bagaimana organime tanah hidup didalam lrb

6
Bagaimana Organime Tanah hidup didalam LRB? Jawab: Menurut Brata (2008) Bahan makanan organisme tanah didapat dari bahan organik yan terkandung dalam sisa tanaman dan organisme yang mati. Tanaman mampu memanfaatkan energi sinar matahari dan CO2 dari atmosfir, air (H2O) dan unsur hara dari dalam tanah untuk mem senyawa fotosintesis. Pada proses fotosint esis juga akan dihasilkan oksigen (O2) yang sa diperlukan untuk pernapasan semua makhluk hidup, baik yang ada dipermukaan tanah maupun didalam tanah. Kecukupan air dan oksigen dalam tanah merupakan prasyarat yang penting bag perkembangan akar tanaman agar dapatmemanfaatkan larutan hara secara optimal. Mengapa harus Biopori? Jawab : Beberapa teknologi peresapan air kedalam tanah seperti kolam resapan (infiltratio parit resapan (infiltration trench) dan sumur resapan(french drain) telah lama diperkenal masyarakat . Namun, teknologi peresapan air tersebut belumdapat diterapkan secara meluas berbagai alasan, antara lain : memerlukan tempat yang relatif luas, waktu yang relatif la harga yang relatif mahal. Dengan demikian masih perlu dikembangkan lagi alternatif teknol peresapan air yang lebih tepat guna, dalam artian lebih mudah dibuat, murah dan ramah lin Atas dasar apa LRB dikembangkan? LRB dikembangkan atas dasar prinsip ekohidrologis, yaitu dengan memperbaiki kondisi ekosi tanah untuk perbaikan fungsi hidrologis ekosistem tersebut. Setiap bidang tanah secara al mempunyai fungsi hidrologis, yaitu meresapkan air hujan yang jatuh. Air tersebut kemudian cadanganair didaerah perakaran yang ditahan dalam pori mikro. Jika berlebih air tersebut bergerak kebawah melalui pori makro mengisi cadangan air bawah tanah.

Upload: ardhy-excelent

Post on 21-Jul-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bagaimana Organime Tanah hidup didalam LRB? Jawab: Menurut Brata (2008) Bahan makanan organisme tanah didapat dari bahan organik yang terkandung dalam sisa tanaman dan organisme yang mati. Tanaman mampu memanfaatkan energi sinar matahari dan CO2 dari atmosfir, air (H2O) dan unsur hara dari dalam tanah untuk membentuk senyawa fotosintesis. Pada proses fotosint esis juga akan dihasilkan oksigen (O2) yang sangat diperlukan untuk pernapasan semua makhluk hidup, baik yang ada dipermukaan tanah maupun didalam tanah. Kecukupan air dan oksigen dalam tanah merupakan prasyarat yang penting bagi perkembangan akar tanaman agar dapatmemanfaatkan larutan hara secara optimal.

Mengapa harus Biopori? Jawab : Beberapa teknologi peresapan air kedalam tanah seperti kolam resapan (infiltration basin), parit resapan (infiltration trench) dan sumur resapan(french drain) telah lama diperkenalkan kepada masyarakat . Namun, teknologi peresapan air tersebut belumdapat diterapkan secara meluas karena berbagai alasan, antara lain : memerlukan tempat yang relatif luas, waktu yang relatif lama, dan harga yang relatif mahal. Dengan demikian masih perlu dikembangkan lagi alternatif teknologi peresapan air yang lebih tepat guna, dalam artian lebih mudah dibuat, murah dan ramah lingkungan.

Atas dasar apa LRB dikembangkan? LRB dikembangkan atas dasar prinsip ekohidrologis, yaitu dengan memperbaiki kondisi ekosistem tanah untuk perbaikan fungsi hidrologis ekosistem tersebut. Setiap bidang tanah secara alami mempunyai fungsi hidrologis, yaitu meresapkan air hujan yang jatuh. Air tersebut kemudian menjadi cadanganair didaerah perakaran yang ditahan dalam pori mikro. Jika berlebih air tersebut akan bergerak kebawah melalui pori makro mengisi cadangan air bawah tanah.

