bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

20
SILABUS: Bab 1. Pendahuluan 1.1. Definisi dan pengertian 1.2. Manfaat mempelajari dan keilmuan 1.3. Ilmu yang berkaitan 1.4. Futurologi. Bab 2. Peta Tanah dan Persiapan Survei 2.1. Peta tanah 2.2. Peralatan survei 2.3. Persiapan survei 2.3.1. Peta dasar 2.3.2. Informasi iklim 2.3.3. Penguasaan alat dan infomasi lainnya. Bab 3. Pelaksanaan Survei 3.1. Tujuan survei 3.2. Tingkatan survei: detil, semi detil, tinjau, eksplorasi 3.3. Pengamatan lapang 3.3.1. Sifat-sifat tanah dan lahan 3.3.2. Geomorfologi 3.3.3. Geologi 3.3.4. Iklim 3.3.5. Air 3.3.6. Vegetasi 3.3.7. Satwa dan ternak 3.3.8. Penggunaan lahan 3.3.9. Kerusakan tanah dan lahan. SURVEI PEMETAAN DAN EVALUASI LAHAN PRODI D3-PERENCANAAN SUMBER DAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Written By: Purwandaru Widyasunu 2013 http://widyasunuunsoed.wordpress.com [email protected] [email protected]

Upload: purwandaru-widyasunu

Post on 27-May-2015

4.204 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

SILABUS:

Bab 1. Pendahuluan1.1. Definisi dan pengertian1.2. Manfaat mempelajari dan keilmuan1.3. Ilmu yang berkaitan1.4. Futurologi.

Bab 2. Peta Tanah dan Persiapan Survei2.1. Peta tanah2.2. Peralatan survei2.3. Persiapan survei 2.3.1. Peta dasar 2.3.2. Informasi iklim 2.3.3. Penguasaan alat dan infomasi lainnya.

Bab 3. Pelaksanaan Survei3.1. Tujuan survei3.2. Tingkatan survei: detil, semi detil, tinjau, eksplorasi3.3. Pengamatan lapang 3.3.1. Sifat-sifat tanah dan lahan 3.3.2. Geomorfologi 3.3.3. Geologi 3.3.4. Iklim 3.3.5. Air 3.3.6. Vegetasi 3.3.7. Satwa dan ternak 3.3.8. Penggunaan lahan 3.3.9. Kerusakan tanah dan lahan.

Bab 4. Penghantar Teknik Evaluasi Lahan4.1. Definisi dan pengertian4.2. Filosofi Evaluasi lahan dalam pelaksanaan praktis4.3. Nilai penting evaluasi lahan4.4. Penggunaan lahan.

SURVEI PEMETAAN DAN EVALUASI LAHANPRODI D3-PERENCANAAN SUMBER DAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANWritten By: Purwandaru Widyasunu 2013http://widyasunuunsoed.wordpress.com

[email protected]@gmail.com

Page 2: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

Bab 5. Kualitas dan Karakteristik Lahan5.1. Definisi dan pengertian5.2. Point penentu kualitas lahan (FAO 1976)5.3. Strategi kerja dan peralatan5.4. Hubungan kualitas lahan dengan manajemen5.5. Karakteristik lahan (FAO 1983)5.6. Tipe penggunaan lahan5.7. Pohon keputusan evaluasi lahan.

Bab 6. Pendekatan Teknik Evaluasi Lahan6.1. Pengertian dan lingkup6.2. Futurologi Iptek dan Tujuan6.3. Teori pendekatan evaluasi lahan6.4. Kesesuaian lahan dan arti ekonomik6.5. Tahapan pekerjaan evaluasi kesesuaian lahan6.6. Asumsi-asumsi dalam evaluasi lahan6.7. Contoh dan penggunaan tabel kesesuaian lahan.

BAGIAN 1 SURVEI DAN PEMETAAN TANAH/LAHAN

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Definisi dan PengertianDefinisi Lahan:

Suatu “tract” atau “bentang” lahan dapat didefinisikan sebagai geografis suatu area (wilayah) permukaan planet bumi yang spesifik: karakterisasinya menyangkut penggunaannya yang mantap dan terperkirakan secara lestari, atributnya meliputi biosfer di atas dan di bawah lahan suatu areal, yaitu yang meliputi system dari atmosfer, tanah dan bentukan geologis, hidrologi, populasi tanaman dan hewan, dan hasil-hasil aktivitas manusia masa lampau dan masa kini yang nyata-nyata memberikan atribut besar (dampak) terhadap kondisi sekarang dan masa depan penggunaan lahan oleh manusia (Brinkman dan Smyth, 1973).

Lahan tidak sama dengan tanah: Tanah sifat-sifatnya meliputi fisik, kimia, dan biologis, apabila terdiri dari gabungan

banyak jengkal tanah dalam suatu areal dan ada system biosfer itulah lahan yang mempunyai nilai alami dan nilai guna suatu lahan.

Suatu nilai alami dan nilai guna dimiliki oleh suatu lahan dengan batas-batas area, bentuk dan lokasi spesifik.

