.024
16 Kopwan 219 7.418 7.196.431
17 Koperasi Profesi 1 68 28.282
18 Koperasi Veteran 1 1.090 10.900
19 Koperasi Wredatama
5 788 755.002
20 Kop Pepabri 1 403 75.504
21 Koperasi 3 246 11.050
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
65 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
No. Jenis Koperasi Jumlah Koperasi
Jumlah Anggota
Jumlah Asset
Mahasiswa
22 Koperasi Pemuda 2 187 219.938
23 Kop.Pedagang Kaki Lima
1 32 1.500
24 Koperasi lainnya 67 7.103 17.061.985
25 Koptan Pangan (KKT)
88 4.662 17.135.275
Jumlah Koperasi Primer 862 178.393 534.990.702
B Koperasi Sekunder 4 132 2.617.622
Jumlah Koperasi 866 178.525 537.608.324
Sumber: Banyuwangi dalam Angka tahun 2012
Koperasi di Kabupaten Banyuwangi tediri dari beragam jenis mulai
koperasiya koperasi unit desa (KUD), koperasi pegawai, koperasi wanita,
koperasi pesantren dan beragam jenis koperasi lainnya (tabel 5.1). total
koperasi yang beroperasi di kabupaten Banyuwangi adalah sebanyak 866
koperasi dengan koperasi primer sebanyak 862 dan koperasi seunder
sebanyak 4 unit. Anggota yang koperasi sampai dengan tahun 2012
adalah sebanyak 178.525 orang berarti encapai 10% dari total penduduk
di Kabupaten Banyuwangi dengan perputaran asset yang tercata adalah
sebesar 537.608.324.
Jenis koperasi yang ada jumlah terbanyak adalah jenis koperasi
wanita (KOPWAN) yaitu sejumlah 219 unit dengan anggota sebanyak
7.418 anggota. Koperasi terbanyak lainnya adalah koperasi serba usaha
(KSU) dengan unit sebanyak 129 dan beranggotakan 11.516 anggota.
Diantara keseluruhan koperasi yang ada terlihat koperasi jenis KUD adalah
koperasi yang memiliki anggota terbanyak yaitu sebanyak 94.295 orang
artinya banyak masyarakat yang memanfaatkan keberadaan koperasi unit
desa tersebut. selain KUD koperasi yang memiliki jumla anggota terbanyak
adalah KP-RI atau Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia.
Keberadaan koperasi oleh masyarakat memang dirasakan
manfaatnya sesuai dengan jenis koperasi usaha koperasi. Semisal untuk
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
66 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
koperasi jenis simpan pinjam (KSP) manfaat layanan yang dirasakan
adalah mengenai peminjaman dana yang relatif mudah dengan
persyaratan yang tidak memberatkan. Kemudahan peminjaman ini sering
dimanfaatkan anggota dibandingkan dengan mereka harus meminjam
kepada bank yang memiliki tingkat persyaratan yang rumit. Di koperasi
yang melayani usaha pinjaman pada umumnya menerapkan bentuk
persyaratan yang mudah untuk pinjaman dengan nominal kecil cukp
hanya dengan fotokopi KTP dan KK, untuk pinjaman yang nominalnya
cukup besar biasanya disertai dengan jaminan berupa BPKB, namun
beberapa koperasi tidak perlu menyertakan jaminan BPKB cukup dengan
persyaratan biasa. Persyaratan yang ringan ini tentu memudahkan
masyarakat untuk mendapatkan pinjaman terutama masyarakat yang tidak
memiliki agunan yang biasanya dibutuhkan jika hendak melakukan
peminjaman di bank.
Suku bunga yang diterapkan oleh koperasi tergolong rendah yaitu
dikisaran 2%-3,5% per bulan dengan jangka waktu pengembalian rata-
rata selam 10 bulan dan untuk pinjaman dalam nominal besar dapat diberi
keleluasaan samapi 20 bulan bagi beberapa koperasi. Suku bunga koperasi
masih relative rendah walaupun masih kalah bersaing dengan suku bunga
dari bank yang mampu mencapai 1% bahkan kurang, namun karena
kemudahan yang diberikan koperasi masyarakat masih sering
memanfaatkan jasa koperasi. Untuk permasalahan tunggakan kredit atau
kredit macet koperasi lebih luwes dalam menyelesaikanya yaitu
menerapkan sistem kekeluargaan dalam penyelesaiannya semisal diberi
kelonggaran jangka waktu pembayaran, bernegosiasi dan penyelesaian
dengan cara kekeluargaan. Apabila tidak memungkinkan kredit tersebut
benar-benar macet dan tidak dapat terbayarkan maka terdapat beberapa
alternatif mengatasi permasalahan yaitu pertama dengan cara pemutihan
yang menerapkan system “tanggung renteng” atau kegagalan pinjaman
ditanggung oleh seluruh anggota koperasi, kedua bernegosiasi untuk
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
67 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
penyitaan barang semisal, televise, kulkas atau harta lainnya yang dapat
dijual yang sesuai dengan nominal pinjaman yang tidak terbayarkan,
ketiga apabila pinjaman dengan menggunakan agunan maka akan
dilakukan pelelangan agunan. Pelelangan ataupun penjualan dari sitaan
tersebut juga tidak terlalu kaku sifatnya apabila hasil dari pelelangan
tersebut nilainya melebihi dari nominal pinjaman yang tidak terbayarkan
maka koperasi akan mengembalikan kelebihan dana tersebut kepada
anggota.
Keleluasaan penyelesaian masalah peminjaman ini yang menjadikan
pertimbangan masyarakat untuk melakukan peminjaman ke koperasi
dibandingkan dengan meminjam ke pihak bank yang dalam penyelesaian
masalah pinjaman dengan memerintahkan “debt kolektor” untuk menagih
dan kerap berperilaku keras dalam menagih.
Diantara kelebihan yang dimiliki oleh koperasi masih terdapat
banyak kelemahan yang meliputi seperti suku bunga yang masih kalah
bersaing dengan suku bunga bank sehingga dalam hal cicilan anggota
lebih berat dibandingkan jika meminjam di koperasi. Koperasi pada
umumnya tidak memiliki modal yang besar sehingga permasalahan lain
yang kerap menghinggapi adalah kekurangan modal untuk disalurkan,
masih sering dijumpai anggota koperasi yang harus menunggu beberapa
hari untuk mendapatkan pinjaman dikarenakan dana yang ada di koperasi
kurang dan masih memutar digunakan oleh anggota lainnya.
Koperasi dengan jenis simpan pinjam ini pada umumnya
berdasarkan pengamatan dilapangan fasilitas pinjaman sangat dirasakan
manfaatnya oleh anggota tidak terkecuali bagi anggota yang bergerak
dalam bidang UMKM. Bagi anggota yang bergerak dalam bidang UMKM
pada umumnya pinjaman koperasi sangat berguna sebagai penambah
modal usaha.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
68 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Berdasarkan jumlah kredit yang disalurkan, tampak pada Gambar
5.1 bahwa tiga koperasi di Kabupaten Banyuwangi menyalurkan kreditnya
untuk kegiatan produktif barang dan jasa. Hal ini menunjukkan bahwa
koperasi mampu berperan dalam fungsi intermediasi finansial bagi para
wirausaha atau pengusaha yang membutuhkan kredit bagi pengembangan
usahanya, sehingga wirausaha/pengusaha.
Gambar 5.1 Penyaluran Kredit 3 Koperasi di Banyuwangi Tahun
2012
Sumber : Penelitian lapang 2013
a. Koperasi Unit Desa Trikarya
Data yang menarik adalah pada Koperasi Unit Desa Trikarya yang
berhasil menyalurkan 89,7 persen untuk kegiatan produksi barang dan
jasa yang mencapai Rp 1.975.758.000 dari total kredit sebesar Rp
2.201.448.000 pada tingkat bunga 6 persen.