EKOLOGI CACING TANAH (BUKU BIOLOGI TANAH, PENERBIT RAJAWALI PERS) (Dr.Ir. K.A. Hanafiah,M.S., Dr.Ir.A.Napoleon, M.S., Dr.Ir. Nuni Ghofar, M.Si) (hal. 96-97) Cacing akan bergerak ketempat yang lebih basah atau diam jika terjadi kekeringan tanah. Apabila tidak terhindar dari tanah kering, ia tetap dapat bertahan hidup meskipun banyak kehilangan air tubuhnya. Sebagian besar cacing jenis Lumbrisidae dapat hidup meski tubuhnya telahkehilangan hingga 50% air, bahkan L.teestris hingga 70% dan A. Chlorotica hingga 75 %. Namun kondisi kesuburan cacing tanah akan berpengaruh. Pada kondisi kering, L.terrestris, A. Longa, E.Floetida dan P.hupeiensis merupakan contoh cacing tanah yang bermigrasi ke lapisan lebih dalam, sedangkan A. Caliginosa tidak. Apabila diberi perlakuan tanah jenuh air dan jenuh udara, maka kebanyakan cacing lebih menyukai yang jenuh udara, sedangkan beberapa cacing seperti P.California lebih menyukai yang jenuh air. Meskipun demikian banyak spesies yang mampu hidup lama pada kondisi tergenang selama 9-40 minggu. (hal 102) Distribusi bahan organik dalam tanah berpengaruh terhadap cacing tanah, karena terkait dengan sumber nut risinya sehinggapada tanah yang miskin bahan organik hanya sedikit jumlah cacing tanah yang dijumpai.Populasi cacing tanah segera terpacu apabila tanah diberi kotoran hewan, sebagaimana terlihat pada hasil-hasil percobaan (cit anas, 1990) (hal 105-107) Populasi cacing tanah paling banyak dijumpai pada tanah lempung ringan, pasir ringan, dan lempung sedang (63-56 ekor), kemudian pada aluvial, liat dan lempung berkerikil (44-36 ekor), serta paling sedikit pada tanah gambut-bergambut (14-63kot). Kemudian dari segi keragaman spesies, paling banyak terdapat pada tanah bertekstur pasir ringan (10 spesies), kemudian pada tanah lempung, liat dan aluvial (8-9 spesies), serta paling sedikit pada tanah gambut-bergambut (5-6 spesies) Tipe tanah Populasi (ekor/m2) Jumlah Spesies Pasir Ringan 57 10 Lempung berkerikil 36 9 Lempung Ringan 63 8 Lempung Sedang 56 9 Liat 40 9 Aluvial 44 9 Tanah bergambut masam 14 6 Tanah gambut masam tipis 6 5 Tabel 4.7 Hubungan jenis tanah dengan populasi dan jumlah spesies cacing tanah (Hal 68-69) Bukit2 semut di Prairi Wisconsin Barat (Foth,1984) merupakan aktivitas semut2 dalam mengangkut bahan2 tanah lapisan bawah ke permukaan, mirip dengan aktivitas cacing tanah. Bukit tanah yang terbesar mempunyai ketinggian sekitar 1 m dan diameter lebih dari 3 m. Pada gundukan tanah setebal 15 cm dan berdiameter lebih dari 30 cm, ternyata bahan-bahannya berasal dari kedalaman tanah hingga 2 m. Menurut Hanafiah (2002) Rayap merupakan pemakan kayu, sampah organik, dan jamur. Dalam memakan kayu, rayap dibantu oleh protozoa lewat sistem pencernaannya. Sarang rayap dapat setinggi 3 m dengan diameter 10-15 m, yang dilengkapi lorong2 dalam tanah sedalam hampir 3 m.Adanya aktivitas pembuatan lorong2/sarang oleh rayap, juga semut dan cacing merupakan faktor kunci dalam translokasi hara/bahan dari lapisan bawah ke lapisan atas tanah yang cukup berpengaruh terhadap kesuburan tanah dikawasan tersebut.

PLAGUE/PENYAKIT PESPenyebaran penyakit plague/pes Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Selain jenis kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan oleh kutu jenis lain. Di Indonesia dan negara2 Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara. Jenis2 plague dan gejalanya pada manusia Ada 3 jenis penyakit plague yaitu: Bubonic plague : Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat dengan tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan (disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di di tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague : Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik. Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang tidak diobati dengan benar. Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak diobati dengan benar. Binatang yang dapat menjadi pembawa plague Semua binatang pengerat (tikus, marmut, hamster, tupai, dll), kucing, anjing, kelinci, rusa, kambing dll. Gejala plague pada kucing Demam, muntah, diare, kondisi bulu yang buruk, lidah membengkak, luka pada mulut (sariawan), terdapat kotoran pada mata. Diagnosa plague Diagnosa dilakukan dengan mengambil cairan dari bubo, dahak (pada pneumonic plague) dan tes darah. Tes darah diulang setelah 10-14 hari.

Pengobatan plague Plague pada manusia dan kucing dapat diobati dengan Streptomycin, Tetracyclin, Doxycyclin, Gentamycin. Streptomycyn dosis tinggi terbukti lebih efektif mengobati plague. Penicilin tidak efektif untuk penyakit plague. Diazepam diberikan untuk mengurangi rasa lelah. Heparin biasanya diberikan apabila terdapat gejala pembekuan darah. Pencegahan plague 1. Orang2/binatang di sekitar penderita plague harus diobati dg antibiotic selambat2nya 7 hari setelah kontak dg penderita. 3. Memakai sarung tangan, baju panjang, masker, dan goggle (kacamata) pd waktu kontak dg penderita plague 4. Tidak mengijinkan kucing makan tikus, kelinci atau binatang hidup berdarah panas lainnya. 5. Tidak mengijinkan kucing bermain di luar rumah, terutama di daerah yg banyak terdapat sarang tikus. 6. Mengontrol populasi tikus dan kutu di lingkungan anda. 7. Vaksinasi plague apabila akan bepergian ke daerah epidemi plague.

