badan tenaga nuklir nasionaljdih.batan.go.id/unduh/jdih/10785125872007-06-101.pdfbadan tenaga nuklir...
TRANSCRIPT
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 101/KA/VI/2007
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, PEREKAYASAAN, DAN DISEMINASI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI NUKLIR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2002 tentang Sistem Nasional Penelitan, Pengembangan, dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025, maka kegiatan penelitian,
pengembangan, perekayasaan dan diseminasi ilmu pengetahuan dan
teknologi nuklir di BATAN diharapkan dapat dilaksanakan secara efektif,
efisien, dapat dipantau dan dipertanggungjawabkan secara terukur;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
dipandang perlu ditetapkan Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir
Nasional tentang Pedoman Manajemen Penelitian, Pengembangan,
Perekayasaan, dan Diseminasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
Nuklir;
Mengingat : 1.
2.
3.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676);
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
-2-
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4406);
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih teknologi
Kekayaan Intelektual Serta Hasil Penelitian Dan Pengembangan Oleh
Perguruan Tinggi Dan Lembaga Penelitian Dan Pengembangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4497);
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4664);
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 85
Tahun 2006;
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
-3-
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Keputusan Presiden Nomor 16/M Tahun 2007;
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah;
Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 111/M/2005
tentang Kebijakan Strategis Nasional (Jakstranas) Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi;
Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 04/M/PER/III/2007
tentang Tata Cara Pelaporan Kekayaan Intelektual, Hasil Kegiatan
Penelitian dan Pengembangan, dan Hasil Pengelolaannya;
Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003
tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
Keputusan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 199/KA/IV/2004
tentang Pelaksanaan Standardisasi Ketenaganukliran Di Lingkungan
Badan Tenaga Nuklir Nasional;
Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 161/KA/XII/2006
tentang Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Badan Tenaga Nuklir Nasional;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TENTANG PEDOMAN
MANAJEMEN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, PEREKAYASAAN, DAN
DISEMINASI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI NUKLIR.
Pasal 1
(1) Pedoman Manajemen Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, dan
Deseminasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir selanjutnya disebut
Pedoman Manlitbang, sebagaimana tersebut dalam Lampiran merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
-4-
(2) Pedoman Manlitbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk memberikan arahan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian,
pengembangan, perekayasaan, dan diseminasi serta penguatan
kelembagaan pada Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Pasal 2
Pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan
diseminasi serta penguatan kelembagaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 ayat (2) harus mengacu pada Pedoman Manlitbang.
Pasal 3
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni 2007
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Biro Kerjasama, Hukum,dan Hubungan Masyarakat
Ferhat Aziz
vi
PEDOMAN
MANAJEMEN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, PEREKAYASAAN, DAN
DISEMINASI IPTEK NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
TAHUN 2007
vii
KATA PENGANTAR
Badan Tenaga Nuklir Nasional sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen
dalam lingkungan Kementerian Negara Riset dan Teknologi antara lain mempunyai
tugas dan fungsi menyelenggarakan kegiatan penelitian, pengembangan dan
perekayasaan (litbangyasa) serta diseminasi hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi nuklir bagi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan teknologi nuklir
dilaksanakan melalui kegiatan litbangyasa. Kegiatan tersebut harus diselenggarakan
secara terencana, efisien dan efektif melalui proses yang dapat ditelusuri dan
perkembangannya bisa dipantau secara terukur.
Pedoman Manajemen Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan dan Diseminasi
Iptek Nuklir selanjutnya diringkas menjadi Pedoman Manajemen Litbang dan disingkat
dengan Pedoman Manlitbang memuat ketentuan umum mengenai tata cara pengelolaan
kegiatan litbangyasa di lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional. Rincian mengenai tata
cara pelaksanaannya akan ditetapkan kemudian dalam Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
dan Petunjuk Teknis Manlitbang. Ketentuan dalam dokumen ini wajib digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan kegiatan litbangyasa meliputi perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan evaluasi di lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Pedoman ini disusun oleh tim yang melibatkan berbagai unsur di BATAN yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala BATAN Nomor 095/KA/V/2006 tanggal 15 Mei
2006 dengan susunan Tim sebagai berikut:
I. Pengarah : 1. Kepala BATAN
2. Sekretaris Utama
3. Deputi Bidang Penelitian Dasar dan Terapan
4. Deputi Bidang Pengembangan Teknologi dan Energi Nuklir
5. Deputi Bidang Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir
dan Rekayasa
6. Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan
Pemasyarakatan Iptek Nuklir
viii
II. Penyusun :
Ketua : Dra. Ratri Wahyuni Pratiwi
Wakil Ketua : Ir. Falconi Margono Sutarto, MM
Sekretaris : Ir. Kunuz Nikmah, MA.Sc
Wakil Sekretaris : Drs. Budi Santoso, M.Eng
Anggota : 1. Dr. Setiyanto, M.Sc
2. Dr. Puji Untoro
3. Dr. Setyo Purwanto
4. Dr. Djarot Wisnubroto
5. Dr. Ir. Achmad Suntoro, M.Eng
6. Ir. Ferly Hermana
7. Dr. Syahril
8. Dr. Amir Rusli
9. Drs. Totty Tjiptosumirat, M.Rur.Sc
10. Ir. Irma Dandian, M.Sc
11. Drs. Mudjono
12. Drs. Hisyam Said, M.Sc
III. Nara Sumber : 1. Prof. Dr. Sofyan Yatim
2. Prof. Drs. Sudjatmoko, SU
3. Prof. Ir. Arlinah
Pelaksana Sekretariat :
1. M. David Singgih, Dipl. M. Ex
2. Dwi Irwanti, S.Kom
3. Abdul Haris, A.Md
4. Aker Yunil Fuad, ST
5. Sri Agustini, SE.M.Si
6. Ninik Pitayaningtyas
Penyelaras : Prof. Dr. Ir. Widjang H. Sisworo
ix
Kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang terlibat dalam penyempurnaan
pedoman ini kami mengucapkan banyak terima kasih.
Jakarta, 28 Juni 2007
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
x
DAFTAR ISI
PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NOMOR ....../KA/...../2007 TANGGAL........TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, PEREKAYASAAN DAN DISEMINASI IPTEK NUKLIR..............I
KATA PENGANTAR ......................................................................................... VII
DAFTAR ISI ...................................................................................................... X
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
I.1. LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 1 I.2. NASKAH PEDOMAN MANAJEMEN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, PEREKAYASAAN DAN
DISEMINASI IPTEK NUKLIR ................................................................................................... 2 I.2.1. Metode Pendekatan........................................................................................ 3 I.2.2. Maksud dan Tujuan........................................................................................ 4 I.2.3. Lingkup......................................................................................................... 5 I.2.4. Sistematika ................................................................................................... 5
I.3. PENGERTIAN UMUM.............................................................................................................. 6 I.4. ORGANISASI DAN PELAKU................................................................................................... 10
I.4.1. Pejabat Struktural ........................................................................................ 11 I.4.2. Pejabat Fungsional ....................................................................................... 14 I.4.3. Komisi Ahli/Pakar ......................................................................................... 15 I.4.4. Penunjang................................................................................................... 15
I.5. PILAR KOMPETENSI BATAN ............................................................................................... 16
BAB II. KEBIJAKAN........................................................................................ 17
II.1. KEBIJAKAN INTERNASIONAL................................................................................................ 17 II.2. KEBIJAKAN NASIONAL......................................................................................................... 17 II.3. KEBIJAKAN BATAN ............................................................................................................ 17 II.4. KEBIJAKAN PEMIMPIN BATAN............................................................................................ 19
II.4.1. Kebijakan Kepala BATAN ............................................................................. 19 II.4.2. Kebijakan Deputi dan Sestama ..................................................................... 19
II.5. KEBIJAKAN KEPALA UNIT KERJA ......................................................................................... 20
BAB III. MANAJEMEN PROGRAM NUKLIR...................................................... 21
III.1. PROGRAM LITBANGYASA..................................................................................................... 22 III.2. PROGRAM DISEMINASI ....................................................................................................... 22
III.2.1. Program Penyampaian Hasil Litbangyasa...................................................... 23 III.2.2. Program Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ...................................................... 24 III.2.3. Program Kemitraan.................................................................................... 24
III.2.3.1. Program Inovasi Teknologi .......................................................... 25 III.2.3.2. Program Layanan....................................................................... 26
III.2.4. Program Informasi Iptek Nuklir ................................................................... 26 III.3. PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN ................................................................................ 27
III.3.1. Pendanaan................................................................................................ 28 III.3.1.1. Dana Pemerintah ....................................................................... 28
III.3.1.2. Dana Non Pemerintah................................................................. 29 III.3.2. Program Kerjasama ................................................................................... 29
III.3.2.1. Program Kerjasama Dalam Negeri................................................ 30 III.3.2.2. Program Kerjasama Luar Negeri................................................... 30 III.3.2.3. Program Insentif ........................................................................ 31
III.3.3. Sumber Daya Manusia (SDM)...................................................................... 32 III.3.3.1. Rekruitmen SDM ........................................................................ 32
xi
III.3.3.2. Pembinaan SDM......................................................................... 33 III.3.4. Sarana Prasarana ...................................................................................... 33
III.3.3.1. Pengadaan ................................................................................ 33 III.3.3.2. Pemeliharaan............................................................................. 34
III.3.2.3. Penghapusan............................................................................. 34
III.3.5. Budaya Keselamatan Kerja ......................................................................... 35 III.3.6. Hak Kekayaan Intelektual ........................................................................... 36
III.4. MEKANISME PENGUSULAN PROGRAM .................................................................................. 36 III.4.1. Usulan Konseptual ..................................................................................... 37 III.4.2. Usulan Kegiatan ........................................................................................ 37 III.4.3. Usulan Penelitian ....................................................................................... 38
BAB IV. MONITORING DAN EVALUASI........................................................... 40
IV.1. EVALUASI DOKUMEN .......................................................................................................... 40 IV.1.1. Visi dan Misi .............................................................................................. 40 IV.1.2. Rencana Strategis ...................................................................................... 40 IV.1.3. Kegiatan Unit Kerja .................................................................................... 41 IV.1.4. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah ..................................................... 41 IV.1.5. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga ..................................... 41 IV.1.6. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) .................................................................. 42 IV.1.7. Penetapan Kinerja (PK)............................................................................... 42 IV.1.8. LAKIP Unit Kerja ........................................................................................ 42 IV.1.9. Laporan Keuangan dan Kinerja .................................................................... 42 IV.1.10. Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ....... 43
IV.2. MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ....................................................... 43
BAB V. PENGAWASAN .................................................................................... 45
V.1. PENGAWASAN INTERNAL..................................................................................................... 45 V.2. PENGAWASAN EKSTERNAL .................................................................................................. 45
BAB VI. INDIKATOR KEBERHASILAN............................................................. 47
VI.1. OUTPUT (LUARAN) ............................................................................................................. 47 VI.2. OUTCOME HASIL LITBANGYASA BATAN ............................................................................. 47
BAB VII. PENUTUP ......................................................................................... 49
1
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakekatnya
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dalam rangka
membangun peradaban bangsa. Sejalan dengan paradigma baru di era
globalisasi yaitu Tekno-Ekonomi (Techno-Economy Paradigm), teknologi
merupakan faktor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan
kualitas hidup suatu bangsa. Implikasi paradigma ini adalah terjadinya proses
transformasi perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya
(Resource Based Economy) menjadi perekonomian yang berbasiskan ilmu
pengetahuan (Knowledge Based Economy/KBE). Pada KBE, kekuatan suatu
bangsa diukur dari kemampuan iptek sebagai faktor primer ekonomi
menggantikan modal, lahan, dan energi untuk meningkatkan standar
kehidupan masyarakat, serta kemandirian dan daya saing bangsa.
Lemahnya daya saing bangsa ditandai dengan sejumlah indikator
umum, antara lain: rendahnya kemampuan iptek dalam menghadapi
perkembangan global menuju KBE; rendahnya kontribusi iptek di sektor
produksi; belum optimalnya mekanisme intermediasi iptek; lemahnya sinergi
kebijakan iptek; masih terbatasnya sumber daya iptek; belum berkembangnya
budaya iptek di kalangan masyarakat; belum optimalnya peran iptek mengatasi
degradasi fungsi lingkungan hidup dan lemahnya peran iptek dalam
mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam. Indikator-indikator tersebut
dihadapi pula oleh Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya. Dari
uraian tersebut tergambar bahwa persaingan antar bangsa mengarah pada
upaya menguasai, mengembangkan dan memanfaatkan iptek sehingga bisa
menjadi bangsa yang unggul dalam memanfaatkan setiap peluang yang ada
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.1
BATAN sebagai institusi pelaksana dan promotor kegiatan nuklir di
Indonesia harus berusaha agar iptek nuklir bisa memberikan kontribusi nyata
bagi kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat melalui Kebijakan dan
Pelaksanaan Litbangyasa Nuklir sebagaimana diamanatkan oleh Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 pasal 31 ayat (5) yang berbunyi ”Pemerintah
memajukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-
1 RPJM
2
nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia”, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Sisnas P3 Iptek) dan undang-undang serta peraturan pemerintah
lainnya yang terkait.
Dengan memperhatikan peluang dan permasalahan yang timbul serta
mengacu pada dasar hukum yang ada, pelaksanaan litbangrap harus ditujukan
untuk memperkuat daya dukung iptek dalam rangka meningkatkan daya saing
dan kemandirian bangsa dan negara serta kualitas kehidupan masyarakat.