Koperasi ini berdiri sejak tahun 1974. Pada awalnya koperasi ini
dikhususkan bagi warga Sekitar yang berprofesi sebagai petani. Koperasi
56,70%
89,70%
69,20%
43,40%
10,30%
30,80%
0,00% 25,00% 50,00% 75,00% 100,00%
Koperasi Ahmad Dahlan
Koperasi Unit Desa Trikarya
Koperasi Unit Desa Trijaya
Produktif Konsumtif
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
69 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
ini pada awalnya hanya memiliki sebuah supermarket dan menyediakan
pinjaman untuk modal bibit para etani,namun dalam perkembangannya
sampai saat ini koperasi telah memiliki Supermarket yang menampung
barang-barang home industry masyarakat sekitar,toko Bangunan,Toko alat
pertanian, dan juga alat selep sehingga kemudian keberadaan koperasi ini
benar-benar dirasakan oleh masyarakat sekitar. Anggota koperasi ini
adalah warga masyarakat di sekitar KUD. mayoritas anggota koperasi ini
bergerak di bidang UMKM, Home Industry dan juga para petani. Anggota
yang bergerak di bidang UMKM itu seperti warung makanan,Toko
Kelontong,Home industry dan lainnya. Fasilitas yang dimanfaatkan oleh
UMKM cukup beragam karena unit usaha yang dimiliki oleh koperasi ini
juga beragam,namun yang cukup sering dimanfaatkan adalah fasilitas
penyediaan bibit unggul kepada petani dan juga alat-alat pertanian. Proses
untuk mendapatan fasilitas tersebut cukup mudah karena memang
bertujuan untuk membantu para petani. Petani bisa mengajukan kredit
untuk membeli alat pertanian tersebut dengan cicilan yang sangat ringan
dan tanpa bunga. Untuk kendala yang dihadapi oleh koperasi berdasarkan
pengakuan dari ketua koperasi sampai saat ini tidak ada. kalupun ada,
kendala ini dianggap tidak material. Modal Koperasi ini sampai sekarang
sudah mencapai 25 Milyar untuk memenuhi kebutuhan dari 7 unit usaha
yang ada. modal mayoritas diperoleh dari Bank BRI dan sisanya diperoleh
dari anggota.1
Sementara berdasarkan hasil penelitian ternyata respon masyarakat
terhadap eksistensi koperasi ini relatif bagus, hal tersebut disampaikan
oleh Bpk. Ngatiman (anggota KUD Trikarya) yang menyatakan Pada
awalnya dulu bergabung ke dalam KUD karena ditawarkan kemudahan
bibit dan pupuk untuk para petani yang menjadi anggotanya sehingga
para petani tidak perlu membeli produk dari luar yang harganya lebih
1 Sumber : wawancara tanggal 29 april 2013
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
70 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
tinggi. Layanan yang sering digunakan adalah layanan pemberian bibit
padi atau pupuk tanpa perlu membayar terlebih dahulu dan baru dibayar
ketika panen nanti sehingga layanan ini sangat membantu dan diminati
oleh para petani yang menjadi anggota. Pak Ngatiman tidak pernah
menggunakan jasa dari perbankan karena prosedurnya yang cukup rumit
sehingga malah menyulitkan para petani. Pengurus koperasi sangat
perhatian terhadap kelompok tani yang menjadi anggota terutama dalam
bentuk pembekalan training yang berkala dalam bidang pertanian dan
juga pemberian bantuan modal. Kendala sampai saat ini belum ada. yang
diharapkan adalah koperasi bisa mempertahankan eksistensinya untuk
membantu masyarakat yang membutuhkan tidak hanya modal pinjaman
berupa uang namun juga membutuhkan modal pelatihan dan bibit lebih
besar. Bantuan dari pemerintah biasanya berupa benih unggul untuk
petani2
Demikian juga yang disampaikan oleh Bp. Paidi3 yang telah menjadi
anggota Koperasi sejak 4 tahun yang lalu. Pada awalnya dulu beliau
bergabung ke dalam KUD karena diajak oleh kelompok tani Bapak
Ngatiman. Layanan yang sering digunakan oleh Bp. Paidi adalah layanan
pemberian bibit padi atau pupuk tanpa perlu membayar terlebih dahulu
dan baru dibayar ketika panen nanti sehingga layanan ini sangat
membantu dan diminati oleh para petani yang menjadi anggota. Pak Paidi
pernah menggunakan jasa dari perbankan, namun karena prosedurnya
yang cukup rumit sehingga malah menyulitkan dan akhirnya malah Bp.
Paidi berhutang kepada bank. Sejak itu beliau menghindari untuk
berurusan dengan bank. Pengurus koperasi sangat perhatian terhadap
kelompok tani yang menjadi anggota terutama dalam bentuk pembekalan
training yang berkala dalam bidang pertanian dan juga pemberian bantuan
modal. Kendala sampai saat ini belum ada. yang diharapkan adalah
2 Sumber : wawancara dengan Bp. Ngatiman, tanggal 29 april 2013
3 Sumber : wawancara dengan Bp. Paidi, tanggal 30 april 2013
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
71 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
koperasi bisa mempertahankan eksistensinya untuk membantu masyarakat
yang membutuhkan tidak hanya modal pinjaman berupa uang namun juga
membutuhkan modal pelatihan dan bibit lebih besar. Bantuan dari
pemerintah biasanya berupa benih unggul untuk petani dan juga pupuk.
Bp. Sahroni adalah salah satu anggota KUD Trikarya. Beliau telah
menjadi anggota Koperasi sejak 5 tahun yang lalu. Pada awalnya dulu
beliau bergabung ke dalam KUD karena diajak oleh kelompok tani Bapak
Ngatiman. Layanan yang sering digunakan oleh Sahroni adalah layanan
pemberian bibit padi atau pupuk tanpa perlu membayar terlebih dahulu
dan baru dibayar ketika panen nanti sehingga layanan ini sangat
membantu dan diminati oleh para petani yang menjadi anggota. Sahroni
belum pernah menggunakan jasa dari bank,namun karena cerita dari
rekan-rekannya sesama petani yang berhati-hati terhadap penawaran
bank maka sejak itu sahroni menghindari untuk berurusan dengan Bank
meskipun beliau membutuhkan modal untuk pengembangan sawahnya.
Pengurus koperasi sangat perhatian terhadap kelompok tani yang menjadi
anggota terutama dalam bentuk pembekalan training yang berkala dalam
bidang pertanian dan juga pemberian bantuan modal. Kendala sampai
saat ini belum ada, yang diharapkan adalah koperasi bisa
mempertahankan eksistensinya untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan tidak hanya modal pinjaman berupa uang namun juga
membutuhkan modal pelatihan dan bibit lebih besar. Bantuan dari
pemerintah biasanya berupa benih unggul untuk petani dan juga pupuk4
b. Koperasi Ahmad Dahlan (KSU Melati)
Koperasi ini terletak di pusat Kabupaten Banyuwangi. Jumlah
Pengurus di dalamnya ada 5 orang (bagian Akuntansi dan manajemen
masing-masing 1 orang ,Marketing 2 orang serta 1 manajer yang
4 Sumber : wawancara tanggal 26 april 2013
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
72 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
membawahi semuanya). Manajer KSU Melati adalah Bp. Bambang. Jumlah
Anggota Koperasi sebanyak 75 orang. Koperasi ini berdiri sejak tahun
1985. Pada awalnya koperasi ini dikhususkan bagi warga Muhamadiyah
yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Koperasi ini pada awalnya tidak
berbentuk bangunan melainkan hanya bermodalkan meja di bawah pohon
depan masjid ahmad dahlan saja. Dan ketika itu pun kegiatannya hanya
untuk kegiatan simpan dan tabungan bagi masyarakat Muhamadiyah yang
mau. Anggota koperasi ini adalah warga Muhammadiyah, masyarakat
biasa,pelaku UMKM di Banyuwangi. Terdapat sekitar 40 an anggota yang
bergerak di bidang UMKM. Anggota yang bergerak di bidang UMKM itu
seperti penjual makanan, VCD, Toko Kelontong,Toko Listrik dan lainnya.