Peta diperlukan untuk mengadakan kegiatan survey lahan (di dalamnya ada survey tanah) yang selanjutnya data dan peta spesifik yang dihasilkan diperlukan untuk melakukan evaluasi lahan.

Page 3: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

Survei tanah/lahan bertujuan untuk: (i) mempelajari sifat-sifat tanah dan kondisi suatu lahan yang selanjutnya memberikan sumbangan pada, (ii) klasifikasi tanah didasarkan pada sifat-sifat tanah dan genesis tanah, kemudian menghasilkan penggolongan kualitas tanah/lahan, dan selanjutnya bermanfaat (iii) untuk memprediksikan dan menentukan penggunaannya secara lestari dan berkesinambungan.

Karena kita berkecimpung dalam ilmu dan kegiatan pembangunan pertanian, maka penggunaan lahan yang lestari dan kerkesinambungan (berkelanjutan) adalah untuk penyelenggaraan system pertanian yang berkelanjutan. Disinilah kemudian akan berlaku curahan dan persaingan suatu motivasi politik, social, ekonomi, dan kepentingan strategi nasional/daerah.

1.2. Manfaat Mempelajari dan KeilmuanManfaat:

a. Mengetahui dan menguasai teknik survei (dan evaluasi) tanah/lahan.b. Perencanaan pembangunan daerah, regional, nasional.c. Profesi dan pelayanan kebutuhan bidang lain.d. Pelayanan kebutuhan masa depan kelestarian SDA dan planet bumi. e. Menghasilkan IPTEK baru untuk kebutuhan masa depan pelayanan evaluasi lahan

(pelestarian dan rehabilitasi-konservasi sumberdaya lahan).

1.3. Ilmu yang Berkaitana. Ilmu Tanah/Lahanb. Ilmu Klasifikasi Tanahc. Ilmu Geografi dan Geodesid. Ilmu Geologi dan Mineralogie. Ilmu Kartografi (peta) dan Pemetaanf. Ilmu Agronomi (budidaya) tanaman, ternak darat, dan perikanang. Ilmu Lingkungan Hiduph. Ilmu Pertanahan dan Tataguna Tanah/Lahani. Ilmu Manajamen dan Ekonomij. Ilmu Sosial, Budaya, dan Politik.a. Ilmu-Ilmu lainnya ???

1.4. Futurologia. Kerusakan tanah, lahan, air, atmosfer, keragaman hayati.b. Perubahan iklim global dan dampaknya.c. Perubahan tata guna tanah/lahan.d. Perubahan kemasyarakatan dan pemerintahan.e. Perubahan IPTEKS.f. Kemiskinan, rawan pangan.

TUGAS: a. Cari nilai penting Survei dan Evlan untuk masa depan bangsa Indonesia.b. Teknologi apa yang akan diperlukan untuk kegiatan profesionalisme Survei dan Evlan.c. Apa pendapat internasional tentang perubahan lahan ?????

Page 4: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

BAB II. PETA TANAH DAN PERSIAPAN SURVEI TANAH

Survei tanah adalah usaha mempelajari tanah dalam lingkungannya yang langsung, yaitu langsung diselenggarakan di lapangan (on the track of earth field land area). Suatu kegiatan survey tanah menghasilkan rangkaian data dan peta tanah menyangkut peta tanah pada lahan-lahan yang dipetakan pada suatu areal tertentu di suatu wilayah yang bisa berskala persil, bukit, lembah, dataran sempit, dataran luas, desa, kecamatan, kabupaten, di suatu provinsi suatu Negara.

Peta tanah/lahan akan menunjukkan suatu penyebaran satuan-satuan tanah/lahan.

Melalui survey tanah diperoleh pengetahuan berdasarkan data-data yang diperoleh mengenai sifat-sifat tanah, dan atas dasar itu tersedia landasan bagi penerapan data dan informasi atas tanah dan lahan bagi manfaat penggunaannya.

Data, informasi dan pengalaman dalam survey tanah sangat-sangatlah bermanfaat menajdi dasar membangun daerah/Negara. Peta, data, informasi atas tanah berpotensi untuk berperanan menjadi jembatan untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman pada tanah yang sama. Oleh karena itu batas-batas tanah dengan sifat yang sama bisa disebut sebagai satuan tanah yang kemudian menjadi batas-batas atas lahan yang mempunyai sifat tanah yang sama.

2.1. Peta TanahPeta tanah adalah suatu peta yang sengaja dibuat untuk menunjukkan penyebaran tipe-

tipe tanah atau satuan-satuan peta tanah sehingga akan menggambarkan dengan jelas dalam hubungannya dengan sifat-sifat fisik tanah/lahan dengan social cultural (bisa juga ekonomi) pada suatu permukaan bumi. Hal tersebut hanya berlaku untuk lahan tipe penggunaan suatu sector. Apabila penggunaannya ke arah konservasi (reklamasi, rehabilitasi, restorasi), maka sifat fisik tanah/lahan akan dihubungkan dengan fungsi garansi lahan dan ekosistem terhadap kehidupan semua mahkluk yang memerlukannya (manusia, hewan, tumbuhan, mikroba).