Untuk memperkuat dan mengoptimalkan pelaksanaan litbangyasa dan
pendayagunaan hasilnya, BATAN membangun jejaring kerja yang handal dalam
rangka memenuhi tuntutan kerja yang cepat, tepat, dan akurat. Selain itu
BATAN juga mengembangkan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak di
dalam maupun di luar negeri dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memperkuat kompetensi lembaga serta untuk menjamin kelancaran dan
keberhasilan promosi, diseminasi dan pendayagunaan hasil litbangyasa bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mengelola potensi iptek nuklir dan pendayagunaan sumber daya
di BATAN dalam mengatasi berbagai permasalahan pembangunan melalui
kegiatan litbangyasa dengan lebih terukur, efektif dan efisien serta
menghasilkan produk barang/jasa/teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
dan memberikan kepuasan kepada masyarakat, BATAN perlu menyusun
pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan iptek
nuklir dan kegiatan pendukung lainnya .
I.2. Naskah Pedoman Manajemen Penelitian, Pengembangan,
Perekayasaan dan Diseminasi Iptek Nuklir
Naskah Pedoman Manajemen Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan
dan Diseminasi Iptek Nuklir yang selanjutnya diringkas menjadi Pedoman
Manlitbang memuat garis besar mengenai tatacara pelaksanaan fungsi
manajemen dari rangkaian kegiatan litbangyasa/diseminasi dan pengelolaan
kelembagaan iptek nuklir. Dokumen ini merupakan pengembangan dan
penyempurnaan dokumen manlitbang yang telah disusun oleh tim yang
disahkan dengan Surat Keputusan Kepala BATAN Nomor 69/DJ/III/1998 pada
3
bulan Maret 1998. Pengembangan dan penyempurnaan dokumen disesuaikan
dengan perkembangan dan perubahan berbagai kebijakan terbaru. Dokumen
yang telah disempurnakan, ditetapkan sebagai peraturan Kepala BATAN dan
menjadi acuan bagi pelaksanaan kegiatan litbangyasa, diseminasi dan
manajemen kelembagaan iptek nuklir.
I.2.1. Metode Pendekatan
BATAN sebagai institusi riset dalam lingkungan koordinasi Kementerian
Negara Riset dan Teknologi (KNRT) merupakan unsur kelembagaan dari Sistem
Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Dalam Sisnas P3 Iptek selain dengan KNRT, BATAN juga mempunyai
jalinan hubungan kerja dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dalam proses pengusulan program, sehingga dalam penyusunan
perencanaan program dan anggaran tidak terlepas dari sistem perencanaan
kegiatan pembangunan nasional dan Agenda Riset Nasional (ARN).
Secara makro Program Litbangyasa Iptek Nuklir disusun dan
dirumuskan ke dalam Visi dan Misi BATAN tentang pengembangan
pemanfaatan iptek nuklir. Visi dan Misi tersebut harus sejalan dengan Visi dan
Misi pembangunan nasional 2005-2025 serta tujuan nasional yang tertuang
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Visi dan Misi BATAN
juga harus selaras dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2002 tentang Sisnas P3 Iptek, Kebijakan Strategis Iptek dan Agenda Riset
Nasional (ARN). Visi dan Misi BATAN selanjutnya dijabarkan ke dalam dokumen
kebijakan konseptual yaitu Rencana Strategis BATAN (Renstra). Renstra
sebagai dokumen konseptual disusun dalam bentuk rencana tindak yang antara
lain berisikan tujuan strategik dan tujuan utama; sasaran jangka pendek,
menengah dan panjang; kebijakan strategik yang sesuai dengan Misi BATAN;
program jangka pendek, menengah dan panjang; program prioritas dan
sasaran utama; luaran/indikator kinerja dan anggaran. Kegiatan litbangyasa
merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan aspek pendanaan, penyediaan
sumber daya manusia, sarana prasarana serta upaya penyebarluasan dan
pemasaran hasil litbangyasa. Dengan demikian secara teknis operasional
rangkaian kegiatan Litbangyasa Iptek Nuklir BATAN meliputi:
• Penelitian, pengembangan dan perekayasaan.
4
• Penyediaan sumber daya, yaitu dana, SDM, sarana dan prasarana
litbangyasa.
• Pengembangan sistem informasi dan pengelolaan hasil kegiatan
litbangyasa termasuk HKI (hak cipta dan paten) di bidang iptek nuklir.
• Pemasyarakatan iptek nuklir, diseminasi, pendayagunaan dan pemasaran
hasil litbangyasa iptek nuklir.
Keseluruhan unsur kegiatan penelitian, pengembangan, perekayasaan
dan diseminasi iptek nuklir tersebut di atas kemudian dikelola melalui
penerapan fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan pengendalian, sehingga menghasilkan sistem manajemen
mutu iptek nuklir yang berkeselamatan handal, efisien, efektif, realistik, terukur
dan berkesinambungan serta memberikan kepuasan kepada pemangku
kepentingan dan masyarakat pengguna.
I.2.2. Maksud dan Tujuan
Naskah Pedoman Manlitbang ini dimaksudkan sebagai acuan dalam:
• Penyusunan rencana, pelaksanaan, dan pengendalian seluruh Program
Kegiatan Litbangyasa Iptek Nuklir.
• Pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya manusia, sarana dan
fasilitas penelitian dan pengembangan iptek nuklir secara efektif dan
efisien.
• Diseminasi, penyebarluasan, pemasaran dan pemasyarakatan serta
pengelolaan hasil kegiatan penelitian, pengembangan dan perekayasaan
di bidang iptek nuklir termasuk HKI.
• Peningkatan peran pelaku penelitian dan pengembangan iptek nuklir
secara aktif, partisipatif dan sinergis sesuai dengan tugas dan fungsinya
masing-masing bagi tercapainya hasil dan tujuan iptek nuklir yang
optimal.
Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya peraturan tentang
Pedoman Manlitbang adalah:
• Tersusunnya dan terlaksananya program kegiatan litbangyasa dan
diseminasi yang realistik, berkeselamatan handal dan berkesinambungan
dengan menerapkan prinsip manajemen mutu terpadu.
• Meningkatnya peran dan sumbangan BATAN dalam pengembangan dan
pemanfaatan iptek nuklir yang berkeselamatan handal untuk menunjang
pembangunan nasional.
5
• Terbangunnya citra positif di kalangan masyarakat awam tentang iptek
nuklir serta citra positif dari masyarakat ilmiah di tingkat nasional dan
internasional terhadap BATAN.
I.2.3. Lingkup
Ruang lingkup dari Pedoman Manlitbang difokuskan pada sistem
perencanaan; penyusunan program dan anggaran; pelaksanaan; pemantauan,
pengendalian dan pengawasan; dan evaluasi serta pelaporan kinerja terhadap
empat program pokok yaitu:
• Program penelitian, pengembangan, perekayasaan (litbangyasa) dan
penguatan kompetensi iptek nuklir, disingkat program litbangyasa;
• Program diseminasi dan pendayagunaan produk atau hasil kegiatan
litbangyasa serta penyampaian hasil litbangyasa iptek nuklir kepada
masyarakat, disingkat program diseminasi;
• Program pembinaan profesionalisme, budaya keselamatan, dan sistem
manajemen mutu termasuk di dalamnya antara lain:
penyediaan/pengadaan, renovasi/revitalisasi, sarana dan prasarana
litbang, disingkat dengan program penguatan kelembagaan;
• Program layanan jasa penelitian dan jasa teknik, serta konsultansi,
disingkat program layanan jasa.
I.2.4. Sistematika
Keseluruhan kegiatan manajemen iptek nuklir tersebut kemudian
disusun dalam suatu naskah menurut sistematika sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan, memuat latar belakang, naskah Pedoman Manlitbang,
pengertian umum, organisasi dan pelaku serta pilar kompetensi
BATAN.
Bab II. Kebijakan, memuat berbagai bentuk kebijakan yang menjadi dasar
untuk menentukan arah dan kebijakan serta pelaksanaan dalam
penyelenggaraan program iptek nuklir.
Bab III. Manajemen Program Nuklir, memuat pedoman perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian penyelenggaraan program nuklir yang
meliputi program litbangyasa, pendayagunaan hasil litbangyasa,
penguatan kelembagaan dan layanan jasa.
Bab IV. Monitoring dan Evaluasi, memuat evaluasi dokumen, monitoring dan
evaluasi pelaksanaan program.
6
Bab V. Pengawasan, memuat evaluasi kegiatan dan kinerja secara
administratif.
Bab VI. Indikator Keberhasilan, memuat output dan outcome dari hasil
kegiatan litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir.
Bab VII. Penutup.
I.3. Pengertian Umum
1. Agenda Riset Nasional yang selanjutnya disingkat ARN adalah dokumen
yang disusun oleh Dewan Riset Nasional (DRN) memuat fokus
pembangunan iptek, arah kebijakan dan prioritas utama, program,
sasaran, dan target capaian.
2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA
adalah suatu dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga serta disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan, berfungsi sebagai
dokumen pelaksanaan pembiayaan kegiatan serta dokumen pendukung
kegiatan akuntansi pemerintah.
3. Diseminasi iptek nuklir adalah kegiatan penyampaian hasil litbangyasa
dengan tujuan memperluas aplikasi dan pemanfaatan iptek nuklir dalam
kehidupan masyarakat.
4. Difusi Teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi
teknologi secara lebih ekstensif oleh penemunya dan/atau pihak-pihak
lain dengan tujuan untuk meningkatkan potensi pendayagunaannya.
5. Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disingkat HKI adalah hak
memperoleh perlindungan secara hukum atas kekayaan intelektual
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Inovasi teknologi adalah kegiatan modifikasi desain atau produk
litbangyasa untuk meningkatkan daya saing (estetika, kualitas, dan
harga).
7. Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi yang selanjutnya disingkat Jakstranas Iptek adalah dokumen
yang disusun oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk
memberikan arah, prioritas, dan kerangka kebijakan dalam
pembangunan iptek.
8. Komisi Ahli Tenaga Nuklir yang selanjutnya disingkat KATN adalah
sekumpulan ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berfungsi memberikan
7
nasehat, masukan dan bantuan pemikiran untuk peningkatan efektivitas
dan perluasan penggunaan tenaga nuklir bagi kesejahteraan
masyarakat.
9. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa satuan kerja BATAN sebagai bagian dari pencapaian sasaran
terukur dari suatu program, terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumber daya yang berupa personil (SDM), barang modal
termasuk peralatan dan teknologi secara sendiri-sendiri dan/atau
kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut
sebagai masukan (input) untuk menghasilkan luaran (output) dalam
bentuk barang/jasa.
10. Kemitraan adalah jejaring kerja yang saling menguntungkan antara satu
pihak dengan pihak lain pada kedudukan yang sama tinggi.
11. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah yang selanjutnya disingkat
KPJM adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan yang
dilakukan dalam perspektif waktu lebih dari satu tahun anggaran
dengan mempertimbangkan implikasi biaya pada tahun berikutnya yang
dinyatakan sebagai prakiraan maju.
12. Kinerja adalah luaran/hasil kegiatan/program yang hendak atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas
dan kualitas terukur.
13. Komisi Pembina Tenaga Fungsional yang selanjutnya disingkat KPTF
adalah tim yang mempunyai tugas melakukan pembinaan teknis tenaga
fungsional non-peneliti melalui kegiatan evaluasi usulan kegiatan
litbangyasa dan pembinaan penyusunan laporan teknis serta penulisan
karya tulis ilmiah.
14. Komisi Pembina Tenaga Peneliti yang selanjutnya disingkat KPTP adalah
tim yang mempunyai tugas antara lain melakukan pembinaan teknis
tenaga fungsional peneliti melalui kegiatan evaluasi usulan kegiatan
litbangyasa serta membina para tenaga peneliti dalam penyusunan
laporan teknis hasil kegiatan litbangyasa dan penulisan suatu karya tulis
ilmiah.
15. Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan
lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana
kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara/Daerah.
8
16. Litbangrap adalah penelitian, pengembangan dan penerapan.
17. Litbangyasa adalah penelitian, pengembangan dan perekayasaan.
18. Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya
manusia serta sumber daya organisasi lainnya.
19. Manajemen Mutu Terpadu yang selanjutnya disingkat MMT adalah
sistem manajemen organisasi yang mengutamakan peningkatan kinerja
secara berkelanjutan tanpa menunggu permintaan pemangku
kepentingan melalui pendekatan proses dan pelibatan seluruh jajaran
pelaksana.
20. Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama dalam struktur
dan koordinasi tertentu untuk mencapai serangkaian tujuan tertentu.
21. Peer Group adalah kelompok pakar yang mempunyai tugas melakukan
penilaian dan rekomendasi terhadap kelayakan usulan kegiatan BATAN
dan bertanggung jawab kepada Kepala BATAN.
22. Pendayagunaan adalah peningkatan pemanfatan dari hasil kegiatan
litbangyasa yang sudah teruji (proven)
23. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode
ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data dan
keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian
kebenaran atau ketidakbenaran status asumsi atau hipotesis di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi
keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
24. Penerapan adalah pemanfaatan ilmu pengetahuan atau suatu hasil
penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah
ada, dalam bentuk kegiatan perekayasaan, inovasi, serta difusi
teknologi.
25. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah
terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan
aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada untuk
menghasilkan teknologi baru.