Fasilitas yang sering dimanfaatkan oleh UMKM adalah fasilitas simpan
pinjam dengan akad Bagi hasil. Proses untuk mendapatan fasilitas tersebut
pada dasarnya sama saja dengan anggota lainnya. Untuk kendala yang
dihadapi oleh Koperasi adalah minimnya jumlah pinjaman yang mampu
diberikan oleh koperasi sehingga sering sekali terjadi antrian untuk
pinjaman. Untuk Menyelesaikan permasalahan yang ada, maka sistem
yang dibuat oleh pihak koperasi adalah dana pinjaman bergilir yang
artinya setelah mendapatkan pinjaman, sebisa mungkin segera
dikembalikan agar anggota yang lain juga kebagian mendapatkan
pinjaman. Peranan yang diberikan oleh koperasi untuk UMKM sampai saat
ini berupa pemberian bantuan modal tanpa agunan untuk keperluan
usaha. Koperasi memutuskan permohonan kredit dengan cara
kekeluargaan yang artinya melihat karakter dari pemohon itu sendiri.
apabila pemohon memiliki itikad yang baik dan rutin dalam membayar
pinjamannya maka pemohon artinya bisa dipercaya dan koperasi akan
mempermudah prosedur peminjamannya. Jumlah kredit yang disalurkan
kepada anggota tahun 2012 sebesar 250 juta lebih. Itu terbagi ke kredit
produktif sebesar 175 juta dan sisanya untuk kredit konsumtif. Sedangkan
tahun 2013 sampai bulan ini kredit yang sudah disalurkan sebesar 210
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
73 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
juta. Di Koperasi ini jarang terjadi kredit macet karena kebanyakan
anggotanya adalah orang-orang yang bisa dipercaya.
Beberapa anggota koperasi ini adalah
a) Bp. Haris Khumairi (Usaha Telur Asin)5. Bapak Haris sampai saat ini
tergabung dalam koperasi BMT Sekar Melati di Banyuwangi. Beliau
telah 3 tahunan menjadi anggota koperasi ini. Layanan yang
digunakan adalah layanan pinjaman untuk modal usaha telur yang
telah dia geluti sejak 3 tahun yang lalu. Bp. Haris menyatakan
bahwa dia sangat terbantu dengan kemudahan pinjaman tanpa
agunan yang diberikan oleh koperasi kepada dirinya. Menurutnya,
hal inilah yang membuatnya lebih memilih meminjam di koeprasi
daripada di bank. Kendala yang muncul sampai saat ini belum ada
mengingat prosedur dalam koperasi yang mudah dan membuat
masyarakat merasa benar-benar terbantu. Bp Haris memiliki
harapan agar koperasi yang benar-benar terbukti berkontribusi
nyata di masyarakat bisa mendapatkan modal lebih karena dengan
berbagai kemudahan didalamnya. Koperasi Sekar melati banyak
diminati masyarakat namun terkendala di bidang pendanaan
sehingga peminjam harus mengantri
b) H Masyukin (Produsen Kerupuk)6. Bapak Haji Masyukin sudah
tergabung dalam Koperasi BMT Sekar Melati selama 1,5 tahun.
Alasan beliau bergabung dengan koperasi adalah karena satu
jamaah (muhammadiyah). Layanan yang dibutuhkan dan telah
diberikan oleh Koperasi adalah layanan simpan pinjam anggota.
Layanan ini bermanfaat untuk pengembangan usaha krupuk yang
digelutinya saat ini. Menurut beliau, koperasi jauh lebih
menawarkan kemudahan ketimbang bank. Kendala yang dirasakan
5 Sumber : wawancara tanggal.26 April 2013
6 Sumber : wawancara. tanggal.27 April 2013.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
74 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
di koperasi sampai saat ini belum ada. Beliau belum pernah
mendapatkan dana bantuan dari pemerintah
c) Taufik Kurniawan (Toko Alat Listrik)7, telah menjadi anggota
Koperasi BMT Sekar Melati sejak 2 tahun lalu. Beliau bergabung
menjadi anggota koperasi setelah diajak temannya yang terlebih
dahulu merasakan manfaat dari koperasi ini. Jenis layanan yang
sering digunakan oleh bapak Taufik adalah layanan simpan pinjam
yang digunakan untuk menambah modal ataupun membayar alat-
alat listrik yang dibelinya secara berkala untuk dijual kembali.
Kemudahan yang dirasakan oleh Pak Taufik ini adalah
diperbolehkannya pengajuan pinjaman tanpa menggunakan agunan
oleh koperasi. Selain itu karena sistem yang digunakan adalah bagi
hasil, maka sangat meringankan anggota yang ingin mendapatkan
pinjaman dengan bunga rendah. Biasanya pak taufik juga
menggunakan layanan simpan pinjam koperasi ini untuk kebutuhan
mendesak. Sejauh ini program-program koperasi dirasa bermanfaat
dan membuat usahanya makin berkembang. Pak Taufik pernah
menggunakan jasa dari bank namun beliau lebih merasakan
manfaat ketika menggunakan jasa koperasi. Bunga tinggi dan
prosedur yang cukup panjang membuat beliau kesusahan ketika
mencoba mengajukan pinjaman. Rasa kekeluargaan dalam
koperasi cukup terasa karena pengurus ramah dan kalaupun kita
terlambat membayar angsuran, pengurus bisa sabar dan
memahami kendala anggota. Untuk kendala dalam pelaksanaan
koperasi bisa dibilang belum ada sampai sejauh ini. Harapannya
semoga ke depannya koperasi bisa benar-benar mengayomi seluruh
anggotanya karena sering ditemukan masih banyak anggota yang
7 Sumber : wawancara.28 april 2013
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
75 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
belum benar-benar aktif. Pak Taufik Dulu pernah mendapatkan
pelatihan Kewirausahaan dari pemerintah.
d) Yuyun (Toko Kelontong)8 menjadi anggota Koperasi BMT Sekar
Melati sejak 2 tahun yang lalu. Alasan beliau bergabung adalah
karena proses pengajuan pinjaman yang cepat dan dengan bunga
yang rendah sehingga beliau sering menggunakan layanan simpan
pinjamnya. Kemudahan yang didapatkan selama menjadi pengurus
koperasi adalah pengrus yang tanggap dan adanya layanan jemput
cicilan. fasilitas koperasi yang diterima oleh bu yuyun dirasakan
sangat bermanfaat karena modal usahanya menjadi bertambah
sehingga bisa memperbesar toko nya. Bu yuyun pernah
menggunakan jasa dari perbankan namun beliau lebih menyukai
koperasi karena suasana kekeluargaannya yang tinggi dan bunga
nya yang rendah. Kendala yang kerap muncul dalam pelaksanaan
koperasi mungkin panjangnya antrian utk mendapatkan pinjaman
dikarenakan banyak yang ingin meminjam dana juga di koperasi utk
usahanya
Berdasarkan penjabaran beberapa hasil penelitian di lapangan, kita
dapat melihat bahwa peranan koperasi terhadap pengembangan UMKM
sangat besar, terutama pada aspek kemudahan finansial dibandikan sektor
perbankan, yaitu antara lain :
a) Kemudahan pinjaman tanpa agunan
b) Sistem yang digunakan adalah bagi hasil, maka sangat
meringankan anggota yang ingin mendapatkan pinjaman dengan
bunga rendah
c) Rasa kekeluargaan dalam koperasi cukup terasa karena pengurus
ramah dan kalaupun terlambat membayar angsuran, pengurus bisa
sabar dan memahami kendala anggota.
8 Sumber : wawancara. 28 april 2013
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
76 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
d) Adanya kesempatan untuk mendapatkan pelatihan Kewirausahaan
dari pemerintah.
5.2 Gambaran Umum Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) di Kabupaten Banyuwangi
Keberadaan Usaha mikro, kecil dan menengah dalam suatu struktur
perekonomian memiliki peranan yang penting, hal tersebut terlihat hampir
di seluruh daerah tidak terkecuali di Kabupaten Banyuwangi mampu
menyumbang pendapatan domestik regional bruto mencapai lebih dari
80% dibandingkan sumbangan dari sektor industri besar. Di Kabupaten
Banyuwangi apabila dilihat dari segi jumlah UMKM terlihat sangat besar,
sampai tahun 2006 tercatat setidaknya terdapat 116.709 UMKM yang
tersebar di 24 Kecamatan. Jumlah UMKM jika dibandingkan dengan
jumlah industri besar dan sedang di Kabupaten Terlihat sangat
mendominasi, dari pencatatan untuk sektor yang tergolong Industri Besar
sedang jumlah yang tercatat sejumlah 258.
Tabel 5.2. Proporsi UMKM dan Industri Besar Sedang
Kabupaten Banyuwangi
No Jenis Usaha Jumlah Prosentase (%)
1 UMKM 116709 99.78
2 Industri Besar Sedang
254 0.22
Total 116963 100
Dalam tabel diatas terlihat UMKM proporsinya terhadap jumlah
Industri Besar dan Sedang sebesar 99.78% sedangkan Industri besar
sedang hanya sebesar 0.22%. jumlah tersebut menandakan dominasi
UMKM dalam struktur perekonomian di Kabupaten Banyuwangi sehingga
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
77 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
keberadaannya perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah
daerah.