Satuan-satuan tanah/lahan:Dapat ditunjukkan secara tersendiri atau asosiasi tanah, namun kecenderungan sekarang

bersifat individu tanah jadi tidak berasosiasi (USDA: soil taxonomy).

Satuan-satuan taksonomik menjadi sangat penting karena apabila kita menamakan tanah atas dasar suatu system penamaan tertentu (taksonomi/taxonomy) maka tiap tingkat penamaan menunjukkan cirri-ciri utama dan khusus tanah yang bersangkutan.

Sistem taksonomi yang berkembang di Indonesia saat ini sistem Puslitannak Bogor, FAO, dan USDA (United State Department of Agriculture).

Dikenal dua tipe utama peta tanah yaitu:

Page 5: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

(i) Peta tanah detail dan (ii) Peta tanah tinjau dan eksplorasi. Perbedaannya petan tanah detil dan peta tanah tinjau/eksplorasi terletak pada

intensitas pekerjaannya, sehingga secara teknis yang berbeda adalah ketelitian dan tingkat generalisasinya. Ketelitian adalah banyaknya unit/satuan tanah dari wilayah yang dilakukan survey dengan unit-unit area jumlah titik pengambilan pengamatan dan sampel. Generalisasi adalah menarik kesimpulan menjadi umum dari beberapa atau banyaknya satuan tanah/unit tanah yang diperoleh dari survey tanah/lahan.

Tabel 1. Beda dan karakteristik peta detil dan tinjau/eksplorasi

Item Karakter Peta Detil Peta Tinjau dan Eksplorasi

Kehomogenan Homogen – sangat homogen

Tidak homogen

Satuan tanah Seri tanah atau tipe tanah Order/ordo – great group/jenis

Cara penentuan batas-batas satuan tanah

Pengamatan langsung detil di lapangan untuk penentuan batas

Hanya pengamatan berselang, jadi batas ditentukan di atas meja (tidak dengan menelusur di lapangan)

Tingkat ketelitian Sangat teliti – teliti; kategori rendah

Tidak teliti; kategori tinggi

Intensitas pengamatan/pekerjaan

Sangat tinggi - tinggi Rendah

Jenis-jenis Peta Tanah: Dikenal beberapa jenis peta tanah yang berkaitan dengan tingkat survey tanah. Peta-peta itu ialah:

Peta tanah detil (detailed soil map)

Peta ini berskala 1 : 1.000 sampai 3 : 25.000. dihasilkan dari satu sampai dua pengamatan tiap hektar, dengan seri tanah, asosiasi tanah, atau tipe tanah sebagai satuan peta. Peta ini digunakan untuk perencanaan irigasi dan perencanaan usahatani intensif.

Peta tanah semi detil (semi-detailed soil map)

Peta ini berskala 1 : 50.000 sampai 1 : 200.000, dihasilkan dari satu sampai lima pengamatan tiap 100 ha lahan, dengan asosiasi seri atau keluarga tanah sebagai satuan peta. Peta ini digunakan untuk perencanaan irigasi dan usahatani pada tingkat yang lebih kasar. Peta ini

Page 6: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

juga dipergunakan untuk keperluan konservasi sumberdaya lahan, perencanaan kota, dan pengembangan regional.

Peta tanah tinjau (reconnaissance soil map) Peta ini berskala 1 : 200.000 sampai 1 : 500.000, dihasilkan dari satu sampai sepuluh

pengamatan tiap 10.000 ha lahan, dengan asosiasi atau kompleks kelompok atau marga tanah sebagai satuan peta. Peta ini digunakan untuk penilaian sumberdaya tanah dan perencanaan tataguna tanah pada tingkat regional atau propinsi. Peta ini juga digunakan untuk pendekatan pertama pada orientasi dan aplikasi penelitian pertanian. Peta tanah eksplorasi (exploratory soil map)

Peta ini berskala 1 : 500.000 sampai 1 : 2.500.000, dihasilkan dari dua sampai lima pengamatan tiap 100.000 ha lahan, dengan asosiasi atau kompleks marga atau rumpun tanah sebagai satuan peta tanah. Batas-batas satuan peta tanah didasarkan pada interpretasi hubungan penyebaran tanah dengan factor-faktor lingkungan. Peta ini digunakan untuk menunjukkan penyebaran sumberdaya tanah pada tingkat Negara, yaitu dalam perencanaan yang bersifat umum tataguna tanah pada tingkat Negara. Peta ini juga digunakan untuk tujuan pendidikan dan studi geografi.

Peta tanah bagan (schematic soil map)

Peta ini berskala 1 : 500.000 atau lebih kecil. Peta ini tidak dibuat berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, tetapi merupakan hasil kompilasi literature dan pengetahuan mengenai hubungan penyebaran tanah dengan factor-faktor pembentuk tanah. Peta ini digunakan untuk menunjukkan penyebaran tanah pada skala dunia, digunakan terutama untuk pendidikan dan studi geografi.

Satuan peta tanah Digunakan untuk memberikan rambu ketelitian yang harus dipenuhi oleh surveyor dan pembuat peta tanah.