26. Perekayasaan adalah kegiatan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam bentuk desain dan rancang bangun untuk
menghasilkan nilai, produk, dan/atau proses produksi dengan
9
mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan atau konteks
teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya, dan estetika.
27. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan
sumber daya yang tersedia.
28. Pemimpin BATAN adalah jajaran pemimpin yang memiliki wewenang
untuk menetapkan suatu kebijakan strategis, yaitu Kepala BATAN,
Sekretaris Utama dan Deputi.
29. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP
adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari
penerimaan perpajakan.
30. Program adalah penjabaran kebijakan Kementerian Negara/Lembaga
dalam bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan
menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang
terukur sesuai dengan misi Kementerian Negara/Lembaga.
31. Proven Technology adalah teknologi yang telah terbukti memberikan
manfaat bagi kehidupan (ekonomi, sosial, dan budaya) umat manusia
dan aman bagi lingkungan dan masyarakat. Dalam bidang ekonomi
proven technology terbukti memberikan nilai tambah antara lain dengan
memperbaiki efisiensi usaha, menghemat biaya produksi, meningkatkan
kualitas produk barang dan jasa, sehingga meningkatkan daya saing.
32. Pusat Teknologi yang selanjutnya disingkat Pustek adalah satuan kerja
yang mempunyai tugas melaksanakan litbangyasa dengan
memanfaatkan teknologi tertentu guna mempercepat hasil.
33. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga yang selanjutnya
disingkat RKA-K/L adalah dokumen perencanaan dan anggaran yang
berisi program dan kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga
34. Rencana Kerja Pemerintah yang selanjutnya disingkat RKP merupakan
dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun yang
ditetapkan oleh Presiden dan digunakan sebagai acuan dalam
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
35. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang selanjutnya
disingkat RPJMN adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima)
tahun. RPJMN merupakan penjabaran dari visi, misi dan program
presiden terpilih yang disusun dengan berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
10
36. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang selanjutnya
disingkat RPJPN adalah dokumen perencanaan jangka panjang untuk
periode 20 tahun. RPJPN merupakan penjabaran dari tujuan
dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dalam bentuk visi, misi
dan arah pembangunan nasional.
37. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata
cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan
yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di
tingkat pusat dan daerah.
38. Standardisasi adalah proses perumusan, penetapan, penerapan, dan
pengawasan standar.
I.4. Organisasi dan Pelaku
Organisasi BATAN adalah alat untuk mencapai tujuan yang didasarkan
pada Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah
Non Departemen (LPND) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 64 tahun 2005. Organisasi BATAN meliputi
struktur, tugas dan fungsi, merupakan alat untuk mewujudkan cita-cita serta
merupakan peta dari sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung
pelaksanaan tugas dan fungsi lembaga.
Berdasarkan Keppres Nomor 103 Tahun 2001 jo Perpres Nomor 64
Tahun 2005, BATAN mempunyai tugas, fungsi, kewenangan dan tanggung
jawab secara garis besar dibagi dalam 2 (dua) tugas utama, yaitu:
• Pengembangan kebijakan iptek nuklir nasional.
• Pengembangan kebijakan pemanfaatan iptek nuklir melalui kegiatan
litbangyasa.
Organisasi Manlitbang adalah organ/seluruh unit kerja dalam struktur
organisasi BATAN yang terlibat dalam kegiatan litbangyasa iptek nuklir sesuai
dengan tugas dan fungsi yang ditetapkan dalam surat keputusan Kepala
BATAN.
Pelaku Manlitbang adalah seluruh pegawai di berbagai tingkat jabatan
struktural dan fungsional, personil dan komisi khusus yang dibentuk untuk
11
maksud tertentu. Pelaku manlitbang terintegrasi dalam suatu kesatuan yang
sinergis (saling menunjang) terdiri dari pejabat struktural, pejabat fungsional,
dan kelompok penunjang termasuk Tim Pakar dan Komisi Ahli.
I.4.1. Pejabat Struktural
Pejabat Struktural adalah pegawai yang menduduki jabatan struktural
terdiri dari Pejabat Eselon I, Pejabat Eselon II, III dan IV. Tugas pokok dan
wewenang pejabat struktural adalah:
Pejabat Eselon I:
Dalam pelaksanaan (implementasi) Manajemen Litbangyasa, tugas dan
wewenang utama Pejabat Eselon I adalah sebagai berikut:
• Menetapkan Kebijakan Strategis (Renstra) BATAN.
• Menetapkan ketentuan yang berkaitan dengan perencanaan dan
pelaksanaan program dan anggaran serta keselamatan penyelenggaraan
kegiatan.
• Menetapkan pedoman, petunjuk pelaksanaan program dan kegiatan
litbangyasa, diseminasi, dan penguatan kelembagaan.
• Menetapkan Kebijakan Strategis (Renstra) Kedeputian dan Settama.
• Mengembangkan dan menetapkan arah kebijakan kerjasama luar negeri
dan dalam negeri.
• Menetapkan Country Program Framework (CPF) dalam rangka mengisi
program kerja sama teknik IAEA.
• Merumuskan usulan program konseptual yang memuat pokok-pokok
program dan kegiatan tahunan sebagai acuan penyusunan rencana
kegiatan tahunan unit kerja.
• Memantau dan mengendalikan pelaksanaan program litbangyasa,
diseminasi, dan penguatan kelembagaan.
• Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan program litbangyasa dalam
rangka membangun sinergi lintas pusat dan lintas lembaga.
• Bila dianggap perlu, Pejabat Eselon I dapat membentuk Tim Ahli/Pakar
untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
• Mengembangkan dan menetapkan arah kebijakan kerjasama luar negeri
dan dalam negeri.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang tersebut Pejabat Eselon I
mempertimbangkan berbagai aspek antara lain:
12
• RPJPN, RPJMN, KPJM, RKP.
• Kebijakan di bidang riset dan pengembangan teknologi antara lain
Jakstranas Iptek dan ARN.
• Renstra BATAN.
• Dokumen Sistem Standardisasi BATAN (SSB).
• Penetapan Kinerja BATAN/Deputi/Settama.
• Perkembangan politik, ekonomi, sosial-budaya dan iptek dalam lingkup
nasional, regional dan global.
• Masukan dari pejabat struktural dan fungsional, Komisi Ahli dan Pakar
terkait dengan aspek ilmiah, teknis, dan administratif.
Pejabat Eselon II:
Tugas dan wewenang utama Pejabat Eselon II adalah :
• Merumuskan dan menetapkan Renstra Unit Kerja sebagai penjabaran
Renstra BATAN.
• Menetapkan kebijakan operasional dalam rangka kelancaran dan
keberhasilan pelaksanaan program, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundangan dan kebijakan yang berkedudukan lebih tinggi.
• Menyampaikan bahan masukan kepada Pejabat Eselon I dalam rangka
penyusunan Usulan Konseptual Program dan Anggaran BATAN.
• Menyiapkan Usulan Program dan melaporkan pelaksanaan kerjasama
teknik luar negeri kepada Pejabat Eselon I c.q Biro Kerjasama Hukum dan
Humas (BKHH).
• Menyiapkan dan menyampaikan Usulan Program kerjasama teknik dalam
rangka kerjasama bilateral, regional, dan mengisi kerjasama teknik IAEA.
• Menyusun dan menyampaikan Usulan Kegiatan Tahunan kepada Kepala
BATAN c.q Biro Perencanaan untuk dievaluasi dalam format baku.
• Menjabarkan Usulan Kegiatan yang disetujui kedalam Usulan Penelitian
dan Rencana Kegiatan untuk dibahas oleh KPTP/KPTF dalam format baku.
• Menyiapkan Usulan Pengadaan SDM pada Biro Sumber Daya Manusia
(BSDM) dan pembinaan SDM ke Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat)
melalui program diklat teknis dan kursus penjenjangan dalam format
baku.
• Menyiapkan dan menyampaikan usulan pengadaan
perbaikan/pemeliharaan/renovasi dan penghapusan untuk peralatan dan
prasarana fisik kepada Biro Umum (BU) dalam format baku.
13
• Melakukan koordinasi, pemantauan, dan pengendalian kegiatan serta
melaporkan kemajuan dan kinerja pelaksanaan program dan anggaran
kepada Pejabat Eselon I c.q Biro Perencanaan dan Inspektorat dalam
format baku.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang tersebut, Pejabat Eselon II
memperhatikan:
• RPJPN, RPJMN, KPJM, RKP.
• Kebijakan strategis Ristek Nasional, ARN.
• Renstra BATAN dan Renstra Unit Kerja.
• Dokumen Sistem Standardisasi BATAN (SSB).
• Arahan dan kebijakan Pemimpin BATAN.
• Country Programme Framework (CPF).
• Penetapan Kinerja Unit Kerja.
• Peraturan dan ketentuan yang berlaku.
• Kemajuan dan perkembangan pelaksanaan kegiatan litbangyasa,
pendayagunaan hasil litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir serta
penguatan kelembagaan yang telah direncanakan.
• Masukan teknis ilmiah, dan administratif dari pejabat struktural dan
fungsional dibawahnya serta KPTF/KPTP.
Pejabat Eselon III dan IV:
• Menyiapkan dan menyampaikan bahan masukan kepada Pejabat Eselon II
mengenai aspek ilmiah, teknis dan administratif sesuai kompetensinya
untuk perencanaan dan pelaporan program kegiatan litbangyasa,
pendayagunaan hasil litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir dan
penguatan kelembagaan yang menjadi tanggung jawabnya.
• Memantau dan mengendalikan aspek ilmiah, teknis dan administratif dari
pelaksanaan kegiatan dan program unit kerja yang menjadi tanggung
jawabnya.
• Mengelola peralatan, sarana, dan fasilitas kerja yang menjadi tanggung
jawabnya.
• Membina dan meningkatkan kemampuan teknis dan ilmiah bawahannya.
• Menyiapkan dan menyampaikan usulan kegiatan kepada Pejabat Eselon II
atasannya untuk proses evaluasi kelayakan.
• Menyampaikan laporan secara berkala kepada Pejabat Eselon II tentang
pelaksanaan kegiatan.
14
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Pejabat Eselon III dan IV
harus memperhatikan:
• Renstra Unit Kerja.
• Dokumen Sistem Standardisasi BATAN (SSB).
• Arahan dan kebijakan atasannya.
• Ketetapan tentang kinerja unit kerja.
• Peraturan dan ketentuan yang berlaku.
• Masukan dari bawahan ataupun para pejabat fungsional dalam unit kerja
ataupun unit lain yang terkait dengan kegiatan.
• Kemajuan dan perkembangan ilmiah dan teknis mengenai program dan
kegiatan yang terkait
I.4.2. Pejabat Fungsional
Pejabat fungsional adalah pegawai yang mempunyai keahlian dalam
bidang keilmuan atau ketrampilan tertentu yang merupakan tulang punggung
bagi pelaksanaan program litbangyasa, diseminasi dan penguatan kelembagaan
di BATAN. Termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang menjadi
pelaksana kunci kegiatan litbangyasa tetapi bukan pejabat struktural ataupun
pejabat fungsional. Tugas dan fungsi utama pejabat fungsional antara lain
adalah:
• Menyiapkan dan merancang usulan kegiatan sesuai dengan bidang
kompetensi.
• Menyiapkan dan merancang usulan penelitian sebagai penjabaran usulan
kegiatan yang telah disetujui.
• Menyampaikan laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan penelitian secara
berkala.
• Mempublikasikan dan atau menyebarluaskan hasil kegiatan litbangyasa,
melalui forum ilmiah dan atau jurnal ilmiah.
• Menyampaikan pandangan dan masukan kepada Pejabat Eselon I, II, dan
III dalam rangka penyusunan kebijakan strategis di bidang iptek (Renstra
BATAN) maupun operasional (Renstra Unit Kerja), dan perencanaan
usulan kegiatan atau usulan penelitian.
• Merancang dan menyiapkan program bantuan/kerjasama teknik luar
negeri.
• Berperan sebagai nara sumber sesuai bidang kompetensinya dalam
rangka perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kinerja program nuklir.
15
• Membina dan mengembangkan kemampuan ilmiah dan ketrampilan
teknis para pelaksana kegiatan litbangyasa di lingkungan unit kerja sesuai
bidang kompetensinya.
• Membina kemampuan ilmiah dan ketrampilan teknis bawahannya.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya para pejabat fungsional perlu
memperhatikan:
• RPJPN, RPJMN.
• Jakstranas Iptek dan ARN.
• Renstra BATAN dan Renstra Unit Kerja.
• Ketetapan Deputi tentang Kinerja Unit Kerja.
• Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang relevan dengan
bidang keilmuannya.
• Arahan kebijakan strategis tentang sasaran program dan kegiatan
litbangyasa; pendayagunaan hasil litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir;
dan penguatan kelembagaan.
I.4.3. Komisi Ahli/Pakar
Komisi ahli/pakar adalah sekelompok orang-orang yang memiliki
keahlian dan/atau integritas yang tinggi di bidang iptek nuklir atau yang
bermanfaat bagi pengembangan iptek nuklir. Mereka merupakan kepanjangan
tangan dari pemimpin BATAN dengan tugas membantu Pemimpin BATAN dan
Pejabat Eselon II (Kepala Pusat) dalam memberi penilaian serta masukan
terhadap program BATAN dan program unit kerja. Komisi tersebut terdiri dari
KPTF/KPTP, Peer Group, KATN dan komisi lainnya yang dibentuk sesuai
kebutuhan untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan dan
pencapaian tujuan dan sasaran program BATAN.