Leptospirosis DEFINISI Leptospirosis adalah sekelompok infeksi yang terdiri dari Sindroma Weil, Jaundice Spiroketal (sakit kuning) dan Demam Kanikola. PENYEBAB Bakteri Leptospira. Leptospirosis terjadi pada banyak binatang buas. Beberapa binatang bertindak sebagai pembawa dan mengeluarkan bakteri dalam air kemihnya (air kencing tikus), sedangkan yang lainnya bisa menjadi sakit dan mati. Manusia mendapatkan infeksi ini melalui kontak dengan binatang atau air kemihnya. Meskipun leptospirosis merupakan penyakit karena pekerjaan pada petani, pekerja di tempat pemotongan hewan dan pekerja selokan (comberan), tetapi banyak orang-orang yang terinfeksi karena kegiatan tertentu seperti berenang di air yang terkontaminasi.

Penyebab Penyakit leptospirosis disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira. Bakteri ini bisa menyerang hewan dan manusia. Manusia dapat terinfeksi bakteri ini ketika melakukan kontak dengan air, tanah, atau tanaman yang telah dikotori oleh air kencing hewan yang menderita Leptospirosis.

Hewan tersebut bisa berupa hewan pengerat seperti tikus atau hewan piaraan seperti anjing, kucing, sapi, atau juga hewan liar. Bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir mata, hidung, atau kulit yang lecet, atau makanan yang terkontaminasi urin hewan terinfeksi. Namun kasus penularan dari manusia ke manusia belum pernah dilaporkan. Waktu dari mulai kuman masuk hingga menimbulkan gejala penyakit terjadi antara 2-26 hari (rata-rata 10 hari). GEJALA Gejala-gejala biasanya timbul dalam waktu 2-20 hari setelah terinfeksi bakteri. Biasanya penyakit dimulai secara tiba-tiba denagn adanya demam, sakit kepala, nyeri otot hebat dan menggigil. Gejala paru-paru (batuk darah) terjadi pada 10-15% penderita. Episode demam dan menggigil, yang sering mencapai 38,9?Celsius berlangsung selama 4-9 hari. Konjungtivitis (infeksi selaput bola mata dan kelopak mata) muncul pada hari ketiga atau keempat. Demam akan menghilang selama beberapa hari, tetapi akan muncul lagi bersama-sama dengan gejala lainnya pada hari ke-6 atau ke-12. Pada saat ini, biasanya terjadi peradangan selaput otak (meningitis), menyebabkan kaku kuduk, sakit kepala dan kadang-kadang penurunan kesadaran (stupor atau koma). Gejala-gejala ini bukan sebagai akibat dari infeksi pada selaput otak, tetapi merupakan akibat dari peradangan yang disebabkan oleh efek racun pada tubuh yang mencoba menghancurkan bakteri. Seorang wanita hamil yang terinfeksi leptospirosis bisa mengalami keguguran.

Sindroma Weil Merupakan bentuk yang lebih berat dari leptospirosis yang menyebabkan demam yang terus menerus, penurunan kesadaran dan berkurangnya kemampuan darah untuk membeku sehingga terjadi perdarahan dalam jaringan. Gejala awal dari sindroma Weil lebih ringan dari leptospirosis. Pemeriksaan darah menunjukkan adanya ,I>anemia. Pada kari ke-3 sampai hari ke-6, muncul tanda-tanda kerusakan ginjal dan hati. Penderita akan merasakan sakit saat berkemih atau air kemihnya berdarah. Kerusakan hati biasanya ringan dan akan sembuh total. Penderita yang tidak mengalami sakit kuning biasanya akan sembuh. Sakit kuning menunjukkan adanya gangguan hati dan akan meningkatkan resiko kematian sampai 10% pada penderita diatas 60 tahun. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya bakteri pada biakan darah, air kemih atau cairan serebrospinal; atau dengan ditemukannya antibodi terhadap bakteri di dalam darah. PENGOBATAN

Bila terjadi wabah, bisa diberikan antibiotik doksisiklin untuk pencegahan. Untuk mengobati penyakitnya, diberikan penisilin, ampisilin atau antibiotik lainnya yang serupa. Pada kasus yang berat antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah). PENCEGAHAN Penderita tidak perlu diisolasi, tetapi harus berhati-hati pada saat menangani dan membuang air kemihnya.