USDA(system

taksonomi)

FAO-UNESCO IPB PUSLITANNAK(nama lama LPT)

Order - Ordo Golongan

Sub order - Rumpun Kumpulan

Great group Great group (marga) Marga Jenis

Sub group Sub group (kelompok)

Kelompok Macam

Family - Keluarga Rupa

Series - Seri Seri

2.2. Peralatan survei dan surveyor

Page 7: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

a. Petab. GPSc. Bor Tanahd. Peralatan pengamatan dan pengukuran (perubahan ) sifat kimia dan fisika tanah; termasuk bahan kimiae. Alat sampling dan sampel tanah dan jaringan tanaman (cangkul, linggis, plastik, karung, kontainer, dll.)f. Alat rintisan lahan (sabit, golok, gergaji)g. Buku dan form isian datah. Komputer, software, dan interneti. Perangkat kelistrikanj. Mobil dan motor; termasuk gerobak, perahu, kapalk. Dana, ijin, SDM terlatih.

2.3. Persiapan survei

2.3.1. Peta dasar: peta topografi lembar (sheet) lokasi/wilayah yang akan dilakukan survei, peta geologi, peta sebaran jenis tanah, peta agroklimat, peta tematik lainnya, dan peta administrasi.

2.3.2. Informasi iklim: peta agroklimat perkebunan, tanaman pangan, tanaman sayuran, dsb., data unsur-unsur iklim (curah hujan, kecepatan dan arah angin, radiasi, dsb.).

2.3.3. Penguasaan alat dan infomasi lainnya.

BAB III. PELAKSANAAN SURVEI TANAH/LAHAN

3.1. Tujuan Survei

a. Diperoleh pengetahuan berdasarkan data-data yang diperoleh mengenai sifat- sifat tanah.b. Tersedianya landasan bagi penerapan data dan informasi atas tanah dan lahan bagi manfaat penggunaannya. c. Data, informasi dan pengalaman dalam survey tanah bermanfaat menjadi dasar membangun

daerah/Negara. d. Peta, data, informasi atas tanah berpotensi untuk berperanan menjadi jembatan untuk

menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman pada tanah yang sama (membuat satuan tanah homogen dan tataguna tanah/lahan yang berasaskan kelestarian).

e. Ada data keragaman hayati dan kekayaan sumberdaya alam.

3.2. Tingkatan Survei: detil, semi detil, tinjau, eksplorasi.

3.2.1. Survei detil a. Satuan peta tanah yang diinginkan homogen (seri, asosiasi seri, atau tipe tanah).b. Satuan-satuan peta tanah ditetapkan berdasarkan pengamatan langsung di lapangan.

Page 8: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

c. Keinginan tersebut dicapai dengan 1-2 pengamatan tiap hektar tanah/lahan.d. Melakukan survei sistem titik potong dengan pengamatan setiap 100 m pada jalur-jalur berjarak 100 m.e. Perubahan ketelitian titik potong harus < 100 m agar lebih detil. Dilakukan sendiri oleh surveyor atas dasar perubahan keadaan setempat (perubahan sifat faktor pembentukan tanah).

Survei detil memungkinkan pengamatan dengan mengikuti tiap perkembangan perubahan sifat-sifat tanah, kemudian dalam jarak gabungan potongan yang lebih luas dapat ditentukan batas-batas sama proses pembentukan tanah

Kita mengikuti teori pembentukan tanah (Jenny), yaitu: T = f (bahan induk, organisme, relief/ topografi, iklim, dan rentang waktu).

Kalau kita survei detil atau bahkan sangat detil maka f(bi, o, r/t), akan bisa mengalami perubahan terutama faktor organisme dan relief (morfologi) karena kerusakan tanah. Kerusakan tanah sifatnya bisa dinamis.

Contoh membuat grid titik potong/pengamatan tanah:

700

600

500

400

300

200

100

0 100 200 300 400

Survei semi detil:

Merupakan bentuk antara di antara survei detil dan survei tinjau. Alasan: survei detil mahal, lama, makan banyak tenaga dan dana. Oleh karena itu diperlukan survei yang sedikit lebih kasar (kurang detil) namun batas-batas homogen tanah masih dapat dipertanggung-jawabkan untuk penggunaan lebih luas wilayahnya dengan biaya survei yang tidak terlalu besar. Tetap menghasilkan data seri perubahan sifat-sifat tanah dan pembentukan tanah. 1-2 pengamatan tiap 100 ha tanah/lahan. Pengamatan sistem titik potongan (grid) satu pengamatan tiap jarak 500 m pada jalur-jalur

berjarak 1-2 km. Satuan peta tanah asosiasi seri atau keluarga tanah (famili).