I.4.4. Penunjang
Penunjang adalah pegawai baik yang menduduki jabatan struktural
ataupun fungsional, dengan tugas memberikan dukungan bagi kelancaran
pelaksanaan kegiatan litbangyasa dan diseminasi baik secara teknis maupun
administratif. Jenis kegiatan yang dilaksanakan kelompok ini antara lain adalah:
• Membantu persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan litbangyasa
• Melakukan pengelolaan administrasi program dan kegiatan.
• Melakukan pengelolaan diklat.
16
• Melaksanakan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
litbangyasa.
• Membantu proses perencanaan dan melakukan pengelolaan anggaran.
• Membantu proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan penyusunan
laporan kinerja.
• Membantu menyiapkan ketentuan hukum dan materi kehumasan.
• Membantu dan melakukan pengelolaan data dan informasi.
• Melakukan pengelolaan administrasi dan ketatausahaan pegawai dan
barang.
• Membantu dan melaksanakan pengelolaan program jaminan mutu.
I.5. Pilar Kompetensi BATAN
Pilar kompetensi BATAN adalah berbagai bidang keahlian yang dimiliki
BATAN untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan serta pemanfaatan
teknologi nuklir. Pilar-pilar ini sangat spesifik dan memiliki nilai strategis serta
mencirikan BATAN sebagai lembaga riset bidang nuklir. Pilar BATAN
dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan program dan kegiatan, yaitu:
1. Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (ATIR)
2. Pembuatan Isotop dan Senyawa Bertanda (PISB)
3. Pengelolaan Limbah Radioaktif (PLR)
4. Rekayasa dan Pembuatan Perangkat Instrumentasi Nuklir (RPPIN)
5. Daur Bahan Bakar Nuklir (DBBN)
6. Teknologi Reaktor Daya (TRD)
17
BAB II. KEBIJAKAN
Dalam melaksanakan kegiatan litbangyasa agar sejalan dengan program
nasional (RPJPN, RPJMN, ARN) maka program dan kegiatan tersebut harus
memperhatikan dan mengacu pada kebijakan baik yang bersifat nasional maupun
internasional. Kebijakan merupakan alat untuk mempermudah menyelesaikan
permasalahan yang timbul di masyarakat. Kebijakan merupakan komitmen bersama
dan menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan litbangyasa yang ditujukan untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
dan meningkatkan kualitas hidupnya, meningkatkan daya saing, memperbaiki
kualitas produk barang dan jasa, dan lingkungan.
II.1. Kebijakan Internasional
Kebijakan internasional adalah lingkungan strategis yang sedang
berkembang di dunia. Lingkungan strategis ini merupakan kondisi terkini yang
mempengaruhi lingkungan strategis nasional, berupa perkembangan ideologi,
politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kebijakan internasional menjadi salah satu
pertimbangan/parameter dalam merencanakan program dan kegiatan BATAN.
Kebijakan yang berkaitan dengan program nuklir BATAN antara lain: Nuclear
Non-Proliferation Treaty (NPT), Safeguards Agreement, konvensi serta traktat
IAEA yang lain, Sustainable Development, MDGs (Millenium Development
Goals), Clean Development Mechanism, Kyoto Protocol, perubahan paradigma
dari bantuan teknik menjadi kerjasama teknik (partnership) dengan IAEA.
II.2. Kebijakan Nasional
Kebijakan Nasional adalah arahan Pemimpin Negara yang dijabarkan
dalam bentuk perangkat perundangan/peraturan/kebijakan lain menjadi acuan
BATAN dalam menentukan dan merencanakan program dan kegiatan yang
akan dilaksanakan agar sesuai dengan dan mendukung program nasional.
Kebijakan Nasional tersebut antara lain RPJPN, RPJMN, Jakstranas Iptek, KPJM
dan ARN.
II.3. Kebijakan BATAN
Kebijakan BATAN adalah arahan pemimpin BATAN yang dijabarkan
dalam bentuk Peraturan Kepala BATAN atau Surat Keputusan Kepala BATAN
dan kebijakan lain yang akan menjadi acuan dalam perencanaan program dan
18
kegiatan yang harus dilaksanakan agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai dalam rangka mendukung pelaksanaan program nasional.
Kebijakan BATAN dijabarkan dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra)
yang memuat Visi dan Misi, tujuan, sasaran, program, dan kegiatan. Renstra
memberikan gambaran makro mengenai strategi pencapaian cita-cita melalui
program dan kegiatan Litbangyasa, Pendayagunaan Hasil Litbangyasa dan
Diseminasi Iptek Nuklir, dan Penguatan Kelembagaan dalam kurun waktu
tertentu. Renstra ini menjadi pedoman dan acuan dalam pengembangan iptek
nuklir untuk pembangunan nasional. Renstra BATAN disusun berjenjang
dijabarkan ke dalam Renstra Kedeputian, Renstra Settama, dan Renstra Unit
Kerja.
Renstra direncanakan berdasarkan arahan dari pemimpin (top down)
dan masukan dari staf (bottom up) serta para pemangku kepentingan.
Perencanaan dan penyusunan Renstra dilakukan oleh tim dan/atau unit kerja
yang ditugasi dan disahkan menjadi dokumen Renstra. Penyusunan Renstra
memerlukan berbagai data dan informasi, antara lain:
• RPJPN, RPJMN, KPJM.
• Kebijaksanaan Ristek Nasional antara lain Agenda Riset Nasional (ARN).
• Status dan perkembangan iptek nuklir dalam lingkup regional dan
internasional.
• Hasil kegiatan litbangyasa, diseminasi, dan kelembagaan nuklir yang telah
dilakukan.
• Masukan narasumber dari berbagai institusi dan pemangku kepentingan
• Renstra dari berbagai instansi terkait.
• Masukan dari pejabat struktural, fungsional, dan pemangku kepentingan.
Keberadaan Renstra BATAN didukung oleh perangkat kebijakan lain
yang lebih bersifat operasional untuk memperlancar pelaksanaan kebijakan
tersebut, antara lain:
• Renstra Unit Kerja.
• Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L).
• Rencana Kerja Tahunan (RKT).
• Penetapan Kinerja (PK).
Selain dokumen Renstra BATAN, kebijakan BATAN lainnya adalah
Sistem Standardisasi BATAN (SSB) yaitu ketentuan pimpinan BATAN yang
menjelaskan tatacara pelaksanaan standardisasi di lingkungan BATAN untuk
19
mewujudkan jaminan keselamatan dan mutu produk/hasil kegiatan BATAN
sehingga memiliki daya saing.
II.4. Kebijakan Pemimpin BATAN
Kebijakan pemimpin BATAN adalah arahan pemimpin BATAN untuk
dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan jangka panjang, menengah
dan pendek. Kebijakan pemimpin meliputi:
• Kebijakan Kepala BATAN.
• Kebijakan Deputi dan Sestama.
3. Kebijakan Pemimpin BATAN direncanakan berdasarkan masukan dari
berbagai sumber internal dan eksternal dengan memperhatikan Renstra
yang telah disusun.
II.4.1. Kebijakan Kepala BATAN
Kebijakan Kepala BATAN adalah arahan Kepala BATAN berupa produk
yang akan dijadikan bahan untuk penyusunan Rencana Kerja Lembaga
(BATAN). Perencanaan dan penyusunan Kebijakan Kepala BATAN dilakukan
oleh tim dan/atau unit kerja yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala BATAN.
Penyusunan dan penetapan Kebijakan Kepala BATAN memerlukan berbagai
data dan informasi, antara lain:
• Isu-isu strategis terkini yang sedang berkembang.
• Status dan perkembangan iptek nuklir dalam lingkup regional dan
internasional.
• Renstra BATAN.
• Kemampuan sumber daya yang dimiliki BATAN.
• Hasil kegiatan litbangyasa, diseminasi, dan penguatan kelembagaan iptek
nuklir yang dilakukan sebelumnya.
• Masukan dari pejabat struktural, fungsional, dan pemangku kepentingan.
• Dokumen Sistem Standardisasi BATAN (SSB).
II.4.2. Kebijakan Deputi dan Sestama
Kebijakan Deputi dan Sestama adalah suatu arahan yang dituangkan
dalam bentuk Usulan Konseptual Program dan Kegiatan Deputi dan Sekretaris
Utama BATAN. Arahan ini perlu dijabarkan lebih lanjut menjadi kebijakan
operasional unit kerja, yang disiapkan dan disusun oleh tim atau sub unit kerja
yang ditunjuk oleh Kepala Unit Kerja.
20
Perencanaan dan penetapan Kebijakan Deputi dan Sestama dilakukan
oleh tim dan/atau unit kerja yang ditugasi dan disahkan oleh Deputi/Sestama.
Penyusunan dan penetapan Kebijakan Deputi/Sestama memerlukan berbagai
data dan informasi, antara lain:
• Isu-isu strategis terkini yang sedang berkembang.
• Status dan perkembangan iptek nuklir dalam lingkup regional dan
internasional.
• Renstra BATAN/Kedeputian/Settama.
• Kemampuan sumber daya terkini yang dimiliki BATAN.
• Hasil kegiatan litbangyasa, diseminasi, dan kelembagaan iptek nuklir yang
telah dilakukan.
• Masukan dari pejabat struktural, fungsional, dan pemangku kepentingan.
II.5. Kebijakan Kepala Unit Kerja
Kebijakan Kepala Unit Kerja adalah bahan acuan untuk penyusunan
Rencana Kerja Unit Kerja dalam bentuk Usulan Awal Program dan Kegiatan.
Perencanaan dan penetapan Kebijakan Kepala Unit Kerja dilakukan oleh
suatu tim dan/atau sub unit kerja yang ditugasi oleh Kepala Unit Kerja.
Penyusunan dan penetapan Kebijakan Kepala Unit Kerja memerlukan data dan
informasi, antara lain:
• Isu-isu strategis terkini yang sedang berkembang.
• Status dan perkembangan iptek nuklir dalam lingkup regional dan
internasional.
• Renstra BATAN/Kedeputian/Settama/Unit Kerja.
• Kemampuan sumber daya terkini yang dimiliki Unit Kerja.
• Hasil kegiatan litbangyasa, diseminasi, dan kelembagaan iptek nuklir yang
telah dilakukan.
• Masukan dari pejabat struktural, fungsional, dan pemangku kepentingan.
21
BAB III. MANAJEMEN PROGRAM NUKLIR
Berdasarkan Renstra BATAN 2004-2009 secara garis besar program BATAN
dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) program yaitu:
• Program penelitian, pengembangan, dan perekayasaan (litbangyasa)
serta penguatan kompetensi iptek nuklir, selanjutnya disebut program
litbangyasa.
• Program pendayagunaan dan pemasyarakatan (diseminasi) hasil
litbangyasa nuklir, selanjutnya disebut program diseminasi.
• Program pembinaan profesionalisme, budaya keselamatan dan sistem
manajemen mutu. Dalam dokumen ini disebut dengan program
penguatan kelembagaan.
Ketiga kelompok program diatas saling berkaitan, masing-masing kelompok
mempunyai peranan bagi keberhasilan pencapaian sasaran, tujuan dan visi BATAN
(sebagaimana dalam Renstra BATAN) maupun kebijakan lain di bidang iptek yang
mempunyai kedudukan lebih tinggi. Dalam pelaksanaannya program tersebut dapat
diselenggarakan secara in-house dengan menggunakan dana yang dialokasikan
pemerintah untuk BATAN dan sumber daya lain yang dimiliki BATAN atau dengan
cara outsourcing melalui kerjasama dalam negeri seperti program insentif
(bekerjasama dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi) dan melalui
kerjasama luar negeri seperti program kerjasama teknik IAEA (IAEA Technical
Cooperation) dan kerjasama regional RCA (Regional Cooperation Agreement). Semua
kelompok program dan cara pelaksanaannya harus ditata dan dikelola menggunakan
prinsip manajemen mutu terpadu demi keberhasilan program nuklir nasional dengan
tetap mengacu pada berbagai kebijakan yang ada sebagaimana telah dikemukakan
di atas.
Selain ketiga program strategis di atas, manajemen program nuklir juga
mengatur Program Layanan Jasa Penelitian, Teknik, dan konsultasi bidang nuklir.
Program ini disebut dengan Program Layanan Jasa. Jika dikelola dengan baik,
program ini tidak saja akan meningkatkan peran dan kontribusi nyata iptek nuklir
dalam membangun Indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera tetapi juga
mengurangi ketergantungan BATAN pada APBN dalam pelaksanaan pengembangan
dan pemanfaatan iptek nuklir.
22
III.1. Program Litbangyasa
Program dan Kegiatan Litbangyasa disusun berdasarkan RPJPN, RPJMN,
ARN, Renstra BATAN, dan Renstra Unit Kerja. Kegiatan Litbangyasa yang akan
dilaksanakan harus berkaitan dengan pemanfaatan iptek nuklir. Dokumen
Program Litbangyasa disusun berdasarkan usulan dari kelompok peneliti di
setiap unit kerja. Usulan program dan kegiatan litbangyasa dari setiap unit
kerja disusun dan dirumuskan menjadi Program Litbangyasa BATAN. Judul
program dan kegiatan litbangyasa yang tercantum dalam Dokumen Program
Litbangyasa BATAN adalah hasil dari pejabaran RPJPN, RPJMN dan Renstra
BATAN. Perumusan judul program dan kegiatan dilakukan secara kolektif oleh
Kepala Unit Kerja (Biro Perencanaan) setelah melalui evaluasi dan seleksi yang
intensif oleh Komisi Ahli dan Peer Group. Data dan informasi yang diperlukan
untuk perencanaan dan perumusan program dan kegiatan litbangyasa
diperoleh dari dokumen, antara lain:
• RPJPN, RPJMN, KPJM, ARN dan RKP.