Tabel 5.3 Sebaran UMKM per Kecamatan
di Kabupaten Banyuwangi
No Kecamatan Jumlah UMKM
Prosentase
1 Srono 12481 10.69
2 Rogojampi 9794 8.39
3 Kabat 6120 5.24
4 Singojuruh 2467 2.11
5 Sempu 5461 4.68
6 Songgon 3941 3.38
7 Glagah 3487 2.99
8 Licin 2119 1.82
9 Banyuwangi 8324 7.13
10 Giri 1915 1.64
11 Kalipuro 5172 4.43
12 Wongsorejo 5141 4.40
13 Pesanggaran 3444 2.95
14 Siliragung 2592 2.22
15 Bangorejo 3405 2.92
16 Purwoharjo 4019 3.44
17 Tegaldlimo 4142 3.55
18 Muncar 10597 9.08
19 Cluring 5095 4.37
20 Gambiran 4543 3.89
21 Tegalsari 2983 2.56
22 Glenmore 5401 4.63
23 Kalibaru 4066 3.48
24 Genteng 0 0.00
Total 116709 100
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Banyuwangi
Jumlah UMKM terbanyak berdasarkan tabel diatas adalah di daerah
Kecamatan Srono dengan UMKM sebanyak 12.481, Kecamatan Muncar
dengan UMKM sebanyak 10.597, Kecamatan Rogojampi dengan UMKM
sebanyak 9794 dan Kecamatan Banyuwangi sebanyak 8.324. UMKM di
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
78 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
setiap kecamatan berdasarkan tabel tersebut terdiri dari beragam usaha
mulai usaha di bidang industri, jasa rumah makan, jasa perdagangan dan
jasa rumah tangga seperti tukang jahit, servis motor, persewaan dan
beragam jenis usaha lainnya.
Tabel 5.4 Rasio UMKM per Kecamatan dan Jumlah Penduduk per
Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi
No Kecamatan Jumlah UMKM
Jumlah Penduduk
Rasio (%)
1 Srono 12481 87209 14.312
2 Rogojampi 9794 92358 10.604
3 Kabat 6120 67137 9.116
4 Singojuruh 2467 45242 5.453
5 Sempu 5461 71281 7.661
6 Songgon 3941 50275 7.839
7 Glagah 3487 33992 10.258
8 Licin 2119 27878 7.601
9 Banyuwangi 8324 106000 7.853
10 Giri 1915 28150 6.803
11 Kalipuro 5172 76178 6.789
12 Wongsorejo 5141 74307 6.919
13 Pesanggaran 3444 48412 7.114
14 Siliragung 2592 44390 5.839
15 Bangorejo 3405 59442 5.728
16 Purwoharjo 4019 64969 6.186
17 Tegaldlimo 4142 61176 6.771
18 Muncar 10597 128924 8.220
19 Cluring 5095 70049 7.273
20 Gambiran 4543 58412 7.778
21 Tegalsari 2983 46161 6.462
22 Glenmore 5401 69471 7.774
23 Kalibaru 4066 61182 6.646
24 Genteng 0 83123 0.000
Total 116709 1555718 0.075
Sumber: Berbagai sumber diolah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
79 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Keberadaan UMKM ini memberikan peranan penting terutama bagi
terbentuknya lapangan pekerjaan yang berdampak kepada pengurangan
tingkat pengangguran di daerah. Jika melihat jumlah UMKM setiap
kecamatan dibandingkan dengan jumlah penduduk telihat dalam tabel
kecamatan Srono memiliki rasio yang tertinggi yaitu 14.3%, rasio terbesar
lainnya adalah Kecamatan Rogojampi dengan rasio sebesar 10.6% dan
Kecamatan Glagah sebesar 10.2%. apabila rasio tersebut digunakan
sebagai gambaran tingkat penyerapan tenaga kerja per wilayah dari sektor
UMKM maka Kecamatan Srono merupakan kecamatan yang mempunyai
potensi penyerapan terbesar. Apabila di asumsikan setia UMKM
mempekerjakan 1 orang tenaga kerja maka sektor UMKM di Kecamatan
Srono mampu menyerap 14% tenaga kerja dari total penduduk di
kecamatan itu.
UMKM mampu menampung beragam jenis tenaga kerja mulai
tenaga kerja yang tidak terdidik atau tenaga kerja dengan tingkat
pendidikan rendah sampai pada tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
tinggi. Kemampuan UMKM untuk menampung beragam jenis tenaga kerja
tersebut merupakan salah satu keunggulan dari UMKM.
Pada umumnya permasalahan yang kerapa melekat pada UMKM
adalah sebagai berikut:
Pemasaran
Problem pemasaran menduduki urutan pertama yang banyak
dikeluhkan pelaku UMKM. keterbatasan akses yang mereka miliki
maupun rendahnya kemampuan dalam melakukan negoisasi maupun
transaksi, sering mewarnai hambatan tersebut. Tidak sedikit pelaku
UMKM yang memiliki produk berkualitas namun kesulitan dalam
memasarkannya. Baik untuk pasar domestik maupun untuk pasar
ekspor.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
80 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Permodalan
Permasalan UMKM yang kedua ini boleh dikatakan merupakan problem
klasik. Tak sedikit pelaku UMKM yang mengkambinghitamkan aspek
permodalan yang membuat usaha mereka tidak berkembang, terutama
ketika mendapatkan order yang cukup besar. Beberapa kasus order
dari pasar ekspor untuk pelaku UMKM kandas akibat kurangnya modal
untuk pengadaan bahan baku. Namun persoalan ini tidak berdiri sendiri
karena berhubungan dengan kemampuan melakukan negosiasi dengan
buyer maupun dalam mencari pinjaman modal.
Produksi
Permasalahan dalam produksi biasanya menyangkut pengawasan mutu
atau qualitycontrol yang lemah.Pengawasan mutu yang sering
dilanggar atau kurang mampu dipenuhi oleh pelaku UMKM terutama
menyangkut standart kualitas mutu produk, khususnya menyangkut
ketelitian maupun kerapian yang rendah. Begitu juga soal tenggat
waktu pengerjaan order yang sering molor dari jadwal, sering
membuat para buyer kecewa dan komplain. Terlebih dalam memenuhi
pasar ekspor untuk negara Jepang yang dikenal teliti, umumnya balum
mampu dipenhi oleh para pelaku UMKM.
Manajemen
Kelemahan manajemen dalam pengelolaan usaha mikro, kecil, dan
menengah di Indonesia merupakan problematika yang umum
terjadi.Permasalah UMKM ini muncul akibat tumpang tindihnya
manajemen perusahaan dengan manajemen keluarga.Khususnya lagi
menyangkut pengelolaan keuangannya. Akibatnya, tak sedikit pelaku
UMKM yang mengalami kredit macet akibat penggunaan dana kredit
modal usaha yang digunakan untuk membiayai kehidupan keluarga
yang terbilang masih pas-pasan.
Mentalitas
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
81 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Salah satu permasalahan UMKM lainnya adalah mudahnya mereka
yang gampang putus asa ketika menghadapi sedikit saja tantangan
dan lebih memililih jenis pekerjaan lain. Parahnya lagi, mereka lebih
senang bekerja ikut orang dari pada membangun usaha sendiri.Inilah
permasalahan UMKM yang sering terjadi dan tidak mudah untuk
diatasi.