Page 9: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

Survei tinjau: Tujuan mendapatkan penilaian mengenai sumberdaya tanah di suatu daerah yang selanjutnya digunakan sebagai dasar perencanaan tataguna tanah daerah tersebut. Jadi skalanya sudah daerah/wilayah misalnya dalam satu kabupaten atau beberapa

kecamatan. Satuan peta tanah asosiasi atau kompleks kelompok tanah atau marga tanah. Dilakukan 1-10 pengamatan tiap 10.000 ha (2-3 kecamatan di Jawa). Pengamatan tiap 500 m pada jalur-jalur berjarak 20 – 200 km. Pemetaan dilakukan dengan mengandalkan pengetahuan mengenai hubungan perubahan sifat faktor-faktor pembentuk tanah dengan perubahan sifat tanah. Pengamatan tetap sistem titik potong luas, atau dipencar dalam wilayah grid. Agar tidak terlalu kasar, maka survei tinjau di dalamnya dapat dilakukan survei detil atau semi detil pada tempat-tempat yang dipandang mewakili variasi di suatu wilayah survei. Hal itu disebut survei tanah tinjau mendalam (detailed reconnaissance). 1-3 pengamatan tiap 1000 ha.

Survei eksplorasi:

Dasarnya adalah interpretasi mengenai hubungan perubahan sifat faktor-faktor pembentuk tanah dengan perubahan sifat tanah. 2 – 5 pengamatan tiap 100.000 ha (satu kabupaten). Satuan tanah yang diperoleh sangat kasar yaitu asosiaso atau kompleks marga tanah atau rumpun tanah. Penggunaan survei untuk mempersiapkan perencanaan pembangunan wilayah setingkat kabupaten di luar jawa atau perkebunan sangat besar.

3.3. Pengamatan lapang

3.3.1. Keadaan tanah dan lahanJenis dan sebaran tanah yang dijumpai di daerah survei dapat dipelajari dari berbagai

jenis peta tanah yang sudah ada. Informasi ini hanya sebagai pembanding yang kasar, karena peta yang ada hanya bisa bersumber dari berbagai peta tanah yang skalanya kecil (peta skala bagan, eksplorasi, tinjau). Keadaan tanah yang perlu diketahui yaitu faktor pembentuk tanah, genesa tanah (pembentukan tanah), luas dan sebaran jenis tanah, dengan semuanya lengkap informasi sifat fisika, kimia, biologis, ditunjang dengan informasi keadaan lahannya.

Pembelajaran melalui peta tanah dan lahan, dan data-data sifat tanah dan kondisi lahan wilayah survei dapat dilakukan langsung baik di lahan maupun di laboratrorium. Sifat dan ciri tanah di lapangan dapat diperoleh secara morfologik pada titik pemboran dan profil tanah. Di laboratorium tanah dapat diketahui sifat dan ciri kimia, fisik, dan biologis. Data mineralogi tanah mendapatkan perhatian khusus dalam survei tanah untuk evaluasinya “on-the desk, atau kalau sekarang bisa dilakukan evaluasi on the on-line screen (internet) yang dapat dilakukan bahkan pada tingkat atau antar profesional dunia. Informasi tentang tanah kenudian dapat digunakan untuk studi penentuan kelas-kelas taksonomik tanah (ordo, rumpun, marga, kelompok,

Page 10: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

keluargam seri tanah). Guna penamaan tanah maka taksonominya dapat dilakukan dengan mengacu pada buku standar (manual/laboratory tools) atau buku taksonomi tanah USDA (United State Department of Agriculture).

Data dan informasi tanah yang penting untuk diperoleh yaitu: kesuburan tanah (minipit dan profil), tekstural, struktural, nitrogen dan bahan organik, sifat fisik tanah (BJP, BJI), sifat biologis tanah (biota tanah dan keenergian tanah). Data kesuburan tanah yang perlu diadakan: pH, KB, KTK, redoks, kandungan dan ketersediaan N, P, K, S, Ca, Mg, dan unsur-unsur mikro.

3.3.2. Geomorfologi dan fisiografiGeomorfologi mempelajari tentang bentuk permukaan bumi (lahan) yang disebabkan

karena adanya pengaruh tenaga dari luar. Geomorfologi lahan, secara lebih khusus mempelajari tentang evolusi bentuk-bentuk lahan dan bentang jalan (lansekap/landscape) terutama yang berhubungan dengan proses-proses erosi. Satuan-satuan geomorfologi antara lain: dataran banjir, dataram pelembahan, daerah cekungan, dataran aluvial, teras sungai, teras marin, kaki bukit, dsb.

Fisiografi mempelajari tentang pembentukan dan evolusi dari bentuk-bentuk lahan. Pengertiannya meliputi: bentuk permukaan lahan dan kondisi geologisnya termasuk kondisi klimaologin, meteorologi, oceanografi, dan fenomena-fenomena alami secara umum. Satuan-satuan fisiografi antara lain: bukit lipatan, dataran jalur aliran, wilayah pegunungan vulkan, dsb.

Bentuk lahan juga perlu diidentifikasi, karena bentuk lahan adalah hasil dari proses-proses geomorfologi yang bekerja terhadap batuan dan bahan induk yang dipenagruhi iklim selama waktu tertentu. Bentuk lahan merupakan bagian penting dari profil tanah. Alasannya adalah, bentuk lahan dicirikan oleh adanya asosiasi profil-profil tanah pada bentuk-bentuk lahan tertentu. Profil tanah dipengaruhi oleh bahan induk dan menyebabkan perbedaan-perbedaan bentuk lahan. Satuan bentuk lahan merupakan diferensiasi dari pada satuan-satuan fisiografi. Dari satuan dataran jalur aliran dapat dibedakan ke dalam tanggul sungai, rawa di belakang tanggul, rawa, dan teras sungai.