• Renstra BATAN/Kedeputian/Unit Kerja.
• Program Landmark/Prioritas.
• Arahan pemimpin BATAN dan hasil Rapat Kerja.
• Masukan dari unit-unit kerja.
• Hasil kegiatan tahun sebelumnya.
• Infomasi pasar.
Program dan kegiatan litbangyasa di setiap unit kerja BATAN
dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan penelitian, pengembangan,
perekayasaan oleh para pejabat fungsional, struktural, dan tenaga penunjang.
Hasil pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan dan perekayasaan baik
secara teknis ilmiah maupun secara administratif keuangan dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan kepada Pejabat Eselon II (Kepala Pusat dan Kepala
Biro Perencanaan) dengan mengikuti mekanisme dan jadwal yang ditetapkan.
III.2. Program Diseminasi
Pengertian Program Diseminasi dalam naskah dokumen Manlitbang ini
adalah program penyampaian hasil litbangyasa iptek nuklir kepada masyarakat
dengan maksud agar hasil-hasil kegiatan litbangyasa iptek nuklir dapat
didayagunakan oleh masyarakat dalam kegiatan usaha yang produktif atau
kegiatan lain yang mempunyai dampak bagi perbaikan kualitas hidup dan
23
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, tujuan Program Diseminasi Iptek
Nuklir adalah untuk meningkatkan kontribusi dan peran nyata BATAN dalam
kegiatan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perbaikan
kualitas kehidupan masyarakat.
Program Diseminasi Iptek Nuklir harus dikemas dalam bentuk metode
penyampaian hasil litbangyasa iptek nuklir yang sesuai dengan ciri spesifik dari
produk penelitian dan pengembangan teknologi, strata pemahaman
masyarakat yang akan menjadi sasaran Program Diseminasi, dan bidang usaha
atau kegiatan pembangunan yang memerlukan dukungan iptek nuklir. Produk
teknologi atau hasil litbangyasa iptek nuklir yang akan didiseminasikan harus
sudah teruji (Proven Technology) berdasarkan hasil penilaian dan evaluasi oleh
suatu tim yang ditunjuk oleh pemimpin BATAN. Diseminasi iptek nuklir dan
produk litbangyasa dapat diarahkan untuk tujuan komersial dan non komersial.
Hasil litbangyasa dan teknologi yang dapat dikembangkan secara komersial
diatur dan dikelola berdasarkan ketentuan atau peraturan perundangan yang
berlaku.
III.2.1. Program Penyampaian Hasil Litbangyasa
Perencanaan dan perumusan program penyampaian hasil litbangyasa
kepada masyarakat didasarkan pada arahan dan kebijakan yang ditetapkan
oleh Pemimpin BATAN, pelaksanaannya oleh unit kerja yang ditugasi dan unit
kerja lain terkait. Data dan informasi yang diperlukan untuk perumusan
rencana program penyampaian hasil litbangyasa kepada masyarakat antara
lain:
• Kebijakan dan prioritas pembangunan daerah.
• Arahan pemimpin BATAN.
• Masukan dari unit-unit kerja.
• Status terakhir dari hasil kegiatan penelitian dan pengembangan
teknologi nuklir.
• Pemahaman dan citra masyarakat terhadap iptek nuklir.
• Budaya masyarakat setempat dan kebutuhan teknologi yang diperlukan
untuk penunjang kesejahteraan masyarakat daerah.
Penyampaian hasil litbangyasa BATAN kepada masyarakat dilakukan
oleh unit kerja yang ditugasi dengan dukungan penuh dari unit kerja penghasil
teknologi dan unit kerja lain yang terkait sesuai dengan kompetensinya.
24
Metode penyampaian hasil litbangyasa kepada masyarakat disesuaikan dengan
tujuan, tahapan, target masyarakat pengguna, ciri teknologi dan kegiatan
usaha pemanfaat hasil litbangyasa/teknologi BATAN dan kondisi sosial budaya
setempat. Penyampaian hasil litbangyasa iptek nuklir kepada masyarakat
antara lain melalui penyelenggaraan berbagai forum komunikasi yaitu: ceramah,
seminar, dialog publik, lokakarya, gelar teknologi, iklan layanan masyarakat,
pameran, open house, tulisan ilmiah popular atau semi popular di media cetak,
dan penyampaian informasi melalui media elektronik. Penyampaian hasil
litbangyasa iptek nuklir kepada masyarakat dilaksanakan bekerjasama dengan
instansi pemerintah pusat/daerah/swasta, perguruan tinggi, dan organisasi
profesi dan organisasi kemasyarakatan.
Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penyampaian hasil
litbangyasa iptek nuklir dilaksanakan oleh Pejabat Eselon II (Kepala Pusat
Diseminasi Iptek Nuklir). Pelaksana penyampaian hasil litbangyasa iptek nuklir
kepada masyarakat adalah Pejabat Eselon III didukung oleh peneliti penghasil
teknologi berdasarkan arahan dan kebijakan dari Pejabat Eselon II.
III.2.2. Program Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Program Pemanfaatan Hasil Litbangyasa (PHL) mempunyai tujuan untuk
mengembangkan dan memperluas pemanfaatan dan pendayagunaan hasil
litbangyasa dan sumber daya litbang yang dimiliki oleh BATAN, dengan
melibatkan pihak eksternal yang terkait. Pelaksanaan program menganut
prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan baik dalam pengertian resource
sharing maupun revenue sharing.
Perencanaan, perumusan dan pelaksanaan program pemanfaatan hasil
litbangyasa dikoordinasikan oleh unit kerja (Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir)
yang ditugasi dan ditunjuk berdasarkan surat keputusan Kepala BATAN.
Program Pemanfaatan Hasil Litbangyasa diusulkan oleh Kepala Unit Kerja dan
kelayakannya harus dievaluasi oleh kelompok pakar melalui suatu mekanisme
dan proses yang baku yang berlaku di BATAN. Kepala Pusat Kemitraan
Teknologi Nuklir (PKTN) menyampaikan laporan pelaksanaan program kepada
atasan langsung berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan.
III.2.3. Program Kemitraan
Program Kemitraan merupakan program nuklir yang diarahkan untuk
tujuan memasarkan produk inovasi teknologi hasil litbangyasa BATAN kepada
25
mitra pengguna, kalangan dunia usaha, atau kelompok masyarakat lain yang
memerlukan. Produk litbangyasa yang layak dipasarkan merupakan produk
barang dan jasa yang layak secara teknis dan ekonomi dan bersifat “Proven
Technology” (bermutu dan berdaya saing). Penilaian kelayakan dilakukan oleh
Tim Tekno-ekonomi dan Tim Standarisasi Mutu dan Keselamatan Nuklir yang
ditunjuk dan ditetapkan oleh Pemimpin BATAN.
Produk hasil litbangyasa BATAN dalam bentuk barang dan jasa baru
bisa dipasarkan setelah lolos uji kelayakan tekno-ekonomi, baik untuk pasar
lokal maupun global.
III.2.3.1. Program Inovasi Teknologi
Perencanaan dan perumusan program inovasi teknologi hasil
litbangyasa BATAN dilakukan oleh unit kerja di lingkungan BATAN (Pusat
Kemitraan Teknologi Nuklir) yang ditugasi dan ditetapkan oleh Kepala BATAN.
Program inovasi teknologi diusulkan oleh unit kerja yang ditugasi dan dievaluasi
oleh suatu tim pakar yang ditunjuk dan ditetapkan Kepala BATAN. Data dan
informasi yang diperlukan antara lain:
• Renstra BATAN.
• Arahan kebijakan pemimpin BATAN.
• Informasi tentang kecenderungan inovasi teknologi di pasar lokal atau
global.
• Masukan dari unit teknis di lingkungan atau dari luar BATAN.
Program inovasi teknologi hasil litbangyasa BATAN dirumuskan dan
dilakukan oleh unit kerja yang ditugasi dengan dukungan unit kerja penghasil
produk litbangyasa dan unit lain yang terkait sesuai dengan kompetensi.
Penyusunan dan perumusan program diselenggarakan melalui berbagai forum
inovasi antara lain cluster/kelompok kerja inovasi teknologi, kunjungan kerja
dari mitra pengguna atau masyarakat industri ke berbagai fasilitas BATAN,
menjalin kemitraan dan kerjasama dengan instansi pemerintah/swasta, dan
atau perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri dalam rangka
mendukung peningkatan kualitas produk nasional.
Pejabat Eselon II (Kepala PKTN) melaksanakan koordinasi kegiatan
inovasi teknologi dan kemitraan produk hasil litbangyasa BATAN dengan unit
dan instansi terkait serta memberikan pengarahan operasional kepada unit
eselon III sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Kepala PKTN
26
menyampaikan laporan pelaksanaan program kepada pejabat atasan langsung
berdasarkan jadwal yang ditetapkan.
III.2.3.2. Program Layanan
Hasil litbangyasa yang telah teruji dan kemampuan yang dimiliki oleh
BATAN perlu dikembangkan pemanfaatannya untuk memacu kegiatan industri
dan ekonomi masyarakat. Kemampuan ini harus dikembangkan sehingga
menjadi salah satu sumber pendanaan untuk membiayai program dan kegiatan
iptek nuklir sehingga bisa mengurangi kendala dana penelitian yang menjadi
masalah dihampir seluruh lembaga litbang.
Program layanan jasa teknik dan penelitian, serta konsultansi nuklir
harus dikelola dan diarahkan bagi keberhasilan pelaksanaan program nuklir
nasional. Peningkatan program layanan selain dapat meningkatkan Pendapatan
Negara Bukan Pajak (PNBP) juga dapat memberikan citra positif masyarakat
terhadap lembaga litbang dan iptek nuklir.
Program dan kegiatan layanan teknologi nuklir harus direncanakan dan
dilaksanakan oleh setiap unit kerja yang memiliki kegiatan yang berpotensi
menghasilkan PNBP. Pemantauan dan pengendalian program dan kegiatan
tersebut dilakukan oleh Kepala BATAN dibantu Biro Umum. Laporan kegiatan
layanan dalam bentuk Laporan Realisasi PNBP dibuat oleh unit kerja yang
terkait dan dikoordinasikan oleh Biro Umum. Kepala BATAN melaporkan hasil
Realisasi PNBP kepada Presiden RI melalui Menteri Keuangan.
Program layanan PNBP dikembangkan lebih luas lagi dalam bentuk
Badan Layanan Umum (BLU). Konsep dan Program Teknis BLU disiapkan oleh
PKTN mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005, Bab I, Pasal
1, poin 2 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang
selanjutnya disebut PPK-BLU.
III.2.4. Program Informasi Iptek Nuklir
Kegiatan manajemen program nuklir memerlukan dukungan informasi.
Tanpa dukungan informasi, manajemen suatu organisasi tidak akan dapat
mencapai tujuan yang direncanakan, apalagi untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efisien. Semua pekerjaan pengolahan data dan penampilan
informasi dewasa ini dikerjakan dengan bantuan komputer, sedangkan untuk
pengumpulan data dan informasi serta penyebaran atau pendistribusiannya
sudah dilakukan dengan alat telekomunikasi. Gabungan alat pengolah data
27
komputer dengan alat komunikasi menghasilkan otomatisasi perkantoran dalam
bentuk jejaring informasi elektronik, baik pada skala lokal, nasional maupun
global.
Berdasarkan aspek pemanfaatan, karakteristik, dan sifat pertukarannya,
informasi litbangyasa secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok:
− Informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi utama organisasi, misalnya informasi tentang perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian proyek-proyek penelitian.
− Informasi yang berkaitan dengan sumber daya pendukung bagi
terselenggaranya tugas pokok dan fungsi utama organisasi, misalnya
informasi tentang keuangan, kepegawaian, perlengkapan, inventarisasi,
peraturan, pengelolaan dokumen dan kegiatan perkantoran.
− Informasi yang berkaitan dengan tugas kehumasan, pelayanan dan jasa
penerangan bagi masyarakat yang bersifat umum, misalnya informasi
yang berkenaan dengan berbagai kegiatan dan pemasyarakatan hasil-
hasil litbangyasa.
Media penyimpan dan penyebarluasan data dan informasi dapat
dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:
− Media elektronik.
− Media cetak.
− Perpustakaan.
Perencanaan, perumusan, dan pelaksanaan program informasi iptek
nuklir dikoordinasikan oleh Pusat Pengembangan Informasi Nuklir (PPIN). Data
dan informasi yang diperlukan untuk merumuskan program informasi antara
lain:
• Renstra BATAN dan Renstra Unit Kerja.
• Arahan pemimpin.
• Sumber daya yang tersedia.
• Perkembangan teknologi informasi.
• Sistem informasi nasional dan internasional.