5.3 Arah Pembangunan Koperasi Dan UMKM Kabupaten
Banyuwangi
Pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi melalui dinas Koperasi
dan UMKM sebenarnya telah merancang pola pengembangan kedepan
yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah
(RPJMD) dimana dalam rencana tersebut pokok pola pengembangan
Koperasi dan UMKM adalah sebagai berikut:
1. Program Penciptaan Iklim Usaha Usaha Kecil Menengah
Yang Kondusif
1. Penyusunan kebijakan tentang Usaha Kecil Menengah;
2. Penyederhaan regulasi terkait dengan UMKM dan Koperasi;
3. Fasilitasi pengembangan UMKM dan Koperasi;
4. Pendirian unit penanganan pengaduan;
5. Pengembangan jaringan infrastruktur Usaha Kecil Menengah;
6. Fasilitasi Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berbasis
Kelompok dan Kluster;
7. Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi
UMKM
1. Koordinasi penggunaan dana Pemerintah bagi UMKM;
2. Koordinasi penggunaan dana CSR bagi pengembangan UMKM
dan pemberdayaan masyarakat;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
82 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
3. Pengembangan sarana pemasaran produk UMKM;
4. Peningkatan kerjasama jaringan antar lembaga;
5. Pengembangan sistem informasi bagi UMKM;
6. Fasilitasi bantuan modal bagi UMKM dengan bunga ringan;
7. Pengembangan usaha keuangan mikro (micro finance);
8. Pemantauan pengelolaan penggunaan dana pemerintah bagi
UMKM;
9. Penyelenggaraan promosi produk UMKM;
10. Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
3. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
1. Sosialisasi prinsip prinsip pemahaman per-Koperasian;
2. Pelatihan manajemen Koperasi berbasis kelompok atau kluster;
3. Peningkatan dan pengembangan jaringan kerjasama usaha
Koperasi;
4. Pembinaan, pengawasan dan penghargaan Koperasi berprestasi;
5. Penyebaran model-model pola pengembangan Koperasi;
6. Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
4. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan
Kompetitif UMKM
1. Penyelengaraan pelatihan kewirausahaan;
2. Fasilitasi promosi produk-produk unggulan kompetitif usaha kecil
menengah;
3. Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Program – program yang disusun oleh dinas koperasi dan UMKM
tersebut nantinya dituangkan dalam bentuk dan berbagai kegiatan seperti
yang kegiatan fasilitasi pengembangan sumberdaya manusia yang
dilakukan di berbagai tempat seperti di Lapas, Universitas di desa dan
berbagai tempat lainnya yang berfungsi untuk menunjang peningkatan
sumberdaya UMKM.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
83 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
BAB VI PERANAN KOPERASI TERHADAP UMKM
6.1 Analisa tingkat Kepentingan dan Performa Koperasi
(Importance Performance Analysis)
Koperasi suatu bentuk badan usaha yang turut memegang peranan
penting terhadap membatu keberlangsungan usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM). Dengan prinsip-prinsip yang diusung oleh koperasi
yaitu dari anggota dan untuk kesejahteraan anggota maka pastinya
keberadaan koperasi dapat menjadi pilar penting bagi tumbuhnya UMKM
di Kabupaten Banyuwangi. Agar dapat terus memberikan peran terhadap
perkembangan UMKM di kabupaten Banyuwangi maka perlu dikaji
seberapa jauh kinerja yang saat ini sudah dilakukan oleh koperasi dan
bagaimana harapan atau kepentingan UMKM terhadap koperasi sehingga
nantinya akan dapat ditemukan berbagai upaya untuk meningkatkan
peran koperasi bagi perkembangan UMKM.
Seperti dikemukakan dalam bab sebelumnya bahwa Metode
Importance Performance Analysis (IPA) merupakan suatu metoda untuk
mengukur hubungan antara prioritas peningkatan kualitas produk/jasa
yang dikenal pula sebagai quadrant analysis dan persepsi konsumen IPA
telah diterima secara umum dan dipergunakan pada berbagai bidang
kajian karena kemudahan untuk diterapkan dan tampilan hasil analisis
yang memudahkan usulan perbaikan kinerja
Untuk meningkatkan peran dari koperasi terhadap pengembangan
UMKM di kabupaten Banyuwangi tentunya harus diketahui terlebih dahulu
bagaimana performa yang telah dijalankan oleh koperasi serta bagaimana
harapan yang diingikan UMKM terhadap koperasi dalam menunjang
sehingga diketahui unsur mana yang nantinya dapat dijadikan kebijakan
dalam meningkatkan peranan joperasi terhadap UMKM.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
84 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Analisa IPA yang digunakan dalam kajian ini menggunakan lima (5)
variable yaitu:
B. Bukti Fisik (Tangible)
C. Keandalan (Reliability)
D. Daya tanggap (Responsiveness)
E. Jaminan (Assurance)
F. Perhatian (Emphaty)
A. Bukti Fisik (Tangible)
Dalam bukti fisik atribut yang hendak dilihat adalah mengenai kondisi
kantor koperasi (A1) dan kondisi sarana dan peralatan pendukung (A2).
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan berdasarkan sampel yang diambil
diketahui bahwa atribut kondisi sarana dan peralatan pendukung kantor
memiliki lag antara tingkat kinerja dan harapan yang tertinggi dalam
variabel bukti fisik, artinya selama ini masyarakat khususnya anggota
koperasi memiliki harapan bagi koperasi untuk memiliki sarana pendukung
yang layak dan dinilai untuk saat ini sarana tersebut pada umunya masih
dibawah harapan mereka.
Tabel 6.1 Kinerja dan Harapan Variabel Bukti Fisik (Tangible)
No Atribut Kinerja Harapan Gap
A1 Kondsi kantor koperasi 3.933 4.067 -0.133
A2 Kondisi sarana dan peralatan pendukung kantor
4.033 4.200 -0.167
Rataan 3.98 4.13
Sumber: Hasil Penelitian lapang Diolah
Kondisi sarana prasarana kantor merupakan penunjang bagi
kelancaran operasional usaha koperasi seperti keberadaan peralatan
komputer tentu akan sangat membantu proses pengurusan berkas,
penyimpanan data, dan sebagainya. Berdasarkan penghitungan atribut
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
85 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
bukti fisik jika di gambarkan dalam diagram kartesius adalah sebagai
berikut:
Gambar 6.1 Sebaran Atribut Bukti Fisik (Tangible)
Berdasarkan gambar sebaran dalam diagram kartesius tersebut
terlihat atribut sarana dan prasarana penunjang kantor masuk dalam
kuadran 2 yaitu dengan kondisi tingkat harapan yang tinggi dan tingkat
kinerja yang tinggi sebab nilai atribut masih diatas masing-masing rataan
sehingga kondisi tersebut masih masuk dalam kategori “pertahankan
prestasi” namun jika melihat manfaat dari adanya sarana penunjang yang
dapat maka dimasa mendatang kelengkapan sarana penunjang
operasional kantor hendaknya dapat terus ditingkatkan.
B. Keandalan (Reliability)
Untuk variable keandalan atribut yang diukur adalah mengenai
tingkat pendidikan pengurus koperasi (B1), Pemahaman mengenai
peraturan (B2), Pelayanan pengurus koperasi (B3), Kinerja mengatasi
4,06
4,08
4,10
4,12
4,14
4,16
4,18
4,20
4,22
2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50
A1
A2
Tin
gkat
Har
apan
Tingkat Kinerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
86 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
permasalahn anggota (B4), serta besaran bunga (B5). Berdasarkan hasil
penelusuran dilapangan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 6.2 Kinerja dan Harapan Variabel Keandalan (Reliability)
No Atribut Kinerja Harapan Gap
B1 tingkat pendidikan pengurus koperasi 4.100 4.300 -0.200
B2 Pemahaman mengenai aturan koperasi 4.233 4.433 -0.200
B3 Pelayanan pengurus koperasi 4.433 4.433 0.000
B4 Kinerja mengatasi permasalahan anggota 4.133 4.467 -0.333
B5 bunga koperasi dibanding dengan bunga pinjaman lainnya
4.100 4.333 -0.233
Rataan 4.20 4.43
Sumber: Hasil Penelitian lapang Diolah
Berdasarkan penelusuran dilapangan terlihat atribut yang masih
menunjukan tingkat kinerja dibandingkan tingkat harapan dengan gap
atau kesenjangan tertinggi adalah pada kinerja mengatasi permasalahan
anggota (B4). Atribut keandalan lainnya adalah dilihat dari bunga koperasi
dibandingkan dengan pinjaman lainnya masih menunjukan nilai gap
tertinggi kedua artinya masyarakat khususnya anggota menilai bahwa
sebenarnya bunga koperasi yang saat ini digunakan masih belum sesuai
dengan harapan dan anggota masih mengharapkan bunga koperasi dapat
lebih di rendahkan.