Relief adalah beda ketinggianantara titik tinggi dan titik rendah pada suatu permukaan lahan. Relief bisa dipergunakan untuk membedakan atau menentukan titik tertinggi dan terendah suatu wilayah. Relief juga sering difahani sebagai sifat bentuk lahan suatu wilayah. Perbedaan-nya adalah bentuk lahan lahan adalah kualitatif, sedangkan relief bersifat kuantitatif. Karakter dari bentuk lahan dan relief ditentukan oleh persen lereng dan perbedaan ketinggian. Ada hubungan relatif antara relief, persen lereng, dan perbedaan ketinggian (lihat Bahan Praktikum Pendidikan dan Latihan Tata Guna Tanah, IPB, 1982).

3.3.3. Geologi dan bahan indukBerdasarkan studi pustaka, pengamatan lapang, dan analisis laboratorium maka dapat

ditentukan kondisi geologis dan batuan induk suatu lahan wilayah yang sedang kita amati atau deskripsikan. Data-data geologis dan batuan induk dapat digunakan untuk pembuatan peta geologi dan bahan induk yang akhirnya sangat bermanfaat untuk penentuan pewilayahan jenis tanah (peta jenis tanah) suatu wilayah yang kita survei. Mineral dan batuan dapat diidentifikasi di lapangan berdasarkan sifat-sifat fisiknya (warna, kilap, streak, bentuk, belahan, pecahan, dsb). Sedangkan hasil analisis laboratorium diperoleh data susunan mineral primer (fraksi pasir) dan mineral sekunder (fraksi liat) berdasarkan sifat-sifat optiknya serta frekwensinya terhadap sinar X.

Page 11: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

3.3.4. IklimData iklim dikumpulkan dari stasiun-stasiun di wilayah survei dan sekitarnya, prinsipnya

stasiun iklim terdekat. Data yang perlu dikumpulkan meliputi: curah hujan, jumlah hari hujan, kelembaban udara, kelembaban nisbi udara, intensitas penyunaran, kecepatan dan arah angin, dll. Data iklim dikumpulkan minimal dari 10 tahun pengukuran terbaru. Data-data tersebut akan berguna untuk mengetahui besarnya curah hujan bulanan, satu musim, tahunan, mengetahui penyimpangan unsur-unsir iklim,. Disamping itu dapat diketahui pula tipe hujan, tipe iklim, pendungaan besarnya evapotranspirasi, neraca air, kebutuhan air irigasi, dsb.

Peta iklim yang ada diperlukan atau perlu dibuat guna penentuan zonasi atau pewilayahan daerah iklim sesuai komoditas (adaptasi) atau pelaksanaan budidaya menurut musim bulan rata-rata curah hujan, sehingga dapat dilaksanakannya suatu kebijakan modifikasi atau substitusi melalui teknologi. Contohnya adalah peta iklim pertanian yang dibuat oleh Oldeman et al. (1979), sangat menunjang bagi perencanan dan pengembangan usaha pertanian di suatu wilayah. Peta ini dibuat berdasarkan atas curah hujan rata-rata bulanan dan lamanya musim hujan berturut-turut dihubungkan dengan kebutuhan air bagi tanaman tertentu misalnya pola budidaya tanaman. Misalnya saja tanaman padi sawah memerlukan curah hujan 150 - 200 mm/bulan selama 3-4 bulan berturut-turut. Apabila didapati suatu wilayah pada interval bulan juli-agustus curah hujannya rata-rata hanya antara 105 – 135 mm/bulan, maka pada wilayah tersebut pada bulan-bulan tersebut tidak sesuai untuk budidaya padi sawah karena tanaman akan kekurangan air. Untuk tanaman lahan kering diberikan batasan tanaman memerlukan curah hujan bulanan sekitar 50 – 75 mm/bulan. Penentuan kategori bulan hujan, lembab, dan kering (golongan iklim Oldeman et al.) atas dasar curah hujan adalah apabila berturut-turut bulan hujan > 200 mm/ bulan, bulan lembab 100 – 200 mm/bulan, dan bulan kering < 100 mm/bulan. Untuk tanaman tahunan (tanaman hutan dan perkebunan) maka dapat dibuat peta agroklimat tanaman atas dasar penggolongan iklim menurut Schmidth-Fergusson. Pelajari semuanya pada literatur agroklimat (Chambers, R.E. 1978, Koesmaryono, et al., 1999; Oldeman and Frere, 1982; Wisnubroto, 1999). Menurut Schmidth-Fergusson bulan basah, lembab, dan kering apabila suatu bulan dalam rentang waktu minimal 10 tahun mempunyai curah hujan bulan basah > 100 mm/bulan, bulan lembab 50 – 100 mm/bulan, dan bulan kering < 50 mm/bulan.