III.3. Program Penguatan Kelembagaan
Keberhasilan program litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir perlu
didukung oleh upaya yang memadai dalam membangun kemampuan dan
memperkuat kapasitas kelembagaan, yang mencakup pengembangan jejaring
28
kerja yang kuat, menyiapkan ketersediaan sarana dan prasarana yang handal
dan dikendalikan oleh sistem manajemen mutu yang efektif, produktif dan
efisien, mengutamakan keselamatan bagi pelaksana, masyarakat, dan
lingkungan serta memberikan kepuasan kepada pelanggan dan pemanfaat
iptek nuklir. Program penguatan kelembagaan harus direncanakan,
diselenggarakan dan dikendalikan agar selalu berada dalam jalur yang
mengarah kepada keberhasilan dan kelancaran pelaksanaan program
pengembangan dan pemanfaatan iptek nuklir dan kesejahteraan masyarakat
III.3.1. Pendanaan
Secara tradisional, sumber dana yang diperlukan untuk melaksanakan
program dan kegiatan BATAN diperoleh dari pemerintah melalui APBN (BATAN,
KNRT, dan lain-lain) dan dana non pemerintah yang diperoleh dari kegiatan
kerjasama/bantuan teknik luar negeri seperti UNDP, IAEA, JICA, dan kerjasama
bilateral.
III.3.1.1. Dana Pemerintah
Sumber dana dari pemerintah terdiri atas Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN), pengusulan dan penggunaannya didasarkan pada Undang
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan peraturan lain
yang berhubungan dengan pengelolaan APBN.
Kebutuhan dana untuk pelaksanaan program nuklir direncanakan dan
disusun oleh Kepala Unit Kerja yang ditugasi dalam bentuk usulan dengan
mengacu pada:
• Arahan pemimpin BATAN.
• Program dan kegiatan yang menjadi tugas BATAN dan unit kerja.
• Kebutuhan sarana dan prasarana.
• Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Pelaksanaan penggunaan dana litbangyasa dilakukan oleh Kepala Unit
Kerja dibantu oleh para Pejabat Eselon III, atau pejabat fungsional dari setiap
unit kerja berdasarkan program yang ditetapkan. Pelaksanaan dan penggunaan
dana litbangyasa dipertanggungjawabkan Kepala Unit Kerja (Pejabat Eselon II)
kepada Kepala BATAN secara berkala sesuai dengan format standar dan
ketentuan yang berlaku.
29
III.3.1.2. Dana Non Pemerintah
Sumber dana non pemerintah untuk pelaksanaan program nuklir antara
lain berupa bantuan teknik, hibah, kontrak riset serta layanan jasa, alih
teknologi, dan Badan Layanan Umum.
Peluang mendapatkan sumber dana non pemerintah harus
direncanakan oleh unit/satuan kerja yang ditugasi dan unit kerja terkait
berdasarkan data dan informasi antara lain:
• Arahan pemimpin BATAN.
• Program kegiatan yang menjadi tugas BATAN dan unit kerja.
• Kebutuhan sarana dan prasarana.
• Kebijakan dan program kerjasama luar negeri.
• Potensi yang dimiliki oleh unit kerja untuk layanan jasa dan penelitian
Pelaksanaan penggunaan dana litbangyasa non pemerintah
dikoordinasikan oleh Kepala Unit Kerja dibantu oleh para Pejabat Eselon III,
atau pejabat yang ditunjuk dan instansi pemberi sponsor berdasarkan program
yang ditetapkan bersama. Pengelolaan dana litbangyasa non pemerintah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
dipertanggungjawabkan kepada Kepala BATAN secara berkala sesuai format
dan jadwal yang ditetapkan.
III.3.2. Program Kerjasama
Program pembangunan iptek nuklir dilaksanakan melalui kerjasama
dengan institusi/lembaga/organisasi di dalam dan di luar negeri. Kerjasama luar
negeri ditujukan untuk meningkatkan dan memperkuat kemampuan BATAN
dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek nuklir. Kerjasama
dalam negeri ditujukan untuk membangun persepsi yang benar dan citra positif
di kalangan masyarakat (awam) tentang teknologi nuklir. Selain itu kerjasama
dalam negeri juga bertujuan untuk memperluas pemanfaatan teknologi nuklir
dan meningkatkan kontribusi BATAN dalam pelaksanaan pembangunan daerah
dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Program-program kerjasama ini merupakan bagian terpadu dari
program BATAN secara menyeluruh. Program kerjasama tersebut dilaksanakan
dalam rangka mencapai sasaran yang telah direncanakan seperti yang tertera
dalam Renstra BATAN.
30
Kerjasama dalam negeri dilakukan dengan berbagai instansi/lembaga,
baik swasta maupun pemerintah dalam upaya turut mendukung agenda
pemerintah dalam memecahkan masalah nasional di berbagai sektor.
Kerjasama luar negeri dilakukan secara bilateral, multilateral, dan dengan
organisasi intemasional diarahkan kepada percepatan alih teknologi dan
peningkatan kualitas SDM BATAN dalam berbagai disiplin ilmu.
III.3.2.1. Program Kerjasama Dalam Negeri
Program kerjasama litbangyasa dalam negeri dilaksanakan dengan
instansi pemerintah, perguruan tinggi, kalangan dunia usaha dan organisasi
kemasyarakatan yang bersifat saling menguntungkan.
Perumusan kerjasama dalam negeri dilaksanakan oleh unit kerja yang
ditugasi dan unit kerja terkait bersama mitra kerjanya. Data dan informasi yang
diperlukan untuk perencanaan kerjasama diperoleh dari:
• Arahan pemimpin BATAN.
• Unit kerja BATAN.
• Instansi luar BATAN.
• Naskah perjanjian kerjasama.
Program kerjasama dilaksanakan oleh unit kerja eselon II atau tim yang
ditugasi. Penanggung jawab pelaksanaan kerjasama harus
mempertanggungjawabkan kemajuan dan hasil kerjasama kepada pemimpin
BATAN sesuai format, mekanisme, dan jadwal yang ditetapkan. Kesepakatan
kerjasama harus ditindaklanjuti dengan program dan kegiatan dalam kurun
waktu satu tahun.
III.3.2.2. Program Kerjasama Luar Negeri
Program kerjasama litbangyasa dengan luar negeri, meliputi program
kerjasama dengan organisasi internasional (IAEA, UNDP), kerjasama bilateral
dan multilateral.
Perencanaan program kerjasama luar negeri didasarkan pada arahan
dan kebijakan pemimpin BATAN dan pelaksanaannya melalui unit kerja yang
ditugasi dan unit kerja terkait. Data dan informasi untuk perencanaan dan
perumusan program kerjasama luar negeri antara lain:
• Renstra BATAN dan institusi yang diajak kerjasama.
• Informasi mitra kerjasama (misalnya IAEA).
• Arahan dan kebijakan pemimpin BATAN.
31
• Country Programme Framework (CPF)
Program kerjasama dilaksanakan oleh unit kerja atau tim yang ditunjuk.
Hasil dan kemajuan pelaksanaan kerjasama luar negeri dikoordinasikan oleh
Pejabat Eselon I yang ditunjuk dan pelaksanaannya dilaporkan kepada
pemimpin BATAN sesuai format oleh unit kerja atau tim yang ditugasi dengan
mekanisme dan jadwal yang ditetapkan. Dalam aspek teknis ilmiah, unit kerja
atau tim yang ditugasi dapat melaksanakan hubungan langsung dengan mitra
kerja di luar negeri di bawah pengendalian unit kerja yang mendapat tugas.
III.3.2.3. Program Insentif
Program Insentif adalah program litbangyasa dan difusi teknologi yang
memiliki nilai strategis untuk memperkaya pengalaman dan meningkatkan
kualitas SDM fungsional dan pemanfaatan potensi iptek nuklir. Program ini
terintegrasi ke dalam dan merupakan bagian dari keseluruhan program BATAN
yang utuh. Program Insentif ini merupakan program yang direncanakan,
dibiayai dan dikendalikan oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT)
dan pelaksanaannya dibantu oleh Dewan Riset Nasional. Program Insentif ini
terdiri dari:
• Program Insentif Riset Dasar.
• Program Insentif Riset Terapan.
• Program Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi.
• Program Insentif Percepatan Difusi Dan Pemanfaatan Iptek.
• Program Insentif Riset Unggulan Strategis Nasional.
Dengan demikian, Program Insentif adalah bagian terpadu dari program
litbangyasa BATAN yang substansinya diusulkan dan dipertanggungjawabkan
oleh BATAN kepada KNRT baik dari aspek teknis ilmiah maupun aspek
pendanaannya.
Perumusan dan perencanaan kegiatan Program Insentif dilakukan oleh
tim unit kerja yang terdiri dari peneliti senior KPTP/KPTF, pejabat struktural dan
para nara sumber, diketuai oleh kepala pusat. Topik kegiatan litbangyasa yang
akan diusulkan pendanaannya melalui Program Insentif harus mengacu pada
Renstra BATAN. Data dan informasi untuk perencanaan dan penyusunan
program diambil dari:
• ARN
• Renstra BATAN.
32
• Program Insentif dari KNRT.
• Arahan pemimpin BATAN.
• Ketersediaan SDM, sarana dan prasarana.
Program Insentif dilaksanakan oleh suatu tim yang diketuai peneliti
utama. Peneliti utama melaporkan kemajuan pelaksanaan Program Insentif
kepada Pejabat Eselon III dari aspek teknis ilmiah dan kepada Pejabat Eselon
II BATAN dan KNRT dari aspek pertanggungjawaban administratif, menurut
format, mekanisme dan jadwal yang telah ditetapkan.
III.3.3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sebagai lembaga yang mengemban tugas untuk mengembangkan
pemanfaatan iptek nuklir, BATAN harus didukung oleh SDM yang profesional,
memiliki disiplin, dan budaya kerja yang selalu mengutamakan keselamatan
lingkungan dan masyarakat. Oleh sebab itu, program perencanaan, pengadaan
(rekruitmen), dan pembinaan SDM di BATAN harus dirancang agar searah
dengan tujuan tersebut.
III.3.3.1. Rekruitmen SDM
Rekruitmen SDM BATAN dilakukan oleh unit kerja yang ditugasi,
berdasarkan data dan informasi, antara lain:
• Arahan pemimpin BATAN.
• Profil SDM BATAN secara menyeluruh dan profil SDM di setiap unit kerja.
• Masukan dari pejabat setingkat eselon III atau sederajat yang meliputi
pendidikan, keahlian, umur, pangkat, masa dinas, dan informasi lain yang
diperlukan dalam rangka rekuitmen SDM.
• Uraian rincian tugas setiap unit kerja.
• Analisis Jabatan (Anjab).
Rekruitmen SDM dilaksanakan oleh tim yang ditunjuk melalui
mekanisme yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dengan melibatkan Kepala Unit Kerja/Pejabat Eselon III dari unit kerja
yang mengajukan permintaan. Kegiatan rekruitmen dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan kepada pemimpin BATAN sesuai dengan format baku
dan jadwal yang ditetapkan.
33
III.3.3.2. Pembinaan SDM
Pembinaan SDM BATAN mencakup pembinaan intelektual ilmiah teknis,
manajerial, psiko-sosial dan moral-spiritual. Pembinaan karir sebagai PNS
secara umum menjadi tanggung jawab unit kerja yang ditugasi (Biro Sumber
Daya Manusia) dan unit kerja terkait (Pusat Pendidikan dan Latihan) untuk
meningkatkan keahlian dan ketrampilan teknis berdasarkan data dan informasi,
antara lain:
• Arahan pemimpin BATAN.
• Kualifikasi SDM yang diperlukan berdasarkan Analisis Jabatan dari setiap
unit kerja di BATAN.
• Jenjang karir (struktural dan fungsional).
• Reward and punishment.
Untuk pelaku litbangyasa pembinaan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja
dan Pejabat Eselon III dibantu oleh KPTF bersama-sama para pakar dan senior
melalui: pendidikan dan pelatihan formal dan non formal di dalam dan di luar
negeri, pertemuan ilmiah, magang atau "on the job training" dan forum
komunikasi serta melalui kualifikasi dan sertifikasi keahlian. Kegiatan
pembinaan SDM dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada pemimpin
BATAN sesuai jadwal yang ditetapkan.
III.3.4. Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana litbangyasa antara lain berupa fasilitas dan
peralatan yang merupakan sumber daya sekaligus menjadi tulang punggung
kegiatan litbangyasa. Oleh karena itu, untuk memperoleh daya guna dan hasil
guna yang optimal, diperlukan sarana dan prasarana litbangyasa yang
memadai serta pengelolaan yang profesional mencakup pengadaan,
pemeliharaan dan penghapusan.
III.3.4.1. Pengadaan
Pengadaan sarana dan prasarana litbangyasa direncanakan dan
dilaksanakan secara terpadu mengacu pada peraturan perundangan yang
berlaku baik yang berlaku umum di Indonesia maupun yang spesifik di BATAN.
Pengadaan sarana dan prasarana, barang dan jasa harus dilaksanakan sesuai
peraturan agar tidak terjadi kesalahan administrasi, keterlambatan,
menghindari tumpang tindih pengadaannya, sehingga pemanfaatannya bisa
lebih optimal.
34
Pengadaan sarana dan prasarana barang dan jasa untuk melaksanakan
kegiatan litbangyasa dikoordinasikan oleh Kepala Unit Kerja berdasar masukan
Pejabat Eselon III atau pejabat fungsional sederajat ataupun atas masukan
para senior dan pakar, berdasarkan data dan informasi antara lain:
• Arahan pemimpin BATAN.
• Status dan kondisi sarana dan prasarana.
• Program dan beban kerja.
• Analisis kebutuhan.