Hasil penghitungan tersebut jika dipetakan dalam sebaran diagram
kartesius adalah sebagai berikut:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
87 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Gambar 6.2 Sebaran Atribut Keandalan (Reliability)
Berdasarkan tingkat sebaran dari atribut-atribut variabel keandalan
dengan melihat nilai rataan atribut tersebut maka terlihat bahwa untuk
atribut atribut pemahanan terhadap peraturan koperasi (B2) dan
pelayanan pengurus (B3) masuk dalam kuadran 2 yaitu kuadran yang
menunjukan bahwa kinerja dan harapan diatas rataan masing-masing
atribut sehingga untuk atribut ini masuk dalam kategori “keep up n good
work” sehingga kondisi atribut tersebut patut untuk dipertahankan bahkan
diusahakan terus ditingkatkan. Atribut mengenai kinerja mengatasi
permasalahan anggota (B4) masuk dalam kuadran 1 dengan kategori
“concentrate here” artinya dalam kuadran ini menjadi prioritas untuk
ditingkatkan. Atribut dalam kuadran ini dianggap faktor penting bagi
konsumen yaitu UMKM karena atribut ini merupakan atribut dengan
karakteristik tingkat kepentingan/harapan yang tinggi (high importance)
namun masih menunjukan tingkat performa atau kepuasan rendah (low
satisfaction).
4,28
4,30
4,32
4,34
4,36
4,38
4,40
4,42
4,44
4,46
4,48
4,00 4,10 4,20 4,30 4,40 4,50
B1
B2
B3
B4
B5
Tin
gkat
Har
apan
Tingkat Kinerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
88 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
C. Daya Tanggap (Responsiveness)
Variable daya tanggap atribut yang digunakan untuk mengukur
adalam mengenai tingkat kehadiran pengurus atau disini mengandung
pengertian mengenai kesiapan pengurus koperasi untuk standby
mengurus keperluan anggota di kantor, tingkat ecepatan pelayanan,
kualitas pelayanan, serta kemudahan mendapatkan pelayanan terutama
mendapatkan fasilitas yang di tawarkan oleh koperasi.
Tabel 6.3 Kinerja dan Harapan Variabel Daya Tanggap
(Responsiveness)
No Variabel Kinerja Harapan Gap
C1 Kehadiran pengurus koperasi 3.900 4.600 -0.700
C2 Kecepatan mengurus kebutuhan anggota 4.000 4.467 -0.467
C3 kualitas pelayanan koperasi 3.933 4.367 -0.433
C4 Kemudahan mendapatkan fasiltas koperasi 3.933 4.267 -0.333
Rataan 3.94 4.43
Sumber: Hasil Penelitian lapang Diolah
Berdasarkan hasil penelusuran dilapangan diketahui bahwa atribut
kehadiran pengurus koperasi menunjukan tingkat gap yang tertinggi
dimana tingkat kinerja hanya menunjukan nilai 3.900 namun masyarakat
mengharapkan 4.600 hal ini dapat di nilai bahwa anggota masih belum
terlalu puas terhadap pelayanan koperasi sebab pengurus koperasi dalam
kesiapan standby di kantor dirasa kurang dan anggota sangat
mengharapkan pengurus koperasi dapat selalu siap dikantor untuk
melayani kebutuhan para anggotanya. Artibut lainnya yang miliki gap
antara tingkat kinerja dengan harapan tertinggi adalah mengenai
kecepatan terhadap pelayanan anggota (B2). Berdasarkan tingkat rata-
rata harapan anggota terhadap kecepatan pelayanan menunjukan angka
4.467 sedangkan kinerja pengurus dianggap masih lebih rendah
dibandingkan dengan harapan yaitu sebesar 4.000.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
89 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Apabila dipetakan dalam diagram kartesius maka sebaran hasil
penghitungan variable daya tanggap adalah sebagai berikut:
Gambar 6.3 Sebaran Atribut Daya Tanggap (Responsiveness)
Dalam kuadran kartesius Nampak bahwa atribut C2 masuk dalam
kategori “keep up” karena tingkat kinerja dan kepentingan menunjukan
angka diatas rataan atau high importance dan high performance. Lalu
atribut C1 masuk dalam kategori untuk di tingkatkan karena berdasarkan
tingkat harapan menunjukan diatas rataan namun masih menunjukan
tingkat performa yang dibawa rataan atau menunjukan high importance
namun low performance.
D. Jaminan (Assurance)
Variable jaminan (assurance) menggunakan 5 atribut yaitu dari segi
kejelasan legalitas, struktur organisasi, system aturan, keersediaan
kebutuhan anggota, kemudahan fasilitas. Berdasarkan hasil survey
dilapangan didapatkan hasil sebagai berikut:
4,25
4,30
4,35
4,40
4,45
4,50
4,55
4,60
4,65
3,88 3,90 3,92 3,94 3,96 3,98 4,00 4,02
C1
C2
C3
C4
Tin
gk
at H
arap
an
Tingkat Kinerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
90 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Tabel 6.4 Kinerja dan Harapan Variabel Jaminan (Assurance)
No Variabel Kinerja Harapan Gap
D1 Kejelasan legalitas koperasi 4.200 4.367 -0.167
D2 Struktur organisasi koperasi 4.033 4.233 -0.200
D3 Sistem aturan koperasi 4.300 4.267 0.033
D4 Ketersediaan kebutuhan anggota 4.100 4.333 -0.233
D5 kemudahan fasilitas yang diberikan 3.933 4.367 -0.433
Rataan 4.11 4.31
Sumber: Hasil Penelitian lapang Diolah
Dalam variable jaminan terlibat bahwa atribut kemudahan fasilitas
yang diberikan memiliki tingkat gap yang tertinggi artinya antara kinerja
dengan harapan yang diinginkan terhadap atribut itu masih belum terlalu
sesuai atau dengan kata lain kemudahan fasilitas yang diberikansaat ini
belum menyamai terhadap kepentingan atau harapan dari UMKM. atribut
lainnya yang memiliki nilai gap tertinggi adalah dari sisi ketersediaan
kebutuhan anggota. Nilai dalam atribut ini menunjukan bahwa
ketersediaan akan kebutuhan anggota kinerjanya masih di belum
mencapai tingkat harapan terhadap atribut tersebut. anggota khususnya
dalam penelitain ini obyeknya adalah UMKM memiliki tingkat
kepentingan/harapan yang tinggi terhadap atribut tersebut namun selama
ini persepsi terhadap atribut tersebut masih belum menyamai tingkat
kepentingan atau harapan anggota.
Hasil penghitungan atribut-atribut dalam variable jaminan jika di
masukan dalam sebuah diagram kartesiu maka adalah sebagai berikut,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
91 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Gambar 6.4 Sebaran Atribut Jaminan (Assurance)
Dari sebaran kartesius variable jaminan nampak bahwa atribut
kejelasan legalitas koperasi (D1) masuk dalam kuadran dengan kategori
“Keep Up” atau pertahankan yang artinya kondisi tersebut sangat perlu
untuk dipertahankan karena atribut legalitas memiliki tingkat kepentingan
atau harapan yang tinggi dari anggota (high importance) dan kinerja yang
dilakukan terhadap artibut tersebut telah dilakukan dengan sangat bait
atau high performance. Atribut tersebut pada akhirnya dikatakan sebagai
factor penentu terhadap kemajuan peran koperasi maka atribut tersebut
sangat perlu untuk dipertahankan.
Atribut kejelasan organisasi koperasi (D2), ketersediaan kebutuhan
anggota (D4), dan kemudahan fasiltas yang diberikan (D5) masuk dalam
kuadran pertama dimana kategori dalam kuadran tersebut adalah
“concentrate here” dalam atribut ini menjadi faktor penting dalam
menentukan keberhasilan peran dari koperasi karena tingkat kepentingan
atau harapan yang tinggi (high importance) akan tetapi dalam atribut ini
4,26
4,28
4,30
4,32
4,34
4,36
4,38
3,90 4,00 4,10 4,20 4,30 4,40
D1
D2
D3
D4
D5
Tin
gkat
Har
apan
Tingkat Kinerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
92 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
nilai kinerjanya masih dibawah tingkat rataan sehingga agar mampu
meningkatkan peranan koperasi terhadap UMKM maka perlu konsentrasi
terhadap atribut tersebut untuk dapat terus ditingkatkan performanya.