3.3.5. AirPerlu diketahui data dan gambaran hidrologi (tata air) dari berbagai sumber air yang

terdapat di wilayah survei (sungai, danau, rawa, dan air tanah). Potensi tersebut penting bagi kebutuhan sehari-hari manusia, hewan ternak, tanaman; disamping untuk sarana transportasi air, rekreasi, dan sumber energi (hydro-electric power). Perlu dilaksanakan: (i) inventarisasi jumlah dan sebaran sumber-sumber air, (ii) pengukuran profil (lebar dan kedalaman) sungai pada tempat tertentu yang dianggap sangat perlu, (iii) pengukuran kecepatan aliran sungai, (iv) untuk wilayah pasang surut perlu pengamatan gerakan pasang surut sungai pada tesmpat tertentu (muara, tengah, hulu sungai), (v) pengukuran kualitas air untuk manusia, ternak, tanaman (pH, salinitas, BOD, TDS, kandungan sulfat, klor, logam berat, senyawa organik pencemaar, dsb), (vi) penentuan jarak masuk intrusi air laut di daratan, dan (vii) mengambil sampel air guna pengamatan dan pengukuran di laboratorium. Standart mutu air dapat digolongkan untuk keperluan irigasi tanaman, kebutuhan air manusia, kebutuhan air ternak. Guna penentuan pewilayahan (tata guna lahan ) juga diperlukan pertimbangan tentang kebutuhan baku mutu air.

Page 12: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

3.3.6. VegetasiKondisi vegetasi dan tanaman (crop) suatu wilayah survei dapat ditemukan/didapatkan

melalui buku laporan kepertanian, perkebunan, kehutanan dari kedinasan/kelembagaan lokal atau perpustakaan atau kelembagaan tingkat nasional. Namun demikian, keterangan tentang vegetasi/ tanaman dapat diperoleh melalui peta tata guna lahan, peta tutupan lahan, peta kehutanan dan perkebunan, peta rupa bumi, peta landsat, peta foto udara, dsb. Pada kondisi perubahan iklim global seperti sekarang ini, maka peta tutupan lahan sangat penting, demikian pula peta tata guna lahan, Peta dan informasinya bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dilakukannya restruk-turisasi lahan dan pola budidaya (farming) dalam rangka adaptasi dan bagian dari pengendalian PIG.

3.3.7. Satwa dan ternakEvaluasi lahan juga sangat bermanfaat untuk pengembangan pewilayahan konservasi

satwa liar dan pengembangan ternak baik tingkat lokal maupun tingkat nasional bahkan tingkat dunia. Rencana kegunaan akhir dari evaluasi lahan, contohnya agro-wisata (agro-turisme) atau wild-life tourism memerlukan data SDA hutan, mangrove, wilayah pegunungan, danau, dataran padang rumput, dsb. Termasuk di dalamnya diperlukan data kekayaan keragaman satwa dan ternak guna penyusunan RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah), peta perburuan, peta turisme, dan peta sentra peternakan. Pada kondisi perubahan iklim ini antara lain diperlukan penyusunan pengembangan wilayah pertanian (adaptasi, pengendalian)\; secara ekonomi perlu dibentuk wilayah agropolitan, minapolitan, sentra pertanian organik, dsb. Data keanekaragaman hayati satwa, ternak, perikanan, dan dipadu dengan tanaman/vegetasi sangat menunjang pengembangan wilayah pertanian.

3.3.8. Penggunaan lahanMengacu kepada pentingnya restrukturisasi lahan untuk berbagai tujuan penggunaan

akhir atau rencana pengembangan masa depan baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang, maka diperlukan penataan lahan kembali (land re-arrangement). Berkaitan dengan perkembangan penduduk dunia yang sangat dahsyat seperti saat ini, maka diperlukan pertimbangan kebijakan pengembangan pemanfaat lahan yaitu “tata guna lahan masa depan”. Negara kita terdiri dari kepulauan yang sangat banyak baik 5 pulau besar, ratusan pulau menengah, dan ribuan pulau kecil, yang terbentang di antara 2 benua dan 2 samudera. Kondisi ini membawa dampak perubahan besar dengan adanya PIG pemanasan global dan dibarengi dengan tumbuh-kembangnya penduduk tingkat nasional dan dunia; maka diperlukan berbagai kebijakan penataan kependudukan, kepertanian, tata guna lahan, dan lainnya yang terkait.

Data penggunaan lahan tingkat lokal dan nasional diperlukan untuk penataan lahan. Data dan peta dapat diperoleh di tingkat lokal (kabupaten dan propinsi) maupun tingkat nasional (kementerian dan kelambagaan nasional terkait). Data dan peta tata guna lahan dapat diperoleh di kantor BPN (Badan Pertanahan Nasional), Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah), Badan Statistik, Dinas-dinas terkait, semuanya baik tingkat kabupaten, propinsi, dan pusat. Saat ini web tingkat kabupaten, propinsi, dan nasional, bahkan internasional dituntut penyediaan peta dan data tata guna lahan.