Pengadaan sarana dan prasarana dilakukan Kepala Unit Kerja terkait
dibantu oleh tim yang ditunjuk khusus berdasarkan ketentuan yang berlaku
dan/atau dikoordinasikan dengan unit kerja berdasarkan ketentuan, prosedur
dan jadwal yang telah ditetapkan serta dipertanggungjawabkan kepada Kepala
BATAN.
III.3.4.2. Pemeliharaan
Pemeliharaan sarana dan prasarana litbangyasa perlu dikelola melalui
kegiatan standardisasi, agar kinerjanya tetap terpelihara dan selalu siap
dioperasikan.
Pemeliharaan sarana dan prasarana litbangyasa dikoordinasikan Kepala
Unit Kerja dibantu oleh para Pejabat Eselon III dari unit kerja terkait dan atau
unit kerja yang ditugasi berdasarkan data dan informasi, antara lain:
• Arahan pemimpin BATAN.
• Status dan kondisi sarana dan prasarana.
• Beban kerja.
• Kemampuan pemeliharaan.
Pemeliharaan sarana dan prasarana litbangyasa dilaksanakan oleh
Kepala Unit Kerja dibantu Pejabat Eselon III atau sederajat dari setiap unit
kerja yang ditugasi melaksanakan pemeliharaan secara preventif dan kuratif
dan dipertanggungjawabkan kepada pemimpin BATAN secara berkala dengan
jadwal yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
III.3.4.3. Penghapusan
Sarana dan prasarana litbangyasa yang tidak dapat lagi dimanfaatkan
dilakukan penghapusan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
35
Penghapusan sarana dan prasarana litbangyasa dikoordinasikan oleh
Kepala Unit Kerja yang ditugasi dan unit kerja terkait, berdasarkan data dan
informasi antara lain:
• Status dan kondisi sarana dan prasarana yang akan dihapuskan.
• Perkembangan teknologi.
• Biaya pemeliharaan.
Penghapusan sarana dan prasarana litbangyasa dilaksanakan oleh
Kepala Unit Kerja yang ditugasi dan berdasarkan usulan unit kerja terkait
dengan persetujuan pemimpin BATAN/Menteri Keuangan dan atau oleh pejabat
negara sesuai peraturan perundangan.
III.3.5. Budaya Keselamatan Kerja
Dalam melaksanakan kegiatan litbangyasa di bidang nuklir, keselamatan
handal adalah prasyarat untuk mewujudkan iptek nuklir sebagai pemicu dan
pemacu kesejahteraan masyarakat seperti yang dirumuskan dalam visi BATAN.
Pengembangan pemanfaatan iptek nuklir harus diikuti dengan upaya
pengembangan budaya keselamatan kerja. Keselamatan kerja meliputi 2 (dua)
aspek yaitu keselamatan radiasi dan keselamatan non radiasi/konvensional.
Budaya keselamatan kerja harus dikembangkan dan direncanakan dengan
memperhatikan:
• Kebijakan dan keputusan keselamatan harus dilaksanakan secara
berkesinambungan.
• Peraturan dan ketentuan-ketentuan keselamatan kerja yang telah
ditetapkan.
• Renstra BATAN.
Pelaksanaan pengembangan, budaya keselamatan kerja dikoordinasikan
oleh unit kerja yang ditetapkan oleh Kepala BATAN (Pusat Teknologi Reaktor
dan Keselamatan Nuklir) dengan tujuan mengembangkan dan merencanakan
program, melakukan koordinasi pelaksanaannya dan melaporkan serta
mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada Kepala BATAN. Tanggung
jawab pengawasan dan pengendalian keselamatan kerja dan radiasi dilakukan
oleh bidang keselamatan kerja dan kesehatan (K3) di bawah pembinaan Kepala
Unit Kerja. Pengawasan pelaksanaan keselamatan radiasi secara eksternal
dilaksanakan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan IAEA.
36
III.3.6. Hak Kekayaan Intelektual
Upaya perlindungan karya intelektual merupakan hal yang sangat
penting bagi peneliti dan perekayasa dan bertujuan untuk melindungi investasi
pemerintah dan penghargaan kepada para peneliti dan perekayasa. Hak
monopoli bisa dialihkan kepada pihak lain. Pengembangan sistem Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) diharapkan mendorong para peneliti di lingkungan
BATAN untuk menumbuhkembangkan budaya inovatif dan inventif sehingga
mampu menghasilkan karya penelitian yang layak memperoleh paten.
Pengusulan hasil invensi yang berpotensi untuk dimintakan
perlindungan hukum ke Direktorat Jenderal HKI dilaksanakan oleh unit kerja
yang ditugasi melalui seleksi berjenjang. Penanggung jawab pelaksanaan
pendaftaran dan seleksi paten harus mempertanggungjawabkan kemajuan dan
hasilnya kepada Kepala BATAN. Sumber dana non pemerintah yang berasal
dari pengalihan hak atas karya intelektual kepada pihak lain akan diatur lebih
lanjut.
III.4. Mekanisme Pengusulan Program
Untuk melaksanakan program BATAN, pemimpin BATAN memberikan
arahan dalam menentukan pokok-pokok kegiatan yang akan menjadi dasar
rencana kerja. Pokok-pokok kegiatan tersebut kemudian dijabarkan secara rinci
oleh unit kerja sehingga memenuhi persyaratan untuk dianggarkan dan
diproses lebih lanjut. Mekanisme pengusulan program mempunyai tahapan
sebagai berikut:
• Usulan Konseptual Kegiatan.
• Usulan Kegiatan.
• Usulan Penelitian.
Usulan program dan kegiatan direncanakan dan disusun oleh
peneliti/penanggung jawab kegiatan, dibantu oleh anggota tim kerja dan
disahkan oleh Kepala Unit Kerja berdasarkan rekomendasi KPTP atau KPTF.
Usulan kegiatan yang sudah disahkan akan menjadi tolok ukur atau bagian dari
DIPA. Data dan informasi yang diperlukan dalam perencanaan program dan
kegiatan antara lain:
• Renstra BATAN.
• Renstra Unit Kerja.
• Arahan dari Kepala Unit Kerja, Kepala Bidang, dan Kepala Kelompok.
37
• Usulan Konseptual.
• Hasil kegiatan litbangyasa sebelumnya.
• Program lain yang terkait.
Mekanisme pengusulan program/kegiatan dapat dilihat pada gambar 1
(halaman 39).
III.4.1. Usulan Konseptual
Usulan konseptual adalah ringkasan eksekutif dari usulan program dan
kegiatan (executive summary) yang memuat pokok-pokok program dan
kegiatan tahun depan. Usulan konseptual direncanakan dan disusun oleh setiap
Deputi berisi uraian ringkas dan global tentang apa, mengapa, dan bagaimana
program kegiatan yang direncanakan oleh setiap unit kerja dalam lingkup
kedeputiannya. Dokumen ini digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
kegiatan tahunan unit kerja.
Usulan Konseptual dibuat oleh Deputi berdasarkan data dan informasi,
antara lain:
• Renstra BATAN, Renstra Kedeputian, dan Renstra Unit Kerja.
• Realisasi kegiatan tahun sebelumnya dan tahun yang sedang berjalan.
• Arahan dari pejabat diatasnya (Menteri, Kepala BATAN).
• Masukan dari pejabat struktural, fungsional, Peer Group serta para
pemangku kepentingan.
III.4.2. Usulan Kegiatan
Usulan Kegiatan (Uskeg) adalah penjabaran Renstra (BATAN,
Kedeputian, dan Unit Kerja) dan Usulan Konseptual dalam bentuk kegiatan
tahunan unit kerja.
Perencanaan Uskeg disusun bersama oleh penanggung jawab Uskeg,
dan anggota tim kerjanya, kemudian disahkan oleh Kepala Unit Kerja
berdasarkan rekomendasi KPTP dan KPTF (apabila ada). Usulan kegiatan yang
sudah disahkan menjadi pokok-pokok kegiatan Unit Kerja selanjutnya
dituangkan ke dalam dokumen penganggaran (RKA-K/L dan DIPA). Data dan
informasi yang diperlukan dalam perencanaan Uskeg antara lain:
• Renstra BATAN, Renstra Kedeputian, dan Renstra Unit Kerja.
• Isu-isu terkini yang sedang berkembang.
• Arahan dari Kepala BATAN, Deputi, Kepala Unit, dan Kepala
Bidang/Kepala Kelompok.
38
• Usulan Konseptual.
• Hasil kegiatan (litbangyasa, diseminasi, dan kelembagaan) sebelumnya.
• Program lain yang terkait
III.4.3. Usulan Penelitian
Usulan Penelitian (Uspen) adalah penjabaran dari usulan kegiatan
tahunan unit kerja. Usulan penelitian adalah sub-kegiatan yang diusulkan
dengan memperhatikan apa yang akan dilakukan dan apa yang telah
dilakukan, mengapa perlu dilakukan (outcome penelitian) dan bagaimana
melakukan untuk mencapai hasil kegiatan. Outcome penelitian tidak dapat
berdiri sendiri, harus merupakan bagian dari hasil kegiatan dan menginduk
pada kegiatan utama.
Usulan Penelitian direncanakan dan dilakukan oleh peneliti bersama tim
kerjanya, disetujui oleh penanggungjawab kegiatan dan disahkan oleh Kepala
Unit Kerja berdasarkan rekomendasi KPTP atau KPTF. Usulan Penelitian yang
sudah disahkan akan menjadi bagian dari sub-kegiatan yang tertuang di dalam
dokumen penganggaran (RKA-K/L dan selanjutnya DIPA). Data dan informasi
yang diperlukan dalam perencanaan usulan penelitian antara lain:
• Isu-isu mutakhir yang berkembang.
• Arahan dari Kepala Unit, Kepala Bidang, dan Kepala Kelompok.
• Usulan Konseptual.
• Usulan Kegiatan (Uskeg).
• Hasil kegiatan litbangyasa yang telah dilakukan.
• Program lain yang terkait.
39
Gambar 1 : Alur Perumusan dan Penelaahan Kegiatan
BAPPENAS
Pemberian Pagu Indikatif
Bahan RKP Feb (N+1)
KONSULTASI RAPIM - BATAN Pembahasan
Program, Kegiatan disesuaikan dengan Pagu Indikatif yang
diberikan BAPPENAS Maret (N+1)
IMPLEMENTASI UNIT KERJA
Jan (N+2)
MONITORING, EVALUASI & KONTROL
Jan – Des (N+2)
WHAT & WHY ?
HOW ?
RDP, Rakor Ristek
F O R M U L A S I
Mengkoordinasikan dan mensinkronisasi-kan serta menginteg-rasikan kegiatan-kegiatan yang diusulkan oleh unit kerja dan kedeputian dengan kebutuhan BATAN untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menilai, memverifikasi, menjastifikasi kebijakan unit kerja yang diusulkan sesuai dengan kebijakan pemimpin
Memahami, menterjemahkan, menjabarkan kebijakan pemimpin dan selanjutnya menyusun kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebijakan pemimpin termasuk menentukan kegiatan-kegiatan prioritas
RAKER BATAN Jan (N + 1)
RAKOR Kedeputian Jan (N+1)
RAKOR Unit kerja Des (N)
BATAN PEER GROUP
KEDEPUTIAN, UNITKERJA,
PEER GROUP
UNIT KERJA , KOORDINATOR,
KPTF
Resourcees, Kompetensi, Nilai
Komitmen, Kemampuan
RPJM, Jaktranas, Dukungan Pengaruh lain di luar BATAN
(Perubahan)
INTERNAL EKSTERNAL
BAHAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN PEMIMPIN
PEMIMPIN, PUSAT, BIRO, INSP, STTN, PDL, PSJMN,
PEER GROUP
PENYAMPAIAN KEBIJAKAN PEMIMPIN/ PRA RAKER
Nov ( N )
DOK USKEG
KONSULTASI Maret - April (N+1)
ALUR PERUMUSAN DAN PENELAAHAN KEGIATAN
PENYUSUNAN RKA-KL & DIPA DEP-KEU
Juni (N+1)
FINALISASI
PENELAAHAN PEER GROUP MELIHAT BAGAIMANA
April-Mei (N+1)
FINALISASI
40
BAB IV. MONITORING DAN EVALUASI
IV.1. Evaluasi Dokumen
Evaluasi dokumen yang terdiri dari dokumen Penetapan Kinerja,
Laporan Bulanan, Laporan Triwulan, Laporan Tahunan Kegiatan, Laporan
Kinerja Tahunan, Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah/LAKIP,
dan Rencana Kerja Tahunan Unit Kerja diperlukan untuk mengantisipasi
berbagai perubahan lingkungan yang terjadi berkaitan dengan perubahan
organisasi dan/atau lingkungan strategis. Hasil dari evaluasi merupakan bahan
yang akan digunakan untuk pemutakhiran terhadap isi dan format dokumen
apabila sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini dari organisasi.
IV.1.1. Visi dan Misi
Evaluasi pernyataan Visi dan Misi dari lembaga (BATAN,
Kedeputian/Settama, dan Unit Kerja) dilakukan oleh pemimpin lembaga (Kepala
BATAN, Deputi/Sestama, dan Kepala Unit Kerja) melalui unit kerja yang
ditugasi. Visi dan Misi Kedeputian/Settama dan Unit Kerja harus senantiasa
mengacu pada Visi dan Misi BATAN. Mekanisme pelaksanaan evaluasi Visi dan
Misi disesuaikan dengan agenda kegiatan BATAN dan jadwal yang telah
direncanakan. Penyempurnaan Visi dan Misi dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan perkembangan terkini dan perubahan yang terjadi.