E. Perhatian (Emphaty)
Dalam variabel perhatian (emphaty) setidaknya ada 6 hal yang
dijadikan atribut. Hasil penghitungan lapang mengani variabel perhatian
(emphaty) adalah sebagai berikut:
Tabel 6.5 Kinerja dan Harapan Variabel Perhatian (Emphaty)
No Variabel Kinerja Harapan Gap
E1 Demokrasi dalam pelaksanaan koperasi 4.000 4.267 -0.267
E2 Keterlibatan anggota dalam koperasi 4.067 4.333 -0.267
E3 Perhatian koperasi terhadap kemajuan usaha anggota
4.033 4.400 -0.367
E4 Kerjasama anggota dalam memajukan usaha 3.833 4.300 -0.467
E5 keterlibatan anggota dalam mengatasi permasalahan
3.567 4.367 -0.800
E6 Rasa kekeluargaan yang tercipta dalam koperasi
3.967 4.433 -0.467
Rataan 3.91 4.35
Sumber: Hasil Penelitian lapang Diolah
Atribut-atribut dalam variabel perhatian yang menunjukan tingkat
gap yang tinggi antara tingkat kinerja atau peforma dengan tingkat
kepentingan/harapan adalah atribut keterlibatan anggota dalam mengatasi
permasalahan. Berdasarkan pengamatan dilapangan tingkat kinerja atribut
tesebut menunjukan nilai 3.567 sedangkan nilai kepentingan atau harapan
dari atribut tersebut adalah sebesa 4.367 sehingga terjadi lag nilai sebesar
-0,8. Dalam atribut tersebut menunjukan anggota khususnya dalam kajian
ini adalah UMKM menginginkan tingkat keterlibatan dalam anggota untuk
menyelesaikan permasalahan lebih di tinggikan karena selama ini
menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang penting.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
93 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Atribut lainnya yang menunjukan tingkat gap tertinggi adalah
kerjasama anggota dan rasa kekeluargaan yang masih menunjukan
tingkat performa dibandingkan dengan tingkat kepentingan atau harapan
memiliki nilai gap yang besar.
Apabila keseluruhan atribut dalam variabel perhatian dipetakan
dalam suatu diagram kartesius akan menghasilkan gambaran sebagai
berikut:
Gambar 6.5 Sebaran Atribut Perhatian (Emphaty)
Dalam pemetaan diagram kartesius untuk didapatkan gambaran
sebaran dari variabel perhatian sebagaimana gambar diatas. Untuk atribut
perhatian koperasi untuk memajukan usaha anggota (E3) dan rasa
kekeluargaan dalam koperasi (E6) masuk dalam kuadran dengan kategori
“keep up” artinya dalam kuadran tersebut adalah atribut tersebut
merupakan factor penting bagi peranan koperasi dan kondisi saat ini dan
harus dipertahankan. Sedangkan atribut keterlibatan anggota dalam
penyelesaian masuk dalam kategori “concentrate here” artinya bahwa
4,24
4,26
4,28
4,30
4,32
4,34
4,36
4,38
4,40
4,42
4,44
4,46
3,50 3,60 3,70 3,80 3,90 4,00 4,10
E1
E2
E3
E4
E5
E6
Tin
gkat
Har
apan
Tingkat Kinerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
94 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
atribut tersebut memlikit tingkat kepentingan yang tinggi (high
importance) namun kinerja masih dibawa rata-rata (low performance).
Untuk mengetahui peranan mana yang paling dominan menentukan
peranan koperasi dari sudut pandang pelaku UMKM maka perlu untuk
dianalisa keseluruhan dari variabel, bukti fisik (tangible), Keandalan
(Reliability), Daya tanggap (Responsiveness), Jaminan (Assurance),
Perhatian (Emphaty) tersebut. berdasarkan total seluruh penghitungan
terhadam 5 variabel tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 6.6 Kinerja dan Harapan Seluruh Variabel
Variabel Tingkat Performa
Tingkat Harapan
Gap
Bukti Fisik (Tangible) 3.983 4.133 -0.150
Keandalan (Reliability) 4.200 4.393 -0.193
Daya Tanggap (Resposiveness) 3.942 4.425 -0.483
Jaminan (Assurance) 4.113 4.313 -0.200
Perhatian (Empaty) 3.911 4.350 -0.439
Rataan 4.030 4.323
Sumber: Hasil Penelitian lapang Diolah
Dari penghitungan kelima variabel tersebut tampak bahwa daya
tanggap (responsiveness) merupakan variabel yang memiliki gap antara
tingkat performa dengan tingkat kepentingan/harapan yang tertinggi
diantara kelima variabel lainnya, artinya bahwa saat ini kinerja dari
variabel daya tanggap masih belum mendekati tingkat harapan dari
anggota yakni khususnya adalah UMKM. tingkat kinerja daya tanggap
menunjukan nilai sebesar 3.942 namun nilai tingkat kepentingan/harapan
terhadap variabel daya tanggap adalah sebesar 4.425 sehingga masih
terjadi kesenjangan sebesar -0,483.
Variabel lainnya yang menunjukan tingkat kesenjangan nilai yang
tertinggi adalah dari variabel perhatian dengan nilai kesenjangan sebesar
minus 0.439 dengan tingkat performa sebesar 3.911 dan tingkat
kepentingan/harapan sebesar 4.350. angka tersebut mengindikasikan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
95 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
bahwa UMKM memiliki tingkat kepentingan/harapan terhadap perhatian
koperasi yang lebih tinggi namun saat ini masih menunjukan tingkat
performa yang belum sebanding dengan tingkat kepentingan/harapan.
Apabila dipetakan dalam sebuah diagram kartesius kelima variabel
tersebut maka akan menghasilkan peta sebagai berikut:
Gambaran 6.6 Sebaran Diagram Kartesius Kinerja dan Harapan Seluruh Variabel
Dari kelima variabel penghitungan analisa IPA dipetakan dalam
sebuah diagram kartesius menunjukan hasil seperti gambar diatas. Untuk
variabel daya tanggap masuk dalam kuadran pertama dengan kategori
“concentrate here” artinya bahwa variabel daya tanggap dan perhatian
memiliki tingkat harapan yang tinggi diatas rata-rata seluruh variabel
namun saat ini masih menunjukan tingkat performa yang rendah, dibawah
rata-rata seluruh variabel. Karena menunjukan tingkat kepentingan dan
hdarapan yang tinggi maka variabel tersebut merupakan factor penting
bagi peranan koperasi dalam menunjang usaha UMKM, karena
Bukti Fisik (Tangible)
Keandalan (Reliability)
Daya Tanggap (Resposiveness)
Jaminan (Assurance)
Perhatian (Empaty)
4,100
4,150
4,200
4,250
4,300
4,350
4,400
4,450
3,850 3,900 3,950 4,000 4,050 4,100 4,150 4,200 4,250
Tin
gkat
Har
apan
Tingkat Kinerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
96 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
berdasarkan persepsi mereka hal tersebut menjadi harapan/kepentingan
terhadap koperasi.
Variabel keandalan (reliability) masuk dalam kuadran pertama yaitu
dengan kategori “keep up” artinya variabel ini menunjukan tingkat
performa diatas rata-rata kinerja seluruh variabel dan memiliki nilai diatas
rata-rata tingkat harapan seluruh variabel. Tingkat keandalan ini menjadi
faktor penting karena berdasarkan pesepsi UMKM, mereka memiliki tingkat
kepentingan/harapan terhadap keandalan koperasi bagi usaha mereka.
6.2 Model pengembangan Peran Koperasi terhadap
pengembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Merujuk kepada bagaimana perkembangan secara umum
dilapangan mengenai Koperasi dan UMKM, secara garis besar masyarakat
yang berkecimpung dalam dunia UMKM sangat terbantu dengan
keberadaan koperasi terutama dari segi permodalan. Koperasi dalam hal
permodalan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
permodalan perbankan terutama dari segi aksesibiltas masyrakat untu
mendaptkan pinjaman modal. UMKM yang salah satu ciri yang melekat
adalah lemah dari segi permodalan sangat terbantu dengan system
permodalan yang diterapkan oleh koperasi. Koperasi menerapkan system
peminjaman yang tidak terlalu rumit dibandingkan dengan perbankan.
Dibalik kemudahan dan kelebihan aksesibilitas pinjaman, masih
sering ditemui kendala dalam penyaluran pinjaman oleh koperasi terutama
keterbatasan modal yang dimiliki oleh koperasi. Modal yang dimiliki
koperasi pada umumnya sangat kecil sehingga anggota kerap mengantri
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
97 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
untuk mendapatkan bantuan pinjaman dari koperasi. Permasalahan
lainnya adalah masih banyaknya ditemui kredit macet dikarenakan
permasalahan pengembangan usaha di UMKM yang akhirnya menghambat
kepada pengembalian pinjaman.
UMKM di Banyuwangi sebenarnya memiliki potensi yang sangat
besar, jika dilihat dari segi jumlah yang telah mencapai 116.709 usaha
tentu bukanlah jumlah yang sedikit, apalagi bila setiap UMKM mampu
menampung 1-2 pekerja tentu sudah menyediakan menyediakan lapangan
pekerjaan yang besar. Namun UMKM sendiri masih menyimpan beberapa
kelemahan yang melingkupi dan masih menjadi pekerjaan rumah untuk
segera dicari solusinya seperti kelemahan inovasi, manajemen, teknologi,
dan permodalahan.
Koperasi yang notabene anggotanya juga banyak dari kalangan
UMKM setidaknya juga harus mengambil peran terhadap pengembangan
UMKM sebab tumbuh kembangnya UMKM setidaknya akan juga
berpengaruh terhadap kinerja koperasi. UMKM selama ini banyak
memanfaatkan koperasi dari segi permodalan namun karena kelemahan
UMKM untuk berkembang tersebut kerap menyebabkan pengembalian
pinjaman menjadi terhambat. Koperasi sebenarnya dapat mengambil
peran yang lebih daripada sekedar hanya sebatas pemberi pinjaman
modal.
Berdasarkan analisa Importance Performace Analysis (IPA) atau
analisa tingkat kinerja terhadap tingkat kepentingan dari UMKM terhadap
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
98 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
koperasi memperlihatkan sebenarnya UMKM memiliki kepentingan atau
harapan lebih dalam beberapa variabel kepada Koperasi namun tingkat
kinerja yang masih dibawah yang diharapkan seperti variabel daya
tanggap (responsiveness) serta perhatian (emphaty). Selama ini yang
kerap terjadi adalah koperasi memposisikan diri sebagai pihak yang
memberi pinjaman sehingga terkesan bahwa anggota koperasi adalah
sebagai obyek koperasi dalam beroperasi namun bukan sebagai subyek
dalam koperasi. Didalam peraturan yang mengatur mengenai koperasi
sebenarnya telah tunjukan bagaimana seharusnya koperasi bertindak
seperti dalam UU No 12 tahun 2012 tentang koperasi dalam pasal 3
mengenai nilai dan prinsip koperasi yaitu nilai yang mendasari kegiatan
koperasi adalah kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggungjawab,
demokrasi, persamaan, keadilan dan kemandirian. Sedangkan nilai yang
dianut oleh anggota adalah kejujuran, keterbukaan, tanggungjawab, dan
keperdulian terhadap orang lain.
Berdasarkan UU tentang koperasi dalam pasal tersebut sebenarnya
jelas koperasi harus memiliki peran lebih kepada anggota dan bukan
hanya sebagai pihak yang memberikan pinjaman dana. Menurut persepsi
masyarakat yang menjadi anggota yang merupakan UMKM dalam praktek
dilapangan pada umumnya koperasi masih banyak yang berperan dalam
sisi yang sedikit yaitu lebih dominan kepada pihak yang memberi dana
untuk peran lainnya masih dirasakan kurang oleh anggota. Sisi perhatian
dari koperasi yaitu berupa perhatian untuk meningkatkan kapasitas UMKM
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
99 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
diluar permodalan seperti pelatihan, kerjasama anggota untuk memajukan
usaha dan perhatian lain masih dirasa kurang padahal anggota dalam hal
ini adalah UMKM sangat menginginkan hal tersebut bukan hanya dari sisi
permodalan saja.
Nilai yang tertuang dalam UU tentang Koperasi sangat jelas
mengisyaratkan bagaimana koperasi harus bertindak. Agar koperasi lebih
memiliki peran terhadap anggotanya (UMKM) maka hendaknya koperasi
dapat melakukan beberapa hal seperti koperasi menciptakan instrument
yang dapat membantu pemasaran dari produk-produk yang dihasilkan
oleh anggota yang bergerak dalam bidang UMKM. Model pemasaran ini
sebenarnya sudah diterapkan oleh koperasi dengan jenis KUD dan KSU
dan hendaknya system tersebut dapat lebih merata kepada seluruh
koperasi yang ada. Peran lain yang bisa dilakukan adalah dengan
melakukan istrumen kebijakan pengembangan manajemen dari anggota
yang bergerak dalam bidang UMKM wujud dari program ini adalah dapat
berupa pelatihan dan penyuluhan mengenai prosedur dan mekanisme
manajemen usaha yang baik, sebab selama ini UMKM sering dihadapkan
kepada system manajemen yang kurang tertata dengan baik.
Kebiijakan lainnya adalah dari sisi instrument kebijakan
pengembangan teknologi, dimana wujud kegiatan ini dapat berupa
pengenalan dan pelatihan penggunaan teknologi produksi yang lebih baik,
pemberian pinjaman yang berupa pinjaman dalam bentuk peralatan untuk
usaha, dan berbagai bentuk kegiatan yang berupaya untuk meningkatkan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
100 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
teknologi dari usaha UMKM, karena selama ini salah satu ciri khas UMKM
adalah teknologi yang rendah yang pada akhirnya berdampak kepada
kekurangefisienan dalam berproduksi dan pada akhirnya menyebabkan
tingkat keuntungan yang didapatkan menjadi rendah.
Upaya-upaya tersebut tidak lain adalah demi kemajuan anggota
yang merupakan pirinsip utama koperasi yaitu dari anggota dan untuk
kesejahteraan anggota. Peran koperasi tersebut selain untuk mengatasi
permasalahn yang selama ini terjadi, tentunnya apabila anggota sejahtera
akan berdampak kepada perkembangan koperasi itu sendiri.
Gambar 6.7 Model Pengembangan Peran Koperasi terhadap
pengembangan UMKM
Sumber : Penulis
Pengembangan UMKM
Instrumen Kebijakan Teknologi
Instrumen Kebijakan Pemasaran
Instrumen Kebijakan Pembiayaan
Instrumen Kebijakan Pengembangan
manajemen
Pemerintah dan Swasta
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
101 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dilapangan serta hasil analisis baik dari
data sekunder maupun data primer dalam kajian Peran Koperasi Dalam
Mendukung Pengembangan Dan Penguatan UMKM di Kabupaten
Banyuwangi mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kabupaten Banyuwangi potensi Koperasi dan UMKM yang sangat besar
jika dilihat dari segi jumlah usaha.
2. Peran koperasi terhadap UMKM di Kabupaten Banyuwangi ini sangat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang bergerak dalam bidang
UMKM, terutama dalam hal peningkatan modal usaha.
3. Peranan koperasi diluar dari peranan pemberian pinjaman masih belum
terlalu menonjol kegiatannya.
4. UMKM lebih memilih menggunakan dana pinjaman dari koperasi
dikarenakan kemudahan prosedur untuk mendapatkan pinjaman
dibandingkan dengan perbankan.
5. Permasalahan yang melingkupi koperasi adalah kekurangan modal
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pinjaman dari anggota
yang berdampak anggota harus mengantri untuk mendapatkan
pinjaman modal dari koperasi.
6. Berdasarkan hasil analisa Importance Performance Analysis (IPA)
terlihat bahwa variabel daya tanggap (responsiveness) dan perhatian
(emphaty) perlu mendapatkan fokus pengembangan koperasi karena
dianggap faktor penting pengembangan koperasi khususnya untuk
menunjang pengembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
2013
102 Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan
UMKM di Kabupaten Banyuwangi
7.2 Saran Dan Rekomendasi
1. Koperasi harus mencoba mencari alternatif sumber pendanaan,
sebab sumber dana yang digunakan saat ini seringkali tidak
mencukupi kebutuhan anggota, seperti kerjasama dengan
perbankan maupun bekerjasama dengan pihak swasta.
2. Koperasi lebih meningkatkan peranan lainnya diluar peranan
penyediaan pinjaman karena hal tersebut menjadi harapan UMKM
terhadap koperasi.
3. Peranan diluar dari penyedian pinjaman yang diharapkan oleh
UMKM adalah dari tingkat perhatian seperti pelatihan manajemen
usaha untuk meningkatkan manajemen dari UMKM anggota,
memfasilitasi pemasaran produk hasil produksi anggota, pelatihan
teknologiuntk perbaikan teknologi usaha UMKM anggota.
4. Koperasi dapat meningkatkan kerjasama dengan pihak lain seperti
dengan swasta untuk ikut membantu menopang upaya kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan UMKM.