3.3.9. Kerusakan tanah dan lahanKerusakan tanah dan lahan terutama yang berpotensi sebagai lahan pertanian atau lahan

lain strategis sedang terjadi tiap tahunnya tanpa pengendalian yang signifikan oleh Pemerintah.

Page 13: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

Kerusakan tanah dan lahan dampaknya sangat kritikal untuk masa depan penyediaan pangan dan energi, masa depan ketersediaan air bersih maupun irigasi kepertanian (siklus hidrologis), dan keterjaminan keragaman hayati planet bumi. Dengan demikian kerusakan tanah/lahan baik skala lokal, DAS sampai dengan Sub-sub DAS sangatlah strategis untuk dikendalikan. Sejak diber-lakukannya U.U. Republik Indonesia No. 150 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah/ Lahan, maka telah ada dipetakannya sebaran kerusakan termasuk intensitasnya di seluruh propinsi di NKRI ini. Stake-holder baik Kementerian, Litbang Nasional, Pemprov dan Pemkab dengan Dinas-dinas terkaitnya telah banyak menghasilkan peta dan data kerusakan tanah, lahan, dan hidrologi (DAS dan Sub DAS). Ke masa depan data informasi dan peta tersebut akans angat bermanfaat untuk pengendalian kerusakan tanah, lahan, dan hidrologi, selain itu untuk penataan lahan kembali.

3.3.10. Sosio agro ekonomiSurvei data primer maupun sekunder sosio agro ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui

potensi dan keadaan daerah/wilayah survei atas kondisi sosial, budaya, ekonomi suatu lokasi tersebut. Data yang perlu digali adalah: (i) jenis dan sebaran tata guna lahan dan vegetasi, (ii) vegetasi dan hasil interpretasi udara, (iii) jenis dan produksi hasil pertanian dan perkebunan, kalau diperlukan juga tanaman hutan, (iv) transportasi dan pemasaran hasil-hasil tersebut di atas, (v) status kepemilikan lahan, (vi) kependudukan, (vii) keadaan perekonomian, (viii) pelayanan sosial, dsb. Pentingnya data sosio agro ekonomi terutama adalah untuk menunjang data fisik lingkungan. Hal ini erat hubungannya dengan perencanaan penggunaan tanah dan lahan suatu wilayah survei.

Literature citted and followed:

Ademola K. Braimoh, and Paul L.G. Vlek (Editors). 2008..Land Use and Soil Resources. © 2008 Springer Science+Business Media B.V. ISBN-978-1-4020-6777-8 e-ISBN-978-1-4020-6778-5 Library of Congress Control Number: 2007941782. Cover Images © 2007 JupiterImages Corporation.

Djaenudin, D. 1998?. Pengenalan dan Konsep Evaluasi Lahan untuk Pengembangan Pertanian. Materi Pelatihan ALES dan SIG angkatan I dan II, Ciawi Bogor (26 Februari s/d 20 Maret 1998). Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. 1998.

Ilbery, B., Q, Chiotti, and T. Rickard (Editors). 1997. Agricultural Restructuring and Sustainabi-lity: A Geographic Perspective. CAB International. Wallingford Oxon, U.K., and New-York, USA. 348 pp.

IPB. 1982. Bahan Praktikum Pendidikan dan Latihan Tata Guna Tanah. Badan Pendidikan dan Latihan Departemen Dalam Negeri dan Institut Pertanian Bogor. IPB, Bogor. 125 hal.

Matondang, S. 1982. Teknik Survei. Bahan Kuliah dalam Pendidikan dan Latihan Tataguna Tanah. Badan Pendidikan dan Latihan Departemen Dalam Negeri dan Institut Pertanian Bogor. 1982.

McRae, S.G., and C.P. Burnham. 1981. Land Evaluation. Clarendon Press. Oxford, Great Brittain.

Page 14: Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl

Informasi penggunaan kepustakaan Agroklimat/Ilmu Iklim yang menunjang Evaluasi Lahan:

Chambers, R.E. 1978. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Doorenbos, J. and W.O. Pruitt. 1977 (Reprinted 1984). Guidlines for Predicting Crop Water Requirements. FAO, Rome. 184 pp.

Koesmaryono, Y., Imron, Y. Sugiarto. 1999. Kapita Selekta Agroklimatologi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan IPA, IPB, Bogor.

Oldeman, L.R., and M. Frere. 1982. A Study of The Agroclimatology of The Humid Tropics (Technical Report). FAO/UNESCO/WMO Interagency Project on Agroclimatology. FAO, Rome. 229 pp.

Williams, C.N., and K.T. Joseph. 1974. Climate, Soils and Crop Production in The Tropics (Revised Edition). Oxford University Press, London. 177 pp.

Wisnubroto, Sukardi. 1999. Meteorologi Pertanian. Mitra Gama Widya, Yogyakarta. 155 hal.

Wisnubroto, Sukardi. 1999. Pengenalan Waktu Tradisional: “Menurut Jabaran Meteorologi Manfaat dalam Pertanian dan Sosial. Mitra Gama Widya, Yogyakarta. 85 hal.