IV.1.2. Rencana Strategis
Rencana Strategis (Renstra) BATAN/Kedeputian/Settama/Unit Kerja
dipantau dan dikendalikan pelaksanaannya oleh pemimpin BATAN dibantu unit
kerja yang ditugasi (Biro Perencanaan) melalui Evaluasi Kinerja Unit Kerja
Tahunan. Apabila diperlukan, dokumen Renstra
BATAN/Kedeputian/Settama/Unit Kerja dapat dievaluasi kembali secara berkala.
Dengan memperhatikan berbagai faktor, dokumen renstra dapat dimutakhirkan
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang ada.
41
IV.1.3. Kegiatan Unit Kerja
Evaluasi terhadap dokumen kegiatan unit-unit kerja dilakukan
berdasarkan jenis dokumen yaitu :
• Pokok-pokok kegiatan unit kerja. Evaluasi dilakukan oleh Deputi yang
membawahinya. Hasil evaluasi dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
kepada Kepala BATAN.
• Usulan kegiatan unit kerja. Evaluasi dilakukan oleh Tim Pakar (Peer
Group) yang dibantu secara manajemen administratif oleh unit kerja yang
ditugasi (Biro Perencanaan). Hasil evaluasi dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan kepada Kepala BATAN.
• Usulan penelitian. Evaluasi usulan penelitian dilakukan oleh Komisi
Pembina Tenaga Peneliti (KPTP) dan atau Komisi Pembina Tenaga
Fungsional (KPTF). Hasil evaluasi dilaporkan kepada Kepala Unit Kerja
sebagai masukan untuk persetujuan usulan penelitian .
Seluruh dokumen kegiatan yang akan dievaluasi disusun berdasarkan
format yang telah ditentukan. Pelaksanaan evaluasi mengikuti mekanisme dan
jadwal evaluasi yang telah ditetapkan.
IV.1.4. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) disusun oleh setiap
satuan kerja, dievaluasi kesesuaiannya dengan program RPJMN dan
peraturan/pedoman yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan oleh Biro
Perencanaan dan dilaporkan serta dipertanggungjawabkan kepada Kepala
BATAN.
IV.1.5. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) disusun
oleh setiap satuan kerja dan dievaluasi kesesuaiannya dengan
peraturan/pedoman yang telah ditetapkan oleh unit kerja yang ditugasi yaitu
Biro Perencanaan. RKA-K/L yang telah disetujui oleh Direktorat Jenderal
Anggaran dan Perimbangan Keuangan (DJAPK) akan dituangkan dalam bentuk
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang selanjutnya akan menjadi
acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan tahunan. Ketidaksesuaian
dilaporkan kepada Kepala BATAN melalui Sestama.
42
IV.1.6. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Rencana Kinerja Tahunan dipantau dan dikendalikan pelaksanaannya
oleh pemimpin BATAN melalui unit kerja yang ditugasi yaitu Biro Perencanaan
dengan melakukan Evaluasi Kinerja Tahunan dari setiap unit kerja. Hasil
pemantauan disampaikan kepada Kepala BATAN.
IV.1.7. Penetapan Kinerja (PK)
Penetapan Kinerja dari setiap unit kerja di BATAN dilaksanakan oleh unit
kerja BATAN yang ditugasi oleh Kepala BATAN. Evaluasi Penetapan Kinerja
didasarkan pada hasil yang dapat dicapai terutama luaran, target, dan
kegunaan atau manfaat dari kegiatan yang terlaksana terhadap usulan kegiatan
yang telah disetujui. Biro Perencanaan melaporkan hasil evaluasi kepada
Kepala BATAN.
IV.1.8. LAKIP Unit Kerja
Pencapaian hasil kegiatan tahunan yang sudah terlaksana terhadap
target yang direncanakan dan dana yang diusulkan dilaporkan oleh Kepala Unit
Kerja secara berjenjang kepada Kepala BATAN melalui Biro Perencanaan dalam
bentuk Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP
menggambarkan pertanggungjawaban kinerja secara periodik (tahunan) dari
unit kerja. Kepala BATAN dibantu Biro Perencanaan melaporkan kinerja
lembaga dalam bentuk LAKIP BATAN kepada Presiden dan Wakil Presiden RI
melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.
IV.1.9. Laporan Keuangan dan Kinerja
Laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan negara selama satu periode yang dibuat secara berjenjang mulai dari
satuan kerja, Deputi/Sestama dan Kepala BATAN dibantu oleh Biro Umum,
selanjutnya dilaporkan kepada Presiden melalui Menteri Keuangan dan Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional.
Laporan Kinerja memuat ringkasan tentang luaran dari masing-masing
kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana
ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan APBN/APBD disusun secara ringkas
dan lengkap oleh Kepala BATAN dibantu Biro Perencanaan. Laporan kinerja
tersebut dilaporkan Kepala BATAN kepada Presiden melalui Menteri
43
Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Keuangan dan Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional .
Laporan keuangan dan kinerja merupakan laporan pertanggungjawaban
dan kinerja sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. Laporan
keuangan dan kinerja merupakan integrasi dari laporan keuangan dan laporan
kinerja yang selama ini dibuat terpisah dengan tujuan memberikan informasi
yang komprehensif yang berkaitan dengan keuangan dan kinerja.
IV.1.10. Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan
Hasil pemantauan rencana pembangunan yang mencakup keuangan,
pencapaian kinerja luaran kegiatan, indikasi pencapaian kinerja hasil program
disusun dalam bentuk Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan. Pengendalian dan evaluasi dilakukan terhadap
pelaksanaan Renja-K/L untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program dan
kegiatan berdasarkan indikator dan sasaran kegiatan yang tercantum dalam
Renstra. Laporan ini dibuat secara berkala dan berjenjang oleh setiap satuan
kerja, Deputi/Sestama, dan Kepala BATAN dibantu Biro Perencanaan yang
selanjutnya dilaporkan kepada Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional.
IV.2. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program
Monitoring dan evaluasi program dan kegiatan di lingkungan BATAN
dilakukan oleh Biro Perencanaan. Monitoring dan evaluasi juga dilakukan
terhadap seluruh program dan kegiatan yang telah dilaksanakan mitra kerja
yaitu perguruan tinggi, Pemda, dan kalangan masyarakat yang terlibat dalam
program BATAN. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara mengevaluasi
pencapaian hasil kegiatan yang terlaksana dengan target kegiatan yang
direncanakan dan dana yang diusulkan. Hasil monitoring dan evaluasi program
dan kegiatan oleh unit kerja yang ditugasi disampaikan kepada Kepala BATAN
sebagai bahan laporan yang harus disampaikan kepada Presiden. Monitoring
dan Evaluasi dapat dilakukan dengan cara pemantauan langsung ke unit kerja
atau melalui daftar isian yang sudah dibagikan.
Pelaksanaan program disetiap unit kerja dipantau, diawasi, dan
dikendalikan oleh Kepala Unit Kerja, Kepala Bidang, Kepala Kelompok, Pejabat
44
Eselon II (Kuasa Pengguna Anggaran) dan unit lain yang diberi wewenang
untuk melaksanakannya. Pengawasan dan pengendalian program dilaksanakan
dengan mengevaluasi kesesuaian hasil kegiatan setiap triwulan dengan sasaran
yang direncanakan. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dilakukan
dengan kunjungan lokasi atau menggunakan formulir pemantauan/evaluasi
yang diterbitkan oleh Biro Perencanaan.
45
BAB V. PENGAWASAN
Seluruh program dan kegiatan BATAN dikenai pengawasan baik secara
administratif maupun non administratif. Obyek pengawasan meliputi pelaksanaan
program, kegiatan, dan kinerja. Pengawasan perlu dilakukan agar pencapaian
sasaran dan tujuan unit kerja dapat terpenuhi sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
V.1. Pengawasan Internal
Pengawasan internal adalah pengawasan secara internal kelembagaan
dilakukan oleh Inspektorat, unit kerja yang diberi wewenang oleh Kepala
BATAN. Pengawasan dilaksanakan secara administratif dan non administratif.
Hasil pengawasan dilaporkan kepada pemimpin BATAN dengan tembusan
kepada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
Data dan informasi yang diperlukan dalam melakukan pengawasan
internal antara lain:
• Kebijakan Kepala BATAN.
• Renstra BATAN/Kedeputian/Settama/Unit Kerja.
• Usulan kegiatan Unit Kerja.
• DIPA.
• Penetapan Kinerja.
• Laporan Triwulan.
• LAKIP.
• Data pendukung lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan program
dan kegiatan.
V.2. Pengawasan Eksternal
Pengawasan eksternal adalah pengawasan oleh instansi/lembaga
pengawasan di luar BATAN terhadap pelaksanaan program dan kegiatan
BATAN berkaitan dengan aspek administratif maupun non administratif.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh BPKP, BPK, dan DPR.
Perencanaan pengawasan yang berkaitan dengan mekanisme dan
penjadwalan, disusun oleh instansi eksternal dengan terlebih dahulu melakukan
46
koordinasi dengan BATAN. Hasil pengawasan eksternal dilaporkan kepada
Presiden RI dengan tembusan kepada DPR.
47
BAB VI. INDIKATOR KEBERHASILAN
Keberhasilan pencapaian Visi BATAN didukung oleh Indikator Keberhasilan
(IK) yang terukur dan mampu menampilkan kuantitas dan kualitas kinerja secara
rinci. Indikator Keberhasilan merupakan alat pemantau dan pengevaluasi kinerja
lembaga, selain juga sebagai panduan dalam pelaksanaan program dan kegiatan
serta penggunaan dana secara efektif dan efisien. IK dalam jangka menengah dapat
digunakan sebagai perangkat dalam pengalokasian dana untuk merencanakan
pembiayaan program kegiatan dengan lebih baik dan teliti disesuaikan dengan
Rencana Strategis BATAN.
Indikator Keberhasilan BATAN dapat ditetapkan antara lain berdasarkan
pendekatan produk penelitian atau kegiatan ilmiah, kualitas dan daya saing produk
dari karya ilmiah, paten, prototip, serta proses teknik produksi yang bermanfaat bagi
masyarakat. Sebagai salah satu acuan, indikator keberhasilan dari program BATAN
diukur berdasarkan indikator kuantitatif dan/atau kualitatif dalam merealisasikan Visi
BATAN, yaitu:
VI.1. Output (Luaran)
Output dari kegiatan:
1. Publikasi ilmiah yang diterbitkan.
2. Paten dan hak cipta (HKI).
3. Produk/Prototip/Paket teknologi/Varietas baru.
4. Teknologi yang sudah terpakai dalam kegiatan usaha.
5. Layanan jasa teknologi dan uji.
6. Kemitraan usaha di bidang teknologi nuklir.
7. Akreditasi Pranata Litbang.
8. Penerapan hasil litbang di masyarakat.
VI.2. Outcome Hasil Litbangyasa BATAN
Outcome dari kegiatan pengembangan pemanfaatan iptek nuklir, antara lain:
− Peningkatan produktivitas.
− Peningkatan efisiensi proses produksi.
− Penghematan biaya produksi.
− Perbaikan kualitas (mutu) produk.
− Peningkatan daya saing.
48
− Mengurangi pencemaran dan memperbaiki kualitas lingkungan.
− Mengurangi biaya pelayanan kesehatan.
− Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
− Meningkatkan pasokan energi nasional.
− Meningkatkan kualitas dan kemampuan SDM.
− Menciptakan kondisi tertib administrasi.
− Mengurangi penyalahgunaan sumber daya yang ada di BATAN.
− Meningkatkan peran dan kontribusi BATAN dalam pelaksanaan
pembangunan.
− Membangun persepsi masyarakat tentang iptek nuklir.
− Menumbuhkan citra positif masyarakat tentang teknologi nuklir.
− Memperluas pemanfaatan teknologi nuklir dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat.
49
BAB VII. PENUTUP
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya Pedoman Manlitbang BATAN
mempunyai ruang lingkup untuk penataan dan pengelolaan penelitian,
pengembangan, perekayasaan dan diseminasi iptek nuklir. Pedoman Manlitbang
memuat petunjuk dalam garis besar tentang perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan litbangyasa, diseminasi dan
kemitraan hasil litbang, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, bahan dan
jasa, dan informasi iptek nuklir.
Pedoman ini disusun untuk memberikan acuan bagi semua pelaku kegiatan
litbangyasa pada semua tataran jabatan, baik struktural maupun fungsional dalam
melaksanakan berbagai aspek kegiatan litbangyasa. Pedoman ini disusun secara
sistematik untuk mewujudkan Visi BATAN dan tujuan pembangunan bidang iptek
nuklir, yaitu meningkatkan peran BATAN dan kontribusi iptek nuklir bagi peningkatan
kesejahteraan dan perbaikan kualitas kehidupan masyarakat dengan cara yang
efisien dan efektif.
Ketentuan tentang tatacara pelaksanaan dari pedoman ini secara rinci dimuat
dalam petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis Manlitbang yang merupakan lampiran
dari Pedoman Manlitbang dan menjadi prosedur standar dalam penyelenggaraan
kegiatan litbangyasa.
Mengingat perkembangan iptek nuklir serta situasi dan kondisi yang
berkembang di masa depan, maka pedoman Manlitbang ini dapat ditinjau kembali
untuk penyempurnaannya.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Juni 2007
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO